SENSITIVITAS UKURAN AMATAN MODEL AUTOREGRESI FUZZY SUCI ANGGRAYANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SENSITIVITAS UKURAN AMATAN MODEL AUTOREGRESI FUZZY SUCI ANGGRAYANI"

Transkripsi

1 SENSITIVITAS UKURAN AMATAN MODEL AUTOREGRESI FUZZY SUCI ANGGRAYANI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sensitivitas Ukuran Amatan Model Autoregresi Fuzzy adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2014 Suci Anggrayani NIM G

4 ABSTRAK SUCI ANGGRAYANI. Sensitivitas Ukuran Amatan Model Autoregresi Fuzzy. Dibimbing oleh ITASIA DINA SULVIANTI dan YENNI ANGRAINI. Metode pemodelan yang umum digunakan dalam analisis deret waktu adalah Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA). Metode ARIMA lebih efektif diterapkan pada data dengan ukuran amatan besar, sekurangkurangnya 50. Tseng pada tahun 2001 memperkenalkan metode ARIMA Fuzzy untuk melakukan pemodelan data deret waktu dengan ukuran amatan terbatas. ARIMA fuzzy menggabungkan keunggulan penelitian sebelumnya, yakni logika fuzzy, ARIMA dan regresi fuzzy. Merujuk pada penelitian Tseng, penelitian ini akan menelusuri selang ukuran deret waktu yang optimal apabila dilakukan pemodelan autoregresi fuzzy pada kondisi tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model ARIMA fuzzy pada kondisi data deret waktu AR(2) dengan µ=50 dan dugaan parameter 1 =0.600 dan 2 =0.300 lebih sensitif ketika ukuran amatan kurang dari 20. Kata kunci: ARIMA Fuzzy, Logika Fuzzy, Regresi Fuzzy ABSTRACT SUCI ANGGRAYANI. The Sensitivity of Observation Size for Fuzzy Autoregression Model. Advised by ITASIA DINA SULVIANTI and YENNI ANGRAINI. The conventional time series modelling method is Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA). ARIMA method is more effective if it is applied in long time periode of observations that at least 50 observations. Tseng on 2001, introduced Fuzzy ARIMA method to deal time series modelling on short time periode of observations. Fuzzy ARIMA combines the advantages of fuzzy logic, ARIMA and fuzzy regression. Considering Tseng s study the aim of this study is tracing the optimal observation range size when fuzzy ARIMA method is applied at the curent condition. The result of this study indicated that fuzzy ARIMA when the condition of time series data AR(2) with µ=50 and parameter estimation 1 =0.600 and 2 =0.300 was more sensitive when the observation size less than 20. Key words: fuzzy ARIMA, fuzzy logic, fuzzy regression

5 SENSITIVITAS UKURAN AMATAN MODEL AUTOREGRESI FUZZY SUCI ANGGRAYANI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi : Sensitivitas Ukuran Amatan Model Autoregresi Fuzzy Nama : Suci Anggrayani NIM : G Disetujui oleh Dra Itasia Dina Sulvianti, MSi Pembimbing I Yenni Angraini, MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Hari Wijayanto, MSi Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Tiada kata yang pantas diucapkan selain puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia yang luar biasa kepada penulis. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahlimpahkan kepada baginda Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya. Merupakan kebahagiaan yang tidak terkira akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai salah satu syarat kelulusan studi di Departemen Statistika FMIPA IPB. Walaupun tidak dapat dituliskan satu persatu, namun penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada: 1. Ibu Dra Itasia Dina Sulvianti, MSi beserta Ibu Yenni Angraini, MSi selaku komisi pembimbing yang dengan penuh kesabaran membimbing serta memberikan saran dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Ibu Dian Kusumaningrum, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan arahan. 3. Abah, Mama, Yuga Nugraha dan Moch. Irsyad Gunawan yang tak bosanbosannya memberikan doa dan dukungan agar dapat secepatnya menyelesaikan tugas akhir ini. 4. Rekan-rekan Statistika 2009 atas kebersamaan dalam suka maupun duka. Akhir kata, semoga tugas akhir ini bermanfaat sehingga menjadi suatu amalan yang tidak terputus bagi penulis dan semua pihak yang telah turut membantu. Aamiin. Bogor, Januari 2014 Suci Anggrayani

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Konsep Himpunan Fuzzy 2 Regresi Fuzzy 3 ARIMA Fuzzy 4 METODOLOGI 5 Bahan 5 Metode 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Pemeriksaan Program 6 Autoregresi Fuzzy 10 Simulasi Sensitivitas Ukuran Amatan Optimum 13 SIMPULAN DAN SARAN 16 Simpulan 16 Saran 16 DAFTAR PUSTAKA 16 RIWAYAT HIDUP 29

10 DAFTAR TABEL 1 Ilustrasi data deret waktu hasil bangkitan 7 2 Keluaran nilai dugaan dan kebaikan model AR(1) untuk data ilustrasi 9 3 Keluaran nilai dugaan dan kebaikan model AR(2) untuk data ilustrasi 9 4 Deskripsi nilai dugaan parameter model AR untuk berbagai ukuran amatan 10 5 Hasil keluaran fungsi peminimuman model autoregresi fuzzy 11 6 Ukuran kebaikan model RMSE untuk data ilustrasi 13 DAFTAR GAMBAR 1 Fungsi keanggotaan segitiga 3 2 Plot data bangkitan terhadap deret waktu (a) t=10; (b) t= Plot ACF data bangkitan (a) t=10; (b) t= Plot PACF data bangkitan (a) t=10; (b) t= Plot selang dugaan dan ramalan AR dan ARF untuk t= Plot selang dugaan dan ramalan AR dan ARF untuk t= Plot Rataan RMSE prediksi model AR dan ARF 14 8 Plot peluang nilai RMSE model ARF<AR 14 9 Plot rataan RMSE ramalan model AR dan ARF Plot peluang nilai RMSE prediksi model ARF<AR 15 DAFTAR LAMPIRAN 1 Keluaran fungsi peminimuman model autoregresi fuzzy 17 2 Nilai RMSE prediksi 25 3 Nilai RMSE ramalan 27

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Model ARIMA yang diperkenalkan oleh Box dan Jenkins pada tahun 1976 telah banyak diterapkan dalam kegiatan peramalan. Model ARIMA memiliki asumsi bahwa nilai di masa yang akan datang memiliki hubungan fungsional dengan nilai di masa sekarang dan nilai di masa lampau serta galat bersifat white noise, yang berarti bahwa galat bersifat bebas dengan rataan dan ragam konstan (Wei 1989). Keunggulan model ARIMA adalah memiliki akurasi peramalan yang baik untuk periode waktu pendek, akan tetapi model ARIMA juga memiliki keterbatasan yakni dalam hal ukuran amatan. Tidak ada aturan yang mengikat terkait ukuran amatan minimum yang diperlukan dalam pemodelan ARIMA. Beberapa penulis mengatakan ukuran amatan minimal adalah 30, beberapa mengatakan 50 dan yang lainnya mengatakan 60 (Yaffee 1999). Tseng et al. pada tahun 2001 mengatakan setidaknya ukuran amatan yang dibutuhkan adalah 50 dan akan lebih baik apabila di atas 100. Model ARIMA menggunakan konsep measurement error atau kesalahan pengukuran yang diperoleh dari perbedaan antara data prediksi dengan data aktual. Kenyataannya, data aktual yang diperoleh merupakan nilai yang tepat dan tidak termasuk dalam kesalahan pengukuran (Tseng et al. 2001). Model regresi fuzzy dikembangkan oleh Tanaka dan Watada (Tseng et al. 2001). Model ini digunakan untuk menangani masalah regresi untuk jumlah amatan yang terbatas. Konsep dasar dari model ini adalah penyimpangan antara data aktual dan nilai prediksi diasumsikan sebagai akibat dari ketidakjelasan sistem atau kekaburan dari dugaan parameter regresi, bukan kesalahan pengukuran. Hasil prediksi dari model regresi fuzzy adalah berupa selang. Kelemahan dari model ini adalah apabila terdapat pencilan maka dugaan yang berupa selang tersebut akan semakin lebar. Model ARIMA dapat diterapkan pada data dengan ukuran amatan terbatas dengan upaya menggabungkanya dengan konsep regresi fuzzy. Konsep ini dikenal dengan ARIMA fuzzy yang dicetuskan oleh Tseng et al. pada tahun Model ARIMA fuzzy digunakan Tseng et al. untuk melakukan peramalan kurs mata uang Dollar Taiwan terhadap Dollar Amerika. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa ARIMA fuzzy dengan model spesifik autoregresi fuzzy (ARF), terbukti memiliki hasil prediksi yang lebih baik daripada model autoregresi (AR) untuk data dengan ukuran amatan terbatas. Melalui perbandingan kebaikan model antara model AR dan ARF, maka akan diperoleh ukuran amatan maksimum apabila dilakukan pemodelan ARF. Ukuran amatan tersebut dapat pula diartikan sebagai ukuran amatan minimum yang masih baik apabila dilakukan pemodelan AR untuk kondisi data tertentu. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan batasan ukuran pengamatan yang mulai sensitif apabila dilakukan pemodelan data deret waktu dengan metode autoregresi fuzzy.

