UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANITA AYU DWI AJIE SAPUTRI, S.Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker ANITA AYU DWI AJIE SAPUTRI, S.Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012 ii

3 iii

4 KATA PENGANTAR Alhamdulillaahirabbil aalamiin. Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Angkatan LXXIV, yang diselenggarakan pada tanggal 2 April 12 Mei 2012 di Apotek Kimia Farma No.7, Bogor. Kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA merupakan bagian dari kegiatan perkuliahan program pendidikan profesi apoteker dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan mahasiswa. Mahasiswa yang telah mengikuti kegiatan PKPA diharapkan dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki saat memasuki dunia kerja. Kegiatan PKPA dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada : 1. Segenap Direksi PT. Kimia Farma Apotek yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker. 2. Bapak Drs. Priyanggo Artadji, MM., Apt. selaku Pembimbing dan Manager Bisnis Wilayah Bogor yang telah memberikan kesempatan, bimbingan dan pengarahan selama PKPA dan penyusunan laporan PKPA. 3. Ibu Prof. Dr. Yahdiana H., MS., Apt. selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA. 4. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA. 5. Ibu Nadia Farhanah Syafhan, M.Si, Apt., selaku pembimbing dari Departemen Farmasi FMIPA yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam pengerjaan laporan kerja praktek profesi apoteker di apotek. 6. Seluruh staf dan karyawan Seluruh staf dan karyawan Apotek Kimia Farma No. 7, Bogor yang telah memberikan bantuan, kerja sama yang baik, serta iv

5 kesempatan dan kepercayaan kepada penulis untuk melakukan pekerjaan teknis kefarmasian di apotek selama masa PKPA. 7. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, doa, dan semangat kepada penulis. 8. Semua teman-teman Apoteker angkatan 74 dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan. Juni 2012 Penulis v

6 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Tata Cara Pemberian Izin Apotek Persyaratan Apotek Apoteker Pengelola Apotek Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Pencabutan Surat Izin Apotek Sediaan Farmasi Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika Pengadaan Persediaan Apotek Pengendalian Persediaan Apotek Strategi Pemasaran Apotek BAB 3 TINJAUAN UMUM PT KIMIA FARMA, Tbk PT. Kimia Farma (Persero), Tbk PT. Kimia Farma Apotek BAB 4 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA NO Bisnis Manager Wilayah Bogor Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor BAB 5 PEMBAHASAN Lokasi dan Tata Ruang Apotek Personalia Kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek vi

7 5.4 Kegiatan Pengarsipan dan Pelaporan Kegiatan Administrasi dan Keuangan BAB 6 PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN vii

8 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Penandaan obat bebas Gambar 2.2 Penandaan obat bebas terbatas Gambar 2.3 Penandaan obat keras Gambar 2.4 Penandaan obat narkotika Gambar 2.5 Diagram Model Pengendalian Persediaan viii

9 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Contoh Formulir APT Lampiran 2. Contoh Formulir APT Lampiran 3. Contoh Formulir APT Lampiran 4. Contoh Formulir APT Lampiran 5. Contoh Formulir APT Lampiran 6. Contoh Formulir APT Lampiran 7. Contoh Formulir APT Lampiran 8. Struktur Organisasi PT Kimia Farma Apotek Lampiran 9. Struktur Organisasi Bisnis Manager Lampiran 10. Tata ruang Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor Lampiran 11. Surat Pesanan Barang (SPB) Lampiran 12. Form. Dropping Barang dari Gudang (DCs) ke Apotek Lampiran 13. Formulir Serah Terima Barang DC Lampiran 14. Bon Permintaan Barang Apotek Lampiran 15. Kartu/Buku Stok Obat Lampiran 16. Alur Pelayanan Resep Lampiran 17. Salinan Resep (Copy resep) Lampiran 18. Etiket obat Lampiran 19. Kemasan Obat Lampiran 20. Label Obat Lampiran 21. Laporan Ikhtisar Penerimaan Harian (LIPH Lampiran 22. Surat Pesanan Narkotika dan Psikotropika Lampiran 23. Laporan Penggunaan Narkotika dan Laporan Khusus Penggunaan Morphin, Pethidin, dan Derivatnya Lampiran 24. Laporan Penggunaan Psikotropika Lampiran 25. Berita Acara Pemusnahan Perbekalan Farmasi ix

10 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, Pemerintah mengkategorikan Pekerjaan Kefarmasian dalam berbagai kegiatan, meliputi pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Dalam pelaksanaannya, salah satu sarana peyalanan kefarmasian tempat melaksanakan pekerjaan kefarmasian adalah di apotek. Apotek merupakan salah satu sarana potek sebagai salah satu sarana penunjang kesehatan turut berperan dalam mewujudkan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah sebagai sarana distribusi obat dan perbekalan farmasi yang aman, bermutu, berkhasiat serta terjangkau harganya oleh masyarakat luas. Disamping itu, apotek juga berperan sebagai sarana pemberian informasi obat kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya sehingga kedua pihak tersebut mendaptkan pengetahuan yang benar tentang obat dan turut meningkatkan penggunaan obat yang rasional (Departemen Kesehatan RI, 2004). Apoteker sangat berperan penting dalam keberlangsungan apotek. Peran apoteker, selain menjalankan fungsi profesional dengan melakukan pelayanan kefarmasian, apoteker juga berperan dalam fungsi manajerial dan retailer. Sebagai sebuah bisnis retail, apotek harus dikelola dengan baik agar memperoleh keuntungan guna menutup beban biaya operasional dan menjaga kelangsungan hidupnya. Akan tetapi, bisnis apotek juga tidak melupakan fungsi sosialnya di dalam mendistribusikan perbekalan kesehatan, khususnya obat kepada masyarakat sehingga keberadaan apotek turut membantu pemerintah dalam memelihara dan menjaga kesehatan masyarakat. Untuk dapat melaksanakan ketiga peran tersebut dibutuhkan apoteker yang ahli dan terampil serta menguasai dan memahami segala aspek yang berhubungan dengan pengelolaan apotek. Apoteker sebagai seorang manager di apotek dituntut untuk memiliki kredibilitas yang tinggi dapat menjalankan perannya dengan baik. 1

11 2 Mengingat akan pentingnya hal tersebut dan upaya untuk pemberian dukungan terhadap kompetensi apoteker di apotek, maka Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI bekerja sama dengan Apotek Kimia Farma dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker dari tanggal 2 April 12 Mei Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diharapkan dapat meingkatkan pemahaman calon apoteker mengenai peranan, kegiatan manajerial serta pelayanan kefarmasian di apotek dengan mengikuti kegiatan yang ada di apotek. 1.2 Tujuan a. Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab seorang Apoteker dalam pengelolaan apotek. b. Mengetahui dan melaksanakan kegiatan-kegiatan kefarmasian yang dilakukan di apotek Kimia Farma No. 7, Bogor.

12 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Definisi Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek adalah tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika, sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian Pasal 1, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan tujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. 2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek memiliki landasan hukum yang diatur dalam : a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. b. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. c. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. d. Keputusan Pemertintah Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. 3

13 4 e. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. f. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. g. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Kententuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. h. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas PP No.26 Tahun 1965 tentang Apotek. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980, tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut: a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata. 2.4 Tata Cara Pemberian Izin Apotek Sebelum mendirikan suatu apotek, apoteker terlebih dahulu harus memiliki Surat Izin Apotek (SIA). Wewenang pemberian SIA kepada seorang apoteker dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Dinkes Kab/Kota). Selanjutnya Kepala Dinkes Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 Pasal 3). Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata

14 5 Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut : a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1 (Lampiran 1). b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 (Lampiran 2) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh Formulir APT-3 (Lampiran 3). d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-4 (Lampiran 4). e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5 (Lampiran 5). f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-6 (Lampiran 6). g. Terhadap surat penundaan, Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat penundaan. h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan, atau lokasi yang tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua

15 6 belas) hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT-7 (Lampiran 7). Bila Apoteker menggunakan sarana milik pihak lain dalam pendirian apotek, dengan mengadakan kerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek, maka harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Penggunaan sarana apotek yang dimaksud, wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Apoteker dan pemilik sarana. b. Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perudang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan. 2.5 Persyaratan Apotek Apotek dapat beroperasi apabila telah mendapat Surat Izin Apotek (SIA), yaitu surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana untum menyelenggarakan pelayanan apotek di suatu tempat tertentu. Apotek yang telah memenuhi persyaratan, harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Beberapa kelengkapan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah tempat atau lokasi, bangunan, perlengkapan apotek, tenaga kerja apotek, dan perbekalan farmasi (Umar, 2011) Lokasi Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Persyaratan jarak minimum antar apotek tidak dipermasalahkan lagi, tetapi ketentuan ini dapat berbeda, sesuai dengan kebijakan/peraturan daerah masing-masing. Lokasi apotek dapat dipilih dengan mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, jumlah praktek dokter, sarana dan pelayanan kesehatan lain, sanitasi dan faktorfaktor lainnya.

16 Bangunan Suatu apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek. Bangunan apotek yang baik hendaknya memiliki ruang tunggu pasien, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi, ruang kerja apoteker, tempat pencucian alat dan kamar kecil. Bangunan apotek sebaiknya juga memiliki sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, sumber penerangan yang dapat memberikan penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran, serta ventilasi dan sanitasi yang baik Perlengkapan Apotek Suatu apotek baru yang ingin beroperasi harus memiliki perlengkapan apotek yang memadai agar dapat mendukung pelayanan kefarmasiannya. Perlengkapan apotek yang harus dimiliki antara lain : a. Peralatan pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, lumpang, alu,gelas ukur, dan lain-lain. b. Peralatan dan tempat penyimpanan alat perbekalan farmasi seperti lemari obat, lemari pendingin (kulkas), dan lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika. c. Wadah pengemas dan pembungkus. d. Perlengkapan administrasi seperti blanko pesanan, salinan resep, buku catatan penjualan, buku catatan pembelian, kartu stok obat, dan kuitansi. e. Buku-buku dan literatur standar yang diwajibkan, serta kumpulan perundangundangan yang berhubungan dengan kegiatan apotek Tenaga Kerja Apotek Berdasarkan Permenkes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993, terdapat penjelasan tentang definisi tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan operasional apotek yaitu : Satu orang Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA).

17 8 a. Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. b. Apoteker Pengganti, yaitu apoteker yang menggantikan Apoteker Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain. c. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundangundangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker. Sedangkan tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari : a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker. b. Kasir adalah petugas yang bertugas menerima uang dan mencatat pemasukan serta pengeluaran uang. c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek. 2.6 Apoteker Pengelola Apotek Permenkes RI No. 1322/MENKES/SK/X/2002 menjelaskan Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah Apoteker yang telah diberi surat Izin Apotek (SIA). Sebelum melaksanakan kegiatannya, seorang APA wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Seorang APA bertanggung jawab akan kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya, dan juga bertanggung jawab kepada pemilik modal apabila bekerja sama dengan pemilik sarana apotek (PSA). Apoteker yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 35,37,52,54) :

18 9 a. Memiliki keahlian dan kewenangan. b. Menerapkan Standar Profesi. c. Didasarkan pada Standar Kefarmasian dan Standar Operasional d. Memiliki sertifikat kompetensi profesi e. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) f. Wajib memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) bagi Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan Apoteker Pendamping di Apotek. g. Apoteker Pengelola Apotek (APA) hanya dapat melaksanakan praktek di satu apotek sedangkan Apoteker Pendamping hanya dapat melaksanakan praktek paling banyak di tiga Apotek. Surat Tanda Registrasi (STRA) merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. STRA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun selama masih memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 40): a. Memiliki ijazah Apoteker b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker dan Apoteker Pendamping untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada Apotek atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). SIPA dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. SIPA dapat dibatalkan demi hukum apabila pekerjaan kefarmasian dilakukan pada tempat yang tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin. Untuk mendapatkan SIPA, Apoteker harus memiliki (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 55) :

19 10 a. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) b. Tempat atau ada tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian atau fasilitas kesehatan yang memiliki izin c. Rekomendasi dari organisasi profesi Tugas dan kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut : a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku. b. Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi. c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin. d. Melakukan pengembangan usaha apotek. Wewenang dan tanggung jawab APA meliputi (Umar, 2011): a. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan b. Menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan c. Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan d. Bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai. 2.7 Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Pengalihan tanggung jawab apoteker diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 (Pasal 19 dan 24) yaitu : a. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping. b. Apabila APA dan Apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk apoteker pengganti. c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. d. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker pendamping, pelaporan oleh ahli waris wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika.

20 11 e. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Penunjukkan Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 menjelaskan jika pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang disebabkan karena penggantian Apoteker Pengelola Apotik kepada Apotek Pengganti, wajib dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima tersebut dibuat Berita Acara Serah Terima yang dibuat rangkap empat dan ditandatangani kedua belah pihak yang melakukan serah terima. 2.8 Pencabutan Surat Izin Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila: a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. b. Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus menerus. c. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang tentang Narkotika, Undang- Undang Obat Keras, dan Undang-Undang tentang Kesehatan. d. Surat Izin Praktek Apoteker Pengelola Apotek dicabut. e. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek, serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain.

21 12 Pelaksanaan pencabutan surat izin apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan : a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2(dua) bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan Formulir Model APT-13. Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas, dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan ini dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-14. Pencairan Izin Apotek yang dimaksud dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sebagai berikut : a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu, dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Wilayah Kantor Kementeriaan Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam huruf (a).

22 Sediaan Farmasi Obat bebas (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 2380/A/SK/VI/83) Obat bebas adalah obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tanda khusus yang terdapat pada obat bebas adalah lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam. Gambar 2.1 Penandaan obat bebas Obat bebas terbatas (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 2380/A/SK/VI/83) Obat bebas terbatas adalah obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tanda khusus yang terdapat obat bebas terbatas adalah lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam. Gambar 2.2 Penandaan obat bebas terbatas Obat keras daftar G (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2396/A/SK/VII/86) Obat keras adalah obat yang dapat diperoleh dengan resep dokter. Tanda pada obat keras berupa lingkaran bulat berwarna bulat merah dengan garis tepi hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi dan harus mencantumkan kalimat Harus dengan resep dokter. Gambar 2.3 Penandaan obat keras Narkotika (Undang-undang nomor 35 Tahun 2009) Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan

23 14 atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Gambar 2.4 Penandaan obat narkotika Narkotika dibagi ke dalam tiga golongan yaitu : a. Narkotika Golongan I Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan. Narkotika golongan I dalam jumlah terbatas hanya digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk reagensia diagnostik dan reagensia laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi dari Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. Contoh : Tanaman Papaver somniferum (kecuali bijinya), opium, kokain, heroin, psilosibin, amfetamin. b. Narkotika Golongan II Narkotika Golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Difenoksilat, metadon, morfin, petidin. c. Narkotika Golongan III Narkotika Golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Kodein, dihidrokodein, norkodein Psikotropika (Undang-undang nomor 5 Tahun 1997) Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika digolongkan menjadi empat golongan :

24 15 a. Psikotropika Golongan I Psikotropika Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Psilosibin, lisergida b. Psikotropika Golongan II Psikotropika Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, sekobarbital. c. Psikotropika Golongan III Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amobarbital, pentazosin, pentobarbital, siklobarbital. d. Psikotropika Golongan IV Psikotropika Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Alobarbital, alprazolam, barbital, diazepam, fenobarbital, ketazolam Pelayanan Kefarmasian di Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi, sekarang menjadi pelayanan yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup

25 16 dari pasien. Pelayanan kefarmasian di dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, terdiri dari pelayanan resep, pemberian informasi obat, konseling, pemantauan penggunaan obat, promosi dan edukasi, serta Pelayanan Residensial (Home Care) Pelayanan Resep a. Skrining resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi persyaratan administratif (nama,sip dan alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan/paraf dokter penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien), kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian), pertimbangan klinis (adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). b. Penyiapan obat Penyiapan obat terdiri dari peracikan, penulisan etiket, pengemasan, serta penyerahan obat. Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Penulisan etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Sebelum obat diserahkan pada pasien, harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien Pemberian Informasi Obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

26 Konseling Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan Pemantauan Penggunaan Obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya. Pemantauan dilakukan terhadap khasiat obat serta efek samping yang kemungkinan dapat terjadi Promosi dan Edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet / brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya Pelayanan Residensial (Home Care) Pelayanan residensial (Home care) adalah pelayanan apoteker sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan terapi kronis lainnya. Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

27 Pengelolaan Narkotika Narkotika hanya dapat bertujuan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan. Menurut Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, pengaturan narkotika bertujuan untuk menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika, serta memberantas peredaran gelap narkotika. Apotek merupakan salah satu sarana kesehatan yang dapat melakukan penyerahan narkotika. Apotek dapat menyerahkan narkotika kepada rumah sakit, puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter dan pasien. Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dokter. Pengelolaan narkotika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan/penyerahan, pemusnahan, pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi Pengadaan/Pemesanan Narkotika Apoteker hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah ditunjuk khusus oleh Menteri, yaitu PT. Kimia Farma dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan peredaran narkotika. Pemesanan narkotika dilakukan dengan membuat surat pesanan narkotika asli yang ditandatangani oleh Apoteker Penanggungjawab Apotek di Apotek yang dilengkapi dengan nama, nomor Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) di apotek, tanggal dan nomor surat, alamat lengkap dan stempel apotek. Satu surat pesanan hanya untuk satu jenis narkotika Penyimpanan Narkotika (Departemen Kesehatan, 1978) Bedasarkan Permenkes Nomor 28/MENKES/PER/V/1978 tentang penyimpanan narkotika, apotek harus memiliki tempat khusus untuk penyimpanan narkotika yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat b. Harus mempunyai kunci yang kuat

28 19 c. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfina, petidina, dan garam-garamnya serta persediaan narrkotika lainnya yang dipakai sehari-hari d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. e. Lemari harus dikunci dengan baik. f. Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika. g. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang dikuasakan. h. Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum Pelayanan/ penyerahan Narkotika Menurut Undang-undang nomor 35 tahun 2009 pasal 43, Apotek hanya dapat melakukan penyerahan narkotika kepada rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter, dan pasien. Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dari dokter. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar resep yang sama dari seorang dokter atau atas dasar salinan resep dokter (Undang-Undang Nomor 9 tahun 1976 Pasal 7). Pada resep narkotika yang baru dilayani sebagian, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep asli Pemusnahan Narkotika Tujuan dilakukannya pemusnahan narkotika adalah untuk menghapus pertanggungjawaban apoteker terhadap pengelolaan narkotika, menjamin narkotika yang sudah tidak memenuhi persyaratan dikelola sesuai dengan standar yang berlaku, dan mencegah penyalahgunaan bahan narkotika serta mengurangi resiko terjadinya penggunaan obat yang substandar (Departemen Kesehatan RI, 2008).

29 20 Berdasarkan Undang-undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika Pasal 60, pemusnahan narkotika dilakukan dalam hal diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau berkaitan untuk pengembangan ilmu pengetahua,; atau berkaitan dengan tindak pidana. Pemusnahan yang dilakukan oleh apotek dengan membuat berita acara pemusnahan narkotika dan dilaporkan kepada pihka-pihak yang terkait. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.28/MENKES/PER/I/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika dan Undang- Undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, berita acara pemusnahan memuat : a. Keterangan tempat, hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan b. Nama pemegang izin khusus, apoteker pimpinan apotek dan dokter pemilik narkotika; c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari perusahaan atau badan tersebut. d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. e. Cara pemusnahan. f. Tanda tangan penanggung jawab apotek/ pemegang izin khusus, dokter pemilik narkotika dan saksi-saksi. Berita acara pemusnahan tersebut dikirimkan kepada dibuat rangkap empat untuk ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan, dan satu disimpan sebagai arsip di apotek Pencatatan dan Pelaporan Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, apotek wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Pelaporan penggunaan narkotika telah dikembangkan dalam bentuk perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan

30 21 Psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2006 oleh Kementerian Kesehatan. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas, Rumah Sakit dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinkes Provinsi dan Ditjen Binfar dan Alkes) melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet Pengelolaan Psikotropika Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1997 psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau ilmu pengetahuan. Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika, serta memberantas peredaran gelap psikotropika Pemesanan Psikotropika Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK (Lampiran 10). Surat pesanan tersebut dibuat rangkap tiga dan setiap surat dapat digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan psikotropika belum diatur di dalam perundang-undangan atau peraturan lainnya. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika maka sebaiknya obat golongan psikotropika disimpan pada rak atau lemari khusus.

31 Penyerahan Psikotropika Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lain, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pasien. Penyerahan psikotropika oleh apotek dilaksanakan berdasarkan resep dokter Pemusnahan Psikotropika Pada Undang-undang No. 5 tahun 1997 pasal 53disebutkan bahwa pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi psikotropika, kadaluwarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Setiap pemusnahan psikotropika, wajib dibuatkan berita acara Pelaporan Psikotropika Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan melalui perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP). Mekanisme pelaporan psikotropika sama dengan pelaporan narkotika Pengadaan Persediaan Apotek Pengadaan farmasi merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan fungsi perencanaan dan penganggaran. Tujuan pengadaan adalah memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dengan kualitas harga yang dapat dipertanggungjawabkan dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku (Quick, 1997). Pengadaan harus memenuhi beberapa syarat, yaitu (Seto, Yunita&Lily, 2004) : a. Doematig, artinya sesuai tujuan/sesuai rencana. Pengadaan harus sesuai kebutuhan yang sudah direncanakam sebelumnya. b. Rechtmatig, artinya sesuai hak/sesuai kemampuan.

