UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER HIDAYATUL FALAH ALATAS, S.Far ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, 1 S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker HIDAYATUL FALAH ALATAS, S.Far ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012 i

3

4 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat-nya penulis dapat mengikuti dan menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farmas No.47 Periode 13 Februari 24 Maret Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker di Program Profesi Apoteker Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selesainya laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus, khusunya kepada: 1. Kedua orang tua penulis yang senatiasa memberikan kasih sayang, semangat dan dukungannya. 2. Direksi PT Kimia Farma Apotek yang telah memberikan kesempatan melaksanakan PKPA. 3. Drs. Djamal Jusuf, Apt., selaku pembimbing di Apotek Kimia Farma No.47 Jl. Radio Dalam Raya 1S Jakarta Selatan. 4. Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker, Departemen Farmasi FMIPA. 5. Dra. Juheini Amin M. Si. Apt., selaku pembimbing dari Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 6. Seluruh karyawan Apotek Kimia Farmas No.47 dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih ada kekurangan dan jauh dari kesempunaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca diharapkan oleh penulis guna memperbaiki kemampuan penulis dalam kesempatan lain. Jakarta, April 2012 Penulis iii

5 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Persyaratan Apotek Tata Cara Perizinan Apotek Tenaga Kerja di Apotek Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek Pengelolaan Apotek Pelayanan Apotek Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pencabutan Surat Izin Apotek Sediaan Farmasi di Apotek Swamedikasi BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA PT. Kimia Farma (Persero) Tbk PT. Kimia Farma Apotek Bisnis Manajer Jaya I Apotek Kimia Farma No. 47, Radio Dalam BAB 4 PEMBAHASAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR REFERENSI iv

6 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 2.1 Tanda Golongan Obat pada Kemasan Obat Gambar 2.2 Tanda Peringatan pada Kemasan Obat Bebas Terbatas Gambar 3.1 Logo PT. Kimia Farma Apotek v

7 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman Lampiran 1. Contoh Laporan Penggunaan Psikotropika Lampiran 2. Contoh Surat Pesanan Narkotika Lampiran 3. Contoh Laporan Penggunaan Narkotika Lampiran 4. Denah Lokasi Apotek Kimia Farma No. 47 Radio Dalam Lampiran 5. Layout Apotek Kimia Farma No.47 Radio Dalam (Lantai Bawah)64 Lampiran 6. Layout Apotek Kimia Farma No.47 Radio Dalam (Lantai Atas).. 65 Lampiran 7. Contoh Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) Lampiran 8. Alur Penjualan Resep Tunai Lampiran 9. Contoh Kuitansi Pembayaran Tunai Lampiran 10. Alur Pelayanan Resep Kredit Lampiran 11. Nomer Urut Resep Kredit Lampiran 12. Alur Penjualan Obat Bebas Lampiran 13. Contoh Etiket Lampiran 14. Contoh Label Lampiran 15. Contoh Kartu Stok Lampiran 16. Contoh Lembar Salinan Resep Lampiran 17. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek vi

8 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan bagian penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas untuk pembangunan nasional, yaitu kesehatan dalam arti keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-Undang No. 36 Tahun 2009). Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional ini, maka diperlukan dukungan sumber daya kesehatan, sarana kesehatan, dan sistem pelayanan kesehatan yang optimal. Salah satu sarana kesehatan yang berperan dalam mewujudkan peningkatan derajat kesehatan bagi masyarakat adalah apotek, termasuk di dalamnya pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian di apotek, Apoteker harus mampu melaksanakan peran profesinya sebagai anggota tim kesehatan yang mengabdikan ilmu dan pengetahuannya dalam memberikan pelayanan kefarmasian yang terbaik bagi masyarakat. Selain itu, seorang Apoteker juga harus mampu menjalankan peran manajerial di apotek, yaitu mengenai keterampilan Apoteker dalam mengelola apoteknya secara efektif, seperti pengelolaan keuangan, perbekalan farmasi, dan sumber daya manusia. Perkembangan tingkat ekonomi dan kemudahan mendapatkan informasi, menjadikan masyarakat makin kritis dalam menjaga kesehatan dirinya. Untuk itu, apotek sebagai sarana yang bergerak dibidang jasa pelayanan harus mampu memberikan pelayanan kefarmasian secara tepat dan bermutu. Pada saat ini orientasi pelayanan kefarmasian telah bergeser dari pelayanan obat (drug oriented) menjadi pelayanan pasien (patient oriented). Kegiatan pelayanan yang 1

9 2 semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi berubah menjadi pelayanan yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, maka Apoteker dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lain secara aktif dan berinteraksi langsung dengan pasien disamping menerapkan keilmuannya di bidang farmasi. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006a). Untuk menghasilkan Apoteker yang memiliki kompetensi, maka diperlukan pendidikan yang efektif bagi calon Apoteker, salah satunya adalah pendidikan melalui Praktek Kerja Profesi Apoteker. Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi bekerja sama dengan PT. Kimia Farma Apotek, menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma yang berlangsung dari tanggal 13 Februari sampai tanggal 22 Maret Dengan adanya Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini diharapkan agar calon Apoteker dapat menghayati peran dan tanggung jawab Apoteker di apotek, dan menambah pengetahuan serta meningkatkan keterampilan dalam pekerjaan kefarmasian Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan oleh Fakultas Farmasi yang bekerja sama dengan PT. Kimia Farma Apotek bertujuan: a. Memahami fungsi, tugas, dan peranan Apoteker di apotek dalam pengelolaannya sesuai dengan peraturan dan etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. b. Memahami pengelolaan apotek sesuai dengan peraturan dan etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan, meliputi kegiatan administrasi, pengadaan, penyimpanan, pelayanan, dan manajemen di Kimia Farma Apotek.

10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 51 Tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Selain itu, berdasarkan Kepmenkes RI Nomor:1332/Menkes/SK/X/2002, apotek adalah tempat dilakukannya penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan kepada masyaraka. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika, sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009). Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan perlu mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik. Dalam pengelolaannya, apotek harus dikelola oleh Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan dan dapat dibantu oleh Apoteker pendamping serta tenaga teknis kefarmasian. 2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam: 1. Undang-Undang Kesehatan RI No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. 2. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. 3. Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika. 4. Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 1980 Tentang Perubahan atas PP No.26 Tahun 1965 Tentang Apotek. 3

11 4 5. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1990 Tentang Masa Bakti Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 184/MenKes/Per/II/ Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. 7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MenKes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. 8. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MenKes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. 9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/MenKes/SK/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 25 Tahun 1980 Pasal 2, tugas dan fungsi apotek adalah: 1. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. 2. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat. 3. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. 2.4 Persyaratan Apotek Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/SK/X/1993 Pasal 6, dinyatakan bahwa persyaratan apotek adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendapatkan izin apotek, Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. 2. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.

12 5 3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi. 2.5 Tata Cara Perizinan Apotek Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 disebutkan bahwa Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri Kesehatan RI kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Selanjutnya Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MenKes/Per/X/1993. Adapun ketentuannya adalah sebagai berikut: 1. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. 3. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (2) dan (3) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh formulir model APT Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil

13 6 pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan dimaksud ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek (SIA) dengan menggunakan contoh formulir model APT Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir model APT Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. 8. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan pemilik sarana. 9. Pemilik sarana yang dimaksud dalam ayat (8) harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat penyataan yang bersangkutan. 10. Terhadap permohonan izin apotek dan Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau lokasi tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir APT Tenaga Kerja di Apotek Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 menyebutkan bahwa tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri dari Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/ Asisten Apoteker dikenal sebagai Tenaga Teknis Kefarmasian.

14 7 Seorang APA bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya dan bertanggung jawab kepada pemilik modal jika bekerja sama dengan pemilik sarana apotek. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk Apoteker Pendamping. Jika APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus, Surat Izin Apotek (SIA) atas nama Apoteker bersangkutan dicabut. Jika APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker Pendamping, pada proses pelaporan wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Pada proses penyerahan tersebut, dibuat Berita Acara Serah Terima kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat, dengan tembusan kepada Kepala Balai POM setempat. 2.7 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta keterampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Seorang apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek adalah bentuk hakiki dari profesi Apoteker. Oleh karena itu, Apoteker Pengelola Apotek (APA) berkewajiban mencurahkan waktu, pemikiran dan tenaganya untuk menguasai, memanfaatkan dan mengembangkan apotek yang didasarkan pada kepentingan masyarakat. Hal ini dikarenakan Apoteker merupakan motor penggerak kemajuan suatu apotek. Sebelum melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmaian di apotek, seorang APA wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA masih dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Sesuai dengan Peraturan

15 8 Pemerintah RI No. 51 Tahun 2009, setiap tenaga kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi, yaitu berupa Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) bagi apoteker. STRA berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan. Registrasi ulang harus dilakukan minimal 6 (enam) bulan sebelum STRA habis masa berlakunya. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Memiliki ijazah Apoteker. 2. Memiliki sertifikat kompetensi profesi. 3. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/ janji Apoteker. 4. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang mempunyai izin praktek. 5. Membuat surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Sertifikat kompetensi profesi sebagaimana dimaksud dalam persyaratan memperoleh STRA dikeluarkan oleh organisasi profesi setelah lulus uji kompetensi. Sertifikat kompetensi profesi tersebut berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat dilakukan uji kompetensi kembali setelah habis masa berlakunya. Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi, dianggap telah lulus uji kompetensi dan dapat memperoleh sertifikat kompetensi profesi secara langsung. STRA dapat dicabut karena: 1. Permohonan yang bersangkutan. 2. Pemilik STRA tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental untuk menjalankan pekerjaan kefarmasian berdasarkan surat keterangan dokter. 3. Melakukan pelanggaran disiplin tenaga kefarmasian. 4. Melakukan pelanggaran hukum di bidang kefarmasian yang dibuktikan dengan putusan pengadilan. Pencabutan STRA disampaikan kepada pemilik STRA dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan organisasi profesi. Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat Izin

16 9 Praktek Apoteker (SIPA) bagi Apoteker penanggung jawab dan Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian dan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau fasilitas distribusi/ penyaluran. SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian atau SIKA hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian. SIPA dan SIKA dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota harus menerbitkan SIPA atau SIKA paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan: 1. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN (Komite Farmasi Nasional). 2. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/ penyaluran. 3. Surat rekomendasi dari organisasi profesi. 4. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut SIPA atau SIKA karena: 1. Atas permintaan yang bersangkutan. 2. STRA tidak berlaku lagi. 3. Yang bersangkutan tidak bekerja pada tempat yang tercantum dalam surat izin. 4. Yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental untuk menjalankan pekerjaan kefarmasian berdasarkan pembinaan dan pengawasan dan ditetapkan dengan surat keterangan dokter. 5. Melakukan pelanggaran disiplin tenaga kefarmasian berdasarkan rekomendasi KFN. 6. Melakukan pelanggaran hukum di bidang kefarmasian yang dibuktikan dengan putusan pengadilan.

17 Pengelolaan Apotek Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MenKes/Per/X/1993, pengelolaan apotek meliputi: 1. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, penyimpanan, dan penyerahan obat dan bahan obat. 2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya. 3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi, meliputi: a. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat. b. Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya atau mutu suatu obat dan perbekalan farmasi lainnya. c. Pelayanan informasi tersebut di atas wajib didasarkan pada kepentingan masyarakat. 2.9 Pelayanan Apotek Peraturan yang mengatur tentang pelayanan di apotek adalah Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 Pasal 14 sampai 22 dan Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/MENKES/SK/X/2002 Pasal 12, yang meliputi: 1. Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin. 2. Apoteker wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek, sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. 3. Apoteker tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten, namun resep dengan obat bermerek dagang atau obat paten boleh diganti dengan obat generik.

18 11 4. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat. 5. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat. 6. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib menyatakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep. 7. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker. 8. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu tiga tahun. 9. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. 10. APA, apoteker pendamping atau apoteker pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 11. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotek, Apoteker pengelola Apotek dapat menunjuk Apoteker Pendamping. Apabila Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola Apotek dapat menunjuk Apoteker Pengganti. 12. Apoteker Pengelola Apotek turut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping, Apoteker Pengganti di dalam pengelolaan Apotek. Apoteker Pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan Apoteker Pengelola Apotek.