12 2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Himpunan Fuzzy Konsep himpunan fuzzy atau himpunan kabur diperkenalkan oleh Lotfi A. Zadeh pada tahun Konsep ini merupakan tahap pengembangan dari konsep bilangan crisp atau tegas. Himpunan tegas hanya dapat merepresentasikan pengertian benar atau salah, sedangkan himpunan fuzzy mampu merepresentasikan pengertian nilai antara benar dan salah. Ilustrasinya adalah jika terdapat peubah suhu ruangan maka himpunan tegas hanya dapat menjelaskan panas atau dingin, sedangkan himpunan fuzzy dapat menjelaskan panas, sedang dan dingin. Konsep fuzzy sering digunakan untuk mengekspresikan suatu nilai yang diterjemahkan ke dalam bahasa atau linguistik. Jika X merupakan suatu himpunan dengan angota-anggotanya dilambangkan dengan x, nilai keanggotaan x dalam suatu himpunan A yang diperoleh dari fungsi didefinisikan dengan: Nilai keanggotaan bilangan tegas merupakan bilangan diskret yang hanya memiliki dua kemungkinan, yakni yang berarti benar atau x merupakan anggota dari himpunan A serta yang berarti salah atau x tidak menjadi anggota himpunan A. Nilai keanggotaan bilangan fuzzy merupakan bilangan kontinu antara 0 hingga 1 yang berarti suatu nilai dapat tergabung dalam benar dan salah secara bersamaan. Nilai dari himpunan fuzzy tersebut ditentukan oleh fungsi keanggotaan. Fungsi keanggotaan (membership function) adalah suatu fungsi yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaan bilangan fuzzy. Terdapat beberapa fungsi yang dapat digunakan melalui pendekatan fungsi untuk mendapatkan nilai keanggotaan seperti linier, triangular, trapezoidal, Gaussian, dan Generalized Bell (Kusumadewi 2010). Fungsi keanggotaan dari himpunan fuzzy yang digunakan pada penelitian ini adalah fungsi keanggotaan segitiga dengan persamaan fungsi keanggotaan sebagai berikut: { ainnya dengan A(x i ) merupakan nilai keanggotaan nilai non-fuzzy x i pada himpunan fuzzy A, i merupakan nilai tengah bilangan fuzzy dan c i merupakan sebaran dari bilangan fuzzy. Grafik keanggotaan segitiga dapat dilihat pada Gambar 1.

13 3 Gambar 1 Fungsi keanggotaan segitiga Regresi Fuzzy Regresi fuzzy dikembangkan oleh Tanaka pada tahun Regresi fuzzy digunakan untuk menangani masalah regresi dengan jumlah ukuran amatan terbatas. Konsep dasar dari regresi fuzzy adalah bahwa penyimpangan antara nilai penduga dengan nilai aktual tidak diperoleh dari kesalahan nilai pengukuran (measurement error), akan tetapi diperoleh dari ketidakjelasan sistem atau kekaburan dari koefisien regresi. Hal ini menandakan bahwa nilai residual diakibatkan oleh ketidakpastian parameter dalam model. Model umum regresi fuzzy adalah sebagai berikut: dengan adalah nilai respon fuzzy, X i adalah peubah bebas, untuk i=0,1,2,...n adalah koefisien regresi fuzzy peubah bebas ke-i (Saphiro 2005). Koefisien fuzzy merupakan suatu fungsi yang memiliki dua parameter yakni yang merupakan nilai tengah (middle value) dan c yang merupakan sebaran (spread). Koefisien fuzzy dapat ditulis dalam bentuk sehingga persamaan di atas dapat dituliskan sebagai berikut: Koefisien fuzzy diperoleh melalui penyelesaian permasalahan program linier dengan cara meminimumkan tingkat kekaburan S (vagueness) yang didefinisikan sebagai penjumlahan dari penyebaran masing-masing parameter fuzzy dalam model. Nilai objektif dari model regresi pada data non-fuzzy digunakan untuk memperoleh parameter sehingga setiap observasi yang mengandung nilai y j didekatkan dengan nilai keanggotaan yang lebih besar dari h, dengan sesuai dengan persamaan berikut: untu dengan h menunjukkan tingkat kekaburan dari parameter fuzzy yang ada dalam model dan ditentukan secara subjektif dengan nilai antara 0 hingga 1. Indeks

14 4 j=0,1,2,...k menunjukkan ukuran amatan yang digunakan untuk membangun model regresi fuzzy, sedangkan untuk menentukan parameter dari regresi fuzzy telah dirumuskan oleh Tanaka (dalam Tseng et al. 2001) dengan mengkonversi persamaan tersebut ke dalam permasalahan pemrograman linier berikut: minimumkan : kendala : ( - ) -( - ) ARIMA Fuzzy Peramalan dengan menggunakan model ARIMA memiliki keuntungan berupa keakuratan ramalan untuk jangka waktu yang cukup singkat, namun memiliki keterbatasan dalam hal ketersediaan data. Jumlah amatan minimal yang digunakan adalah 50 dan akan lebih baik lagi apabila jumlah amatan yang digunakan lebih dari 100 (Tseng et al. 2001). Regresi fuzzy digunakan untuk menangani masalah regresi dengan jumlah amatan terbatas. Penggabungan keuntungan antara model ARIMA dan model regresi fuzzy untuk membangun model ARIMA fuzzy diharapkan mampu memodelkan data deret waktu dengan jumlah amatan terbatas sehingga diperoleh hasil peramalan yang lebih baik. Mengadaptasi dari metode yang dikembangkan oleh Ishibuchi dan Tanaka (dalam Tseng et al. 2001) maka formulasi model ARIMA fuzzy adalah sebagai berikut: Jika ( - ) serta terdapat konstanta, maka persamaan di atas dapat diuraikan menjadi: dengan Y t adalah observasi ke-t, dan merupakan koefisien fuzzy. Persamaan di atas dimodifikasi menjadi: atau Sama halnya dengan regresi fuzzy, nilai dugaan parameter diperoleh dengan peminimuman nilai kekaburan (S) melalui solusi permasalahan pemrograman linier. Perbedaan formulasi antara regresi fuzzy dengan ARIMA fuzzy terletak pada fungsi objektif. Fungsi objektif ARIMA fuzzy dilakukan pembobotan nilai PACF untuk model AR dan nilai ACF untuk model MA yang nyata pada setiap lagnya. Nilai dugaan parameter fuzzy dapat diperoleh melalui persamaan berikut:

