AN BERPINDAN GIN BARAT ANALISIS S DI WILAYAH ;KAB IBA TAHAN Oleh. Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Transkripsi

1 ANALISIS S DI WILAYAH ;KAB AN BERPINDAN GIN BARAT Oleh IBA TAHAN Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1993

2 RINGKASAN..' IBA TAHAN PWD 90257, Analisis Sosial Ekonomi Perladangan Berpindah di Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat (penbin- bing Aff endi Anwar, ~usn& Syaukat, dan Dudung Darusman). Penelitian ini bertujuan untuk menggali infornasi dan nenahami sosial ekonomi peladang hi Kotawaringin Barat. Kegunaan penelitian adalah sebagai infornasi bagi perencana pembangunan dan penganbil keputusan dalan nerumuskan kebijakan guna nenecahkan nasalah perladangan dan penbangunan pedesaan. Disanping itu sebagai sunber infornasi dari aspek sosial ekononi perladangan dan penanfaatan sumberdaya alan (hutan) pada sisten perladangan. Hasil penelitian nenunjukkan bahwa usahatani dengan sisten perladangan dilakukan sesuai dengan tingkat pengetahuan masyarakat setenpat, karena tanah di.kotawaringin Barat nerupakan tanah kurang subur (tanah Podsolik nerah kuning) dan pengenbalian kesuburan tanah dengan cara berpindah (nenbe- rakan lahan). Hal tersebut diketahui dari adanya 4 jenis hu- ekas ladang tahun sebelunnya sebagai indikator kesuburan tanah, yaitu: (1) babas nuda,(2) babas kanantulangan, (3) babas tuha, (4) tanah rikba. Fakta nenunjukkan bahwa peladang di Kotawari- ngin Barat, nenggunakan tanah babas (hutan sekunder) kanan- tulangan yang berumur sekitar 10 tahun, dan kesuburan tanah tersebut mulai pulih. Dari proses/tahap pekerjaan ladang menun jukkan bahwa peladang nenperhat ikan lingkungan sekitar yaitu dengan: nemelihara pepohonan yang dilindungi, menanan

3 kembali lahan bekas ladang dengan tanaman perkebunan, dan memelihara hutan sekitar dari kebakaran. Hal tersebut neng- indikasikan bahua perladangan di Kotauaringin Barat tidak merusak tanah/lingkungan dan mengganti hutan menjadi kebun. Hasyarakat yang melakukan perladangan adalah nerupakan anggota masyarakat (penduduk) suatu desa yang nenpunyai ten- pat tinggal tetap di desa bersangkutan. Hal tersebut nenun- jukkan peladang bukan masyarakat nomaden, hanya usaha tani yang di lakukan saja berpindah-pindah. Jika pelaku perla- dangan dikelompokkan, maka masyarakat peladang terdiri dari masyarakat asli dari suku Dayak (peladang Tradisional), Pe- gawai Negeri/Pensiunan, dan Pendatang yang nenetap di desa. Adapun alasan dan motivasi masyarakat nelakukan perla- dangan, terutama untuk menghasilkan beras sebagai bahan makanan pokok di Kotawaringin Barat secara subsisten, selain itu menyediakan lahan kebun, menyediakan lahan ladang dike- mudian hari, dan kemudahan berladang masih diperoleh serta f asilitas pertanian menetap belum ada di daerah bersang- kutan. Disamping alasan tersebut diatas, nasing-nasing aitu : (a) pela- dang tradisional tidak mempunyai pekerjaan tetap sssuai t ingkat pengetahuan dan merupakan pekerjaan warisan, (b) pegauai negerijpensiunan, berladang untuk memenuhi kebutuhan makanan pokok secara subsisten agar gaji/uang pensiun dipergunakan untuk keperluan selain beras, (c) pendatang, tidak memperoleh pekerjaan di luar perladangan secara nenetap. Umumnya hutan rimba untuk berladang adalah hutan areal HPH yang dikuasai berdasarkan ijin pemerintah. Nanun dari

4 sisi masyarakat desa, hutan wilayah desa merupakan hak ulayat, yang dimiliki secara bersana dan dapat digunakan oleh individu untuk berbagai kegiatan ternasuk berladang. Pola pikir tentang hak ulayat, menyebabkan hutan yang belun pernah dibuka sebagai ladang nerupakan hutan milik bersana dan tidak mengenal pemilikan hutan rimba sebagai milik per- orangan. Lahan menjadi milik perorangan bila seseorang membuka hutan untuk pertama kali (dari hutan rinba) dijadi- kan ladang, sehingga penbuka hutan tersebut diakui sebagai pemilik lahan di tempat bersangkutan dan men jadi warisan bagi keturunannya. Hak atas tanah yang diperoleh secara membuka hutan rimba, merupakan hak nilik adat. Dari sisi tenaga kerja, penggunaan tenaga kerja di perladangan adalah tenaga kerja keluarga, dan bila ada tenaga kerja luar yang bekerja di ladang satu keluarga adalah dalan rangka jenjuruan (sanbat sinambat = pertukaran tenaga kerja = handep). Tidak seluruh waktu digunakan untuk pekerjaan ladang, tetapi sebagian digunakan nengerjakan pekerjaan non ladang. Khusus pegawai negeri pekerjaan ladang dilakukan diluar jam dinas/jan kantor. Ditinjau dari produktivitas lahan. naka produktivitas tanah rimba lebih tinggi dari tanah babas, sehingga menperkuat alasan menjadikan lahan bekas tebangan HPH sebagai ladang. Sedangkan produktivitas tenaga kerja di perladangan rata-rata 9.51 kg gabah/hkp atau dengan upah sekitar Rp 2 853/HKP (harga gabah Rp 300/kg). Upah tersebut lebih rendah dari upah harian pada perusahan HPH Bina Desa Rp /hari dan upah buruh reboisasi hutan HPH Rp 4 500/hari atau lebih

5 rendah dari hasil yang diterima peladang untuk pekerjaan non ladang yaitu Rp per HKP. Upah yang rendah pada pekerj aan ladang, t idak menyebabkan peladang/nasyarakat ne- ninggalkan perladangan, karena hasil ladang untuk kecukupan dan keamanan pangan dan hasil pekerjaan non ladang digunakan untuk memenuhi kebutuhan diluar beras. Selain itu pekerjaan ladang merupakan pekerjaan yang mudah diperoleh, lahan ladang digunakan sebagai lahan perkebunan. Khusus Pegawai Negeri/Pensiunan berladang merupakan penanfaatan waktu yang produktif dan menghasilkan beras secara subsisten tanpa mengganggu kelancaran tugas sebagai pegawai negeri. Sunber-sumber pendapatan peladang terdiri dari usaha perladangan dan non perladangan. Adapun sumber pendapatan non ladang adalah: nencari hasil hutan (log, nenbuat perahu), berburu/menangkap ikan, memungut hasil kebun (karet, kopi, rotan, lada), memburuh/tukang, dagang (warung/tengku- lak), angkutan (ojek), industri kecil (sirkel), pegawai negeri. Pendapatan keluarga peladang dari usaha non ladang adalah rata-rata 57% dan usaha ladang 43% dari total pendapatan. Sedangkan besar pendapatan peladang rata-rata sebesar Rp atau sekitar beras (harga beras Rp 800/kg)/kapita/tahun. Dibandingkan dengan kriteria Sayogyo, peladang di Kotawaringin Barat ada diatas garis kemiskinan Sayogyo (batas kemiskinan untuk pedesaan 320 kg/kapita/ tahun), tetapi dibawah pendapatan untuk dapat memenuhi kebutuhan fisik minimal Bank Dunia (Rp /kapita/th), dan di bawah pendapatan perkapita regional (Rp / kapita/tahun) tahun Angka-angka pendapatan tersebut

6 menunjukkan bahua peladang merupakan ekonomi lenah yang hidup sederhana dengan mengutamakan nakan. Hal tersebut nengganbarkan bahwa perladangan yang dilakukan oleh pegawai negeri, merupakan usaha nenanbah pendapatan keluarga. Pengaruh perladangan terhadap lingkungan di Kotauaringin Barat ada pada taraf (stage) yang tidak nerusak lingkungan dan tingkat ekononi peladang di atas garis keniskinan Sajo- gyo. Namun dengan perkembangan penduduk dan penguasaan hutan oleh HPH, akan nempersenpit ruang gerak perladangan. Hal ini dapat nengakibatkan rotasi perladangan nakin pendek, hingga dapat nerusak lingkungan (hilang kesuburan) dan akhirnya menurunkan tingkat pendapatan. Keadaan perladangan yang nakin terdesak, mulai dirasakan oleh peladang, sehingga nereka beranggapan suatu ket ika perladangan tidak dapat dilakukan. Oleh sebab itu nereka berupaya nengantisipasi kehidupan masa depan, dengan nenberi kan pendidikan bagi anak-anaknya. Selain itu peladang memberikan respon yang positip terhadap tawaran pemerintah untuk nengubah perladangan ke sistem lain yang lebih baik. endah, ditingkatkan dengan adanya campur tangan penerintah. dapat Kebi- jakan untuk nengatasi perladangan, ialah (1) nenberi binbingan dan penyuluhan guna mengarahkan peladang berusaha di bidang non ladang seperti menjadi pekebun dan nenanfaatkan hasil hut? non kayu yang berorientasi pasar, (2) mengenbangkan konsep in situ development. (3) nemberikan pengakuan atas hak ulayat nasyarakat, (4) menyediakan lapangan kerja baru non ladang.

7 -4N.LuJSIs SOSIAL EKONOMI PERLrUDAh'GAN BERPINDAH DI WZWyAH KMUPATEN KOTAWMIINGIN BARAT PROPINSI KALI1MANT.4N TENGAH T&s wbagai salah satu qarat untuk nxm~peroleli gelar Magister Sains pada P v Pas-+a Ifirtitut Pertadan Bogor PR0GRAh.f PASCASARJANA INSTiTUT PEFfTANIAN BOGOR 1993

8 Judul Penelitian : Analisis Sosial Ekonomi Perladangan Ber- pindah Di Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat Propinsi Kalinantan Tengah Nana Mahasiswa : IBA TAHAN Nonor Pokok : Menyetujui: 1. Konisi Penbinbing Prof Dr Ir AFFENDI ANH Ketua Ir YUSMAN SYAUKAT, MEc Anggota Dr Ir DUDUNG DARUSMAN, MA Anggota 2. Ketua Program Studi Ilnu Perencanaan Penbangunan Hilayah dan Pedesaan Prof Dr Ir AFFENDI ANWAR, USc Prof Dr Ir ED1 GUHARDJA LU~US tanggal : 29 September 1993

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sungai Buluh. Kabupaten Kota- waringin Barat, Propinsi Kalimantan Tengah, tanggal 25 Januari 1951 anak ke dua dari bapak Hatias. D. Tahan dan ibu Louise Saripah. Penulis menikah pada tahun 1979 dengan Bawing. G. Atan dan telah dikaruniai empat orang anak terdiri dari satu perempuan yaitu Dian Agustirini Tahan, dan tiga laki-laki yaitu Loren Oktoberi Tahan, Fred Nuhuna Tahan, dan Yosef Harchiano Tahan. Pada tahun 1970 penulis lulus dari SHA Negeri 2 Solo (Java Tengah) dan bulan Juni 1985 lulus pada Fakultas Ekonomi Universitas Palangka Raya di Palangka Raya (Kali- mantan Tengah). Hulai 6 Januari 1976 penulis bekerja pada Bank Pem- bangunan Daerah Kalimantan Tengah dan berhenti dengan hormat atas permintaan sendiri pada 31 Haret Kemu- dian mulai tahun 1987 sampai sekarang bekerja sebagai staf pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Palangka Raya. Selanjutnya sejak September 1990, penulis mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan biaya dari THPD, bidang studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan.

10 UCAPAN TERIHA KASIH Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Haha Besar Tuhan karena penyertaannya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini, dalan rangka menyelesaikan studi pada 52 Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Kemudian penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Affendi Anwar, H.Sc. (Ketua Komisi Pembimbing), Bapak Ir. Yusnan Syaukat, HEc. dan Bapak Dr. Ir. Dudung Darusman, H.A. selaku anggota yang banyak nenberikan bantuan dan bimbingan kepada penu- lis sejak anal sampai penyelesaian tesis ini. Selanjutnya penulis ingin pula menyampaikan ucapan terina kasih kepa- da: (a) Bapak Rektor, Pembantu Rektor Universitas Palangkaraya, dan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Palangkaraya yang memberi ijin dan fasilitas penunjang ntuk kuliah pada program S- (b) Bapak Rektor Institut Pertanian Bogor, Bapak Direktur Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bapak Ketua Bidang Studi Perencanaan Pembangunan Uilayah dan Pedesaan, Bapak-Bapak dan Ibu Dosen serta Staf administrasi Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan belajar. pelajaran dan bimbingan serta pelayanan selana penulis belajar Institut Pertanian Bogor.