19 Dalam pelaksanakan pengelolaan apotek, APA dapat dibantu oleh Asisten Apoteker (AA). AA melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek dibawah pengawasan Apoteker. 14. Apotek wajib memusnahkan sediaan farmasi yang tidak dapat dugunakan atau dilarang digunakan,harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pelayanan kefarmasian adalah tanggung jawab ilmu farmakoterapi dari seorang Apoteker untuk mencapai dampak tertentu dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian diimplementasikan dengan Good Pharmacy Practice (Cara Praktek di Apotek yang Baik). Dengan demikian Good Pharmacy Practice merupakan suatu pedoman yang digunakan untuk menjamin bahwa layanan yang diberikan Apoteker kepada setiap pasien telah memenuhi kualitas yang tepat. Dengan adanya pedoman tersebut diharapkan bahwa masyarakat dapat menggunakan obat-obatan dan produk serta jasa kesehatan dengan lebih tepat, sehingga tercapai tujuan terapi yang diinginkan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi pelayanan resep, promosi dan edukasi, serta pelayanan residensial Pelayanan Resep Skrining resep Apoteker melakukan skrining resep yang meliputi persyaratan administratif, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Skrining terhadap persyaratan administratif meliputi nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis dan jumlah yang minta; cara pemakaian yang jelas; informasi lainnya. Skrining kesesuaian farmasetik meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian. Skrining pertimbangan klinis meliputi adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan

20 13 terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan Penyiapan obat Pengambilan dan peracikan obat merupakan langkah awal dalam penyiapan obat. Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis, dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh Apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan. Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Selain itu, Apoteker harus memberikan konseling mengenai pengobatan yang diberikan sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien dan yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah dari sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, Apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan. Setelah penyerahan obat kepada pasien, Apoteker melaksanakan monitoring penggunaan obat, terutama untuk pasien dengan penyakit kronis Promosi dan Edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu memberikan promosi, antara lain dengan penyebaran leaflet/ brosur, poster, penyuluhan dan lain-lainnya. Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang ingin

21 14 melakukan upaya pengobatan diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit yang ringan dengan memilihkan obat yang sesuai. Promosi adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan memberikan inspirasi kepada masyarakat, sehingga termotivasi untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara mandiri. Edukasi adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan memberikan pengetahuan tentang obat dan pengobatan serta mengambil keputusan bersama pasien setelah mendapatkan informasi, untuk tercapainya hasil pengobatan yang optimal Pelayanan Residensial (Home Care) Pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada pasien yang dilakukan di rumah khususnya untuk kelompok lanjut usia dan pasien dengan penyakit kronis dikenal dengan pelayanan residensial (home care). Untuk kegiatan ini, apoteker harus membuat catatan pengobatan pasien (medication record). Pelayanan residensial dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kunjungan langsung ke rumah dan melalui telepon Pencabutan Surat Izin Apotek Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila: 1. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai Apoteker Pengelola Apotek. 2. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian. 3. Apoteker Pengelola Apoteker berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus-menerus. 4. Terjadi pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan kesehatan, obat keras, narkotika, dan psikotropika. 5. Surat Izin Praktek Apoteker Pengelola Apotek tersebut dicabut. 6. Pemilik Sarana Apotek terbukti dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang obat. 7. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek.

22 15 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota sebelum melakukan pencabutan surat izin apotek berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2002, pelaksanaan pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan. Selain itu, pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan setelah dikeluarkan pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek. Pembekuan SIA dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan. Pencairan izin apotek yang dimaksud tersebut dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, APA atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasinya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pengamanan tersebut wajib mengikuti tata cara sebagai berikut (Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2002): 1. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, psikotropika, obat keras tertentu, dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di apotek. 2. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. 3. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Kantor Wilayah Kementerian Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang olehnya tentang penghentian kegiatan yang disertai laporan inventarisasi yang dimaksud di atas Sediaan Farmasi di Apotek Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/KEP/X/2002 menjelaskan bahwa sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan dan kosmetika. Obat merupakan satu di antara sediaan farmasi yang dapat ditemui di apotek. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, obat

23 16 adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi untuk manusia. Obat-obat yang beredar di Indonesia digolongkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan dalam 4 (empat) kategori, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras (termasuk obat golongan psikotropika), dan obat golongan narkotika. Penggolongan ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Setiap golongan obat diberi tanda pada kemasan yang terlihat. Pelayanan di apotek meliputi pelayanan obat OTC (Over The Counter) dan obat ethical. Obat-obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah obat OTC. Obat OTC terdiri dari obat bebas dan obat bebas terbatas. Obat ethical adalah obat yang hanya dapat diperoleh dengan mempergunakan resep dokter, seperti obat keras (termasuk psikotropika), dan narkotika. Logo Golongan Obat Logo Golongan Obat Obat Bebas Obat Keras Obat Bebas Terbatas Golongan Narkotika Gambar 2.1 Tanda Golongan Obat pada Kemasan Obat Obat Bebas (Departemen Kesehatan RI, 2006b) Obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter adalah obat bebas. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Gambar 2.1). Contohnya adalah parasetamol.

24 Obat Bebas Terbatas (Departemen Kesehatan RI, 2006b) Obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai dengan tanda peringatan adalah obat bebas terbatas. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Wadah atau kemasan obat bebas terbatas perlu dicantumkan tanda peringatan (P No.1- P No.6) dan penyerahannya harus dalam bungkus aslinya. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (atau disesuaikan dengan kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya dengan huruf berwarna putih. Contoh tanda peringatan dan obatnya dapat dilihat pada Gambar 2.2. Tanda Peringatan dan contoh Tanda Peringatan dan contoh Contoh: CTM, Difenhidramin Contoh: Betadin Gargle Contoh: Voltaren Emulgel Contoh: Dulcolax supositoria Contoh: Anusol Supositoria Gambar 2.2. Tanda Peringatan pada Kemasan Obat Bebas Terbatas Obat Keras (Departemen Kesehatan RI, 2006b) Obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter adalah obat keras. Kemasan obat keras ditandai dengan lingkaran berwarna merah yang di dalamnya terdapat huruf K yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam.

25 18 Obat-obat yang masuk ke dalam golongan ini antara lain obat jantung, antihipertensi, antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotika, beberapa obat ulkus lambung, semua obat injeksi dan psikotropika. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Tujuan dari pengaturan psikotropika adalah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan memberantas peredaran gelap psikotropika. Berdasarkan undang-undang No. 5 Tahun 1997, psikotropika dibedakan ke dalam 4 golongan, yaitu: 1. Psikotropika golongan I Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan, misalnya ekstasi, meskalin dan psilosibin. 2. Psikotropika golongan II Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat dalam mengakibatkan sindroma ketergantungan, misalnya amfetamin, metamfetamin dan metilfenidat. 3. Psikotropika golongan III Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan, misalnya amobarbital, siklobarbital, dan luminal. 4. Psikotropika golongan IV Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan dalam mengakibatkan sindroma ketergantungan, misalnya derivat diazepam.

26 19 Pengelolaan psikotropika di apotek adalah sebagai berikut: 1. Pemesanan Obat-obat golongan psikotropika dapat diperoleh dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) Psikotropika dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek. Satu surat pesanan dapat digunakan untuk memesan lebih dari satu jenis obat golongan psikotropika. 2. Penyimpanan Sampai saat ini penyimpanan untuk obat golongan psikotropika belum diatur dengan suatu perundang-undangan, namun karena obat golongan psikotropika ini cenderung disalahgunakan, maka disarankan agar menyimpan obat-obatan tersebut dalam suatu rak atau lemari khusus. 3. Penyerahan Dalam rangka peredaran, psikotropika hanya dapat diserahkan oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan dokter. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan kepada pengguna/ pasien. Penyerahan psikotropika oleh rumah sakit, balai pengobatan, puskesmas hanya dapat dilakukan kepada pengguna/ pasien. Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, dan balai pengobatan dilaksanakan berdasarkan resep dokter. Penyerahan psikotropika oleh dokter hanya boleh dilakukan dalam keadaan menjalankan praktek terapi dan diberikan melalui suntikan, menolong orang sakit dalam keadaan darurat dan menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek. Psikotropika yang diserahkan dokter hanya dapat diperoleh dari apotek. 4. Pelaporan Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan kepada Suku Dinas Kesehatan Kota/ Kabupaten setempat setiap satu bulan sekali, paling lambat tanggal 10 (sepuluh), dengan tembusan kepada Balai POM, Dinas Kesehatan Provinsi dan berkas untuk arsip di apotek. Contoh laporan psikotropika dapat dilihat pada Lampiran Pemusnahan Menurut Undang-Undang No. 5 Pasal 53 Tahun 1997, Apoteker wajib membuat berita acara pada pemusnahan psikotropika, dan disaksikan oleh pejabat

27 20 yang ditunjuk dalam tujuh hari setelah mendapat kepastian. Pemusnahan psikotropika dilakukan apabila berkaitan dengan tindak pidana, psikotropika yang diproduksi tidak memenuhi standard dan persyaratan bahan baku yang berlaku, kadaluarsa, serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/ atau pengembangan ilmu pengetahuan. Sehubungan dengan pemusnahan psikotropika, apoteker wajib membuat berita acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam 7 (tujuh) hari setelah mendapat kepastian Narkotika Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Kemasan narkotika ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat palang berwarna merah (Departemen Kesehatan RI, 2006b). Berdasarkan Undang-undang No. 35 tahun 2009, Narkotika dibedakan ke dalam 3 golongan yaitu: 1. Narkotika golongan I Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan, misalnya opium, kokain, dan ganja. 2. Narkotika golongan II Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan, misalnya morfin dan petidin. 3. Narkotika golongan III Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan, misalnya kodein..

28 21 Pengelolaan narkotika di apotek adalah sebagai berikut: 1. Pemesanan Narkotika hanya dapat dilakukan pemesanan di Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma dengan menggunakan Surat Pesanan Narkotika yang ditandatangani oleh APA, dilengkapi nama jelas, nomor SIA dan SIPA, serta nama, alamat, dan stempel apotek. Satu lembar surat pesanan hanya dapat digunakan untuk memesan satu macam narkotika, dan perlu mencantumkan jumlah stok terakhir. (Lampiran 2). 2. Penyimpanan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/1978 tentang penyimpanan narkotika menjelaskan bahwa apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika. Tempat tersebut harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat, ditempatkan di tempat yang aman dan tidak diketahui oleh umum serta mempunyai kunci ganda yang berlainan. Tempat khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran lebih kurang cm, harus menempel pada tembok atau lantai dan tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh pegawai yang diberi kuasa. Lemari dibagi dua sekat, masing-masing dengan kunci yang berlainan, bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua digunakan untuk penyimpanan narkotika lainnya yang digunakan sehari-hari. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan yang tidak diketahui oleh umum. 3. Pelayanan resep Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, disebutkan bahwa narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan atau ilmu pengetahuan. Narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter. Selain itu, berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (sekarang Badan POM) No. 336/E/SE/1997 disebutkan bahwa apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya

29 22 boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep dari narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu, dokter tidak boleh menambahkan tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika. 4. Pelaporan Industri farmasi, PBF, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan atau pengeluaran narkotika. Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK, SIA, nama jelas dan stempel apotek. Laporan tersebut terdiri dari laporan penggunaan bahan baku narkotika, laporan penggunaan sediaan jadi narkotika, dan laporan khusus pengunaan morfin, petidin dan derivatnya (Lampiran 3). Laporan penggunaan narkotika dilaporkan setiap bulan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya yang ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan Kota/ Kabupaten setempat dengan tembusan Balai POM, Dinas Kesehatan Provinsi, Penanggung Jawab Narkotika PT. Kimia Farma dan berkas untuk arsip di apotek. 5. Pemusnahan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/I/1978 pasal 9 mengenai pemusnahan narkotika, APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan dan/ atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurangkurangnya memuat tempat dan waktu (jam, hari, bulan, dan tahun), nama pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik narkotika serta nama, jenis, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. Selain itu, memuat cara pemusnahan, tanda tangan dan identitas lengkap penanggung jawab apotek serta saksi-saksi pemusnahan. Berita acara pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat dengan tembusan kepada Balai POM setempat.