15 5 Minimumkan: Kendala: ( - ) ( - - ) ( - ) ( - - ) untu se ua (Tseng et al. 2001). METODOLOGI Bahan Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pembangkitan data deret waktu dengan model AR(2) t dan =50, dengan parameter bangkitan ϕ 1 =0.600 dan ϕ 2 =0.300 Ukuran amatan yang digunakan dalam pemodelan dibagi ke dalam delapan kategori dengan masing-masing kategori berukuran 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, dan 45. Ukuran amatan yang digunakan dalam validasi atau peramalan untuk setiap ketegori adalah 5 periode. Nilai keanggotaan fuzzy (h) yang digunakan adalah h=0. Metode Penelitian ini dilakukan melalui proses simulasi. Data dibangkitkan dengan bantuan piranti lunak R Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini terangkum dalam algoritma berikut: 1. Membangkitkan data model AR(2) untuk t=10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, dan 45 dengan parameter bangkitan ϕ. dan ϕ. yang diulang sebanyak 30 kali. 2. Memeriksa data bangkitan AR melalui tahapan analisis ARIMA Box-Jenkins. Model AR (p) adalah sebagai berikut: ϕ ϕ ϕ dengan t adalah banyaknya periode atau ukuran amatan data deret waktu, Y t adalah data deret waktu pada periode ke-t, ϕ i untuk i=1,2,...,p adalah parameter autoregresi orde pertama hingga ke-p, adalah konstanta yang diperoleh dari - ϕ serta e t adalah galat pada periode ke-t. Tahapan analisis ARIMA adalah sebagai berikut: a. Melakukan eksplorasi data untuk mengetahui pola data dan kestasioneran secara visual data deret waktu. b. Mengidentifikasi model melalui plot fungsi autokorelasi (ACF) dan autokorelasi parsial (PACF) guna menentukan model-model tentatif.

16 6 c. Menduga parameter dengan metode kemungkinan maksimum (maximum likelihood estimation) atau MLE. Metode ini dilakukan dengan cara memaksimumkan fungsi kemungkinan berdasarkan fungsi sebaran galat ( ). d. Mendiagnosa model. e. Melakukan overfitting, yakni memeriksa model terdekat yang memiliki galat lebih minimum. f. Melakukan peramalan (Wei 2005). 3. Menentukan model autoregresi fuzzy (ARF) yang meliputi tahapan berikut ini. a. Melakukan fuzzifikasi dugaan parameter yang diperoleh dari model AR ke dalam fungsi keanggotaan segitiga. Persamaan AR(p) fuzzy adalah sebagai berikut: p atau b. Menduga parameter dan dari solusi dari pemrograman linier peminimuman nilai kekaburan (S). - dengan kendala: - ( - )( - ), - - ( - )( - ) 4. Melakukan peramalan. 5. Membandingkan kedua metode berdasarkan ukuran kebaikan model RMSE prediksi dan ramalan. 6. Melakukan tahapan 1-5 untuk ukuran amatan data deret waktu berbeda. 7. Menentukan ukuran amatan ketika model ARF lebih baik dari model AR. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Program Pemeriksaan program dilakukan untuk mengetahui program yang dibuat telah berjalan dengan baik serta memberikan hasil yang tepat. Tahapan program yang dibuat adalah sebagai berikut. Program Pembangkitan Data Program pembangkitan data yang baik akan menghasilkan keluaran sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Hal ini perlu dilakukan karena akan berpengaruh

17 terhadap pembuktian metode yang diuji yang nantinya akan berpengaruh pula terhadap kesimpulan yang diperoleh. Ilustrasi dilakukan dengan mengambil masing-masing satu set data deret waktu hasil bangkitan dengan perintah arima.sim untuk ukuran amatan 10 dan 45 yang terangkum dalam Tabel 1. Tabel 1 Ilustrasi data deret waktu hasil bangkitan 7 t Y t t Y t t Y t t Y t t Y t t= t= Program pendugaan parameter AR Tahapan berikutnya yakni memeriksa kesesuaian nilai dugaan parameter data deret waktu yang dibangkitkan dengan parameter yang diharapkan. Tahapan ini dilakukan dengan mengidentifikasi model melalui plot data terhadap waktu serta korelogram (plot ACF dan PACF), menduga parameter dan mendiagnosa model. Plot data terhadap waktu digunakan untuk melihat kestasioneran data baik dalam rataan maupun ragam. Berdasarkan Gambar 2, plot data terlihat memiliki pola naik, seolah data tidak stasioner terhadap rataan maupun ragam. Hal ini dikarenakan ukuran amatan yang digunakan dalam pemodelan terbatas sehingga berpengaruh pada skala grafik sehingga kerenggangan antar amatan terlihat jelas akan tetapi, jika ukuran amatan besar plot data akan terlihat lebih stasioner. Gambar 2 Plot data bangkitan terhadap deret waktu (a) t=10; (b) t=45

18 8 Plot ACF pada Gambar 3 memperlihatkan bahwa nilai autokorelasi untuk kedua ukuran amatan turun secara perlahan. Plot PACF pada Gambar 4 memperlihatkan bahwa nilai autokorelasi parsial nyata pada lag pertama lebih signifikan daripada lag lainnya untuk kedua ukuran amatan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa model dugaan deret waktu untuk kedua ukuran amatan adalah AR(1). Berdasarkan plot ACF dan PACF, tidak diperoleh model dugaan yang sesuai dengan model bangkitan AR(2). Hal ini dikarenakan ukuran amatan data deret waktu kecil yang berakibat pada nilai galat baku autokorelasi (S rk ) menjadi besar. Nilai digunakan untuk pengujian hipotesis nilai autokorelasi dan autokorelasi parsial. Hipotesis untuk pengujian korelasi adalah sebagai berikut: H 0 : H 1 : H 0 ditolak jika r k >S rk atau r k >2/. (Cryer,2008) Gambar 3 Plot ACF data bangkitan (a) t=10; (b) t=45 Gambar 4 Plot PACF data bangkitan (a) t=10; (b) t=45

19 Setelah diperoleh model dugaan awal, tahap berikutnya adalah menduga parameter AR(1). Berdasarkan Tabel 2, diperoleh ϕ. untuk model dengan ukuran amatan 10 sedangkan untuk ukuran amatan 45 diperoleh nilai ϕ.. Untuk mengetahui keberadaan model lain yang lebih baik dari model dugaan awal maka tahapan berikutnya adalah melakukan overfitting, yakni menduga model terdekat yang lebih baik dari model dugaan awal. Model terdekat dari model AR(1) adalah AR(2). Hasil dugaan model AR(2) untuk kedua ukuran amatan terangkum dalam Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 diperoleh nilai ϕ. dan ϕ. untuk ukuran amatan 10 sedangkan untuk ukuran amatan 45 diperoleh nilai ϕ. dan ϕ.305. Keragaman model AR(2) lebih kecil dari model AR(1). Hal ini mengindikasikan bahwa model AR(2) lebih baik dari AR(1). Selain itu nilai dugaan parameter AR(2) lebih mendekati nilai parameter data bangkitan. Tabel 2 Keluaran nilai dugaan dan kebaikan model AR(1) untuk data ilustrasi 9 t 10 Nilai dugaan Koefisien Galat baku s 2 Log likelihood AR Konstanta AIC AR Konstanta Tabel 3 Keluaran nilai dugaan dan kebaikan model AR(2) untuk data ilustrasi t 10 Nilai dugaan Koefisien Galat baku s 2 Log likelihood AR AR Konstanta AIC AR AR Konstanta Berdasarkan hasil pemeriksaan pada kedua set data tersebut, maka model yang sesuai adalah model AR(2) dengan dugaan parameter mendekati parameter bangkitan yakni 1 =0.600 dan 2 = Deskripsi nilai dugaan parameter model AR untuk setiap ukuran amatan dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan hasil yang diperoleh, rataan dugaan parameter 1 berada di sekitar nilai dengan simpangan baku maksimum sebesar 0.012, sedangkan untuk nilai rataan dugaan parameter 2 berada di sekitar nilai dengan simpangan baku maksimum

20 Hal tersebut mengindikasikan bahwa program pembangkitan yang telah dibuat sudah berjalan dengan baik dan memenuhi kriteria yang diinginkan. Tabel 4 Deskripsi nilai dugaan parameter model AR untuk berbagai ukuran amatan Ukuran amatan Parameter Rataan Simpangan baku Nilai minimum Nilai maksimum ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ Autoregresi Fuzzy Model autoregresi fuzzy (ARF) merupakan analisis lanjutan dari model Autoregresi Box-Jenkins (AR). Setelah diperoleh nilai dugaan parameter AR, maka selanjutnya dilakukan proses optimasi berupa peminimuman fungsi kekaburan (S). Ilutrasi dilakukan dengan menduga model autoregresi fuzzy pada set data series yang berukuran 10 dan 45 yang diperoleh dari tahapan sebelumnya. Berdasarkan proses pendugaan model Box-Jenkins, maka untuk kedua set data tersebut diperoleh persamaan AR(2) secara berturut-turut sebagai berikut: Nilai PACF yang nyata pada kedua lag untuk data ilustrasi dengan ukuran amatan 10 yakni. dan., sedangkan untuk ukuran amatan 45 diperoleh nilai. dan.. Model AR(p) yang diperoleh merupakan dasar dari penentuan jumlah parameter fuzzy yang akan diduga. Jika diperoleh model AR(2) yang memiliki konstanta, maka jumlah parameter fuzzy yang diduga sebanyak tiga yang masing-masing parameter terdiri dari c i dan i.

21 Tahapan berikutnya adalah menentukan nilai dugaan parameter fuzzy, yaitu yang berupa mean atau nilai tengah dari W t serta yang berupa spread atau sebaran dari W t. Ilustrasi pendugaan parameter model ARF diterapkan pada data dengan ukuran amatan 10. Adapun nilai-nilai yang telah diperoleh pada pendugaan parameter model AR disubstitusikan ke dalam persamaan berikut: Minimunkan : S Kendala: Sebelum memperoleh nilai dan, maka terlebih dahulu menentukan nilai h (nilai keanggotaan) yang nilainya terletak antara 0 hingga 1 dengan cara trial and error ke dalam fungsi peminimuman. Pemilihan nilai h berpengaruh terhadap lebar selang dugaan. Semakin besar h mengakibatkan semakin lebar selang kepercayaan dugaan (Razak 2012). Proses peminimuman fungsi dilakukan melalui sistem pemrograman linier menggunakan metode simpleks. Hal yang sama juga dilakukan untuk ukuran amatan 45. Hasil keluaran proses tersebut dapat dilihat pada Tabel 5, sedangkan untuk keluaran proses optimasi data secara keseluruhan terlampir pada Lampiran 1. Tabel 5 Hasil keluaran fungsi peminimuman model autoregresi fuzzy t Nilai optimasi c 0 c 1 c Persamaan model autoregresi fuzzy untuk ukuran data 10 dan 45 berturutturut adalah sebagai berikut:

22 Berdasarkan persamaan tersebut maka diperoleh model ARF batas bawah yang dihasilkan melalui pengurangan nilai tengah ( i ) oleh nilai sebaran (c i ) serta model ARF batas atas yang diperoleh dengan penjumlahan i dengan c i. Plot data dugaan yang berupa selang juga dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6. Data Dugaan Periode Aktual AR FAR Batas Bawah AR Batas Atas AR Batas Bawah ARF Batas Atas ARF Ramalan Gambar 5 Plot selang dugaan dan ramalan AR dan ARF untuk t= Dugaan Ramalan Data Periode Aktual AR ARF Batas Bawah AR Batas Atas AR Batas Bawah ARF Batas Atas ARF Gambar 6 Plot selang dugaan dan ramalan AR dan ARF untuk t=45

23 Hasil ukuran kebaikan nilai dugaan dan ramalan terangkum dalam Tabel 6. Ukuran kebaikan yang digunakan adalah Root Mean Square Error (RMSE). Nilai RMSE yang kecil mengindikasikan perbedaan nilai dugaan dengan nilai aktual kecil yang artinya semakin kecil nilai RMSE maka model akan semakin baik. Adapun nilai RMSE prediksi untuk model AR dan ARF untuk ukuran amatan 10 berturut-turut adalah dan Nilai RMSE model ARF lebih kecil dari ARF yang berarti bahwa untuk pendugaan pada ukuran amatan 10 model ARF lebih baik daripada AR. Nilai RMSE prediksi untuk model AR dan ARF untuk ukuran amatan 45 berturut-turut adalah dan Nilai RMSE model AR lebih kecil daripada ARF yang berarti bahwa untuk kondisi ukuran amatan 45 pada set data tersebut model AR masih lebih baik daripada ARF. Nilai RMSE ramalan model AR dan ARF berturut-turut adalah dan 0.574, sedangkan untuk nilai RMSE ramalan model AR dan ARF berturut-turut adalah dan Nilai RMSE ramalan ARF untuk kedua ukuran amatan di atas lebih kecil daripada nilai RMSE ramalan model AR yang berarti bhwa untuk peramalan lima periode ke depan lebih baik menggunakan model AR. Tabel 6 Ukuran kebaikan model RMSE untuk data ilustrasi RMSE AR ARF dugaan t=10 ramalan t=45 dugaan ramalan Simulasi Sensitivitas Ukuran Amatan Optimum Simulasi dilakukan dengan membangkitkan data dari setiap kategori ukuran amatan. Selanjutnya dilakukan penyeleksian dari data bangkitan tersebut yang memiliki nilai dugaan parameter mendekati nilai parameter bangkitan dengan jumlah ulangan untuk setiap kategori sejumlah 30. Setiap ulangan tersebut dilakukan pendugaan AR dan ARF sehingga diperoleh ukuran kebaikan model RMSE prediksi dan ramalan lima periode ke depan pada Gambar 7 dan Gambar 8. Nilai RMSE data secara keseluruhan untuk dugaan terlampir pada Lampiran 2 sedangkan untuk peramalan terlampir pada Lampiran 3. Berdasarkan ukuran kebaikan pendugaan RMSE, semakin kecil nilai RMSE maka semakin baik model tersebut. Plot RMSE pada Gambar 7 menunjukkan bahwa nilai RMSE AR lebih kecil ketika ukuran amatan 20, 25, 30, 35, dan 45. Nilai RMSE model AR lebih kecil dari RMSE model AR ketika ukuran amatan 15 dan 10. Titik potong garis rataan RMSE berada pada ukuran amatan 15 sampai 20. Hal ini menunjukan bahwa metode ARF lebih sensitif yang berarti memberikan hasil dugaan yang lebih baik apabila diterapkan pada data yang memiliki ukuran amatan antara kurang dari 20.

24 14 Rataan RMSE Ukuran amatan AR ARF Gambar 7 Plot Rataan RMSE prediksi model AR dan ARF Selain menggunakan rataan RMSE, untuk mengetahui sensitivitas model ARF digunakan juga ukuran perbandingan menggunakan nilai peluang. Peluang yang digunakan adalah peluang nilai RMSE model ARF yang lebih kecil dari model AR. Hasil yang diperoleh terangkum dalam Gambar 8. Berdasarkan Gambar 8 peluang model ARF lebih baik dari AR. Nilai peluang tersebut semakin kecil seiring dengan peningkatan ukuran amatan. Adapun nilai peluang mencapai 50% ketika ukuran amatan kurang dari 20 sehingga pada selang ukuran amatan tersebut dapat dikataan bahwa hasil pendugaan model ARF lebih baik daripada model AR. 100 Peluang (%) Ukuran amatan Gambar 8 Plot peluang nilai RMSE model ARF<AR Berdasarkan nilai keakuratan peramalan untuk setiap ukuran amatan, nilai RMSE model AR selalu lebih kecil daripada model ARF. Artinya model AR masih memiliki keakuratan peramalan lebih baik daripada model ARF. Nilai rataan RMSE ramalan AR paling besar berada ketika ukuran amatan 25 serta nilai rataan RMSE ramalan model AR terkecil ketika ukuran amatan 45. Nilai rataan RMSE ramalan model ARF terbesar adalah ketika ukuran amatan 15 dan terkecil ketika berada pada ukuran amatan 40. Merujuk pada Gambar 9, nilai RMSE

25 ramalan cenderung berfluktuatif yang berarti bahwa tidak diperoleh pola penurunan atau kenaikan nilai RMSE berdasarkan perubahan ukuran amatan Rataan RMSE AR ARF Ukuran amatan Gambar 9 Plot rataan RMSE ramalan model AR dan ARF Sama halnya dengan plot rataan RMSE, plot peluang nilai RMSE ramalan juga tidak membentuk pola dan cenderung berfluktuatif. Nilai peluang RMSE ramalan model ARF kurang dari RMSE ramalan model AR. Nilai peluang terbesar diperoleh ketika ukuran amatan sebesar 25, sedangkan nilai peluang terkecil diperoleh ketika ukuran amatan 15. Nilai peluang yang kurang dari 50% untuk semua ukuran amatan mengindikasikan bahwa untuk peramalan lima periode ke depan model AR masih lebih baik daripada model ARF Peluang (%) Ukuran amatan Gambar 10 Plot peluang nilai RMSE prediksi model ARF<AR

26 16 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dugaan model autoregresi fuzzy pada kondisi data deret waktu AR(2) dengan, dugaan parameter mendekati ϕ. dan ϕ. serta rataan 50 lebih sensitif ketika ukuran amatan kurang dari 20. Proses prediksi dengan menggunakan model autoregresi fuzzy menghasilkan selang yang lebih akurat. Saran Saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk nilai keanggotaan (h) serta fungsi keanggotaan yang lainnya. DAFTAR PUSTAKA Cryer DJ, Chan KS Time Series Analysis with Applications in R. New York (US): John Wiley and Sons, Inc. Kusumadewi S, Purnomo H Aplikasi Logika Fuzzy. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Razak A Metode Autoregressive Fuzzy Time Series untuk Peramalan [tesis]. Surabaya (ID): Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Saphiro FA Fuzzy Regression Models [artikel]. Pennsylvania (US): Penn State University. Tseng FM, Tzeng GH, Yu HC, Yuan BJ Fuzzy ARIMA Model for Forecasting The Foreign Exchange Market. Fuzzy Sets and Systems [Internet]. [diunduh pada 2013 Mei 13]; 118: Tersedia pada: Wei WS Time Series Analysis Univariate and Multivariate Methods. Philladelphia (US): Pearson Addison Wesley. Yafee AR, McGee M Introduction to Time Series Analysis and Forecasting with Application of SAS and SPSS. New York (US): Academic Press Inc.

27 17 Lampiran 1 Keluaran fungsi peminimuman model autoregresi fuzzy a. Ukuran amatan 10 m Nilai minimum c 0 c 1 c

28 18 Lanjutan b. Ukuran amatan 15 m Nilai minimum c 0 c 1 c

29 19 Lanjutan c. Ukuran amatan 20 m Nilai minimum c 0 c 1 c

30 20 Lanjutan d. Ukuran amatan 25 m Nilai minimum c 0 c 1 c

31 21 Lanjutan e. Ukuran amatan 30 m Nilai minimum c 0 c 1 c

32 22 Lanjutan f. Ukuran amatan 35 m Nilai minimum c 0 c 1 c

33 23 Lanjutan g. Ukuran amatan 40 m Nilai minimum c 0 c 1 c

34 24 Lanjutan h. Ukuran amatan 45 m Nilai minimum c 0 c 1 c

35 25 Lampiran 2 Nilai RMSE prediksi a. Model autoregresi m Ukuran amatan Rataan

36 26 Lanjutan b. Model autoregresi fuzzy m Ukuran amatan Rataan

37 27 Lampiran 3 Nilai RMSE ramalan a. Model autoregresi m Ukuran amatan Rataan

38 28 Lanjutan b. Model autoregresi fuzzy m Ukuran amatan Rataan

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Vol. 9, No., 9-5, Januari 013 Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Fitriani, Erna Tri Herdiani, M. Saleh AF 1 Abstrak Dalam analisis deret waktu

Lebih terperinci

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA 1) Nurul Latifa Hadi 2) Artanti Indrasetianingsih 1) S1 Program Statistika, FMIPA, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2)

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian I) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 016 1 Ada tiga tahapan iterasi dalam pemodelan data deret waktu, yaitu: 1. Penentuan model tentatif (spesifikasi model)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stasioner Analisis ARIMA Autoregressive Integrated Moving Average umumnya mengasumsikan bahwa proses umum dari time series adalah stasioner. Tujuan proses stasioner adalah rata-rata,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 21 Oktober 27 PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) Greis S. Lilipaly ), Djoni Hatidja ), John S. Kekenusa ) ) Program Studi Matematika FMIPA UNSRAT Manado

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian II) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 2016 1 a. Lakukan proses pembedaan (differencing) sebanyak dua kali pada data asal. b. Lakukan pendugaan parameter pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk.

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk. PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. Djoni Hatidja ) ) Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 955 email: dhatidja@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian I) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 2017 1 Ada tiga tahapan iteratif dalam pemodelan data deret waktu yang berbasis model ARIMA, yaitu: 1. Penentuan model

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO Perbandingan Model ARIMA... (Alia Lestari) PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO Alia Lestari Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) Liana Kusuma Ningrum dan Winita Sulandari, M.Si. Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI LULIK PRESDITA W 1207 100 002 APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI 1 Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes BAB I PENDAHULUAN 2 LATAR BELAKANG 1. Stabilitas ekonomi dapat dilihat

Lebih terperinci

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n SBAB III MODEL VARMAX 3.1. Metode Analisis VARMAX Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n dengan variabel random Z n yang dapat dipandang sebagai variabel random berdistribusi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 1 8 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Lebih terperinci

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer 1 Faridah Yuliani dan 2 Dr. rer pol Heri Kuswanto 1,2 Jurusan Statistika

Lebih terperinci

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di: JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 197-207 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PERBANDINGAN ARIMA DENGAN FUZZY AUTOREGRESSIVE (FAR) DALAM PERAMALAN INTERVAL

Lebih terperinci

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 110 117 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

PERAMALAN JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT PERAMALAN JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT Novian Endi Gunawan 1, I Wayan Sumarjaya 2, I G.A.M. Srinadi 3 1 Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

MODEL FUZZY RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORK UNTUK PERAMALAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MODEL FUZZY RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORK UNTUK PERAMALAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MODEL FUZZY RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORK UNTUK PERAMALAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang II.. TINJAUAN PUSTAKA Indeks Harga Konsumen (IHK Menurut Monga (977 indeks harga konsumen adalah ukuran statistika dari perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang didapatkan.

Lebih terperinci

KAJIAN METODE BOOTSTRAP DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN MODEL ARMA (p,q)

KAJIAN METODE BOOTSTRAP DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN MODEL ARMA (p,q) SIDANG TUGAS AKHIR KAJIAN METODE BOOTSTRAP DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN MODEL ARMA (p,q) Disusun oleh : Ratna Evyka E.S.A NRP 1206.100.043 Pembimbing: Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes Dra.Laksmi

Lebih terperinci

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH Tri Mulyaningsih ), Budi Nurani R ), Soemartini 3) ) Mahasiswa Program Magister Statistika Terapan Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA

PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA Jurnal UJMC, Volume 2, Nomor 1, Hal. 28-35 pissn : 2460-3333 eissn: 2579-907X PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA Novita Eka Chandra 1 dan Sarinem 2 1 Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA

Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA Seminar Nasional Statistika IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA 1 Harnum Annisa Prafitia dan 2 Irhamah

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA YANG BEKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA YANG BEKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA YANG BEKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER I Ketut Putra Adnyana 1, I Wayan Sumarjaya 2, I Komang Gde Sukarsa 3 1 Jurusan Matematika, Fakultas FMIPA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berikut teori-teori yang mendukung penelitian ini, yaitu konsep dasar peramalan, konsep dasar deret waktu, proses stokastik, proses stasioner, fungsi autokovarians (ACVF) dan fungsi

Lebih terperinci

PREDIKSI JANGKA PENDEK B ULAN AN JUMLAH FLARE DENGAN MODEL ARIMA (p,d,[q]), (P,D,Q)' 32

PREDIKSI JANGKA PENDEK B ULAN AN JUMLAH FLARE DENGAN MODEL ARIMA (p,d,[q]), (P,D,Q)' 32 PREDIKSI JANGKA PENDEK B ULAN AN JUMLAH FLARE DENGAN MODEL ARIMA (p,d,[q]), (P,D,Q)' 32 Nanang WIdodo Penelid Staslun Pengamat Dlrgantara Watukosek, LAPAN ABSTRACT The time series of the monthly number

Lebih terperinci

Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series

Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3520 (2301-928X Print) D-157 Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series Moh Ali Asfihani dan Irhamah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Iklim Iklim ialah suatu keadaan rata-rata dari cuaca di suatu daerah dalam periode tertentu. Curah hujan ialah suatu jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah pada kurun waktu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan digunakanan sebagai acuan pencegah yang mendasari suatu keputusan untuk yang akan datang dalam upaya meminimalis kendala atau memaksimalkan pengembangan baik

Lebih terperinci

Prediksi Curah Hujan dengan Model Deret Waktu dan Prakiraan Krigging pada 12 Stasiun di Bogor Periode Januari Desember 2014.

Prediksi Curah Hujan dengan Model Deret Waktu dan Prakiraan Krigging pada 12 Stasiun di Bogor Periode Januari Desember 2014. Jur. Ris. & Apl. Mat. Vol. 1 (2017), no. 1, 1-52 Jurnal Riset dan Aplikasi Matematika e-issn: 2581-0154 URL: journal.unesa.ac.id/index.php/jram Prediksi Curah Hujan dengan Model Deret Waktu dan Prakiraan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI

PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Data Deret Berkala Suatu deret berkala adalah himpunan observasi yang terkumpul atau hasil observasi yang mengalami peningkatan waktu. Data deret berkala adalah serangkaian

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Fuzzy Time Series Cheng dan Metode Box-Jenkins untuk Memprediksi IHSG

Perbandingan Metode Fuzzy Time Series Cheng dan Metode Box-Jenkins untuk Memprediksi IHSG JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-34 Perbandingan Metode Fuzzy Time Series Cheng dan Metode Box-Jenkins untuk Memprediksi IHSG Mey Lista Tauryawati

Lebih terperinci

Program Studi Matematika, Institut Teknologi Kalimantan, Balikpapan

Program Studi Matematika, Institut Teknologi Kalimantan, Balikpapan J. Math. and Its Appl. E-ISSN: 2579-8936 P-ISSN: 1829-605X Vol. 14, No. 2, Desember 2017, 25-37 Perbandingan Metode ARIMA dan Double Exponential Smoothing pada Peramalan Harga Saham LQ45 Tiga Perusahaan

Lebih terperinci

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

PEMODELAN TINGKAT INFLASI NASIONAL DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA SUCI UTAMI FIBRIANI

PEMODELAN TINGKAT INFLASI NASIONAL DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA SUCI UTAMI FIBRIANI PEMODELAN TINGKAT INFLASI NASIONAL DENGAN MODEL FUNGSI TRANSFER INPUT GANDA SUCI UTAMI FIBRIANI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ii

Lebih terperinci

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH)

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH) Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 4 Hal. 80 88 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE

Lebih terperinci

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA)

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA) PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA) Oleh : Nofinda Lestari 1208 100 039 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA Jeine Tando 1, Hanny Komalig 2, Nelson Nainggolan 3* 1,2,3 Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Suma Suci Sholihah, Heni Kusdarwati, Rahma Fitriani. Jurusan Matematika, F.MIPA, Universitas Brawijaya

Suma Suci Sholihah, Heni Kusdarwati, Rahma Fitriani. Jurusan Matematika, F.MIPA, Universitas Brawijaya PEMODELAN RETURN IHSG PERIODE 15 SEPTEMBER 1998 13 SEPTEMBER 2013 MENGGUNAKAN THRESHOLD GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSKEDASTICITY (TGARCH(1,1)) DENGAN DUA THRESHOLD Suma Suci Sholihah,

Lebih terperinci

Metode Box - Jenkins (ARIMA)

Metode Box - Jenkins (ARIMA) Metode Box - Jenkins (ARIMA) Metode peramalan saat ini cukup banyak dengan berbagai kelebihan masing-masing. kelebihan ini bisa mencakup variabel yang digunakan dan jenis data time seriesnya. nah, dalam

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG PESAWAT TERBANG DOMESTIK DI BANDAR UDARA JUANDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUNGSI TRANSFER MULTI INPUT

PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG PESAWAT TERBANG DOMESTIK DI BANDAR UDARA JUANDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUNGSI TRANSFER MULTI INPUT PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG PESAWAT TERBANG LOGO DOMESTIK DI BANDAR UDARA JUANDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUNGSI TRANSFER MULTI INPUT Oleh : Ary Miftakhul Huda (1309 100 061) Dosen Pembimbing : Dr.rer.pol.

Lebih terperinci

KAJIAN METODE JACKKNIFE DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN PARAMETER ARMA(p,q)

KAJIAN METODE JACKKNIFE DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN PARAMETER ARMA(p,q) UJIAN TUGAS AKHIR KAJIAN METODE JACKKNIFE DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN PARAMETER ARMA(p,q) Disusun oleh : Novan Eko Sudarsono NRP 1206.100.052 Pembimbing: Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes Dra.Laksmi

Lebih terperinci

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

Spesifikasi Model. a. ACF

Spesifikasi Model. a. ACF Dept. Statistika IPB, 0 Spesifikasi Model Ada tiga tahapan iterasi dalam pemodelan data deret waktu, yaitu:. Penentuan model tentatif (spesifikasi model) berdasarkan data contoh untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Data Runtun Waktu, Indeks Harga Konsumen, ARIMA, Analisis Intervensi, Fungsi Step, Peramalan. I Pendahuluan

ABSTRAK. Kata kunci : Data Runtun Waktu, Indeks Harga Konsumen, ARIMA, Analisis Intervensi, Fungsi Step, Peramalan. I Pendahuluan Analisis Model Intervensi Fungsi Step Terhadap Indeks Harga Konsumen (IHK) Zuhairini Azzahra A 1, Suyono 2, Ria Arafiyah 3 Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Langkah-langkah dalam menentukan model EGARCH pada pemodelan data

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Langkah-langkah dalam menentukan model EGARCH pada pemodelan data BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Langkah-langkah dalam menentukan model EGARCH pada pemodelan

Lebih terperinci

OPTIMASI PRODUKSI UNTUK PRODUK PESANAN PADA PERUSAHAAN PESTISIDA MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING. Oleh: Rossy Susanti ( )

