UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 49 JL. PAHLAWAN REVOLUSI NO. 53 PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR PERIODE 2 APRIL-11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ARY ANDRIANI, S. Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 49 JL. PAHLAWAN REVOLUSI NO. 53 PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR PERIODE 2 APRIL-11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker ARY ANDRIANI, S. Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012 ii Universitas Inonesia

3 HALAMAN PENGESAHAN Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh : Nama : Ary Andriani, S.Farm. NPM : Program Studi : Apoteker - Departemen Farmasi FMIPA UI Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 49, Jl. Pahlawan Revolusi No. 53, Pondok Bambu, Jakarta Timur Periode 2 April-11 Mei 2012 Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Pengujian dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apteker Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,. DEWAN PENGUJI Pembimbing 1 : Drs. Khairul Mukmin, Apt. (...) Pembimbing 2 : Nadia Farhanah Syafhan, M.Si, Apt. (...) Penguji :... (...) Penguji :... (...) Penguji :... (...) Ditetapkan di : Depok Tanggal : iii Universitas Inonesia

4 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Angkatan LXXIV, yang diselenggarakan pada tanggal 2 April-11 Mei 2012 di Apotek Kimia Farma No. 49, Jl. Pahlawan Revolusi No.53, Pondok Bambu, Jakarta Timur. Kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA merupakan bagian dari kegiatan perkuliahan program pendidikan profesi apoteker dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan mahasiswa. Setelah mengikuti kegiatan PKPA, diharapkan apoteker yang lulus nantinya dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat pada saat memasuki dunia kerja. Dalam pelaksanaan kegiatan PKPA ini penulis tak luput mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan saran-saran dari bberbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Drs. Khairul Mukmin, Apt. selaku pembimbing dari Apotek Kimia Farma No. 49 yang telah memberikan pengarahan dan bibingan selama PKPA. 2. Seluruh staf pengajar tutorial PKPA di Apotek Kimia Farma. 3. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt. selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA. 4. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA. 5. Ibu Nadia Farhanah Syafhan, M.Si., Apt. selaku pembimbing dari Departemen Farmasi FMIPA. 6. Seluruh staf Departemen Farmasi FMIPA 7. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan laporan ini. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan iv Universitas Inonesia

5 dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan manfat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan. Depok, Juni 2012 Penulis v Universitas Inonesia

6 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Tata Cara Pemberian Apotek Kelengkapan Apotek Tenaga Kerja Apotek Apoteker Pengelola Apotek Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Pencabutan Surat Izin Apotek Sediaan Farmasi Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika Pengadaan Persediaan Apotek Pengendalian Persediaan Apotek BAB 3 TINJAUAN UMUM PT KIMIA FARMA, Tbk PT. Kimia Farma (Persero), Tbk PT. Kimia Farma Apotek BAB 4 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA NO Lokasi dan Tata Ruang Apotek Struktur Organisasi dan Personalia Apotek Tugas dan Tanggung Jawab Personalia Apotek Kegiatan Apotek BAB 5 PEMBAHASAN vi Universitas Inonesia

7 BAB 6 PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN vii Universitas Inonesia

8 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Contoh Formulir APT Lampiran 2. Contoh Formulir APT Lampiran 3. Contoh Formulir APT Lampiran 4. Contoh Formulir APT Lampiran 5. Contoh Formulir APT Lampiran 6. Contoh Formulir APT Lampiran 7. Contoh Formulir APT Lampiran 8. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek Lampiran 9. Struktur Organisasi Bisnis Manager Lampiran 10 Tata ruang apotek kimia farma No Lampiran 11. Struktur organisasi apotek kimia farma No Lampiran 12. Bon Permintaan Parang Apotek (BPBA) Lampiran 13. Bon Penerimaan Barang (dropping) dari BM Jaya II Lampiran 14. Lembar kartu stok Lampiran 15. Lembar copy resep Lampiran 16. Lembar kuitansi pembayaran resep/tunai Lampiran 17. Alur Pelayanan Resep Lampiran 18. Lembar penomoran resep kredit Lampiran 19. Lembar formulir permintaan DOWA Lampiran 20. Lembar surat pesanan narkotika Lampiran 21. Surat Pengantar Narkotika dan Psikotropika Lampiran 22. Laporan penggunaan sediaan jadi narkotika Lampiran 23. Lembar surat pesanan psikotropik Lampiran 24. Laporan penggunaan psikotropika viii Universitas Inonesia

9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan suatu upaya yang diselenggarakan secara mandiri atau bersama-sama dan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Berbagai upaya pembangunan kesehatan dilakukan diantaranya dengan pemerataan dan peningkatan pelayanan kesehatan yang memadai, penyediaan jumlah obat yang mencukupi, bermutu baik dan terdistribusi merata dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat luas. Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang berperan dalan upaya mempertinggi derajat kesehatan. Berdasarkan PP 51 tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Untuk menunjang tugas apoteker dan juga menjamin mutu pelayanan kefarmasian kepada masyarakat maka dibuatlah standar pelayanan kefarmasian diapotek yang telah diberlakukan sejak Oktober Tujuan dari hal tersebut agar dapat digunakan sebagai pedoman praktek apoteker dalam menjalankan profesi, untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional dan untuk melindungi profesi apoteker dalam menjalankan praktek kefarmasian. Apotek merupakan suatu jenis usaha yang disamping memiliki unsur sosial yaitu pelayanan kesehatan (patient oriented), juga memiliki unsur bisnis (profit oriented). Dalam menjalankan kedua unsur tersebut, disinilah apoteker sebagai penanggung jawab apotek, memiliki peranan yang besar untuk dapat menyelaraskan kedua unsur tersebut agar berjalan sebaik-baiknya. Untuk mempersiapkan para apoteker yang profesional maka perlu dilakukan praktek kerja di Apotek sebagai pelatihan untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan di masa kuliah serta dapat mempelajari segala kegiatan dan permasalahan yang ada di suatu apotek. Dengan dilatarbelakangi hal tersebut maka diadakan kerjasama antara Program Pendidikan Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA dengan PT. Kimia Farma Apotek, berupa Pelatihan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 1

10 2 yang dilaksanakan pada tanggal 2 April 2012 sampai dengan 11 Mei 2012, sehingga diharapkan para calon apoteker dapat mengenal, mengerti, serta menghayati peran dan tanggung jawab seorang apoteker di apotek, selain itu juga dapat menambah pengetahuan serta meningkatkan keterampilan dalam pekerjaan kefarmasiannya. 1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan oleh Departemen Farmasi FMIPA UI yang bekerja sama dengan PT. Kimia Farma bertujuan untuk : Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker di apotek Mempelajari cara pengelolaan apotek yang dijalankan sebagai upaya dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat di apotek.

11 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Definisi Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek adalah tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika, sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian Pasal 1, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan tujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. 2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek memiliki landasan hukum yang diatur dalam : a. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. b. Keputusan Pemertintah Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. c. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2003 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. 3

12 4 d. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. e. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. f. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Kententuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. g. Undang-Undang Kesehatan RI No.39 tahun 2009 tentang Kesehatan. h. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. i. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas PP No.26 Tahun 1965 tentang Apotek. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980, tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut: a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata. 2.4 Tata Cara Pemberian Izin Apotek Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993, Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut : a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1 (Lampiran 1). b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 (Lampiran 2) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima

13 5 permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh Formulir APT-3 (Lampiran 3). d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-4 (Lampiran 4). e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5 (Lampiran 5). f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-6 (Lampiran 6). g. Terhadap surat penundaan, Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat penundaan. h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan, atau lokasi yang tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT-7 (Lampiran 7). Bila Apoteker menggunakan sarana milik pihak lain dalam pendirian apotek, dengan mengadakan kerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek, maka harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

14 6 a. Penggunaan sarana apotek yang dimaksud, wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Apoteker dan pemilik sarana. b. Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perudang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan. 2.5 Kelengkapan Apotek Untuk mendapatkan izin apotek, seorang apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan, harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Beberapa kelengkapan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah tempat atau lokasi, bangunan, perlengkapan apotek, tenaga kerja apotek, dan perbekalan farmasi (Umar, 2011) Lokasi Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Persyaratan jarak minimum antar apotek tidak dipermasalahkan lagi, akan tetapi ketentuan ini dapat berbeda, sesuai dengan kebijakan/peraturan daerah masing-masing. Lokasi apotek dapat dipilih dengan mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, jumlah praktek dokter, sarana dan pelayanan kesehatan lain, sanitasi dan faktorfaktor lainnya Bangunan Suatu apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek. Bangunan apotek yang baik hendaknya memiliki ruang tunggu pasien, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi, ruang kerja apoteker, tempat pencucian alat dan kamar kecil. Bangunan apotek sebaiknya juga memiliki sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, sumber penerangan yang dapat memberikan penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran, serta ventilasi dan sanitasi

15 7 yang baik. Papan nama apotek dipasang di depan bangunan dengan ketentuan memenuhi ukuran minimal panjang 60 cm, lebar 40 cm dengan tulisan hitam diatas dasar putih, tinggi huruf minimal 5 cm, umumnya terbuat dari papan seng yang pada bagian mukanya memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat apotek, nomor telepon Peralatan Apotek Suatu apotek baru yang ingin beroperasi harus memiliki peralatan apotek yang memadai agar dapat mendukung pelayanan kefarmasiannya. Peralatan apotek yang harus dimiliki antara lain : a. Peralatan pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, lumpang, alu,gelas ukur, dan lain-lain. b. Peralatan dan tempat penyimpanan alat perbekalan farmasi seperti lemari obat, lemari pendingin (kulkas), dan lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika. Lemari narkotik harus memenuhi persyaratan yang ada dalam Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun c. Wadah pengemas dan pembungkus. d. Perlengkapan administrasi seperti blanko pesanan, salinan resep, buku catatan penjualan, buku catatan pembelian, kartu stok obat, dan kuitansi. e. Buku-buku dan literatur standar yang diwajibkan, serta kumpulan perundangundangan yang berhubungan dengan kegiatan apotek. 2.6 Tenaga Kerja Apotek Berdasarkan Permenkes RI No. 1322/MENKES/SK/X/2002 pasal 1, tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan operasional apotek terdiri dari : a. Satu orang Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). b. Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. c. Apoteker Pengganti, yaitu apoteker yang menggantikan Apoteker Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada di tempat

16 8 lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain. d. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundangundangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker. Sedangkan tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari : a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker. b. Kasir adalah petugas yang bertugas menerima uang dan mencatat pemasukan serta pengeluaran uang. c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek. 2.7 Apoteker Pengelola Apotek Permenkes RI No. 1322/MENKES/SK/X/2002 menjelaskan Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah Apoteker yang telah diberi surat Izin Apotek (SIA). Sebelum melaksanakan kegiatannya, seorang APA wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Seorang APA bertanggung jawab akan kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya, dan juga bertanggung jawab kepada pemilik modal apabila bekerja sama dengan pemilik sarana apotek (PSA). Apoteker yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 35,37,52,54) : a. Memiliki keahlian dan kewenangan. b. Menerapkan Standar Profesi. c. Didasarkan pada Standar Kefarmasian dan Standar Operasional d. Memiliki sertifikat kompetensi profesi e. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)

17 9 f. Wajib memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) bagi Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan Apoteker Pendamping di Apotek. g. Apoteker Pengelola Apotek (APA) hanya dapat melaksanakan praktek di satu apotek sedangkan Apoteker Pendamping hanya dapat melaksanakan praktek paling banyak di tiga Apotek. Surat Tanda Registrasi (STRA) merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. STRA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun selama masih memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 40): a. Memiliki ijazah Apoteker b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker dan Apoteker Pendamping untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada Apotek atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). SIPA dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. SIPA dapat dibatalkan demi hukum apabila pekerjaan kefarmasian dilakukan pada tempat yang tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin. Untuk mendapatkan SIPA, Apoteker harus memiliki (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 55) : a. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) b. Tempat atau ada tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian atau fasilitas kesehatan yang memiliki izin c. Rekomendasi dari organisasi profesi

18 10 Tugas dan kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut : a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku b. Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin d. Melakukan pengembangan usaha apotek Wewenang dan tanggung jawab APA meliputi (Umar, 2011): a. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan b. Menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan c. Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan d. Bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai. 2.8 Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Pengalihan tanggung jawab apoteker diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 (Pasal 19 dan 24) yaitu : a. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping. b. Apabila APA dan Apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk apoteker pengganti. c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. d. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker pendamping, pelaporan oleh ahli waris wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. e. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

19 11 Penunjukkan Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 menjelaskan jika pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang disebabkan karena penggantian Apoteker Pengelola Apotik kepada Apotek Pengganti, wajib dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima tersebut dibuat Berita Acara Serah Terima yang dibuat rangkap empat dan ditandatangani kedua belah pihak yang melakukan serah terima. 2.9 Pencabutan Surat Izin Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila: a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. b. Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus menerus. c. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang tentang Narkotika, Undang- Undang Obat Keras, dan Undang-Undang tentang Kesehatan. d. Surat Izin Praktek Apoteker Pengelola Apotek dicabut. e. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek, serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain.

20 12 Pelaksanaan pencabutan surat izin apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan : a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2(dua) bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan Formulir Model APT-13. Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas, dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan ini dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-14. Pencairan Izin Apotek yang dimaksud dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sebagai berikut : a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu, dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Wilayah Kantor Kementeriaan Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam huruf (a) Sediaan Farmasi Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Untuk menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat, maka pemerintah menggolongkan obat menjadi obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, serta narkotik dan psikotropik.

21 Obat bebas (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 2380/A/SK/VI/83) Obat bebas adalah obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tanda khusus yang terdapat pada obat bebas adalah lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam. Gambar 2.1 Penandaan obat bebas Obat bebas terbatas (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 2380/A/SK/VI/83) Obat bebas terbatas adalah obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tanda khusus yang terdapat obat bebas terbatas adalah lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam. Gambar 2.2 Penandaan obat bebas terbatas Obat keras daftar G (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2396/A/SK/VII/86) Obat keras adalah obat yang dapat diperoleh dengan resep dokter. Tanda pada obat keras berupa lingkaran bulat berwarna bulat merah dengan garis tepi hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi dan harus mencantumkan kalimat Harus dengan resep dokter. Gambar 2.3 Penandaan obat keras Narkotika (Undang-undang nomor 35 Tahun 2009) Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan

22 14 atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Gambar 2.4 Penandaan obat narkotika Narkotika dibagi ke dalam tiga golongan yaitu : a. Narkotika Golongan I Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan. Narkotika golongan I dalam jumlah terbatas hanya digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk reagensia diagnostik dan reagensia laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi dari Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. Contoh : Tanaman Papaver somniferum, opium, kokain, heroin, psilosibin, amfetamin. b. Narkotika Golongan II Contoh : Difenoksilat, metadon, morfin, petidin. c. Narkotika Golongan III Contoh : Kodein, dihidrokodein, norkodein. Menurut Undang-undang nomor 5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika digolongkan menjadi empat golongan. a. Psikotropika golongan I, contohnya psilosibin, dan lisergida; b. Psikotropika golongan II, contohnya amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, dan sekobarbital; c. Psikotropika golongan III, contohnya amobarbital, pentazosin, pentobarbital, dan siklobarbital; d. Psikotropika golongan IV, contohnya alobarbital, alprazolam, barbital, diazepam, dan fenobarbital.

23 Pelayanan Kefarmasian di Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi, sekarang menjadi pelayanan yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Pelayanan kefarmasian di dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, terdiri dari pelayanan resep, pemberian informasi obat, konseling, pemantauan penggunaan obat, promosi dan edukasi, serta Pelayanan Residensial (Home Care) Pelayanan Resep a. Skrining resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi persyaratan administratif (nama,sip dan alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan/paraf dokter penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien), kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian), pertimbangan klinis (adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). b. Penyiapan obat Penyiapan obat terdiri dari peracikan, penulisan etiket, pengemasan, serta penyerahan obat. Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Penulisan etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Sebelum obat

24 16 diserahkan pada pasien, harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien Pemberian Informasi Obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi Konseling Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan Pemantauan Penggunaan Obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya. Pemantauan dilakukan terhadap khasiat obat serta efek samping yang kemungkinan dapat terjadi Promosi dan Edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi

25 17 informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet / brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya Pelayanan Residensial (Home Care) Pelayanan residensial (Home care) adalah pelayanan apoteker sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan terapi kronis lainnya. Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record) Pengelolaan Narkotika Narkotika hanya dapat bertujuan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan. Menurut Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, pengaturan narkotika bertujuan untuk menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika, serta memberantas peredaran gelap narkotika. Apotek merupakan salah satu sarana kesehatan yang dapat melakukan penyerahan narkotika. Apotek dapat menyerahkan narkotika kepada rumah sakit, puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter dan pasien. Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dokter. Pengelolaan narkotika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan/penyerahan, pemusnahan, pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi Pengadaan/Pemesanan Narkotika Apoteker hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah ditunjuk khusus oleh Menteri, yaitu PT. Kimia Farma dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan peredaran narkotika. Pemesanan narkotika dilakukan dengan membuat surat pesanan narkotika asli yang ditandatangani oleh Apoteker Penanggungjawab Apotek di Apotek yang

26 18 dilengkapi dengan nama, nomor Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) di apotek, tanggal dan nomor surat, alamat lengkap dan stempel apotek. Satu surat pesanan hanya untuk satu jenis narkotika Penyimpanan Narkotika (Departemen Kesehatan, 1978) Bedasarkan Permenkes Nomor 28/MENKES/PER/V/1978 tentang penyimpanan narkotika, apotek harus memiliki tempat khusus untuk penyimpanan narkotika yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat b. Harus mempunyai kunci yang kuat c. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfina, petidina, dan garam-garamnya serta persediaan narrkotika lainnya yang dipakai sehari-hari d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. e. Lemari harus dikunci dengan baik. f. Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika. g. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang dikuasakan. h. Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum Pelayanan/ penyerahan Narkotika Menurut Undang-undang nomor 35 tahun 2009 pasal 43, Apotek hanya dapat melakukan penyerahan narkotika kepada rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter, dan pasien. Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dari dokter. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar resep yang sama dari seorang dokter atau atas dasar salinan resep dokter (Undang-Undang Nomor 9 tahun 1976 Pasal 7). Pada resep narkotika yang baru dilayani sebagian, apotek

27 19 boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep asli Pemusnahan Narkotika Tujuan dilakukannya pemusnahan narkotika adalah untuk menghapus pertanggungjawaban apoteker terhadap pengelolaan narkotika, menjamin narkotika yang sudah tidak memenuhi persyaratan dikelola sesuai dengan standar yang berlaku, dan mencegah penyalahgunaan bahan narkotika serta mengurangi resiko terjadinya penggunaan obat yang substandar (Departemen Kesehatan RI, 2008). Berdasarkan Undang-undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika Pasal 60, pemusnahan narkotika dilakukan dalam hal diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau berkaitan untuk pengembangan ilmu pengetahua,; atau berkaitan dengan tindak pidana. Pemusnahan yang dilakukan oleh apotek dengan membuat berita acara pemusnahan narkotika dan dilaporkan kepada pihka-pihak yang terkait. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.28/MENKES/PER/I/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika dan Undang- Undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, berita acara pemusnahan memuat : a. Keterangan tempat, hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan b. Nama pemegang izin khusus, apoteker pimpinan apotek dan dokter pemilik narkotika; c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari perusahaan atau badan tersebut. d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. e. Cara pemusnahan. f. Tanda tangan penanggung jawab apotek/ pemegang izin khusus, dokter pemilik narkotika dan saksi-saksi.

28 20 Berita acara pemusnahan tersebut dikirimkan kepada dibuat rangkap empat untuk ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan, dan satu disimpan sebagai arsip di apotek Pencatatan dan Pelaporan Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, apotek wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Pelaporan penggunaan narkotika telah dikembangkan dalam bentuk perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2006 oleh Kementerian Kesehatan. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas, Rumah Sakit dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinkes Provinsi dan Ditjen Binfar dan Alkes) melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet Pengelolaan Psikotropika Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1997 psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau ilmu pengetahuan. Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika, serta memberantas peredaran gelap psikotropika.

29 Pemesanan Psikotropika Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK (Lampiran 10). Surat pesanan tersebut dibuat rangkap tiga dan setiap surat dapat digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan psikotropika belum diatur di dalam perundang-undangan atau peraturan lainnya. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika maka sebaiknya obat golongan psikotropika disimpan pada rak atau lemari khusus Penyerahan Psikotropika Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lain, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pasien. Penyerahan psikotropika oleh apotek dilaksanakan berdasarkan resep dokter Pemusnahan Psikotropika Pada Undang-undang No. 5 tahun 1997 pasal 53disebutkan bahwa pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi psikotropika, kadaluwarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Setiap pemusnahan psikotropika, wajib dibuatkan berita acara Pelaporan Psikotropika Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan melalui perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP). Mekanisme pelaporan psikotropika sama dengan pelaporan narkotika.

30 Pengadaan Persediaan Apotek Pengadaan persediaan farmasi merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan fungsi perencanaan dan penganggaran. Tujuan pengadaan adalah memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dengan kualitas harga yang dapat dipertanggungjawabkan dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku (Quick, 1997). Pengadaan harus memenuhi beberapa syarat, yaitu (Seto, Yunita&Lily, 2004) : a. Doematig, artinya sesuai tujuan/sesuai rencana. Pengadaan harus sesuai kebutuhan yang sudah direncanakam sebelumnya. b. Rechtmatig, artinya sesuai hak/sesuai kemampuan. c. Wetmatig, artinya sistem/cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuanketentuan yang berlaku. Secara umum, jenis pengadaan berdasarkan waktu terdiri dari (Quick, 1997) : a. Annual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan satu kali dalam satu tahun. b. Scheduled purchasing, yaitu pemesanan dilakukan secara periodik dalam waktu tertentu misalnya mingguan, bulanan, dan sebagainya. c. Perpetual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan setiap kali tingkat persediaan rendah. d. Kombinasi antara annual purchasing, scheduled purchasing, dan perpetual purchasing. Pengadaan dengan pemesanan yang bervariasi waktunya seperti cara ini dapat diterapkan tergantung dari jenis obat yang dipesan. Misalnya, obat impor dari suatu negara dimana devaluasi mata uang menjadi masalah utama, atau obat berharga murah yang jarang digunakan cukup dipesan sekali dalam setahun saja. Obat-obatan yang relatif slow moving tetapi digunakan secara reguler dapat dipesan secara periodik setiap tahun (scheduled purchasing), dan obat-obatan yang banyak diminati dan obat-obatan yang harganya sangat mahal maka pemesanan dilakukan secara perpetual purchasing.

31 23 Setelah menentukan jenis pengadaan yang akan diterapkan berdasarkan frekuensi dan waktu pemesanan, maka pengadaan barang di apotek dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu (Seto, Yunita&Lily, 2004) : a. Pembelian kontan Dalam pembelian kontan, pihak apotek langsung membayar harga obat yang dibeli dari distributor. Biasanya dilakukan oleh apotek yang baru dibuka karena untuk melakukan pembayaran kredit apotek harus menunjukkan kemampuannya dalam menjual. b. Pembelian kredit Pembelian kredit adalah pembelian yang pembayarannya dilakukan pada waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan, misalnya 30 hari setelah obat diterima apotek. c. Pembelian konsinyasi (titipan obat) Pembelian konsinyasi adalah titipan barang dari pemilik kepada apotek, dimana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila barang tersebut terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas waktu kadaluarsa atau waktu yang telah disepakati maka barang tersebut dapat dikembalikan pada pemiliknya Pengendalian Persediaan Apotek Pengendalian persediaan berhubungan dengan aktivitas dalam pengaturan persediaan obat di apotek untuk menjamin kelancaran pelayanan pasien secara efektif dan efisien. Unsur dari pengendalian persediaan mencakup penentuan cara pemesanan atau pengadaan hingga jumlah persediaan yang optimum dan yang harus ada di apotek untuk menghindari kekosongan persediaan. Parameter parameter dalam pengendalian persediaan adalah konsumsi rata-rata, lead time, safety stock, persediaan minimum, persediaan maksimum, dan perputaran persediaan. a. Konsumsi rata-rata Konsumsi rata-rata sering juga disebut permintaan (demand). Permintaan yang diharapkan pada pemesanan selanjutnya merupakan variabel kunci yang menentukan berapa banyak stok barang yang harus dipesan (Quick, 1997).

32 24 b. Lead Time (Waktu Tunggu) Lead time merupakan waktu tenggang yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai dengan penerimaan barang dari suplier yang telah ditentukan. Lead time ini berbeda-beda untuk setiap suplier. Faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada lead time adalah jarak antara suplier dengan apotek, jumlah pesanan, dan kondisi suplier (Quick, 1997). c. Safety stock (Persediaan Pengaman) Safety stock merupakan persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan selama menunggu barang datang untuk mengantisipasi keterlambatan barang pesanan atau untuk menghadapi suatu keadaan tertentu yang diakibatkan karena perubahan pada permintaan misalnya karena adanya permintaan barang yang meningkat secara tiba-tiba (karena adanya wabah penyakit) (Quick, 1997). Safety stock dapat dihitung dengan rumus (Quick, 1997): SS = LT x CA Keterangan : SS= Safety stock LT = Lead Time CA = konsumsi rata-rata d. Persediaan minimum Persediaan minimum merupakan jumlah persediaan terendah yang masih tersedia. Apabila penjualan telah mencapai nilai persediaan minimum ini maka pemesanan harus langsung dilakukan agar kontinuitas usaha dapat berlanjut. Jika barang yang tersedia jumlahnya sudah kurang dari jumlah persediaan minimum maka dapat terjadi stok kosong (Quick, 1997). e. Persediaan maksimum Persediaan maksimum merupakan jumlah persediaan terbesar yang telah tersedia. Jika jumlah persediaan telah mencapai jumlah maksimum maka tidak perlu lagi melakukan pemesanan untuk menghindari terjadinya stok mati yang

33 25 dapat menyebabkan kerugian (Quick, 1997). Rumus perhitungan persediaan maksimum adalah (Quick, 1997): S max = S min + (PP x CA) Keterangan : S max S min PP CA = Persediaan maksimum = Persediaan minimum = Periode pengadaan = Konsumsi rata-rata f. Perputaran persediaan Perputaran persediaan menggambarkan jumlah siklus yang dialami barang dari mulai pembelian hingga penjualan kembali. Jika suatu barang memiliki angka perputaran persediaan yang besar maka barang tersebut dikategorikan sebagai barang fast moving. Sebaliknya, jika angka perputaran persediaan suatu barang terbilang kecil maka barang tersebut termasuk slow moving (Quick, 1997). Perputaran persediaan dihitung dengan cara : Perputaran persediaan = So+P-Sn Sr Keterangan : So = Persediaan awal P = Jumlah pembelian Sn = Persediaan Akhir Sr = Persediaan rata-rata g. Jumlah pesanan (Economic Order Quantity / Economic Lot Size) Di apotek, jumlah persediaan yang harus ada adalah persediaan untuk jangka waktu tertentu dan disesuaikan dengan kebijakan pada pola kebutuhan. Persediaan dirancang agar setiap saat harus tersedia dan sekaligus untuk mengantisipasi permintaan yang tidak menentu, kemampuan suplier yang terbatas, waktu tenggang pesanan yang tidak menentu, ongkos kirim mahal, dan

34 26 sebagainya. Faktor yang dipertimbangkan untuk membangun persediaan berkaitan dengan biaya dan resiko penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya pemeliharaan (Quick, 1997). Merancang jumlah persediaan dapat dilakukan dengan perhitungan jumlah pesanan yang ekonomis atau dikenal dengan rumus Economic Order Quality (EOQ) (Quick, 1997) : EOQ = Keterangan : R = Jumlah kebutuhan dalam setahun P = Harga barang / unit S = Biaya memesan tiap kali pemesanan I = % Harga persediaan rata-rata h. ReOrder Point (ROP / Titik pemesanan) Titik pemesanan merupakan saat dimana harus diadakan pemesanan kembali sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan adalah tepat waktu, dimana persediaan di atas persediaan pengaman (safety stock) sama dengan nol atau saat mencapai nilai persediaan minimum. Pada keadaan khusus (mendesak), dapat dilakukan pemesanan langsung tanpa harus menunggu hari pembelian yang telah ditentukan bersama antar apotek dan suplier (Quick, 1997). Rumus perhitungan ROP adalah (Quick, 1997) : ROP = SS + LT Keterangan : ROP = Recoder point SS = Safety stock LT = Lead time

35 27 Gambar 2.1 Diagram Model Pengendalian Persediaan (Quick, 1997) Penentuan Prioritas Pengadaan Dalam melakukan pengadaan dibutuhkan penentuan prioritas barang yang akan dipesan. Pemilihan prioritas pengadaan dapat dilakukan dengan berbagai metode. Penyusunan prioritas dapat dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut (Quick, 1997): a. Analisa VEN (Vital, Esensial, Non-esensial) Metode ini mengelompokan obat berdasarkan nilai kepentingan dan vitalitas obat terhadap pelayanan kesehatan untuk melayani permintaan untuk pengobatan. 1) V (Vital) Obat yang tergolong dalam kategori vital adalah obat untuk menyelamatkan hidup manusia atau untuk pengobatan karena penyakit yang mengakibatkan kematian. Pengadaan obat golongan ini diprioritaskan. 2) E (Esensial) Kategori esensial digunakan untuk obat-obat yang banyak diminta untuk digunakan dalam tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak di masyarakat. Dengan kata lain, obat-obat golongan ini adalah obat yang fast-moving.

36 28 3) N (Non-esensial) Kategori non-esensial untuk obat-obat pelengkap yang sifatnya tidak esensial, tidak digunakan untuk penyelamatan hidup maupun pengobatan penyakit terbanyak, contohnya suplemen vitamin. b. Analisa Pareto (ABC) Analisa pareto disusun berdasarkan penggolongan persediaan yang mempunyai nilai harga yang paling tinggi. Pareto membagi persediaan berdasarkan atas nilai rupiah (volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode dikalikan harga per unit). Kriteria kelas dalam klasifikasi ABC adalah: 1) Kelas A Persediaan yang memiliki volume rupiah yang tinggi. Kelas ini mewakili sekitar 70 % dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sekitar 20% dari seluruh item. Kelas A memiliki dampak biaya yang tinggi terhadap biaya pengadaan. Pengendalian khusus dilakukan secara intensif (Seto, Yunita&Lily, 2004). 2) Kelas B Persediaan yang memiliki volume rupiah yang menengah. Kelas ini mewakili sekitar 20 % dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sekitar 30 % dari seluruh item (Seto, Yunita&Lily, 2004). 3) Kelas C Persediaan yang memiliki volume rupiah yang rendah. Kelas ini mewakili sekitar 10% dari total nilai persediaan, tapi terdiri sekitar 50% dari seluruh item (Seto, Yunita&Lily, 2004). Analisis pareto dilakukan dengan menghitung nilai investasi dari tiap sediaan obat dengan cara : 1) Menghitung total investasi tiap jenis obat. 2) Pengelompokan obat berdasarkan nilai investasi dan diurutkan mulai dari nilai investasi terbesar hingga terkecil. 3) Syarat pengelompokan adalah sebagai berikut: Kelompok A dengan nilai investasi 70% dari total investasi obat keseluruhan;

37 29 Kelompok B dengan nilai investasi 20% dari total investasi obat keseluruhan; Kelompok C dengan nilai investasi 10% dari total investasi obat keseluruhan. c. Analisa VEN-ABC Metode analisa ini mengkombinasi kedua metode sebelumnya. Dalam metode ini pengelompokan barang berdasarkan volume dan nilai penggunaannya selama periode waktu tertentu. Analisa VEN-ABC menggabungkan analisa pareto dan VEN dalam suatu matriks sehingga analisa menjadi lebih tajam (Quick, 1997). Matriks dapat dibuat sebagai berikut : V E N A VA EA NA B VB EB NB C VC EC NC Gambar 2.2. Matriks analisa VEN-ABC Matriks tersebut dapat dijadikan dasar dalam menetapkan prioritas untuk menyesuaikan anggaran atau perhatian dalam pengelolaan persediaan. Semua obat vital dan esensial dalam kelompok A, B, dan C harus tersedia. Tetapi kuantitasnya disesuaikan dengan kebutuhan konsumen apotek. Untuk obat nonesensial dalam kelompok A tidak diprioritaskan, sedangkan kelompok B dan C pengadaannya disesuaikan dengan kebutuhan (Quick, 1997) Strategi Pemasaran Apotek Strategi pemasaran yang umumnya dilakukan oleh apotek adalah analisis AIDA (Attention, Interest, Desire, Action). Analisis AIDA merupakan suatu rangkaian proses dimulai dari menarik perhatian calon pembeli hingga pembeli memutuskan untuk membeli di apotek.

38 Attention Strategi ini merupakan upaya apotek untuk dapat menarik perhatian pengunjung/konsumen, yang dapat dilakukan dengan: a. Membuat desain eksterior apotek semenarik mungkin, seperti membuat papan nama yang besar dan memasang neon box agar mudah terlihat oleh orang yang lewat. b. Mendesain bangunan agar terlihat menarik dan juga memperhatikan kondisi ekonomi di lingkungan tempat pendirian apotek. Misalnya, jika apotek berada di lingkungan daerah menengah ke atas, maka desainnya dapat dibuat lebih mewah agar tampak meyakinkan pengunjung di lingkungan tersebut bahwa obat yang dijual lengkap dan berkualiatas. Namun sebaliknya, apabila apotek didirikan di lingkungan menengah ke bawah, maka desain yang dipilih tidak perlu mewah agar tidak membuat pengunjung merasa enggan atau ragu untuk datang karena memiliki sugesti obat yang dijual di apotek tersebut mahal. c. Menggunakan kaca transparan pada sisi depan apotek agar desain interior apotek dapat terlihat dari luar Interest Strategi ini bertujuan untuk menimbulkan keinginan pengunjung untuk masuk ke dalam apotek, yang dapat dilakukan dengan cara menyusun obat fast moving yang dipajang di ruang tunggu agar menarik untuk pembeli sehingga dapat langsung terlihat oleh pengunjung saat memasuki apotek. Selain itu, obat dapat disusun dengan menarik yaitu dengan memperhatikan warna kemasan dan disusun berdasarkan efek farmakologis Desire Langkah selanjutnya setelah pengunjung masuk ke dalam apotek adalah menimbulkan keinginan mereka untuk membeli obat. Upaya yang dapat dilakukan adalah melayani pengunjung dengan ramah, cepat tanggap dengan keinginan pelanggan, meningkatkan kelengkapan obat, dan memberikan harga yang bersaing.

39 Action Setelah melalui beberapa tahap diatas, akhirnya pengunjung apotek tersebut memutuskan mengambil sikap untuk menjadi pembeli obat di apotek. Pada tahap ini pembeli akan merasakan sendiri pelayanan yang diberikan apotek. Pelayanan yang dapat diberikan antara lain dengan menunjukkan kecepatan pelayanan dan pemberian informasi yang diperlukan.

40 BAB 3 TINJAUAN UMUM PT KIMIA FARMA, Tbk PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Sejarah Singkat (Kimia Farma, 2012) PT. Kimia Farma terbentuk sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.74/1957 yang menyebutkan bahwa para penguasa perang dapat mengambil alih dan menguasai semua perusahaan Belanda yang beroperasi di seluruh wilayah Republik Indosnesia. Semenjak ditetapkannya Undang-Undang tersebut, pada tahun 1958 perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda yang berada di Republik Indonesia mengalami proses nasionalisasi dan dibentuk menjadi Bapphar (Badan Pusat Penguasaan Perusahaan Farmasi Belanda. Berdasarkan UU no. 19/Prp/tahun 1960 tentang Perusahaan Negara (PN) dan PP No.69 Tahun 1961, Departemen Kesehatan mengubah Bapphar menjadi Badan Perusahaan Umum (BPU) Farmasi Negara dan membentuk beberapa Perusahaan Negara Farmasi (PNF) yaitu; Radja Farma (Jakarta), Nurani Farma (Jakarta), Nakula Farma (Jakarta), Bhineka Kina Farma (Bandung), Bio Farma (Bandung), Sari Husada (Jogyakarta) dan Kasa Husada (Jawa Timur). Pada perkembangan selanjutnya, melalui PP No. 3 Tahun 1969 tanggal 23 Januari 1969, PNF Radja Farma, PNF Nakula Farma, PNF Sari Husada dan PNF Bhineka Kimia Farma digabungkan dan dilebur menjadi perusahaan Farmasi dan Alat Kesehatan Bhineka Kimia Farma. Pada tanggal 19 Maret 1971 pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1971, mengalihkan bentuk PN Farmasi Kimia Farma menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Pada tahun 1997 PT. Kimia Farma menjadi sebuah perusahaan terbuka (Tbk.) sehingga masyarakat ikut serta dalam kepemilikan saham di PT. Kimia Farma. Pada tanggal 4 Januari 2002 didirikan 2 anak perusahaan yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading and Distribution untuk dapat mengelola perusahaan lebih terarah dan berkembang dengan cepat. PT. Kimia Farma Apotek saat ini, memiliki 34 unit Manajer Bisnis (Business Manager BM) dan 406 Apotek yang tersebar di 32

41 33 seluruh Indonesia, sedangkan PT. Kimia Farma Trading and Distribution memiliki 3 wilayah pasar dan 41 cabang PBF (Pedagang Besar Farmasi) Visi dan Misi (Kimia Farma, 2012) Visi Menjadi Perusahaan pelayanan kesehatan utama di Indonesia dan berdaya saing global Misi Menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan melalui : a. Menyediakan produk dan jasa pelayanan kesehatan yang unggul untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan meningkatkan mutu kehidupan. b. Mengembangkan bisnis pelayanan kesehatan untuk meningkatkan nilai perusahaan bagi pemegang saham, karyawan dan pihak lain yang berkepentingan tanpa meninggalkan prinsip-prinsip tata kelola usaha yang baik (Good Corporate Governance). c. Meningkatkan kompetisi dan komitmen sumber daya manusia guna pengembangan perusahaan serta dapat berperan aktif dalam pengembangan industri kesehatan nasional Struktur Organisasi PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi empat Direktorat, yaitu Direktorat Pemasaran, Direktorat Produksi, Direktorat Keuangan, Direktorat Umum dan Personalia. PT Kimia Farma (Persero) Tbk. mempunyai 2 anak perusahaan, yaitu PT Kimia Farma Trading & Distribution dan PT Kimia Farma Apotek yang masingmasing berperan dalam penyaluran sediaan farmasi, baik distribusi melalui PBF maupun pelayanan kefarmasian melalui apotek. PT Kimia Farma Trading & Distribution (T&D) merupakan jaringan distribusi yang terorganisir yang dibentuk sebagai upaya dalam perluasan, penyebaran, pemerataan, dan pendekatan pelayanan kefarmasian pada masyarakat. Wilayah usaha PT Kimia Farma T & D dibagi menjadi tiga wilayah

42 34 pasar yang keseluruhannya membawahi 41 cabang PBF di seluruh Indonesia. PBF mendistribusikan produk-produk baik berasal dari PT Kimia Farma (Persero) Tbk., maupun dari produsen-produsen yang lain ke apotek-apotek, toko obat dan institusi pemerintahan maupun swasta. PT Kimia Farma Apotek mempunyai 406 apotek yang terkoordinasi dalam 34 BM, sehingga sangat memungkinkan maupun pemerintah. Peningkatan pelayanan apotek dilakukan dengan cara menciptakan suasana aman dan nyaman, personil yang terampil dan ramah tamah, harga yang bersaing, dan kecepatan pelayanan dan kelengkapan resep PT Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang retail farmasi dan merupakan anak perusahaan dari PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. PT. Kimia Farma Apotek melayani penjualan langsung, resep dokter dan menyediakan pelayanan lain seperti praktek dokter, laboratorium, optik dan pelayanan OTC (over the counter) secara swalayan serta pusat pelayanan informasi obat yang dipimpin oleh tenaga Apoteker full timer sehingga dapat melayani informasi obat dengan baik. PT. Kimia Farma Apotek yang dahulu terkoordinasi dalam Unit Apotek Daerah (UAD) sejak bulan Juli tahun 2004 dibentuk dalam bentuk Bisnis Manager (BM) dan apotek pelayanan (APP) sebagai hasil restrukturisasi organisasi yang dilakukan PT. Kimia Farma Apotek. PT. Kimia Farma Apotek membawahi Apotek Kimia Farma yang wilayah usahanya terbagi menjadi 34 wilayah unit bisnis yang menaungi kurang lebih 406 apotek di seluruh Indonesia. Tiap-tiap unit bisnis/bm membawahi sejumlah APP yang berada di wilayah usahanya. Apotek Kimia Farma dipimpin oleh tenaga Apoteker yang mempunyai 3 fungsi utama yaitu profesional, retailer dan manajer Visi dan Misi (Kimia Farma, 2012) Visi Menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan terkemuka yang mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia.

43 Misi a. Jaringan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek, klinik, laboratorium klinik dan pelayanan kesehatan lainnya. b. Saluran distribusi utama dari produk sendiri dan produk principal. c. Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya (Fee- Based Income) Logo PT Kimia Farma Apotek Gambar 1. Logo PT. Kimia Farma a. Simbol Matahari Paradigma baru Optimis Komitmen Sumber energi Semangat yang abadi : Matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru kehidupan yang lebih baik. : Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut adalah penggambaran optimisme kimia farma dalam menjalankan bisnisnya. : Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam dari arah barat secara teratur dan terus-menerus memiliki makna adanya komitmen dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban oleh kimia farma dalam bidang farmasi dan kesehatan. : Matahari sumber energi bagi kehidupan, dan kimia farma baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan masyarakat. : Warna orange berarti semangat, warna biru adalah keabadian. Harmonisasi antara kedua

44 36 warna tersebut menjadi satu makna yaitu semangat yang abadi. b. Jenis Huruf Dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma yang disesuaikan dengan nilai dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada. c. Sifat Huruf Kokoh : Memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis dari hulu ke hilir, dan merupakan perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia. Dinamis : Dengan jenis huruf italic memperlihatkan kedinamisan dan optimisme Kimia Farma dalam menjalankan bisnis kesehatan. Bersahabat : Dengan jenis huruf kecil dan lengkung, memperlihatkan keramahan Kimia Farma dalam melayani konsumennya Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek dipimpin oleh seorang direktur utama yang membawahi 3 direktur (Direktur Keuangan, Direktur SDM/Umum, dan Direktur Operasional). Direktur keuangan membawahi Manajer Akuntansi dan keuangan; Direktur SDM/Umum membawahi Manajer SDM; dan Direktur Operasional membawahi Manajer Operasional dan Manajer Bisnis. Business Manager (BM) atau Manajer Bisnis membawahi beberapa Apotek Pelayanan. Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi PT Kimia Farma Apotek dapat dilihat pada Lampiran 8. BM bertugas mengkoordinasikan aktivitas administrasi beberapa Apotek Pelayanan dalam satu group daerah. Selain itu, BM melaksanakan kegiatan pengadaan dan penyimpanan barang, serta pendistribusian barang dan juga pengumpulan data kegiatan untuk semua Apotek dalam group daerahnya. Dengan adanya konsep BM diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari Apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam

45 37 pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah. Secara umum keuntungan yang diperoleh melalui konsep BM adalah : a. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah. b. Apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan, sehingga mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan penjualan. c. Merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang diharapkan berimbas pada efisiensi biaya administrasi. d. Meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh sumber barang dagangan yang lebih murah, dengan maksud agar dapat memperbesar range margin atau HPP rendah. PT.Kimia Farma Apotek membawahi 34 wilayah Unit Bisnis yang mengelola sebanyak 406 Apotek yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk wilayah Jabodetabek dibagi menjadi lima Unit Bisnis, yaitu: a. Bisnis Manager Jaya I, membawahi wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat dengan BM (Bisinis Manajer) di Apotek Kimia Farma No. 42, Kebayoran Baru. b. Bisnis Manager Jaya II, membawahi wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara dan Bekasi, dengan BM di Apotek Kimia Farma No.48, di Matraman. c. Bisnis Manager Bogor, membawahi wilayah Bogor, Depok, dan Sukabumi dengan BM di Apotek Kimia Farma No.7, Bogor. d. Bisnis Manager Tangerang membawahi wilayah Provinsi Banten dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 78, Tangerang. e. BM Rumah Sakit di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), karawang, Cibubur, dll. Bisnis Manager secara struktur organisasi langsung membawahi para Manajer Apotek Pelayanan (MAP) dan membawahi supervisor akuntasi dan keuangan serta supervisor inventory. Masing-masing dari bagian tersebut terdiri dari fungsi-fungsi yang menjalankan perannya masing-masing. Struktur organisasi bisnis manager dapat dilihat pada Lampiran 9.

46 38 Berdasarkan besar kecilnya omset, 34 unit bisnis yang tersebar di Inodenesia dibagi dalam tiga strata, yaitu: a. Strata A, meliputi Jaya I, Jaya II, Rumah Sakit Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Denpasar dan Manado. b. Strata B meliputi Balik Papan, Samarinda, Banjarmasin, Bogor, Tanggerang, dan lain-lain. c. Strata C, meliputi Kendari, Lampung, Jaya Pura dan lain-lain.

47 BAB 4 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA NO. 49, PONDOK BAMBU Apotek Kimia Farma No. 49 merupakan salah satu apotek pelayanan dari PT. Kimia Farma Apotek yang tergabung dalam Unit Bisnis Manager Jaya II yang terletak di Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman.. Apotek Kimia Farma No, 49 terletak di Jl. Pahlawan Revolusi No. 53, Pondok Bambu Jakarta Timur. Apotek berusaha melengkapi sarana pelayanannya dengan berbagai sarana kesehatan yaitu dengan membuka tempat praktek dokter di apotek, tersedianya swalayan farmasi, pelayanan informasi obat (swamedikasi), dan pelayanan optik. Hal ini bertujuan agar pasien yang datang tidak perlu berpindah tempat untuk mendapatkan semua kebutuhannya Lokasi dan Tata Ruang Apotek Lokasi Apotek Apotek Kimia Farma No. 49 beralamat di Jl. Pahlawan Revolusi No. 53 Pondok Bambu, Jakarta Timur. Lokasi Apotek sangat strategis karena terletak di tepi jalan dengan arus lalu lintas dua arah yang cukup ramai. Disekitar lingkungan apotek terdapat perumahan yang cukup padat, serta adanya sarana kesehatan yang berada tidak jauh dari lokasi apotek, seperti klinik, praktek dokter dan rumah sakit Tata Ruang Apotek Apotek Kimia Farma No. 49 terdiri dari 1 lantai yang terbagi menjadi beberapa area. Tata ruang apotek kimia farma No. 49 dapat dilihat pada Lampiran 10. a. Area apotek Area apotek terdiri dari beberapa bagian : a) Tempat penerimaan resep dan kasir Tempat penerimaan resep dan kasir berupa counter yang memisahkan antara pasien dengan petugas apotek. Di tempat ini terdapat komputer 39 Univeristas Indonesia

48 40 sehingga petugas dapat langsung terhubung dengan sistem informasi yang berisi harga dan stok obat serta menyimpan data tentang pasien dan dokter. b) Tempat penyiapan obat non racikan Tempat penyiapan obat non racikan berada di belakang tempat penyerahan resep. Pada meja tersebut terdapat perlengkapan penyiapan obat seperti etiket, plastik pengemas, lem, copy resep, kwitatansi, stempel, dll. c) Tempat peracikan obat Tempat peracikan obat terbagi menjadi 2 yaitu tempat peracikan kering dan tempat peracikan basah. Tempat peracikan kering terletak bersebelahan dengan tempat penerimaan resep, namun pasien tidak dapat melihat proses peracikan. Tempat peracikan kering untuk meracik puyer dan kapsul yang dilengkapi dengan lumpang alu, blender, kertas perkamen, timbangan, sealing machine. Sedangkan tempat peracikan basah merupakan ruangan yang terletak di belakang tempat administrasi. Tempat peracikan basah dilengkapi lumpang alu, gelas ukur, botol obat dan westafel yang berguna untuk mencuci alat yang telah terpakai. Tempat ini untuk meracik obat semi solid, liquid dan obat-obat anmaak. d) Tempat penyimpanan obat Obat disimpan di rak-rak yang berisi kotak-kotak obat. Selain itu terdapat lemari pendingin untuk penyimpanan sediaan farmasi yang termolabil. Selain itu terdapat lemari khusus yang terkunci untuk menyimpan narkotika dan psikotropika. e) Tempat administrasi Tempat administrasi berupa meja kerja yang terdapat komputer yang terhubung dengan sistem informasi apotek. Kegiatan administrasi yang dilakukan diantaranya pembuatan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA), Surat Pesanan khusus untuk narkotika dan psikotropika, rekapitulasi resep kredit.

49 41 f) Tempat penyerahan dan informasi obat Tempat ini berupa meja yang dilengkapi dengan kursi untuk tempat duduk pasien. Fasilitas tersebut disediakan untuk mempermudah penyampaian informasi obat dan konseling. b. Area Swalayan farmasi Area Swalayan Farmasi menyediakan produk-produk kesehatan yang tergolong dalam obat OTC (Over The Counter), alat kesehatan, perlengkapan bayi, susu, dan kosmetik. Selain itu juga tersedia produk non obat seperti minuman dan makanan. c. Ruang tunggu pasien Pada area ini terdapat susunan kursi-kursi yang disediakan untuk pasien yang menunggu resepnya disiapkan. Ruangan ini juga dilengkapi dengan pendingin ruangan, televisi, dan majalah demi kenyamanan pasien. d. Sarana penunjang Apotek Kimia Farma No.49 memiliki sarana penunjang diantaranya, tempat parkir, toilet, mushola, ruang prektek dokter umum dan gigi, optik, dan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Struktur Organisasi dan Personalia Apotek Apotek Kimia Farma No. 49 dipimpin oleh APA atau MAP (Manager Apotek Pelayanan) yang bertanggung jawab langsung kepada Bisnis Manager Jaya II. Tenaga kerja di Apotek Kimia Farma No. 49 Pondok Bambu berjumlah 13 orang, yang terdiri dari 1 orang APA yang bertindak juga sebagai MAP, 1 orang Apoteker pendamping/pio, 5 orang Asisten Apoteker, 5 orang Non Asisten Apoteker, 1 orang tenaga administrasi. Komposisi tenaga kerja yang ada di apotek ini bertujuan agar lebih memfokuskan kinerja dalam peningkatan pelayanan farmasi dan informasi obat kepada pasien, sehingga pelayaan di apotek menjadi berkualitas, berdaya asing, mendukung dalam pencapaian laba, dapat memenuhi target penjualan yang maksimal. Struktur organisasi Apotek Kimia Farma No. 49 dapat dilihat pada lampiran 11.

50 Tugas dan Tanggung Jawab Personalia Apotek Apoteker Pengelola Apotek (APA) Pimpinan Apotek Kimia Farma No. 49 adalah seorang apoteker yang telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan Surat Izin Apotek. APA bertindak sebagai manager apotek pelayanan yang memiliki kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengawasi jalannya apotek Apoteker Pendamping Apoteker pendamping adalah seorang apoteker yang bertugas memberi pelayanan farmasi bersama dengan apoteker pengelola apotek atau ketika apoteker pengelola apotek tidak berada ditempat Asisten Apoteker Asisten apoteker bertanggung jawab langsung kepada APA. Tugas asisten apoteker adalah sebagai berikut: a. Menerima resep dan memeriksa keabsahan dan kelengkapan resep sesuai dengan peraturan kefarmasian. b. Memberikan harga pada setiap resep yang masuk. c. Memeriksa ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya berdasarkan resep yang diterima. d. Melayani dan meracik obat sesuai dengan resep dokter antara lain menghitung dosis obat untuk racikan, menimbang bahan, meracik, mengemas obat dan memberikan etiket. e. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan, jumlah obat, nama, nomor resep dan cara pemakaian. f. Membuat kuitansi atau salinan resep untuk obat yang hanya diambil sebagian atau bila diperlukan pasien. g. Melakukan pemeriksaan akhir terhadap hasil penyiapan obat. h. Menyerahkan obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada pasien dan memberikan penjelasan tentang penggunaan obat atau informasi lain yang dibutuhkan.

51 43 i. Mengatur, mengontrol dan menyusun penyimpanan obat dan perbekalan farmasi lainnya sesuai dengan bentuk dan jenis barang yang disusun secara alfabetis. j. Mencatat masuk dan keluarnya obat pada kartu stok barang. k. Melakukan pelayanan informasi mengenai cara pemakaian obat melalui penyerahan obat dari asisten apoteker kepada pelanggan. l. Membuat faktur penjualan resep, resep kredit dari instansi yang telah disepakati. m. Mencatat/menghitung harga resep-resep kredit dari instansi sesuai dengan perjanjian yang disepakati. n. Turut berpartisipasi dalam pelaksanaan pemeliharaan sanitasi/kebersihan di ruang peracikan Petugas Swalayan Farmasi Petugas Swalayan Farmasi bertugas memberikan pelayanan kepada pelanggan di swalayan farmasi. Tanggung jawab petugas swalayan farmasi adalah: a. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dalam hal pemberian informasi dan saran mengenai obat dan letak obat di swalayan, untuk mendukung pemberian layanan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. b. Melaksanakan kegiatan penataan dan pengelompokan barang/obat sesuai dengan jenis dan lay-out yang telah ditentukan untuk memudahkan pelanggan mencari barang yang dibutuhkan. c. Melakukan pengecekan persediaan barang yang ada di swalayan dan pembukuan persediaan barang yang ada berdasarkan abjad barang ke komputer dan buku stock opname, untuk mengetahui tingkat persediaan barang/obat. d. Mengajukan permohonan pemesanan barang yang kosong untuk mendukung ketersediaan barang/obat di swalayan.

52 Tenaga Non Asisten Apoteker Tenaga non asisten apoteker bertugas membantu asisten apoteker dalam menyiapkan obat dan perbekalan farmasi lainnya di bawah pengawasan asisten apoteker. Tugas tenaga non asisten apoteker adalah sebagai berikut: a. Melaksanakan pengambilan resep di setiap instansi terkait yang ditujukan kepada apotek berdasarkan instruksi dari Supervisor Layanan Farmasi, selain itu juga melakukan pendistribusian obat-obatan dari apotek kepada instasi terkait untuk memastikan pemenuhan kebutuhan obat instasi terkait. b. Membantu Pelaksana Layanan Farmasi dalam peracikan dan pengepakan obat-obatan c. Melaksanakan pengambilan obat-obatan yang dibutuhkan apotek ke Bisnis Manager atau apotek lain. d. Turut berpartisipasi dalam pelaksanaan pemeliharaansanitasi/kebersihan di ruang racikan 4.4. Kegiatan Apotek Apotek Kimia Farma No. 49 merupakan apotek pelayanan sehingga kegiatan utama yang dilakukan meliputi kegiatan kefarmasian baik yang bersifat teknis dan non teknis yang berhubungan dengan pelayanan Kegiatan teknis Kefarmasian Kegiatan teknis kefarmasian merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan barang, penerimaan barang, penyimpanan barang, penjualan, pelayanan resep serta pengelolaan obat narkotika dan psikotropika, penyimpanan resep dan pemusnahan resep Perencanaan Barang Pengadaan barang baik obat maupun perbekalan kesehatan lainnya dilakukan melalui Bisnis Manager Jaya II (BM). Permintaan barang dilakukan dengan cara membuat Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) yang dibuat satu kali dalam dua minggu oleh asisten apoteker yang bertugas. Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) ke BM Jaya II dapat dilihat pada Lampiran 12. BPBA

53 45 dibuat berdasarkan daftar defekta dari penjualan obat bebas atau ethical. BPBA kemudian divalidasi oleh apoteker dan dikirim melalui . Untuk pemesanan kebutuhan yang mendesak, misalnya jika obat atau perbekalan farmasi dibutuhkan mendadak dan harus segera dipenuhi tetapi tidak ada persediaan di apotek, maka dapat dibuat BPBA Cito. Biasanya 1 kali pemesanan melalui BPBA Cito tidak boleh lebih dari 10 item. Akan tetapi, hal ini tetap harus dikomunikasikan dengan pihak BM. Khusus untuk pengadaan sediaan narkotika, pemesanan dilakukan langsung kepada PBF Kimia Farma melalui surat pesanan (SP) yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Sedangkan untuk pengadaan sediaan psikotropik, pemesanan dilakukan langsung kepada PBF produk masing-masing, yang juga melalui surat SP yang ditandatangani oleh APA. BPBA yang telah dibuat kemudian dikirimkan melalui ke BM Jaya II. Jika barang-barang yang dipesan tersedia di BM, maka barang tersebut akan langsung dikirimkan ke apotek. Namun jika barang-barang tersebut tidak tersedia, BM akan memesankan ke distributor, dan distributor tersebut akan mengirim pesanan tersebut ke apotek Penerimaan Barang Setelah barang yang dipesan datang, maka dilakukan penerimaan dan pemeriksaan barang disesuaikan dengan surat pemesanan atau BPBA. BM akan mengirimkan bon penerimaan barang/dropping yang berisi data barang-barang yang dikirim ke apotek. Bon Penerimaan Barang (dropping) dapat dilihat pada Lampiran 13. Pemeriksaan yang dilakukan saat menerima barang antara lain pemeriksaan nama barang, kemasan, jumlah, tanggal kadaluarsa dan kondisi barang. Selain itu dilakukan pencocokan antara faktur dengan surat pesanan yang meliputi nama barang, kemasan, jumlah, harga barang serta nama pemasok, kemudian dibuat tanda terima pada faktur dengan ditandatangani dan diberi stempel apotek, kemudian didokumentasikan ke dalam buku penerimaan barang. Jika terjadi ketidak sesuaian antara fisik barang dengan yang tercantum pada Bon Penerimaan Barang, maka petugas yang melakukan pemeriksaan segera melakukan konfirmasi ke BM.

54 Penyimpanan Barang Obat-obat etichal disimpan dalam wadah kotak, obat di simpan menurut bentuk sediaan (padat, setengah padat dan cair) kemudian disusun berdasarkan farmakologi dan secara alfabetis. Selain itu, juga dilakukan pemisahan tempat penyimpanan untuk obat daftar Askes yang disusun secara alfabetis. Khusus untuk narkotika dan psikotropika, penyimpanan dilakukan di lemari terpisah dan terkunci sesuai ketentuan undang-undang. Sedangkan untuk produk-produk termolabil seperti serum, vaksin, dan suppositoria disimpan di dalam lemari pendingin. Obat yang dikemas dalam botol diletakkan di lemari paling bawah pada area apotek untuk mencegah jatuh. Bahan obat yang biasa digunakan untuk racikan dan perlu penimbangan diletakkan di dekat meja penimbangan dan meja peracikan. Penyimpanan barang pada bagian penjualan bebas di letakkan di area swalayan farmasi disusun berdasarkan bentuk dan jenis sediaannya. Penyusunan barang dipisahkan berdasarkan bentuk sediaan padat, setengah padat, dan cair. Selain dilakukan pemisahan berdasarkan bentuk sediaan, penyusunan barang juga diatur berdasarkan jenisnya, seperti multivitamin, obat flu, obat batuk, susu bayi, susu dewasa, perlengkapan bayi, dan lain-lain. Khusus untuk obat produksi PT. Kimia Farma yang dapat dibeli bebas untuk penyimpanannya disediakan rak khusus. Penyimpanan barang atau obat juga dilakukan berdasarkan sistem FIFO dan FEFO. FIFO (First In First Out), yaitu barang yang lebih dahulu masuk adalah barang yang keluar lebih dahulu, sedangkan FEFO (First Expired First Out) yaitu obat yang mempunyai tanggal kadaluarsa cepat adalah yang paling pertama keluar. Setiap penambahan dan pemakaian barang dicatat dalam kartu stok yang diletakkan di dalam masing-masing kotak obat. Pencatatan di kartu stok meliputi tanggal pengisian atau pengambilan, nomor resep/nomor dokumen, jumlah barang yang diisi atau diambil, dan paraf petugas. Contoh lembar kartu stok dapat dilihat pada Lampiran 14.

55 Pembuatan obat Anmaak Obat anmaak adalah obat yang diproduksi sendiri oleh apotek, ataupun obat yang dikemas ulang dalam takaran kecil. Pembuatan obat tersebut dilakukan berdasarkan resep, permintaan poliklinik dan pasien. Prosesnya dilakukan oleh asisten apoteker dibawah pengawasan apoteker Pelayanan Apotek a. Penjualan dengan pembayaran tunai Penjualan obat dengan pembayaran tunai dilakukan terhadap pasien yang langsung datang ke apotek untuk menebus obat resep, prosedurnya : a) Resep diterima di bagian penerimaan resep, lalu diperiksa kelengkapan dan keabsahan resep tersebut. b) Petugas penerima resep akan memeriksa ketersediaan obat dan menetapkan harga obat di sistem informasi apotek. Bila obat yang dibutuhkan tersedia, kemudian dilakukan pemberian harga dan diberitahukan kepada pasien. c) Setelah pasien setuju segera dilakukan pembayaran atas obat pada bagian kasir dan dilakukan pula input nama, alamat serta nomor telepon pasien. Kasir kemudian akan memberikan struk pembayaran yang tercantum nomor resep dan struk tersebut juga berfungsi sebagai nomor antrian pengambilan obat. d) Kasir juga mencetak struk pembayaran yang tertulis jumlah obat yang dibeli. Struk tersebut dan resep asli kemudian diserahkan ke bagian penyiapan obat dan peracikan. Bila obat hanya diambil sebagian maka petugas akan membuat salinan resep/copy resep untuk pengambilan sisanya. Lembar copy resep dapat dilihat pada Lampiran 15. Bagi pasien yang memerlukan kuitansi maka dapat pula dibuatkan kuitansi. Lembar kuitansi pembayaran resep/tunai dapat dilihat pada Lampiran 16. e) Asisten apoteker di bagian peracikan atau penyiapan obat akan meracik atau menyiapkan obat sesuai dengan resep dibantu oleh juru resep. Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket dan dikemas.

56 48 f) Sebelum obat diberikan dilakukan pemeriksaan kembali oleh petugas yang berbeda meliputi nomor resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah dan etiketnya. Juga dilakukan pemeriksaan salinan resep sesuai resep aslinya serta kebenaran kuitansi. g) Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep. Pada saat obat diserahkan kepada pasien, apoteker memberi informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan pasien. h) Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep dan disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun. Pada setiap tahapan, petugas apotek wajib membubuhkan paraf pada setiap langkah-langkah tersebut, sehingga jika terjadi sesuatu dapat dipertanggung jawabkan atas pekerjaan yang dilakukan. Alur pelayanan resep dapat dilihat pada Lampiran 17. b. Penjualan obat dengan pembayaran kredit Pelayanan dengan resep berdasarkan perjanjian kerjasama yang telah disepakati oleh suatu perusahaan atau instansi dengan apotek, yang pembayarannya dilakukan secara kredit melalui penagihan kepada perusahaan secara berkala sesuai dengan kesepakatan pihak apotek dengan instansi terkait. Apotek Kimia Farma No. 49 melakukan kerjasama dengan perusahan PLN Jatinegara, PLN Kampung Melayu, PT. Aqua (Pulo Lentut dan Pulo Kambing), PT Asabri, Unit Plan Jakarta (UPJ), dan Askes. Terdapat beberapa perbedaan prosedur pelayanan resep yang dibayar secara kredit dengan yang dibayar secara tunai seperti: a) Setelah resep kredit diterima dan diperiksa kelengkapannya maka tidak dilakukan penetapan harga dan pembayaran oleh pasien tetapi langsung dikerjakan oleh petugas apotek. b) Penomoran resep kredit dibedakan dengan resep tunai. Resep diberi nomor urut resep dalam lembar pemeriksaan proses resep. Lembar penomoran resep kredit dapat dilihat pada Lampiran 18.

57 49 c) Pada saat penyerahan obat, petugas akan meminta tanda tangan pasien pada lembar tanda terima obat. d) Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep tunai kemudian dikumpulkan dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan tiap instansinya dan dibuatkan lembar atau syarat penagihan sesuai dengan format yang diminta. Penagihan dilakukan saat jatuh tempo sesuai kesepakatan bersama. c. Penjualan OTC (Over the Counter atau Hand Verkoop/HV) Penjualan obat bebas dilakukan untuk produk OTC yang terletak di swalayan farmasi yaitu produk-produk yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti obat bebas, bebas terbatas, alat kesehatan, kosmetik, perlengkapan dan makanan bayi, minuman dan makanan ringan. Prosedur penjualan bebas yang dilakukan adalah sebagai berikut : a) Pasien mencari obat atau perbekalan farmasi yang dibutuhkan di swalayan farmasi b) Petugas OTC menerima permintaan barang dari pembeli. c) Kasir menerima pembayaran dan membuat struk pembayaran penjualan bebas. d) Barang beserta struk pembayaran diserahkan kepada pembeli. e) Bukti penjualan obat bebas dikumpulkan dan diurutkan berdasarkan nomor. d. Pelayanan UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri) Pelayanan UPDS yaitu pasien yang membeli obat yang termasuk ke dalam Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA), dengan prosedur sebagai berikut: a) Pasien menyebutkan obat yang diinginkan. b) Proses tanya jawab antara apoteker/asisten apoteker yang bertugas dengan pasien, apakah obat yang diminta sesuai indikasi untuk pasien tersebut dan memastikan obat yang diminta terdapat dalam DOWA. c) Pemeriksaan ketersediaan obat, memberitahukan harga obat kepada pasien dan pembayaran obat oleh pasien.

58 50 d) Penyerahan obat kepada pasien diertai dengan pemberian informasi. Kemudian petugas mencatat nama, nomor telepon pasien, beserta obat yang diminta di formulir permintaan DOWA. Formulir permintaan DOWA dapat dilihat pada Lampiran 19. e) Formulir permintaan obat DOWA dan struk pembayaran disatukan, kemudian disusun berdasarkan nomor urut UPDS dan tanggal, dan disimpan terpisah dari resep tunai, kredit, atau penjualan bebas. e Penjualan alat kesehatan Selain obat, Apotek Kimia Farma No. 49 juga menyediakan alat kesehatan. Selain melayani pembelian, apotek memberikan pelayanan jasa antar dan pasang untuk akat kesehatan tertetu yang memerlukan penanganan khusus. Alat kesehatan tersebut antara lain kursi roda, tabung oksigen, tongkat jalan, dan lain-lain Pengelolaan Narkotika Pengelolaan narkotika diatur secara khusus mulai dari pengadaan sampai pemusnahan untuk menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 49 meliputi : a. Pemesanan Narkotika Pemesanan sediaan narkotika dilakukan secara tertulis oleh bagian pembelian dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) khusus narkotika yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, nomor SIA, alamat dan stempel apotek. Satu lembar SP hanya berlaku untuk satu jenis narkotika. Surat pesanan narkotika dibuat rangkap empat yang terdiri dari 1 surat pesanan asli dan 3 lembar copy surat pesanan, masing-masing diserahkan kepada PBF yang bersangkutan dan 1 lembar sebagai arsip di apotek. Pemesanan dilakukan ke PBF Kimia Farma selaku distributor tunggal. Lembar surat pesanan narkotika dapat dilihat pada Lampiran 20.

59 51 b. Penerimaan Narkotika Penerimaan Narkotika dari PBF harus dilakukan oleh Apoteker APA atau dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan. c. Penyimpanan Narkotika Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 49 disimpan dalam lemari khusus yang terbuat dari kayu. Lemari tersebut terletak di tempat yang tidak di ketahui oleh umum, tetapi dapat diawasi langsung oleh asisten apoteker yang bertugas dan penaggung jawab narkotika. Setiap obat narkotika dilengkapi kartu stok yang diletakan dalam lemari, dan di cantumkan tanggal kadaluarsanya. d. Pelayanan resep Narkotika Apotek Kimia Farma No. 49 hanya melayani resep narkotika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No. 49 sendiri apabila obat baru diambil sebagian atau belum diambil sama sekali. Apotek tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain. Asisten apoteker bertugas mencatat dalam buku tersendiri berdasarkan tanggal, mengenai banyaknya pemasukan dan pengeluaran narkotika, jenis narkotika, nama dan alamat pasien. Penanganan resep narkotika di apotek adalah dengan memberi tanda garis merah pada obat golongan narkotika yang diresepkan dan pengarsipannya dipisahkan dari resep lainnya. e. Pelaporan Narkotika Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 49 dibuat setiap awal bulan dan selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulannya. Laporan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, alamat apotek dan stempel apotek. Laporan bulanan kemudian ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Kotamadya Jakarta Timur dengan tembusan kepada: a) Kepala Balai Besar POM Propinsi DKI Jakarta.

60 52 b) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. c) Penanggung Jawab Narkotika PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, khusus untuk apotek Kimia Farma. d) Arsip Apotek Laporan penggunaan sediaan jadi narkotika dapat dilihat pada Lampiran 22. f. Pemusnahan Narkotika Prosedur pemusnahan narkotik adalah sebagai berikut : a) APA membuat dan menandatangani surat permohonan untuk pemusnahan narkotika yang berisi antara lain jenis dan jumlah narkotika yang rusak dan atau tidak memenuhi syarat. b) Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA dikirimkan ke Balai Besar POM DKI Jakarta. Selanjutnya Balai Besar POM DKI Jakartaakan menetapkan waktu dan tempat pemusnahan. c) Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari APA, Asisten Apoteker, petugas Balai Besar POM, dan Kepala Suku Dinas Kepala Kantor Dinkes Kota Jakarta Timur. d) Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, maka Apoteker Pengelola Apotek yang memusnahkan narkotika harus membuat Berita Acara pemusnahan narkotika, yang berisi : 1) Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukan pemusnahan. 2) Nama pemegang izin khusus atau Apoteker Pengelola Apotek. 3) Nama orang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek tersebut. 4) Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. 5) Cara pemusnahan. 6) Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi. Berita Acara pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Kotamadya Jakarta Timur, dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM Propinsi DKI Jakarta, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta, penanggung

61 53 jawab narkotika PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, arsip apotek Pengelolaan Psikotropika Pengelolaan psikotropika di Apotek Kimia Farma No. 49 meliputi : a. Pemesanan Psikotropika Pemesanan Psikotropika di Apotek Kimia Farma No. 49 dilakukan oleh bagian pembelian dengan menggunakan Surat Pesanan khusus Psikotropika yang ditandatangani oleh MAP, dilengkapi dengan nomor SIK/SIPA dan stempel apotek. Satu lembar surat pesanan dapat berisi lebih dari satu jenis psikotropika. Surat pesanan dibuat rangkap 2, yang masing-masing diserahkan ke Pedagang Besar Farmasi yang bersangkutan dan sebagai arsip di apotek. Lembar surat pesanan psikotropik dapat dilihat pada Lampiran 23. b. Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan psikotropika dipisahkan dengan obat yang lainnya. Apotek Kimia Farma No. 49 mempunyai lemari khusus yang terpisah dari penyimpanan obat-obat golongan lain. Setiap obat psikotropika dilengkapi dengan kartu stok yang diletakkan dalam lemari dan dicantumkan tanggal kadaluarsanya. c. Pelayanan Psikotropika Apotek Kimia Farma No. 49 hanya melayani resep psikotropika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No. 49 yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat psikotropika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain. d. Pelaporan Psikotropika Laporan psikotropika memuat nama apotek, nama obat, nama distributor, jumlah penerimaan, jumlah pengeluaran, tujuan pemakaian, dan stok akhir. Laporan ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama jelas dan nomor SIK, serta stempel apotek. Laporan penggunaan psikotropika kemudian ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Kotamadya Jakarta Timur secara berkala satu bulan sekali, dengan

62 54 tembusan kepada : a) Kepala Balai Besar POM Propinsi DKI Jakarta b) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta c) Arsip apotek Laporan penggunaan psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 24. e. Pemusnahan Psikotropika Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan narkotika. Dalam pelaksanaannya, pemusnahan psikotropika dapat dilakukan bersamaan dengan narkotika Pengelolaan resep Resep yang telah dilayani apotek dirahasiakan dan disimpan di apotek dalam jangka waktu 3 tahun. Resep disusun berdasarkan tanggal dan nomor resep untuk mempermudah penelusuran resep apabila diperlukan, baik untuk kepentingan pasien ataupun pemeriksaan. Pemusnahan resep dilakukan pada resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 3 tahun dengan cara: a. Pemusnahan resep dapat dilakukan dengan cara dibakar atau cara lain oleh APA bersama-sama dengan sekurang-kurangnya petugas apotek. b. Berita acara pemusnahan dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kota dengan tembusan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan arsip Apotek Kegiatan Non Teknis Kefarmasian Kegiatan non teknis kefarmasian meliputi kegiatan administrasi dan pengawasan. Kegiatan ini bertujuan untuk menunjang kelancaran usaha suatu apotek dan sebagai alat kontrol Kegiatan Administrasi Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No. 49 meliputi kegiatan administrasi apotek yang dilakukan oleh petugas administrasi dengan tujuan untuk menunjang kelancaran tugas teknis kefarmasian di apotek berfungsi sebagai alat kontrol, contohnya pembuatan laporan ikhtisar

63 55 penjualan harian baik penjualan tunai maupun kredit, administrasi resep kredit sampai menjadi alat tagih (faktur), pencatatan biaya-biaya operasional yang dikeluarkan serta penyerahan bukti-bukti administrasi ke BM. Kegiatan administrasi yang lain dilakukan secara terkoordinir oleh BM, dengan tujuan pengurusan administrasi secara efektif dan efisien dalam hal keuangan maupun SDM agar pelayanan lebih fokus pada konsumen Stock Opname Stock Opname adalah kegiatan pemeriksaan terhadap persediaan barang yang ada di apotek, apakah barang yang tersedia sesuai dengan pencatatan jumlah barang yang ada. Stok opname ini dilakukan oleh Asisten Apoteker dibantu oleh petugas apotek yang lain, dan seluruh jegiatannya dibawah tanggung jawab APA.Tujuan stok opname adalah : a. Mendeteksi secara dini kebocoran atau kehilangan barang. b. Melakukan kontrol terhadap pengadaan barang agar diketahui efektivitasnya. c. Mendeteksi secara dini barang slow moving dan fast moving serta barang kadaluwarsa. Kegiatan stok opname setiap tiga bulan sekali. Hasil stok opname dilaporkan kepada MAP untuk memberitahukan kondisi dan nilai barang hasil stok opname tersebut. Selanjutnya MAP melakukan validasi data. Data yang telah divalidasi selanjutnya dikirimkan ke BM Jaya II dengan cara mentransfer data melalui komputer.

64 BAB 5 PEMBAHASAN Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Selain itu apotek juga merupakan suatu toko pengecer (retailer) sehingga identik dengan toko, akan tetapi barang dagangannya adalah perbekalan farmasi. Hal yang membedakan adalah dalam menjalankan aktivitasnya, apotek harus memenuhi peraturan yang berlaku seperti pendirian apotek, pengelolaan perbekalan farmasi, dan standar pelayanan farmasi yang dijalankan di apotek. Mengingat apotek juga merupakan suatu bisnis, maka dibutuhkan sistem manajerial yang baik agar bisnis berjalan dengan lancar. Namun, pengelolaan apotek juga tidak lepas dari pelayanan farmasi yang berorientasi kepada pasien (patient oriented). Konsep pengelolaan bisnis dan pelayanan farmasi ini harus berjalan beriringan agar apotek dapat mendatangkan keuntungan dan menyediakan pelayanan farmasi yang memuaskan bagi pelanggan Lokasi dan Tata Ruang Apotek Apotek Kimia Farma No. 49 berlokasi di Jalan Pahlawan Revolusi No. 53, Pondok Bambu, Jakarta Timur. Lokasi berdirinya apotek ini terbilang sangat strategis karena berada di pertigaan dan jalan dua arah yang sangat ramai. Lokasi apotek sangat mudah dijangkau oleh masyarakat karena dilalui oleh angkutan umum dari berbagai daerah, terutama angkutan umum yang juga melewati stasium kereta api terdekat. Daerah di sekitar apotek banyak terdapat rumah sakit, sarana pelayanan kesehatan masyarakat, dan praktek dokter sehingga kemungkinan pasien untuk menebus resep di Apotek Kimia Farma No. 49 cukup banyak. Apotek dilengkapi dengan halaman parkir yang luas sehingga memudahkan pengunjung untuk mengunjungi apotek. Penataan apotek yang baik dilakukan agar apotek terlihat menarik untuk dikunjungi. Bagian depan apotek berupa kaca tembus pandang sehingga dapat terlihat dari luar. Namun yang perlu diperhatikan adalah kaca tembus pandang yang berada di sisi tempat penyimpanan obat karena cahaya dan panas dapat 56

65 57 masuk ke area penyimpanan obat. Hal ini akan merubah suhu penyimpanan yang seharusnya dijaga untuk kestabilan obat. Desain apotek terbagi menjadi area apotek, area swalayan farmasi, area ruang tunggu pasien, dan area penunjang. Area apotek didesain untuk mempermudah pekerja dalam melakukan tugasnya. Meja penyiapan obat dan meja racik diletakkan dekat dengan tempat penyerahan obat. Buku standar seperti Farmakope Indonesia, MIMS, ISO, dan buku peraturan perundang-undangan mengenai apotek diletakkan di daerah penerimaan resep. Perlengkapan penyiapan obat seperti kantong plastik, blanko salinan resep, blanko kuitansi, stampel apotek, etiket, lem, dan staples diletakkan di meja penyiapan obat. Area peracikan dibagi menjadi dua, yaitu ruang racik basah dan kering. Ruang racik kering merupakan ruangan peracikan untuk sediaan padat seperti kapsul dan puyer. Sedangkan ruang racik basah merupakan ruangan peracikan untuk sediaan semi padat (salep dan krim) dan sediaan cair (rekonstitusi sirup kering). Perlengkapan peracikan obat seperti mortar, stamper, blender, kantong obat, kertas puyer, kapsul kosong, obat-obat racikan diletakkan di rak-rak atau laci meja racik. Tempat pencucian alat berada di area ruang racik basah. Untuk mempercepat penyiapan obat, gunting diikat dengan tali di setiap rak penyimpanan obat. Semua peralatan diletakkan ditempatnya dengan rapi. Papan nama apoteker dipasang di area apotek yang masih dapat terlihat oleh pengunjunag. Papan nama apoteker memuat nama apotek, nama APA (Apoteker Pengelola Apotek), Nomor SIA, Alamat dan nomor telepon Apotek. Area swalayan farmasi didesain untuk mempermudah pengunjung mencari obat atau barang yang diinginkan. Obat dan barang diletakkan berdasarka jenisnya seperti perawatan tubuh, kosmetik, makanan ringan, minuman, obat-obatan, dan alat kesehatan. Untuk obat-obatan, disusun berdasarkan farmakologinya seperti obat diare, maag, batuk, suplemen vitamin, alat kesehatan, perlengkapan bayi, dan lain-lain. Untuk produk-produk yang harganya tinggi diletakkan di area apotek. Hal ini bertujuan untuk menghindari hilangnya barang akibat pencurian. Penempatan produk di swalayan farmasi dilakukan berdasarkan pedoman yang telah disusun oleh Departemen Logistic and Merchandising. Area apotek dan area swalayan dipisahkan oleh counter yang berfungsi sebagai kasir untuk transaksi,

66 58 tempat pelayanan resep serta pemberian informasi obat oleh petugas apoteker. Area ruang tunggu didesain agar pasien merasa nyaman saat menunggu obat disiapkan atau menunggu antrian pemeriksaan dokter. Ruang tunggu dilengkapi dengan kursi tunggu, televisi, bahan bacaan agar pasien tidak merasa bosan. Area penunjang apotek terdiri dari area parkir, mesin ATM, ruang praktek dokter umum, dokter gigi, mushola, dan toilet. Area parkir apotek cukup luas sehingga mempermudah pengunjung untuk memarkirkan kendaraan yang dibawanya. Adanya praktek dokter umum dan dokter gigi serta mesin ATM bertujuan untuk meningkatkan omset apotek, yaitu dari biaya sewa yang diterima dari apotek serta resep yang masuk ke apotek. Mushola dan toilet terletak di area belakang apotek. Area belakang apotek masih terdapat ruangan-ruangan kosong yang tidak terpakai yang sebenarya masih dapat dimanfaatkan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 mengenai standar pelayanan kefarmasian di apotek, sebuah apotek harus memiliki ruang tunggu yang nyaman bagi pasien, ruang konseling yang tertutup, tempat untuk men-display informasi bagi pasien, ruang racikan, dan tempat pencucian alat. Namun, tersedianya ruang konseling yang tertutup untuk pasien belum terpenuhi. Apabila pasien ingin konseling, apoteker hanya memberikan konseling di area penyerahan obat. Tidak tersedianya ruangan konseling yang tertutup berdasarkan pertimbangan permintaan konseling yang jarang. Sampai saat ini, pasien bersedia untuk melakukan konseling di area penyerahan obat, namun sebaiknya pasien disediakan ruangan tertutup yang nyaman agar apoteker lebih mudah menggali informasi yang penting untuk keberhasilan terapi pasien Personalia dan Organisasi Apotek Apotek Kimia Farma No.49 dipimpin oleh seorang Manager Apotek Pelayanan (MAP) selaku Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang membawahi 5 petugas asisten apoteker (AA), 4 petugas non asisten apoteker, dan 1 petugas swalayan farmasi. Selain itu terdapat 1apoteker pendamping yang mendampingi APA atau menggantikan APA saat APA tidak hadir di apotek ketika pelayanan farmasi dijalankan di apotek. Dalam melaksanakan sistem pengelolaan apotek,

67 59 petugas AA merangkap sebagai petugas kasir dan administrasi. Setiap AA mendapatkan tanggung jawab dalam menjalankan tugas administrasi seperti laporan narkotika, laporan psikotropika, laporan barang rusak dan kadaluarsa, laporan penjualan bebas, dan rekapitulasi tagihan resep kredit ke beberapa instansi yang melakukan kerja sama dengan Apotek Kimia Farma No. 49. Pembagian kerja ini dilakukan untuk efisiensi dan efektivitas tenaga kerja apotek. Apotek Kimia Farma No. 49 menggunakan sistem kerja 2 shift. Berdasarkan jumlah tenaga kerja tersebut, tiap harinya terdapat 1 shift kerja dimana tidak terdapat apoteker yang bertanggung jawab terhadap dijalankannya pelayanan farmasi di apotek. Idealnya, apotek yang tidak ada apoteker selama dibukanya apotek hanya dapat melayani obat bebas, obat bebas terbatas dan obat yang masuk dalam Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA). Sehingga sebaiknya terdapat 1 apoteker pendamping tambahan agar di setiap shift kerja terdapat apoteker yang bertanggung jawab terhadap pelayanan farmasi di apotek. Selain petugas apotek, terdapat beberapa Sales Promotion Girl (SPG) yang ditugaskan di Apotek Kimia Farma No. 49. Selain meningkatkan penjualan produk, SPG juga membantu petugas apotek dalam men-display/menyusun produk-produk di area swalayan farmasi dan mengambilkan produk-produk yang ditempatkan di area swalayan farmasi. Hal ini sangat membantu petugas apoteker untuk memberikan pelayanan yang cepat Pengelolaan Perbekalan Farmasi Kegiatan pengeloaan perbekalan farmasi di Apotek kimia Farma No. 49 meliputi kegiatan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian kepada pelanggan. Kegiatan pengadaan tidak dilakukan di Apotek Pelayanan, namun diserahkan kepada Bisnis Manager (BM) Jaya II, Matraman dengan tujuan agar Apotek Pelayanan berkonsentrasi terhadap pelayanan farmasi di masyarakat. Perencanaan dilakukan tiap 2 minggu sekali berdasarkan barang-barang yang telah dituliskan di buku difekta. Setiap asisten apoteker memiliki tanggung jawab tiap rak penyimpanan obat untuk memastikan obat-obat selalu tersedia dalam jumlah yang cukup. Apabila terdapat obat dalam jumlah di bawah stok minimum atau habis, petugas segera menuliskannya di buku defekta. Pemesanan

68 60 barang ke BM dilakukan dengan membuat Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA), meliputi obat ethical maupun OTC, alat kesehatan, tetapi tidak termasuk obat narkotika, psikotropika, dan perbekalan kesehatan rumah tangga. BM akan segera mengirimkan barang yang dipesan pada hari senin sampai rabu jika persediaan di BM mencukupi. Jika persediaan di BM tidak mencukupi, maka BM akan memesan barang yang diminta ke PBF pada hari kamis sampai sabtu dan akan mengirimnya ke Apotek Pelayanan pada hari senin sampai rabu pada minggu berikutnya. Obat dalam golongan narkotika dan psikotropika dipesan langsung ke PBF dengan lembar Surat Pemesanan (SP) khusus. SP Narkotika dan SP psikotropika yang telah dibuat harus dibuat sepengetahuan Apoteker Pengelola Apotek (APA). Untuk pemesanan narkotika, pemesanan dilakukan ke PBF Kimia Farma selaku distributor tunggal. Untuk perbekalan kesehatan rumah tangga, ada petugas khusus yang bertanggung jawab dalam merencanakan dan mengadakan persediaannya.setiap bulan petugas tersebut diberikan sejumlah uang dari BM untuk dikelola sesuai kebutuhan dalam melakukan perencanaan dan pengadaan. Uang tersebut dibelanjakan di toko swalayan besar seperti Tip Top dan Lotte. Kemudian bukti pembayaran diserahkan ke apotek untuk dimasukkan ke pembukuan apotek. Sistem pengadaan barang yang terpusat di BM mempunyai keuntungan dan kerugian. Keuntungannya antara lain BM dapat membeli barang dalam jumlah besar sehingga mendapatkan potongan harga yang menguntungkan untuk apotek. Sedangkan kerugian sistem ini adalah kemungkinan terjadinya jumlah obat yang dipesan ke BM untuk keperluan selama 2 minggu tersebut tidak dapat memenuhi permintaan yang yang tiba-tiba. Untuk mengatasi masalah tersebut, terdapat prosedur pembuatan BPBA cito untuk memesan barang ke BM jika persediaan obat habis dalam rentang waktu 2 minggu tersebut. Apotek juga dapat meminta persediaan obat ke apotek Kimia Farma lain terdekat. Hal ini dapat mengurangi kepuasan pelanggan karena pelayanan obat karena menjadi lebih lama. Apotek akan menerima barang yang telah dipesan bersama dengan lembar dropping yang berisi informasi barang-barang yang dikirim BM ke apotek.

69 61 Petugas melakukan pengecekkan barang yang datang kemudian menyimpan barang-barang tersebut di tempat penyimpanannya masing-masing. Petugas akan memasukkan barang sesuai dengan tanggung jawab pemegang rak penyimpanan. Saat dimasukkan ke tempat penyimpanan, petugas mencatat jumlah barang masuk di kartu stok. Apabila terjadi kesalahan pengiriman, seperti pengiriman barang yang tidak dipesan, jumlah dan jenis barang yang tidak seusai, atau tidak dikirimnya barang tertentu maka petugas akan melakukan konfirmasi ke BM untuk menyelesaikan masalah tersebut. Penyimpanan barang-barang di apotek dilakukan di dua area, yaitu area apotek dan area swalayan farmasi. Pada area apotek, obat disimpan dalam rak-rak obat dan di setiap barisnya obat dimasukkan ke dalam kotak obat. Pada bagian depan kotak obat, terdapat informasi nama obat dan kekuatannya. Untuk memonitor kadaluarsa obat, di bagian depan kotak dituliskan bulan dan tahun kadaluarsa dengan berbagai warna label untuk membedakan tahun kadaluarsa. Namun, saat ini penandaan tersebut tidak di update. Masih terlihat label dengan tahun kadaluarsa tahun 2010 dan Jika ada barang yang tidak muat disimpan di rak obat, obat dapat disimpan di lemari kecil yang terletak diatas tiap rak obat yang berfungsi sebagai gudang kecil. Penyusunan obat dilakukan berdasarkan kombinasi bentuk sediaan, farmakologi, dan alfabetis. Pemisahan rak obat diawali dari bentuk sediaan seperti sediaan semi solid seperti krim/salep, sediaan cair seperti sirup/drop, dan sediaan padat seperti kapsul/tablet. Pemisahan bentuk sediaan ini tidak dilakukan pada golongan antibiotik dan golongan obat generik/askes. Untuk sediaan padat, penyusunan dilakukan berdasarkan farmakologi seperti saluran napas, analgetika, antialergi, antihipertensi, kardiovaskular, antikolesterol, hormon, vitamin, dan lain-lain; kemudian disusun berdasrkan alfabetis. Obat golongan narkotik dan psikotropik disimpan sesuai peraturan yang berlaku, yaitu disimpan di lemari terpisah. Selain itu untuk produk-produk termolabil seperti serum, vaksin, suppositoria, dan sediaan probiotik disimpan di dalam lemari pendingin. Untuk vaksin dan serum tidak selalu ready stock mengingat diperlukannya perhatian khusus dalam penyimpanannya dan permintaannya jarang. Sedangkan penyusunan produk di swalayan farmasi dilakukan berdasarkan

70 62 pedoman yang telah disusun oleh Departemen Logistic and Merchandising. Produk diletakkan berdasarkan jenisnya seperti perawatan tubuh, kosmetik, makanan ringan, minuman, obat-obatan, vitamin, alat kesehatan, dan perlengkapan bayi. Untuk obat-obatan, disusun berdasarkan farmakologinya. Untuk produk-produk yang harganya tinggi diletakkan area apotek hal ini bertujuan untuk menghindari hilangnya barang akibat pencurian. Namun, hal yang disayangkan adalah beberapa produk tersebut saat ini sedang gencar diiklankan di media cetak dan elektronik. Bila produk tersebut disimpan di area dalam apotek, pengunjung tidak melihatnya. Sebaiknya produk diletakkan di area swalayan farmasi untuk menarik keinginan membeli dari pengunjung. Hal ini bisa disiasati dengan menggunakan etalase/ kotak transparan dan terkunci untuk mendisplai produk di area swalayan farmasi. Penyimpanan obat secara umum dinilai sudah baik. Namun, masih terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti suhu penyimpanan dan cara penyimpanan yang baik dan benar. Area penyimpanan obat di apotek dan lemari pendingin tidak dilengakapi dengan termometer/pengukur suhu. Monitor suhu sangat diperlukan untuk tempat penyimpanan obat, terutama obat yang termolabil. Jika sewaktu-waktu suhu tidak sesuai dengan suhu penyimpanan yang seharusnya, petugas dapat segera mengambil tindakan untuk mencegah kerusakan obat. Hal lainnya adalah suhu penyimpanan yang tidak sesuai pada rak penyimpanan obat. Berdasarkan tata letak apotek pada Lampiran 3, antara tempat parkir dan area penyimpanan di dalam apotek hanya dibatasi oleh kaca yang dilengkapi dengan penutup yang berfungsi untuk menghalau sinar matahari yang masuk diapotek sekitar pukul Terlebih lagi, bagian bawah gudang kecil dilengkapi dengan lampu yang dinyalakan dengan tujuan memberikan penerangan pada rak penyimpanan obat. Ternyata kondisi ini menyebabkan peningkatan suhu mencapai ± 35,5 o C di gudang kecil bagian bawah dan mencapai 33 o C di gudang kecil bagian atas. Sedangkan suhu penyimpanan obat yang terdapat pada brosur disebutkan suhu penyimpanan pada ruangan sejuk, o C. Maka sebaiknya dinding kaca di area penyimpanan obat diganti dengan dinding tembok dan lampu di bawah gudang kecil tidak dipasang,

71 63 penerangan dapat dimaksimalkan pada langit-langit apotek. Selain suhu penyimpanan, cara penyimpanan yang sesuai juga harus diperhatikan. Terdapat sediaan cair untuk nebulizer yang dipisahkan dari wadah aluminium. Berdasarkan cara penyimpanan yang tertera pada brosur, produk harus tetap disimpan di dalam wadah aluminium dan hanya bertahan selama 3 bulan semenjak kemasan aluminium dibuka. Selain itu, terdapat beberapa sediaan yang disimpan di tempat yang tidak sesuai. Sediaan tetes mata seperti Cendo Genta, Cendo Cetapred, dan Cendo Fenikol memiliki suhu penyimpanan 2-8 o C yang artinya harus disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu diantara 2-8 o C. Namun ketiga sediaan tersebut disimpan bersama dengan sediaan tetes mata lain di rak penyimpanan obat. Berdasarkan kedua contoh tersebut cara penyimpanan yang sesuai perlu diperhatikan untuk tetap menjaga stabilitas obat. Cara penyimpanan yang perlu diperhatikan juga adalah kotak penyimpanan obat harus dibedakan untuk merk yang sama namun kekuatan yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahan pengambilan obat dan pencatatan kartu stok. Dalam pengamatan, masih ditemukan beberapa obat dengan merk sama namun dengan kekuatan berbeda masih disimpan di dalam 1 kotak obat. Bebrapa obat tersebut antara lain Mecox 7,5 mg dan 15 mg; Irvask 300 mg dan 150 mg; Diovan 40 mg dan 80 mg; Glimepirid 1 mg, 2 mg, dan 3 mg; Metrix 3 mg dan 4 mg; dan Lanavision dan Lanavision Plus. Hal yang menyebabkan penyimpanan seperti itu adalah rak penyimpanan yang sudah tidak memadai untuk menambah kotak penyimpanan obat. Dalam lemari narkotika Apotek Kimia Farma No. 49 ditemukan tablet doveri 200 mg sebanyak 19 tablet. Doveri mengandung pulvis opii yang merupakan prekursor narkotika sehingga terdapat risiko disalahgunakan. Adanya risiko penyalahgunaan, maka doveri sudah tidak digunakan dalam terapi suatu penyakit. Oleh karena itu, Apotek Kimia Farma No. 49 hanya menyimpan sediaan tablet doveri tersebut dan tidak digunakan untuk melayani resep yang meminta tablet doveri Kegiatan Pelayanan Apotek Apotek Kimia Farma No. 49 melakukan pelayanan resep dokter; penjualan

72 64 obat bebas dan bebas terbatas/otc (Over the Counter) dan perbekalan farmasi lainnya yang dikenal sebagai pelayanan HV (Hand Verkoop); dan penjualan obat OWA (Obat Wajib Apotek) yang dikenal sebagai pelayanan UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri) Pelayanan Resep Dalam melayani resep, apotek menjalankan 6 langkah prosedur pelayanan resep. Langkah pertama, yaitu penerimaan resep meliputi pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep, pemberian nomor resep, pemeriksaan ketersediaan obat, dan penetapan harga. Jika pemeriksaan ketersediaan dan pemberian harga obat sudah dilakukan, lanjutkan ke prosedur berikutnya. Langkah kedua, yaitu melakukan perjanjian dan menerima pembayaran, meliputi melakukan kesepakatan dengan pasien untuk mengambil semua atau sebagian obat dan melakukan pergantian obat jika obat tidak tersedia. Selanjutnya pasien melakukan pembayaran (tunai/kredit) dan menerima bukti pembayaran yang memuat nomor resep sebagai nomor antrian pelayanan resep. Jika pasien hanya mengambil sebagian obat yang diresepkan dan tidak bersedia untuk mengganti obat, maka petugas akan membuat salinan resep. Pasien juga dapat meminta petugas untuk membuatkan kuitansi pembayaran. Langkah ketiga, yaitu melakukan peracikan, meliputi penyiapan etiket obat dan kemasan, melakukan penyiapan obat atau peracikan obat, dan mengemasnya dalam kantong yang sesuai. Langkah keempat, yaitu melakukan pemeriksaan akhir sebelum obat diserahkan, meliputi pemeriksaan kesesuaian hasil penyiapan atau peracikan obat dengan resep, kesesuaian salinan resep dengan resep asli, dan kebenaran kuitansi. Langkah kelima, yaitu penyerahan obat dan pemberian informasi, meliputi pemberian informasi obat. Obat diserahkan kepada pasien oleh petugas yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kesalahan yang mungkin akan terjadi dalam proses peracikan obat dengan melakukan pengecekan ganda. Langkah keenam, yaitu layanan purna jual, meliputi pemberian informasi dan komunikasi dengan pasien jika diperlukan dan penggantian obat bila diperlukan atas permintaan dokter. Resep yang dilayani meliputi resep tunai dan resep kredit. Resep kredit meliputi resep ASKES (khusus Rumah Sakit Duren Sawit), PT. ASABRI Persero,

73 65 Inhealt, PT. Aqua dan PT. PLN. Alur pelayanan resep kredit juga mengikuti kaidah 6 langkah prosedur pelayanan pasien. Namun, terdapat beberapa perbedaan prosedur dalam melayani resep kredit, yaitu penomoran resep kredit dilakukan secara manual dengan lembar penomoran resep berwarna biru; pemeriksaan kelengkapan penunjang reep seperti Surat Jaminan Pelayanan (SJP) dan foto copy kartu pegawai/peserta jaminan kesehatan; dan pemeriksaan obat yang diresepkan dicek apakah termasuk ke dalam formularium penjamin seperti Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) untuk ASKES. Jika obat yang diresepkan tidak dijamin oleh penjamin, maka petugas dapat menawarkan pasien agar membeli secara tunai atau mengganti obat dengan zat aktif yang sama tetapi masuk ke dalam formularium. Penagihan pitutang pelayanan resep kredit dilakukan setiap satu kali setiapbulan. Apotek akan mengirimkan rekapitulasi obat-obat yang diresepkan dalam 1 bulan. Data tersebut berupa tanggal resep, nomor resep, nama karyawan, nama pasien (karyawan sendiri/istri/suami/anak), jumlah R/, dan harga. Hasil rekapitulasi dibuat 2 rangkap, lembar asli dan 1 rangkap dikirimkan ke instansi bersangkutan dan 1 rangkap lainnya disimpan di apotek sebagai arsip.hasil rekapitulasi ditandatangani oleh APA dan diberikan cap Apotek Kimia Farma No Pelayanan HV (Hand Verkoop) Pelayanan HV meliputi penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, alat kesehatan, makanan ringan, minuman dan produk-produk lain selain obat ethical. Untuk pembelian obat bebas dan obat bebas terbatas, biasanya pasien sudah mengetahui cara penggunaan obat sehingga pasien dapat membeli obat tanpa harus periksa ke dokter atau swamedikasi. Pelayanan yang diberikan berupa rekomendasi obat yang tepat untuk pasien. Konsep yang dijalankan adalah konsep WWHAM (Who, What, How, Action, Medicine). Dalam konsep tersebut dalam menentukan terapi yang tepat harus dipastikan obat yang akan dibeli untuk siapa, gejala apa yang dirasakan dan sudah berapa lama berlangsung, pengobatan apa yang sudah diberikan untuk mengobati penyakit, dan obat-obat lain yang sedang dikonsumsi. Sejauh ini konsep tersebut sudah diterapkan, terutama untuk pengunjung yang masih belum bisa menentukan obat apa yang sebaiknya dibeli.

74 66 Dalam pelayanan obat untk HV, petugas juga memberikan informasi tentang obat yang dibeli pasien Pelayanan UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri) Dalam pelayanan UPDS, apotek menjual obat-obat yang telah diizinkan oleh pemerintah untuk digunakan pasien tanpa resep dokter, yaitu obat yang telah masuk dalam DOWA (Daftar Obat Wajib Apotek). Umumnya pasien telah mengetahui khasiat dan cara menggunakan obat-obat tersebut utuk pengobatan dirinya sendiri (swamedikasi). Dalam proses pelayanan, petugas akan menanyakan pasien mengenai tujuan penggunaan obat yang akan dibeli dan memastikan bahwa obat masuk dalam DOWA. Apabila obat yang diminta pasien tidak masuk ke dalam DOWA atau harus berdasarkan resep, maka petugas akan merekomendasikan pasien untuk memeriksakan diri ke dokter terlebih dahulu. Perlakuan berbeda diterapkan apabila obat yang dibeli adalah obat untuk mengobati penyakit degeneratif seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung, kolesterol, dan lain-lain dimana obat dibeli secara rutin. Dalam kondisi tersebut petugas akan melayani pasien. Dalam pelayanan UPDS, petugas apotek akan mengisi lembar permintaan obat DOWA dengan informasi nama pasien, alamat, dan keluhan. Namun, sejauh ini kegiatan tersebut belum sepenuhnya dilakukan. Dalam menjalankan kegiatan apotek sebagai suatu bisnis. Apotek Kimia Farma No. 49 telah melakukan beberapa usaha untuk meningkatkan omset apotek dan kepuasan pelanggan. Apotek Kimia Farma No. 49 membagikan brosur mengenai profil apotek dan berbagai pelayanan yang disediakan. Pelayanan tambahan yang diberikan antara lain layanan antar dengan melayani pesanan via telepon atau fax secara gratis untuk pembelian minimal Rp ,00. Selain itu apotek memberikan harga promo berupa diskon untuk produk OTC, kosmetik, perawatan tubuh, dan produk swalayan farmasi lainnya pada periode 16 April- 16 Mei Kegiatan seperti ini diadakan untuk menarik minat pengunjung untuk membeli. Dalam hal kenyamanan pengunjung, sebaiknya lebih ditingkatkan terutama pendingin ruangan yang belum memadai. Pendingin ruangan selain untuk kenyamanan pasien, penting juga untuk kenyamanan petugas apotek dan

75 67 menjaga suhu ruangan apotek terkait dengan suhu penyimpanan obat. Dari segi pelayanan pengunjung, petugas di bagian palayanan swalayan farmasi telah memberikan pelayanan dengan baik, yaitu ramah, sigap, dan membantu mengatasi kesulitan pelanggan Kegiatan pencatatan dan pelaporan Pengelolaan apotek tidak lepas dari kegiatan pencatatan dan pelaporan. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain rekam medik pasien, pengarsipan resep, pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika, pelaporan barang rusak dan expired, serah terima shift, dan pelaporan setoran kas harian. Apotek Kimia Farma memiliki rekam medik pasien dalam bentuk elektronik. Rekam medik tersebut terdapat dalam program KIS (Kimia Farma Information System) dalam menu PMR (Patient Medical Record). Rekam medik pasien ini diisi pada saat transaksi/pembayaran obat. Informasi pasien yang ada di PMR antara lain tanggal transaksi, nomor, ID pasien, nama pasien, alamat, nomor telepon, dan tanggal lahir. Program KIS juga memiliki database semua produk yang dijual sehingga melalui program ini petugas dengan mudah dan cepat melihat stok dan harga produk. Pengarsipan resep dilakukan dengan menyusun rapi resep-resep yang diterima apotek per harinya kemudian disimpan dalam wadah kardus per bulan dengan mengurutkan tanggal dari awal sampai akhir bulan. Penyimpanan resep dikelompokkan berdasarkan resep tunai dan resep kredit. Setiap resep yang disimpan disatukan dengan bukti pembayaran/struk. Untuk resep narkotika dan psikotropika disimpan terpisah untuk memudahkan penyususnan laporan ke Dinas Kesehatan wilayah setempat. Penyimpanan disatukan bersama dengan arsip laporan bulanan narkotika dan psikotropika. Semua resep disimpan selama 3 tahun sebelum dimusnahkan. Pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan sebulan sekali dengan menyerahkan Laporan Penggunaan Sediaan jadi Narkotika dan Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Psikotropika ke Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta dengan tembusan Kepala Suku Dinas Yankes Jakarta Timur, Kepala Balai Besar POM DKI Jakarta dan arsip untuk apotek. Penyusunan laporan dilakukan oleh asisten apoteker yang diberikan tanggung

76 68 jawab oleh APA. Sedangkan laporan untuk barang rusak dan kadaluarsa dilakukan 3 bulan sekali. Pada laporan tersebut dirinci nama obat, jumlah, tanggal kadaluarsa. Apotek Kimia Farma No. 49 menerapkan sistem kerja 2 shift. Untuk memastikan kegiatan apotek berjalan secara berkesinambungan, maka pada saat pergantian shift dilakukan serah terima setoran shift dengan menyerahkan sejumlah uang sebagai modal untuk shift berikutnya dan slip setoran shift yang merinci jumlah pemasukan pada shift sebelumnya. Rincian tersebut berupa waktu shift (pagi/siang), nama petugas shift, tanggal, jumlah setoran beserta rincian (Resep/HV/UPDS/ lainnya), dan selisih uang antara fisik dan komputer. Sisa uang setelah dikurangi modal yang ditinggalkan untuk shift berikutnya diserahkan ke petugas keuangan apotek. Setiap harinya petugas mencetak bukti setor kas yang berisi laporan total penjualan dalam sehari. Total penjualan juga dirinci berdasarkan jenis pemasukan seperti tunai, debet, kredit, dan langganan. Bukti setor kas diserahkan ke petugas keuangan. Berdasarkan pembahasan tersebut, Apotek Kimia Farma No.49 telah menjalankan peran sebagai sarana pelayanan kefarmasian, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian oleh apoteker sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, seperti pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter serta memberikan pelayanan informasi obat. Dengan demikian, Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 49, Pondok Bambu yang dilaksanakan selama lebih kurang 6 minggu telah memberikan gambaran kepada calon apoteker mengenai kegiatan pengelolaan dan pelayanan farmasi yang komprehensif di suatu apotek sehingga apoteker dapat menjadi sarana pelayanan kesehatan yang memuaskan serta menjadi suatu jenis usaha yang menguntungkan.

77 BAB 6 PENUTUP 6.1. Kesimpulan a. Apoteker memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat penting dalam mengelola Apotek Kimia Farma No. 49 Pondok Bambu Jakarta Timur, mencakup pengelolaan teknis kefarmasian maupun pengelolaan non teknis kefarmasian. b. Pengelolaan apotek mencakup pengelolaan perbekalan farmasi, meliputi perencanaan, pengadaan, dan penerimaan; dan pelayanan farmasi, meliputi pelayanan resep, pelayanan non resep, dan pemberian informasi obat Saran a. Tampilan depan apotek yang terbuat dari kaca perlu ditinjau kembali, terkait dengan suhu area penyimpanan obat dalam apotek dalam menjaga kestabilan obat agar kualitas tetap terjamin. b. Cara penyimpanan obat yang benar perlu diperhatikan, sesuaikan tempat dan cara penyimpanan obat dengan suhu penyimpanan dan cara penyimpanan yang tertera pada kemasan/brosur obat. c. Perlu dilakukan penambahan unit pendingin ruangan untuk menjaga kenyamanan pelanggan apotek dan petugas pelayanan apotek, serta menjaga suhu ruangan sesuai dengan suhu penyimpanan obat. d. Perlu diletakkan alat pengukur suhu baik di area penyimpanan obat maupun di lemari pendingin untuk memonitor suhu penyimpanan. e. Perlu dilakukan penataan kembali obat-obat atau produk-produk yang sedang ramai diiklankan di media cetak maupun elektronik, sehingga obat-obat atau produk-produk tersebut mudah dilihat oleh pelanggan apotekdan memberikan impuls buying kepada pelanggan. 69

78 DAFTAR ACUAN Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/MenKes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1980). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan Atas PP No.26 Tahun 1965 Tentang Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1980). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan Atas PP No.26 Tahun 1965 Tentang Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1997). Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 70

79 71 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang No.39 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2010). Buku Pedoman Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek. Jawa Timur: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Review Penerapan Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) dan Sistem Pelaporan Dinamika Obat PBF Regional I, II dan III Tahun Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 4 Maret Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Quick, J. (1997). Managing Drug Supply, The selection, Procurement, Distribution, and Use of Pharmaceuticals, 2nd ed. Revised and Expanded. Kumarian Press. Seto, S., Yunita, N., & T, L. (2004). Manajemen Farmasi. Jakarta: Airlangga University Press. Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Farmasi. Jakarta : Wira Putra Kencana. Tim PKPA PT. Kimia Farma Apotek (2012). Materi Praktek Kerja Profesi Apoteker. Jakarta: PT Kimia Farma Apotek

80 LAMPIRAN

81 72 Lampiran 1. Contoh Formulir APT-1

82 73 Lampiran 1. Contoh Formulir APT-1 (Lanjutan)

83 74 Lampiran 2. Contoh Formulir APT-2

84 75 Lampiran 3. Contoh Formulir APT-3

85 76 Lampiran 3. Contoh Formulir APT-3 (Lanjutan)

86 77 Lampiran 3. Contoh Formulir APT-3 (Lanjutan)

87 78 Lampiran 3. Contoh Formulir APT-3 (Lanjutan)

88 79 Lampiran 3. Contoh Formulir APT-3 (Lanjutan)

89 80 Lampiran 3. Contoh Formulir APT-3 (Lanjutan)

90 81 Lampiran 4. Contoh Formulir APT-4

91 82 Lampiran 5. Contoh Formulir APT-5

92 83 Lampiran 5. Contoh Formulir APT-5 (Lanjutan)

93 84 Lampiran 5. Contoh Formulir APT-5 (Lanjutan)

94 85 Lampiran 6. Contoh Formulir APT-6

95 86 Lampiran 7. Contoh Formulir APT-7

96 87 Lampiran 8. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek Direktur Utama Direktur Operasional Direktur Sumber Daya Manusia Direktur Keuangan Manajer Bisnis Manajer Operasional Manajer Sumber Daya Manusia Manajer Keuangan

97 88 Lampiran 9. Struktur Organisasi Bisnis Manager

98 89 Lampiran 10. Tata ruang apotek kimia farma No. 49 Keterangan: : Area / Ruangan 1. Parkir. 2. Swalayan farmasi 3. Kasir 4. Penyerahan resep 5. Informasi dan penyerahan obat 6. Meja peracikan kering 7. Meja peracikan basah 8. Meja administrasi 9. Area transit barang 10. Ruang manager apotek pelayanan 11. Toilet 12. Mushola 13. Ruang tunggu 14. Ruang dokter gigi 15. Ruang dokter 16. Optic kimia farma 17. Ruang Penyimpanan Arsip(resep) 18. ATM : Lemari 13. Lemari Salep dan Cream 14. Lemari tetes mata & inhaler 15. Lemari obat analgesic & saluran pernapasan 16. Lemari obat analgesic & vertigo 17. Lema obat saluran cerna 18. Lemari obat ant hipertensi, antikolesterol dan kardiovaskular 19. Lemari obat antidiabetes & hormone 20. Lemari Vitamin & vitamin tulang 21. Lemari Obat antibiotic 22. Lemari obat antibakteri & antijamur 23. Transit area HV Lampiran 4. Struktur organisasi apotek kimia farma No. 49 : Lemari 1. Lemari Obat Askes 2. Refrigrator 3. Lemari Narkotik 4. Lemari Psikotropik 5. Alkes 6. Personal care 7. Rak Medicine, vitamin & suplemen 8. Rak Medicine 9. Baby Care 10. Baby Milk 11. Adult milk & nutrition 12. Lemari penyimpanan Resep

99 90 Lampiran 11. Struktur organisasi apotek kimia farma No. 49 Manajer Apotek Pelayanan (MAP)/ Apoteker Pengelola Apotek (APA) Layanan Farmasi Swalayan Farmasi Apoteker Pendamping (PIO) Asisten Apoteker Petugas Swalayan Juru Resep Kasir Swalayan Kasir Administrasi Office Boy

100 91 Lampiran 12. Bon Permintaan Parang Apotek (BPBA)

101 92 Lampiran 13. Bon Penerimaan Barang (dropping) dari BM Jaya II

102 93 Lampiran 14. Lembar kartu stok

103 94 Lampiran 14. Lembar kartu stok (lanjutan)

104 95 Lampiran 15. Lembar copy resep

105 96 Lampiran 16. Lembar kuitansi pembayaran resep/tunai

106 97 Lampiran 17. Alur pelayanan resep Resep diterima oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau Asisten Apoteker (AA) Resep Tunai Pemeriksaan Administrasi Resep atau Keabsahan Resep Resep Kredit Pemeriksaan Administrasi Resep atau Keabsahan Resep Dientri di KIS untuk Pengecekan Persediaan dan Penetapan Harga Pemberian Struk Resep (Tertera No. Resep sebagai Nomor Pengambilan Obat) Pemeriksaan Kelengkapan Administrasi dari Instansi Tersebut Pemberian No. Urut Pengambilan Obat Secara Manual Penyiapan Resep Obat Jadi Obat Racikan Timbang, Racik, Kemas Penyiapan Obat dan Pemberian Etiket Penyerahan Obat Pemberian Informasi Obat (PIO) Arsip Resep

107 98 Lampiran 18. Lembar penomoran resep kredit

108 99 Lampiran 19. Lembar formulir permintaan DOWA

109 100 Lampiran 20. Lembar surat pesanan narkotika

110 101 Lampiran 21. Surat Pengantar Narkotika dan Psikotropika

111 102 Lampiran 22. Laporan penggunaan sediaan jadi narkotika

112 103 Lampiran 23. Lembar surat pesanan psikotropik

113 104 Lampiran 24. Laporan penggunaan psikotropika

114 105

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO. 50 JAKARTA BARAT PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANNISA RAHMA HENDARSULA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANITA AYU DWI AJIE SAPUTRI, S.Farm. 1106046673

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. Ir. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. Ir. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. Ir. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER TYAS PAWESTRISIWI,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AYUN ERWINA ARIFIANTI, S.Farm. 1206312883

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER IMELDA PRIANA, S.Farm. 1206329713

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AISYAH, S.Far. 1206329316 ANGKATAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JALAN BALAI PUSTAKA TIMUR NO.11 RAWAMANGUN PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 23 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JL. KESELAMATAN NO. 27, JAKARTA SELATAN PERIODE 2 SEPTEMBER 11 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JL. KESELAMATAN NO. 27, JAKARTA SELATAN PERIODE 2 SEPTEMBER 11 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JL. KESELAMATAN NO. 27, JAKARTA SELATAN PERIODE 2 SEPTEMBER 11 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FRANSISKA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DWI FAJAR ABD. GHOFUR, S.Si 1006835204 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO.34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 8 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RITA ZAHARA,

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO 96. JL. JEND. S. PARMAN KAV G/12 SLIPI, JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO 96. JL. JEND. S. PARMAN KAV G/12 SLIPI, JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER i UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO 96. JL. JEND. S. PARMAN KAV G/12 SLIPI, JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SHEILA NOOR AISYAH, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LINDA JULI ASTUTI, S.Farm. 1206329770

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 AGUSTUS 30 AGUSTUS 2013 DAN 30 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 20 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER GABRIELLA FREDERIKA PUNU, S.Farm. 1206329644 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ZETMI, S.Farm. 1206330261 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER VETHREEANY SIMAMORA, S.Farm 1206330223 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 278 RUKO VERSAILLES FB NO.15 SEKTOR 1.6 BSD SERPONG PERIODE 3 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO 37 PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Suci

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 2 OKTOBER 7 NOVEMBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER BHATA BELLINDA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa: I.PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tempat dilakukannya praktik kefarmasian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. ST. HASANUDDIN NO.1 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 5 JL. CIKINI RAYA NO. 121 JAKARTA PUSAT PERIODE 3 SEPTEMBER 6 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 110 JALAN KEBON PEDES NO. 45, BOGOR PERIODE 1 APRIL 14 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 110 JALAN KEBON PEDES NO. 45, BOGOR PERIODE 1 APRIL 14 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 110 JALAN KEBON PEDES NO. 45, BOGOR PERIODE 1 APRIL 14 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ASVINASTUTI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Tri Setiawan, S.Farm. 1006754075 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILDYANTI PUSPITASARI KARDIANTO, S. Farm.

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

PEKERJAAN KEFARMASIAN

PEKERJAAN KEFARMASIAN PEKERJAAN KEFARMASIAN Makalh ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Undang-undang dan Etika Farmasi Di Susun Oleh : Kelompok VII A Finti Muliati : 14340104 Yolanta Mogi Rema : 14340105 Nora Novita

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 2 OKTOBER 6 NOVEMBER 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER ALIFANA JASMINDRIYATI,

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JALAN KEJAYAAN RAYA BLOK IX NO. 2, DEPOK PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JALAN KEJAYAAN RAYA BLOK IX NO. 2, DEPOK PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JALAN KEJAYAAN RAYA BLOK IX NO. 2, DEPOK PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt PEDAGANG BESAR FARMASI OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt Obat / Bahan Obat Ketersediaan Keterjangkauan Konsumen Aman Mutu Berkhasiat PBF LAIN PBF: Obat BBF INDUSTRI FARMASI 2 DASAR HUKUM Undangundang UU

Lebih terperinci