UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA, S.Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker DIAN RENI AGUSTINA, S. Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012 ii

3

4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat, rahmat, dan nikmat-nya penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dan penyusunan laporan PKPA. Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menempuh ujian akhir Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA UI). Laporan ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Dadang Griyana, Apt. sebagai Apoteker Pengelola Apotek Kimia Farma No.50 dan pembimbing I yang mendukung dan membimbing dengan sabar. 2. Ibu Dra. Azizahwati, M.S., Apt. selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waku dan tenaga untuk membimbing penulis dalam menyusun laporan ini. 3. Ibu Dr. Yahdiana Harahap, M.S. selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA UI yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan PKPA ini. 4. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker, Departemen Farmasi, FMIPA UI. 5. Seluruh staf pengajar, tata usaha program Profesi Apoteker Departemen Farmasi, FMIPA UI dan rekan Apoteker UI angkatan LXXIV yang telah banyak membantu sehingga terwujudnya laporan ini. Penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya. Penulis 2012 iv

5 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN UMUM Pengertian Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Persyaratan Pendirian Apotek Tata Cara Perizinan Apotek Pengelolaan Apotek Pelayanan di Apotek Pelayanan Resep Promosi dan Edukasi Pelayanan Residensial (Home Care) Pencabutan Surat Ijin Apotek Perbekalan Farmasi Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika BAB 3 TINJAUAN KHUSUS Sejarah PT. Kimia Farma Apotek Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek Visi Misi Apotek Kimia Farma No.50 Bogor Lokasi Apotek Kimia Farma No.50 Bogor Desain dan Tata Ruang Apotek Kimia Farma No.50 Bogor Ruang Tunggu Tempat Penyerahan Resep dan Pengambilan Resep Swalayan Farmasi Ruang Peracikan Ruang Administrasi Ruang Praktek Dokter Laboratorium Klinik Optik Struktur Organisasi dan Personalia Apotek Kimia Farma No Kegiatan Apotek Kimia Farma No.50 Bogor v

6 Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan Non Teknis Kefarmasian BAB 4 PEMBAHASAN Pelayanan Farmasi Resep dan Non Resep Pengelolaan Perbekalan Farmasi Pemberian Informasi Obat dan Konseling BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR REFERENSI vi v

7 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lokasi Denah Apotek Kimia Farma No Lampiran 2. Denah Ruangan Apotek Kimia Farma No Lampiran 3. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No Lampiran 4. Surat Pesanan Narkotika Lampiran 5. Surat Pesanan Psikotropika Lampiran 6. Contoh Salinan Resep Lampiran 7. Tanda Terima dan Pemeriksaan Proses Resep Kredit Lampiran 8. Contoh Kuitansi Pembayaran Lampiran 9. Formulir Monitoring Penggunaan Obat Lampiran 10. Formulir Layanan Informasi Obat untuk Pasien Swamedikasi.. 52 vii v

8 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Kesehatan masyarakat merupakan salah satu bagian penting dalam upaya pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya diperlukan ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan, ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat Indonesia. Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif (PP No.51, 2009; Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, 2009). Fasilitas pelayanan kefarmasian merupakan salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas kefarmasian merupakan sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yaitu apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat atau praktek bersama (PP No.51, 2009). Apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, 2004). Apotek menjadi tempat pengabdian profesi apoteker dalam mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat yang turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan pelayanan kefarmasian. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien 1

9 2 (pasien oriented). Peran apoteker dalam hal ini meliputi penyediaan obat-obatan dan perbekalan farmasi serta pemberian informasi, konsultasi, dan evaluasi mengenai obat yang dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu, apoteker harus memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, 2004). Oleh karena itu, peran apoteker di apotek sangat penting dalam turut mewujudkan kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya. Untuk memahami kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek, para calon apoteker memerlukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek. Kegiatan ini akan memberikan pembelajaran dan perbekalan untuk mendidik apoteker menjadi apoteker yang profesional. Selain itu kerja praktek di apotek dapat digunakan sebagai tempat untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama masa kuliah. Oleh karena itu, diadakan kerjasama antara Program Pendidikan Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA dengan Apotek Kimia Farma yang dilaksanakan pada tanggal 2 April sampai dengan 11 Mei TUJUAN Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No.50 Bogor adalah: a. Mengetahui dan memahami peran, tugas dan fungsi apoteker. b. Mempelajari cara pengelolaan apotek dalam kegiatan manajerial seperti pengadaan, penyimpanan, penjualan, dan kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek secara profesional sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.

10 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan maka dalam pelayanannya harus mengutamakan kepentingan masyarakat yaitu menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sementara menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, dalam ketentuan umum dijelaskan bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (Peraturan Pemerintah No.51, 2009). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah perbuatan meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional (Peraturan Pemerintah No.51, 2009). 2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam: a. Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. b. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. c. Undang Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. 3

11 4 e. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/MenKes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. f. Undang Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. g. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. h. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No. 26 tahun 1965 tentang apotek. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 pasal 2, tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut: a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. 2.4 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Sebelum melaksanakan kegiatannya, Apoteker Pengelola Apotek (APA) wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Sesuai dengan Permenkes RI No. 1332/MENKES/SK/2002, APA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan. b. Telah mengucapkan sumpah atau janji Apoteker. c. Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri Kesehatan. d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker

12 5 Pengelola Apotek di apotek lain. 2.5 Persyaratan Pendirian Apotek Persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 pasal 6 adalah sebagai berikut (Daris, 2008): a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004, disebutkan bahwa (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027, 2004): a. Sarana apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. b. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. c. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. d. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan penyerahan. e. Masyarakat dapat memperoleh informasi dan konseling dengan mudah. f. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, bebas dari hewan pengerat, serangga. g. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pedingin

13 6 2.6 Tata Cara Perizinan Apotek Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) untuk membuka apotek di tempat tertentu (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002). Izin apotek diberikan oleh Menteri yang melimpahkan wewenangnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Peraturan Pemerintah No.51, 2009). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 7 dan 9 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 mengenai Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002): a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT-1. b. Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (b) dan (c) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan contoh formulir APT-4. e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan ayat (d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh formulir APT-5. f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau

14 7 Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir APT- 6. g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. j. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan APA dan atau persyaratan apotek atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya (12) dua belas hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT Pengelolaan Apotek Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/PER/X/1993 Pasal 10 dan 11, pengelolaan apotek meliputi : a. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat. b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya. c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi, yang meliputi pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan, baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat serta pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat keamanan, bahaya dan atau mutu obat dan perbekalan farmasi lainnya. 2.8 Pelayanan di Apotek (Peraturan Menteri Kesehatan No.922, 1993) Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 yang meliputi: a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter

15 8 hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek. b. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. c. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten. d. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih tepat. e. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat. f. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep. g. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker. h. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 tahun. i. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. j. Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/MenKes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pelayanan kefarmasian yang ada di apotek terdiri atas pelayanan resep, promosi dan edukasi, serta pelayanan residensial (Depkes RI, 2004): Pelayanan Resep a. Skrining Resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi:

16 9 a) Persyaratan administratif: nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; cara pemakaian yang jelas; dan informasi lainnya. b) Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian. c) Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan. b. Penyiapan Obat a) Peracikan Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat, harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. b) Etiket Etiket harus jelas dan dapat dibaca. c) Kemasan obat yang diserahkan Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. d) Penyerahan obat Sebelum obat diserahkan kepada pasien, harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. e) Informasi obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara

17 10 penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. f) Konseling Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan. g) Monitoring penggunaan obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya Promosi dan edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan Apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan dan lain lainnya Pelayanan residensial (Home Care) Apoteker sebagai pemberi pelayanan (care giver) diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini Apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

18 Pencabutan Surat Ijin Apotek (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.1332/MENKES/SK/X/2002 Pasal 25 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat wajib melaporkan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek dalam jangka waktu setahun sekali kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut surat izin apotek apabila: a. Apoteker tidak lagi memenuhi syarat sebagai Apoteker Pengelola Apotek. b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. c. Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus. d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang Undang No.22 tahun 1997 tentang Narkotika, Undang Undang No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang Undang Obat Keras No. St No. 541, Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, serta ketentuan perundang undangan lain yang berlaku. e. Surat Ijin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut. f. Pemilik Sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat. g. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek. Ketentuan mengenai pencabutan izin apotek berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1322/MENKES/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah : a. Pelaksanaan pencabutan izin apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 kali berturutturut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan dengan menggunakan Formulir Model APT-12 dan pembekuan izin apotek untuk jangka waktu

19 12 selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-13. b. Pembekuan izin apotek dapat dicairkan apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-14. c. Pencairan izin apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. d. Keputusan pencabutan Surat Izin Apotek oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota disampaikan langsung kepada apotek yang bersangkutan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-15 dan tembusan kepada Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat serta Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sebagai berikut : a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau petugas yang diberi wewenang olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam poin (a) Perbekalan Farmasi Perbekalan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional, alat kesehatan, dan kosmetika (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922, 1993). Dalam mengawasi dan mengendalikan keamanan, ketepatan penggunaan, dan pendistribusian perbekalan farmasi terutama obat maka pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan tentang tanda atau simbol

20 13 untuk membedakan antara satu jenis obat dengan jenis obat lainnya yang beredar di masyarakat. Berdasarkan ketentuan pemerintah, maka obat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras daftar G, psikotropika, dan narkotika Obat Bebas (Golongan B) Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Obat ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan tepi lingkaran berwarna hitam, contoh : Parasetamol (Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2380, 1983; Depkes, 2006). Gambar 2.1 Penandaan Obat Bebas Obat Bebas Terbatas (Golongan W) Obat bebas terbatas adalah obat yang termasuk obat keras yang diberi batas pada setiap takaran dan kemasan untuk mengobati penyakit ringan yang dapat dikenali oleh penderita sendiri, dapat dibeli di apotek dan toko obat tanpa resep dokter dan disertai dengan tanda peringatan (Depkes, 2006). Obat bebas terbatas ditandai dengan lingkaran berwarna biru dengan tepi lingkaran berwarna hitam, contoh : CTM (Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2380, 1983). Gambar 2.2 Penandaan Obat Bebas Terbatas Penyerahannya harus dalam bungkus aslinya untuk mencegah pemalsuan atau penukaran dan disertai tanda peringatan khusus (perhatian). Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya, yaitu:

21 14 Gambar 2.3 Tanda Peringatan Pada Obat Bebas Terbatas (P1 P6) Obat Keras dan Psikotropika (Golongan G) Obat keras adalah bahan-bahan yang disamping berkhasiat menyembuhkan, membunuh hama, menguatkan atau mempunyai khasiat pengobatan lainnya terhadap tubuh manusia, juga berbahaya terhadap kesehatan dan kehidupan manusia apabila digunakan tidak sesuai dengan ketentuan yang benar (Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2396, 1986). Obat-obat ini hanya dibeli di apotek dengan resep dokter. Obat-obat yang termasuk antara lain (Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2396, 1986): a. Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh pabrik disebutkan Hanya Boleh Diserahkan dengan Resep Dokter b. Semua obat yang digunakan secara parenteral c. Semua obat baru (yang belum tercantum dalam Farmakope Indonesia) d. Semua obat yang dinyatakan obat keras oleh Menteri Kesehatan. Tandanya berupa lingkaran berwarna merah dengan garis tepi hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi, contoh: Asam Mefenamat (Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2396, 1986). Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

22 15 pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh: Fenobarbital, Diazepam (Depkes RI, 2006). Gambar 2.4 Penandaan Obat Keras Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan ketergantungan (hang over) (Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, 2009). Narkotika ditandai dengan lambang swastika, contoh : Morfin Gambar 2.5 Penandaan Obat Narkotika 2.11 Pengelolaan Narkotika Dalam Bab III Pasal 6 Undang-undang RI No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: a. Narkotika golongan I, yaitu narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah tanaman Papaver somniferum L (kecuali bijinya), opium, tanaman koka, kokain, tanaman ganja, heroin, desmorfina, dan tiofentanil. b. Narkotika golongan II, yaitu narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah metadon, petidin, dan morfin. c. Narkotika golongan III, yaitu narkotika yang berkhasiat pengobatan dan

23 16 banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah kodein dan etil morfin. Di Indonesia, pengendalian, dan pengawasan narkotika merupakan wewenang Badan POM RI. Untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan narkotika maka pemerintah Indonesia hanya memberikan izin kepada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. untuk mengimpor bahan baku, memproduksi sediaan dan mendistribusikan narkotika di seluruh Indonesia. Hal tersebut dilakukan mengingat narkotika adalah bahan berbahaya yang penggunaannya dapat disalahgunakan. Pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan, dan pemusnahan. a. Pemesanan Pengadaan narkotika di apotek dilakukan dengan pemesanan tertulis melalui Surat Pesanan (SP) narkotika kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Surat Pesanan narkotika harus ditandatangani oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, SIA dan stempel apotek. Satu Surat Pesanan narkotika terdiri dari rangkap empat dan hanya dapat digunakan untuk memesan satu jenis obat narkotika. b. Penerimaan dan Penyimpanan Penerimaan narkotika dilakukan oleh APA yang dapat diwakilkan oleh AA yang mempunyai SIK dengan menandatangani faktur, mencantumkan nama jelas, nomor Surat Izin Apotek, dan stempel apotek. Tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.28/MENKES/Per/V/1978. Dalam Peraturan tersebut dinyatakan bahwa apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. 2. Harus mempunyai kunci yang kuat. 3. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama

24 17 digunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika. Bagian kedua digunakan untuk menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari. 4. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran kurang dari 40x80x100 cm maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. 5. Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. 6. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh pegawai yang diberi kuasa. 7. Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum. c. Pelayanan Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Narkotika hanya dapat diserahkan pada pasien berdasarkan resep dokter (Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, 2009). Selain itu berdasarkan atas Surat Edaran Direktrorat Jenderal POM RI (sekarang Badan POM RI) No. 336/E/SE/1997 disebutkan bahwa resep yang mengandung narkotika dan resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali, disebutkan bahwa: 1. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. 2. Salinan resep dan resep narkotika dengan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu, dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resepresep yang mengandung narkotika. d. Pelaporan Dalam Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Pasal 14 ayat (2) disebutkan bahwa industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga ilmu pengetahuan, wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Laporan narkotika diberikan kepada Dinas Kesehatan

25 18 setempat (Kota/Kabupaten) selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya, dengan tembusan kepada Balai Besar POM dan arsip. Apotek berkewajiban menyusun dan mengirim laporan bulanan yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek. Untuk mempermudah pelaporan narkotika, saat ini telah dibuat sistem SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). SIPNAP adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas, RS dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik selanjutnya Kab/Kota melaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinkes Provinsi dan Diten Binfar dan Alkes) melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet (Depkes, 2010). e. Pemusnahan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 28/MENKES/PER/1978 pasal 9, disebutkan bahwa Apoteker Pengelola Apotek (APA) dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa, atau tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pengobatan dan atau pengembangan penelitian. Pelaksanaan pemusnahan narkotika di apotek, diatur sebagai berikut: a. Apotek yang berada di tingkat provinsi disaksikan oleh Balai Pengawasan Obat dan Makanan setempat. b. Apotek yang berada di tingkat kabupaten/kota disaksikan oleh Kepala Dinas Kesehatan tingkat II. Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara pemusnahan (BAP) narkotika paling sedikit rangkap tiga, yang memuat: a. Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan. b. Nama pemegang izin khusus, APA, atau dokter pemilik narkotika. c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari apotek tersebut. d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. e. Cara pemusnahan. f. Tanda tangan APA/pemegang izin khusus, dokter pemilik narkotika dan para saksi.

26 19 Berita acara tersebut dikirimkan kepada Kementerian Kesehatan dengan tembusan: Kepala Balai Besar/Balai Pengawasan Obat dan Makanan setempat, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat dan arsip Pengelolaan Psikotropika Pengelolaan psikotropika juga meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan, dan pemusnahan. a. Pemesanan Pemesanan Psikotropika memerlukan SP, dimana satu SP bisa digunakan untuk beberapa jenis obat. Penyaluran psikotropika tersebut diatur dalam UU No.5 Tahun 1997 Pasal 12 ayat (2). Dalam Pasal 14 ayat (2) dinyatakan bahwa penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan pasien dengan resep dokter. Tata cara pemesanan dengan menggunakan SP yang ditandatangani oleh APA. Surat Pesanan terdiri dari 3 rangkap, 2 rangkap diserahkan ke pihak distributor sementara 1 rangkap disimpan oleh pihak apotek sebagai arsip. b. Penyimpanan Obat-obat tersebut cenderung disalahgunakan maka penyimpanan obat-obat golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus dan membuat kartu persediaan psikotropika. c. Pelayanan Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya,rumah sakit, puskesmas, Balai pengobatan dan dokter kepada pengguna/pasien berdasarkan resep dokter. d. Pelaporan Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan yang berhubungan dengan psikotropika dan dilaporkan kepada Menteri Kesehatan secara berkala setiap satu bulan. Pelaporan psikotropika ditandatangani oleh APA dan dilaporkan melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala Balai POM/ Balai Besar POM Propinsi setempat. Saat ini telah dibuat sistem SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) dengan menggunakan pelaporan elektronik ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sehingga pelaporan psikotropik menjadi

27 20 lebih mudah. e. Pemusnahan Pemusnahan psikotropika berdasarkan Pasal 53 UU No. 5 Tahun 1997 tentang psikotropika, yaitu: berhubungan dengan tindak pidana, obat kadaluwarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Apoteker wajib membuat berita acara pemusnahan psikotropika paling sedikit rangkap tiga, yang memuat: 1. Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan. 2. Nama pemegang izin khusus, APA, atau dokter pemilik psikotropika. 3. Nama seorang saksi dari pemerintah atau seorang saksi dari apotek tersebut. 4. Nama dan jumlah psikotropika yang dimusnahkan. 5. Cara pemusnahan. 6. Tanda tangan APA dan para saksi. Berita acara tersebut dikirimkan kepada Kementrian Kesehatan dengan tembusan: Kepala Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat., Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat, dan arsip.

28 21 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS 3.1 Sejarah PT Kimia Farma Apotek (Kimia Farma, 2012) PT Kimia Farma Apotek (KFA) adalah anak perusahaan PT Kimia Farma Tbk yang didirikan berdasarkan akta Pendirian No.6 tanggal 4 Januari 2003 yang dibuat dihadapan Notaris Imas Fatimah, S.H di Jakarta dan telah diubah dengan akta No. 42 tanggal 22 April 2003 yang dibuat di hadapan Notaris Nila Noordjasmani, S.H. Akta ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Manusia Republik Indonesia dengan surat keputusan No.C09648 HT TH 2003 Tanggal 1 Mei Sesuai dengan anggaran dasarnya, maksud dan tujuan perusahaan ialah melakukan usaha dalam bidang pengelolaan apotek, optik, klinik, dan jasa kesehatan lainnya. Kegiatan usaha retail farmasi melalui pengelolaan apotek merupakan kegiatan yang memberikan pendapatan paling besar. Saat ini jumlah outlet apotek Kimia Farma adalah 397 apotek di seluruh Indonesia. Kimia Farma apotek memberikan layanan prima atas retail farmasi serta solusi jasa layanan kefarmasian untuk semua masyarakat Indonesia. 3.2 Visi dan Misi PT Kimia Farma Apotek (Kimia Farma, 2012) Visi Visi PT Kimia Farma Apotek adalah menjadi Perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia Misi Menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan melalui: a. Jaringan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek, klinik, laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya. b. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan dan produk principal. c. Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya. 21

29 Apotek Kimia Farma No.50 Bogor Apotek Kimia Farma No.50 Bogor merupakan salah satu apotek pelayanan (APP) dari Bisnis Manajer (BM) wilayah Bogor. APP melakukan kegiatan penjualan dan pelayanan keprofesian sedangkan kegiatan administrasinya dilakukan oleh BM yang berada di dekat Jl. Ir. H. Juanda. BM mengelola administrasi, pengadaan/pembelian, piutang dagang, hutang dagang, pajak, kas, personalia, dan kasir besar untuk kepentingan seluruh APP yang berada di bawah BM wilayah Bogor meliputi APP daerah Bogor, Depok, dan Sukabumi. 3.4 Lokasi Apotek Kimia Farma No.50 Bogor Apotek berlokasi di di jalan Merdeka No. 24 Bogor. Apotek ini berada dalam satu bangunan dengan klinik Kimia Farma yang menjadi sumber utama resep yang diterima oleh apotek. Apotek terletak di tepi jalan raya yang dilalui oleh kendaraan umum sehingga mudah dijangkau oleh pasien. Meskipun apotek berada di jalan satu arah, namun lokasinya cukup strategis karena berada dekat dengan tempat-tempat umum seperti pusat perbelanjaan, pertokoan, pemukiman dan dekat dengan rumah sakit. Denah Lokasi Apotek Kimia Farma No.50 dapat dilihat pada Lampiran Desain dan Tata Ruang Apotek Kimia Farma No.50 Bogor Penataan ruang apotek bertujuan untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pelanggan dan karyawan apotek. Adapun pembagian ruangan yang terdapat di apotek antara lain ruang tunggu, tempat penyerahan resep dan pengambilan obat, swalayan farmasi, ruang peracikan, ruang administrasi, ruang praktek dokter, laboratorium klinik, optik dan ruang penunjang lain. Apotek mempunyai halaman parkir yang luas berada di samping apotek. Juga terdapat mushola yang nyaman yang terletak di samping apotek. Desain Interior apotek dan desain ekterior dapat dilihat pada lampiran 2.

30 Ruang Tunggu Terdapat pendingin ruangan untuk memberikan kenyamanan pada pelanggan yang sedang menunggu penyiapan obat. Dilengkapi juga dengan televisi sebagai hiburan bagi pelanggan maupun karyawan apotek. Pada ruang ini terdapat counter tempat penyerahan resep dan pengambilan obat yang berupa meja dengan tinggi kurang lebih 1 m. Tempat ini membatasi ruang dalam apotek dengan ruang tunggu Tempat penyerahan resep dan pengambilan obat Tempat penyerahan resep dan pengambilan obat berbatasan dengan ruang tunggu. Pelanggan menyerahkan resep di counter penyerahan/bagian kasir yang akan langsung melakukan pengecekan ketersediaan obat. Pada tempat pengambilan obat terdapat meja dan kursi bagi pelanggan dan karyawan sehingga pelayanan informasi obat yang diberikan dapat berjalan dengan baik dan nyaman Swalayan Farmasi Swalayan farmasi berada di ruang tunggu pasien di sebelah kiri dari pintu masuk apotek. Tata letak swalayan farmasi diatur sedemikian rupa agar memudahkan pelanggan untuk melihat dan membeli obat dan produk kesehatan lainnya. Swalayan farmasi digunakan untuk meletakkan obat bebas, obat bebas terbatas, suplemen kesehatan, alat kesehatan, kosmetika, dan susu Ruang Peracikan Ruangan peracikan terletak di bagian dalam. Di ruangan ini terdapat alat alat untuk peracikan seperi timbangan, lumpang dan alu, bahan baku, cangkang kapsul, kertas puyer berlogo, kertas perkamen, plasticspoon, mesin press, dan mesin penggerus. Di dalam ruang peracikan juga terdapat rak obat topikal, rak obat tablet satuan dalam wadah besar, dan lemari narkotika yang menempel di dinding. Di ruangan ini juga terdapat lemari pendingin untuk menyimpan sediaan yang membutuhkan suhu penyimpanan khusus seperti suppositoria, ovula, insulin, dan sebagainya.

31 Ruang Administrasi Ruangan ini digunakan untuk kegiatan administrasi apotek khususnya Apotek Kimia Farma No.50 Bogor Ruang Praktek Dokter Ruang praktek dokter berada di bagian belakang apotek yang berada di sebelah ruang optik. Terdapat praktek dokter umum dan dokter spesialis. Dokter spesialis antara lain, spesialis penyakit dalam (internis), penyakit paru dan pernapasan, kulit dan kelamin, THT, mata, saraf (neurologi), anak, kebidanan dan kandungan, dan spesialis jantung Laboratorium Klinik Laboratorium klinik terletak di dekat ruang tunggu pasien dan di sebelah kanan dari pintu masuk samping apotek Optik Ruang optik berada di sebelah kiri ruang tunggu dan dekat dengan ruang praktek dokter. 3.6 Struktur Organisasi dan Personalia Apotek Kimia Farma No.50 Bogor Apotek dipimpin oleh seorang Manajer Apotek Pelayanan (MAP) yang bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA). APA bertanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan apotek dan memimpin tenaga teknis kefarmasian. Struktur organisasi Apotek Kimia Farma No. 50 dapat dilihat pada Lampiran 3. Personalia di apotek terdiri dari Apoteker Pengelola Apotek (APA), apoteker pendamping, asisten apoteker (AA), juru resep, administrasi keuangan, kasir, dan pekarya. Masing masing personalia apotek mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan Manager Apotek Pelayanan (MAP) atau Apoteker Pengelola Apotek (APA) Tugas dan Tanggung jawab MAP/APA adalah: a. Memimpin, menentukan kebijaksanaan, dan melaksanakan pengawasan dan pengendalian Apotek sesuai dengan undang-undang yang berlaku. b. Menyusun program kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan.

32 25 c. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan oleh perusahaan antara lain menentukan target yang akan dicapai, kebutuhan sarana, personalia, dan anggaran dana yang dibutuhkan. d. Menguasai dan melaksanakan peraturan perundang-undangan farmasi yang berlaku, seperti pelaporan bulanan narkotika. e. Memberikan pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi kepada pasien, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya. f. Memberikan laporan berkala secara keseluruhan tentang kegiatan apotek kepada kantor pusat. g. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan apotek Apoteker Pendamping Apoteker Pendamping merupakan apoteker yang bertugas melakukan pelayanan farmasi ketika APA tidak berada di apotek. Apotek Kimia Farma No.50 mempunyai seorang apoteker pendamping yang melaksanakan pekerjaan kefarmasiannya mulai sore hingga malam hari Asisten Apoteker Tugas dan tanggung jawab asisten apoteker adalah sebagai berikut: a. Menyiapkan (menimbang), meracik, mengubah bentuk, mengemas, dan memberi etiket sesuai dengan permintaan resep di bawah pengawasan apoteker. b. Memeriksa kesesuaian obat dengan resep sebelum diserahkan kepada pasien. c. Membuat salinan resep untuk obat yang perlu diulang, obat yang yang baru diserahkan sebagian, obat yang belum diserahkan. d. Mengontrol persediaan obat di ruang peracikan. e. Mencatat/ menghitung harga resep-resep kredit. f. Mengisi bon permintaan barang yang dibutuhkan di ruang peracikan. g. Memberikan bimbingan kepada juru racik dalam melaksanakan tugasnya. h. Turut berpartisipasi dalam melaksanakan pemeliharaan sanitasi/ kebersihan di ruang peracikan.

33 Juru Resep Juru resep mempunyai tugas sebagai berikut: a. Membantu tugas Asisten Apoteker untuk menyiapkan obat, yaitu dengan mengerjakan obat-obat racikan yang bahannya telah disiapkan oleh Asisten Apoteker sesuai dengan bentuk sediaan yang diminta. b. Membuat obat-obat Anmaak dibawah pengawasan Asisten Apoteker. c. Menjaga kebersihan di lingkungan Apotek, melaporkan sediaan obat yang sudah jadi kepada Asisten Apoteker Kasir Tugas dan tanggung jawab kasir adalah sebagai berikut: a. Menerima uang pembayaran atas hasil penjualan tunai, yaitu resep tunai, penjualan bebas dan penjualan alat-alat kesehatan. b. Mencatat semua hasil penjualan tunai setiap harian pada laporan penjualan harian. c. Menghitung dan menyetorkan semua hasil penjualan tunai harian selam bertugas pada kasir besar melalui supervisor peracikan sebagai penanggungjawab Pekarya Pekarya bertanggung jawab langsung kepada Apoteker Pengelola Apotek. Bertugas menjaga kebersihan dan kenyamanan setiap ruang dan fasilitas lain yang ada di Apotek. 3.7 Kegiatan Apotek Kimia Farma No.50 Bogor Kegiatan di Apotek dimulai dari pukul hingga pukul 22.00, dari hari Senin hingga Minggu yang berdasarkan shift-shift yang telah dibagi, yaitu shift pagi hingga sore (pukul ) dan shift sore hingga malam (pukul ). Kegiatan yang dilakukan di Apotek dibagi menjadi 2 bagian, yaitu kegiatan teknis kefarmasian dan kegiatan non-teknis kefarmasian.

34 Kegitan Teknis Kefarmasian Kegiatan teknis kefarmasian meliputi pengadaan atau pembelian perbekalan farmasi, penyimpanan barang, pembuatan obat racikan, dan penjualan Pengadaan Apotek Kimia Farma No.50 merupakan salah satu apotek pelayanan yang berdasarkan wilayahnya berada dibawah koordinasi dari BM Bogor. Pengadaan barang (selain narkotika dan psikotropika) dilakukan secara terpusat di BM dengan menggunakan sistem pembelian sentralisasi (pooling sistem). Terdapat dua sistem pengadaan barang yaitu sistem DC (Distribution Center) dan BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek). Sistem DC dilakukan secara komputerisasi, dimana BM melihat secara langsung jumlah/stok barang, penjualan, serta data history penjualan melalui komputer BM dengan sistem informasi yang terhubung dengan apotek. BM dapat mengetahui buffer stok dari masing masing barang di apotek melalui sistem ini. Barang dikirim dari BM ke apotek sesuai dengan jumlah barang yang kurang setiap minggu. Sistem pengadaan kedua adalah BPBA. Meskipun telah diterapkan sistem DC, BPBA tetap diperlukan untuk menutupi kekurangan sistem DC yaitu jumlah barang yang tidak terbaca dengan sesuai dalam DC. Selain itu, perlu juga dilakukan pengecekan secara aktif jumlah barang untuk selanjutnya dibuat defekta/permintaan dalam bentuk BPBA. Permintaan barang dilakukan dengan mentransfer Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) melalui sistem informasi Kimia Farma ke BM Bogor. Bagian pengadaan/ pembelian di BM Bogor akan membuat Surat Pesanan (SP) sesuai BPBA ke distributor. Khusus untuk pengadaan narkotika dan psikotropika, pemesanan dilakukan oleh masing masing apotek pelayanan melalui surat pemesanan (SP) yang telah ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek. Selain sistem DC dan BPBA, apotek dapat melakukan permintaan cito kepada BM. Permintaan cito yaitu permintaan mendesak (cito) jika obat atau perbekalan farmasi lainnya dibutuhkan segera tetapi tidak ada persediaan. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan agar pelanggan tidak kecewa akibat persediaan yang kosong.

35 Penerimaan Barang yang datang dari BM diterima dan dilakukan pemeriksaan yang meliputi nama, kemasan, jumlah, tanggal kadaluarsa dan kondisi barang. Jika terdapat ketidak sesuaian dengan BPBA, maka akan dilakukan pencatatan dan selanjutnya dikonfirmasi ke BM. Khusus untuk narkotika yang dipesan sendiri oleh apotek, maka akan dikirim langsung oleh distributor ke apotek tanpa melalui BM. Pada saat penerimaan juga dilakukan proses pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain pemeriksaan nama, kemasan, jumlah, tanggal kadaluarsa, dan kondisi barang serta dilakukan pencocokan antara faktur dan salinan faktur dengan surat pesanan. Kemudian faktur ditandatangani dan diberi stempel apotek. Faktur asli diserahkan kembali kepada petugas pengantar barang atau distributor untuk kelengkapan syarat dalam proses pembayaran hutang dagang. Penerimaan narkotik dilakukan oleh apoteker atau petugas lain yang diberi kuasa Penyimpanan a. Penyimpanan Obat ethical Sistem yang digunakan dalam penyimpanan barang adalah sistem FIFO (First In First Out) dan sistem FEFO (Fist Expired Fist Out). Penyimpanan obat disusun secara alfabetis dan dikelompokkan sesuai dengan efek farmakologis (antibiotik, jantung dan hipertensi, antidiabetik, analgetik-antiinflamasi, susunan saraf pusat, pencernaan, antialergi, hormon, psikotropika, vitamin dan suplemen) dan bentuk sediaan obat (padat, semisolid, cairan, dan obat tetes mata) dan tempat khusus lemari pendingin untuk menyimpan obat yang harus disimpan pada suhu rendah seperti suppositoria, ovula dan insulin. Selain itu penyimpanan obat juga dibedakan atas obat generik, narkotika, psikotropika, dan obat asuransi kesehatan (askes). Sediaan oral dalam bentuk larutan diletakkan pada rak tersendiri yang berada di bawah rak obat sediaan padat. Obat tetes, sediaan semisolid dan sediaan injeksi juga diletakkan di tempat yang terpisah. Obat tetes dan semisolid terletak di rak di ruang peracikan. Obat-obat dalam bentuk bahan baku diletakkan di rak tersendiri di dekat timbangan. Setiap pengeluaran dan pemasukan barang dicatat dalam kartu stok. Kartu stok tersebut diletakkan di dalam kotak masing-masing

36 29 obat. Untuk mencegah obat expired yang tidak terkontrol, selain diterapkan sistem FEFO, di apotek Kimia Farma No.50 juga dibuat stiker kertas berwarna yang menandakan tahun kadaluarsa obat. b. Penyimpanan di Swalayan Farmasi Produk-produk seperti alat kesehatan, vitamin, obat bebas, obat bebas terbatas, produk bayi, kosmetik, dan produk rumah tangga disusun pada rak swalayan farmasi. Rak disusun sejajar dengan kemiringan sekitar 30 0 agar mudah dilihat dan tampak menarik oleh konsumen. Rak rak tersebut dikelompokkan menjadi produk perawatan kecantikan, perawatan bayi dan anak, tablet, sirup, vitamin dan mineral, serta produk topikal Penjualan Kegiatan penjualan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No.50 meliputi pelayanan resep, penjualan obat bebas dan alat kesehatan. Pelayanan resep dokter terdiri dari resep tunai dan resep kredit. a. Penjualan Resep Tunai Resep tunai adalah resep permintaan obat tertulis dari dokter untuk pasien dan dibayar secara tunai oleh pasien. b. Penjualan Resep Kredit Untuk resep kredit, pembayaran menggunakan jasa perusahaan asuransi yang pembayarannya secara berjangka berdasarkan perjanjian yang telah disetujui bersama dan tagihan ditujukan kepada perusahaan yang bersangkutan. Apotek Kimia Farma No.50 mengadakan kerjasama dengan Bank Mandiri, PLN, Yayasan Aneka Tambang, Ensefal, dan Asuransi Kesehatan Inhealth. c. Penjualan swalayan farmasi Penjualan swalayan farmasi adalah barang yang dibeli tanpa resep dokter seperti obat bebas dan obat bebas terbatas, obat tradisional, kosmetika, perlengkapan bayi, dan alat kesehatan. Apotek Kimia Farma No.50 menyediakan alat-alat kesehatan seperti kursi roda, termometer digital, tongkat penyangga dll. Pelayanan penjualan alat-alat kesehatan diberikan penjelasan

37 30 tentang cara penggunaan alat-alat kesehatan tersebut oleh apoteker atau asisten apoteker. d. Penjualan Obat Wajib Apotik (OWA) Pasien yang membeli OWA digolongkan sebagai pasien Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS). Prosedur OWA adalah sebagai berikut: 1) Pasien menyebutkan OWA yang diinginkan. 2) Asisten Apoteker memeriksa apakah obat yg diminta pasien termasuk dalam Daftar Obat Wajib Apotik (DOWA) atau tidak. 3) Pasien membayar harga obat dikasir, kemudian asisten apoteker memberikan obat disertai dengan informasi tentang obat tersebut. 4) Asisten apoteker mencatat nama, nomor telepon, alamat pasien di kartu UPDS. 5) Setiap penjualan dicatat dalam laporan penjualan harian Kegiatan Non Teknis Kefarmasian Kegiatan non teknis kefarmasian mencakup kegiatan yang dilakukan bagian euangan dan bagian administrasi seperti pencatatan atau administrasi harian dalam bentuk pembuatan laporan harian yang biasa disebut LIPH (Laporan Ikhtisar Penjualan Harian) baik penjualan tunai dan kredit.

38 31 BAB 4 PEMBAHASAN Apotek merupakan suatu sarana pelayanan kesehatan tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi (obat, obat tradisional, alat kesehatan, dan kosmetika) kepada masyarakat. Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Apotek juga berperan sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian. Apoteker memiliki tanggung jawab dan peran penting dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat agar keamanan, efektivitas, ketepatan, dan kerasionalan penggunaan obat dapat tercapai. Pembekalan pengalaman dan pembelajaran bagi calon apoteker yang telah dilakukan di apotek Kimia Farma No.50 akan turut meningkatkan kualitas dan kompetensi apoteker. Kegiatan yang dilakukan selama praktek kerja profesi apoteker di Apotek Kimia Farma No.50 Bogor adalah mengamati dan melaksanakan pelayanan farmasi dasar, proses pengelolaan perbekalan farmasi, mengamati pemberian informasi obat dan konseling serta memperoleh pembelajaran tentang kegiatan administrasi apotek. Pengelolaan perbekalan farmasi terdiri atas perencanaan, pengadaan, pemesanan, penerimaan, penyimpanan, pengeluaran, pengelolaan resep dan obat daluarsa. Kegiatan administrasi APP sebagian besar dilakukan di Unit Bisnis Manajer wilayah Bogor yang meliputi pengelolaan keuangan, SDM, dll. Apoteker Pengelola Apotek pada Apotek Kimia Farma No.50 berperan sebagai Manajer Apotek Pelayanan (MAP) yang memimpin dan mengelola apotek beserta sumber dayanya. Terdapat apoteker pendamping yang bertugas melakukan pelayanan kefarmasian ketika APA tidak berada di apotek. Dalam menjalankan kegiatan teknis kefarmasian dan non kefarmasian, APA dibantu oleh Asisten Apoteker (AA), petugas administrasi, petugas pengadaan, juru resep, kasir, dan pekarya. 31

39 Pelayanan Farmasi Resep dan Non Resep Kegiatan yang dilakukan terkait meliputi mengenal obat/alkes swalayan farmasi dan obat ethical, melakukan skrining resep, dan menyiapkan obat. Pengenalan obat/alkes termasuk mengetahui tata letak, penyimpanan dan menambah wawasan apoteker terutama pengetahuan nama dagang obat, kandungan dan indikasinya. Apotek Kimia Farma menetapkan standar operasional prosedur (SOP) dalam pelayanan resep yang disebut dengan 6 langkah prosedur layanan resep yaitu: Penerimaan Resep a. Pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep yaitu nama, alamat, nomor SIP, tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, nama pasien, umur, alamat dan nomor telepon. b. Pemberian nomor resep. c. Pemeriksaan ketersediaan obat. d. Penetapan harga Perjanjian dan Pembayaran a. Pengambilan obat semua atau sebagian. b. Ada/tidak penggantian obat atas persetujuan dokter atau pasien. c. Pembayaran tunai/kredit. d. Validasi dan penyerahan nomor resep. e. Pembuatan kwitansi dan salinan resep Penyiapan Obat dan Peracikan a. Penyiapan etiket/penandaan obat dan kemasan. b. Peracikan obat termasuk menghitung dosis, menimbang, mencampur dan mengemas. c. Penyajian hasil akhir Pemeriksaan Akhir a. Kesesuaian hasil peracikan dengan resep yaitu nomor resep, nama obat, bentuk dan jenis sediaan, jumlah dan aturan pakai, nama pasien, umur, alamat, dan nomor telepon. b. Kesesuaian salinan resep dengan resep asli c. Kebenaran kuitansi

40 Penyerahan Obat dan Pemberian Informasi a. Penyerahan obat harus disertai dengan penjelasan informasi tentang nama obat, bentuk dan jenis sediaan, jumlah dan aturan pakai, efek samping yang mungkin terjadi, interaksi terutama dengan makanan dan cara penyimpanan. b. Tanda terima pasien/penerima obat Layanan Purna Jual a. Komunikasi dan informasi setiap waktu b. Penggantian obat bila perlu atas permintaan dokter Pelayanan yang diberikan telah sesuai dengan prinsip 6 langkah prosedur pelayanan resep yang ditetapkan oleh Apotek Kimia Farma. Tahapan pelayanan resep di Apotek Kimia Farma No.50 berjalan secara sistematis mulai dari penerimaan resep hingga penyerahan obat dan pemberian informasi kepada pasien. Pada setiap tahapan penyiapan obat terdapat keterangan pada lembar pemeriksaan yang harus diparaf oleh petugas. Lembar pemeriksaan dapat dilihat pada lampiran 7. Petugas yang mengambil obat dan memeriksa kesesuaian obat dengan resep dilakukan oleh orang yang berbeda untuk mencegah terjadinya medication error. Pada saat pengamatan dilakukan selama praktek kerja, petugas kurang disiplin dalam memberi paraf pada tahapan tahapan tersebut padahal penting untuk tujuan penelusuran apabila terjadi masalah. Kecepatan pelayanan resep merupakan salah satu faktor penting dalam pelayanan kefarmasian di Apotek karena sangat mempengaruhi kepuasan pelanggan. Kecepatan dan ketanggapan respon petugas dalam penerimaan resep maupun pembelian lainnya perlu ditingkatkan terutama pada saat banyak pelanggan yang datang. Pentingnya pelanggan tercermin dalam prinsip pelayanan Apotek yaitu dalam pelayanan yang diberikan, harus dipastikan hak pelanggan terpenuhi yaitu: a. Menerima senyum, sapa, salam dan komunikasi dengan santun b. Mengetahui harga, jenis, bentuk kemasan dan jumlah obat yang dibeli c. Mendapatkan informasi obat dan penggunaan alat kesehatan secara langsung maupun melalui telepon

41 34 Dengan terpenuhinya hak pelanggan tersebut, pelanggan akan merasa puas dan pelayanan yang diberikan berkualitas sehingga dapat meningkatkan citra apotek. Perlu dilakukan survey kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang selama ini diberikan oleh apotek sehingga dapat diketahui faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dievaluasi untuk peningkatan kualitas pelayanan dan untuk memenuhi harapan pelanggan. 4.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi Perencanaan dan Pengadaan Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan dalam proses pengadaan perbekalan farmasi. Sedangkan pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan. Pengadaan sangat penting terhadap pelayaan yang diberikan apotek, yang menentukan pula dalam hal keuntungan dan kerugian. Pengadaan yang efektif yaitu sesuai jenis maupun jumlah barang dan tepat waktu. Apotek dengan ketersediaan obat yang lengkap tentu mempunyai citra yang baik di mata konsumen. Pengadaan barang (selain narkotika dan psikotropika) dilakukan secara terpusat di BM dengan menggunakan sistem pembelian sentralisasi (pooling sistem) dengan menerapkan sistem DC (Distribution Center) dan BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek). Sistem pengadaan DC mempunyai beberapa keuntungan yaitu a. Menghemat faktur sehingga menghemat tenaga untuk memisahkan bon dan mengentri faktur b. Mengurangi kesalahan dalam mengentri faktur c. Kegiatan yang dilakukan lebih fokus d. Diskon yang diperoleh lebih besar e. Keuntungan yang diperoleh juga lebih besar f. Bisa mengkover apotek Kimia Farma baru yang belum mendapat diskon g. Mempermudah negosiasi dengan distributor karena barang yang dipesan volumenya besar h. Mempermudah pengelolaan data

42 35 Selain itu sistem pengadaan DC mempunyai beberapa kekurangan, antara lain: a. Penjualan substitusi dan penjualan sebenarnya tidak bisa dibedakan b. Barang yang datang lama c. Terkadang jumlah barang yang terbaca dengan sistem DC tidak sesuai d. Barang yang datang dari BM harus dilakukan pengecekan kembali saat sampai ke apotek Pengadaan sangat penting karena berkaitan dengan keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh apotek. Apabila tidak dikelola dengan baik dan efektif maka akan menguntungkan apotek. Ketersediaan obat yang lengkap akan meningkatkan citra apotek di mata pelanggan. Pengadaan obat dan perbekalan farmasi lainnya pada Apotek Kimia Farma No.50 dilakukan berdasarkan pertimbangan anggaran yang tersedia, harga, pola konsumsi masyarakat, pola penyakit, pola penulisan resep dokter dan stok persediaan barang Pemesanan Pemesanan yang dilakukan adalah dengan menyiapkan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) dan Surat Pesanan (SP) Narkotika dan psikotropika. BPBA dikirim ke Unit Bisnis/BM Bogor secara online melalui sistem informasi yang terhubung secara langsung kemudian BM akan mengubah BPBA menjadi SP. SP Narkotika dibuat empat rangkap, tiga rangkap untuk distributor (termasuk yang asli) dan satu rangkap untuk apotek. Satu SP untuk satu jenis narkotika. Sedangkan SP psikotropika terdiri dari tiga rangkap, dua rangkap termasuk asli untuk distributor dan satu rangkap untuk arsip apotek. Satu SP psikotropika dapat digunakan untuk beberapa jenis psikotropika. Surat pesanan ditandatangai oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek. Contoh SP narkotika dan psikotropika dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pemesanan antara lain stok minimum, waktu tunggu (lead time) dan parameter lain sehingga waktu pemesanan tepat dan tidak terjadi stok kosong. Petugas perlu memantau stok minimum obat dan menuliskan di buku defecta yang selanjutnya akan diubah menjadi BPBA atau SP. Petugas dibagi berdasarkan rak obat yang telah ditentukan untuk melihat dan mencatat jumlah stok fisik dari setiap barang.

43 Penerimaan Barang yang datang dari BM dilakukan beberapa pemerikasaan sesuai dengan daftar barang yang dipesan melalui BPBA maupun sistem DC. Proses pemeriksaan ini merupakan tahapan yang sangat penting dalam penerimaan barang untuk mencegah kerugian yang dapat dialami apotek akibat barang yang rusak atau kadaluarsa. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi nama, kemasan, jumlah, tanggal kadaluarsa dan kondisi barang. Untuk narkotika dan psikotropika yang datang langsung dari distributor harus dilakukan pemeriksaan kesesuaian barang yang datang dengan SP dan dengan faktur pembeliannya terhadap jenis barang, merk, jumlah, harga satuan, jumlah harga per jenis barang dan jumlah harga keseluruhan obat yang tertera di dalam faktur, dan tanggal kadaluarsa. Obat yang sudah diterima juga diperiksa nomor batch dan tanggal kadaluarsanya untuk mencegah kemungkinan diterimanya obat yang sudah kadaluarsa atau mendekati kadaluarsa. Jika pemeriksaan narkotika dan psikotropika sudah sesuai, faktur ditandatangani oleh apoteker atau petugas apotek yang diberi kuasa dan diberi stempel. Dengan sistem DC, barang dikirim secara berkala ke apotek sehingga sering berlangsung proses penerimaan dan pemeriksaan yang menyebabkan perlunya waktu dan tenaga yang lebih banyak. Hal ini menjadi salah satu kekurangan sistem DC tetapi dapat diatasi oleh petugas apotek dengan mengatur pembagian kerja untuk melakukan proses pemeriksaan ini Penyimpanan Penyusunan obat dilakukan berdasarkan bentuk sediaan, dikelompokkan berdasarkan farmakologi, dan disusun secara alfabetis. Untuk obat khusus untuk Askes di susun di rak terpisah. Obat golongan narkotik disimpan sesuai peraturan undang-undang yang berlaku dan obat golongan psikotropik di simpan di lemari terpisah untuk menghindari penyalahgunaan Sedangkan untuk produk-produk termolabil seperti suppositoria, injeksi disimpan di dalam lemari pendingin. Sedangkan ditempat swalayan farmasi menyediakan OTC, alat kesehatan, vitamin, produk bayi, kosmetik, makanan dan minuman.

44 37 Rak obat yang digunakan untuk penyimpanan menggunakan kotak obat yang disusun seperti sarang tawon. Penyusunan ini menyebabkan penyimpanan obat terlihat sangat rapi dan teratur. Obat disimpan dalam kotak biasanya kemasan sekundernya dibuang. Bila kemasan sekunder tersebut cukup untuk dimasukkan ke kotak obat dalam rak, alangkah lebih baik jika obat tidak dikeluarkan dari kemasan sekunder. Hal ini bermanfaat ketika obat harus dikembalikan ke distributor karena kadaluarsa terutama jika terdapat perjanjian dengan distributor. Jika obat harus dikeluarkan dari kemasan sekunder, sebaiknya kemasan dihancurkan/dirusak terlebih dahulu sebelum dibuang untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan oleh pihak pihak yang tidak bertanggung jawab. Kegiatan yang dilakukan dalam proses penyimpanan meliputi memasukkan barang yang datang ke kotak obat, mencatat obat ke dalam kartu stok, dan melakukan pengendalian persediaan. Petugas mempunyai tanggung jawab untuk mengontrol stok obat yang ada di apotek. Kegiatan ini disebut dengan uji petik. Uji petik dilakukan dengan mencatat dan membandingkan stok obat dalam kartu stok, jumlah obat secara fisik dan jumlah obat yang tercatat dalam komputer. Setiap petugas apotek diberikan tugas untuk bertanggung jawab terhadap beberapa rak obat. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasir ketidaksesuaian stok, memeriksa tanggal kadaluarsa obat, untuk mengetahui jumlah obat yang dibutuhkan untuk dipesan setiap minggu dan dimasukkan ke dalam buku defekta, serta untuk mengetahui obat-obat yang slow moving maupun fast moving Penyiapan Obat Kegiatan yang dilakukan adalah turut serta dalam peracikan, menyiapkan obat racikan, membungkus dalam bungkus puyer atau kapsul, menyiapkan obat jadi dan memberikan etiket. Penghitungan jumlah obat yang akan diracik dan pemeriksaan kebenaran/kesesuaiannya dengan resep harus dilakukan oleh asisten apoteker yang berbeda untuk mencegah kesalahan. Dalam penyiapan atau pelayanan resep terdapat beberapa tahapan pelayanan yang terdiri dari menghargai, timbang, kemas, kuitansi, salinan resep (copy resep) yang harus diparaf oleh setiap petugas yang mengerjakan tiap tahapan. Hal ini dijadikan sebagai salah satu bentuk kontrol kualitas pelayanan dan sebagai bentuk

45 38 pengawasan terhadap kemungkinan kesalahan di setiap tahapan sehingga dapat menjadi bahan evaluasi yang lebih fokus. Adanya beberapa tahapan yang harus dilalui ini untuk memastikan bahwa obat yang tiba di tangan pasien adalah tepat dan benar. Peracikan yang dilakukan sebaiknya sesuai dengan SOP yang telah dibuat berdasarkan standar pelayanan kefarmasian yang baik Pengelolaan resep dan obat daluarsa Pengelolaan resep yaitu dengan melakukan penyimpanan resep yang dikumpulkan sesuai nomor urut dan tanggal resep. Resep disimpan dengan baik. Resep yang mengandung narkotika dipisahkan dari resep lainnya dan disusun pula sesuai nomor urut dan tanggal resep tersebut. Resep disimpan dalam tempat tertentu agar memudahkan pengontrolan. Resep disimpan selama 3 tahun sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pengelolaan obat kadaluarsa dilakukan dengan mengecek obat obat yang mendekati tanggal kadaluarsa dan rusak. Pengendalian obat kadaluarsa penting untuk dilakukan untuk mencegah pasien menerima obat daluarsa akibat kelalaian. Hal ini dilakukan dengan mencantumkan tanggal kadaluarsa pada etiket setiap pembelian obat dan disampaikan pula kepada pasien. Selain itu, pengendalian obat daluarsa juga dilakukan dengan menandai tahun kadaluarsa obat pada kotak penyimpanan obat dengan label berwarna yang menunjukkan tahun kadaluarsa obat. Pengendalian obat kadaluarsa akan meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan oleh apotek dan mencegah kerugian yang dapat terjadi. 4.3 Pemberian Informasi Obat dan Konseling Pada saat penyerahan obat, Apotek Kimia Farma No.50 melaksanakan pelayanan kefarmasian dengan baik. Pada saat penyerahan obat, pasien harus memperoleh informasi tentang obat dan pengobatannya. Informasi yang diberikan kepada pasien meliputi nama obat, kandungan, kekuatan, indikasi, aturan pakai, cara penggunaan obat, kontraindikasi, efek samping, interaksi, dan cara penyimpanan obat. Terkadang, pemberian informasi mengenai obat yang diberikan kepada pasien belum dilakukan secara maksimal. Hal ini disebabkan banyaknya obat yang masih harus diberikan kepada pasien dalam waktu yang

46 39 sama dan pasien biasanya menghendaki penyampaian informasi yang cepat sehingga pemberian informasi obat lebih ditekankan pada aturan pakai dan cara penggunaan obat. Pada penyerahan obat juga disampaikan jumlah obat dan tanggal kadaluarsanya. Terdapat tempat khusus untuk penyerahan obat sehingga membuat pasien merasa nyaman dan informasi yang disampaikan juga dapat diterima dengan efektif. Konseling dilakukan di dalam ruang apotek di tempat kerja APA. Konseling dilakukan terutama untuk pasien dengan penyakit kronis, pasien yang mendapat terapi polifarmasi, geriatri, dan pediatri. Konseling bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien tentang obat dan pengobatan, pasien terhindar dari penggunaan obat yang salah sehingga tujuan terapi dapat tercapai dengan baik. Konseling dapat menjadi salah satu aspek untuk peningkatan pelayanan kefarmasian di apotek. Pasien dengan penyakit kronis (TBC, Diabetes, Hipertensi) yang merupakan pelanggan apotek, perlu diberikan konseling dengan meminta persetujuan pasien. Hal ini akan membuat pasien merasa diperhatikan dan dapat menyebabkan pasien menjadi loyal kepada apotek. Konseling yang dilakukan untuk pasien ini sebaiknya berupa konseling berkelanjutan agar dapat sekaligus memantau pengobatan pasien.

47 40 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Apoteker memiliki peranan, wewenang, dan tanggung jawab yang besar dalam kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek dalam mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal. b. Kegiatan yang dilakukan di apotek dalam pengelolaan perbekalan farmasi antara lain perencanaan, pemesanan, penyimpanan, penjualan, dan pengendalian. Sedangkan kegiatan administrasi yang dilakukan adalah pengelolaan keuangan dan laporan. c. Pelayanan kefarmasian di apotek yaitu pelayanan resep, swamedikasi, promosi, edukasi termasuk pemberian informasi obat dan konseling. 5.2 Saran a. Perlu dilakukan pengkajian tentang kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan oleh Apotek Kimia Farma No.50 misalnya dengan pembagian questioner kepada pelanggan. b. Pasien dengan penyakit kronis (TBC, Diabetes, Hipertensi) perlu diberikan konseling atas persetujuan pasien sehingga pasien merasa diperhatikan dan dapat menyebabkan pasien menjadi loyal. Konseling dapat menjadi salah satu aspek untuk peningkatan pelayanan. c. Jika obat harus dikeluarkan dari kemasan sekunder, sebaiknya kemasan dihancurkan/dirusak terlebih dahulu sebelum dibuang untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan oleh pihak pihak yang tidak bertanggung jawab. d. Brosur obat sebaiknya tidak dibuang, tetapi disimpan dalam kotak obat sehingga memudahkan petugas bila perlu mendapatkan informasi tentang obat. e. Dibuat poster atau brosur tentang kesehatan seperti cara mencuci tangan yang benar, cara penggunaan suppositoria, inhaler, obat tetes, dll. 40

48 41 DAFTAR REFERENSI Daris, Azwar. (2008). Undang undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam Suplemen Himpunan Peraturan dan Perundang undangan Kefarmasian. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan. Daris, Azwar. (2008). Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dalam Himpunan Peraturan dan Perundang undangan Kefarmasian. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan. Daris, Azwar. (2008). Undang undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dalam Suplemen Himpunan Peraturan dan Perundang undangan Kefarmasian. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Depkes RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Review Penerapan Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) dan Sistem Pelaporan Dinamika Obat PBF Regional I, II dan III Tahun Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri No. 1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.

49 42 Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(1980). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan dan Tambahan Atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotek. Jakarta. Kimia Farma. (2012). Materi Praktek Kerja Profesi Apoteker. Jakarta: PT. Kimia Farma Apotek

50 LAMPIRAN

51 1 Lampiran 1. Denah Lokasi Apotek Kimia Farma No.50 43

52 2 Lampiran 2. Denah Ruangan Apotek Kimia Farma No.50 Keterangan: 1. Display 11. Lemari Narkotik 2. Ruang Tunggu 12. Lemari Pendingin 3. Swalayan 13. Meja Peracikan Farmasi 4. Lemari pendingin 14. Ruang Administrasi 5. Obat ethical 15. Optik 6. Kasir 16. Lab Klinik 7. Meja penyerahan 17. Ruang Praktek Dokter obat 8. Meja APA 18.WC 9. Lemari 19. Mushola 10. Obat topikal 20. Tempat Parkir 44

53 45 Lampiran 3. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No.50 Bogor Manajer Apotek Pelayanan/ Apoteker Pengelola Apotek Layanan Farmasi Swalayan Farmasi AA Adm Kasir Juru Resep Pekarya Kasir Petugas swalayan farmasi

54 46 Lampiran 4. Surat Pesanan Narkotika

55 47 Lampiran 5. Surat Pesanan Psikotropika

56 48 Lampiran 6. Contoh Salinan Resep

57 49 Lampiran 7. Tanda Terima dan Pemeriksaan Proses Resep Kredit

58 50 Lampiran 8. Contoh Kuitansi Pembayaran

59 51 Lampiran 9. Formulir Monitoring Penggunaan Obat

60 52 Lampiran 10. Formulir Layanan Informasi Obat Untuk Pasien Swamedikasi

61 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA RESEP PENGOBATAN ULKUS PEPTIKUM DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 BOGOR TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA, S.Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012 i

62 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR LAMPIRAN... iv BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Ulkus Peptik Etiologi dan Faktor Pencetus Helicobacter pylori Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) Merokok Makanan Stress Penyakit Patogenesis Manifestasi Klinis Terapi Tujuan Terapi Terapi Non Farmakologi Terapi Farmakologi BAB 3. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel Penelitian Metode Penelitian BAB 4. PEMBAHASAN Resep Resep Resep Resep Resep BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR REFERENSI ii

63 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Mekanisme Ulkus Peptik Akibat Helocobacter pylori... 5 Gambar 2.2. Metabolisme asam arakidonat setelah dilepaskan dari membran fosfolipid. ASA:aspirin; HPETE: hydroperoxyeicosatetraenoic acid; NSAIDs: nonsteroidal antiinflammatory drugs; PG: prostaglandin... 6 Gambar 4.1. Resep Gambar 4.2. Resep Gambar 4.3. Resep Gambar 4.4. Resep Gambar 4.5. Resep iii

64 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Spesifikasi Obat Tiap Resep iv

65 1 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Ulkus peptik adalah erosi lapisan mukosa saluran gastrointestinal, namun biasanya terjadi di mukosa lambung atau mukosa usus halus. Ulkus peptik merupakan suatu penyakit yang terjadi pada saat lapisan mukosa sebagai pelindung saluran cerna mengalami pengikisan. Ulkus peptik juga dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan kelainan ulkus pada saluran cerna bagian atas yang disebabkan oleh asam klorida dan pepsin yang mengerosi lapisan mukosa pada daerah tersebut. Ulkus dimulai dari pengikisan permukaan atas mukosa yang kemudian berlanjut ke lapisan yang lebih dalam yaitu ke mukosa muskularis (Corwin, 2008). Diperkirakan 5-10% populasi manusia akan mengalami ulkus peptik sepanjang hidup mereka. Di Amerika Serikat sekitar 10% penduduknya terserang ulkus peptik. Ulkus peptik adalah penyakit kambuhan dan hasil studi klinik menunjukkan bahwa lebih dari 50% penderita akan mengalami kekambuhan dalam setahun setelah diagnosa pertama. Meskipun terjadi penurunan angka mortalitas, kejadian hospitaliasasi/rawat inap, ulkus peptik menjadi penyakit gastrointestinal yang paling umum, dapat mempengaruhi kualitas hidup, aktivitas dan produktivitas serta memerlukan biaya tinggi untuk perawatan medis (Dipiro, 2008). Pengobatan ulkus peptik bertujuan untuk menghilangkan nyeri ulkus, mengobati ulkus, mencegah kekambuhan, dan mengurangi komplikasi yang berkaitan dengan ulkus. Pengobatan ulkus peptik ini akan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Beberapa peran apoteker dalam meningkatkan kualitas hidup pasien ulkus peptik adalah dengan melakukan Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian) dimulai dalam bentuk skrining resep, pemberian informasi obat, konseling pada pasien ulkus peptik yang kronis dan lain sebagainya. Skrining resep yang dilakukan oleh apoteker meliputi skrining persyaratan administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Dengan 1

66 2 dilakukannya skrining resep, apoteker dapat mencegah resep palsu, terjadinya Drug Related Problem dalam bentuk interaksi obat dan efek samping obat. 1.2 Tujuan Analisis resep pengobatan ulkus peptik ini bertujuan: a. Mengkaji kerasionalan resep untuk pengobatan ulkus peptik berdasarkan keabsahan resep b. Menganalisis peran apoteker dalam pemberian informasi kepada pasien yang menerima pengobatan ulkus peptik.

67 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Ulkus Peptik Ulkus peptik adalah erosi lapisan mukosa saluran gastrointestinal, biasanya terjadi di mukosa lambung atau mukosa usus halus. Ulkus peptik berupa luka berbentuk bulat atau oval berwarna kemerahan yang terjadi pada saluran pencernaan. Penyebab dari kondisi ulkus peptik adalah hipersekresi asam lambung, penurunan daya tahan atau proteksi mukosa lambung, dan infeksi oleh mikroba Helicobacter pylori sehingga terjadi kontak antara asam lambung dengan dinding saluran cerna yang dapat melukai dinding saluran cerna (Corwin, 2008). Ulkus yang paling sering diderita oleh sebagian besar populasi di dunia adalah ulkus duodenal dan ulkus lambung (ulkus gastrik), sedangkan jenis ulkus lain yang kadang terjadi adalah ulkus pada bagian bawah esofgus, ulkus jejunum dan ulkus ileum. Timbulnya penyakit ulkus peptik sering berkaitan erat dengan infeksi Helicobacter pylori, penggunaan obat anti inflamasi non steroid (AINS), dan stress. Sedangkan faktor lain yang berkaitan dengan ulkus peptik adalah Sindroma Zollinger-Ellison (ZES), radiasi, dan kemoterapi. Namun secara garis besar ulkus peptik akan terjadi apabila faktor agresif dari asam klorida dan pepsin tidak dapat diimbangi oleh faktor defensif dari lapisan mukosa, sehingga akan timbul lukaluka mikro pada permukaan saluran cerna yang akan mengakibatkan peradangan dan menjadi ulkus (Corwin, 2008). 2.2 Etiologi dan Faktor Pencetus Ulkus peptik terjadi karena Helicobacter pilory, AINS, merokok, makanan, dan stess mengganggu pertahanan mukosa (Dipiro, 2008) Helicobacter pylori Infeksi Helicobacter pylori terjadi pada 80 95% pasien dengan penyakit ulkus peptik. Infeksi Helicobacter pylori mengganggu mekanisme protektif saluran gastrointestinal terhadap ph rendah dan enzim pencernaan sehingga menyebabkan terjadinya ulkus pada mukosa gastrointestinal (Danovic, 2002). 3

68 4 Helocobacter pylori (HP) merupakan bakteri gram negatif, bentuknya spiral dan berkolonisasi dalam gastrointestinal. Helicobacter pylori sifatnya menetap seumur hidup, selalu aktif dan dapat menular bila tidak dieradikasi. Infeksi oleh HP menyebabkan kerusakan jaringan dan menimbulkan inflamasi pada mukosa. Pada sebagian besar orang, infeksi HP bersifat asimptomatis. Sekitar % individu mengalami ulkus peptik. Ulkus lebih sering terjadi pada duodenum. Infeksi ini dapat menyebabkan komplikasi yang parah seperti pendarahan dan perforasi. Inflamasi kronis yang disebabkan HP pada bagian distal lambung dapat menyebabkan produksi asam lambung meningkat. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya ulkus duodenum pada bagian mukosa duodenum yang rentan (Marshall, B.J. dan Warren, J.R. 2005). HP ditularkan dari satu orang ke orang yang lain dengan tiga jalur yang berbeda, yaitu fekal-oral, oral-oral, dan iatrogenik. Transmisi organisme ini melalui rute fekal-oral secara langsung berasal dari manusia yang terinfeksi atau secara tidak langsung melalui makanan atau air yang terkontaminasi kotoran yang mengandung HP. Anggota yang tinggal dalam satu rumah dapat terinfeksi ketika salah satu orang terinfeksi. Transmisi lewat rute oral-oral telah dipostulasikan bahwa HP telah diisolasi di dalam mulut. Sedangkan rute iatrogenik terjadi ketika suatu instrument digunakan, misalnya endoskop (Dipiro, 2008).

69 5 [Sumber: Marshall, B.J. dan Warren, J.R. 2005] Gambar 2.1 Mekanisme Ulkus Peptik Akibat Helocobacter pylori

70 Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) AINS menyebabkan kerusakan mukosa lambung lewat dua mekanisme penting : a. Bereaksi langsung pada mukosa sehingga menurunkan resistensi mukosa lambung dan terjadi iritasi langsung atau topikal pada epitel lambung. b. Penghambatan sistemik pada sistem mukosal prostaglandin endogen sehingga terjadi penghambatan sintesa prostaglandin endogen. Obat-obat AINS menghambat kerja enzim siklooksigenase dengan tidak hanya menurunkan sintesis prostaglandin tetapi juga menghasilkan radikal bebas. Selain itu dari metabolisme asam arakidonat melalui jalur lipooksigenase dihasilkan leukotrin. Leukotrin sebagai produk dari metabolisme lipooksigenase merupakan substansi inflamatori yang berperan dalam perusakan mukosa lambung. [Sumber: Dipiro, 2008] Gambar 2.2 Metabolisme asam arakidonat setelah dilepaskan dari membran fosfolipid. ASA: aspirin; HPETE: hydroperoxyeicosatetraenoic acid; NSAIDs: nonsteroidal antiinflammatory drugs; PG: prostaglandin Merokok Merokok dapat meningkatkan risiko ulkus dan berdasarkan juga pada jumlah konsumsinya per hari. Mekanisme patofisiologi yang mungkin yaitu pengaruh pengosongan lambung dari makanan (padat) dan cairan, penghambatan

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Tri Setiawan, S.Farm. 1006754075 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO. 50 JAKARTA BARAT PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: ASRI MUHTAR WIJIYANTI K 100 040 150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JALAN BALAI PUSTAKA TIMUR NO.11 RAWAMANGUN PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 23 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Menurut Undang-undang Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan penting dari setiap manusia. Hidup sehat bukan hanya tujuan dari setiap individu melainkan juga tanggung jawab dan tujuan dari setiap

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 278 RUKO VERSAILLES FB NO.15 SEKTOR 1.6 BSD SERPONG PERIODE 3 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANNISA RAHMA HENDARSULA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengawasan dan pemantauan

Lebih terperinci

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia adalah kesehatan. Berdasarkan

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: WAHID BEKTI FITRIANTO K 100 040 146 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA PELENGKAP NO. 1 RSCM JL. DIPONEGORO NO. 71, JAKARTA PUSAT, DKI JAKARTA PERIODE 1 MEI - 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt PEDAGANG BESAR FARMASI OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt Obat / Bahan Obat Ketersediaan Keterjangkauan Konsumen Aman Mutu Berkhasiat PBF LAIN PBF: Obat BBF INDUSTRI FARMASI 2 DASAR HUKUM Undangundang UU

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 2013 20 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEIYANI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang : a.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. ST. HASANUDDIN NO.1 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULI

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

HEALTH & BEAUTY. Oleh Aftiyani. Guardian, The One You Trust

HEALTH & BEAUTY. Oleh Aftiyani. Guardian, The One You Trust HEALTH & BEAUTY Guardian, The One You Trust Guardian adalah salah satu unit bisnis bagian dari Hero Group yang bergerak pada apotek modern berupa toko kesehatan dan kecantikan. Guardian memulai bisnisnya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO 37 PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Suci

Lebih terperinci

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa: I.PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tempat dilakukannya praktik kefarmasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia memiliki hak asasi yang diatur dalam perundang-undangan, salah satunya yaitu hak mengenai kesehatan, sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 bahwa kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tenpat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (PP no. 51 tahun 2009) Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ILMA NAFIA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RIZA MARLYNE,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AISYAH, S.Far. 1206329316 ANGKATAN

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG a. PENDAHULUAN Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER IMELDA PRIANA, S.Farm. 1206329713

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Pada penelitian sebelumnya dengan judul pengaruh keberadaan apoteker terhadap mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas wilayah Kabupaten Banyumas berdasarkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 180 JL. PAHLAWAN NO. 10 SIDOARJO 22 JULI AGUSTUS 2015

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 180 JL. PAHLAWAN NO. 10 SIDOARJO 22 JULI AGUSTUS 2015 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 180 JL. PAHLAWAN NO. 10 SIDOARJO 22 JULI 2015 24 AGUSTUS 2015 PERIODE XLV DISUSUN OLEH: JEFRI PRASETYO, S.Farm. 2448715123 PROGRAM STUDI PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 49 JL. PAHLAWAN REVOLUSI NO. 53 PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR PERIODE 2 APRIL-11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci