AJARAN BUDDHA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP BERMASYARAKAT DALAM KEMAJEMUKAN MENUJU KEHARMONISAN. Puja Subekti STABN Sriwijaya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AJARAN BUDDHA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP BERMASYARAKAT DALAM KEMAJEMUKAN MENUJU KEHARMONISAN. Puja Subekti STABN Sriwijaya"

Transkripsi

1 AJARAN BUDDHA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP BERMASYARAKAT DALAM KEMAJEMUKAN MENUJU KEHARMONISAN Puja Subekti STABN Sriwijaya Abstract Indonesia is a country that has a population in diversity and pluralism. Diversity and pluralism categorized as wealth and power, but on the other hand if it is not guarded well by all parties has also become a threat. Buddhism or Buddhist is part of diversity and pluralism in Indonesia so that Buddhists also have a responsibility to maintain unity in the diversity towards a harmonious life. Although Buddhists in the amount less than the people of other religions as well as the role of Buddhists but will also be important in creating harmony within the community. The best way to do Buddhists for his role in creating the harmony is to study the teachings of the Buddha truly, understand the Buddha's teachings and practice Buddhism in everyday life in the middle of the society life. Basic teaching for any Buddhist should be practice in everyday life is the implementation of the Buddhist five precepts. By making the Buddha's teachings as a guide then any living Buddhists will be the pioneer life in harmony amid diversity and pluralism. Keywords: Buddhism, Pluralism, Harmony. Pendahuluan Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang mejemuk dan beragam, terdiri dari berbagai suku, ras, dan agama. Agama Buddha merupakan satu dari beberapa agama yang diakui oleh undang-undang di Indonesia. Penganut ajaran Buddha di Indonesia termasuk minoritas secara jumlah. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia bahwa dari hasil sensus tahun 2010 persentase pemeluk agama di Indonesia adalah: agama Islam 87,1%, agama Kristen 6,9%, agama Katolik 2,9%, agama Hindu 1,6%, agama Buddha 0,7%, Konghucu 0,05%, dan 0,13% agama lainya ( Dalam pelaksanaan praktik ajaran agamanya umat Buddha juga memiliki hak dan kebebasan yang sama dengan penganut-penganut agama lainnya sesuai aturan undangundang. Keberagaman dan kemajemukan di Indonesia merupakan kekayaan dan kekuatan, tetapi jika tidak dirawat dan tidak dijaga maka dapat menjadi ancaman. Merawat dan menjaga kemajemukan dan keberagaman yang ada adalah tanggung jawab setiap warga negara apapun agama dan sukunya. Umat Buddha sebagai bagian dari umat beragama di Indonesia memiliki kewajiban untuk berberan aktif dalam menjaga keharmonisan. Walaupun secara jumlah penganut agama Buddha adalah minoritas tetapi peranan umat 11

2 Buddha dalam menjaga keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat sangatlah penting. Kehidupan umat Buddha dalam bermasyarakat di Indonesia secara umum berjalan dalam keadaan yang harmonis, tetapi juga pernah diwarnai oleh adanya beberapa konflik horisontal. Peristiwa yang belum lama terjadi tentang konflik bernuansa agama yang melibatkan agama Buddha adalah konflik di Tanjung Balai. Menurut merdeka.com, kerusuhan di Tanjung Balai Sumatera Utara terjadi pada hari Jumat tanggal 29 Juli 2016, dalam peristiwa tersebut terjadi pembakaran tempat ibadah berupa vihara dan klenteng ( Lebih lanjut berdasarkan berita dalam batam.tribunnews.com, dijelaskan: persoalan bermula dari adanya keluhan seorang warga bernama Meliana (41) warga Jalan Karya Kelurahan Tanjung Balai Kota I, Kecamatan Tanjung Balai Selatan Kota, Tanjung Balai, Sumatera Utara terhadap suara azan yang dikumandangkan di Masjid Al Maksum Jalan Karya. Sebelum kericuhan meledak, Meliana mendatangi nazir masjid menyampaikan keluhan. Ia merasa terganggu dengan suara azan yang dikumandangkan pihak masjid. Setelah oknum tadi menyampaikan keluhan, pihak masjid kemudian mendatangi kediaman wanita bernama Meliana (setelah salat Isya). Lalu, karena timbul keributan, pihak kepala lingkungan dan kelurahan setempat yang kooperatif kemudian membawa masing-masing pihak ke polsek setempat untuk dimediasi," kata Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Rina Sari Ginting, Sabtu (30/7/2016) ( 2016/07/30/ini-kronologi-kerusuhan-di-tanjungbalai-asahan-yang-mencekam-warga-disana). Menganalisis kejadian konflik tersebut dapat disimpulkan bahwa ketika keberagaman memiliki sisi yang sangat sensitif di mana ketika terjadi gesekan sedikit saja dapat menimbulkan konflik yang besar. Oleh sebab itu maka setiap warga masyarakat apapun agamanya haruslah sangat berhatihati dalam bertindak terutama yang menyangkut toleransi antarumat beragama. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa setiap warga negara apapun agamanya harus mampu mengenal tradisi-tradisi agama lainnya agar tidak melakukan tindakan yang menyinggung praktik agama lain. Kejadian di Tanjung Balai sebenarnya tidak perlu terjadi ketika warga yang memprotes suara azan memahami bahwa setiap agama memiliki cara praktik yang khas sehingga tidak sepatutnya warga memprotes suara azan tersebut. Selanjutnya, baru-baru ini bangsa Indonesia digegerkan oleh kejadian dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Pak Ahok, dianggap telah melecehkan ulama dan kitab suci sehingga menimbulkan reaksi yang sangat besar hingga mengakibatkan terjadinya aksi demo besar-besaran pada tanggal 4 November Terlepas dari benar dan tidaknya masalah penistaan agama tersebut tetapi dari kejadian tersebut dapat memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa masalah yang berkaitan dengan agama di Indonesia sangat 12

3 sensitif sekali dan memiliki potensi konflik yang sangat kuat. Umat Buddha di Indonesia harus benar-benar menyadari tentang hal tersebut agar tidak terjadi tindakan yang dapat memicu terjadinya konflik di masyarakat yang majemuk dan beragam ini. Setiap penganut agama punya tanggung jawab untuk menjaga dan mengendalikan dirinya masing-masing agar tidak menyinggung atau menista penganut agama lainnya. Agama Buddha yang telah disahkan oleh undang-undang sebagai agama yang diakui oleh negara dan memiliki penganut di Indonesia telah memiliki sejarah yang panjang dalam perkembangannya. Sejak lebih dari duaribu enam ratus tahun yang lalu agama Buddha telah berkembang dari India menyebar ke berbagai penjuru dunia hingga sampai di Indonesia, dalam sejarah agama Buddha berkembang dalam nuansa yang damai, tidak terdapat catatan kekerasan yang mengatasnamakan ajaran Buddha. Demikian juga di Indonesia perkembangan agama Buddha tidak dikotori oleh aksi kekerasan yang mengatasnamakan ajaran Buddha. Hal tersebut terjadi karena pada dasarnya memang tidak ada satu bait pun ajaran Buddha yang mengajarkan tentang tindakan kekerasan terhadap orang lain. Umat Buddha di Indonesia harus benar-benar memahami ajaran Buddha agar dapat hidup bermasyarakat dengan damai. Dari beberapa permasalahan yang dipaparkan di atas maka dapat dirincikan tentang hal yang penting untuk dikaji dan dibahas menurut ajaran Buddha agar dapat memberikan pemahaman kepada umat Buddha khususnya. Adapun hal-hal penting tersebut adalah: pertama, bahwa masyarakat Indonesia adalah majemuk dan beragam, terdiri dari berbagai suku, agama, dan ras. Umat Buddha adalah bagian yang tak terpisahkan dari keberagaman ini sehingga harus benar-benar memahami cara-cara yang benar menjalani kehidupan yang harmonis di tengah keberagaman. Kedua, berdasarkan fakta-fakta yang ada telah terjadi beberapa konflik di Indonesia yang disebabkan oleh isu agama ataupun ras, dan pada kenyataannya konflik karena isu agama lebih mudah menghasut masyarakat luas, berdasarkan kenyataan ini maka umat Buddha khususnya harus dapat menjaga diri agar tidak melakukan tindakan yang memicu konflik agama. Ketiga, umat Buddha harus benar-benar belajar dari sejarah perkembangan agama Buddha yang selalu berkembang dalam suasana yang damai dari dalam, hal tersebut tentunya disebabkan oleh kebenaran ajaran Buddha itu sendiri sehingga umat Buddha harus benar-benar memahami ajaran Buddha dan menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan pada masalah-masalah dan kenyataan yang diungkapkan di atas maka penulis memandang perlu untuk melakukan analisis terhadap beberapa ajaran Buddha yang nantinya dapat digunakan sebagai pedoman umat Buddha agar dapat menjalani kehidupan di tengah masyarakat yang majemuk dan beragam ini menuju ke kehidupan yang harmonis. Penulis merumuskan tema dalam kajian ini adalah: Ajaran Buddha sebagai Pedoman Hidup Bermasyarakat dalam Kemajemukan menuju Keharmonisan. 13