32 23 c. Wetmatig, artinya sistem/cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuanketentuan yang berlaku. Secara umum, jenis pengadaan berdasarkan waktu terdiri dari (Quick, 1997) : a. Annual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan satu kali dalam satu tahun. b. Scheduled purchasing, yaitu pemesanan dilakukan secara periodik dalam waktu tertentu misalnya mingguan, bulanan, dan sebagainya. c. Perpetual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan setiap kali tingkat persediaan rendah. d. Kombinasi antara annual purchasing, scheduled purchasing, dan perpetual purchasing. Pengadaan dengan pemesanan yang bervariasi waktunya seperti cara ini dapat diterapkan tergantung dari jenis obat yang dipesan. Misalnya, obat impor dari suatu negara dimana devaluasi mata uang menjadi masalah utama, atau obat berharga murah yang jarang digunakan cukup dipesan sekali dalam setahun saja. Obat-obatan yang relatif slow moving tetapi digunakan secara reguler dapat dipesan secara periodik setiap tahun (scheduled purchasing), dan obat-obatan yang banyak diminati dan obat-obatan yang harganya sangat mahal maka pemesanan dilakukan secara perpetual purchasing. Setelah menentukan jenis pengadaan yang akan diterapkan berdasarkan frekuensi dan waktu pemesanan, maka pengadaan barang di apotek dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu (Seto, Yunita&Lily, 2004) : a. Pembelian kontan Dalam pembelian kontan, pihak apotek langsung membayar harga obat yang dibeli dari distributor. Biasanya dilakukan oleh apotek yang baru dibuka karena untuk melakukan pembayaran kredit apotek harus menunjukkan kemampuannya dalam menjual. b. Pembelian kredit Pembelian kredit adalah pembelian yang pembayarannya dilakukan pada waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan, misalnya 30 hari setelah obat diterima apotek.

33 24 c. Konsinyasi (titipan obat) Pembelian konsinyasi adalah titipan barang dari pemilik kepada apotek, dimana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila barang tersebut terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas waktu kadaluarsa atau waktu yang telah disepakati maka barang tersebut dapat dikembalikan pada pemiliknya Pengendalian Persediaan Apotek Pengendalian persediaan berhubungan dengan aktivitas dalam pengaturan persediaan obat di apotek untuk menjamin kelancaran pelayanan pasien secara efektif dan efisien. Unsur dari pengendalian persediaan mencakup penentuan cara pemesanan atau pengadaan hingga jumlah persediaan yang optimum dan yang harus ada di apotek untuk menghindari kekosongan persediaan. Parameter parameter dalam pengendalian persediaan adalah konsumsi rata-rata, lead time, safety stock, persediaan minimum, persediaan maksimum, dan perputaran persediaan Parameter parameter dalam pengendalian persediaan a. Konsumsi rata-rata Konsumsi rata-rata sering juga disebut permintaan (demand). Permintaan yang diharapkan pada pemesanan selanjutnya merupakan variabel kunci yang menentukan berapa banyak stok barang yang harus dipesan (Quick, 1997). b. Waktu Tunggu (Lead Time) Waktu tunggu merupakan waktu tenggang yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai dengan penerimaan barang. Waktu tunggu ini dapat berbedabeda untuk setiap pemasok. Faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada waktu tunggu adalah jarak antara pemasok dengan apotek, jumlah pesanan, dan kondisi pemasok (Quick, 1997).

34 25 c. Persediaan Pengaman (Safety stock) Stok pengaman merupakan persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan selama menunggu barang datang untuk mengantisipasi keterlambatan barang pesanan atau untuk menghadapi suatu keadaan tertentu yang diakibatkan karena perubahan pada permintaan misalnya karena adanya permintaan barang yang meningkat secara tiba-tiba (karena adanya wabah penyakit) (Quick, 1997). Stok pengaman dapat dihitung dengan rumus (Quick, 1997): SS = LT x CA Keterangan : SS= Safety stock (stok pengaman) CA = average consumption (konsumsi rata-rata) LT = Lead Time (waktu tunggu) d. Persediaan minimum Persediaan minimum merupakan jumlah persediaan terendah yang masih tersedia. Apabila penjualan telah mencapai nilai persediaan minimum ini maka pemesanan harus langsung dilakukan agar kontinuitas usaha dapat berlanjut. Jika barang yang tersedia jumlahnya sudah kurang dari jumlah persediaan minimum maka dapat terjadi stok kosong (Quick, 1997). e. Persediaan maksimum Persediaan maksimum merupakan jumlah persediaan terbesar yang telah tersedia. Jika jumlah persediaan telah mencapai jumlah maksimum maka tidak perlu lagi melakukan pemesanan untuk menghindari terjadinya stok mati yang dapat menyebabkan kerugian (Quick, 1997). f. Perputaran persediaan Perputaran persediaan menggambarkan jumlah siklus yang dialami barang dari mulai pembelian hingga penjualan kembali. Jika suatu barang memiliki angka perputaran persediaan yang besar maka barang tersebut dikategorikan sebagai barang fast moving. Sebaliknya, jika angka perputaran persediaan suatu barang terbilang kecil maka barang tersebut termasuk slow moving (Quick, 1997).

35 26 Perputaran persediaan dihitung dengan cara : Perputaran persediaan = So+P-Sn Sr Keterangan : So = Persediaan awal P = Jumlah pembelian Sr = Persediaan rata-rata Sn = Persediaan Akhir g. Jumlah pesanan (Economic Order Quantity / Economic Lot Size) Di apotek, jumlah persediaan yang harus ada adalah persediaan untuk jangka waktu tertentu dan disesuaikan dengan kebijakan pada pola kebutuhan. Persediaan dirancang agar setiap saat harus tersedia dan sekaligus untuk mengantisipasi permintaan yang tidak menentu, kemampuan suplier yang terbatas, waktu tenggang pesanan yang tidak menentu, ongkos kirim mahal, dan sebagainya. Faktor yang dipertimbangkan untuk membangun persediaan berkaitan dengan biaya dan resiko penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya pemeliharaan (Quick, 1997). Merancang jumlah persediaan dapat dilakukan dengan perhitungan jumlah pesanan yang ekonomis atau dikenal dengan rumus Economic Order Quality (EOQ) (Quick, 1997) : EOQ = Keterangan : R = Jumlah kebutuhan dalam setahun P = Harga barang / unit S = Biaya memesan tiap kali pemesanan I = % Harga persediaan rata-rata h. ReOrder Point (ROP / Titik pemesanan) Titik pemesanan merupakan saat dimana harus diadakan pemesanan kembali sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan adalah tepat waktu, dimana persediaan di atas persediaan pengaman (safety stock) sama dengan nol atau saat mencapai nilai persediaan minimum.

36 27 Pada keadaan khusus (mendesak), dapat dilakukan pemesanan langsung tanpa harus menunggu hari pembelian yang telah ditentukan bersama antar apotek dan suplier (Quick, 1997). Rumus perhitungan ROP adalah (Quick, 1997) : ROP = SS + LT Keterangan : ROP = Recoder point SS = Safety stock LT = Lead time Gambar 2.5 Diagram Model Pengendalian Persediaan (Quick, 1997) Penentuan Prioritas Pengadaan Dalam melakukan pengadaan dibutuhkan penentuan prioritas barang yang akan dipesan. Pemilihan prioritas pengadaan dapat dilakukan dengan berbagai metode. Penyusunan prioritas dapat dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut (Quick, 1997): a. Analisis VEN (Vital, Esensial, Non-esensial) Metode ini mengelompokan obat berdasarkan nilai kepentingan dan vitalitas obat terhadap pelayanan kesehatan untuk melayani permintaan untuk pengobatan.

37 28 1. V (Vital) Obat yang tergolong dalam kategori vital adalah obat untuk menyelamatkan hidup manusia atau untuk pengobatan karena penyakit yang mengakibatkan kematian. Pengadaan obat golongan ini diprioritaskan. 2. E (Esensial) Kategori esensial digunakan untuk obat-obat yang banyak diminta untuk digunakan dalam tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak di masyarakat. Dengan kata lain, obat-obat golongan ini adalah obat yang fast-moving. 3. N (Non-esensial) Kategori non-esensial untuk obat-obat pelengkap yang sifatnya tidak esensial, tidak digunakan untuk penyelamatan hidup maupun pengobatan penyakit terbanyak, contohnya suplemen vitamin. b. Analisis Pareto (ABC) Analisa pareto disusun berdasarkan penggolongan persediaan yang mempunyai nilai harga yang paling tinggi. Pareto membagi persediaan berdasarkan atas nilai rupiah (volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode dikalikan harga per unit). Kriteria kelas dalam klasifikasi ABC adalah: 1. Kelas A Persediaan yang memiliki volume rupiah yang tinggi. Kelas ini mewakili sekitar 75-80% dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sekitar 10-20% dari seluruh item. Kelas A memiliki dampak biaya yang tinggi terhadap biaya pengadaan. Pengendalian khusus dilakukan secara intensif (Quick, 1997). 2. Kelas B Persediaan yang memiliki volume rupiah yang menengah. Kelas ini mewakili sekitar % dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sekitar 20-60% dari seluruh item (Quick, 1997). 3. Kelas C

38 29 Persediaan yang memiliki volume rupiah yang rendah. Kelas ini mewakili sekitar 5-10% dari total nilai persediaan, tapi terdiri sekitar 60-80% dari seluruh barang (Quick, 1997). Analisis pareto dilakukan dengan menghitung nilai investasi dari tiap sediaan obat dengan cara : a. Menghitung total investasi tiap jenis obat. b. Pengelompokan obat berdasarkan nilai investasi dan diurutkan mulai dari nilai investasi terbesar hingga terkecil. c. Analisis VEN-ABC Metode analisis ini mengkombinasi kedua metode sebelumnya. Dalam metode ini pengelompokan barang berdasarkan volume dan nilai penggunaannya selama periode waktu tertentu. Analisa VEN-ABC menggabungkan analisa pareto dan VEN dalam suatu matriks sehingga analisis menjadi lebih tajam (Quick, 1997). Matriks dapat dibuat sebagai berikut : V E N A B C VA EA NA VB EB NB VC EC NC Gambar 2.6. Matriks analisis VEN-ABC Matriks tersebut dapat dijadikan dasar dalam menetapkan prioritas untuk menyesuaikan anggaran atau perhatian dalam pengelolaan persediaan. Semua obat vital dan esensial dalam kelompok A, B, dan C harus tersedia. Tetapi kuantitasnya disesuaikan dengan kebutuhan konsumen apotek. Untuk obat nonesensial dalam kelompok A tidak diprioritaskan, sedangkan kelompok B dan C pengadaannya disesuaikan dengan kebutuhan (Quick, 1997).

39 Strategi Pemasaran Apotek Strategi pemasaran yang umumnya dilakukan oleh apotek adalah analisis AIDA (Attention, Interest, Desire, Action). Analisis AIDA merupakan suatu rangkaian proses dimulai dari menarik perhatian calon pembeli hingga pembeli memutuskan untuk membeli di apotek Attention Strategi ini merupakan upaya apotek untuk dapat menarik perhatian pengunjung/konsumen, yang dapat dilakukan dengan: a. Membuat desain eksterior apotek yang menarik, seperti papan nama yang besar dan memasang neon box agar mudah terlihat oleh orang yang lewat. b. Mendesain bangunan agar terlihat menarik dan juga memperhatikan kondisi ekonomi di lingkungan tempat pendirian apotek. Jika apotek berada di lingkungan daerah menengah ke atas, maka desainnya dapat dibuat lebih mewah agar tampak meyakinkan pengunjung di lingkungan tersebut bahwa obat yang dijual lengkap dan berkualiatas. Namun sebaliknya, apabila apotek didirikan di lingkungan menengah ke bawah, maka desain yang dipilih tidak perlu mewah agar tidak membuat pengunjung merasa enggan atau ragu untuk datang karena memiliki sugesti obat yang dijual di apotek tersebut mahal. c. Menggunakan kaca transparan pada sisi depan apotek agar desain interior apotek dapat terlihat dari luar Interest Strategi ini bertujuan untuk menimbulkan keinginan pengunjung untuk masuk ke dalam apotek, dapat dilakukan dengan cara menyusun obat bebas dan bebas terbatas di ruang tunggu dengan menarik seperti memperhatikan warna kemasan dan disusun berdasarkan efek farmakologis. Hal tersebut dapat langsung terlihat oleh pengunjung saat memasuki apotek.

40 Desire Langkah selanjutnya setelah pengunjung masuk ke dalam apotek adalah menimbulkan keinginan mereka untuk membeli obat. Upaya yang dapat dilakukan adalah melayani pengunjung dengan ramah, cepat tanggap dengan keinginan pelanggan, meningkatkan kelengkapan obat, dan memberikan harga yang bersaing Action Setelah melalui beberapa tahap diatas, akhirnya pengunjung apotek tersebut memutuskan mengambil sikap untuk pembeli obat di apotek. Pada tahap ini pembeli akan merasakan sendiri pelayanan yang diberikan apotek. Pelayanan yang dapat diberikan antara lain dengan menunjukkan kecepatan pelayanan dan pemberian informasi yang diperlukan.

41 BAB 3 TINJAUAN UMUM PT KIMIA FARMA, Tbk 3.1 PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Sejarah Singkat PT. Kimia Farma terbentuk sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.74/1957 yang menyebutkan bahwa para penguasa perang dapat mengambil alih dan menguasai semua perusahaan Belanda yang beroperasi di seluruh wilayah Republik Indosnesia. Semenjak ditetapkannya Undang-Undang tersebut, pada tahun 1958 perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda yang berada di Republik Indonesia mengalami proses nasionalisasi dan dibentuk menjadi Bapphar (Badan Pusat Penguasaan Perusahaan Farmasi Belanda. Berdasarkan UU no. 19/Prp/tahun 1960 tentang Perusahaan Negara (PN) dan PP No.69 Tahun 1961, Departemen Kesehatan mengubah Bapphar menjadi Badan Perusahaan Umum (BPU) Farmasi Negara dan membentuk beberapa Perusahaan Negara Farmasi (PNF) yaitu; Radja Farma (Jakarta), Nurani Farma (Jakarta), Nakula Farma (Jakarta), Bhineka Kina Farma (Bandung), Bio Farma (Bandung), Sari Husada (Jogyakarta) dan Kasa Husada (Jawa Timur). Pada perkembangan selanjutnya, melalui PP No. 3 Tahun 1969 tanggal 23 Januari 1969, PNF Radja Farma, PNF Nakula Farma, PNF Sari Husada dan PNF Bhineka Kimia Farma digabungkan dan dilebur menjadi perusahaan Farmasi dan Alat Kesehatan Bhineka Kimia Farma. Pada tanggal 19 Maret 1971 pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1971, mengalihkan bentuk PN Farmasi Kimia Farma menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Pada tahun 1997 PT. Kimia Farma menjadi sebuah perusahaan terbuka (Tbk.) sehingga masyarakat ikut serta dalam kepemilikan saham di PT. Kimia Farma. Pada tanggal 4 Januari 2002 didirikan 2 anak perusahaan yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading and Distribution untuk dapat mengelola perusahaan lebih terarah dan berkembang dengan cepat. PT. Kimia Farma Apotek saat ini, memiliki 34 unit Bisnis Manajer (Business Manajer BM) dan 397 Apotek yang tersebar di seluruh Indonesia, sedangkan PT. Kimia Farma 32

42 33 Trading and Distribution memiliki 2 wilayah pasar dan 42 cabang PBF (Pedagang Besar Farmasi) Visi dan Misi Visi Komitmen pada peningkatan kualitas kehidupan, kesehatan dan lingkungan Misi a. Mengembangkan industri kimia dan farmasi dengan melakukan penelitian dan pengembangan produk yang inovatif. b. Mengembangkan bisnis pelayanan kesehatan terpadu (health care provider) yang berbasis jaringan distribusi dan jaringan apotek. c. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan mengembangkan sistem informasi perusahaan Struktur Organisasi PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi empat Direktorat, yaitu Direktorat Pemasaran, Direktorat Produksi, Direktorat Keuangan, Direktorat Umum dan Personalia. PT Kimia Farma (Persero) Tbk. mempunyai 2 anak perusahaan, yaitu PT Kimia Farma Trading & Distribution dan PT Kimia Farma Apotek yang masingmasing berperan dalam penyaluran sediaan farmasi, baik distribusi melalui PBF maupun pelayanan kefarmasian melalui apotek. Dalam upaya perluasan, penyebaran, pemerataan, dan pendekatan pelayanan kefarmasian pada masyarakat, PT Kimia Farma Tbk. telah membentuk jaringan distribusi yang terorganisir, yaitu PT. Kimia Farma Trading & Distribution (T&D) yang membawahi PBF yang tersebar di seluruh Indonesia. Wilayah usaha PT Kimia Farma T & D dibagi menjadi dua wilayah pasar yang keseluruhannya membawahi 42 Cabang PBF di seluruh Indonesia. PBF mendistribusikan produk-produk baik berasal dari PT Kimia Farma (Persero) Tbk.,

43 34 maupun dari produsen-produsen yang lain ke apotek-apotek, toko obat dan institusi pemerintahan maupun swasta. 3.2 PT Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek merupakan anak perusahaan dari PT Kimia Farma (Persero) Tbk, yang bergerak di bidang retail farmasi. PT. Kimia Farma Apotek didirikan pada 4 Januari 2002, hingga sekarang PT. Kimia Farma Apotek membawahi Apotek Kimia Farma dan wilayah usahanya terbagi menjadi 34 Unit Bisnis dan sekitar 42 pedagang Besar farmasi (PBF) yang menaungi kurang lebih 406 unit apotek yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.Tiap-tiap Unit Bisnis (Bisnis Manajer/BM) membawahi apotek pelayanan yang berada di wilayahnya Visi dan Misi Visi Menjadi perusahaan jaringan layanan Farmasi yang terkemuka di Indonesia Misi a. Memberikan jasa layanan prima atas ritel farmasi dan jasa terkait serta memberikan solusi jasa layanan kefarmasian bagi pelanggan. b. Meningkatkan nilai perusahaan untuk pemegang saham dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan berdasarkan prinsip GCG (Good Corporate Governance). c. Mengembangkan kompetensi dan komitmen SDM yang lebih profesional untuk meningkatkan nilai perusahaan dan kesejahteraan SDM Logo PT Kimia Farma Apotek Gambar 3.1 Logo PT. Kimia Farma

44 35 a. Simbol Matahari Paradigma baru : Matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru kehidupan yang lebih baik. Optimis : Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut adalah penggambaran optimisme kimia farma dalam menjalankan bisnisnya. Komitmen : Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam dari arah barat secara teratur dan terus-menerus memiliki makna adanya komitmen dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban oleh kimia farma dalam bidang farmasi dan kesehatan. Sumber energi : Matahari sumber energi bagi kehidupan, dan kimia farma baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan masyarakat. Semangat yang abadi : Warna orange berarti semangat, warna biru adalah keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna yaitu semangat yang abadi. b. Jenis Huruf Dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma yang disesuaikan dengan nilai dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada. c. Sifat Huruf Kokoh :Memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis dari hulu ke hilir, dan merupakan perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia. Dinamis :Dengan jenis huruf italic memperlihatkan kedinamisan dan optimisme Kimia Farma dalam menjalankan bisnis kesehatan. Bersahabat :Dengan jenis huruf kecil dan lengkung, memperlihatkan keramahan Kimia Farma dalam melayani konsumennya.

45 Struktur Organisasi Sesuai dengan SK. Dir Kimia Farma Apotek No. KEP 023./ DIR-KFA/ VI/2005, tanggal 22 Juni 2005, PT. Kimia Farma Apotek dipimpin oleh seorang direktur (Direktur Utama). Direktur Utama dibantu oleh 2 Direktur Operasional dan Pengembangan serta direktur SDM dan keuangan. Struktur organisasi PT Kimia Farma Apotek dapat dilihat pada Lampiran 8. Direktur Operasional dan pengembangan sendiri membawahi : Manajer Evaluasi operasional, Manajer Pengembangan Pasar, Manajer Pelayanan dan Logistik, dan Manajer Bisnis. Direktur SDM dan Umum membawahi Manajer SDM, dan Manajer Umum. Direktur Keuangan membawahi Manajer Keuangan, Manajer Teknologi Informasi, dan Manajer Akuntansi dan Perpajakan. Organisasi Kimia Farma Apotek terdiri dari Bisnis Manajer (BM) dan Apotek Pelayanan. Bisnis Manajer membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah. Bisnis Manajer bertugas menangani pengadaan, penyimpanan barang dan administrasi apotek pelayanan yang berada di bawahnya. Sedangkan apotek pelayanan hanya melaksanakan fungsi pelayanan. Dengan adanya konsep BM diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah. Secara umum keuntungan yang diperoleh melalui konsep BM adalah : a. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah. b. Apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan, sehingga mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan penjualan. c. Merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang diharapkan berimbas pada efisiensi biaya administrasi. d. Meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh sumber barang dagangan yang lebih murah, dengan maksud agar dapat memperbesar range margin atau HPP rendah.

46 37 PT.Kimia Farma Apotek membawahi 34 wilayah Unit Bisnis yang mengelola sebanyak 406 Apotek yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk wilayah Jabodetabek dibagi menjadi lima Unit Bisnis, yaitu: a. Bisnis Manajer Jaya I, membawahi wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat dengan BM (Bisinis Manajer) di Apotek Kimia Farma No. 42, Kebayoran Baru. b. Bisnis Manajer Jaya II, membawahi wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara dan Bekasi, dengan BM di Apotek Kimia Farma No.48, di Matraman. c. Bisnis Manajer Bogor, membawahi wilayah Bogor, Depok, dan Sukabumi dengan BM di Apotek Kimia Farma No.7, Bogor. d. Bisnis Manajer Tangerang membawahi wilayah Provinsi Banten dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 78, Tangerang. e. Bisnis Manajer Rumah Sakit di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Bisnis Manajer secara struktur organisasi langsung membawahi para manajer apotek pelayanan dan membawahi supervisor akuntasi dan keuangan serta supervisor inventory. Masing-masing dari bagian tersebut terdiri dari fungsifungsi yang menjalankan perannya masing-masing..

47 BAB 4 TINJAUAN KHUSUS KIMIA FARMA NO.7, BOGOR 4.1 Bisnis Manajer Wilayah Bogor Bisnis Manajer wilayah Bogor membawahi 20 apotek pelayanan yang tersebar di wilayah Bogor, Depok, Sukabumi dan Cianjur. Bisnis Manajer wilayah Bogor bertempat di Apotek Kimia Farma No.7, Jl. Ir. H. Juanda No.30, Bogor. Bisnis Manajer bertanggung jawab terhadap kegiatan pengadaan dan administrasi dari apotek-apotek pelayanan yang berada di bawah pengelolaannya. Struktur organisasi Bisnis Manajer terdiri dari seorang Manajer Bisnis yang langsung membawahi para Manajer Apotek Pelayanan (MAP) dan membawahi supervisor akuntansi dan keuangan serta supervisor pengadaan (inventory). Masing-masing dari bagian tersebut terdiri dari fungsi-fungsi yang menjalankan perannya masingmasing. Struktur organisasi bisnis manajer dapat dilihat pada Lampiran Manajer Bisnis Tanggung jawab dari seorang manajer bisnis adalah mengarahkan, mengelola, dan mengawasi kegiatan operasional beberapa apotek di wilayahnya baik dari sisi penjualan dan pelayanan, untuk memastikan pencapaian target operasional yang telah ditentukan baik dari segi penjualan, keuntungan, dan lainnya. Adapun tanggung jawab utama dari manajer bisnis adalah: 1. Mengelola, mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan bisnis dan operasional unit bisnis sesuai dengan kebijakan yang digariskan PT Kimia Farma Apotek. 2. Merencanakan dan menyusun rencana kerja serta anggaran perusahaan unit bisnisnya. 3. Mengendalikan dan mengawasi penggunaan anggaran operasional. 4. Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, dan menganalisis pengembangan usaha di daerahnya berkoordinasi dengan manajer pelayanan dan pengembangan usaha. 5. Menganalisis perkembangan hasil usaha pengelolaan unit bisnis yang dikelola berupa berbagai bentuk laporan. 38

48 39 6. Mengkoordinasikan dan mengawasi penerapan dan pemeliharaan Sistem Informasi Manajemen (SIMKA) serta SOP dengan kegiatan operasional unitnya. 7. Mengevaluasi dan meningkatkan standar pelayanan yang ada di unitnya. 8. Mengelola dan mengendalikan kegiatan pengadaan. 9. Melakukan negosiasi dan pembinaan hubungan dengan para distributor dan pricipal obat di unit bisnisnya Bagian Pengadaan Dipimpin oleh supervisor pengadaan (Inventory) yang bertanggung jawab langsung pada Bisnis Manajer. Dalam melaksanakan tugasnya, bagian pembelian haruslah merencanakan semua perbekalan farmasi yang akan dibeli secara cermat dan sesuai dengan kebutuhan apotek-apotek pelayanan yang berada di bawah pengelolaannya. Tanggung jawab utama bagi supervisor pengadaan adalah: 1. Melaksanakan pengecekan dan validasi BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek) dari apotek pelayanan untuk memastikan pemesanan barang/obat obatan kepada distributor/pbf (Pedagang Besar Farmasi) yang dibutuhkan apotek pelayanan sesuai dengan rencana dan ketentuan serta prosedur yang berlaku. 2. Membuat perencanaan dan pengadaan barang untuk seluruh unit bisnis apotek berdasarkan pareto penjualan apotek. 3. Melakukan pemeriksaan terhadap ketersediaan barang di gudang, sebelum dilakukan pemesanan barang kepada distributor untuk memastikan ketepatan dalam pemenuhan ketersediaan barang. 4. Membuat SPB (Surat Pesanan Barang) sebagai bukti pemesanan barang/obatobatan kepada distributor/pbf dan permintaan pengiriman barang/obat-obatan secara langsung dari distributor/pbf kepada apotek pelayanan, untuk memastikan bahwa distributor/pbf memberikan dan mengirimkan barang/obat-obatan yang sesuai dengan pesanan kepada apotek pelayanan.

49 40 5. Melakukan pemesanan barang/obat-obatan sekaligus melakukan negosiasi diskon harga (waktu kegiatan dan waktu pembayaran) dan bonus dengan distributor/pbf untuk mendapatkan harga yang kompetitif. 6. Melakukan verifikasi faktur dan BPBA dari seluruh apotek pelayanan 7. Memberikan faktur untuk verifikasi lebih lanjut terhadap barang yang sudah dicek kepada administrasi pembelian/hutang dagang, memastikan pengarsipan faktur dan memperlancar proses pembayaran hutang kepada distributor/pbf. 8. Melaksanakan rekapitulasi koreksi harga dan penambahan barang/obat-obatan. 9. Melaksanakan pemilihan distributor/pbf Bagian Keuangan Bagian keuangan dijalankan oleh supervisor keuangan dan akuntansi (petugas kasir besar) yang bertanggung jawab kepada Bisnis Manajer. Tanggung jawab supervisor keuangan dan akuntansi adalah: 1. Melaksanakan pengecekan dan validasi BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek) dari apotek pelayanan. 2. Membuat perencanaan dan pengadaan barang untuk seluruh unit bisnis apotek berdasarkan data pareto penjualan apotek. 3. Melakukan pemeriksaan terhadap ketersediaan barnag digudang sebelum dilakukan pemesanan barang. 4. Membuat SPB (Surat Pesanan Barang) sebagai bukti pemesanan barnag atau obat-obatan kepada PBF. 5. Melaksanakan pemesanana barang dan obat-obatan sekaligus melakukan negosiasi diskon harga dan bonus dengan distributor. 6. Melakukan verifikasi faktur atau bon penerimaan barang dari seluruh apotek pelayanan. 7. Melakukan rekapitulasi koreksi harga dan penambahan barang atau obatobatan baru pada master barang dari seluruh distributor/ PBF. 8. Melakukan pemilihan distributor ketika akan memesan barang. Tugas kasir besar adalah:

50 Bagian Administrasi/Ketatausahaan Fungsi bagian administrasi/ketatausahaan adalah sebagai pelaksana pembuatan laporan akuntansi keuangan dan sebagai pengawas kesesuaian proses pelaksanaan pengumpulan data, pencatatan, penyajian laporan dan pengarsipan data dari seluruh fungsi kegiatan yang ada di apotek terhadap sistem yang berlaku di apotek. Bagian ini dipimpin oleh seorang supervisor administrasi dan keuangan yang bertanggung jawab kepada Bisnis Manajer. Supervisor administrasi dan keuangan bertugas mengkoordinir semua kegiatan administrasi di apotek yang ada dibawahnya, meliputi administrasi hutang dagang, administrasi piutang dagang, administrasi kas bank, administrasi pajak, administrasi inkaso dan administrasi umum Administrasi hutang dagang Bagian ini melaksanakan semua kegiatan administrasi pembelian barang di apotek, yaitu: a. Mencatat seluruh faktur pembelian di kartu hutang masing-masing distributor sebagai hutang dagang. b. Menerima kontrabon dari distributor (faktur asli, pajak dan surat pesanan) dan membuat tanda terima faktur untuk distributor seminggu sebelum jatuh tempo pembayaran. c. Mencocokkan salinan faktur dengan yang asli dan menyimpannya sampai jatuh tempo. d. Menyerahkan struk hutang dagang ke bagian keuangan untuk dibuatkan bukti pengeluaran kas. e. Melengkapi berkas-berkas seperti faktur asli, salinan faktur, SP barang dan bukti pengeluaran kas untuk diserahkan ke kasir besar. f. Membuat laporan hutang dagang. g. Membuat laporan saldo mutasi hutang dagang.

51 Administrasi piutang dagang Bagian ini melaksanakan semua kegiatan administrasi penjualan kredit di apotek, kegiatannya meliputi: a. Mengumpulkan faktur-faktur resep kredit setiap hari disertai faktur penjualan, copy resep dan kuitansi dan mengelompokkannya berdasarkan masingmasing debitur. b. Membuat rekap tagihan perbulan untuk masing-masing debitur. c. Membuat kuitansi penagihan perbulan untuk masing-masing debitur (dibuat 5 rangkap yaitu 1 untuk bagian administrasi inkaso, 1 lembar untuk bagian administrasi piutang dagang dan 3 lembar untuk ditagihkan kepada debitur). d. Mencocokkan resep/faktur penjualan kredit dengan data yang ada di komputer. e. Mencatat piutang dagang dalam kartu piutang dagang. f. Membuat laporan piutang dagang setiap bulan Administrasi pajak Bagian administrasi pajak bertugas untuk mengurus seluruh administrasi pajak yang ada di Bisnis Manajer wilayah Bogor, meliputi: 1. Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPN (Pajak Pertambahan Nilai). 2. Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPH pasal Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPH pasal Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPH pasal Administrasi inkaso Kegiatan bagian administrasi inkaso meliputi : a. Bertanggung jawab menyimpan dan menerbitkan alat-alat tagih (dibuat oleh bagian administrasi piutang dagang) yang terdiri dari rekap tagihan, kuitansi penagihan dan bukti fotokopi resep kredit. b. Setiap bulan, menerbitkan tagihan ke masing-masing debitur, kemudian dibuat tanda terima kuitansi dari debitur. c. Tanda terima kuitansi kemudian disimpan di map tunggu sampai jatuh tempo pelunasan piutang tiba.

52 43 d. Setelah jatuh tempo, tanda terima kuitansi ditagihkan ke debitur oleh bagian penagihan untuk dilunasi oleh debitur, hasil pelunasan diserahkan ke bagian kasir besar. e. Setelah dilunasi, bagian administrasi inkaso akan menerbitkan nota inkaso sebagai bukti pelunasan piutang. f. Setiap bulan dilakukan stok kuitansi untuk melihat apakah terdapat debitur yang belum melunasi piutangnya Administrasi kas bank Bagian ini bertugas untuk mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran melalui kas atau bank. Kegiatannya adalah membuat laporan saldo kas/bank berdasarkan dokumen penjualan tunai dan penerimaan piutang, pembayaran hutang dan dokumen biaya variabel dan biaya tetap Pemegang Kas Tugas dari pemegang kas adalah: 1. Menyiapkan uang sebagai modal awal untuk diserahkan ke kasir apotek. 2. Menerima setoran penjualan tunai berdasarkan bukti setoran kasir dari apotek pelayanan. 3. Menerima hasil penagihan piutang dagang berupa uang tunai, cek atau giro dari bagian penagihan. Me 4. ngeluarkan uang untuk keperluan rutin dengan sepengetahuan/perintah unit BM seperti: uang transpor, gaji pegawai, pembayaran hutang dagang yang telah jatuh tempo, dan lain-lain. 5. Membuat laporan mingguan saldo kas/bank. Tanggung jawab pemegang kas adalah: a. Menerima dan mengeluarkan uang (surat berharga) sesuai dengan bukti-bukti dokumen yang sah dan disetujui oleh APA. b. Menjaga dan memelihara keamanan dari risiko kehilangan dan kerusakan uang (surat berharga). c. Bertanggung jawab terhadap keuangan perusahaan.

53 Administrasi Umum Administrasi terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian umum dan bagian sumber daya manusia/kepegawaian. Setiap bagian tersebut mempunyai tugas tersendiri, adapun tugas dari bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut : Tugas bagian umum : 1. Menyiapkan bahan-bahan rapat. 2. Melakukan kegiatan surat menyurat. 3. Bertanggung jawab terhadap seluruh barang inventaris perusahaan. Tugas bagian SDM/kepegawaian : 1. Membuat daftar gaji pegawai, IP (Iuran Pensiun), ISP (Iuran Sosial Pensiun), Iuran Jamsostek. 2. Mengajukan kenaikan pangkat dan membuat surat usulan kenaikan pangkat bagi pegawai. Tugas Bagian Teknologi Informasi (IT) bertanggung jawab atas kelancaran sistem yang digunakan di Bisnis Manajer wilayah Bogor baik software maupun hardware. 4.2 Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor Lokasi Apotek Apotek Kimia Farma No.7 terletak dikawasan yang sangat strategis yaitu berada di tepi jalan besar dua arah dengan halaman yang luas, mudah diakses, dapat dilewati oleh mobil pribadi, kendaraan umum, dekat dengan kebun raya Bogor dan disekitarnya merupakan daerah perkantoran Tata Ruang Apotek Bangunan apotek terdiri dari 4 lantai, dimana lantai besmen digunakan untuk tempat laboratorium dan optik, serta di tempat terpisah juga digunakan sebagai gudang sementara berisi rak obat dan lemari pendingin untuk meletakkan obat. Lantai 1 digunakan untuk kegiatan apotek pelayanan resep umum, lantai 2 digunakan untuk kegiatan apotek pelayanan resep asuransi kesehatan (askes) dan sebagai tempat beberapa praktek dokter, sedangkan lantai 3 digunakan untuk

54 45 kegiatan Bisnis Manajer untuk wilayah Bogor. Tata ruang/denah Apotek Kimia Farma No.7 dapat dilihat pada Lampiran 10. Ruang di Apotek KF No.7 diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pelaksanaan aktivitas pelayanan apotek, memberikan suasana nyaman bagi pasien dan pegawai apotek. Adapun pembagian ruang atau tempat yang terdapat di dalam apotek antara lain : a. Ruang tunggu Dalam ruang ini tersedia tempat duduk dengan jumlah yang memadai, tempat sampah, ventilasi udara dan cahaya yang cukup serta dilengkapi dengan pendingin ruangan, pengharum ruangan otomatis, dan televisi sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi pasien yang menunggu. b. Tempat penyerahan resep dan pengambilan obat Tempat ini berupa counter yang tingginya kurang lebih 1 meter untuk kegiatan penyerahan resep dan pengambilan obat. Terdapat 3 counter yang dapat melayani penyerahan dan pengambilan obat. Di tempat ini terdapat komputer sehingga petugas dapat langsung terhubung dengan sistem informasi yang berisi harga dan stok obat serta menyimpan data tentang pasien dan penjualan obat. c. Swalayan farmasi Ruangan ini berada di sebelah kanan dari pintu masuk apotek dan mudah terlihat dari ruang tunggu pasien. Barang-barang yang dijual di swalayan farmasi adalah obat-obat bebas, obat bebas terbatas, jamu/obat herbal, berbagai macam produk suplemen, produk-produk susu, minyak angin, bedak tabur, alat kesehatan, dan lain sebagainya. d. Tempat peracikan obat Ruangan ini terletak di bagian samping tempat penyerahan resep. Di ruangan ini dilakukan peracikan obat-obat yang dilayani berdasarkan resep dokter. Ruangan ini dilengkapi fasilitas untuk peracikan seperti timbangan, blender, lumpang dan alu, gelas ukur, sealing equipment, bahan baku dan alatalat untuk meracik lainnya.

55 46 e. Tempat penyiapan obat non racikan Tempat penyiapan obat non racikan berada di sebelah tempat penyerahan resep. Pada meja tersebut terdapat perlengkapan penyiapan obat seperti etiket, plastik pengemas, lem, copy resep, kwitansi, stempel, dll. f. Tempat penyimpanan obat Obat disimpan di rak-rak yang berisi kotak-kotak obat. Rak obat dipisahkan berdasarkan kelompok efek farmakologis obat dan disusun berdasarkan alfabetis. Selain itu terdapat lemari pendingin untuk penyimpanan sediaan farmasi yang termolabil. Terdapat juga lemari kaca terkunci yang berisi lemari khusus yang terkunci untuk menyimpan narkotika dan psikotropika yang kuncinya hanya dipegang oleh Asisten yang diberi kuasa. g. Tempat administrasi Tempat administrasi berupa meja kerja yang terdapat komputer yang terhubung dengan sistem informasi apotek. Kegiatan administrasi yang dilakukan diantaranya pembuatan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA), Surat Pesanan khusus untuk narkotika dan psikotropika, rekapitulasi resep kredit, dan perhitungan keuangan kasir. h. Tempat penyerahan dan informasi obat Tempat ini berupa meja yang dilengkapi dengan kursi untuk tempat duduk pasien. Fasilitas tersebut disediakan untuk mempermudah penyampaian informasi obat dan konseling. i. Sarana penunjang Apotek Kimia Farma No.7 memiliki sarana penunjang diantaranya, tempat parkir, toilet, mushola, ruang prektek dokter umum dan 12 dokter spesialis, optik, serta mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Struktur Organisasi Apotek KF No.7 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang merangkap sebagai Bisnis Manajer yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan apotek serta membawahi secara langsung Manajer Apotek Pelayanan yang terdapat di apotek tersebut. Di bawah Manajer Apotek Pelayanan

56 47 bertugas dalam membantu APA dalam mengkoordinasi kegiatan pelayanan dan administrasi di apotek. Terdapat pelaksana-pelaksana yang masing-masing memiliki tanggung jawab lain selain menyiapkan obat dan memberikan obat kepada pasien, seperti Asisten Apoteker (AA) yang bertanggung jawab mengurusi penjualan resep kredit ataupun tender dengan perusahaan atau instansi. Masingmasing Asisten Apoteker (AA) juga bertanggung jawab pada rak-rak obat tertentu mengenai kerapihan, kebersihan dan kelengkapan persediaan obat Tugas dan Fungsi Tenaga Kerja Apotek Apoteker Pengelola Apotek Pimpinan Apotek Kimia Farma No.7 adalah seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang telah memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) dan Surat Izin Apotek. APA bertindak sebagai manajer apotek pelayanan yang memiliki kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengawasi jalannya apotek Apoteker Pendamping Apoteker pendamping adalah seorang apoteker yang bertugas memberi pelayanan farmasi ketika apoteker pengelola apotek tidak berada ditempat. Apotek Kimia Farma No. 7 mempunyai dua orang Apoteker Pendamping yang melaksanakan pekerjaan kefarmasiannya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan Asisten Apoteker Asisten apoteker bertanggung jawab langsung kepada Manajer Apotek Pelayanan. Tugas asisten apoteker adalah sebagai berikut: 1. Mengatur, mengontrol dan menyusun penyimpanan obat dan perbekalan farmasi lainnya sesuai dengan bentuk dan jenis barang yang disusun secara alfabetis. 2. Menerima resep dan memeriksa keabsahan dan kelengkapan resep sesuai dengan peraturan kefarmasian.

57 48 3. Memeriksa ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya berdasarkan resep yang diterima. 4. Memberikan harga pada setiap resep dokter yang masuk. 5. Melayani dan meracik obat sesuai dengan resep dokter antara lain menghitung dosis obat untuk racikan, menimbang bahan, meracik, mengemas obat dan memberikan etiket. 6. Membuat kuitansi atau salinan resep untuk obat yang hanya diambil sebagian atau bila diperlukan pasien. 7. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan, jumlah obat, nama, nomor resep dan cara pemakaian. 8. Melakukan pemeriksaan akhir terhadap hasil penyiapan obat. 9. Menyerahkan obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada pasien dan memberikan penjelasan tentang penggunaan obat atau informasi lain yang dibutuhkan. 10. Mencatat masuk dan keluarnya obat pada kartu stok barang. 11. Melakukan pelayanan informasi mengenai cara pemakaian obat melalui penyerahan obat dari asisten apoteker kepada pelanggan. 12. Membuat faktur penjualan resep, resep kredit dari instansi yang telah disepakati. 13. Mencatat/menghitung harga resep-resep kredit dari instansi sesuai dengan perjanjian yang disepakati. 14. Turut berpartisipasi dalam pelaksanaan pemeliharaan sanitasi/kebersihan di ruang peracikan Juru Resep Juru resep bertugas membantu Asisten Apoteker dalam menyiapkan obat dan perbekalan farmasi lainnya di bawah pengawasan asisten apoteker. Tugas juru resep adalah sebagai berikut: 1. Membantu Asisten Apoteker dalam menyiapkan obat, mengerjakan obatobatan racikan yang telah disiapkan oleh asisten apoteker sesuai dengan sediaan yang diminta. 2. Membuat obat-obat racikan standar di bawah pengawasan asisten apoteker.

58 49 3. Menjaga kebersihan ruangan apotek Kegiatan Apotek Kegiatan utama yang dilakukan apotek Kimia Farma No.7 meliputi kegiatan teknis kefarmasian maupun kegiatan non teknis kefarmasian Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan teknis kefarmasian yang dilakukan di apotek meliputi pengadaan, penyimpanan, peracikan, penjualan obat dan perbekalan farmasi lainnya serta pengelolaan narkotika dan psikotropika. a. Pengadaan barang Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma No.7 dilakukan melalui Bisnis Manajer dengan sistem Distribution Center (DCs) melalui sistem online. Dengan sistem DC ini kita dapat mengetahui kebutuhan tiap-tiap apotek pelayanan yang berada dalam satu wilayah bisnis manajer, sehingga pengiriman barang berdasarkan kebutuhan masing-masing apotek. Supervisor pengadaan melakukan pemesanan barang kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang resmi dengan menerbitkan Surat Pesanan Barang/ SPB (Lampiran 11). Barang yang dipesan akan dikirim ke gudang pusat dan selanjutnya akan didistribusikan ke masing-masing apotek beserta dokumen droping (Lampiran 12) dan formulir serah terima barang DCs (Lampiran 13) melalui jasa ekpedisi. Apotek pelayanan dapat melakukan permintaan mendesak (by pass) jika obat atau perbekalan farmasi lainnya dibutuhkan segera tetapi tidak ada persediaan, permintaan dilakukan menggunakan Bon Pemesanan Barang Apotek/BPBA (Lampiran 14) yang ditujukan kepada PBF. Khusus untuk pengadaan narkotika dan psikotropika, pengadaan dilakukan oleh masing-masing apotek pelayanan melalui Surat Pesanan (SP) khusus Narkotika dan Psikotropika dan diantar langsung ke apotek pelayanan. Pembelian obat dan perbekalan farmasi lainnya tidak saja berasal dari PBF Kimia Farma tetapi juga dari PBF atau distributor resmi/berizin lainnya. Adapun dasar pemilihan PBF atau distributor adalah sebagai berikut :

59 50 1. Ketersediaan barang 2. Kualitas barang yang dikirim dapat dipertanggungjawabkan 3. Besarnya potongan harga (diskon) yang diberikan 4. Kecepatan pengiriman barang yang tepat waktu 5. Cara pembayaran. b. Penyimpanan barang Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang diterima pada tempat yang aman dan dapat menjamin mutunya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Apotek Kimia Farma No.7 memiliki ruang/tempat penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya pada sarana swalayan farmasi dan ruang peracikan. Swalayan farmasi menyediakan tempat untuk mendisplai obat bebas dan obat bebas terbatas serta informasi bagi pasien berupa brosur/leaflet. Didalam ruang peracikan, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya disimpan didalam rak-rak/lemari yang sesuai yang memudahkan pengisian dan pengeluaran barang. Di tempat ini terdapat serangkaian kegiatan yang meliputi: penerimaan, pengawasan, pengendalian persediaan, dan pengeluaran obat. Penyimpanan sediaan farmasi disusun berdasarkan kelas terapi (sifat farmakologis), keamanan, bentuk sediaan, suhu stabilitas, dan disusun secara alfabetis. Lemari penyimpanan sediaan farmasi di ruang peracikan terdiri dari : 1. Lemari penyimpanan obat ethical/prescription drugs berdasarkan kelas terapi dan pareto 2. Lemari penyimpanan obat narkotika yang terkunci 3. Lemari penyimpanan obat psikotropika yang terkunci 4. Lemari penyimpanan Obat Keras Tertentu (OKT) yang terkunci 5. Lemari penyimpanan obat-obat mahal yang terkunci 6. Lemari penyimpanan bahan baku obat 7. Lemari penyimpanan sediaan sirup atau suspensi 8. Lemari penyimpanan sediaan obat tetes/drops dan lotion 9. Lemari penyimpanan sediaan salep dan tetes mata

60 Lemari penyimpanan sediaan injeksi dan infuse 11. Lemari pendingin untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti suppositoria, serum, vaksin, insulin dan tetes mata tertentu. Setiap Aasisten Apoteker bertanggung jawab terhadap lemari penyimpanan obat yang telah ditetapkan, meliputi kerapihan, kebersihan, dan kelengkapan/stok obat yang ada di lemarinya. Setiap pemasukan dan penggunaan obat/barang harus selalu di input kedalam komputer dan dicatat pada kartu stok (Lampiran 15), meliputi tanggal pengisian/pengambilan, nomor dokumen, jumlah barang yang diisi/diambil, sisa barang dan paraf petugas yang melakukan pengisian/pengambilan barang. Kartu stok harus selalu diisi dengan lengkap dan rapih serta diletakkan di masing-masing kotak obat/barang. c. Penjualan Penjualan yang dilakukan oleh Apotek KF No.7 meliputi penjualan tunai dan kredit obat dengan resep dokter, serta pelayanan upaya pengobatan diri sendiri (UPDS). Penjualan tunai obat dengan resep dilakukan terhadap pelanggan yang langsung datang ke apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dan dibayar secara tunai. Penjualan tunai obat dengan resep dokter mengikuti alur sebagai berikut (Lampiran 16): 1. Asisten apoteker pada bagian penerimaan resep menerima resep dari pasien, lalu memeriksa kelengkapan dan keabsahan resep tersebut. 2. Asisten apoteker akan memeriksa ada atau tidaknya obat dalam persediaan. Bila obat yang dibutuhkan tersedia, kemudian dilakukan pemberian harga dan memberitahukannya kepada pasien. 3. Setelah pasien setuju segera dilakukan pembayaran atas obat dan dibuatkan struk pembayaran obat tersebut dan disatukan dengan resep aslinya. Informasi pasien akan dicatat di Catatan Pengobatan Pasien/ Patien Medication Records. Bila obat hanya diambil sebagian maka petugas membuat salinan resep/copy resep (Lampiran 17) untuk pengambilan sisanya. Bagi pasien yang memerlukan kuitansi dapat pula dibuatkan kuitansi dan salinan resep di belakang kuitansi tersebut.

61 52 4. Obat disiapkan. 5. Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket (Lampiran 18), dan dikemas dengan kemasan (Lampiran 19). Bila perlu dapat diberi label untuk penandaan obat tertentu (Lampiran 20). 6. Pemeriksaan kembali dilakukan sebelum obat diberikan yang meliputi nomor resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah dan etiketnya juga dilakukan pemeriksaan salinan resep sesuai resep aslinya serta kebenaran kuitansi. 7. Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep yang disertai dengan informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan pasien. Konseling dapat dilakukan bersamaan pada saat pemberian informasi obat atas permintaan pasien. 8. Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep dan disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun. Penjualan dengan cara kredit obat dengan resep dokter adalah penjualan obat dengan resep berdasarkan perjanjian kerjasama yang telah disepakati oleh suatu perusahaan/instansi dengan apotek yang pembayarannya dilakukan secara kredit melalui penagihan kepada perusahaan secara berkala. Prosedur pelayanan resep kredit pada dasarnya sama dengan pelayanan resep tunai, hanya saja pada pelayanan resep kredit terdapat beberapa perbedaan seperti: 1. Setelah resep dokter diterima dan diperiksa kelengkapannya maka dilakukan penetapan harga namun tidak dilakukan pembayaran oleh pasien tetapi langsung dikerjakan oleh petugas apotek. 2. Harga resep kredit ditetapkan berdasarkan perjanjian kerjasama oleh intansi/perusahaan dengan Apotek Kimia Farma, sehingga harganya berbeda dengan pembelian resep tunai. 3. Penomoran resep dokter yang dibeli secara kredit dibedakan dengan resep yang dibeli secara tunai. 4. Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep yang dibeli secara tunai kemudian dikumpulkan dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan masingmasing instansi atau perusahaan untuk dilakukan penagihan pada saat jatuh tempo pembayaran yang telah disepakati bersama.

62 53 Pelayanan upaya pengobatan diri sendiri (UPDS) adalah penjualan obat bebas atau perbekalan farmasi yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti OTC (over the counter) baik obat bebas dan obat bebas terbatas. Pelayanan UPDS mengikuti alur sebagai berikut: 1. Petugas menerima permintaan barang dari pasien dan langsung menginformasikan ketersediaan obat. 2. Setelah disetujui oleh pembeli, pembeli langsung membayar ke kasir. 3. Bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat bukti penyerahan nota penjualan bebas. 4. Barang beserta bukti pembayaran penjualan bebas diserahkan kepada pasien Kegiatan Non Teknis Kefarmasian Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No.7 berupa administrasi harian dalam bentuk pembuatan Laporan Ikhtisar Penerimaan Harian (LIPH) (Lampiran 21) baik tunai maupun kredit, serta memasukkan data resep tunai dan resep kredit. Kegiatan pencatatan dilakukan oleh bagian administrasi dan keuangan di Bisnis Manajer. Kegiatan pencatatan yang dilakukan meliputi kegiatan administrasi dan keuangan. Kegiatan administrasi ditangani oleh beberapa staf adiministrasi dan keuangan yang bertanggung jawab kepada supervisor administrasi dan keuangan, sedangkan kegiatan keuangan ditangani oleh Kasir Besar. Supervisor administrasi dan keuangan serta Kasir Besar bertanggung jawab langsung kepada pimpinan apotek BM Pengelolaan Narkotik Pengelolaan narkotika diatur secara khusus mulai dari pengadaan sampai pemusnahan untuk menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di Apotek Kimia Farma No.7 meliputi : a. Pemesanan narkotika Pemesanan sediaan narkotika dilakukan secara tertulis sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Surat pesanan khusus narkotika (Lampiran 22) yang

63 54 sudah ditandatangani oleh Apoteker Penanggung jawab Apotek (APA) dikirim ke DCs. Pemesanan dilakukan ke PBF KF selaku distributor tunggal dengan membuat surat pesanan khusus narkotika model N.9 yang dibuat rangkap empat, yang masing-masing diserahkan kepada PBF yang bersangkutan (SP asli dan 3 Lembar copy SP), dan satu lembar sebagai arsip di apotek. Setiap lembar SP hanya berlaku untuk satu item narkotika. b. Penerimaan narkotika Penerimaan Narkotika dari PBF harus diterima oleh APA. APA akan menandatangani faktur tersebut setelah melihat kesesuaian dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan. c. Penyimpanan narkotika Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek Kimia Farma No.7 disimpan dalam lemari khusus yang terkunci. Kunci lemari tersebut di pegang oleh senior supervisor. d. Pelayanan narkotika Apotek Kimia Farma No.7 hanya melayani resep narkotika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No.7 sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain. Resep yang berisi narkotika dipisahkan dan digarisbawahi dengan tinta merah serta mencantumkan alamat atau no telepon pasien. e. Pelaporan narkotika Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek Kimia Farma No.7 dibuat setiap bulan melalui program SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) Kemenkes RI yang meliputi laporan penggunaan sediaan jadi narkotika dan laporan khusus penggunaan morphine, pethidin, dan derivatnya (Lampiran 20). Laporan dibuat rangkap lima dan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, alamat apotek, dan stempel apotek yang kemudian dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM Propinsi Jawa Barat, Unit Logistik

64 55 Sentral PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Unit Pelayanan Penanggung Jawab Narkotika, Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, dan Arsip apotek. f. Pemusnahan narkotika. Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut : 1. Apoteker pengelola apotek membuat dan menandatangani surat permohonan untuk pemusnahan narkotika yang berisi antara lain jenis dan jumlah narkotika yang rusak dan atau tidak memenuhi syarat. 2. Surat permohonan yag telah ditandatangani oleh APA dikirimkan ke Balai POM Jawa Barat. Balai POM akan menetapkan waktu dan tempat pemusnahan. 3. Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari Apoteker Pengelola Apotek, Asisten Apoteker, Petugas Balai POM, dan Kepala Kantor Dinkes Kota Bogor. 4. Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara Pemusnahan yang berisi: hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya pemusnahan; Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan; Cara pemusnahan; Petugas yang melakukan pemusnahan; nama dan tanda tangan Apoteker Pengelola Apotek. Berita acara tersebut dikirimkan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM), Kepala dinas kesehatan Propinsi, dan Arsip apotek (Lampiran 23) Pengelolaan Psikotropika Pengelolaan psikotropika di Apotek Kimia Farma No.7 meliputi : a. Pemesanan Psikotropika Pemesanan obat psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika (Lampiran 22) yang boleh berisi lebih dari satu jenis psikotropika. Surat pemesanan dibuat rangkap 2, yang masing-masing diserahkan ke PBF yang bersangkutan (asli ) dan 1 lembar sebagai arsip di apotek.

65 56 b. Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan obat psikotropika dilakukan di lemari khusus yang terpisah dari sediaan yang lain, terkunci, dan anak kunci dikuasakan kepada AA penanggung jawab psikotropik. c. Pelayanan Psikotropika Apotek KF No.7 hanya melayani resep psikotropika dari resep dokter. Pengulangan resep atau copy resep yang berisi psikotropika dapat dilayani dengan memeriksa terlebih dahulu kelengkapan serta kerasionalan resep oleh apoteker. d. Pelaporan Psikotropika (Lampiran 24) Prosedur pelaporan penggunaan psikotropika sama dengan pelaporan penggunaan narkotika melalui program SIPNAP Kemenkes RI. e. Pemusnahan Psikotropika Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan narkotika. Dalam pelaksanaannya pemusnahan Psikotropika dapat dilakukan bersamaan dengan pemusnahan narkotika.

66 BAB 5 PEMBAHASAN Apotek Kimia Farma adalah salah satu anak perusahaan dari PT Kimia Farma (Persero) Tbk sebagai sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian. Apotek Kimia Farma memiliki 406 outlet apotek yang tersebar di seluruh Indonesia, salah satunya di daerah Jabodetabek. Wilayah Bogor sendiri terdiri dari dua apotek pelayanan yang berada dibawah Unit Bisnis (Bisnis Manager/BM) wilayah Bogor, salah satunya adalah Apotek Kimia Farma No. 7. Apotek ini berada satu gedung dengan Bisnis Manager wilayah Bogor sehingga lebih memudahkan dalan urusan operasional. Apoteker Pengelola Apotek (APA) Kimia Farma No.7 juga sekaligus menjabat sebagai Manajer Bisnis (BM) untuk wilayah Bogor. Oleh karena itu, APA dibantu oleh Manager Apotek Pelayanan (MAP) yang bertugas mengelola seluruh kegiatan di apotek meliputi operasinal apotek dan SDM, memastikan pencapain target penjualan, laba, dan pembiayaan biaya operasional sesuai yang telah ditetapkan. Selain menjadi sarana dalam melakukan pelayanan kefarmasian, Apotek Kimia farma No.7 juga berupakan unit bisnis retail yang melakukan pengelolaan perbekalan farmasi dan menjalankan standar pelayanan farmasi. Oleh karena itu, diperlukan sistem manajerial yang baik agar bisnis berjalan dengan lancar. Namun, pengelolaan apotek juga tidak lepas dari pelayanan farmasi yang berorientasi kepada pasien (patient oriented). Konsep pengelolaan bisnis dan pelayanan farmasi ini harus berjalan beriringan agar apotek dapat mendatangkan keuntungan dan menyediakan pelayanan farmasi yang memuaskan bagi pelanggan. 5.1 Lokasi dan Tata Ruang Apotek Lokasi Apotek Kimia Farma No. 7 berada di Jalan H. Juanda No. 30, Bogor yang letaknya sangat strategis. Apotek ini terletak di pusat kota Bogor yang terdapat penduduk yang cukup padat dan beroperasi selama 24 jam dan 7 hari dalam seminggu tidak terkecuali di hari besar. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk menunjukkan dedikasi yang besar dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada pelanggan. Apotek ini ditunjang dengan sarana dan prasarana yang baik serta terdapat 12 tempat praktek dokter yang cukup memadai, pelayanan fisioterapi, laboratorium, dan optik untuk melayani 57

67 58 kebutuhan pengobatan pelanggan dengan harapan masyarakat menaruh kepercayaan yang tinggi. Penataan apotek sendiri sangat baik karena terdiri dari 4 lantai dan ruangan yang cukup luas dalam melakukan kegiatan kefarmasian dan Kegiatan di Unit Bisnis. Bagian depan apotek Kimia Farma No.7 berupa kaca tembus pandang sehingga dapat terlihat dari luar. Namun, yang perlu diperhatikan adalah kaca tembus pandang yang langsung menyinari bagian swalayan farmasi tempat mendisplay obat OTC sehingga cahaya dan panas matahari dapat masuk ke area swalayan dan mempengaruhi suhu ruangan. Oleh karena itu, penting untuk mengatur pencahayaan di swalayan farmasi. Penataan swalayan farmasi sudah baik dan tertata rapi. Swalayan farmasi di Apotek Kimia Farma No.7 sudah lumayan lengkap dan penataan obat dan barang diletakkan berdasarkan jenisnya seperti perawatan tubuh, kosmetik, makanan ringan, minuman, obat-obatan, dan alat kesehatan. Untuk obat-obatan, disusun berdasarkan farmakologinya seperti obat diare, maag, batuk, suplemen vitamin, alat kesehatan, perlengkapan bayi, dan lain-lain. Akan tetapi, beberapa kali pelanggan merasa kesulitan dalam memperoleh informasi terkait harga barang-barang swalayan karena tidak dicantumkan. Oleh karena itu, perlu adanya penambahan label harga di masing masing kotak barang atau obat yang di display di swalayan. Daerah pelayanan resep juga terbagi menjadi dua yaitu untuk resep umum berada di lantai satu dan untuk resep pasien Akses berada di lantai dua. Hal ini menguntungkan sehingga tidak terjadi penumpukan pasien di ruang tunggu apabila Apotek dalam keadaan sangat ramai, khususnya pada malam hari. 5.2 Personalia MAP Apotek Kimia Farma No.7 dibantu oleh Petugas Teknis Kefarmasian dan Juru resep. Selain itu, terdapat 2 apoteker pendamping yang khusus berperan dalam tugas pelayanan kepada pasien. Apotek Kimia Farma No. 7 menggunakan sistem kerja 3 shift. Masing masing shift selama 7 jam kerja. Apoteker pendamping dibagi menjadi 2 shift yang juga bekerja selama 7 jam.

68 59 Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, dalam pembagian shift tersebut, terdapat beberapa kali jadwal apoteker pendamping yang tidak terpenuhi sehingga ada masa dimana tidak ada apoteker pendamping melakukan kegiatan penyerahan obat, PIO, serta konseling. Oleh karena itu, tugas tersebut digantikan oleh beberapa asisten apoteker yang sudah senior. Dalam melaksanakan sistem pengelolaan apotek, petugas AA merangkap sebagai petugas kasir dan administrasi. Setiap AA mendapatkan tanggung jawab dalam menjalankan tugas administrasi seperti laporan narkotika, laporan psikotropika, laporan barang rusak dan kadaluarsa, laporan penjualan bebas, dan rekapitulasi tagihan resep kredit ke beberapa instansi. Pelayanan kasir sudah sudah cukup ramah dalam melayani pelanggan. Akan tetapi, terdapat beberapa kali disaat kasir meninggalkan tempat sehingga pelanggan-pelanggan yang akan membeli obat harus menunggu beberapa saat didepan kasir dn tidak langsung dilayani. Hal ini dapat berdampak pada kepuasan pelanggan sehingga AA dapat lebih profesional lagi dalam menjalankan tugasnya saat mendapatkan tugas menjadi kasir di apotek atau mencari pengganti sementara apabila ingin meninggalkan tempat kasir.. Selain petugas apotek, terdapat beberapa Sales Promotion Girl (SPG) yang ditugaskan di Apotek Kimia Farma No. 7. Selain meningkatkan penjualan produk, SPG juga membantu petugas apotek dalam men-display/menyusun produk-produk di area swalayan farmasi dan mengambilkan produk-produk yang ditempatkan di area swalayan farmasi. Hal ini sangat membantu petugas apoteker untuk memberikan pelayanan yang cepat. 5.3 Kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek Kegiatan pengeloaan perbekalan farmasi di Apotek kimia Farma No. 7 meliputi kegiatan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, dan pelayanan obat dan perbekalan farmasi kepada pelanggan Kegiatan Perencanaan & Pengadaan Pengadaan merupakan suatu proses kegiatan yang bertujuan agar tersedia

69 60 sediaan farmasi dengan jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan (Mashuda, Ali, 2011). Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan dalam jenis dan jumlah yang tepat dengan harga yang ekonomis dan memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan. Oleh karena itu, kegiatan pengadaan barang di Apotek Kimia Farma dilakukan secara terpusat oleh bagian pembelian Distribution Centers (DCs) di Bisnis Manajer (BM). Selain itu juga bertujuan agar Apotek Pelayanan berkonsentrasi terhadap pelayanan farmasi di masyarakat. Sistem DCs ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain pembelian barang lebih ekonomis karena dilakukan dalam jumlah besar sehingga potongan harga yang diperoleh lebih besar. Selain itu juga dapat menghemat faktur pembelian dan kemungkinan memperoleh potongan harga harga dari PBF cukup besar karena pembelian dalam jumlah yang besar. Dasar perencanaan pengadaan sistem ini dibuat berdasarkan stock level seluruh apotek pelayanan berdasarkan rata-rata penjualan per hari yang diperoleh dari data sales histories minimal 1 bulan dari masing-masing apotek. Dengan sistem informasi manajemen yang terintegrasi maka dapat diketahui stock level mulai dari pareto A hingga C, buffer stock, serta lead time untuk masingmasing apotek. Dengan demikian perencanaan persediaan dapat ditentukan dengan cepat. Selain itu, administrasi pemesanan/pembelian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya lebih efisien. Efisiensi modal kerja meningkat terutama untuk Apotek pelayanan Kimia Farma. Distribution centers (DCs) menjalankan fungsi QR Delivery system (Quick Response Delivery System) yaitu sistem monitoring dan pengisian persediaan di apotek (Reorder Point of Purchase) untuk mengurangi lead time, sehingga apotek dapat mengurangi cost inventory investment dan diharapkan dapat memperbaiki tingkat pelayanan apotek kepada konsumen. Namun, terdapat kendala dari sistem DC ini dimana terkadang terjadi ketidakcocokan antara data persediaan di komputer dengan stok fisik barang. Hal ini dapat menyebabkan pelayanan obat di apotek menjadi lebih lama karena masalah kekosongan persediaan karena memerlukan waktu untuk pengambilan

70 61 barang CITO langsung ke gudang. Penyebab lain yang juga menyebabkan kekosongan/kelebihan persediaan, yaitu perencanaan persediaan yang tidak akurat dan kurangnya disiplin dari petugas dalam menjaga stok obat dilemari penyimpanan (penyimpanan yang tidak rapi, tercecer ditempat lain, atau persediaan rusak atau hilang). Perencanaan yang baik dapat mencegah kekosongan maupun kelebihan persediaan. Oleh karena itu, jumlah stok barang di komputer (sistem informasi manajemen) diharapkan dapat sama dengan stok fisiknya. Keberhasilan fungsi pengadaan suatu apotek akan menentukan keberhasilan apotek secara keseluruhan karena fungsi pengadaan yang baik dapat menjamin persediaan barang di apotek. Indikator keberhasilan dari fungsi pengadaan adalah Harga Pokok Penjualan (HPP) yang rendah dan jumlah resep yang ditolak sangat kecil. Untuk obat dalam golongan narkotika dan psikotropika, pengadaan dilakukan dengan cara melakukan pemesanan langsung ke PBF dengan lembar Surat Pemesanan (SP) khusus. SP Narkotika dan SP psikotropika yang telah dibuat harus dibuat dengan mencantumkan nama dan SIPA Apoteker Pengelola Apotek (APA). Untuk pemesanan narkotika, pemesanan dilakukan ke PBF Kimia Farma selaku distributor tunggal Kegiatan Penerimaan Penerimaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian baik melalui pembelian langsung, tender atau konsinyasi dari PBF/distributor ke gudang DCs. Petugas DCs melakukan verifikasi penerimaan/penolakan dengan memeriksa kesesuaian jenis,spesifikasi, jumlah, mutu, expired date, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak/pesanan. Pendistribusian barang dari gudang DCs ke apotek pelayanan dilakukan 2 kali dalam seminggu. Untuk Apotek Kimia Farma No.7 Sendiri, dropping dilakukan pada hari senin dan hari kamis. Penerimaan barang dilakukan oleh AA dengan memeriksa kesesuaian antara barang yang diterima dengan form dropping

71 62 barang apotek dari DCs. Apabila ditemukan ketidaksesuaian, maka petugas apotek dapat langsung mengkonfirmasikan kepada petugas DCs Kegiatan Penyimpanan Sistem gudang apotek tidak diterapkan oelh Apotek Kimia Farma No.7 karena untuk meminimalisas penyimpanan barang dalam jumlah besar dengan tujuan mengurangi cost inventory investment dan meminimalisir kehilangan atau kerusakan barang karena kadaluarsa. Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya yang diterima diletakkan pada tempat yang sesuai. Penyimpanan barangbarang di apotek dilakukan di dua area, yaitu area apotek dan area swalayan farmasi. Pada area apotek, obat disimpan dalam rak-rak obat dan di setiap barisnya obat dimasukkan ke dalam kotak obat. Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma No.7 sudah sesuai dengan program GPP (Good Pharmacy Practice), yaitu penyimpanan dilakukan berdasarkan kelas terapi yang dikombinasi dengan bentuk sediaan dan alfabetis. Hal ini baik dilakukan untuk meminimalisasi kesalahan penyerahan obat dan juga memudahkan apoteker untuk memberikan alternatif obat pengganti yang mengandung zat aktif yang sama. Selain itu, penyimpanan sediaan farmasi harus sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan masing-masing produk, misalnya: pada kondisi khusus dalam lemari pendingin (2-8 C) untuk produk supossitoria, vaksin, dan serum; dan penyimpanan obat tertentu seperti narkotika, psikotropika, OKT, dan obat mahal yang dilketakkan di lemari yang terkunci dan hanya dapat diakses oleh AA yang diberi kuasa untuk memegang kunci. Cara penyimpanan yang sesuai juga harus diperhatikan selain memperhatikan suhu penyimpanan. Berdasarkan cara penyimpanan yang tertera pada brosur, produk nebulizer harus tetap disimpan di dalam wadah aluminium dan hanya bertahan selama 3 bulan semenjak kemasan aluminium dibuka. Akan tetapi, terdapat sediaan cair untuk nebulizer yang dipisahkan dari wadah aluminium. Hal ini dapat berpengaruh apabila sediaan yang sudah 3 bulan tidak terjual dan tidak dapat digunakan kembali. Selain itu, terdapat beberapa sediaan

72 63 yang disimpan di tempat yang tidak sesuai. Sediaan tetes mata seperti Cendo Gentamicyn dan Cendo Fenikol memiliki suhu penyimpanan 2-8 o C yang artinya harus disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu diantara 2-8 o C. Namun, kedua sediaan tersebut disimpan bersama dengan sediaan tetes mata lain di rak penyimpanan obat. Penyimpanan obat sebaiknya menerapkan prinsip First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO) serta didukung dengan catatan penyimpanan yang untuk mengontrol sediaan farmasi baik secara manual maupun komputerisasi (Departemen Kesehatan RI, 2008). Prinsip FIFO dan FEFO masih kurang mendapat perhatian dari petugas apotek sehingga masih banyak ditemukan obat-obat yang kadaluarsa. Setiap petugas apotek yang diberi tanggung jawab untuk mengontrol stok obat yang ada di lemari penyimpanan sebaiknya lebih dapat mengoptimalisasi kerjanya agar dapat mencegah ketidaksesuaian stok dan kadaluarsa obat. Upaya yang telah dilakukan dalam mengelola expire date obat dengan memberi label warna yang menunjukkan tahun daluarsa obat pada setiap kotak obat. Namun, hal tersebut tidak cukup dilakukan hanya satu kali, melainkan harus dilakukan secara berkala. Buku/kartu stok barang digunakan sebagai catatan manual untuk mengetahui waktu, sumber, jumlah, dan petugas yang melakukan pemasukan/pengeluaran obat. Pencatatan kartu stok juga sebaiknya diisi dengan rapi, lengkap, dan benar. Hal ini penting untuk menjaga agar stok obat terkontrol dengan baik serta sesuai antara jumlah fisik obat dengan jumlah pada kartu stok. Namun, hal ini sering dilupakan terutama pada jam-jam sibuk apotek. Oleh karena itu, pada saat stock opname dilakukan, banyak ditemukan ketidakcocokan antara jumlah fisik barang dan jumlah pada kartu stok. Catatan komputerisasi menjadi sangat penting untuk pengecekan dalam mengontrol persediaan. Oleh karena itu, setiap petugas lebih dapat menjalankan standar operasional kegiatal lebih baik lagi.

73 Kegiatan Pelayanan Apotek Apotek Kimia Farma No. 7 melakukan pelayanan resep dokter, penjualan obat bebas dan bebas terbatas/otc (Over the Counter) dan perbekalan farmasi lainnya yang dikenal sebagai pelayanan HV (Hand Verkoop), serta penjualan obat OWA (Obat Wajib Apotek) yang dikenal sebagai pelayanan UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri). a. Pelayanan Resep Petugas kasir sangat berperan dalam penerimaan pertama kali resep dari pasien. Petugas AA yang bertugas sebagai kasir harus memiliki kecermatan dan ketelitian, serta kemampuan yang baik dalam membaca resep. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam dispensing dan pemberian harga.setelah itu, apoteker memiliki peranan dalam melakukan skrining resep mulai dari memeriksa keabsahan resep atau persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Petugas yang mengambil obat dari kotak obat juga berbeda sehingga terdapat beberapa kali pengecekan dari awal resep diterima sampai obat akan diserahkan kepada pasien. Dalam program GPP, salah satu hal yang sebaiknya diterapkan saat peracikan adalah penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk petugas yang meracik obat baik kapsul, puyer, salep, atau sediaan lainnya. APD yang dapat digunakan adalah tutup kepala, sarung tangan, masker dan jas lab. Perlengkapan seperti jas lab, masker dan sarung tangan sebenarnya sudah tersedia di apotek, tetapi tidak digunakan oleh petugas yang meracik. Hal ini sebaiknyadilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi produk obat dari lingkungan dan juga melindungi petugas dari paparan obat. Selain itu, untuk mengurangi adanya komplain dari pasien apabila melihat petugas melakukan proses peracikan yang tidak sesuai dengan ketentuan. Berdasarkan program GPP, etiket obat harus mencantumkan nama obat, jumlah obat, dan tanggal kadaluarsa disamping aturan pakai obat. Penulisan tanggal kadaluarsa memang harus ddiperhatikan dalam penulisan di etiket. Akan tetapi, hal yang juga penting adalah informasi terkait waktu penggunaan obat

74 65 apakah obat diminum setelah, sebelum, atau bersamaan dengan makan. Hal tersebut kadang terlupakan oleh perugas yang menulis etiket karena dokter yang meresepkan obat tidak menuliskan waktu minum obat. Akan tetapi, untuk dapat meningkatkan peran farmasi dalam penginformasian obat, seluruh petugas sebaiknya mengetahui tentang waktu penggunaan obat, atau dapat mengetahui obat dengan waktu penggunaan yang khusus. Salah satu caranya adalah dengan membuat daftar waktu penggunaan obat dimulai dari obat yang memiliki waktu makan yang khusus sehingga dapat digunakan oleh seluruh petugas di apotek. Pengawasan dalam penyiapan obat dilakukan dengan dilakukan dengan mengisi kolom EATRPS pada lembar struk resep. EATRPS adalah singkatan dari Etiket, Ambil, Timbang, Racik, Periksa, dan Serah. Setiap petugas yang melaksanakan masing-masing pekerjaan tersebut menandatangani atau memberikan paraf pada kolom yang tersedia. Hal ini untuk memudahkan dalam monitoring kerja petugas. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai dengan pemberian informasi obat. Sebelum obat diserahkan, petugas melakukan pemeriksaan akhir untuk memastikan kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep. Pelayanan Informasi Obat (PIO) diberikan oleh apoteker kepada konsumen pada saat penyerahan obat. Informasi obat yang diberikan meliputi nama obat dan kegunaannya, cara pakai, aturan pakai, waktu minum obat, dan informasi penting lainnya seperti yang tertera pada label untuk antibiotik, yaitu obat harus dihabiskan, dan lain-lain. Konseling diberikan pada pasien yang membutuhkan pkonseling terkait dengan pengobatan yang diberikan oleh dokter atau karena permintaan pasien sendiri. Namun, belum adan dokumentasi tentang kegiatan konseling pasien. Karena jenis dan jumlah persediaan obat di apotek yang cukup lengkap, jarang terjadi penolakan resep. Apabila terjadi kekosongan persediaan dikarenakan stok barang di gudang atau di supplier kosong, apoteker atau AA menghubungi dokter penulis resep untuk merekomendasikan alternatif obat lain sebagai pengganti obat. Selain itu, upaya memenuhi permintaan konsumen juga

75 66 dilakukan dengan memberikan pelayanan delivery saat obat yang dibutuhkan telah tersedia di apotek. b. Pelayanan Non Resep Dalam pelayanan non resep, baik obat OTC dan UPDS, pelayanan yang diberikan berupa rekomendasi obat yang tepat untuk pasien. Konsep yang dijalankan adalah konsep WWHAM (Who, What, How, Action, Medicine). Dalam konsep tersebut dalam menentukan terapi yang tepat harus dipastikan obat yang akan dibeli untuk siapa, gejala apa yang dirasakan dan sudah berapa lama berlangsung, pengobatan apa yang sudah diberikan untuk mengobati penyakit, dan obat-obat lain yang sedang dikonsumsi. Dalam pelayanan UPDS, apotek menjual obat-obat yang telah diizinkan oleh pemerintah untuk digunakan pasien tanpa resep dokter, yaitu obat yang telah masuk dalam DOWA (Daftar Obat Wajib Apotek. Dalam proses pelayanan, petugas akan menanyakan pasien mengenai tujuan penggunaan obat yang akan dibeli dan apakah pasien telah serring menggunakan obat tersebut. Apabila pasien belum pernah mendapatkan obat sebelumnya, dan obat tersebut tidak terdapat di daftar OWA, pasien akan merekomendasikan untuk memeriksakan diri ke dokter terlebih dahulu. 5.4 Kegiatan Pengarsipan dan Pelaporan Pengelolaan resep di Apotek Kimia Farma No.7 sudah berjalan baik. Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan sesuai nomor resep kecuali resep dengan pembayaran kredit. Resep yang berisi narkotika dan psikotropika dipisahkan dan nama narkotika digarisbawahi dengan tinta merah. Resep dibendel sesuai dengan kelompoknya. Bendel resep ditulis keterangan kelompok resep (umum atau narkotika & psikotropika), tanggal, bulan, dan tahun yang mudah dibaca dan disimpan ditempat yang telah ditentukan. Penyimpanan bendel resep yang dilakukan secara berurutan dan teratur dimaksudkan untuk memudahkan petugas jika sewaktu-waktu diperlukan penelusuran resep.

76 67 Resep narkotika dan psikotropika disimpan terpisah untuk memudahkan penyususnan laporan ke Dinas Kesehatan wilayah setempat. Penyimpanan disatukan bersama dengan arsip laporan bulanan narkotika dan psikotropika. Semua resep disimpan selama 3 tahun sebelum dimusnahkan. Pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan sebulan sekali dengan menyerahkan Laporan Penggunaan Sediaan jadi Narkotika dan Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Psikotropika ke Kepala Dinas Kesehatan Bogor dan arsip untuk apotek. Penyusunan laporan dilakukan oleh asisten apoteker yang diberikan tanggung jawab oleh APA. Sedangkan laporan untuk barang rusak dan kadaluarsa dilakukan 3 bulan sekali. Pada laporan tersebut dirinci nama obat, jumlah, tanggal kadaluarsa. 5.5 Kegiatan Administrasi dan Keuangan Sistem Informasi Manajemen dan Keuangan Apotek (SIMKA) dipakai oleh seluruh Apotek Kimia Farma yang ada di Indonesia. Dengan adanya SIMKA maka kegiatan yang berhubungan dengan administrasi apotek dapat dilakukan dengan cepat dan terkontrol. Fungsi keuangan diselenggarakan oleh kasir besar yang bertanggung jawab langsung kepada Bisnis Manajer. Apotek Kimia Farma No. 7 berada di lokasi yang sama dengan BM sehingga arus uang menjadi lebih mudah dan cepat. Petugas kasir kecil dapat menyetorkan uang hasil penjualan setiap shift-nya dengan menyertakan bukti setoran kasir. Bukti setoran kasir akan dicocokkan terlebih dahulu jumlahnya dengan Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH) oleh supervisor peracikan sebelum diserahkan kepada kasir besar. Jumlah fisik uang dengan jumlah penjualan yang ada di LIPH harus sama, jika terjadi ketidakcocokan maka harus dicari penyebabnya apakah ada transaksi yang belum dientri atau ada penyebab lainnya. Kasir kecil tidak bisa membuka LIPH, maka tidak ada kemungkinan terjadinya penyimpangan uang. LIPH hanya dapat dibuka oleh petugas-petugas tertentu seperti supervisor dan petugas administrasi kas bank sehingga mekanisme pengontrolan uang dapat dilakukan dengan baik untuk mencegah kehilangan uang.

77 68 Fungsi keuangan ini dilakukan oleh satu orang yaitu kasir besar dengan tujuan untuk menghindari adanya penyimpangan akibat adanya saling lempar tanggung jawab jika fungsi keuangan ini dilakukan oleh lebih dari satu orang. Secara umum fungsi keuangan di apotek ini telah berjalan dengan baik sesuai dengan standar prosedur operasional yang ditetapkan. Apotek Kimia Farma No.7 juga melakukan kerjasama dengan sekolah farmasi atau universitas dalam menyediakan apoteknya menjadi tempat kerja praktek atau magang guna meningkatkan keahlian calon asisten apoteker atau calon apoteker dalam pelayanan kefarmasian terutama di apotek. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya, sebaiknya siswa dan mahasiswa diberi sedikit bekal ilmu mengenai kegiatan apotek dan peraturan dalam pelayanan obat kepada mahasiswa dan siswa sebelum memulai praktek kerja. Hal ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaannya, dapat menghindari kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa atau mahasiswa kerja praktek karena tidak mengetahui bagaimana peraturan atau prosedur kerja yang benar. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya perhatian yang lebih dari seluruh pegawai terhadap siswa dan mahasiswa yang sedang melakukan kerja praktek di Kimia Farma No.7 mengenai kerja siswa dan mahasiswa praktek tersebut.

78 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Peran dan tanggung jawab Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 7, Bogor yang administrasinya diatur oleh Bisnis Manajer Bogor, terdiri dari: a. Apoteker Pengelola Apotek (APA) Apotek Kimia farma No.7 yang juga merangkap sebagai manajer bisnis di wilayah Bogor, selain melaksanakan tanggung jawabnya sebagai manajer bisnis juga berperan dalam menentukan kebijakan pengelolaan apotek serta melaksanakan fungsinya dalam perencanaan, pengkoordinasian, pengelolaan, pengawasan, dan pengendalian terhadap semua komponen yang ada di apotek Kimia Farma No.7. b. Apoteker yang menjalankan tugasnya sebagai apoteker pendamping di apotek Kimia Farma No. 7 bertanggung jawab terutama dalam melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) serta konseling kepada pasien, selain memembantu melaksanakan kegiatan teknis kefarmasian lainnya. 2. Kegiatan kefarmasian yang berlangsung di apotek Kimia Farma No.7 Bogor mencakup kegiatan teknis kefarmasian dan kegiatan non teknis kefarmasian. Kegiatan teknis kefarmasian adalah pengadaan, penyimpanan, pengelolaan dan penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya serta memberikan pelayanan informasi obat dan swamedikasi kepada pasien. Kegiatan non teknis kefarmasian adalah pengelolaan administrasi pembelian dan penjualan. 6.2 Saran 1. Pengelolaan swalayan farmasi sebaiknya ditingkatkan dengan menambahkan label harga pada tempat display obat agar memudahkan pengunjung dalam memperoleh informasi harga barang dan obat. 69

79 70 2. Pengefektifan jam kerja apoteker pendamping agar dapat lebih berperan aktif dalam pemenuhan kepuasan pelanggan terkait dengan pelayanan informasi obat selama jam kerja. 3. Pembuatan daftar waktu penggunaan obat sehingga dapat digunakan oleh seluruh petugas di apotek guna meningkatkan pelayanan dalam penyiapan etiket terkait informasi obat kepada pasien. 4. Pengoptimalan kerja asisten apoteker tertutama bagian kasir yang melayani penerimaan dan penyerahan resep dan obat agar dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. 5. Kebersihan lemari dan obat sebaiknya perlu terus diperhatikan dengan melakukan pembersihan secara periodik untuk menghindari kerusakan barang yang dapat mengurangi kepercayaan pelanggan terhadap barang yang disediakan apotek, terutama lemari penyimpanan barang yang slow moving seperti lemari injeksi. 6. Tanggung jawab petugas terhadap masing-masing lemari obat sebaiknya perlu ditingkatkan, terutama mengenai kontrol persediaan termasuk kontrol expired date obat, kerapihan kotak obat. 7. Pembekalan siswa dan mahasiswa praktek terhadap Standar Prosedur Operasional pelayanan di apotek sebelum mulai kerja praktek dan saat pelaksanaan. Peningkatan pengawasan diperlukan agar kerja sesuai dengan yang harapkan. 8. Melakukan evaluasi mutu pelayanan sebaiknya secara berkala dengan menggunakan indikator tingkat kepuasan konsumen, dimensi waktu (lama pelayanan diukur dengan waktu yang telah ditetapkan), dan prosedur tetap untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar yang telah ditetapkan.

80 71 DAFTAR ACUAN Departemen Kesehatan RI. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan No.28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (1980). Apotek. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347/MenKes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta Departemen Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun 1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (1997). Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan No.1322/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2004). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/Sk/IX/2004. Jakarta: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI. (2008). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/Sk/IX/2004. Jakarta: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah RI No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Quick, J. (1997). Managing Drug Supply, The selection, Procurement, Distribution, and Use of Pharmaceuticals, 2nd ed. Revised and Expanded. Kumarian Press.

81 72 Seto, S., Yunita, N., & T, L. (2004). Manajemen Farmasi. Jakarta: Airlangga University Press. Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Farmasi. Jakarta : Wira Putra Kencana. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

82 LAMPIRAN

83 73 Lampiran 1. Contoh Formulir APT-1

84 74 Contoh Formulir APT-1 (Lanjutan)

85 75 Lampiran 2. Contoh Formulir APT-2

86 76 Lampiran 3. Contoh Formulir APT-3

87 77 Contoh Formulir APT-3 (Lanjutan)

88 78 Contoh Formulir APT-3 (Lanjutan)

89 79 Contoh Formulir APT-3 (Lanjutan)

90 80 Contoh Formulir APT-3 (Lanjutan)

91 81 Contoh Formulir APT-3 (Lanjutan)

92 82 Lampiran 4. Contoh Formulir APT-4

93 83 Lampiran 5. Contoh Formulir APT-5

94 84 Contoh Formulir APT-5 (Lanjutan)

95 85 Contoh Formulir APT-5 (Lanjutan)

96 86 Lampiran 6. Contoh Formulir APT-6

97 87 Lampiran 7. Contoh Formulir APT-7

98 88 Lampiran 8. Struktur Organisasi PT Kimia Farma Apotek Direktur Utama Direktur Operasional dan Pengembangan Direktur SDM dan Keuangan Manager Pengembangan Pasar Manager Pengembangan Pelayanan dan Logistik Manager Binabang SDM & Umum Manager Keuangan dan Akutansi Manager Unit Bisnis Manager Evaluasi Operasional SDM Umum Teknologi Informasi Akuntansi dan perpajakan Keuangan

99 89 Lampiran 9. Struktur Organisasi Bisnis Manager

100 90 Lampiran 10. Tata Ruang Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor Lantai 1

101 91 Lanjutan Lantai 2

102 92 Lampiran 11. Surat Pesanan Barang (SPB)

103 93 Lampiran 12. Form. Dropping Barang dari Gudang (DCs) ke Apotek

104 94 Lampiran 13. Formulir Serah Terima Barang DC

105 95 Lampiran 14. Bon Permintaan Barang Apotek

106 96 Lampiran 15. Kartu/Buku Stok Obat

107 97 Lampiran 16. Alur Pelayanan Resep Penerimaan Resep Resep Kredit Resep Tunai Pemeriksaan kelengkapan administrasi Pemberian harga Pemberian nomor urut Pemeriksaan kelengkapan administrasi Pemberian harga Pasien membayar di kasir dan diberi nomor resep Bagian Peracikan Obat Jadi Obat Racikan Pemberian etiket Pemeriksaan kesesuaian obat Penyerahkan obat Obat diterima oleh pasien Resep disimpan petugas

108 98 Lampiran 17. Salinan Resep (Copy resep)

109 99 Lampiran 18. Etiket Obat

110 100 Lampiran 19. Kemasan Obat

111 101 Lampiran 20. Label Obat (5,3 cm x 1,3 cm)

112 102 Lampiran 21. Laporan Ikhtisar Penerimaan Harian (LIPH)

113 103 Lampiran 22. Surat Pemesanan Narkotika Dan Psikotropika \

114 104 Lampiran 23. Laporan Penggunaan Narkotika dan Laporan Khusus Penggunaan Morphin, Pethidin, dan Derivatnya

115 105 Lampiran 24. Laporan Penggunaan Psikotropika

116 106 Lampiran 25. Berita Acara Pemusnahan Perbekalan Farmasi

117 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PARETO OBAT WAJIB APOTEK (OWA) DALAM UPAYA PENGOBATAN DIRI SENDIRI (UPDS) DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7, BOGOR LAPORAN KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER OLEH : ANITA AYU DWI AJIE SAPUTRI, S.Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

118 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR LAMPIRAN... v BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pelayanan Swamedikasi Penggolongan bat Obat Wajib Apotek (OWA) Analisis ABC (Pareto)... 9 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Pengambilan Data Metode Pengolahan Data BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN ii

119 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Penandaan obat bebas... 5 Gambar 2.2 Penandaan obat bebas terbatas... 6 Gambar 2.3 Penandaan obat keras... 6 Gambar 2.4 Penandaan obat narkotika... 6 Gambar 4.1 Persentase Item obat Kelas Pareto terhadap Obat Wajib Apotek dalam penjualan UPDS di Apotek Kimia Farma No.7, Bogor iii

120 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Pengelompokan obat wajib apotek dengan analisis ABC (Pareto) berdasarkan nilai investasi selama 1 minggu iv

121 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Daftar Obat Wajib Apotek Lampiran 2. Daftar Obat Wajib Apotek Lampiran 3. Daftar Obat Wajib Apotek Lampiran4. Data Analisis pareto terhadap Obat OWA dalam penjualan UPDS di Apotek Kimia Farma No.7, Bogor Lampiran5. Data Pembelian OWA berdasarkan banyaknya jumlah Pembelian dalam UPDS di Apotek Kimia Farma, No. 7, Bogor selama satu minggu Lampiran6. Diagram Persentase Item obat Kelas Pareto terhadap Obat Wajib Apotek dalam penjualan UPDS di Apotek Kimia Farma No.7, Bogor v

122 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang Undang Dasar RI 1945 menjelaskan bahwa kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia dan kesehatan merupakan salah satu unsur dalam mewujudkan kesejahteraan umum. Dengan semakin tingginya pendidikan dan semakin mudahnya akses untuk mendapatkan informasi, kesadaran masyarakat akan kesehatan semakin meningkat sehingga ada peningkatan kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi langsung mengambil keputusan akan permasalahan kesehatan. Selain itu, dengan dampak beberapa gaya hidup membuat masyarakat lebih peduli dalam melakukan upaya pencegahan penyakit untuk menjaga kesehatan. Oleh karena itu, masyarakat memilih alternatif melakukan usaha swamedikasi dalam peningkatan kesehatan. Menurut WHO (World Health Organization), swamedikasi didefinisikan sebagai pemilihan dan penggunaan obat-obatan (termasuk produk herbal dan tradisional) oleh individu untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri. Swamedikasi juga diartikan sebagai penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat atas inisiatif penderita (pasien). Swamedikasi yang dilakukan dapat memperoleh keuntungan bagi masyarakat seperti tidak perlu ada pengeluaran biaya rumah sakit atau periksa ke dokter, serta lebih mudah dalam pengobatan karena obat-obatan yang mudah diperoleh. Obat-obatan yang dapat diberikan pada swamedikasi disebut dengan obat tanpa resep dapat berupa golongan obat bebas atau OTC (Over The Counter), obat bebas terbatas, dan golongan obat keras yang termasuk dalam OWA (Obat Wajib Apotek). Daftar Obat Wajib Apotek sesuai dengan yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri, terdiri dari daftar obat Daftar OWA 1, 2 dan 3 yaitu beberapa obat dari golongan obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek. Menurut Permenkes No. 919/Menkes/ Per/X/1993, tentang kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep, obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria seperti tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada 1

123 2 wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun, dan orang tua diatas 65 tahun, dimaksud tidak memberikan resiko akan kelanjutan penyakit, tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan, diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia, serta obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam pelayanan swamedikasi di apotek, sangat diperlukan peran apoteker dalam memberi rekomendasi pemilihan obat yang tepat, memberikan informasi tentang obat yang dapat dipergunakan untuk swamedikasi dan wewenang menyerahkan obat dari golongan obat keras tanpa resep dokter. Akan tetapi, tanggung jawab penuh tetap berada pada pasien sendiri karena pasien tersebut yang mengenali gejala sakit, kondisi keparahan penyakit, dan memilih obat yang diinginkan. PT. Kimia Farma selaku perusahaan yang juga bergerak dalam bidang apotek ikut berpartisipasi dalam rangka memenuhi peningkaan derajat kesehatan masyarakat. Kimia Farma memiliki program UPDS atau Upaya Pengobatan Diri Sendiri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan kebutuhan swamedikasi dalam memperoleh obat-obat bebas. Selain itu, UPDS juga merupakan salah satu upaya memanfaatkan Obat wajib apotek yang dapat diserahkan oleh apoteker tanpa resep dokter. Dengan mengetahui tingkat penjualan obat wajib apotek, dapat diketahui seberapa besar ketertarikan masyarakat terhadap swamedikasi serta obat-obatan yang sering digunakan dalam swamedikasi. Dengan demikian, hal ini dapat menjadi dalam peningkatan pelayanan swamedikasi oleh apoteker. 1.2 Tujuan 1. Menganalis secara pareto penjualan obat wajib apotek (OWA) dalam Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS) di apotek Kimia Farma No. 7, Bogor dari tanggal 23 s/d 29 April Mengetahui obat wajib apotek yang sering digunakan pasien dalam Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS) di apotek Kimia Farma No. 7, Bogor.

124 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Swamedikasi (IPF, 2000; WHO, 2000) Swamedikasi dapat diartikan secara sederhana sebagai upaya seseorang untuk mengobati dirinya sendiri. Swamedikasi menjadi alternatif yang banyak dipilih masyarakat untuk meredakan menyembuhkan keluhan kesehatan ringan atau untuk meningkatkan keterjangkauan akses terhadap pengobatan. Dalam pelaksanaan swamedikasi, Apoteker memiliki dua peran yang sangat penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya serta memberikan informasi yang dibutuhkan atau memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya agar obat digunakan secara aman, tepat dan rasional. Pemberian informasi dilakukan terutama dalam mempertimbangkan : 1. Ketepatan penentuan indikasi atau penyakit. 2. Ketepatan pemilihan obat yang efektif, aman, dan ekonomis. 3. Ketepatan dosis dan cara penggunaan obat. Satu hal yang sangat penting dalam informasi swamedikasi adalah meyakinkan agar produk yang digunakan tidak berinteraksi negatif dengan produk-produk yang sedang digunakan pasien. Obat yang dapat diberikan dalam rangka pelaksanaan swamedikasi, yaitu: a. Obat bebas b. Obat bebas terbatas c. Obat keras yang termasuk dalam Obat Wajib Apotek (OWA) Dalam rangka memberikan pelayanan swamedikasi yang dapat dipertanggungjawabkan demi keamanan dan efikasi penggunaan obat, sangat dibutuhkan peran apoteker. Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh IPF (International Pharmaceutical Federation) dan WMI (World Self-Medication Industry) tentang swamedikasi yang bertanggung jawab (Responsible Self- Medication) dinyatakan bahwa: 3

125 4 1. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan nasehat dan informasi yang benar, cukup dan objektif tentang swamedikasi dan semua produk yang tersedia untuk swamedikasi. 2. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk merekomendasikan kepada pasien agar segera mencari nasehat medis yang diperlukan, apabila dipertimbangkan swamedikasi tidak mencukupi. 3. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk mendorong anggota masyarakat agar memperlakukan obat sebagai produk khusus yang harus dipergunakan dan disimpan secara hati-hati, dan tidak boleh dipergunakan tanpa indikasi yang jelas. Informasi tentang obat dan penggunaannya perlu diberikan pada pasien saat untuk swamedikasi, yang lebih ditekankan pada informasi farmakoterapi yang disesuaikan dengan kebutuhan serta pertanyaan pasien. Informasi yang perlu disampaikan oleh Apoteker pada masyarakat dalam swamediaksi, antara lain: a. Khasiat obat yang bersangkutan, sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang dialami pasien, b. Kontraindikasi dari obat yang diberikan agar tidak menggunakannya jika memiliki kontra indikasi dimaksud, c. Efek samping dan cara mengatasinya yang mungkin muncul, serta apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya, d. Cara pemakaian disampaikan secara jelas kepada pasien untuk menghindari salah pemakaian, apakah ditelan, dihirup, dioleskan, dimasukkan melalui anus, atau cara lain, e. Dosis harus sesuai dengan kondisi kesehatan pasien, apoteker dapat menyarankan dosis sesuai dengan yang disarankan oleh produsen (sebagaimana petunjuk pemakaian yang tertera di etiket) atau dapat menyarankan dosis lain sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, f. Waktu pemakaian juga harus diinformasikan dengan jelas kepada pasien, misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan tidur, g. Lama penggunaan diinformasikan kepada pasien agar pasien tidak menggunakan obat secara berkepanjangan karena penyakitnya belum hilang, sedangkan pasien sudah memerlukan pertolongan dokter,

126 5 h. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu bersamaan, i. Hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat, j. Cara penyimpanan obat yang baik, k. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa, dan l. Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak. 2.2 Penggolongan Obat (Departemen Kesehatan RI, 2006). Berdasarkan penjelasan atas Peraturah Pemerintah RI No. 72 th 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, obat didefinisikan sebagai bahan atau paduan bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan, dan peningkatan kesehatan termasuk kontrasepsi dan sedian biologis Penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, psikotropika, dan narkotika Obat bebas (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 2380/A/SK/VI/83) Obat bebas adalah obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tanda khusus yang terdapat pada obat bebas adalah lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam. Gambar 2.1 Penandaan obat bebas Obat bebas terbatas (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 2380/A/SK/VI/83) Obat bebas terbatas adalah obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tanda khusus yang terdapat obat bebas terbatas adalah lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam.

127 6 Gambar 2.2 Penandaan obat bebas terbatas Obat keras daftar G (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2396/A/SK/VII/86) Obat keras adalah obat yang dapat diperoleh dengan resep dokter. Tanda pada obat keras berupa lingkaran bulat berwarna bulat merah dengan garis tepi hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi dan harus mencantumkan kalimat Harus dengan resep dokter. Gambar 2.3 Penandaan obat keras Narkotika (Undang-undang nomor 35 Tahun 2009) Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Gambar 2.4 Penandaan obat narkotika Narkotika dibagi ke dalam tiga golongan yaitu : a. Narkotika Golongan I Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan. Narkotika golongan I dalam jumlah terbatas hanya digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk reagensia diagnostik dan reagensia laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi dari Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. Contoh : Tanaman Papaver somniferum (kecuali bijinya), opium, kokain, heroin, psilosibin, amfetamin.

128 7 b. Narkotika Golongan II Narkotika Golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Difenoksilat, metadon, morfin, petidin. c. Narkotika Golongan III Narkotika Golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Kodein, dihidrokodein, norkodein Psikotropika (Undang-undang nomor 5 Tahun 1997) Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika digolongkan menjadi empat golongan : a. Psikotropika Golongan I Psikotropika Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Psilosibin, lisergida b. Psikotropika Golongan II Psikotropika Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, sekobarbital. c. Psikotropika Golongan III Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amobarbital, pentazosin, pentobarbital, siklobarbital.

129 8 d. Psikotropika Golongan IV Psikotropika Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Alobarbital, alprazolam, barbital, diazepam, fenobarbital, ketazolam. 2.3 Obat Wajib Apotek (OWA) Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/Menkes/SK/VII/1990, obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan pada pasien tanpa resep dokter dengan mengikuti peraturan dari Menteri Kesehatan. Peraturan tentang OWA di Indonesia terdiri dari: 1. Keputusan Menteri Kesehatan No.347 Tahun 1990 tentang Obat Wajib Apotek (OWA) No.1, berisi daftar obat yang dapat diserahkan tanpa resep oleh apoteker di apotek seperti yang terdapat dalam Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan No.919 Tahun 1993 tentang kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter. 3. Perubahan daftar Obat Wajib Apotek (OWA) tercantum dalam Permenkes No.925 Tahun 1993 tentang Perubahan Golongan OWA No.1. Dalam Peraturan kementerian ini memuat perubahan golongan obat terhadap daftar OWA No. 1, beberapa obat yang semula OWA atau Obat Keras berubah menjadi Obat Bebas Terbatas atau Obat Bebas, disertai keterangan batasannya yang disebut Daftar Obat Wajib Apotek 2 (Lampiran 2). 4. Perubahan daftar obat wajib apotek (OWA) Peraturan Menteri Kesehatan No Tahun 1999 tentang Tentang Daftar Obat Wajib Apotik No.3 (Lampiran 3). Kriteria Obat yang dapat diserahkan tanpa resep adalah sebagai berikut: (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 347/ Menkes/SK/VII/1990) a. Obat tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun. b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit yang diderita pasien.

130 9 c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Rasio khasiat keamanan adalah perbandingan relatif dari keuntungan penggunaannya dengan mempertimbangkan risiko bahaya penggunaannya. Apoteker di Apotek dalam melayani pasien yang memerlukan obat dimaksud diwajibkan : a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam Obat Wajib Apotik yang bersangkutan. b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan. c. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien. Perubahan OWA atau Obat Keras menjadi Obat Bebas atau Obat Bebas Terbatas diharapkan agar obat tersebut lebih mudah diakses pasien dan dapat diperoleh dengan harga yang lebih murah tapi tentunya dengan beberapa pertimbangan, khususnya dari segi keamanan penggunaan obat tersebut. Obat Keras atau OWA bisa berubah menjadi Obat Bebas atau Obat Bebas Terbatas setelah data keamanan obat tersebut sudah benar-benar lengkap. Sebaliknya, OTC dapat juga berubah menjadi obat ethical jika OTC tersebut memiliki potensi besar untuk disalahgunakan Analisis ABC (Pareto) (Quick, 1997) Untuk mengetahui produk yang harus dipesan serta berapa jumlahnya tidak semata-mata berdasarkan jumlah produk tersebut yang telah mencapai jumlah persediaan minimum, terutama apabila kondisi keuangan apotek tidak memungkinkan. Perlu dilakukan analisis terhadap produk yang ada di apotek untuk menentukan produk manakah yang menjadi tulang punggung apotek serta produk manakah yang sebenarnya hanya pelengkap. Analisis tersebut dapat dilakukan dengan metode analisis ABC (Pareto).

131 10 Analisis ABC dilakukan dengan membagi persediaan berdasarkan atas nilai rupiah sehingga pengendalian persediaan lebih difokuskan pada item persediaan yang bernilai tinggi daripada item yang bernilai rendah. Nilai persediaan yang dimaksud adalah jumlah persediaan yang terjual dalam satu periode dikalikan harga tiap unit. Analisa pareto disusun berdasarkan penggolongan persediaan yang mempunyai nilai harga yang paling tinggi. Pareto membagi persediaan berdasarkan atas nilai rupiah (volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode dikalikan harga per unit). Kriteria kelas dalam klasifikasi ABC adalah: 1. Kelas A Persediaan yang memiliki volume rupiah yang tinggi. Kelas ini mewakili sekitar 75-80% dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sekitar 10-20% dari seluruh item. Kelas A memiliki dampak biaya yang tinggi terhadap biaya pengadaan. Pengendalian khusus dilakukan secara intensif (Quick, 1997). 2. Kelas B Persediaan yang memiliki volume rupiah yang menengah. Kelas ini mewakili sekitar % dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sekitar 10-20% dari seluruh item (Quick, 1997). 3. Kelas C Persediaan yang memiliki volume rupiah yang rendah. Kelas ini mewakili sekitar 5-10% dari total nilai persediaan, tapi terdiri sekitar 60-80% dari seluruh barang (Quick, 1997). Analisis ABC (Pareto) dilakukan dengan menghitung nilai investasi dari tiap sediaan obat dengan cara : 1. Menghitung total investasi tiap jenis produk, yaitu mengalikan jumlah item produk yang terjual dengan harga tiap unitnya. 2. Mengelompokkan produk berdasarkan nilai investasi dan mengurutkannya mulai dari yang memilki nilai investasi terbesar hingga terkecil. Analisis ABC (Pareto) dapat diaplikasikan dalam beberapa proses pengelolaan obat di apotek, antara lain:

132 11 a. Pemilihan Obat Analisis ABC (Pareto) dapat membantu mengidentifikasi pemilihan item produk yang perlu disediakan untuk memenuhi kebutuhan apotek. Misalnya, terhadap beberapa item obat kelompok A yang membutuhkan biaya pengadaan cukup tinggi, apabila pemilihan obat yang diperlukan tidak tepat maka akan mengakibatkan biaya penyimpanan obat menjadi tinggi. b. Distribusi dan Pengelolaan Persediaan Analisis ABC (Pareto) dapat membantu memantau waktu penyimpanan serta menentukan jadwal pengiriman pesanan. c. Penggunaan Dengan menggunakan analisis Pareto dapat diketahui jenis obat apa saja yang sering direkomendasikan oleh dokter atau sering dibutuhkan oleh konsumen.

133 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pengambilan Data Pengambilan data penjualan obat wajib apotek untuk Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS) yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No.7 Bogor, selama satu minggu, mulai tanggal 23 sampai 29 April Metode Pengolahan Data Analisis data dilakukan dengan menghitung nilai investasi dari tiap sediaan obat dengan cara sebagai berikut (Quick, 1997) : a. Membuat daftar seluruh obat wajib apotek yang dijual dalam penjualan UPDS selama seminggu di Apotek Kimia Farma No.7, Bogor. b. Menghitung total investasi tiap item obat dengan mengalikan harga satuan obat dengan jumlah penjualan obat. c. Mengelompokkan berdasarkan nilai investasi obat, dimulai dari obat yang memiliki nilai investasi terbesar hingga yang memiliki nilai investasi terkecil. d. Menghitung persentase nilai investasi tiap obat, yaitu dengan membagi nilai investasi tiap item obat dengan total nilai investasi seluruh obat. e. Menghitung persentase kumulatif dari total nilai investasi untuk setiap item obat. f. Menentukan batasan kelompok A, B, dan C dari persentase kumulatif tersebut dengan kriteria sebagai berikut: 1. Kelompok A dengan nilai investasi sekitar 80% dari total investasi obat keseluruhan atau mewakili sekitar 10-20% dari jumlah item yang ada. 2. Kelompok B dengan nilai investasi sekitar 15% dari total investasi obat keseluruhan atau mewakili sekitar 10-20% dari jumlah item yang ada. 3. Kelompok C dengan nilai investasi sekitar 5% dari total investasi obat keseluruhan atau mewakili sekitar 60-80% dari jumlah item yang ada. 12

134 13 g. Membuat tabel dari data yang diperoleh untuk memudahkan dalam pengamatan. h. Memberi peringkat produk obat berdasarkan banyaknya item yang terjual dari resep. Data Pembelian obat wajib apotek berdasarkan banyaknya jumlah pembelian dalam program UPDS di Apotek Kimia Farma, No. 7, Bogor selama satu minggu diperoleh dengan membuat tabel nama obat, jumlah penjualan dalam satuminggu dan persentase penjualannya. Data dimasukan kedalam program Microsoft Office Excel 2007 kemudian dapat diketahui obat wajib apotek dengan penjualan yang paling besar.

135 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Hasil Hasil yang diperoleh dari analisis yang dilakukan terhadap data yang ada adalah sebagai berikut : a. Kelompok pareto A : Jumlah investasi sebesar Rp ,00 atau 79,96% dari total investasi dengan jumlah produk 70 item atau 36,27% dari total item yang ada. b. Kelompok pareto B : Jumlah investasi sebesar Rp ,00 atau 15,03 % dari total investasi dengan jumlah produk 56 item atau 29,02 % dari total item yang ada. c. Kelompok pareto C : Jumlah investasi sebesar Rp ,00 atau 5,01% dari total investasi dengan jumlah produk 67 item atau 34,72 % dari total item yang ada. Keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 4.1. Pengelompokan obat wajib apotek dengan analisis ABC (Pareto) berdasarkan nilai investasi selama 1 minggu Jumlah Item Persentase Jumlah Persentase Kelompok Obat Item (%) Investasi (Rp) Investasi (%) A 70 36,27 Rp ,00 79,96 B 56 29,02 Rp ,00 15,03 C 67 34,72 Rp ,00 5,01 Jumlah Rp , d. Dari penjualan OWA yang didapat, pembelian obat yang paling tinggi adalah Neuralgin RX dengan komposisi Metampiron, Thiamin HCL, Pyridoxin HCl, Cyanocobalamin, dan Trimethylxanthine yaitu sebesar 5,52% dari 193 item penjualan obat (Lampiran 5.) 14

136 Pembahasan Apotek Kimia Farma melayani penjualan obat tanpa resep dan yang dinamakan UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri). Penjualan UPDS di masukkan ke sistem komputerisasi dalam kelompok tersendiri sehingga dapat dibedakan dengan obat-obat yang dibeli oleh pasien dengan resep. Selain masyarakat umum, yang dimasukkan dalam penjualan UPDS ini termasuk dokterdokter yang membeli obat dalam jumlah yang banyak dalam rangka menyediakan obat di tempat prakteknya. Dalam melayani penjualan UPDS, obat yang dikategorikan hanya obatobat wajib apotek, yaitu obat keras yang dapat diberikan tanpa resep dokter. Untuk obat bebas dan obat bebas terbatas dimasukkan ke dalam sistem komputerisasi sebagai kelompok penjualan obat bebas (HV). Pelayanan UPDS mengikuti alur, yaitu pertama-tama petugas menerima permintaan barang dari pasien dan langsung menginformasikan ketersediaan obat, setelah disetujui oleh pembeli, pembeli langsung membayar ke kasir. Bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat bukti penyerahan nota penjualan bebas, kemudian barang beserta bukti pembayaran penjualan bebas diserahkan kepada pasien. Dalam penjualan UPDS, biasanya kasir akan menanyakan apakah pasien sebelumnya telah menggunakan obat dari resep dokter atau tidak. Apabila pasien obat yang dibeli oleh pasien tersebut adalah obat yang rutin digunakan pasien, pembelian obat juga akan dilayani oleh bagian kasir. Untuk pasien yang belum pernah mendapatkan obat dari resep dokter, Apoteker akan mencoba memberikan rekomendasi obat atau merekomendasikan untuk berobat ke dokter terlebih dahulu. Dari hasil penjualan obat wajib apotek yang dibeli masyarakat dalam pelayanan swamedikasi atau UPDS dianalisis dengan analisis Pareto (ABC) dalam mempertimbangkan perencanaan dan pengadaan obat yang sering digunakan masyarakat dalam swamedikasi. Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat untuk menentukan jumlah obat yang dibutuhkan oleh apotek. Pada tahap perencanaan pengadaan obat, tahap pertama yang dilakukan adalah

137 16 pemilihan obat, yaitu menentukan obat yang benar-benar diperlukan sesuai dengan kebutuhan apotek. Selanjutnya dibuat skala prioritas baik dari jenis maupun jumlahnya agar obat yang paling sering digunakan dapat disediakan dalam jumlah yang lebih banyak dan obat yang merupakan tulang punggung apotek selalu tersedia. Parameter pengendalian barang farmasi atau obat, juga sangat penting untuk diketahui agar apotek terus berkembang dan tidak mengalami kerugian karena banyak barang yang tidak terjual atau pun kadaluarsa. Ketidakseimbangan pengendalian persediaan obat di apotek juga dapat mengakibatkan persediaan terlampau sedikit atau berlebihan. Apabila persediaan terlalu sedikit, maka permintaan obat atau barang tidak terpenuhi sehingga pasien atau pelanggan merasa tidak puas dan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan hilang. Namun, persediaan yang terlalu besar dapat menyebabkan biaya penyimpanan telalu tinggi, kemungkinan obat menjadi rusak atau kadaluarsa, dan kemungkinan ada risiko apabila harga bahan atau obat turun (Quick, 1997). Tahap penyesuaian rencana pengadaan dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis ABC (Pareto). Analisis ABC (Pareto) merupakan salah satu metode penyusunan prioritas pengadaan berdasarkan nilai investasi atau nilai rupiahnya, yaitu volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode dikalikan harga tiap item. Analisis ABC (Pareto) dapat digunakan untuk mengendalikan persediaan produk secara efektif dan efisien karena dapat disesuaikan dengan dana yang dimiliki apotek. Di samping itu, melalui metode tersebut juga dapat ditentukan frekuensi pemesanan, jumlah stok pengaman yang harus disediakan serta mengetahui sifat produk obat kita di apotek, apakah produk obat tergolong bergerak cepat (fast moving) atau bergerak lambat (slow moving). Laporan ini menganalisis penjualan obat wajib apotek yang digunakan dalam pelayanan swamedikasi atau UPDS yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No.7, Bogor. Data diambil dari penjualan selama 1 minggu dari tanggal 23 sampai 29 April 2012 pada pengarsipan di sistem komputerisasi apotek. Produk yang obat yang dijual terdiri dari sediaan obat oral berbentuk tablet, kaplet, atau kapsul, dan sirup, berbagai sediaan salep, serta obat yang digunakan dalam bentuk inhaler.

138 17 Semua data obat dihitung nilai investasinya dengan cara mengalikan jumlah tiap obat dalam satuan masing-masing dengan harga satuannya. Selanjutnya dibuat persentase nilai investasi tiap item obat terhadap total investasi. Setelah itu, data diurutkan dari yang memiliki nilai investasi terbesar hingga nilai investasi terkecil dan dihitung persentase kumulatifnya. Data lengkap dari keseluruhan obat terdapat pada Lampiran 4. Obat dengan nilai investasi kumulatif ± 80% dari total investasi dikelompokkan dalam kelompok A, sedangkan obat dengan nilai ± 15% dan ± 5% dari total investasi, dimasukkan dalam kelompok B dan kelompok C. Hasil analisis obat wajib apotek yang digunakan dalam pelayanan UPDS selama 1 minggu di Apotek Kimia Farma menunjukkan bahwa kelompok A memiliki jumlah investasi sebesar Rp ,00 atau 79,96% dari total investasi dengan jumlah produk 70 item atau 36,27% dari total item yang ada. Dalam klasifikasi ABC, Kelompok A mewakili sekitar 75-80% dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sekitar 10-20% dari seluruh item (Quick, 1997). Akan tetapi, dalam perhitungan didapatkan item obat yang masuk dalam kelompok A adalah 36, 27%. Jumlah item obat yang cukup banyak masuk dalam kelompok A disebabkan karena persentase investasi antara item obat yang temasuk dalam kelompok A tidak terlalu jauh perbedaannya. Nilai investasi yang tidak terlalu jauh perbedaannya ini didapatkan dari penjualan obat-obat dengan nilai satuan yang tidak mahal tetapi item yang dijual dalam jumlah yang besar dan item dngan harga satuan yang mahal tetapi penjualan tidak dalam jumlah besar. Hal ini menyebabkan item obat kelompok A ini cukup banyak. Perbandingan persentese item untuk kelompok pareto A, B dan C dapat dilihat dari lampiran 6. Obat dalam kelompok A ini sangat penting bagi apotek karena memiliki dampak biaya yang tinggi, sehingga memerlukan pengendalian khusus seperti pemonitoran yang hati-hati dari setiap produk termasuk memonitor angka/titik pemesanan kembali produk dan pencatatan persediaan secara detail dan tepat agar analisis data yang berhubungan dengan produk kelompok A dapat tepat (Quick, 1997). Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah produk-produk dengan harga satuan yang mahal seperti Symbicort, Ventolin, dan Diane

139 18 atau produk-produk yang memiliki harga satuan yang murah tetapi penjualannya tinggi seperti Zyloric, Ponstan, dll. Pengadaan untuk produk yang termasuk kelompok A harus lebih diutamakan. Obat yang mewakili kelompok B memiliki jumlah investasi sebesar Rp ,00 atau 15,03 % dari total investasi dengan jumlah produk 56 item atau 29,02 % dari total item yang ada. Kelompok B tersebut mempunyai tingkat penjualan rata-rata dengan dampak biaya pengadaan yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok A. Pengendalian terhadap persediaan produk kelompok B tidak seketat kelompok pareto A. Kelompok C memberikan jumlah investasi sebesar Rp ,00 atau 5,01% dari total investasi dengan jumlah produk 67 item atau 34,72 % dari total item yang ada. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa kelompok C memiliki jumlah item produk yang sangat banyak, tetapi tidak terlalu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap total pendapatan Apotek. Hal ini disebabkan karena Kelompok C didominasi oleh produk-produk yang memiliki harga yang murah dan frekuensi penjualannya kecil (slow moving). Pengendalian pada kelompok C dilakukan secara lebih sederhana, yaitu dengan menjamin bahwa item-item tersebut mempunyai persediaan yang cukup sehingga tidak terjadi kekurangan ketika ada permintaan. Melipatgandakan jumlah persediaan yang masuk kelompok C tidak akan memberatkan biaya penyimpanan, tetapi pemonitoran secara periodik terhadap kelompok C juga perlu dilakukan untuk menentukan apakah obat tersebut semestinya ditiadakan dari persediaan atau tidak sehingga dapat meminimalkan penimbunan obat yang bersifat slow moving di apotek. Dari data penjualan obat wajib apotek yang dilihat dari jumlah pembeliannya, masyarakat banyak membeli obat-obat penghilang rasa sakit (Analgesik) atau antiinflamasi yang termasuk kelompok obat AINS, contohnya Neuralgin, ponstan, asam mefenamat (generik), cataflam, Voltadex, dll. Selain itu obat asam urat (Alopurinol dan Zyloric ), atau obat-obat untuk saluran pencernaan juga termasuk dalam jumlah penjualan yang tinggi. Data selengkapnya terdapat dalam Lampiran 5.

140 19 Dari analisis tersebut, adanya ketersediaan obat yang cukup di apotek akan berpengaruh terhadap kontribusi optimum apotek dalam memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi masyarakat (konsumen) dan sebagai usaha apotek dalam meningkatkan pendapatannya. Dengan pelayanan swamedikasi yang optimum akan dapat memuaskan pelanggan sehingga pelanggan lama dapat dipertahankan dan dapat menambah pelanggan baru.

141 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan a. Dari penjualan selama 1 minggu dari tanggal 23 s/d 29 April 2012, didapatkan penjualan Obat wajib apotek yang termasuk kelompok pareto A memiliki persentase investasi sebesar 79,96% dari total investasi dengan jumlah produk 36,27% dari total item yang ada. Kelompok pareto B memiliki persentase investasi sebesar 15,03 % dari total investasi dengan persentase jumlah produk 29,02 % dari total item yang ada. Kelompok pareto C memiliki persentase 5,01% dari total investasi dengan persentase jumlah produk 34,72 % dari total item yang ada. b. Obat Wajib Apotek yang paling banyak digunakan dalam Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS) adalah Neuralgin dengan penjualan 5,52% dari total 193 macam item obat wajib apotek dalam penjualan selama 1 minggu di Apotek Kimia Farma No.7, Bogor Saran 1. Perencanaan, pengadaan, dan pengendalian obat yang termasuk dalam Obat Wajib Apotek sebaiknya dilakukan dengan efektif sesuai analisis ABC (Pareto) yang telah dilakukan, yaitu dengan memaksimalkan untuk penyediaan produk dari golongan obat wajib apotek yang termasuk dalam kelompok pareto A dan produk yang jumlah penjualannya tinggi (fast moving) sehingga pelayanan UPDS menjadi maksimal. 2. Batas jumlah obat dan bentuk sediaan obat yang dapat diberikan sebaiknya diperhatikan dalam pelayanan obat swamedikasi atau dalam Upaya Pengobatan Diri Sendiri kepada pasien. 20

142 21 DAFTAR ACUAN Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas Dan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 347/ Menkes/Sk/Vii/1990 Tentang Obat Wajib Apotik. Kementerian Kesehatan RI. Kertajaya, Hermawan, et al. (2011). Self- Medication, Who Benefits and Who is at Loss,Articel in MarkPlus Insight, 14 April Indonesia: MarkPlus, Inc. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 924/ Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Obat Wajib Apotik No. 2. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No Tahun 1999 tentang Tentang Daftar Obat Wajib Apotik No. 3. Kementerian RI. Quick, J.D. [ed]. (1997). Managing Drug Supply: The Selection, Procurement, Distribution, and Use of Pharmaceuticals 2nd ed. Connecticut: Kumarin Press Inc. The International Pharmaceutical Federation (IP0F. (2000). The Role of The Pharmacist in Self-Care adn Self- Medication. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Undang Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikoropika. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. World Health Organization (WHO). (2000). Guidelines for the Regulatory Assessment of Medical Products for Use in Self- Medication. Swiss: Geneva.

143 LAMPIRAN

144 22 Lampiran 1. Daftar Obat Wajib Apotek 1 No Kelas Terapi Nama Obat Indikasi Jumlah Tiap jenis Obat per Pasien Catatan 1 Oral Kontrasepsi Tunggal : Linistrenol Kotrasepsi 1 Siklus Untuk siklus pertama harus dengan resep dokter Akseptor dianjurkan kontrol ke dokter tiap 6 bulan 2 Obat Sal Cerna Kombinasi: Etinodiol diasetat - mestranol Norgestrel- etinil estradiol Linestrenol - etinil estradiol Levonogestrel- mestranol Norethinrone etinil estradiol a. Antacid + sedativ/ spasmodik Al. Hidroksida, Mg. Trisilikat + papaverin HCl, klordizepoksid Mg. Trisilikat, Al. Hidroksida + papaverin HCl, Klordizepoksida + diazepam + sodium bikarbonat Mg. Trisilikat, Al. Hidroksida + papaverin HCl, Diazepam Mg. Trisilikat + beladona + Klordiazepoksid + diazepam Al. Oksida, Mg. Oksida + Hiosiamin Hbr, Atropine So4, Hiosin Hbr. Mg. Trisilikat, Al. Hidroksida + papverin HCL, Klordiazep oksida + beladona. Mg Karbonat, Mg. Oksida, Al. Hidroksida + papaverin HCl, beladona Mg. Oksida, Bi. Subnitrat + beladona, papaverin, klordiazepoksida Mg. Oksida, Bi. Subnitrat + beladona, klordiazepoksida Mg. Trisilikat, alukol + papaverin HCl, beladona, klordiazepaoksida. b. Anti Spasmodik Papaverin/ hiosin butil bromide/ atropin So 4 / Ekstrak beladon Kontrasepsi 1 siklus Untuk siklus pertama harus dengan resep dokter Akseptor dianjurkan kontrol ke dokter tiap 6 bulan Hiperasiditas Maks20 tab lambung, gastristis yang disertai dengan ketengan Hiperasiditas lambung, gastristis yang disertai dengan ketengan Kejang sal. cerna Maks 20 tab Maksimal 20 tablet

145 23 c. Antimodik- analgetik Metamizole. Fenpiverimium bromide Hiosin butil bromide- dipyrone Methampirone, beladone, papverin HCl Methampirone, Hiosin butil bromide, diazepam Pramiverin, metamizole Tremonium metil sulfat, sodium moramidopyrin methane sulphonate Prifinium brimode, sulpyrin Kejang sal. Cerna yg disertai nyeri hebat Maks20 tab 3 Oral Mulut dan tenggorokan Anti mual : Metoklopramid HCl Laksan: Bisakodil Supp Mual, muntah Kontipasi a. Hexetidine Sariawan dan radang tenggorokan Maks 20tab Maksimal 3 supp Maksimal 1 botol Bila mual muntah berkepanjangan, pasien dianjurkan agar kontrol ke dokter 4 Oral Sal. Napas b. Triamcinolone acetonide Konstipasi Maksimal 1 tube a. Obat Asma Aminofilin supp Ketotifen Terbutalin salbutamol Asma Asma Asma Asma Maks 3 supp Maks 10 tab Sirup 1 botol Maks 20 tab, Sirup 1 botol Pemberian obat- obat asma hanya atas dasar pengobatan ulangan dari dokter b. Sekretolitik Mukolitik Bromheksin Karbosisitein Asetilsistein Oksamin sitrat Mukolitik Mukolitik Mukolitik Mukolitik Maks 20 tab Maks 20 tab, sirup 1 botol Maks 20 dus Maks sirup 1 botol 5 Oral yang mempengar uhi sistem neuromusku lar a. Analgetik, Antipiretik Metampiron Asam mefenamat Glefenin Metampiron + Klordiapoksida/ diazepam Sakit kepala, pusing, panas/ demam, nyeri haid Sakit kepala/ gigi Sakit kepala/ sakit gigi Sakit kepala yang disertai ketegangan Maks 20tab, sirup 1 botol Maks 20 tab, sirup 1 botol Maks 20 tab Maks 20 tab

146 24 b. Antihistamin Mebhidrolin Pheniramin hydrogen maleat Dimethinden maleat Astemizol Oxomenazin Homochoryclizin HCl Dexchlorpheniramine 6 Antiparasit Obat cacing mebendazol 7 Obat topikal a. Antibiotik Tetrasiklin/ oksitetrasiklin Kloramfenikol Framisetin SO4 Neomisisn SO4 Gentamisin So4 Eritromisin b. Kortikosteroid Hidrokortison Flupredniliden Triamsinolon Betametason Flukortolon/ duflukortolon desoksimetason c. Antiseptik lokal Heksaklorofene d. Antifungi Mikonazol nitrat Nistatin Tolnaftat ekonazol e. Anestesi lokal lidokain f. Enzim antiradang topikal kombinasi Heparinoid/ heparin Na dng Hialuronidase ester nikotinat g. Pemucat kulit Hidroquinon Hidroquinon dng PABA Antihistamin/ antialergi Cacing kremi, tambang, gelang dan cambuk Infeksi bakteri Infeksi bakteri Infeksi bakteri Infeksi bakteri Infeksi bakteri Acne vulgaris Alergi danobat peradangan lokal Desinfektan kulit Infeksi jamur lokal Anestetikum lokal Memar Hiperpigmenta si kulit Hiperpigmenta nsi kulit Maks 20 tab Maks 20 tab, biasa 3 tab lepas lambat Maks 6 tab Sirup 1 botol Maks 1 tube Maks 1 tube Mak2lembar Maks 1 tube Maks 1 tube Maks 1 tube Maks 1 tube untuk semua Maks 1 botol Maks 1 tube Maks 1 tube Maks 1 tube Maks 1 tube Maks 1 tube

147 25 Lampiran 2. Daftar Obat Wajib Apotek 2 No Nama generik obat Jumlah maks tiap jenis obat/ pasien 1 Albendazol Tab 200, 6 tab Tab 400, 3 tab 2 Bacitracin 1 tube 3 Benorilate 10 tablet 4 Bismuth subcitrate 10 tablet 5 Carbinoxamin 10 tablet 6 Clindamisin 1 tube 7 Deksamatason 1 tube 8 Dexpantenol 1 tube 9 Diclofenak 1 tube 10 Fenoterol 1 tabung 11 Diponium 10 tablet 12 Flumetason 1 tube 13 Hydrocortison butyrat 1 tube 14 Ibuprofen Tab 400,10 tab Tab 600,10 tab 15 Isoconazol 1 tube 16 Ketokonazole Kadar < 2% Krim 1 tube Scalp sol 1 botol 17 Levamizole Tab 50 mg, 3 tab 18 Methilprednisolon 1 tube 19 Niclosamide 7 tablet 20 Noretisteron 1 siklus 21 Omeprazole 7 tablet 22 oxiconazol Kadar<2%,1 tube 23 Pipazete Sirup 1 botol 24 Piratiasin kloroteofilin 10 tablet 25 Pirenzepin 20 tablet 26 Piroxicam 1 tube 27 Polimixin B sulfate 1 tube 28 Prednisolon 1 tube 29 Scopamine 10 tablet 30 Siver sulfadiazin 1 tube Sucralfate Sulfasaladine Tioconazole Urea 20 tablet 20 tablet 1 tube 1 tube pembatasan Sebagai obat luar untuk infeksi pada kulit Sebagai oabt luar untuk obat acne Sebagai obat luar untuk inflamasi Sebagai obat luar untuk kulit Sebagai obat luar untuk inflamasi Inhalasi Sebagai obat luar untuk inflamasi Sebagai obat luar untuk inflamasi Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal Sebagai obat laur untuk infeksi jamur lokal Sebagai obat luar untuk inflamasi Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal Sebagai obat luar untuk inflamasi Sebagai obat luar untuk infeksi lokal Sebagai obat luar untuk inflamasi Sebagai obat luar untuk infeksi bakteri pada kulit Sebagai obat luar untuk infeksi kulit lokal Sebagai obat luar untuk hiperkeratose

148 26 Lampiran 3. Daftar Obat Wajib Apotek 3 N o Kelas Terapi Nama Generik Obat Indikasi Jumlah Maksimal Tiap Jenis Obat Per Pasien 1 Sal cerna & Metabolisme a. Famotidin b. Ranitidin 2 Obat kulit Asam azaleat Asam fusidat Motretinida Tolsiklat tretinoin Antiulkus peptik Antiulkus peptik Anti akne Antimikroba Antiakne Antifungi Anti akne Maks 10 tab 20/40 mg Maks 10 tab 150 mg Maks 1 tube 5 g Maks 1 tube 5 g Maks 1 tube 5 g Maks 1 tube 5 g Maks 1 tube 5 g Pembatasan Pemberian obat hanya atas dasar pengobatan ulang dari dokter Pemberian obat hanya atas dasar pengobatan ulang dari dokter 3 Antiinfeksi umum 1. Kategori I (2HRZE/4H3R) Kombipak II: Isoniazid 300mg Rifampisin 450 mg Pirazinamid 1500 mg Etambutol 650 mg Anti tuberkolosa Satu paket Kategori I: Penderita baru BTA positif Penderita baru BTA negatif dan rongen positif yang sakit berat. Penderita ekstra paru berat Kombipak III: Fase lanjutan Isoniazid 600 mg Rifampisin 450 mg Sebelum fase lanjutan, penderita harus kembali ke dokter 2. Kategori II (2HRZES/HRZE/5H 3R3E3) Kombipak II: Fase awal Isoniazid 300 mg Rifampisin 450 mg Pirazimanid 1500 mg Etambutol 650 mg Streptomisin 0,75mg Anti tuberkolosa Satu paket Penderita kambuh (relaps) BTA positif Penderita gagal pengobatan, BTA positif Kombipak IV Fase lanjutan : Isoniazid 600 mg Rifampisin 450 mg Etambutol 1250 mg Sebelum fase lanjutan, penderita harus kembali ke dokter 3. Kategori III (2HRZ/4H3R3) Kombipak I : Fase awal Isoniazid 300 mg Anti tuberkolosa Satu paket Kategori III: Penderitan baru BTA negatif / rongent positif Penderita ekstra paru

149 27 Rifampisn 450 mg Pirazinamid1500 mg ringan 4 Sistem muskuloskel etal Kombipak III: Fase Lanjutan Isoniazid 600 mg Rifampisin 450 mg 1. Alopurinol 2. Diklofenak natrium Antigout Antiinflamasi dan rematik Maks 10 tab 100 mg Maks 10 tab 25 mg Sebelun fase lanjutan, penderita harus kembali ke dokter. Harus kembali ke dokter Pemberian obat hanya atas dasar pengobatan ulang dari dokter 3. Kloramfenikol Obat mata Maks 1 tube 5 g atau botol 5 ml Pemberian hanya atas dasar pengobatan ulang dari dokter 4. Kloramfenikol Obat telinga Maks 1 botol 5 ml Permberian obat hanya atas dasar pengobatan ulangan dari dokter

150 28 Lampiran 4. Data Analisis pareto terhadap Obat OWA dalam penjualan UPDS di Apotek Kimia Farma No.7, Bogor Nama Obat Harga satuan (Rp) Jumlah Total Harga (Rp) Persentase investasi (%) Persentase Kumulatif (%) Kelompok Symbicort 160/4.5 Turbu ,59 5,59 A Diane 35 Tab ,22 9,81 A Pulmicort Resp 0.25mg/Ml ,66 13,46 A Zyloric 300mg Tab ,35 16,81 A Yaz Tab ,02 19,83 A Ventolin 100mcg/Dosis Inhaler ,70 22,53 A Fluimucil 200mg Sach ,63 25,16 A Cataflam 50mg Tab ,38 27,54 A Ventolin 2.5mg/2.5ml Nebul ,89 29,43 A Ponstan 500mg Kpl ,82 31,26 A Symbicort 160/4.5 Turbu 60 Dos ,72 32,98 A Melanox Es Cr 15gr ,67 34,65 A Incidal Od 10mg Cap ,60 36,25 A Garamycin Cr 15gr ,58 37,83 A Diprosalic Lot 10ml ,39 39,22 A Dextamine Tab ,36 40,58 A Helben 200mg/5ml Susp 10ml ,35 41,93 A Lescol Xl 80mg Tab ,31 43,24 A Refaquin Cr 15gr ,27 44,51 A Climadan Acne Gel 15gr ,26 45,77 A Berotec 0.1% Sol 50ml ,22 46,99 A Alergine 10mg Tab ,22 48,21 A Incidal OD Syr ,21 49,41 A Myco-Z Oint 10gr ,17 50,58 A

151 29 Harga Total Persentase Persentase Nama Obat Jumlah Kelompok satuan (Rp) Harga (Rp) investasi (%) Kumulatif (%) Nasacort Nasal Spr.Aq 55y/Dos ,16 51,75 A Rimstar 4 FDC Tab ,12 52,87 A Cerazette Tab ,08 53,94 A Bricasma 0.5mg/Dos Turbuhaler ,05 55,00 A Sulcolon 500mg Tab ,01 56,01 A Yasmin Tab ,95 56,96 A Rahistin 10mg Tab ,93 57,89 A Lotriderm Cr 5gr ,90 58,79 A Mefinal 500mg Kpl ,88 59,67 A Kenalog In Orabase 5gr ,83 60,50 A Mederma Topical 20gr ,77 61,27 A Bactroban 2% Oint 10gr ,73 62,00 A Diprosone Ov Cr 10gr ,72 62,73 A Zantac 150mg Tab ,71 63,43 A Scabimite 5% Cr 30gr ,68 64,11 A Matoflam Tab ,67 64,78 A Locoid Cr 10gr ,66 65,44 A Mofacort Cr 10gr ,65 66,09 A Glaucon Tab ,64 66,73 A Nerisona Combi Cr 10gr ,63 67,36 A Dilantin 100mg Cap ,62 67,97 A Interzol 200mg Tab ,61 68,59 A Danocrine 200mg Cap ,59 69,18 A Garamycin Cr 5gr ,59 69,76 A Stugeron 25mg Tab ,58 70,34 A

152 30 Harga Total Persentase Persentase Nama Obat Jumlah Kelompok satuan (Rp) Harga (Rp) investasi (%) Kumulatif (%) Esperson 0.25% Cr 15gr ,56 70,90 A Ketomed 2% Scalp Lot 60ml ,56 71,46 A Trosyd 1% Cr 20gr ,51 71,97 A Fluimucil 200mg Cap ,49 72,46 A Fluimucil Syr 75ml ,47 72,94 A Pulmicort Resp 0.5mg/Ml ,47 73,41 A Fulcin 500mg Tab ,47 73,88 A Fusycom Cr 5gr ,47 74,34 A Astherin 2.5mg Tab ,46 74,81 A Medixon 4mg Tab ,46 75,26 A Mercilon 28 Limas ,45 75,72 A Omz 20mg Cap ,45 76,16 A Bioplacenton Gel 15gr ,44 76,60 A Benoson Cr 15gr ,44 77,04 A Apolar N Cr 10gr ,43 77,48 A Bepanthen 5% Oint 20gr ,43 77,91 A Retin A 0.05% Cr 20gr ,42 78,33 A Microlut Tab ,41 78,74 A Socid 20mg Cap ,41 79,15 A Aerius 5mg Tab ,41 79,55 A Neuralgin Rx Kpl ,41 79,96 A Vectrine 175mg/5ml Syr 60ml ,41 80,37 B Melanox Cr 15gr ,40 80,77 B Kenacort 4mg Tab ,40 81,17 B Enico Cap ,40 81,57 B Ezerra Cr 25gr ,39 81,96 B

153 31 Nama Obat Harga Total Persentase Persentase Jumlah satuan (Rp) Harga (Rp) investasi (%) Kumulatif (%) Kelompok Betason N Cr 5gr ,38 82,33 B Nizoral 2% Cr 5gr ,38 82,71 B Lasal Exp Syr 100ml ,37 83,08 B Primperan 10mg Tab ,37 83,46 B Ikaderm 0.05% Cr 10gr ,36 83,81 B Zyloric 100mg Tab ,35 84,16 B Rantin 150mg Tab ,35 84,51 B Topgesic 500mg Kpl ,35 84,86 B Cataflam Fast 50mg Sach ,33 85,19 B Eremed Cpl ,32 85,52 B Puricemia 300mg Tab ,31 85,83 B Mycostatin Oral Susp 12ml ,30 86,13 B Microgynon Libi ,30 86,43 B Termisil Cr 10gr ,30 86,72 B Garamycin Oint 5gr ,29 87,02 B Niacef Gel 15gr ,29 87,31 B Elocon Cr 5gr ,29 87,60 B Lanakeloid E Cr 10gr ,29 87,88 B Buscopan Plus Tab ,29 88,17 B Vitaquin Cr 15gr ,28 88,45 B Digenta Cr 10gr ,28 88,72 B Ventolin Exp Syr 100ml ,28 89,00 B Formyco 200mg Tab ,27 89,27 B Medicort Cr 10gr ,27 89,54 B Cataflam Disp 50mg Tab ,26 89,80 B Clonate Cr 15gr ,25 90,05 B

154 32 Nama Obat Harga Total Persentase Persentase Jumlah satuan (Rp) Harga (Rp) investasi (%) Kumulatif (%) Kelompok Voltadex 50mg Tab ,24 90,29 B Fuladic Oint 5gr ,24 90,53 B Transbroncho 15mg/5ml Syr100ml ,24 90,78 B Topcort 0.25% Cr 10gr ,24 91,02 B Afucid 2% Cr 5gr ,23 91,25 B Diprosone Ov Oint 5gr ,23 91,47 B Fobancort Cr 5gr ,22 91,70 B Dolo Neurobion Tab ,22 91,92 B Forderm Cr 10gr ,22 92,13 B Andalan Laktasi Tab ,21 92,35 B Exluton Limas ,21 92,56 B Medi Klin Acne Gel 15gr ,20 92,76 B Formyco Cr 10gr ,19 92,95 B Flamar 50mg Tab ,19 93,14 B Apolar Cr 10gr ,19 93,33 B Exoderil 1% Cr 5gr ,19 93,52 B Buscopan 10mg Tab ,18 93,70 B Voltaren 25mg Tab ,18 93,88 B Inerson 0.25% Oint 15gr ,17 94,05 B Betason Cr 5gr ,17 94,22 B Profungal Cr 15gr ,16 94,38 B Betasin Cr 10gr ,16 94,54 B Omeprazole 20mg Cap ,15 94,69 B Bufacomb Cr In Oral Base ,15 94,84 B Primperan Drop 10ml ,15 94,99 B Interbi Cr 5gr ,15 95,13 C

155 33 Nama Obat Harga Total Persentase Persentase Jumlah satuan (Rp) Harga (Rp) investasi (%) Kumulatif (%) Kelompok Dexocort 0.25% Cr 10gr ,14 95,27 C Radin 150mg Tab ,14 95,42 C Pondex 50mg/5ml Syr 60ml ,14 95,55 C Forumen Ear Drop 10ml ,13 95,69 C Carmed Cr 10% 40gr ,13 95,82 C Bricasma 2.5mg Tab ,13 95,95 C Interzol 2% Cr 5gr ,12 96,07 C Ketomed 2% Gel 15gr ,12 96,19 C Allopurinol 100mg Tab ,12 96,31 C Lasal 2mg/5ml Syr 100ml ,12 96,42 C Nebacetin Pwd 5gr ,12 96,54 C Exaflam 50mg Tab ,11 96,66 C Lasmalin 2.5mg Tab ,11 96,77 C Fluocort-N Cr 5gr ,11 96,88 C Nebacetin Oint 5gr ,11 96,99 C Ranitidine 150mg Tab ,11 97,10 C Andalan Pil Kb ,10 97,20 C Salbuven 4mg Tab ,10 97,31 C Dexteem Plus Tab ,10 97,41 C Klotaren 50mg Tab ,10 97,51 C Benoson N Cr 15gr ,10 97,61 C Famocid 20mg Tab ,10 97,71 C Cataflam 25mg Tab ,09 97,80 C Epexol 15mg/5ml Syr 120ml ,09 97,89 C Hydrocortisone 1% Cr 5gr (Generik) ,09 97,98 C Mucos 15mg/5ml Syr 60ml ,09 98,08 C

156 34 Nama Obat Harga Total Persentase Persentase Jumlah satuan (Rp) Harga (Rp) investasi (%) Kumulatif (%) Kelompok Cinolon Cr 10gr ,09 98,16 C Asam Mefenamat 500mg Tab (Generik) ,09 98,25 C Proris Supp ,08 98,33 C Ambroxol Syr 60ml (Generik) ,08 98,41 C Centabio 20gr Gel ,08 98,49 C Chloramphecort Cr 10gr ,07 98,56 C Sesden 30mg Cap ,07 98,63 C Primadol Kpl ,07 98,71 C Deflamat Cr 75mg Cap ,07 98,78 C Zegren 50mg Tab ,06 98,84 C Erlamycetine 0.5% Eye Drop ,06 98,90 C Evion 100mg Tab ,06 98,97 C Interpec 30mg Tab ,06 99,03 C Benzolac 2.5% Gel 5gr ,06 99,09 C Benzolac 2.5% Gel 5gr ,06 99,15 C Scopamin Plus Kpl ,06 99,20 C Terramycin 1% Eye Oint 3.5gr ,06 99,26 C Divoltar 50mg Tab ,05 99,31 C Lapistan 500mg Tab ,05 99,37 C Natrium Diklofenak 50mg (Generik) ,05 99,42 C Dolo Scanneuron Kpl ,05 99,47 C Polaramine 2mg Tab ,05 99,52 C Visancort Cr 10gr ,05 99,56 C Bufacort N Cr 5gr ,04 99,61 C Ketoconazol Cr 10gr ,04 99,65 C Ibuprofen 400mg Tab ,04 99,69 C

157 35 Nama Obat Harga Total Persentase Persentase Jumlah satuan (Rp) Harga (Rp) investasi (%) Kumulatif (%) Kelompok Dolofen F 400mg Cap ,04 99,73 C Somerol 4mg Tab ,04 99,77 C Neurosanbe Plus Kpl ,04 99,81 C Spasminal Tab ,04 99,84 C Hydrocortisone 2.5% Cr 5gr (Generik) ,03 99,88 C Histapan 50mg Tab ,03 99,91 C Gentamycin 0.1% Oint 5gr (Generik) ,02 99,93 C Methyl Prednisolon 4mg ,02 99,95 C Antalgin 500mg Tab ,01 99,96 C Teosal Tab ,01 99,97 C Antasida Doen Tab (Generik) ,01 99,98 C Alloris 10mg Tab (Generik) ,01 99,99 C Salbutamol 2mg Tab (Generik) ,00 99,99 C Metoclopramide 10mg Tab (Generik) ,00 100,00 C

158 36 Lampiran 5. Data Pembelian OWA berdasarkan banyaknya jumlah pembelian dalam UPDS di Apotek Kimia Farma, No. 7, Bogor selama 1 minggu Nama Obat Jumlah (%) Jumlah Nama Obat Jumlah (%) Jumlah Neuralgin Rx Kpl 150 5,52 Myco-Z Oint 10gr 3 0,11 Allopurinol 100mg Tab 146 5,37 Lotriderm Cr 5gr 3 0,11 Ponstan 500mg Kpl 145 5,34 Kenalog In Orabase 5gr 3 0,11 Zyloric 300mg Tab 130 4,78 Ketomed 2% Scalp Lot 60ml 3 0,11 Dextamine Tab 124 4,56 Mercilon 28 Limas 3 0,11 Mefinal 500mg Kpl 124 4,56 Microlut Tab 3 0,11 Incidal Od 10mg Cap 111 4,09 Melanox Cr 15gr 3 0,11 Cataflam 50mg Tab 90 3,31 Andalan Laktasi Tab 3 0,11 Voltadex 50mg Tab 80 2,94 Proris Supp 3 0,11 Ranitidine 150mg Tab 80 2,94 Polaramine 2mg Tab 3 0,11 Asam Mefenamat 500mg Tab (Generik) 80 2,94 Somerol 4mg Tab 3 0,11 Dexteem Plus Tab 70 2,58 Alloris 10mg Tab (Generik) 3 0,11 Topgesic 500mg Kpl 60 2,21 Symbicort 160/4.5 Turbu 2 0,07 Omeprazole 20mg Cap 60 2,21 Helben 200mg/5ml Susp 10ml 2 0,07 Rahistin 10mg Tab 55 2,02 Cerazette Tab 2 0,07 Alergine 10mg Tab 53 1,95 Bactroban 2% Oint 10gr 2 0,07 Primperan 10mg Tab 50 1,84 Diprosone Ov Cr 10gr 2 0,07 Pulmicort Resp 0.25mg/Ml 40 1,47 Scabimite 5% Cr 30gr 2 0,07 Stugeron 25mg Tab 40 1,47 Locoid Cr 10gr 2 0,07 Natrium Diklofenak 50mg (Generik) 40 1,47 Mofacort Cr 10gr 2 0,07 Zantac 150mg Tab 38 1,40 Fluimucil Syr 75ml 2 0,07 Ventolin 2.5mg/2.5ml Nebul 35 1,29 Fusycom Cr 5gr 2 0,07 Medixon 4mg Tab 34 1,25 Apolar N Cr 10gr 2 0,07

159 37 Nama Obat Jumlah (%) Jumlah Nama Obat Jumlah (%) Jumlah Ibuprofen 400mg Tab 34 1,25 Bepanthen 5% Oint 20gr 2 0,07 Rimstar 4 FDC Tab 31 1,14 Vectrine 175mg/5ml Syr 60ml 2 0,07 Sulcolon 500mg Tab 30 1,10 Nizoral 2% Cr 5gr 2 0,07 Enico Cap 30 1,10 Lasal Exp Syr 100ml 2 0,07 Zyloric 100mg Tab 30 1,10 Ikaderm 0.05% Cr 10gr 2 0,07 Dolo Neurobion Tab 30 1,10 Eremed Cpl 2 0,07 Dilantin 100mg Cap 28 1,03 Garamycin Oint 5gr 2 0,07 Glaucon Tab 25 0,92 Niacef Gel 15gr 2 0,07 Interzol 200mg Tab 20 0,74 Transbroncho 15mg/5ml Syr100ml 2 0,07 Fluimucil 200mg Cap 20 0,74 Topcort 0.25% Cr 10gr 2 0,07 Puricemia 300mg Tab 20 0,74 Exluton Limas 2 0,07 Flamar 50mg Tab 20 0,74 Medi Klin Acne Gel 15gr 2 0,07 Lasmalin 2.5mg Tab 20 0,74 Formyco Cr 10gr 2 0,07 Divoltar 50mg Tab 20 0,74 Bufacomb Cr In Oral Base 2 0,07 Antalgin 500mg Tab 20 0,74 Pondex 50mg/5ml Syr 60ml 2 0,07 Matoflam Tab 18 0,66 Deflamat Cr 75mg Cap 2 0,07 Kenacort 4mg Tab 18 0,66 Erlamycetine 0.5% Eye Drop 2 0,07 Buscopan Plus Tab 17 0,63 Bufacort N Cr 5gr 2 0,07 Buscopan 10mg Tab 15 0,55 Hydrocortisone 2.5% Cr 5gr (Generik) 2 0,07 Lescol Xl 80mg Tab 14 0,52 Gentamycin 0.1% Oint 5gr (Generik) 2 0,07 Rantin 150mg Tab 13 0,48 Symbicort 160/4.5 Turbu 60 Dos 1 0,04 Radin 150mg Tab 12 0,44 Berotec 0.1% Sol 50ml 1 0,04 Fluimucil 200mg Sach 10 0,37 Nasacort Nasal Spr.Aq 55y/Dos 1 0,04 Danocrine 200mg Cap 10 0,37 Bricasma 0.5mg/Dos Turbuhaler 1 0,04 Fulcin 500mg Tab 10 0,37 Yasmin Tab 1 0,04 Astherin 2.5mg Tab 10 0,37 Mederma Topical 20gr 1 0,04 Aerius 5mg Tab 10 0,37 Nerisona Combi Cr 10gr 1 0,04

160 38 Nama Obat Jumlah (%) Jumlah Nama Obat Jumlah (%) Jumlah Formyco 200mg Tab 10 0,37 Esperson 0.25% Cr 15gr 1 0,04 Cataflam Disp 50mg Tab 10 0,37 Trosyd 1% Cr 20gr 1 0,04 Voltaren 25mg Tab 10 0,37 Retin A 0.05% Cr 20gr 1 0,04 Bricasma 2.5mg Tab 10 0,37 Ezerra Cr 25gr 1 0,04 Exaflam 50mg Tab 10 0,37 Mycostatin Oral Susp 12ml 1 0,04 Salbuven 4mg Tab 10 0,37 Termisil Cr 10gr 1 0,04 Klotaren 50mg Tab 10 0,37 Elocon Cr 5gr 1 0,04 Primadol Kpl 10 0,37 Lanakeloid E Cr 10gr 1 0,04 Zegren 50mg Tab 10 0,37 Vitaquin Cr 15gr 1 0,04 Evion 100mg Tab 10 0,37 Digenta Cr 10gr 1 0,04 Interpec 30mg Tab 10 0,37 Ventolin Exp Syr 100ml 1 0,04 Lapistan 500mg Tab 10 0,37 Medicort Cr 10gr 1 0,04 Dolo Scanneuron Kpl 10 0,37 Clonate Cr 15gr 1 0,04 Dolofen F 400mg Cap 10 0,37 Fuladic Oint 5gr 1 0,04 Spasminal Tab 10 0,37 Afucid 2% Cr 5gr 1 0,04 Histapan 50mg Tab 10 0,37 Diprosone Ov Oint 5gr 1 0,04 Methyl Prednisolon 4mg 10 0,37 Fobancort Cr 5gr 1 0,04 Teosal Tab 10 0,37 Forderm Cr 10gr 1 0,04 Antasida Doen Tab (Generik) 10 0,37 Apolar Cr 10gr 1 0,04 Salbutamol 2mg Tab (Generik) 10 0,37 Exoderil 1% Cr 5gr 1 0,04 Cataflam Fast 50mg Sach 9 0,33 Inerson 0.25% Oint 15gr 1 0,04 Diane 35 Tab 8 0,29 Profungal Cr 15gr 1 0,04 Betason N Cr 5gr 7 0,26 Betasin Cr 10gr 1 0,04 Cataflam 25mg Tab 7 0,26 Primperan Drop 10ml 1 0,04 Neurosanbe Plus Kpl 7 0,26 Interbi Cr 5gr 1 0,04 Incidal OD Syr 6 0,22 Dexocort 0.25% Cr 10gr 1 0,04 Omz 20mg Cap 6 0,22 Forumen Ear Drop 10ml 1 0,04

161 39 Nama Obat Jumlah (%) Jumlah Nama Obat Jumlah (%) Jumlah Bioplacenton Gel 15gr 6 0,22 Carmed Cr 10% 40gr 1 0,04 Socid 20mg Cap 6 0,22 Interzol 2% Cr 5gr 1 0,04 Sesden 30mg Cap 6 0,22 Ketomed 2% Gel 15gr 1 0,04 Ventolin 100mcg/Dosis Inh 5 0,18 Lasal 2mg/5ml Syr 100ml 1 0,04 Melanox Es Cr 15gr 5 0,18 Nebacetin Pwd 5gr 1 0,04 Garamycin Cr 15gr 5 0,18 Fluocort-N Cr 5gr 1 0,04 Pulmicort Resp 0.5mg/Ml 5 0,18 Nebacetin Oint 5gr 1 0,04 Benoson Cr 15gr 5 0,18 Benoson N Cr 15gr 1 0,04 Microgynon Libi 5 0,18 Epexol 15mg/5ml Syr 120ml 1 0,04 Andalan Pil Kb 5 0,18 Mucos 15mg/5ml Syr 60ml 1 0,04 Famocid 20mg Tab 5 0,18 Cinolon Cr 10gr 1 0,04 Scopamin Plus Kpl 5 0,18 Centabio 20gr Gel 1 0,04 Metoclopramide 10mg Tab (Generik) 5 0,18 Chloramphecort Cr 10gr 1 0,04 Refaquin Cr 15gr 4 0,15 Benzolac 2.5% Gel 5gr 1 0,04 Garamycin Cr 5gr 4 0,15 Benzolac 2.5% Gel 5gr 1 0,04 Betason Cr 5gr 4 0,15 Terramycin 1% Eye Oint 3.5gr 1 0,04 Hydrocortisone 1% Cr 5gr (Generik) 4 0,15 Visancort Cr 10gr 1 0,04 Ambroxol Syr 60ml (Generik) 4 0,15 Ketoconazol Cr 10gr 1 0,04 Yaz Tab 3 0,11 JUMLAH % Diprosalic Lot 10ml 3 0,11 Climadan Acne Gel 15gr 3 0,11

162 4028 Lampiran 6. Diagram Persentase Item obat Kelas Pareto terhadap Obat Wajib Apotek dalam penjualan UPDS di Apotek Kimia Farma No.7, Bogor Persentase Item Kelas Pareto (%) Kelompok C 35% Kelompok A 36% Kelompok B 29% Gambar 4.1 Persentase Item obat Kelas Pareto terhadap Obat Wajib Apotek dalam penjualan UPDS di Apotek Kimia Farma No.7, Bogor

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO. 50 JAKARTA BARAT PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANNISA RAHMA HENDARSULA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 49 JL. PAHLAWAN REVOLUSI NO. 53 PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR PERIODE 2 APRIL-11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. Ir. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. Ir. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. Ir. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER TYAS PAWESTRISIWI,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AYUN ERWINA ARIFIANTI, S.Farm. 1206312883

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AISYAH, S.Far. 1206329316 ANGKATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER IMELDA PRIANA, S.Farm. 1206329713

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JALAN BALAI PUSTAKA TIMUR NO.11 RAWAMANGUN PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 23 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JL. KESELAMATAN NO. 27, JAKARTA SELATAN PERIODE 2 SEPTEMBER 11 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JL. KESELAMATAN NO. 27, JAKARTA SELATAN PERIODE 2 SEPTEMBER 11 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JL. KESELAMATAN NO. 27, JAKARTA SELATAN PERIODE 2 SEPTEMBER 11 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FRANSISKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DWI FAJAR ABD. GHOFUR, S.Si 1006835204 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO.34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 8 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RITA ZAHARA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LINDA JULI ASTUTI, S.Farm. 1206329770

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 AGUSTUS 30 AGUSTUS 2013 DAN 30 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 20 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO 96. JL. JEND. S. PARMAN KAV G/12 SLIPI, JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO 96. JL. JEND. S. PARMAN KAV G/12 SLIPI, JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER i UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO 96. JL. JEND. S. PARMAN KAV G/12 SLIPI, JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SHEILA NOOR AISYAH, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ZETMI, S.Farm. 1206330261 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER VETHREEANY SIMAMORA, S.Farm 1206330223 ANGKATAN

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER GABRIELLA FREDERIKA PUNU, S.Farm. 1206329644 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 278 RUKO VERSAILLES FB NO.15 SEKTOR 1.6 BSD SERPONG PERIODE 3 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 15 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YUDHO PRABOWO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. Ir. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ARMELIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. ST. HASANUDDIN NO.1 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa: I.PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tempat dilakukannya praktik kefarmasian

Lebih terperinci

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt PEDAGANG BESAR FARMASI OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt Obat / Bahan Obat Ketersediaan Keterjangkauan Konsumen Aman Mutu Berkhasiat PBF LAIN PBF: Obat BBF INDUSTRI FARMASI 2 DASAR HUKUM Undangundang UU

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 2 OKTOBER 7 NOVEMBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER BHATA BELLINDA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL

BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL Bab keempat ini akan berisi data-data yang dibutuhkan dalam pengerjaan sistem serta pembahasan mengenai pemetaan proses bisnis. Pemetaan proses bisnis merupakan penjabaran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO 37 PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Suci

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 15 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEDDY RIFANDI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILDYANTI PUSPITASARI KARDIANTO, S. Farm.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang : a.

Lebih terperinci