LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI PUSPA RAHADIANTI, S. Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker SERUNI PUSPA RAHADIANTI, S. Farm FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 ii

3 iii

4 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang, karena atas segala kuasanya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat ini. Penulisan laporan praktek profesi apoteker ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa laporan praktek profesi apoteker ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: a. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi UI. b. Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI yang telah memberikan dukungan selama penulis menempuh pendidikan serta pembimbing dari Fakultas Farmasi UI yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh Praktek Kerja Profesi Apoteker ini. c. Ibu Lily Komiarsih, S. Farm., Apt., selaku pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis selama melaksanakan PKPA di Apotek Arafah, d. Seluruh staf Apotek Arafah atas bimbingannya selama penulis melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Arafah, e. Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi yang telah mendidik dan mengajar penulis selama penulis menempuh pendidikan di Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. f. Rekan yang turut menempuh Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Arafah, Novia; serta teman-teman Apoteker UI angkatan 76. g. Orangtua dan keluarga tercinta atas kasih sayang serta dukungan moril dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) serta menyelesaikan pendidikan di Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. h. Pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. iv

5 Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Saya juga meminta maaf atas segala kekhilafan yang pernah saya lakukan selama proses pendidikan serta penyusunan laporan praktek profesi apoteker ini. Besar harapan saya agar laporan praktek profesi apoteker ini dapat berguna bagi perkembangan dunia farmasi. Penulis 2013 v

6 100 ii

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ii iii iv vi vii viii ix 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN UMUM Definisi Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Tata Cara Pemberian Izin Apotek Kelengkapan Apotek Apoteker Pengelola Apotek Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Pencabutan Surat Izin Apotek Sediaan Farmasi Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika TINJAUAN KHUSUS Lokasi Bangunan dan Tata Ruang Sumber Daya Manusia Kegiatan Apotek PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN vii

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Pendanaan obat bebas Gambar 2.2 Pendanaan obat bebas terbatas Gambar 2.3 Penandaan obat keras Gambar 2.4 Penandaan obat narkotika viii

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Contoh Formulir APT Lampiran 2. Contoh Formulir APT Lampiran 3. Contoh Formulir APT Lampiran 4. Contoh Formulir APT Lampiran 5. Contoh Formulir APT Lampiran 6. Contoh Formulir APT Lampiran 7. Contoh Formulir APT Lampiran 8. Denah Lokasi Apotek Arafah Lampiran 9. Foto Apotek Arafah Lampiran 10. Layout Ruang Apotek Arafah Lampiran 11. Surat Pemesanan Barang Lampiran 12. Kartu Stok Apotek Arafah Lampiran 13. Etiket Obat Apotek Arafah Lampiran 14. Kuitansi Apotek Arafah ix

10 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Negara telah menjamin kesehatan sebagai hak asasi setiap warga Negara Indonesia sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 hasil Amandemen kesatu sampai keempat pasal 28A-J, yakni Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (Ayat 1), dan Setiap orang berhak atas jaminal sosial yang memungkinkan pengembangan diri secara utuh sebagai manusia yang bermartabat (Ayat 3). Secara lebih lengkap, hak WNI atas kesehatan dijelaskan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 pasal 4-8 (Presiden Republik Indonesia, 2009). Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang dijamin oleh pemerintah adalah keterjangkauan masyarakat untuk mengakses perbekalan kesehatan dan sediaan farmasi melalui suatu sarana kesehatan yakni Apotek. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/MENKES/SK/ X/2002, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan, dan sebagai saranan farmasi untuk melakukan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat, dan saranan penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. Apotek merupakan suatu sarana yang memiliki fungsi bisnis yakni sebagai tepat terjadinya transaksi jual beli sediaan farmasi dan alat kesehatan kepada masyarakat sesuai dengan peraturan yang berlaku (drug-oriented). Namun, fungsi apotek kini telah meluas mencakup fungsi sosial, yaitu memberikan pelayanan kepada pasien (patient-oriented) yang berazaskan kepada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care). Oleh karena itu, Apoteker, khususnya sebagai Apoteker 1 Universitas Indonesia

11 2 Penanggung Jawab Apotek, dituntut memiliki kemampuan manajemen usaha serta kemampuan pelayanan kefarmasian yang baik. Apoteker perlu dipersiapkan agar dapat menjalankan fungsinya dalam masyarakat. Oleh karena itu, sebagai pelatihan untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama perkuliahan serta dapat mempelajari segala kegiatan dan permasalahan yang ada di suatu apotek perlu dilakukan praktik kerja di apotek. Hal tersebut diwujudkan melalui kerja sama antara Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia dengan Apotek Arafah berupa Pelatihan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Arafah. Kegiatan ini diharapkan dapat mempersiapkan para calon apoteker agar dapat mengenal dan memahami peran dan tanggung jawab seorang apoteker di apotek serta menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan dalam pekerjaan kefarmasian Tujuan Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan di Apotek Arafah adalah: a. Mengetahui dan memahami peranan apoteker dalam mengelola apotek dari segi teknis farmasi maupun nonteknis farmasi. b. Mengetahui dan memahami kegiatan yang berlangsung di apotek, baik kegiatan kefarmasian, maupun kegiatan non kefarmasian. Universitas Indonesia

12 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Definisi Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek adalah tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika, sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan tujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. 2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek memiliki landasan hukum yang diatur dalam : a. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. b. Keputusan Pemertintah Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. c. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2003 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. 3 Universitas Indonesia

13 4 d. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. e. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. f. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Kententuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. g. Undang-Undang Kesehatan RI No.39 tahun 2009 tentang Kesehatan. h. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. i. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas PP No.26 Tahun 1965 tentang Apotek. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980, tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut: a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata. 2.4 Tata Cara Pemberian Izin Apotek Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993, Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut : a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1 (Lampiran 1). b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 (Lampiran 2) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Universitas Indonesia

14 5 Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh Formulir APT-3 (Lampiran 3). d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-4 (Lampiran 4). e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5 (Lampiran 5). f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-6 (Lampiran 6). g. Terhadap surat penundaan, Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat penundaan. h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan, atau lokasi yang tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambatlambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT-7 (Lampiran 7). Universitas Indonesia

15 6 Bila Apoteker menggunakan sarana milik pihak lain dalam pendirian apotek, maka harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Penggunaan sarana apotek yang dimaksud, wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Apoteker dan pemilik sarana. b. Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perudang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan. 2.5 Kelengkapan Apotek Untuk mendapatkan izin apotek, seorang apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan, harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Beberapa kelengkapan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah tempat atau lokasi, bangunan, perlengkapan apotek, tenaga kerja apotek, dan perbekalan farmasi (Umar, 2011) Lokasi Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Persyaratan jarak minimum antar apotek tidak dipermasalahkan lagi, akan tetapi ketentuan ini dapat berbeda, sesuai dengan kebijakan/peraturan daerah masing-masing. Lokasi apotek dapat dipilih dengan mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, jumlah praktek dokter, sarana dan pelayanan kesehatan lain, sanitasi dan faktorfaktor lainnya Bangunan Suatu apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek. Bangunan apotek yang baik hendaknya memiliki ruang tunggu pasien, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi, ruang kerja apoteker, tempat pencucian alat dan kamar kecil. Bangunan apotek sebaiknya juga memiliki sumber air yang memenuhi Universitas Indonesia

16 7 syarat kesehatan, sumber penerangan yang dapat memberikan penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran, serta ventilasi dan sanitasi yang baik. Papan nama apotek dipasang di depan bangunan dengan ketentuan memenuhi ukuran minimal panjang 60 cm, lebar 40 cm dengan tulisan hitam diatas dasar putih, tinggi huruf minimal 5 cm, umumnya terbuat dari papan seng yang pada bagian mukanya memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat apotek, nomor telepon Peralatan Apotek Suatu apotek baru yang ingin beroperasi harus memiliki peralatan apotek yang memadai agar dapat mendukung pelayanan kefarmasiannya. Peralatan apotek yang harus dimiliki antara lain : a. Peralatan pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, lumpang, alu,gelas ukur, dan lain-lain. b. Peralatan dan tempat penyimpanan alat perbekalan farmasi seperti lemari obat, lemari pendingin (kulkas), dan lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika. Lemari narkotik harus memenuhi persyaratan yang ada dalam Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun c. Wadah pengemas dan pembungkus. d. Perlengkapan administrasi seperti blanko pesanan, salinan resep, buku catatan penjualan, buku catatan pembelian, kartu stok obat, dan kuitansi. e. Buku-buku dan literatur standar yang diwajibkan, serta kumpulan perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan apotek. 2.6 Tenaga Kerja Apotek Berdasarkan Permenkes RI No. 1322/MENKES/SK/X/2002, apotek harus dikelola oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Apotek juga dapat mempekerjakan tenaga pengganti bila diperlukan. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA tersebut harus menunjuk Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka Universitas Indonesia

17 8 apotek. Apabila Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping berhalangan melakukan tugasnya karena hal-hal tertentu, Apoteker Pengelola Apotek harus menunjuk Apoteker Pengganti, yaitu apoteker yang menggantikan Apoteker Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain. Tenaga kerja di setiap apotek dapat berbeda-beda jumlahnya, tergantung pada kebutuhan masing-masing apotek. Sumber daya manusia yang dapat bekerja di apotek selain Apoteker Pengelola Apotek di antaranya adalah Asisten Apoteker, yaitu mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker dan bertugas membantu Apoteker Pengelola Apotek dalam melakukan pekerjaan teknis kefarmasian. Tenaga kerja di apotek yang tidak diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan dan perundang-undangan dapat bermacam-macam jenis dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan apotek tersebut, contohnya adalah juru resep, kasir, dan petugas keamanan. 2.7 Apoteker Pengelola Apotek Permenkes RI No. 1322/MENKES/SK/X/2002 menjelaskan Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah Apoteker yang telah diberi surat Izin Apotek (SIA). Sebelum melaksanakan kegiatannya, seorang APA wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Seorang APA bertanggung jawab akan kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya, dan juga bertanggung jawab kepada pemilik modal apabila bekerja sama dengan pemilik sarana apotek (PSA). Apoteker yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 35,37,52,54) : a. Memiliki keahlian dan kewenangan. Universitas Indonesia

18 9 b. Menerapkan Standar Profesi. c. Didasarkan pada Standar Kefarmasian dan Standar Operasional d. Memiliki sertifikat kompetensi profesi. e. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). f. Wajib memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) bagi Apoteker Pengelola. g. Apotek (APA) dan Apoteker Pendamping di Apotek. h. Apoteker Pengelola Apotek (APA) hanya dapat melaksanakan praktek di satu apotek sedangkan Apoteker Pendamping hanya dapat melaksanakan praktek paling banyak di tiga Apotek. Surat Tanda Registrasi (STRA) merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. STRA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun selama masih memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 40): a. Memiliki ijazah Apoteker. b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi. c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker. d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek. e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker dan Apoteker Pendamping untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada Apotek atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). SIPA dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. SIPA dapat dibatalkan demi hukum apabila pekerjaan kefarmasian dilakukan pada tempat yang tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin. Untuk mendapatkan SIPA, Apoteker harus memiliki (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 55) : a. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) Universitas Indonesia

19 10 b. Tempat atau ada tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian atau fasilitas kesehatan yang memiliki izin. c. Rekomendasi dari organisasi profesi Tugas dan kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut : a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku. b. Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi. c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin. d. Melakukan pengembangan usaha apotek Wewenang dan tanggung jawab APA meliputi (Umar, 2011): a. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan b. Menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan c. Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan d. Bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai. 2.8 Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Pengalihan tanggung jawab apoteker diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 (Pasal 19 dan 24) yaitu : a. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping. b. Apabila APA dan Apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk apoteker pengganti. c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Universitas Indonesia

20 11 d. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker pendamping, pelaporan oleh ahli waris wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. e. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Penunjukkan Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 menjelaskan jika pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang disebabkan karena penggantian Apoteker Pengelola Apotik kepada Apotek Pengganti, wajib dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima tersebut dibuat Berita Acara Serah Terima yang dibuat rangkap empat dan ditandatangani kedua belah pihak yang melakukan serah terima. 2.9 Pencabutan Surat Izin Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila: a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. b. Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus menerus. c. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang tentang Narkotika, Undang- Undang Obat Keras, dan Undang-Undang tentang Kesehatan. d. Surat Izin Praktek Apoteker Pengelola Apotek dicabut. Universitas Indonesia

21 12 e. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek, serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain. Pelaksanaan pencabutan surat izin apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan: a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2(dua) bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan Formulir Model APT-13. Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas, dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan ini dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-14. Pencairan Izin Apotek yang dimaksud dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas KesehatanKabupaten/Kota setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sebagai berikut : a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu, dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. b. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Wilayah Kantor Kementeriaan Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam huruf (a) Sediaan Farmasi Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Untuk menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat, maka pemerintah Universitas Indonesia

22 13 menggolongkan obat menjadi obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, serta narkotik dan psikotropik Obat bebas (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 2380/A/SK/VI/83) Obat bebas adalah obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tanda khusus yang terdapat pada obat bebas adalah lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam. Gambar 2.1 Penandaan obat bebas Obat bebas terbatas (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 2380/A/SK/VI/83) Obat bebas terbatas adalah obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tanda khusus yang terdapat obat bebas terbatas adalah lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam. Gambar 2.2 Penandaan obat bebas terbatas Obat keras daftar G (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2396/A/SK/VII/86) Obat keras adalah obat yang dapat diperoleh dengan resep dokter. Tanda pada obat keras berupa lingkaran bulat berwarna bulat merah dengan garis tepi hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi dan harus mencantumkan kalimat Harus dengan resep dokter. Universitas Indonesia

23 14 Gambar 2.3 Penandaan obat keras Narkotika (Undang-undang nomor 35 Tahun 2009) Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Tanda pada obat golongan narkotika adalah palang medali berwarna merah. Gambar 2.4 Penandaan obat narkotika Narkotika dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu : a. Narkotika Golongan I Narkotika Golongan I adalah narkotika yang memiliki potensi sangat tinggi dalam mengakibatkan ketergantungan. Narkotika golongan ini dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan. Narkotika Golongan I dalam jumlah terbatas hanya digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk reagensia diagnostik dan reagensia laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi dari Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. Contoh : Tanaman Papaver somniferum (kecuali bijinya), opium, kokain, heroin, psilosibin, amfetamin. b. Narkotika Golongan II Narkotika Golongan II adalah narkotika yang dapat digunakan sebagai pilihan terakhir dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi tinggi dalam mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Difenoksilat, metadon, morfin, petidin. Universitas Indonesia

24 15 c. Narkotika Golongan III Narkotika Golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi yang ringan dalam mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Kodein, dihidrokodein, norkodein. Menurut Undang-undang nomor 5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika digolongkan menjadi empat golongan. a. Psikotropika Golongan I Psikotropika Golongan I adalah psikotropika yang memiliki potensi dalam mengakibatkan sindroma ketergantungan. Psikotropika golongan ini hanya digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, contohnya psilosibin, dan lisergida. b. Psikotropika Golongan II Psikotropika Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat untukpengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan, contohnya amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, dan sekobarbital. c. Psikotropika Golongan III Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan, contohnya amobarbital, pentazosin, pentobarbital, dan siklobarbital. d. Psikotropika Golongan IV Psikotropika Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma Universitas Indonesia

25 16 ketergantungan, contohnya alobarbital, alprazolam, barbital, diazepam, dan fenobarbital Pelayanan Kefarmasian di Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi, sekarang menjadi pelayanan yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Pelayanan kefarmasian di dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, terdiri dari pelayanan resep, pemberian informasi obat, konseling, pemantauan penggunaan obat, promosi dan edukasi, serta Pelayanan Residensial (Home Care) Pelayanan Resep a. Skrining resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi persyaratan administrative (nama,sip dan alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan/paraf dokter penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien), kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian), pertimbangan klinis (adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). b. Penyiapan obat Penyiapan obat terdiri dari peracikan, penulisan etiket, pengemasan, serta penyerahan obat. Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, Universitas Indonesia

26 17 jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Penulisan etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Sebelum obat diserahkan pada pasien, harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien Pemberian Informasi Obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi Konseling Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan Pemantauan Penggunaan Obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti penyakit cardiovascular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya. Pemantauan dilakukan terhadap khasiat obat serta efek samping yang kemungkinan dapat terjadi. Universitas Indonesia

27 Promosi dan Edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet / brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya Pelayanan Residensial (Home Care) Pelayanan residensial (Home care) adalah pelayanan apoteker sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan terapi kronis lainnya. Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record) Pengelolaan Narkotika Pengelolaan narkotika bertujuan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan. Menurut Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, pengaturan narkotika bertujuan untuk menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika, serta memberantas peredaran gelap narkotika. Apotek merupakan salah satu sarana kesehatan yang dapat melakukan penyerahan narkotika. Apotek dapat menyerahkan narkotika kepada rumah sakit, puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter dan pasien. Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dokter. Pengelolaan narkotika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan/penyerahan, pemusnahan, pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi Pengadaan/Pemesanan Narkotika Apoteker hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah ditunjuk khusus oleh Menteri, yaitu PT. Kimia Farma Universitas Indonesia

28 19 dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan peredaran narkotika. Pemesanan narkotika dilakukan dengan menggunakan surat pesanan narkotika asli yang ditandatangani oleh Apoteker Penanggungjawab Apotek yang dilengkapi dengan nama, nomor Surat Izin Apotek (SIA), nomor Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), tanggal dan nomor surat, alamat lengkap dan stempel apotek. Satu surat pesanan hanya untuk satu jenis narkotika. Surat pesanan dibuat 4 rangkap, dengan ketentuan 3 rangkap (termasuk yang asli) diserahkan pada PBF dan 1 rangkap disimpan sebagai arsip di apotek Penyimpanan Narkotika (Departemen Kesehatan, 1978) Berdasarkan Permenkes Nomor 28/MENKES/PER/V/1978 tentang penyimpanan narkotika, apotek harus memiliki tempat khusus untuk penyimpanan narkotika yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat. c. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfina, petidina, dan garam-garamnya, sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. e. Lemari harus dikunci dengan baik. f. Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika. g. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang dikuasakan. h. Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum Pelayanan/ penyerahan Narkotika Menurut Undang-undang nomor 35 tahun 2009 pasal 43, Apotek hanya dapat melakukan penyerahan narkotika kepada rumah sakit, pusat kesehatan Universitas Indonesia

29 20 masyarakat, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter, dan pasien. Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dari dokter. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar resep yang sama dari seorang dokter atau atas dasar salinan resep dokter (Undang-Undang Nomor 9 tahun 1976 Pasal 7). Pada resep narkotika yang baru dilayani sebagian, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep asli Pemusnahan Narkotika Tujuan dilakukannya pemusnahan narkotika adalah untuk menghapus pertanggungjawaban apoteker terhadap pengelolaan narkotika, menjamin narkotika yang sudah tidak memenuhi persyaratan dikelola sesuai dengan standar yang berlaku, dan mencegah penyalahgunaan bahan narkotika serta mengurangi resiko terjadinya penggunaan obat yang substandar (Departemen Kesehatan RI, 2008). Berdasarkan Undang-undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika Pasal 60, pemusnahan narkotika dilakukan dalam hal diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau berkaitan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, atau berkaitan dengan tindak pidana. Pemusnahan yang dilakukan oleh apotek dengan membuat berita acara pemusnahan narkotika dan dilaporkan kepada pihka-pihak yang terkait. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.28/MENKES/PER/I/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika dan Undang- Undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, berita acara pemusnahan memuat : a. Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan. b. Nama pemegang izin khusus, apoteker pimpinan apotek dan dokter pemilik narkotika. c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari perusahaan atau badan tersebut. Universitas Indonesia

30 21 d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. e. Cara pemusnahan. f. Tanda tangan penanggung jawab apotek/ pemegang izin khusus, serta saksi-saksi. Berita acara pemusnahan tersebut dikirimkan kepada dibuat rangkap empat untuk ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan, dan satu disimpan sebagai arsip di apotek Pencatatan dan Pelaporan Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, apotek wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Pelaporan penggunaan narkotika telah dikembangkan dalam bentuk perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2006 oleh Kementerian Kesehatan. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas, Rumah Sakit dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik, selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke Ditjen Binfar dan Alkes di Kementerian Kesehatan melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet Pengelolaan Psikotropika Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1997 psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau ilmu pengetahuan. Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, Universitas Indonesia

31 22 mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika, serta memberantas peredaran gelap psikotropika Pemesanan Psikotropika Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK. Surat pesanan tersebut dibuat rangkap tiga, dua rangkap (termasuk yang asli) diserahkan pada PBF, dan satu rangkap disimpan sebagai arsip. Setiap surat dapat digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan psikotropika belum diatur di dalam perundang-undangan atau peraturan lainnya. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika maka sebaiknya obat golongan psikotropika disimpan pada rak atau lemari khusus. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lain, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pasien. Penyerahan psikotropika oleh apotek dilaksanakan berdasarkan resep dokter Pemusnahan Psikotropika Pada Undang-undang No. 5 tahun 1997 pasal 53disebutkan bahwa pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi psikotropika, kadaluwarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Setiap pemusnahan psikotropika, wajib dibuatkan berita acara Pelaporan Psikotropika Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan melalui perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP). Mekanisme pelaporan psikotropika sama dengan pelaporan narkotika. Universitas Indonesia

32 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS Apotek Arafah merupakan apotek profesi yang dikelola oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek, Ibu Lily Komiarsih, S.Si., Apt. Dengan SIK No. KP Apotek Arafah berdiri pada tahun 2011 oleh Ibu Lily Komiarsih, S.Si., Apt. Beliau merupakan Apoteker Pengelola Apotek (APA) sekaligus Pemilik Sarana Apotek (PSA) dari Apotek Arafah. Hingga saat laporan ini disusun, Apotek Arafah melayani penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat kontrasepsi, dan psikotropika. Selain itu, Apotek Arafah juga menjual alat kesehatan, obat tradisional, supplemen, kosmetik, perbekalan kesehatan rumah tangga dan makanan. Namun hingga laporan ini disusun, Apotek Arafah belum menyediakan pelayanan obat golongan narkotika Lokasi Apotek Arafah terletak di Jalan Arafah I No.F/8 Villa Ilhami Islamic Tangerang yang berbatasan dengan Jalan Mina dan Jalan Qadr Raya. Ditinjau dari segi lokasi, letak apotek ini cukup strategis di antara pemukiman padat penduduk dan belum terdapat apotek lain sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat sekitar. Denah Apotek Arafah dapat dilihat pada Lampiran 8 serta foto Apotek Arafah dapat dilihat di Lampiran Bangunan dan Tata Ruang Apotek Arafah menempati ruang sebesar 2 x 3 m. Di dalam area tersebut, terdapat ruang penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya, ruang tunggu, ruang pelayanan pelanggan dan penyerahan obat, dan kasir. Apotek juga dilengkapi dengan papan nama yang terlihat dengan jelas, penerangan yang memadai, pendingin ruangan, serta perlengkapan apotek lainnya seperti alat peracikan; wadah, pengemas, dan pembungkus; dan alat administrasi. Layout ruangan Apotek Arafah dapat dilihat pada Lampiran Universitas Indonesia

33 24 Sebagai ruang penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya, Apotek Arafah memiliki 4 lemari utama, yakni etalase obat OTC likuid, OTC semi solid, kosmetik, dan alat kesehatan; etalase OTC padat, supplemen, dan produk body care; etalase produk pangan dan perbekalan kesehatan rumah tangga; serta lemari obat ethical. Selain itu, Apotek Arafah memiliki sebuah lemari pendingin untuk menyimpan sediaan farmasi yang bersifat termolabil seperti suppositoria. Walaupun tidak menjual sediaan Narkotik, Apotek Arafah tetap memiliki lemari penyimpanan narkotika. Ruang tunggu Apotek Arafah berada di depan etalase OTC padat, supplemen, dan produk body care, dan tepat berada di depan pintu masuk. Di area tunggu ini terdapat sebuah bangku panjang berkapasitas dua orang. Ruang pelayanan pelanggan dan penyerahan obat sendiri menempati ruang di antara etalase dan lemari penyimpanan. Di area tersebut, APA ataupun asisten apoteker menerima resep, melakukan pemberian informasi obat kepada pelanggan, dan melakukan penyerahan obat. Kasir terletak di depan pintu dua Apotek Arafah, yakni di sebelah kiri ruang tunggu. 3.3 Sumber Daya Manusia Struktur Organisasi Apotek Arafah dipimpin oleh seorang apoteker yang sekaligus pemilik sarana apotek/psa yaitu Ibu Lily Komiarsih, S. Si., Apt. Dalam menjalankan kegiatan teknis kefarmasian di apotek, apoteker dibantu oleh dua orang asisten apoteker. Mengingat volume penjualan Apotek Arafah yang tidak terlalu besar, kegiatan non kefarmasian seperti administrasi dan keuangan juga dijalankan oleh kedua orang asisten apoteker tersebut. Selain itu terdapat satu orang tenaga sebagai pengantar untuk layanan delivery. Jumlah total karyawan di Apotek Arafah adalah 4 orang yakni 1 orang Apoteker Pengelola Apotek, 2 orang Asisten Apoteker, dan 1 orang tenaga pembantu Tugas dan Fungsi Jabatan Apoteker Pengelola Apotek Tugas dan tanggung jawab seorang Apoteker Pengelola Apotek adalah: Universitas Indonesia

34 25 a. Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya (apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala kebutuhan perundang-undangan di bidang perapotekan yang berlaku. b. Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek termasuk mengkoordinasikan dan mengawasi dinas kerja karyawan lainnya antara lain mengatur daftar giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja, dan tanggung jawab masing-masing karyawan. c. Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha apotek dengan mempertimbangkan masukan dari karyawan lainnya untuk perbaikan pelayanan dan kemajuan apotek. d. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan menyerahkan obat. e. Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. f. Melaksanakan pelayanan swamedikasi g. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan. h. Membuat salinan resep bila dibutuhkan. i. Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan tunai harian Asisten Apoteker Tugas dan tanggung jawab seorang Apoteker Pengelola Apotek adalah: a. Melakukan pendataan kebutuhan barang. b. Mengatur, mengontrol dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di ruang peracikan. Universitas Indonesia

35 26 c. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan menyerahkan obat. d. Memberi harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa kelengkapan resep. e. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan. f. Mencatat keluar masuk barang. g. Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa. h. Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang masuk setiap harinya. i. Melakukan fungsi keuangan dan administrasi apotek Tenaga Pembantu Tugas dan tanggung jawab tenaga pembantu adalah sebagai berikut: a. Menjaga kebersihan dan kerapian apotek b. Mengantar obat dan sediaan farmasi untuk pelayanan pesan antar. c. Menjamin obat yang tepat sampai kepada pasien yang tepat. d. Menerima uang hasil pembayaran obat. 3.4 Kegiatan Apotek Apotek Arafah buka setiap hari dari jam Kegiatan di Apotek Arafah dikelompokkan menjadi dua, yaitu kegiatan di bidang teknis kefarmasian dan kegiatan non teknis kefarmasian Kegiatan teknis kefarmasian Pengadaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya di Apotek Arafah dibagi menjadi dua macam, yaitu mengadakan komoditas baru yang belum dijual Universitas Indonesia

36 27 di Apotek Arafah serta mengadakan kembali komoditas yang sudah ada (existing) yang berada kondisi stok minimum. Pengadaan komoditas baru di Apotek Arafah biasanya didasarkan pada obat atau barang yang hendak dibeli oleh pelanggan namun belum disediakan oleh Apotek. Selain itu, komoditas baru juga dapat dijual di apotek berdasarkan epidemiologi atau penyakit yang sedang banyak diderita oleh pasien dan produkproduk branded yang sedang digemari oleh masyarakat, promosi iklan yang sedang booming. Dilakukan pembelian terbatas terhadap komoditas baru tersebut karena belum dapat diperkirakan pola konsumsinya di masyarakat. Pengadaan kembali komoditas existing dilakukan jika barang telah berada dalam kondisi stok minimum. Hal tersebut dapat diketahui dari status jumlah stok yang tercatat dalam kartu stok. Pembaharuan data kartu stok (stok opname) dilakukan setiap sore hari, sehingga pengadaan kembali barang yang telah hampir habis dapat dilakukan pada pagi keesokkan harinya. Jumlah barang yang dipesan disesuaikan dengan pola konsumsi obat tersebut, yakni tergolong sebagai obat fast moving atau slow moving, serta kondisi keuangan Apotek Arafah. A. Pemesanan Barang Obat dipesan kepada distributor (PBF) menggunakan surat pemesanan yang diisi oleh Asisten Apoteker dan ditandatangani oleh APA. Tiap pagi hari, asisten apoteker memberitahukan PBF melalui telepon bahwa apotek akan melakukan pemesanan barang. Salesman PBF akan tiba pada pagi hari dan asisten apoteker menyerahkan surat pemesanan. Barang biasanya akan tiba sore hari di hari yang sama. Surat pemesanan barang dapat dilihat di Lampiran 11. B. Penerimaan Barang Barang yang diserahkan oleh salesman kepada apotek terlebih dulu diperiksa jumlah dan jenis barangnya sesuai dengan faktur pemesanan, serta waktu kadaluarsa dari masing-masing barang. Jika kondisi barang semuanya baik, pihak apotek menandatangani faktur pembelian serta menberi cap apotek sebagai bukti bahwa barang telah diterima. Faktur asli diambil oleh PBF dan faktur kopi diserahkan kepada pihak apotek untuk dilakukan tukar faktur. Pada faktur tersebut Universitas Indonesia

37 28 tertera waktu jatuh tempo pembayaran yang harus dilakukan oleh apotek kepada PBF. Pembayaran biasanya dilakukan secara kredit sesuai dengan waktu jatuh tempo yang disepakati, namun pada beberapa kondisi, pembayaran juga dapat secara Cash On Delivery (COD) yakni dilakukan ketika salesman distributor akan menyerahkan barang yang dipesan. Jumlah uang yang dibayarkan, yakni harga pokok obat dan pajak sebesar 10%, harus sesuai dengan yang tertera pada Faktur Pembelian. C. Penyimpanan Barang Barang yang telah diterima kemudian disimpan menggunakan sistem FIFO dan FEFO sesuai dengan jenisnya, yakni obat ethical, obat OTC, kosmetik, atau alat kesehatan. Obat ethical kemudian diletakkan di lemari ethical sesuai dengan bentuk sediaannya yaitu sediaan padat, semisolid, dan cair. Obat-obat tersebut dikelompokkan lagi berdasarkan abjad. Obat golongan tertentu, seperti obat kontrasepsi dan obat psikotropik, diletakkan secara terpisah. Obat yang memerlukan suhu khusus, seperti suppositoria, diletakkan di dalam lemari pendingin. Obat OTC disusun di etalase OTC berdasarkan bentuk sediaannya dan kemudian berdasarkan fungsi farmakologisnya, seperti analgesik-antipiretik, obat saluran pernafasan, obat saluran pencernaan, dan vitamin dan mineral. Seluruh barang yang diterima kemudian dicatat di dalam kartu stok. Kartu stok Apotek Arafah dapat dilihat di Lampiran Pelayanan Obat Resep Pelayanan atau penjualan dengan resep diberikan kepada pasien yang membeli obat dengan resep dokter secara tunai, proses pelayanan resepnya sebagai berikut : a. Apoteker menerima resep dari pasien, kemudian dilakukan pengecekan ketersediaan obat di apotek, skrinning resep, dan diberi harga. b. Pasien diberi tahu tentang harga obat, kemudian bila pasien menyetujui harga obat yang dibutuhkan, maka dilakukan pembayaran obat pada kasir dan diminta menunggu selama obat disiapkan. Bila pasien merasa Universitas Indonesia

38 29 keberatan dengan harga obat, maka apoteker dapat menawarkan obat generik. c. Apoteker kemudian mengambil obat-obat sesuai dengan yang diresepkan. Obat yang telah selesai disiapkan kemudian dimasukkan ke dalam pembungkus, diberi etiket dan diperiksa oleh Apoteker baik bentuk sediaan, nama pasien, etiket, dan kesesuaian jumlah obat dengan resep. Contoh etiket Apotek Arafah dapat dilihat di lampiran 13. d. Penyerahan obat diberikan kepada pasien dengan pemberian informasi kemudian dicatat alamat dan nomor telepon pasien, jumlah dan harga resep ke dalam buku resep. e. Salinan resep atau kuitansi dapat dibuat atas permintaan pasien Swamedikasi Pelayanan swamedikasi yang diberikan oleh Apotek Arafah hanya dilakukan untuk kondisi-kondisi penyakit ringan tertentu seperti demam dan nyeri, gangguan saluran nafas dan tenggorokan (batuk dan pilek), gangguan saluran cerna (diare dan konstipasi), serta gangguan pada kulit. Obat yang diberikan adalah obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek. Pembayarannya dilakukan di kasir secara tunai kemudian barang dan bukti pembayaran diserahkan kepada pembeli Pelayanan Informasi Obat Di Apotek Arafah setiap penyerahan obat disertai dengan pemberian informasi obat (PIO) kepada pasien yang diberikan oleh apoteker. PIO dilakukan baik pada pasien yang membeli obat maupun yang tidak membeli obat. Pertanyaan mengenai informasi obat yang biasa ditanyakan di Apotek Arafah meliputi indikasi, cara pemakaian, efek samping obat, interaksi dengan obat lain dan makanan, serta hal yang harus dihindari selama menggunakan obat Pengelolaan Psikotropika Sediaan psikotropika dipesan menggunakan surat pemesanan Apotek Arafah dan disimpan secara terpisah dari sediaan ethical lainnya. Setiap bulan, Universitas Indonesia

39 30 dilakukan pelaporan kepada suku dinas kesehatan dan balai POM yakni pelaporan Narkotika dan Psikotropika Kegiatan Teknis Non Kefarmasian a. Administrasi Personalia Apotek Arafah melakukan administrasi personalia yang berkaitan dengan semua hal mengenai urusan pegawai yang meliputi absensi, gaji, hak cuti, dan fasilitas lain yang berhubungan dengan pegawai. b. Administrasi Umum Apotek Arafah melakukan administrasi umum yang meliputi laporan penggunaan narkotika, laporan penggunaan psikotropika dan segala hal yang berhubungan dengan urusan administrasi. c. Administrasi Penjualan Apotek Arafah melakukan kegiatan administrasi penjualan dengan melakukan pencatatan terhadap semua penjualan resep ke dalam buku Pencatatan Penjualan Resep dan penjualan bebas secara tunai ke dalam buku Penjualan. Pelanggan dapat meminta kuitansi jika diperlukan. Contoh kuitansi Apotek Arafah dapat dilihat di lampiran 14. d. Administrasi Pembelian Apotek Arafah melakukan kegiatan administrasi pembelian dengan melakukan pencatatan terhadap semua pembelian sediaan farmasi dan perbekalan lainnya di buku pembelian dan pengumpulan faktur-faktur berdasarkan debitur. Terdapat 11 informasi yang harus diisi dalam buku tersebut yakni nomor, nama distributor, nomor faktur, tanggal pemesanan, jumlah sebelum diskon dan PPN, persen diskon, jumlah retur, besar PPN, total, tanggal jatuh tempo, dan tanggal pelunasan. Pembelian sendiri dilakukan menggunakan surat pesanan apotek. e. Administrasi Pajak Universitas Indonesia

40 31 Apotek Arafah melakukan administrasi pajak dengan melakukan pencatatan dan pengumpulan faktur pajak serta menghitung jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh apotek. f. Administrasi Pergudangan Apotek Arafah melakukan administrasi pergudangan dengan melakukan pencatatan pemasukan dan pengeluaran obat menggunakan kartu stok yang tersedia untuk setiap obat sehingga dapat diketahui sisa persediaan. Kartu stok memuat informasi nama barang, harga jual, tanggal masuk barang, jumlah barang masuk, tanggal kadaluarsa, nomor batch, tanggal keluar barang, jumlah barang keluar, dan sisa stok barang pada lemari. Universitas Indonesia

41 BAB IV PEMBAHASAN Kualitas kesehatan masyarakat merupakan salah satu hal yang dapat menjadi parameter keberhasilan pembangunan masyarakat Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas masyarakat adalah terjaminnya kemudahan masyarakat untuk mengakses perbekalan kesehatan. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan hadirnya apotek di tengah masyarakat. Selain berperan dalam menjamin aksesibilitas obat ke masyarakat, Apotek juga berperan besar dalam meningkatkan pemahaman masyarakat akan pengobatan serta menciptakan penggunaan obat yang rasional melalui kegiatan konseling, informasi dan edukasi. Apotek juga merupakan sebuah sarana pengabdian profesi apoteker melalui kegiatan pelayanan kefarmasian. Apotek Arafah merupakan sebuah apotek yang didirikan oleh Lily Komiarsih, S.Si, Apt. sebagai bentuk pengabdian profesinya sebagai seorang apoteker. Apotek ini berlokasi di dalam Perumahan Villa Ilhami, Islamic Tangerang yakni di Jalan Arafah I No. F/8. Pemilihan lokasi apotek yang berada di tengah sebuah perumahan ternyata membawa keuntungan bagi Apotek Arafah karena dapat menargetkan penduduk perumahan sebagai pelanggan utamanya. Lokasi Apotek Arafah juga diuntungkan dengan keberadaan beberapa sarana pelayanan kesehatan yakni sebuah klinik dokter dan juga beberapa rumah sakit tujuan penduduk perumahan (RS Al Qadr, RS Siloam Karawaci, dan RS Mayapada Karawaci), sehingga banyak pelanggan yang menebus resepnya di Apotek Arafah. Selain itu, Apotek Arafah juga belum memiliki apotek kompetitor yang terletak di sekitar apotek. Keadaan tersebut menjadikan Apotek Arafah sebagai apotek pilihan utama bagi penduduk sekitar dalam memenuhi kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan lainnya. Keberadaan Apotek Arafah cukup mudah dikenali melalui sign box yang tergantung di depan apotek. Sign box tersebut dengan mudah dilihat dari kedua ujung Jl. Arafah I, bahkan dari persimpangan Jl. Arafah. Penduduk yang melintas di jalan tersebut pun dapat segera mengidentifikasi adanya apotek tersebut. Posisi 32 Universitas Indonesia

42 33 yang cukup strategis ini menambah kemungkinan adanya drop in customer yang melewati apotek. Apotek Arafah menempati ruang bangunan yang cukup kecil jika dibandingkan dengan apotek pada umumnya, yaitu hanya sekitar 2 x 3m. Bangunan tersebut sebenarnya adalah bagian dari halaman rumah Pemilik Sarana Apotek. Walaupun berukuran kecil, Apotek Arafah mampu mengakomodasi hampir seluruh fungsi ruang utama yang harus dimiliki sebuah apotek, yakni ruang tunggu, ruang penyimpanan obat dan sediaan, serta ruang pelayanan. Salah satu keunggulan dari bentuk bangunan apotek ini adalah pemanfaatan kaca transparan pada sebagian besar dinding bangunan yang menghadap ke jalanan. Pemakaian kaca menyebabkan orang yang melintas menuju arah apotek serta yang melintas di depan apotek dapat melihat komoditas apotek. Penataan seperti itu tentu saja sangat menarik pelanggan untuk datang ke apotek tersebut. Penataan etalase dan lemari pun cukup menarik. Ruang apotek yang kecil ternyata dapat dimanfaatkan dengan baik untuk menampung komoditas apotek yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, kosmetik, perbekalan kesehatan rumah tangga dan produk pangan. Obat OTC, yaitu bebas dan obat bebas terbatas dipajang di dalam tiga buah etalase kaca yang berhadapan dengan jendela samping apotek sehingga dari luar apotek pun, pelanggan dapat melihat jejeran obat-obat tersebut. Obat OTC di lemari tersebut disusun berdasarkan bentuk sediaannya, yakni sediaan padat, cair dan sediaan semisolid, dan kemudian dikelompokkan lagi berdasarkan efek farmakologisnya. Penataan dengan sistem seperti ini memungkinkan pelanggan dan apoteker untuk memilih obat yang tepat ketika melakukan swamedikasi. Ruang tunggu apotek terletak di sebelah kiri pintu masuk. Di ruang tersebut, terdapat sebuah bangku kayu yang cukup nyaman untuk diduduki. Terdapat sebuah etalase kaca setinggi dada di depan ruang tunggu apotek tempat menaruh obat OTC padat, produk body care, dan perbekalan kesehatan rumah tangga. Etalase tersebut tidak memiliki kaca di bagian depannya, sehingga pelanggan yang sedang duduk di ruang tunggu, dapat secara swalayan mengambil sediaan yang hendak dibeli. Universitas Indonesia

43 34 OTC cair, semi solid, dan kosmetik diletakkan di sebuah etalase kaca yang menempel pada dinding sebelah kanan apotek. Komoditas tersebut diletakkan pada ketinggian mata manusia sehingga sangat menarik pandangan pelanggan. Di bawah etalase kaca tersebut, terdapat sebuah lemari tempat menyimpan obat keras dan psikotropik. Obat pada golongan tersebut dikelompokkan sesuai bentuk sediaan dan kemudian ditata sesuai abjadnya. Sementara itu, obat golongan kontrasepsi, diletakkan tersendiri di dalam sebuah rak. Obat yang termolabil seperti suppositoria, diletakkan di dalam sebuah lemari pendingin. Di dalam ruang bangunan tersebut juga terdapat area kasir yang berada di dekat pintu samping apotek. Dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari, Apotek Arafah mempekerjakan 4 orang yakni 1 orang Apoteker Pengelola Apotek, 2 orang Asisten Apoteker, dan 1 orang Tenaga Pembantu. Kedua asisten apoteker tersebut bekerja dalam 2 shift, yakni shift I pada pukul dan shift II pada pukul Apotek ini buka setiap hari untuk melayani pelanggannya. Terdapat 3 pelayanan kefarmasian utama di Apotek Arafah, yakni pelayanan obat resep, swamedikasi, dan pelayanan pesan antar. Obat resep yang dibawa oleh pelanggan, akan diterima oleh Apoteker untuk dikaji kesesuaian administrasi, farmasetik dan klinisnya. Setelah dinyatakan memenuhi kesesuaian, asisten apoteker akan mengambil obat sesuai dengan permintaan pada resep dan dikemas dalam kemasan yang sesuai. Apoteker kemudian memberikan etiket pada obat dan menyerahkan kepada pasien diiringi dengan pemberian informasi penggunaan obat. Resep yang diterima kemudian direkapitulasi dalam buku resep dan lembar resep disimpan selama 3 tahun. Jika pelanggan membutuhkan salinan resep, maka asisten apoteker akan membuatkan salinannya dengan ditandatangani oleh APA. Pelayanan swamedikasi dapat diberikan baik oleh apoteker maupun oleh asisten apoteker. Mereka akan membantu pelanggan yang datang untuk memilihkan obat sesuai dengan gejala yang dideskripsikan. Pelayanan swamedikasi yang biasa dilakukan adalah untuk mengobati penyakit gangguan saluran nafas dan tenggorokan, demam dan nyeri, serta gangguan pencernaan. Universitas Indonesia

44 35 Informasi obat juga diberikan, terutama edukasi mengenai cara pemakaian obat serta hal-hal yang harus diperhatikan selama pengobatan. Salah satu keunggulan Apotek Arafah adalah pelayanan pesan antar obat. Pemesanan obat OTC, alat kesehatan, suplemen, dan kosmetik dapat dilakukan melalui telepon atau melalui pesan singkat kepada apoteker. Apoteker kemudian menyiapkan barang pesanan, dan barang akan diatar menuju tempat tujuan oleh tenaga pembantu apotek. Konsultasi dan konseling oleh dengan apoteker juga dapat dilakukan secara tatap muka ataupun tidak dengan menggunakan bantuan telepon, , atau melalui pesan singkat (SMS maupun Blackberry Messenger). Kemudahan yang ditawarkan oleh Apotek Arafah merupakan salah satu poin unggulan apotek ini dibandingkan dengan apotek lainnya. Manajemen pengelolaan persediaan obat merupakan hal yang kritis yang harus dilakukan dengan baik oleh sebuah apotek. Apotek Arafah selalu berusaha untuk menjaga agar persediaan sediaan berada dalam jumlah yang memadai setiap harinya. Untuk mencapai hal tersebut, setiap sore hari, Asisten Apoteker Apotek Arafah memeriksa dan memperbaharui jumlah stok sediaan sehingga dapat diketahui sediaan mana yang stoknya sudah sedikit. Obat dan sediaan lain yang jumlah stoknya sudah minimum akan dipesan keesokkan harinya menggunakan Surat Pesanan kepada PBF langganan apotek sehingga barang dapat diterima sore pada hari yang sama. Jumlah obat yang dipesan disesuaikan dengan sifat barang, apakah bersifat slow moving atau fast moving, serta sesuai dengan keuangan apotek. Pembayaran sediaan yang dipesan oleh Apotek Arafah disesuaikan dengan kesepakatan antara apotek dengan PBF tersebut. Sistem pembayaran yang sering digunakan adalah kredit dengan tempo 30 hari, namun tidak jarang juga Apotek melakukan sistem pembayaran di tempat (Cash On Delivery). Pembayaran dengan kredit dilakukan setelah barang diterima dan Asisten Apoteker mendapatkan copy faktur pembelian dari PBF. Pada saat pembayaran, faktur tersebut akan ditukarkan dengan faktur yang asli dan seluruh transaksi direkapitulasi dalam Buku Pembelian Barang. Selain menjaga ketersediaan barang dari segi jumlah, Apotek Arafah juga selalu menjaga agar sediaan yang dijual memiliki kualitas yang terjamin. Oleh Universitas Indonesia

45 36 karena itu, setiap barang yang diantarkan oleh PBF akan diperiksa terlebih dahulu kondisinya sebelum diterima untuk dijual kembali di apotek. Pemeriksaan tersebut mencakup kondisi barang dan masa kadaluarsa serta kesesuiannya dengan Surat Pesanan serta Faktur Pesanan. Sediaan yang telah dinyatakan memiliki kondisi yang baik kemudian akan direkapitulasi di dalam kartu stok dan di dalam Buku Penerimaan Barang serta diberikan label harga. Apotek Arafah memberlakukan kebijakan bahwa harga obat yang ditawarkan di apotek harus lebih rendah dari HET agar pelanggan tidak memberikan keluhan terkait harga. Sediaan yang telah direkap di dalam kartu stok dan diberi label harga kemudian diletakkan pada tempat yang sesuai dengan menggunakan sistem FEFO FIFO. Untuk sediaan Psikotropika, penerimaan dan pengeluaran obat harus dicatat dengan baik karena penggunaannya akan dilaporkan pada Suku Dinas Kesehatan serta Balai POM setiap bulannya. Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Arafah berlangsung selama 2 bulan. Selama melaksanakan program ini, mahasiswa mendapatkan pelajaran melalui pengamatan dan praktek langsung mengenai peran seorang apoteker di apotek dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian serta dalam melakukan kegiatan managerial. Mahasiswa belajar banyak baik dari apoteker, asisten apoteker, juru resep maupun petugas administrasi. Sangat tampak bahwa praktek kerja langsung di Apotek dengan bimbingan para praktisi pelayanan apotek sangat bermanfaat bagi mahasiswa apoteker. Universitas Indonesia

46 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan a. Apoteker Pengelola Apotek Arafah telah melaksanakan pengelolaan di apotek berdasarkan peraturan dan perundangundangan yang berlaku, baik yang bersifat teknis maupun non teknis kefarmasian. Apoteker memiliki peran dan tanggung jawab yang penting sebagai pelaksana fungsi teknis, meliputi pelayanan resep, pemberian informasi obat, konseling, pemantauan pemantauan obat, promosi, edukasi dan pelayanan residensial; maupun non-teknis, meliputi mengatur, melakukan dan mengawasi kegiatan perapotekan serta mengembangkan usaha apotek. b. Apotek Arafah merupakan sebuah sarana pelayanan kefarmasian yang telah melayani masyarakat sebagai tempat praktek kefarmasian sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain itu, pengelolaan Apotek Arafah dalam kegiatan administrasi, manajemen keuangan, pengadaan, penyimpanan, dan penjualan perbekalan farmasi telah dilaksanakan dengan baik oleh Apoteker Pengelola Apotek, dengan dibantu oleh dibantu oleh asisten apoteker, juru resep dan tenaga pembantu sesuai tanggung jawabnya masing-masing Saran a. Untuk meningkatkan jenis pelayanan kefarmasian, Apotek Arafah sebaiknya memberikan pelayanan terhadap obat golongan narkotika. b. Menggunakan sistem komputerisasi bagi administrasi keuangan dan pengelolaan barang untuk meminimalisasi kesalahan pencatatan data yang selama ini dilakukan secara manual. c. Menyediakan media informasi kepada pasien yang berisi tentang panduan pengobatan yang rasional serta cara pemakaian alat kesehatan. d. Melakukan evaluasi terhadap tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan dan kinerja apotek. 37 Universitas Indonesia

47 38 DAFTAR ACUAN Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/MenKes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta: : Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Universitas Indonesia

48 39 Quick, J. (1997). Managing Drug Supply, The selection, Procurement, Distribution, and Use of Pharmaceuticals, 2nd ed. Revised and Expanded. Kumarian Press. Seto, S., Yunita, N., & T, L. (2004). Manajemen Farmasi. Jakarta: Airlangga University Press. Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Farmasi. Jakarta : Wira Putra Kencana. Universitas Indonesia

49 LAMPIRAN

50 40 Lampiran 1. Contoh Formulir APT-1

51 41 (Lanjutan)

52 42 Lampiran 2. Contoh Formulir APT-2

53 43 Lampiran 3. Contoh Formulir APT-3

54 44 (Lanjutan)

55 45 (Lanjutan)

56 46 (Lanjutan)

57 47 (Lanjutan)

58 48 (Lanjutan)

59 49 Lampiran 4. Contoh Formulir APT-4

60 50 Lampiran 5. Contoh Formulir APT-5

61 51 (Lanjutan)

62 52 (Lanjutan)

63 53 Lampiran 6. Contoh Formulir APT-6

64 54 Lampiran 7. Contoh Formulir APT-7

65 55 Lampiran 8. Denah Lokasi Apotek Arafah Keterangan: Sumber: gambar diambil melalui situs maps.google.com

66 56 Lampiran 9. Foto Apotek Arafah Keterangan: Tampak depan Apotek Arafah

67 57 (lanjutan) Keterangan: Tampak samping Apotek Arafah

68 58 Lampiran 10. Layout Ruang Apotek Arafah

69 59 Lampiran 11. Surat Pemesanan Barang

70 60 Lampiran 12. Kartu Stok Apotek Arafah

71 61 Lampiran 13. Etiket Obat Apotek Arafah

72 62 Lampiran 14. Kuitansi Apotek Arafah

73 UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 PERSIAPAN PEMENUHAN PERSYARATAN DALAM RANGKA PEMERIKSAAN APOTEK OLEH DINAS KESEHATAN UNTUK MEMPEROLEH IZIN APOTEK RIZKI SERUNI PUSPA RAHADIANTI, S. Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

74 DAFTAR ISI DAFTAR ISI.. DAFTAR LAMPIRAN... i ii 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN PUSTAKA Tata Cara Perizinan Pendirian Apotek Persyaratan Apotek Persyaratan Tempat Persyaratan Perlengkapan Persyaratan Tenaga Kesehatan Pemeriksaan Kesiapan Apotek METODOLOGI Waktu dan Lokasi Tahapan PEMBAHASAN Perizinan Pendirian Apotek Rizki Persyaratan Apotek Persyaratan Tempat Persyaratan Perlengkapan Persyaratan Tenaga Kesehatan Pemeriksaan Kesiapan Apotek KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN i Universitas Indonesia

75 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Contoh Formulir APT Lampiran 2. Contoh Formulir APT Lampiran 3. Contoh Formulir APT Lampiran 4. Contoh Formulir APT Lampiran 5. Contoh Formulir APT Lampiran 6. Contoh Formulir APT Lampiran 7. Contoh Formulir APT Lampiran 8. Denah Lokasi Apotek Rizki Lampiran 9. Tampak depan bangunan ruko Apotek Rizki Lampiran 10. Layout Ruang Lantai Satu Apotek Rizki Lampiran 11. Rancang ruang lantai 1 Apotek Rizki Lampiran 12. Layout dan rancang area Apotek Rizki Lampiran 13. Rancangan Area Meracik Lampiran 14. Rancang Panan Nama Apotek Lampiran 15. Skema pembagian lemari Apotek Rizki Lampiran 16. Rancangan Lemari OTC Lampiran 17. Rancang Lemari Obat Ethical dan Kotak Obat Ethical Lampiran 18. Rancang Letak Lemari Narkotika dan Lemari Pendingin Lampiran 19. Rancangan Etiket Apotek Rizki Lampiran 20. Rancangan Surat Pesanan Apotek Rizki Lampiran 21. Rancangan Kartu Stok Obat Apotek Rizki Lampiran 22. Rancangan Salinan Resep Apotek Rizki Lampiran 23. Rancangan Nota Penjualan Apotek Rizki ii Universitas Indonesia

76 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Apotek merupakan sarana pengabdian profesi apoteker kepada masyarakat. Apotek memiliki dua fungsi yang tidak dapat terpisahkan, yakni fungsi bisnis retail dan fungsi pelayanan masyarakat. Di dalam sebuah apotek, melalui transaksi jual beli, masyarakat dapat memperoleh sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. Di waktu yang sama, masyarakat secara komprehensif juga mendapatkan pelayanan kefarmasian sehingga pemahaman masyarakat terhadap pengobatan yang dijalani, serta kepatuhan masyarakat terhadap pengobatan akan semakin meningkat. Dengan demikian, apotek memiliki posisi yang strategis dalam membantu meningkatkan mutu kesehatan masyarakat yang berada di sekitarnya. Membuka sebuah apotek di suatu lingkungan dapat menjadi jawaban dari tantangan bisnis serta tantangan pengabdian masyarakat. Namun tidak seperti bisnis retail lainnya, pendirian usaha apotek diatur dengan sangat tegas oleh pemerintah melalui berbagai regulasi. Hal tersebut disebabkan karena usaha apotek memiliki komoditas berbeda dengan komoditas bisnis retail consumer goods. Penanganan Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan, seperti pada tahap pendistribusian dan penyimpanan, menuntut kehati-hatian agar mutu serta kualitas barang tidak mengalami perubahan yang berarti. Oleh karena itu, pemerintah harus memastikan bahwa apotek yang akan beroperasi telah memenuhi peryaratan dan ketentuan yang berlaku, baik dari segi sarana dan prasarana, sumber daya manusia, serta manajemen operasionalnya. Peraturan pendirian apotek tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Setiap apotek yang dinyatakan telah mememenuhi ketentuan yang tertera dalam regulasi tersebut akan mendapatkan Surat Izin Apotik (SIA). Surat inilah yang menjadi bukti bahwa sebuah apotek dinyatakan legal dan layak untuk beroperasi. 1 Universitas Indonesia

77 2 Salah satu titik kritis dalam proses pendirian apotek adalah dilakukannya kegiatan Pemeriksaan Apotek. Dalam kegiatan tersebut, Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Balai POM setempat mengunjungi apotek pemohon izin untuk memeriksa kesiapan apotek sesuai dengan perincian yang tertera pada Form APT-3. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan, apotek dinyatakan siap untuk beroperasi, maka dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek. Namun jika dinyatakan masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota akan menerbitkan Surat Penundaan dan apoteker diberikan kesempatan selama 1 bulan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi. Surat penolakan izin dapat diterbitkan apabila apotek tidak memenuhi persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (Pasal 5), persyaratan Apotek (Pasal 6) atau lokasi apotek yang tidak sesuai dengan permohonan (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2002). Apotek Rizki merupakan sebuah apotek yang akan beroperasi di Vila Rizki Ilhami Blok A10 No. 12 Tangerang, Banten. Apotek ini didirikan oleh Ibu Lily Komiarsih, S.Si., Apt. selaku Pemilik Sarana Apotek (PSA) dan Ibu Netti Yuliani, Apt. selaku Apoteker Pengelola Apotek (APA) sebagai jawaban tantangan menyediakan layanan kefarmasian di daerah tersebut. Saat penulisan laporan ini, Apotek Rizki berada dalam tahap permohonan perizinan yakni mempersiapkan sarana dan prasarana apotek berdasarkan daftar pemeriksaan Apotek oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Diharapkan, sarana dan prasarana apotek dapat dipenuhi dengan baik sehingga dinyatakan siap untuk melaksanakan kegiatan dan memperoleh Surat Izin Apotek. 1.2.Tujuan a. Mengetahui dan memahami sistematika permohonan pengajuan izin apotek. b. Mengetahui dan memahami aspek penilaian pada saat pemeriksaan kesiapan apotek. c. Menilai kemajuan apotek dalam memenuhi persyaratan dalam rangka pemeriksaan kesiapan apotek. Universitas Indonesia

78 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Cara Perizinan Pendirian Apotek Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apotek dapat didirikan oleh apoteker dengan modal sendiri dan/atau modal dari pemiliki modal baik perseorangan maupun perusahaan. Jika apotek didirikan melalui kerja sama apoteker dengan pemilik modal, maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh apoteker yang bersangkutan. Pemilik modal kemudian disebut sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA) sementara apoteker yang memimpin serta mengelola apotek disebut sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA). Tata cara perizinan pendirian apotek diatur pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993, Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut : a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1 (Lampiran 1). b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 (Lampiran 2) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Universitas Indonesia

79 4 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh Formulir APT-3 (Lampiran 3). d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-4 (Lampiran 4). e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5 (Lampiran 5). f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-6 (Lampiran 6). g. Terhadap surat penundaan, Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat penundaan. h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan, atau lokasi yang tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambatlambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT-7 (Lampiran 7). Bila Apoteker menggunakan sarana milik pihak lain dalam pendirian apotek, maka harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Penggunaan sarana apotek yang dimaksud, wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Apoteker dan pemilik sarana. b. Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perudang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan. Universitas Indonesia

80 Persyaratan Apotek Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik pasal 6 tentang Persyaratan Apotik, untuk mendapatkan izin, apotik, Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan pemiliki sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Selain itu, apotek juga harus memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan tenaga kesehatan Persyaratan Tempat Sarana Apotek Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Persyaratan jarak minimum antar apotek tidak dipermasalahkan lagi sejak tidak dicabutnya Kepmenkes RI No.278/Menkes/SK/V/1981 tentang Persyaratan Apotek dan digantikan dengan Permenkes No. 922 Tahun Lokasi apotek dipilih dengan mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, jumlah praktek dokter, sarana dan pelayanan kesehatan lain, sanitasi dan faktorfaktor lainnya. Proses pertimbangan tersebut dilakukan pada tahap Studi Kelayakan pendirian apotek Bangunan Apotek Apotek sekurang-kurangnya memiliki ruangan khusus untuk meracik dan menyerahkan resep, ruangan administrasi dan kamar kerja apoteker, dan WC (Kepmenkes No Tahun 2002). Ruang khusus untuk meracik hendaknya memadai serta dilengkapi pelatanan peracikan yang sesuai dengan peraturan dan kebutuhan. Tempat penyerahan obat dilakukan pada tempat yang memadai, sehingga memudahkan untuk melakukan pelayanan informasi obat. Ruangan administrasi, kamar kerja apoteker, dan WC harus ada sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu, untuk meningkatkan kualitas pelayanan, apotek harus mempertimbangkan untuk memiliki: Universitas Indonesia

81 6 a. Ruang tunggu Ruang tunggu haruslah nyaman bagi pasien, yaitu bersih, ventilasi yang memadai cahaya yang cukup, tersedia tempat duduk dan ada tempat sampah. b. Tempat informasi obat Tersedia tempat untuk mendisplai obat bebas dan obat bebas terbatas serta informasi bagi pasien berupa brosur, leaflet, poster atau majalah kesehatan yang berisi informasi terutama untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku pasien. c. Ruang konseling bagi pasien Ruang untuk memberikan konseling bagi pasien hendaknya terdapat fasilitas maupun sarana dan prasarana yang memadai sehingga memudahkan apoteker untuk memberikan informasi dan menjaga kerahasiaan pasien. Diperlukan juga lemari untuk menyimpan catatan pengobatan pasien serta terdapat sumber informasi dan literature yang memadai dan up to date. d. Ruang/tempat penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya. Di tempat ini terdapat serangkaian kegiatan yang meliputi: penerimaan, penyimpanan, pengawasan, pengendalian persediaan dan pengeluaran obat. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan untuk mendukung kegiatan tersebut adalah: - Kemudahan dan efisiensi gerakan manusia dan sediaan farmasi, termasuk aturan penyimpanan. - Sistematika penyusunan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dibutuhkan rak-rak penyimpanan yang sesuai dan memudahkan keluar masuk sediaan farmasi. e. Tempat pencucian alat Kelengkapan Bangunan Calon Apotek Bangunan calon apotek harus memiliki: a. Sumber air Universitas Indonesia

82 7 Sumber air harus memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat berasal dari sumur PAM / sumur pompa, dll. b. Penerangan Ruangan harus cukup terang sehingga dapat njamin pelaksanaan tugas dan fungsi apotek. Listrik dapat bersumber dari PLN / generator. Jika tidak terdapat aliran listrik, penerangan dapat menggunakan lampu petromak. c. Alat pemadam kebakaran Alat pemadam kebakaran harus berfungsi dengan baik sekurangkurangnya dua buah. d. Ventilasi Ventilasi berupa jendela harus memadai dan memperhatikan persyaratan hygiene. e. Sanitasi Sanitasi harus baik serta memenuhi persyaratan hygiene lainnya. Selain itu, harus diperhatikan saluran pembuangan limbah serta bak/tempat pembuangan sampah Papan Nama Papan nama paotek harus dapat terlihat dengan jelas, terbuat dari bahan yang memadai dan memuat nama apotek, nama apoteker pengelola apotek, nomor izin apotek dan alamat apotek. Papan nama berukuran minimal panjang 60 cm dan lebar 40 cm dengan tulisan hitam di atas dasar putih dan huruf berukuran minimal tinggi 5cm dan tebal 5cm Persyaratan Perlengkapan Alat Pembuatan, Pengolahan dan Peracikan. Alat untuk pembuatan, pengolahan dan peracikan terdiri atas: a. Timbangan milligram dan timbangan gram dengan anak timbangan yang sudah ditera masing masing minimal 1 set, b. Perlengkapan lain disesuaikan dengan kebutuhan, seperti: - Gelas ukur 10 ml, 100 ml, dan 250 ml masing-masing minimal 1 buah, Universitas Indonesia

83 8 - Labu Erlenmeyer 100 ml, 250 ml, dan 1000 ml masing-masing minimal 1 buah, - Gelas piala 100ml, 500ml, dan 1000 ml masing-masing minimal 1 buah, - Corong berbagai ukuran, - Thermometer berkala 100 C - Mortar garis tengah 5-10 cm dan cm beserta alu masing-masing minimal 1 buah, - Spatel tanduk dan porselen masing-masing minimal 1 buah, - Cawan penguap porselen garis tengah 5cm, 10cm, dan 15cm masingmasing minimal 1 buah, - Batang pengaduk sesuai kebutuhan - Penangas air - Kompor atau alat pemanas yang sesuai dengan kebutuhan - Panci sesuai kebutuhan, dan - Rak tempat pengeringan alat Perlengkapan dan Alat Perbekalan Farmasi Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi yang diperlukan adalah: a. Lemari dan rak untuk menyimpan obat dengan sistematika penyusunan yang baik dan ergonomis. b. Lemari pendingin untuk sediaan khusus seperti supositoria dan vaksin, c. Tempat penyimpanan narkotika yakni lemari terkunci dengan ukuran minimal 40x80x100 cm. d. Tempat penyimpanan psikotropika dan bahan berbahaya lainnya. e. Masing-masing ada dengan jumlah sesuai dengan kebutuhan Wadah Pengemas dan Pembungkus Wadah pengemas dan pembungkus yang diperlukan adalah: a. Etiket b. Wadah pengemas dan pembungkus untuk penyerahan obat seperti perkamen, pot, botol, plastik, dll. Universitas Indonesia

84 Alat Administrasi Alat administrasi yang diperlukan adalah: a. Blanko pesanan obat, b. Blanko kartu stok obat, c. Blanko salinan resep, d. Blanko faktur, e. Blanko nota penjualan, f. Buku pembelian, g. Buku penerimaan, h. Buku penjualan, i. Buku pengiriman, j. Buku pembukuan keuangan, k. Buku pencatatan narkotika dan psikotropika, l. Buku pesanan narkotika dan psikotropika, dan m. Form laporan narkotika dan psikotropika Literatur Literatur dan sumber informasi yang harus ada di apotek adalah: a. Kumpulan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek, b. Buku standar yang diwajibkan, seperti Farmakope Indonesia edisi terakhir c. Buku lain, seperti Informasi Spesialite Obat (ISO), MIMS terkini, dll Persyaratan Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan yang harus ada di apotek adalah: a. 1 orang Apoteker Pengelola Apotek b. Apoteker Pendamping (jika diperlukan), dan c. Asisten Apoteker, sesuai kebutuhan. Apoteker Pengelola Apotek adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotik (SIA). Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotik di samping Apoteker Pengelola Apotik dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotik.Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan Universitas Indonesia

85 10 peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker. Selain itu, apotek dapat mempekerjakan tenaga non farmasi seperti kasir, petugas administrasi, petugas juru resep dan petugas kebersihan, dan petugas keamanan. 2.3 Pemeriksaan Kesiapan Apotek Untuk membuktikan kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan, kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menugaskan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat. Pemeriksaan ini dilakukan ketika PSA/APA telah melakukan mengajukan permohonan izin apotek yang dilengkapi dengan penyerahan berkas-berkas yang dibutuhkan. Perintah penugasan tersebut diberikan menggunakan formulir APT-2. Tim yang ditugaskan kemudian akan datang mengunjungi apotek tersebut dan memeriksa kelengkapan dan kesiapan apotek berdasarkan persyaratan apotek di atas. Seluruh hasil pemeriksaan tercantum dalam Berita Acara Pemeriksaan menggunakan formulir APT-3. Kegiatan pemeriksaan apotek merupakan salah satu titik kritis penerbitan izin apotek. karena jika berdasarkan pemeriksaan ditemukan hal yang masih belum memenuhi syarat, penerbitan izin apotek dapat ditunda menggunakan formulir APT-5 dan PSA/APA diberikan jangka waktu 1 bulan untuk melengkapi kekurangan tersebut. Surat penolakan izin juga dapat diterbitkan apabila apotek dinyatakan tidak memenuhi persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (Pasal 5), persyaratan Apotek (Pasal 6) atau lokasi apotek yang tidak sesuai dengan permohonan. Namun jika berdasarkan pemeriksaan apotek dinyatakan telah siap beroperasi, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menerbitkan Surat Izin Apotek. Universitas Indonesia

86 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Pengambilan data dan penulisan dilakukan tanggal 8 April sampai dengan 17 Mei 2013 yang bertempat di Apotek Rizki yaitu Vila Rizki Ilhami Blok A10 No. 12 Tangerang, Banten. 3.2 Tahapan Tahapan penyusunan tugas khusus ini adalah: 1. Melakukan penelusuran literatur dari berbagai pustaka serta regulasi mengenai apotek, 2. Melakukan wawancara dan diskusi dengan Pemilik Sarana Apotek dan Apoteker Pengelola Apotek Rizki, 3. Merancang desain interior apotek menggunakan software CorelDraw X4 dan Google SketchUp, serta 4. Merancang dan menyiapkan segala persyaratan Apotek Rizki yang beralamat di Vila Rizki Ilhami Blok A10 No. 12 Tangerang, Banten selama periode 8 April 17 Mei Universitas Indonesia

87 BAB IV PEMBAHASAN 4.1.Perizinan Pendirian Apotek Rizki Apotek Rizki merupakan sebuah calon apotek yang didirikan oleh Ibu Lily Komiarsih, S.Si., Apt. selaku Pemilik Sarana Apotek. Apotek ini berlokasi di salah satu ruko di komplek ruko perumahan Vila Rizki Ilhami, Blok A10 No. 12, Tangerang Banten. Status kepemilikan bangunan adalah milik pribadi. Pendirian apotek ini telah dicanangkan pada bulan Desember 2012, di mana pada bulan Januari hingga Februari 2013, dilakukan tahap penyiapan berkas lampiran pengajuan permohonan izin apotek, yakni: a. Salinan/Foto copy Surat Izin Kerja Apoteker b. Salinan/Foto copy Kartu Tanda Penduduk c. Salinan/Foto copy denah bangunan d. Surat yang mengatakan status bangunan dalam bentuk akta hak milik/sewa/kontrak e. Daftar Asisten Apoteker dengan mencantumkan nama, alamat, tanggal lulus, dan nomor surat izin kerja f. Asli dan salinan/fotocopy daftar terperinci alat perlengkapan apotik g. Surat pernyaataan dari Apoteker Pengelola Apotek bahwa tidak bekerja tetap pada perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain h. Akte perjanjian kerja sama Apoteker Pengelola Apotek dengan Pemilik Sarana Apotek i. Surat pernyataan Pemilik Sarana tidak terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat. Pada bulan April hingga Mei 2013 dilakukan persiapan melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk operasional apotek sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Diharapkan saat dilakukan pemeriksaan setempat oleh Tim Dinas Kesehatan Kota Tangerang, kelengkapan sarana dan prasarana Apotek Rizki dinyatakan memenuhi persyaratan dan Surat Izin Apotek dapat diterbitkan 12 Universitas Indonesia

88 13 dengan segera sehingga apotek dapat beroperasi dan melayani masyarakat pada pertengahan tahun Persyaratan Apotek Terdapat 4 aspek yang dipersiapkan sesuai dengan persyaratan apotek yang tertera dalam PerMenKes No. 922 Tahun 1993 Pasal 6 dan formulir APT-3 pada KepMenKes No Tahun 2002, yakni persyaratan tempat, kelengkapan, tenaga kesehatan, dan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya Persyaratan Tempat Sarana Apotek Apotek terletak di dalam kompleks ruko perumahan Vila Rizki Ilhami Tangerang Banten, yakni pada Blok A10 No. 12. Lokasi ini dipilih karena memiliki pangsa pasar yang jelas yakni penghuni dari lebih dari 1000 unit rumah perumahan Vila Rizki Ilhami. Selain itu, 500m dari gerbang Vila Rizki Ilhami juga terdapat sebuah perumahan dengan penghuni 500 unit rumah. Lokasi tersebut juga diuntungkan dengan letak apotek kompetitor yang berjarak cukup jauh dari target pelanggan (penduduk perumahan), sehingga diharapkan Apotek Rizki menjadi apotek pilihan utama. Denah lokasi Apotek Rizki dapat dilihat di Lampiran 8. Apotek Rizki menempati sebuah ruko dua lantai yang berukuran 500cm x 700cm. Dalam rancangan bisnisnya, lantai satu ruko difungsikan sebagai apotek dan praktek dokter umum, sementara itu lantai dua ruko difungsikan sebagai praktek dokter gigi atau perawatan kecantikan. Pemilik Sarana Apotek memang merencanakan sebuah konsep pusat pelayanan kesehatan yang terpadu bagi target pelanggan, yang terdiri dari apotek, dokter, dan pusat perawatan kecantikan. Namun karena modal yang masih terbatas, PSA baru dapat memfungsikan lantai pertama dari ruko sebagai apotek dan praktek dokter umum. Apotek akan menempati ruang sebesar 350cm x 300cm sementara ruang praktek menempati ruang sebesar 300cm x 200cm Untuk sementara, lantai dua difungsikan sebagai gudang apotek. Tampak depan dari bangunan ruko dapat diliat di Lampiran 9 dan Layout pembagian ruang lantai satu ruko dapat dilihat di Lampiran 10. Universitas Indonesia

89 Bangunan Apotek Apotek Rizki menempati ruang dengan ukuran 350cm x 300cm dalam sebuah ruko dua lantai yang berukuran 500cm x 700cm. Ruang yang tersedia harus dimaksimalkan sehingga semua fungsi dasar apotek dapat terakomodasi yakni area meracik, penyerahan resep, ruangan administrasi, kamar kerja apoteker, dan WC. Selain itu, dalam ruang apotek juga harus mengakomodasi ruang tunggu untuk pelanggan, tempat informasi obat, konseling bagi pasien, ruang/tempat penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan, dan tempat pencucian alat. Gambaran rancang ruang di lantai 1 dapat dilihat di lampiran 11. Dalam ruang apotek yang berukuran 350cm x 300cm dibagi menjadi tiga area utama, yaitu di bagian depan terdapat area penerimaan resep dan pelayanan pembelian obat OTC; di bagian samping kiri terdapat area pembayaran, penyerahan obat, dan informasi obat; dan di bagian belakang terdapat area peracikan dan penyimpanan obat ethical. Gambar layout beserta rancang area apotek dapat dilihat di Lampiran 12. A. Area Meracik Area meracik merupakan sebuah area yang digunakan untuk mempersiapkan resep yang diterima sebelum diserahkan kepada pelanggan/pasien. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa peracikan (membuat sediaan baru seperti puyer dan menyiapkan sirup dari sirup kering) atau mempersiapkan obat ethical yang diresepkan dokter kepada pasien. Letak area meracik diapit oleh bagian belakang lemari OTC dan di depan lemari ethical dan bahan obat. Di area tersebut, terdapat sebuah meja kecil dengan tinggi 100 cm dan dilapisi oleh batu granit. Meja tersebut digunakan untuk melakukan pekerjaan peracikan. Pekerjaan mengemas dan memberikan label juga dilakukan di area ini. Seluruh peralatan meracik diletakkan di sebuah lemari gantung yang berada di atas meja racik. Di dalam lemari gantung juga diletakkan kotak kecil yang berisi plastik pembungkus, kertas perkamen, etiket dan label, serta alat tulis. Namun karena keterbatasan ruang, pekerjaan yang membutuhkan bantuan penangas air atau pemanas dilakukan di lantai 2. Rancangan area meracik dapat dilihat di lampiran 13. Universitas Indonesia

90 15 B. Ruang Penyerahan Obat Resep Area penyerahan obat resep berada di sebelah kanan area apotek, yaitu di depan area kasir dan di samping kasir. Area tersebut dipilih karena dekat dengan tempat meracik, kasir dan area konseling sehingga memudahkan alur penanganan pelanggan. C. Kamar kerja apoteker dan Ruang Administrasi Kamar kerja apoteker dan ruang administrasi untuk sementara waktu menggunakan ruang praktek dokter karena dokter tidak berpraktek setiap saat dalam satu hari sehingga sisa waktu dapat dipergunakan sebagai kamar kerja apoteker dan ruang administrasi. D. WC WC berada di lantai 2 ruko yang dapat diakses melalui tangga di belakang area ruang praktek dokter. E. Ruang Tunggu Ruang tunggu bagi pasien berada di sebelah kiri area apotek. Terdapat 4 bangku dan satu meja kecil. Area tunggu untuk pasien dokter berada di depan ruang praktek dokter dan juga dapat digunakan oleh pelanggan apotek untuk menunggu pelayanan obat. F. Tempat informasi obat dan area konseling bagi pasien Tempat informasi obat dan area konseling berada di depan suatu lemari dorong kecil yang terletak di samping kanan area penyerahan obat (di dekat area racik. Lemari kecil tersebut berisi buku-buku pegangan seperti MIMS, ISO dan Farmakope. APA nantinya akan standby di area tersebut untuk melayani pelanggan dalam memberikan konseling, informasi dan edukasi obat. Selain itu, di atas meja kecil serta di atas meja kasir juga akan diletakkan brosur/pamphlet yang berisi informasi kesehatan untuk diambil oleh pelanggan yang datang. Universitas Indonesia

91 16 G. Ruang/Tempat Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Lainnya Dalam rancangan ruang Apotek Rizki, terdapat 2 area utama untuk menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya, yaitu area OTC (Over-The- Counter / Obat Bebas), dan area ethical dan bahan obat. Skema pembagian lemari dapat dilihat di Lampiran 14. Area OTC merupakan area yang terletak di bagian depan area apotek tepat di belakang kaca depan bangunan sehingga memungkinkan pelanggan untuk melihat barang apa saja yang dijual dari luar apotek. Di dalam area OTC, terdapat 6 kabinet kaca yang digunakan untuk menyimpan sediaan OTC seperti obat bebas, obat bebas terbatas, suplemen dan multivitamin, obat tradisional, kosmetik, susu bayi, alat kesehatan, dan PKRT. Area ethical merupakan area yang terletak di bagian belakang area apotek dan tersembunyi di balik lemari OTC. Di area tersebut, terdapat dua lemari kayu tempat menyimpan obat keras dan bahan obat. H. Tempat Pencucian Alat. Tempat pencucian alat di wastafel di pojok kiri belakang bangunan di depan tangga. Tempat pencucian alat ini sebenarnya adalah wastafel sehingga dapat digunakan pengunjung untuk mencuci tangan Kelengkapan Bangunan Calon Apotek A. Sumber Air Sumber air berasal dari pompa air listrik yang di tempatkan di bawah tanah di bagian depan bangunan ruko. Sumber air tersebut mengaliri wastafel serta WC yang berada di lantai 2. B. Penerangan Terdapat 2 titik lampu downlight yang berada di langit-langit lantai satu dan dirasakan cukup untuk melakukan aktifitas sehari hari. Selain itu, bagian depan apotek yang menggunakan jendela kaca yang lebar juga dapat membantu penerangan melalui sinar matahari. Universitas Indonesia

92 17 C. Alat Pemadam Kebakaran Terdapat dua fire extinguisher yang akan ditempatkan. Satu berada di bawah meja racik dan satu lagi berada di dekat tangga. D. Ventilasi Terdapat dua titik jendela yang menjadi lokasi pertukaran udara secara alami, yakni di dekat tangga dan di bagian atas pintu masuk apotek. Untuk menjaga suhu di dalam apotek, digunakan 2 unit AC ½ PK. E. Sanitasi Terdapat sebuah wastafel di depan tangga dan sebuah WC di lantai dua. Saluran pembuangan limbah berada di bagian belakang ruko. Tempat sampah tersebar di dekat area racik, di dekat kasih dan di dekat wastafel. Sampah kemudian dikumpulkan di bak penampungan sampah utama apotek di bagian belakang untuk selanjutnya dibuang ke tempat penampungan akhir Papan Nama Terdapat dua macam papan nama apotek, yakni papan nama apotek yang bersifat komersil (sebagai media promosi), dan papan nama apotek yang bersifat informatif. Papan nama bersifat komersil terbuat dari papan berukuran 400 cm x 50 cm yang diletakkan persis di dinding depan bagian atas lantai 1. Sementara itu, papan nama apotek yang bersifat informatif berukuran 60 cm x 40 cm dan bertuliskan informasi apotek yakni nama apotek, nama apoteker pengelola apotek, nomor izin apotek dan alamat apotek. Desain papan nama tersebut dapat dilihat di Lampiran Persyaratan Perlengkapan Alat Pembuatan, Pengolahan dan Peracikan Apotek Rizki telah mempersiapkan alat pembuatan, pengolahan dan peracikan yang seluruhnya didapatkan melalui membeli dari toko peralatan laboratorium. Alat-alat yang telah disiapkan adalah seperti yang tertera pada poin Universitas Indonesia

93 seluruh alat tersebut diletakkan di dalam lemari gantung di area peracikan, kecuali penangas air dan pemanas yang diletakkan di lantai Perlengkapan dan Alat Perbekalan Farmasi Seperti yang sudah dijelaskan pada poin G tentang Ruang/Tempat Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Lainnya, terdapat dua area untuk menyimpan sediaan farmasi di area apotek, yaitu area OTC dan area ethical. Di dalam area OTC, terdapat 6 kabinet kaca yang digunakan untuk menyimpan sediaan OTC seperti obat bebas, obat bebas terbatas, suplemen dan multivitamin, obat tradisional, kosmetik, susu bayi, alat kesehatan, dan PKRT. Sediaan dan perbekalan yang dipamerkan di dalam display diletakkan sesuai dengan kelompoknya (fungsi farmakologis) sehingga memudahkan pelanggan untuk memilih obat yang diinginkan. Kabinet kaca tersebut terletak 100cm dari permukaan tanah (di bawahnya terdapat cabinet kayu setinggi 100 cm) dan memiliki tinggi yakni 120 cm, sehingga barang yang berada di rak paling atas (200 cm di atas permukaan tanah), masih bisa dijangkau dengan tangan Di bawah tiap kabinet kaca, terdapat kabinet yang terbuat dari kayu. Kabinet tersebut digunakan untuk memuat dokumen administrasi apotek, alat kesehatan yang berukuran besar dan/atau obat ethical. Rancangan kabinet OTC dapat dilihat di Lampiran 16. Di dalam area ethical, terdapat 2 lemari yang digunakan untuk menyimpan obat keras dan bahan obat. Obat keras yang diletakkan di dalam lemari disusun berdasarkan bentuk sediaannya yaitu padat, cair, dan semisolid, kemudian disusun berdasarkan abjadnya. Khusus untuk sediaan oral padat, sebelum diletakkan di dalam lemari, obat diletakkan terlebih dahulu ke dalam kotak plastik yang berukuran 10cm x 10cm x 20cm. Kotak plastik tersebut menggantikan fungsi kemasan sekunder tiap obat agar menghemat tempat, namun di dalam kotak tersebut tetap dimasukkan flyer informasi obat yang disertakan dalam kemasan. Tiap kotak memuat satu jenis obat dengan satu kekuatan. Di depan bagian kotak, ditempel label yang berisi nama obat, zat aktif dan kekuatannya. Rancang lemari ethical dan kotak plastik dapat Universitas Indonesia

94 19 dilihat di Lampiran 17. Sediaan psikotropika diletakkan di dalam lemari ethical namun terpisah dari sediaan oral padat lainnya. Sediaan farmasi yang bersifat termolabil seperti suppositoria dan vaksin diletakkan di dalam lemari pendingin. Sementara itu, sediaan narkotika diletakkan di dalam lemari narkotika. Kedua lemari tersebut berada di dalam ruang praktek dokter, tepatnya adalah berada di bawah tangga. Rancang letak lemari pendingin dan lemari narkotika dapat dilihat di Lampiran Wadah Pengemas dan Pembungkus Terdapat dua macam etiket Apotek Rizki, yaitu etiket putih untuk sediaan oral dan etiket yang berlatar biru untuk obat luar. Etiket tersebut terbuat dari kertas stiker berukuran 7cm x 7cm. Pada etiket putih, informasi yang harus ditulis oleh apoteker/asisten apoteker adalah nomor resep, tanggal, nama pasien, umur pasien, nama obat, frekuensi minum obat, banyaknya minum obat, bentuk sediaan (dicoret yang tidak sesuai), waktu minum obat (dicoret yang tidak sesuai), perhatian penggunaan obat (seperti Harus Dihabiskan pada antibiotik, atau Kocok Sebelum Minum pada suspensi), serta tanggal kadaluarsa. Sementara itu, pada etiket biru, informasi yang harus ditulis adalah nomor resep, tanggal, nama pasien, umur pasien, nama obat, frekuensi pemakaian, cara pemakaian, perhatian terhadap pemakaian obat, serta tanggal kadaluarsa. Pada kedua etiket, terdapat kop yang berisi info apotek yakni alamat, no telpon dan faks, nama apoteker serta SIPA apoteker. Etiket stiker tersebut kemudian ditempelkan pada plastik klip, pot plastic, ataupun botol obat. Rancangan etiket dapat dilihat di Lampiran 19. Wadah pengemas yang telah disiapkan untuk mengemas obat adalah adalah perkamen, plastik klip, pot plastik serta kantong kresek Alat Administrasi Alat administrasi yang telah disiapkan untuk Apotek Rizki adalah: A. Blanko Surat Pesanan Obat Blanko surat pesanan obat merupakan sebuah formulir rangkap dua yang digunakan ketika akan melakukan pemesanan obat. Lembar asli diberikan kepada Universitas Indonesia

95 20 PBF sementara salinannya disimpan oleh apotek sebagai arsip. Informasi yang harus dicatat pada surat pesananan obat adalah nomor surat, tanggal pemesanan, PBF tujuan, nama barang, jumlah yang akan dibeli, serta tanda tangan salesman dan tanda tangan pihak apotek. Rancangan blanko surat pesanan obat Apotek Rizki dapat dilihat di Lampiran 20. B. Blanko kartu stok obat Blanko kartu stok obat merupakan sebuah kartu yang terbuat dari karton yang digunakan untuk mencatat pemasukan serta pengeluaran obat sehari-hari. Pemasukan dicatat ketika terjadi penambahan stok melalui pembelian pada PBF sementara pengeluaran dicatat ketika ada pembelian yang dilakukan oleh pasien atau sarana lain atau ketika terjadi pengeluaran obat dari stok akibat rusak/kadaluwarsa. Rancangan kartu stok obat Apotek Rizki dapat dilihat di Lampiran 21. C. Blanko salinan resep Blanko salinan resep merupakan sebuah formulir rangkap satu yang digunakan untuk menulis dan mencatat kembali resep yang telah dikeluarkan oleh dokter kepada pasien dan secara sah menjadi salinan dari resep asli tersebut sehingga dapat digunakan layaknya resep asli. Informasi yang harus dicatat dalam selembar salinan resep adalah nama dokter, tanggal penulisan resep, nomor resep, nama pasien, umur pasien, nama serta jumlah obat yang diresepkan, tanggal salinan resep, dan tanda tangan apoteker. Rancangan blanko salinan resep Apotek Rizki dapat dilihat di Lampiran 22. D. Blanko nota penjualan Blanko nota penjualan merupakan sebuah formulir (nota) rangkap dua yang digunakan sebagai tanda bukti resmi transaksi dari penjual (apotek) kepada pembeli. Nota penjualan Apotek Rizki mengakomodasi dua macam pembelian yaitu pembelian obat resep dan non resep dalam satu nota. Rancangan blanko salinan resep Apotek Rizki dapat dilihat di Lampiran 23. Universitas Indonesia

96 21 E. Buku Pembelian Buku pembelian merupakan sebuah buku yang didalamnya tercatat transaksi pembelian obat Apotek Rizki kepada distributor. Terdapat 13 kolom yang harus diisi dalam buku tersebut yakni nomor, nama distributor, nomor surat pesanan, nomor faktur, tanggal pemesanan, jumlah sebelum diskon dan PPN, persen diskon, jumlah retur, besar PPN, total, tanggal jatuh tempo, tanggal pelunasan, dan paraf staf yang melakukan pelunasan. F. Buku Penerimaan Barang Buku penerimaan barang merupakan sebuah buku yang didalamnya tercatat barang-barang yang diterima oleh Apotek Rizki melalui mekanisme pemesanan kepada distributor. Terdapat 10 kolom yang harus diisi dalam buku tersebut yakni nomor, tanggal penerimaan, nama distributor, nomor faktur, nama barang, jumlah barang, no batch, tanggal kadaluwarsa, kondisi barang, paraf staf yang menerima barang. G. Buku Penjualan Buku penjualan merupakan sebuah buku yang didalamnya tercatat transaksi penjualan obat Apotek Rizki kepada pasien. Terdapat 10 kolom yang harus diisi dalam buku tersebut yakni nomor, tanggal penjualan, nomor nota, pembelian resep (nomor resep, harga resep), pembelian non resep (nama barang, jumlah, harga), total pembelian, paraf kasir. H. Buku Defekta Buku defekta merupakan sebuah buku yang didalamnya tercatat daftar obat yang harus dibeli dari distributor karena stoknya yang akan habis. Terdapat 7 kolom yang harus diisi dalam buku tersebut yakni nomor, nama barang, jumlah barang, nama distributor, tanggal pemesanan, nomor surat pemesanan, dan paraf staf yang melakukan pemesanan. I. Buku Pencatatan Resep Universitas Indonesia

97 22 Buku pencatatan resep merupakan sebuah buku yang didalamnya tercatat resep yang telah diterima dan dilayanin oleh apotek. Terdapat 8 kolom yang harus diisi dalam buku tersebut yakni nomor, tanggal pelayanan, nomor resep, dokter yang meresepkan, nama pasien, nama obat/bahan obat, jumlah, dan harga. J. Buku pencatatan narkotika dan psikotropika Buku pencatatan narkotika dan psikotropika merupakan sebuah buku yang didalamnya tercatat setiap transaksi pembelian dan pemakaian narkotika dan psikotropika. Terdapat 9 kolom yang harus diisi dalam buku tersebut yakni nama obat, saldo awal, pemasukan (tanggal, jumlah, paraf), pengeluaran (tanggal, jumlah, paraf), dan saldo akhir Literatur Literatur yang telah disiapkan oleh Apotek Rizki adalah Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995, ISO edisi terbaru, MIMS edisi terbaru, dan kumpulan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek, yakni: a. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. b. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. c. Undang-Undang Kesehatan RI No.39 tahun 2009 tentang Kesehatan. d. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. e. Keputusan Pemertintah Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. f. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2003 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Universitas Indonesia

98 Persyaratan Tenaga Kesehatan Dalam operasionalnya, Apotek Rizki mempekerjakan 1 orang apoteker pengelola apotek, 2 orang asisten apoteker, 1 orang kasir, 1 orang staf keuangan, dan 1 orang tenaga kebersihan Tugas dan Tanggung Jawab A. Apoteker Pengelola Apotek Apoteker Pengelola Apotek memiliki tugas dan tanggung jawab: a. Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya (apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala kebutuhan perundang-undangan di bidang perapotekan yang berlaku. b. Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek termasuk mengkoordinasikan dan mengawasi dinas kerja karyawan lainnya antara lain mengatur daftar giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja, dan tanggung jawab masing-masing karyawan. c. Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha apotek dengan mempertimbangkan masukan dari karyawan lainnya untuk perbaikan pelayanan dan kemajuan apotek. d. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan menyerahkan obat. e. Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. f. Melaksanakan pelayanan swamedikasi. g. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan. h. Membuat salinan resep bila dibutuhkan. i. Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan tunai harian. Universitas Indonesia

99 24 B. Asisten Apoteker Asisten Apoteker memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut: a. Melakukan pendataan kebutuhan barang. b. Mengatur, mengontrol dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di ruang peracikan. c. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan menyerahkan obat. d. Memberi harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa kelengkapan resep. e. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan. f. Mencatat keluar masuk barang. g. Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa. h. Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang masuk setiap harinya. i. Melakukan fungsi kasir, pembukuan, dan administrasi sehari-hari. C. Tenaga Pembantu Tugas dan kewajiban tenaga pembantu adalah sebagai berikut: a. Menjaga kebersihan dan kerapian apotek. b. Membantu petugas apotek lain yang memerlukan bantuan non-teknis kefarmasian. c. Mengantar obat dan sediaan farmasi untuk pelayanan pesan antar. d. Menjamin obat yang tepat sampai kepada pasien yang tepat. e. Menerima uang hasil pembayaran obat. Universitas Indonesia

100 Pemeriksaan Kesiapan Apotek Saat tugas khusus ini dibuat (29 Mei 2013), Apotek Rizki masih berada pada tahap persiapan apotek, yakni tahap persiapan sarana apotek berupa pembuatan lemari, pembuatan bilik ruang praktek dokter, pemasangan pendingin ruangan, perombakan instalasi listrik, perombakan pintu dan jendela, dll. Tahap persiapan sarana tersebut membutuhkan waktu selama 2 bulan. Selain itu, apotek juga dalam tahap mempersiapkan sistem basis data keuangan dan stok barang menggunakan sistem komputerisasi (menggunakan barcode dan mesin). Selagi hal tersebut berjalan, Apotek Rizki juga berada dalam tahap memesan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya yang akan dijual di apotek, serta sedang dalam tahap perekrutan Asisten Apoteker. Prasarana yang telah selesai dipersiapkan oleh Apotek Rizki adalah alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan, serta alat administrasi. Berdasarkan kemajuan persiapan apotek tersebut, diperkirakan Suku Dinas Kesehatan Kota Tangerang dapat melaksanakan pemeriksaan kesiapan Apotek Rizki di bulan Agustus. Universitas Indonesia

101 26 BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan a. Secara garis besar, terdapat 2 tahap permohonan pengajuan izin apotek, yakni penyerahan berkas administrasi dan pelaksanaan pemeriksaan kesiapan apotek. Permohonan izin apotek disampaikan kepada Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. b. Pemeriksaan kesiapan apotek dilakukan oleh Tim Suku Dinas Kesehatan Kota untuk menilai apakah suatu apotek telah siap untuk beroperasi berdasarkan 3 aspek persyaratan apotek yakni persyaratan tempat, persyaratan perlengkapan, dan persyaratan tenaga kesehatan. Persyaratan tempat meliputi sarana, bangunan apotek, kelengkapan bangunan, dan papan nama. Persyaratan perlengkapan meliputi alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan, perlengkapan dan alat perbekalan farmasi, wadah pengemas dan pembungkus, alat administrasi, dan literatur. Persyaratan tenaga kesehatan meliputi Apoteker Pengelola Apotek, dan Asisten Apoteker. c. Pada akhir penulisan tugas khusus (29 Mei 2013), Apotek Rizki telah selesai memenuhi persyaratan kelengkapan. Tahap yang tengah berlangsung adalah persiapan pemenuhan persyaratan tempat dan persyaratan tenaga kesehatan. 5.2 Saran a. Pemilik sarana apotek harus selalu mengikuti perkembangan tahap persiapan sarana dan prasarana apotek sehingga dapat selesai dengan tepat waktu dan Suku Dinas Kesehatan dapat melaksanan pemeriksaan kesiapan apotek pada waktu yang telah direncanakan. b. Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) selanjutnya, sebaiknya dilakukan tahap mempersiapan sediaan farmasi dan perbekalan yang akan diperjualbelikan di Apotek Rizki, serta mempersiapkan Sistem Operasional Prosedur (SOP) untuk kegiatan administrasi di Apotek. Universitas Indonesia

102 27 DAFTAR ACUAN Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/MenKes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta: : Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

103 28 Quick, J. (1997). Managing Drug Supply, The selection, Procurement, Distribution, and Use of Pharmaceuticals, 2nd ed. Revised and Expanded. Kumarian Press. Seto, S., Yunita, N., & T, L. (2004). Manajemen Farmasi. Jakarta: Airlangga University Press. Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Farmasi. Jakarta : Wira Putra Kencana.

104 LAMPIRAN

105 30 Lampiran 1. Contoh Formulir APT-1

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER IMELDA PRIANA, S.Farm. 1206329713

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AISYAH, S.Far. 1206329316 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO. 50 JAKARTA BARAT PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANNISA RAHMA HENDARSULA,

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 49 JL. PAHLAWAN REVOLUSI NO. 53 PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR PERIODE 2 APRIL-11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANITA AYU DWI AJIE SAPUTRI, S.Farm. 1106046673

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. Ir. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. Ir. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. Ir. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER TYAS PAWESTRISIWI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AYUN ERWINA ARIFIANTI, S.Farm. 1206312883

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO.34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 8 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RITA ZAHARA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JALAN BALAI PUSTAKA TIMUR NO.11 RAWAMANGUN PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 23 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 20 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LINDA JULI ASTUTI, S.Farm. 1206329770

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Tri Setiawan, S.Farm. 1006754075 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 20 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa: I.PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tempat dilakukannya praktik kefarmasian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 278 RUKO VERSAILLES FB NO.15 SEKTOR 1.6 BSD SERPONG PERIODE 3 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DWI FAJAR ABD. GHOFUR, S.Si 1006835204 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ILMA NAFIA, S.Farm.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt PEDAGANG BESAR FARMASI OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt Obat / Bahan Obat Ketersediaan Keterjangkauan Konsumen Aman Mutu Berkhasiat PBF LAIN PBF: Obat BBF INDUSTRI FARMASI 2 DASAR HUKUM Undangundang UU

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 AGUSTUS 30 AGUSTUS 2013 DAN 30 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 2013 20 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEIYANI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NISA YULIANTI SUPRAHMAN 1206313412 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: ASRI MUHTAR WIJIYANTI K 100 040 150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO 37 PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Suci

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NITA KARTIKA, S. Farm. 1206313425 ANGKATAN

Lebih terperinci