30 Swamedikasi Upaya yang dilakukan oleh individu yang bertujuan untuk mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obatan yang dapat dibeli bebas di apotek atas inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter adalah swamedikasi. Dalam hal ini masyarakat merasa butuh akan penyuluhan yang jelas dan tepat mengenai penggunaan secara aman dai obat-obatan yang dapat mereka beli secara bebas tanpa resep dokter di apotek. Biasanya swamedikasi ini dilakukan untuk mengatasi gangguan kesehatan ringan mulai dari batuk pilek, demam, sakit kepala, maag, gatal-gatal hingga iritasi ringan pada mata. Menurut Kepmenkes RI No.347/Menkes/SK/VII/1990 tentang obat wajib apotek, menerangkan bahwa yang dimaksud dengan Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker kepada pasien di apotek. Obat yang termasuk dalam Obat Wajib Apotek ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) ditetapkan oleh: 1. Kepmenkes No. 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek, berisi Daftar Obat Wajib Apotek No Kepmenkes No. 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No Kepmenkes No. 1176/Menkes/SK/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3 Apoteker di apotek dalam melayani pasien yang memerlukan obat yang dimaksud dalam Daftar Obat Wajib Apotek diwajibkan : 1. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat setiap pasien yang disebutkan dalam Obat Wajib Apotek 2. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan 3. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien. Obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker di apotek, antara lain adalah : 1. Oral kontrasepsi baik tunggal maupun kombinasi untuk satu siklus 2. Obat saluran cerna yang terdiri dari: a. Antasid + antispasmodik + sedatif

31 24 b. Antispasmodik (papaverin, hioscin, atropin) c. Analgetik + antispasmodik Pemberian maksimal 20 tablet 3. Obat mulut dan tenggorokan, maksimal 1 botol 4. Obat saluran nafas yang terdiri dari obat asma tablet atau mukolitik, maksimal 20 tablet 5. Obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, yang terdiri dari : a. Analgetik (Antalgin, Asam Mefenamat, Glavenin, Antalgin + Diazepam/derivatnya) b. Antihistamin Pemberian maksimal 20 tablet 6. Antiparasit yang terdiri dari obat cacing, maksimal 6 tablet 7. Obat kulit topikal yang terdiri dari : a. Semua salep/ krim antibiotik b. Semua salep/ krim kortikosteroid c. Semua salep/ krim antifungi d. Antiseptik lokal e. Enzim antiradang topikal f. Pemutih kulit. Pemberian maksimal 1 tube. Konseling swamedikasi sebaiknya dilakukan untuk penyakit ringan dan yang sangat penting sebelum melakukan swamedikasi harus mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakit yang diderita serta obat yang sesuai untuk mengobati penyakit tersebtu dan juga bagi kondisi fisik pasien. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam swamedikasi adalah: a. Baca secara teliti informasi yang tertera pada kemasan atau brosur yang disisipkan di dalam kemasan meliputi: komposisi zat aktif, indikasi, kontraindikasi, dosisi, efek samping dan cara penggunaan. b. Pilih obat dengan jenis kandungan zat aktif sesuai keperluan, seperti jika gejala penyakitnya hanya batuk maka pilih obat yang digunakan untuk mengatasi batuknya saja dan tidak perlu obat penurun demam.

32 25 c. Penggunaan obat swamedikasi hanya jangka pendek (seminggu), jika gejala menetap atau memburuk maka segera konsultasikan ke dokter. d. Perhatikan aturan pakai, bagaimana cara memakainya, berapa jumlahnya, dipakai sebelum atau sesudah makan serta berapa lama pemakaiannya. Untuk lebih mengarahkan ketepatan pemilihan obat pada saat melakukan pelayanan swamedikasi, konseling pra layanan swamedikasi dapat dilakukan kepada pasien dengan arahan 5 pertanyaan penuntun sebagai berikut : 1. W = Who (Untuk siapa obat tersebut?) 2. W = What Symptoms (Gejala apa yang dirasakan?) 3. H = How Long (Sudah berapa lama gejala tersebut berlangsung?) 4. A = Action (Tindakan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut?) 5. M = Medicine (Obat-obat apa saja yang sedang digunakan oleh pasien?) Dalam melakukan kegiatan swamedikasi tidak selalu berjalan dengan lancar. Ada berbagai hambatan yang dapat terjadi pada proses pengobatan dan pemberian konseling, diantaranya yaitu : a. Hambatan yang berasal dari pasien antara lain adalah perasaan malu, marah, takut, ragu-ragu. Hal ini dapat diatasi dengan bersikap empati, mencari sumber timbulnya masalah tersebut, tetap bersikap terbuka dan siap membantu. b. Hambatan yang berasal dari latar belakang pendidikan, budaya dan bahasa. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan istilah sederhana yang dapat dipahami. Berhati-hati dalam menyampaikan hal yang sensitif. c. Hambatan yang berasal dari fisik dan mental. Ini dapat diatasi dengan menggunakan alat bantu yang sesuai atau melibatkan orang yang merawatnya. d. Hambatan yang berasal dari tenaga farmasi, dapat berupa mendominasi percakapan, menunjukkan yang tidak memberikan perhatian, tidak mendengarkan apa yang pasien sampaikan, menggunakan istilah medis yang tidak dipahami oleh pasien. Upaya yang diberikan yaitu dengan memberikan kesempatan kepada pasien untuk menyampaikan masalahnya dengan bebas

33 26 dan menunjukkan kepada pasien bahwa apa yang disampaikannya didengarkan dan diperhatikan. e. Hambatan lain adalah kurangnya tempat khusus dalam memberikan konseling guna memberikan rasa privasi dan kenyamanan kepada pasien.

34 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA 3.1 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Sejarah PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. Kimia Farma termasuk perintis di bidang industri farmasi di Indonesia. Menurut sejarah perkembangan industri farmasi di Indonesia, perusahaan kimia farma berasal dari nasionalisasi perusahaan farmasi Belanda oleh Penguasa Perang Pusat berdasarkan Undang-Undang No.74/ 1957 yang baru dilaksanakan pada tahun Setelah nasionalisasi perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda dapat terlaksana, Penguasa Perang Pusat menyerahkan perusahaanperusahaan swasta milik Belanda kepada departemen-departemen sesuai dengan bidang usahanya masing-masing. Berdasarkan SK Penguasa Perang Pusat No. Kpts/Peperpu/0348/1958 dan SK Menkes No.58041/Kab/1958 dibentuk Bapphar (Badan Pusat Penguasa Perusahaan Farmasi Belanda). Berdasarkan Undang-undang No. 19/Prp/tahun 1960 tentang Perusahaan Negara (PN) dan PP No.69 tahun 1961, Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengganti Bapphar menjadi Badan Pimpinan Umum (BPU) Farmasi Negara dan membentuk beberapa PN Farmasi. PN tersebut yaitu PN Farmasi dan alat kesehatan Radja Farma, PN Farmasi dan alat kesehatan Nurani Farma, PN Farmasi dan alat kesehatan Nakula Farma (Jakarta), PN Bio Farma, PN Farmasi dan alat kesehatan Bhineka Kina Farma (Bandung) dan PNF Sari Husada (Yogyakarta), dan PN Farmasi dan alat kesehatan Kasa Husada (Surabaya). Pada tahun 1967 sesuai dengan Instruksi Presiden No. 17 yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1969, bahwa PNF Nurani Farma, PNF Bio Farma, PNF Radja Farma, PN Sari Husada, PN Bhineka Kina Farma, dan PNF Nakula Farma dilebur menjadi PN Farmasi dan Alat Kesehatan Bhineka Kimia Farma. Pada tanggal 16 Agustus 1971, Perusahaan Negara Farmasi Kimia Farma mengalami peralihan bentuk hukum menjadi Badan Usaha Milik Negara dengan status sebagai Perseroan Terbatas, sehingga selanjutnya disebut PT Kimia Farma (Persero). Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan 27

35 28 BUMN No. S-59/M-PM. BUMN/2000 tanggal 7 Maret 2000, PT. Kimia Farma diprivatisasi. Sejak tanggal 4 Juli 2000, PT. Kimia Farma resmi terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai perusahaan publik dengan nama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Untuk dapat mengelola perusahaan lebih terarah dan berkembang dengan cepat, maka pada tanggal 4 januari 2002 Direksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk mendirikan 2 (dua) anak perusahaannya yaitu PT. Kimia Farma Apotek yang bergerak dibidang ritel farmasi dan PT. Kimia Farma Trading & Distribution Visi dan Misi Visi Menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu menghasilkan pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui konfigurasi dan koordinasi bisnis yang sinergis Misi Menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di bidangbidang: 1. Industri kimia dan farmasi dengan basis penelitian dan pengembangan produk yang inovatif. 2. Perdagangan dan jaringan distribusi. 3. Pelayanan kesehatan yang berbasis jaringan retail farmupasi dan jaringan pelayanan kesehatan lainnya. 4. Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan usaha perusahaan. 3.2 PT. Kimia Farma Apotek Anak perusahaan yang dibentuk oleh PT Kimia Farma Tbk dengan tujuan untuk mengelola apotek-apotek milik perusahaan yang ada adalah PT Kimia Farma Apotek. Dahulu PT. Kimia Farma Apotek terkoordinasi dalam Unit Apotek Daerah (UAD) sejak bulan Juli tahun 2004 dibuat dalam orientasi Bisnis Manajer (BM) dan Apotek Pelayanan sebagai hasil restrukturisasi organisasi yang dilakukan. Manajemen PT. Kimia Farma Apotek melakukan perubahan struktur (restrukturisasi) organisasi dan sistem pengelolaan SDM dengan pendekatan

36 29 efisiensi, produktifitas, kompetensi dan komitmen dalam rangka mengantisipasi perubahan yang ada. Salah satu perubahan yang dilakukan adalah dengan mengubah persepsi dan citra lama tentang Kimia Farma. Dengan konsep baru bahwa setiap Apotek Kimia Farma bukan lagi terbatas sebagai gerai untuk jual obat, tetapi menjadi pusat pelayanan kesehatan yang didukung oleh berbagai aktivitas penunjang seperti laboratorium klinik, optik, praktek dokter, dan gerai untuk obat-obatan tradisional Indonesia. Perubahan yang dilakukan secara fisik antara lain dengan memperbaharui penampilan eksterior dan interior dari Apotek Kimia Farma yang tersebar di seluruh Indonesia. Bersamaan itu diciptakan pula budaya baru di lingkungan setiap apotek untuk lebih berorientasi kepada pelayanan konsumen, dimana setiap Apotek Kimia Farma haruslah mampu memberikan servis yang baik, penyediaan obat yang baik dan lengkap, berikut pelayanan yang cepat dan terasa nyaman. Pada saat ini, unit Bisnis Manajer (BM) dan Apotek Pelayanan merupakan garda terdepan dari PT. Kimia Farma Apotek dalam melayani kebutuhan obat kepada masyarakat. Unit BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah tertentu, dengan tugas menangani administrasi permintaan barang dari apotek pelayanan yang berada di bawahnya, administrasi pembelian/ pemesanan barang, administrasi piutang dagang, administrasi hutang dagang dan administrasi perpajakan. Fokus dari Apotek Pelayanan adalah pelayanan perbekalan farmasi dan informasi obat pasien, sehingga layanan apotek yang berkualitas dan berdaya saing mendukung dalam pencapaian laba Logo PT. Kimia Farma Apotek Logo yang dimiliki oleh PT. Kimia Farma Apotek sama dengan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, yaitu matahari dengan jenis huruf italic. Gambar 3.1 Logo PT. Kimia Farma Apotek

37 30 Pengertian Maksud dari simbol matahari tersebut adalah: a. Paradigma baru Matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru kehidupan yang lebih baik b. Optimis Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut adalah penggambaran optimisme Kimia Farma dalam menjalankan bisnisnya. c. Komitmen Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam dari arah barat secara teratur dan terus menerus memiliki makna adanya komitmen dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan. d. Sumber energi Matahari sumber energi bagi kehidupan dan Kimia Farma baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan masyarakat. e. Semangat yang abadi Warna orange berarti semangat, warna biru berarti keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna yaitu semangat yang abadi Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek PT Kimia Farma Apotek dikepalai oleh seorang Managing Director yang membawahi tiga Direktur yaitu Operation Director, Finance Director, dan Human Resource Development & General Affair Director, serta membawahi langsung Manager Bussiness Development. Ketiga Direktur tersebut bersama-sama membawahi PT. Kimia Farma Diagnostik, PT. Kimia Farma Klinik, Kimia Farma Optik, dan Bisnis Manajer. Operation Director sendiri membawahi Manager controller, compliance & risk management dan principle merchandise, Finance Director membawahi Manager Accounting, Finance & IT, sedangkan bagian HRD & GA membawahi Manager Human Capital & General Affair. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek dapat dilihat pada Lampiran 17. Bisnis Manajer membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah. Bisnis Manajer bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang dan administrasi apotek pelayanan yang berada dibawahnya. Dengan adanya konsep

38 31 BM diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah. Secara umum keuntungan yang diperoleh melalui konsep BM adalah koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah, apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan sehingga mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan penjualan, merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang diharapkan berimbas pada efisiensi biaya administrasi, serta meningkatkan penawaran dengan pemasok untuk memperoleh sumber barang dagangan yang lebih murah. Tiap-tiap Bisnis Manajer membawahi sejumlah apotek pelayanan yang berada di wilayah usahanya. Untuk Unit Bisnis Jabodetabek terdapat lima Bisnis Manajer (BM) yaitu: 1. BM Jaya I, membawahi wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 42, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 2. BM Jaya II, membawahi wilayah Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, dan Bekasi dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 48, Matraman. 3. BM Bogor, membawahi wilayah Bogor, Depok, dan Sukabumi dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 7, Bogor. 4. BM Tangerang, membawahi wilayah Provinsi Banten dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 78, Tangerang BM Rumah Sakit di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Bisnis Manajer Jaya I Bisnis Manajer Jaya I bertempat di Apotek Kimia Farma No.42, di Jalan St. Hasanudin No.1 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. BM Jaya I, membawahi wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. Bisnis Manajer bertanggung jawab terhadap kegiatan pengadaan barang, administrasi keuangan, ketatausahaan, dan pengembangan bisnis dari apotek pelayanan yang berada di bawah pengelolaannya.

