MASALAH PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH BAGI PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN Studi Kasus di PT Tang Mas Cidahu Sukabumi MIRANI OKTAVIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MASALAH PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH BAGI PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN Studi Kasus di PT Tang Mas Cidahu Sukabumi MIRANI OKTAVIA"

Transkripsi

1 MASALAH PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH BAGI PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN Studi Kasus di PT Tang Mas Cidahu Sukabumi MIRANI OKTAVIA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 1 MASALAH PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH BAGI PERUSAHAAN AIR MINUM DALAM KEMASAN Studi Kasus di PT Tang Mas Cidahu Sukabumi MIRANI OKTAVIA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Matematika DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

3 2 ABSTRAK MIRANI OKTAVIA. Masalah Pemanfaatan Air bawah Tanah bagi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan (Studi Kasus PT Tang Mas Cidahu Sukabumi). Dibimbing oleh AMRIL AMAN dan FARIDA HANUM. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang bersifat terbarukan. Sumber utama air berupa hujan akan selalu datang sesuai dengan waktu atau musimnya sepanjang tahun. Di bumi air mengalir dan bergerak dengan berbagai cara dan akan menetap untuk beberapa waktu pada retensi (tempat penyimpanan). Retensi dapat berupa retensi alam (seperti daerah-daerah cekungan, danau, dan tempat-tempat rendah) dan retensi buatan (seperti tampungan, sumur, dan waduk). Keberadaan daerah aliran sungai (DAS) di suatu wilayah berpengaruh terhadap kekayaan sumber daya air yang tersedia. Wilayah yang memiliki DAS dapat memanfaatkan air bawah tanah sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk memenuhi kebutuhan setiap pihak. Setiap wilayah yang memiliki DAS dapat mengalokasikan airnya tidak hanya kepada pihakpihak/sektor-sektor pengguna utama seperti sektor rumah tangga dan sektor pertanian secara luas, melainkan dapat pula menyuplai kebutuhan sektor-sektor industri, sektor pariwisata, dan pembangkit tenaga listrik. Setiap perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) yang dibangun di sekitar daerah aliran sungai dapat melakukan penurapan mata air jika daerah tersebut memiliki potensi sumber daya air mata air. Tetapi masalah akan timbul manakala perusahaan memutuskan untuk meningkatkan jumlah produksi air minum dalam kemasan, karena kebutuhan airnya akan bertambah. Dalam situasi ini AMDK dapat memanfaatkan air bawah tanah dengan menggunakan empat cara alternatif, yaitu: melakukan penurapan mata air, membuat sumur bor, sumur pasak, dan sumur gali. Setiap alternatif memiliki jenis dan besaran biaya berbeda. Biaya tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Pada penelitian ini dibahas suatu permasalahan penentuan komposisi optimal pemilihan sumber air bawah tanah bagi perusahaan AMDK. Pemanfaatan air bawah tanah bagi perusahaan AMDK dengan empat cara alternatif merupakan salah satu permasalahan pemrograman linear integer dengan beberapa kendala di antaranya kendala kapasitas, kendala permintaan, dan kendala logik yang dapat diperoleh solusinya dengan menggunakan software LINGO 8.0 dengan metode branch-and-bound untuk meminimumkan biaya. Perusahaan AMDK yang dikaji oleh penulis dalam karya ilmiah ini adalah PT Tang Mas Cidahu di Kampung Bojong Pari Desa Jaya Bakti Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kata kunci: daerah aliran sungai, air bawah tanah, perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK), pemrograman linear integer, metode branch-and-bound.

4 3 ABSTRACT MIRANI OKTAVIA. Utilization of Ground Water Problem at Manufacturing of Drinking Water in Packing (AMDK) and Its Implementation at PT Tang Mas Cidahu Sukabumi. Under direction of AMRIL AMAN and FARIDA HANUM. Water is a class of renewable natural resources. The main source of water is the rain that will always come during its season along the year. The water flows and moves (on the ground and underground) and then will stay at a retention (storage) area. There are two kinds of the retention that are i) natural retention (such as concave areas, lake, and low places) and ii) artificial retention (such as saving water, well, and basin). The presence of the river basin in a region will affect the availability of water resources. A region which has river basin could use ground water resources to fulfill the water requirements for household, agriculture, industries, tourism, and electric power station sectors. A manufacturing of drinking water in packing (AMDK) is normally built around a river basin area so that it can use the resource of water from the spring. But a problem would arise whenever the manufacture decide to increase the production capacity. This research addressed the problem of determining an optimal composition on water resources for AMDK manufacturing in order to minimizing the total cost. Each water resource alternative has different cost characteristics. The cost can be classified to fixed and variable cost. This problem is modeled as an integer linear programming problem and solved using branch and bound method via LINGO 8.0 software. This model is implemented at PT Tang Mas Cidahu in Kampung Bojong Pari Desa Jaya Bakti Kabupaten Sukabumi, West Java. Keywords: river basin, ground water, AMDK manufacture, integer linear programming, branch and bound method.

5 4 Judul Skripsi Nama NIM : Masalah Pemanfaatan Air Bawah Tanah bagi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan (Studi Kasus di PT Tang Mas Cidahu Sukabumi) : Mirani Oktavia : G Menyetujui: Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Ir. Amril Aman, M.Sc. Dra. Farida Hanum, M.Si. NIP: NIP: Mengetahui: Ketua Departemen Matematika, Dr. Berlian Setiawaty, M.S. NIP: Tanggal Lulus:

6 5 PRAKATA Segala puji dan syukur bagi Allah, rabb semesta alam yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Atas segala berkah, rahmat, karunia, dan nikmat-nya yang agung hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini dengan judul Masalah Pemanfaatan Air Bawah Tanah bagi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan (Studi Kasus PT Tang Mas Cidahu Sukabumi). Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman. Demi masa yang akan ada pertanggungjawabannya dan kehidupan sebagai panggung yang memberikan peran bagi insan-insan ciptaan-nya, setiap tahapan episode menyuguhkan kesan yang akan menjadi kenangan indah penuh suka duka, sedemikian rupa sehingga memberi inspirasi bagi penulis untuk menghaturkan segenap rasa terima kasih kepada: Dr. Ir. Amril Aman, M.Sc. dan Dra. Farida Hanum, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang begitu sabar membimbing, memberi ilmu dan arahan yang bermanfaat serta perhatian selama penyusunan karya ilmiah ini, Dr. Ir. I Gusti Putu Purnaba, DEA selaku dosen penguji atas kesediaannya dan ilmu yang diberikan, Umak dan Papa tercinta atas setiap doa, dukungan moral dan material, semangat, dan curahan kasih sayang tulus tiada terkira semoga Allah menjadikan keduanya insan mulia dan dicintai oleh-nya. Kepada kakak-kakakku (Uwoh dan Ecak), dan dik Septa semoga ini menjadi motivasi bagi kita semua untuk terus belajar dan berjuang. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh dosen Departemen Matematika atas ilmu yang telah diberikan, staf pegawai Departemen Matematika atas layanan terbaiknya. Ima, Iyam, dan Ayum yang bersedia menjadi pembahas pada seminar penulis, semoga kalian bertiga bisa segera menyusul, kawan-kawan seperjuangan Matematika Angkatan 42, semoga kita semua menjadi insan bermanfaat dan sukses, seluruh civitas matematika, adik-adik dan kakak-kakak kelas yang selama ini senantiasa saling berbagi ilmu, informasi, dan pengalaman, sahabat-sahabat terbaik: Rima, Ika, Adies, Umi, Mbak Titi, Tia, Lela, Siti, dll. atas ukhuwah islamiah dalam bingkai kasih sayang yang tulus dan dukungannya selama ini, semoga Allah SWT senantiasa menyayangi kalian semua. Kepada all members of Mufiid Farm Company semoga kita mencapai kesuksesan yang dicita-citakan, semoga Allah senantiasa memberkahi kita semua dan mencurahkan kasih sayang-nya selalu, amin. Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penyusunan tugas akhir ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat membantu menyempurnakan penulisan ini. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi kehidupan di masa depan dan menjadi inspirasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Bogor, Maret 2011 Mirani Oktavia

7 6 RIWAYAT HIDUP Penulis adalah anak dari pasangan Bapak Nahruddin dan Ibu Mardiah, yang lahir di Muaradua, 15 Oktober Pendidikan formal yang telah dijalani oleh penulis adalah di SDN Hegarmanah Karacak Leuwiliang Bogor, SMPN 1 Leuwiliang Bogor, SMAN 1 Leuwiliang Bogor, dan di Departemen Matematika FMIPA Institut Pertanian Bogor yang pada akhirnya menjadi sebuah rangkaian indah tentang pencarian ilmu baik ilmu dunia maupun akhirat sebagai bekal di masa depan bagi penulis. Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti beberapa organisasi kemahasiswaan, di antaranya: sebagai anggota Kerohanian Islam (Rohis) TPB IPB , sebagai divisi syiar Rohis kelas matematika angkatan 42 pada tahun , sebagai bendahara divisi keilmuan Gugus Mahasiswa Matematika (GUMATIKA) pada tahun , dan sebagai koordinator akhwat Forum Hunian Madani (FORHUMAN) Al Hurriyyah IPB tahun Selain mengikuti organisasi, penulis juga mendapat amanah menyampaikan sedikit ilmu yang penulis kuasai, di antaranya: menjadi pengajar bimbingan belajar mahasiswa GUMATIKA Tingkat Persiapan Bersama untuk mata kuliah Kalkulus pada tahun 2006, pengajar independent privat Tingkat Sekolah Menengah Pertama untuk mata pelajaran Matematika dan Fisika pada tahun 2009 dan 2011, asisten dosen untuk mata kuliah Pemrograman Linear pada tahun , asisten dosen untuk mata kuliah Pemodelan Riset Operasi pada tahun , menjadi wali kelas untuk kelas VI dan guru bidang studi matematika untuk kelas IV sampai kelas VI di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Kautsar (SDIT Al Kautsar) pada tahun 2010, terakhir pengajar mengabdikan diri di bimbingan belajar Bintang Pelajar untuk mata pelajaran matematika sejak tahun 2010 sampai sekarang.

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... ix I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan... 1 II LANDASAN TEORI 2.1 Linear Programming Integer Programming Metode Branch and Bound Pengertian Air dan Teknis Pemanfaatan Daerah Aliran Sungai Kawasan Resapan Komponen Teknis Pemanfaatan Air dengan Pembuatan Sumur Izin Pengelolaan Air Bawah Tanah Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah (ABT) Tata Cara Perhitungan Pajak... 9 III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH 3.1 Deskripsi Masalah Formulasi Masalah IV DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH KASUS 4.1 Deskripsi Masalah Kasus Formulasi Masalah Kasus V SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

9 ix DAFTAR TABEL Halaman 1 Struktur dan besarnya tarif retribusi izin pengeboran (IP) air bawah tanah Struktur dan besarnya tarif retribusi izin pengambilan (IPA) air bawah tanah Kelompok pengguna air bawah tanah dan air permukaan sebagai objek pajak air Biaya dan kapasitas dari masing-masing sumber Analisis skenario permintaan PT Tang Mas Cidahu Biaya tetap untuk penurapan mata air Biaya tetap pembuatan dan pemanfaatan sumur bor Biaya tetap pembuatan dan pemanfaatan sumur pasak Biaya tetap pembuatan dan pemanfaatan sumur gali Biaya pajak air bawah tanah per meter kubik air yang dimanfaatkan Hasil penyelesaian masalah menggunakan software LINGO DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Daerah fisibel untuk PL-relaksasi dari IP Daerah fisibel untuk Subproblem 2 dan Subproblem Daerah fisibel untuk Subproblem 4 dan Subproblem Daerah fisibel untuk Subproblem 6 dan Subproblem Seluruh pencabangan pada metode branch-and-bound untuk menentukan solusi optimum dari IP Penampang melintang wilayah di DAS Cicatih DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Solusi optimal untuk pemrograman linear-relaksasi Data beberapa skenario permintaan PT Tang Mas Cidahu di tahun-tahun mendatang Program LINGO 8.0 untuk menyelesaikan masalah dan hasilnya ix

10 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bagian penting dari sumber daya alam yang mempunyai karakteristik unik, karena air bersifat terbarukan dan dinamis. Ini artinya sumber utama air yang berupa hujan akan selalu datang sesuai dengan waktu atau musimnya sepanjang tahun. Air secara alami mengalir dari hulu ke hilir, dari daerah yang lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah. Air mengalir di atas permukaan tanah, namun air juga mengalir di dalam tanah (Kodoatie & Syarif 2005). Di bumi air mengalir dan bergerak dengan berbagai cara dan akan menetap untuk beberapa waktu pada retensi (tempat penyimpanan). Retensi dapat berupa retensi alam seperti daerah-daerah cekungan, danau, tempat-tempat rendah, dll., maupun retensi buatan manusia seperti tampungan, sumur, waduk, dll. Keberadaan daerah aliran sungai (DAS) di suatu wilayah sangat berpengaruh terhadap kekayaan sumber daya air yang tersedia. Wilayah yang memiliki DAS dapat memanfaatkan air bawah tanah sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan sebesarbesarnya untuk memenuhi kebutuhan setiap pihak. Setiap wilayah yang memiliki DAS dapat mengalokasikan airnya tidak hanya kepada pihak-pihak/sektor-sektor pengguna utama seperti sektor rumah tangga dan sektor pertanian secara luas, melainkan dapat pula menyuplai kebutuhan sektor-sektor industri, sektor pariwisata, pembangkit tenaga listrik, dll. Berdasarkan besar kecilnya volume air yang dibutuhkan, sektor industri dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu industriindustri air minum dalam kemasan (AMDK) dan industri-industri non-amdk (meliputi perusahaaan-perusahaan penghasil aneka produk barang atau jasa). Dalam karya ilmiah ini penulis membuat formulasi teknis pemanfaatan air untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan air, bagi setiap perusahaan air minum dalam kemasan yang memanfaatkan sumber air terpilih berasal dari air bawah tanah. Air bawah tanah dapat diperoleh dengan empat cara alternatif, antara lain melakukan penurapan mata air (menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penurapan adalah mencampur semen, air, dan pasir yang digunakan untuk melekatkan batu bata dsb agar menjadi tembok. Penurapan mata air adalah kegiatan mengubah bentuk alamiah mata air berupa upaya mempertinggi permukaan mata air, penampungan dan atau pemipaan yang dialirkan atau dipompa sesuai dengan keperluannya), membuat sumur bor, sumur pasak, dan sumur gali agar perusahaan dapat memperoleh suplai air optimal sehingga dapat terus beroperasi yang meminimumkan biaya. Perusahaan air minum dalam kemasan yang dikaji oleh penulis adalah PT Tang Mas Cidahu yang beralamat di Kampung Bojong Pari Desa Jaya Bakti Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi yang selama ini hanya memanfaatkan sumber air dengan melakukan penurapan mata air untuk memenuhi kebutuhannya. Karena perusahaan berencana meningkatkan hasil produksinya maka permintaan terhadap air bertambah, sehingga diperlukan sumber air alternatif untuk memenuhi kebutuhan perusahaan tersebut terhadap air. Pemanfaatan air bawah tanah oleh perusahaan AMDK dengan empat cara alternatif merupakan salah satu permasalahan linear programming yang dapat diperoleh solusinya dengan menggunakan software LINGO 8.0 agar biayanya minimum. 1.2 Tujuan Tujuan penulis membuat karya ilmiah ini adalah untuk membuat formulasi optimasi alokasi air bawah tanah dengan beberapa alternatif cara pemanfaatan bagi perusahaan air minum dalam kemasan agar biayanya minimum. Permasalahan ini merupakan salah satu kasus dari linear programming yang dapat diselesaikan dengan bantuan software LINGO 8.0. II LANDASAN TEORI Untuk membuat model optimasi alokasi air bawah tanah yang berada di sekitar daerah aliran sungai (DAS) ke salah satu perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) diperlukan pemahaman teori linear programming (LP), integer linear programming (ILP), metode branch and bound, definisi mendasar mengenai air, air bawah tanah, DAS, aneka ragam teknis pemanfaatan air, dan cakupan biaya untuk mensuplai kebutuhan air agar permasalahan optimasi tersebut dapat diselesaikan. Berikut

11 2 ini akan dibahas konsep-konsep tersebut satu per satu. 2.1 Linear Programming Fungsi linear dan pertidaksamaan linear merupakan salah satu konsep dasar yang harus dipahami terkait dengan konsep pemrograman linear. Definisi 1 (Fungsi Linear) Suatu fungsi f ( x, x,..., x ) dari 1 2 n x1, x2,..., x adalah fungsi linear jika dan n hanya jika untuk beberapa himpunan dari konstanta c1, c2,..., c. n f ( x, x,..., x ) c x c x... c x n n n (Winston 2004) Definisi 2 (Pertidaksamaan dan Persamaan Linear) Untuk sembarang fungsi linear f ( x, x,..., x ) dan sembarang bilangan b, 1 2 n pertidaksamaan f ( x, x,..., x ) b 1 2 n dan f ( x, x,..., x ) b 1 2 n adalah pertidaksamaan linear. Misalkan b sembarang bilangan, suatu persamaan f ( x, x,..., x ) b 1 2 n merupakan persamaan linear. (Winston 2004) Pemrograman linear (PL) atau linear programming (LP) adalah suatu masalah optimisasi yang memenuhi ketentuanketentuan sebagai berikut: a) Tujuan masalah tersebut adalah memaksimumkan atau meminimumkan suatu fungsi linear dari sejumlah variabel keputusan. Fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan ini disebut fungsi objektif. b) Nilai variabel-variabel keputusannya harus memenuhi suatu himpunan kendala. Setiap kendala harus berupa persamaan linear atau pertidaksamaan linear. c) Ada pembatasan tanda untuk setiap variabel dalam masalah ini. Untuk sembarang variabel x, pembatasan tanda menentukan x i harus taknegatif ( x i 0) atau tidak dibatasi tandanya (unrestricted in sign). (Winston 2004) Definisi 3 (Bentuk Standar LP) Suatu LP dikatakan mempunyai bentuk standar jika dapat dinyatakan ke dalam bentuk berikut: i Minimumkan z = c T x terhadap Ax = b x 0 b 0 (1) dengan x dan c berupa vektor berukuran n, vektor b berukuran m, sedangkan A berupa matriks berukuran m n yang disebut juga sebagai matriks kendala. (Nash & Sofer 1996) Sebagai catatan, yang dimaksud dengan vektor berukuran n adalah vektor yang memiliki dimensi (ukuran) n Solusi suatu Linear Programming Untuk menyelesaikan suatu masalah linear programming (LP), metode simpleks merupakan salah satu metode yang dapat menghasilkan solusi optimum. Metode ini mulai dikembangkan oleh Dantzig pada tahun Dalam perkembangannya, metode ini adalah metode yang paling umum digunakan untuk menyelesaikan LP, yaitu berupa metode iteratif untuk menyelesaikan masalah LP dalam bentuk standar. Pada LP (1), vektor x yang memenuhi kendala Ax = b disebut solusi dari LP (1). Misalkan matriks A dapat dinyatakan sebagai A = (B N), dengan N adalah matriks yang elemennya berupa koefisien variabel nonbasis pada matriks kendala. Matriks B disebut matriks basis untuk LP (1). Jika vektor c dituliskan sebagai c = (c B c N ) dan vektor x dapat dinyatakan sebagai vektor x = (x B x N ) T, dengan x B adalah vektor variabel basis dan x N adalah vektor variabel nonbasis, maka Ax = b dapat dinyatakan sebagai: Ax = (B N)(x B x N ) T = Bx B + Nx N = b (2) Karena B adalah matriks taksingular, maka B memiliki invers sehingga dari (2) x B dapat dinyatakan sebagai: x B = B -1 b B -1 Nx N (3) Kemudian, fungsi objektifnya berubah menjadi: min z = T T c x + c x. B B N N Definisi 4 (Solusi Basis) Solusi dari suatu LP disebut solusi basis jika : i. solusi tersebut memenuhi kendala pada LP, ii. kolom-kolom dari matriks koefisien yang berpadanan dengan komponen taknol adalah bebas linear. (Nash & Sofer 1996)

12 3 Definisi 5 (Solusi Fisibel Basis) Vektor x disebut solusi fisibel basis jika x merupakan solusi basis dan x 0. (Nash & Sofer 1996) Ilustrasi solusi basis dan solusi fisibel basis dapat dilihat dalam contoh berikut: Contoh 1 Misalkan diberikan linear programming berikut: min z x 2x 1 2 terhadap 2x x x 2, x 2x x 8, x, x, x, x, x Dari LP tersebut didapatkan: A , 8 b Misalkan dipilih x x 4, T xb x x x dan xn x x maka matriks basisnya adalah T , B /2 1/2 B /2 3/2-1,,. (4) 0 0 N c T 1 2 0, c T 0 0. B N Dengan menggunakan matriks basis tersebut, diperoleh x x N B 0 0 T, = B b B Nx T -1 z = c B b 16. B -1-1 N T (5) Solusi (5) merupakan solusi basis, karena solusi tersebut memenuhi kendala pada LP (4) dan kolom-kolom pada matriks kendala yang berpadanan dengan komponen taknol dari (5), yaitu B, adalah bebas linear (kolom yang satu bukan merupakan kelipatan dari kolom yang lain). Solusi (5) juga merupakan solusi basis fisibel, karena nilai-nilai variabelnya lebih dari atau sama dengan nol. Definisi 6 (Daerah Fisibel) Daerah fisibel suatu PL adalah himpunan semua titik yang memenuhi semua kendala dan pembatasan tanda pada PL tersebut. (Winston 2004) Definisi 7 (Solusi Optimum) Untuk masalah maksimisasi, solusi optimum suatu PL adalah suatu titik dalam daerah fisibel dengan nilai fungsi objektif terbesar. Untuk masalah minimasi, solusi optimum suatu PL adalah suatu titik dalam daerah fisibel dengan nilai fungsi objektif terkecil. 2.2 Integer Programming Model integer linear programming (ILP) atau disebut juga integer programming (IP) adalah suatu model linear programming dengan variabel yang digunakan berupa bilangan bulat ( integer). Jika semua variabel harus berupa integer, maka masalah tersebut dinamakan pure integer programming. Jika hanya sebagian yang harus berupa integer maka disebut mixed integer programming (MIP). IP dengan semua variabelnya harus bernilai 0 atau 1 disebut 0-1 IP. (Garfinkel & Nemhauser 1972) Definisi 8 (Linear Programming Relaksasi) LP-relaksasi dari suatu IP merupakan linear programming yang diperoleh dari IP tersebut dengan menghilangkan kendala integer atau kendala 0-1 pada setiap variabelnya. (Winston 2004) 2.3 Metode Branch-and-Bound untuk Menyelesaikan Masalah Integer Linear Programming Dalam penulisan karya ilmiah ini, untuk memperoleh solusi optimum dari masalah IP digunakan software LINGO 8.0 yaitu sebuah program yang didesain untuk menentukan solusi model linear, nonlinear, dan optimisasi integer dengan lebih cepat, mudah, dan lebih efisien. Software LINGO 8.0 ini menggunakan metode branch and bound untuk menyelesaikan masalah IP. Prinsip dasar metode branch and bound adalah memecah daerah fisibel dari masalah PL-relaksasi dengan membuat subproblemsubproblem. Daerah fisibel suatu pemrograman linear adalah daerah yang memuat titik-titik yang dapat memenuhi kendala linear masalah pemrograman linear. Branching (pencabangan) adalah proses membagi-bagi permasalahan menjadi subproblem-subproblem yang mungkin mengarah ke solusi. Bounding (pembatasan) adalah suatu proses untuk mencari atau menghitung batas atas (dalam masalah minimasi) dan batas bawah (dalam masalah maksimasi) untuk