OPTIMASI PRODUKSI UNTUK PRODUK PESANAN PADA PERUSAHAAN PESTISIDA MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING. Oleh: Rossy Susanti ( ) OPTIMASI PRODUKSI UNTUK PRODUK PESANAN PADA PERUSAHAAN PESTISIDA MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING Oleh: Rossy Susanti (1207 100 007) Dosen Pembimbing: Drs. Suharmadi S., DiplSc.,MPhil JURUSAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian II) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 2017/2018 1 a. Misalkan data asal Y t. Lakukan proses pembedaan (differencing) sebanyak dua kali pada data asal sehingga

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Aplikasi Sistem Inferensi Fuzzy Metode Sugeno dalam Memperkirakan Produksi Air Mineral dalam Kemasan Oleh Suwandi NRP 1209201724 Dosen Pembimbing 1. Prof. Dr M. Isa Irawan, MT 2. Dr Imam Mukhlash, MT Institut

Lebih terperinci

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER PKMT-2-13-1 PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER Umi Rosyiidah, Diah Taukhida K, Dwi Sitharini Jurusan Matematika, Universitas Jember, Jember ABSTRAK

Lebih terperinci

PERAMALAN BANYAKNYA OBAT PARASETAMOL DAN AMOKSILIN DOSIS 500 MG YANG DIDISTRIBUSIKAN OLEH DINKES SURABAYA

PERAMALAN BANYAKNYA OBAT PARASETAMOL DAN AMOKSILIN DOSIS 500 MG YANG DIDISTRIBUSIKAN OLEH DINKES SURABAYA Seminar Hasil Tugas Akhir Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013 LOGO PERAMALAN BANYAKNYA OBAT PARASETAMOL DAN AMOKSILIN DOSIS 500 MG YANG DIDISTRIBUSIKAN OLEH DINKES SURABAYA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri,1984). Setiap kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten Indramayu)

PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten Indramayu) Xplore, 2013, Vol. 1(1):e3(1-7) c 2013 Departemen Statistika FMIPA IPB PEMBOBOTAN SUB DIMENSION INDICATOR INDEX UNTUK PENGGABUNGAN CURAH HUJAN (Studi Kasus : 15 Stasiun Penakar Curah Hujan di Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS INFLASI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE REGRESI NON PARAMETRIK B-SPLINE

ANALISIS INFLASI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE REGRESI NON PARAMETRIK B-SPLINE ANALISIS INFLASI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE REGRESI NON PARAMETRIK B-SPLINE SKRIPSI Oleh : ALVITA RACHMA DEVI 24010210120017 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER MODEL AUTOREGRESSIVE PADA DERET WAKTU

PENDUGAAN PARAMETER MODEL AUTOREGRESSIVE PADA DERET WAKTU Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 28 37 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENDUGAAN PARAMETER MODEL AUTOREGRESSIVE PADA DERET WAKTU NELFA SARI Program Studi Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 1 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan metode ARIMA box jenkins untuk meramalkan kebutuhan bahan baku. 2.1. Peramalan Peramalan

Lebih terperinci

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian Bab IV Pembahasan dan Hasil Penelitian IV.1 Statistika Deskriptif Pada bab ini akan dibahas mengenai statistik deskriptif dari variabel yang digunakan yaitu IHSG di BEI selama periode 1 April 2011 sampai

Lebih terperinci

Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Eksplorasi data. Identifikasi model ARCH

Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Eksplorasi data. Identifikasi model ARCH 6 Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Eksplorasi data Identifikasi model ARCH Pendugaan parameter dan pemilihan model ARCH/GARCH Uji pengaruh asimetrik

Lebih terperinci

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Oleh : Agustini Tripena ABSTRACT In this paper, forecasting the consumer price index data and inflation. The method

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARIMAX PADA DATA PERMINTAAN IKAN PATIN DI RESTORAN KARIMATA BOGOR ARIKMADI TRI WIDODO

PENERAPAN MODEL ARIMAX PADA DATA PERMINTAAN IKAN PATIN DI RESTORAN KARIMATA BOGOR ARIKMADI TRI WIDODO PENERAPAN MODEL ARIMAX PADA DATA PERMINTAAN IKAN PATIN DI RESTORAN KARIMATA BOGOR ARIKMADI TRI WIDODO DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK. Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 25 32 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola data yang sistematis (Makridakis, 1999). Peramalan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH JIMT Vol. 12 No. 2 Desember 2016 (Hal 149-159) ISSN : 2450 766X PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH 1 Y. Wigati, 2 Rais, 3 I.T.

Lebih terperinci

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP SKRIPSI Disusun oleh : DITA RULIANA SARI NIM. 24010211140084 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

PERAMALAN BEBAN PEMAKAIAN LISTRIK JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN

PERAMALAN BEBAN PEMAKAIAN LISTRIK JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN PERAMALAN BEBAN PEMAKAIAN LISTRIK JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN HYBRID AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE NEURAL NETWORK Disusun oleh : Berta Elvionita Fitriani 24010211120005

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data 5 korelasi diri, dan plot korelasi diri parsial serta uji Augmented Dickey- Fuller b. Identifikasi Model dengan metode Box-Jenkins c. Pemutihan deret input d. Pemutihan deret output berdasarkan hasil pemutihan

Lebih terperinci

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 253 266. PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

Lebih terperinci

VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE

VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE (Studi Kasus : Kecepatan Rata-rata Angin di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Maritim Semarang) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari BAB III MODEL STATE-SPACE 3.1 Representasi Model State-Space Representasi state space dari suatu sistem merupakan suatu konsep dasar dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan

Lebih terperinci

Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) MA 2081 Statistika Dasar 30 April 2012

Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) MA 2081 Statistika Dasar 30 April 2012 Pengenalan Analisis Deret Waktu (Time Series Analysis) ) MA 208 Statistika Dasar 0 April 202 Utriweni Mukhaiyar Ilustrasi Berikut adalah data rata-rata curah hujan bulanan yang diamati dari Stasiun Padaherang

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN DI AGROWISATA KUSUMA BATU MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL. Oleh: Niswatul Maghfiroh NRP.

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN DI AGROWISATA KUSUMA BATU MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL. Oleh: Niswatul Maghfiroh NRP. PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN DI AGROWISATA KUSUMA BATU MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL Oleh: Niswatul Maghfiroh NRP. 1208100065 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

FUZZY ELMAN RECURRENT NEURAL NETWORK DALAM PERAMALAN HARGA MINYAK MENTAH DI INDONESIA DENGAN OPTIMASI ALGORITMA GENETIKA TUGAS AKHIR SKRIPSI

FUZZY ELMAN RECURRENT NEURAL NETWORK DALAM PERAMALAN HARGA MINYAK MENTAH DI INDONESIA DENGAN OPTIMASI ALGORITMA GENETIKA TUGAS AKHIR SKRIPSI FUZZY ELMAN RECURRENT NEURAL NETWORK DALAM PERAMALAN HARGA MINYAK MENTAH DI INDONESIA DENGAN OPTIMASI ALGORITMA GENETIKA TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA PENDAHULUAN Prediksi data runtut waktu.

