09. Pengukuran Besaran Listrik JEMBATAN ARUS BOLAK BALIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "09. Pengukuran Besaran Listrik JEMBATAN ARUS BOLAK BALIK"

Transkripsi

1 09. Pengukuran Besaran Listrik JEMBATAN ARUS BOLAK BALIK 9.1 Pendahuluan Jembatan arus bolak balik bentuk dasarnya terdiri dari : - empat lengan jembatan - sumber eksitasi dan - sebuah detektor nol Pada frekuensi yang diinginkan, sumber daya mensuplai tegangan bolak balik ke rangkaian jembatan. Sumber daya ( power line ) dapat berfungsi sebagai sumber eksitasi pada pengukuran frekuensi rendah, sedangkan osilator berfungsi mensuplai tegangan eksitasi pada frekuensi yang lebih tinggi. Detektor nol berfungsi memberi respons terhadap ketidaksetimbangan arus bolak balik dan bentuknya ada dua jenis, yaitu : - bentuk paling sederhana terdiri dari sepasang telepon kepala ( head phones ) - bentuk lain, terdiri dari sebuah penguat arus bolak balik dengan sebuah alat pencatat keluaran atau sebuah indikator tabung sinar elektron ( tuning eye ). Pada bagian ini, akan dibahas sebagian penggunaan dari rangkaian jembatan arus bolak balik, antara lain : - Jembatan-jembatan pembanding kapasitansi dan induktansi. - Jembatan Maxwell, jembatan Hay, jembatan Schering, dan jembatan Wien Syarat-Syarat Kesetimbangan Jembatan Pada gambar 1, ditunjukkan bentuk umum dari jembatan arus bolak balik yang terdiri dari : - empat lengan jembatan Z 1, Z 2, Z 3, dan Z 4, merupakan impedansi yang nilainya tidak ditetapkan. - Sebuah detektor nol yang merupakan sebuah telepon kepala. Syarat kesetimbangan pada jembatan arus bolak balik ( sama seperti jembatan arus searah ), diperoleh jika respons detektor adalah nol, dan pengaturan kesetimbangan untuk mendapatkan respons nol, dilakukan dengan mengubah salah satu atau lebih lengan-lengan jembatan. Gambar 1 PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong PENGUKURAN BESARAN LISTRIK 1

2 Persamaan umum untuk kesetimbangan jembatan, didapatkan dengan menggunakan notasi kompleks, dan besaran-besaran ini bisa berupa impedansi dan admitansi. Untuk mendapatkan kesetimbangan jembatan, maka beda potensial dari titik A ke titik C sama dengan nol ( V AC = 0 ), dan kondisi ini akan dicapai bila drop tegangan dari B ke A sama dengan drop tegangan dari B ke C ( V BA = V BC ), dalam kebesaran dan sudut fasa. Dalam notasi kompleks dapat dituliskan sebagai berikut : E BA = E BC atau I 1 Z 1 = I 2 Z 2 ( 9-1 ) Jika arus detektor nol, maka kondisi berikut juga dipenuhi : E I 1 = ( 9-2 ) Z 1 + Z 3 E I 1 = ( 9-3 ) Z 2 + Z 4 Subsitusikan harga-harga pada persamaan ( 9-2 ) dan ( 9-3 ) kedalam persamaan ( 9-1 ), diperoleh : Z 1 Z 2 I 1 Z 1 = I 2 Z E = E atau Z 1 + Z 3 Z 2 + Z 4 Z 1 Z 2 + Z 1 Z 4 = Z 1 Z 2 + Z 2 Z 3, jadi : Z 1 Z 4 = Z 2 Z 3 ( 9-4a ) Jika menggunakan admitansi sebagai pengganti impedansi, maka : Y 1 Y 4 = Y 2 Y 3 ( 9-4b ) Persamaan ( 9-4a ), merupakan persamaan umum untuk kesetimbangan jembatan arus bolak balik, dan persamaan ( 9-4b ) digunakan jika terdapat komponenkomponen paralel dalam lengan-lengan jembatan. Jika impedansi dituliskan dalam bentuk Z = Z θ, dimana ; Z = magnitudo dan θ = sudut fasa dari impedansi kompleks, maka persamaan ( 9-4a ) menjadi : ( Z 1 θ 1 ) (Z 4 θ 4 ) = ( Z 2 θ 2 ) (Z 3 θ 3 ) ( 9-5 ) atau dapat ditulis sebagai : Z 1 Z 4 θ 1 + θ 4 = Z 2 Z 3 θ 2 + θ 3 ( 9-6 ) Persamaan ( 9-6 ) memperlihatkan bahwa dua persyaratan yang harus dipenuhi secara bersamaan ( simultan ), untuk membuat jembatan arus bolak balik setimbang, yaitu : Syarat pertama : kesetimbangan magnitudo impedansi memenuhi hubungan : Z 1 Z 4 = Z 2 Z 3 ( 9-7 ) PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong PENGUKURAN BESARAN LISTRIK 2

3 atau perkalian kebesaran-kebesaran dari lengan-lengan yang saling berhadapan harus sama. Syarat kedua : sudut-sudut fasa impedansi memenuhi hubungan : θ 1 + θ 4 = θ 2 + θ 3 ( 9-8 ) atau penjumlahan sudut-sudut fasa dari lengan-lengan yang saling berhadapan harus sama. Aplikasi persamaan setimbang Kedua persamaan ( 9-7 ) dan ( 9-8 ), dapat digunakan, jika impedansi lengan-lengan jembatan diberikan dalam bentuk polar. Jika nilai-nilai impedansi dari lengan-lengan jembatan diberikan dalam bentuk lain atau umum, maka persamaan setimbang diberikan dalam bentuk kompleks. Dua contoh berikut menggambarkan prosedur tersebut. Contoh 1 : Pada gambar 1 diatas, impedansi-impedansi jembatan arus bolak balik adalah : Z 1 = Ω ( impedansi induktif ) Z 2 = 250 Ω ( tahanan murni ) Z 3 = Ω ( impedansi induktif ) Z 4 = tidak diketahui ( dicari ) Tentukan nilai Z 4 Penyelesaian : Syarat pertama untuk kesetimbangan adalah : Z 2 Z 3 Z 1 Z 4 = Z 2 Z 3 atau Z 4 = Subsitusikan magnitudo komponen yang diketahui, maka : 250 x 400 Z 4 = = 1000 Ω 100 Syarat kedua untuk kesetimbangan jembatan adalah : θ 1 + θ 4 = θ 2 + θ 3 θ 4 = θ 2 + θ 3 - θ 1 = = Jadi nilai Z 4 dapat dituliskan dalam bentuk polar, yaitu : Z 4 = Ω Z 1 PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong PENGUKURAN BESARAN LISTRIK 3

4 Contoh 2 : Pada gambar 1 diatas, Jembatan arus bolak balik adalah setimbang dengan konstanta-konstanta berikut : Lengan AB, R = 450 Ω ; lengan BC, R = 300 Ω, seri dengan C = 0,265 μf ; lengan CD tidak diketahui ; lengan DA, R = 200 Ω seri dengan L = 15,9 mh, jika frekuensi osilator 1 KHz, tentukan nilai konstanta-konstanta lengan CD. Penyelesaian : Impedansi lengan-lengan jembatan dinyatakan dalam bentuk kompleks adalah : Z 1 = R = 450 Ω Z 2 = R - j X C, dimana : X C = 1 / ω C atau 1 / (2 π f C ) 1 1 X c = = = 600 Ω 2 π f C 2 x 3,14 x 10 3 x 0, Z 2 = ( j 600 ) Ω Z 3 = R + j ω L = j X L ( dimana X L = 2 π f L ) Z 3 = j ( 2 x 3,14 x 10 3 x 15, ) = ( j 100 ) Ω Z 4 = tidak diketahui Persamaan umum untuk kesetimbangan jembatan adalah : Z 2 Z 3 Z 1 Z 4 = Z 2 Z 3 atau Z 4 = Subsitusikan harga-harga Z 1, Z 2, dan Z 3, diperoleh : ( j 600 ) ( j 100 ) Z 4 = j j = j Z 4 = = ( 266,6 j 200 ) Ω = ( R - j X C ) 450 Impedansi Z 4 merupakan gabungan sebuah tahanan 200 Ω dihubungkan seri dengan sebuah kapasitor C, dimana besarnya dapat dihitung sebagai berikut : ( Z 4 = R - j X C ) 1 X C = 1 / 2 π f C atau C = / 2 π f X C Z 1 PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong PENGUKURAN BESARAN LISTRIK 4

5 C = = 0,8 μf 2 x 3,14 x 1000 x Jembatan-Jembatan Pembanding Jembatan Pembanding Kapasitansi. Jembatan pembanding kapasitansi yang merupakan jembatan arus bolak balik, digunakan untuk pengukuran kapasitansi yang tidak diketahui, dengan cara membandingkannya terhadap sebuah kapasitansi yang diketahui. Pada gambar 2, ditunjukkan sebuah jembatan pembanding kapasitansi, dimana dapat dilihat bahwa : - Kedua lengan pembanding adalah resistif, yaitu : tahanan variabel R 1 dan tahanan R 2. - Lengan standar terdiri dari : tahanan variabel R s dihubung seri dengan kapasitor standar kualitas tinggi C S. - C X adalah kapasitansi yang tidak diketahui. - R X adalah tahanan kebocoran kapasitor. Gambar 2 Impedansi keempat lengan dinyatakan dalam bentuk bilangan kompleks, yaitu : Z 1 = R 1 ; Z 2 = R 2 ; Z 3 = R S - j / ( ω C S ) ; Z 4 = R X - j / ( ω C X ) Persamaan umum kesetimbangan jembatan menyatakan : Z 1 Z 4 = Z 2 Z 3 R 1 { R X - j / ( ω C X ) } = R 2 { R S - j / ( ω C S ) } ( 9-9 ) R 1 R X - j R 1 / ( ω C X ) = R 2 R S - j R 2 / ( ω C S ). ( 9-10 ) Dua bilangan kompleks dikatakan sama, jika bagian nyata dan bagian khayalnya adalah sama. PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong PENGUKURAN BESARAN LISTRIK 5

6 Jadi, dengan menyamakan bagian nyata pada persamaan ( 9-10 ), diperoleh : R 2 R 1 R X = R 2 R S atau R X = R S ( 9-11 ) dan menyamakan bagian khayal dari persamaan ( 9-10 ), diperoleh : R 1 R 1 / ( ω C X ) = R 2 / ( ω C S ) atau C X = C S ( 9-12 ) Persamaan ( 8-11 ) dan ( 8-12 ) menyatakan bahwa : - dua syarat kesetimbangan harus dipenuhi secara bersamaan ( simultan ). - R X dan C X dinyatakan dalam komponen jembatan yang diketahui. R 1 R 2 Catatan : - Untuk memenuhi kedua syarat kesetimbangan, jembatan harus mempunyai dua elemen variabel yang dapat dipilih dari empat elemen yang tersedia. ( kapasitor C S nilainya tetap dan tidak dapat diatur, karena merupakan kapasitor presisi tinggi ). - Tahanan R S merupakan pilihan yang tepat sebagai elemen variabel karena tidak muncul dalam bentuk C S ( lihat persamaan 9-12 ), dan sebagai elemen variabel yang kedua dipilih tahanan R 1. - Karena yang diukur adalah kapasitor yang tidak diketahui, maka pengaruh tahanan bisa kecil sekali. - Pengaturan kedua tahanan R 1 dan R S secara bergantian adalah perlu, untuk menghasilkan keluaran nol dalam telepon kepala dan untuk mencapai kesetimbangan yang sebenarnya. - Setiap perubahan tahanan R 1, tidak saja mempengaruhi persamaan setimbang resistif, tetapi juga persamaan setimbang kapasitif, karena R 1 muncul pada kedua persamaan ( 9-11 ) dan ( 9-12 ). - Pada kedua persamaan setimbang ( 9-11 ) dan ( 9-12 ), frekuensi sumber tegangan tidak muncul, jadi jembatan tidak bergantung pada frekuensi tegangan yang diberikan Jembatan Pembanding Induktansi Jembatan pembanding induktansi yang merupakan jembatan arus bolak balik, digunakan untuk pengukuran induktansi yang tidak diketahui, dengan cara membandingkannya terhadap sebuah induktor standar yang diketahui. Pada gambar 3, ditunjukkan sebuah jembatan pembanding induktansi. PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong PENGUKURAN BESARAN LISTRIK 6

7 Gambar 3 Pertama-tama impedansi keempat lengan dinyatakan dalam bentuk bilangan kompleks, yaitu : Z 1 = R 1 ; Z 2 = R 2 ; Z 3 = R S + j ω L S ; Z 4 = R X + j ω L X Persamaan umum kesetimbangan jembatan, menyatakan : Z 1 Z 4 = Z 2 Z 3 R 1 ( R X + j ω L X ) = R 2 ( R S + j ω L S ) atau R 1 R X + j R 1 ω L X = R 2 R S + j R 2 ω L S ( * ) Dua bilangan kompleks dikatakan sama, jika bagian nyata dan bagian khayalnya sama. Jadi, dengan menyamakan bagian khayal dari Persamaan ( * ), diperoleh : R 1 ω L X = R 2 ω L S atau L X = L S ( 9-13 ) R 2 dan bagian nyata dari persamaan ( * ), diperoleh : R 1 R 2 R 1 R X = R 2 R S atau R X = R S ( 9-14 ) R 1 Pada jembatan ini, R 2 dipilih sebagai pengontrol kesetimbangan induktif dan R S sebagai pengontrol kesetimbangan resistif. Jembatan pembanding standar pada gambar 3, rangkuman pengukurannya dapat diperbesar dengan sedikit modifikasi rangkaian, seperti ditunjukkan pada gambar 4, dimana tahanan variabel r dihubungkan melalui saklar S ke salah satu lengan standar ( posisi 1 ) atau ke lengan yang tidak diketahui ( posisi 2 ) PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong PENGUKURAN BESARAN LISTRIK 7

8 Jika saklar pada posisi 1, maka: R 2 R X = ( R S + r ) ----.( 9-15 ) R 1 Jika saklar pada posisi 2, Gambar 4 maka: R 2 R X = R S r.( 9-16 ) R Jembatan Maxwell Jembatan Maxwell, digunakan untuk mengukur sebuah induktansi yang tidak diketahui, yang dinyatakan dalam kapasitansi yang diketahui. Pada gambar 5, ditunjukkan rangkaian jembatan Maxwell, dimana salah satu lengan pembanding mempunyai sebuah tahanan yang dihubung paralel dengan sebuah kapasitansi. Gambar 5 Impedansi ketiga lengan dan admitansi lengan 1, dinyatakan dalam bentuk bilangan kompleks : Z 2 = R 2 ; Z 3 = R 3 ; Y 1 = 1 / ( R 1 + j ω C 1 ) ; Z X = R X + j ω L X Persamaan umum kesetimbangan jembatan, menyatakan : { 1 / ( Y 1 ) } Z X = Z 2 Z 3 atau Z X = Z 2 Z 3 Y 1 ( 9-17 ) Subsitusikan harga-harga Z 2, Z 3, Y 1, dan Z X kedalam persamaan ( 9-17), diperoleh : R X + j ω L X = R 2 R 3 { 1 / ( R 1 ) + j ω C 1 } ( 9-18 ) Bagian nyata pada persamaan ( 9-18 ) harus sama, maka : R 2 R 3 R X = ( 9-19 ) R 1 PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong PENGUKURAN BESARAN LISTRIK 8

9 Bagian khayal pada persamaan ( 9-18 ) harus sama, maka : ω L X = R 2 R 3 ω C 1 atau L X = R 2 R 3 C 1 ( 9-20 ) dimana : tahanan dinyatakan dalam ohm, induktansi dalam henry, dan kapasitansi dalam farad. Catatan : - Jembatan Maxwell penggunaannya terbatas pada pengukuran kumparan dengan Q menengah ( 1 < Q < 10 ) dan tidak sesuai untuk Q yang sangat rendah ( Q < 1 ). - Karena jumlah sudut fasa dari elemen resistif pada lengan 2 dan 3 sama dengan nol, maka jumlah sudut fasa pada lengan 1 dan 4 harus sama dengan nol ( syarat kedua kesetimbangan ). - Untuk menyetimbangkan jembatan Maxwell, pertama-tama yang dilakukan adalah mengatur tahanan R 3 untuk kesetimbangan induktif dan kemudian mengatur R 1 untuk kesetimbangan resistif. 9.4 Jembatan Hay Jembatan hay, digunakan untuk mengukur sebuah induktansi yang tidak diketahui, yang dinyatakan dalam kapasitansi yang diketahui dan lebih cocok untuk pengukuran Q tinggi ( Q > 10 ). Pada gambar 6, ditunjukkan rangkaian jembatan Hay yang berbeda dari jembatan Maxwell, dimana tahanan R 1 dihubungkan seri dengan kapasitor C 1. Gambar 6 Impedansi keempat lengan dinyatakan dalam bentuk bilangan kompleks : Z 1 = R 1 - j / ( ω C 1 ) ; Z 2 = R 2 ; Z 3 = R 3 ; Z X = R X + j w L X Persamaan umum kesetimbangan jembatan, menyatakan : Z 1 Z 4 = Z 2 Z 3..( ** ) Subsitusikan harga-harga Z 1, Z 2, Z 3,dan Z 4 kedalam persamaan ( ** ), diperoleh : { R 1 - j / ( w C 1 ) } ( R X + j ω L X ) = R 2 R 3 ( 9-21 ) PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong PENGUKURAN BESARAN LISTRIK 9

10 R 1 R X + ( L X ) / ( C 1 ) + j ω L X R 1 - j R X / ( ω C 1 ) = R 2 R 3 Bagian nyata harus sama, maka : R 1 R X + ( L X ) / ( C 1 ) = R 2 R 3 ( 9-22 ) Bagian khayal harus sama, maka : ω L X R 1 - R X / ( ω C 1 ) = 0 atau R X / ( ω C 1 ) = ω L X R 1 ( 9-23 ) Karena kedua persamaan ( 9-22 ) dan ( 9-23 ) masih mengandung L X dan R X, maka harus diselesaikan secara bersamaan ( simultan ) : ω 2 C 2 1 R 1 R 2 R 3 R X = ( 9-24 ) 1 + ω 2 C R 1 dan R 2 R 3 C 1 L X = ( 9-25 ) 1 + ω 2 C R 1 Catatan : - Pada persamaan ( 9-24 ) dan ( 9-25 ), dapat dilihat bahwa harga tahanan dan induktansi yang tidak diketahui ( R X dan L X ) mengandung kecepatan sudut ω, yang berarti bahwa frekuensi harus diketahui secara tepat. - Syarat kedua kesetimbangan, menyatakan bahwa jumlah sudut fasa dari lenganlengan berhadapan harus sama, jadi, jumlah sudut fasa induktif harus sama dengan jumlah sudut fasa kapasitif, karena sudut-sudut fasa resistif adalah nol. Pada gambar 7a, ditunjukkan bahwa : X L = ω L X Z θ C R 1 θ L a R X Gambar 7 X C = 1 /ω C 1 b Z tangen sudut fasa induktif adalah : X L ω L X tan θ L = = = Q ( 9-26 ) R X R X dan pada gambar 7b, tangen sudut fasa kapasitif adalah : X C 1 / ω C 1 1 tan θ C = = = ( 9-27 ) R 1 R 1 ω C 1 R 1 PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong PENGUKURAN BESARAN LISTRIK 10

11 Jika kedua sudut fasa tersebut sama, maka besar tangennya juga sama, jadi : 1 tan θ L = tan θ C atau Q = ( 9-28 ) ω C 1 R 1 Subsitusikan harga pada persamaan ( 9-28 ) kedalam persamaan ( 9-25 ), maka bentuk L X menjadi : R 2 R 3 C 1 L X = ( 9-29 ) 1 + ( 1 / Q ) 2 Untuk nilai Q lebih besar dari 10 ( Q > 10 ), maka suku ( 1 / Q ) 2 menjadi lebih kecil dar 1 / 100, sehingga dapat diabaikan, oleh karena itu persamaan ( 9-25 ) berubah menjadi bentuk yang sama ( diturunkan ) pada jembatan Maxwell, yaitu : L X = R 2 R 3 C Jembatan Schering Jembatan Schering merupakan salah satu jembatan arus bolak balik yang paling penting dan digunakan secara luas untuk pengukuran kapasitor, dan disamping itu juga sangat bermanfaat untuk mengukur sifat-sifat isolasi, yaitu pada sudut-sudut fasa yang mendekati Jembatan ini memberikan beberapa keuntungan nyata dibandingkan dengan jembatan pembanding kapasitansi. Pada gambar 8, ditunjukkan rangkaian jembatan Schering yang menunjukkan kemiripan dengan jembatan pembanding kapasitansi, dimana pada lengan 1 terdiri dari tahanan R 1 diparalel dengan sebuah kapasitor variabel dan lengan standar hanya terdiri dari sebuah kapasitor ( umumnya kapasitor standar merupakan kapasitor mika yang bermutu tinggi untuk pengukuran yang umum dan kapasitor udara untuk pengukuran isolasi ). Sebuah kapasitor mika bermutu tinggi mempunyai kerugian yang sangat rendah ( tidak mempunyai tahanan ), oleh karena itu mempunyai sudut fasa mendekati Gambar 8 PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong PENGUKURAN BESARAN LISTRIK 11

12 Impedansi keempat lengan dinyatakan dalam bentuk bilangan kompleks : Z X = R X - j / ( ω C X ) ; Z 2 = R 2 ; Z 3 = - j / ( ω C 3 ) ; Y 1 = 1 / ( R 1 ) + j ω C 1 Persamaan umum kesetimbangan jembatan, menyatakan ( pada lengan 1 impedansi digantikan oleh admitansi ) : Z X = Z 2 Z 3 Y 1.. ( *** ) Subsitusikan harga-harga Z X, Z 2, Z 3, dan Y 1 kedalam persamaan ( *** ), diperoleh : R X - j / ( ω C X ) = R 2 { - j / ( ω C 3 ) } { 1 / ( R 1 ) + j ω C 1 } atau R 2 C 1 R 2 R X - j / ( ω C X ) = j ( 9-30 ) C 3 ω C 3 R 1 Dengan menyamakan bagian nyata dan bagian khayal, diperoleh : C 1 R X = R ( 9-31 ) C 3 R 2 R 1 1 / ( ω C X ) = atau C X = C ( 9-32 ) ω C 3 R 1 R 2 faktor daya ( Power factor, PF ) dari sebuah kombinasi seri RC, didefinisikan sebagai cosinus sudat fasa rangkaian, jadi faktor daya untuk besaran yang tidak diketahui Z X = R X - j / ( ω C X ) atau Z X = R X - j X X adalah PF = R X / Z X. Untuk sudut-sudut fasa yang mendekati 90 0, impedansi dan faktor daya menjadi : reaktansi hampir sama dengan R X R X PF = = ω C X R X ( 9-33 ) X X 1 / ( ω C X ) Faktor disipasi ( dissipation factor, D ) dari sebuah rangkaian seri RC, didefinisikan sebagai cotangen sudut fasa, maka perdefinisi factor disipasi adalah : R X D = = ω C X R X ( 9-34 ) X X Karena kualitas sebuah kumparan didefinisikan oleh Q = X L / R L, maka dipero- leh bahwa faktor disipasi D adalah kebalikan dari faktor kualitas Q, jadi : 1 D = ---- Q PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong PENGUKURAN BESARAN LISTRIK 12

13 Faktor disipasi menginformasikan sesuatu mengenai kualitas sebuah kapasitor, yaitu bagaimana dekatnya sudut fasa kapasitor ke nilai idealnya, yaitu Subsitusikan harga C X dalam persamaan ( 8-32 ) dan harga R X dalam persamaan ( 8-31 ) kedalam persamaan ( 8-34 ), diperoleh : D = ω C X R X atau D = ω C 3 ( R 1 / R 2 ) R 2 ( C 1 / C 3 ) D = ω R 1 C 1. ( 9-35 ) Catatan : Persamaan ( 9-35 ), menunjukkan : - Jika tahanan R 1 pada jembatan Schering, mempunyai nilai yang tetap, maka kapasitor C 1 dapat dikalibrasi langsung dalam faktor disipasi. - Terdapatnya frekuensi sudut ω, mempunyai arti bahwa kalibrasi piringan C 1 hanya berlaku untuk suatu frekuensi tertentu pada mana piringan dikalibrasi, akan tetapi frekuensi berbeda dapat digunakan dengan syarat perlu dilakukan koreksi, yaitu dengan mengalikan pembacaan piringan C 1 terhadap perbandingan dari kedua frekuensi tersebut. 9.6 Kondisi Tidak Seimbang Jika salah satu persyaratan kesetimbangan tidak dipenuhi, maka sebuah jembatan arus bolak balik sama sekali tidak dapat disetimbangkan. Untuk menggambarkan keadaan ini, pada gambar 9 ditunjukkan sebuah rangkai-an jembatan, dimana Z 1 merupakan elemen induktif, Z 2 adalah sebuah kapasitif murni, Z 3 adalah sebuah tahanan variabel. Tahanan R 3 diperlukan untuk menghasilkan kesetimbangan jembatan, yang ditentukan dengan menggunakan syarat kesetimbangan pertama ( kebesaran-kebesaran ), yaitu : R 3 Z 2 = Z 1 Z 4 atau Z 1 Z x 600 Gambar 9 R 3 = = = 300 Ω Z Syarat kesetimbangan kedua ( sudut-sudut fasa ), yaitu : θ 1 + θ 4 = θ 2 + θ 3 dimana : θ 1 + θ 4 = = 90 0 θ 2 + θ 3 = = PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong PENGUKURAN BESARAN LISTRIK 13

14 Jadi : θ 1 + θ 4 θ 2 + θ 3, yang berarti persyaratan kedua tidak dipenuhi, sehingga kesetimbangan jembatan tidak dapat dicapai. Sebuah gambaran mengenai masalah menyetimbangkan sebuah jembatan diberikan pada contoh 3, dimana pengaturan kecil pada satu atau lebih lengan-lengan jembatan akan menghasilkan suatu kondisi, dimana kesetimbangan dapat dicapai. Contoh 3 : dari rangkaian jembatan pada gambar 10 a, tentukan apakah jembatan tersebut setimbang sempurna atau tidak. Jika tidak, tun- jukkan dua cara agar jembatan agar jembatan dapat menjadi setim- bang, dan tentukan nilai-nilai numerik untuk setiap komponen tam- bahan. Anggap bahwa lengan jembatan 4 tidak diketahui dan tidak dapat diubah. Penyelesaian : Gambar 10 Pemeriksaan rangkaian menunjukkan bahwa syarat pertama kesetimbangan ( kebesaran ), dengan mudah dapat dipenuhi, dengan sedikit memperbesar R 3. PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong PENGUKURAN BESARAN LISTRIK 14

15 Syarat kesetimbangan kedua menetapkan : θ 1 + θ 4 = θ 2 + θ 3 dimana : θ 1 = ( kapasitif murni ) θ 2 = θ 3 = 0 0 ( tahanan murni ) θ 4 < 90 0 ( impedansi induktif ) jadi, kesetimbangan tidak mungkin dicapai dengan konfigurasi rangkaian jemba-tan pada gambar 10 a, karena θ 1 + θ 4 sedikit negatip, dan θ 2 + θ 3 = 0 0. Kesetimbangan jembatan dapat kembali dicapai, dengan mengubah rangkaian sedemikian rupa, sehingga persyaratan sudut fasa dipenuhi. Pada dasarnya ada dua cara untuk melakukan hal tersebut, yaitu : Cara pertama : Mengubah Z 1, sehingga sudut fasanya berkurang menjadi lebih kecil dari 90 0 ( sama dengan θ 4 ), yaitu dengan menghubungkan sebuah tahanan yang dihubungkan paralel dengan kapasitor dan perubahan ini menghasilkan jembatan Maxwell, seperti ditunjukkan pada gambar 10b. Tahanan R 1 dapat ditentukan dengan menggunakan admitansi pada lengan satu, maka syarat kesetimbangan pertama menetapkan : Z 4 ( 1 / Y 1 ) Z 4 = Z 2 Z 3 atau Y 1 = Z 2 Z Dimana : Y 1 = j R Jadi : j j = R x j j = R Dua bilangan kompleks dikatakan sama, jika bagian riel dan bagian khayalnya sama, maka : = R 1 = 5000 Ω R Perlu diperhatikan bahwa dengan penambahan R 1, syarat kesetimbangan pertama terganggu ( kebesaran Z 1 bertambah ), sehingga tahanan variabel R 3 harus diatur untuk mengimbangi pengaruh ini. PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong PENGUKURAN BESARAN LISTRIK 15

16 Cara kedua : Mengubah sudut fasa lengan 2 dan lengan 3, yaitu dengan menambah sebuah kapasitor yang dihubung seri dengan R 3, seperti ditunjukkan pada gambar 10c. Dengan menggunakan syarat kesetimbangan pertama, diperoleh : Z 1 Z 4 Z 2 Z 3 = Z 1 Z 4 atau Z 3 = ( a ) Dimana ; Z 1 = - j 1000 ; Z 2 = 500 ; Z 3 = j X C ; Z 4 = j 500 Z 2 Subsitusikan harga-harga Z 1, Z 2, Z 3, dan Z 4 kedalam persamaan ( a ), diperoleh ; - j 1000 ( j 500 ) 1000 j X C = j = j X C = j 200 bagian khayal harus sama, jadi : X C = 200 Ω Disini juga, kebesaran Z 3 telah bertambah, sehingga syarat kesetimbangan pertama berubah, oleh karena itu suatu pengaturan kecil pada R 3 perlu dilaku-kan kembali untuk memulihkan kesetimbangan. 9.7 Jembatan Wien Jembatan Wien yang akan dibahas disini adalah jembatan arus bolak balik untuk pengukuran frekuensi. Disamping digunakan sebagai alat untuk mengukur frekuensi, jembatan Wien juga digunakan untuk berbagai rangkaian bermanfaat lainnya, yaitu : - Di dalam alat penganalisis distorsi harmonik ( harmonic distorsion analyzer ), dimana jembatan Wien digunakan sebagai saringan pencatat ( notch filter ) yang membedakan terhadap satu frekuensi tertentu. - Di dalam osilator Audio dan frekuensi tinggi ( high frequency, HF ), jembatan Wien digunakan sebagai elemen pengukur frekuensi ( frequency determining element ). PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong PENGUKURAN BESARAN LISTRIK 16

17 Pada gambar 11, ditunjukkan rangkaian jembatan Wien, yang mempunyai sebuah kombinasi seri RC pada lengan 1, dan sebuah kombinasi paralel RC pada lengan 3. Gambar 11 Impedansi lengan 1 adalah Z 1 = R 1 - j / ( ω C 1 ), admitansi lengan 3 adalah Y 3 = 1 / ( R 3 ) + j ω C 3, Z 2 = R 2 dan Z 4 = R 4. Dengan menggunakan persamaan umum kesetimbangan jembatan ( untuk kebesaran ), dan memasukkan nilai-nilai elemen, diperoleh : 1 Z = Z 1 Z 4 atau Z 2 = Z 1 Z 4 Y 3 Y R 2 = ( R 1 - j ) R 4 ( j ω C 3 ) ( 9-36 ) ω C 1 R 3 R 1 R 4 R 4 R 4 C 3 R 2 = j ω C 3 R 1 R 4 - j R 3 ω C 1 R 3 C 1 R 1 R 4 R 4 C 3 R 4 R 2 = j ( ω C 3 R 1 R ) ( 9-37 ) R 3 C 1 ω C 1 R 3 Dengan menyamakan bagian-bagian nyata, diperoleh : R 1 R 4 R 4 C 3 R 2 = ( 9-38 ) Disederhanakan menjadi : R 3 C 1 R 2 R 1 C = ( 9-39 ) R 4 R 3 C 1 PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong PENGUKURAN BESARAN LISTRIK 17

18 Dengan menyamakan bagian-bagian khayal, diperoleh : R 4 R 4 0 = ω C 3 R 1 R atau ω C 3 R 1 R 4 = ( 9-40 ) ω C 1 R 3 ω C 1 R 3 dimana ω = 2 π f. subsitusikan harga ω = 2 π f kedalam persamaan ( 8-40 ), diperoleh : R 4 1 ω C 3 R 1 R 4 = atau ω 2 = ω C 1 R 3 C 1 C 3 R 1 R ( 2 π f ) 2 = atau 2 π f = C 1 C 3 R 1 R 3 C 1 C 3 R 1 R 3 1 f = ( 9-41 ) 2 π C 1 C 3 R 1 R 3 Kedua persyaratan kesetimbangan menghasilkan : - Persamaan yang menentukan perbandingan R 2 / R 4, persamaan ( 9-39 ). - Persamaan yang menentukan frekuensi tegangan input, persamaan ( 9-41 ). Pada kebanyakan rangkaian jembatan Wien, dipilih nilai R 1 = R 3 dan C 1 = C 3, sehingga akan menyederhanakan persamaan ( 9-39 ) menjadi : R = 2 ( 8-42 ) R 4 dan persamaan ( 9-41) menjadi : 1 f = ( 8-43 ) 2 π RC Persamaan ( 9-43 ), merupakan pernyataan umum untuk frekuensi jembatan Wien. Karena sensitivitas frekuensinya, jembatan Wien mungkin sulit dibuat setimbang, kecuali untuk bentuk gelombang tegangan input adalah sinusoida murni. Daftar Pustaka 1. Wiliam D. Cooper, Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran Jakarta, September 2008 Ir. S.O.D. Limbong PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. S.O.D. Limbong PENGUKURAN BESARAN LISTRIK 18

JEMBATAN SCHERING. Cx C 3 Rx

JEMBATAN SCHERING. Cx C 3 Rx JEMBATAN SHEING x x Jembatan Schering, salah satu jembatan arus bolak-balik yang paling penting, di pakai secara luas untuk pengukuran kapasitor. Dia memberikan beberapa keuntungan nyata atas jembatan

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN ARUS BOLAK BALIK

SOAL DAN PEMBAHASAN ARUS BOLAK BALIK SOAL DAN PEMBAHASAN ARUS BOLAK BALIK Berikut ini ditampilkan beberapa soal dan pembahasan materi Fisika Listrik Arus Bolak- Balik (AC) yang dibahas di kelas 12 SMA. (1) Diberikan sebuah gambar rangkaian

Lebih terperinci

05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK

05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK 05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK 5.1 Pendahuluan Gerak d Arsonval akan memberi respons terhadap nilai rata-rata atau searah (dc) melalui kumparan putar. Jika kumparan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini, akan dibahas sebagian dari rangkaian dasar arus searah, antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini, akan dibahas sebagian dari rangkaian dasar arus searah, antara lain : BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya, pengukuran suatu resistansi dapat dilakukan dengan mudah. Namun kelemahannya adalah kurang akurat. Pengukuran resistansi yang lebih baik dapat dilakukan dengan cara: 1.

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika Listrik Arus Bolak-balik - Soal Doc. Name: RK13AR12FIS0401 Version: 2016-12 halaman 1 01. Suatu sumber tegangan bolak-balik menghasilkan tegangan sesuai dengan fungsi

Lebih terperinci

RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC

RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC ESONANSI PADA ANGKAIAN LC A. Tujuan 1. Mengamati adanya gejala resonansi dalam rangkaian arus bolaik-balik.. Mengukur resonansi pada rangkaian seri LC 3. Menggambarkan lengkung resonansi pada rangkaian

Lebih terperinci

Nama : Taufik Ramuli NIM :

Nama : Taufik Ramuli NIM : Nama : Taufik Ramuli NIM : 1106139866 Rangkaian RLC merupakan rangkaian baik yang dihubungkan dengan paralel pun secara seri, namun rangkaian tersebut harus terdiri dari kapasitor; Induktor; dan resistor.

Lebih terperinci

JEMBATAN ARUS SEARAH. Rangkaian jembatan digunakan secara luas untuk pengukuran nilai-nilai elemen, seperti :

JEMBATAN ARUS SEARAH. Rangkaian jembatan digunakan secara luas untuk pengukuran nilai-nilai elemen, seperti : JEMBATAN ARUS SEARAH 1. PENDAHULUAN Rangkaian jembatan digunakan secara luas untuk pengukuran nilai-nilai elemen, seperti : - tahanan - induktansi - kapasitansi - parameter rangkaian lainnya, yang diturunkan

Lebih terperinci

MODUL FISIKA. TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN

MODUL FISIKA. TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN MODUL ISIKA TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. SUMBER TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK Sumber tegangan bolak-balik

Lebih terperinci

ANALISIS RANGKAIAN RLC

ANALISIS RANGKAIAN RLC ab Elektronika ndustri Fisika. AUS A PADA ESSTO ANASS ANGKAAN Jika sebuah resistor dilewati arus A sebesar maka pada resistor akan terdapat tegangan sebesar r. Sehingga jika arus membesar maka tegangan

Lebih terperinci

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK Arus bolak-balik atau Alternating Current (AC) yaitu arus listrik yang besar dan arahnya yang selalu berubah-ubah secara periodik. 1. Sumber Arus Bolak-balik Sumber arus bolak-balik

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Listrik Arus Bolak Balik - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0699 Version: 2011-12 halaman 1 01. Suatu sumber tegangan bolak-balik menghasilkan tegangan sesuai dengan fungsi: v =140

Lebih terperinci

Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif

Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif Resonansi paralel sederhana (rangkaian tank ) Kondisi resonansi akan terjadi pada suatu rangkaian tank (tank circuit) (gambar 1) ketika reaktansi dari kapasitor dan induktor bernilai sama. Karena rekatansi

Lebih terperinci

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK.

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. Arus Bolak-balik RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. Dalam pembahasan yang terdahulu telah diketahui bahwa generator arus bolakbalik sebagai sumber tenaga listrik yang mempunyai GGL : E E sinω t Persamaan di atas

Lebih terperinci

PENGUKURAN INDUKTANSI SALURAN KOAKSIAL

PENGUKURAN INDUKTANSI SALURAN KOAKSIAL LAPORAN PRAKTIKUM SALURAN TRANSMISI RF PENGUKURAN INDUKTANSI SALURAN KOAKSIAL Disusun Oleh : Angga Setyawan NIM. 1041160015 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL POLITEKNIK NEGERI

Lebih terperinci

FASOR DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASAR RANGKAIAN LISTRIK

FASOR DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASAR RANGKAIAN LISTRIK FASO DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASA ANGKAIAN LISTIK 1. Fasor Fasor adalah grafik untuk menyatakan magnituda (besar) dan arah (posisi sudut). Fasor utamanya digunakan untuk menyatakan gelombang sinus

Lebih terperinci

Rangkaian Arus Bolak Balik. Rudi Susanto

Rangkaian Arus Bolak Balik. Rudi Susanto Rangkaian Arus Bolak Balik Rudi Susanto Arus Searah Arahnya selalu sama setiap waktu Besar arus bisa berubah Arus Bolak-Balik Arah arus berubah secara bergantian Arus Bolak-Balik Sinusoidal Arus Bolak-Balik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

ANALISIS RANGKAIAN RLC ARUS BOLAK-BALIK

ANALISIS RANGKAIAN RLC ARUS BOLAK-BALIK ANALISIS RANGKAIAN RLC ARUS BOLAK-BALIK 1. Tujuan Menera skala induktor variabel, mengamati keadaan resonansi dari rangkaian seri RLC arus bolak-balik, dan menera kapasitan dengan metode jembatan wheatstone.

Lebih terperinci

Bahan Ajar Ke 1 Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik. Diagram Satu Garis

Bahan Ajar Ke 1 Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik. Diagram Satu Garis 24 Diagram Satu Garis Dengan mengasumsikan bahwa sistem tiga fasa dalam keadaan seimbang, penyelesaian rangkaian dapat dikerjakan dengan menggunakan rangkaian 1 fasa dengan sebuah jalur netral sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rangkaian RLC merupakan suatu rangkaian elektronika yang terdiri dari Resistor, Kapasitor dan Induktor yang dapat disusun seri ataupun paralel. Rangkaian RLC ini merupakan

Lebih terperinci

1.KONSEP SEGITIGA DAYA

1.KONSEP SEGITIGA DAYA Daya Aktif, Daya Reaktif dan Dan Pasif 1.KONSEP SEGITIGA DAYA Telah dipahami dan dianalisa tentang teori daya listrik pada arus bolak-balik, bahwa disipasi daya pada beban reaktif (induktor dan kapasitor)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah 24 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah tangga diantaranya, switch-mode power suplay pada TV,

Lebih terperinci

A. Kompetensi Mengukur beban R, L, C pada sumber tegangan DC dan AC

A. Kompetensi Mengukur beban R, L, C pada sumber tegangan DC dan AC Revisi : 01 Tgl : 1 Maret 2008 Hal 1 dari 8 A. Kompetensi Mengukur beban R, L, C pada sumber tegangan DC dan AC B. Sub Kompetensi 1. Mengukur besarnya arus dan daya pada beban RLC pada sumber tenaga tegangan

Lebih terperinci

Jembatan Arus Searah dan Pemakaiannya

Jembatan Arus Searah dan Pemakaiannya 7- PENDAHULUAN BAB.7 Jembatan Arus Searah dan Pemakaiannya angkaian-rangkaian jembatan dipakai secara luas untuk pengukuran nilai-nilai komponen seperti tahanan, induktansi atau kapasitansi, dan parameter

Lebih terperinci

tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter

tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter tersebut. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini dapat memberikan konsep mengenai penggunaan single

Lebih terperinci

MODUL 2 RANGKAIAN RESONANSI

MODUL 2 RANGKAIAN RESONANSI MODUL 2 RANGKAIAN RESONANSI Jaringan komunikasi secara berkala harus memilih satu band frekuensi dan mengabaikan (attenuasi) frekuensi yang tidak diinginkan. Teori filter modern menyediakan metode untuk

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET RANGKAIAN LISTRIK. Pengaruh Frekuensi Terhadap Beban Semester I

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET RANGKAIAN LISTRIK. Pengaruh Frekuensi Terhadap Beban Semester I Revisi : 01 Tgl : 1 Maret 2008 Hal 1 dari 5 A. Kompetensi Menggambarkan pengaruh frekuensi terhadap beban R-L, R-C parallel. B. Sub Kompetensi 1. Menyebutkan pengaruh frekuensi terhadap arus I R, I L,

Lebih terperinci

INDUKSI EM DAN HUKUM FARADAY; RANGKAIAN ARUS BOLAK BALIK

INDUKSI EM DAN HUKUM FARADAY; RANGKAIAN ARUS BOLAK BALIK MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-1 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-13 CAKUPAN MATERI 1. INDUKTANSI. ENERGI TERSIMPAN DALAM MEDAN MAGNET 3. RANGKAIAN AC DAN IMPEDANSI 4. RESONANSI

Lebih terperinci

Arus Bolak Balik. Arus Bolak Balik. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

Arus Bolak Balik. Arus Bolak Balik. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Materi 1 Sumber arus bolak-balik (alternating current, AC) 2 Resistor pada rangkaian AC 3 Induktor

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya Pada desain fasilitas penunjang Bandara Internasional Kualanamu adanya tuntutan agar keandalan sistem tinggi, sehingga kecuali

Lebih terperinci

BAB IV ARUS BOLAK BALIK. Vef = 2. Vrt = Vsb = tegangan sumber B = induksi magnet

BAB IV ARUS BOLAK BALIK. Vef = 2. Vrt = Vsb = tegangan sumber B = induksi magnet BAB IV AUS BOLAK BALIK A. TEGANGAN DAN AUS Vsb Vsb = Vmax. sin. t Vmax = B. A. N. Vef = V max. V max Vrt = Vsb = tegangan sumber B = induksi magnet Vmax = tegangan maksimum A = luas penampang Vef = tegangan

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan Penilaian Akhir Semester (PAS) Ganjil Doc. Name: RK13AR12FIS01PAS Version: 2016-11 halaman 1 01. Perhatikan rangkaian hambatan listrik berikut. Hambatan pengganti

Lebih terperinci

ARUS BOLAK BALIK. I m v. Gambar 1. Diagram Fasor (a) arus, (b) tegangan. ωt X(0 o )

ARUS BOLAK BALIK. I m v. Gambar 1. Diagram Fasor (a) arus, (b) tegangan. ωt X(0 o ) ARUS BOLAK BALIK Dalam kehidupan sehari-hari kita jumpai alat-alat seperti dinamo sepeda dan generator. Kedua alat tersebut merupakan sumber arus dan tegangan listrik bolak-balik. Arus bolak-balik atau

Lebih terperinci

Fasor adalah bilangan kompleks yang merepresentasikan besaran atau magnitude dan fasa fungsi sinusoidal dari waktu. Sebuah rangkaian yang dapat dijelaskan dengan menggunakan fasor disebut berada dalam

Lebih terperinci

20 kv TRAFO DISTRIBUSI

20 kv TRAFO DISTRIBUSI GENERATOR SINKRON Sumber listrik AC dari Pusat listrik PEMBANGKIT 150 k INDUSTRI PLTA PLTP PLTG PLTU PLTGU TRAFO GI 11/150 k TRAFO GI 150/20 k 20 k 20 k 220 BISNIS RUMAH TRAFO DISTRIBUSI SOSIAL PUBLIK

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET RANGKAIAN LISTRIK. Pengaruh Frekuensi Terhadap Beban Semester I

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET RANGKAIAN LISTRIK. Pengaruh Frekuensi Terhadap Beban Semester I Revisi : 01 Tgl : 1 Maret 2008 Hal 1 dari 5 A. Kompetensi Menggambarkan pengaruh frekuensi terhadap beban R-L, R-C seri. B. Sub Kompetensi 1. Menyebutkan pengaruh frekuensi terhadap tegangan V R, V L,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

BAB II ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK

BAB II ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK 14 BAB II ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK Seperti dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa pada tidak dapat dipisahkan dari penyusunnya sendiri, yaitu berupa elemen atau komponen. Pada bab ini akan dibahas elemen

Lebih terperinci

RANGKAIAN AC R-L PARALEL

RANGKAIAN AC R-L PARALEL PENDAHULUAN Arus bolak-balik (AC/alternating current) adalah arus listrik di mana besarnya dan arah arusnya berubah-ubah secara bolak-balik. Berbeda dengan arus searah dimana arah arus yang mengalir tidak

Lebih terperinci

Modul 1 definisi dan konsep pengukuran hasil pengukuran suatu besaran ralat acak dan ralat sistematis Modul 2 konsep angka penting dan pembulatan

Modul 1 definisi dan konsep pengukuran hasil pengukuran suatu besaran ralat acak dan ralat sistematis Modul 2 konsep angka penting dan pembulatan ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Alat Ukur dan Metode Pengukuran ini adalah 3 SKS, yang terdiri dari 9 modul. Setelah mengikuti mata kuliah ini, Anda diharapkan memiliki kemampuan menerapkan penggunaan

Lebih terperinci

ARUS DAN TEGANGAN BOLAK- BALIK

ARUS DAN TEGANGAN BOLAK- BALIK AUS DAN TEGANGAN BOLAK- BALK FSKA SMK PEGUUAN CKN Formulasi arus dan tegangan bolak-balik e e sin wt or v v sin wt Persamaan e and v di atas sesuai dengan persamaan simpangan pada gerak harmonik sederhanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasangan atau pembuatan barang-barang elektronika dan listrik.

BAB I PENDAHULUAN. pemasangan atau pembuatan barang-barang elektronika dan listrik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang sudah diketahui

Lebih terperinci

ARUS BOLAK-BALIK Pertemuan 13/14 Fisika 2

ARUS BOLAK-BALIK Pertemuan 13/14 Fisika 2 ARUS BOLAK-BALIK Pertemuan 13/14 Fisika 2 Arus bolak-balik adalah arus yang arahnya berubah secara bergantian. Bentuk arus bolakbalik yang paling sederhana adalah arus sinusoidal. Tegangan yang mengalir

Lebih terperinci

MODUL 5 RANGKAIAN AC

MODUL 5 RANGKAIAN AC MODUL 5 RANGKAIAN AC Kevin Shidqi (13213065) Asisten: Muhammad Surya Nugraha Tanggal Percobaan: 05/11/2014 EL2101-Praktikum Rangkaian Elektrik Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah Teknik Elektro

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI Renny Rakhmawati, ST, MT Jurusan Teknik Elektro Industri PENS-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya Phone 03-5947280

Lebih terperinci

DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI

DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI By : Dwi Andi Nurmantris PENGUKURAN R-L-C POKOK BAHASAN PENGUKURAN RESISTANSI (R) PENGUKURAN INDUKTANSI (L) PENGUKURAN KAPASITANSI (C) Pengukuran Resistansi

Lebih terperinci

12/26/2006 PERTEMUAN XIII. 1. Pengantar

12/26/2006 PERTEMUAN XIII. 1. Pengantar PERTEMUAN XIII RANGKAIAN DC KAPASITIF DAN INDUKTIF 1. Pengantar Jika sebuah rangkaian terdiri dari sebuah kapasitor dan induktor, beberapa energi dari sumber dapat disimpan dan energi tersimpan tersebut

Lebih terperinci

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV Oleh Endi Sopyandi Dasar Teori Dalam penyaluran daya listrik banyak digunakan transformator berkapasitas besar dan juga bertegangantinggi. Dengan transformator tegangan

Lebih terperinci

ANALISIS FILTER INDUKTIF DAN KAPASITIF PADA CATU DAYA DC

ANALISIS FILTER INDUKTIF DAN KAPASITIF PADA CATU DAYA DC ANAISIS FITE INDUKTIF DAN KAPASITIF PADA CATU DAYA DC Tan Suryani Sollu* * Abstract One of the main component of DC power supply is filter, which consist of inductor and capacitor, that has function to

Lebih terperinci

KONVERTER AC-DC (PENYEARAH)

KONVERTER AC-DC (PENYEARAH) KONVERTER AC-DC (PENYEARAH) Penyearah Setengah Gelombang, 1- Fasa Tidak terkontrol (Uncontrolled) Beban Resistif (R) Beban Resistif-Induktif (R-L) Beban Resistif-Kapasitif (R-C) Terkontrol (Controlled)

Lebih terperinci

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN Oleh : Sunarto YB0USJ ELEKTROMAGNET Listrik dan magnet adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, setiap ada listrik tentu ada magnet dan sebaliknya. Misalnya ada gulungan

Lebih terperinci

OPTIMISASI Minimisasi Rugi-rugi Daya pada Saluran

OPTIMISASI Minimisasi Rugi-rugi Daya pada Saluran OPTIMISASI Minimisasi ugi-rugi Daya pada Saluran Oleh : uriman Anthony, ST. MT ugi-rugi daya pada saluran ugi-rugi pada saluran transmisi dan distribusi dipengaruhi oleh besar arus pada beban yang melewati

Lebih terperinci

Penerapan Teorema Mesh dalam Penyederhanaan Arus Bolak Balik serta Penyelesaian Matriks (Minor, Kofaktordan Determinan)

Penerapan Teorema Mesh dalam Penyederhanaan Arus Bolak Balik serta Penyelesaian Matriks (Minor, Kofaktordan Determinan) RESUME RANGKAIAN LISTRIK II Penerapan Teorema Mesh dalam Penyederhanaan Arus Bolak Balik serta Penyelesaian Matriks (Minor, Kofaktordan Determinan) Tujuan 1. Mahasiswa dapat menyederhanakan rangkaian dengan

Lebih terperinci

TRAINER FEEDBACK THYRISTOR AND MOTOR CONTROL

TRAINER FEEDBACK THYRISTOR AND MOTOR CONTROL TRAINER FEEDBACK THYRISTOR AND MOTOR CONTROL FAKULTAS TEKNIK UNP JOBSHEET/LABSHEET JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO NOMOR : I PROGRAM STUDI : DIV WAKTU : 2 x 50 MENIT MATA KULIAH /KODE : ELEKTRONIKA DAYA 1/ TEI051

Lebih terperinci

1 PENGUKURAN DAN KESALAHAN

1 PENGUKURAN DAN KESALAHAN Daftar Isi 1 PENGUKURAN DAN KESALAHAN... :

Lebih terperinci

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart 1. Hipotesis tentang gejala kelistrikan dan ke-magnetan yang disusun Maxwell ialah... a. perubahan medan listrik akan menghasilkan medan magnet b. di sekitar muatan listrik terdapatat medan listrik c.

Lebih terperinci

PENENTUAN FREKUENSI OSILASI LC DARI KURVA TEGANGAN INDUKTOR DAN KAPASITOR TERHADAP FREKUENSI. Islamiani Safitri* dan Neny Kurniasih

PENENTUAN FREKUENSI OSILASI LC DARI KURVA TEGANGAN INDUKTOR DAN KAPASITOR TERHADAP FREKUENSI. Islamiani Safitri* dan Neny Kurniasih PENENTUAN FREKUENSI OSILASI LC DARI KURVA TEGANGAN INDUKTOR DAN KAPASITOR TERHADAP FREKUENSI Islamiani Safitri* dan Neny Kurniasih STKIP Universitas Labuhan Batu Email: islamiani.safitri@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Daya 2.1.1 Pengertian Daya Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Harmonisa Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan elektronik yang didalamnya banyak terdapat penggunaan komponen semi konduktor pada

Lebih terperinci

Arus dan Tegangan Listrik Bolak-balik

Arus dan Tegangan Listrik Bolak-balik Arus dan Tegangan Listrik Bolak-balik Arus dan tegangan bolak-balik (AC) yaitu arus dan tegangan yang besar dan arahnya berubah terhadap waktu secara periodik. A. Nilai Efektif, Nilai Maksimum dan Nilai

Lebih terperinci

05D Peralatan apakah yang kita gunakan untuk mengukur arus listrik? A. ohmmeter B. wavemeter C. voltmeter D. ammeter

05D Peralatan apakah yang kita gunakan untuk mengukur arus listrik? A. ohmmeter B. wavemeter C. voltmeter D. ammeter Dasar-Dasar Listrik Prefiks Metric, sp. pico, nano, micro, milli, centi, kilo, mega, giga Konsep, unit dan pengukuran arus, tegangan Konsep kumparan dan insulator Konsep rangkaian yang tersambung dan terputus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ini terlihat dengan semakin banyaknya penggunaan peralatan elektronik baik pada

BAB 1 PENDAHULUAN. ini terlihat dengan semakin banyaknya penggunaan peralatan elektronik baik pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini peralatan elektronika daya cukup berkembang dengan pesat. Hal ini terlihat dengan semakin banyaknya penggunaan peralatan elektronik baik pada rumah tangga,

Lebih terperinci

BAB II. Dasar Teori. = muatan elektron dalam C (coulombs) = nilai kapasitansi dalam F (farad) = besar tegangan dalam V (volt)

BAB II. Dasar Teori. = muatan elektron dalam C (coulombs) = nilai kapasitansi dalam F (farad) = besar tegangan dalam V (volt) BAB I Pendahuluan Kapasitor (Kondensator) yang dalam rangkaian elektronika dilambangkan dengan huruf C adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi/muatan listrik di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

Applikasi Bil. Komplek pada Teknik Elektro

Applikasi Bil. Komplek pada Teknik Elektro Modul II Applikasi Bil. Komplek pada Teknik Elektro Tujuan : 1. Mahasiswa dapat melakukan operasi perkalian dan pembagian bilangan kompleks 2. Mahasiswa bisa mengunakan kalkulator untuk mengkonversi bentuk

Lebih terperinci

INDUKTANSI DIRI OLEH: Riza Riano : Uzi Fauziah : Temperatur Tekanan Sebelum 26,5±0,25 68,69±0,005 Sesudah 26,5±0,25 68,68±0,005

INDUKTANSI DIRI OLEH: Riza Riano : Uzi Fauziah : Temperatur Tekanan Sebelum 26,5±0,25 68,69±0,005 Sesudah 26,5±0,25 68,68±0,005 INDUKTANSI DII OEH: iza iano : 0605635 Uzi Fauziah : 060076 Temperatur Tekanan Sebelum 6,5±0,5 68,69±0,005 Sesudah 6,5±0,5 68,68±0,005 JUUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKUTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Penerapan Bilangan Kompleks pada Rangkaian RLC

Penerapan Bilangan Kompleks pada Rangkaian RLC Penerapan Bilangan Kompleks pada Rangkaian RLC Hishshah Ghassani - 354056 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 0 Bandung 403, Indonesia

Lebih terperinci

drimbajoe.wordpress.com 1

drimbajoe.wordpress.com 1 drimbajoe.wordpress.com STK AUS SEAAH A. KUAT AUS STK Konsep Materi Kuat Arus istrik () Banyaknya muatan (Q) yang mengalir dalam selang (t). Besarnya Kuat arus listrik () sebanding dengan banyak muatan

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harmonisa Dalam sistem tenaga listrik dikenal dua jenis beban yaitu beban linier dan beban tidak linier. Beban linier adalah beban yang memberikan bentuk gelombang keluaran

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DAYA LISTRIK TIGA FASA

BAB II SISTEM DAYA LISTRIK TIGA FASA BAB II SISTEM DAYA LISTRIK TIGA FASA Jaringan listrik yang disalurkan oleh PLN ke konsumen, merupakan bagian dari sistem tenaga listrik secara keseluruhan. Secara umum, sistem tenaga listrik terdiri dari

Lebih terperinci

Peredaman Harmonik Arus pada Personal Computer All In One Menggunakan Passive Single Tuned Filter

Peredaman Harmonik Arus pada Personal Computer All In One Menggunakan Passive Single Tuned Filter Mustamam, Azmi Rizki Lubis, Peredaman... ISSN : 598 99 (Online) ISSN : 5 364 (Cetak) Peredaman Harmonik Arus pada Personal Computer All In One Menggunakan Passive Single Tuned Filter Mustamam ), Azmi Rizki

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI DAN PENGUKURAN LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA MODUL I [ ] 2012 PENGUKURAN ARUS, TEGANGAN, DAN DAYA LISTRIK

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII Nada-Nada Pipa Organa dan Dawai Soal No. 1 Sebuah pipa organa yang terbuka kedua ujungnya memiliki nada dasar dengan frekuensi sebesar 300 Hz. Tentukan besar frekuensi dari

Lebih terperinci

Fisika Study Center. Never Ending Learning. Menu. Cari Artikel Fisika Study Center. Most Read. Latest. English

Fisika Study Center. Never Ending Learning. Menu. Cari Artikel Fisika Study Center. Most Read. Latest. English Fisika Study Center Never Ending Learning Menu English Home Fisika X SMA Fisika XI SMA Fisika XII SMA Fisika SMP Soal - Soal Pengayaan Olimpiade Fisika UN Fisika SMA UN Fisika SMP Tips SKL UN Fisika Rumus

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII gaya F. Jika panjang kawat diperpendek setengah kali semula dan kuat arus diperbesar dua kali semula, maka besar gaya yang dialami kawat adalah. Medan Magnet

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transformator Ukur Transformator ukur di rancang secara khusus untuk pengukuran dalam sistem daya. Transformator ini banyak digunakan dalam sistem daya karena mempunyai keuntungan,

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA. Bab 1. Pengantar

ELEKTRONIKA. Bab 1. Pengantar ELEKTRONIKA Bab 1. Pengantar DR. JUSAK Mengingat Kembali Segitiga Ohm ( ) V(Volt) = I R I(Ampere) = V R R(Ohm) = V I 2 Ilustrasi 3 Teori Aproksimasi (Pendekatan) Dalam kehidupan sehari-hari kita sering

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berperan menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik ke gardu induk.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. - Persiapan :

PENDAHULUAN. - Persiapan : RANGKAIAN LISTRIK LABORATORI UM TEKNI K ELEKTRO JURUSAN TEKNI K ELEKTRO FAKULTAS TEKNI K UNI VERSI TAS I SLAM KADI RI KEDI RI PENDAHULUAN A. UMUM Sesuai dengan tujuan pendidikan di UNISKA, yaitu : - Pembinaan

Lebih terperinci

Generator menghasilkan energi listrik. Sumber: Dokumen Penerbit, 2006

Generator menghasilkan energi listrik. Sumber: Dokumen Penerbit, 2006 7 AUS DAN TEGANGAN LISTIK BOLAK-BALIK Generator menghasilkan energi listrik. Sumber: Dokumen Penerbit, 006 Sebagian besar energi listrik yang digunakan sekarang dihasilkan oleh generator listrik dalam

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern saat ini. Setiap tempat, seperti perkantoran, sekolah, pabrik, dan rumah

BAB I PENDAHULUAN. modern saat ini. Setiap tempat, seperti perkantoran, sekolah, pabrik, dan rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tersedianya tenaga listrik merupakan faktor yang sangat penting pada era modern saat ini. Setiap tempat, seperti perkantoran, sekolah, pabrik, dan rumah menggunakan

Lebih terperinci

MODUL 1 PRINSIP DASAR LISTRIK

MODUL 1 PRINSIP DASAR LISTRIK MODUL 1 PINSIP DASA LISTIK 1.Dua Bentuk Arus Listrik Penghasil Energi Listrik o o Arus listrik bolak-balik ( AC; alternating current) Diproduksi oleh sumber tegangan/generator AC Arus searah (DC; direct

Lebih terperinci

Dalam materi pembelajaran ini akan dibatas tiga komponen passif yakin

Dalam materi pembelajaran ini akan dibatas tiga komponen passif yakin BAB I. KOMPONEN PASIF ELEKTRONIKA ANALOG Elektronika adalah suatu bentuk piranti kelistrikan yang menggunakan arus lemah, sehingga tegangan operasionalnya umummnya menggunakan tegangan rendah. Secara umum

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pembangkit tegangan tinggi DC sangat diperlukan pada riset dibidang fisika

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pembangkit tegangan tinggi DC sangat diperlukan pada riset dibidang fisika 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangkit Tegangan Tinggi DC Pembangkit tegangan tinggi DC sangat diperlukan pada riset dibidang fisika terapan dan tes instalasi kabel pada aplikasi industri. Unit pembangkit

Lebih terperinci

Rangkuman Materi Teori Kejuruan

Rangkuman Materi Teori Kejuruan Rangkuman Materi Kejuruan Program Keahlian Teknik Elektronika Industri 2. SK : Dasar-Dasar Kelistrikan a. Besaran Pokok dan Turunan Besaran Pokok Kuantitas Satuan Dasar Simbol Panjang Massa Waktu Arus

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. R= ρ l A. Secara matematis :

PEMBAHASAN. R= ρ l A. Secara matematis : PEMBAHASAN 1. Rangkaian DC a.) Dasar-dasar Rangkaian Listrik Resistor (hambatan) Resistor adalah komponen elektronik dua saluran yang didesain untuk menahan arus listrik dengan memproduksi penurunan tegangan

Lebih terperinci

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR I.1. MUATAN ELEKTRON Suatu materi tersusun dari berbagai jenis molekul. Suatu molekul tersusun dari atom-atom. Atom tersusun dari elektron (bermuatan negatif), proton

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

PRAKTIKUM RANGKAIAN RLC DAN FENOMENA RESONANSI

PRAKTIKUM RANGKAIAN RLC DAN FENOMENA RESONANSI PRAKIKUM RANGKAIAN RC DAN FENOMENA RESONANSI (Oleh : Sumarna, ab-elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) E-mail : sumarna@uny.ac.id 1. UJUAN Praktikum ini bertujuan untuk menyelidiki terjadinya fenomena resonansi

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I ORDE PERTAMA RANGKAIAN RL DAN RC (E6)

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I ORDE PERTAMA RANGKAIAN RL DAN RC (E6) Orde Pertama Rangkaian RL dan (E6) Eka Yuliana, Andi Agusta Putra, Bachtera Indarto Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: ekayuliana1129@gmail.com

Lebih terperinci

DASAR LISTRIK BOLAK-BALIK (AC)

DASAR LISTRIK BOLAK-BALIK (AC) KEGATAN BEAJA DASA STK BOAK-BAK (A) embar nformasi. Tegangan dan Arus istrik Bolak-Balik Suatu bentuk gelombang tegangan listrik bolak-balik dapat digambarkan seperti pada Gambar di bawah ini. m Sin t

Lebih terperinci

Konsep Dasar. Arus Bolak Balik (AC)

Konsep Dasar. Arus Bolak Balik (AC) Konsep Dasar Arus Bolak Balik (A) frekwensi f PN Hz 10 dimana : P = jumlah kutub magnit. N = putaran rotor permenit F = jumlah lengkap putaran perdetik.m.f (eletro motor force). 4, 44K K f Volt D dimana

Lebih terperinci

PENGUJIAN HARMONISA DAN UPAYA PENGURANGAN GANGGUAN HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI

PENGUJIAN HARMONISA DAN UPAYA PENGURANGAN GANGGUAN HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI JETri, Volume 4, Nomor 1, Agustus 004, Halaman 53-64, ISSN 141-037 PENGUJIAN HARMONISA DAN UPAYA PENGURANGAN GANGGUAN HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI Liem Ek Bien & Sudarno* Dosen Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK LABORATORIUM KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS SRIWIJAYA P a g e 2 UniversitasSriwijaya FakultasIlmuKomputer Laboratorium 2015 SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008

Lebih terperinci

FILTER AKTIF SHUNT 3 PHASE BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKOMPENSASI HARMONISA PADA SISTEM DISTRIBUSI 220/380 VOLT

FILTER AKTIF SHUNT 3 PHASE BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKOMPENSASI HARMONISA PADA SISTEM DISTRIBUSI 220/380 VOLT FILTER AKTIF SHUNT 3 PHASE BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKOMPENSASI HARMONISA PADA SISTEM DISTRIBUSI 220/380 VOLT Nama : Andyka Bangun Wicaksono NRP : 22 2 111 050 23 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan pemakaian peralatan elektronika dengan sumber DC satu fasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan pemakaian peralatan elektronika dengan sumber DC satu fasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pemakaian peralatan elektronika dengan sumber DC satu fasa saat ini sudah sangat pesat, seperti Note Book, printer, Hand Phone, radio, tape dan lainnya.

Lebih terperinci