13 4 solusi optimum pada subproblem yang mengarah ke solusi. Metode branch-and-bound diawali dari menyelesaikan PL-relaksasi dari suatu integer programming. Jika semua nilai variabel keputusan solusi optimum sudah berupa integer, maka solusi tersebut merupakan solusi optimum IP. Jika tidak, dilakukan pencabangan dan penambahan batasan pada PL-relaksasinya kemudian diselesaikan. Winston (2004) menyebutkan bahwa nilai fungsi objektif optimum untuk IP nilai fungsi objektif optimum untuk PL-relaksasi (masalah maksimisasi), sehingga nilai fungsi objektif optimum PL-relaksasi merupakan batas atas bagi nilai fungsi objektif optimum untuk masalah IP. Diungkapkan pula dalam (Winston 2004) bahwa nilai fungsi objektif optimum untuk suatu kandidat solusi merupakan batas bawah nilai fungsi objektif optimum untuk masalah IP asalnya. Suatu kandidat solusi diperoleh jika solusi dari suatu subproblem sudah memenuhi kendala integer pada masalah IP, artinya fungsi objektif dan semua variabelnya sudah bernilai integer. Sebelumnya akan dibahas terlebih dulu pengertian subproblem yang terukur. Menurut Winston (2004), suatu subproblem dikatakan terukur (fathomed) jika terdapat situasi sebagai berikut. 1. Subproblem tersebut takfisibel, sehingga tidak dapat menghasilkan solusi optimum untuk IP. 2. Subproblem tersebut menghasilkan suatu solusi optimum dengan semua variabelnya bernilai integer. Jika solusi optimum ini mempunyai nilai fungsi objektif yang lebih baik daripada solusi fisibel yang diperoleh sebelumnya, maka solusi ini menjadi kandidat solusi optimum dan nilai fungsi objektifnya menjadi batas bawah nilai fungsi objektif optimum bagi masalah IP pada saat itu. Bisa jadi subproblem ini menghasilkan solusi optimum untuk masalah IP. 3. Nilai fungsi objektif optimum untuk subproblem tersebut tidak melebihi (untuk masalah maksimisasi) batas bawah saat itu, maka subproblem ini dapat dieliminasi. Berikut ini adalah langkah-langkah penyelesaian suatu masalah maksimisasi dengan metode branch-and-bound. Langkah 0 Didefinisikan z sebagai batas bawah dari nilai fungsi objektif (solusi) IP yang optimum. Pada awalnya ditetapkan z dan i 0. Langkah 1 Subproblem PL () i dipilih sebagai bagian masalah berikutnya untuk diteliti. Subproblem PL diselesaikan dan diukur dengan kondisi () i yang sesuai. a) Jika PL () i terukur, batas bawah z diperbarui jika solusi IP yang lebih baik ditemukan. Jika tidak, bagian masalah (subproblem) baru i dipilih dan langkah 1 diulangi. Jika semua subproblem telah diteliti, maka proses dihentikan. b) Jika PL () i tidak terukur, proses dilanjutkan ke Langkah 2 untuk melakukan pencabangan PL. () i Langkah 2 Dipilih salah satu variabel optimumnya adalah x j yang nilai * x j yang tidak memenuhi batasan integer dalam solusi PL. Bidang () i * j * j [ x ] x [ x ] 1 disingkirkan dengan j membuat dua subproblem PL yang berkaitan menjadi dua subproblem yang tidak dapat dipenuhi secara bersamaan, yaitu * * x [ x ] dan x [ x ] 1, j j j dengan [ x * j ] didefinisikan sebagai integer terbesar yang kurang dari atau sama dengan * j x. Kembali ke Langkah 1. (Taha 1996) Untuk memudahkan pemahaman metode branch-and-bound diberikan contoh sebagai berikut. Contoh 1 Misalkan diberikan integer programming berikut: max z x y terhadap 2x 5y 16 (6) 6x 5y 30 xy, 0 xyinteger, Solusi optimum PL-relaksasi dari masalah IP (6) adalah x=3.5, y=1.8, dan z=5.3 (lihat pada Lampiran 1). Batas atas nilai optimum fungsi objektif masalah (6) adalah z=5.3. Daerah fisibel masalah (6) ditunjukkan pada Gambar 1. Solusi optimum berada pada titik perpotongan dua garis yang berasal dari kendala pertidaksamaan masalah (6). j

14 5 Out[5]= Daerah fisibel Gambar 1 Daerah fisibel (daerah yang diarsir) untuk PL-relaksasi dari IP (6). Langkah berikutnya adalah memartisi daerah fisibel PL-relaksasi menjadi dua bagian berdasarkan variabel yang berbentuk pecahan (non-integer). Dipilih x sebagai dasar pencabangan. Jika masalah PL-relaksasi diberi nama Subproblem 1, maka pencabangan tersebut menghasilkan 2 subproblem, yaitu: Subproblem 2: Subproblem 1 ditambah kendala x 3. Subproblem 3: Subproblem 1 ditambah kendala x 4. Hal ini diilustrasikan secara grafis pada Gambar 2. Subproblem 2 kemudian diselesaikan. Solusi optimum untuk Subproblem 2 adalah x=3, y=2, dan z=5 (lihat Lampiran 1). Semua variabel bernilai integer (solusi memenuhi kendala bilangan bulat), maka tidak perlu dilakukan pencabangan di Subproblem 2). Solusi dari Subproblem 2 menjadi batas bawah dari solusi IP, yaitu sama dengan 5. Saat ini subproblem yang belum diselesaikan adalah Subproblem 3. Solusi optimum untuk Subproblem 3 adalah x=4, y=1.2, dan z=5.2 (lihat Lampiran 1). Karena solusi optimum yang dihasilkan Subproblem 3 bukan solusi integer, maka dipilih pencabangan pada Subproblem 3 atas y, sehingga diperoleh dua subproblem lagi, yakni: Subproblem 4: Subproblem 3 ditambah kendala y 1. Subproblem 5: Subproblem 3 ditambah kendala y 2. Daerah fisibel dari Subproblem 4 dan Subproblem 5 diilustrasikan secara grafis pada Gambar 3. Subproblem 5 Subproblem 4 Subproblem 3 Gambar 3 Daerah fisibel untuk Subproblem 4 dan Subproblem 5. Gambar 2 Daerah fisibel untuk Subproblem 2 dan Subproblem 3. Setiap titik (solusi) fisibel dari IP (6) termuat dalam daerah fisibel Subproblem 2 atau Subproblem 3. Setiap subproblem ini saling lepas. Subproblem 2 dan Subproblem 3 dikatakan dicabangkan atas x. Sekarang dipilih subproblem yang belum diselesaikan. Misalkan dipilih Subproblem 2, Dari grafik di atas dapat di lihat bahwa Subproblem 5 takfisibel (lihat Lampiran 1 pada Subproblem 5), maka subproblem ini tidak dapat menghasilkan solusi optimal. Solusi optimal untuk Subproblem 4 adalah x=4.16, y=1, dan z=5.16 (lihat Lampiran 1). Karena solusi optimal Subproblem 4 bukan solusi integer, maka dipilih pencabangan Subproblem 4 pada x, sehingga diperoleh dua subproblem lagi, yaitu: Subproblem 6: Subproblem 4 + kendala x 4. Subproblem 7: Subproblem 5 + kendala x 5.

15 6 Daerah fisibel dari Subproblem 6 dan Subproblem 7 diilustrasikan secara grafis pada Gambar 4. Subproblem 6 Subproblem 7 Gambar 4 Daerah fisibel untuk Subproblem 6 dan Subproblem 7. Penyelesaian Subproblem 6 menghasilkan solusi optimal x=4, y=1, dan z=5. Solusi optimum dari Subproblem 7 adalah x=5, y=0, dan z=5 (lihat Lampiran 1). Karena nilai fungsi objektif Subproblem 6 dan Subproblem 7 sama dengan nilai dari batas bawah solusi IP, maka Subproblem 6 dan Subproblem 7 dijadikan kandidat solusi. Subproblem 2, Subproblem 6, dan Subproblem 7 menghasilkan solusi optimum berupa integer, dengan z 5. Dengan demikian, solusi optimum dari IP (6) nilai optimum di tiga titik, yaitu di titik (3,2), (4,1), dan (5,0). Pohon pencabangan yang menunjukkan penyelesaian masalah IP (6) secara keseluruhan pada gambar 5. Subproblem 1 x=3.5, y= 1.8, dan z=5.3 x 3 x 4 Subproblem 2 Subproblem 3 x=3, y=2, dan z =5 x=4, y=1.2, dan z =5.2 y 1 y 2 Subproblem 4 Subproblem 5 x=4.16, y=1, dan z=5.16 takfisibel x 4 x 5 Subproblem 6 Subproblem 7 x=4, y=1, dan z=5 x=5, y=0, dan z=5 Gambar 5 Seluruh pencabangan pada metode branch-and-bound untuk menentukan solusi optimum dari IP. 2.4 Pengertian Air dan Teknis Pemanfaatan Menurut Undang Undang Sumber Daya Air No. 7 Tahun 2004 air adalah semua air yang terdapat pada, di atas maupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Air bawah tanah adalah semua air yang terdapat dalam lapisan batuan yang mengandung air di bawah permukaan tanah, termasuk mata air yang muncul secara alamiah di atas permukaan tanah (Deptan 2009). Menurut Dinas Pertambangan (2001) ada beberapa teknis pemanfaatan air bawah tanah, yakni: - Penurapan Mata Air Penurapan mata air adalah kegiatan mengubah bentuk alamiah mata air berupa upaya mempertinggi permukaan mata air, penampungan dan atau pemipaan yang dialirkan atau dipompa sesuai dengan keperluannya.

16 7 - Sumur Bor Sumur bor adalah sumur yang pembuatannya dilakukan dengan cara pengeboran dan dikonstruksi dengan pipa bergaris tengah lebih dari dua inci. - Sumur Pasak Sumur pasak adalah sumur yang pembuatannya dilakukan dengan cara pengeboran, dan dikonstruksi dengan pipa bergaris tengah kurang dari dua inci. - Sumur Gali Sumur gali adalah sumur yang pembuatannya dilakukan dengan cara penggalian. 2.5 Daerah Aliran Sungai Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. (Asdak 2002) Definisi lain DAS adalah daerah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsinya untuk menampung air yang berasal dari air hujan dan sumber-sumber air lainnya yang penyimpanannya serta penggaliannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukumhukum alam sekelilingnya demi keseimbangan daerah tersebut. Daerah sekitar sungai meliputi punggung bukit atau gunung yang merupakan tempat sumber air dan semua curahan air hujan yang mengalir ke sungai, sampai daerah dataran dan muara sungai. (Kodoatie & Syarif 2005) 2.6 Kawasan Resapan Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2003 tentang rencana tata ruang wilayah provinsi Jawa Barat, yang dimaksud dengan kawasan resapan air adalah daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber air. Kawasan yang berada pada ketinggian 1000 hingga 1800 meter di atas permukaan laut (mdpl) didominasi oleh tutupan lahan berupa hutan dan jenis tanah entisol yang gembur dengan permeabilitas yang baik. Serasah yang terdapat pada hutan mampu menyimpan air dengan kuantitas yang cukup besar. 2.7 Komponen Teknis Pemanfaatan Air dengan Pembuatan Sumur Agar air tanah dapat dimanfaatkan, maka diperlukan paling tidak tiga komponen, yaitu: 1. Sumur Untuk dapat memanfaatkan air tanah, terlebih dahulu harus dibuat sumur sebagai tempat pengambilan. Sumur tersebut dapat berupa sumur gali dan sumur bor. Kedalaman sumur yang dibuat disesuaikan dengan kedalaman air tanah (< 30 m). 2. Pompa Air Pompa air dipergunakan untuk mengangkat air dalam tanah ke permukaan tanah. Jenis pompa air yang biasa digunakan untuk air tanah dangkal pada umumnya pompa jenis sentrifugal. 3. Jaringan Distribusi Untuk mengalirkan air dari pompa perlu dibangun jaringan alir air tanah, yang terdiri atas: saluran, bangunan pengatur berupa pintu dan boks pembagi, bangunan pengatur debit, dan katup penutup yang berfungsi untuk mengatur arah aliran dalam pipa. (Deptan 2009) 2.8 Izin Pengelolaan Air Bawah Tanah Dasar hukum izin pengeboran dan pemanfaatan/pengambilan air bawah tanah antara lain tertuang dalam: 1. Undang-Undang nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya air. 2. Peraturan Pemerintah nomor 43 tahun 2008 tentang air tanah. 3. Peraturan Daerah nomor 10 tahun 2001 tentang izin retribusi pengeboran dan pemanfaatan air bawah tanah. Izin pengeboran air bawah tanah, yang disingkat dengan IP, adalah izin pengeboran, penurapan mata air dan penggalian air bawah tanah. Sedangkan izin pengambilan air bawah tanah (IPA) adalah izin pengambilan dan atau penggunaan air bawah tanah yang berasal dari sumur bor, sumur pasak, sumur gali serta mata air. Tujuan pembuatan izin pengeboran dan pemanfaatan air bawah tanah adalah sebagai berikut: 1. mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan pengelolaan dan pemanfaatan air bawah tanah yang dilakukan agar sesuai dengan ketersediaannya dan tidak mengganggu