39 Apotek Kimia Farma No. 47, Radio Dalam Lokasi Apotek Apotek Kimia Farma No. 47 merupakan salah satu apotek pelayanan dari PT Kimia Farma Apotek yang terletak di Jalan Radio Dalam Raya No. 1-S, Gandaria Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Apotek ini termasuk unit perapotekan wilayah Jakarta Selatan, dimana kegiatan administrasinya dilakukan oleh Bisnis Manajer Jaya I (BM Jaya I). Lokasi merupakan salah satu unsur penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan apotek. Sebaiknya lokasi apotek terletak pada daerah yang strategis dan akses transportasi yang mudah seperti yang diterapkan oleh apotek KF No. 47 yang dapat dilihat pada Lampiran 4. Lokasi apotek ini cukup strategis dan mudah dijangkau karena terletak di tepi jalan raya yang dilalui kendaraan dua arah, banyak dilalui oleh angkutan umum, berdekatan dengan perkantoran, bank, klinik praktek dokter, laboratorium klinik, pemukiman penduduk, pusat perbelanjaan, bengkel, sekolah, dan rumah makan. Selain itu, di apotek ini terdapat 4 (empat) praktek dokter yaitu praktek dokter umum, dokter spesialis kulit dan kelamin, dokter spesialis THT, dan dokter gigi Tata Ruang Apotek Selain lokasi yang harus diperhatikan dalam pembuatan apotek, tata ruang juga merupakan unsur penting lainnya. Apotek Kimia Farma No. 47 mempunyai penataan ruangan yang diatur sedemikian rupa untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pelanggan dan karyawan apotek. Di Apotek Kimia Farma No. 47, terdapat area parkir yang cukup luas, dapat menampung 5-6 kendaraan roda empat. Bangunan apotek terdiri dari dua lantai, yaitu lantai satu yang digunakan untuk pelaksanaan teknis dan non teknis kefarmasian, sedangkan lantai dua yang digunakan untuk kegiatan praktek dokter (Lampiran 5 dan Lampiran 6). Adapun pembagian ruang yang terdapat di dalam apotek antara lain: Swalayan farmasi Lokasi swalayan farmasi berada di dekat ruang tunggu, dibuat serapi dan semenarik mungkin, sehingga pasien tertarik untuk melihat-lihat produk atau bahkan mungkin membeli barang-barang (obat-obat OTC, sediaan mandi,

40 33 kosmetik, perlengkapan bayi, alat kesehatan, susu, suplemen makanan, kosmetik, dan minuman dalam kemasan) Ruang tunggu Terdapat pada bagian depan, dilengkapi dengan pendingin ruangan sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi pasien yang menunggu resep Loket Fungsi utama loket adalah sebagai tempat penerimaan resep, pembayaran, (kasir), dan penyerahan obat. Loket merupakan pembatas antara ruang tunggu dengan ruang penyiapan obat, Ruang penyiapan resep Pasien dapat melihat secara langsung ruang penyiapan resep, tujuannya adalah supaya pasien dapat secara langsung melihat pengerjaan resep dan dapat mengerti bahwa pengerjaan suatu resep racikan membutuhkan waktu Ruang peracikan dan Rak Obat Obat-obat berdasarkan resep dokter yang perlu dilakukan peracikan dilayani pada ruang peracikan. Ruangan terletak di sebelah kanan dari bagian dalam apotek. Pada ruang peracikan terdapat meja segi empat yang digunakan untuk membaca resep, menuliskan etiket, menulis kuitansi, dan pemeriksaan obat beserta etiket oleh Asisten Apoteker yang bertugas. Di ruang peracikan juga terdapat meja peracikan dan rak-rak obat resep, dan lemari narkotika dan psikotropika yang berada di atas dan terkunci. Meja peracikan digunakan untuk penggerusan dan pencampuran obat-obat pulvis, kapsul racikan, salep, krim, dan sirup. Di sini terdapat alat-alat yang dibutuhkan dalam proses peracikan antara lain lumpang dan alu, gelas ukur, timbangan dan anak timbangan, dan lain-lain. Di sebelah belakang meja ini terdapat rak berisi bahan-bahan yang sering digunakan dalam peracikan obat. Di ruang bagian dalam apotek terdapat juga sebuah lemari es untuk menyimpan sediaan-sediaan yang membutuhkan suhu penyimpanan antara 2 8 C, antara lain supositoria, tablet vaginal, ovula, dan sebagainya. Penyimpanan obat pada rak-rak dipisahkan sesuai dengan indikasi farmakologis, disusun secara alfabetis, dan dipisahkan sesuai dengan bentuk sediaan. Di ruangan ini juga terdapat rak khusus obat generik dan obat askes.

41 Ruang Apoteker Pengelola Apotek (APA) Ruangan ini merupakan tempat Apoteker Pengelola Apotek melakukan tugasnya, baik tugas administratif maupun manajerial Ruang Praktek Dokter Praktek dokter umum memiliki ruangan di sebelah kiri dari pintu masuk pada lantai 1, sedangkan ruang praktek dokter gigi, dokter spesialis kulit dan kelamin, dan dokter spesialis THT terdapat dilantai dua gedung apotek Gudang Obat yang berasal dari gudang bisnis manajer Jaya I dilakukan penyimpanan di gudang Apotek Kimia Farma No. 47. Ruang gudang apotek terdapat di sebelah kiri pintu masuk pada lantai 1 bangunan apotek Ruang penunjang Di Apotek Kimia Farma No. 47 memiliki ruang penunjang yang terdiri dari ruang tempat ibadah, dapur, toilet karyawan, dan toilet pengunjung Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No. 47 dipimpin oleh seorang Apoteker sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan apotek, yang dibantu oleh seorang apoteker pendamping dan beberapa asisten apoteker. Apoteker Pengelola Apotek membawahi beberapa asisten apoteker, petugas administrasi, juru resep, dan kasir. Seorang asisten apoteker senior ditunjuk sebagai supervisor untuk bertanggung jawab dalam kegiatan teknis apotek sehari-hari. Asisten Apoteker memiliki tugas utama menyiapkan obat dan memberikan obat kepada pasien, serta bertanggung jawab dalam perencanaan dan pemesanan obat ke Unit Bisnis dan bertindak selaku kasir. Masing-masing Asisten Apoteker juga bertanggung jawab pada rak-rak obat tertentu dalam rangka perencanaan persediaan obat di apotek. Sumber daya manusia yang terdapat di Apotek Kimia Farma No. 47 berjumlah 12 orang yang terdiri dari: a. Apoteker Pengelola Apotek. b. Seorang Apoteker Pendamping. c. Seorang supervisor yang merupakan seorang Apoteker.

42 35 d. Asisten Apoteker yang berjumlah 5 orang. e. Juru Resep yang berjumlah 3 orang. f. Seorang kasir Kegiatan Apotek Apotek Kimia Farma No. 47 memiliki kegiatan apotek yang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu di bidang teknis kefarmasian dan non teknis kefarmasian Kegiatan Teknis Kefarmasian Apotek melaksanakan kegiatan teknis kefarmasian meliputi pengadaan, penyimpanan, peracikan, penjualan obat dan pembekalan farmasi lainnya serta pengelolaan narkotika dan psikotropika Pengadaan/ Pembelian barang Bagian pembelian melakukan pengadaan barang dengan persetujuan dan pengawasan APA. Pembelian barang-barang Apotek Kimia Farma No. 47 dilakukan melalui Manajer Bisnis Jaya I (BM Jaya I), kecuali untuk pembelian narkotika yang dilakukan langsung ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma. Pengadaan dilakukan dengan cara pengumpulan data barang-barang yang akan dipesan, maka pemesanan barang diprioritaskan berdasarkan sistem pareto. Permintaan barang dilakukan dengan cara mentransfer Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) melalui program Kimia Farma Information System yang akan melanjutkan proses pemesanan. Pemesanan barang ke distributor dilakukan oleh bagian pembelian BM dengan memperhatikan terlebih dahulu mengenai harga yang ditawarkan, besarnya potongan, sistem pembayaran yang ringan dengan jangka waktu yang lama serta pelayanan yang baik, cepat, dan tepat waktu. Prosedur pembelian barang yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No. 47 sebagai berikut: 1. Petugas pengadaan di apotek pelayanan memesan barang dengan membuat daftar kebutuhan barang dalam Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) berdasarkan data dari buku defekta dan daftar penolakan resep. 2. BPBA yang dibuat sekali seminggu setiap hari sabtu dikirim ke bagian pembelian Manajer Bisnis Jaya I (BM Jaya I).

43 36 3. Pembelian BM Jaya I akan mengirimkan BPBA ke bagian pergudangan untuk melakukan pengecekan ketersediaan barang. Apabila barang yang dipesan tersedia di gudang BM, selanjutnya akan di dropping ke apotek pengirim BPBA, tetapi jika barang tidak tersedia di gudang BM Jaya I maka bagian pembelian membuat surat pesanan (SP) yang ditandatangani oleh bagian pembelian BM Jaya I yang kemudian barang akan dikirim oleh distributor ke masing-masing apotek pelayanan. 4. Bagian pembelian membuat Surat Pesanan yang telah ditandatangani oleh BM dan dibuat tiga rangkap. Lembar pertama (putih) diserahkan ke distributor sebagai tanda bukti pemesanan barang. Lembar kedua (merah) diserahkan pada petugas untuk mencocokkan bila barang pesanan datang, setelah selesai disimpan sebagai arsip seksi pembelian untuk mengontrol barang yang dipesan. Lembar ketiga diserahkan kepada apotek BM bagian tata usaha untuk dibukukan ke hutang dagang. 5. Barang pesanan BM Jaya I berdasarkan Surat Pesanan (SP) yang datang ke apotek harus disertai dengan faktur dari distributor yang bersangkutan. 6. Penerima barang di apotek mencocokkan dan memeriksa barang yang diterima dengan faktur dan salinan surat pesanan mengenai jenis, jumlah, spesifikasi, keadaan fisik, dan tanggal kadaluarsa barang yang dipesan. Bila barang yang datang sesuai dengan permintaan maka penanggung jawab pelaksana apotek pelayanan menandatangani, memberi tanggal penerimaan, nomor urut penerimaan barang pada kolom yang tersedia dan stempel apotek pada faktur asli dan salinan faktur. 7. Apotek pelayanan memasukkan data pembelian ke komputer sesuai dengan salinan faktur dari PBF (dua rangkap). Rangkap pertama faktur disimpan sebagai arsip dan rangkap kedua diserahkan ke BM untuk keperluan administrasi hutang dagang. Faktur asli dikembalikan kepada distributor untuk penagihan di bagian pembayaran di BM Jaya I, salinan faktur disimpan oleh penanggung jawab apotek. 8. Bila barang dibayar tunai, setelah faktur asli diserahkan ke distributor maka distributor langsung menagih ke kasir.

44 37 9. Petugas pembelian mencocokkan faktur mengenai kesesuaian harga yang telah disepakati dengan barang yang dipesan, bila sesuai maka dicatat dalam buku pembelian 10. Barang yang telah diperiksa tersebut dicatat kedalam kartu stock dan data penerimaan barang dimasukkan ke dalam program komputer, kemudian hasilnya dicetak untuk diserahkan ke BM Jaya I sebagai bukti penerimaan barang. Pemesanan barang menggunakan lembar BPBA seperti yang terlihat pada Lampiran 7 yang terisi secara komputerisasi. Apotek pelayanan dapat melakukan pembelian mendesak ke apotek lain jika obat atau perbekalan farmasi lainnya dibutuhkan segera tetapi tidak ada persediaan. Akan tetapi hal ini tetap harus dilaporkan ke bagian pembelian di BM. Khusus untuk pengadaan narkotika, pengadaan dilakukan oleh masing-masing apotek pelayanan melalui surat pesanan Penyimpanan Barang Di Apotek Kimia Farma No.47, penyimpanan perbekalan farmasi dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Penyimpanan barang di ruang racikan. Ruang peracikan merupakan tempat penyimpanan sediaan farmasi yang tidak dapat dibeli bebas. Penyimpanan barang disusun secara alfabetis dan dikelompokkan sesuai dengan efek farmakologis (antibiotik, analgetik/ antiinflamasi, susunan saraf pusat, saluran pencernaan, antialergi, kolesterol, hormon, saluran pernafasan, diabetes, jantung dan hipertensi, vitamin dan mineral, dan asam urat) dan bentuk sediaan obat (sediaan padat, yaitu tablet dan kapsul; sediaan semi padat, yaitu krim, salep, dan gel; dan sediaan cair, yaitu sirup, suspensi, dan obat tetes). Selain itu terdapat juga tempat khusus lemari pendingin untuk menyimpan obat yang harus disimpan pada suhu rendah seperti supositoria dan injeksi. Selain itu penyimpanan obat juga dibedakan atas obat generik, narkotika, psikotropika, dan obat asuransi kesehatan (askes). Obat generik disimpan pada bagian depan ruang peracikan. Penyimpanan narkotika dan obat mahal disimpan secara terpisah dalam suatu lemari berkunci, dan khusus narkotika disimpan dalam suatu lemari berkunci ganda, sedangkan obat asuransi

45 38 kesehatan (askes) berada terpisah dengan obat lain agar memudahkan dalam mempersiapkan obat dan terpisah dengan obat non askes. Sistem penyimpanan barang dilakukan berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out) atau FIFO (First In First Out). Setiap pengeluaran dan pemasukan barang dicatat dalam kartu stok yang meliputi tanggal pengisian atau pengambilan barang, nomor dokumen, jumlah barang yang diisi atau diambil, sisa barang dan paraf petugas yang melakukan pengisian atau pengambilan barang. Kartu stok ini diletakkan didalam masing-masing kotak atau wadah tempat obat atau barang. 2. Penyimpanan barang di ruang penjualan bebas Barang-barang yang diletakkan di ruang penjualan bebas merupakan barang-barang yang dapat dibeli bebas Produk obat jenis ini sering disebut dengan produk Over The Counter (OTC). Barang atau perbekalan kesehatan yang termasuk kategori ini merupakan penjualan bebas tanpa resep dokter yang disusun di etalase atau swalayan farmasi agar mudah dilihat dan tampak menarik oleh konsumen. Barang atau alat kesehatan tersebut disusun berdasarkan kegunaan produk seperti alat kesehatan, vitamin dan suplemen makanan, obat bebas, obat bebas terbatas, produk kosmetika, dan produk keperluan bayi Pelayanan Kefarmasian Apotek Kimia Farma No.47 Radio Dalam melakukan pelayanan kefarmasian yang meliputi pelayanan dengan resep dokter baik tunai maupun kredit, penjualan obat wajib apotek, dan penjualan obat bebas. Alur penerimaan resep secara umum ditunjukkan seperti pada Lampiran 8. Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan Apotek Kimia Farma No.47 Radio Dalam buka selama 24 jam dengan tiga regu kerja yaitu regu pertama mulai pukul WIB, regu kedua pukul , dan regu ketiga pukul Pelayanan dengan resep dokter Apotek Kimia Farma No. 47 melakukan pelayanan atas resep dokter baik yang berupa resep tunai ataupun resep kredit. Resep tunai merupakan resep langsung dari dokter pembayarannya dilakukan secara tunai saat obat ditebus dengan alur yang dapat dilihat pada Lampiran 9 dengan menggunakan suatu kuitansi pembayaran tunai yang seperti yang terlihat pada Lampiran 10. Resep

46 39 kredit merupakan resep yang pembayarannya dilakukan secara kredit oleh apotek melalui instansi atau perusahaan yang mengadakan kerja sama dengan apotek dengan alur penjualan resepnya seperti yang terlihat pada Lampiran 11. Resep dokter dibayar tunai merupakan permintaan obat tertulis dari dokter untuk pasien yang dibayar secara tunai oleh pasien yang bersangkutan. Prosedur pelayanan sebagai berikut: a. Penerimaan resep oleh asisten apoteker di bagian penerimaan resep dan memeriksa kelengkapan resep serta melihat ada atau tidaknya obat dalam persediaan dan menginformasikan kepada pasien kemudian memberi harga. b. Kasir memasukkan data pasien lama meliputi nama, alamat, dan nomor resep tersebut pada kasir kecil. Kemudian pasien diberi nomor urut tunggu untuk mengambil obat (sesuai dengan nomor urut resep). Selanjutnya resep tersebut diserahkan kepada asisten apoteker di ruangan peracikan. c. Asisten apoteker mengerjakan resep tersebut dibantu oleh juru resep. Setelah obat disiapkan dan diberi etiket serta dikemas dalam kantong plastik, obat juga diperiksa kebenaran obat, jumlah dan etiket oleh asisten apoteker. d. Apabila pasien memerlukan kuitansi, maka kuitansi dibuat oleh asisten apoteker dan ditulis salinan resep di belakang kuitansi. Salinan resep dibuat bila resep tersebut perlu diulang (iter), ditebus sebagian atau persediaan obat yang ada masih belum diberikan sebagian karena kekurangan stok barang. e. Setelah diperiksa kebenaran resep tersebut, obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep disertai denga informasi tentang cara pemakaian dan informasi lain yang diperlukan. f. Setiap petugas yang melakukan tahapan pengerjaan resep memberi paraf pada lembaran kontrol pengerjaan resep. g. Lembaran resep asli disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun menurut nomor urutan dan tanggal resep. Resep dokter dibayar kredit merupakan permintaan obat yang ditulis oleh dokter instansi atau perusahaan untuk pasien dari instansi atau perusahaan yang bersangkutan dan telah mempunyai perjanjian dengan apotek dimana pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang telah disetujui sesuai dengan kesepakatan bersama.

47 40 Pada dasarnya prosedur pelayanan resep dokter dibayar kredit dan tunai tidak berbeda, kecuali pada pemberian harga dan pembayarannya. Pasien tidak membayar secara langsung tapi cukup menunjukkan kartu identitas kepegawaian kepada petugas apotek dan memenuhi administrasinya. Pada saat menerima resep kredit, tiap resep diberi nomer urut untuk memudahkan dalam proses penyiapan resep dan pemberian obat ke pasien (Lampiran 12). Penjualan resep tersebut harus dicatat pada laporan harian apotek oleh petugas tata usaha apotek. Untuk resep dokter dibayar kredit yang telah diberi harga kemudian diberikan kepada petugas tata usaha untuk dijumlahkan berdasarkan masing-masing instansi bersangkutan agar selanjutnya dapat dilakukan penagihan pada saat jatuh tempo pembayaran yang telah disepakati. Pelayanan resep kredit di Apotek Kimia Farma No.47 terlaksana dengan adanya kerja sama pada beberapa instansi, seperti Perusahaan Listrik Negara (PLN), Jaminan Sosial dan Tenaga Kerja (Jamsostek), Bank Mandiri, Jiwa Sraya, Kompas-Gramedia Group, dan lainnya. Prosedur pelayanan resep ini diawali dengan pengiriman resep, baik secara langsung ke apotek maupun melalui faksimile, dilanjutkan penyiapan obat dan pemberian resep. Penyerahan resep kredit dapat dilakukan dengan pemberian langsung kepada pasien yang datang ke apotek maupun pengiriman obat dengan sistem antar ke instansi terkait. Untuk penyerahan obat, baik resep tunai maupun kredit yang diambil langsung, Pemberian Informasi Obat (PIO) selalu diberikan oleh karyawan yang berhak yaitu apoteker pendamping atau asisten apoteker dimana obat-obat yang akan diberikan dilakukan pengecekan akan kesesuaian dengan resep sebelum diserahkan. 2. Penjualan Swalayan Farmasi atau Obat Bebas Apotek Kimia Farma No. 47 melakukan penjualan yang bersifat swalayan dimana setiap konsumen dapat langsung melihat, memilih, dan mengambil sendiri setiap produk yang diperlukan. Swalayan farmasi melayani penjualan bebas yang meliputi penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, perlengkapan bayi, kosmetik, alat kesehatan, dan suplemen kesehatan. Setiap transaksi penjualan bebas disimpan dalam komputer dan dicatat untuk dibuat Laporan Ikhtisar Penjualan

48 41 Harian (LIPH). Alur penjualan obat bebas dapat dilihat pada Lampiran 13. Prosedur penjualan bebas adalah sebagai berikut: a. Petugas akan memperlihatkan barang yang dikehendaki konsumen dan menginformasikan harga barang yang sudah terdaftar dalam komputer b. Konsumen kemudian membayar barang yang dikehendaki dan dibayar langsung di kasir. Struk bukti pembayaran kemudian dicetak dua rangkap dimana satu rangkap diberikan kepada konsumen sebagai bukti harga dan pembayaran dan sisanya disimpan oleh petugas apotek sebagai arsip. 3. Penjualan Obat UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri) Penjualan obat wajib apotek merupakan penjualan atau penyerahan obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker Pengelola Apotek. Daftar OWA yang sudah dikeluarkan terdiri dari tiga daftar. Penjualan obat jenis ini dilakukan atas permintaan dari pasien sendiri tanpa menggunakan resep dokter. Pada saat penyerahan disertai dengan informasi mengenai cara pakai, aturan pakai dan efek samping obat. 4. Peracikan Pada bagian peracikan diperlukan ketepatan, ketelitian dan kecepatan untuk melayani resep dengan baik. Dalam pelaksanaannya asisten apoteker dibantu oleh juru resep yang bertugas menyiapkan bahan obat atau membuat racikan. Setiap resep yang diterima akan dikerjakan sesuai dengan nomor urut, kecuali resep yang diberi tanda cito maka resep tersebut dikerjakan terlebih dahulu. Untuk obat-obat paten dapat diambil langsung pada rak obat, sedangkan untuk obat racikan disiapkan dalam satu wadah untuk selanjutnya diracik sesuai dengan resep. Setiap pengambilan obat harus dicatat pada kartu stok barang yang tersedia pada masing-masing tempat penyimpanan obat. Bagian peracikan juga menyiapkan obat racikan standar (anmaak), yaitu obat-obat yang dibuat sendiri oleh apotek sesuai dengan resep standar dari buku resmi maupun obat atau bahan obat yang dikemas ulang dalam takaran yang lebih kecil. Pembuatan anmaak ini dilakukan oleh juru resep yang diawasi oleh asisten apoteker. Seorang apoteker maupun asisten apoteker memiliki tugas untuk memeriksa ulang kesesuaian setiap obat yang telah diracik beserta jumlahnya, pemberian etiket dan label terhadap resep yang tertulis sebelum obat diserahkan

49 42 kepada pasien. Contoh etiket dan label Apotek Kimia Farma No. 47 dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Lampiran 15. Setiap resep yang diterima oleh Apotek Kimia Farma No. 47 diurutkan sesuai tanggal dan disimpan selama tiga tahun. Penyimpanan resep disusun berdasarkan tanggal dan nomor resep untuk mempermudah penelusuran resep apabila diperlukan baik untuk kepentingan pasien maupun pemeriksaan. Resep asuransi kesehatan dipisahkan dari resep lainnya. Begitu juga dengan resep yang mengandung narkotika dan psikotropika. Setelah tiga tahun resep dapat dimusnahkan dan dibuat berita pemusnahan empat rangkap kemudian dikirim ke Balai POM, Kepala Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan, Balai Besar POM, dan sebagai arsip apotek Pelayanan Informasi Obat Tujuan diselenggarakannya PIO di apotek adalah demi tercapainya penggunaan obat yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen (dosis, cara, saat dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek samping Stock Opname Kegiatan stock opname merupakan suatu kegiatan pemeriksaan terhadap persediaan barang sebagai salah satu bentuk pengawasan apotek yang dilakukan untuk mengetahui kesesuaian jumlah barang yang tersedia sama dengan jumlah barang yang tercatat. Stock opname ini dilakukan oleh Asisten Apoteker dibantu oleh petugas apotek yang lain, dimana seluruh kegiatannya di bawah tanggung jawab APA. Contoh kartu stok yang terdapat pada Apotek Kimia Farma No.47 dapat dilihat pada Lampiran 16. Tujuan dari stock opname ini adalah: 1. Menghitung jumlah fisik barang yang ada di stok untuk dicocokkan dengan data transaksi pada komputer. Hal ini berguna untuk mendeteksi secara dini adanya kebocoran atau kehilangan barang dagangan atau obat-obatan. 2. Mendata barang-barang yang kadaluarsa atau mendekati waktu kadaluarsa. Untuk barang-barang yang kadaluarsa dipisahkan dengan barang lain kemudian dibuat laporannya tersendiri. 3. Mendeteksi barang-barang slow moving dan fast moving serta mencari upaya yang sebaiknya dilakukan.

50 43 Stock opname adalah melakukan perbekalan farmasi yang ada di apotek kemudian meneliti kembali hasil stock opname, dibuat data untuk dilaporkan ke MAP. Pelaporan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada MAP mengenai kondisi dan nilai barang stock opname tersebut. Kemudian MAP sebagai pimpinan apotek akan melakukan validasi data. Data yang telah divalidasi selanjutnya dikirimkan ke BM Apotek Kimia Farma No.42 Jakarta Selatan. Adapun cara melakukan stock opname di Apotek Kimia Farma No. 47 adalah sebagai berikut: 1. Membuat daftar seluruh barang penjualan yang ada di apotek 2. Menghitung jumlah fisik setiap jenis obat yang tersedia di apotek dan memeriksa tanggal kadaluarsa dari setiap barang penjualan yang ada. 3. Jumlah persediaan barang dicocokkan dengan kartu stok Pengelolaan narkotika Untuk menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan narkotika perlu pengelolaan yang diatur secara khusus mulai dari pengadaan sampai pemusnahan. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di Apotek Kimia Farma No.47 meliputi pemesanan, penerimaan dan pelaporan narkotika. APA membuat pemesanan melalui SP narkotika (rangkap 4). Satu rangkap SP narkotika hanya berlaku untuk satu jenis narkotika. Pemesanan dilakukan ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma tertentu selaku distributor tunggal, yang telah ditentukan oleh Menteri Kesehatan. Berdasarkan surat pemesanan tersebut, PBF mengirimkan narkotika beserta faktur ke apotek. SP yang berwarna putih, kuning, dan biru (SP asli dan dua lembar salinan SP) diserahkan ke PBF yang bersangkutan, dan satu lembar sebagai arsip apotek. Narkotika dari PBF wajib dilakukan penerimaan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Kemudian APA akan menandatangani faktur tersebut setelah dilakukan kesesuaian dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan. Narkotika disimpan dalam lemari khusus yang terkunci dengan baik. Lemari khusus yang digunakan terbuat dari bahan dasar kayu. Lemari khusus tersebut mempunyai kunci yang dipegang oleh asisten apoteker yang telah diberi

51 44 kuasa. Lemari khusus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak digunakan untuk menyimpan sediaan lain selain narkotika. Narkotika dibuat laporan penggunaannya setiap bulan, meliputi laporan penggunaan sediaan jadi narkotika. Laporan narkotika memuat nama apotek, nama obat, nama distributor, jumlah penerimaan, penggunaan, jumlah pengeluaran, dan stok akhir. Laporan ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama dan Nomor SIK, serta stempel apotek. Laporan dikirim selambatlambatnya pada tanggal 10 bulan berikutnya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dengan tembusan Dinas Kesehatan Provinsi, Balai POM, Penanggung Jawab Narkotika PT Kimia Farma dan arsip Pengelolaan psikotropika Apotek Kimia Farma No.47 Radio Dalam melakukan kegiatan pengelolaan psikotropika yang meliputi pemesanan, penyimpanan dan pelaporan psikotropika. Apotek memesan psikotropika melalui BPBA yang dikirim ke BM. Pemesanan obat psikotropika dilakukan dengan menggunakan SP Psikotropika yang ditandatangani oleh BM. Satu SP boleh digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika. SP dibuat dua rangkap yang masing-masing diserahkan ke PBF yang bersangkutan dan sebagai arsip di apotek. Seperti halnya narkotika, psikotropika juga disimpan di lemari khusus yang terpisah dari sediaan lain. Tata cara pelaporan penggunaan psikotropika sama dengan tata cara pelaporan narkotika Kegiatan Non Teknis Kefarmasian Apotek Kimia Farma No. 47 melakukan kegiatan non teknis kefarmasian yang meliputi kegiatan finansial, administrasi dan SDM. Kegiatan administrasi harian dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No. 47 dalam bentuk pembuatan Laporan Akuntansi Keuangan. Data ini diperlukan untuk pengambilan keputusan baik yang bersifat mendadak maupun menyusun rencana jangka panjang. Secara berkala Apotek Kimia Farma No. 47 mempunyai kewajiban untuk melaporkan: a. Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH) b. Bukti Setoran Kasir c. Bukti Transfer Bank atas penerimaan piutang

52 45 d. Bon pengeluaran e. Kwitansi Penagihan Kredit f. Stok Barang Dagangan Fungsi dari laporan akuntansi keuangan bagi manajemen apotek adalah untuk mengetahui kondisi keuangan, barang, umur piutang, umur hutang, dan efisiensi penggunaan biaya melalui parameter-parameter yang terdapat pada laporan analisis rasio keuangan. Sehingga manajer mampu mengambil keputusan untuk pengembangan apotek di masa yang akan datang. Seluruh laporan akuntansi keuangan selanjutnya dilaporkan kepada Manajer Bisnis (BM) Jaya I.

53 BAB 4 PEMBAHASAN PT. Kimia Farma (Persero) Tbk adalah salah satu perusahaan farmasi besar yang ada di Indonesia. Perusahaan tersebut memiliki anak perusahaan yang salah satunya adalah PT. Kimia Farma Apotek. Manajemen PT. Kimia Farma Apotek memiliki satu kebijakan dalam mengelola pelayanan serta keuangannya, yakni sistem pengelompokkan apotek-apotek yang berada dalam suatu wilayah yang disebut dengan Bisnis Manajer (BM). Apotek Kimia Farma No. 47 yang berada di Jalan Radio Dalam Jakarta Selatan merupakan salah satu apotek pelayanan yang berada dibawah apotek administrator BM Jaya I. Apotek dengan sistem pengelompokkan ini memiliki beberapa keuntungan dan kerugian bila dibandingkan dengan apotek lainnya yang tidak menggunakan kebijakan tersebut. Salah satu keuntungan yang paling terlihat yaitu adanya kesatuan manajemen dalam mengelola persediaan barang, baik penyimpanan maupun pembelian kepada distributor, sehingga meningkatkan efisiensi, efektivitas, serta produktivitas kerjanya. Kerugian dari sistem ini adalah meningkatnya waktu tunggu (lead time) dalam pengadaan barang. Hal ini terjadi karena pemesanan apotek-apotek pelayanan kepada distributor dilakukan secara kolektif dalam suatu waktu berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan pada masing-masing BM. Semua barang kebutuhan apotek pelayanan yang tidak tersedia di gudang BM akan dilakukan pemesanan kepada distributor, kecuali pemesanan narkotika yang dilakukan langsung oleh apotek pelayanan dengan mengirimkan Surat Pesanan (SP) khusus kepada distributor tunggal yakni PBF Kimia Farma. Apotek Kimia Farma No. 47 yang merupakan apotek pelayanan dalam BM Jaya I memiliki lokasi yang cukup strategis sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan sebuah apotek. Lokasi apotek terletak di Jalan Radio Dalam No.1-S, Gandaria Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan yang berada di jalan dua arah antara Pondok Indah dengan Blok M, sehingga cukup ramai dilalui oleh banyak kendaraan. Letaknya dikatakan strategis karena berada di tepi jalan raya utama yang mudah dijangkau, tidak hanya dengan kendaraan 46

54 47 pribadi tetapi juga dengan adanya kendaraan umum seperti Koantas Bima 102 dan Metromini 72. Kemudahan akses menuju apotek juga memiliki peran penting, sehingga memudahkan pelanggan untuk datang ke apotek. Tidak hanya strategis dari segi letaknya di tepi jalan raya, Apotek Kimia Farma No. 47 juga strategis dari segi keberadaannya di daerah pemukiman, perkantoran, klinik/ praktek dokter, serta pusat perbelanjaan. Selain klinik pengobatan disekitar lokasi, Apotek Kimia Farma No. 47 juga terdapat praktek dokter yang dibuka pada hari kerja, dengan ini jumlah resep yang masuk akan meningkat karena pasien akan langsung menebuskan resepnya setelah selesai berobat dari dokter. Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan apotek tersebut adalah desain dari bangunan apotek. Bangunan Apotek Kimia Farma No. 47 telah memenuhi rancang bangun yang distandardisasi. Bentuk standar tersebut memiliki ciri khusus yaitu adanya tiang logo Kimia Farma Apotek di bagian depan, disertai dengan papan nama yang diperuntukkan bagi praktek dokter yang melakukan kerja sama dengan pihak apotek. Adanya papan nama yang jelas ini penting bagi keberadaan Apotek Kimia Farma karena menjadikan apotek mudah dikenali dan menarik pasien khususnya yang telah mengenal reputasi atau menjadi pelanggan. Secara umum, sarana yang terdapat di Apotek Kimia Farma No. 47 sudah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Di Apotek Kimia Farma No. 47 memiliki ruang tunggu yang nyaman karena dilengkapi dengan fasilitas air conditioner (AC), majalah tentang kesehatan yang dapat dibaca oleh konsumen selama menunggu petugas mengerjakan resep, tempat brosur/ materi informasi, ruang racikan, dan keranjang sampah. Selain itu, di Apotek Kimia Farma No. 47 memiliki kamar kecil, ruang shalat, ruang praktek dokter yang terpisah, ruang apoteker, dan tempat pencucian atau wastafel serta halaman parkir yang luas. Sarana yang belum dimiliki oleh Apotek Kimia Farma No. 47 yaitu ruangan khusus untuk kegiatan konseling bagi pasien. Ruangan khusus konseling merupakan sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian yang optimal. Perlu dipertimbangkan penyediaan sarana tersebut dikemudian hari dengan mempertimbangkan kondisi apotek baik dari segi sumber daya manusia

55 48 seperti apoteker, ruangan, pendanaan, dan klasifikasi pasien yang datang ke apotek. Sumber daya manusia yang ada di Apotek Kimia Farma No. 47 belum sepenuhnya memenuhi Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di Apotek Kimia Farma No.47, APA dibantu oleh seorang Apoteker pendamping, seorang supervisor yang merupakan seorang Apoteker, lima orang tenaga teknis kefarmasian, tiga orang juru resep, dan satu orang kasir. Apotek Kimia Farma No. 47 buka selama 24 jam setiap harinya dan sumber daya manusia di apotek dibagi dalam tiga shift jam kerja, sehingga terkadang dalam satu hari terdapat shift yang tidak didampingi Apoteker yang bertugas. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan untuk menambah tenaga Apoteker pendamping atau melakukan koordinasi jam kerja antara APA, Apoteker pendamping dan supervisor, sehingga pada setiap shift kerja selalu terdapat apoteker yang dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian. Selain itu, kegiatan penerimaan resep di apotek seharusnya dilakukan oleh tenaga kefarmasian, yang meliputi kegiatan skrining resep, melihat ada atau tidaknya obat dalam persediaan di apotek, serta memberi harga, dan menginformasikannya kepada pasien. Kemudian pasien diberi nomor urut tunggu untuk mengambil obat yang sesuai dengan nomor urut resep. Selanjutnya resep tersebut diserahkan kepada asisten apoteker di ruangan peracikan. Peracikan obat yang biasanya dilakukan oleh juru resep, sebaiknya dilakukan oleh orang yg mempunyai kompetensi agar sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, yaitu setiap pekerjaan kefarmasian seperti meracik obat dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian yang telah memiliki surat izin kerja. Selain ketersediaan sarana dan prasarana serta tenaga kerja yang profesional, ketersediaan persediaan farmasi di apotek juga penting dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien. Ketersediaan persediaan farmasi dapat dicapai dengan pengelolaan yang baik, yang meliputi kegiatan perencanaan pengadaan dan pengawasan persediaan. Pengelolaan di Apotek Kimia Farma No. 47 diawali dengan proses perencanaan yang bertujuan untuk menentukan jenis, jumlah, dan waktu pembelian sehingga mencegah terjadinya

56 49 kekosongan, kekurangan atau kelebihan persediaan farmasi, serta meningkatkan penggunaan persediaan farmasi secara efektif dan efisien. Hal-hal yang diperhatikan dalam melakukan perencanaan persediaan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 47 yaitu persediaan barang atau stok, harga barang, pola konsumsi masyarakat, pola penyakit, kondisi cuaca, dan pola penulisan resep oleh dokter. Kegiatan stock opname merupakan suatu kegiatan pemeriksaan terhadap persediaan barang sebagai salah satu bentuk pengawasan apotek yang dilakukan untuk mengetahui kesesuaian jumlah barang yang tersedia sama dengan jumlah barang yang tercatat. Tujuan dari stock opname ini antara lain untuk menghitung jumlah fisik barang yang ada di stok untuk dicocokkan dengan data transaksi pada komputer. Hal ini berguna untuk mendeteksi secara dini adanya kebocoran atau kehilangan barang dagangan atau obat-obatan. Persediaan farmasi yang sudah atau akan habis diperiksa tiap minggunya dan dicatat dalam buku defekta untuk kemudian diproses dan segera dilakukan pengadaan. Pengadaan barang di apotek mengikuti sistem yang telah ditetapkan oleh PT Kimia Farma Apotek melalui Bisnis Manajer (BM). Pemesanan barang Apotek Kimia Farma No. 47 yang berada dalam wilayah Jakarta Selatan dilakukan melalui BM Jaya I. BM berfungsi untuk membuat perencanaan, mengadakan dan menyimpan barang untuk outlet-outlet yang berada dibawahnya, sehingga outlet yang berada dibawah koordinasi BM tersebut hanya fokus melaksanakan fungsi pelayanan. Hal ini akan mempermudah pekerjaan outlet karena tidak perlu mengurusi stok dan administrasi, dan selain itu pengambilan yang terpusat ini akan memberikan keuntungan lebih dari potongan harga yang diperoleh dari pemasok karena pengambilan dalam jumlah besar. Barang-barang yang dibutuhkan oleh apotek dicatat dalam Bon Pemesanan Barang Apotek (BPBA) yang kemudian bagian gudang BM Jaya I akan memeriksa persediaan barang dan melakukan pemesanan ke distributor jika barang di gudang tidak tersedia. Pemesanan barang di Apotek Kimia Farma No.47 dilakukan tiga kali dalam seminggu, yaitu pada hari senin untuk pemesanan makro, hari kamis untuk pemesanan yang bersifat mendesak (cito) dan hari sabtu untuk pemesanan umum. Bila terdapat kekosongan barang dalam jumlah kecil dan dalam kebutuhan mendesak, maka apotek dapat meminta barang ke Apotek Pelayanan Kimia Farma

57 50 lainnya melalui media telepon atau faksimil. Dengan adanya koordinasi antar Apotek Pelayanan Kimia Farma, maka jumlah penolakan resep pasien karena tidak tersedianya obat akan dapat diminimalkan. Dalam pengadaan narkotika, Apotek Kimia Farma No. 47 melakukan pemesanan langsung kepada distributor dengan menggunakan surat pesanan khusus narkotika yang ditandatangani oleh APA. Setelah dilakukan pemesanan barang, persediaan farmasi akan dikirim oleh Bisnis Manajer Jaya I atau distributor. Pesanan yang datang selanjutnya dilakukan pengecekan untuk menjamin kesesuain barang. Pengecekan yang dilakukan diantaranya ialah pengecekan antara barang yang datang dengan yang tertulis di BPBA, pengecekan barang yang datang dengan lembar dropping (jika barang dikirim dari BM Jaya I) atau faktur pembelian (jika barang dikirim langsung distributor). Pengecekan yang dilakukan meliputi jenis barang, merek, ukuran sediaan, jumlah, harga satuan, jumlah harga per jenis barang dan jumlah harga keseluruhan, dan tanggal kadaluarsa. Jika ada persediaan farmasi yang tidak sesuai dengan faktur, maka dilakukan pengembalian obat untuk digantikan dengan obat yang sebenarnya dipesan. Jika sudah sesuai, faktur ditandatangani oleh petugas apotek, kemudian sediaan farmasi tersebut akan dicatat di kartu stok serta disimpan dalam masing-masing kotak penyimpanan obat yang telah disediakan. Sistem pendistribusian barang dari BM ke outlet dilakukan dengan cara mengirimkan barang ke outlet secara langsung (dropping) berdasarkan data stok kosong di outlet tersebut. BM memperoleh data dari sistem komputer yang telah terintegrasi dengan outlet yang disebut dengan Distribution Centre ataupun berdasarkan permintaan langsung menggunakan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) untuk barang yang dibutuhkan segera. Sistem ini memberikan keuntungan bilamana terjadi kekosongan barang, yaitu dapat dicarikan terlebih dahulu di Apotek Kimia Farma lain dibawah koordinasi BM yang sama, sehingga penolakan resep pasien akan dapat diminimalkan. Pengendalian yang kurang baik pada sistem ini, dapat menimbulkan permasalahan pada koordinasi stok yang berakibat seringnya terjadi kekosongan stok di BM. Selain itu, kekosongan stok yang tejadi di outlet tidak bisa terbaca bila stok di BM juga kosong, sehingga

58 51 dapat terjadi kekosongan stok dalam periode waktu yang lama karena harus menunggu pengadaan di BM terlebih dahulu. Manajemen pengadaan obat dilaksanakan dalam hal pencatatan pada kartu stok masing-masing obat untuk setiap pemasukan dan pengeluaran barang. Setiap lemari penyimpanan obat dan gudang memiliki satu orang penanggung jawab yang akan memantau ketersediaan obat agar tidak terjadi kekosongan stok, dan juga memantau kesesuaian obat yang tersedia dengan data stok dalam sistem komputer. Setiap data keluar masuk obat idealnya harus dicatat di kartu stok, namun karena tingkat kesibukan yang tinggi sesekali pencatatan itu terlupakan sehingga membuat data yang tercantum dalam kartu stok dan jumlah fisik yang sebenarnya tidak sesuai. Hal ini jadi mempersulit pengawasan terhadap barang karena pengecekan barang disaat stock opname hanya berdasarkan data dari komputer terhadap fisik barang. Data ini seringkali tidak sesuai yang mungkin disebabkan oleh kesalahan input data, kesalahan pengambilan barang, ataupun adanya kehilangan barang. Pencatatan pada kartu stok ini bermanfaat dalam pengoreksian kesesuaian antara pencatatan pada sistem komputerisasi terhadap pencatatan pada kartu stok, serta sebagai fungsi pengawasan terhadap ketersediaan barang. Pemeriksaan persediaan barang juga dilakukan untuk mencocokkan antara jumlah barang yang ada dengan jumlah barang yang tertera pada kartu stok. Jika kartu stok dapat dicatat dengan baik maka dapat dijadikan media penelusuran bila terjadi ketidaksesuaian data stok barang. Penyimpanan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 47 dibedakan menjadi 3, yaitu penyimpanan barang di gudang, diruang racikan/ obat, dan di ruang penjualan bebas. Pada dasarnya, penyimpanan di Apotek Kimia Farma No. 47 disusun berdasarkan ukuran sediaan, disusun secara alfabetis, dipisahkan berdasarkan kelompok farmakologis, bentuk sediaan dan jenis sediaan. Untuk beberapa jenis sediaan yang memiliki kekuatan dosis berbeda, terkadang diletakkan dalam satu wadah obat yang sama. Sebaiknya penyimpanan persediaan farmasi harus sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yaitu persediaan farmasi harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus

59 52 dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru, wadah sekurang-kurangnya memuat nomor batch dan tanggal kadaluarsa. Sistem penyimpanan barang dilakukan berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out) atau FIFO (First In First Out). Hal ini dilakukan agar mudah dilakukan identifikasi dan penarikan obat jika ada informasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan terhadap obat yang tidak sesuai dengan persyaratan, mengetahui waktu kadaluarsa dan obat dapat dikembalikan kepada distributor dengan wadah asli pabrik sesuai perjanjian. Apotek Kimia Farma No. 47 melakukan pengontrolan terhadap tanggal kadaluarsa obat dengan menempelkan stiker berwarna sesuai dengan tahun kadaluarsa pada kotak penyimpanan obat. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam melihat dan mengontrol obat yang telah mendekati tanggal kadaluarsa, sehingga dapat meminimalisir resiko kerugian akibat obat yang tidak terjual karena sudah kadaluarsa. Pekerjaan kefarmasian lainnya yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No. 47 adalah pelayanan atas resep dokter. Proses pelayanan resep dilakukan sesuai dengan standar operasional yang telah ditetapkan oleh PT. Kimia Farma Apotek, terdiri dari enam langkah, yaitu penerimaan, perjanjian pembayaran, penyiapan dan peracikan, pemeriksaan akhir, penyerahan obat dan informasi. Idealnya enam langkah pelayanan resep itu dilakukan oleh petugas yang berbeda, dengan tujuan untuk mengontrol dan menghindari terjadinya kesalahan yang dilakukan oleh petugas yang berbeda, dalam pengerjaan dan penyiapan obat. Di Apotek Kimia Farma No. 47, enam langkah pelayanan resep itu biasanya hanya dilakukan oleh dua atau tiga orang petugas, sehingga setiap petugas dituntut untuk sangat berhati-hati, dan teliti dalam penyiapan obat yang akan diberikan kepada pasien untuk menghindari terjadinya kesalahan yang dapat merugikan pasien. Pada bagian peracikan sediaan diperlukan ketepatan, ketelitian dan kecepatan dari SDM untuk melayani resep dengan baik. Dalam pelaksanaannya asisten apoteker dibantu oleh juru resep yang bertugas menyiapkan bahan obat atau membuat racikan. Untuk obat racikan disiapkan dalam satu wadah untuk selanjutnya diracik sesuai dengan resep yang diberikan dokter. Metode peracikan yang dilakukan sangat berpengaruh terhadap ketepatan dosis dan efek farmakologis yang akan dihasilkan dari obat yang diberikan pada pasien tersebut.

60 53 Penggunaan alat penggerus pada peracikan puyer atau kapsul yang tidak teliti, seperti mortir dan blender, dapat mengurangi jumlah serbuk obat yang diracik. Apabila persentase obat yang hilang karena berterbangan saat diracik atau tertinggal pada alat penggerus obat itu besar, hal ini akan mengurangi ketepatan dosis dari sediaan obat racikan tersebut sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada efektivitas obat yang dihasilkan saat dikonsumsi. Kesalahan ini dapat diminimalisir dengan pemilihan alat penggerus yang sesuai ketika dilakukan peracikan obat. Sediaan puyer atau kapsul yang diracik dalam jumlah yang sedikit dan memiliki kandungan zat aktif yang juga sedikit, sebaiknya digunakan mortir dengan ukuran kecil. Jika sediaan puyer atau kapsul yang diracik dalam jumlah yang banyak dan kandungan zat aktif dalam tiap tabletnya besar, dapat digunakan blender untuk mempermudah proses peracikan. Seorang apoteker maupun asisten apoteker memiliki tugas untuk memeriksa ulang kesesuaian setiap obat yang akan diracik beserta jumlahnya, pemberian etiket dan label terhadap resep yang tertulis sebelum obat diserahkan kepada pasien. Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi pada saat peracikan. Kesalahan lain yang cukup sering terjadi pada saat peracikan yaitu digunakannya sediaan salut, baik salut gula maupun salut enterik, dan sediaan lepas terkendali untuk kemudian diracik menjadi sediaan kapsul atau puyer. Solusi yang seharusnya dilakukan yaitu menghubungi dokter penulis resep untuk merekomendasikan pergantian bentuk sediaan obat dalam resep menjadi sediaan konvensional. Dalam proses peracikan sediaan juga harus diperhatikan faktor kebersihan dan keamanan bagi tenaga kefarmasian yang melakukan peracikan sediaan. Hal itu penting dilakukan untuk menjamin kebersihan dan keamanan dari obat yang diberikan kepada pasien serta menjamin keamanan bagi petugas yang melakukannya. Dalam pelaksanaannya, tenaga kefarmasian jarang melengkapi diri dengan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan saat melakukan kegiatan peracikan. Kelalaian ini dapat menyebabkan kontaminasi pada sediaan yang diracik dan juga dapat membahayakan tenaga kefarmasian yang bersangkutan apabila sampai terpapar serbuk obat yang sedang diracik.

61 54 Pada saat penyerahan obat kepada pasien, apoteker maupun asisten apoteker di Apotek Kimia Farma No. 47 telah melaksanakan pelayanan informasi obat (PIO) dengan baik, yaitu dengan memberikan informasi yang jelas mengenai indikasi/ kegunaan obat, dosis dan aturan pakai obat, lama pemakaian, serta efek samping yang mungkin dapat ditimbulkan oleh obat yang digunakan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi penyalahgunaan dan salah penggunaan obat, meningkatkan kepatuhan pasien dan meningkatkan keberhasilan terapi. Apotek Kimia Farma No. 47 juga memberikan pelayanan pembelian obat tanpa resep sebagai pelayanan pengobatan swamedikasi melalui UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri) sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek. Pengobatan sendiri adalah suatu perawatan sendiri oleh masyarakat terhadap penyakit yang umum diderita, dengan menggunakan obat-obatan yang dijual bebas di pasaran, obat bebas terbatas, atau obat keras yang bisa didapat tanpa resep dokter dan diserahkan oleh apoteker di apotek (Obat Wajib Apotek). Kecepatan pelayan dapat menjadi parameter kenyamanan pelanggan. Karena itu obat-obatan yang terdapat di Apotek Kimia Farma No.47 dikelompokkan berdasarkan golongan obat dan bentuk sediaan, kemudian obat disusun berdasarkan urutan alfabetis. Obat lepasan yang tidak dikemas dan biasa digunakan untuk resep racikan disimpan dalam lemari khusus yang terletak dekat dengan meja peracikan. Sistem penataan obat-obat ini sangat bermanfaat karena mempermudah dalam pengambilan barang sehingga kerja menjadi lebih efektif. Pelayanan yang ramah dan cepat merupakan salah satu faktor penting untuk kemajuan suatu apotek. Karyawan apotek ini selalu memberitahukan kepada pasien tentang pelayanan resep tunai yang agak lama jika terdapat racikan pada resep. Hal ini merupakan suatu keunggulan bagi apotek karena pasien jadi mengetahui bahwa penebusan obat membutuhkan waktu yang lebih lama bila dibandingkan resep tanpa racikan. Dalam hal jaminan kecepatan pelayanan, Apotek Kimia Farma No. 47 akan memberikan diskon 5% jika pelayanan lebih dari 15 menit (khusus resep non racikan dan pembayaran cash). Hal ini dapat membangun kepercayaan pasien terhadap kecepatan pelayanan dan memicu karyawan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik. Layanan antar obat juga

62 55 diberikan oleh Apotek Kimia Farma No. 47, termasuk kepada pasien sehingga pasien dapat lebih mudah dalam memperoleh obat. Kepuasan dan loyalitas pasien pun dapat meningkat dengan adanya layanan antar obat ini, sehingga berdampak pada peningkatan penjualan apotek. Sebagai sebuah bisnis pelayanan, maka pelanggan merupakan salah satu faktor penting yang harus dijaga oleh apotek, karena itu kenyamanan pelanggan juga harus diperhatikan. Dalam meningkatkan pelayanannya, desain apotek kimia farma dibagi menjadi dua bagian yaitu obat over trade counter (OTC) dan swalayan di bagian depan, dan obat resep dibagian dalam. Pada bagian obat OTC dan swalayan pasien dapat memilih dan mengambil sendiri obat yang diperlukan, hal ini akan mempermudah pekerja apotek dan meningkatkan kenyamanan pasien karena pasien dapat dengan leluasa melihat dan menentukan obatnya sendiri. Obat OTC dan swalayan disusun berdasarkan kelompok-kelompok obat agar pasien lebih mudah dalam pencariannya, yaitu berdasarkan bentuk sediaan, kegunaan dan urutan alfabetis. Produk-produk yang dijual di swalayan farmasi dapat berupa barang farmasi maupun non farmasi. Barang farmasi yang disediakan antara lain obat-obat saluran pencernaan dan penekan sistem saraf pusat (contoh: obat pusing dan mual), serta obat luka luar (contoh: betadine, kasa, dan obat pegal). Barang non farmasi yang dijual di Apotek Kimia Farma No. 47 seperti kosmetik-kosmetik termasuk produk Kimia Farma (contoh: bedak venus), produk kebersihan, makanan, serta kebutuhan bayi. Keberadaan swalayan farmasi ini menjadi salah satu keunggulan Kimia Farma Apotek karena pembeli dapat membeli seluruh kebutuhannya sendiri tanpa harus melalui petugas yang ada di loket. Selain memberikan manfaat bagi pembeli dari segi kepraktisan, swalayan farmasi juga memiliki nilai positif untuk Kimia Farma Apotek sendiri yaitu meningkatnya pendapatan apotek diluar pelayanan obat resep. Penyediaan swalayan farmasi juga memiliki sisi negatif yaitu memerlukan ruang yang cukup besar dan sangat rentan terhadap pencurian. Oleh karena itu di Apotek Kimia Farma No. 47 tata letak rak swalayan farmasi dirancang sedemikian rupa sehingga posisinya memudahkan karyawan apotek untuk memantau para pembeli, selain adanya kaca bulat cembung yang berfungsi mengawasi kegiatan yang ada di swalayan.

63 56 Adanya program Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 47 yang dilaksanakan selama 6 minggu telah banyak memberikan gambaran kepada calon apoteker tentang bagaimana seorang apoteker menjalankan profesinya di apotek. Tugas dan fungsi seorang apoteker di apotek tidak hanya berperan sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian melainkan juga berperan dalam mengelola apotek. Selain itu, calon apoteker juga mendapatkan informasi mengenai pemilihan lokasi yang tepat dan sistem pelayanan yang menguntungkan, tidak hanya bagi apotek tetapi juga memberikan kepuasan bagi pembeli sekaligus pasien. Hal ini penting dalam meningkatkan pengembangan pelayanan kefarmasian sebagai fungsi sosial serta meningkatkan keuntungan sebagai fungsi ekonomi.

64 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Apoteker Pengelola Apotek (APA) berperan dalam menentukan kebijakan pengelolaan apotek serta melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian terhadap semua komponen yang ada di apotek, disamping melaksanakan fungsinya sebagai seorang apoteker untuk menjamin penggunaan obat yang efektif, aman, dan rasional. 2. Proses pengelolaan apotek meliputi pengelolaan manajerial dan pelayanan kefarmasian. Pengelolaan pada sistem manajerial meliputi pengelolaan modal dan sarana, administrasi dan keuangan, dan sumber daya manusia. Pengelolaan di bidang pelayanan kefarmasian meliputi perencanaan kebutuhan obat, pengadaan obat, pendistribusian obat, penyimpanan obat, serta pelayanan informasi obat. 5.2 Saran 1. Agar persediaan farmasi selalu tersedia, maka perlu diperhatikan ketersediaannya dengan melakukan perencanaan pengadaan dan pengawasan persediaan yang teratur, meliputi perhitungan konsumsi rata-rata, waktu pembelian dan waktu tunggu. 2. Agar pekerjaan kefarmasian yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No. 47 sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 2009, maka perlu dipertimbangkan untuk menambah tenaga Apoteker pendamping dan tenaga teknis kefarmasian, karena apotek buka selama 24 jam. 3. Agar jumlah obat yang tersedia sesuai dengan data stok pada komputer dan sebagai media penelusuran bila terjadi ketidaksesuaian data stok dengan barang atau terjadi kehilangan, maka pengawasan perlu diperketat dengan melakukan pencatatan setiap obat yang masuk atau keluar pada kartu stok. 4. Untuk mempermudah melakukan pengendalian jika ada hal-hal yang tidak diinginkan, maka sebaiknya penyimpanan persediaan farmasi disesuaikan 57

65 58 dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/IX/2004, yaitu persediaan farmasi harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. 5. Untuk menjamin ketepatan dosis atau meminimalisir jumlah serbuk obat yang hilang karena berterbangan saat diracik atau tertinggal pada alat penggerus obat, maka perlu diperhatikan dalam pemilihan alat penggerus pada proses peracikan obat. Jika obat yang diracik dalam jumlah sedikit atau memiliki kandungan zat aktif yang sedikit, sebaiknya digunakan mortir dengan ukuran kecil. Jika obat yang diracik dalam jumlah banyak atau memiliki kandungan zat aktif yang besar, dapat digunakan blender untuk mempermudah proses peracikan. 6. Untuk mencegah kontaminasi sediaan racikan, menjamin kebersihan obat yang diberikan kepada pasien, serta menjamin keamanan bagi petugas yang melakukan peracikan, maka petugas yang melakukan peracikan harus menggunakan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan. 7. Agar pelayanan kefarmasian dapat berjalan optimal, maka sebaiknya dipertimbangkan penyediaan ruang khusus untuk kegiatan konseling. 8. Untuk mempermudah pemberian rekomendasi jika obat yang diresepkan tidak ada, resep sulit dibaca, dan mencegah medication error, maka perlu membangun komunikasi dan kerjasama yang baik antara tenaga kefarmasian dengan profesi dokter. 9. Untuk mencapai tingkat kepuasan pelanggan yang optimal, maka perlu mempertahankan atau bahkan meningkatkan pelayanan yang cepat dan ramah. 10. Interaksi antara Apoteker dengan pasien selaku pengguna jasa apotek harus lebih diintensifkan dengan meningkatkan peran aktif Apoteker melalui komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai obat ke pasien dalam rangka menjamin efektifitas penggunaan obat.

66 59 DAFTAR REFERENSI Departemen Kesehatan RI. (2006a). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006b). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1322/Menkes/Sk/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1176/Menkes/SK/X/1999 Tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Peraturan pemerintah No. 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 Tentang Apotek. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 28/Menkes/Per/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika. Tim Penyelenggara dan Instruktur PKPA PT. Kimia Farma Apotek Materi Praktek Kerja Profesi Apoteker. Jakarta: PT. Kimia Farma Apotek. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika.

67 LAMPIRAN

68 60 Lampiran 1. Contoh Laporan Penggunaan Psikotropika

69 61 Lampiran 2. Contoh Surat Pesanan Narkotika

70 62 Lampiran 3. Contoh Laporan Penggunaan Narkotika

71 63 Lampiran 4. Denah Lokasi Apotek Kimia Farma No. 47 Radio Dalam

72 64 Lampiran 5. Layout Apotek Kimia Farma No.47 Radio Dalam (Lantai Bawah)

73 65 Lampiran 6. Layout Apotek Kimia Farma No.47 Radio Dalam (Lantai Atas)

74 66 Lampiran 7. Contoh Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA)

75 67 Lampiran 8. Alur Penjualan Resep Tunai

76 68 Lampiran 9. Contoh Kuitansi Pembayaran Tunai

77 69 Lampiran 10. Alur Pelayanan Resep Kredit

78 70 Lampiran 11. Nomer Urut Resep Kredit

79 71 Lampiran 12. Alur Penjualan Obat Bebas

80 72 Lampiran 13. Contoh Etiket

81 73 Lampiran 14. Contoh Label

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ZILFIA MUTIA RANNY, S.Farm. 1006835601 ANGKATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Tri Setiawan, S.Farm. 1006754075 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 No.206, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. ST. HASANUDDIN NO.1 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DWI FAJAR ABD. GHOFUR, S.Si 1006835204 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi masyarakat dari peredaran obat yang tidak memenuhi persyaratan,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILDYANTI PUSPITASARI KARDIANTO, S. Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 2013 20 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEIYANI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34 A, JAKARTA PUSAT PERIODE 6 SEPTEMBER 17 OKTOBER 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34 A, JAKARTA PUSAT PERIODE 6 SEPTEMBER 17 OKTOBER 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34 A, JAKARTA PUSAT PERIODE 6 SEPTEMBER 17 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANITA HASAN,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa: I.PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tempat dilakukannya praktik kefarmasian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS) OTC (OVER THE COUNTER DRUGS) Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tenpat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (PP no. 51 tahun 2009) Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN- LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN- LAMPIRAN LAMPIRAN- LAMPIRAN Perkiraan Biaya Istalasi dan Operasional Sistem Informasi akuntansi Berbasis Komputer Apotek Fatma Medika A. Investasi 1 Set Komputer Pentium IV Rp. 2.500.000,- 1 Set Printer Epson LX

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG a. PENDAHULUAN Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pilihan Pengobatan Masalah kesehatan masyarakat termasuk penyakit ditentukan oleh 2 faktor utama, yaitu faktor perilaku seperti pergi ke apotek membeli obat dan non perilaku

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ILMA NAFIA, S.Farm.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengawasan dan pemantauan

Lebih terperinci

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot No.906, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Kefarmasian. Puskesmas. Standar Pelayanan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa pengaturan tentang Industri Farmasi yang komprehensif

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Draft 07 Januari 2016 RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI-16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 AGUSTUS 30 AGUSTUS 2013 DAN 30 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 278 RUKO VERSAILLES FB NO.15 SEKTOR 1.6 BSD SERPONG PERIODE 3 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci