UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. Ir. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ARMELIA HAYATI, S.Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. Ir. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker ARMELIA HAYATI, S.Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

3 iii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur atas segala rahmat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 7, Bogor. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa tingkat profesi pada Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA untuk menyelesaikan masa studi dan memperoleh gelar apoteker. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 7 berlangsung selama periode 13 Februari 22 Maret Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih tak terhingga kepada: 1. Segenap Direksi PT. Kimia Farma Apotek yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker. 2. Bapak Drs. Priyanggo Artadji, Apt., selaku Pembimbing dan Manager Bisnis Wilayah Bogor yang telah memberikan kesempatan, bimbingan dan pengarahan selama PKPA dan penyusunan laporan PKPA. 3. Ibu Dr. Nelly D. Leswara, M.Sc., Apt selaku pembimbing yang telah memberikan masukan dalam penyusunan laporan ini. 4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS, Apt., selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA UI. 5. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI. 6. Seluruh staf dan karyawan Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor yang telah memberikan bantuan, sikap yang ramah, kerja sama yang baik, serta kesempatan dan kepercayaan kepada penulis untuk melakukan pelayanan kefarmasian di apotek selama masa PKPA. 7. Keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materiil sehingga pelaksanaan PKPA dan penyelesaian laporan dapat berjalan lancar. iv

5 8. Seluruh teman-teman Apoteker angkatan 74 serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis selama pelaksanaan PKPA ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan dan jerih payah yang telah dicurahkan. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan. Depok, 25 Maret 2012 Penulis v

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Persyaratan Apotek Tata Cara Pemberian Izin Apotek Pengelolaan Apotek Pelayanan Apotek Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Pencabutan Surat Izin Apotek Sediaan Farmasi Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika BAB 3. TINJAUAN UMUM Sejarah Singkat PT. Kimia Farma Tbk PT. Kimia Farma Apotek BAB 4. TINJAUAN KHUSUS Bisnis Manajer Wilayah Bogor Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor BAB 5. PEMBAHASAN BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN ii iii iv vi vii viii vi

7 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Penandaan obat bebas Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas Gambar 2.3. Tanda peringatan pada obat bebas terbatas (P1-P6) Gambar 2.4. Penandaan obat keras Gambar 2.5. Penandaan obat narkotika Gambar 3.1. Logo PT. Kimia Farma Tbk vii

8 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 4.1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek Lampiran 4.2. Denah Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor Lampiran 4.3. Surat Pesanan Barang (SPB) Lampiran 4.4. Form Dropping Barang dari Gudang (DCs) ke Apotek. 68 Lampiran 4.5. Formulir Serah Terima Barang DC Lampiran 4.6. Bon Permintaan Barang Apotek Lampiran 4.7. Kartu/buku Stok Obat Lampiran 4.8. Alur Pelayanan Resep Lampiran 4.9. Salinan Resep (Copy Resep) Lampiran Etiket obat Lampiran Label Obat Lampiran Kemasan Obat Lampiran Laporan Ikhtisar Penerimaan Harian (LIPH) Lampiran Surat Pesanan Narkotika dan Psikotropika Lampiran Laporan Penggunaan Narkotika dan Laporan Khusus.. 79 Penggunaan Morphine, Pethidin, dan Derivatnya... Lampiran Laporan Penggunaan Psikotropika Lampiran Berita Acara Pemusnahan Perbekalan Farmasi Lampiran 5.1. Form. Layanan Informasi Obat Untuk Pasien dengan R/ Dokter dan Untuk Pasien Swamedikasi Lampiran 5.2. Monitoring Penggunaan Obat Lampiran 5.3. Form. Catatan Pengobatan Pasien viii

9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal, diperlukan suatu pelayanan yang bersifat komprehensif dan profesional dari para profesi kesehatan. Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang tidak terpisahkan, termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di apotek. Apotek berdasarkan PP No.51 merupakan suatu tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan dan sebagai sarana farmasi untuk melakukan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat dan sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser dari product oriented menjadi patient oriented yang berazaskan kepada Pharmaceutical Care. Pelayanan yang diberikan bukan hanya bertujuan pada pengelolaan obat sebagai komoditi, namun juga pelayanan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker pengelola apotek dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat melakukan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pelayanan resep, pelayanan obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek dan perbekalan kesehatan lainnya juga pelayanan informasi obat dan monitoring penggunaan obat agar tujuan pengobatan sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan kefarmasian. Untuk itu, apoteker harus berupaya mencegah dan meminimalkan masalah yang terkait obat (Drug Related 1

10 2 Problems/DRP) dengan membuat keputusan profesional untuk tercapainya pengobatan yang rasional. PT. Kimia Farma Apotek bergerak dibidang perapotekan yang memiliki 390 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan menggunakan sistem jaringan dengan skala nasional, Apotek Kimia Farma dalam memberikan pelayanan kefarmasian memiliki standar yang baik dalam fasilitas dan manajemen. Hal ini merupakan salah satu keunggulan dari Apotek Kimia Farma dibandingkan kompetitornya. Apotek selain memberikan pelayanan kepada masyarakat, dapat juga sebagai tempat pendidikan bagi calon apoteker dalam memahami kegiatan kefarmasian di apotek, baik dalam segi manajemen maupun dalam hal pelayanan kepada masyarakat. Seorang apoteker dituntut untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan ilmu yang dimilikinya. Untuk itu, Departemen Farmasi FMIPA UI bekerjasama dengan PT. Kimia Farma Apotek menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi calon apoteker. Dengan PKPA ini diharapkan para calon apoteker memiliki suatu wawasan dan tambahan pengetahuan seputar apotek serta melatih memecahkan permasalahan yang terjadi di apotek baik dari segi pelayanan maupun manajerial. 1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan oleh Program Studi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA yang bekerjasama dengan PT. Kimia Farma Apotek bertujuan untuk : 1. Memberikan pemahaman akan fungsi dan peranan apoteker dalam mengelola apotek secara profesional. 2. Menambah dan memperluas pengetahuan serta wawasan calon apoteker agar dapat mengaplikasikan teori yang telah didapat dengan mengamati secara langsung kegiatan rutin, organisasi, manajemen dan pelayanan kesehatan di apotek.

11 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Apotek Apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2002). Menurut PP No. 51 Tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pekerjaan kefarmasian yang dilakukan meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan, maka dalam pelayanannya apotek harus mengutamakan kepentingan masyarakat yaitu menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik. Dalam pengelolaannya, apotek harus dikelola oleh apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. 2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam: 1) Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No.26 Tahun 1965 tentang Apotek. 3

12 4 2) Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1990 tentang Masa Bakti Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 184/MENKES/PER/II/ ) Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. 4) Undang Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. 5) Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MENKES/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. 6) Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. 7) Undang - Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. 8) Undang Undang Kesehatan RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 9) Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980, tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut : 1) Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. 2) Sarana farmasi yang melakukan pengubahan bentuk dan penyerahan obat atau bahan obat. 3) Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. 4) Sarana pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya. 2.4 Persyaratan Apotek Apotek baru yang akan beroperasi harus mempunyai Surat Izin Apotek (SIA) yaitu surat izin yang diberikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana untuk

13 5 menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. Izin apotek berlaku untuk seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan Apoteker Pengelola Apotek dapat melaksanakan pekerjaannya dan masih memenuhi persyaratan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, 2002). Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Untuk menjadi seorang APA, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, 1993) : 1) Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan. 2) Telah mengucapkan sumpah/janji sebagai apoteker. 3) Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri. 4) Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai apoteker. 5) Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain. Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan : 1) Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh Komite Farmasi Nasional (KFN); 2) Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran; 3) Surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan 4) Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus dinyatakan secara tegas permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga.

14 6 Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. Registrasi ini merupakan pencatatan resmi terhadap tenaga kefarmasian yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu serta diakui secara hukum untuk menjalankan pekerjaan/praktek profesinya. Sertifikat kompetensi profesi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi seorang Apoteker untuk dapat menjalankan pekerjaan/praktek profesinya di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi. Sertifikat kompetensi profesi dikeluarkan oleh organisasi profesi setelah lulus uji kompetensi. Sertifikat kompetensi profesi ini berlaku selama 5 tahun dan dapat dilakukan uji kompetensi kembali setelah habis masa berlakunya. Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi dianggap telah lulus uji kompetensi dan dapat memperoleh sertifikat kompetensi profesi secara langsung. Tata Cara Memperoleh Surat Tanda Registrasi 1) Untuk memperoleh STRA, Apoteker mengajukan permohonan kepada KFN. 2) Surat permohonan STRA harus melampirkan: i. fotokopi ijazah Apoteker; ii. fotokopi surat sumpah/janji Apoteker; iii. fotokopi sertifikat kompetensi profesi yang masih berlaku; iv. surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek; v. surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi; dan vi. pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar. 3) Permohonan STRA dapat diajukan dengan menggunakan teknologi informatika atau secara online melalui website KFN. Persyaratan pendirian sebuah apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek yaitu : 1) Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan

15 7 tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. 2) Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. 3) Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi Bangunan Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan dan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Bangunan apotek harus memiliki ruangan khusus diantaranya ruang penerimaan dan penyerahan resep, ruang tunggu (dibuat seluas dan senyaman mungkin, tenang, bersih, segar, terang, tidak ada nyamuk atau serangga lain yang mengganggu sehingga para pembeli merasa betah dan tidak lelah menunggu. Ruang tunggu dilengkapi dengan ventilasi udara yang baik atau jika memungkinkan memakai pendingin udara, penerangan yang baik tapi tidak menyebabkan panas, televisi atau musik yang enak didengar supaya para pembeli betah menunggu, jam dinding di tempat yang mudah terlihat oleh pembeli, rak atau lemari etalase yang berisi obat bebas atau produk lainnya dan rak brosur obat atau majalah yang bisa dibaca para pembeli, ruang peracikan harus cukup luas, selalu dalam keadaan bersih dan kering, tersedia ruang administrasi, ruang apoteker sebagai tempat dilaksanakannya konseling dan pelayanan informasi obat bagi pasien, konter kasir dan ruang penjualan obat bebas, serta gudang sebagai tempat penyimpanan obat-obatan Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang terdapat di apotek antara lain Apoteker Pengelola Apotek, yaitu apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA); Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek disamping Apoteker Pengelola Apotek dan atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek; Asisten Apoteker, yaitu mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker; personalia lain yang membantu kegiatan di apotek,

16 8 antara lain juru resep yang membantu Asisten Apoteker dalam menyiapkan obat untuk diracik, pemegang kas/kasir dan petugas kebersihan Perlengkapan Perlengkapan yang harus ada di apotek adalah peralatan untuk membuat, mengolah, dan meracik obat seperti timbangan, mortir dan alu, gelas ukur dan lain-lain; tempat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari dan rak untuk menyimpan obat, lemari pendingin, lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan psikotropika; wadah pengemas dan pembungkus seperti etiket obat; peralatan administrasi seperti blanko pemesanan obat, salinan resep dan kartu stok; buku standar yang berhubungan dengan kegiatan apotek. 2.5 Tata Cara Pemberian Izin Apotek (Departemen Kesehatan RI, 2002) Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MenKes/Per/X/1993. Izin apotek diberikan oleh Menteri yang kemudian wewenang pemberian izin dilimpahkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Adapun ketentuannya adalah sebagai berikut: 1) Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT-1. 2) Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. 3) Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan formulir APT-3. 4) Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud di dalam (nomor 2) dan (nomor 3) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan

17 9 Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan formulir APT-4. 5) Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan sebagaimana di maksud nomor (3), atau pernyataan nomor (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek (SIA) dengan menggunakan formulir APT-5. 6) Dalam hal hasil pemeriksaan, Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud (nomor 3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan formulir APT-6 dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja. 7) Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam (nomor 6), apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. 8) Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan pemilik sarana. 9) Pemilik sarana yang dimaksud (nomor 8) harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat penyataan yang bersangkutan. 10) Terhadap permohonan izin apotek dan Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau lokasi tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir APT Pengelolaan Apotek (Departemen Kesehatan RI, 1993) Pengelolaan Apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan Apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek. Pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi 2, yaitu pengelolaan teknis farmasi dan pengelolaan non teknis farmasi.

18 10 Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi : 1) Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat. 2) Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penyerahan perbekalan farmasi lainnya. 3) Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi : i. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat. ii. Pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan/atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya. Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditi selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. Seorang APA dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai yang tidak hanya dalam bidang farmasi tetapi juga dalam bidang lain seperti manajemen agar dapat mengelola apotek dengan baik dan benar. Prinsip dasar manajemen yang perlu diketahui oleh seorang APA dalam mengelola apoteknya, yaitu : 1) Perencanaan, yaitu pemilihan dan penghubungan fakta serta penggunaan asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. 2) Pengorganisasian, yaitu menyusun atau mengatur bagian-bagian yang berhubungan satu dengan lainnya, dimana tiap bagian mempunyai suatu tugas khusus dan berhubungan secara keseluruhan. 3) Kepemimpinan, yaitu kegiatan untuk mempengaruhi dan memotivasi pegawainya agar berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 4) Pengawasan, yaitu tindakan untuk mengetahui hasil pelaksanaan untuk kemudian dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan kerja agar segala kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

19 Pelayanan Apotek (Departemen Kesehatan RI, 1993) Peraturan yang mengatur tentang pelayanan apotek adalah Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 yaitu : 1) Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin; 2) Apoteker wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek, sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat; 3) Apoteker tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten. Namun resep dengan obat bermerek dagang atau obat paten boleh diganti dengan obat generik; 4) Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat; 5) Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat; 6) Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib menyatakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep; 7) Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker; 8) Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu tiga tahun; 9) Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku;

20 12 10) APA, apoteker pendamping atau apoteker pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 11) Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotek, Apoteker pengelola Apotek dapat menunjuk Apoteker Pendamping. Apabila Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola Apotek dapat menunjuk Apoteker Pengganti; 12) Apoteker Pengelola Apotek turut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping, Apoteker Pengganti di dalam pengelolaan Apotek. Apoteker Pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan Apoteker Pengelola Apotek; dan 13) Dalam melaksanakan pengelolaan apotek, APA dapat dibantu oleh Asisten Apoteker (AA). AA melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek dibawah pengawasan Apoteker. Pelayanan yang dilakukan di apotek harus menerapkan pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) yaitu bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Untuk mewujudkan pelayanan kefarmasian, farmasis harus menerapkan standar pelayanan yang baik dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, yang meliputi pelayanan resep, promosi dan edukasi, pelayanan residensial (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, 2004) Pelayanan Resep (Departemen Kesehatan RI, 2004) Skrining resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi persyaratan administratif (nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; nama obat, jumlah obat yang diminta; cara pemakaian yang jelas serta informasi lainnya

21 13 yang diperlukan), kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian), dan pertimbangan klinis (adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat dan lainlain) Penyiapan obat a. Peracikan Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melakukan peracikan obat, harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat, serta penulisan etiket yang benar. b. Etiket Etiket harus jelas dan dapat dibaca. c. Kemasan obat yang diserahkan Kemasan obat harus cocok dan rapi sehingga terjaga kualitas obat tersebut. d. Penyerahan obat Sebelum obat diserahkan kepada pasien, harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi mengenai obat dan konseling kepada pasien. e. Informasi obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi ini sekurangkurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. f. Monitoring penggunaan obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan monitoring penggunaan obat, terutama untuk pasien kardiovaskular, diabetes, tuberkulosis, asma, dan penyakit kronis lainnya. g. Konseling Konseling didefinisikan sebagai proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan

22 14 masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya Promosi dan Edukasi (Departemen Kesehatan RI, 2004) Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi kepada pasien. Apoteker ikut membantu penyebaran informasi antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan dan lainnya Pelayanan Residensial (Departemen Kesehatan RI, 2004) Pelayanan residensial adalah pelayanan apoteker sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk itu apoteker harus membuat catatan pengobatan pasien (medication record). 2.8 Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker (Departemen Kesehatan RI, 2002) Pengalihan tanggung jawab apoteker diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002, yaitu : 1) Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping. 2) Apabila APA dan Apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk apoteker pengganti. 3) Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 4) Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker pendamping, pelaporan oleh ahli waris wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika.

23 15 5) Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat 2.9 Pencabutan Surat Izin Apotek (Departemen Kesehatan RI, 2002) Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut surat izin apotek apabila : 1) Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang tercantum dalam persyaratan sebagai Apoteker Pengelola Apotek. 2) Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya sebagai Apoteker Pengelola Apotek. 3) APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus menerus. 4) Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan apotek. 5) Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut. 6) Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat. 7) Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan surat izin apotek berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan surat izin apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan : (a) Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12. (b) Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan Formulir Model APT-13.

24 16 Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas, dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini dengan menggunakan contoh formulir Model APT-14. Pencairan Izin Apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sebagai berikut : (a) Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, psikotropika, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di apotek. (b) Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. (c) Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam huruf (a) Sediaan Farmasi (Departemen Kesehatan RI, 2006) Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Untuk menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat, maka pemerintah menggolongkan obat menjadi : Obat Bebas Obat golongan ini adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan warna hijau disertai brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis, atau aturan pemakaiannya, nomor bets, nomor registrasi, nama dan alamat pabrik, serta cara penyimpanannya. Gambar 2.1. Penandaan obat bebas

25 Obat Bebas Terbatas Obat golongan ini adalah obat keras yang diberi batas pada setiap takaran dan kemasan yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan yang dapat dikenali oleh penderita sendiri. Obat ini dapat dibeli tanpa resep dokter. Obat bebas terbatas ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan warna biru yang ditulis pada etiket dan bungkus luar. Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas Di samping itu ada tanda peringatan P.No.1 sampai dengan P.No.6, dan penandaan pada etiket atau brosur terdapat nama obat yang bersangkutan, daftar bahan khasiat serta jumlah yang digunakan, nomor bets, dan tanggal kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan (indikasi), dan cara pemakaian, peringatan, serta kontraindikasi. Tanda peringatan pada kemasan dibuat dengan dasar hitam, tulisan putih. P no. 1 Awas! Obat Keras Bacalah aturan memakainya P no.4 Awas! Obat Keras Hanya untuk dibakar P no. 2 Awas! Obat Keras Hanya untuk kumur, jangan ditelan P no.5 Awas! Obat Keras Tidak boleh ditelan P no. 3 Awas! Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan P no.6 Awas! Obat Keras Obat wasir, jangan ditelan Gambar 2.3. Tanda peringatan pada obat bebas terbatas (P1-P6) Obat Keras Obat golongan ini adalah obat-obatan yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, mendesinfeksi dan lain-lain pada tubuh manusia, baik dalam bungkusan atau tidak yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Tanda khusus lingkaran merah dengan garis tepi hitam dan huruf K didalamnya. Psikotropika termasuk dalam golongan obat keras.

26 18 Gambar 2.4. Penandaan obat keras Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Gambar 2.5. Penandaan obat narkotika Berdasarkan Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika, narkotika dibedakan dalam tiga golongan yaitu: a. Narkotika golongan I Merupakan narkotika yang dapat digunakan untuk kepentingan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang digunakan untuk kepentingan lainnya, serta mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk menimbulkan ketergantungan. Contoh tanaman Papaver somniferum (kecuali biji), Erythroxylon coca, dan Cannabis sativa. b. Narkotika golongan II Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan sebagai pilihan terakhir dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi untuk menimbulkan ketergantungan. Contohnya adalah morfin dan petidin. c. Narkotika golongan III Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan untuk menimbulkan ketergantungan, contohnya yaitu Codein.

27 Pengelolaan Narkotika Menurut Undang-undang 35 Tahun 2009 pengaturan narkotika bertujuan untuk: 1) Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan; 2) Mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika; dan 3) Memberantas peredaran gelap narkotika. Secara garis besar pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan dan pemusnahan Pemesanan Narkotika Apoteker hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) tertentu yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, yaitu PT. Kimia Farma, dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan peredaran narkotika. Pemesanan narkotika dilakukan dengan menggunakan surat pesanan (SP) khusus narkotika yang terdiri dari 4 rangkap yang ditandatangani oleh APA serta dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIK, dan SIA. Satu Surat Pesanan (SP) hanya untuk memesan satu jenis narkotika Penyimpanan Narkotika (Departemen Kesehatan RI, 1978) Apotek harus mempunyai tempat khusus yang dikunci dengan baik untuk menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1) Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. 2) Harus mempunyai kunci yang kuat. 3) Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. 4) Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai.

28 20 5) Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. 6) Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang dikuasakan. 7) Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Menurut UU No. 9 Tahun 1976 tentang Narkotika disebutkan bahwa: 1) Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan dan/atau ilmu pengetahuan. 2) Narkotika hanya dapat dipergunakan untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter. 3) Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh diambil di apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep yang mengandung narkotika Pelaporan Narkotika Undang-undang No. 35 Tahun 2009 pasal 14 ayat (2) menyatakan bahwa industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang ada dalam penguasaannya. Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan yang ditandatangani oleh APA. Laporan tersebut terdiri dari laporan penggunaan bahan baku narkotika, laporan penggunaan sediaan jadi narkotika dan laporan khusus menggunakan morfin, petidin dan derivatnya. Laporan dikirim ke kepala Dinas

29 21 Kesehatan Kabupaten/Kota setempat selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya, dengan tembusan kepada Kepala Dinkes Propinsi, Balai/Balai Besar POM, dan sebagai arsip Pemusnahan Narkotika (Departemen Kesehatan RI, 1978) APA dapat melakukan pemusnahan narkotika yang rusak, kadaluarsa, atau tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan. APA yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara pemusnahan narkotika yang memuat : 1) Hari, tanggal, bulan,dan tahun pemusnahan; 2) Nama APA; 3) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari perusahaan atau badan tersebut; 4) Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan; 5) Cara pemusnahan; 6) Tanda tangan penanggung jawab apotek; Pemusnahan narkotik harus disaksikan oleh : 1) Petugas Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan untuk Importir, pabrik farmasi dan unit pergudangan pusat. 2) Petugas Kantor Wilayah Departemen Kesehatan untuk pedagang besar farmasi penyalur narkotika, lembaga dan unit pergudangan propinsi. 3) Petugas Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II untuk apotek, rumah sakit, puskesmas dan dokter. Berita acara pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada Kepala Kantor Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan tembusan kepada Kepala Dinkes Propinsi, Balai/Balai Besar POM, dan sebagai arsip. Menurut Petunjuk Teknis Peraturan Apotek Tahun 2004 mengenai Prosedur Tetap Pelayanan Resep Narkotika, yaitu : 1) Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi. 2) Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetika, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

30 22 3) Mengkaji pertimbangan klinis, yaitu adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). 4) Narkotika hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli rumah sakit, puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter. Salinan resep narkotika dalam tulisan iter tidak bolah dilayani sama sekali. 5) Salinan resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau yang belum dilayani sama sekali hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. 6) Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan Pengelolaan Psikotropika Menurut Undang Undang 5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada sistem saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu: a. Psikotropika golongan I Yaitu psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: lisergida dan meskalina. b. Psikotropika golongan II Yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan, digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: amfetamin dan metamfetamin. c. Psikotropika golongan III Yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan, digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: amobarbital, pentobarbital dan pentazosina. d. Psikotropika golongan IV Yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi, dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

31 23 ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: barbital, alprazolam dan diazepam Pemesanan Psikotropika Surat Pesanan (SP) psikotropika harus ditandatangani oleh APA serta dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIK dan SIA. Satu surat pesanan ini dapat terdiri dari berbagai macam nama obat psikotropika dan dibuat dua rangkap Penyimpanan Psikotropika Obat golongan psikotropika penyimpanannya belum diatur oleh perundang-undangan, namun karena kecenderungan penyalahgunaan psikotropika, maka disarankan agar obat golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus Pelaporan Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997, apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan wajib melaporkan kepada Menteri secara berkala. Pelaporan psikotropika ditandatangani oleh APA ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinkes Propinsi setempat, Balai/Balai Besar POM serta sebagai arsip apotek Pemusnahan Psikotropika Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1997, setiap pemusnahan psikotropika wajib dibuatkan berita acara pemusnahan. Pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal : (a) Berhubungan dengan tindak pidana (b) Kadaluwarsa (c) Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika sebagaimana dimaksud :

32 24 1) Pada butir a, dilakukan oleh suatu tim yang terdiri dari pejabat yang mewakili departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kejaksaan sesuai dengan Hukum Acara Pidana yang berlaku, dan ditambah pejabat dari instansi terkait dengan tempat terungkapnya tindak pidana tersebut, dalam waktu tujuh hari setelah mendapat kekuatan hukum tetap. Untuk psikotropika khusus golongan I, wajib dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah dilakukan penyitaan; dan 2) Pada butir b dan c dilakukan oleh apoteker yang bertanggung jawab atas peredaran psikotropika dengan disaksikan oleh pejabat departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, dalam waktu 7 (tujuh) hari Penyerahan Psikotropika Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan pasien dengan resep dokter.

33 BAB 3 TINJAUAN UMUM 3.1 Sejarah Singkat PT. Kimia Farma Tbk. (PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., 2009) PT. Kimia Farma Tbk. merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan pada tanggal 16 Agustus 1971 dengan status Perusahaan Perseroan Terbatas (PT) dan berada dibawah lingkup Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menurut sejarah perkembangannya, PT. Kimia Farma Tbk. berawal dari beberapa perusahaan milik Belanda, yaitu : a. Bidang usaha industri farmasi dan pertambangan 1) N. V. Chemicalien Handel Rathkamp & Co., bergerak dalam bidang farmasi dan alat kesehatan, di Jakarta. 2) N. V. Pharmaceutische Handel Svereniging, J. Van Gorkom & Co., bergerak dalam bidang farmasi dan alat kesehatan, di Jakarta. 3) N. V. Pharmaceutische Handel Svereniging, De Gedeh, bergerak di bidang farmasi, alat kesehatan dan apotek, Jakarta. 4) N. V. Bandoengsche Kinine Fabriek (pabrik kina) di Bandung. 5) N.V. Indonesche Combinatie Voor Chemicals Industries, di Bandung. 6) N. V. Jodium Onderneming Watoedakon (pabrik yodium), di Watudakon, Mojokerto. 7) N.V. Verband Stoffe Fabriek (pabrik kain kasa), di Surabaya. 8) Drogistery Ballem, di Surabaya. b. Bidang usaha apotek 1) N.V. Bavosta Bataviasche volks stads apotheek, 2) Multi pharma, Jln. Menteng Raya No.23. 3) N.V. Nederlandsche Apotheek, di Jakarta. 4) N.V. Apotheek Jakarta, di Jakarta. 5) N.V. Apotheek De Vos, di Jakarta. 6) N.V. Apotheek Vij Zel, di Jakarta. 25

34 26 7) N.V. Buiten Zorgsche apotheek, di Bogor. 8) N.V. Apotheek, De Gedeh, di Sukabumi. 9) Apotheek Pharmacon, di Bandung. 10) C.V. Apotheek Malang, di Malang. Pada masa pembebasan wilayah Irian Barat, penguasa perang saat itu dengan berdasar kepada Undang-undang No. 74/1957, mengambil alih dan menguasai semua perusahaan swasta Belanda yang beroperasional di seluruh wilayah Republik Indonesia termasuk perusahaan-perusahaan tersebut diatas. Pada Tahun 1958, perusahaan-perusahaan tersebut mengalami proses nasionalisasi dan dibentuk menjadi Bapphar (Badan Pusat Penguasaan Perusahaan Farmasi Belanda ). Bapphar kemudian digabung dengan beberapa perusahaan dari Bappit (Badan Pusat Penguasaan Perusahaan Farmasi Belanda ). Berdasarkan UU No. 19/Prp/tahun 1960 tentang Perusahaan Negara (PN) dan PP No. 69 Tahun 1961, Departemen Kesehatan mengubah Bapphar menjadi Badan Perusahaan Umum (BPU) Farmasi Negara dan membentuk beberapa Perusahaan Negara Farmasi (PNF) yaitu; Radja Farma (Jakarta), Nurani Farma (Jakarta), Nakula Farma (Jakarta), Bhineka Kina Farma (Bandung), Bio Farma (Bandung), Sari Husada (Jogyakarta), dan Kasa Husada (Jawa Timur). Pada perkembangan selanjutnya, melalui PP No. 3 Tahun 1969 tanggal 23 Januari 1969, PNF Radja Farma, PNF Nakula Farma, PNF Sari Husada dan PNF Bhineka Kina Farma digabungkan dan dilebur menjadi perusahaan Farmasi dan Alat Kesehatan Bhineka Kimia Farma. Pada tanggal 19 Maret 1971 pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1971, mengalihkan bentuk PN Farmasi Kimia Farma menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Pada tahun 1997 PT.Kimia Farma menjadi sebuah perusahaan terbuka (Tbk.) sehingga masyarakat ikut serta dalam kepemilikan saham di PT. Kimia Farma. Saat terjadi krisis ekonomi tahun 1998 di ASEAN, bersamaan dengan adanya pergantian kepala pemerintahan (reformasi) terjadi defisit anggaran dan hutang negara yang besar. Untuk mengurangi beban hutang tersebut Pemerintah mengeluarkan kebijakan privatisasi BUMN. Berdasarkan Surat Menteri Negara

35 27 Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. S-59/ M-PM. BUMN/2000 tanggal 7 Maret 2000, PT Kimia Farma di privatisasi. Pada tanggal 4 Juli tahun 2002 PT. Kimia Farma resmi listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai perusahaan publik. Direksi PT. Kimia Farma Tbk kemudian mendirikan 2 anak perusahaan pada tanggal 4 Januari 2002 yaitu: PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading & Distribution. Hal ini bertujuan untuk dapat mengelola perusahaan sehingga lebih terarah dan berkembang dengan cepat Visi, Misi, Motto dan Arah Kebijaksanaan PT. Kimia Farma,Tbk Visi PT. Kimia Farma, Tbk PT. Kimia Farma, Tbk. Mempunyai visi berkomitmen pada peningkatan kualitas kehidupan, kesehatan dan lingkungan Misi PT. Kimia Farma, Tbk. PT. Kimia Farma, Tbk mempunyai misi sebagai berikut: 1) Mengembangkan industri kimia dan farmasi dengan melakukan penelitian dan pengembangan produk yang inovatif. 2) Mengembangkan bisnis pelayanan kesehatan terpadu (health care provider) yang berbasis jaringan distribusi dan jaringan apotek. 3) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan mengembangkan sistem informasi perusahaan Motto PT. Kimia Farma, Tbk. yang memiliki filosofi I CARE yang merupakan singkatan dari: I : Innovative C : Customer First A : Accountability R : Responsibility E : Eco Friendly

36 Tujuan, Fungsi, dan Logo Gambar 3.1. Logo PT. Kimia Farma Tbk Tujuan dari PT. Kimia Farma Tbk. adalah terwujudnya bidang farmasi menuju tercapainya kemandirian di bidang obat yang memiliki peranan di bidang kesehatan, serta kemampuan untuk meningkatkan dan memperbaiki perekonomian negara. PT. Kimia Farma Tbk. memiliki tiga fungsi yaitu: a. Mendukung setiap kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan terutama di bidang pengadaan obat, mengingat PT. Kimia Farma Tbk. merupakan salah satu badan usaha milik negara dalam industri farmasi. b. Memupuk laba demi kelangsungan usaha. c. Sebagai agent of development yaitu menjadi pelopor perkembangan kefarmasian di Indonesia. PT. Kimia Farma Tbk. memiliki logo resmi berupa nama Kimia Farma berwarna biru yang diatasnya ada lambang matahari terbit berwarna orange dengan jenis huruf italic. Maksud dari simbol tersebut adalah : a. Simbol : matahari 1) Paradigma baru: matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru kehidupan yang lebih baik. 2) Optimis Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut adalah penggambaran optimisme Kimia Farma dalam menjalankan bisnisnya. 3) Komitmen 4) Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam dari arah barat secara teratur dan terus menerus memiliki makna adanya komitmen dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan.

37 29 5) Sumber energi Matahari sumber energi bagi kehidupan, dan Kimia Farma baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan masyarakat. 6) Semangat yang abadi Warna orange berarti semangat, warna biru berarti keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna yaitu semangat yang abadi. b. Jenis huruf Jenis huruf dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma disesuaikan dengan nilai dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada. Sifat huruf: 1) Kokoh Memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis hulu hilir, dan merupakan perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia. 2) Dinamis Dengan jenis huruf italic, memperlihatkan kedinamisan dan optimisme. 3) Bersahabat Dengan jenis huruf kecil dan lengkung, memperlihatkan keramahan Kimia Farma dalam melayani konsumennya. 3.2 PT. Kimia Farma Apotek Perkembangan jumlah apotek yang pesat dapat dilihat mulai tahun 1985 sampai Maret 2012 ini terdapat sekitar 390 unit outlet apotek. Kegiatan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma tidak hanya melayani resep dokter namun juga dilengkapi dengan : a. Counter swalayan farmasi yang berisi obat-obat bebas dan bahan-bahan kebutuhan sehari-hari. b. Tempat praktek dokter dan laboratorium klinik untuk mendekatkan pelayanan kepada pasien.

38 30 c. Layanan kacamata yang didukung oleh peralatan modern untuk pembuatan kacamata. Kimia Farma juga memenuhi kebutuhan obat-obatan dan sediaan farmasi lainnya dalam rangka menunjang program pemerintah, seperti program obat inpres dan program peningkatan gizi masyarakat. Bidang pelayanan terus ditingkatkan dengan cara: a. Pelayanan berbagai sarana untuk menciptakan suasana keamanan dan kenyamanan. b. Penempatan tenaga kerja yang terampil dan ramah. c. Penempatan harga yang terjangkau. d. Kecepatan pelayanan dan kelengkapan obat. Paket Deregulasi 23 Oktober 1993 memberikan dampak munculnya apotek-apotek baru yang mengakibatkan persaingan apotek yang semakin ketat. Untuk menghadapi tantangan tersebut, maka Kimia Farma memunculkan gagasan grouping antar Apotek Kimia Farma agar lebih efisien dalam pekerjaan pelayanan dan ekonomis serta untuk meningkatkan daya saing dengan apotek swasta lainnya yang lebih dulu melakukan grouping dalam menjalankan usahanya. Dalam melaksanakan grouping ini maka Apotek Kimia Farma secara umum dibagi menjadi 2 jenis kegiatan apotek yaitu apotek Bisnis Manajer dan apotek pelayanan. Pada apotek Bisnis Manajer dilakukan kegiatan administrasi yang mengkoordinasikan aktivitas administrasi beberapa apotek pelayanan dalam suatu group daerah, disamping melaksanakan fungsi pelayanan apotek secara umum. Sedangkan apotek pelayanan hanya melaksanakan fungsi pelayanan. Pada apotek Bisnis Manajer dilakukan pengadaan dan penyimpanan barang, serta pendistribusian barang dan juga pengumpulan data kegiatan untuk semua apotek dalam group daerahnya. Dengan adanya apotek Bisnis Manajer ini maka dapat ditingkatkan efisiensi modal kerja, pengadaan dan kelengkapan barang serta pengumpulan data apotek pelayanan secara terpadu. Pada apotek pelayanan tidak dilakukan pengadaan dan penyimpanan barang sendiri, namun barang diperoleh dari apotek Bisnis Manajer sehingga kegiatannya terfokus pada pelayanan. Saat ini terdapat 33 Bisnis Unit di seluruh Indonesia.

39 BAB 4 TINJAUAN KHUSUS 4.1 Bisnis Manajer Wilayah Bogor Bisnis Manajer wilayah Bogor membawahi 20 apotek pelayanan yang tersebar di wilayah Bogor, Depok, Sukabumi dan Cianjur. Bisnis Manajer wilayah Bogor bertempat di Apotek Kimia Farma No.7, Jl. Ir. H. Juanda No.30, Bogor. Bisnis Manajer bertanggung jawab terhadap kegiatan pengadaan dan administrasi dari apotek-apotek pelayanan yang berada di bawah pengelolaannya. Struktur organisasi Bisnis Manajer terdiri dari seorang Manajer Bisnis yang membawahi supervisor pelayanan, supervisor pengadaan dan supervisor administrasi dan keuangan. Struktur Organisasi PT Kimia Farma Apotek dapat dilihat pada Lampiran Manajer Bisnis Tugas dari seorang manajer bisnis adalah mengarahkan, mengelola, dan mengawasi kegiatan operasional beberapa apotek di wilayahnya baik dari sisi penjualan dan pelayanan, untuk memastikan pencapaian target operasional yang telah ditentukan baik dari segi penjualan, keuntungan, dan lainnya. Adapun tanggung jawab utama dari manajer bisnis adalah: a. Merencanakan, mengelola, mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan bisnis dan operasional unit bisnis sesuai dengan kebijakan yang digariskan PT Kimia Farma Apotek. b. Merencanakan dan menyusun rencana kerja serta anggaran perusahaan unit bisnisnya. c. Mengendalikan dan mengawasi penggunaan anggaran operasional. d. Merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, dan menganalisis pengembangan usaha di daerahnya berkoordinasi dengan manajer pelayanan dan pengembangan usaha. e. Mengevaluasi dan meningkatkan standar pelayanan yang ada di unitnya. 31

40 Bagian Pengadaan Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di Bisnis Manajer Kimia Farma Apotek menggunakan sistem Distribution Center (DC). Distribution Center (DC) adalah gudang (warehouse) yang menjalankan fungsi : a. Perencanaan pembelian barang b. Penerimaan, perawatan dan penyimpanan barang digudang c. Pengeluaran dan pengepakan barang d. Penghantaran (distribusi) barang dari gudang ke apotek Dalam struktur organisasi Bisnis Manager, fungsi kegiatan DC berada di bawah Manager Bisnis bersama dengan fungsi keuangan. Fungsi kegiatan DC diselenggarakan oleh Kepala Pembelian, Kepala Gudang dan Kepala keuangan (TU). Dalam melaksanakan tugasnya, bagian pembelian haruslah merencanakan semua perbekalan farmasi yang akan dibeli secara cermat dan sesuai dengan kebutuhan apotek-apotek pelayanan yang berada di bawah pengelolaannya. Tanggung jawab fungsi DC adalah: a. Melaksanakan pengecekan dan validasi BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek) dari apotek pelayanan untuk memastikan pemesanan barang/obatobatan kepada distributor/pbf (Pedagang Besar Farmasi) yang dibutuhkan apotek pelayanan sesuai dengan rencana dan ketentuan serta prosedur yang berlaku. b. Membuat perencanaan dan pengadaan barang untuk seluruh unit bisnis apotek berdasarkan pareto penjualan apotek untuk memastikan ketepatan dakam pemenuhan ketersediaan barang. c. Melakukan pemeriksaan terhadap ketersediaan barang di gudang, sebelum dilakukan pemesanan barang kepada distributor untuk memastikan ketepatan dalam pemenuhan ketersediaan barang untuk memastikan ketepatan dakam pemenuhan ketersediaan barang. d. Membuat SPB (Surat Pesanan Barang) sebagai bukti pemesanan barang/obatobatan kepada distributor/pbf dan permintaan pengiriman barang/obat-obatan secara langsung dari distributor/pbf kepada apotek pelayanan, untuk memastikan bahwa distributor/pbf memberikan dan mengirimkan barang/obat-obatan yang sesuai dengan pesanan kepada apotek pelayanan. e. Melakukan pemesanan barang/obat-obatan sekaligus melakukan negosiasi diskon harga (waktu kegiatan dan waktu pembayaran) dan bonus dengan distributor/pbf untuk mendapatkan harga yang kompetitif.

41 33 f. Melakukan verifikasi faktur dan BPBA dari seluruh apotek pelayanan dan melakukan pengecekan terhadap diskon harga, bonus barang/obat-obatan, jangka waktu pembayaran yang ada dalam faktur atau Bon Penerimaan Barang, untuk memastikan bahwa Distributor/PBF memberikan diskon atau bonus sesuai dengan kesepakatan. g. Memberikan faktur untuk verifikasi lebih lanjut terhadap barang yang sudah dicek kepada administrasi pembelian/hutang dagang, memastikan pengarsipan faktur dan memperlancar proses pembayaran hutang kepada distributor/pbf. h. Melaksanakan rekapitulasi koreksi harga dan penambahan barang/obat-obatan baru pada master barang dari seluruh Distributor/PBF dan selanjutnya akan diimpor oleh seluruh Apotek Pelayanan, yang terlebih dahulu diinformasikan ke seluruh apotek pelayanan. i. Melaksanakan pemilihan distributor/pbf ketika akan memesan barang/obat-obatan, untuk mendapatkan barang/obat-obatan yang tepat dengan spesifikasi, jumlah dan permintaan Bagian Keuangan dan Akuntansi Bagian keuangan dijalankan oleh petugas kasir besar yang bertanggung jawab kepada Bisnis Manajer. Tugas kasir besar adalah: a. Mengkoordinasikan dan mengawasi seluruh kegiatan administrasi keuangan dan akuntansi, untuk mendukung kelancaran kegiatan operasional Kimia Farma Apotek. b. Melakukan pemeriksaan lairan administrasi pelayanan untuk menjamin kebenaran dan keabsahan dari laporan-laporan tersebut. c. Melakukan konsolidasi laporan-laporan administrasi pelayanan menhadi laporan keuangan perusahaan sebelum dilaporkan dan disetujui oleh Manajer Bisnis, untuk mendukung pemberian informasi yang akurat dan tepat dalam prosed pengambilan keputusan oleh pihak manajemen. d. Melakukan pengecekan data, bukti-bukti (kuitansi,bon) yang berasal dari apotek pelayanan atau staf manager bisnis, untuk memastikan kebenaran dan keakuratannya. e. Mengawasi penggunaan barang-barang kantor oleh karyawan, untuk emnjamin penggunaan barang-barang secara efektif dan efisien. f. Mempertimbangkan usulan pembelian inventaris kantor dari karyawan/ bagian sebelum diajukan ke atasan dan mengajukan usulan pembelian inventaris kantor untuk mendukung kelancaran kegiatan operasional.

42 34 g. Melaksanakan administrasi dan pengelolaan dokumen seluruh aset-aset perusahaan, untuk memastikan bahwa semua dokumen terjamin keamanannya. h. Melakukan penilaian, evaluasi atau analisis lainnya untuk kelayakan apotek baru, pelanggan kredit yang sudah ada, untuk emndukung proses pengambilan keputusan manager bisnis. Tanggung jawab kasir besar adalah: a. Menerima dan mengeluarkan uang (surat berharga) sesuai dengan bukti-bukti dokumen yang sah dan disetujui oleh APA. b. Menjaga dan memelihara keamanan dari risiko kehilangan dan kerusakan uang (surat berharga). c. Bertanggung jawab terhadap keuangan perusahaan Bagian Administrasi/Ketatausahaan Fungsi bagian administrasi/ketatausahaan adalah sebagai pelaksana pembuatan laporan akuntansi keuangan dan sebagai pengawas kesesuaian proses pelaksanaan pengumpulan data, pencatatan, penyajian laporan dan pengarsipan data dari seluruh fungsi kegiatan yang ada di apotek terhadap sistem yang berlaku di apotek. Bagian ini dipimpin oleh seorang supervisor administrasi dan keuangan yang bertanggung jawab kepada Bisnis Manajer. Supervisor administrasi dan keuangan bertugas mengkoordinir semua kegiatan administrasi di apotek yang ada dibawahnya, meliputi administrasi hutang dagang, administrasi piutang dagang, administrasi kas bank, administrasi pajak, administrasi inkaso dan administrasi umum Administrasi Hutang Dagang Bagian ini melaksanakan semua kegiatan administrasi pembelian barang di apotek, yaitu: a. Menerima faktur asli pembelian barang/obat dari Distributor/PBF dan copy faktur dari Supervisor Pengadaan sebelum disetujui oleh Supervisor Keuangan dan Akuntansi, untuk memastikan kesesuaian atau kebenaran antara kedua faktur tersebut. b. Mencatat rincian hutang dagang dari faktur pembelian ke dalam kartu hutang setiap Distributor/PBF, untuk memastikan jumlah total pembelian dari setiap distributor/pbf.

43 35 c. Memilah faktur-faktur pembelian yang akan jatuh tempo kemudian dibuatkan voucher dan meminta persetujuan pembayarannya dari Supervisor Keuangan dan Akuntansi, untuk memastikan bahwa prosed pembayaran kepada Distributor/PBF dapat dilakukan sesuai dengan jumlah dan jadual yang telah ditentukan. d. Mengecek faktur pembelian dari barang yang tidak jadi beli (retur obat) ke Pelaksana Gudang/apotek pelayanan sebelum minta bukti CN obat dari Distributor/PBF, untuk memastikan proses pengembalian obat ke Distributor/PBF berjalan sesuai dengan prosedur. e. Membuat Laporan Hutang Dagang dan Laporan Pajak Pembelian setiap bulan yang akan diserahkan kepada Supervisor Keuangan dan Akuntansi Unit Bisnis Apotek, untuk memastikan jumlah pembelian seluruh apotek Unit Bisnis terkait Administrasi Piutang Dagang Bagian ini melaksanakan semua kegiatan administrasi penjualan kredit di apotek, kegiatannya meliputi: a. Melakukan pengecekan data penjualan dari outlet sebelum direkapitulasi dan diserahkan kepada Supervisor Keuangan dan Akuntansi, untuk memastikan bahwa data tersebut akurat. b. Membuat laporan piutang dengan mengelompokkan umur piutang dagang, sehingga memberikan informasi akurat mengenai kondisi piutang dagang untuk penentuan tindakan lebih lanjut. c. Melakukan konfirmasi ke pelanggan terutama mengenai piutang yang telah dan belum terbayar untuk memastikan pembayaran piutang oleh pelanggan. d. Melakukan penerimaan, pemeriksaan dan pembukuan kuitansi/nota dagang ke kartu penjualan dan kuitansi tagihan ke kartu piutang, untuk memberikan informasi yang akurat dan tepat dalam laporan piutang dagang. e. Mencocokkan laporan piutang dengan buku besar serta mengkoreksi ketidak sesuaian data penjualan yang terdapat dikomputer dana kuitansi untuk memastikan kesesuaian dan kesamaan data. f. Membukukan faktur pajak standar atas kuitansi yang diajukan ke pelanggan untuk mendukung kemudahan dalam proses pengecekan lebih lanjut Administrasi Pajak Bagian administrasi pajak bertugas untuk mengurus seluruh administrasi pajak yang ada di Bisnis Manajer wilayah Bogor. Adapun tugasnya adalah sebagai berikut:

44 36 a. Melakukan pencatatan surat setoran pajak yang belum dan sudah diterima ke dalam SPT dan penyusunan lapiran perpajakan bulanan, untuk mendukung pemberian informasi uang aliran mengenai perpajakan perusahaan. b. Melakukan rekapitulasi perhitungan total nilai pajak perhitungan yang harus dibayarkan oleh perusahaan, untuk mendukung pemberian informasi total nilai pajak secara tepat dan akurat. c. Melakukan perhitungan nilai pajak penghasilan atas sewa, kontrak dan perpanjangan,pembayaran jasa yang digunakan, untuk mendukung pemberian informasi nilai pajak secara tepat dan akurat. d. Mempersiapkan kelengkapan formulir-formulir pajak dari kantor Pajak sebelum diserahkan kepada Kantor Pelayanan Pajak Negara dan Daerah, untuk mendukung kelancaran proses pembayaran pajak. e. Melaksanakan kegiatan administrasi dan kearsipan faktur-faktur pajak standar dan formulir pajak bulanan, untuk memudahkan pengecekan, pengawasan dan pencarian informasi lebih lanjut di masa mendatang Administrasi Inkaso Kegiatan bagian administrasi inkaso meliputi : a. Bertanggung jawab menyimpan dan menerbitkan alat-alat tagih (dibuat oleh bagian administrasi piutang dagang) yang terdiri dari rekap tagihan, kuitansi penagihan dan bukti fotokopi resep kredit. b. Setiap bulan, menerbitkan tagihan ke masing-masing debitur, kemudian dibuat tanda terima kuitansi dari debitur. c. Tanda terima kuitansi kemudian disimpan di map tunggu sampai jatuh tempo pelunasan piutang tiba. d. Setelah jatuh tempo, tanda terima kuitansi ditagihkan ke debitur oleh bagian penagihan untuk dilunasi oleh debitur, hasil pelunasan diserahkan ke bagian kasir besar. e. Setelah dilunasi, bagian administrasi inkaso akan menerbitkan nota inkaso sebagai bukti pelunasan piutang. f. Setiap bulan dilakukan stok kuitansi untuk melihat apakah terdapat debitur yang belum melunasi piutangnya.

45 Administrasi Kas bank Bagian ini bertugas untuk mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran melalui kas atau bank. Adapun kegiatan yang dilakukannya meliputi: a. Melakukan import data atas transaksi kas/bank dan selanjutnya melakukan validasi terhadap data-data yang telah dikirim Apotek Pelayanan, untuk memastikan data-data keuangan dari Apotek Pelayanan telah sesuai. b. Melakukan input dan validasi atas bukti penerimaan dan pengeluaran, untuk memastikan bahwa setiap penerimaan dan pengeluaran telah sesuai bukti kas/bank yang ada. c. Melakukan rekonsiliasi jurnal transaksi yang dicetak di manager Bisnis dengan data dari apotek pelayanan dan Laporan Ikhtisar Penjualan harian dan Bukti Setoran Kasir serta kas dengan bukti-buktiyang ada untuk memastikan kesesuaian akurasi data. d. Melakukan rekapitulasi jurnal transaksi harian yang telah divalidasi atasan sebalum dimasukkan ke dalam Buku Besar, untuk memberikan informasi mengenai penjualan tunai. e. Menyusun buku koreksi kesalahan sebelum dimasukkan ke dalam Buku Besar, untuk memberikan informasi yang akurat bagi pihak yang terkait. f. Menerbitkan voucher penggantian biaya rutin dan divalidasi, untuk mendukung penggantian di kasir dan outlet. g. Membuat Buku Besar yang mencakup transaksi penjualan, pemasukan, dan pengeluaran untuk memberikan informasi yang akurat bagi Supervisor Keuangan dan Akuntansi dalam menentukan tindakan lebih lanjut atau mengambil keputusan. h. Membuat berbagai macam laporan (mingguan-bulanan kas bank, cash flow, cash budget, perincian biaya per sub pos dan per rekening) untuk memberikan informasi yang akurat bagi Supervisor Keuangan dan Akuntansi dalam menentukan tindakan lebih lanjut atau mengambil keputusan. i. Mengarsip kas bank yang sudah ditandatangani oleh Manager Bisnis, untuk mendukung kemudahan dalam pengecekan/pencarian data Administrasi Umum Administrasi Umum berfungsi dalam melaksanakan kegiatan administrasi umum dan kepersonaliaan untuk mendukung kelancaran kegiatan operasional perusahaan. Adapun kegiatannya adalah sebagai berikut:

46 38 a. Melaksanakan permbuatan daftar pembayaran gaji rutin maupun non rutin sesuai dengan jumlah dan jadual yang telah ditentukan untuk memastikan bahwa kegiatan berjalan dengan baik sesuai dengan ketentuan dan prosedur. b. Mempersiapkan data karyawan yang telah memenuhi standar kompetensi sebagai usulan untuk kenaikan pangkat kepada Manajer Bisnis untuk dijadikan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan lebih lanjut. c. Melakukan pendataan pegawai untuk dilakukan analisa perubahan status pegawai dan analisa beban kerja per pegawai sebagai bahan untuk mengambil keputusan lebih lanjut. d. Melaksanakan administrasi dan kearsipan surat-surat, arsip-arsip, SK-SK kepegawaian untuk memudahkan dalam pengecekan, pengawasan dan pencarian informasi mengenai kepegawaian. e. Melakukan penyusunan PPh karyawan untuk memberikan informasi yang akurat mengenai pembayaran PPh karyawan kepada petugas terkait. f. Melakukan pencatatan dan pengelolaan data inventaris perusahaan untuk memastikan bahwa semua inventaris perusahaan terpantau dan terdata dengan akurat dan sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku. g. Melakukan pengurusan izin-izin yang berhubungan dengan apotek, untuk mendukung proses persiapan dan kegiatan operasional apotek. h. Melakukan kegiatan pemantauan kedisiplinan karyawan untuk memberikan informasi mengenai tingkat kedisiplinan karyawan kepada pihak-pihak terkait Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor Lokasi dan Tata Ruang Lokasi Apotek Apotek Kimia Farma No.7 terletak dikawasan yang sangat strategis yaitu berada di tepi jalan besar dua arah dengan halaman yang luas, mudah diakses, dapat dilewati oleh mobil pribadi, kendaraan umum, dekat dengan kebun raya Bogor dan disekitarnya merupakan daerah perkantoran Tata Ruang Apotek Bangunan apotek terdiri dari 3 lantai, dimana lantai 1 digunakan untuk kegiatan apotek pelayanan resep umum, lantai 2 digunakan untuk kegiatan apotek pelayanan resep asuransi kesehatan (askes) dan sebagai tempat beberapa praktek dokter, sedangkan lantai 3 digunakan untuk kegiatan Bisnis Manajer untuk

47 39 wilayah Bogor. Tata ruang/denah Apotek Kimia Farma No.7 dapat dilihat pada lampiran 4.2. Ruang di Apotek KF No.7 diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pelaksanaan aktivitas pelayanan apotek, memberikan suasana nyaman bagi pasien dan pegawai apotek. Adapun pembagian ruang atau tempat yang terdapat di dalam apotek antara lain : a. Ruang tunggu Dalam ruang ini tersedia tempat duduk dengan jumlah yang memadai, tempat sampah, ventilasi udara dan cahaya yang cukup serta dilengkapi dengan pendingin ruangan, pengharum ruangan otomatis, dan televisi sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi pasien yang menunggu. b. Tempat penyerahan resep dan pengambilan obat Tempat ini berupa counter yang tingginya kurang lebih 1 meter untuk kegiatan penyerahan resep dan pengambilan obat. c. Swalayan farmasi Ruangan ini berada di sebelah kanan dari pintu masuk apotek dan mudah terlihat dari ruang tunggu pasien. Barang-barang yang dijual di swalayan farmasi adalah obat-obat bebas, obat bebas terbatas, jamu/obat herbal, berbagai macam produk suplemen, produk-produk susu, minyak angin, bedak tabur, alat kesehatan, dan lain sebagainya. d. Tempat peracikan Ruangan ini terletak di bagian samping tempat penyerahan resep. Di ruangan ini dilakukan peracikan obat-obat yang dilayani berdasarkan resep dokter. Ruangan ini dilengkapi fasilitas untuk peracikan seperti timbangan, blender, lumpang dan alu, gelas ukur, sealing equipment, bahan baku dan alat-alat untuk meracik lainnya Struktur Organisasi Apotek KF No.7 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan apotek serta membawahi secara langsung supervisor yang terdapat di apotek tersebut. Di bawah supervisor terdapat pelaksana-pelaksana yang masing-masing memiliki tanggung jawab lain

48 40 selain menyiapkan obat dan memberikan obat kepada pasien, seperti Asisten Apoteker (AA) yang bertanggung jawab mengurusi penjualan resep kredit ataupun tender dengan perusahaan atau instansi. Masing-masing Asisten Apoteker (AA) juga bertanggung jawab pada rak-rak obat tertentu mengenai kerapihan, kebersihan dan kelengkapan persediaan obat Tugas dan Fungsi Tenaga Kerja Apotek Apoteker Pengelola Apotek Pimpinan Apotek Kimia Farma No.7 adalah seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan Surat Izin Apotek. APA bertindak sebagai manajer apotek pelayanan yang memiliki kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengawasi jalannya apotek Apoteker Pendamping Apoteker pendamping adalah seorang apoteker yang bertugas memberi pelayanan farmasi ketika apoteker pengelola apotek tidak berada ditempat. Apotek Kimia Farma No. 7 mempunyai dua orang Apoteker Pendamping yang melaksanakan pekerjaan kefarmasiannya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan Supervisor Supervisor adalah seorang asisten apoteker senior yang bertanggung jawab langsung kepada pimpinan apotek. Tugas Supervisor adalah sebagai berikut: 1) Membantu Apoteker Pengelola Apotek melakukan pengontrolan dan pengawasan pelayanan kepada pasien. 2) Membantu Apoteker Pengelola Apotek melakukan pengontrolan dan mengawasi kelancaran arus barang yang masuk dan keluar, serta pengadaan barang untuk apotek, kelancaran resep, penjualan bebas, dan penjualan alat kesehatan. 3) Mengatur jadwal masuk kerja serta pergantian jadwal masuk kerja para petugas apotek.

49 Asisten Apoteker Asisten apoteker bertanggung jawab langsung kepada supervisor pelayanan. Tugas asisten apoteker adalah sebagai berikut: a. Mengatur, mengontrol dan menyusun penyimpanan obat dan perbekalan farmasi lainnya sesuai dengan bentuk dan jenis barang yang disusun secara alfabetis. b. Menerima resep dan memeriksa keabsahan dan kelengkapan resep sesuai dengan peraturan kefarmasian. c. Memeriksa ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya berdasarkan resep yang diterima. d. Memberikan harga pada setiap resep dokter yang masuk. e. Melayani dan meracik obat sesuai dengan resep dokter antara lain menghitung dosis obat untuk racikan, menimbang bahan, meracik, mengemas obat dan memberikan etiket. f. Membuat kuitansi atau salinan resep untuk obat yang hanya diambil sebagian atau bila diperlukan pasien. g. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan, jumlah obat, nama, nomor resep dan cara pemakaian. h. Melakukan pemeriksaan akhir terhadap hasil penyiapan obat. i. Menyerahkan obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada pasien dan memberikan penjelasan tentang penggunaan obat atau informasi lain yang dibutuhkan. j. Mencatat masuk dan keluarnya obat pada kartu stok barang. k. Melakukan pelayanan informasi mengenai cara pemakaian obat pada saat penyerahan obat dari asisten apoteker kepada pelanggan Juru Resep Juru resep bertugas membantu Asisten Apoteker dalam menyiapkan obat dan perbekalan farmasi lainnya di bawah pengawasan asisten apoteker. Tugas Juru resep adalah sebagai berikut: a. Membantu Asisten Apoteker dalam menyiapkan obat, mengerjakan obat-obatan racikan yang telah disiapkan oleh asisten apoteker sesuai dengan sediaan yang diminta.

50 42 b. Membuat obat-obat racikan standar (anmaak) di bawah pengawasan asisten apoteker. c. Menjaga kebersihan ruangan apotek Kegiatan Apotek Kegiatan utama yang dilakukan apotek Kimia Farma No.7 meliputi kegiatan teknis kefarmasian maupun kegiatan non teknis kefarmasian Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan teknis kefarmasian yang dilakukan di apotek meliputi pengadaan, penyimpanan, peracikan, penjualan obat dan perbekalan farmasi lainnya serta pengelolaan narkotika dan psikotropika. a. Pengadaan barang Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma No.7 dilakukan melalui Bisnis Manajer dengan sistem Distribution Center (DCs) melalui sistem online. Dengan sistem DC ini kita dapat mengetahui kebutuhan tiap-tiap apotek pelayanan yang berada dalam satu wilayah bisnis manajer, sehingga pengiriman barang berdasarkan kebutuhan masing-masing apotek. Supervisor pengadaan melakukan pemesanan barang kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang resmi dengan menerbitkan Surat Pesanan Barang/ SPB (Lampiran 4.3). Barang yang dipesan akan dikirim ke gudang pusat dan selanjutnya akan didistribusikan ke masing-masing apotek beserta dokumen droping (Lampiran 4.4) dan formulir serah terima barang DCs (Lampiran 4.5) melalui jasa ekpedisi. Apotek pelayanan dapat melakukan permintaan mendesak (by pass) jika obat atau perbekalan farmasi lainnya dibutuhkan segera tetapi tidak ada persediaan. Permintaan tersebut dilakukan menggunakan Bon Pemesanan Barang Apotek/BPBA (Lampiran 4.6) yang ditujukan kepada PBF. Khusus untuk pengadaan narkotika dan psikotropika, pengadaan dilakukan oleh masing-masing apotek pelayanan kepada PBF/distributor resmi dengan mengeluarkan Surat Pesanan (SP) khusus Narkotika dan Psikotropika. PBF akan mengantar langsung pesanan narkotika/psikotropika ke apotek pelayanan terkait.

51 43 Pembelian obat dan perbekalan farmasi lainnya tidak saja berasal dari PBF Kimia Farma tetapi juga dari PBF atau distributor resmi/berizin lainnya. Adapun dasar pemilihan PBF atau distributor adalah sebagai berikut : a. Ketersediaan barang b. Kualitas barang yang dikirim dapat dipertanggungjawabkan c. Besarnya potongan harga (diskon) yang diberikan d. Kecepatan dan ketepatan waktu pengiriman barang e. Cara pembayaran b. Penyimpanan barang Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang diterima pada tempat yang aman dan dapat menjamin mutunya (Departemen Kesehatan RI, 2008). Apotek Kimia Farma No.7 memiliki ruang/tempat penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya pada sarana swalayan farmasi dan ruang peracikan. Swalayan farmasi menyediakan tempat untuk mendisplai obat bebas dan obat bebas terbatas serta informasi bagi pasien berupa brosur/leaflet. Didalam ruang peracikan, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya disimpan didalam rak-rak/lemari yang sesuai yang memudahkan pengisian dan pengeluaran barang. Di tempat ini terdapat serangkaian kegiatan yang meliputi: penerimaan, pengawasan, pengendalian persediaan, dan pengeluaran obat. Penyimpanan sediaan farmasi disusun berdasarkan kelas terapi (sifat farmakologis), keamanan, bentuk sediaan, suhu stabilitas, dan disusun secara alfabetis. Lemari penyimpanan sediaan farmasi di ruang peracikan terdiri dari : a. Lemari penyimpanan obat ethical/prescription drugs berdasarkan kelas terapi dan pareto b. Lemari penyimpanan obat narkotika yang terkunci c. Lemari penyimpanan obat psikotropika yang terkunci d. Lemari penyimpanan Obat Keras Tertentu (OKT) yang terkunci e. Lemari penyimpanan obat-obat mahal yang terkunci f. Lemari penyimpanan bahan baku obat

52 44 g. Lemari penyimpanan sediaan sirup atau suspensi h. Lemari penyimpanan sediaan obat tetes/drops dan lotion i. Lemari penyimpanan sediaan salep dan tetes mata j. Lemari penyimpanan sediaan injeksi dan infuse k. Lemari pendingin untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti suppositoria, serum, vaksin, insulin dan tetes mata tertentu. Setiap AA bertanggung jawab terhadap lemari penyimpanan obat yang telah ditetapkan, meliputi kerapihan, kebersihan, dan kelengkapan/stok obat yang ada di lemarinya. Setiap pemasukan dan penggunaan obat/barang harus selalu di input kedalam komputer dan dicatat pada kartu stok (Lampiran 4.7), meliputi tanggal pengisian/pengambilan, nomor dokumen, jumlah barang yang diisi/diambil, sisa barang dan paraf petugas yang melakukan pengisian/pengambilan barang. Kartu stok harus selalu diisi dengan lengkap dan rapi serta diletakkan di masing-masing kotak obat/barang. c. Penjualan Penjualan yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No.7 meliputi penjualan tunai dan kredit baik dengan resep dokter maupun tanpa resep dokter (Upaya Pengobatan Diri Sendiri/UPDS). Penjualan tunai obat dengan resep dilakukan terhadap pelanggan yang langsung datang ke apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dan dibayar secara tunai. Penjualan tunai obat dengan resep dokter mengikuti alur sebagai berikut (Lampiran 4.8): 1) Asisten apoteker pada bagian penerimaan resep menerima resep dari pasien, lalu memeriksa kelengkapan dan keabsahan resep tersebut. 2) Asisten apoteker akan memeriksa ada atau tidaknya obat dalam persediaan. Bila obat yang dibutuhkan tersedia, kemudian dilakukan pemberian harga dan memberitahukannya kepada pasien. 3) Setelah pasien setuju segera dilakukan pembayaran atas obat dan dibuatkan struk pembayaran obat tersebut dan disatukan dengan resep aslinya. Bila obat hanya diambil sebagian maka petugas akan membuat salinan resep/copy resep (Lampiran 4.9) untuk pengambilan sisanya. Bagi pasien yang memerlukan kuitansi dapat pula dibuatkan kuitansi dan salinan resep di

53 45 belakang kuitansi tersebut. Informasi pasien akan dimasukkan kedalam database apotek secara komputerisasi. 4) Obat disiapkan oleh petugas. 5) Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket (Lampiran 4.10), label (Lampiran 4.11) bila perlu dan dikemas dengan kemasan yang sesuai (Lampiran 4.12). 6) Pemeriksaan kembali dilakukan sebelum obat diberikan, meliputi nomor resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah dan etiketnya. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan salinan resep sesuai resep aslinya serta kebenaran kuitansi. 7) Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep yang disertai dengan informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan pasien. Konseling dapat dilakukan bersamaan pada saat pemberian informasi obat atas permintaan pasien. 8) Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep dan disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun. Penjualan kredit obat dengan resep dokter adalah penjualan obat dengan resep berdasarkan perjanjian kerjasama yang telah disepakati oleh suatu perusahaan/instansi dengan apotek yang pembayarannya dilakukan secara kredit melalui penagihan kepada perusahaan pada waktu yang telah disepakati. Prosedur pelayanan resep kredit pada dasarnya sama dengan pelayanan resep tunai, hanya saja pada pelayanan resep kredit terdapat beberapa perbedaan seperti: 1) Setelah resep dokter diterima dan diperiksa kelengkapannya maka dilakukan penetapan harga namun tidak dilakukan pembayaran oleh pasien tetapi petugas apotek langsung menyiapkan obat sesuai resep. 2) Harga resep kredit ditetapkan berdasarkan perjanjian kerjasama oleh intansi/perusahaan dengan Apotek Kimia Farma, sehingga harganya berbeda dengan pembelian resep tunai. 3) Penomoran resep dokter yang dibeli secara kredit dibedakan dengan resep yang dibeli secara tunai. 4) Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep yang dibeli secara tunai kemudian dikumpulkan dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan masing-

54 46 masing instansi atau perusahaan untuk dilakukan penagihan pada saat jatuh tempo pembayaran yang telah disepakati bersama. Pelayanan upaya pengobatan diri sendiri (UPDS) adalah penjualan obat atau perbekalan farmasi yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat keras yang termasuk dalam daftar obat wajib apotek. Pelayanan UPDS mengikuti alur sebagai berikut: 1) Petugas menerima permintaan barang dari pasien dan langsung menginformasikan ketersediaan obat. 2) Setelah disetujui oleh pembeli, pembeli langsung membayar ke kasir. 3) Bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat bukti penyerahan nota penjualan bebas. 4) Barang beserta bukti pembayaran penjualan bebas diserahkan kepada pasien Kegiatan Non Teknis Kefarmasian Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No.7 berupa administrasi harian dalam bentuk pembuatan Laporan Ikhtisar Penerimaan Harian (LIPH) (Lampiran 4.13) baik tunai maupun kredit, serta memasukkan data resep tunai dan resep kredit. Kegiatan pencatatan dilakukan oleh bagian administrasi dan keuangan di Bisnis Manajer. Kegiatan pencatatan yang dilakukan meliputi kegiatan administrasi dan keuangan. Kegiatan administrasi ditangani oleh beberapa staf adiministrasi dan keuangan yang bertanggung jawab kepada supervisor administrasi dan keuangan, sedangkan kegiatan keuangan ditangani oleh Kasir Besar. Supervisor administrasi dan keuangan serta kasir besar bertanggung jawab langsung kepada pimpinan apotek BM Pengelolaan Narkotika Pengelolaan narkotika diatur secara khusus mulai dari pengadaan sampai pemusnahan untuk menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di Apotek Kimia Farma No.7 meliputi :

55 47 a. Pemesanan narkotika Pemesanan sediaan narkotika dilakukan secara tertulis sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Surat pesanan khusus narkotika (Lampiran 4.14) yang sudah ditandatangani oleh Apoteker Penanggung jawab Apotek (APA) dikirim ke DCs. Pemesanan dilakukan ke PBF KF selaku distributor tunggal dengan membuat surat pesanan khusus narkotika model N.9 yang dibuat rangkap empat, yang masing-masing diserahkan kepada PBF yang bersangkutan (SP asli dan 2 Lembar copy SP), dan satu lembar sebagai arsip di apotek. Setiap lembar SP hanya berlaku untuk satu item narkotika. b. Penerimaan narkotika Penerimaan narkotika dari PBF harus diterima oleh APA. APA akan menandatangani faktur tersebut setelah melihat kesesuaian dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan. c. Penyimpanan narkotika Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek Kimia Farma No.7 disimpan dalam lemari khusus yang terkunci. Kunci lemari tersebut di pegang oleh senior supervisor. d. Pelayanan narkotika Apotek Kimia Farma No.7 hanya melayani resep narkotika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No.7 sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa resep, resep yang mengandung pengulangan (iter), dan salinan resep yang ditulis oleh apotek lain. Resep yang berisi narkotika dipisahkan dan digarisbawahi dengan tinta merah serta mencantumkan alamat atau nomor telepon pasien. e. Pelaporan narkotika Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek Kimia Farma No.7 dibuat setiap bulan melalui program SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) Kemenkes RI yang meliputi laporan penggunaan sediaan jadi narkotika dan laporan khusus penggunaan morphine, pethidin, dan derivatnya (Lampiran 4.15). Laporan dibuat rangkap lima dan ditandatangani oleh APA

56 48 dengan mencantumkan nama jelas, alamat apotek, dan stempel apotek yang kemudian dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM Propinsi Jawa Barat, Unit Logistik Sentral PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Unit Pelayanan Penanggung Jawab Narkotika, Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, dan disimpan sebagai arsip apotek. f. Pemusnahan narkotika. Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut : 1) Apoteker pengelola apotek membuat dan menandatangani surat permohonan untuk pemusnahan narkotika yang berisi antara lain jenis dan jumlah narkotika yang rusak dan atau tidak memenuhi syarat. 2) Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA dikirimkan ke Balai POM Jawa Barat. Balai POM akan menetapkan waktu dan tempat pemusnahan. 3) Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari Apoteker Pengelola Apotek, Asisten Apoteker, Petugas Balai POM, dan Kepala Kantor Dinkes Kota Bogor. 4) Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara Pemusnahan yang berisi: hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya pemusnahan; nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; petugas yang melakukan pemusnahan; nama dan tanda tangan Apoteker Pengelola Apotek. Berita acara tersebut dikirimkan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, dan disimpan sebagai arsip apotek Pengelolaan Psikotropika Pengelolaan psikotropika di Apotek Kimia Farma No.7 meliputi : a. Pemesanan Psikotropika Pemesanan obat psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika (Lampiran 4.14) yang boleh berisi lebih dari satu jenis psikotropika. Surat pemesanan dibuat rangkap 2, yang masing-masing diserahkan ke PBF yang bersangkutan (asli ) dan 1 lembar sebagai arsip di apotek.

57 49 b. Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan obat psikotropika dilakukan di lemari khusus yang terpisah dari sediaan yang lain, terkunci, dan anak kunci dikuasakan kepada AA penanggung jawab psikotropika. c. Pelayanan Psikotropika Apotek Kimia Farma No.7 hanya melayani psikotropika dari resep dokter. Pengulangan resep atau copy resep yang berisi psikotropika dapat dilayani dengan memeriksa terlebih dahulu kelengkapan serta kerasionalan resep oleh apoteker. d. Pelaporan Psikotropika (Lampiran 4.16) Prosedur pelaporan penggunaan psikotropika sama dengan pelaporan penggunaan narkotika melalui program SIPNAP Kemenkes RI. e. Pemusnahan Psikotropika Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan narkotika. Dalam pelaksanaannya pemusnahan Psikotropika dapat dilakukan bersamaan dengan pemusnahan narkotika.

58 BAB 5 PEMBAHASAN Apotek Kimia Farma No. 7 merupakan apotek pelayanan yang berada satu atap dengan Bisnis Manajer wilayah Bogor. Apotek ini dikepalai oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang sekaligus menjabat sebagai Manajer Bisnis untuk wilayah Bogor. Apotek terletak di Jalan Ir. H. Juanda No. 30, Bogor. Lokasinya strategis ditambah lagi posisi apotek yang berada satu tempat dengan Bisnis Manajer wilayah Bogor sehingga kendala operasional yang ditemui tidaklah begitu banyak. Apotek ini ditunjang dengan sarana dan prasarana yang baik serta tersedianya praktek dokter yang cukup memadai, pelayanan fisioterapi, laboratorium, dan optik untuk melayani kebutuhan pengobatan pelanggan. Apotek beroperasi selama 24 jam dan 7 hari dalam seminggu tidak terkecuali di hari besar. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk menunjukkan dedikasi yang besar untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada pelanggan. 5.1 Kegiatan Operasional Apotek Fungsi Pengadaan Pengadaan merupakan suatu proses kegiatan yang bertujuan agar tersedia sediaan farmasi dengan jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan (Mashuda, Ali, 2011). Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan dalam jenis dan jumlah yang tepat dengan harga yang ekonomis dan memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan. Oleh karena itu, kegiatan pengadaan barang di Apotek Kimia Farma dilakukan secara terpusat oleh bagian pembelian Distribution Centers (DCs) di Bisnis Manajer (BM). Bagian pembelian bertanggung jawab terhadap seluruh pengelolaan kegiatan mulai dari perencanaan, pembelian barang, sampai tersedianya barang di gudang dan apotek. Pembelian secara terpusat memberikan keuntungan yaitu: a. Pembelian barang lebih ekonomis karena dilakukan dalam jumlah besar sehingga potongan harga yang diperoleh lebih besar. 50

59 51 b. Dasar perencanaan pengadaan dibuat berdasarkan stock level seluruh apotek pelayanan berdasarkan rata-rata penjualan per hari yang diperoleh dari data sales histories minimal 1 bulan dari masing-masing apotek. Dengan sistem informasi manajemen yang terintegrasi maka dapat diketahui stock level mulai dari pareto A hingga C, buffer stock, serta lead time untuk masingmasing apotek. Dengan demikian perencanaan persediaan dapat ditentukan dengan cepat. Selain itu, administrasi pemesanan/pembelian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya lebih efisien. c. Efisiensi modal kerja meningkat terutama untuk Apotek Pelayanan Kimia Farma. Distribution centers (DCs) menjalankan fungsi QR Delivery system (Quick Response Delivery System) yaitu sistem monitoring dan pengisian persediaan di apotek (Reorder Point of Purchase) untuk mengurangi lead time, sehingga apotek dapat mengurangi cost inventory investment dan diharapkan dapat memperbaiki tingkat pelayanan apotek kepada konsumen. Namun begitu, pelayanan apotek sering kali terhambat karena masalah kekosongan persediaan. Hal ini dapat terlihat dari seringnya pengambilan barang CITO langsung ke gudang. Ada beberapa hal yang diduga menjadi penyebab terjadinya kekosongan/kelebihan persediaan, antara lain perencanaan persediaan yang tidak akurat dan kurangnya disiplin dari petugas dalam menjaga stok obat dilemari penyimpanan (penyimpanan yang tidak rapi, tercecer ditempat lain, persediaan rusak atau hilang). Perencanaan yang akurat harus dapat mencegah kekosongan maupun kelebihan persediaan. Oleh karena itu, jumlah stok barang di komputer (sistem informasi manajemen) harus sama dengan stok fisiknya. Keberhasilan fungsi pengadaan suatu apotek akan menentukan keberhasilan apotek secara keseluruhan karena fungsi pengadaan yang baik dapat menjamin persediaan barang di apotek. Indikator keberhasilan dari fungsi pengadaan adalah Harga Pokok Penjualan (HPP) yang rendah dan jumlah resep yang ditolak sangat kecil.

60 Fungsi Penerimaan Penerimaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian baik melalui pembelian langsung, tender atau konsinyasi dari PBF/distributor ke gudang DCs. Petugas DCs melakukan verifikasi penerimaan/penolakan dengan memeriksa kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, expired date, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak/pesanan. Pendistribusian barang dari gudang DCs ke apotek pelayanan dilakukan 2 kali dalam seminggu. Penerimaan barang dilakukan oleh AA dengan memeriksa kesesuaian antara barang yang diterima dengan form dropping barang apotek dari DCs. Apabila ditemukan ketidaksesuaian, maka petugas apotek dapat langsung mengkonfirmasikan kepada petugas DCs Fungsi Penyimpanan Penyimpanan adalah suatu kegiatan menata dan memelihara dengan cara menempatkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian dan gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat (Mashuda, Ali, 2011). Apotek Kimia Farma No.7 tidak menggunakan sistem gudang apotek yang memungkinkan penyimpanan barang dalam jumlah besar dengan tujuan mengurangi cost inventory investment dan meminimalisir kehilangan atau kerusakan barang karena kadaluwarsa. Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya yang diterima diletakkan pada tempat yang sesuai. Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma No.7 sudah sesuai dengan program GPP (Good Pharmacy Practice), yaitu penyimpanan dilakukan berdasarkan kelas terapi yang dikombinasi dengan bentuk sediaan dan alfabetis. Hal ini sangat baik dilakukan untuk meminimalisir kesalahan penyerahan obat dan juga memudahkan apoteker untuk memberikan alternatif obat pengganti yang mengandung zat aktif yang sama. Selain itu, penyimpanan sediaan farmasi harus sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan masing-masing produk, misalnya pada kondisi khusus dalam lemari pendingin (2-8 C) untuk produk supossitoria, vaksin, dan serum; dan penyimpanan obat tertentu seperti narkotika, psikotropika, OKT, dan obat mahal.

61 53 Penyimpanan obat sebaiknya menerapkan prinsip First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO) serta didukung dengan catatan penyimpanan yang akurat untuk mengontrol sediaan farmasi baik secara manual maupun komputerisasi (Departemen Kesehatan RI, 2008). Prinsip FIFO dan FEFO masih kurang mendapat perhatian dari petugas apotek sehingga masih banyak ditemukan obat-obat yang kadaluwarsa. Setiap petugas apotek diberi tanggung jawab untuk mengontrol stok obat yang ada di lemari penyimpanan untuk mencegah ketidaksesuaian stok dan kadaluwarsa obat. Upaya yang telah dilakukan untuk mencegah/mengurangi obat-obat yang kadaluwarsa adalah dengan memberi label warna yang menunjukkan tahun daluwarsa obat pada setiap kotak obat. Namun, hal tersebut tidak cukup dilakukan hanya satu kali, melainkan harus dilakukan secara berkala. Buku/kartu stok barang digunakan sebagai catatan manual untuk mengetahui waktu, sumber, jumlah, dan petugas yang melakukan pemasukan/pengeluaran obat. Setiap petugas harus mengisi kartu stok dengan rapi, lengkap, dan benar. Hal ini penting untuk menjaga agar stok obat terkontrol dengan baik serta sesuai antara jumlah fisik obat dengan jumlah pada kartu stok. Namun, hal ini sering dilupakan terutama pada jam-jam sibuk apotek. Sehingga pada saat stock opname dilakukan, banyak ditemukan ketidakcocokan antara jumlah fisik barang dan jumlah pada kartu stok. Oleh karena itu, catatan komputerisasi menjadi sangat penting sebagai cross check dalam mengontrol persediaan. Hal terpenting yang harus ditekankan yaitu kedisiplinan petugas dalam menjalankan setiap SPO (Standar Prosedur Operasional) yang telah di tetapkan Fungsi Pelayanan Tujuan pelayanan kefarmasian adalah menyediakan dan memberikan sediaan farmasi dan alat kesehatan serta informasi terkait agar masyarakat mendapatkan manfaatnya yang terbaik. Sesuai dengan janji Apotek Kimia Farma No.7 bahwa, Pelayanan pelanggan adalah komitmen kami. Oleh karena itu, pelayanan yang diberikan bukan hanya bertujuan pada pengelolaan obat sebagai

62 54 komoditi, namun juga pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan mencapai kepuasan pelanggan. Apotek Kimia Farma No.7 melayani pembelian obat resep maupun nonresep serta perbekalan kesehatan lainnya. Selain itu, apotek melayani pasien rawat jalan peserta ASKES baik negeri maupun swasta, pasien JAMSOSTEK dan rekanan perusahaan yang menyediakan anggaran kesehatan bagi para karyawannya serta pasien dokter praktek bersama Apotek Kimia Farma No. 7 dan praktek dokter diluar Kimia Farma. Hasil pengamatan yang dilakukan selama PKPA di Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor terhadap pelayanan apotek dapat dipaparkan sebagai berikut: a. Tersedia dua orang petugas kasir untuk pelayanan resep, satu orang petugas kasir yang siap melayani di counter swalayan, dan satu orang petugas kasir untuk pelayanan ASKES. Petugas kasir di counter swalayan tidak hanya melayani pelanggan yang membeli obat OTC, tetapi juga melayani pembayaran obat resep. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya antrian yang panjang pada saat kondisi apotek sedang ramai. b. Sikap dan penampilan petugas di bagian depan pelayanan cukup baik kepada setiap pelanggan. Petugas menyambut pelanggan dengan senyum sambil berdiri, memberikan salam yang ramah atau menyapa pelanggan yang dikenal, menawarkan bantuan, berbicara dengan sopan sepanjang proses layanan, serta mengakhiri proses layanan dengan ucapan terima kasih sebagai penutup. Alangkah lebih baik lagi jika petugas mengucapkan ucapan terima kasih disertai dengan kalimat Semoga lekas sembuh (jika pelanggan membeli obat) atau Atas kunjungannya (jika pelanggan membeli selain obat). c. Resep obat pertama kali diterima oleh AA yang bertugas di kasir. Oleh karena itu petugas kasir harus cepat tanggap, cermat, dan teliti serta memiliki kemampuan yang baik dalam membaca resep. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pemberian harga dan penyiapan obat. Apoteker memiliki peranan dalam melakukan skrining resep mulai dari memeriksa keabsahan resep atau persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis serta mengkonsultasikan kepada dokter tentang masalah resep apabila diperlukan.

63 55 Fungsi apoteker dalam melakukan skrining resep masih belum optimal, baru terbatas pada pemeriksaan administrasi dan farmasetik. Oleh karena itu, apoteker dituntut untuk selalu belajar sepanjang karier agar ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (up to date) sehingga dapat memberikan pertimbangan klinik lebih baik lagi. d. Waktu tunggu pelayanan cukup singkat sekitar 15 menit untuk penyiapan obat non-racikan dan 30 menit untuk obat racikan. Salah satu parameter yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan apotek adalah dengan mengukur kecepatan atau waktu tunggu pelayanan obat. Mesin timer (amanometer) dapat digunakan untuk mengukur lamanya pelayanan resep pasien dengan cara mencetak waktu pada awal resep diterima dan mencetak waktu akhir segera sebelum obat diserahkan kepada pasien. Petugas dituntut untuk dapat menyiapkan obat dengan cepat, namun tetap cermat dan teliti. Peralatan yang digunakan untuk meracik harus dapat dipastikan kebersihannya sebelum digunakan. Pada saat meracik sebaiknya petugas menggunakan tutup kepala, sarung tangan, masker dan jas lab. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi produk obat dari lingkungan dan juga melindungi petugas dari paparan obat. Perlengkapan seperti jas lab, masker dan sarung tangan sebenarnya sudah tersedia di apotek, namun tidak dimanfaatkan oleh petugas yang meracik. Hal penting lainnya untuk menjamin mutu obat racikan adalah penggunaan blender yang terpisah untuk racikan obat anak (dosis kecil) dan racikan obat dewasa (dosis besar). Hal ini telah dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No.7 dengan menyediakan 2 buah blender disertai dengan label penggunaan (anak atau dewasa) yang jelas. Lumpang dan alu yang berbeda juga disediakan untuk meracik salep/krim/lotion, bedak tabur, puyer, dan khusus untuk meracik rifampisin. Untuk pasien yang mendapatkan resep racikan lebih dari satu, petugas apotek akan mencantumkan nomor pada resep dan etiket serta stampel (nomor) pada kertas puyer. Hal ini sesuai dengan program GPP yang dilakukan untuk mencegah kekeliruan dan memudahkan pasien dalam mengkonsumsi obatnya. Berdasarkan program GPP yang diterapkan di Apotek Kimia Farma No.7, etiket obat harus mencantumkan nama obat, jumlah obat, dan tanggal kadaluwarsa

64 56 disamping aturan pakai obat. Tanggal kadaluwarsa sering kali tidak dicantumkan oleh petugas apotek, hal ini mungkin dilakukan untuk mempersingkat waktu layanan obat. Namun disisi lain, hal ini penting untuk memberikan kepercayaan kepada konsumen bahwa apotek sangat memperhatikan mutu dari obat yang diberikannya. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan kefarmasian (Departemen Kesehatan RI, 2008). Untuk itu perlu adanya suatu Standar Prosedur Operasional (SPO) yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua petugas apotek dengan pengawasan seorang apoteker. Pengawasan dapat dilakukan dengan mengisi kolom EATRPS pada lembar struk resep. EATRPS adalah singkatan dari Etiket, Ambil, Timbang, Racik, Periksa, dan Serah. Setiap petugas yang melaksanakan masing-masing pekerjaan tersebut harus menandatangani atau memberikan paraf pada kolom yang tersedia. Hal ini untuk memudahkan dalam melakukan penelusuran jika terjadi kesalahan. e. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker atau AA senior disertai dengan pemberian informasi obat. Sebelum obat diserahkan, petugas melakukan pemeriksaan akhir untuk memastikan kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep. Pelayanan Informasi Obat (PIO) diberikan oleh apoteker kepada pasien pada saat penyerahan obat baik untuk pasien dengan resep dokter maupun pasien swamedikasi. Informasi obat yang diberikan cukup lengkap, meliputi nama obat dan kegunaannya, cara pakai, aturan pakai, waktu minum obat, dan informasi penting lainnya seperti yang tertera pada label untuk antibiotik, yaitu obat harus dihabiskan, dan lain-lain. PIO tidak saja diberikan secara lisan, tetapi juga secara tertulis. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi bila pasien atau keluarga pasien lupa akan informasi yang telah disampaikan. Formulir layanan informasi obat dapat dilihat pada Lampiran 5.1. Konseling sering kali dilakukan bersamaan dengan (PIO) atas permintaan pasien. Namun sayangnya, kegiatan konseling ini tidak didokumentasikan. f. Jarang terjadi penolakan resep. Hal ini menunjukkan bahwa jenis dan jumlah persediaan obat di apotek cukup lengkap. Namun, sering kali pelayanan

65 57 obat terhambat karena petugas memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencari stok obat yang belum ditempatkan didalam kotak obat. Jika terjadi kekosongan persediaan dikarenakan stok barang di gudang atau di supplier kosong, maka apoteker atau AA senior menghubungi dokter penulis resep untuk merekomendasikan alternatif obat lain sebagai pengganti obat yang tidak ada. Selain itu, upaya memenuhi permintaan konsumen juga dilakukan dengan memberikan pelayanan delivery saat obat yang dibutuhkan telah tersedia di apotek. Adapun beberapa resep obat yang ditolak, akan dilakukan pencatatan dan pengadaan persediaan untuk mengurangi penolakan resep di masa mendatang. g. Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan sesuai nomor resep kecuali resep dengan pembayaran kredit. Resep yang berisi narkotika dan psikotropika dipisahkan dan nama narkotika digarisbawahi dengan tinta merah. Resep dibendel sesuai dengan kelompoknya. Bendel resep ditulis keterangan kelompok resep (umum atau narkotika & psikotropika), tanggal, bulan, dan tahun yang mudah dibaca dan disimpan ditempat yang telah ditentukan. Pengelolaan resep di Apotek Kimia Farma No.7 sudah berjalan sangat baik. Penyimpanan bendel resep yang dilakukan secara berurutan dan teratur dimaksudkan untuk memudahkan petugas jika sewaktu-waktu diperlukan penelusuran resep. h. Monitoring penggunaan obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker memiliki tugas untuk melaksanakan pemantauan/monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan akhir dari pengobatan yang diharapkan. Pelayanan monitoring penggunaan obat ini sudah berjalan di Apotek Kimia Farma, terutama untuk pasien tertentu seperti pasien diabetes, TBC, asma, dan pasien pediatrik. Kegiatan ini dilakukan melalui telepon, namun pelaksanaannya masih belum optimal dan tidak berlangsung secara rutin. Pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat disimpan ditempat tertentu oleh apoteker. Formulir monitoring penggunaan obat dapat dilihat pada Lampiran 5.2. Selain itu, apoteker juga mengelola catatan pengobatan pasien, namun tidak semua pasien memiliki catatan pengobatan di apotek. Hal ini mungkin dikarenakan keterbatasan waktu dan

66 58 tenaga apoteker yang terdapat di apotek. Contoh catatan pengobatan pasien dapat dilihat pada Lampiran Fungsi Administrasi/Ketatausahaan dan keuangan Apoteker dalam menjalankan fungsinya sebagai seorang manajer memiliki tanggung jawab dalam hal pengelolaan bisnis meliputi pengelolaan modal, sarana, administrasi, keuangan, ketenagakerjaan dan pemasaran. Namun keseluruhan fungsi tersebut diambil alih oleh Bisnis Manajer. Diharapkan dengan menggunakan sistem ini terjadi efisiensi didalam kinerja apotek. Sistem Informasi Manajemen dan Keuangan Apotek (SIMKA) dipakai oleh seluruh Apotek Kimia Farma yang ada di Indonesia. Dengan adanya SIMKA maka kegiatan yang berhubungan dengan administrasi apotek dapat dilakukan dengan cepat dan terkontrol. Fungsi keuangan diselenggarakan oleh kasir besar yang bertanggung jawab langsung kepada Bisnis Manajer. Apotek Kimia Farma No. 7 berada di lokasi yang sama dengan BM sehingga arus uang menjadi lebih mudah dan cepat. Petugas kasir kecil dapat menyetorkan uang hasil penjualan setiap shift-nya dengan menyertakan bukti setoran kasir. Bukti setoran kasir ini akan dicocokkan terlebih dahulu jumlahnya dengan Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH) oleh supervisor peracikan sebelum diserahkan kepada kasir besar. Jumlah fisik uang dengan jumlah penjualan yang ada di LIPH harus sama, jika terjadi ketidakcocokan maka harus dicari penyebabnya apakah ada transaksi yang belum dientri atau ada penyebab lainnya. Kasir kecil tidak bisa membuka LIPH, maka tidak ada kemungkinan terjadinya penyimpangan uang. LIPH hanya dapat dibuka oleh petugas-petugas tertentu seperti supervisor dan petugas administrasi kas bank sehingga mekanisme pengontrolan uang dapat dilakukan dengan baik untuk mencegah kehilangan uang. Fungsi keuangan ini dilakukan oleh satu orang yaitu kasir besar dengan tujuan untuk menghindari adanya penyimpangan akibat adanya saling lempar tanggung jawab jika fungsi keuangan ini dilakukan oleh lebih dari satu orang. Secara umum fungsi keuangan di apotek ini telah berjalan dengan baik sesuai dengan standar prosedur operasional yang ditetapkan.

67 Fungsi Desain Eksterior dan Interior Meningkatkan daya tarik apotek kepada pelanggan merupakan fungsi dari desain interior dan eksterior. Hal ini dilakukan untuk memberikan kenyamanan dalam pelayanan, sehingga diperlukan perancangan dan penataan desain interior dan eksterior yang baik dan menarik. Desain interior apotek Kimia Farma No. 7 berkonsep minimalis dengan selalu memperhatikan kebersihan dan kerapihan disetiap etalasenya. Dilengkapi dengan swalayan farmasi yang cukup atraktif dalam menarik perhatian pelanggan untuk membeli atau hanya sekedar melihat dan mencari informasi obat yang mereka butuhkan. Pencahayaan yang cukup beragam dengan didominasi warna putih yang menunjang kesan bersih dan luas dari apotek itu sendiri Fasilitas Pendukung di Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor Apotek Kimia Farma No. 7 didukung dengan fasilitas antara lain praktek dokter, laboratorium klinik, optik, swalayan farmasi, masjid, tempat parkir, toilet, dan mesin ATM. Fasilitas pendukung tersebut berperan penting dalam menunjang kinerja apotek secara optimal dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen.

68 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Apoteker Pengelola Apotek (APA) berperan dalam menentukan kebijakan pengelolaan apotek serta melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian terhadap semua komponen yang ada di apotek. Disamping itu, apoteker sebagai bagian dari tenaga kesehatan memiliki tugas dan tanggung jawab dalam mewujudkan pelayanan kefarmasian yang berkualitas untuk menjamin penggunaan obat yang rasional guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat. 2. Pengelolaan Apotek mencakup administrasi, manajemen pengadaan, penyimpanan, penjualan dan pelayanan telah sesuai dengan peraturan, dan etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat Saran 1. Diperlukan ruang/tempat peracikan yang cukup luas, selalu dalam keadaan bersih dan kering, bebas dari tumpukan barang-barang yang tidak diperlukan, dan memiliki penerangan yang cukup untuk dapat melaksanakan kegiatan dengan aman dan benar. 2. Kebersihan alat peracikan perlu diperhatikan guna menjamin keamanan, efektifitas, dan kualitas obat. Perlu adanya prosedur tertulis mengenai cara pembersihan alat racik yang dapat dibaca oleh petugas yang meracik. Bila perlu alat racik untuk meracik obat yang mengandung beta laktam sebaiknya mempunyai alat racik sendiri. 3. Tanggung jawab petugas terhadap masing-masing lemari obat perlu diingatkan kembali, terutama mengenai kontrol persediaan termasuk kontrol expired date obat, kerapihan, dan kebersihan kotak dan lemari obat. Kotak obat yang sudah rusak dan kartu stok yang sudah penuh/rusak sebaiknya diganti dengan yang lebih baik. 60

69 61 4. Setiap karyawan perlu diberikan pemahaman dan pelatihan mengenai Standar Prosedur Operasional (SPO) pelayanan di apotek. Pengawasan terhadap pelaksanaan SPO yang telah ditetapkan harus terus ditingkatkan untuk memastikan bahwa pelayanan yang baik dapat tercapai setiap saat. 5. Komitmen untuk memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada setiap konsumen harus terus diupayakan dan ditingkatkan oleh apoteker melalui pelayanan informasi obat, konseling dan monitoring penggunaan obat. 6. Evaluasi mutu pelayanan sebaiknya dilakukan secara berkala dengan menggunakan indikator tingkat kepuasan konsumen, dimensi waktu (lama pelayanan diukur dengan waktu yang telah ditetapkan), dan prosedur tetap untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar yang telah ditetapkan. 7. Kedisiplinan karyawan dalam menjalankan setiap tugas dan kewajibannya perlu ditingkatkan dengan cara pemberian reward.

70 62 DAFTAR ACUAN Departemen Kesehatan RI. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (1980). Apotek. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347/MenKes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta Departemen Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun 1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (1997). Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan No. 1322/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2004). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/Sk/IX/2004. Jakarta: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI. Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2008). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/Sk/IX/2004. Jakarta: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI. Departemen Kesehatan RI. (2009). Undang-Undang No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta. Keputusan Presiden RI. (2009). Ketentuan Umum pasal 1 ayat 1. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Keputusan Presiden RI. (2009). Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 13. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

71 63 Mashuda, ali. (2011). Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik. Jakarta: Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. (2009). Mutu Pelayanan Kefarmasian dan Pengendalian Mutu. Dalam Panduan Materi PKPA di Apotek Kimia Farma. Jakarta.

72 LAMPIRAN

73 65 Lampiran 4.1. Struktur Organisasi PT Kimia Farma Apotek Ket: - Spv = supervisor - APIM = Apoteker Pendamping

74 66 Lampiran 4.2. Denah Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor Lantai 1 Lantai 2

75 67 Lampiran 4.3. Surat Pesanan Barang (SPB) PT. Kimia Farma Apotek BM. WILAYAH BOGOR JL. IR. H. JUANDA NO.30 BOGOR Tlp : Kepada Yth : Tahun SPB : Nomor SPB : Tanggal SPB : SURAT PESANAN BARANG (SPB) Halaman : No. NAMA OBAT JUMLAH KEMASAN NILAI POTONGAN KETERANGAN Hormat Kami Bagian Pembelian Kepala Apotek (...) (...) SIK : SIK :

76 68 Lampiran Form. Dropping Barang dari Gudang (DCs) ke Apotek PT. Kimia Farma Apotek BM. WILAYAH BOGOR JL. IR. H. JUANDA NO.30 BOGOR Tlp : DROPING KE: APOTEK KF NO... THN DROPING :... THN BPBA :... NO. DROPING :... NOMOR BPBA :... TGL. DROPING :... OTC Halaman : No. Nama Obat QTY. Drop Bonus KMS Hrg.Satuan Hrg.Utuh Disc.1 Disc.2 Total PJ. Gudang Penerima Barang PJ. Penerima PJ. Pelayanan Jumlah

77 69 Lampiran 4.5. Formulir Serah Terima Barang DC FORMULIR SERAH TERIMA BARANG DC APOTEK : TANGGAL : KEMASAN JUMLAH KETERANGAN KARDUS PLASTIK ALKES DUNAK/ KERANJANG COLLER DC EXPEDISI APOTEK TTD & NAMA JELAS TTD & NAMA JELAS TTD & NAMA JELAS

78 70 Lampiran 4.6. Bon Permintaan Barang Apotek BON PERMINTAAN BARANG APOTEK (BPBA) No. Nama Obat Ket.gr Stok Avg.jual Jumlah Kemasan Jumlah Beri Harga Satuan Halaman : Jumlah Permintaan Pembuat Penerima Pimpinan

79 71 Lampiran 4.7. Kartu/Buku Stok Obat a. Buku Stok Sediaan tablet, salep/krim/gel/lotion, tetes/drop dll b. Kartu Stok Sediaan Sirup KARTU STOK APOTEK Jl. Ir. H. Juanda No.30, Bogor Indonesia Telp , Fax Halaman cover KARTU BARANG PERACIKAN/ PENJUALAN BEBAS NAMA BARANG : PABRIK : KEMASAN : FAPT08-01/RO Tgl. No. Dokumen + - Sisa Paraf ED Ket. Tgl. No. Banyaknya Paraf/ Ket + sisa Halaman isi Buku/kartu stok

80 72 Lampiran 4.8. Alur Pelayanan Resep Penerimaan Resep Pembayaran Kredit Pembayaran Tunai Pemeriksaan Kelengkapan Administrasi Pemeriksaan Kelengkapan Administrasi Pengecekan Stok dan Pemberian Harga Pengecekan Stok dan Pemberian Harga Pemberian Nomor Urut Pasien Membayar Di Kasir Dan Di Beri No. Resep/urut Bagian Peracikan Obat Jadi Obat Racikan Pemberian Etiket Pemeriksaan Kesesuaian Resep Penyerahan Obat Obat Diterima Oleh Pasien Resep Disimpan Oleh Petugas

81 73 Lampiran 4.9. Salinan Resep (Copy resep)

82 74 Lampiran Etiket Obat Keterangan: - Etiket putih untuk obat dalam (oral) - Etiket Biru untuk obat luar dan injeksi

83 75 Lampiran Label Obat ANTIBIOTIK PASTIKAN OBAT DIMINUM SAMPAI HABIS DALAM WAKTU YANG SAMA DAN TERBAGI RATA Obat ini diminum secara teratur, jangan hentikan tanpa konsultasi dokter OBAT LUAR JANGAN DIMINUM JANGAN DITELAN Hindarkan mengendarai kendaraan dan menjalankan mesin, serta jauhi alkohol selama menggunakan obat ini Obat ini diminum saat perut Kosong ( 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan)

84 76 Lampiran Kemasan Obat

85 77 Lampiran Laporan Ikhtisar Penerimaan Harian (LIPH) Apotek KF No. 7 Jl. Juanda No. 30. Bogor Laporan Ikhtisar Penerimaan Harian Rekap Shift: Total Operator: Seluruh Tanggal : 20/10/2011 Hal: 1/1 No. Nama Pelayanan L/R Nomor Kd. Tanggal Tunai Kredit Jumlah Disc. Tag PENJUALAN TUNAI 1 Obat Bebas 2 Retur Tunai 3 Resep Tunai 4 Resep UPDS Sub Total PENJUALAN KREDIT 1 Kartu Debit 2 Kartu Kredit Sub Total TOTAL TUNAI: SETORAN:

86 78 Lampiran Surat Pemesanan Narkotika Dan Psikotropika Rayon : Model N.9 Np. S. P : Lembar ke 1 / 2 / 3 / 4 Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Jabatan Alamat Rumah Mengajukan pesanan Psikotropika kepada: Nama Distributor Alamat & No.Telepon Sebagai berikut: SURAT PESANAN NARKOTIKA :.. :.. :.. :.. : NARKOTIKA tersebut akan digunakan untuk keperluan: Apotek :... Lembaga... STOK AKHIR :... PEMESAN (...) No. S.I.K Nomor :... SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :... Alamat :... Jabatan :... Mengajukan permohonan kepada: Nama Perusahaan :... Alamat :... Jenis psikotropika sebagai berikut : Untuk keperluan (Pedagang Besar Farmasi/ Apotek/ Rumah Sakit/ sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah/ lembaga penelitian dan atau lembaga pendidikan)* Nama :... Alamat :......,... Penanggung Jawab Catatan : )* coret yang tidak perlu... SIK/SP :

87 79 Lampiran Laporan Penggunaan Narkotika dan Laporan Khusus Penggunaan Morphin, Pethidin, dan Derivatnya Laporan Narkotika Bulan Januari 2012 Unit Layanana : KIMIA FARMA 7 Data ini sudah di verifikasi oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek : PRIYANGGO A. Tanggal : 3 Feb 12 Nama Satuan Saldo Awal PEMASUKAN PENGGUNAAN Saldo Akhir Dari Jumlah Untuk Jumlah APOTEK Jl. Ir. H. Juanda No.30, Bogor Indonesia Telp , Fax LAPORAN KHUSUS PENGGUNAAN MORPHINE, PETHIDIN, DAN DERIVATNYA Apotek : Apotek Kimia Farma No.7 No. SIA : 1908/503/DINKES/VIII/2006 Alamat : Jl. Ir. H. Juanda No.30, Bogor Bulan : Januari No. Telp: (0251) Tahun : 2012 No. Nama Bahan Baku Sediaan No. Resep Tanggal Penyerahan Jumlah Bentuk Sediaan Pasien Dokter Nama Alamat Nama Alamat Bogor,... Mengetahui, Drs. Priyanggo Artadji, Apt. MM Kepala Apotek

88 80 Lampiran Laporan Penggunaan Psikotropika Laporan Psikotropika Bulan Januari 2012 Unit Layanana : KIMIA FARMA 7 Data ini sudah di verifikasi oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek : PRIYANGGO A. Tanggal : 3 Feb 12 Nama Satuan Saldo Awal PEMASUKAN PENGGUNAAN Saldo Akhir Dari Jumlah Untuk Jumlah

89 81 Lampiran Berita Acara Pemusnahan Perbekalan Farmasi BERITA ACARA PEMUSNAHAN PERBEKALAN FARMASI Pada hari ini kamis tanggal tiga belas bulan Januari tahun dua ribu sebelas sesuai dengan peraturan menteri kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek. Kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Apoteker Pengelola Apotek SIK No. Nama Apotek Alamat Apotek Telah melakukan pemusnahan Tempat melakukan pemusnahan : Drs. Syarifuddin, Apt. : Tanggal : Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Bogor : Jl. Ir. H. Djuanda No. 30 Bogor : Perbekalan farmasi sebagaimana tercantum dalam daftar terlampir : Halaman belakang Apotek Kimia Farma Jl. Ir H. Djuanda No. 30 Bogor Berita acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab Berita acara ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) dan dikirimkan kepada : 1. Kepala kantor wilayah departemen kesehatan propinsi jawa barat 2. Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan di Bogor Bogor, 13 Januari 2011 Karyawan yang membantu Yang membuat Berita Acara ( ) (Drs. Syarifuddin, Apt) SIK.

90 82 Lampiran 5.1 Form. Layanan Informasi Obat Untuk Pasien dengan R/ Dokter dan Untuk Pasien Swamedikasi LAYANAN INFORMASI OBAT UNTUK PASIEN DENGAN R/ DOKTER Identitas Pasien Nama Pasien : Dokter: Umur : th. R/ Jenis Kelamin : L/P Alamat : Telp : Informasi yang diberikan Dokter : FORM 1a Informasi yang diberikan Apoteker : Cara pakai dan interval pemakaian obat Kegunaan atau khasiat obat Penyimpanan obat Interaksi obat Bogor,... LAYANAN INFORMASI OBAT UNTUK PASIEN SWAMEDIKASI FORM 1b Identitas Pasien Nama Pasien : Kondisi Khusus : Umur : th. 1. Hamil Jenis Kelamin : L/P 2. Menyusui Alamat : 3. Penderita Penyakit tertentu Telp : Keluhan Pasien :

91 83 Lampiran 5.2 Formulir Monitoring Penggunaan Obat FORMULIR MONITORING PENGGUNAAN OBAT Nama Petugas Nama Pasien : Tanggal Alamat Pasien : Jam Usia Pasien :...tahun...bulan Lama Percakapan No.Telepon : Penerima Telepon Tgl. R/ No.R/ Nama Dokter: R/ R/ R/ Pasien Orang Tua Pasien Keluarga Pasien Lainnya Tgl. Obat habis: Tgl. Obat habis: Tgl. Obat habis: Bagaimana kondisi pasien setelah menggunakan obat? Sembuh Tambah parah Membaik Muncul masalah baru Tetap Bila muncul masalah/pertanyaan baru deskripsikan ditempat yang disediakan Kategori Permasalahan 1. Dosis 6. Kemungkinan Interaksi obat 2. Cara Pakai 7. Kemungkinan Efek Samping 3. Waktu Minum Obat 8. Lainnya: 4. Frekuensi Minum Obat a. Ketersediaan (Lama) 5. Kepatuhan b. Harga Kategori Terapi 1. Sistem Pencernaan 9. Nutrisi dan darah 2. Sistem Kardiovaskuler 10. Penyakit tulang, Otot dan Sendi 3. Sistem Pernafasan 11. Mata 4. Sistem Saraf Pusat 12. Telinga, Hidung dan Orofaring 5. Infeksi 13.Kulit 6. Sistem Endokrin 14. Produk Imunologis dan vaksin 7. Obstetri, Ginekologi, Saluran Kemih 15. Anestesi 8. Penyakit malignan Pemecahan Masalah Memberitahu dokter Dirujuk ke dokter Diberi saran Ditawarkan produk yang membantu Saran/produk yang direkomendasikan Saran/informasi dari pasien

92 84 Lampiran 5.3 Form. Catatan Pengobatan Pasien CATATAN PENGOBATAN PASIEN (PATIEN MEDICATION RECORDs = PMRs) APOTEK KIMIA FARMA:... Nama : L/P Usia : Alamat : Alergi : No.Telp : Peny.Lain (kronis) : Tgl.R/ (Konsul) Dokter (Nama, alamat, telp) Obat yang diberikan Dosis sehari Frekuensi Tgl.Obat mulai/ No.R/ Tgl.Obat habis Hasil pemeriksaan Lab.

93 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RESEP PSIKOTROPIKA DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 BOGOR PERIODE JANUARI FEBRUARI 2012 TUGAK KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ARMELIA HAYATI, S.Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

94 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman i ii iii BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Psikotropika Penggolongan Psikotropika Pengelolaan Psikotropika... 5 BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Pengambilan Data Pengambilan Data Pengolahan Data... 9 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan BAB 5. KAJIAN RESEP Contoh 1. Kajian Resep Psikotropika BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN ii

95 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Penggolongan Psikotropika Berdasarkan Farmakologi Tabel 2. Penggunaan Psikotropika yang Paling Banyak Berdasarkan Golongan Obat Tabel 3. Penggunaan Psikotropika yang Paling Banyak Berdasarkan Kelompok Obat Tabel 4. Penggunaan 10 Psikotropika yang Paling Banyak Berdasarkan Jenis Sediaan Tabel 5. Jenis Keahlian Dokter Penulis Resep yang Paling Banyak... Meresepkan Obat Psikotropika Tabel 6. Usia Pasien yang Paling Banyak Mendapatkan Resep Psikotropika Tabel 7. Lama Pemberian Obat Psikotropika yang Paling Banyak Diresepkan iii

96 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecenderungan perubahan gaya hidup akibat perubahan sosial yang cepat sebagai konsekuensi modernisasi, membawa perubahan pada pola penyakit dalam masyarakat. Dalam hal ini gangguan kesehatan jiwa nampaknya cenderung meningkat dengan perubahan gaya hidup tersebut. Oleh karena itu, dokter-dokter akan makin sering menulis resep psikotropika. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang RI, 1997). Pada prinsipnya psikotropika bermanfaat dan sangat diperlukan dalam pelayanan kesehatan, seperti pada pelayanan penderita gangguan jiwa dan saraf, maupun tujuan ilmu pengetahuan. Walaupun demikian, penggunaan psikotropika yang tidak dilakukan dibawah pengawasan tenaga yang berwenang, dapat merugikan kesehatan dan dapat menimbulkan sindrom ketergantungan sampai dengan kematian akibat over dosis. Hal ini tidak saja merugikan perseorangan, tetapi juga keluarga, masyarakat, generasi sekarang, dan generasi yang akan datang serta merusak nilai-nilai budaya bangsa. Oleh karena itu, peresepan obat-obat psikotropika harus dilakukan oleh tenaga yang berwenang (dokter) secara rasional, artinya penggunaan obat harus sesuai dengan kebutuhan klinis pasien dalam jumlah dan untuk masa yang memadai. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan pengguna/ pasien. Dengan demikian apoteker memiliki tanggung jawab dalam hal penyerahan psikotropika di apotek. Apoteker perlu melakukan skrining resep untuk memeriksa keabsahan suatu resep, meliputi persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetika dan pertimbangan klinisnya. Oleh karena itu, penulis merasa perlu 1

97 2 untuk melakukan analisis resep obat-obat psikotropika yang terdapat di Apotek Kimia Farma No.7, Bogor. 1.2 Tujuan Tujuan umum pelaksanaan tugas khusus ini adalah: 1. Mengetahui preparat/sediaan psikotropika yang paling banyak diresepkan 2. Mengetahui jenis keahlian dokter yang paling banyak menuliskan resep psikotropika 3. Mengetahui usia pasien yang paling banyak diberikan resep psikotropika 4. Mengetahui lama pemberian obat psikotropika yang paling banyak diresepkan Tujuan Khusus 1. Menganalisis contoh resep psikotropika

98 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku (Departemen Kesehatan RI, 1997). Pengaturan di bidang psikotropika bertujuan untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika, dan memberantas peredaran gelap psikotropika (Departemen Kesehatan RI, 1997). 2.2 Penggolongan Psikotropika Penggolongan Psikotropika Berdasarkan Undang-Undang Menurut Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1997, psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindrom ketergantungan digolongkan ke dalam 4 golongan. Psikotropika golongan I dan II kemudian dikelompokkan ke dalam narkotika golongan I menurut Undang-Undang RI No. 35 Tahun a. Psikotropika Golongan I Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh golongan I adalah lisergida dan meskalina. b. Psikotropika Golongan II Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh golongan II adalah amfetamin dan sekobarbital. c. Psikotropika Golongan III 3

99 4 Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berpotensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini diantaranya amobarbital, pentazozin, dan pentobarbital. d. Psikotropika Golongan IV Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini diantaranya alprazolam, diazepam, fenobarbital, klobazam, dan klordiazepoksida Penggolongan Psikotropika Berdasarkan Sifat Farmakologi (Arozal, Wawaimuli, Sulistia Gan, 2009) Psikotropika adalah obat yang dapat mempengaruhi fungsi perilaku, emosi, dan pikiran yang biasa digunakan dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa. Berbeda dengan antibiotik, pengobatan dengan psikotropika bersifat simptomatik dan lebih didasarkan atas pengetahuan empirik. Psikotropika hanya mengubah keadaan jiwa pasien sehingga lebih kooperatif dan dapat menerima psikoterapi dengan lebih baik. Berdasarkan penggunaan klinik, psikotropik dapat dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu antipsikosis (major tranquilizer, neuroleptik), antiansietas (minor tranquilizer), antidepresi, dan antimania (mood stabilizer). Penggolongan dan contoh preparat psikotropika dapat dilihat pada Tabel 1. a. Antipsikosis Antipsikosis bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronik, suatu gangguan jiwa yang berat. Ciri terpenting obat antipsikosis adalah: 1) Berefek antipsikosis, yaitu berguna mengatasi agresivitas, hiperaktivitas, dan labilitas emosional pada pasien psikosis. 2) Dosis besar tidak menyebabkan koma yang dalam ataupun anestesia. 3) Dapat menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang reversibel atau irreversibel. 4) Tidak ada kecendrungan untuk menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis.

100 5 b. Antiansietas Antiansietas terutama berguna untuk pengobatan simptomatik penyakit psikoneurosis (neurosis, keluhan subjektif tanpa gangguan somatik yang nyata dengan fungsi mental-kognitif tidak terganggu) dan berguna untuk terapi tambahan penyakit somatis dengan ciri ansietas (perasaan cemas) dan ketegangan mental. Ansietas didefinisikan sebagai perasaan khawatir atau ketakutan yang ditandai dengan gejala fisik seperti palpitasi, berkeringat dan tanda-tanda stres lainnya. Penggunaan ansietas dosis tinggi dan jangka panjang dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis. c. Antidepresi Antidepresi adalah obat untuk mengatasi atau mencegah depresi mental. Depresi didefinisikan sebagai gangguan mental dengan penurunan mood, kehilangan minat, atau perasaan senang, adanya perasaan bersalah atau rendah diri, gangguan tidur atau penurunan selera makan, sulit konsentrasi atau kelemahan fisik. Gangguan ini dapat menjadi kronik atau kambuh dan mengganggu aktivitas pasien. Pada keadaan terburuk dapat mencetuskan bunuh diri, suatu kejadian fatal yang sekarang ini banyak terjadi. Perbaikan depresi ditandai dengan perbaikan alam perasaan, bertambahnya aktivitas fisik dan kewaspadaan mental, nafsu makan dan pola tidur yang lebih baik, dan berkurangnya keinginan untuk bunuh diri. d. Antimania Antimania atau mood stabilizer adalah obat yang kerjanya terutama mencegah naik turunnya mood pada pasien gangguan bipolar (sindrom manikdepresi). Litium karbonat merupakan prototip obat golongan ini. 2.3 Pengelolaan Psikotropika Pengadaan Psikotropika Pengadaan psikotropika dilakukan melalui pemesanan dengan menggunakan surat pesanan khusus psikotropika yang telah ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) kepada pabrik obat/pbf yang resmi. Surat pesanan dibuat rangkap 2, 1 lembar untuk pabrik obat/pbf dan satu lembar untuk arsip apotek. Setiap surat pesanan berlaku untuk lebih dari satu macam obat.

101 Penyimpanan Psikotropika Sampai saat ini penyimpanan obat golongan psikotropika belum diatur oleh peraturan perundang-undangan. Namun karena obat-obat psikotropika cenderung untuk disalahgunakan, maka disarankan agar penyimpanan obat-obat golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus Penyaluran dan Penyerahan Psikotropika Psikotropika yang berupa obat hanya dapat diedarkan setelah terdaftar pada departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan. Penyaluran psikotropika hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat, pedagang besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah. Penyerahan adalah setiap kegiatan memberikan psikotropika, baik antar penyerah maupun kepada pengguna dalam rangka pelayanan kesehatan. Penyerahan psikotropika yang berupa obat hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan dokter. Berdasarkan Permenkes RI Nomor 688/MENKES/PER/VII/1997 dalam pasal 10, menerangkan bahwa: a. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan pengguna/ pasien. b. Penyerahan psikotropika dari apotek kepada apotek lainnya diberikan berdasarkan surat permintaan tertulis yang ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek. c. Penyerahan psikotropika dari apotek kepada rumah sakit diberikan berdasarkan permintaan tertulis yang ditandatangani oleh direktur rumah sakit. d. Penyerahan psikotropika dari apotek kepada puskesmas diberikan berdasarkan surat permintaan tertulis dari kepala puskesmas. e. Penyerahan psikotropika dari apotek kepada balai pengobatan diberikan berdasarkan surat permintaan tertulis dari dokter penanggung jawab balai pengobatan. f. Penyerahan psikotropika dari apotek kepada dokter diberikan berdasarkan resep dokter.

102 7 g. Penyerahan psikotropika dari apotek kepada pasien diberikan berdasarkan resep dokter. Penggunan psikotropika perlu dilakukan monitoring dengan mencatat setiap pemasukkan dan pengeluaran dalam kartu stok yang meliputi tanggal pemasukkan/pengeluaran obat, sumber/nomor resep, jumlah obat yang masuk/keluar, sisa obat dan paraf petugas Pelaporan Psikotropika Pabrik obat, PBF, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga penelitian dan atau lembaga pendidikan, wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan wajib melaporkannya kepada Menteri Kesehatan secara berkala (Departemen Kesehatan RI, 1997). Upaya pemerintah dalam melakukan pengawasan penggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan secara terintegrasi melalui aplikasi Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) yang dikembangkan oleh Departemen Kesehatan RI sejak tahun SIPNAP adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika dari unit layanan (puskesmas, rumah sakit dan apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik. Unit pelayanan yang terdaftar melakukan pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika melalui formulir khusus yang diberikan oleh dinas kabupatan/kota. Formulir ini diisi setiap bulannya kemudian ditandatangani oleh APA dan dikirimkan kembali ke dinas kesehatan kabupaten/kota dalam bentuk maupun print out. Laporan dibuat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat, Balai Besar POM Propinsi serta sebagai arsip apotek. Dinas kabupaten/kota bertanggung jawab dalam merekapitulasi laporan tersebut kemudian meneruskan pelaporan ke dinas propinsi dan pusat melalui web server Pemusnahan Psikotropika Berdasarkan Undang-Undang RI No. 5 tahun 1997, pemusnahan psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana,

103 8 diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika wajib dibuat berita acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam waktu 7 hari setelah mendapat kepastian. Berita acara pemusnahan tersebut memuat: 1) Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan; 2) Nama pemegang izin khusus atau apoteker pengelola apotek; 3) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek tersebut; 4) Nama dan jumlah psikotropika yang dimusnahkan; 5) Cara pemusnahan; 6) Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi. Laporan pemusnahan psikotropika dikirim kepada Kepala Badan POM dengan tembusan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi serta sebagai arsip apotek.

104 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan di Apotek Kimia Farma No.7 Bogor, mulai tanggal 20 Februari 2012 hingga tanggal 10 Maret Pengambilan Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari Laporan Penggunaan Psikotropika di Apotek Kimia Farma No.7 Bogor, Periode Januari 2012 dan Februari 2012 dan sampel resep psikotropika selama bulan Januari Februari 2012 yang diambil secara acak sebanyak 100 lembar. 3.3 Pengolahan Data Dari laporan penggunaan psikotropika per bulan, data dimasukan kedalam program Microsoft Office Excel 2007 kemudian dapat diketahui jumlah penggunaan psikotropika yang paling besar. Sedangkan untuk mengetahui jenis keahlian dokter penulis resep yang paling banyak meresepkan obat psikotropika, usia pasien yang paling banyak mendapatkan obat psikotropika, dan lama pemberian obat psikotropika, maka penulis mengumpulkan data dari sampel resep psikotropika selama periode Januari Februari Data diolah secara sederhana dengan menggunakan tabel. 9

105 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Jenis dan jumlah psikotropika yang paling banyak diresepkan Berdasarkan data pelaporan penggunaan psikotropika di Apotek Kimia Farma No.7 periode Januari Februari 2012, diperoleh bahwa jumlah penggunaan obat golongan psikotropika yang paling banyak adalah derivat benzodiazepin, yaitu 68,05%. Selain itu, penggunaan derivat barbiturat sebanyak 31,70%, dan sisanya 0,25% merupakan obat golongan lain-lain. Sebagian besar derivat benzodiazepin yang paling banyak diresepkan adalah diazepam, yaitu sebesar 57,44%, dimana sebanyak 40,10% adalah sediaan Diazepam 2 mg. Sedangkan derivat barbiturat yang paling banyak digunakan dalam resep psikotropika adalah sediaan Fenobarbital 30 mg Jenis keahlian dokter yang menulis resep psikotropika Dari 100 lembar sampel resep selama periode Januari Februari 2012, peresepan seluruh obat golongan psikotropika terbanyak diberikan oleh dokter spesialis saraf, yaitu 35%. Sedangkan sisanya sebanyak 26% resep ditulis oleh dokter spesialis penyakit dalam, 16% oleh dokter umum, 10% oleh dokter spesialis anak, 6% oleh dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, masingmasing sebanyak 1% oleh dokter spesialis kejiwaan, paru, dan bedah, serta 2% resep ditulis oleh dokter gigi. Disamping itu terdapat resep dokter yang berasal dari balai pengobatan sebanyak 2% Usia pasien yang paling banyak mendapatkan resep psikotropika Berdasarkan pengamatan sampel resep, sebagian besar pasien yang mendapatkan obat-obat psikotropika merupakan pasien usia dewasa (lebih dari 12 tahun), yaitu sebanyak 90%. Sedangkan sisanya sebanyak 10% merupakan pasien yang berusia 0 12 tahun. 10

106 Lama pemberian psikotropika yang paling banyak diresepkan Pemberian obat psikotropik baik oleh dokter umum maupun dokter spesialis diberikan paling banyak (54%) untuk lebih dari 7 hari sampai satu bulan penggunaan. Selain itu sebanyak 16% untuk penggunaan 6-7 hari, 12% untuk penggunaan 4-5 hari, dan 16% untuk penggunaan 1-3 hari. 4.2 Pembahasan Dalam penggunaan klinis, terapi psikofarmaka atau pengobatan dengan menggunakan psikotropika (obat psikotropika) dikelompokkan dalam 4 golongan, yaitu sebagai obat tidur (sedatif dan hipnotik), obat penenang minor, obat penenang mayor (neuroleptika), dan antidepresan. Penggunaan psikotropika yang paling banyak di Apotek Kimia Farma No.7 selama periode Januari Februari 2012 adalah senyawa turunan benzodiazepin. Dari beberapa senyawa turunan benzodiazepin, diazepam 2 mg merupakan preparat yang paling banyak penggunaannya. Sedangkan sebagian kecil lainnya adalah turunan barbiturat, yaitu fenobarbital/luminal. Turunan benzodiazepin adalah obat pilihan yang banyak digunakan sebagai sedatif-hipnotik karena mempunyai efikasi dan batas keamanan lebih besar dibanding turunan sedatif-hipnotik lain, antara lain menyangkut efek samping, pengembangan toleransi, ketergantungan obat, interaksi obat, dan kematian akibat kelebihan dosis. Selain efek sedatif-hipnotik, turunan benzodiazepin juga mempunyai efek menghilangkan ketegangan (ansiolitika, tranquilizer minor), relaksan otot dan antikejang. Di klinik, turunan ini terutama digunakan untuk menghilangkan ketegangan, kegelisahan, dan insomnia. Dalam penggunaan klinis obat psikotropik, harus selalu mempertimbangkan asas manfaat dan resiko. Penggunaan obat psikotropik yang rasional adalah penggunaan obat yang sesuai dengan kebutuhan klinis pasien dalam jumlah dan jangka waktu yang memadai dimana gejala sasaran dapat diredam dan memberi peluang untuk integrasi bio-psiko-sosial (dengan terapi psikososial) sehingga pemulihan dari keadaan sakit dapat dicapai. Dilihat dari jenis keahlian dokter penulis resep, maka semua jenis psikotropika terbanyak diresepkan oleh dokter spesialis saraf. Hal ini dapat

107 12 menggambarkan bahwa sebagian besar penggunaan psikotropika ini digunakan dalam pengobatan pasien gangguan saraf, sesuai dengan fungsi farmakologis psikotropika dalam penekan sistem saraf pusat. Selain itu, resep psikotropika banyak juga ditulis oleh dokter spesialis penyakit dalam. Hal ini dapat dimengerti karena gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan pada pasien yang menderita penyakit psikis. Misalnya pada pasien yang menderita stres, cemas, atau depresi sering kali disertai dengan keluhan-keluhan pada sistem pencernaan, kardiovaskuler, pernafasan, urogenital, otot dan tulang dan lain sebagainya. Dokter umum menempati urutan ketiga dalam meresepkan obat psikotropika terbanyak. Hal ini diduga sama seperti dokter spesialis penyakit dalam bahwa psikotropika digunakan sebagai terapi tambahan pada penyakit somatik yang didasari oleh perasaan kuatir dan ketegangan mental. Hal ini dapat lebih dipahami dengan melihat usia pasien yang mendapatkan psikotropika hampir seluruhnya adalah pasien dewasa. Sedangkan untuk turunan barbiturat (fenobarbital/ luminal) terbanyak diberikan pada pasien anak-anak. Dalam hal lama pemberian, sebagian besar menunjukkan antara lebih dari 7 hari sampai satu bulan penggunaan. Hal ini berarti bahwa lama pemberian obatobat tersebut masih berada dalam jangka waktu yang dianjurkan dalam penggunaan psikotropika sebagai sedatif-hipnotik dan obat penenang minor. Walaupun demikian, dokter harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya toleransi dimana pasien memerlukan peningkatan dosis yang lebih tinggi dan ketergantungan fisik yang menyebabkan pasien cenderung sulit untuk melepaskan penggunaan obat penenangnya. Pemilihan psikofarmaka harus didasarkan pada pengalaman klinik, berat ringannya penyakit, serta tujuan khusus penggunaan obat tersebut. Sebaiknya pengobatan dimulai dengan obat yang paling efektif dengan sedikit efek samping. Dosis obat harus disesuaikan dengan kebutuhan klinis pasien dan jangan diberikan secara terus-menerus melainkan sebagai regimen terputus (kontrol dokter).

108 BAB 5 KAJIAN RESEP 5.1 Contoh 1. Kajian Resep Psikotropika Skrining Resep 1. Persyaratan Administrasi Kelengkapan administrasi resep disamping meliputi: a. Nama Dokter: ada b. SIP Dokter : ada c. Tanggal Resep: ada d. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep : hanya pada resep pertama e. Paraf Dokter : tidak ada f. Alamat Dokter : tidak ada g. Nama Pasien : ada h. Umur Pasien : ada i. Alamat/No. Telp : tidak ada 2. Kesesuaian Farmasetik a. Nama/komposisi obat : jelas b. Bentuk sediaan : jelas (tablet) c. Dosis: Jelas d. Aturan pakai : Jelas e. Lama pemberian : Jelas 13

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 15 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YUDHO PRABOWO,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 15 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEDDY RIFANDI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 278 RUKO VERSAILLES FB NO.15 SEKTOR 1.6 BSD SERPONG PERIODE 3 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JL. LETJEN S. PARMAN KAV. G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JL. LETJEN S. PARMAN KAV. G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DWI FAJAR ABD. GHOFUR, S.Si 1006835204 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55, JAKARTA TIMUR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. ST. HASANUDDIN NO.1 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengawasan dan pemantauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia memiliki hak asasi yang diatur dalam perundang-undangan, salah satunya yaitu hak mengenai kesehatan, sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 bahwa kesehatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK IX NO.2 DEPOK PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa: I.PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tempat dilakukannya praktik kefarmasian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANITA AYU DWI AJIE SAPUTRI, S.Farm. 1106046673

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO 37 PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Suci

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO. 50 JAKARTA BARAT PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PT. KIMIA FARMA TRADING AND DISTRIBUTION CABANG PEKANBARU. PT. Kimia Farma Trading & Distribution cabang Pekanbaru merupakan

BAB IV GAMBARAN UMUM PT. KIMIA FARMA TRADING AND DISTRIBUTION CABANG PEKANBARU. PT. Kimia Farma Trading & Distribution cabang Pekanbaru merupakan 39 BAB IV GAMBARAN UMUM PT. KIMIA FARMA TRADING AND DISTRIBUTION CABANG PEKANBARU 4.1 Sejarah Umum Perusahaan PT. Kimia Farma Trading & Distribution cabang Pekanbaru merupakan anak perusahaan dari dari

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 2013 20 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEIYANI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ZILFIA MUTIA RANNY, S.Farm. 1006835601 ANGKATAN

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AYUN ERWINA ARIFIANTI, S.Farm. 1206312883

Lebih terperinci

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia adalah kesehatan. Berdasarkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK IX NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 03 APRIL 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ILMA NAFIA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu tujuan dari pembangunan suatu bangsa. Kesehatan sendiri adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 KEJAYAAN DEPOK JL. KEJAYAAN RAYA BLOK IX NO. 2 DEPOK PERIODE 3-30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANNISA RAHMA HENDARSULA,

Lebih terperinci