17 8 keseimbangan air tanah dan kelestarian lingkungan sekitarnya, 2. memperoleh dan menggunakan air untuk keperluan: Air minum dalam kemasan (AMDK) Air curah Air produksi, dan MCK (mandi, cuci, dan kakus) yang ada di perusahaan. Sasaran dan objek yang akan dikenai biaya izin tersebut antara lain: 1. Setiap badan usaha atau badan hukum yang akan melakukan pengeboran dan pemanfaatan air bawah tanah. 2. Setiap orang pribadi atau badan usaha atau badan hukum yang melakukan pengeboran, penurapan mata air, dan penggalian air bawah tanah. 3. Pengambilan air bawah tanah yang berasal dari: a. mata air, b. sumur bor, c. sumur pasak, atau d. sumur gali. 4. Setiap kegiatan pengambilan air bawah tanah yang dilakukan dengan cara penggalian, pengeboran, atau dengan cara membuat bangunan penurap lainnya, untuk dimanfaatkan airnya dan atau untuk tujuan komersial. Biaya izin pengeboran dan pemanfaatan air bawah tanah disebut sebagai biaya retribusi, yang besarnya ditetapkan sebagai berikut: Tabel 1 Struktur dan besarnya tarif retribusi izin pengeboran (IP) air bawah tanah Izin Pengeboran Sumur ke-1 Sumur ke-2 Sumur ke-3 Penurapan mata air Sumur bor Sumur pasak Sumur gali Tabel 2 Struktur dan besarnya tarif retribusi izin pengambilan (IPA) air bawah tanah Izin Pengambilan Sumur ke-1 Sumur ke-2 Sumur ke-3 Penurapan mata air Sumur bor Sumur pasak Sumur gali Besarnya tarif daftar ulang sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif retribusi izin baru. Masa berlaku izin pengeboran dan pengambilan/pemanfaatan air bawah tanah adalah sebagai berikut: 1. Izin pengeboran (IP)/izin penggalian/izin penurapan mata air masa berlaku enam bulan dan dapat diperpanjang selama memenuhi syarat yang diperlukan. 2. Izin pengambilan air bawah tanah (IPA) berlaku selama sepuluh tahun dan wajib daftar ulang setiap dua tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi syarat yang diperlukan. (Karyono & Ginoga 2006) 2.9 Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah (ABT) Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah adalah pungutan daerah atas pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah. Kelompok Niaga Sebagai Objek Pajak Air Berdasarkan Perda Jabar No. 6 tahun 2001 tentang Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah (ABT) dan Air Permukaan (AP), maka setiap niaga/perdagangan/jasa yang menggunakan/memanfaatkan air bawah tanah dan air permukaan dikenakan pajak baik niaga kecil, sedang dan niaga besar. Kelompok niaga kecil, sedang dan besar sebagai objek pajak air seperti yang disajikan pada tabel di bawah ini.

18 9 Tabel 3 Kelompok pengguna air bawah tanah dan air permukaan sebagai objek pajak air Kelompok Niaga Jenis penggunaan Dasar Niaga Kecil Niaga Sedang Niaga Besar Usaha kecil yang berada dalam rumah tinggal/industri rumah tangga Losmen dan sejenisnya Rumah sakit swasta praktek dokter/pengacara Hotel/rumah makan/pondol wisata/restoran dll. Badan usaha perorangan Hotel bintang 1,2,3/apartemen Stembath/salon Bank Bar/bioskop/supermarket /usaha persewaan kantor Bengkel dan sejenisnya Perdagangan/grosir/pertokoan Real estate/lapangan golf/kolam renang/pusat kebugaran/sarana olahraga lainnya Hotel bintang 4 dan 5 Bangunan niaga besar lainnya yang sejenis. Perda Jabar No.6/2001 Pasal 15 ayat (4) Perda Jabar No.6/2001 Pasal 15 ayat (4) Perda Jabar No.6/2001 Pasal 15 ayat (4) Alur Proses Pemungutan Pajak Air Sumber air yang dimanfaatkan oleh kelompok niaga kecil, niaga sedang maupun niaga besar berasal dari : 1. mata air dan sumur, 2. danau, waduk, dan sungai. Khusus untuk perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) yang memanfaatkan airnya dari mata air, maka harus ada rekomendasi nilai pajak airnya dari Dinas Pertambangan. Sedangkan AMDK yang memanfaatkan airnya dari danau, waduk, dan sungai harus ada rekomendasi dari Badan Pengelola Sumber Daya Air (BPSDA) sedangkan untuk perizinan dari Dinas Pengelola Sumber Daya Air (PSDA) setempat. (Karyono & Ginoga 2006) 2.10 Tata Cara Perhitungan Pajak Penentuan Harga Dasar Air Harga dasar air (HDA) untuk masingmasing kelompok pengambilan dapat dihitung dengan cara mengalikan faktor nilai air (FNA) dengan harga air baku (HAB). Dapat dinyatakan dengan HDA = FNA HAB HAB untuk air sumur dalam adalah seharga Rp500/ m 3 dan Rp400/m 3 untuk air sumur dangkal. Besar kecilnya FNA dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1. lokasi/zona air bawah tanah. 2. kualitas air bawah tanah. 3. sumber alternatif. 4. jenis sumber. 5. volume pengambilan. Penentuan Nilai Perolehan Air Nilai perolehan air (NPA) adalah nilai air yang dinyatakan dalam satuan rupiah yang dihitung berdasarkan faktor sumber daya alam dan pemanfaatannya. NPA dihitung berdasarkan perkalian antara HDA dengan volume pengambilan (volume progresif). Dan NPA dapat dinyatakan dengan NPA = Volume Progresif HDA Perhitungan Pajak Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah adalah perkalian antara nilai perolehan pajak dengan tarif Pajak = NPA %Tarif Pajak = NPA Tarif Besarnya persentase tarif ditetapkan oleh Dinas Pertambangan atau BPSDA daerah setempat. (Karyono & Ginoga 2006)

19 10 III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH 3.1 Deskripsi Masalah Setiap perusahaan air minum dalam kemasan yang dibangun di sekitar daerah aliran sungai dapat melakukan penurapan mata air jika daerah tersebut memiliki potensi sumber daya air mata air. Tetapi masalah akan timbul manakala perusahaan memutuskan untuk meningkatkan jumlah produksi air minum dalam kemasan, karena kebutuhan airnya akan bertambah. Oleh karena itu pemanfaatan air bawah tanah dapat dilakukan dengan empat cara alternatif, di antaranya: 1. melakukan penurapan mata air, 2. membuat sumur bor, 3. membuat sumur pasak, dan 4. membuat sumur gali. Setiap alternatif memiliki jenis dan besaran biaya tertentu. Dalam karya ilmiah ini penulis mencoba mencari solusi optimal alokasi air bawah tanah oleh perusahaan air minum dalam kemasan dengan menggunakan empat cara alternatif dengan kendala kapasitas dan biaya. Biaya dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Berikut akan dijelaskan jenis biaya untuk memperoleh suplai air baik dari penurapan mata air, sumur bor, sumur pasak, maupun sumur gali. Struktur biaya untuk masing-masing alternatif adalah sebagai berikut: 1. Penurapan Mata Air Biaya tetap, meliputi: - MP = biaya pembelian mesin pompa - P i = biaya pembelian pipa paralon sumur ke i - IP_MA i = biaya retribusi izin pengeboran penurapan mata air sumur ke i - IPA_MA i = biaya retribusi izin pengambilan penurapan mata air sumur ke i Biaya variabel adalah biaya pembayaran pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah untuk penurapan mata air. 2. Pembuatan Sumur Bor Biaya tetap, meliputi: - MB = biaya pembuatan sumur bor - P j = biaya pembelian pipa paralon sumur bor ke j - IP_SB j = biaya retribusi izin pengeboran sumur bor ke j - IPA_SB j = biaya retribusi izin pengambilan sumur bor ke j Biaya variabel pembuatan sumur bor adalah biaya pembayaran pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah untuk pembuatan sumur bor. 3. Pembuatan Sumur Pasak Biaya tetap, meliputi: - SP = biaya pembuatan sumur pasak - P k = biaya pembelian pipa paralon sumur pasak ke k - IP_SP k = biaya retribusi izin pengeboran sumur pasak ke k - IPA_SP k = biaya retribusi izin pengambilan sumur pasak ke k. Biaya variabel pembuatan sumur pasak adalah biaya pembayaran pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah untuk pembuatan sumur pasak. 4. Pembuatan Sumur Gali Biaya tetap meliputi: - SG = biaya pembuatan sumur gali - MG = biaya pembelian mesin pompa - P l = biaya pembelian pipa paralon sumur gali ke l - IP_SG l = biaya retribusi izin pengeboran sumur gali ke l - IPA_SG l = biaya retribusi izin pengambilan sumur gali ke l Biaya variabel pembuatan sumur gali adalah biaya pembayaran pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah untuk pembuatan sumur gali. 3.2 Formulasi Masalah Model linear programming untuk masalah alokasi air daerah aliran sungai ini dapat diformulasikan sebagai berikut. Misalkan i = indeks mata air ke i = 1,..,I j = indeks sumur bor ke j = 1,..,J k = indeks sumur pasak ke k = 1,..,K l = indeks sumur gali ke l = 1,..,L Parameter MA i = kapasitas air mata air sumur ke i (m 3 ). SB j = kapasitas air sumur bor ke j (m 3 ). SP k = kapasitas air sumur pasak k (m 3 ). SG l = kapasitas air sumur gali ke l (m 3 ). D = permintaan dari industri AMDK (m 3 per bulan). IP_MA i = biaya retribusi izin pengeboran penurapan mata air sumur ke i (rupiah per bulan).

20 11 IPA_MA i = biaya retribusi izin pengambilan penurapan mata air sumur ke i (rupiah per bulan). MP = biaya pembelian mesin pompa (rupiah per bulan). P i = biaya pembelian pipa paralon dari perusahaan ke sumber mata air sumur i (rupiah per bulan), dengan P i = J i H. J i = jarak perusahaan ke sumber mat air (meter) i. H = harga pipa paralon (rupiah per meter). FC_MA i = biaya tetap total untuk memperoleh air dari penurapan mata air sumur ke i (rupiah per bulan). Biaya tetap untuk memperoleh air dari penurapan mata air ke i dapat dihitung dengan menjumlahkan biaya-biaya sebagai berikut: FC_MA i = IP_MA i + IPA_MA i + MP + P i IP_SB j = biaya retribusi izin pengeboran sumur bor ke j (rupiah per bulan). IPA_SB j = biaya retribusi izin pengambilan sumur bor ke j (rupiah per bulan). MB = biaya pembuatan sumur bor (rupiah per bulan). P j = biaya pembelian pipa paralon dari perusahaan ke sumur bor j (rupiah per bulan), dengan P j = D j H. D j = kedalaman penggalian sumur bor dari perusahaan ke sumur bor ke j (meter). H = harga pipa paralon (rupiah per meter). FC_SB j = biaya tetap total untuk memperoleh air dari sumur bor ke j (rupiah per bulan). Biaya tetap untuk memperoleh air dari sumur bor ke j dapat dihitung dengan menjumlahkan biaya-biaya sebagai berikut: FC_SB j = IP_SB j + IPA_SB j + MB + P j IP_SP k = biaya retribusi izin pengeboran sumur pasak ke k (rupiah per bulan). IPA_SP k = biaya retribusi izin pengambilan sumur pasak ke k (rupiah per bulan). SP = biaya pembuatan sumur pasak (rupiah per bulan). P k = biaya pembelian pipa paralon dari perusahaan ke sumur pasak k (rupiah per bulan), dengan P k = D k H. D k = kedalaman penggalian sumur pasak dari perusahaan ke sumur pasak ke k (meter). H = harga pipa paralon (rupiah per meter). FC_SP k = biaya tetap total untuk memperoleh air dari sumur pasak ke k (rupiah per bulan). Biaya tetap untuk memperoleh air dari sumur pasak ke k dapat dihitung dengan menjumlahkan biaya-biaya sebagai berikut: FC_SP k = IP_SP k + IPA_SP k + SP + P k IP_SG l = biaya retribusi izin pengeboran sumur gali ke l (rupiah per bulan). IPA_SG l = biaya retribusi izin pengambilan sumur gali ke l (rupiah per bulan). SG = biaya pembuatan sumur gali (rupiah per bulan). MG = biaya pembelian mesin pompa (rupiah per bulan). P l = biaya pembelian pipa paralon dari perusahaan ke sumur gali l (rupiah per bulan), dengan P l = D l H. D l = kedalaman penggalian sumur pasak dari perusahaan ke sumur gali ke l (meter). H = harga pipa paralon (rupiah per meter). FC_SG l = biaya tetap total untuk memperoleh air dari sumur gali ke l (rupiah per bulan). Biaya tetap untuk memperoleh air dari sumur gali ke l dapat dihitung dengan menjumlahkan biaya-biaya sebagai berikut: FC_SG l = IP_SG l + IPA_SG l + SG + MP + P l P_MA i = pajak pengambilan dan pemanfaatan per meter kubik air bawah tanah dengan melakukan penurapan mata air ke i (rupiah per bulan). P_MA i = NPA %Tarif. P_SB j = pajak pengambilan dan pemanfaatan per meter kubik air bawah tanah untuk pembuatan sumur bor ke j (rupiah per bulan). P_SB j = NPA %Tarif P_SP k = pajak pengambilan dan pemanfaatan per meter kubik air bawah tanah untuk pembuatan sumur pasak ke k (rupiah per bulan). P_SP k = NPA %Tarif P_SG l = pajak pengambilan dan pemanfaatan per meter kubik air bawah tanah untuk pembuatan sumur gali ke l (rupiah per bulan). P_SG l = NPA %Tarif

21 12 Variabel Keputusan Dalam memformulasikan masalah optimasi ini, variabel keputusan yang digunakan oleh penulis untuk menggambarkan kasus adalah sebagai berikut: W_MA i = volume air yang dialokasikan dari mata air i ke suatu perusahaan AMDK (m 3 per bulan). W_SB j = volume air yang dialokasikan dari sumur bor j ke suatu perusahaan AMDK (m 3 per bulan). W_SP k = volume air yang dialokasikan dari sumur pasak k ke suatu perusahaan AMDK (m 3 per bulan). W_SG l = volume air yang dialokasikan dari sumur gali l ke suatu perusahaan AMDK (m 3 per bulan). Variabel keputusan lainnya berupa variabel biner di antaranya 1; jika air dialokasikan dari mata air i _ MA i ke suatu perusahaan AMDK 0 ; selainnya 1; jika air dialokasikan dari sumur bor j _ SB j ke suatu perusahaan AMDK 0 ; selainnya 1; jika air dialokasikan dari sumur pasak k _ SP k ke suatu perusahaan AMDK 0 ; selainnya 1; jika air dialokasikan dari sumur gali l _ SG l ke suatu perusahaan AMDK 0 ; selainnya Fungsi Objektif I Min ( P _ MAi W _ MAi i 1 FC _ MA _ MA ) i J ( P _ SB j W _ SB j 1 FC _ SB _ SB ) j K ( P _ SP k W _ SP k k 1 FC _ SP _ SP ) k L ( P _ SG l W _ SG l l 1 FC _ SG _ SG ) l k j l i Kendala-kendala Beberapa kendala yang harus dipenuhi agar dapat memperoleh fungsi objektif yang j minimum adalah sebagai berikut. 1. Kendala kapasitas Kendala ini membatasi total air yang dialokasikan ke suatu perusahaan AMDK tidak melebihi batas kapasitas air yang berada di setiap sumber mata air sumur ke i. Untuk i = 1,..,I W_MA i MA i Total air yang dialokasikan ke suatu perusahaan AMDK dengan membuat sumur bor ke j tidak melebihi batas kapasitas air yang ada di setiap sumur. Untuk j = 1,..,J W_SB j SB j Total air yang dialokasikan dari sumur pasak ke k tidak melebihi batas kapasitas air yang ada di setiap sumur. Untuk k = 1,..,K W_SP k SP k Total air yang dialokasikan dari sumur gali ke l tidak melebihi batas ketersediaan air yang ada di setiap sumur tersebut. Untuk l = 1,..,L W_SG l SG l 2. Kendala permintaan Volume air total yang dialokasikan baik dari setiap sumber mata air i, sumur bor j, sumur pasak k, dan sumur gali sama dengan permintaan dari perusahaan AMDK tersebut. I J K ( W _ MA 1 i W SB W SP i j 1 j k 1 k L W _ SG ) D l 1 l 3. Kendala Kondisi Logik I Kendala ini menyatakan bahwa air dari setiap sumber akan terus dialokasikan dari sumber tersebut selama air yang masih ada. Jika air dialokasikan dari penurapan mata air sumur ke i ke perusahaan, maka kondisi ini dapat direpresentasikan sebagai berikut W _ MA 0 _ MA 1. i i _ MA bernilai satu jika air dialokasikan i dan nol jika selainnya, M adalah upperbound dari W _ MA i. Kendala ini dapat dinyatakan dengan W _ MA M _ MA 0. i Jika air dialokasikan dari sumur bor ke j ke perusahaan, maka kondisi ini dapat direpresentasikan sebagai berikut W _ SB 0 _ SB 1. j j j _ SB bernilai satu jika air dialokasikan dan nol jika selainnya, M adalah upperbound dari W _ SB j. Kendala ini dapat dinyatakan i

22 13 dengan W _ SB M _ SB 0. j Jika air dialokasikan dari sumur pasak ke k ke perusahaan, maka kondisi ini dapat direpresentasikan sebagai berikut W _ SP 0 _ SP 1 SP bernilai k k. _ k satu jika air dialokasikan dan nol jika selainnya, M adalah upperbound dari W _ SP. Kendala ini dapat dinyatakan k dengan W _ SP M _ SP 0. k Jika air dialokasikan dari sumur gali ke l ke perusahaan, maka kondisi ini dapat direpresentasikan sebagai berikut W _ SG 0 _ SG 1 SG bernilai l l. _ l satu jika air dialokasikan dan nol jika selainnya, M adalah upperbound dari W _ SG. Kendala ini dapat dinyatakan l dengan W _ SG M _ SG 0. l 4. Kendala Kondisi Logik II Kendala ini menyatakan bahwa pemanfaatan air dari sumur yang kedua dan ketiga dapat dilakukan apabila air yang berasal dari sumur pertama telah dilakukan dan ternyata kapasitas dari sumur pertama belum memenuhi kebutuhan air keseluruhan yang diperlukan. Kendala ini menyatakan bahwa jika perusahaan memutuskan untuk memanfaatkan air dari mata air sumur ke i 1, maka pengambilan air dari mata air ke i harus dilakukan terlebih dahulu. Kendala ini dapat dinyatakan dengan _ MA 1 1 _ MA 1, i ekuivalen dengan pertidaksamaan _ MAi 1 _ MAi 0. Kendala ini menyatakan bahwa jika perusahaan memutuskan untuk memanfaatkan air dari sumur bor ke j 1, maka pengambilan air dari sumur bor ke j harus dilakukan terlebih dahulu. Kendala ini dapat k j l i dinyatakan dengan _ SB j 1 1 _ SB j 1 ekuivalen dengan pertidaksamaan _ SB j 1 _ SB j 0. Kendala ini menyatakan bahwa jika perusahaan memutuskan untuk memanfaatkan air dari sumur pasak ke k 1, maka pengambilan air dari sumur bor ke k harus dilakukan terlebih dahulu. Kendala ini dapat dinyatakan dengan _ SPk 1 1 _ SPk 1 ekuivalen dengan pertidaksamaan _ SPk 1 _ SPk 0. Kendala ini menyatakan bahwa jika perusahaan memutuskan untuk memanfaatkan air dari sumur gali ke l 1, maka pengambilan air dari sumur gali ke l harus dilakukan terlebih dahulu. Kendala ini dapat dinyatakan dengan _ SGl 1 1 _ SGl 1 ekuivalen dengan pertidaksamaan _ SGl 1 _ SGl Kendala Ketaknegatifan Kendala ini memastikan bahwa volume air yang dialokasikan dari setiap sumber ke perusahaan AMDK lebih besar atau sama dengan nol. Volume air yang dialokasikan dari penurapan mata air W _ MAi 0, untuk i = 1,..,I. Volume air yang dialokasikan dari sumur bor W _ SB j 0, untuk j = 1,..,J. Volume air yang dialokasikan dari sumur pasak W _ SPk 0, untuk k = 1,..,K. Volume air yang dialokasikan dari sumur gali W _ SGl 0, untuk l = 1,..,L. IV DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH KASUS 4.1 Deskripsi Masalah Kasus PT Tang Mas Cidahu Dalam karya ilmiah ini penulis mengkaji alokasi air bawah tanah di sekitar DAS Cicatih yang memiliki luas 53 ribu hektar. Beberapa tahun belakangan ini air bawah tanah di daerah tersebut banyak dimanfaatkan oleh industri air minum dalam kemasan, salah satunya oleh PT Tang Mas Cidahu yang berlokasi di Kampung Bojong Pari Desa Jaya Bakti Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi. Selama ini perusahaan hanya memanfaatkan penurapan mata air yang berlokasi kurang lebih sejauh 200 meter dengan kapasitas sebesar m 3 /bulan. Perusahaan merencanakan untuk meningkatkan produksi air minum dalam kemasan di tahun-tahun mendatang karena

23 14 permintaan yang semakin bertambah. Oleh karena itu, perusahaan memerlukan sumber air alternatif untuk memenuhi kebutuhannya terhadap air. Karena perusahaan belum mengetahui secara pasti penambahan volume air yang dibutuhkan, maka penulis membuat beberapa kemungkinan permintaan berdasarkan kapasitas maksimum (batas atas) dari setiap sumber. Dengan demikian akan diketahui urutan pemanfaatan sumber air yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan, agar tetap beroperasi dengan biaya minimum (beberapa skenario permintaan dapat dilihat pada bagian lampiran). Menurut hasil penelitian, mata air yang juga dapat dimanfaatkan adalah mata air Cibojong dengan kapasitas sebesar m 3 /bulan yang berjarak 2500 meter dari perusahaan dan mata air Cigombong yang berjarak 1750 meter dengan kapasitas sebesar m 3 /bulan. Selain melakukan penurapan mata air, perusahaan juga dapat membuat sumur bor, sumur pasak, atau sumur gali untuk memperoleh air bawah tanah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) pada tahun 2000 diketahui bahwa potensi sumber daya air bawah tanah DAS Cicatih adalah sebesar m 3 /bulan untuk setiap sumur yang direncanakan. Berikut ditampilkan biaya dari setiap sumber dengan kapasitasnya masing-masing. Tabel 4 Biaya dan kapasitas dari masing-masing sumber Biaya Tetap (Rp/bulan) Sumber Penurapan Mata Air Sumur Bor Sumur Pasak Sumur Gali Sumur ke Sumur ke Sumur ke Sumur ke Biaya Variabel (Rp/bulan) Kapasitas (m 3 /bulan) Biaya tetap diperoleh dengan cara mengonversi biaya tetap yang harus dibayarkan pada satu kali pembayaran dan diawal produksi menjadi biaya tetap bulanan bagi perusahaan. Contoh: 1. Biaya Pembelian Mesin Pompa Sebuah mesin pompa dibeli dengan harga Rp ,00. Daya tahan (masa produktif) mesin diperkirakan selama sepuluh tahun, maka diasumsikan perusahaan harus membeli mesin baru setelah sepuluh tahun mendatang. Sedangkan dalam formulasi biaya pembelian mesin dijadikan sebagai biaya bulanan dengan cara membagi biaya tersebut dengan bilangan 120 (artinya sepuluh tahun dikalikan dengan 12 bulan). 2. Biaya Retribusi Izin Pengeboran Air Bawah Tanah Biaya ini harus dibayarkan secara cash per enam bulan ke Dinas Pertambangan, namun dalam kasus ini diasumsikan bahwa biaya tersebut menjadi beban perusahaan per bulan, sehingga penghitungan dalam formulasi biaya retribusi tersebut dibagi enam. Pada kondisi nyata biaya tetap merupakan biaya yang harus dibayarkan secara cash (satu kali pembayaran) di awal ketika perusahaan memutuskan untuk memperoleh air dari suatu sumber. Konversi setiap biaya tetap menjadi

24 15 biaya bulanan digunakan untuk memudahkan penghitungan. Dengan demikian perusahaan akan mampu memperkirakan biaya yang paling minimum jika dihitung untuk jangka waktu panjang. Untuk mengetahui potensi sumber daya air bawah tanah PT Tang Mas Cidahu, berikut ditampilkan gambar penampang melintang wilayah di sekitar PT Tang Mas Cidahu yang diperoleh dari Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi tahun Gambar 6 Penampang melintang wilayah di DAS Cicatih. Dari sketsa profil melintang di atas, menunjukkan pada ketinggian 1000 hingga 1800 mdpl merupakan kawasan resapan. Kriteria ini diperoleh berdasarkan parameter yang digunakan yaitu tutupan lahan dan jenis tanah. Kedua parameter tersebut mengandung informasi permeabilitas terhadap kelulusan air yang sejalan dengan Perda Jawa Barat Nomor 2 tahun Berdasarkan pengukuran menggunakan peta wilayah yang diperoleh dari Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) dengan skala 1:25000 diketahui bahwa PT Tang Mas Cidahu berada pada posisi LS dan BT, sehingga menurut penelitian dari Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat) wilayah dengan posisi tersebut kedalaman sumurnya relatif dangkal yaitu kurang lebih 5.35 meter. 4.2 Formulasi Masalah Kasus PT Tang Mas Cidahu Permasalahan alokasi air bawah tanah yang dapat dimanfaatkan dengan empat cara alternatif, meliputi penurapan mata air, pembuatan sumur bor, sumur pasak, dan sumur gali yang dilakukan PT Tang Mas Cidahu merupakan masalah dari integer linear programming, yang dapat diperoleh solusinya dengan bantuan software LINGO 8.0 agar perusahaan dapat memperoleh suplai air yang dibutuhkan dengan biaya minimum. Maka formulasi yang dapat dibuat adalah sebagai berikut. Fungsi Objektif Formulasi ini dibuat agar diperoleh biaya minimum dengan suplai air optimal. 3 Min ( P _ MAi W _ MAi i 1 FC _ MA _ MA ) 3 ( P _ SB j W _ SB j 1 i FC _ SB _ SB ) 3 ( P _ SPk W _ SPk k 1 j FC _ SP _ SP ) 3 ( P _ SGl W _ SGl l 1 k FC _ SG _ SG ) l j k j l i Dengan kendala-kendala dari permasalahan yang dihadapi sebagai berikut: 1. Kendala kapasitas Kendala ini membatasi bahwa air yang

25 16 dialokasikan dari penurapan pada setiap sumur mata air, sumur bor, sumur pasak, dan sumur gali tidak melebihi air yang tersedia di sumur tersebut. Kendala kapasitas penurapan mata air W _ MA , W _ MA , dan W _ MA Kendala kapasitas sumur bor W _ SB j , untuk setiap j=1,2,3. Kendala kapasitas sumur pasak W _ SPk , untuk setiap k=1,2,3. Kendala kapasitas sumur gali W _ SGl , untuk setiap l=1,2,3. 2. Kendala permintaan Kendala ini memastikan bahwa semua permintaan dari perusahaan dapat dipenuhi ( W _ MAi W _ SB j W _ SPk i 1 j 1 k 1 3 W _ SGl ) D l 1 3. Kendala Kondisi Logik I Kendala ini menyatakan bahwa air dari suatu sumber penurapan mata air, sumur bor, sumur pasak, dan sumur gali akan terus dialokasikan selama airnya masih ada. Alokasi air dari penurapan mata air W _ MA _ MA 0, 1 1 W _ MA _ MA 0,dan 2 2 W _ MA _ MA Alokasi air dari sumur bor W _ SB _ SB 0, untuk setiap j j=1,2,3. Alokasi air dari sumur pasaka W _ SP _ SP 0, untuk setiap k k=1,2,3. Alokasi air dari sumur gali W _ SG _ SG 0, untuk setiap l=1,2,3. l 4. Kendala Kondisi Logik II Kendala ini menyatakan bahwa jika perusahaan memutuskan untuk memanfaatkan air dari mata air sumur ke i 1, maka pengambilan air dari mata air ke i harus dilakukan terlebih dahulu. Kendala ini dapat dinyatakan dengan pertidaksamaan berikut. _ MA _ MA j k l _ MA _ MA Kendala ini menyatakan bahwa jika perusahaan memutuskan untuk memanfaatkan air dari sumur bor ke j 1, maka pengambilan air dari sumur bor ke j harus dilakukan terlebih dahulu. Kendala ini dapat dinyatakan dengan pertidaksamaan _ SB _ SB _ SB _ SB Kendala ini menyatakan bahwa jika perusahaan memutuskan untuk memanfaatkan air dari sumur pasak ke k 1, maka pengambilan air dari sumur bor ke k harus dilakukan terlebih dahulu. Kendala ini dapat dinyatakan dengan pertidaksamaan _ SP _ SP _ SP _ SP Kendala ini menyatakan bahwa jika perusahaan memutuskan untuk memanfaatkan air dari sumur gali ke l 1, maka pengambilan air dari sumur gali ke l harus dilakukan terlebih dahulu. Kendala ini dapat dinyatakan dengan pertidaksamaan _ SG3 _ SG2 0 _ SG2 _ SG Kendala Ketaknegatifan Kendala ini memastikan bahwa volume air yang dialokasikan dari setiap sumber lebih besar atau sama dengan nol. W _ MA 0, untuk setiap i=1,2,3. i W _ SB 0, untuk setiap j=1,2,3. j W _ SP 0, untuk setiap k=1,2,3. k W _ SG 0, untuk setiap l=1,2,3. l 4.3 Penyelesaian Masalah Penyelesaian masalah dari formulasi yang telah dibuat dapat dikerjakan dengan menggunakan program LINGO 8.0. Metode branch and bound digunakan oleh software tersebut untuk menyelesaikan masalah. Penulisan program dan solusi yang didapatkan dalam LINGO 8.0 direpresentasikan dalam diagram dan tabel, dapat dilihat dalam Lampiran 3. Berdasarkan hasil running program yang disajikan pada Tabel 11 maka kita dapat membuat kesimpulan yaitu sebagai berikut: 1. Jika permintaan kurang dari atau sama dengan kapasitas sumber air dari

26 17 penurapan mata air, maka air akan diperoleh dari penurapan mata air. 2. Jika permintaan sama dengan atau lebih besar dari kapasitas penurapan mata air, maka air akan diperoleh dari sumur bor. 3. Jika ternyata permintaannya melebihi kapasitas baik dari penurapan mata air maupun penggalian sumur bor, maka perusahaan tersebut dapat memperoleh suplai air dari penggalian sumur pasak. 4. Namun bila permintaannya melebihi kapasitas dari ketiga sumber (penurapan mata air, sumur bor, dan sumur pasak), maka perusahaan dapat memanfaatkan sumur gali sampai pada kapasitas maksimum dari sumur ketiganya. 5. Urutan pemanfaatan air yaitu dari penurapan mata air, sumur bor, sumur pasak, baru kemudian sumur gali. 6. Pemanfaatan dari setiap sumber dari sumur pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut. Dengan demikian perusahaan masih mempunyai peluang untuk memperbesar skala produksi karena sumber daya airnya saat ini masih melimpah. V SIMPULAN Gaya hidup praktis yang saat ini dijalani oleh sebagian besar masyarakat kota salah satunya ditandai dengan kebutuhan akan air minum dalam kemasan yang semakin meningkat. Suatu wilayah yang berada di sekitar daerah aliran sungai sangat potensial menghasilkan air bawah tanah yang melimpah sebagai sumber air bersih yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai air minum dalam kemasan. Untuk memanfaatkan air bawah tanah ada beberapa alternatif cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan AMDK, di antaranya melakukan penurapan mata air, pembuatan sumur bor, sumur pasak, dan sumur gali. Perbedaan teknis pemanfaatan air mengakibatkan jenis dan besaran biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan pun berbeda. Untuk menghitung biaya alokasi air dari setiap sumber air ke suatu perusahaan AMDK dapat diselesaikan dengan LINGO 8.0 yang menggunakan metode branch and bound. Dalam karya ilmiah ini penulis melakukan penelitian terhadap kebutuhan air PT Tang Mas Cidahu yang berada di Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa biaya minimum alokasi air bawah tanah oleh PT Tang Mas Cidahu dapat diperoleh jika perusahaan memanfaatkan penurapan mata air sumur pertama, kedua, dan ketiga, sumur bor pertama, kedua, dan ketiga, sumur pasak pertama, kedua, dan ketiga, baru kemudian sumur gali pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut jika permintaan terus meningkat. Dengan melihat persediaan air bawah tanah yang melimpah, dapat disimpulkan bahwa daerah tersebut masih sangat potensial memproduksi air kemasan yang saat ini sangat dibutuhkan masyarakat.

27 18 DAFTAR PUSTAKA Asdak C Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Dinas Pertambangan Tentang Retribusi Izin dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah. Dinas Pertambangan. [Deptan] Departemen Pertanian Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Air Tanah Dangkal. Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air. Departemen Pertanian. Garfinkel RS, Nemhauser GL Integer Programming. New York: John Wiley & Sons. Karyono, Ginoga K Dampak Pemanfaatan Sumber Daya Air terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sukabumi. Bogor: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan. Kodoatie RJ, Syarif R Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta: CV. ANDI. Nash SG, Sofer A Linear and Nonlinear Programming. New York: McGraw-Hill. Pawitan HB, Setiawan I, Kartiwa B, Subagyono K, dan Rejekiningrum P Model Pengelolaan Air Partisipatif Berbasis Kearifan Lokal untuk Keberlanjutan Pengembangan Sumberdaya Air DAS. Laporan Hasil Kegiatan. Bogor: LPPM-IPB dan Balitbang Pertanian. Taha HA Pengantar Riset Operasi. Alih Bahasa: Daniel Wirajaya. Binarupa Aksara, Jakarta: Terjemahan dari: Operations Research. Winston WL Operations Research: Applications and Algorithms 4 th ed. New York: Duxbury.

28 LAMPIRAN 19

29 20 LAMPIRAN Lampiran 1 Solusi Optimal untuk Pemrograman Linear-Relaksasi a. Solusi optimal pemrograman linear-relaksasi max z=x+y st 2x+5y<=16 6x+5y<=30 x>=0 y>=0 end Global optimal solution found at iteration: 2 Objective value: Variable Value Reduced Cost X Y Row Slack or Surplus Dual Price E b. Solusi optimal untuk Subproblem 2 max z=x+y st 2x+5y<=16 6x+5y<=30 x>=0 y>=0 x<=3 end Global optimal solution found at iteration: 2 Objective value: Variable Value Reduced Cost X Y Row Slack or Surplus Dual Price

30 c. Solusi optimal untuk Subproblem 3 max z=x+y st 2x+5y<=16 6x+5y<=30 x>=0 y>=0 x>=4 end Global optimal solution found at iteration: 2 Objective value: Variable Value Reduced Cost X Y Row Slack or Surplus Dual Price d. Solusi optimal untuk Subproblem 4 max z=x+y st 2x+5y<=16 6x+5y<=30 x>=0 y>=0 x>=4 y<=1 end Global optimal solution found at iteration: 3 Objective value: Variable Value Reduced Cost X Y Row Slack or Surplus Dual Price

31 e. Solusi optimal untuk Subproblem 5 max z=x+y st 2x+5y<=16 6x+5y<=30 x>=0 y>=0 x>=4 y>=2 end f. Solusi optimal untuk Subproblem 6 max z=x+y st 2x+5y<=16 6x+5y<=30 x>=0 y>=0 x>=4 y<=1 x<=4 end Global optimal solution found at iteration: 3 Objective value: Variable Value Reduced Cost X Y Row Slack or Surplus Dual Price

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bagian penting dari sumber daya alam yang mempunyai karakteristik unik, karena air bersifat terbarukan dan dinamis. Ini artinya sumber utama air yang berupa

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,.

II LANDASAN TEORI. suatu fungsi dalam variabel-variabel. adalah suatu fungsi linear jika dan hanya jika untuk himpunan konstanta,. II LANDASAN TEORI Pada pembuatan model penjadwalan pertandingan sepak bola babak kualifikasi Piala Dunia FIFA 2014 Zona Amerika Selatan, diperlukan pemahaman beberapa teori yang digunakan di dalam penyelesaiannya,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin tingginya mobilitas penduduk di suatu negara terutama di kota besar tentulah memiliki banyak permasalahan, mulai dari kemacetan yang tak terselesaikan hingga moda

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kamar darurat (Emergency Room/ER) adalah tempat yang sangat penting peranannya pada rumah sakit. Aktivitas yang cukup padat mengharuskan kamar darurat selalu dijaga oleh

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah penentuan rute bus karyawan mendapat perhatian dari para peneliti selama lebih kurang 30 tahun belakangan ini. Masalah optimisasi rute bus karyawan secara matematis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam merupakan interupsi signifikan terhadap kegiatan operasional sehari-hari yang bersifat normal dan berkesinambungan. Interupsi ini dapat menyebabkan entitas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar elakang Sepak bola merupakan olahraga yang populer di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Sepak bola sebenarnya memiliki perangkat-perangkat penting yang harus ada dalam penyelenggaraannya,

Lebih terperinci

sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat

sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif, Ax = b, dengan = dapat sejumlah variabel keputusan; fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan disebut sebagai fungsi objektif nilai variabel-variabel keputusannya memenuhi suatu himpunan kendala yang berupa persamaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 0 I PEDAHULUA. Latar Belakang Peternakan didefinisikan sebagai suatu usaha untuk membudidayakan hewan ternak. Jika dilihat dari enis hewan yang diternakkan, terdapat berbagai enis peternakan, salah satunya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sukarelawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya tanpa mengharapkan imbalan. Sukarelawan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Riset Operasi Masalah pengoptimalan timbul sejak adanya usaha untuk menggunakan pendekatan ilmiah dalam memecahkan masalah manajemen suatu organisasi. Sebenarnya kegiatan yang

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Definisi 1 (Graf, Graf Berarah dan Graf Takberarah) 2.2 Linear Programming

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Graf Definisi 1 (Graf, Graf Berarah dan Graf Takberarah) 2.2 Linear Programming 4 II TINJAUAN PUSTAKA Untuk memahami permasalahan yang berhubungan dengan penentuan rute optimal kendaraan dalam mendistribusikan barang serta menentukan solusinya maka diperlukan beberapa konsep teori

Lebih terperinci

II LANDASAN TEORI (ITDP 2007)

II LANDASAN TEORI (ITDP 2007) 2 II LADASA EORI Untuk membuat model optimasi penadwalan bus ransakarta diperlukan pemahaman beberapa teori. erikut ini akan dibahas satu per satu. 2.1 Penadwalan 2.1.1 Definisi Penadwalan Penadwalan merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Manajemen operasi suatu industri penerbangan merupakan suatu permasalahan Operations Research yang kompleks Secara umum, perusahaan dihadapkan pada berbagai persoalan dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu observasi yang berguna dalam bidang komputasi di tahun 1970 adalah observasi terhadap permasalahan relaksasi Lagrange. Josep Louis Lagrange merupakan tokoh ahli

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa isu yang merebak akhir-akhir ini menunukkan bahwa pertumbuhan umlah penduduk di dunia yang saat ini mencapai sekitar 6.8 milyar berdampak pada aktivitasaktivitas

Lebih terperinci

PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN INTEGER NONLINEAR PROGRAMMING Studi Kasus di Bina Sarana Informatika Bogor ERLIYANA

PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN INTEGER NONLINEAR PROGRAMMING Studi Kasus di Bina Sarana Informatika Bogor ERLIYANA PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN INTEGER NONLINEAR PROGRAMMING Studi Kasus di Bina Sarana Informatika Bogor ERLIYANA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini, akan dijelaskan metode-metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Simpleks dan Metode Branch

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier digunakan untuk menunjukkan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1

2017, No Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1 No.408, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Penetapan Nilai Perolehan Air Tanah. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Menurut Aminudin (2005), program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN NILAI PEROLEHAN AIR TANAH DENGAN

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM Oleh: WULAN ANGGRAENI G54101038 PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

PENJADWALAN KERETA API MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER DWI SETIANTO

PENJADWALAN KERETA API MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER DWI SETIANTO PENJADWALAN KERETA API MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER DWI SETIANTO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK DWI SETIANTO.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 0 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obek Kaian.. Universitas Terbuka Universitas Terbuka (UT) yang diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 4 September 984 sebagai universitas negeri yang ke-45 dengan Keputusan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PENJADWALAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA DENGAN SISTEM ROUND-ROBIN ABDILLAH

PENYELESAIAN MASALAH PENJADWALAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA DENGAN SISTEM ROUND-ROBIN ABDILLAH PENYELESAIAN MASALAH PENJADWALAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA DENGAN SISTEM ROUND-ROBIN ABDILLAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PENYELESAIAN

Lebih terperinci

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING

BAB 3 LINEAR PROGRAMMING BAB 3 LINEAR PROGRAMMING Teori-teori yang dijelaskan pada bab ini sebagai landasan berpikir untuk melakukan penelitian ini dan mempermudah pembahasan hasil utama pada bab selanjutnya. 3.1 Linear Programming

Lebih terperinci

PEMODELAN PENENTUAN KOMPOSISI PRODUK UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN PERUSAHAAN JENANG KUDUS ROSMA MULYANI

PEMODELAN PENENTUAN KOMPOSISI PRODUK UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN PERUSAHAAN JENANG KUDUS ROSMA MULYANI PEMODELAN PENENTUAN KOMPOSISI PRODUK UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN PERUSAHAAN JENANG KUDUS ROSMA MULYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas di antara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Linear Programming Linear Programming (LP) merupakan metode yang digunakan untuk mencapai hasil terbaik (optimal) seperti keuntungan maksimum atau biaya minimum dalam model matematika

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN INTEGER DENGAN FUNGSI OBJEKTIF LINEAR SEPOTONG - SEPOTONG

PEMROGRAMAN INTEGER DENGAN FUNGSI OBJEKTIF LINEAR SEPOTONG - SEPOTONG PEMROGRAMAN INTEGER DENGAN FUNGSI OBJEKTIF LINEAR SEPOTONG - SEPOTONG Oleh : FEBIANA RESI SAPTA G540037 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 008

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI DALAM MANAJEMEN HUTAN

PENENTUAN LOKASI DALAM MANAJEMEN HUTAN PENENTUAN LOKASI DALAM MANAJEMEN HUTAN Oleh : KABUL EKA PRIANA G54102023 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ABSTRAK KABUL EKA PRIANA. Penentuan

Lebih terperinci

PROGRAMA INTEGER 10/31/2012 1

PROGRAMA INTEGER 10/31/2012 1 PROGRAMA INTEGER 10/31/2012 1 Programa linier integer (integer linear programming/ilp) pada intinya berkaitan dengan program-program linier dimana beberapa atau semua variabel memiliki nilai-nilai integer

Lebih terperinci

III RELAKSASI LAGRANGE

III RELAKSASI LAGRANGE III RELAKSASI LAGRANGE Relaksasi Lagrange merupakan salah satu metode yang terus dikembangkan dalam aplikasi pemrograman matematik. Sebagian besar konsep teoretis dari banyak aplikasi menggunakan metode

Lebih terperinci

MASALAH PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Lembaga Bimbingan Belajar BTA Bogor BIMA SAPUTRA

MASALAH PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Lembaga Bimbingan Belajar BTA Bogor BIMA SAPUTRA MASALAH PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Lembaga Bimbingan Belajar BTA Bogor BIMA SAPUTRA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENJADWALAN SIARAN IKLAN PADA TELEVISI MENGGUNAKAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING DAN METODE HEURISTIK DEVINA ANGGRAINI

PENJADWALAN SIARAN IKLAN PADA TELEVISI MENGGUNAKAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING DAN METODE HEURISTIK DEVINA ANGGRAINI PENJADWALAN SIARAN IKLAN PADA TELEVISI MENGGUNAKAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING DAN METODE HEURISTIK DEVINA ANGGRAINI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS

PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS PENGOPTIMUMAN MASALAH PENJADWALAN EMPAT HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS BERBASIS DUAL ARIYANTO PAMUNGKAS DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING Jurnal Manajemen Informatika dan Teknik Komputer Volume, Nomor, Oktober 05 PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND DALAM PENYELESAIAN MASALAH PADA INTEGER PROGRAMMING Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linear Menurut Sitorus, Parlin (1997), Program Linier merupakan suatu teknik penyelesaian optimal atas suatu problema keputusan dengan cara menentukan terlebih dahulu suatu

Lebih terperinci

PENJADWALAN OPERASI BEDAH MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING : STUDI KASUS OPTIMASI WAKTU TARGET AHLI BEDAH DI RUMAH SAKIT JAKARTA EYE CENTER

PENJADWALAN OPERASI BEDAH MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING : STUDI KASUS OPTIMASI WAKTU TARGET AHLI BEDAH DI RUMAH SAKIT JAKARTA EYE CENTER 1 PENJADWALAN OPERASI BEDAH MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING : STUDI KASUS OPTIMASI WAKTU TARGET AHLI BEDAH DI RUMAH SAKIT JAKARTA EYE CENTER FENNY RISNITA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu tempat dimana sumber daya dasar dikelola dengan proses yang sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu hasil berupa barang atau jasa yang

Lebih terperinci

III MODEL PENJADWALAN

III MODEL PENJADWALAN 3 Ax = B N x B x = Bx B + Nx N = b. (5) N Karena matriks B adalah matriks taksingular, maka B memiliki invers, sehingga dari (5) x B dapat dinyatakan sebagai: x B = B 1 b B 1 Nx N. (6) Kemudian fungsi

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 131 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 131 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 131 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan dari industri atau perusahaan adalah menciptakan laba yang maksimal. Salah satu bentuk usahanya adalah dengan memaksimumkan hasil produksi atau meminimumkan

Lebih terperinci

MODEL OPTIMISASI PENGGUNAAN BINATANG BURUAN SECARA KONSUMTIF AHDIANI FEBRIYANTI G

MODEL OPTIMISASI PENGGUNAAN BINATANG BURUAN SECARA KONSUMTIF AHDIANI FEBRIYANTI G MODEL OPTIMISASI PENGGUNAAN BINATANG BURUAN SECARA KONSUMTIF AHDIANI FEBRIYANTI G54104020 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 ABSTRAK

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN TENTANG NILAI PEROLEHAN AIR TANAH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN TENTANG NILAI PEROLEHAN AIR TANAH SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2016.. TENTANG NILAI PEROLEHAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND

PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND Siti Rahmatullah, Mamika Ujianita Romdhini, Marwan, Lailia Awalushaumi (Jurusan Matematika

Lebih terperinci

PEMODELAN OPTIMAL KONSTRUKSI JADWAL PERKULIAHAN DAN IMPLEMENTASINYA KHAIRUNNISA

PEMODELAN OPTIMAL KONSTRUKSI JADWAL PERKULIAHAN DAN IMPLEMENTASINYA KHAIRUNNISA PEMODELAN OPTIMAL KONSTRUKSI JADWAL PERKULIAHAN DAN IMPLEMENTASINYA KHAIRUNNISA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PUZZLE SUDOKU MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER MUHAMAD FARDAN WARDHANA

PENYELESAIAN PUZZLE SUDOKU MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER MUHAMAD FARDAN WARDHANA PENYELESAIAN PUZZLE SUDOKU MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER MUHAMAD FARDAN WARDHANA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 ABSTRAK

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PROGRAM BILANGAN BULAT CAMPURAN DUA KRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT SKRIPSI TAUFIK HIDAYAT RITONGA

PENYELESAIAN PROGRAM BILANGAN BULAT CAMPURAN DUA KRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT SKRIPSI TAUFIK HIDAYAT RITONGA PENYELESAIAN PROGRAM BILANGAN BULAT CAMPURAN DUA KRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT SKRIPSI TAUFIK HIDAYAT RITONGA 110803028 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PENJADWALAN DOKTER KAMAR DARURAT DI RSCM MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER RATNA RATU ALIT

PENJADWALAN DOKTER KAMAR DARURAT DI RSCM MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER RATNA RATU ALIT PENJADWALAN DOKTER KAMAR DARURAT DI RSCM MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER RATNA RATU ALIT DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ABSTRACT

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 8 I PENDAHULUAN Latar elakang Pendistribusian suatu barang merupakan persoalan yang sering diumpai baik oleh pemerintah maupun oleh produsen Dalam pelaksanaannya sering kali dihadapkan pada berbagai masalah

Lebih terperinci

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi Lecture 4: (B) Supaya terdapat penyelesaian basis awal yang fisibel, pada kendala berbentuk = dan perlu ditambahkan variabel semu (artificial variable) pada ruas kiri bentuk standarnya, untuk siap ke tabel

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2007

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2007 BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERIZINAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENGAMBILAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

AN ANALISIS RANCANGAN PENAWARAN DISKON DENGAN BANYAK PELANGGAN DAN TITIK IMPAS TUNGGAL

AN ANALISIS RANCANGAN PENAWARAN DISKON DENGAN BANYAK PELANGGAN DAN TITIK IMPAS TUNGGAL AN ANALISIS RANCANGAN PENAWARAN DISKON DENGAN BANYAK PELANGGAN DAN TITIK IMPAS TUNGGAL Oleh: Endang Nurjamil G05497044 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI

PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI PENJADWALAN DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN MIXED INTEGER PROGRAMMING LAISANOPACI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERIZINAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENGAMBILAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKIMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERIZINAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENGAMBILAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKIMAN BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERIZINAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENGAMBILAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Integer Program Integer merupakan pengembangan dari Program Linear dimana beberapa atau semua variabel keputusannya harus berupa integer. Jika hanya sebagian variabel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. masalah fuzzy linear programming untuk optimasi hasil produksi pada bab

BAB II KAJIAN TEORI. masalah fuzzy linear programming untuk optimasi hasil produksi pada bab BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan landasan teori mengenai program linear, konsep himpunan fuzzy, program linear fuzzy dan metode Mehar untuk membahas penyelesaian masalah fuzzy linear programming untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemrograman nonlinear, fungsi konveks dan konkaf, pengali lagrange, dan BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian pustaka pada bab ini akan membahas tentang pengertian dan penjelasan yang berkaitan dengan fungsi, turunan parsial, pemrograman linear, pemrograman nonlinear, fungsi konveks

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 46 TAHUN 2010 LAMPIRAN : 1 (satu) berkas TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN NILAI PEROLEHAN AIR TANAH (NPA) DAN HARGA AIR BAKU (HAB) DI KOTA TASIKMALAYA

Lebih terperinci

Metode Simpleks (Simplex Method) Materi Bahasan

Metode Simpleks (Simplex Method) Materi Bahasan Metode Simpleks (Simplex Method) Kuliah 03 TI2231 Penelitian Operasional I 1 Materi Bahasan 1 Rumusan Pemrograman linier dalam bentuk baku 2 Pemecahan sistem persamaan linier 3 Prinsip-prinsip metode simpleks

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENENTUAN NILAI PEROLEHAN AIR DARI PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH DALAM PENGHITUNGAN PAJAK PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH

PEDOMAN TEKNIS PENENTUAN NILAI PEROLEHAN AIR DARI PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH DALAM PENGHITUNGAN PAJAK PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH LAMPIRAN X KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1451 K/10/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000 PEDOMAN TEKNIS PENENTUAN NILAI PEROLEHAN AIR DARI PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH DALAM PENGHITUNGAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu teknik penyelesaian optimal atas suatu problema keputusan dengan cara menentukan terlebih dahulu fungsi tujuan (memaksimalkan atau meminimalkan)

Lebih terperinci

PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND

PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND BOUND βeta p-issn: 2085-5893 / e-issn: 2541-0458 http://jurnalbeta.ac.id Vol. 5 No. 2 (Nopember) 2012, Hal. 99-107 βeta 2012 PENGOPTIMAN PENDAPATAN LAHAN PARKIR KENDARAAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL LOMBOK MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER

METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER Dian Wirdasari Abstrak Metode simpleks merupakan salah satu teknik penyelesaian dalam program linier yang digunakan sebagai teknik pengambilan keputusan dalam permasalahan

Lebih terperinci

MASALAH PENJADWALAN KERETA SECARA PERIODIK DENGAN BIAYA MINIMUM PADA JALUR GANDA MUHAMMAD RIZQY HIDAYATSYAH

MASALAH PENJADWALAN KERETA SECARA PERIODIK DENGAN BIAYA MINIMUM PADA JALUR GANDA MUHAMMAD RIZQY HIDAYATSYAH MASALAH PENJADWALAN KERETA SECARA PERIODIK DENGAN BIAYA MINIMUM PADA JALUR GANDA MUHAMMAD RIZQY HIDAYATSYAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

UJM 3 (2) (2014) UNNES Journal of Mathematics.

UJM 3 (2) (2014) UNNES Journal of Mathematics. UJM 3 (2) (2014) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm IMPLEMENTASI ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA 0-1 KNAPSACK PROBLEM UNTUK MENGOPTIMALKAN MUATAN BARANG Arum Pratiwi,

Lebih terperinci

PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI

PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI PENGOPTIMUMAN BERBASIS DUAL MASALAH PENJADWALAN TIGA HARI KERJA DALAM SEMINGGU SECARA SIKLIS NUR HADI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

OPTIMASI BIAYA ANTISIPASI BENCANA ALAM MEIDINA FITRIANTI

OPTIMASI BIAYA ANTISIPASI BENCANA ALAM MEIDINA FITRIANTI OPTIMASI BIAYA ANTISIPASI BENCANA ALAM MEIDINA FITRIANTI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000 LAMPIRAN X KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 Tanggal : 3 November 2000 PEDOMAN TEKNIK PENENTUAN NILAI PEROLEHAN AIR DARI PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH DALAM MENENTUKAN

Lebih terperinci

OPTIMASI RUTE MULTIPLE-TRAVELLING SALESMAN PROBLEM MELALUI PEMROGRAMAN INTEGER DENGAN METODE BRANCH AND BOUND

OPTIMASI RUTE MULTIPLE-TRAVELLING SALESMAN PROBLEM MELALUI PEMROGRAMAN INTEGER DENGAN METODE BRANCH AND BOUND OPTIMASI RUTE MULTIPLE-TRAVELLING SALESMAN PROBLEM MELALUI PEMROGRAMAN INTEGER DENGAN METODE BRANCH AND BOUND SKRIPSI Oleh Eka Poespita Dewi NIM 051810101068 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

OPTIMASI (Pemrograman Non Linear)

OPTIMASI (Pemrograman Non Linear) OPTIMASI (Pemrograman Non Linear) 3 SKS PILIHAN Arrival Rince Putri, 013 1 Silabus I. Pendahuluan 1. Perkuliahan: Silabus, Referensi, Penilaian. Pengantar Optimasi 3. Riview Differential Calculus II. Dasar-Dasar

Lebih terperinci

Aplikasi Integer Linear Programming (Ilp) untuk Meminimumkan Biaya Produksi pada Siaputo Aluminium

Aplikasi Integer Linear Programming (Ilp) untuk Meminimumkan Biaya Produksi pada Siaputo Aluminium Aplikasi Integer Linear Programming (Ilp) untuk Meminimumkan Biaya Produksi pada Siaputo Aluminium Hikmah *1, Nusyafitri Amin 2 *1 Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sulawesi Barat, 2 Program Studi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Efektivitas Efektivitas berasal dari kata efektif, yang merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu effective yang artinya berhasil. Menurut kamus ilmiah popular, efektivitas

Lebih terperinci

REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI

REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Matriks 2.1.1 Pengertian Matriks Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan bilangan. Bilanganbilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks (Anton,

Lebih terperinci

Integer Programming (Pemrograman Bulat)

Integer Programming (Pemrograman Bulat) Integer Programming (Pemrograman Bulat) Pemrograman bulat dibutuhkan ketika keputusan harus dilakukan dalam bentuk bilangan bulat (bukan pecahan yang sering terjadi bila kita gunakan metode simpleks).

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND (B&B)DALAM MENENTUKAN KEUNTUNGAN MAKSIMUM PENJUALAN TEMPE

PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND (B&B)DALAM MENENTUKAN KEUNTUNGAN MAKSIMUM PENJUALAN TEMPE PENERAPAN METODE BRANCH AND BOUND (B&B)DALAM MENENTUKAN KEUNTUNGAN MAKSIMUM PENJUALAN TEMPE Eagar Marantika 1), Heru Haerul Anwar 2), Muhammad Nur Aliffuddin 3), Rizal Fauzi 4),Robiyana 5), Ryan Agung

Lebih terperinci

BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERHITUNGAN HARGA DASAR AIR SEBAGAI DASAR PENETAPAN NILAI PEROLEHAN AIR TANAH BUPATI ACEH BARAT

Lebih terperinci

KOMBINASI PERSYARATAN KARUSH KUHN TUCKER DAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PEMROGRAMAN KUADRATIK KONVEKS BILANGAN BULAT MURNI

KOMBINASI PERSYARATAN KARUSH KUHN TUCKER DAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PEMROGRAMAN KUADRATIK KONVEKS BILANGAN BULAT MURNI Jurnal LOG!K@ Jilid 7 No 1 2017 Hal 52-60 ISSN 1978 8568 KOMBINASI PERSYARATAN KARUSH KUHN TUCKER DAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PEMROGRAMAN KUADRATIK KONVEKS BILANGAN BULAT MURNI Khoerunisa dan Muhaza

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH

EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK RUDIANSYAH. Evaluasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Linear Programming 2.1.1 Model Linier Programming Pemrograman linier adalah sebuah model matematik untuk menjelaskan suatu persoalan optimasi. Istilah linier menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

DEFINISI LP FUNGSI-FUNGSI DALAM PL MODEL LINEAR PROGRAMMING. Linear Programming Taufiqurrahman 1

DEFINISI LP FUNGSI-FUNGSI DALAM PL MODEL LINEAR PROGRAMMING. Linear Programming Taufiqurrahman 1 DEFINISI LP PENGANTAR LINEAR PROGRAMMING Linear Programming/LP (Program Linear) merupakan salah satu teknik dalam Riset Operasional (Operation Research) yang paling luas digunakan dan dikenal dengan baik.

Lebih terperinci

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT / 2 SKS]

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT / 2 SKS] MATA KULIAH MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT011215 / 2 SKS] LINIER PROGRAMMING Formulasi Masalah dan Pemodelan Pengertian Linear Programming Linear Programming (LP) adalah salah satu teknik

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE BUS KARYAWAN MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER ZIL ARIFAH

PENENTUAN RUTE BUS KARYAWAN MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER ZIL ARIFAH PENENTUAN RUTE BUS KARYAWAN MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER ZIL ARIFAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PENENTUAN RUTE BUS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Menurut Nash dan Sofer (1996), optimasi adalah sarana untuk mengekspresikan model matematika yang bertujuan memecahkan masalah dengan cara terbaik. Untuk tujuan bisnis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Optimasi adalah suatu proses pencarian hasil terbaik. Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang dipertimbangkan, kemudian dari hasil tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk BAB II LANDASAN TEORI A. Pemrograman Linear Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk memecahkan persoalan optimasi (maksimum atau minimum) dengan menggunakan persamaan dan

Lebih terperinci

MASALAH PENGOPTIMUMAN MULTIKRITERIA DALAM PENJADWALAN TENAGA SUKARELAWAN DI DAERAH BENCANA ALBRIAN WEDHASWARA MURTANTO

MASALAH PENGOPTIMUMAN MULTIKRITERIA DALAM PENJADWALAN TENAGA SUKARELAWAN DI DAERAH BENCANA ALBRIAN WEDHASWARA MURTANTO MASALAH PENGOPTIMUMAN MULTIKRITERIA DALAM PENJADWALAN TENAGA SUKARELAWAN DI DAERAH BENCANA ALBRIAN WEDHASWARA MURTANTO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Integer 2.1.1 Definisi Program Integer Program Integer adalah program linier (Linear Programming) di mana variabelvariabelnya bertipe integer(bulat). Program Integerdigunakan

Lebih terperinci

SKRIPSI SOLUSI INTEGER UNTUK MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR BILEVEL. Jessica Christella NPM:

SKRIPSI SOLUSI INTEGER UNTUK MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR BILEVEL. Jessica Christella NPM: SKRIPSI SOLUSI INTEGER UNTUK MASALAH PEMROGRAMAN LINEAR BILEVEL Jessica Christella NPM: 2013710013 PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN SAINS UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN 2017 FINAL

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. linear yang dinyatakan dengan fungsi tujuan dan fungsi kendala yang memiliki

BAB III PEMBAHASAN. linear yang dinyatakan dengan fungsi tujuan dan fungsi kendala yang memiliki BAB III PEMBAHASAN Masalah Fuzzy Linear Programming (FLP) merupakan masalah program linear yang dinyatakan dengan fungsi tujuan dan fungsi kendala yang memiliki parameter fuzzy dan ketidaksamaan fuzzy

Lebih terperinci

Metode Simpleks M U H L I S T A H I R

Metode Simpleks M U H L I S T A H I R Metode Simpleks M U H L I S T A H I R PENDAHULUAN Metode Simpleks adalah metode penentuan solusi optimal menggunakan simpleks didasarkan pada teknik eliminasi Gauss Jordan. Penentuan solusi optimal dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa air tanah mempunyai

Lebih terperinci

Modul 8. PENELITIAN OPERASIONAL INTEGER PROGRAMMING. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Modul 8. PENELITIAN OPERASIONAL INTEGER PROGRAMMING. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI Modul 8. PENELITIAN OPERASIONAL INTEGER PROGRAMMING Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2007 2 PENDAHULUAN Salah

Lebih terperinci

Teknik Riset Operasional Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016 Teknik Informatiaka UIGM

Teknik Riset Operasional Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016 Teknik Informatiaka UIGM Teknik Riset Operasional Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016 Teknik Informatiaka UIGM Dosen: Didin Astriani Prassetyowati, M.Stat Silabus MATAKULIAH TI214 TEKNIK RISET OPERASI (2 SKS) TUJUAN Agar mahasiswa

Lebih terperinci