UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 20 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA WIDYANTY, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 20 FEBRUARI 28 MARET 2013 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker KARTIKA WIDYANTY, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 ii

3 iii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah senantiasa melimpahkan karunia dan rahmat-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Arafah. Shalawat serta Salam semoga selalu tercurah kepada rahmatan lil alamin, Rasulullah saw. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi untuk mencapai gelar profesi Apoteker. Selain itu juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memahami peran dan tugas Apoteker di dalam suatu apotek. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan dan bimbingan yang diberikan, kepada : 1. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., MS., selaku Dekan Fakultas Farmasi UI; 2. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI yang telah memberikan pengarahan, nasihat dan ilmu selama studi apoteker; 3. Ibu Lily Komiarsih, S.Si., Apt., selaku pembimbing di Apotek Arafah yang telah memberikan ilmu, motivasi dan inspirasi yang bermanfaat bagi penulis; 4. Ibu Dra. Juheini, M.Si., Apt., selaku pembimbing di Fakulta Farmasi UI yang telah memberikan waktunya untuk ilmu dan saran yang tidak terbatas kepada penulis; 5. Seluruh dosen dan staf tata usaha Fakultas Farmasi UI atas ilmu dan bantuan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Program Profesi Apoteker; 6. Keluarga besar di Apotek Arafah atas kehangatan, keceriaan dan berbagi ilmu selama pelaksanaan PKPA; 7. Keluarga tercinta yang telah memberikan bantuan moril dan materil dan atas kesabarannya, kasih sayang, dukungan, perhatian dan doa untuk menyelesaikan pendidikan profesi Apoteker dengan sebaik mungkin; 8. Rekan PKPA di Apotek Arafah khususnya (Anisa Prima Hilmi, S.Far) yang selalu membantu dan berbagi ilmu selama pelaksanaan PKPA; iv

5 9. Seluruh sahabat dan teman Program Profesi Apoteker, khususnya Apoteker Angkatan LXXVI Fakultas Farmasi UI, selaku teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan semangat. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Tak ada yang penulis harapkan selain sebuah keinginan agar laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya. Penulis 2013 v

6 vi

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN UMUM Pengertian Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Tata Cara Pemberian Izin Apotek Kelengkapan Apotek Tenaga Kerja Apotek Apoteker Pengelola Apotek PengalihanTanggung Jawab Apoteker Pencabutan Surat Izin Apotek Sediaan Farmasi Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika Pengadaan Persediaan Apotek Penentuan Prioritas Pengadaan Strategi Pemasaran Apotek BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK ARAFAH Apotek Arafah Visi dan Misi Tujuan dan Fungsi Lokasi dan Tata Ruang Sumber Daya Manusia dan Struktur Organisasi Tugas dan Fungsi Setiap Jabatan Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Lainnya Pelayanan Kefarmasian Apotek Kegiatan Administrasi dan Keuangan BAB 4 PEMBAHASAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN vii

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Penandaan obat bebas Gambar 2.2 Penandaan obat bebas terbatas Gambar 2.3 Penandaan obat keras Gambar 2.4 Penandaan obat narkotika Gambar 2.5 Penandaan untuk jamu Gambar 2.6 Penandaan untuk obat herbal terstandar Gambar 2.7 Penandaan untuk fitofarmaka Gambar 2.8 Matriks analisa VEN-ABC Gambar 3.1 Alur penerimaan barang viii

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Contoh Formulir APT Lampiran 2. Contoh Formulir APT Lampiran 3. Contoh Formulir APT Lampiran 4. Contoh Formulir APT Lampiran 5. Contoh Formulir APT Lampiran 6. Contoh Formulir APT Lampiran 7. Contoh Formulir APT Lampiran 8. Peta Lokasi Apotek Arafah Lampiran 9. Denah Apotek Arafah Lampiran 10. Desain Eksterior Apotek Arafah Lampiran 11. Surat Pemesanan Psikotropika Lampiran 12. Surat Pemesanan Barang Apotek Arafah Lampiran 13. Kartu Stok Barang Apotek Arafah Lampiran 14. Kwitansi Apotek Arafah Lampiran 15. Etiket Obat Lampiran 16. Struktur Organisasi Apotek Arafah Lampiran 17. Laporan Penggunaan Narkotika Lampiran 18. Lampiran Penggunaan Psikotropika viii ix

10 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari pelayanan obat (drug oriented) menjadi pelayanan pada pasien (patient oriented) yang mengacu kepada Pharmaceutical Care (PC). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula terfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi sebuah bentuk pelayanan yang komprehensif dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup pasien. Konsekuensi dari adanya perubahan tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berkomunikasi dengan pasien agar dapat memberikan pelayanan yang baik. Adanya interaksi antara apoteker dengan pasien ini diharapkan mampu mendukung tercapainya tujuan terapi. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Pelayanan Kefarmasian atau Pharmaceutical Care adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian menggambarkan adanya interaksi antara apoteker dengan pasien dan rekan sejawat lainnya, seperti dokter dan perawat. Bentuk interaksi antara apoteker dengan pasien tersebut, antara lain melaksanakan pemberian informasi obat, monitoring penggunaan obat untuk memastikan tujuan akhir terapi dapat dicapai dan proses terapi yang terdokumentasi dengan baik. Adanya interaksi yang baik ini dapat menghindari terjadinya kesalahan dalam pengobatan (medication error). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia tentang Standar Pelayanan Kefarmasian, medication error adalah kejadian merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang seharusnya dapat dicegah. Apoteker juga dapat memberikan konseling bagi pasien untuk meningkatkan pemahaman pasien terhadap terapi yang dijalaninya. Peningkatan pemahaman ini diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi yang sedang dijalaninya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). 1

11 2 Apoteker sebagai penanggung jawab sebuah apotek memiliki peranan yang besar dalam menjalankan fungsi apotek berdasarkan nilai bisnis maupun fungsi sosial, terutama perannya dalam menunjang upaya kesehatan dan sebagai penyalur perbekalan farmasi kepada masyarakat. Apoteker dituntut untuk dapat menyelaraskan kedua fungsi tersebut. Kondisi masyarakat yang semakin kritis terhadap kesehatan mereka dan kemudahan mengakses informasi menjadi tantangan tersendiri bagi apoteker di masa depan. Kunjungan masyarakat ke apotek kini tak sekedar membeli obat, namun untuk mendapatkan informasi lengkap tentang obat yang diterimanya. Kesiapan institusi pendidikan dalam menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas dan mempunyai kompetensi menjadi faktor penting dalam menghasilkan apoteker masa depan yang profesional dan berwawasan serta keterampilan yang cukup. Perkuliahan di kampus tidaklah cukup untuk mewujudkan tujuan ini maka diperlukan adanya praktek sebagai sarana berlatih bagi calon apoteker. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek merupakan wujud nyata dari Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi untuk mempersiapkan apoteker masa depan yang kompeten di bidangnya. PKPA di Apotek Arafah ini diharapkan memberikan manfaat bagi calon apoteker untuk siap terjun di lingkungan masyarakat guna memberikan pelayanan kesehatan yang tepat. 1.2 Tujuan Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan di Apotek Arafah, yaitu: a. Memahami peran dan fungsi apoteker di apotek. b. Memahami proses pengelolaan apotek yang dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek.

12 3 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Pengertian Apotek Apotek adalah tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Pada perkembangannya, apotek tidak terbatas pada pekerjaaan kefarmasian melainkan pada pelayanan kefarmasian. Pengertian pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan bahan obat, bahan obat dan obat tradisional (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009a). Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien, oleh karena itu pengertian apotek sekarang adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009a). 2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek memiliki landasan hukum yang diatur dalam: a. Undang-Undang Kesehatan RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan Peraturan ini mengatur tentang pengertian kesehatan dan sumber daya yang terlibat dalam upaya kesehatan, hak dan kewajiban tenaga kesehatan, perlindungan pasien, pelayanan kesehatan tradisional, pencegahan penyakit, kesehatan reproduksi, kesehatan ibu, bayi dan anak, penyakit menular dan penyakit tidak menular, pembiayaan kesehatan, sumber pembiayaan kesehatan dan ketentuan pidana. b. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Peraturan ini mengatur tentang upaya pemberantasan terhadap tindak pidana narkotika, pemanfaatan narkotika untuk kepentingan pengobatan dan kesehatan, rehabilitasi medis dan sosial, prekursor narkotika dan peran serta 3

13 4 masyarakat dalam usaha pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika dan prekursor narkotika. c. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika Peraturan perundang-undangan ini mengatur tentang Undang-undang Psikotropika ini mengatur produksi, peredaran, penyaluran, penyerahan, ekspor dan impor, pengangkutan, transito, pemeriksaan, label dan iklan, kebutuhan tahunan dan pelaporan, pengguna psikotropika dan rehabilitasi, pemantauan prekursor, pembinaan dan pengawasan, pemusnahan, peran serta masyarakat, penyidikan dan ketentuan pidana. d. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian Peraturan ini mengatur tentang asas dan tujuan pekerjaan kefarmasian; penyelenggaraan pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi, atau penyaluran dan pelayanan sediaan farmasi; tenaga kefarmasian; disiplin tenaga kefarmasian; serta pembinaan dan pengawasan pekerjaan kefarmasian. e. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas PP No.26 Tahun 1965 tentang Apotek Peraturan ini mengatur tentang tugas dan fungsi apotek dikembalikan kepada fungsi semula sebagai sarana penyalur perbekalan farmasi dan sebagai sarana dilakukan pekerjaan kefamasian oleh tenaga-tenaga farmasi dalam rangka pengabdian profesi kepada masyarakat. f. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Kententuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek Peraturan ini mengatur tentang ketentuan umum perizinan apotek, pelimpahan wewenang pemberi izin apotek, persyaratan apoteker pengelola apotek (APA), persyaratan apotek, tata cara pemberian izin apotek, pengelolaan apotek, pelayanan apotek, pengalihan tanggung jawab apotek, pencabutan surat izin apotek, pembinaan dan ketentuan pidana terhadap pelanggar, serta ketentuan peralihan apotek.

14 5 g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian Peraturan ini mengatur tentang registrasi tenaga kefarmasian, izin praktik dan izin kerja, komite farmasi nasional, pembinaan dan pengawasan tenaga kerja kefarmasian. h. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Peraturan ini mengatur tentang standar pelayanan farmasi sebagai pedoman praktik apoteker dalam menjalankan profesi. Di dalam peraturan ini dibahas tentang pengelolaan sumber daya yang dibutuhkan dalam pelayanan farmasi; pelayanan yang dilakukan dan evaluasi mutu pelayanan farmasi. i. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2003 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek Peraturan ini mengatur tentang beberapa perubahan ketentuan tata cara pemberian izin apotek dari Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 diantaranya tentang pihak yang berwenang memberi izin apotek; alur dan proses perizinan apotek; ketentuan apoteker pengelola apotek dan apoteker pendamping; pencabutan izin apotek dan ketentuan pidana. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek (Presiden Republik Indonesia, 1980) a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata. d. Sebagai sarana tempat pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya.

15 6 2.4 Tata Cara Pemberian Izin Apotek Seorang apoteker harus mampu dan menguasai dengan baik dan benar bagaimana tata cara perizinan apotek sesuai dengan peraturan yang berlaku saat ini, sehingga apoteker harus mampu dan mengetahui persiapan dan tahapan proses perijinan dimana apotek akan berdiri. Sebuah apotek yang akan berdiri harus memiliki tempat lokasi yang telah dilakukan feasibility study-nya dan lengkap dengan segala kriteria dan surat-surat untuk diproses permohonan izin apotek kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir model APT-1 (lampiran 1) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993, Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut: Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas KesehatanKabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1 (Lampiran 1). Beberapa lampiran yang disertakan antara lain: a. Salinan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) Surat izin ini digunakan bagi apoteker yang menjalankan tugas profesinya di fasilitas pelayanan kefarmasian. SIPA dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. b. Salinan denah bangunan Denah bangunan dibuat sedemikian rupa dengan bangunan apotek sekurangkurangnya memiliki ruangan untuk peracikan dan penyerahan resep ada sesuai kebutuhan, ruangan administrasi, ruangan apoteker dan toilet sesuai kebutuhan. Ruangan yang tersedia dimanfaatkan sebaik-baiknya dan dalam pembuatan denah harus jelas pembagian ruang di apotek. c. Surat yang mengatakan status bangunan Surat yang menyatakan status bangunan dibuat dalam bentuk akta hak milik/sewa/kontrak. Dapat disertakan salinan surat IMB (Izin Mendirikan Bangunan). Alamat dan surat izin tempat/bangunan apotek harus jelas.

16 7 d. Daftar asisten apoteker Daftar asisten apoteker dibuat lengkap dengan data nama, alamat, tanggal lulus dan nomor surat izin kerja. Asisten apoteker bertindak sebagai tenaga teknis kefarmasian di apotek. Surat izin yang dimiliki oleh asisten apoteker adalah STRTTK yang merupakan bukti tertulis dan diberikan oleh Menteri Kesehatan kepada Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah diregistrasi. e. Daftar terperinci alat perlengkapan apotek Alat perlengkapan yang digunakan diapotek dibuat daftar nama dengan spesifikasi alat yang jelas dan jumlah alat yang dimiliki apotek. Perlengkapan apotek tersebut terdiri dari alat pembuatan, pengolahan dan peracikan; perlengkapan dan alat perbekalan farmasi; wadah pengemas dan pembungkus; alat administrasi; serta buku standar yang diwajibkan. f. Surat pernyataan dari APA bahwa tidak bekerja tetap pada perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi APA di apotek lain Apoteker pengelola apotek (APA) memiliki peran sentral pada pelayanan kefarmasian di apotek. APA memiliki fungsi manajerial pada apotek yang dikelolanya. Tugas tersebut dilakukan dengan penuh tanggung jawab sehingga APA tidak dapat bekerja pada perusahaan farmasi atau menjadi APA di apotek lain. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping. Apabila APA dan apoteker pendamping berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk apoteker pengganti. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping APA dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek, sedangkan apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain. g. Akta perjanjian kerja sama Apoteker Pengelola Apotek (APA) dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) Apotek dapat didirikan oleh apoteker sebagai pemilik modal ataupun dapat bekerja sama dengan pemilik modal lain. Dalam kerjasama tersebut harus ada akta perjanjian yang dilegalisasi oleh notaris. Akta tersebut berisi perjanjian

17 8 antara APA dengan PSA tentang beberapa hal, seperti kesanggupan APA dalam mengelola apotek dan sistem pembagian hasil usaha. Proses pembuatan akta ini yaitu dengan membuat perjanjian yang dituangkan dalam sebuah akta dengan isi perjanjian yang telah disepakati pihak APA maupun PSA. Akta perjanjian tersebut di tanda tangani oleh pihak APA, PSA dan seorang saksi yang menyaksikan perjanjian tersebut. Notaris yang melegalisasi akta tersebut kemudian akan menanda tangani dan mengeluarkan nomor legalitas yang menandakan akta tersebut telah terdaftar dalam buku khusus legalisasi akta perjanjian. h. Surat pernyataan pemilik sarana tidak terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat Sebagai seorang Pemilik Sarana Apotek (PSA) harus memiliki kepribadian yang baik dan tidak terlibat pelanggaran undang-undang terutama di bidang obat. PSA memahami peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang obat agar dapat menyediakan fasilitas dan obat-obat yang sesuai dengan perundang-undangan Dengan menggunakan Formulir APT-2 (Lampiran 2) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh Formulir APT-3 (Lampiran 3) Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

18 9 setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-4 (Lampiran 4) Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5 (Lampiran 5) Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-6 (Lampiran 6) Terhadap surat penundaan, Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat penundaan Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan, atau lokasi yang tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambatlambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT-7 (Lampiran 7). Bila Apoteker menggunakan sarana milik pihak lain dalam pendirian apotek, maka harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Penggunaan sarana apotek yang dimaksud, wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Apoteker dan pemilik sarana. b. Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perudang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan.

19 2.5 Kelengkapan Apotek Dalam mendapatkan izin apotek, seorang apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan, harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Beberapa kelengkapan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek antara lain tempat atau lokasi, bangunan, perlengkapan apotek, tenaga kerja apotek, dan perbekalan farmasi (Umar, 2011) Lokasi Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Persyaratan jarak minimum antar apotek tidak dipermasalahkan lagi, akan tetapi ketentuan ini dapat berbeda, sesuai dengan kebijakan/peraturan daerah masing-masing. Lokasi apotek dapat dipilih dengan mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, jumlah praktek dokter, sarana dan pelayanan kesehatan lain, sanitasi dan faktorfaktor lainnya Bangunan Suatu apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek. Bangunan apotek yang baik hendaknya memiliki ruang tunggu pasien, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi, ruang kerja apoteker, tempat pencucian alat dan kamar kecil. Bangunan apotek sebaiknya juga memiliki sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, sumber penerangan yang dapat memberikan penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran, serta ventilasi dan sanitasi yang baik. Papan nama apotek dipasang di depan bangunan dengan ketentuan memenuhi ukuran minimal panjang 60 cm, lebar 40 cm dengan tulisan hitam diatas dasar putih, tinggi huruf minimal 5 cm, umumnya terbuat dari papan seng yang pada bagian mukanya memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat apotek dan nomor telepon.

20 2.5.3 Peralatan Apotek Suatu apotek baru yang ingin beroperasi harus memiliki peralatan apotek yang memadai agar dapat mendukung pelayanan kefarmasiannya. Peralatan apotek yang harus dimiliki, antara lain: a. Peralatan pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, lumpang, alu, gelas ukur dan lain-lain. b. Peralatan dan tempat penyimpanan alat perbekalan farmasi seperti lemari obat, lemari pendingin (kulkas), lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika. Lemari narkotika harus memenuhi persyaratan yang ada dalam Undang- Undang Narkotika Nomor 35 Tahun c. Wadah pengemas dan pembungkus. d. Perlengkapan administrasi seperti blanko pesanan, salinan resep, buku catatan penjualan, buku catatan pembelian, kartu stok obat, dan kuitansi. e. Buku-buku dan literatur standar yang diwajibkan, serta kumpulan perundang- undangan yang berhubungan dengan kegiatan apotek Tenaga Kerja Apotek Berdasarkan Permenkes RI No. 1322/MENKES/SK/X/2002 apotek harus dikelola oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Apotek juga dapat mempekerjakan tenaga pengganti bila diperlukan. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA tersebut harus menunjuk Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping APA dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. Apabila APA dan Apoteker Pendamping berhalangan melakukan tugasnya karena hal-hal tertentu, APA harus menunjuk Apoteker Pengganti, yaitu apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain. Tenaga kerja di setiap apotek dapat berbeda-beda jumlahnya, tergantung pada kebutuhan masing-masing apotek. Sumber daya manusia yang dapat bekerja di apotek selain Apoteker Pengelola Apotek di antaranya adalah Asisten Apoteker, yaitu mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan berhak

21 melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker dan bertugas membantu Apoteker Pengelola Apotek dalam melakukan pekerjaan teknis kefarmasian. Tenaga kerja di apotek yang tidak diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan dan perundang-undangan dapat bermacam-macam jenis dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan apotek tersebut, seperti juru resep, kasir dan petugas keamanan Apoteker Pengelola Apotek Permenkes RI No. 1322/MENKES/SK/X/2002 menjelaskan Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah Apoteker yang telah diberi surat Izin Apotek (SIA). Sebelum melaksanakan kegiatannya, seorang APA wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Seorang APA bertanggung jawab akan kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya dan juga bertanggung jawab kepada pemilik modal apabila bekerja sama dengan pemilik sarana apotek (PSA). Apoteker yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian harus memenuhi persyaratan-persyaratan, sebagai berikut (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 35, 37, 52, 54): a. Memiliki keahlian dan kewenangan. b. Menerapkan Standar Profesi. c. Didasarkan pada Standar Kefarmasian dan Standar Operasional d. Memiliki sertifikat kompetensi profesi. e. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). f. Wajib memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) bagi Apoteker Pengelola. g. Apotek (APA) dan Apoteker Pendamping di Apotek. h. Apoteker Pengelola Apotek (APA) hanya dapat melaksanakan praktek di satu apotek sedangkan Apoteker Pendamping hanya dapat melaksanakan praktek paling banyak di tiga Apotek.

22 Surat Tanda Registrasi (STRA) merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. STRA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun selama masih memenuhi persyaratan. Syarat yang harus dipenuhi apoteker untuk memperoleh STRA adalah (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 40): a. Memiliki ijazah Apoteker. b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi. c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker. d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek. e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker dan Apoteker Pendamping untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada Apotek atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). SIPA dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. SIPA dapat dibatalkan demi hukum apabila pekerjaan kefarmasian dilakukan pada tempat yang tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin. Syarat yang harus dipenuhi apoteker untuk memperoleh SIPA adalah (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 55): a. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) b. Tempat atau ada tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian atau fasilitas kesehatan yang memiliki izin. c. Rekomendasi dari organisasi profesi Tugas dan kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut: a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku. b. Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi. c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin. 1 3

23 1 4 d. Melakukan pengembangan usaha apotek Wewenang dan tanggung jawab APA meliputi (Umar, 2011): a. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan b. Menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan c. Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan d. Bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai. 2.8 Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Pengalihan tanggung jawab apoteker diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 (Pasal 19 dan 24), yaitu: a. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping. b. Apabila APA dan Apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk apoteker pengganti. c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. d. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker pendamping, pelaporan oleh ahli waris wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. e. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Penunjukkan Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 menjelaskan jika pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang disebabkan karena penggantian Apoteker Pengelola Apotik kepada Apotek Pengganti, wajib dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima tersebut dibuat

24 Berita Acara Serah Terima yang dibuat rangkap empat dan ditandatangani kedua belah pihak yang melakukan serah terima Pencabutan Surat Izin Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila: a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. b. Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus menerus. c. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang tentang Narkotika, Undang- Undang Obat Keras dan Undang-Undang tentang Kesehatan. d. Surat Izin Praktek Apoteker Pengelola Apotek dicabut. e. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek, serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain. Pelaksanaan pencabutan surat izin apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan: a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2(dua) bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan Formulir Model APT-13. Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas, dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan ini dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-14. Pencairan Izin Apotek yang dimaksud dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola

25 Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sebagai berikut: a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu, dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. b. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Wilayah Kantor Kementeriaan Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam huruf (a) Sediaan Farmasi Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Dalam menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat, maka pemerintah menggolongkan obat menjadi empat golongan, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, narkotika dan psikotropika. Di apotek, selain empat golongan tersebut juga terdapat obat tradisional yang meliputi obat jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Suplemen dan kosmetik merupakan contoh obat bebas yang juga tersedia di apotek dan dibutuhkan oleh masyarakat di samping obatobatan lainnya Obat bebas (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2380/A/SK/VI/83) Obat bebas adalah obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Contoh obat bebas diantaranya obat batuk hitam, analgesik-antipiretik (panadol ) dan antasida (mylanta ). Tanda khusus yang terdapat pada obat bebas adalah lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam. Gambar 2.1 Penandaan obat bebas

26 Obat bebas terbatas (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2380/A/SK/VI/83) Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dalam jumlah tertentu dapat diserahkan tanpa resep dokter. Obat bebas terbatas memiliki tanda peringatan untuk aturan pemakaian, yaitu: a. P. No. 1. Awas obat keras! Baca aturan pemakaian. Contohnya Decolgen, Ultraflu dan Fatigon. b. P. No.2. Awas Obat keras! Hanya untuk kumur, jangan ditelan. Contohnya Betadine gargle dan Minosep. c. P. No.3. Awas Obat keras! Hanya untuk bagian luar dari badan. Contohnya Fosen enema, Rivanol dan Canesten d. P. No.4. Awas Obat keras! Hanya untuk dibakar. e. P. No.5. Awas Obat keras! Tidak boleh ditelan. Contohnya Sulfanilamid puyer steril dan Dulcolax suppositoria. f. P. No.6. Awas Obat keras! Obat wasir, jangan ditelan. Ambeven dan Anusol. Tanda khusus yang terdapat obat bebas terbatas adalah lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam. 1 7 Gambar 2.2 Penandaan obat bebas terbatas Obat keras daftar G (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2396/A/SK/VII/86) Gambar 2.3 Penandaan obat keras

27 Obat keras adalah obat yang dapat diperoleh dengan resep dokter. Contoh obat keras, antara lain obat jantung, diabetes, hormon, antibiotik, psikotropika dan semua obat dalam bentuk injeksi. Tanda pada obat keras berupa lingkaran bulat berwarna bulat merah dengan garis tepi hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi dan harus mencantumkan kalimat Harus dengan resep dokter Psikotropika (Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997) Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku disebut psikotropika. Psikotropika digolongkan menjadi empat golongan: a. Psikotropika Golongan I Psikotropika Golongan I adalah psikotropika yang memiliki potensi dalam mengakibatkan sindroma ketergantungan. Psikotropika golongan ini hanya digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, contohnya antara lain etisiklidin dan MDMA (metilendioksi metilamfetamin). b. Psikotropika Golongan II Psikotropika Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan, contohnya amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin dan fensiklidin. c. Psikotropika Golongan III Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan, contohnya amobarbital, pentazosin, pentobarbital, dan siklobarbital. d. Psikotropika Golongan IV Psikotropika Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk

28 pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan, contohnya alprazolam, estazolam, diazepam, barbital dan fenobarbital. Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, disebutkan bahwa Psikotropika golongan I dan II telah dipindahkan menjadi Narkotika golongan I sehingga lampiran mengenai Psikotropika golongan I dan II pada UU No. 5 tahun 1997 dinyatakan tidak berlaku lagi sehingga obat-obat yang tergolong psikotropika saat ini adalah psikotropika golongan 3 dan 4 dalam lampiran UU No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika Narkotika (Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009) Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, disebut narkotika. Tanda pada obat narkotika adalah palang medali berwarna merah. Gambar 2.4 Penandaan obat narkotika Narkotika dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu: a. Narkotika Golongan I Narkotika Golongan I adalah narkotika yang memiliki potensi sangat tinggi dalam mengakibatkan ketergantungan.narkotika golongan ini dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan.narkotika Golongan I dalam jumlah terbatas hanya digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk reagensia diagnostik dan reagensia laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi dari Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. Contoh narkotika golongan I

29 antara lain tanaman Papaver somniferum (kecuali bijinya), opium, kokain, heroin dan ganja. b. Narkotika Golongan II Narkotika Golongan II adalah narkotika yang dapat digunakan sebagai pilihan terakhir dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi tinggi dalam mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan II antara lain morfin, petidin, metadon dan normetadon. c. Narkotika Golongan III Narkotika Golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi yang ringan dalam mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan III adalah kodein, dihidrokodein, norkodein dan etilmorfin Obat Tradisional Obat-obatan yang dibutuhkan oleh masyarakat di apotek tidak hanya obat kimia sintetis melainkan obat tradisional. Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, obat tradisional di Indonesia terbagi menjadi tiga golongan, yaitu obat jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2004). Produk dalam negeri golongan obat tradisional ini tidak hanya dijual di Indonesia tapi juga memiliki pasar yang baik di Asia Tenggara. a. Jamu Obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, maupun cairan yang berisi seluruh bahan nabati atau hewani yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional disebut sebagai jamu. Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris untuk kemanfaatannya. Contoh produk jamu antara lain Tolak Angin, Jamu Air Mancur, Nyonya Meneer dan Djamu Djago. Penandaan untuk jamu adalah penulisan kata jamu dan tertera logo berupa ranting daun berwarna hijau dalam lingkaran.

30 2 1 Gambar 2.5 Penandaan untuk jamu b. Obat Herbal Terstandar Obat herbal terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tumbuhan obat, hewan, maupun mineral. Selain proses produksi dengan teknologi maju, obat herbal terstandar memiliki pembuktian ilmiah berupa penelitian praklinis (uji menggunakan hewan coba). Contoh obat herbal terstandar yang berada di pasaran adalah Diapet, Kiranti dan Diabmeneer. Penandaan untuk obat herbal terstandar adalah logo jari-jari daun dalam lingkaran. Gambar 2.6 Penandaan untuk obat herbal terstandar c. Obat Fitofarmaka Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah dari penelitian praklinik sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria yang memenuhi prinsip etika dan tempat pelaksaan uji memenuhi syarat. Contoh fitofarmaka yang telah menerima sertifikat dari BPOM yaitu produk imunomodulator Stimuno. Penandaan untuk fitofarmaka adalah jari-jari daun yang membentuk bintang dalam lingkaran.

31 22 Gambar 2.7 Penandaan untuk Fitofarmaka 2.11 Pelayanan Kefarmasian di Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi, sekarang menjadi pelayanan yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Pelayanan kefarmasian di dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, terdiri dari pelayanan resep, pemberian informasi obat, konseling, pemantauan penggunaan obat, promosi dan edukasi, serta Pelayanan Residensial (Home Care) Pelayanan Resep a. Skrining resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi persyaratan administratif (nama,sip dan alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan/paraf dokter penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien), kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian), pertimbangan klinis (adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat dan lainlain).

32 23 b. Penyiapan obat Penyiapan obat terdiri dari peracikan, penulisan etiket, pengemasan, serta penyerahan obat. Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Penulisan etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Sebelum obat diserahkan pada pasien, harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep.penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien Pemberian Informasi Obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi Konseling Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Pada penderita penyakit tertentu, seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan. Konseling pasien adalah bagian kompetensi apoteker dalam proses pelayanan kefarmasian. Apoteker berada dalam posisi yang sangat terlihat dan tersedia untuk menjawab pertanyaan pasien tentang obat dan pengobatan alternatif

33 24 yang mereka tahu dari sumber informasi lain. Seorang apoteker harus mengembangkan, menerapkan dan memantau kemajuan pasien terhadap hasil terapeutik yang diinginkan. Secara rutin dan akurat mengidentifikasi jumlah dan jenis konseling yang diinginkan/diperlukan oleh pasien untuk memaksimalkan peluang menyelesaikan atau mencegah masalah dalam pengobatan. Selain itu, apoteker mengidentifikasi tingkat pengawasan yang diperlukan oleh pasien sesuai dengan risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh obat pasien, masalah terkait obat, atau penyakit. Pada proses konseling farmasi apoteker bertindak sebagai konselor dan pasien bertindak sebagai klien. Konseling harus bersifat rahasia, sukarela, dan pengambilan keputusan dilakukan oleh klien sendiri. Ciri khas dari konseling adalah: a. Tatap muka Banyak hal pada klien dapat terlihat dan terawasi langsung yang tidak diungkapkan dalam percakapan, misalnya sikap, ekspresi wajah, dan emosi yang dapat diketahui saat bertatap muka. b. Terencana Konseling tidak dapat dilakukan secara mendadak, harus direncanakan atau disegaja agar konselor dapat menyiapkan hal-hal yang diperlukan, termasuk menyiapkan situasi dan dirinya sendiri. c. Mempunyai tujuan Secara umum tujuan konseling adalah membantu klien melihat permasalahannya secara lebih jelas, baik mengenai dirinya, sikapnya, maupun keinginannya sehingga dapat memilih sendiri pemecahan masalahnya. d. Lebih dari satu pertemuan Pada umumnya, konseling dilakukan sampai beberapa kali tergantung pada kebutuhan. Konselor juga harus memantau dan menanyakan kembali hasil dari konseling yang dilakukan. Beberapa prinsip dasar konseling yang harus diperhatikan apoteker dalam memberikan konseling antara lain:

34 25 a. Menciptakan hubungan yang baik dengan klien Hubungan yang baik antara konselor dengan klien akan memberikan kepercayaan klien pada konselor, rasa aman dan merasa rahasianya terjamin, sehingga dalam proses penggalian informasi, konselor akan lebih banyak mendapatkan informasi dari klien. Beberapa persyaratan sebagai konselor, antara lain mempunyai kepribadian yang mantap dan penampilan meyakinkan; mempunyai minat terhadap permasalahan klien; menguasai teknis komunikasi dan konseling; menunjukkan rasa empati; menumbuhkan rasa aman dan dapat menjamin kerahasiaan isi pembicaraan; menjadi pendengar yang baik sehingga dapat menangkap dan memahami isi dan suasana pembicaraan dengan tepat; dan mampu meningkatkan status klien dari orang yang memerlukan bantuan menjadi orang yang menentukan dalam membuat keputusan. b. Menentukan kebutuhan Konseling tidak dapat terjadi bila klien datang tanpa tahu apa yang dibutuhkan. Sering kali klien datang tanpa dapat mengungkapkan dengan pasti kebutuhannya. Adakalanya klien diminta oleh pihak lain yang merasa perlu klien diberi penyuluhan, sehingga perlu pendekatan lebih awal untuk mengarahkan pembicaraan kearah pencarian masalah atau kebutuhan. Ketika masalah dan tujuan sudah jelas selanjutnya digali kemungkinan pemecahan masalahnya. c. Partisipasi Partisipasi konselor lebih banyak dalam menggali masalah. Konselor membantu klien dalam mengidentifikasi faktor yang menimbulkan masalah dan memilihkan pemecahan masalah yang sesuai. Keputusan pemecahan masalah dibuat oleh klien sendiri dan merupakan bagian dari tanggung jawab klien. d. Perasaan Konselor membantu klien dalam menumbuhkan kesadaran tentang perasaannya. Oleh karena itu konselor harus dapat mengerti dan menerima perasaan klien (berempati) dan bukan ikut larut dalam perasaan klien (bersimpati).

35 26 e. Kerahasiaan Seringkali apa yang diungkapkan klien merupakan masalah yang sangat pribadi. Kerahasiaan pembicaraan harus dijaga dengan sungguh-sungguh oleh konselor agar klien percaya kepada konselor. f. Pemberi informasi Selama pembicaraan, konselor harus memberikan fakta sederhana untuk membantu klien melihat masalahnya. Konselor harus menguasai hal-hal teknis cara pemberian informasi yang baik. Manfaat dilakukannya konseling dapat dirasakan oleh pasien maupun apoteker. Bagi pasien, konseling dapat mengurangi kesalahan penggunaan obat, menurunkan ketidakpatuhan, mengurangi reaksi obat yang tidak diinginkan, menjamin keamanan dan efektifitas pengobatan, membantu dalam perawatan kesehatan sendiri, membantu pemecahan masalah dalam situasi tertentu dan dapat menurunkan biaya pengobatan. Bagi apoteker, konseling dapat meningkatkan citra farmasi sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan, meningkatkan kepuasan kerja, menarik pelanggan dan membantu dalam meraih pasar, serta dapat meningkatkan pendapatan melalui peningkatan penjualan obat. Dalam melakukan konseling, beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan pasien, yaitu jenis penyakit pasien, jenis pengobatan dan kondisi pasien Pemantauan Penggunaan Obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu, seperti penyakit cardiovascular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya. Pemantauan dilakukan terhadap khasiat obat serta efek samping yang kemungkinan dapat terjadi Promosi dan Edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi (penyebarluasan) informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet / brosur, poster dan penyuluhan.

36 Pelayanan Residensial (Home Care) Pelayanan residensial (Home Care) adalah pelayanan apoteker sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan terapi kronis lainnya. Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Pada aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record) Pengelolaan Narkotika Pengelolaan narkotika bertujuan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan. Menurut Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, pengaturan narkotika bertujuan untuk menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika, serta memberantas peredaran gelap narkotika. Apotek merupakan salah satu sarana kesehatan yang dapat melakukan penyerahan narkotika. Apotek dapat menyerahkan narkotika kepada rumah sakit, puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter dan pasien. Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dokter. Pengelolaan narkotika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan/penyerahan, pemusnahan, pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi Pengadaan/Pemesanan Narkotika Apoteker hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah ditunjuk khusus oleh Menteri, yaitu PT. Kimia Farma dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan peredaran narkotika. Pemesanan narkotika dilakukan dengan menggunakan surat pesanan narkotika asli yang ditandatangani oleh APA yang dilengkapi dengan nama, nomor Surat Izin Apotek (SIA), nomor Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), tanggal dan nomor surat, alamat lengkap dan stempel apotek. Satu surat pesanan hanya untuk satu jenis narkotika. Surat pesanan dibuat 4 rangkap, dengan

37 28 ketentuan 3 rangkap (termasuk yang asli) diserahkan pada PBF dan 1 rangkap disimpan sebagai arsip di apotek Penyimpanan Narkotika (Departemen Kesehatan, 1978) Bedasarkan Permenkes Nomor 28/MENKES/PER/V/1978 tentang penyimpanan narkotika, apotek harus memiliki tempat khusus untuk penyimpanan narkotika yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat. c. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya, sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. e. Lemari harus dikunci dengan baik. f. Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika. g. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang dikuasakan. h. Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum Pelayanan/ penyerahan Narkotika Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 pasal 43, apotek hanya dapat melakukan penyerahan narkotika kepada rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter, dan pasien. Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dari dokter. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar resep yang sama dari seorang dokter atau atas dasar salinan resep dokter (UU No. 9 tahun 1976 Pasal 7). Pada resep narkotika yang baru dilayani sebagian, apotek boleh membuat

38 29 salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep asli Pemusnahan Narkotika Tujuan dilakukannya pemusnahan narkotika adalah untuk menghapus pertanggungjawaban apoteker terhadap pengelolaan narkotika, menjamin narkotika yang sudah tidak memenuhi persyaratan dikelola sesuai dengan standar yang berlaku, dan mencegah penyalahgunaan bahan narkotika serta mengurangi resiko terjadinya penggunaan obat yang substandar (Departemen Kesehatan RI, 2008). Berdasarkan Undang-undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika Pasal 60, pemusnahan narkotika dilakukan dalam hal diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau berkaitan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, atau berkaitan dengan tindak pidana. Pemusnahan yang dilakukan oleh apotek dengan membuat berita acara pemusnahan narkotika dan dilaporkan kepada pihka-pihak yang terkait. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28/MENKES/PER/I/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika dan Undang- Undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, berita acara pemusnahan memuat: a. Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan. b. Nama pemegang izin khusus, apoteker pengelola apotek dan dokter pemilik narkotika. c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari perusahaan atau badan tersebut. d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. e. Cara pemusnahan. f. Tanda tangan penanggung jawab apotek/ pemegang izin khusus, serta saksisaksi.

39 30 Berita acara pemusnahan tersebut dikirimkan dan dibuat rangkap empat untuk ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan, dan satu disimpan sebagai arsip di apotek Pencatatan dan Pelaporan Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, apotek wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Pelaporan penggunaan narkotika telah dikembangkan dalam bentuk perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2006 oleh Kementerian Kesehatan. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas, Rumah Sakit dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik, selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan setiap bulannya ke Ditjen Binfar dan Alkes di Kementerian Kesehatan melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet Pengelolaan Psikotropika Berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1997 psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau ilmu pengetahuan. Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika, serta memberantas peredaran gelap psikotropika.

40 Pemesanan Psikotropika Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK.Surat pesanan tersebut dibuat rangkap tiga, dua rangkap (termasuk yang asli) diserahkan pada PBF, dan satu rangkap disimpan sebagai arsip. Setiap surat dapat digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan psikotropika belum diatur di dalam perundang-undangan atau peraturan lainnya. Dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika maka sebaiknya obat golongan psikotropika disimpan pada rak atau lemari khusus Penyerahan Psikotropika Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lain, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pasien. Penyerahan psikotropika oleh apotek dilaksanakan berdasarkan resep dokter Pemusnahan Psikotropika Pada Undang-undang No. 5 tahun 1997 pasal 53 disebutkan bahwa pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi psikotropika, kadaluwarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Setiap pemusnahan psikotropika, wajib dibuatkan berita acara Pelaporan Psikotropika Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan melalui perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP). Mekanisme pelaporan psikotropika sama dengan pelaporan narkotika.

41 Pengadaan Persediaan Apotek Pengadaan persediaan farmasi merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan fungsi perencanaan dan penganggaran. Tujuan pengadaan adalah memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dengan kualitas harga yang dapat dipertanggungjawabkan dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku (Quick, 1997). Pengadaan harus memenuhi beberapa syarat (Seto, Yunita & Lily, 2004), yaitu: a. Doematig, artinya sesuai tujuan/sesuai rencana. Pengadaan harus sesuai kebutuhan yang sudah direncanakan sebelumnya. b. Rechtmatig, artinya sesuai hak/sesuai kemampuan. c. Wetmatig, artinya sistem/cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuanketentuan yang berlaku. Secara umum, jenis pengadaan berdasarkan waktu terdiri dari (Quick,1997): a. Annual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan satu kali dalam satu tahun. b. Scheduled purchasing, yaitu pemesanan dilakukan secara periodik dalam waktu tertentu misalnya mingguan, bulanan dan sebagainya. c. Perpetual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan setiap kali tingkat persediaan rendah. d. Kombinasi antara annual purchasing, scheduled purchasing, dan perpetual purchasing. Pengadaan dengan pemesanan yang bervariasi waktunya, seperti cara ini dapat diterapkan tergantung dari jenis obat yang dipesan. Misalnya, obat impor dari suatu negara dimana devaluasi mata uang menjadi masalah utama, atau obat berharga murah yang jarang digunakancukup dipesan sekali dalam setahun saja. Obat-obatan yang relatif slow moving tetapi digunakan secara reguler dapat dipesan secara periodik setiap tahun (scheduled purchasing), dan obat-obatan yang banyak diminati dan obatobatan yang harganya sangat mahal maka pemesanan dilakukan secara perpetual purchasing.

42 33 Setelah menentukan jenis pengadaan yang akan diterapkan berdasarkan frekuensi dan waktu pemesanan, maka pengadaan barang di apotek dapat dilakukan dengan berbagai cara (Seto, Yunita & Lily, 2004), yaitu: a. Pembelian kontan Dalam pembelian kontan, pihak apotek langsung membayar harga obat yang dibeli dari distributor. Biasanya dilakukan oleh apotek yang baru dibuka karena untuk melakukan pembayaran kredit apotek harus menunjukkan kemampuannya dalam menjual. b. Pembelian kredit Pembelian dengan menggunakan cara ini dilakukan pada waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan, misalnya 30 hari setelah obat diterima apotek. c. Konsinyasi (titipan jual) Pada konsinyasi, barang dari pemilik dititipkan kepada apotek, dimana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila barang tersebut terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas waktu kadaluarsa atau waktu yang telah disepakati maka barang tersebut dapat dikembalikan pada pemiliknya Penentuan Prioritas Pengadaan Dalam melakukan pengadaan dibutuhkan penentuan prioritas barang yang akan dipesan. Pemilihan prioritas pengadaan dapat dilakukan dengan berbagai metode Analisis VEN (Vital, Esensial, Non Esensial) Metode ini mengelompokan obat berdasarkan nilai kepentingan dan vitalitas obat terhadap pelayanan kesehatan untuk melayani permintaan untuk pengobatan. a. V (Vital) Obat yang tergolong dalam kategori vital adalah obat untuk menyelamatkan hidup manusia atau untuk pengobatan karena penyakit yang mengakibatkan kematian. Pengadaan obat golongan ini diprioritaskan.

43 34 b. E (Esensial) Kategori esensial digunakan untuk obat-obat yang banyak diminta untuk digunakan dalam tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak di masyarakat. Dengan kata lain, obat-obat golongan ini adalah obat yang fast-moving. c. N (Non-esensial) Kategori non esensial untuk obat-obat pelengkap yang sifatnya tidak esensial dan tidak digunakan untuk penyelamatan hidup maupun pengobatan penyakit terbanyak, contohnya suplemen vitamin Analisis Pareto (ABC) (Quick, 1997) Analisis pareto disusun berdasarkan penggolongan persediaan yang mempunyai nilai harga yang paling tinggi. Pareto membagi persediaan berdasarkan atas nilai rupiah (volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode dikalikan harga per unit). Kriteria kelas dalam klasifikasi ABC adalah: a. Kelas A Persediaan yang memiliki volume rupiah yang tinggi. Kelas ini mewakili sekitar 75 80% dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sekitar 20% dari seluruh item. Kelas A memiliki dampak biaya yang tinggi terhadap biaya pengadaan. Pengendalian khusus dilakukan secara intensif. b. Kelas B Persediaan yang memiliki volume rupiah yang menengah. Kelas ini mewakili sekitar 10 15% dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sekitar 30% dari seluruh item. c. Kelas C Persediaan yang memiliki volume rupiah yang rendah. Kelas ini mewakili sekitar 5% dari total nilai persediaan tapi terdiri sekitar 50% dari seluruh item. Analisis pareto dilakukan dengan menghitung nilai investasi dari tiap sediaan obat dengan cara menghitung total investasi tiap jenis obat dan pengelompokan obat berdasarkan nilai investasi dan diurutkan mulaidari nilai investasi terbesar hingga terkecil.

44 Analisis VEN-ABC Metode analisis ini mengkombinasi kedua metode sebelumnya. Dalam metode ini pengelompokan barang berdasarkan volume dan nilai penggunaannya selama periode waktu tertentu. Analisa VEN-ABC menggabungkan analisa pareto dan VEN dalam suatu matriks sehingga analisa menjadi lebih tajam(quick, 1997). Matriks dapat dibuat sebagai berikut: V E N A VA VE NA B VB EB NB C VC EC NC Gambar 2.8 Matriks analisa VEN-ABC Matriks tersebut dapat dijadikan dasar dalam menetapkan prioritas untuk menyesuaikan anggaran atau perhatian dalam pengelolaan persediaan.semua obat vital dan esensial dalam kelompok A, B, dan C harus tersedia. Tetapi kuantitasnya disesuaikan dengan kebutuhan konsumen apotek. Jika obat non esensial ldalam kelompok A tidak diprioritaskan, sedangkan kelompok B dan C pengadaannya disesuaikan dengan kebutuhan (Quick, 1997) Strategi Pemasaran Apotek AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) merupakan strategi pemasarandi apotek, dimulai dari bagaimana menarik perhatian calon pembeli hinggamemutuskan untuk membeli barang di apotek Attention Strategi ini merupakan upaya apotek untuk dapat menarik perhatian(attention) pengunjung/konsumen yang dapat dilakukan dengan: a. Membuat desain eksterior apotek semenarik mungkin, seperti membuat papan nama yang besar dan memasang neon box agar mudah terlihat olehorang yang lewat. b. Mendesain bangunan berdasarkan kecenderungan selera konsumen dengan memperhatikan kondisi ekonomi di lingkungan tempat pendirian apotek.

45 36 Apotek yang berada di lingkungan daerah menengah ke atas desainnya berbeda dengan apotek yang didirikan di lingkungan menengah ke bawah. c. Menggunakan kaca transparan pada sisi depan apotek agar desain interior apotek dapat terlihat dari luar Interest Strategi ini bertujuan untuk menimbulkan keinginan pengunjung (interest) untuk masuk ke dalam apotek, yang dapat dilakukan dengan cara menyusun obat yang dipajang di ruang tunggu agar terlihat lengkap dan menarik. Obat yang sedang banyak iklannya diletakkan pada posisi eye catching dengan memperhatikan warna kemasan Desire Langkah selanjutnya setelah pengunjung masuk ke dalam apotek adalah menimbulkan keinginan mereka untuk membeli obat (desire). Upaya yang dapat dilakukan adalah melayani pengunjung dengan ramah, cepat tanggap dengan keinginan pelanggan, memberikan informasi tentang obat, meningkatkan kelengkapan obat dan memberikan harga yang bersaing Action Setelah melalui beberapa tahap diatas, akhirnya pengunjung apoteker tersebut memutuskan mengambil sikap untuk menjadi pembeli obat di apotek (action). Pada tahap ini pembeli akan merasakan sendiri pelayanan yang diberikan apotek. Pelayanan yang dapat diberikan, antara lain dengan menunjukkan kecepatan pelayanan dan pemberian informasi yang diperlukan.

46 37 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK ARAFAH 3.1 Apotek Arafah Apotek Arafah merupakan apotek yang dikelola oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek, Ibu Lily Komiarsih, S.Si., Apt. dengan SIK No.KP Apotek Arafah didirikan oleh Ibu Lily Komiarsih, S.Si., Apt. pada tahun Beliau merupakan Apoteker Pengelola Apotek (APA) sekaligus Pemilik Sarana Apotek (PSA) dari Apotek Arafah. Apotek ini didirikan di lingkungan perumahan, yakni di Jalan Arafah I No. F/8 Villa Ilhami, Islamic - Tangerang. Pendirian apotek ini dilatarbelakangi oleh keperluan masyarakat sekitar akan pelayanan dan ketersediaan obat-obatan. Selain itu, terdapat juga praktek dokter yang berlokasi dekat dengan apotek sehingga dapat dilakukan kerjasama dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Apotek Arafah memiliki 1 unit apotek yang berada di lingkungan perumahan dan akan segera dibangun apotek cabang baru, yaitu apotek yang juga terdapat praktek dokter di sebuah ruko dengan kawasan komersial di sebuah perumahan. 3.2 Visi dan Misi Apotek Arafah memiliki visi untuk menjadi salah satu apotek yang akrab dengan masyarakat, mudah dijangkau dan mengutamakan kepuasan pelanggan. Selain itu menjadikan apotek yang didirikan atas unit individu dan kemandirian apoteker muda, sebagai cerminan pengabdian pelayanan sekaligus wirausaha dalam menjalankan profesi apoteker. Misi dari Apotek Arafah yaitu menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang pelayanan dan penyediaan kebutuhan obat-obatan di lingkungan masyarakat, meliputi pemberian informasi mengenai obat, pelayanan sediaan farmasi, serta perbekalan kesehatan yang terkait untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan cepat dan tepat. Di sisi lain, perbaikan dan pengembangan apotek terus dilakukan demi meningkatkan usaha mandiri berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang sehat. 37

47 Tujuan dan Fungsi Tujuan Apotek Arafah adalah memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar akan pelayanan dan ketersediaan obat-obatan. Apotek Arafah mempunyai tiga fungsi, yaitu : a. Menjadi depo obat terdekat di masyarakat sekitar. b. Memperoleh laba demi kelangsungan usaha. c. Sebagai pembelajaran kewirausahaan apoteker muda dalam menjalankan bisnis apotek. 3.4 Lokasi dan Tata Ruang Lokasi dan tata ruang merupakan unsur yang sangat mendukung kegiatan pelayanan apotek. Letak yang strategis, tata ruang yang baik, rapi, bersih, dan nyaman akan menjadi nilai tambah dan merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan. Denah Apotek Arafah dapat dilihat pada Lampiran 9, dan foto lay-out Apotek Arafah terdapat pada Lampiran Lokasi Apotek Arafah terletak di Jalan Arafah I No.F/8 Villa Ilhami Islamic Tangerang yang berbatasan dengan Jalan Mina dan Jalan Qadr Raya. Ditinjau dari segi lokasi, letak apotek ini cukup strategis di antara pemukiman padat penduduk sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat sekitar selain belum terdapatnya apotek lain di pemukiman tersebut. Hal ini merupakan suatu keuntungan tersendiri bagi Apotek Arafah dan merupakan faktor pendukung bagi perkembangan usaha apotek Tata Ruang Apotek Arafah memiliki tata ruang yang dibuat sedemikian rupa untuk menjamin kelancaran pelayanan serta pengawasan kegiatan di apotek. Ruang operasional Apotek Arafah terbagi atas ruang swalayan farmasi, ruang tunggu, ruang transaksi, ruang peracikan, ruang kasir dan ruang Apoteker. Ruang operasional apotek dilengkapi dengan penerangan, AC, ventilasi dan peralatan penunjang lainnya.

48 39 Ruang peracikan berada di dekat lemari penyimpanan obat yang terdiri dari sekat-sekat dimana obat-obat disusun sesuai abjad dan dikelompokkan berdasarkan fungsi farmakologis dan bentuk sediaannya. Penyimpanan obat berdasarkan fungsi farmakologis terdiri dari kelompok saluran pencernaan, saluran pernafasan, suplemen vitamin dan mineral yang harganya mahal, antipiretik, antibiotika, dan hormon. Penyimpanan obat berdasarkan sedian terdiri dari sediaan padat (tablet, kapsul, kaplet), cair (suspensi, larutan, sirup, eliksir), semisolid (supositoria, ovula, krim, salep), obat tetes mata dan telinga, obat inhaler, dan injeksi. Beberapa obat yang memerlukan suhu penyimpanan khusus (2 8 º C) disimpan di dalam lemari pendingin. Swalayan farmasi merupakan tempat penyediaan obat bebas, perbekalan kesehatan, kosmetika, obat tradisional dan perawatan tubuh sehari-hari. Ruang tunggu apotek berada tepat di depan ruang pelayanan. 3.5 Sumber Daya Manusia dan Struktur Organisasi Apotek Arafah dipimpin oleh seorang apoteker yang sekaligus pemilik sarana apotek (PSA), yaitu Ibu Lily Komiarsih, S. Si., Apt. Dalam menjalankan kegiatan teknis di apotek, apoteker dibantu oleh dua orang asisten apoteker dan satu orang juru resep. Selain itu terdapat satu orang tenaga sebagai pengantar untuk layanan delivery. Seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) harus dapat membentuk struktur organisasi apotek yang ideal sesuai dengan kondisi apoteknya, disertai dengan uraian fungsi dan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya. Setiap personil harus memahami wewenang dan tanggung jawabnya secara jelas sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam bekerja. Di Apotek Arafah seorang APA dibantu oleh dua orang asisten apoteker serta kasir di dalam apotek. Penambahan personil lain yaitu juru resep dan tenaga pembantu diperlukan karena fungsinya yang berbeda serta adanya jasa layanan pesan antar oleh Apotek Arafah. Secara khusus organisasi di Apotek Arafah didukung oleh tiga orang tenaga kefarmasian dan tiga orang tenaga non teknis kefarmasian:

49 40 a. Tenaga kefarmasian APA dan PSA Asisten Apoteker (AA) b. Tenaga non teknis kefarmasian Juru resep Kasir Tenaga pembantu : 1 orang : 2 orang : 1 orang : 1 orang : 1 orang 3.6 Tugas dan Fungsi Setiap Jabatan Apoteker Pengelola Apotek Pimpinan Apotek Arafah adalah seorang Apoteker yang telah memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan Surat Izin Apotek (SIA). Tugas dan tanggung jawab seorang Apoteker Pengelola Apotek adalah sebagai berikut (Umar, 2011) : a. Membuat visi, misi, strategi, tujuan, sasaran dan proram kerja apotek. b. Membuat dan menetapkan peraturan atau SPO (standar prosedur operasional) pada setiap fungsi kehiatan di apotek. c. Membuat sistem pengawasan dan pengendalian SPO serta progggram kerja pada setiap fungsi kegiatan di apotek. d. Memimpin seluruh kegiatan apotek sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. e. Mengusahakan agar kebijakan dan strategi usaha termasuk program kerja dan anggaran belanja. f. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal. g. Membuat laporan tentang perkembangan apotek. h. Mengawasi pelayanan resep, mutu obat yang dijual, dan pelaksanaan administrasi. i. Membuat laporan narkotika dan psikotropika setiap bulan.

50 Asisten Apoteker Dalam melaksanakan kegiatan di apotek, Asisten Apoteker (AA) bertanggung jawab langsung kepada Apoteker Pengelola Apotek. Tugas dan tanggung jawab Asisten Apoteker: a. Mengatur dan menyusun penyimpanan obat dan perbekalan farmasi lainnya di ruang peracikan serta mencatat keluar masuknya barang di kartu stok. b. Membuat faktur penjualan resep tunai dan resep kredit, serta mencatat obat yang dijanjikan untuk obat resep kredit yang belum ada dan akan dikirim ke instansi terkait. c. Menerima, memeriksa keabsahan dan kelengkapan, memberi harga resep, menyiapkan obat dan selanjutnya obat diserahkan ke pasien. d. Melakukan defekta 2 kali seminggu untuk mengontrol persediaan obat, kemudian mengisi BPBA yang dibutuhkan. e. Menghitung bon penjualan kredit untuk resep kredit dari perusahaan atau instansi sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati Juru resep Dalam tugas meracik obat di apotek, Apoteker atau Asisten Apoteker (AA) dapat dibantu oleh seorang juru resep. Tugas dan kewajiban juru resep adalah: a. Membantu tugas AA dan Apoteker dalam penyediaan atau pembuatan obat jadi maupun obat racikan. b. Menyiapkan dan membersihkan alat-alat peracikan serta melaporkan hasil sediaan yang sudah jadi kepada AA. c. Membuat obat-obat racikan standar di bawah pengawasan AA. d. Menjaga kebersihan apotek Kasir Dalam tugasnya, kasir menerima pembayaran dan mengecek total harga yang dibeli pasien serta mengawasi keuangan yang tersedia di apotek.

51 Tenaga Pembantu Menjaga kebersihan dan kerapihan di apotek beserta sarana di dalamnya seperti etalase, rak obat dan sebagai tenaga pengantar merupakan tanggung jawab utama dari tenaga pembantu di Apotek Arafah. 3.7 Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Lainnya Pengadaan Salah satu tugas dan wewenang apoteker di apotek adalah melakukan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan lainnya. Di Apotek Arafah, pengadaan dilakukan oleh asisten apoteker, dengan jumlah barang yang ditentukan oleh APA. Asisten apoteker melakukan pengadaan barang pada pagi hari setelah malam sebelumnya asisten apoteker mendata barang-barang apa saja yang akan dipesan dan menyerahkan data tersebut kepada APA untuk ditentukan jumlahnya. Prinsip pengadaan barang pada Apotek Arafah : a. Pengadaan berdasarkan data kebutuhan aktual yang dicatat dengan baik oleh asisten apoteker. b. Jenis dan jumlah barang disesuaikan dengan kondisi keuangan, kondisi arus barang dan promosi PBF. c. Berdasarkan epidemiologi atau penyakit yang sedang banyak diderita oleh pasien dan produk-produk branded yang sedang digemari oleh masyarakat, promosi iklan yang sedang booming. d. Kredibilitas PBF dalam memberikan sistem pembayaran yang menguntungkan apotek serta ketepatan waktu antar barang yang konsisten. Pengadaan barang bisa dilakukan dengan cara konsinyasi, COD (cash order delivery) atau kredit. Pembelian barang di apotek dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu pembelian secara terbatas, spekulasi dan berencana. Dari ke tiga cara tersebut Apotek Arafah lebih menggunakan pembelian secara terbatas. Hal tersebut untuk menghindari penumpukan barang yang menyebabkan modal terhenti.

52 43 Langkah-langkah pengadaan barang di Apotek Arafah adalah : a. Pemeriksaan dan Pencatatan Barang Setiap hari dilakukan pencatatan kartu stok untuk setiap barang yang keluar serta diperiksa jumlah barang yang tersisa. Jumlah barang yang tersisa menjadi parameter untuk dilakukan pemesanan. Parameter jumlah barang yang tersisa berbeda tergantung dari sifat arus barang dan data persediaan minimum. Asisten apoteker akan mencatat barang yang akan dipesan pada buku defekta. Buku tersebut berisi barang-barang apa saja yang akan dipesan serta barang yang belum tersedia di apotek tetapi memiliki permintaan banyak. Buku defekta tersebut pada malam hari akan diserahkan kepada APA untuk ditentukan jumlah tiap barang yang akan dipesan esok harinya. b. Pemesanan Barang Berdasarkan buku defekta, dilakukan pemesanan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) dengan menggunakan surat pesanan langsung kepada salesman atau melalui telepon. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan kerjasama dengan PBF adalah ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan, bertanggung jawab terhadap barang pesanan apabila terjadi kerusakan, memberikan jaminan terhadap barang pesanan, ada kepastian memperoleh barang yang dipesan, diskon yang diberikan dan lama waktu kredit. Pemesanan barang kepada PBF dilakukan secara bergantian kepada PBF yang menjadi langganan Apotek Arafah. Rotasi PBF merupakan salah satu bentuk harmonisasi antara apotek dengan PBF agar senantiasa berinteraksi untuk menjaga hubungan agar tetap baik dan menguntungkan apotek dalam melakukan pembelian. c. Penerimaan Barang Barang yang datang diterima oleh pihak apotek disertai dengan faktur pembelian serta penyerahan surat pemesanan kepada PBF. Barang yang dipesan, diperiksa jumlah dan jenis barangnya sesuai dengan faktur pemesanan, serta waktu kadaluarsa dari masing-masing barang. Kondisi kemasan diperiksa untuk memastikan barang yang dibeli dalam kondisi baik. Barang yang ditemukan tidak dalam kondisi baik seperti bocor, kemasan rusak, atau mendekati waktu kadaluarsa dapat ditolak oleh pihak apotek dan

53 44 dikembalikan kepada PBF untuk ditukar. Penukaran barang di data pada faktur pembelian untuk ditindaklanjuti oleh pihak PBF. Saat kondisi barang semuanya baik, pihak apotek menandatangani faktur pembelian serta menberi cap apotek sebagai bukti bahwa barang telah diterima. Faktur asli diambil oleh PBF dan faktur salinan diserahkan kepada pihak apotek untuk dilakukan tukar faktur. Pada faktur tersebut tertera waktu jatuh tempo pembayaran yang harus dilakukan oleh apotek kepada PBF. Barang baru segera dilakukan pencatatan pada kartu stok dan diisi pada kolom penambahan jumlah barang dengan mencantumkan asal PBF. Pada faktur dilakukan pengecekan harga per barang terkini apakah terjadi kenaikan harga atau tidak. Gambar 3.1 Alur penerimaan barang Penyimpanan Barang Barang yang baru datang/baru diterima dari PBF diberi harga terlebih dahulu kemudian ditempatkan di etalase/rak obat. Penempatan barang tersebut menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Pada sistem FIFO, barang yang keluar lebih dahulu adalah barang yang lebih dahulu masuk sedangkan pada sistem FEFO, obat/barang yang mempunyai

54 45 tanggal kadaluarsa lebih cepat maka obat tersebut yang paling pertama keluar. Di Apotek Arafah, pengambilan barang dilakukan dari depan etalase maka barang yang baru datang ditempatkan di belakang barang yang lama. Di Apotek Arafah, etalase depan apotek digunakan untuk penempatan obat-obat bebas dan perbekalan kesehatan lainnya seperti perban, masker, pembersih telinga dan lain-lain. Obat-obat tersebut penyusunannya dilakukan sedemikian rupa serta penampilan gradasi warna yang menarik sehingga akan menarik perhatian pembeli atau pasien yang datang ke apotek dan obat dengan mudah diambil. Produk dengan iklan yang sangat menarik dan berkesan diletakkan pada bagian tengah agar mudah terlihat oleh pembeli. Di bagian dalam apotek terdapat rak-rak obat yang digunakan untuk penyimpanan obat-obat bebas terbatas dan keras. Selain itu, terdapat rak obat yang disediakan dengan fungsi sebagai gudang kecil untuk menyimpan obat-obat bebas yang baru datang dan belum ditaruh di etalase depan Pencatatan Kartu Stok Apotek Arafah menerapkan pencatatan di kartu stok untuk obat dan perbekalan kesehatan lainnya. Pencatatan meliputi tanggal, jumlah barang masuk beserta sumbernya, jumlah barang keluar, saldo dan keterangan. Pencatatan dilakukan setiap ada barang yang datang dan barang terjual maupun expired. Barang-barang yang terletak di etalase depan, kartu stok tersimpan terpisah dan dikelompokkan berdasarkan penyusunan obatnya sehingga memudahkan pencarian. Kartu stok untuk obat-obat yang terletak di rak dalam apotek ditempatkan masing-masing tepat di samping dus obat tersebut. Hal tersebut memudahkan pencatatan serta pengecekan kesesuaian catatan dengan kondisi nyata obat. 3.8 Pelayanan Kefarmasian Apotek Pelayanan yang dilakukan di Apotek Arafah terdiri dari : Pelayanan Obat Wajib Apotek Pelayanan obat wajib apotek adalah pelayanan obat-obat keras oleh apoteker yang dapat diberikan kepada pasien tanpa menggunakan resep dokter.

55 46 Pelayanan obat wajib apotek (OWA) dilakukan disertai dengan pemberian informasi obat. Hingga saat ini, telah diketahui terdapat daftar obat wajib apotek (DOWA) No. 1, DOWA No. 2, dan DOWA No. 3. Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/MENKES/SK/VII/1990, obat wajib apotek No. 1 antara lain adalah : I. Obat kontrasepsi oral contohnya Linestrenol; II. Obat saluran cerna contohnya antasida dan Metoklopramide HCl; III. Obat mulut dan tenggorokan contohnya Triamsinolon asetonide; IV. Obat saluran nafas contohnya Salbutamol dan Bromheksin; V. Obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular contohnya metampiron dan asam mefenamat; VI. Antiparasit contohnya Mebendazole; VII. Obat kulit topikal contohnya Kloramfenikol Obat-obat yang termasuk dalam daftar obat wajib apotek No. 2 sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 924/MENKES/PER/1993, antara lain adalah : I. Obat kulit topikal contohnya Ketokonazole dan Isokonazole; II. Obat saluran nafas contohnya Fenoterol; III. Antiparasit contohnya Albendazole; IV. Antipiretik contohnya Ibuprofen. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 1176/MENKES/PER/X/1993, yang termasuk dalam daftar obat wajib apotek No. 3 antara lain adalah : I. Obat saluran cerna contohnya Famotidin dan Ranitidin; II. Obat kulit topikal contohnya Asam Azelat dan Tretinoin; III. Obat antituberkulosis contohnya Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, dan Etambutol; IV. Obat sistem muskuloskeletal contohnya Alopurinol dan Natrium diklofenak Pelayanan Obat dengan Resep Pelayanan atau penjualan dengan resep diberikan kepada pasien yang membeli obat dengan resep dokter secara tunai, proses pelayanan resepnya sebagai berikut :

56 47 a. Apoteker menerima resep dari pasien, kemudian dilakukan pengecekan ketersediaan obat di apotek, skrinning resep, dan diberi harga. b. Pasien diberi tahu tentang harga obat, kemudian bila pasien menyetujui harga obat yang dibutuhkan, maka dilakukan pembayaran obat pada kasir dan diminta menunggu selama obat disiapkan. Bila pasien merasa keberatan dengan harga obat, maka apoteker dapat menawarkan obat generik. c. Resep dibawa ke bagian peracikan untuk dikerjakan juru resep. Lembaran resep diberi kertas penanda, yang berisi nomor resep, tanggal resep, harga, dan nama pasien. Obat yang telah selesai disiapkan kemudian diberi etiket dan diperiksa oleh Apoteker baik bentuk sediaan, nama pasien, etiket, dan kesesuaian jumlah obat dengan resep. d. Penyerahan obat diberikan kepada pasien dengan pemberian informasi kemudian dicatat alamat dan nomor telepon pasien, jumlah dan harga resep ke dalam buku resep. e. Salinan resep atau kuitansi dapat dibuat atas permintaan pasien Pelayanan Obat Bebas dan Bebas Terbatas (Swamedikasi) Pelayanan obat bebas adalah pelayanan obat kepada konsumen tanpa resep dokter. Obat-obat yang dapat dijual bebas adalah obat yang termasuk dalam daftar obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetika dan alat kesehatan tertentu. Pembayaran dilakukan di kasir, setelah lunas obat diserahkan kepada konsumen/pembeli. Pelayanan swamedikasi yang diberikan oleh Apotek Arafah telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu hanya dilakukan untuk kondisi-kondisi penyakit ringan tertentu dengan pemberian obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek. Pelayanan ini diberikan kepada konsumen dengan penyakit kulit, diare, demam, batuk dan nyeri persendian. Apabila keadaan konsumen perlu untuk dirujuk ke dokter, maka APA atau asisten apoteker akan merujuknya ke dokter terdekat. Dalam melakukan swamedikasi di Apotek Arafah, peran apoteker sangat terlihat dalam memilih obat yang efektif, aman dan ekonomis, serta ketepatan dosis obat yang diberikan.

57 Pelayanan Informasi Obat Di Apotek Arafah setiap penyerahan obat disertai dengan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien yang diberikan oleh apoteker. PIO dilakukan baik pada pasien yang membeli obat maupun yang tidak membeli obat. Pertanyaan mengenai informasi obat yang biasa ditanyakan di Apotek Arafah meliputi indikasi, cara pemakaian, efek samping obat, interaksi dengan obat lain dan makanan, serta hal yang harus dihindari selama menggunakan obat Pelayanan Pengukuran Tekanan Darah dan Pemeriksaan Glukosa Darah, Asam Urat, dan Kolesterol Apotek Arafah memberikan pelayanan pengukuran tekanan darah secara gratis kepada pasien dan untuk pemeriksaan kadar glukosa, asam urat, dan kolesterol bagi pasien yang menginginkannya tersedia dengan biaya yang terjangkau. Pemeriksaan dilakukan menggunakan alat digital khusus dan dilakukan oleh apoteker. Setiap pasien yang melakukan pemeriksaan, dicatat pada buku pelayanan pemeriksaan dan diberikan kartu hasil pemeriksaan. Setelah itu, pasien dapat berkonsultasi dengan apoteker tentang hasil pemeriksaannya. Pelayanan pemeriksaan ini dilakukan dengan latar belakang kebutuhan masyarakat di sekitar apotek. APA melihat bahwa kebutuhan tersebut merupakan suatu peluang mengembangkan pelayanan apotek untuk masyarakat sekitar. 3.9 Kegiatan Administrasi dan Keuangan Kegiatan Administrasi Apotek selain menjalankan fungsi kefarmasiannya juga melakukan kegiatan administrasi yang berfungsi untuk mencatat segala proses kegiatan kerja yang ada di Apotek tersebut. Kegiatan administrasi yang dilakukan di Apotek Arafah meliputi : a. Administrasi penjualan Pencatatan obat-obat yang terjual (obat ethical dan obat bebas) merupakan fungsi dari bagian administrasi penjualan di Apotek Arafah. b. Administrasi pembelian kredit atau hutang dagang Apotek Arafah melakukan pembelian produk dari pedagang besar farmasi dengan cara kredit dan tunai. PBF memberikan diskon kebijakan harga serta

58 49 jatuh tempo pembayaran yang berbeda. Pencatatan terhadap pembelian kredit di buat berdasarkan faktur hutang yang masuk dari PBF ke apotek. Faktur yang terlebih dahulu masuk memiliki jatuh tempo pembayaran lebih awal daripada yang lain. Data tersebut dirapikan dan di buat dalam sebuah buku pembayaran yang terdiri dari periode pembayaran, nomor faktur, nama PBF, tanggal barang datang, tanggal jatuh tempo, tanggal pembayaran dan tanggal pelunasan. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan pengawasan terhadap pembayaran sehingga pembayaran dapat dilakukan sesuai dengan waktunya. c. Administrasi pembukuan Pencatatan transaksi-transaksi penjualan yang telah dilaksanakan oleh Apotek Arafah, baik pengeluaran maupun pemasukan dilakukan oleh bagian administrasi pembukuan Sistem Administrasi Apotek Arafah memiliki sistem administrasi yang dikelola dengan baik. Sistem administrasi tersebut meliputi perencanaan, pengadaan, pengelolaan dan pelaporan barang yang masuk dan keluar, pengelolaan ini dilakukan oleh asisten apoteker yang dibantu oleh karyawan non teknis. Kelengkapan administrasi di Apotek Arafah meliputi: a. Buku defekta Buku defekta digunakan untuk mencatat daftar nama obat atau sediaan yang habis atau yang harus segera dipesan untuk dapat memenuhi kebutuhan di apotek. Dengan adanya buku defekta, karyawan ataupun apoteker dapat mengetahui dengan pasti perbekalan farmasi yang harus dipesan dan menghindari pemesanan ganda di apotek sehingga pemesanan dapat dikontrol dengan baik. b. Surat pesanan (SP) Surat pesanan diberikan kepada PBF untuk melakukan pemesanan perbekalan farmasi. Surat pesanan narkotika dan psikotropika berbeda dengan surat pesanan obat ethical dan OTC. Surat pesanan terdiri dari 2 lembar yang harus ditandatangani oleh Apoteker pendamping atau karyawan non teknis apabila akan melakukan pemesanan barang, dimana 1 lembar pertama untuk diberikan

59 50 kepada PBF dan lembar terakhir untuk keperluan pengarsipan di apotek. Dalam surat pesanan terdapat tanggal pemesanan, nama PBF yang ditunjuk, nomor dan nama barang, jenis kemasan yang dipesan, jumlah pesanan, tanda tangan pemesanan dan stempel apotek Bagian Keuangan Kegiatan yang dilakukan oleh bagian keuangan meliputi pencatatan aliran uang masuk yang berasal dari setiap transaksi penjualan produk dan jasa di apotek, dan arus uang keluar berasal dari berbagai macam pengeluaran atau pembiayaan hutang dagang dan biaya perasional apotek lainnya. Setiap tahun, Apotek Arafah melakukan stock opname untuk mengetahui jumlah asset obat yang tersisa akhir tahun. Administrasi bagian keuangan meliputi : a. Buku kas untuk mencatat kegiatan yang terkait dengan uang yang ada di kas apotek setiap bulannya. b. Laporan laba rugi untuk mengetahui keuntungan dan kerugian yang dialami apotek. c. Neraca tahunan untuk mengetahui asset apotek baik berupa harta lancar maupun harta tetap.

60 51 BAB 4 PEMBAHASAN Kualitas kesehatan masyarakat merupakan salah satu hal yang dapat menjadi parameter keberhasilan pembangunan masyarakat Indonesia. Usahausaha peningkatan kualitas kesehatan masyarakat harus dilakukan secara bersama oleh pemerintah, pihak swasta serta masyarakat itu sendiri. Hal-hal yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat antara lain meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, mengedukasi masyarakat mengenai cara hidup sehat serta menjamin ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat melalui apotek, merupakan hal yang penting untuk menjamin pengobatan yang aman dan efektif untuk masyarakat. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di apotek, berperan penting dalam menjamin aksesibilitas obat kepada masyarakat dan menjamin pengobatan yang tepat. Dengan demikian, apotek tidak hanya berfungsi sebagai usaha bisnis yang berorientasi profit tetapi juga berfungsi sebagai bentuk penerapan pelayanan kefarmasian untuk menciptakan penggunaan obat yang rasional di masyarakat. Apotek Arafah terletak di Jalan Arafah I No. F/8 Villa Ilhami, Islamic - Tangerang. Meskipun Apotek Arafah tidak berada di tepi jalan Qadr Raya, namun letak apotek cukup ramai oleh penduduk yang berada di sekitar Jalan Arafah yang menjadikan apotek tersebut sebagai apotek utama dalam memenuhi kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan lainnya. Posisi apotek yang terletak di dekat praktek dokter menjadikannya mudah dan cepat memenuhi kebutuhan para pasien. Keberadaan apotek mudah dikenali dengan adanya papan nama besar yang terpasang di depan apotek serta neon box yang terpasang di gerbang depan apotek sehingga keberadaan apotek dapat diidentifikasi dari arah depan dan samping. Posisi yang cukup strategis ini menambah kemungkinan adanya drop in customer yang melewati apotek. Selain itu, Apotek Arafah terletak pada daerah perumahan yang cukup padat penduduknya sehingga pelanggan apotek tidak hanya berasal dari drop in customer tetapi juga domestic customer yang tinggal di daerah di sekitar apotek. Beberapa sarana pelayanan kesehatan juga terdapat di sekitar apotek, selain praktek dokter, juga terdapat Rumah Sakit Al-Qadr yang cukup 51

61 52 menguntungkan apotek karena menambah jumlah resep yang masuk. Selain itu, Apotek Arafah belum memiliki apotek kompetitor yang terletak di sekitar apotek. Desain apotek yang menarik akan mengoptimalkan pemasaran Apotek Arafah. Desain apotek akan mempengaruhi kesan pertama pelanggan terhadap apotek. Oleh karena itu, desain apotek disesuaikan dengan target pasar atau kondisi lingkungan di sekitar apotek. Bila target pasar merupakan pelanggan dengan kelas menengah ke atas maka kesan apotek yang mewah akan menambah daya tarik apotek dan begitu pula sebaliknya. Apotek Arafah memiliki desain eksterior yang menarik dan tertata rapi sehingga menimbulkan kesan produk yang dijual di apotek lengkap dan memberi kenyamanan kepada masyarakat baik kelas menengah ke bawah maupun kelas menengah ke atas. Obat-obat OTC disusun rapi di etalase dan lemari memberikan kesan lengkap akan ketersediaan obat. Penyusunan obat dibuat sedemikian rupa berdasarkan efek farmakologisnya sehingga memudahkan apoteker dalam memilihkan alternatif lain untuk suatu jenis obat. Susunan obat dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada celah kosong di antara produk obat sehingga mengesankan obat tersedia dengan lengkap. Penyusunan obat di Apotek Arafah dikelompokkan berdasarkan golongan OTC (over the counter), obat ethical, narkotika dan psikotropika dan obat yang membutuhkan penyimpanan pada suhu rendah. Pada Apotek Arafah di bagian etalase depan terdapat obat-obat bebas atau bebas terbatas dalam bentuk swalayan dan obat ethical adalah obat yang terletak di bagian dalam apotek yang berupa obat-obat keras dan obat yang disimpan dalam lemari pendingin. Obat ethical yang terletak di dalam apotek disusun berdasarkan abjad dengan kartu stok yang diselipkan di sisi kiri obat. Obat ethical yang berbentuk cair diletak pada ruang tengah dan disusun berdasarkan alfabetis. Obat dengan nama dagang dan obat generik dikelompokan secara terpisah walaupun diletakkan pada rak kayu yang sama. Masing-masing golongan disusun secara abjad. Produk sediaan semisolid diletakkan pada lemari kaca di dalam apotek dan disusun berdasarkan efek farmakologis dari produk tersebut. Sediaan obat yang memerlukan penyimpanan pada suhu dingin disimpan dalam lemari pendingin. Sediaan obat tersebut antara lain suppositoria, ovula, Lacto-B dan vitamin.

62 53 Kepuasan pelanggan merupakan hal yang harus dijaga untuk menarik pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan lama. Apoteker dan karyawan apotek memegang peranan penting dalam memberikan pelayanan optimal sehingga dapat memberikan kepuasan pada pelanggan. Pelayanan yang optimal akan mendorong kepercayaan pelanggan terhadap apotek sehingga pelanggan akan tetap kembali lagi ke apotek (regular customer). Layanan yang ramah, tepat dan cepat merupakan hal yang penting untuk suatu usaha bisnis. Namun, pada usaha apotek, pelayanan kefarmasian merupakan hal yang tidak boleh ditinggalkan. Oleh karena itu, interaksi antara apoteker dengan pelanggan yang berupa konseling, informasi dan edukasi obat merupakan hal yang harus dijaga. Dengan demikian, pelayanan pada apotek akan berjalan optimal dan sesuai dengan fungsi utamanya. Kelebihan Apotek Arafah adalah pada pelayanan swamedikasi dan layanan pesan antar yang disediakan. APA memberikan pelayanan kefarmasian dengan baik kepada pelanggan, seperti memberikan konseling, infornasi dan edukasi tentang obat dan pengobatan mereka. Hal ini menyebabkan kepuasan pada pelanggan sehingga pelanggan Apotek Arafah lebih memilih ke apotek jika merasa sakit dibandingkan pergi ke dokter. Meskipun demikian, tidak semua pelanggan yang datang ke Apotek mendapatkan konseling, hanya pelanggan yang menderita penyakit tertentu atau pelanggan yang mendapatkan obat yang perlu dijelaskan mengenai cara pemberian dan efek sampingnya. Pelayanan konseling dapat dilakukan di apotek maupun diluar apotek sehingga jasa layanan pesan antar akan membantu pasien menerima obat tanpa harus pergi ke apotek. Layanan yang ramah dan mudah diakses ini menjadi kualitas tersendiri di Apotek Arafah. Kualitas pelayanan menjadi kunci kesetiaan pelanggan di apotek. Dalam pelaksanaan kegiatan perapotekan, APA (Apoteker Pengelola Apotek) dibantu oleh asisten apoteker dan karyawan. APA terutama mengawasi manajemen stok obat dan keuangan apotek. Pemesanan stok obat dilakukan berdasarkan persetujuan APA dengan jumlah obat yang dipesan ditentukan oleh APA. Pemasukan dan pengeluaran keuangan dan stok obat selalu dievaluasi oleh APA dan komunikasi antara APA dengan karyawan selalu terjalin dengan baik sehingga miskomunikasi tidak terjadi. Diskusi antara karyawan, asisten apoteker

63 54 dan APA dilakukan dengan baik untuk memperkaya pengetahuan terutama dalam swamedikasi sehingga apotek dapat memberikan pelayanan yang optimal. Suasana kerja yang bersifat kekeluargaan memberikan kenyamanan pada setiap karyawan apotek sehingga memberikan rasa kepemilikan (sense of belonging) terhadap apotek. Manajemen pengelolaan persediaan obat merupakan hal yang kritis yang harus dilakukan dengan baik. Pengelolaan obat dimulai dengan perencanaan pemesanan obat berdasarkan buku defekta. Stok obat yang habis dicatat di buku defekta untuk selanjutnya disetujui oleh APA untuk dilakukan pemesanan. Setelah obat yang akan dipesan disetujui, selanjutnya pemesanan dilakukan melalui telepon ke PBF atau dengan memesan langsung jika ada PBF yang datang ke apotek. Jika ada obat yang bersifat mendesak atau bersifat fast moving mendadak habis persediaannya maka pemesanan dapat dilakukan segera. Secara umum, ketersediaan obat di apotek telah dilakukan dengan baik karena jarang sekali terjadi kelebihan stok yang belum terjual setelah masa expired date. Umumnya yang telah dipesan akan datang paling lama satu hari setelahnya. Setelah obat yang dipesan datang kemudian dicek berdasarkan faktur yang ada, meliputi pengecekan antara barang yang datang dengan yang tertulis di buku pemesanan, pengecekan barang yang datang dengan faktur pembeliannya terhadap jenis barang, merek, ukuran sediaan, jumlah, harga satuan, jumlah harga per jenis barang dan jumlah harga keseluruhan obat yang tertera di dalam faktur dan tanggal kadaluarsanya. Jika obat sudah sesuai, faktur ditandatangani oleh petugas apotek, dan obat akan diberi harga serta dilakukan pencatatan di buku rincian faktur pembelian dan kartu stok. Setiap obat yang dibeli dicatat dalam buku pembelian dan pada kartu stok obat, kemudian disimpan pada tempat yang sesuai. Konseling, edukasi dan informasi obat dilakukan jika dirasa diperlukan, terutama pada pasien yang memiliki penyakit dengan pengobatan jangka panjang, antara lain asma, diabetes, penyakit kardiovaskuler dan lain sebagainya. Nama, alamat dan nomor telepon juga diminta bila pelanggan menebus resep. Hal ini dilakukan untuk penanggulangan seandainya ada kesalahan yang terjadi. Berbagai usaha dilakukan oleh Apotek Arafah untuk menjamin pasien mendapat pengobatan yang benar dan optimal.

64 55 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a Apoteker di Apotek memiliki peran dan tanggung jawab yang penting sebagai pelaksana fungsi teknis, meliputi pelayanan resep, pemberian informasi obat, konseling, pemantauan obat, promosi, edukasi dan pelayanan residensial, maupun kegiatan non-teknis, meliputi mengatur, melakukan dan mengawasi kegiatan perapotekan serta mengembangkan usaha apotek. b Pengelolaan Apotek dalam kegiatan administrasi, manajemen keuangan, pengadaan, penyimpanan, dan penjualan perbekalan farmasi dilaksanakan oleh apoteker dan dibantu oleh asisten apoteker, juru resep dan tenaga pembantu sesuai tanggung jawabnya masing-masing dengan baik, teratur, serta sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. 5.2 Saran Dalam menunjang pelayanan kefarmasian yang dilaksanakan di Apotek Arafah, maka diperlukan tempat khusus untuk kegiatan konseling pasien oleh apoteker. Selain itu, untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan, perlu disediakan poster-poster kesehatan di ruang tunggu apotek. Perlu dilakukan evaluasi tingkat kepuasan pasien/konsumen terhadap pelayanan dan kinerja apotek setiap periode tertentu yang ditetapkan. 55

65 56 DAFTAR ACUAN Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2004). Surat keputusan kepala BPOM RI No. Hk tentang: Ketentuan pokok pengelompokkan dan penandaan obat bahan alam indonesia. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/MenKes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan Atas PP No.26 Tahun 1965 Tentang Apotek. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta. 56

66 57 Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang No.39 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2010). Buku Pedoman Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek. Jawa Timur: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Quick, J. (1997). Managing Drug Supply, The selection, Procurement, Distribution, and Use of Pharmaceuticals, 2nd ed. Revised and Expanded. Kumarian Press. Seto, S., Yunita, N., & T, L. (2004). Manajemen Farmasi. Jakarta: Airlangga University Press. Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Farmasi. Jakarta : Wira Putra Kencana.

67 58 Lampiran 1. Contoh Formulir APT-1

68 59 Lampiran 1. (Lanjutan)

69 60 Lampiran 2. Contoh Formulir APT-2

70 61 Lampiran 3. Contoh Formulir APT-3

71 62 Lampiran 3. (Lanjutan)

72 63 Lampiran 3. (Lanjutan)

73 64 Lampiran 3. (Lanjutan)

74 65 Lampiran 3. (Lanjutan)

75 66 Lampiran 3. (Lanjutan)

76 67 Lampiran 4. Contoh Formulir APT-4

77 68 Lampiran 5. Contoh Formulir APT-5

78 69 Lampiran 5. (Lanjutan)

79 70 Lampiran 5. (Lanjutan)

80 71 Lampiran 6. Contoh Formulir APT-6

81 72 Lampiran 7. Contoh Formulir APT-7

82 73 Lampiran 8. Peta Lokasi Apotek Arafah Apotek Arafah Villa Ilhami

83 74 Lampiran 9. Denah Apotek Arafah KETERANGAN : 1. Etalase Kosmetik 9. R. Apoteker 2. Etalase Perbekalan Kesehatan 10. R. Tunggu 3. Etalase OTC 4. Etalase OTC 5. Etalase Obat Ethical 6. Kulkas 7. Meja Racik 8. Kasir

84 Lampiran 10 Desain Eksterior Apotek Arafah 1

85 76 Lampiran 11. Surat Pesanan Psikotropik

86 77 Lampiran 12. Surat Pemesanan Barang Apotek Arafah

87 78 Lampiran 13. Kartu Stok Barang Apotek Arafah

88 79 Lampiran 14. Kwitansi Apotek Arafah

89 80 Lampiran 15. Etiket Obat

90 81 Lampiran 16. Struktur Organisasi Apotek Arafah

91 82 Lampiran 17. Laporan Penggunaan Narkotika Apotek

92 83 Lampiran 18. Laporan Penggunaan Psikotropika Apotek

93 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PERUMAHAN VILLA RIZKI ILHAMI A10/12 BOJONG NANGKA, KELAPA DUA, TANGERANG BANTEN PERIODE 20 FEBRUARI 28 MARET 2013 PENILAIAN KELAYAKAN LOKASI DAN ANALISIS KEUANGAN APOTEK RIZKI SEBAGAI STUDI KELAYAKAN APOTEK KARTIKA WIDYANTY, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM STUDI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2013

94 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR LAMPIRAN... iii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Studi Kelayakan Proses Pembuatan Studi Kelayakan Penilaian Aspek Teknis Penilaian Aspek Keuangan... 9 BAB 3 METODOLOGI TUGAS KHUSUS Waktu dan Tempat Pengkajian Metode Pengkajian BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Lokasi dari Aspek Teknis Apotek Rizki Analisis PP, ROI dan BEP dari Aspek Keuangan Apotek Rizki Penilaian Studi Kelayakan Apotek Rizki dari Aspek Teknis dan Aspek Keuangan BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN ii

95 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Rizki Lampiran 2. Foto Bangunan Apotek Rizki Lampiran 3. Pembangunan Masjid yang Berhadapan dengan Apotek Rizki iii

96 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masalah kesehatan menjadi salah satu perhatian utama bagi masyarakat. Banyaknya kasus mengenai berbagai penyakit yang timbul membuat masyarakat menjadi lebih memperhatikan masalah kesehatan. Jika semua kebutuhan akan kesehatan lebih dititikberatkan pada upaya penyembuhan, kini telah berangsur-angsur berkembang menuju upaya kesehatan yang menyeluruh, yakni upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Apoteker sebagai pengelola apotek dan sumber informasi bagi masyarakat harus selalu meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya baik dalam bidang farmasi sendiri maupun bidang manajerial serta hubungan antar personal dengan kemampuan tersebut diharapkan apoteker dapat menjadi sumber informasi obat yang terpercaya bagi masyarakat luas. Apotek merupakan tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud dalam hal ini adalah penjaminan mutu sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya, yang dimulai dari proses pengadaan, penyimpanan, pendistribusian obat dan alat kesehatan, termasuk juga pelayanan obat atas resep dokter. Apotek juga merupakan perusahaan yang didirikan untuk tujuan profit dan bisnis. Apotek sebagai suatu perusahaan yang didirikan untuk tujuan profit yang paling utama adalah perlu diperkirakan seberapa lama pengembalian dana yang ditanam di proyek tersebut agar segera kembali. Artinya sebelum perusahaan dijalankan maka terlebih dahulu perlu dinilai apakah proyek atau usaha yang dijalankan benar-benar dapat mengembalikan uang diinvestasikan dalam proyek tersebut dalam jangka waktu tertentu dan dapat memberikan keuntungan finansial lainnya seperti yang diharapkan (Umar, 2011). Selain masalah pengelolaan administrasi dan keuangan yang baik, masalah pemilihan lokasi apotek dapat menentukan perkembangan suatu apotek. Suatu apotek hendaknya berdiri di tempat yang banyak diketahui oleh masyarakat 1

97 2 misalnya di pemukiman padat penduduk atau dekat dengan sarana pelayanan publik misalnya dekat dengan pusat perbelanjaan, terminal, rumah sakit dan sebagainya. Aspek keuangan juga tidak kalah penting karena menjadi faktor utama suatu proyek tersebut layak didirikan atau tidak. Oleh sebab itu, penilaian terhadap potensi suatu lokasi dan analisis keuangan untuk didirikan apotek menjadi sangat penting dalam menunjang perkembangan apotek. Dalam laporan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker ini, diuraikan mengenai pembuatan dan penyusunan studi kelayakan apotek baru bernama Apotek Rizki yang akan didirikan dilokasi berbeda dengan Apotek Arafah yang sebelumnya telah didirikan pada tahun Tujuan Mempelajari dan memahami metode penilaian kelayakan lokasi dan analisis keuangan untuk berdirinya Apotek Rizki di Perumahan Villa Rizki Ilhami A10/12, Bojong Nangka Kelapa Dua, Tangerang.

98 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Kelayakan (Umar, 2011) Istilah studi kelayakan atau Feasibility Study (FS) adalah suatu metode penjajakan gagasan (idea) suatu proyek mengenai kemungkinan layak atau tidaknya untuk dilaksanakan. Tingkat keberhasilan dalam studi kelayakan dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu kemampuan sumber daya internal (meliputi kecakapan manajemen, kualitas pelayanan, produk yang dijual dan kualitas karyawan) serta lingkungan eksternal yang tidak dapat dipastikan (pertumbuhan pasar, pesaing, pemasok dan perubahan peraturan). Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap FS antara lain yaitu: a. Pengusaha: untuk dapat mengetahui apakah gagasan usahanya layak untuk dilaksanakan, karena dengan FS pengusaha dapat mengambil peluang atau dapat menghindari resiko kerugian. b. Kreditor: untuk dapat mengkaji apakah proyek tersebut pantas diberikan kredit atau tidak. Meskipun ada faktor-faktor lain yang dijadikan yang dijadikan pertimbangan seperti besarnya nilai jaminan, bonafiditas pengusahanya, tingkat hubungan kedua belah pihak. c. Investor: untuk dapat menganalisis apakah menanamkan modal pada proyek tersebut dapat memberikan keuntungan atau tidak. Tujuan dari studi kelayakan adalah agar apoteker pengelola apotek (APA) dapat mengerti dan memahami mengenai: a. Bagaimana cara membuat studi kelayakan pendirian sebuah apotek, b. Aspek-aspek apa saja yang menjadi penilaian dalam studi kelayakan pendirian sebuah apotek, c. Kapan suatu studi kelayakan pendirian sebuah apotek dapat dikatakan layak atau tidak layak untuk dilaksanakan, dan d. Bagaimana cara membuat analisis Break Even Point dalam studi kelayakan pendirian sebuah apotek. 3

99 4 2.2 Proses Pembuatan Studi Kelayakan (Umar, 2011) Tahapan (proses) dalam membuat sebuah studi kelayakan pendirian apotek, dapat terdiri dari lima tahapan yaitu: Tahap pertama: penemuan suatu gagasan Gagasan adalah sebuah pemikiran terhadap sesuatu yang ingin sekali untuk dilaksanakan. Gagasan ini biasanya muncul dari pemikiran seseorang dalam suatu organisasi yang mempunyai keinginan untuk melaksanakan sesuatu. Gagasan yang baik untuk didiskusikan, dianalisis dan dilaksanakan adalah gagasan yang memenuhi kriteria diantaranya yaitu bahwa ide harus: a. Sesuai dengan visi organisasi, b. Dapat menguntungkan organisasi, c. Sesuai dengan kemampuan sumber daya yang dimiliki apotek, d. Tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku, dan e. Aman untuk jangka panjang Tahap kedua: penelitian Gagasan yang telah disetujui kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan penelitian di lapangan. Untuk keperluan tersebut, data yang dibutuhkan adalah data ilmiah dan data non ilmiah. Data non ilmiah diperoleh melalui instuisi atau feeling yang diperoleh setelah melihat lokasi dan kondisi lingkungan di sekitarnya. Sedangkan data ilmiah diperoleh dari analisis data-data bisnis mengenai kondisi lingkungan eksternal yang ada di sekitar lokasi yang ditetapkan seperti: a. Nilai strategis sebuah lokasi, b. Data kelas konsumen, c. Peraturan yang berlaku di daerah tersebut, dan d. Tingkat persaingan yang ada saat ini Tahap ketiga: evaluasi Dalam melakukan evaluasi terhadap data hasil penelitian di lapangan, dapat dilakukan dengan cara memperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh dan membuat usulan proyek (project appraisal). Faktor yang berpengaruh antara lain:

100 5 a. Data lingkungan di sekitar lokasi (external factor) yaitu apakah hasil analisis terhadap data eksternal yang ada saat ini perspektif yang baik atau tidak bagi perusahaan di masa mendatang, seperti tipe konsumen yang akan dilayani (pemukiman, perkantoran), tingkat keuntungan yang akan diperoleh, kondisi keamanan, peraturan tentang pengembangan tata kota (pelebaran jalan) di tempat lokasi yang ditetapkan dan kondisi keamanan di sekitar lokasi yang ditetapkan. b. Data kemampuan sumber daya yang dimiliki (internal factor): apakah sumber daya yang ada saat ini mempunyai kemampuan untuk merealisasi gagasan pada lokasi yang ditetapkan, seperti kemampuan keuangan; ketersediaan tenaga kerja; ketersediaan produk; dan kemampuan pengelolaan (manajemen). Pada pembuatan usulan proyek/project appraisal, isi dari proposal tersebut meliputi: Pendahuluan Pendahuluan berisi mengenai latar belakang atau munculnya gagasan dan tujuan sebagai sesuatu yang akan dicapai dari rencana pelaksanaan suatu gagasan tersebut. Contohnya dengan menambah jumlah apotek pada suatu wilayah tertentu diharapkan akan dapat melayani konsumen lebih dekat dan lebih banyak, sehingga penjualan dan laba bertambah besar Analisis teknis a. Peta lokasi dan lingkungan di sekitarnya: keterangan mengenai lokasi-lokasi yang menjadi target pendirian apotek baru. Situasi lingkungan yang ada di sekitar lokasi yang menjadi target, seperti situasi fasilitas transportasi, jenis konsumen, jumlah praktek dokter dan apotek pesaing. b. Desain interior dan eksterior: warna dan bentuk gedung serta billboard harus dapat memberikan identitas tersendiri yang dapat membedakannya dengan apotek pesaing. Warna dan bentuk gedung serta billboard harus dapat menarik perhatian konsumen. c. Jenis produk: dominan ethical produk atau produk OTC, serta jumlah lini produk (kelengkapan produk) yang tersedia.

101 Analisis pasar a. Jenis pasar dan strategi persaingan, yaitu gambaran mengenai: pasar monopoli, pasar oligopoli atau pasar persaingan bebas. b. Potensi pasar: jenis konsumen yang mana yang memiliki daya beli tinggi terhadap apotek. c. Target pasar: jenis konsumen yang menjadi sasaran dan yang bukan menjadi sasaran Analisis manajemen a. Bentuk badan usaha, yaitu gambaran mengenai bentuk usaha apotek berupa perseroan terbatas (PT) atau berupa koperasi. b. Struktur organisasi, yaitu gambaran mengenai apakah berdiri sendiri, atau bagian dari apotek lain. c. Jenis pekerjaan, yaitu gambaran mengenai apakah mengerjakan seluruh fungsi kegiatan yang ada atau hanya sebagian saja. d. Jumlah kebutuhan tenaga kerja, yaitu gambaran mengenai berapa karyawan yang dibutuhkan untuk mencapai omset tertentu serta jenis karyawan yang dibutuhkan. e. Program kerja, yaitu gambaran mengenai langkah-langkah penting apa yang menjadi prioritas untuk dikerjakan dalam memperoleh sasaran yang ditetapkan serta kapan program tersebut dilaksanakan Analisis keuangan a. Jumlah biaya investasi dan model kerja mengenai: berapa jumlah biaya investasi yang dibutuhkan dan digunakan untuk keperluan apa saja. Berapa lama waktu pengembalian (payback period), serta berapa besar tingkat pengembalian internal yang aman (internal rate of return). b. Sumber pendapatan: dari mana sumber pendapatan tersebut diperoleh, berapa tingkat efisiensinya dibandingkan sumber lain, serta jenis pinjamannya (jangka pendek atau jangka panjang). c. Aliran kas: bagaimana situasi aliran kasnya selama periode investasi, apakah negatif atau positif dan langkah apa saja yang perlu dilakukan apabila selama periode investasi aliran kasnya negatif.

102 Tahap Keempat: rencana pelaksanaan Setelah usulan proyek disetujui, kemudian menetapkan waktu (time schedule) untuk memulai pekerjaan sesuai dengan skala prioritas: a. Menyediakan dana biaya investasi dan modal kerja, b. Mengurus izin, c. Membangun atau merehabilitasi gedung, d. Merekrut karyawan, e. Menyiapkan barang dagangan dan sarana pendukung, dan f. Memulai operasional Tahap kelima: pelaksanaan Dalam melaksanakan setiap pekerjaan, dibuatkan suatu format yang berisi tentang: a. Jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan, b. Mencatat setiap penyimpangan yang terjadi, dan c. Membuat evaluasi serta solusi penyelesaiannya. 2.3 Penilaian Aspek Teknis (Umar, 2011) Beberapa hal penting yang menjadi pertimbangan pada penilaian aspek teknis antara lain yaitu: Lokasi dan lingkungan disekitarnya Arti strategis suatu lokasi adalah berkaitan dengan beberapa hal yang menjadi pertimbangan, meliputi: a. Jarak lokasi dengan pemasok: relatif dekat dan mudah dicapai. b. Jarak lokasi dengan domisili konsumennya: relatif dekat dan mudah dicapai dengan berbagai macam jenis alat transportasi. c. Bentuk dan luas lahan (bangunan): mudah untuk mengembangkan usaha, seperti praktek dokter atau lab. klinik. d. Nyaman dan aman: daerahnya tidak kotor, tidak macet dan sempit, serta tingkat kriminalnya rendah (bukan daerah premanisme). e. Prospek pertumbuhan pasarnya relatif cepat dan besar: jumlah konsumen dan daya beli (income per kapita) relatif tinggi.

103 Bentuk kepemilikan bisnis (Anoraga, 2009) Pemilihan bentuk kepemilikan bisnis merupakan langkah awal dalam menjalankan kegiatan bisnis, sebab berhasil tidaknya bisnis yang dijalankan juga tergantung dari keputusan tersebut. Bentuk kepemilikan bisnis atau badan usaha diantaranya usaha perseorangan, firma, persekutuan komanditer/comanditer Venonscaft (CV), perseroan terbatas (PT), badan usaha milik negara (BUMN), dan bentuk usaha lainnya (misalnya koperasi). Badan usaha yang ditetapkan dapat memiliki tujuan tertentu, misalnya: a. Memperoleh fasilitas kemudahan dalam konsumen, investor dan kreditor tertentu (contohnya koperasi). b. Memperoleh perhatian dari kalangan konsumen, investor dan kreditor tertentu, tetapi dalam mengurus izin dikenakan biaya yang relatif mahal dibandingkan dengan koperasi (contohnya perseroan terbatas). Bentuk kepemilkan bisnis apotek sebagian besar merupakan usaha perseorangan yang merupakan suatu bisnis yang dimiliki dan dikelola oleh seorang individu. Perusahaan perseorangan memiliki kelebihan dalam hal : a. Mudah untuk memulai, b. Adanya kebebasan dan fleksibilitas, c. Pemilik memiliki seluruh laba yang dihasilkan melalui aktivitas bisnisnya, d. Kerahasiaan usaha relatif lebih terjamin, dan e. Mudah untuk membubarkan. Perusahaan perseorangan juga memiliki kelemahan dalam hal : a. Tanggung jawab pemilik tidak terbatas, b. Keterbatasan dalam kemampuan manajerial, c. Keterbatasan sumber keuangan, dan d. Menyita banyak waktu Struktur organisasi Pembentukan secara rinci dan jelas struktur organisasi dalam suatu perusahaan atau kepemilikan bisnis dimaksudkan untuk memberi gambaran mengenai: a. Jumlah jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan. b. Fungsi, tugas, wewenang serta tanggung jawab setiap pekerjaan.

104 9 c. Persyaratan jabatan pada setiap jenis pekerjaan. d. Hierarki dalam pengambilan keputusan. 2.4 Penilaian Aspek Keuangan Pertimbangan dalam menilai aspek keuangan dapat meliputi penilaian terhadap sumber pendanaan untuk investasi dan perhitungan aliran kas (cash flow) yang akan diperoleh selama investasi dengan analisis keuangan Penilaian sumber pendanaan Penilaian sumber pendanaan berguna untuk pendanaan untuk kebutuhan membeli aktiva tetap seperti tanah, bangunan, peralatan interior (komputer, meja, kursi dan rak obat) serta peralatan eksterior (billboard). Selain itu juga berfungsi sebagai pendanaan untuk kebutuhan modal kerja untuk aktiva lancar seperti kas, rekening di bank, maupun membeli barang dagangan (stok obat). Pertimbangan dalam memilih sumber dana adalah biaya yang paling rendah atau efisien dengan masa tenggang pengembalian yang lebih lama dibandingkan dengan Payback Period proyeknya. Beberapa sumber dana yang dapat digunakan yaitu berupa modal pemilik perusahaan (modal yang disetor), modal dari bank (kreditor), modal dari investor atau lembaga non bank/leasing Penilaian analisis keuangan Dalam melakukan penilaian aspek keuangan terhadap kelayakan suatu proyek dapat dilakukan dengan beberapa metode analisis, antara lain: Metode analisis Payback Period (PP) Payback Period adalah pengukuran periode yang diperlukan dalam menutup kembali biaya investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas (laba bersih) yang akan diterima. = h 1 h n...(1) h h Indikatornya adalah: a. Bila PP yang diperoleh waktun ya < dari maximum PP yang

105 ditetapkan, maka proyek tersebut layak dilaksanakan. 10

106 11 b. Bila PP yang diperoleh waktunya > lama dari maximum PP yang ditetapkan, maka proyek tersebut tidak layak dilaksanakan. c. Bila PP yang diperoleh waktunya = maximum PP yang ditetapkan, maka proyek tersebut dikatakan boleh dilaksanakan dan juga boleh tidak. Kelemahan dari analisis ini adalah bahwa jumlah laba yang akan diterima, nilainya tidak disekarangkan/net Present Value (NPV) sehingga nilainya tidak sama dengan nilai uang investasi yang dikeluarkan pada saat sekarang Metode analisis Return on Investment (ROI) Analisis Return On Investment adalah pengukuran besaran tingkat return (%) yang akan diperoleh selama periode investasi dengan cara membandingkan jumlah nilai laba bersih per tahun dengan nilai investasi. Rumus : ROI Nilai laba bersih x100% Nilai investasi...(2) Indikatornya adalah : a. Bila ROI yang diperoleh > dari bunga pinjaman, maka proyek dikatakan layak dilaksanakan. b. Bila ROI yang diperoleh < dari bunga pinjaman, maka proyek dikatakan tidak layak dilaksanakan. c. Bila ROI yang diperoleh = bunga pinjaman, maka proyek boleh dilaksanakan dan boleh juga tidak. Kelemahan dari analisis ini adalah bahwa nilai jumlah kas yang akan diterima (masuk), nilainya tidak disekarangkan (NPV - net present value) sehingga nilainya tidak sama dengan nilai uang investasi yang dikeluarkan pada saat ini Metode analisis Break Even Point (BEP) Analisis pulang pokok atau analisis impas (analisis break even) adalah teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya, laba dan volume penjualan (cost profit volume analysis). Biaya yang diperhitungkan adalah biaya total yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Secara umum, tujuan

107 12 bisnis adalah berusaha untuk memperoleh laba yang maksimal untuk kemakmuran pemilik modal dengan memanfaatkan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki. Akan tetapi diketahui bahwa untuk memperoleh laba tersebut harus ada biaya, baik biaya operasional maupun biaya saat investasi awal. Laba perusahaan didapat dari selisih antara penghasilan (pendapatan) yang diperoleh (misalnya dari hasil penjualan produk) dikurangi biaya yang dikeluarkan oleh pemilik modal (Harjito dan Martono, 2012). Konsep analisis break-even (titik impas) penting dalam pengambilan keputusan bisnis dengan tujuan menentukan kuantitas break-even dengan mempelajari hubungan antara struktur biaya, volume output dan laba perusahaan (Keown, Martin, Petty & Scott, 2010). Break Event Point (BEP) adalah suatu titik yang menggambarkan bahwa keadaan kinerja apotek berada pada posisi yang tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian. Rumus memperoleh BEP adalah : = 1...(3) Keterangan: a. Biaya tetap atau fixed cost (FC) adalah jenis biaya yang secara total akan tetap, walaupun terjadi perubahan pada volume penjualan atau jumlah produksi. Contoh biaya tetap yaitu biaya gaji pegawai, biaya tak langsung (biaya listrik, telepon dan air), biaya bunga pinjaman. b. Biaya variabel atau variable cost (VC) adalah suatu jenis biaya yang secara proporsional berubah-ubah sesuai dengan perubahan jumlah (volume) penjualan atau produksi. Bila jumlah penjualan naik, maka biaya ini juga akan naik atau sebaliknya. Contoh biaya variabel yaitu biaya pembelian barang dagangan, bahan baku. c. Total pendapatan atau total revenue (TR) adalah jumlah penjualan yang diperoleh dalam periode tertentu. Analisis Break Event Point digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel pendapatan (revenue), fixed cost dan variable cost, dan keuntungan yang dihasilkan perusahaan pada suatu periode tertentu. Fungsi analisis BEP antara lain adalah untuk merencanakan jumlah:

108 13 a. Penjualan: pada tingkat penjualan berapa, labanya dapat menutup biaya variable dan biaya tetap yang dikeluarkan oleh apotek. b. Laba dan rugi: berapa jumlah keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh apotek, ketika jumlah penjualan dan jumlah biaya tercapai pada tingkat tertentu.

109 13 BAB 3 METODOLOGI TUGAS KHUSUS 3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian Survei dilakukan terhadap Apotek Rizki di Perumahan Villa Rizki Ilhami A10/12, Bojong Nangka Kelapa Dua, Tangerang pada tanggal 20 Februari 28 Maret Metode Pengkajian Dengan metode pengumpulan data untuk: a. Data kepadatan penduduk. b. Penilaian lokasi dilakukan berdasarkan kemudahan akses, tingkat kepadatan penduduk, jarak lokasi dengan pusat keramaian serta fasilitas umum. c. Pengumpulan data apotek pesaing, klinik dan apotek dokter diambil dalam radius sekitar 3 kilometer dari lokasi. d. Pengumpulan data rumah sakit dilakukan dalam radius sekitar 5 kilometer. e. Perhitungan BEP dan ROI dengan kisaran data yang diperoleh. 13

110 14 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Lokasi dari aspek teknis Apotek Rizki Penentuan lokasi Survei dilakukan di Jalan Bojong Nangka dekat Perumahan Villa Rizki Ilhami A10/12, Bojong Nangka Kelapa Dua, Tangerang Latar belakang pemilihan lokasi a. Lokasi Apotek Rizki di Perumahan Villa Rizki Ilhami A10/12, Bojong Nangka Kelapa Dua, Tangerang. b. Akses menuju lokasi mudah dicapai, merupakan jalan utama keluar masuk penduduk di perumahan Villa Rizki Ilhami dan Karawaci Residence, berada di pusat pertokoan perumahan serta lalu lintasnya cukup ramai ditambah telah dibangunnya sebuah masjid besar tepat di depan lokasi. Tempat parkir luas dan jika menggunakan kendaraan pribadi, dapat memarkir kendaraannya dengan tenang dan nyaman. Selain itu, kemudahan akses dengan pemasok juga sudah dipertimbangkan. Terdapatnya beberapa pemasok memudahkan manajemen stok obat saat operasional apotek. c. Apotek pesaing, terdapat ada empat apotek pesaing yaitu Apotek Rinita, Apotek Century, Apotek Novira dan Apotek Viena yang berada dalam radius 3 kilometer dari lokasi d. Praktek dokter dan klinik yang menunjukkan bahwa masyarakat disekitar umumnya berobat ke dokter. Terdapat satu klinik dokter umum dan dokter gigi, serta satu praktek dokter beserta apoteknya dalam radius 3 kilometer dari lokasi. e. Rumah sakit besar yang berada di sekitar lokasi yaitu RS Al-Qadr di Jalan Raya Al-Qadr yang berjarak 5 kilometer dari lokasi, serta RS Siloam di Karawaci Data demografi Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan terhadap lokasi, diperoleh data sebagai berikut (urut dari jarak terdekat dengan lokasi) :

111 15 a. Apotek pesaing: Apotek Viena, Apotek Novira, Apotek Century dan Apotek Rinita. b. Rumah Sakit: RS Al-Qadr dan RS Siloam 14. c. Praktek dokter umum: Sumber Sehat (praktek dokter yang dilengkapi apotek). d. Klinik: klinik dokter umum dan dokter gigi. e. Pemukiman penduduk yang cukup padat dibuktikan oleh beberapa perumahan yang mengelilingi lokasi apotek. Estimasi jumlah penduduk mencapai 1000 jiwa penduduk dengan rentang usia kelompok anak-anak, orang tua dan lansia. 4.2 Analisis PP, ROI dan BEP dari Aspek Keuangan Apotek Rizki Analisis keuangan apotek diantaranya perhitungan PP, ROI dan BEP. Sebelum memperoleh nilai tersebut sebelumnya diperkiraan data yang dibutuhkan untuk menghasilkan analisis keuangan yang mendekati data sebenarnya. Dari dua rumah sakit yang terletak dekat di sekitar Apotek Rizki, diperkirakan output resep dari RS Al-Qadr adalah 200 lembar/hari dan dari RS Siloam adalah 500 lembar/hari. Estimasi jumlah resep dari data tersebut, diperoleh: a. 2,5% dari total resep yang dikeluarkan oleh RS Al-Qadr, maka jumlah resep yang diterima apotek: 2% x 200 lbr/hr = 4 lbr/hr 4 lbr/hr x 30 hr = 120 lbr/bln 120 lbr/bln x 12 bln = lbr/thn b. 2% dari total resep yang dikeluarkan oleh RS Siloam, maka jumlah resep yang diterima apotek: 2% x 500 lbr/hr = 10 lbr/hr 10 lbr/hr x 30 hr = 300 lbr/bln 300 lbr/bln x 12 bln = lbr/thn c. 100% dari total resep yang dikeluarkan oleh klinik di dalam apotek, maka jumlah resep yang diterima apotek: 100% x 15 lbr/hr = 15 lbr/hr 15 lbr/hr x 20hr = 300 lbr/bln 300 lbr/bln x 12 bln = lbr/thn

112 16 Maka estimasi total resep yang diperoleh Apotek Rizki per tahunnya mencapai lembar per tahun ( lembar resep) Perhitungan modal dan pendapatan apotek Modal a. Modal tetap (sarana fisik) Luas bangunan 12x5 m dan luas tanah 20x5 m, (harga tanah Rp ,- dan biaya renovasi Rp ,-), Total modal tetap : Rp ,- b. Sarana penunjang Rak kayu dinding : Rp ,- Rak kaca etalase : Rp ,- Kursi tunggu : Rp ,- Meja kerja kecil : Rp ,- Meja kasir dan racik : Rp ,- Lemari narkotik : Rp ,- Komputer 1 unit : Rp ,- Printer : Rp ,- Program Software : Rp ,- Peralatan administrasi : Rp ,- Rak obat (bundar) : Rp ,- Rak majalah : Rp ,- Televisi LCD 21 inch : Rp ,- Telepon : Rp ,- Peralatan meracik : Rp ,- Timbangan : Rp ,- Kulkas : Rp ,- AC 2 PK : Rp ,- AC 1 PK (2) : Rp ,- Plang nama apotek : Rp ,- Buku wajib farmasi : Rp ,- Ranjang Pasien (x2) : Rp ,- Meja ruang dokter : Rp ,- (+) TOTAL : Rp ,-

113 17 c. Modal operasional Modal pembelian stok obat : Rp ,- Sehingga modal total yang diperkirakan untuk pendirian Apotek Rizki berjumlah: Modal total = (modal tetap + sarana penunjang + modal operasional) = Rp ,- + Rp ,- + Rp = Rp , Tenaga personalia dan biaya keuangan a. Total biaya personalia per tahun (berdasarkan perkiraan minimum dan rincian bersifat rahasia ) Tenaga dan Jumlah Tenaga Gaji/bulan (Rp.) Gaji/tahun (Rp.) THR (Rp.) Jumlah (Rp.) Apoteker (1) (value) (value) (value) (value) AsistenApoteker (value) (value) (value) (value) (2) Administrasi (1) (value) (value) (value) (value) TOTAL (Rp.) ,- b. Biaya pengelolaan per tahun Biaya listrik dan telepon : Rp ,- Internet Pajak bangunan : Rp ,- : Rp ,- Kebersihan dan keamanan : Rp ,- Pajak reklame : Rp ,- Service AC : Rp ,- Embalase : Rp ,- Biaya harian (konsumsi, bensin) : Rp ,- Biaya tak terduga : Rp ,- TOTAL : Rp ,- (+)

114 18 c. Biaya tetap Pengeluaran gaji pegawai :Rp ,- Biaya pengelolaan per tahun :Rp ,- (+) TOTAL :Rp , Perolehan omset per tahun a. Penjualan resep Jumlah resep dari RS Al-Qadr : lembar Jumlah resep dari RS Siloam : lembar Jumlah resep dari Klinik/Apotek : lembar (+) Jumlah total : lembar (Harga rata-rata per resep = Rp ,-) Harga penjualan obat resep per tahun: = Rp x lembar = Rp ,- b. Penjualan obat bebas Harga penjualan /hari : Rp ,- Harga penjualan /bulan : Rp ,- Harga penjualan /tahun : Rp ,- c. Total penjualan (omset per tahun) Penjualan resep : Rp ,- Penjualan obat bebas : Rp ,- (+) Total penjualan : Rp , Perkiraan laba rugi tahun pertama Penjualan Resep = 78,26% x 1,2 (dari R/ 20%) = 0,94 Penjualan Obat Bebas = 21,74% x 1,15 (dr obat bebas 15%) = 0,25 Indeks Penjualan = Indeks penjualan resep + obat bebas = 0,94 + 0,25 = 1,19

115 19 % Laba kotor : (0,19/1,19) x 100% : 16% Laba kotor (16% x Rp ,- ) : Rp ,- BiayaTetap : Rp ,- (-) Laba Netto (laba bersih) : Rp , Perhitungan BEP = 1 Rp = 1 1 1,19 Rp = Rp = 0.16 = Rp /Tahun = Rp /Bulan = Rp /Hari resep = Rp = 14,1 = Rp Rp resep hari / Perhitungan Pay Back Period/PP = Rp ,- x 1 tahun Rp ,- = 5 tahun 5 bulan

116 Perhitungan Return on Investment/ROI (dalam % untuk 1 tahun) = Rp ,- x 100% Rp ,- = 18,41% 1 h 4.3 Penilaian Studi Kelayakan Apotek Rizki dari Aspek Teknis dan Aspek Keuangan Dalam mendirikan suatu apotek, dibutuhkan adanya perhitungan yang matang untuk menilai kelayakan pendirian apotek tersebut. Salah satu yang dinilai dalam kelayakan pendirian perusahaan dalam aspek teknis adalah lokasinya. Lokasi pendirian merupakan penunjang kemajuan dan perkembangan dari apotek yang akan dibangun. Apotek juga merupakan suatu perusahaan, karena selain menjalankan aspek pelayanan (patient oriented), apotek juga mempunyai tujuan untuk mencari keuntungan (profit oriented). Untuk menilai kelayakan lokasi pembangunan apotek, sudah seharusnya dilakukan survei untuk mengumpulkan data lingkungan di sekitar lokasi apotek yang telah didirikan. Pada penelitian ini dilakukan penilaian aspek teknis dan aspek keuangan terhadap potek Rizki di sebuah ruko yang terletak di Perumahan Villa Rizki Ilhami A10/12, Bojong Nangka Kelapa Dua, Tangerang (lampiran 2). Berdasarkan data yang telah diperoleh dari survei, lokasi yang menjadi tempat berdirinya Apotek Rizki merupakan daerah yang dekat dengan kepadatan penduduk. Apotek Rizki terletak di tengah-tengah kedua perumahan besar, yaitu perumahan Villa Rizki Ilhami dan Karawaci Residence. Nilai lebih yang didapat dari penempatan lokasi Apotek Rizki yaitu terletak di pinggir jalan utama pintu keluar masuk perumahan Villa Rizki Ilhami dan terletak diantara pusat pertokoan dua perumahan tersebut. Selain itu, lokasi Apotek Rizki terletak berhadapan langsung dengan masjid utama yang dibangun sehingga mudah dikenali oleh masyarakat (lampiran 3). Akses kendaraan menuju lokasi dapat dijangkau dengan mudah dengan

117 21 kendaraan pribadi serta dekat dengan jalan besar sehingga tetap mudah diakses dengan kendaraan umum. Selain itu, lokasi Apotek Rizki dipadati sebuah

118 22 universitas yang sedang dibangun sehingga mudah diakses oleh semua lingkup masyarakat, mulai dari keluarga dalam perumahan maupun para mahasiswa kampus. Apotek pesaing yang berada di sekitar Apotek Rizki cukup banyak diantaranya yaitu Apotek Viena yang berjarak sekitar 1,8 kilometer; Apotek Novira, Apotek Century dan Apotek Rinita yang berjarak sekitar 3 kilometer. Banyaknya apotek pesaing yang berada disekitar Apotek Rizki akan menyebabkan peningkatan kualitas pelayanan kefarmasian terhadap pasien dan persaingan harga yang kompetitif. Selain adanya apotek pesaing, lokasi di sekitar Apotek Rizki juga terdapat beberapa rumah sakit dan klinik/praktek dokter. Dua rumah sakit besar yang terdapat di sekitar Apotek Rizki yaitu RS Al-Qadr dan RS Siloam (lampiran 1). Adanya rumah sakit dan klinik/praktek dokter disekitar Apotek Rizki merupakan nilai tambah karena dapat menguntungkan bagi Apotek Rizki dalam menerima resep dokter sehingga menambah pelanggan Apotek Rizki. Berdasarkan hasil analisis keuangan dan data yang diperkirakan, BEP dicapai jika apotek memperoleh sekitar 15 resep per harinya agar kinerja apotek mancapai pada posisi yang tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian (Break Even Point). Dari analisis keuangan dengan metode Payback Period (PP), diperoleh hasil PP sebesar 5 tahun 5 bulan. PP selama 5 tahun menunjukkan bahwa dalam waktu kurang lebih 5 tahun apotek dapat menutup kembali biaya investasi pendiriannya. Periode ini sesuai dengan sasaran PP yang ditetapkan yakni tidak lebih dari 5 tahun sehingga pendirian apotek tetap layak untuk dilaksanakan. Sedangkan dari analisis keuangan metode Return on Investment (ROI), diperoleh hasil ROI sebesar 18,41%. ROI biasanya dibandingkan dengan nilai investai yang baik yaitu tidak lebih dari 20% per tahun, sehingga ROI Apotek Rizki masih memenuhi nilai ROI yang baik dan pendirian apotek layak untuk dilaksanakan berdasarkan peninjauan nilai ROI tersebut. Secara keseluruhan, Apotek Rizki memiliki lokasi yang baik untuk pendirian apotek karena dikelilingi oleh kepadatan penduduk dalam lingkungan perumahan serta didukung oleh adanya beberapa rumah sakit, klinik, praktek dokter maupun apotek pesaing yang terletak di radius 3 hingga 5 kilometer dari

119 23 apotek. Selain itu dari nilai BEP 15 resep/hari diharapkan apotek dapat berdiri dengan baik dengan cara mempertahankan target penjualan resep per harinya terjual sebanyak 15 resep. Peninjauan nilai PP dan ROI apotek juga menunjukkan hasil bahwa apotek tetap layak untuk dilaksanakan.

120 24 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan studi kelayakan yang dilakukan terhadap lokasi dan analisis keuangan BEP, PP dan ROI, dapat diambil kesimpulan bahwa lokasi tempat berdirinya Apotek Rizki cukup strategis dan pendirian apotek layak untuk dilaksanakan. 5.2 Saran a. Perlu dilakukan studi mengenai aspek kelayakan manajemen maupun analisis pasar untuk mendukung hasil studi kelayakan Apotek Rizki. b. Mengingat banyaknya apotek pesaing di sekitar Apotek Rizki maka kualitas pelayanan terhadap pelanggan harus lebih baik dibandingkan dengan apotek pesaing lain. 23

121 24 DAFTAR ACUAN Anoraga, P. (2009). Manajemen Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta. Harjito, Agus dan Martono. (2012). Manajemen Keuangan, Edisi 2. Yogyakarta: Ekonisia. Keown, A. J., Martin, J. D., Petty, J. W., & Scott Jr, D. F. (2010). Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan, Jilid 2 Edisi 10. Jakarta: Indeks. Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Praktis (Cetakan ke-4). Jakarta:Wira Putra Kencana. 24

122 25 Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Rizki Keterangan : : Lokasi Apotek Rizki (Perumahan Villa Rizki Ilhami A10/12, Bojong Nangka, Kelapa Dua, Tangerang Banten. Dekat dengan Jalan Kelapa Dua Raya ( ).

123 26 Lampiran 2. Bangunan Apotek Rizki. Apotek Rizki Apotek Rizki

124 27 Lampiran 3. Pembangunan Masjid yang Berhadapan dengan Apotek Rizki

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 20 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AISYAH, S.Far. 1206329316 ANGKATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER IMELDA PRIANA, S.Farm. 1206329713

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO. 50 JAKARTA BARAT PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANNISA RAHMA HENDARSULA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju, berkembang pula akan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan. Kesehatan merupakan hak asasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANITA AYU DWI AJIE SAPUTRI, S.Farm. 1106046673

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 19 JUNI 12 JULI 2013 DAN 29 JULI 19 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO.34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 8 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RITA ZAHARA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 49 JL. PAHLAWAN REVOLUSI NO. 53 PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR PERIODE 2 APRIL-11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

DRA. HELNI, APT, M.KES

DRA. HELNI, APT, M.KES DRA. HELNI, APT, M.KES 1.Obat Bebas 2.Obat bebas terbatas 3. Obat Keras 4. Obat narkotika Obat bebas adalah obat yang dijual bebas tanpa resep dokter. Obat bebas ditandai dengan lingkaran hitam warna hijau

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 10 29 MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AYUN ERWINA ARIFIANTI, S.Farm. 1206312883

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JALAN BALAI PUSTAKA TIMUR NO.11 RAWAMANGUN PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 23 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa: I.PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tempat dilakukannya praktik kefarmasian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 24 JL. DHARMAWANGSA NO. 24 SURABAYA 16 JANUARI FEBRUARI 2017

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 24 JL. DHARMAWANGSA NO. 24 SURABAYA 16 JANUARI FEBRUARI 2017 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 24 JL. DHARMAWANGSA NO. 24 SURABAYA 16 JANUARI 2017 17 FEBRUARI 2017 PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH : CYNTHIA ZAIN DERMAYATI, S.Farm. NPM. 2448716018

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. Ir. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. Ir. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. Ir. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER TYAS PAWESTRISIWI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ILMA NAFIA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya zaman, pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan juga meningkat. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern, menyebabkan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana untuk memperoleh generasi yang baik perlu adanya peningkatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia memiliki hak asasi yang diatur dalam perundang-undangan, salah satunya yaitu hak mengenai kesehatan, sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 bahwa kesehatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi masyarakat dari peredaran obat yang tidak memenuhi persyaratan,

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LINDA JULI ASTUTI, S.Farm. 1206329770

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu tujuan dari pembangunan suatu bangsa. Kesehatan sendiri adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha untuk mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan merupakan visi dari Kementerian Kesehatan RI dan telah dirumuskan dalam UU RI No. 36 tahun 2009

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 119 JALAN RAYA DELTASARI INDAH BLOK AN 10-11, WARU SIDOARJO 12 OKTOBER - 7 NOVEMBER 2015

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 119 JALAN RAYA DELTASARI INDAH BLOK AN 10-11, WARU SIDOARJO 12 OKTOBER - 7 NOVEMBER 2015 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 119 JALAN RAYA DELTASARI INDAH BLOK AN 10-11, WARU SIDOARJO 12 OKTOBER - 7 NOVEMBER 2015 PERIODE XLV DISUSUN OLEH: FAWZIATUL KHOTIMAH, S. Farm.

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap mahluk hidup didunia memiliki hak untuk hidup sehat. Kesehatan merupakan suatu keadaan dimana tubuh dan jiwa yang tiap orang miliki mampu melakukan kegiatan

Lebih terperinci