4 Penulisan artikel ini membatasi fokus pembahasannya pada beberapa ajaran Buddha yang dapat dijadikan sebagai landasan hidup bermasyarakat dalam keberagaman dan kemajemukan. Ajaran Buddha sangat luas sehingga dalam pembahasan pada artikel ini hanya akan dibahas secukupnya menurut kesanggupan penulis. Kajian akan dilakukan terhadap sumber pustaka berupa ajaran dalam kitab suci Tipitaka, ajaran-ajaran para guru praktisi dan pendapat-pendapat para ahli yang relevan. Teknik kajiannya adalah kualitatif kepustakaan. Pembahasan Bersikap Terhadap Perilaku Penistaan Agama Dalam kehidupan bermasyarakat akan selalu terjadi interaksi antarmanusia. Dalam proses interaksi tersebut sering sekali terjadi komunikasi antarmasyarakat yang beda agama, suku, dan ras. Disengaja ataupun tidak disengaja sering kali terjadi perbuatan yang dianggap menyinggung perasaan pihak lainnya. Sebenarnya adalah hal yang sangat wajar di tengah kehidupan masyarakat yang beragam dan majemuk terjadi kesalahpahaman dikarenakan beda pandangan dan keyakinan, manusia tidak akan mampu sepenuhnya membuat setiap orang lainnya sama pandangan dan keyakinannya. Berdasarkan hal tersebut berarti sangatlah wajar jika dalam kehidupan bermasyarakat terkadang kita merasa disakiti maupun dihina. Hal terpenting yang harus disadari oleh umat Buddha bahwa manusia tidak akan mampu mengendalikan semua orang untuk menjadi baik dan sepaham dengan kita, tetapi yang benar adalah manusia dapat berusaha untuk mengendalikan dirinya sendiri dan belajar untuk memahami kondisi orang lain. Berkaitan dengan kejadian-kejadian yang disebut sebagai penistaan agama bagaimanakah sikap umat Buddha yang benar? Yang utama dan terpenting adalah jangan sampai umat Buddha melakukan penistaan terhadap agama, baik agama sendiri maupun agama lain. Yang kedua jika terjadi penistaan terhadap agama Buddha oleh pihak lain maka penyelesaianya serahkan saja pada hukum yang berlaku atau menyelesaikan melalui proses hukum yang berlaku. Yang ketiga bahwa umat Buddha tidak harus bersikap reaktip apalagi membalas dengan cara-cara yang arogan, umat Buddha sudah selayaknya mengambil suatu tindakan berdasarkan teladanteladan Buddha dan ajaran Buddha. Tentang penistaan terhadap agama Buddha sudah pernah terjadi, sejak jaman Buddha masih hidup secara historis maupun pada jaman perkembangan agama Buddha pada masa-masa setelah kemangkatan Buddha Gotama. Dalam bersikap terhadap penistaan agama Buddha jika terjadi maka hendaknya umat Buddha meneladani sikap Buddha saat mengalami cacian dan makian dari pertapa lain, kejadian tersebut tercatat dalam kitab Suci Tipitaka. Dalam Brahmajala Sutta bagian dari Digha Nikaya dijelaskan tentang suatu kejadian: suatu ketika Buddha bersama 500 bhikkhu melakukan 14

5 perjalanan antara Rajagaha dan Nalanda, dalam perjalanan itu ada pertapa pengembara bernama Suppiya bersama muridnya bernama Bramadatta yang mengikuti di belakang rombongan Buddha. Diceritakan dalam kejadian itu pertapa Suppiya selalu berkomentar mencari-cari kesalahan Buddha dan menghina Buddha, sementara muridnya Brahmadatta bersikap sebaliknya ia selalu berkomentar tentang kebaikan-kebaikan Buddha dan selalu memuji Buddha. Kemudian kejadian ini menjadi topik pembicaraan dan diskusi para bhikkhu ketika sedang beristirahat, mengenai kejadian ini kemudian Buddha memberikan wejangan dan nasihat kepada para bhikkhu bagaimana bersikap yang benar menghadapi hinaan dan pujian dari pihak lain terhadap Buddha, Dharma, dan Sangha. Buddha bersabda: Monks, if anyone should speak in disparagement of me, of the Dhamma or of the Sangha, [3] you should not be angry, resentful or upset on that account. If you were to be angry or displeased at such disparagement, that would only be a hindrance to you. For if others disparage me, the Dhamma or the Sangha, and you are angry or displeased, can you recognise whether what they say is right or not?' 'No, Lord.' 'If others disparage me, the Dhamma or the Sangha, then you must explain what is incorrect as being incorrect, saying: "That is incorrect, that is false, that is not our way, that is not found among us. But, monks, if others should speak in praise of me, of the Dhamma or of the Sangha, you should not on that account be pleased, happy or elated. If you were to be pleased, happy or elated at such praise, that would only be a hindrance to you. If others praise me, the Dhamma or the Sangha, you should acknowledge the truth of what is true, saying: "That is correct, that is right, that is our way, that is found among us (Maurice Walshe, 1995: 68). Berdasarkan khotbah Buddha tersebut maka umat Buddha dapat memahami bahwa dalam menghadapi dan bersikap terhadap pihak lain yang menghina agama Buddha adalah dengan cara bersikap bijaksana dengan cara memberikan klarifikasi yang sebenarnya, bukan dengan sikap yang reaktif apalagi dengan cara kasar, demontrasi, dan kekerasan. Dengan kebijaksanaannya Buddha benar-benar menyadari bahwa sikap yang reaktif, kasar, dan kekerasan untuk membela suatu keyakinan tidak akan pernah menyelesaikan masalah dan tidak akan membawa pada kemajuan praktik spiritual. Buddha menekankan bahwa dengan memberikan klarifikasi mana yang benar-benar ajaran Buddha dan mana yang bukan ajaran Buddha kepada pihak-pihak yang menghina agama Buddha adalah cara yang lebih baik dan bermanfaat untuk menyelesaikan masalah yang ada. Demikian juga ketika ada pihak lain yang memberikan komentar baik atau pujian terhadap agama Buddha, Buddha juga telah memberikan petunjuk kepada umat Buddha untuk tidak merasa senang atau sombong karena sikap tersebut juga tidak akan membawa pada kemajuan praktik spiritual. Hal yang baik menanggapi pujian terhadap ajaran Buddha adalah dengan 15

6 menunjukkan ajaran Buddha yang sebenarnya dengan cara penjelasan maupun mewujudkan kebenaran ajaran Buddha dalam praktik yang nyata. Umat Buddha yang benar-benar menyelami ajaran Buddha pastilah tidak akan terpengaruh oleh hinaan dan celaan yang ditujukan kepada agama Buddha, minimal umat Buddha mampu untuk menahan diri agar tidak bersikap dengan kekerasan dalam menanggapi isu-isu penistaan agama. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia yang majemuk dan beragam ini pastilah akan selalu ada yang disebut sebagai beda pandangan atau pandangan yang tidak meyakini ajaran Buddha tentunya hal ini adalah wajar sekali dan seharusnya tidak akan menjadi masalah bagi umat Buddha. Setiap manusia memiliki kemampuan dan potensinya masing-masing sesuai dengan karma-karma yang telah dikumpulkannya sehingga tidaklah bijak jika kita memaksa orang lain untuk sepaham dengan kita ataupun memaksa orang lain untuk selalu bersikap baik kepada kita. Yang utama adalah umat Buddha harus berjuang untuk selalu bersikap baik kepada siapa pun dan berusaha untuk memahami serta menghormati pihak lain. Acharya Shantideva dalam sastra suci Bodhicharyavatara, bab Samprajanya-Raksana, bait 12, mengajarkan: Makhluk yang tak dapat diatur seluas angkasa Tak mungkin seluruhnya dapat diperintah, Tetapi jika aku mengalahkan pikiran marahku saja, Ini akan setara dengan mengalahkan semua musuh. (Pandita Sumatijnana, penterjemah, 2012: 63) Berdasarkan bait syair di atas dapat dijelaskan bahwa kebenarannya di mana pun dan kapan pun manusia akan selalu berhadapan serta bersinggungan dengan hal-hal lain yang mungkin dianggap mengganggu. Keadaan tersebut tidaklah mungkin dapat dihindari semuanya tetapi harus dihadapi dengan kebijaksanaan yang benar, caranya adalah hentikan keinginan atau nafsu untuk bersikap reaktif, keinginan untuk mengendalikan dan mengalahkan yang lain, keinginan untuk mengubah hal lain menjadi baik, tetapi tindakan yang paling efektif dan benar adalah cukup dengan mengendalikan diri sendiri. Jika setiap manusia atau umat Buddha mampu mengendalikan dirinya sendiri maka kedamaian dan keharmonisan dalam kehidupan bersama dapat tercipta. Lebih lanjut dalam bait 13 dan 14, Acharya Shantideva menjelaskan: Bagaimana saya bisa mendapatkan kulit yang cukup, untuk menutupi seluruh permukaan bumi? Namun hanya dengan memakai kulit di sol sepatuku, sudah sama dengan menutupi seluruh permukaan bumi. Demikian pula sangat tidak mungkin bagiku Untuk mengekang hal-hal lahiriah Tetapi dengan aku dapat mengekang pikiranku ini, 16

7 Untuk apalagi mengekang hal-hal yang lain (Pandita Sumatijnana, penterjemah, 2012: 63) Dari bait syair di atas dapat dijelaskan bahwa di dunia ini akan sangat banyak sekali ditemui masalah-masalah. Demikian juga berkaitan dengan kerukunan dalam keberagaman juga akan selalu menghadapi berbagai macam masalah yang dapat memicu terjadinya konflik, demikian juga dengan agama Buddha di Indonesia sudah sewajarnya akan menghadapi berbagai masalah dari pihak lain. Berdasarkan ajaran di atas untuk menghadapi berbagai masalah maka yang harus dilakukan adalah menata diri masing-masing umat Buddha, jika setiap umat Buddha mampu mengendalikan diri dan mempraktikkan ajaran Buddha dengan sungguh-sungguh maka keberadaan agama Buddha menjadi berharga bagi terciptanya kehidupan yang harmonis. Masalah-masalah tidak akan pernah selesai jika hanya fokus mengkritik, menyalahkan, dan menuntut agar pihak lain menjadi baik, tetapi masalah akan dapat diselesaikan jika masing-masing fokus pada pengendalian diri. Jika timbul masalah-masalah yang bernuansa penistaan terhadap agama Buddha maka umat Buddha tidak boleh bersikap reaktif dan kasar tetapi harus meneladani ajaran Buddha yaitu harus fokus pada pengendalian diri dan peningkatan praktik ajaran Buddha. Dasar-Dasar Ajaran Agama Buddha untuk Mewujudkan Kehidupan yang Harmonis Setiap agama tentulah memiliki ajaran yang harus dipraktikkan oleh penganutnya, demikian juga agama Buddha memiliki ajaran-ajaran yang wajib dipraktikkan oleh penganutnya yang telah memiliki pengertian dan keyakinan yang benar. Ajaran Buddha sangat luas dan dalam, secara simbolik sering disebut bahwa ajaran Buddha memiliki pokok dhamma atau ajaran, secara umum sering dikelompokkan ke dalam tiga pengelompokan yaitu: ajaran kelompok sila, samadhi, dan pañña. Ketiga kelompok ajaran ini adalah satu kesatuan yang melandasi praktik ajaran Buddha. Ajaran Buddha yang sangat luas pernah disampaikan dalam bentuk syair ringkas oleh Buddha sendiri, hal itu dikenal dengan Ovadapatimokkha. Ajaran yang disampaikan oleh Buddha dalam Ovadapatimokkha sering disebut sebagai intisari ajaran Buddha. Ajaran di dalam Ovadapatimokkha jika dapat dipraktikkan oleh umat Buddha di mana pun akan dapat menjadi dasar tercapainya kehidupan yang harmonis. Dalam Ovadapatimokkha Buddha mengajarkan; Khanti paramang tapo titikkhä Nibbänang paramang vadanti Buddhä Na hi pabbajjito pärupaghati Samano hoti parang vihethayanto artinya: 17

8 Kesabaran adalah cara bertapa yang paling baik. Sang Buddha bersabda : Nibbanalah yang tertinggi dari segalanya. Beliau bukan pertapa yang menindas orang lain. Beliau bukan pula pertapa yang menyebabkan kesusahan orang lain. ( Berdasarkan sabda Buddha di atas dapat direnungkan bahwa umat Buddha yang benar-benar mengaku bahwa dirinya adalah umat Buddha haruslah menjadikan ajaran tersebut sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat. Yang pertama tentang pentingnya kesabaran dalam praktik kebajikan, karena praktik kebajikan tak terlepas dari kehidupan sehari-hari maka umat Buddha hendaknya menggunakan kesabaran dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi. Dengan kesabaran yang dipraktikkan dengan baik pastilah dalam kehidupan bermasyarakat akan dapat menjadi dasar terciptanya kehidupan yang harmonis. Selanjutnya Buddha memberikan penjelasan dan teladan bahwa praktisi ajaran Buddha tidak merugikan orang lain dan tidak menyusahkan orang lain bahkan makhluk lain, jika umat Buddha dalam kehidupan bermasyarakat berpegang pada ajaran dan teladan Buddha tersebut pastilah tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang dapat memicu terjadinya konflik. Namun sebaliknya, umat Buddha akan menjadi pelopor terciptanya kehidupan yang harmonis di tengah kehidupan masyarakat yang majemuk dan beragam ini. Selanjutnya Buddha bersabda; Sabba Päpassa akaranang Kusalassa upasampadä Sacitta pariyodapanang Etang Buddhäna säsanang artinya: Janganlah berbuat kejahatan Perbanyaklah perbuatan baik Sucikan hati dan pikiranmu Itulah Ajaran semua Buddha ( Berdasarkan sabda Buddha di atas maka umat Buddha harus benarbenar menjadikan ajaran tersebut sebagai pedoman hidup. Umat Buddha yang memiliki keyakinan yang benar tentulah akan berkomitmen untuk mempraktikkan ajaran Buddha dengan cara tidak melakukan kejahatan, baik kejahatan dalam perspektif ajaran Buddha maupun kejahatan dalam perspektif undang-undang negara. Dengan praktik tidak melakukan kejahatan tersebut maka umat Buddha akan menjadi pelopor kehidupan yang 18

9 harmonis dalam bermasyarakat yang majemuk dan beragam ini. Umat Buddha haruslah maju terus dalam praktik ajaran Buddha, setelah mampu mempraktikkan tidak berbuat jahat selanjutnya meningkat dalam praktik yang lebih tinggi yaitu menyempurnakan kebajikan-kebajikan atau kebaikankebaikan. Praktik menyempurnakan kebajikan-kebajikan idealnya dilakukan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Jika umat Buddha benar-benar mempraktikkan ajaran dan teladan Buddha menyempurnakan kebajikankebajikan maka di tengah masyarakat yang beragam ini umat Buddha akan menjadi sumber kehidupan yang harmonis. Lebih lanjut Buddha bersabda dalam Ovadapatimokkha; Anupavädo anupaghäto Pätimokkhe ca samvaro Matannutä ca bhattasming Pantanca sayanäsanang Adhicitte ca äyogo Etang Buddhana Sasanang artinya: Tidak menghina, tidak melukai Mengendalikan diri sesuai dengan tata-tertib. Makanlah secukupnya Hidup dengan menyepi. Dan senantiasalah berpikir luhur Itulah ajaran semua Buddha Dari sabda Buddha di atas semakin jelas bagaimana seharusnya umat Buddha benar-benar menjalani kehidupan ini. Umat Buddha harus mempraktikkan ajaran tidak menghina dan tidak melukai. Jika dalam kehidupan bermasyarakat umat Buddha berpegang teguh dengan ajaran ini maka tidak akan menimbulkan konflik di mana pun, sebaliknya umat Buddha akan benar-benar menjadi sumber pelopor kehidupan yang harmonis di tengah masyarakat yang majemuk dan beragam ini. Buddha juga mengajarkan agar umat Buddha dapat mengendalikan diri sesuai tata-tertib, ini berarti bahwa umat Buddha dalam menjalankan kehidupan dan praktiknya haruslah mentaati peraturan/tata-tertib agamanya juga tata-tertib yang berlaku di lingkungan tempat tinggalnya, dengan praktik ini pastilah umat Buddha dapat menjadi pelopor kehidupan yang harmonis di tengah masyarakat yang majemuk dan beragam. Praktik Pancasila Buddhis Menjadi Sumber Keharmonisan Hidup Pancasila Buddhis merupakan latihan dasar yang wajib dilaksanakan oleh setiap umat Buddha yang ingin mencapai kebahagiaan hingga pembebasan. Umat Buddha yang telah memiliki pengertian benar terhadap ajaran Buddha kemudian muncul keyakinan yang benar dalam dirinya maka 19

10 secara umum umat tersebut akan mengambil Tisarana dan mengambil tekad melaksanakan latihan dasar yaitu Pancasila Buddhis. Praktik pelaksanaan pancasila Buddhis bagi umat Buddha yang telah memiliki pengertian benar dan keyakinan yang benar akan menjadi kewajiban yang alami dalam kehidupannya sehari-hari, pelaksanaan pancasila Buddhis dalam kehidupan akan mendatangkan keharmonisan hidup. Praktik pancasila Buddhis adalah; 1) Panatipata Veramani Sikkhapadam samadiyami Tekad untuk melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup. Menghindari pembunuhan dan penganiayaan makhluk hidup haruslah didasari pengertian yang benar, manusia harus menyadari bahwa setiap makhluk menyayangi dirinya, menyayangi ayah ibunya, menyayangi sahabatnya. Setiap makhluk pastilah tidak ingin disakiti sama dengan diri kita oleh sebab itu dengan menempatkan makhluk lain seperti kita maka kita harus menghindari pembunuhan dan penyiksaan makhluk hidup. 2) Adinnadana Veramani Sikkhapadam samadiyami Tekad untuk menghindari tindakan mengambil milik orang lain yang tidak diberikan/pencurian. Menghindari pencurian haruslah didasari dengan pengertian yang benar, manusia hendaknya menyadari bahwa setiap makhluk mencintai hak miliknya sendiri, setiap makhluk telah berjuang untuk memiliki sesuatu yang mereka anggap dapat menyenangkan dirinya namun ketika miliknya yang mereka dapatkan dengan susah payah kemudian dirampas oleh orang lain pastilah akan menimbulkan penderitaan bagi dirinya. Menyadari akan kebenaran ini maka kita yang menginginkan kebahagiaan hendaknya juga jangan merampas kebahagiaan makhluk lain. Dengan menempatkan makhluk lain seperti kita maka hendaknya kita jangan pernah merampas hak milik orang lain. 3) Kamesumicchacara Veramani Sikkhapadam samadiyami Tekad untuk menghindari perlakuan seksual yang tidak sah. Menghindari perilaku seksual yang tidak sah haruslah didasari dengan pengertian yang benar, setiap manusia pasti mengharap agar pasangannya setia dan mereka akan sakit hati bila pasangannya berselingkuh. Demikian juga setiap orang tua akan selalu menjaga anaknya agar dapat menjaga kehormatannya, tak ingin anaknya dinodai dengan perlakuan yang tidak sopan dan tidak bertanggung jawab. Dengan menyadari bahwa setiap makhluk ingin mendapatkan kehormatan maka hendaknya kita selalu berusaha untuk menjaga kehormatan diri kita dan orang lain dengan menghindari perbuatan seksual yang tidak bertanggung jawab. 4) Musavada Veramani Sikkhapadam samadiyami Tekad untuk menghindari mengucapkan kata-kata yang tidak berguna (berbohong, memecah belah, berkata kasar, omong kosong). Menghindari ucapan yang tidak berguna haruslah didasari pengertian yang benar, manusia harus menyadari kekuatan dari ucapan, ucapan yang keluar dengan dasar kekuatan cinta kasih dan keinginan untuk membuat orang 20

11 lain berbahagia akan memberikan dampak yang sangat positif dan menjadi kekuatan yang besar. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendapatkan ucapan yang sangat baik dari orang-orang di sekitar kita, ucapan yang baik begitu membuat kita berbahagia dan terkadang memberikan semangat yang sangat luar biasa, tetapi sebaliknya kita juga sering mengalami sakit hati akibat tajamnya lidah yang mengeluarkan kata-kata yang tidak berguna. Demikianlah dengan menyadari dampak dari kekuatan ucapan yang baik dan menyadari dampak buruk dari ucapan yang tidak baik hendaknya kita berusaha untuk menjaga dan waspada terhadap ucapan yang akan kita keluarkan. Dengan menempatkan orang lain sama seperti kita maka kita harus menjaga lidah kita agar tidak terpeleset mengucapkan kata-kata yang tidak berguna. 5) Surameraya majjapamadatthana Veramani Sikkhapadam samadiyami Tekad untuk menghindari mengkonsumsi minuman/zat yang dapat menimbulkan kemabukan. Terlahir sebagai manusia adalah keberuntungan yang sangat besar, karena dengan tubuh manusia ini kita dapat melakukan segala bentuk kebajikan. Para Bodhisattva akan menggunakan tubuh manusia untuk menjadi Buddha. Sebaliknya jika tubuh manusia yang dimiliki dirusak dengan zat-zat yang memabukkan maka tubuh ini justru akan menjadi sumber bencana yang paling dahsyat, bencana bagi diri sendiri sekaligus bencana bagi makhluk lain. Dalam kondisi mabuk manusia tidak akan mampu melakukan kebajikan dan dalam kondisi mabuk justru manusia akan banyak melakukan tindakan yang membuat diri sendiri dan orang lain menderita. Dengan menyadari betapa berharganya tubuh yang sehat dan kesadaran yang baik untuk berkarya dalam kebajikan maka hendaknya kita semua berjuang untuk menghindari mengkonsumsi minuman/zat yang memabukkan. Demikianlah praktik dasar yang menjadi kewajiban bagi umat Buddha yang telah memiliki pengertian benar dan keyakinan yang benar, praktik pelaksanaan sila ini dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari di tengah kehidupan bermasyarakat. Jika setiap umat Buddha mampu dan benar-benar menjadikan ajaran Buddha tentang praktik pancasila Buddhis ini pastilah di mana pun berada tidak akan menimbulkan konflik. Dengan benar-benar menjadikan pancasila Buddhis sebagai landasan hidup bermasyarakat maka umat Buddha dapat berdamai dengan siapa pun, berdamai dengan sesama umat Buddha, berdamai dengan antarumat beragama, berdamai dengan pemerintah, hingga berdamai dengan semua makhluk hidup. Inilah bentuk nyata ajaran Buddha yang dapat menjadi pedoman hidup menuju keharmonisan di tengah kehidupan bermasyarakat yang majemuk dan beragam di Indonesia. 21

12 Kesimpulan 1. Keberagaman dan kemajemukan adalah keniscayaan di Indonesia, umat Buddha mampu menjadi pelopor kehidupan yang harmonis dengan menjadikan ajaran Buddha sebagai pedoman hidup di tengah masyarakat. 2. Dalam menyikapi hal-hal yang dianggap mengganggu, umat Buddha harus bersikap dengan meneladani ajaran Buddha yaitu tidak bereaksi dengan kekerasan tetapi lebih fokus pada introspeksi dan pengendalian diri. 3. Pelaksanaan pancasila Buddhis oleh umat Buddha dalam kehidupan sehari-hari adalah dasar yang akan menjadikan umat Buddha sebagai pelopor kehidupan yang harmonis di tengah keberagaman dan kemajemukan. Saran 1. Umat Buddha hendaknya terus-menerus bersemangat mempelajari ajaran Buddha agar dijadikan sebagai jalan hidup di tengah hidup bermasyarakat. 2. Umat Buddha hendaknya terus-menerus melihat ke dalam diri agar dapat meningkatkan praktik kebajikan di tengah-tengah masyarakat dan tidak terpengaruh oleh tindakan-tindakan yang dianggap mengganggu. 3. Umat Buddha yang telah mengambil Tisarana dan Pancasila Buddhis hendaknya menjadikan praktik pelaksanaan sila sebagai kewajiban yang alami bagi dirinya. Daftar Pustaka Anggawati, L., dan W. Cintiawati (Penerjemah) Khuddakapatha. Klaten: Vihara Bodhivamsa kitab Suci Udana. Yogyakarta: Vihara Vidyaloka Petikan Anguttara Nikaya I. Klaten: Vihara Bodhivamsa, Wisma Dhammaguna. Dhammananda, Sri Keyakinan Umat Buddha. Jakarta: Yayasan Penerbit Karaniya. Maurice Walshe, The Long Discourses of the Buddha. United States of America: Wisdom Publication. Sangharakhsita Jalan Mulia Berunsur Delapan. Jakarta: Yayasan Penerbit Karaniya. Tim Penerjemah Dhammapada. Jakarta: CV. Dewi Kayana Abadi. Tim Penyusun Paritta Suci. Jakarta: Yayasan Dhammadipa Arama. U.p. Sumatijnana (Penerjemah) Penuntun Jalan Hidup Bodhisattva (Bodhicaryavattara). Jakarta. Yayasan Bhumisambhara. 22

Agama Buddha Masa Kini : Antara Harmoni dan Konflik oleh : Putu Finsen Darmayana STABN Sriwijaya

Agama Buddha Masa Kini : Antara Harmoni dan Konflik oleh : Putu Finsen Darmayana STABN Sriwijaya Agama Buddha Masa Kini : Antara Harmoni dan Konflik oleh : Putu Finsen Darmayana STABN Sriwijaya ABSTRAK Tujuan artikel ini adalah untuk melihat uniknya perkembangan agama Buddha yang sangat harmonis dan

Lebih terperinci

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi

Lebih terperinci

DALAM AGAMA BUDDHA AGAMA DIKENAL DENGAN:

DALAM AGAMA BUDDHA AGAMA DIKENAL DENGAN: A. DEFINISI AGAMA 1. Mennurut KBBI : suatu sistem, prinsip kepercayaan kepada tuhan (dewa & sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiba-kewajiban yang bertalian dengan ajaran itu 2. Atau seperangkat

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA. Oleh: Warsito. Abstrak:

STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA. Oleh: Warsito. Abstrak: STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA Oleh: Warsito Abstrak: Perkembangan Dharmaduta di Indonesia telah berkembang pesat sejak masa kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.

Lebih terperinci

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para 1 Ciri-ciri Seorang Sotapanna (The Character of a Stream-enterer) Pada umumnya Tipitaka menjelaskan seorang Sotapanna sehubungan dengan empat faktor. Tiga faktor pertama dari keempat faktor Sotapatti ini

Lebih terperinci

D. ucapan benar E. usaha benar

D. ucapan benar E. usaha benar 1. Keyakinan yang dituntut dalam agama Buddha adalah A. keyakinan tanpa dasar terhadap seluruh ajaran Buddha B. keyakinan yang muncul dari proses pembelajaran, pengalaman, dan perenungan C. keyakinan yang

Lebih terperinci

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas)

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas) 1 Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas) [Anguttara Nikaya 3.65] Demikianlah telah saya dengar. Bhagavan sedang melakukan perjalanan bersama orang-orang Kosala dengan sekumpulan

Lebih terperinci

PELAJARAN 1 UPACARA PEMBERIAN NAMA PANGERAN SIDDHARTA

PELAJARAN 1 UPACARA PEMBERIAN NAMA PANGERAN SIDDHARTA PELAJARAN 1 UPACARA PEMBERIAN NAMA PANGERAN SIDDHARTA 1. Raja Sudhodhana mengundang 108 pertapa/brahmana, diantara 108 pertapa itu ada 8 orang pertapa bijak 2. Salah satu orang bijak adalah Kondanya 3.

Lebih terperinci

Written by Administrator Wednesday, 25 January :43 - Last Updated Saturday, 28 January :28

Written by Administrator Wednesday, 25 January :43 - Last Updated Saturday, 28 January :28 Ven. Ajahn Karuniko (Christopher John Woodfine) dilahirkan pada tahun 1953 dekat wilayah Manchester di Inggris. Beliau adalah lulusan Universitas Sheffield dengan gelar kehormatan di bidang Teknik Elektronika

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Artikel ilmiah Tema Politik dan Agama Buddha MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA

Artikel ilmiah Tema Politik dan Agama Buddha MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA Artikel ilmiah Tema Politik dan Agama Buddha MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA OLEH: SACCA HANDIKA MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA SACCA HANDIKA ABSTRAK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MAHA SANGHA SABHA (PASAMUAN AGUNG) TAHUN 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 02/PA/VII/2002

KEPUTUSAN MAHA SANGHA SABHA (PASAMUAN AGUNG) TAHUN 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 02/PA/VII/2002 KEPUTUSAN Nomor : 02/PA/VII/2002 Tentang: PROGRAM KERJA LIMA TAHUN ( TAHUN 2002 2007 ) NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA Memperhatikan : Musyawarah dan mufakat dalam Mahã Sangha Sabhã (Pesamuan

Lebih terperinci

SĪLA-2. Pariyatti Sāsana hp ; pin!

SĪLA-2. Pariyatti Sāsana  hp ; pin! SĪLA-2 Pariyatti Sāsana www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin! 2965F5FD Murid-buangan (Upāsakacaṇḍāla) Vs Murid-permata (upāsakaratana) Murid buangan atau pengikut-yang-ternoda (upāsakamala) atau pengikut-kelas-bawah

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Waisak Nasional Tahun 2013, Jakarta, 26 Mei 2013 Minggu, 26 Mei 2013

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Waisak Nasional Tahun 2013, Jakarta, 26 Mei 2013 Minggu, 26 Mei 2013 Sambutan Presiden RI pada Perayaan Waisak Nasional Tahun 2013, Jakarta, 26 Mei 2013 Minggu, 26 Mei 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN WAISAK NASIONAL TAHUN 2013, DI JI-EXPO KEMAYORAN,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Bahwasanya kehidupan di dunia ini pada kodratnya diciptakan dalam bentuk yang

BAB IV ANALISIS DATA. Bahwasanya kehidupan di dunia ini pada kodratnya diciptakan dalam bentuk yang 63 BAB IV ANALISIS DATA A. Faktor yang Melahirkan Konflik Berdasarkan pemaparan landasan teoritis tentang konflik antar agama di atas. Bahwasanya kehidupan di dunia ini pada kodratnya diciptakan dalam

Lebih terperinci

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu?

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu? TENTANG SANG BUDDHA 1. Apa arti kata Buddha? Kata Buddha berarti "Yang telah Bangun" atau "Yang telah Sadar", yaitu seseorang yang dengan usahanya sendiri telah mencapai Penerangan Sempurna. 2. Apakah

Lebih terperinci

TANTANGAN AGAMA BUDDHA DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI. Oleh: Eka Liliana. Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra. Abstrak

TANTANGAN AGAMA BUDDHA DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI. Oleh: Eka Liliana. Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra. Abstrak TANTANGAN AGAMA BUDDHA DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI Oleh: Eka Liliana Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra Abstrak Perkembangan zaman membawa banyak perubahan dalam masyarakat. Melalui kemajuan teknologi,

Lebih terperinci

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit.

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit. Willy Yandi Wijaya UCAPAN BENAR Penulis : Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 105 x 148.5 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS 70 gsm Jumlah

Lebih terperinci

Dhamma Inside. Kematian Yang Indah. Orang-orang. Akhir dari Keragu-raguan. Vol September 2015

Dhamma Inside. Kematian Yang Indah. Orang-orang. Akhir dari Keragu-raguan. Vol September 2015 Dhamma Inside Vol. 22 - September 2015 Kematian Yang Indah Akhir dari Keragu-raguan Orang-orang Kematian Yang Indah Oleh : Bhikkhu Santacitto Kematian adalah peristiwa yang tidak dapat dihindari oleh siapapun,

Lebih terperinci

Melihat Dhamma. Kumpulan ceramah. Sri Pannyavaro Mahathera

Melihat Dhamma. Kumpulan ceramah. Sri Pannyavaro Mahathera Melihat Dhamma Kumpulan ceramah Sri Pannyavaro Mahathera MELIHAT DHAMMA Kumpulan ceramah Sri Pannyavaro Mahathera Sampul & Tata Letak : poise design Ukuran Buku Jadi : 130 x 185 mm Kertas Cover : Art Cartoon

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012 Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN TAHUN BARU IMLEK 2563 TINGKAT NASIONAL

Lebih terperinci

E. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti. Satuan Pendidikan : SD

E. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti. Satuan Pendidikan : SD E. Pendidikan Agama Budi Pekerti Satuan Pendidikan : SD Kelas : I (satu) Kompetensi Inti : KI 1 : Menerima menjalankan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

Lebih terperinci

Kasih dan Terima Kasih Kasih dan Terima Kasih

Kasih dan Terima Kasih Kasih dan Terima Kasih Namo tassa bhagavato arahato sammā sambuddhassa. Pada kesempatan yang sangat baik ini saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran pengurus Dhammavihārī Buddhist Studies (DBS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal budaya maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. hal budaya maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia sangatlah beragam dan multikultural baik dalam hal budaya maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya keanekaragaman

Lebih terperinci

MENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK

MENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK MENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK KARAKTER YANG BAIK dan KARAKTER SEPERTI KRISTUS, apa bedanya? Oleh : G.I. Magdalena Pranata Santoso, D.Min. Pendahuluan Meskipun akhir-akhir ini semakin banyak orang tua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari. 1 BAB I A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Dengan tumbuhnya pengetahuan tentang agama-agama lain, menimbulkan sikap saling pengertian dan toleran kepada orang lain dalam hidup sehari-hari, sehingga

Lebih terperinci

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.: Ä Ä Ä TAHUN 2003 TENTANG KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA Semester : 1 (Satu) Aspek : Sila Standar : 1. Mengkonstruksikan pergaulan yang baik dan sikap umat berbagai

Lebih terperinci

Dhamma Inside. Bersikap Ramah. Standar. Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri. Vol Oktober 2015

Dhamma Inside. Bersikap Ramah. Standar. Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri. Vol Oktober 2015 Dhamma Inside Vol. 23 - Oktober 2015 Bersikap Ramah Standar Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri Bersikap Ramah Oleh : Bhikkhu Santacitto Pada umumnya, ramah dipahami sebagai sikap positif yang

Lebih terperinci

Agama Dalam Masyarakat yang Multi Religius Oleh Ven K Sri Dhammananda

Agama Dalam Masyarakat yang Multi Religius Oleh Ven K Sri Dhammananda Agama Dalam Masyarakat yang Multi Religius Oleh Ven K Sri Dhammananda Ajaran dan pesan-pesan yang disampaikan oleh para pendiri agama, yang merupakan pendiri agamaagama di dunia, terutama bertujuan meringankan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SIDANG MAHASANGHASABHA (PERSAMUHAN AGUNG) TAHUN 2007 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 01/PA/VII/2007

KEPUTUSAN SIDANG MAHASANGHASABHA (PERSAMUHAN AGUNG) TAHUN 2007 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 01/PA/VII/2007 Menimbang : Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, Jl. Agung Permai XV/12 Jakarta 14350 Vihara Mendut, Kotak Pos 111, Kota Mungkid 56501 Magelang KEPUTUSAN SIDANG Nomor : 01/PA/VII/2007 TATA TERTIB SIDANG MAHASANGHASABHA

Lebih terperinci

BUTIR BUTIR PANCASILA YANG TERBARU BESERTA CONTOH PENGAMALAN

BUTIR BUTIR PANCASILA YANG TERBARU BESERTA CONTOH PENGAMALAN BUTIR BUTIR PANCASILA YANG TERBARU BESERTA CONTOH PENGAMALAN Butir butir Pancasila yang dahulu ada 36 butir sekarang diubah menjadi 45 butir pancasila. Dan sekarang ini masyarakat banyak yang belum tahu

Lebih terperinci

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit.

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit. Willy Yandi Wijaya UCAPAN BENAR Penulis : Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 105 x 148.5 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS 70 gsm Jumlah

Lebih terperinci

Edisi Pelajaran Kearifan Dari Kasus Ahok

Edisi Pelajaran Kearifan Dari Kasus Ahok Edisi 02-11-2016 Pelajaran Kearifan Dari Kasus Ahok MUHBIB ABDUL WAHAB Dosen Pascasarjana FTIK UIN Syarif Hidayatullah dan UMJ Islam merupakan agama paling toleran dan cinta damai karena visi pembumian

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa dan Tuhan kita Kristus Yesus: Salam

Lebih terperinci

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran book Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran Buddha bisa kita sebar kepada banyak orang. KARMA Ajaran

Lebih terperinci

KONSEP NAFSU DALAM AGAMA ISLAM DAN BUDDHA

KONSEP NAFSU DALAM AGAMA ISLAM DAN BUDDHA No. 459/PAG-U/SU-S1/2014 KONSEP NAFSU DALAM AGAMA ISLAM DAN BUDDHA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Ushuluddin OLEH : AMIRUL FAHMI

Lebih terperinci

ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA

ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA A. Abstrak Negara Indonesia kian terancam karena efek pemikiran ideologi orang luar yang ditelan mentah-mentah tanpa adanya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseharian. Batas-batas teritorial sebuah negara seakan-akan tidak ada lagi. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. keseharian. Batas-batas teritorial sebuah negara seakan-akan tidak ada lagi. Setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gelombang globalisasi kini menjadi fenomena dan realitas kehidupan keseharian. Batas-batas teritorial sebuah negara seakan-akan tidak ada lagi. Setiap hari

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd acara Buka Bersama di Kediaman Ketua DPD RI, tgl.24 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 24 Juli 2013

Sambutan Presiden RI pd acara Buka Bersama di Kediaman Ketua DPD RI, tgl.24 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 24 Juli 2013 Sambutan Presiden RI pd acara Buka Bersama di Kediaman Ketua DPD RI, tgl.24 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 24 Juli 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA BUKA PUASA BERSAMA DI KEDIAMAN KETUA DPD RI

Lebih terperinci

Bartima Oktavia Bahar Nim: E

Bartima Oktavia Bahar Nim: E Tugas : 45 BUTIR-BUTIR PANCASILA Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mata kuliah Pendidikan Pancasila Semester Genap Disusun Oleh : Bartima Oktavia Bahar Nim: E51116302 Departemen Antropologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Salah satu kebebasan yang paling utama dimiliki tiap manusia adalah kebebasan beragama. Melalui agama, manusia mengerti arti dan tujuan hidup yang sebenarnya. Agama

Lebih terperinci

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan Sumber: ibnulkhattab.blogspot.com Gambar 4.3 Masyarakat yang sedang Melakukan Kegiatan Musyawarah untuk Menentukan Suatu Peraturan. 2. Macam-Macam Norma a. Norma Kesusilaan Ketika seseorang akan berbohong,

Lebih terperinci

28. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD

28. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD 28. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia secara umum adalah masyarakat yang plural atau beraneka ragam baik warna kulit, suku, bahasa, kebudayaan dan agama. Dari komposisi masyarakat yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN METTA DAN KHANTI DENGAN UPAYA MENGATASI STRES PADA ANAK ASUH LEMBAGA BEASISWA DHARMA PEMBANGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN METTA DAN KHANTI DENGAN UPAYA MENGATASI STRES PADA ANAK ASUH LEMBAGA BEASISWA DHARMA PEMBANGUNAN JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN METTA DAN KHANTI DENGAN UPAYA MENGATASI STRES PADA ANAK ASUH LEMBAGA BEASISWA DHARMA PEMBANGUNAN JAKARTA Yogi Nopriyanto gigii_riyanto@yahoo.co.id Pendahuluan Manusia merupakan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaan yang tinggi.

Bab 5. Ringkasan. Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaan yang tinggi. Bab 5 Ringkasan Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaan yang tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju tetapi masyarakatnya tetap berpegang teguh pada tradisi budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara multikultural yang masyarakatnya memiliki beragam suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Keberagaman tersebut dapat memunculkan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Kemajemukan dari Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa dan agama.

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan dimana kesemuanya itu merupakan anugrah dari Tuhan yang maha

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA - 1266 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

C. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Agama, Suku, Ras, Budaya, dan Gender

C. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Agama, Suku, Ras, Budaya, dan Gender C. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Agama, Suku, Ras, Budaya, dan Gender Semua manusia pada dasarnya sama. Membeda-bedakan perlakuan terhadap sesama manusia karena warna kulit atau bentuk fisik lainnya

Lebih terperinci

Manfaatkan Waktu. Semaksimal Mungkin

Manfaatkan Waktu. Semaksimal Mungkin Manfaatkan Waktu Semaksimal Mungkin Oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Pernahkah anda merenungkan seberapa baik anda memanfaatkan waktu yang anda miliki? Dapat dipastikan jawabannya adalah TIDAK. Sebagian

Lebih terperinci

#### Selamat Mengerjakan ####

#### Selamat Mengerjakan #### Apakah Anda Mahasiswa Fak. Psikolgi Unika? Ya / Bukan (Lingkari Salah Satu) Apakah Anda tinggal di rumah kos / kontrak? Ya / Tidak (Lingkari Salah Satu) Apakah saat ini Anda memiliki pacar? Ya / Tidak

Lebih terperinci

E. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti

E. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti E. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Satuan Pendidikan : SMP Kelas : VII (tujuh) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku

Lebih terperinci

Langkah untuk Damai & Tenang

Langkah untuk Damai & Tenang Langkah untuk Damai & Tenang Langkah untuk Damai & Tenang - Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan; - Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan; - Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan; - Jangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perjalanan hidup manusia tidak terlepas tanpa bimbingan agama. Agama merupakan sumber moral, petunjuk kebenaran dan sebagai pembimbing rohani manusia. Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Hari Raya Nyepi tahun Baru Saka 1935, Jakarta, 7 April 2013 Minggu, 07 April 2013

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Hari Raya Nyepi tahun Baru Saka 1935, Jakarta, 7 April 2013 Minggu, 07 April 2013 Sambutan Presiden RI pada Perayaan Hari Raya Nyepi tahun Baru Saka 1935, Jakarta, 7 April 2013 Minggu, 07 April 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN DHARMA SHANTI NASIONAL HARI RAYA

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dari pembahasan hasil penelitian pada BAB IV peneliti dapat merumuskan kesimpulan dan rekomendasi untuk berbagai pihak. A. Simpulan 1. Simpulan Umum Masyarakat Dusun Kalibago merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia memiliki lima agama yang diakui oleh negara Indonesia, salah satunya adalah agama Buddha. Agama Buddha memiliki tempat ibadah yang disebut dengan vihara

Lebih terperinci

oleh Tog-me Zong-po (Thogs.med bzang.po, )

oleh Tog-me Zong-po (Thogs.med bzang.po, ) Namo Lokesvaraya Tiga Puluh Tujuh Cara Hidup Seorang Bodhisattva: Ringkasan tentang Sepak terjang Bodhisattva (The 37 Practices of a Bodhisattva: A Summary of How an Awakening Being Behaves) oleh Tog-me

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan tahun Baru Imlek Nasional 2564, Jakarta, 19 Februari 2013 Selasa, 19 Pebruari 2013

Sambutan Presiden RI pada Perayaan tahun Baru Imlek Nasional 2564, Jakarta, 19 Februari 2013 Selasa, 19 Pebruari 2013 Sambutan Presiden RI pada Perayaan tahun Baru Imlek Nasional 2564, Jakarta, 19 Februari 2013 Selasa, 19 Pebruari 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN TAHUN BARU IMLEK NASIONAL 2564 MAJELIS

Lebih terperinci

KERUKUNAN BERAGAMA DI DALAM MASYARAKAT

KERUKUNAN BERAGAMA DI DALAM MASYARAKAT KERUKUNAN BERAGAMA DI DALAM MASYARAKAT DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA DISUSUN OLEH : NAMA : FENDI PRABOWO N I M : 11.11.4682 KELOMPOK : C JURUSAN : S1.TI.01 DOSEN :

Lebih terperinci

Dharmayatra tempat suci Buddha

Dharmayatra tempat suci Buddha Dharmayatra tempat suci Buddha 1. Pengertian Dharmayatra Dharmayatra terdiri dari dua kata, yaitu : dhamma dan yatra. Dharmma (Pali) atau Dharma (Sanskerta) artinya kesunyataan, benar, kebenaran, hukum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran orang tua dalam mendidik anak sangat penting. Sebagai orang yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Peran orang tua dalam mendidik anak sangat penting. Sebagai orang yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran orang tua dalam mendidik anak sangat penting. Sebagai orang yang paling dekat dengan anak, tentu orang tua lebih mengerti bagaimana karakteristik dan watak seorang

Lebih terperinci

Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih)

Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih) Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih) oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Dari ceramah Dhamma Chanmyay Sayadaw pada retret meditasi vipassanā tanggal 2-3 Jan.2009 di Pusat Meditasi YASATI, Bacom, Cianjur,

Lebih terperinci

Kaum Muslim Myanmar merupakan 4 persen total populasi 60 juta, menurut sensus pemerintah.

Kaum Muslim Myanmar merupakan 4 persen total populasi 60 juta, menurut sensus pemerintah. Biksu Buddha Saydaw Wirathu, yang dikenal sebagai bin Laden dari Myanmar, telah menyerukan untuk memboikot secara nasional bisnis kaum Muslim di Myanmar Belum kering air mata warga Rohingya yang dianiaya

Lebih terperinci

SUTRA 42 BAGIAN. B. Nyanabhadra

SUTRA 42 BAGIAN. B. Nyanabhadra SUTRA 42 BAGIAN [ ] B. Nyanabhadra RAJA MING DINASTI HAN Tahun 28-75 Mimpi tentang makhluk memancarkan cahaya kuning KASYAPA MATANGA & DHARMARATNA Tahun 67 dari India ke Luoyang Menerjemahkan Sutra 42

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari tahun ke tahun dan telah banyak diketahui oleh masyarakat. Itu semua tak lepas dari peran

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

PANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Nama : Oni Yuwantoro N I M : Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM

PANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Nama : Oni Yuwantoro N I M : Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM PANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Oni Yuwantoro N I M : 11.02.7952 Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Tesalonika 1:1 1 1 Tesalonika 1:6 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa

Lebih terperinci

Parābhava (2) Khotbah tentang Keruntuhan

Parābhava (2) Khotbah tentang Keruntuhan Dhammavihārī Buddhist Studies DHAMMAVIHARI B U D D H I S T S T U D I E S www.dhammavihari.or.id Parābhava (2) Khotbah tentang Keruntuhan Parābhava Sutta (Khotbah tentang Keruntuhan) Sn 1.6; KN 5.6 Demikianlah

Lebih terperinci

Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama

Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama Khutbah Pertama:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNADAKSA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNADAKSA - 1389 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNADAKSA KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA Dosen : Drs.Tahajudin Sudibyo N a m a : Argha Kristianto N I M : 11.11.4801 Kelompok : C Program Studi dan Jurusan : S1 TI SEKOLAH TINGGI TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

HIJABMU ITU SEKEDAR PENUTUP KEPALA

HIJABMU ITU SEKEDAR PENUTUP KEPALA ANALISA: HIJABMU ITU SEKEDAR PENUTUP KEPALA ATAU MENJALANKAN PERINTAH ALLAH? Erika Ebener / 7 hours ago in Spiritual / 0 view / 6 min read / 147 trend #trending Dari sejak saya menulis artikel tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama merupakan ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Konsep toleransi seperti yang dapat disimpulkan dalam film ini sangatlah

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Konsep toleransi seperti yang dapat disimpulkan dalam film ini sangatlah BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Konsep toleransi seperti yang dapat disimpulkan dalam film ini sangatlah banyak dan sarat akan pesan moral yang dapat dijadikan sebagai pelajaran untuk para penonton film ini.

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN PESTA KESENIAN BALI KE-35 DI ART CENTRE, ARDHA

Lebih terperinci

22. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

22. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 22. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama adalah penghubung antara manusia dengan Tuhan. Setiap manusia berhak menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1945

Lebih terperinci

Pentingnya Toleransi Beragama dalam Menjaga Ketahanan dan Persatuan Bangsa 1. Prof. Dr. Musdah Mulia 2

Pentingnya Toleransi Beragama dalam Menjaga Ketahanan dan Persatuan Bangsa 1. Prof. Dr. Musdah Mulia 2 Pentingnya Toleransi Beragama dalam Menjaga Ketahanan dan Persatuan Bangsa 1 Prof. Dr. Musdah Mulia 2 Pendahuluan Wacana mengenai pentingnya toleransi beragama dan berkeyakinan dengan segala persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis merupakan negara yang kaya dibandingkan dengan negara yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan

Lebih terperinci

Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions

Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions Delegasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Parliamentary Event on Interfaith Dialog 21-24 November 2012, Nusa Dua, Bali Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara universal (tanpa dipandang suku, etnis, stratifikasi sosial maupun agamanya) merupakan salah satu makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi

Lebih terperinci

PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QURAN TINGKAT NASIONAL XXII, 17 JUNI 2008, DI SERANG, PROPINSI BANTEN Selasa, 17 Juni 2008

PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QURAN TINGKAT NASIONAL XXII, 17 JUNI 2008, DI SERANG, PROPINSI BANTEN Selasa, 17 Juni 2008 PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QURAN TINGKAT NASIONAL XXII, 17 JUNI 2008, DI SERANG, PROPINSI BANTEN Selasa, 17 Juni 2008 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QURAN

Lebih terperinci

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur.

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur. book Bakti Kepada Bakti Kepada Orangtua merupakan paduan ajaran klasik Buddha yang inspiratif dengan tampilan modern yang atraktif, sehingga merupakan sarana efektif untuk: membelajarkan sifat luhur sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pergilah, bekerjalah untuk keselamatan orang banyak, untuk kebahagiaan orang banyak, karena belas kasihan pada dunia, untuk kesejahteraan, untuk keselamatan,

Lebih terperinci

Vihara terbuka untuk bhikkhu dan bhikkhuni (maechee atau anagarini), dan juga umat awam pria dan umat awam wanita.

Vihara terbuka untuk bhikkhu dan bhikkhuni (maechee atau anagarini), dan juga umat awam pria dan umat awam wanita. Vihara Perkenalan Vihara Buddha Gotama adalah sebuah Vihara kehutanan seluas 6 hektar yang didirikan pada tahun 1998 dengan tujuan utama mempelajari, memberikan pengajaran dan mempraktekkan khotbah-khotbah

Lebih terperinci

Freeing Problems in Life with Metta Ajahn Brahm Dhamma Talk 30 Jan 2009 SELAMAT!!!!!!!

Freeing Problems in Life with Metta Ajahn Brahm Dhamma Talk 30 Jan 2009 SELAMAT!!!!!!! Freeing Problems in Life with Metta Ajahn Brahm Dhamma Talk 30 Jan 2009 SELAMAT!!!!!!! Anda telah mendapatkan hak penuh untuk membagikan E book Dhamma yang indah pada awalnya, indah pada pertengahannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melainkan kebutuhan untuk meredakan ketegangan konflik dari salah satu pihak.

BAB I PENDAHULUAN. melainkan kebutuhan untuk meredakan ketegangan konflik dari salah satu pihak. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konflik merupakan suatu bentuk pertentangan alamiah yang dihasilkan oleh individu atau kelompok etnik, baik intraetnik maupun antaretnik, yang memiliki perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan ibu berperan sebagai orangtua bagi anak-anaknya. Namun, dalam kehidupan nyata sering dijumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama memiliki pengaruh besar terhadap tindakan dan prilaku manusia yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan aturan-aturan dan ideologi

Lebih terperinci