KONSTRUKSI KONSEP PEREKONOMIAN KELUARGA DALAM AJARAN BUDDHA: SEBUAH TINJAUAN PENDIDIKAN DALAM MEMBANGUN REVOLUSI MENTAL (SUATU TELAAH HERMENEUTIKA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSTRUKSI KONSEP PEREKONOMIAN KELUARGA DALAM AJARAN BUDDHA: SEBUAH TINJAUAN PENDIDIKAN DALAM MEMBANGUN REVOLUSI MENTAL (SUATU TELAAH HERMENEUTIKA)"

Transkripsi

1 it11t 11Tis11T 11Ta11T 11Tnecessity 11Tmorality11T. 11TBuddha.11T 11Tall11T 11Taspects 11Tmust Tfor11T 11Tsurvival11T 1 1Tas 11Tabout 11Thappy11T. 1 1Tbuilt 11Tcan 11Tglobalization11T 11Tenlightened11T 1Tin 1 1Tcrucial11T 1Tthat 11Tmade 11Tinterpretation11T 11Tbecome11T 1Tproblems 11Tlife11T KONSTRUKSI KONSEP PEREKONOMIAN KELUARGA DALAM AJARAN BUDDHA: SEBUAH TINJAUAN PENDIDIKAN DALAM MEMBANGUN REVOLUSI MENTAL (SUATU TELAAH HERMENEUTIKA) Sapardi STAB Negeri Sriwijaya 12TUsapardi65@gmail.comU12T 11TAbstract 11TLiving in harmony11t 11Twith the family11t 1 accordance with11t D11Thamma11T 11Tis the11t 11Tideal11T 11Tcondition11T to 11Tmake us11t A11Tppreciate11T universe11t 11Twithout destroying that must be11t together11t. U11Ttilizing11T the 11Tuniverse11T by using 11Tenough11T resources 11 11Tis11T 1 1Ta noble11t 1 1Ttask11T 1 we must11t build. Buddha Dharma has taught us to be able to live a balanced, harmonious, tolerance, and able to understand the essence of life. Understanding the Buddha Dharma will better equip us to see the potential and responsibility which hasto be done in this world. This current business processes thus become a moral benchmark of every human being in order to achieve peace. 11TThe Holy Great teacher,11t 11TBuddha11T 11Thas overcome11t 11Tthree11T 1 of life, as follows:11t 11Tgreed11 T, 11Thatred1 1T 11Tand11T 11Tignorance1 1T. 11Tto11T 11Tunderstand11T meaning of11t 11Tright at once11t 11Tpracticed11T 11Tin the end11t be11t 11Tand11T 11TBuddha11T. 11TThis modern11t 11Tera11T a result of11t 11Thas occurred11t 11Trivalries1 1T 11Tare11T 11Tvery11T 11Tstrong in11t of life community11t 11Tand11T human beings11t 11Tto11T 11Thedonism11T. T11The decline in11t quality of human being11t 11Tbecomes11T 1 1Ta very serious problem11t, 11Twhich11 T be resolved1 1T 11Tby11T readiness of11t increase in11t mentality and11t A11Tssociated11T 11 Twith11T 11T 11Tcondition that11t author intends11t 11Tto give thought11 T 11Tto11T 11Tovercome this,11t 11Tstarting11T 11Tfrom11T family circle11t. B11Tuild11T 11Tmain ideas11t 11Tis11T the economy of11t family according to11t teachings of11t I11Tt is11t 11Tbased on11t study11t 11Tand11T 11Tof11T texts11t 11Tcontains in11t Tripitaka11T 11Tscripture. 11TThe Buddha was a teacher who taught completely, finishing toward the supernatural earthly problems. Giving choice to man s life into homelessness. Freedom of choice is at our hand, by choosing the option of family life, the consequences is the need to build a harmonious family, which will never be separated from the problems of life. One of them is the problem of setting the economy well. 11TKeywords: household economy, buddha s teaching, mental revolution Pendahuluan Hidup harmonis sesuai dengan alam adalah kondisi ideal. Kondisi ideal dapat diwujudkan dari keinginan yang tidak terlalu muluk-muluk dan dapat membuat kita untuk bahagia. Hidup menghargai alam semesta tanpa dengan 181

2 merusaknya adalah suatu keniscayaan. Berkembangnya kehidupan modern dengan proses bisnis perekonomian yang modern tidak mengabaikan terjadinya kerusakan alam. Manfaat didapat dan alam semesta dirawat untuk terus menerus memberikan manfaat. Memanfaatkan alam semesta dengan secukupnya untuk kelangsungan kehidupan adalah tugas mulia yang harus kita bangun. Buddha Dharma telah mengajarkan kepada kita untuk dapat hidup seimbang, serasi dan dapat memahami hakekat kehidupan. Memahami Buddha Dharma dengan baik akan membekali kita untuk melihat potensi dan tanggung jawab yang harus dilakukan dalam dunia ini. Proses bisnis yang demikian menjadi tolok ukur moral setiap insan demi tercapainya kedamaian. Buddha Gotama telah mengatasi 3 (tiga) permasalahan hidup uang menjadi momok, yaitu keserakahan, kebencian dan kebodohan. Memahami makna kehidupan dengan benar, makna material yang menjadi sarana kehidupan yang baik dan lebih baik lagi. Tidak hanya semata-mata dalam satu kehidupan sekarang, tapi juga tabungan dari perbuatan untuk kehidupan selanjutnya. Melalui pemahaman tersebut dan sekaligus mempraktikkannya, pada akhirnya dapat tercerahkan dan menjadi Buddha. Era modern sekarang ini telah terjadi persaingan-persaingan yang sangat kuat dalam semua aspek kehidupan masyarakat. Berlomba-lomba untuk menguasai berbagai bidang kehidupan dan saling adu strategi segi dalam berbagai kepentingan meluas dan terus berkembang diberbagai belahan dunia. Keserakahan demi keserakahan terus dikembangkan dengan mengabaikan persoalan etis dan moral. Berkembangnya paham ermo ergo sum (berbelanja maka aku ada) menjadikan manusia mengarah kepada hedonisme. Akibat era globalisasi dan berkembangnya kapitalisme, liberalisme dan berujung pengingkaran diri serta bergembangnya hedonism, maka struktur social yang sebenarnya selama ini cukup mapan, tergerus dengan globalisasi tersebut. Kita tidak sadar dengan kondisi yang berkembang. Peningkatan kualitas intelektual dikembangkan, namun kurang dibarengi dengan kesiapan mentalitas dan moralitas. Kepandaian yang dimiliki menjadi penyebab korupsi, kolusi dan nepotisme untuk kepentingan parsial. 182

3 Dengan memaknai berbagai permasalahan dewasa ini yang terjadi khususnya yang dialami oleh masyarakat Indonesia, penulis menyadari bahwa terdapat satu permasalahan yang krusial dalam mengatasi kebutuhan minimal manusia yaitu kecukupan bidang ekonomi. Bila kebutuhan minimal saja tidak tercukupi, ini akan menjadi beban dasar setiap individu manusia dalam keluarga. Terkait dengan sistem perekonomian dalam keluarga menurut ajaran Buddha terdapat berbagai permasalahan, diantaranya (a) buku-buku maupun artikel terkait dengan system perekonomian menurt ajaran Buddha kurang; (b) pemahaman umat Buddha tentang konsep perekonomian Buddhis kurang; (c) sumberdaya manusia Buddhis yang memahami konsep ekonomi berdasarkan dharma kurang; (d) pemahaman dan perhatian umat Buddha terhadap konsep ekonomi lemah; (e) pendidikan-pendidikan Buddhis kurang berkembang; (f) lembaga keagamaan Buddha kurang memperhatikan kemajuan umat pada bidang ekonomi; (g) lembaga pendidikan tingggi keagamaan Buddha tidak atau belum peduli terhadap pendidikan ekonomi Buddhis; (h) kebijakan Pembina umat Buddha belum berjalan sebagaimana mestinya; (i) riset tentang sistem perekonomian berdasarkan pada perguruan tinggi keagamaan Buddha menurut ajaran Buddha kurang; (j) kerja sama lembaga-lembaga keagamaan Buddha masih lemah; (k) kerja sama lembaga pendidikan Buddhis dengan para pengusaha Buddhis kurang; (l) kerja sama lembaga pendidikan tinggi Buddhis dengan lembaga pendidikan tinggi Buddhis luar negeri kurang; (m) belum terbentuk konstruksi konsep-konsep perekonomian dalam keluarga menurut ajaran Buddha; (n) sistem kemasyarakatan menurut ajaran Buddha. Melihat permasalahan yang terjadi dan membelenggu menjadi permasalahan krusial, khususnya pada proses perekonomian keluarga Buddhis yang terjadi serta berkeinginan untuk memberikan pemikiran dalam mengatasi hal tersebut, maka penulis ingin memberikan sumbangsih pemikiran untuk mengatasi permasalahan tersebut melalui research terhadap teks-teks Kitab Suci Sutta Pitaka dan teks-teks serta buku-buku lainnya. Oleh karena itu, menjadi menarik sehingga peneliti ingin melakukan research tentang kontruksi konsep perekonomian Buddhis dalam kehidupan 183

4 keluarga. Harapan peneliti ke depan yang ideal bahwa dengan memahami teksteks yang berada dalam Kitab Suci Sutta Pitaka yang terkait dengan konsep perekonomian akan memberikan menjadi sumber atau acuan untuk menjadi landasan dalam kehidupan dalam keluarga. Reserch ini didasarkan karena melihat kondisi sekarang ini banyaknya permasalahan hidup yang dialami seseorang sebagai bagian dalam keluarga. Melalui kajian ini, penulis berharap dapat menyajikan teori-teori Buddha terkait dengan bidang ekonomi, khususnya dalam pembangunan keluarga yang harmonis dan sejahtera. Hal ini diharapkan dapat memberikan pandangan yang sekaligus sumbangsih pemecahan dalam konsep tataran berpikir terkait dengan permasalahan hidup. Pada sisi lain bagaimana konsep pemikiran manajemen ekonomi keluarga yang berlandaskan ajaran Buddha. Sebagaimana kita ketahui bahwa Buddha adalah guru yang mengajarkan tuntas, menyelesaikan permasalahan duniawi menuju adiduniawi. Memberikan pilihan hidup kepada manusia untuk hidup berkeluarga atau hidup menjadi petapa. Dalam mengambil pilihan tersebut mengandung konsekwensi masing-masing jika tidak sesuai dengan norma-norma yang telah ditentukan. Dan dalam keduanya akan membawa kebahagiaan bila sesuai dengan norma-norma yang ada. Untuk mencapai hal tersebut tidak akan pernah terlepas dari dunia material sebelum manusia bebas yang sebenarnya (Nibbana). Sehingga memahami dan memaknai dengan benar akan dunia material menjadi keniscayaan. Permasalahan bahwa konsep manajemen perekonomian keluarga menurut ajaran Buddha belum dipahami dengan baik. Hal ini menyebabkan tidak dapat berkembangnya perekonomian menurut ajaran Buddha. Oleh karenanya bahwa dengan pemahaman yang benar terhadap hal tersebut, diharapkan akan menjadi pedoman maupun panduan khususnya bagi umat Buddha dalam kehidupan seharihari. Untuk dapat menciptakan kondisi tersebut harus ada kesatuan untuk bersama-sama bergerak dan berkiprah dari berbagai pihak khususnya dari umat Buddha itu sendiri untuk mengembangkan konsep perekonomian menurut ajaran Buddha. Ini menjadi pemikiran yang sangat penting. Kajian ini bertujuan untuk: 184

5 (a) memahami perlunya konstruksi konsep perekonomian keluarga menurut ajaran Buddha; (b) mendeskripsikan bangunan konsep-konsep perekonomian dalam keluarga menurut ajaran Buddha; (c) mengetahui manfaat-manfaat konstruksi konsep perekonomian menurut ajaran Buddha. Ruang lingkup penelitian ini berada pada kajian pustaka /libary research untuk mengkonstruksi konsep perekonomi keluarga dengan berfokus pada teks ajaran Buddha yang tertulis dalam Kitab Suci Sutta Pitaka (Pali Text Society/PTS) yang dianalisis dengan pendekatan filosofis hermeneutika. Hal ini bertujuan untuk mengetahui hakikat mendalam mengenai ajaran Buddha pada bidang kehidupan bermasyarakat sebagai satu pilihan (diluar kehidupan sebagai petapa), yang dimulai dari kehidupan sebagai individu/pribadi, bermasyarakat serta berkehidupan bangsa dan negara, yang pada dasarnya dalam proses tersebut tidak akan pernah terlepas dari segi ekonomi. Terkait dengan pengaturan keluarga, yang harus dipahami terlebih dulu adalah makna perkawinan, baik berlandaskan hukum agama maupun hukum Negara. Seorang wanita yang menginginkan berjodoh satu dengan yang lainnya dalam kehidupan ini maupun kehidupan yang akan datang, maka keduanya harus memiliki kehidupan yang sebanding dalam hal saddha, sila, caga, dan panna. (Anguttara Nikaya II, 61). Dalam Pattakammaragga dari Anguttara Nikaya II, Sang Buddha menjelaskan tentang empat jenis kebahagiaan yang dapat dicapai oleh umat awam, yaitu: kebahagiaan memiliki kekayaan, kebahagiaan karena menikmati kekayaan, kebahagiaan tidak memiliki hutang dan kebebasan hidup tanpa cela. Demikian pula dalam Upali Sutta, Majjhima Nikaya, bahwa untuk menunjang kehidupan maka seseorang harus memiliki pekerjaan. Dalam menempuh hidup berkeluarga sebagai pilihan, dan sekaligus juga harus memiliki penghidupan yang benar sebagaimana dalam Ariya Atthangika Magga, yang terdapat dalam Dhammacaka-pavatthana Sutta, Majjhima Nikaya. Demikian juga hidup ditempat yang sesuai sebagaimana dijelaskan dalam Mangala Sutta. Sang Buddha juga mengajarkan bahwa setiap anggota dalam kehidupan perumah tangga harus melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana dalam 185

6 Sigalovada Sutta. Setiap anggota dalam keluarga memiliki dan mengembangkan cinta kasih dan kasih saying sebagaimana dalam Metta Sutta. Agar dalam kehidupan yang akan dating juga dapat berbahagia maka setiap anggota keluarga juga menimbun harta yang sejati sebagaimana dijelaskan dalam Niddhikhanda Sutta. Hal-hal yang harus dihindari oleh para perumah tangga adalah hal-hal yang menyebabkan kemerosotan, sebagaimana dijelaskan dalam Parabhava Sutta. Tiba waktunya yang tepat, orang tua mempunyai tugas untuk memberikan warisan yang tepat, sebagaimana contoh dalam Rahulovada Sutta. Dalam Vyagghapajja Sutta, sang Buddha menganggap kesejahteraan ekonomi diperlukan untuk mendapatkan kehidupan duniawai, tanpa mengabaikan dasar moral dan spirituan. Juga dalam menempuh kehidupan keluarga, Perumah tangga, mendapatkan bekal yang baik dengan melaksanakan Pancasila Buddhis dalam kehidupan sehari hari. Landasan teoritis dalam penelitian ini hermeneutika. Hermeneutika adalah interpretasi atau tafsir yang akan digunakan untuk mengkaji teks-teks dalam Kitab Suci Tipitaka sebagai sumber utama (primer) dan buku-buku yang lain sebagai sumber sekunder (penunjang). Teori hermeneutika yang akan dipergunakan akan disesuaikan dengan kepentingan pemaknaan terhadap teks-teks, antara lain teori dari Dhiltey, Ricoeur, Gadamer dll. Dengan menggunakan kajian interpretasi hermeneutika diharapkan akan diperoleh makna yang terkadung dari teks-teks Kitab Suci Tipitaka dimaksud dan sekaligus sesuai dengan tujuan dari penelitian ini. Pembahasan Keluarga yang harmonis adalah cita-cita setiap perumah tangga, apapun agama yang dianutnya. Permasalahannya adalah bahwa dalam membentuk keluarga yang harmonis banyak halangan dan rintangan, yang tidak semua perumah tangga mampu mengatasinya. Dalam kotbah-nya yang pertama kepada 5 (lima) petapa, Sang Buddha menguraikan dengan jelas perihal kehidupan. Hidup adalah dukkha. Dukkha ada sebabnya. Sebab dukkha dapat dilenyapkan dan Jalan untuk melenyapkan dukkha. 186

7 Satu pilihan untuk hidup berkeluarga, tidak akan pernah lepas dari permasalahan perekonomian. Dalam membentuk keluarga sebagaimana ajaran Buddha terdapat syarat yang sebaiknya dimiliki oleh pasangan yaitu sebanding dalam keyakinan, sebanding dalam moralitas, sebanding dalam kedermawanan dan sebanding dalam kebijaksanaan. Empat hal tersebut sebagai dasar untuk dapat terciptanya kehidupan yang harmonis dalam keluarga Buddhis. Agar terciptanya keluarga yang harmonis maka setiap anggota keluarga haruslah berpenghidupan benar. Ini adalah sumber utama untuk dapat hidup harmonis dan bahagia, baik bagi para petapa maupun bagi kehidupan berkeluarga. Karena kemiskinan adalah sebagai sumber malapetaka, maka dalam kehidupan keluarga maka haruslah kecukupan terkait dengan sandang, pangan dan papan. Setiap anggota dalam keluarga tentu mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan. Hak dan kewajiban haruslah seimbang dan tidak sepihak. Bila hal-hal yang seharusnya dilakukan tetapi tidak dilakukan dan sebaliknya yang harus tidak dilakukan tetapi dilakukan maka akan menjadi awal kemerosotan dalam kehidupan. Oleh karena itu setiap anggota keluarga memiliki kewajiban untuk menghindarinya. Untuk mendapatkan materi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan perekonomian dalam keluarga maka setiap anggota keluarga harus bekerja keras dengan baik dan jujur. Demikian pula bahwa setiap anggota keluarga harus mengembangkan cinta kasih dan kasih sayang untuk dapat terciptanya suasana keluarga yang harmonis. Pada waktunya yang tepat, orang tua tentu akan memberikan warisan kepada anak-anaknya. Agar terciptanya kehidupan yang harmonis, setiap anggota keluarga mampu memilih antara kebutuhan dan keinginan. Mana yang harus didahulukan dan dipentingkan. Dan juga yang tidak kalah pentingnya bahwa dalam kehidupan sehari-hari sebagai perumah tangga harus melaksanakan pancasila Buddhis dengan baik. Penutup Mengacu kepada hasil pembahasan tersebut di atas bahwa terdapat kearifan konsep-konsep menurut ajaran Buddha dalam membangun keluarga yang 187

8 harmonis. Konstruksi konsep-konsep perekonomian dalam membangun keluarga sangat dibutuhkan. Sehingga umat Buddha dapat memahami dengan baik ajaran Sang Buddha terkait dengan system perekonomian. Dalam membangun perekonomian keluarga menurut ajaran Buddha yang terdapat dalam kitab Tipitaka. Konsep-konsep Berbagai aspek yang harus dipahami dan sekaligus dilaksanakan oleh perumah tangga. Hal-hal yang harus dimiliki dalam membentuk keluarga yang harmonis diawali dengan sebanding dalam keyakinan, sebanding dalam moralitas, sebanding dalam kedermawanan dan sebanding dalam kebijaksanaan. Empat hal tersebut menjadi dasar dan landasan, sehingga perjalanan dalam membangun keluarga yang harmonis akan kuat. Dengan berpatokan pada penghidupan benar, memahami akar permasalahan, memahami sebab-sebab kemerosotan, mampu menciptakan berkah utama, dapat melaksanakan kewajiban dengan baik, bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan, mengembangkan cinta kasih kepada semua mahluk hidup, memberikan jamuan terhadap tamu, memberikan warisan yang tepat, hidup sesuai dengan kebutuhan dan bukan keinginan, memiliki sarana dan prasarana yang cukup, dan lain sebagainya. Dengan melaksanakan hal-hal demikian maka manfaat akan dapat diperoleh yaitu hidup berbahagia dalam kehidupan perumah tangga. Terkait dengan konsep-konsep perekonomian menurut ajaran Buddha, kiranya dapat lebih banyak lagi yang meneliti. Para dosen dapat mengembangkan lagi penelitian yang lebih luas. Perguruan tinggi hendaknya lebih apresiasif untuk mampu memberikan warna yang lebih baik, sehingga mampu memberikan perubahan-perubahan dalam proses perkembangan. 188 Daftar Pustaka Bodhi, Bhikkhu The Middle Length Discourse of the Buddha, A Translation of the Majjhima Nikaya. Boston: Wisdom Publications The Miror Readings (Khuddakapatha). Terjemahan Cintiawati dan Lena Anggawati. Klaten: Wisma Sambodhi.

9 Khotbah khotbah Berkelompok Sang Buddha, Samyutta Nikaya. Terjemahan Indra Anggara. Jakarta: Dhammacittapress. Bleicher, Josef Hermeneutika Kontemporer (Hermeneutika sebagai Metode, Filsafat dan Kritik. Yogyakarta: Fajar Pustaka. Jutanago (ed.) Kitab Suci Dhammapada. Jakarta: Yayasan Dhammadipa Arama. Lay, U Ko Guide To Tipitaka (Panduan Tipitaka Kitab Suci Agama Buddha).Terjemahan Lanny Anggawati dan Wena Cintiawati. Klaten: Vihara Bodhiwamsa. Mulyono, Edi Belajar Hermeneutika. Yogyakarta: IRCiSoD. Narada The Buddha and His Teaching. Kuala Lumpur: Buddhist Missionary Society. Ñānamoli, Bhikkhu The Life of the Buddha. Kandy: Buddhist Publication Society Khotbah-Khotbah Menengah Sang Buddha, Majjhima Nikaya. Terjemahan Edi Wijaya dan Indra Anggara. Jakarta: Dhammacittapress. Nyanatiloka Buddhist Dictionary: Manual of Buddhist Terms and Doctrines. Singapore: Singapore Buddhist Meditation Centre. Palmer, Richard E (2005) Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Riceour. Paul (2014). Teori Interpretasi Membelah Makna dalam Anatomo Teks. Yogyakarta: IRCiSod. Saddatissa Sutta Nipata Kitab Suci Agama Buddha, terjemahan Lenny Anggawati dan Wena Cintiawati (Klaten: Vihara Bodhivamsa). Sumaryono.E (1993). Hermeneutika Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Walse. Maurice (2009) Digha Nikaya (Kotbah-kotbah Panjang Sang Buddha) Jakarta: Dhamma Citta Press. Widjaya. Hendra (Penerjemah) (2013) Dhammapada Syair Kebenaran. Tanpa Kota: Ehipassiko Foundation. 189

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi

Lebih terperinci

ETIKA DAN SISTEM PEREKONOMIAN MIKRO MENURUT AJARAN SANG BUDDHA (Suatu telaah Hermeneutika) Oleh Sapardi

ETIKA DAN SISTEM PEREKONOMIAN MIKRO MENURUT AJARAN SANG BUDDHA (Suatu telaah Hermeneutika) Oleh Sapardi ETIKA DAN SISTEM PEREKONOMIAN MIKRO MENURUT AJARAN SANG BUDDHA (Suatu telaah Hermeneutika) Oleh Sapardi Sapardi65@gmail.com Abstrak Akhir-akhir ini terjadi fenomena kejahatan yang sangat mengerikan. Penjambretan,

Lebih terperinci

BY: RETNO WIDIANTI NIM

BY: RETNO WIDIANTI NIM Widianti, Retno. 2013. The Understanding of Buddhist Economics in Quality Increase Economy Householders (Gharavasa). Essay. Dharmacarya Majors. Sriwijaya High School State Religion Buddha, Tangerang Banten.

Lebih terperinci

Agama Buddha Masa Kini : Antara Harmoni dan Konflik oleh : Putu Finsen Darmayana STABN Sriwijaya

Agama Buddha Masa Kini : Antara Harmoni dan Konflik oleh : Putu Finsen Darmayana STABN Sriwijaya Agama Buddha Masa Kini : Antara Harmoni dan Konflik oleh : Putu Finsen Darmayana STABN Sriwijaya ABSTRAK Tujuan artikel ini adalah untuk melihat uniknya perkembangan agama Buddha yang sangat harmonis dan

Lebih terperinci

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para 1 Ciri-ciri Seorang Sotapanna (The Character of a Stream-enterer) Pada umumnya Tipitaka menjelaskan seorang Sotapanna sehubungan dengan empat faktor. Tiga faktor pertama dari keempat faktor Sotapatti ini

Lebih terperinci

TANTANGAN AGAMA BUDDHA DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI. Oleh: Eka Liliana. Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra. Abstrak

TANTANGAN AGAMA BUDDHA DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI. Oleh: Eka Liliana. Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra. Abstrak TANTANGAN AGAMA BUDDHA DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI Oleh: Eka Liliana Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra Abstrak Perkembangan zaman membawa banyak perubahan dalam masyarakat. Melalui kemajuan teknologi,

Lebih terperinci

D. ucapan benar E. usaha benar

D. ucapan benar E. usaha benar 1. Keyakinan yang dituntut dalam agama Buddha adalah A. keyakinan tanpa dasar terhadap seluruh ajaran Buddha B. keyakinan yang muncul dari proses pembelajaran, pengalaman, dan perenungan C. keyakinan yang

Lebih terperinci

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit.

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit. Willy Yandi Wijaya UCAPAN BENAR Penulis : Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 105 x 148.5 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS 70 gsm Jumlah

Lebih terperinci

Agama Buddha dan Kehidupan Sosial (Konsep dasar pola pikir Buddhis berdasarkan Sutta)

Agama Buddha dan Kehidupan Sosial (Konsep dasar pola pikir Buddhis berdasarkan Sutta) Agama Buddha dan Kehidupan Sosial ) A. Filsafat dan ciri-ciri Filsafat Buddhis. 1. Panna bersifat menembus hakikat kenyataan (Dhamma) dan langsung dihasilkan dari samadhi. Barang siapa bersamadhi, ia akan

Lebih terperinci

TINJAUAN PERAN GURU AGAMA BUDDHA DALAM MENGATASI PERILAKU SEKS PRANIKAH DIKALANGAN REMAJA BUDDHIS

TINJAUAN PERAN GURU AGAMA BUDDHA DALAM MENGATASI PERILAKU SEKS PRANIKAH DIKALANGAN REMAJA BUDDHIS TINJAUAN PERAN GURU AGAMA BUDDHA DALAM MENGATASI PERILAKU SEKS PRANIKAH DIKALANGAN REMAJA BUDDHIS (Evaluative Study on High School Students Buddhism Sriwijaya State Buddhist College Tangerang Banten).

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN METTA DAN KHANTI DENGAN UPAYA MENGATASI STRES PADA ANAK ASUH LEMBAGA BEASISWA DHARMA PEMBANGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN METTA DAN KHANTI DENGAN UPAYA MENGATASI STRES PADA ANAK ASUH LEMBAGA BEASISWA DHARMA PEMBANGUNAN JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN METTA DAN KHANTI DENGAN UPAYA MENGATASI STRES PADA ANAK ASUH LEMBAGA BEASISWA DHARMA PEMBANGUNAN JAKARTA Yogi Nopriyanto gigii_riyanto@yahoo.co.id Pendahuluan Manusia merupakan

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya

Lebih terperinci

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur.

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur. book Bakti Kepada Bakti Kepada Orangtua merupakan paduan ajaran klasik Buddha yang inspiratif dengan tampilan modern yang atraktif, sehingga merupakan sarana efektif untuk: membelajarkan sifat luhur sejak

Lebih terperinci

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit.

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit. Willy Yandi Wijaya UCAPAN BENAR Penulis : Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 105 x 148.5 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS 70 gsm Jumlah

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA Semester : 1 (Satu) Aspek : Sila Standar : 1. Mengkonstruksikan pergaulan yang baik dan sikap umat berbagai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SIDANG MAHASANGHASABHA (PERSAMUHAN AGUNG) TAHUN 2007 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 01/PA/VII/2007

KEPUTUSAN SIDANG MAHASANGHASABHA (PERSAMUHAN AGUNG) TAHUN 2007 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 01/PA/VII/2007 Menimbang : Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, Jl. Agung Permai XV/12 Jakarta 14350 Vihara Mendut, Kotak Pos 111, Kota Mungkid 56501 Magelang KEPUTUSAN SIDANG Nomor : 01/PA/VII/2007 TATA TERTIB SIDANG MAHASANGHASABHA

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS ETOS KERJA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA MENURUT BUDDHA DHAMMA. Iin Suwarni STABN Sriwijaya

EFEKTIVITAS ETOS KERJA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA MENURUT BUDDHA DHAMMA. Iin Suwarni STABN Sriwijaya EFEKTIVITAS ETOS KERJA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA MENURUT BUDDHA DHAMMA Iin Suwarni STABN Sriwijaya iin.suwarni@yahoo.co.id Abstract In this life, humans must meet all their physical needs, so man

Lebih terperinci

PERAN MAHASISWA DALAM MENDUKUNG PENERAPAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI LINGKUNGAN PERGURUAN TINGGI AGAMA BUDDHA. Oleh : Jumadi NPM:

PERAN MAHASISWA DALAM MENDUKUNG PENERAPAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI LINGKUNGAN PERGURUAN TINGGI AGAMA BUDDHA. Oleh : Jumadi NPM: PERAN MAHASISWA DALAM MENDUKUNG PENERAPAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI LINGKUNGAN PERGURUAN TINGGI AGAMA BUDDHA Oleh : Jumadi NPM: 11110148 PROGRAM STUDI DHARMA ACARYA SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA BUDDHA JINARAKKHITA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Pengaruh Pelayanan dan Fasilitas terhadap Kepuasan Mahasiswa 1 Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangeran Banten Heriyanto

DAFTAR ISI. Pengaruh Pelayanan dan Fasilitas terhadap Kepuasan Mahasiswa 1 Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangeran Banten Heriyanto DAFTAR ISI Pengaruh Pelayanan dan Fasilitas terhadap Kepuasan Mahasiswa 1 Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangeran Banten Heriyanto Pentingnya Kompetensi Sosial Bagi Dosen 15 Muawanah Exelent

Lebih terperinci

Pendahuluan Tipiṭaka. Pariyatti Sāsana hp ; pin. Sunday, September 29, 13

Pendahuluan Tipiṭaka. Pariyatti Sāsana  hp ; pin. Sunday, September 29, 13 Pendahuluan Tipiṭaka Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Kronologi Kanon Pāḷi Tradisi lisan pada jaman Buddha. Kitab suci yang ada sekarang bersumber pada Konsili-konsili yang

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA. Oleh: Warsito. Abstrak:

STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA. Oleh: Warsito. Abstrak: STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA Oleh: Warsito Abstrak: Perkembangan Dharmaduta di Indonesia telah berkembang pesat sejak masa kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.

Lebih terperinci

SĪLA-2. Pariyatti Sāsana hp ; pin!

SĪLA-2. Pariyatti Sāsana  hp ; pin! SĪLA-2 Pariyatti Sāsana www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin! 2965F5FD Murid-buangan (Upāsakacaṇḍāla) Vs Murid-permata (upāsakaratana) Murid buangan atau pengikut-yang-ternoda (upāsakamala) atau pengikut-kelas-bawah

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN

SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN Oleh: Okta Viani NIM 0250112020511

Lebih terperinci

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun PANDANGAN BENAR Penulis : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 80 x 120 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS 70 gsm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Artikel ilmiah Tema Politik dan Agama Buddha MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA

Artikel ilmiah Tema Politik dan Agama Buddha MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA Artikel ilmiah Tema Politik dan Agama Buddha MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA OLEH: SACCA HANDIKA MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA SACCA HANDIKA ABSTRAK

Lebih terperinci

Peran umat Buddha terhadap masyarakat ARNHANTYO DAMARSETO, SEMARANG

Peran umat Buddha terhadap masyarakat ARNHANTYO DAMARSETO, SEMARANG DPD Patria Sumatera Utara Juara Harapan I Lomba Berkarya Dhamma Peran umat Buddha terhadap masyarakat ARNHANTYO DAMARSETO, SEMARANG www.patria.or.id Page 1 Era globalisasi saat ini dapat dilihat sangat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MAHA SANGHA SABHA (PASAMUAN AGUNG) TAHUN 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 02/PA/VII/2002

KEPUTUSAN MAHA SANGHA SABHA (PASAMUAN AGUNG) TAHUN 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 02/PA/VII/2002 KEPUTUSAN Nomor : 02/PA/VII/2002 Tentang: PROGRAM KERJA LIMA TAHUN ( TAHUN 2002 2007 ) NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA Memperhatikan : Musyawarah dan mufakat dalam Mahã Sangha Sabhã (Pesamuan

Lebih terperinci

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu?

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu? TENTANG SANG BUDDHA 1. Apa arti kata Buddha? Kata Buddha berarti "Yang telah Bangun" atau "Yang telah Sadar", yaitu seseorang yang dengan usahanya sendiri telah mencapai Penerangan Sempurna. 2. Apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama memiliki pengaruh besar terhadap tindakan dan prilaku manusia yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan aturan-aturan dan ideologi

Lebih terperinci

Kebahagiaan Berdana. Diposkan pada 02 Desember 2015

Kebahagiaan Berdana. Diposkan pada 02 Desember 2015 Kebahagiaan Berdana Diposkan pada 02 Desember 2015 Berdana dan melaksanakan Dhamma di dalam kehidupan sehari-hari, itulah berkah utama Kehidupan berlangsung terus dari waktu ke waktu. Hari berganti bulan

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017 LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017 Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hari, Tanggal : Rabu 8 Maret 2017 Kelas/Semester : XI/IV Alokasi Waktu : 120 menit Guru

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD DHARMA PUTRA TANGERANG TAHUN PELAJARAN

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD DHARMA PUTRA TANGERANG TAHUN PELAJARAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD DHARMA PUTRA TANGERANG TAHUN PELAJARAN 2016-2017 SKRIPSI Disusun dan Diajukan sebagai Persyaratan Penyusunan Skripsi Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. pemahaman yang terkandung dalam lakon Kunjarakarna sajian Ki Ripta Carita. Pertama,

BAB IV KESIMPULAN. pemahaman yang terkandung dalam lakon Kunjarakarna sajian Ki Ripta Carita. Pertama, 150 BAB IV KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat diketahui beberapa pemahaman yang terkandung dalam lakon Kunjarakarna sajian Ki Ripta Carita. Pertama, Pertapaan Budisita merupakan

Lebih terperinci

MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA

MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA Artikel MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA Sunartiningsih, SE Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa keluarga sejahtera didefinisikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

DALAM AGAMA BUDDHA AGAMA DIKENAL DENGAN:

DALAM AGAMA BUDDHA AGAMA DIKENAL DENGAN: A. DEFINISI AGAMA 1. Mennurut KBBI : suatu sistem, prinsip kepercayaan kepada tuhan (dewa & sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiba-kewajiban yang bertalian dengan ajaran itu 2. Atau seperangkat

Lebih terperinci

I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b,c,d dan e pada jawaban yang tepat!

I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b,c,d dan e pada jawaban yang tepat! YAYASAN DHARMA BHAKTI SARIPUTRA SMA SARIPUTRA ULANGAN TENGAH SEMESTER Jl. RE. Martadinata Gg. Nakula No. 35 A Cikarang Utara Bekasi 17530 Telp (021) 8902473 Fax 89110570 Email : Sariputraschool@yahoo.com

Lebih terperinci

Willy Yandi Wijaya. Pikiran Benar

Willy Yandi Wijaya. Pikiran Benar Willy Yandi Wijaya Pikiran Benar i PIKIRAN BENAR Penulis : Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 105 x 148.5 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2016-2017 SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hari, Tgl : Rabu, 8 Maret 2017 Kelas/Semester : X/ganjil Alokasi Waktu : 10.30-12.30

Lebih terperinci

BAB IV EKONOMI DAN SPIRITUALITAS PERSPEKTIF PARA BIKSU

BAB IV EKONOMI DAN SPIRITUALITAS PERSPEKTIF PARA BIKSU BAB IV EKONOMI DAN SPIRITUALITAS PERSPEKTIF PARA BIKSU A. Tinjauan Ekonomi Perspektif Para Biksu di Maha Vihara Mojopahit 1. Ekonomi bagi Perumah Tangga (Gharavasa) Biksu Nyanavira menjelaskan bahwa ekonomi

Lebih terperinci

Aturan -Moralitas Buddhis

Aturan -Moralitas Buddhis 1 35 Aturan -Moralitas Buddhis Pengertian, Penjelasan, dan Penerapan Ronald Satya Surya i 1 3ii 1 3Buku ini saya dedikasikan untuk: Ibu yang mencurahkan cinta dan kasih sayangnya tanpa pernah mengeluh,

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMP... Kelas : VII (tujuh) Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Semester : 1 (Satu) Aspek : Saddha Standar : 1. Memahami komponen dan kriteria agama SILABUS PEMBELAJARAN 1.1 Menjelaskan hakikat

Lebih terperinci

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Pertama Ariya Metta Tangerang) ARTIKEL SKRIPSI. Oleh: DARIYANTO NIM

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Pertama Ariya Metta Tangerang) ARTIKEL SKRIPSI. Oleh: DARIYANTO NIM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA (Studi Kasus di Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran orang tua dalam mendidik anak sangat penting. Sebagai orang yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Peran orang tua dalam mendidik anak sangat penting. Sebagai orang yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran orang tua dalam mendidik anak sangat penting. Sebagai orang yang paling dekat dengan anak, tentu orang tua lebih mengerti bagaimana karakteristik dan watak seorang

Lebih terperinci

Mahā Maṅgala Sutta (1)

Mahā Maṅgala Sutta (1) Mahā Maṅgala Sutta (1) Azimat Buddhis Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Pseudo Sebab-Akibat Jangan memindah guci-abu-jenasah yang sudah disimpan di vihāra. Penempatan guci-abu. Ibu mengandung

Lebih terperinci

Vihara terbuka untuk bhikkhu dan bhikkhuni (maechee atau anagarini), dan juga umat awam pria dan umat awam wanita.

Vihara terbuka untuk bhikkhu dan bhikkhuni (maechee atau anagarini), dan juga umat awam pria dan umat awam wanita. Vihara Perkenalan Vihara Buddha Gotama adalah sebuah Vihara kehutanan seluas 6 hektar yang didirikan pada tahun 1998 dengan tujuan utama mempelajari, memberikan pengajaran dan mempraktekkan khotbah-khotbah

Lebih terperinci

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun PANDANGAN BENAR Penulis : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 80 x 120 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS 70 gsm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB III KONSEP DANA DALAM BUDDHA

BAB III KONSEP DANA DALAM BUDDHA BAB III KONSEP DANA DALAM BUDDHA 1. Pengertian Secara universal memberi dikenal sebagai salah satu keluhuran manusia yang paling mendasar. Sesuatu yang membuktikan kedalaman sifat manusiawi dan kemampuan

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA - 1266 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

Bersahabat dengan Sutta dan Berkah-Berkah Tertinggi dalam Kehidupan

Bersahabat dengan Sutta dan Berkah-Berkah Tertinggi dalam Kehidupan Bersahabat dengan Sutta dan Berkah-Berkah Tertinggi dalam Kehidupan Bersahabat dengan Sutta Judul Asli: Befriending the Suttas - Tips on Reading the Pali Discourses Penulis: John T. Bullitt Penerjemah:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pergilah, bekerjalah untuk keselamatan orang banyak, untuk kebahagiaan orang banyak, karena belas kasihan pada dunia, untuk kesejahteraan, untuk keselamatan,

Lebih terperinci

E. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti

E. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti E. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Satuan Pendidikan : SMP Kelas : VII (tujuh) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku

Lebih terperinci

MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA

MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA (edited version 15/8/06, Daung) (edited version 17/8/06, Andi Kusnadi) CERAMAH DI CAMBRIDGE MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA OLEH : SAYADAW CHANMYAY Kata Pengantar Minggu sore 11 Juli 2004

Lebih terperinci

Manfaatkan Waktu. Semaksimal Mungkin

Manfaatkan Waktu. Semaksimal Mungkin Manfaatkan Waktu Semaksimal Mungkin Oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Pernahkah anda merenungkan seberapa baik anda memanfaatkan waktu yang anda miliki? Dapat dipastikan jawabannya adalah TIDAK. Sebagian

Lebih terperinci

28. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD

28. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD 28. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih)

Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih) Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih) oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Dari ceramah Dhamma Chanmyay Sayadaw pada retret meditasi vipassanā tanggal 2-3 Jan.2009 di Pusat Meditasi YASATI, Bacom, Cianjur,

Lebih terperinci

Mengapa berdana? Pariyatti Sāsana hp ; pin. Friday, April 12, 13

Mengapa berdana? Pariyatti Sāsana  hp ; pin. Friday, April 12, 13 Dāna-3 Mengapa berdana? Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD 1 Pandangan Tentang Dāna Kaum materialis: Dāna tidak ada buah karena tidak ada kehidupan setelah ini. Kaum Theis:

Lebih terperinci

KAMMA 1 Bukan kata lain dari fatalisme atau takdir. Pariyatti Sāsana hp ; pin!

KAMMA 1 Bukan kata lain dari fatalisme atau takdir. Pariyatti Sāsana  hp ; pin! KAMMA 1 Bukan kata lain dari fatalisme atau takdir Pariyatti Sāsana www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin! 2965F5FD KEMUNCULAN TEORI KAMMA Ciri khas agama-agama di India sejak awal periode Vedic (1750-500

Lebih terperinci

PERANAN NILAI-NILAI SENI BARONGSAI DALAM MENINGKATKAN SEMANGAT REMAJA BUDDHIS

PERANAN NILAI-NILAI SENI BARONGSAI DALAM MENINGKATKAN SEMANGAT REMAJA BUDDHIS PERANAN NILAI-NILAI SENI BARONGSAI DALAM MENINGKATKAN SEMANGAT REMAJA BUDDHIS (Studi Kasus di Vihara Padumuttara, Boen Tek Bio) By Name: Eka Agus Setianingsih Nim: 0250108020257 Disusun dan Diajukan sebagai

Lebih terperinci

A Life of Blessings Hidup Penuh dengan Berkah. T Y LEE www.justbegood.net

A Life of Blessings Hidup Penuh dengan Berkah. T Y LEE www.justbegood.net 1 A Life of Blessings Hidup Penuh dengan Berkah T Y LEE www.justbegood.net PENERJEMAH: YULIANA LIE PANNASIRI, MBA PENYUNTING: NYANNA SURIYA JOHNNY, SE DESIGN COVER: GEELYN LIM LINA DHAMMANARI DESIGN LAY

Lebih terperinci

ARTIKEL OLEH. Yeny Tusmiati. Disusun sebagai Tugas Akhir. Di Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang Banten. Jurusan Dharmacarya

ARTIKEL OLEH. Yeny Tusmiati. Disusun sebagai Tugas Akhir. Di Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang Banten. Jurusan Dharmacarya PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KARAKTERISTIK GURU BIMBINGAN KONSELING BUDDHIS TERHADAP PENYELESAIAN MASALAH AKADEMIS DI SMA PERGURUAN BUDDHI TANGERANG ARTIKEL OLEH Yeny Tusmiati Disusun sebagai Tugas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuhan Yang Maha Esa menciptakan alam semesta beserta isinya yang meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling

Lebih terperinci

DEWASA DALAM DHAMMA Kumpulan Naskah Dhamma Bhikkhu Uttamo

DEWASA DALAM DHAMMA Kumpulan Naskah Dhamma Bhikkhu Uttamo DEWASA DALAM DHAMMA Kumpulan Naskah Dhamma Bhikkhu Uttamo 1. AGAMA BUDDHA DAN MAHASISWA "Belajar ilmu pengetahuan hingga lulus niscaya mendapat kehormatan. Namun, pelatihan diri dalam tingkah laku-lah

Lebih terperinci

Perbuatan Benar. Willy Yandi Wijaya

Perbuatan Benar. Willy Yandi Wijaya Perbuatan Benar Willy Yandi Wijaya Perbuatan Benar Penulis : Wlly Yandi Wijaya Editor : Seng Hansun Ukuran Buku : 105 x 148.5 mm Kertas Sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas Isi : HVS 70 gsm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75]

Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75] 1 Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75] Magandiya, seandainya ada seorang penderita kusta yang dipenuhi luka- luka dan infeksi, dimakan oleh cacing, menggaruk

Lebih terperinci

AJARAN BUDDHA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP BERMASYARAKAT DALAM KEMAJEMUKAN MENUJU KEHARMONISAN. Puja Subekti STABN Sriwijaya

AJARAN BUDDHA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP BERMASYARAKAT DALAM KEMAJEMUKAN MENUJU KEHARMONISAN. Puja Subekti STABN Sriwijaya AJARAN BUDDHA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP BERMASYARAKAT DALAM KEMAJEMUKAN MENUJU KEHARMONISAN Puja Subekti STABN Sriwijaya puja_bekti@yahoo.com Abstract Indonesia is a country that has a population in diversity

Lebih terperinci

AGAMA BUDDHA DAN IPTEK

AGAMA BUDDHA DAN IPTEK AGAMA BUDDHA DAN IPTEK NURWITO, S.Ag., M.Pd. UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA Agama dan Iptek: Perkembangan iptek ternyata tidak sejalan perkembangan batin manusia Bahkan, ilmu pengetahuan dapat mengondisikan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KONSEP KUSALA DHAMMA DALAM AGAMA BUDDHA DENGAN KONSEP JIHAD AGAMA ISLAM

PERBANDINGAN KONSEP KUSALA DHAMMA DALAM AGAMA BUDDHA DENGAN KONSEP JIHAD AGAMA ISLAM PERBANDINGAN KONSEP KUSALA DHAMMA DALAM AGAMA BUDDHA DENGAN KONSEP JIHAD AGAMA ISLAM ARTIKEL OLEH Untoro Disusun sebagai Tugas Akhir Di Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang Banten Jurusan

Lebih terperinci

PERWIRA. Metta Amurwa Bhumi Kusumo 1), Deassyana Taradipa 2), Liza Jayanty 3) 2 Dharmacarya,STABN Sriwijaya

PERWIRA. Metta Amurwa Bhumi Kusumo 1), Deassyana Taradipa 2), Liza Jayanty 3)   2 Dharmacarya,STABN Sriwijaya PERWIRA Metta Amurwa Bhumi Kusumo 1), Deassyana Taradipa 2), Liza Jayanty 3) 1 Dharmacarya, STABN Sriwijaya Email: amurwa.bhumi16@gmail.com 2 Dharmacarya,STABN Sriwijaya Email: deassyanataradipa@yahoo.com

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AGAMA BUDDHA. Tejo Ismoyo STIAB Jinarakkhita Lampung ABSTRAK

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AGAMA BUDDHA. Tejo Ismoyo STIAB Jinarakkhita Lampung ABSTRAK NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AGAMA BUDDHA Tejo Ismoyo STIAB Jinarakkhita Lampung tejanandha@yahoo.co.id ABSTRAK Krisis karakter bangsa Indonesia semakin terpuruk sehingga menimbulkan keprihatinan.

Lebih terperinci

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas)

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas) 1 Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas) [Anguttara Nikaya 3.65] Demikianlah telah saya dengar. Bhagavan sedang melakukan perjalanan bersama orang-orang Kosala dengan sekumpulan

Lebih terperinci

VIHARA DHAMMA MANGGALA

VIHARA DHAMMA MANGGALA PERMOHONAN BANTUAN DANA PEMBANGUNAN KUTI DAN PAGAR VIHARA VIHARA DHAMMA MANGGALA KABUPATEN BANYUWANGI Nomor : 02/ VDM-SBG/X/2016 Kepada Sifat : Penting Yth. Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Permohonan

Lebih terperinci

KONSEP NAFSU DALAM AGAMA ISLAM DAN BUDDHA

KONSEP NAFSU DALAM AGAMA ISLAM DAN BUDDHA No. 459/PAG-U/SU-S1/2014 KONSEP NAFSU DALAM AGAMA ISLAM DAN BUDDHA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Ushuluddin OLEH : AMIRUL FAHMI

Lebih terperinci

LIBERATION: RELEVANCE OF SUTTA - VINAYA KEBEBASAN SEMPURNA: PENTINGNYA SUTTA - VINAYA BHIKKHU DHAMMAVUDDHO MAHATHERA

LIBERATION: RELEVANCE OF SUTTA - VINAYA KEBEBASAN SEMPURNA: PENTINGNYA SUTTA - VINAYA BHIKKHU DHAMMAVUDDHO MAHATHERA LIBERATION: RELEVANCE OF SUTTA - VINAYA KEBEBASAN SEMPURNA: PENTINGNYA SUTTA - VINAYA BHIKKHU DHAMMAVUDDHO MAHATHERA ARTIKEL INI PERTAMA KALI MUNCUL DI THERAVADA (MARET 1999) THE JOURNAL OF THERAVADA SOCIETY

Lebih terperinci

Bhante Dhammavuddho Maha Thera. terbatas untuk kalangan sendiri

Bhante Dhammavuddho Maha Thera. terbatas untuk kalangan sendiri KEBEBASAN SEMPURNA Bhante Dhammavuddho Maha Thera terbatas untuk kalangan sendiri Artikel ini dialih bahasakan seizin Bhante Dhammavuddho Maha Thera (Abbot dari Vihara Buddha Gotama, Perak, Malaysia) www.vbgnet.org

Lebih terperinci

HARTA SESUNGGUHNYA Lokuttara Dhamma BHIKKHU ASSAJI

HARTA SESUNGGUHNYA Lokuttara Dhamma BHIKKHU ASSAJI HARTA SESUNGGUHNYA Lokuttara Dhamma BHIKKHU ASSAJI NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMA SAMBUDDHASSA Buku ini dipublikasikan hanya untuk dibagikan secara GRATIS dan TIDAK UNTUK DIJUAL Materi di dalam buku

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

E. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti. Satuan Pendidikan : SD

E. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti. Satuan Pendidikan : SD E. Pendidikan Agama Budi Pekerti Satuan Pendidikan : SD Kelas : I (satu) Kompetensi Inti : KI 1 : Menerima menjalankan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

Lebih terperinci

Jalan Menuju Akhir dari Penderitaan

Jalan Menuju Akhir dari Penderitaan Jalan Menuju Akhir dari Penderitaan Judul Asli: The Noble Eightfold Path: The Way to the End of Suffering Penulis: Bhikkhu Bodhi Penerjemah: Anne Martani, Jimmy Halim, Laura Perdana, Leonard Halim, Laurensius

Lebih terperinci

MATERI POKOK PEMELAJARAN BELAJAR PENGETAHUAN KETERAMPILAN SIKAP. Melafalkan Mangala sutta dengan benar.

MATERI POKOK PEMELAJARAN BELAJAR PENGETAHUAN KETERAMPILAN SIKAP. Melafalkan Mangala sutta dengan benar. DESKRIPSI PEMELAJARAN MATA DIKLAT TUJUAN KODE DURASI PEMELAJARAN : Pendidikan Agama Buddha : 1. Membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa serta berakhlak

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG-BANTEN TAHUN AJARAN 2011/2012 TERHADAP

PENGARUH GAYA BELAJAR MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG-BANTEN TAHUN AJARAN 2011/2012 TERHADAP PENGARUH GAYA BELAJAR MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG-BANTEN TAHUN AJARAN 2011/2012 TERHADAP PRESTASI MATA KULIAH ABHIDHAMMA PITAKA PROPOSAL SKRIPSI Oleh : ADHI VERAWANTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Buddha mengajarkan bahwa dalam hidupnya manusia akan selalu mengalami keempat hal, yaitu: kelahiran, sakit, usia tua, dan kematian. Keempat hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah

Lebih terperinci

Artikel ini dialih bahasakan seizin Bhante Dhammavuddho Maha Thera (Abbot dari Vihara Buddha Gotama, Perak, Malaysia)

Artikel ini dialih bahasakan seizin Bhante Dhammavuddho Maha Thera (Abbot dari Vihara Buddha Gotama, Perak, Malaysia) Artikel ini dialih bahasakan seizin Bhante Dhammavuddho Maha Thera (Abbot dari Vihara Buddha Gotama, Perak, Malaysia) www.vbgnet.org Dipublikasikan secara gratis oleh DPD PATRIA Sumut Diterjemahkan oleh

Lebih terperinci

PERTAPA GOTAMA MEMILIH JALAN TENGAH & ARIYASĀVAKA TANPA JHĀNA. Pariyatti Sāsana Yunior 2 hp ; pin!

PERTAPA GOTAMA MEMILIH JALAN TENGAH & ARIYASĀVAKA TANPA JHĀNA. Pariyatti Sāsana Yunior 2  hp ; pin! PERTAPA GOTAMA MEMILIH JALAN TENGAH & ARIYASĀVAKA TANPA JHĀNA Pariyatti Sāsana Yunior 2 www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin! 2965F5FD JALAN TENGAH PERUMPAMAAN TENTANG KECAPI Gb: Vīnā (kecapi India)

Lebih terperinci

KOMUNITAS. B. Nyanabhadra Sesi ke-8 11 Mei 2016

KOMUNITAS. B. Nyanabhadra Sesi ke-8 11 Mei 2016 KOMUNITAS B. Nyanabhadra Sesi ke-8 11 Mei 2016 MENJAGA KEHARMONISAN KOMUNITAS Majjhima Nikāya 104: Sāmagāma LATAR BELAKANG Tempat: Sāmagāma (sekitar kerajaan Sakya) Latar belakang: Perpecahan dalam tradisi

Lebih terperinci

Penghidupan Benar. Penulis : Willy Yandi Wijaya

Penghidupan Benar. Penulis : Willy Yandi Wijaya Penghidupan Benar Penghidupan Benar Penulis : Willy Yandi Wijaya Editor : Seng Hansen Ukuran Buku : 105 x 148.5 Kertas Sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas Isi : HVS 70 gsm Jumlah Halaman : 48 hal Jenis

Lebih terperinci

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (16) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 24 September 2005 s.d.

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (16) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 24 September 2005 s.d. KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (16) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 24 September 2005 s.d. 12 November 2005 1. Dari: Herlina, Medan Bhante, Selama ini sering ada pandangan

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Sehari hari Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Pancasila STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : AHMAD LUTFI 29/11/1011 NIM : 11.01.2969 JURUSAN : D3 TI 03 Nama Dosen

Lebih terperinci

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (7) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 01 Juli 2004 s.d. tanggal 20 Agustus 2004

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (7) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 01 Juli 2004 s.d. tanggal 20 Agustus 2004 KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (7) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 01 Juli 2004 s.d. tanggal 20 Agustus 2004 01. Dari: Tuwino Gunawan, Medan Namo Buddhaya, Bhante, saya

Lebih terperinci

o Di dalam tradisi Theravāda, pāramī bukanlah untuk Buddha saja, tetapi sebagai prak/k yang juga harus dipenuhi oleh Paccekabuddha dan sāvakā.

o Di dalam tradisi Theravāda, pāramī bukanlah untuk Buddha saja, tetapi sebagai prak/k yang juga harus dipenuhi oleh Paccekabuddha dan sāvakā. o Apakah yang dimaksud dengan pāramī? Pāramī adalah kualitas mulia seper/ memberi, dll., yang disertai oleh belas kasih dan cara- cara yang baik (upāya kosalla) serta /dak ternoda oleh nafsu- keinginan,

Lebih terperinci

BAB III NAFSU DALAM AGAMA BUDDHA

BAB III NAFSU DALAM AGAMA BUDDHA BAB III NAFSU DALAM AGAMA BUDDHA A. Pengertian Nafsu Dalam bahasa pali 151, nafsu dikenal dengan istilah tanha yang berarti keinginan. 152 Menurut Ajahn Brahm, nafsu berarti menginginkan sesuatu selain

Lebih terperinci

IMPRESI REINFORCEMENT BAGI SISWA KELAS V SD ARIYA METTA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA ARTIKEL SKRIPSI

IMPRESI REINFORCEMENT BAGI SISWA KELAS V SD ARIYA METTA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA ARTIKEL SKRIPSI IMPRESI REINFORCEMENT BAGI SISWA KELAS V SD ARIYA METTA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA ARTIKEL SKRIPSI Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

Kāmāvacarasobhana Cittaṃ (1)

Kāmāvacarasobhana Cittaṃ (1) Kāmāvacarasobhana Cittaṃ (1) Kesadaran Indah-Lingkup Inderawi Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Saṅgaha: Pāpāhetukamuttāni, sobhanānīti vuccare. Ekūnasaṭṭhi cittāni, athekanavutīpi vā.

Lebih terperinci

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran book Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran Buddha bisa kita sebar kepada banyak orang. KARMA Ajaran

Lebih terperinci

PENGUATAN INTEGRITAS AKADEMIK MAHASISWA MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL BUDDHIS. Sugianto STAB Negeri Sriwijaya

PENGUATAN INTEGRITAS AKADEMIK MAHASISWA MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL BUDDHIS. Sugianto STAB Negeri Sriwijaya PENGUATAN INTEGRITAS AKADEMIK MAHASISWA MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL BUDDHIS Sugianto STAB Negeri Sriwijaya 12Tsugiantovijjayasena@gmail.com12T Abstract Mental revolution became the government

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

Kamma (7) Kamma Baik Lingkup-Indra. Dhammavihārī Buddhist Studies

Kamma (7) Kamma Baik Lingkup-Indra. Dhammavihārī Buddhist Studies Kamma (7) Kamma Baik Lingkup-Indra Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Tiga Jenis Virati 1. Pantangan kesempatan telah datang (sampattavirati) Seseorang, walaupun tidak sedang melatih

Lebih terperinci

Pancasila Sebagai Pandangan Hidup

Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Pancasila ebagai Pandangan Hidup Oleh H. Hayono Isman,.IP Disampaikan pada Bimbingan Teknis Pendidikan Karakter Bangsa, Yayasan Bhakti Tri Dharma KOGORO, 3 Oktober 2013, awangan Depok Pengantar Daniel

Lebih terperinci

Buddhism And Duties Of A Lay Buddhist oleh: Ven. K. Sri Dhammananda

Buddhism And Duties Of A Lay Buddhist oleh: Ven. K. Sri Dhammananda Buddhism And Duties Of A Lay Buddhist oleh: Ven. K. Sri Dhammananda AJARAN BUDDHA DAN KEWAJIBAN SEORANG UMAT BUDDHA Pendahuluan Agama Buddha bukanlah agama yang berdasarkan kepercayaan. Agama Buddha adalah

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA

SILABUS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA 1 SILABUS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas Kompetensi Inti (KI) KI 1 KI 2: KI 3: KI 4: : Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK) : Pendidikan Agama Buddha dan

Lebih terperinci