PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya lahan menpunyai ciri-ciri yang. spesifik. Hal ini dapat terjadi karena lahan mempunyai

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Pengelolaan sumberdaya lahan menpunyai ciri-ciri yang spesifik. Hal ini dapat terjadi karena lahan mempunyai fungsi ganda dalan penanfaatannya. Lahan sebagai substrat berfungsi mendukung kehidugan tanaman dan binatang, saluran air, bangungan-bangunan teknik-sipil, dan j aringan transportasi. Lahan sebagai tanah berfungsi sebagai konponen utama dari sistem penunjang kehidupan biologis. Dalam sistem produksi pertanian, lahan menjadi salah satu faktor produksi yang penting. Kualitas lahan dan lokasinya terhadap pasar akan sangat menentukan tingkat keberhasilan sistem pengelolaan lahan pertanian. Sebagai sumberdaya alan, lahan mempunyai anasir- anasir yang sifatnya dapat dipulihkan kembali, dan anasir- anasir yang tidak dapat dipulihkan kenbali. Oleh karena itu strategi pengelolaannya harus secara seimbang menper- hatikan keberadaan kedua anasir tersebut. Upaya rehabi- litasi lahan biasanya lebih ditujukan kepada anasir yang dapat dipulihkan, sedangkan upaya konservasi lebih dituju- kan kepada anasir-anasir yang tidak dapat dipulihkan. Berbagai upaya konservasi -dan rehabilitasi lahan telah lama dirintis dan terus dikenbangkan. Upaya-upaya ini mencakup aspek teknis-sipil, biologi, dan sosial- ekononi. Nanun dalam penerapannya di lapangan seringkali

2 usaha-usaha ini nenghadapi berbagai kendala yang serius. Tampaknya ha1 seperti ini terjadi karena adanya konf lik antara kepentingan pelestarian sunberdaya lahan dengan kepentingan ekonomi penduduk setenpat. Kepentingan-kepentingan ini biasanya tidak saling menenggang, sehingga dalam upaya pengelolaan lahan diperlukan adanya kepentingan. Pemaduan berbagai macam kepentingan prioritas tersebut memerlukan penelaahan yang seksama secara lintas disiplin dan terpadu. Konflik-konflik kepentingan tersebut nenjadi senakin banyak dan semakin parah sejalan dengan bertanbahnya jumlah penduduk yang memanfaatkan sumberdaya lahan. Per- tanbahan jumlah penduduk ini dapat terjadi nelalui jalur kelahiran dan jalur migrasi masuk. Jalur ke dua biasanya lebih penting di daerah yang sumberdaya lahannya menpunyai produktivitas yang tinggi, seperti yang terjadi di DAM Selorejo. Pertanbahan jumlah penduduk inilah yang diperkirakan menjadi pangkal penyebab munculnya berbagai nasalah degradasi sunberdaya alam dan lingkungan hidup di DAW Selorejo. Pengelolaan lahan pertanian.di daerah hulu sungai melibatkan banyak pihak dengan kepentingannya nasingmasing. Dalan kondisi seperti ini diperlukan pendekatan sistemik untuk mengevaluasi keadaan yang optimal dengan mengorbankan sebagian kepentingan sesuatu pihak dan nemprioritaskan sebagian kepentingan beberapa pihak lainnya.

3 Suatu model optimalisasi pengelolaan lahan merupa- kan idaman banyak pihak yang berkepentingan dengan sumberdaya lahan. Akan tetapi model seperti ini sangat sulit dikembangkan dan biasanya akan menghadapi berbagai kendala dalam penerapannya di lapangan. Dalam penelitian ini ditelaah analisis optimalisasi pengelolaan lahan yang akan memadukan antara kepentingan konservasi tanah dan air (untuk mengendalikan erosi, sedimentasi, dan debit sungai) dan kepentingan produksi pertanian untuk menjamin ketersediaan hasil komoditi dan kesempatan kerja pertanian bagi penduduk setempat. malisasi ini dilakukan untuk mendapatkan alternatif Opti- peng- gunaan lahan dan sistem usahatani yang optimal ditinjau dari segi erosi, sedimentasi, debit sungai, pendapatan usahatani, dan tersedianya kesempatan kerja pertanian. Pemilihan DAS Konto atau Daerah Aliran Waduk Selorejo sebagai lokasi penelitian didasarkan atas bebera- pa pertimbangan berikut ini. 1. Keberadaan bangunan serbaguna Bendungan dan Waduk Selorejo harus dijaga kelestariannya. Bangunan ini sele- sai pembangunannya pada tahun 1970 dengan investasi seki- tar 13 milyar rupiah. Fungsi utama bangunan ini ialah untuk pengendalian banjir Sungai Brantas bagian tengah, irigasi sawah seluas ha, dan PLTA dengan kapasitas sekitar 50 GWH per tahun. Bangunan waduk dirancang dengan kapasitas n3 air dan dead storage sedimen

4 .sekitar e3 atau m3 per tahun yang setara dengan rataan erosi pada daerah aliran sekitar 6.18 ton/ha/th atau 0.56 mm/th. Batas sedinentasi dan erosi ini tampaknya sudah terlampaui selana pengukuran tahun 1973 hingga 1977 dan tahun 1977 hingga Selaina periode tingkat sedimentasi sebesar m3 atau setara dengan rataan erosi ton/ha/th atau 6.78 mm/th; sedangkan selama periode tingkat sedimen- tasi sekitar m3 atau setara dengan rataan erosi ton/ha/th atau 2.44 mm/th. 2. DAS Konto eerupakan daerah tangkapan dan resapan air hujan yang sangat penting bagi daerah-daerah di bauahnya. Vilayah ini mempunyai rataan curah hujan tahunan sebesar mm, sekitar 75% terjadi pada musim hujan dan 25% pada nusim kemarau. Potensi air hujan yang besar ini nengandung bahaya-bahaya dan juga manfaat-manfaat yang sangat besar, sehingga kelestarian sunberdaya alae di wilayah ini harus dijaga. 3. DAS Konto merupakan salah satu pusat produksi tanaman hortikultura, terutama kentang, kubis. wortel. bauang merah, dan kacang merah. Kondisi agroekologi di uilayah ini sangat nendukung bagi pola usahatani tananan sayuran tersebut secara intensif. Namun demikian sebagian besar wilayah ini mempunyai indeks bahaya erosi yang sangat tinggi. Keadaan seperti ini telah menaksa dilakukannya berbagai upaya untuk nelestarikan sunberdaya lahan. baik secara teknis, biologis, dan sosial ekonoais.

5 4. DAS Konto merupakan salah satu pusat pengenbangan dan pusat produksi susu di Jawa Timur. Kondisi agroekologinya sangat sesuai bagi kehidupan sapi perah dan bagi berbagai jenis tananan hijauan pakan. Perkenbangan usahatani ternak sapi perah telah terjadi secara nencolok semenjak tahun 1977/1978, dan telah nemberikan sumbangan yang cukup besar terhadap kesejahteraan penduduk setempat dan perekonomian wilayah. Sehubungan dengan ha1 ini daya dukung wilayah untuk menyediakan bahan hijauan pakan harus dijaga kelestariannya. 5. DAS Konto nerupakan wilayah yang kepadatan pendu- duknya sangat tinggi. Rataan kepadatan agraris penduduk sekitar jiwa/kn2 di Sub-DAS Konto Hulu, dan sekitar jiwa/kmz di Sub DAS Kvayangan dan Pin-ial. Rataan pertumbuhan penduduk setiap tahun sekitar 1.76% selama periode dan diperkirakan sekitar 1.0% pada tahun 1988 hingga sekarang. Salah satu danpak dari pertambahan jumlah penduduk ini adalah neluasnya lahan semakkirinyu pada kawasan hutan konversi di sekitar lahan desa. 6. Proses degradasi sumberdaya alan dan lingkungan hidup di DAS Konto nenunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Hal ini terlihat dari semakin tingginya laju sedimentasi dan senakin besarnya fluktuasi debit sungai yang menasuki Waduk Selorejo. Kondisi seperti ini tanpak- nya berkaitan erat dengan kecenderungan perubahan pola Penggunaan lahan di seluruh DAS Konto. Sejalan dengan

6 bertambahnya jumlah penduduk, naka senakin besar pula kebutuhan aka" sumberdaya lahan untuk keper luan pertanian. Gangguan-gangguan terhadap kawasan hutan produksi dan hutan lindung oleh aktivitas penduduk nenjadi semakin banyak, akibatnya sebagian kawasan hutan lindung dan hutan produksi telah mengalami perubahan nenjadi lahan senak belukar, terutama kirinyu (- sp. ). Sebagian lahan semak-belukar ini terjadi pada lahan-lahan yang kondisi fisiknya secara potensial dapat dikonversi nenjadi tegalan atau kebun campuran, akan tetapi sebagian lahan kirinyu ini secara potensial hanya sesuai untuk hutan tanaman atau hutan lindung. Dari sekitar ha kawasan hutan lingdung, ternyata sekitar ha telah menjadi lahan semak belukar; dan dari sekitar ha kawasan hutan produksi ternyata sekitar ha telah berubah nenjadi lahan semak belukar yang tidak produktif. Perubahan vegetasi hutan nenjadi semak-belukar ini mengakibatkan meningkatnya erosi dan limpasan pernukaan yang pada gilirannya akan berdampak negatif bagi kelesta- rian Waduk Selorejo. Danpak negatif ini dikhawatirkan akan senakin meningkat mengingat secara bertahap lahanlahan semak belukar tersebut dikonversi oleh penduduk menjadi lahan budidaya pertanian tanpa nenperhatikan kenampuan dan kesesuaian lahan. Berdasarkan kondisi seperti ini diperlukan adanya pengaturan-pengaturan terhadap kenungkinan perubahan kawasan hutan yang sekarang berupa lahan senak-belukar menjadi lahan pertanian.

7 perubahan kawasan hutan yang sekarang berupa lahan senak- belukar nenjadi lahan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model perencanaan pengelolaan lahan yang dapat digunakan untuk mengalokasikan penggunaan lahan dan sisten pertanian yang optimal ditinjau dari gatra erosi, sedimentasi, debit sungai, penerimaan usahatani dan tersedianya kesenpatan kerja pertanian. Beberapa alternatif pola penggunaan lahan dan sistem usahataninya yang optimal diharapkan dapat ditemukan untuk lokasi penelitian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: 1. Henetapkan alternatif pola penggunaan lahan dan sistem usahataninya yang optimal, 2. Dasar pertinbangan pemerintah untuk menentukan langkah kebijakan pengelolaan lahan pertanian,. 3. Dasar pertiabangan pemerintah untuk menentukan langkah-langkah peningkatan usaha penyuluhan pertanian secara terpadu di DAS Konto, 4. Hasukan-masukan informatif bagi masyarakat dan pemerintah dalam rangka neningkatkan pendapatan petani setempat dan kesempatan kerja pertanian.