Lebih terperinci

Metode Deret Berkala Box Jenkins

Metode Deret Berkala Box Jenkins METODE BOX JENKINS Metode Deret Berkala Box Jenkins Suatu metode peramalan yang sistematis, yang tidak mengasumsikan suatu model tertentu, tetapi menganalisa deret berkala sehingga diperoleh suatu model

Lebih terperinci

Pemodelan ARIMA Non- Musim Musi am

Pemodelan ARIMA Non- Musim Musi am Pemodelan ARIMA Non- Musimam ARIMA ARIMA(Auto Regresif Integrated Moving Average) merupakan suatu metode analisis runtun waktu(time series) ARIMA(p,d,q) Dengan AR : p =orde dari proses autoreggresif I

Lebih terperinci

PREDIKSI KURS RUPIAH TERHADAP EURO MENGGUNAKAN MODEL REGRESI SPLINE TERSEGMEN

PREDIKSI KURS RUPIAH TERHADAP EURO MENGGUNAKAN MODEL REGRESI SPLINE TERSEGMEN PREDIKSI KURS RUPIAH TERHADAP EURO MENGGUNAKAN MODEL REGRESI SPLINE TERSEGMEN Iswan Rahman 1, Raupong 2, M. Saleh AF. 3 1 Mahasiswa Departemen Matematika FMIPA Universitas Hasanuddin 2,3 Staff Pengajar

Lebih terperinci

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATAWAN MENGGUNAKAN MODEL ARMAX DENGAN NILAI KURS DAN EKSPOR-IMPOR SEBAGAI FAKTOR EKSOGEN

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATAWAN MENGGUNAKAN MODEL ARMAX DENGAN NILAI KURS DAN EKSPOR-IMPOR SEBAGAI FAKTOR EKSOGEN PERAMALAN KUNJUNGAN WISATAWAN MENGGUNAKAN MODEL ARMAX DENGAN NILAI KURS DAN EKSPOR-IMPOR SEBAGAI FAKTOR EKSOGEN Putu Ika Oktiyari Laksmi 1, Komang Dharmawan 2, Luh Putu Ida Harini 3 1 Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSIVE) UNTUK MEKANISME PEMODELAN PRODUKSI, KONSUMSI, EKSPOR, IMPOR, DAN HARGA MINYAK BUMI AGUS WAHYULI

ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSIVE) UNTUK MEKANISME PEMODELAN PRODUKSI, KONSUMSI, EKSPOR, IMPOR, DAN HARGA MINYAK BUMI AGUS WAHYULI ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSIVE) UNTUK MEKANISME PEMODELAN PRODUKSI, KONSUMSI, EKSPOR, IMPOR, DAN HARGA MINYAK BUMI AGUS WAHYULI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

PERAMALAN CURAH HUJAN BULANAN DI KOTA MEDAN DENGAN METODE BOX-JENKINS TUGAS AKHIR ELLA CHRISTY SARI GULTOM

PERAMALAN CURAH HUJAN BULANAN DI KOTA MEDAN DENGAN METODE BOX-JENKINS TUGAS AKHIR ELLA CHRISTY SARI GULTOM PERAMALAN CURAH HUJAN BULANAN DI KOTA MEDAN DENGAN METODE BOX-JENKINS TUGAS AKHIR ELLA CHRISTY SARI GULTOM 062407161 PROGRAM STUDI D3 STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERAMALAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA MENGGUNAKAN MODEL RUNTUN WAKTU FUZZY -RANTAI MARKOV

PERAMALAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA MENGGUNAKAN MODEL RUNTUN WAKTU FUZZY -RANTAI MARKOV PERAMALAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA MENGGUNAKAN MODEL RUNTUN WAKTU FUZZY -RANTAI MARKOV oleh ERIKHA AJENG CHISWARI NIM. M0111028 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA NILAI TUKAR MATA UANG DOLLAR AMERIKA TERHADAP YEN JEPANG DAN EURO TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM ARCH, GARCH DAN TARCH

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA NILAI TUKAR MATA UANG DOLLAR AMERIKA TERHADAP YEN JEPANG DAN EURO TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM ARCH, GARCH DAN TARCH PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA NILAI TUKAR MATA UANG DOLLAR AMERIKA TERHADAP YEN JEPANG DAN EURO TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM ARCH, GARCH DAN TARCH Nama : Yulia Sukma Hardyanti NRP : 1303.109.001 Jurusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 15 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perkembangan ekonomi dan bisnis dewasa ini semakin cepat dan pesat. Bisnis dan usaha yang semakin berkembang ini ditandai dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, akan dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data runtun waktu. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data

Lebih terperinci

PEMODELAN DATA RUNTUK WAKTU PADA DATA PRODUKSI SUSU SAPI DI AMERIKA SEJAK TAHUN

PEMODELAN DATA RUNTUK WAKTU PADA DATA PRODUKSI SUSU SAPI DI AMERIKA SEJAK TAHUN PEMODELAN DATA RUNTUK WAKTU PADA DATA PRODUKSI SUSU SAPI DI AMERIKA SEJAK TAHUN 1962 1975 Jantini Trianasari Natangku dan Fitria Puspitoningrum Mahasiswa Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL ESTIMASI PARAMETER GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) DENGAN VARIABEL EKSOGEN BERTIPE METRIK

PERBANDINGAN HASIL ESTIMASI PARAMETER GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) DENGAN VARIABEL EKSOGEN BERTIPE METRIK PERBANDINGAN HASIL ESTIMASI PARAMETER GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE (GSTAR) DENGAN VARIABEL EKSOGEN BERTIPE METRIK Reza Mubarak ) dan Suhartono ) ) Program Pasca Sarjana Jurusan Statistika, Institut

Lebih terperinci

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input Oleh : Defi Rachmawati 1311 105 007 Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan.

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. Keputusan yang

Lebih terperinci

Oleh : Rahanimi Pembimbing : Dr. M Isa Irawan, M.T

Oleh : Rahanimi Pembimbing : Dr. M Isa Irawan, M.T PERAMALAN JUMLAH MAHASISWA PENDAFTAR PMDK JURUSAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE AUTOMATIC CLUSTERING DAN RELASI LOGIKA FUZZY (STUDI KASUS di INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA) Oleh : Rahanimi

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) A-31

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) A-31 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol 4, No2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) A-31 Perbandingan Performansi Metode Peramalan Fuzzy Time Series yang Dimodifikasi dan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation (Studi

Lebih terperinci

PEMODELAN DATA TIME SERIES DENGAN METODE BOX-JENKINS

PEMODELAN DATA TIME SERIES DENGAN METODE BOX-JENKINS PEMODELAN DATA TIME SERIES DENGAN METODE BOX-JENKINS Rais 1 1 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako, email: rais76_untad@yahoo.co.id Abstrak Metode Box-Jenkins

Lebih terperinci

(T.7) PENAKSIRAN KUADRAT TERKECIL PARAMETER MODEL VEKTOR AUTOREGRESI

(T.7) PENAKSIRAN KUADRAT TERKECIL PARAMETER MODEL VEKTOR AUTOREGRESI (T.7) PENAKSIRAN KUADRAT TERKECIL PARAMETER MODEL VEKTOR AUTOREGRESI Kankan Parmikanti, Khafsah Joebaedi, dan Budi Nurani R. Jurusan Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang Km

Lebih terperinci

ANALISIS TIME SERIES PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS DAN INTERVENSI

ANALISIS TIME SERIES PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS DAN INTERVENSI LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS TIME SERIES PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS DAN INTERVENSI CITRA KUSUMANINGTYAS NRP 1307 100 505 Dosen Pembimbing Dr. IRHAMAH,

Lebih terperinci

PENGARUH INSIDEN BOM BALI I DAN BOM BALI II TERHADAP BANYAKNYA WISATAWAN MANCANEGARA YANG DATANG KE BALI

PENGARUH INSIDEN BOM BALI I DAN BOM BALI II TERHADAP BANYAKNYA WISATAWAN MANCANEGARA YANG DATANG KE BALI TUGAS AKHIR - ST 1325 PENGARUH INSIDEN BOM BALI I DAN BOM BALI II TERHADAP BANYAKNYA WISATAWAN MANCANEGARA YANG DATANG KE BALI I G B ADI SUDIARSANA NRP 1303100058 Dosen Pembimbing Ir. Dwiatmono Agus Widodo,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan datang. Peramalan adalah proses untuk memperkirakan kebutuhan di masa datang

Lebih terperinci

BAB 2. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

BAB 2. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah sesuatu kegiatan situasi atau kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci