Agama Buddha dan Kehidupan Sosial (Konsep dasar pola pikir Buddhis berdasarkan Sutta)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Agama Buddha dan Kehidupan Sosial (Konsep dasar pola pikir Buddhis berdasarkan Sutta)"

Transkripsi

1 Agama Buddha dan Kehidupan Sosial ) A. Filsafat dan ciri-ciri Filsafat Buddhis. 1. Panna bersifat menembus hakikat kenyataan (Dhamma) dan langsung dihasilkan dari samadhi. Barang siapa bersamadhi, ia akan mengetahui hakikat kenyataan (Buddhagosa, Kitab Visudhi Magga: hal.370). 2. Barang siapa terlatih dalam Sila, medhitasinya akan berkembang; barang siapa terlatih dalam kebijakan, batinnya akan terlepas dari kekotoran (Digha Nikaya II: hal.94,123). 3. Sang Tathagata memutar roda Dhamma yang tiada taranya;. Sang Tathagata berpegang, menghormati, menghargai pengikutnya, mengajarkan: ikutilah cara hidup begini (Angutara Nikaya III: hal.150). 4. Aku tidak akan pergi sebelum agama-ku yang murni ini berhasil, berkembang meluas dan merakyat dalam segala seginya dan agama ini terbabar dengan baik diantara manusia. (Digha Nikaya II: hal. 106,113). 5. Demi untuk kebaikan dan kebahagiaan orang banyak, demi kasih sayang terhadap dunia, demi kebaikan dan kebahagiaan para dawa dan manusia. (Digha Nikaya III: hal,127). B. Egoisme-Altuisme berdasarkan Penerangan. 1. Tiga tahap perkembangan masyarakat Buddhis: (Gokhale, Indian Historical Quartely, xxxiii: hal.142) a. Tahap Isolasi: di mana seseorang meninggalkan kehidupan rumah tangga, mengasingkan diri dengan tujuan untuk melatih diri dalam kehidupan spiritual, untuk mencapai pembebasan yang tertinggi (Nibbana). Idealnya tertuang dalam ungkapan Sang Buddha: Selagi kehidupan rumah tangga merupakan tekanan, kehidupan pertapa bagaikan menghirup udara bebas. (Angurtara Nikaya II: hal.208 & Majjhima Nikaya I: hal. 344). b. Tahap bergaul: dimana terbentuk Sangha, yang berhubungan dangan masyarakat awam. Menurut Gokhale: Penolakan Sang Buddha terhadap lima

2 usul devadatta didasarkan bahwa usul-usul itu akan menyebabkan Sangha terpencil dari masalah duniawi. Usul-usul itu adalah agar para Bhikkhu: 1. Tinggal di dalam hutan 2. Makan makanan dari pemberian saja 3. Mengenakan pakaian dari kain-kain bekas 4. Berteduh dibawah pepohonan 5. Tidak boleh makan daging dan ikan Ini menunjukkan hubungan yang erat antara cita-cita spiritual dan citacita social Sang Buddha terhadap masyrakat awam yang luas, sebagaimana tercermin dalam ungkapan: Baik perumah tangga maupun mereka yang tidak berumah tangga, keduanya bergatung satu sama lain, bersama-sama mencapai Dhamma yang sejati, keadaan batin yang tentram kebahagiaan yang di dambakan. (Itivuttaka. Hal.111). c. Tahap transformasi: di mana agama Buddha, sebagai kekuatan spiritual dan social, menggartikan norma-norma dan hukum-hukum tingkah laku social tertentu, sesuai dengan etika sosialnya. 2. orang yang memperhatikan kepentingan orang lain disamping kepentingannya sendiri adalah yang terbaik. (Anguttara Nikaya II: hal. 92 & Digha Nikaya III: hal.233). 3. Tidak mungkin seorang yang terperosok dalam lumpur dapat menarik orang lain keluar dari lumpur. Hanya seorang yang terbebas dari lumpur yang dapat menolong orang lain di dalam lumpur. (Majjhima Nikaya I: Hal.45). C. Etika social Buddhis 1. Metafisika seringkali berkaitan dengan masalah-masalah yang tidak bermanfaat atau yang sia-sia secara pragmatis. (Wittgenstein, Tractatus Logicophilisiphicus, hal.131). Bagaimana kita melayani yang Ilahi sebelum kita tahu bagaimana melayani manusia? (Confusius) 2. Ketika ditanya oleh brahmana Potthapada, mengapa Beliau tidak mengemukakan pandangan Beliau mengenai kesepuluh masalah metafisika, yaitu: apakah alam ini kekal atau tidak; apakah jiwa ini ada atau tidak dan sebagainya) Sang Buddha

3 menjawab: Masalah-masalah seperti itu tidak bermanfaat, tidak bersangkutan dengan Dhamma, tidak menghasilkan kehidupan susila ataupun pelepasan atau pengetahuan sejati atau Nibbana. (Digha Nikaya I: hal. 188). D. Kebudayaan Buddhis 1. dalam kitab-kitab Pali, istilah yang dapat diartikan sebagai budaya, dalam arti mental, moral an spiritual adalah bhavana, yang berasal dari akar kata bhava, berarti: pembinaan, pengembangan dan pencapaian. Budaya pembinaan ini sering kali dibagi dalam tiga cabang pembinaan, yaitiu: pembinaan jasmani (kaya bhavana), pembinaan batin (citta bhavana), dan pembinaan kebijaksanaan (panna bhavana). Pembinaan ini membentuk sikap mental masyarakat buddhis. 2. Kebudayaan India mempunyai ciri berbeda budaya barat antara lain: a. kebudayaan India tetap hidup sampai sakarang b. ciri pokok kebudayaan India kuno adalah perikemanusiaan c. penduduknya menikmati secara utuh, baik segi dunia maupun segi spiritual 3. Sumber-sumber keagamaan dan filsafat India dapat digolongkan kedalam golongan besar: a. Tradisi Veda ( tradisi brahmana) b. Tradisi non Veda ( tradisi pertapa) 4. Di dalam Brahmajala Sutta, Sang Buddha menjelaskan berbagai teori filsafat yang dianut oleh banyak Samana dan Brahmana, semua berjumlah 62 buah pandangan. dan semua pandangan ini terperangkap dalam 62 teori tersebut; mereka dapat melompat kesana kemari, tetapi tetap masuk dan terperangkap didalamnya. (Digha Nikaya I: hal. 45). 5. Brahmana Sonadanda (Sonadanda Sutta) bercerita tentang Sang Buddha sebagai berikut: Sesungguhnya pertapa Gotama mengajarkan tentang hukum Kamma (kammavadi) dan hukum perbuatan (kriyavadi) Beliau mengutamakan kebenaran dalam seruannya kepada para brahmana beliau dihormati, dihargai, dipuji oleh para pengikutnya, sebagai pemimpin Sangha, sebagai pendiri ajaran, apabila sementara samana dan brahmana mencari ketenaran dengan berbagai cara

4 yang rendah, tidak demikian dengan pertapa gotama: kesempurnaanya berasal dari kemayuran sila kebijakannya. (Digha Nikaya I: hal. 115). E. Peranan Kebudayaan Buddhis Kebudayaan Buddhis dari ajaran dan teladan hidup Sang Buddha (sejak penerangan sempurna). Dalam menanamkan kebudayaan Buddhis, adapun cara-cara yang ditempuh, al: 1. cara Revolusi (perombakan menyeluruh). - Perombakan dibidang Filsafat yaitu ajaran Beliau tentang Anatta (tanpa aku yang kekal). Tidak mengakui adanya inti yang abadi dan bersifat pribadi atau atta, baik dalam diri manusia maupun dialam semesta. - Penolakan Beliau terhadap upacara-upacara korban yang menggunakan binatang (mahluk hidup) sebagai korbannya. - Penolakan Sang Buddha tentang system kasta yang berlaku di India pada saat itu. Bukan karena keturunan seseorang menjadi brahmana tau bukan brahmana, melainkan karena perbuatannyalah seseorang menjadi brahmana atau bukan brahmana (Sutta Nipata, hal. 115). 2. cara Reinterpretasi (penafsiran kembali). - Cara ini adalah merubah konsep berpikir, contohnya ketika Sang Buddha memberi makna baru pada kebiasaan mandi berendam di sungai-sungai yang dianggap suci ntuk membersihkan diri dari segala noda dan dosa (perbuatan buruk). Sang Buddha bersabda, sungai itu tidak dapat mensucikan orang yang berbuat jahat berendamlah dalam sila, dan buatlah semua mahluk merasa aman, yaitu dengan jalan tidak berkata bohong, tidak menyakiti mahluk hidup dan sebagainya (Majjhima Nikaya I, hal,39). 3. cara Rekonstruksi (pembangunan kembali) - Cara ini berkaitan dengan peletakan dasar inti ajaran beliau yaitu tentang Empat Kebenaran Mulia yang didalamnya terkandung jalan tengah - Peran Sang Buddha adalah sebagai penemu yang telah menempuh sendiri jalan tengah dan penunjuk jalan bagai para siswanya.

5 - Corak pokok jalan ini adalah suatu cara latihan yang benar dalam seluruh kehidupan penganutnya. baik para Bhikkhu atau umat awam,baik para perumah tangga dan para peratapa kuanjurkan cara yang benar, yaitu jalan mulia berunsur delapan (Samyutta Nikaya II, hal.19). - Mengapa disebut jalan tengah? Karena menghindari cara hidup ekstrim, yaitu: a. cara hidup memuja dan melampiaskan hawa nafsu (konsep nihilisme) yang diwakili oleh kaum Materialis b. cara hidup menyakiti diri sendiri dengan menjalankan berbagai latihan pertapaan yang keras. - Cara jalan tengah berarti mengikuti cara hidup moderat/seimbang. Seperti yang disampaikan Sang Buddha kepada rahib Sona Kolivisa, seperti sebuah sitar (semacam kecapi) yang senarnya tidak terlalu kencang/terlalu kendor demikian pula Sona, tenaga (viriya) yan terlalu lamah akan mengakibatkan kemalasan. Oleh karena itu gunakanlah viriya secukupnya, dan gunakanlah panca inderamu secukupnya, dan disitu selamilah makna sesungguhnya. (Vinaya I, hal. 182 dst). - Manfaat Sila (ketika ditanya Y.A. Ananda mengenai manfaat Sila). Sila menghasilkan kebebasan dari penyesalan; kebebasan ini membawa sukacita kegiuran ketenangan kebahagiaan pemusatan batin melihat dan mengetahui hal-hal menurut apa adanya penolakan dan surutnya minat (kepada hal-hal duniawi) pembebasan sebagai tujuan akhir (Anguttara Nikaya V, hal.2 dst). - Berkenaan dengan manfaat materi, Sang Buddha bersabda: tetapi seseorang yang mengumpulkan kekayaan, dengan cara-cara yang sah dan tanpa kekerasan; dan dengan berbuat demikian memperolah kenikmatan dan sukacita; dan ia membaginya dengan orang lain serta melakukan perbuatanperbuatan baik; dan menggunakannya tanpa keserakahan dan kehausan, tanpa melakukan pelanggaran-pelanggaran, menyadari bahaya dalam penyalahgunaannya dan sadar akan yujuan hidup yang tertinggi, maka ia patut dipuji dan tak tercela dalam keempat segi ini. (Samyutta Nikaya IV, hal.331).

6 F. Humanisme (perikemanusiaan) - Humanisme mengakui dan meletakkan harkat manusiawi pada kedudukan yang tertinggi, dan membuat manusia sebagai ukuran terkhir dengan mengambil fitrah manusia dan kepentingan manusia sebagai perhatian pokoknya. Menurut humanisme manusia adalah pembuat dunianya sendiri berdasarkan kemampuannya sendiri. - Sang Buddha berkata Jika seseorang menghargai hidupnya sendiri, ia harus menjaganya baik-baik dan hidup secara lurus. Dan oleh karenanya tidak ada yang lebih berharga bagi manusia daripada hidupnya sendiri, maka iapun harus menghargai dan menghormati hidup orang lain seperti hidupnya sendiri. (Samyutta Nikaya I, hal. 75). - untuk bergaul dan bersahabat dengan apa yang benar dan baik engkau sendirilah yang harus tekun menjalankan kebaikan. (Samyutta Nikaya I, hal. 89). - Ajaran yang sangat humanisme juga di sabdakan Sang Buddha: tidak berbuat jahat, perbanyaklah berbuat baik, dan sucikan hati dan pikiran. Itulah ajaran para Buddha (Dhammapada, ayat 183). - Schiller mengatakan, semua kebenaran sejati harus terbukti menguntungkan dan bermanfaat Ia harus diterapkan terhadap masalah tertentu dalam kehidupan nyata, dimana kegunaannya diuji dan dibuktikan. ( Studies on Humanism, 1912, hal.8). - Agama dan humanisme memiliki hubungan erat, tapi pada prakteknya agama meninggalkan humanisme. Sebabnya adalah: a. adanya doktrin yang tidak seimbang antara humanisme dan teologi b. agama sering dipakai sebagai alat pembenaran bagi insting kelompok dalam melawan kelompok lainnya. G. Sikap Sang Buddha Tehadap Kepentingan dan Kesejahteraan Manusia - hal-hal yang selalu dihindari Sang Buddha dalam setiap Kotbahnya: a. hal-hal yang diketahui tidak benar, tak berdasar, tak bermanfaat, tak men yenangkan dan tak nyaman didengar;

7 b. hal-hal yang diketahuinya benar, berdasar, tetapi tidak bermanfaat tak menyenangkan dan nyaman didengar; c. hal-hal yang diketahui tak benar, tak berdasar, tak bermanfaat, sekalipun menyenangkandan nyaman didengar. - hal-hal yang selalu dikatakan Sang Buddha dalam setiap Kotbahnya: a. hal-hal yang diketahuinya benar, berdasar, bermanfaat, sekalipun tak menyenangkan dan tak nyaman didengar; b. hal-hal yang diketahui benar, berdasar bermanfaat, menyenangkan dan nyaman didengar. (Majjhima Nikaya I hal. 395). - Dalam menanamkan ajarannya Sang Buddha selalu mengutamakan yang bermanfaat; Para Bhikkhu, jauh lebih banyak hal-hal yang kuketahui dan tidak kuajarkan pada kalian. Hanya sedikit yang kuajarkan pada kalian. Mengapa? Oleh karena hal-hal itu tidak bermanfaat, tidak mendorong pada kehidupan suci, penolakan (hal-hal duniawi), pelepasan diri, penakhiran (nafsu keinginan), ketenangan, pengetahuan yang luhur, penerangan dan pembebasan. (Samyutta Nikaya V, hal.438). - Sang Buddha sangat menghormati martabat manusia dan kehendak bebasnya untuk menentukan pilihannya sendiri dengan pengertian yang benar, seperti yang dikotbahkan dalama Kalama Sutta: Dengarkan kaum kalama, janganlah hanyut terbawa oleh ucapan orang atau tradisi atau desas-desus atau oleh otoritas kitab suci, oleh penalaran, logika, atau penelitian alasan-alasan ; atau setelah merenungkan dan menerima teori-teori tertentu; atau oleh bentuknya yang berkenan dihati; atau oleh pertimbangan: pertapa itu guruku tetapi, kaum kalama, apabila kaian mengetahui sendiri bahwa hal-hal ini patut dicela oleh para bijaksana, dan bila dilakukan akan berakibat kerugian dan penderitaan, maka tolaklah hal-hal itu sebaliknya, apabila kalian sendiri mengetahui bahwa hal-hal ini tisak tercela dan patut dipuji oleh para bijaksana, dan bila dilakukan akan menghasilakan kesejahteraan dan kebahagiaan, maka lakukanlah dan binalah halhal itu. (Kalama Sutta, Digha Nikaya I, hal.190).

8 H. Mengutamakan Kemauan, daya upaya dan martabat manusia. - Konsep etika Buddhis, yaitu: a) etika yang bersangkut paut dengan penghidaran kejahatan, peningkatan kebaikan dan pensucian batin, hal mana akan membuat kehidupan manusia lebih baik dan lebih bahagia. b) Terdapat tujuan terakhir dan jalan untuk mencapainya - Pada perkembangannya nilai-nilai Buddhisme berhadapan dengan doktrin brahmanisme dan materialisme. Doktrin brahmanisme yang dikenal dengan nama issaranimmanavada tercermin dalam Sutta sebagai berikut, Dialah Maha Brahma, yang tertinggi, Maha kuasa, maha tau, penguasa, yang dipertuan, pengubah, pencipta bapa dari segala yang ada dan yang akan ada. Semua mahluk adalah ciuptaanya dan menurut kehendaknyalah terjadinya segala mahluk. (Digha Nikaya I, hal.18). - apapun kebahagian dan penderitaan. yang dialami manusia, semua itu disebabkan karena ciptaan manusia. (Anguttara Nikaya I, hal. 173). - Konsep doktrin materialisme: a) Manusia hanya terdiri dari unsur-unsur almiah, dan jika mati manusia terurai dalam unsur-unsurnya dan kembali kealam. b) Tidak ada akibat-akibat moral dari perbuatan manusia - Doktrin materialisme juga disebut fatalisme (Samsarasuddhivada) - Konsep Fatalisme/samsarasuddhivada, yaitu: memandang manusia secara otomatis disucikan melalui kelahiran berulang-ulang. Ajaran tanpa sebab (Ahetukavada), ajaran tanpa tindakan (Akiriyavada). Tidak ada penyebab atau kondisi bagi tindakan manusia yang saleh/baik atau jahat. Pada hakikatnya manusia tidak memiliki perbuatan, kemampuan, tenaga, usaha, kekuatan dan daya upaya pribadi.

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi

Lebih terperinci

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para 1 Ciri-ciri Seorang Sotapanna (The Character of a Stream-enterer) Pada umumnya Tipitaka menjelaskan seorang Sotapanna sehubungan dengan empat faktor. Tiga faktor pertama dari keempat faktor Sotapatti ini

Lebih terperinci

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas)

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas) 1 Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas) [Anguttara Nikaya 3.65] Demikianlah telah saya dengar. Bhagavan sedang melakukan perjalanan bersama orang-orang Kosala dengan sekumpulan

Lebih terperinci

Mengapa berdana? Pariyatti Sāsana hp ; pin. Friday, April 12, 13

Mengapa berdana? Pariyatti Sāsana  hp ; pin. Friday, April 12, 13 Dāna-3 Mengapa berdana? Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD 1 Pandangan Tentang Dāna Kaum materialis: Dāna tidak ada buah karena tidak ada kehidupan setelah ini. Kaum Theis:

Lebih terperinci

Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75]

Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75] 1 Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75] Magandiya, seandainya ada seorang penderita kusta yang dipenuhi luka- luka dan infeksi, dimakan oleh cacing, menggaruk

Lebih terperinci

D. ucapan benar E. usaha benar

D. ucapan benar E. usaha benar 1. Keyakinan yang dituntut dalam agama Buddha adalah A. keyakinan tanpa dasar terhadap seluruh ajaran Buddha B. keyakinan yang muncul dari proses pembelajaran, pengalaman, dan perenungan C. keyakinan yang

Lebih terperinci

Sutta Maha Kammavibhanga: Penjelasan Mendetail Tentang Kamma (Maha Kammavibhanga Sutta: The Great Exposition of Kamma) Majjhima Nikaya 136

Sutta Maha Kammavibhanga: Penjelasan Mendetail Tentang Kamma (Maha Kammavibhanga Sutta: The Great Exposition of Kamma) Majjhima Nikaya 136 1 Sutta Maha Kammavibhanga: Penjelasan Mendetail Tentang Kamma (Maha Kammavibhanga Sutta: The Great Exposition of Kamma) Majjhima Nikaya 136 1. Demikianlah telah saya dengar. Pada suatu waktu, Bhagavan

Lebih terperinci

Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta)

Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta) 1 Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta) Demikianlah telah saya dengar. Suatu ketika Bhagavan sedang berada di Kalantakanivapa, Hutan Bambu, di Rajagaha. Kemudian Samana Vacchagotta

Lebih terperinci

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur.

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur. book Bakti Kepada Bakti Kepada Orangtua merupakan paduan ajaran klasik Buddha yang inspiratif dengan tampilan modern yang atraktif, sehingga merupakan sarana efektif untuk: membelajarkan sifat luhur sejak

Lebih terperinci

Permintaan Untuk Membabarkan Dhamma. Pariyatti Sāsana Yunior 2 hp ; pin

Permintaan Untuk Membabarkan Dhamma. Pariyatti Sāsana Yunior 2  hp ; pin Permintaan Untuk Membabarkan Dhamma Pariyatti Sāsana Yunior 2 www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Aspirasi Superior (Abhinīhāra) Setelah Aku menyeberang lautan saṃsāra d e n g a n u s a h a

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya

Lebih terperinci

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu?

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu? TENTANG SANG BUDDHA 1. Apa arti kata Buddha? Kata Buddha berarti "Yang telah Bangun" atau "Yang telah Sadar", yaitu seseorang yang dengan usahanya sendiri telah mencapai Penerangan Sempurna. 2. Apakah

Lebih terperinci

DALAM AGAMA BUDDHA AGAMA DIKENAL DENGAN:

DALAM AGAMA BUDDHA AGAMA DIKENAL DENGAN: A. DEFINISI AGAMA 1. Mennurut KBBI : suatu sistem, prinsip kepercayaan kepada tuhan (dewa & sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiba-kewajiban yang bertalian dengan ajaran itu 2. Atau seperangkat

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017 LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017 Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hari, Tanggal : Rabu 8 Maret 2017 Kelas/Semester : XI/IV Alokasi Waktu : 120 menit Guru

Lebih terperinci

PERTAPA GOTAMA MEMILIH JALAN TENGAH & ARIYASĀVAKA TANPA JHĀNA. Pariyatti Sāsana Yunior 2 hp ; pin!

PERTAPA GOTAMA MEMILIH JALAN TENGAH & ARIYASĀVAKA TANPA JHĀNA. Pariyatti Sāsana Yunior 2  hp ; pin! PERTAPA GOTAMA MEMILIH JALAN TENGAH & ARIYASĀVAKA TANPA JHĀNA Pariyatti Sāsana Yunior 2 www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin! 2965F5FD JALAN TENGAH PERUMPAMAAN TENTANG KECAPI Gb: Vīnā (kecapi India)

Lebih terperinci

Sifat Agung Dari Tiga Permata 2

Sifat Agung Dari Tiga Permata 2 Sifat Agung Dari Tiga Permata 2 Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Sugata: yang telah pergi [ke tempat sempurna] dan membabarkan Dhamma dengan benar. Sobhaṇagamana: dikarenakan

Lebih terperinci

Mahā Maṅgala Sutta (1)

Mahā Maṅgala Sutta (1) Mahā Maṅgala Sutta (1) Azimat Buddhis Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Pseudo Sebab-Akibat Jangan memindah guci-abu-jenasah yang sudah disimpan di vihāra. Penempatan guci-abu. Ibu mengandung

Lebih terperinci

62 Pandangan Salah (6)

62 Pandangan Salah (6) 62 Pandangan Salah (6) Dari Brahmajāla Sutta dan Kitab Komentarnya Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id PAHAM SPEKULATIF TENTANG MASA DEPAN (44) (APARANTAKAPPIKA) I. Paham tentang Pemusnahan

Lebih terperinci

62 PANDANGAN SALAH (3) Dhammavihārī Buddhist Studies

62 PANDANGAN SALAH (3) Dhammavihārī Buddhist Studies 62 PANDANGAN SALAH (3) D. PAHAM PENYANGKALAN TANPA AKHIR Amarāvikkhepavāda Para bhikkhu, beberapa pertapa dan Brahmana seperti belut yang menggeliat. Pada saat ditanya tentang sesuatu, mereka menjawab

Lebih terperinci

Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih)

Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih) Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih) oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Dari ceramah Dhamma Chanmyay Sayadaw pada retret meditasi vipassanā tanggal 2-3 Jan.2009 di Pusat Meditasi YASATI, Bacom, Cianjur,

Lebih terperinci

MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA

MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA (edited version 15/8/06, Daung) (edited version 17/8/06, Andi Kusnadi) CERAMAH DI CAMBRIDGE MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA OLEH : SAYADAW CHANMYAY Kata Pengantar Minggu sore 11 Juli 2004

Lebih terperinci

Meditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri

Meditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri Meditasi Oleh : Taridi (0104510015) KTP Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri Kompetensi Dasar Mendeskripsikan meditasi sebagai bagian dari jalan mulia berunsur delapan.

Lebih terperinci

6. Pattidāna. (Pelimpahan Kebajikan) hp , pin bb.2965f5fd

6. Pattidāna. (Pelimpahan Kebajikan)  hp , pin bb.2965f5fd 6. Pattidāna (Pelimpahan Kebajikan) Tirkuḍḍa sutta 1 (Khp. 6) Makanan dan minuman berlimpah, makanan keras maupun lunak dihidangkan, tetapi tidak ada serangpun yang mengingat mereka. Mahluk-mahluk terkndisi

Lebih terperinci

SĪLA-2. Pariyatti Sāsana hp ; pin!

SĪLA-2. Pariyatti Sāsana  hp ; pin! SĪLA-2 Pariyatti Sāsana www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin! 2965F5FD Murid-buangan (Upāsakacaṇḍāla) Vs Murid-permata (upāsakaratana) Murid buangan atau pengikut-yang-ternoda (upāsakamala) atau pengikut-kelas-bawah

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA Semester : 1 (Satu) Aspek : Sila Standar : 1. Mengkonstruksikan pergaulan yang baik dan sikap umat berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama memiliki pengaruh besar terhadap tindakan dan prilaku manusia yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan aturan-aturan dan ideologi

Lebih terperinci

REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN

REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN BEKERJA UNTUK YANG KECANDUAN REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN Setiap reformasi yang benar mendapat tempat dalam pekerjaan keselamatan dan cenderung mengangkat jiwa kepada satu kehidupan yang baru

Lebih terperinci

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran book Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran Buddha bisa kita sebar kepada banyak orang. KARMA Ajaran

Lebih terperinci

KAMMA 1 Bukan kata lain dari fatalisme atau takdir. Pariyatti Sāsana hp ; pin!

KAMMA 1 Bukan kata lain dari fatalisme atau takdir. Pariyatti Sāsana  hp ; pin! KAMMA 1 Bukan kata lain dari fatalisme atau takdir Pariyatti Sāsana www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin! 2965F5FD KEMUNCULAN TEORI KAMMA Ciri khas agama-agama di India sejak awal periode Vedic (1750-500

Lebih terperinci

Merenungkan/Membayangkan Penderitaan Neraka

Merenungkan/Membayangkan Penderitaan Neraka Merenungkan/Membayangkan Penderitaan Neraka Oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Seseorang harus benar-benar mempertimbangkan dan merenungkan penderitaan yang akan dijalaninya di neraka. Sewaktu Sang Buddha

Lebih terperinci

Manfaatkan Waktu. Semaksimal Mungkin

Manfaatkan Waktu. Semaksimal Mungkin Manfaatkan Waktu Semaksimal Mungkin Oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Pernahkah anda merenungkan seberapa baik anda memanfaatkan waktu yang anda miliki? Dapat dipastikan jawabannya adalah TIDAK. Sebagian

Lebih terperinci

o Di dalam tradisi Theravāda, pāramī bukanlah untuk Buddha saja, tetapi sebagai prak/k yang juga harus dipenuhi oleh Paccekabuddha dan sāvakā.

o Di dalam tradisi Theravāda, pāramī bukanlah untuk Buddha saja, tetapi sebagai prak/k yang juga harus dipenuhi oleh Paccekabuddha dan sāvakā. o Apakah yang dimaksud dengan pāramī? Pāramī adalah kualitas mulia seper/ memberi, dll., yang disertai oleh belas kasih dan cara- cara yang baik (upāya kosalla) serta /dak ternoda oleh nafsu- keinginan,

Lebih terperinci

Dhammacakka Pavattana Sutta!

Dhammacakka Pavattana Sutta! Khotbah Pertama Dhammacakka Pavattana Sutta! (S 5:420-424) Bagian1 Pariyatti Sāsana Yunior 2 www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin! 2965F5FD Bertemu Pertapa Telanjang Upaka Setelah 49 hari retret, Buddha

Lebih terperinci

Dāna-4. Berdana Kepada Bhikkhu Leher Kuning? Pariyatti Sāsana hp ; pin. Friday, April 12, 13

Dāna-4. Berdana Kepada Bhikkhu Leher Kuning? Pariyatti Sāsana  hp ; pin. Friday, April 12, 13 Dāna-4 Berdana Kepada Bhikkhu Leher Kuning? Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Definisi Bhikkhu Leher-Kuning Anggota-anggota dari silsilah Buddha Gotama yang berleherkuning,

Lebih terperinci

Pratityasamutpada: Sebuah Pujian Buddha (Dependent Arising: A Praise of the Buddha) oleh Je Tsongkhapa

Pratityasamutpada: Sebuah Pujian Buddha (Dependent Arising: A Praise of the Buddha) oleh Je Tsongkhapa 1 Pratityasamutpada: Sebuah Pujian Buddha (Dependent Arising: A Praise of the Buddha) oleh Je Tsongkhapa Sujud kepada Guruku, Manjushri yang belia! Yang melihat dan membabarkan pratityasamutpada (saling

Lebih terperinci

Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap (Incomplete Teachings)

Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap (Incomplete Teachings) Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap (Incomplete Teachings) Oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Ada beberapa alasan dari tidak tercapainya Dhamma Mulia. Sebuah contoh dari tidak terealisasinya Dhamma Mulia

Lebih terperinci

Kāmāvacarasobhana Cittaṃ (1)

Kāmāvacarasobhana Cittaṃ (1) Kāmāvacarasobhana Cittaṃ (1) Kesadaran Indah-Lingkup Inderawi Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Saṅgaha: Pāpāhetukamuttāni, sobhanānīti vuccare. Ekūnasaṭṭhi cittāni, athekanavutīpi vā.

Lebih terperinci

SEKOLAH SESUDAH INI. "Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka."

SEKOLAH SESUDAH INI. Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka. SEKOLAH SESUDAH INI "Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka." Sorga adalah sebuah sekolah; bidang studinya, alam semesta; gurunya, Yang tak berkesudahan hari-nya. Cabang

Lebih terperinci

Dharmayatra tempat suci Buddha

Dharmayatra tempat suci Buddha Dharmayatra tempat suci Buddha 1. Pengertian Dharmayatra Dharmayatra terdiri dari dua kata, yaitu : dhamma dan yatra. Dharmma (Pali) atau Dharma (Sanskerta) artinya kesunyataan, benar, kebenaran, hukum,

Lebih terperinci

1.Definisi Hukum. 2.Pembagian/jenis-jenis Hukum

1.Definisi Hukum. 2.Pembagian/jenis-jenis Hukum 1.Definisi Hukum Hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah atau larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat dan jika dilanggar dapat

Lebih terperinci

PENGORBANAN Oleh Nurcholish Madjid

PENGORBANAN Oleh Nurcholish Madjid MUSYAWARAH DAN PARTISIPASI PENGORBANAN Oleh Nurcholish Madjid Salah satu kebenaran pokok dalam kehidupan adalah bahwa setiap keberhasilan senantiasa menuntut semangat pengorbanan. Tanpa semangat itu, keberhasilan

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA - 1266 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

62 PANDANGAN HIDUP YANG KELIRU Sumber: Sutta Pitaka, Digha Nikaya 1: Brahmajala Sutta

62 PANDANGAN HIDUP YANG KELIRU Sumber: Sutta Pitaka, Digha Nikaya 1: Brahmajala Sutta 62 PANDANGAN HIDUP YANG KELIRU Sumber: Sutta Pitaka, Digha Nikaya 1: Brahmajala Sutta 18 Pandangan yang Berpedoman pada Hal-hal Lampau 4 Pandangan Eternalis (Jiwa dan Dunia adalah Kekal) 4 Pandangan Semi-Eternalis

Lebih terperinci

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari

Lebih terperinci

MENGHADAP TUHAN. Prosesi Alkitab

MENGHADAP TUHAN. Prosesi Alkitab 1 PERSIAPAN - Doa pribadi warga jemaat - Prokantor mengajarkan jemaat menyanyikan lagu-lagu baru - Para pelayan berdoa di konsistori UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. : Presbiter Bertugas mengucapkan selamat

Lebih terperinci

28. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD

28. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD 28. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

Bagaimana Kita Bertumbuh Allah ingin Kita Bertumbuh serupa dengan Kristus dalam segala hal. Efesus 4:15a (Msg)

Bagaimana Kita Bertumbuh Allah ingin Kita Bertumbuh serupa dengan Kristus dalam segala hal. Efesus 4:15a (Msg) 23 Bagaimana Kita Bertumbuh Allah ingin Kita Bertumbuh serupa dengan Kristus dalam segala hal. Efesus 4:15a (Msg) Kita tidak dimaksudkan untuk tetap sebagai anak-anak. Efesus 4:14a (Ph) Allah ingin Anda

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERAN MAHASISWA DALAM MENDUKUNG PENERAPAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI LINGKUNGAN PERGURUAN TINGGI AGAMA BUDDHA. Oleh : Jumadi NPM:

PERAN MAHASISWA DALAM MENDUKUNG PENERAPAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI LINGKUNGAN PERGURUAN TINGGI AGAMA BUDDHA. Oleh : Jumadi NPM: PERAN MAHASISWA DALAM MENDUKUNG PENERAPAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI LINGKUNGAN PERGURUAN TINGGI AGAMA BUDDHA Oleh : Jumadi NPM: 11110148 PROGRAM STUDI DHARMA ACARYA SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA BUDDHA JINARAKKHITA

Lebih terperinci

Kebahagiaan Berdana. Diposkan pada 02 Desember 2015

Kebahagiaan Berdana. Diposkan pada 02 Desember 2015 Kebahagiaan Berdana Diposkan pada 02 Desember 2015 Berdana dan melaksanakan Dhamma di dalam kehidupan sehari-hari, itulah berkah utama Kehidupan berlangsung terus dari waktu ke waktu. Hari berganti bulan

Lebih terperinci

Revelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann

Revelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann Revelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.

Lebih terperinci

1 1 Dari Paul, hamba Allah dan rasul

1 1 Dari Paul, hamba Allah dan rasul Titus Salam 1:1-4 1 1 Dari Paul, hamba Allah dan rasul Isa Al Masih, demi iman semua orang pilihan Allah dan demi pengetahuan akan kebenaran yang memimpin kepada kesalehan. 2 Iman dan pengetahuan ini didasarkan

Lebih terperinci

Bagaimana Memilih Agama?

Bagaimana Memilih Agama? DhammaCitta Bagaimana Memilih Agama? How To Choose A Religion? Ven. K. Sri Dhammananda Bagaimana Memilih Agama? (How To Choose A Religion?) OLEH : Ven. K. Sri Dhammananda Penerjemah : Hendri Gunawan Editor

Lebih terperinci

FOR FREE DISTRIBUTION ONLY

FOR FREE DISTRIBUTION ONLY JUDUL ASLI: MINDFULNESS, RECOLLECTION & CONCENTRATION PERHATIAN, PERENUNGAN & KONSENTRASI KARYA DARI: BHIKKHU DHAMMAVUDDHO MAHA THERA DIALIH-BAHASAKAN OLEH: YULIANA LIE PANNASIRI, BBA, MBA & ANDROMEDA

Lebih terperinci

Filsafat Islam قولية كونية. Wahyu. Para Rasul. Alam. Akal Manusia. Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia. Aktivitas Kehidupan

Filsafat Islam قولية كونية. Wahyu. Para Rasul. Alam. Akal Manusia. Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia. Aktivitas Kehidupan Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia هللا Wahyu كونية قولية Para Rasul Alam Akal Manusia Aktivitas Kehidupan 1 pg. Filsafat Islam Problem Tuhan berpisah dengan alam Tuhan bersatu

Lebih terperinci

Mengampuni dan Menerima Diri Sendiri 1

Mengampuni dan Menerima Diri Sendiri 1 Modul 9: Mengampuni dan Menerima Diri Sendiri Mengampuni dan Menerima Diri Sendiri 1 Diterjemahkan dari Out of Darkness into Light Wholeness Prayer Basic Modules 2014, 2007, 2005, 2004 Freedom for the

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS KOMPARATIF. daerah yang sama, yaitu India. Sehingga memiliki corak, budaya serta ritual

BAB V ANALISIS KOMPARATIF. daerah yang sama, yaitu India. Sehingga memiliki corak, budaya serta ritual BAB V ANALISIS KOMPARATIF A. Persamaan Agama Hindu dan Budha merupakan satu rumpun agama dan berasal dari daerah yang sama, yaitu India. Sehingga memiliki corak, budaya serta ritual keagamaan yang terkandung

Lebih terperinci

Tidak Ada Ajahn Chan. Kelahiran dan Kematian

Tidak Ada Ajahn Chan. Kelahiran dan Kematian Tidak Ada Ajahn Chan Kelahiran dan Kematian Latihan yang baik adalah bertanya kepada diri Anda sendiri dengan sungguh-sungguh, "Mengapa saya dilahirkan?" Tanyakan diri Anda sendiri dengan pertanyaan ini

Lebih terperinci

Itu? Apakah. Pernikahan

Itu? Apakah. Pernikahan Apakah Pernikahan Itu? Pemikahan adalah hasil dari suam rencana ilahi Itu bukan hasil kerja atau penemuan manusia, melainkan penciptaan Allah. Tempat yang dipilih untuk memulaikannya adalah Taman Eden.

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA - 178 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 40 :

Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Yes. 40 : 1 Tahun C Pesta Pembaptisan Tuhan LITURGI SABDA Bacaan Pertama Yes. 40 : 1-5. 9-11 Kemuliaan Tuhan akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya. Bacaan diambil dari Kitab Nabi Yesaya: Beginilah

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2016-2017 SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hari, Tgl : Rabu, 8 Maret 2017 Kelas/Semester : X/ganjil Alokasi Waktu : 10.30-12.30

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNARUNGU

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNARUNGU - 567 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNARUNGU KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

62 PANDANGAN SALAH (1)

62 PANDANGAN SALAH (1) Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id DARI BRAHMAJĀLA SUTTA DAN KITAB KOMENTARNYA 62 PANDANGAN SALAH (1) PENDAHULUAN Saṃsāra Vs. Nibbāna Pandangan-benar adalah pelopor; memahami pandangan-salah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan

Lebih terperinci

Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A.

Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A. Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A. Hari ini kita akan melihat mengapa kita harus memberitakan Injil Tuhan? Mengapa harus repot-repot mengadakan kebaktian penginjilan atau

Lebih terperinci

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH PERSIAPAN - Umat bersaat teduh - Lonceng berbunyi - Penyalaan Lilin JEMAAT BERHIMPUN PANGGILAN

Lebih terperinci

Mengatasi Prasangka dan Selalu Memikirkan Diri Sendiri (bagian pertama)

Mengatasi Prasangka dan Selalu Memikirkan Diri Sendiri (bagian pertama) AJARAN-AJARAN GATSAL Mengatasi Prasangka dan Selalu Memikirkan Diri Sendiri (bagian pertama) Kita harus menyadari sepenuhnya bahwa setiap manusia yang kita temui pada dasarnya sama seperti kita: mereka

Lebih terperinci

SUTRA 42 BAGIAN. B. Nyanabhadra

SUTRA 42 BAGIAN. B. Nyanabhadra SUTRA 42 BAGIAN [ ] B. Nyanabhadra RAJA MING DINASTI HAN Tahun 28-75 Mimpi tentang makhluk memancarkan cahaya kuning KASYAPA MATANGA & DHARMARATNA Tahun 67 dari India ke Luoyang Menerjemahkan Sutra 42

Lebih terperinci

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun PANDANGAN BENAR Penulis : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 80 x 120 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS 70 gsm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Dhamma. Dana Para. Dhammaduta

Dhamma. Dana Para. Dhammaduta Dhamma Dana Para Dhammaduta 4 DHAMMA DANA PARA DHAMMADUTA 4 Sampul & Tata Letak : poise design Ukuran Buku Jadi : 130 x 185 mm Kertas Cover : Art Cartoon 210 gsm Kertas Isi : HVS 70 gsm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Dhamma Inside. Kematian Yang Indah. Orang-orang. Akhir dari Keragu-raguan. Vol September 2015

Dhamma Inside. Kematian Yang Indah. Orang-orang. Akhir dari Keragu-raguan. Vol September 2015 Dhamma Inside Vol. 22 - September 2015 Kematian Yang Indah Akhir dari Keragu-raguan Orang-orang Kematian Yang Indah Oleh : Bhikkhu Santacitto Kematian adalah peristiwa yang tidak dapat dihindari oleh siapapun,

Lebih terperinci

HARTA SESUNGGUHNYA Lokuttara Dhamma BHIKKHU ASSAJI

HARTA SESUNGGUHNYA Lokuttara Dhamma BHIKKHU ASSAJI HARTA SESUNGGUHNYA Lokuttara Dhamma BHIKKHU ASSAJI NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMA SAMBUDDHASSA Buku ini dipublikasikan hanya untuk dibagikan secara GRATIS dan TIDAK UNTUK DIJUAL Materi di dalam buku

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNADAKSA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNADAKSA - 1389 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNADAKSA KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya 1 UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya Kelahiran Bodhisattva berikut menunjukkan bagaimana sebagai seorang pertapa, beliau mempraktikkan kemurahan hati dan pemberian secara terusmenerus,

Lebih terperinci

Sutta Devadaha: Di Devadaha (Devadaha Sutta: At Devadaha) [Majjhima Nikaya 101]

Sutta Devadaha: Di Devadaha (Devadaha Sutta: At Devadaha) [Majjhima Nikaya 101] 1 Sutta Devadaha: Di Devadaha (Devadaha Sutta: At Devadaha) [Majjhima Nikaya 101] [Buddha]: Menghampiri para Nigantha yang mengajarkan demikian, saya bertanya kepada mereka, Sahabat- sahabat Nigantha,

Lebih terperinci

Abhidhammatthasaṅgaha

Abhidhammatthasaṅgaha Abhidhammatthasaṅgaha Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna aliquam Dasa Tathāgatabala 5. Tathāgata memahami apa adanya

Lebih terperinci

KOMUNITAS. B. Nyanabhadra Sesi ke-8 11 Mei 2016

KOMUNITAS. B. Nyanabhadra Sesi ke-8 11 Mei 2016 KOMUNITAS B. Nyanabhadra Sesi ke-8 11 Mei 2016 MENJAGA KEHARMONISAN KOMUNITAS Majjhima Nikāya 104: Sāmagāma LATAR BELAKANG Tempat: Sāmagāma (sekitar kerajaan Sakya) Latar belakang: Perpecahan dalam tradisi

Lebih terperinci

MENJADI PEMENANG ARUS

MENJADI PEMENANG ARUS MENJADI PEMENANG ARUS PENDAHULUAN Di dalam Agama Buddha kita mengenal adanya tingkat-tingkat kesucian yang dapat dicapai oleh seorang umat Buddha yang telah dapat mengerti melaksanakan dan menembus EMPAT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MAHA SANGHA SABHA (PASAMUAN AGUNG) TAHUN 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 02/PA/VII/2002

KEPUTUSAN MAHA SANGHA SABHA (PASAMUAN AGUNG) TAHUN 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 02/PA/VII/2002 KEPUTUSAN Nomor : 02/PA/VII/2002 Tentang: PROGRAM KERJA LIMA TAHUN ( TAHUN 2002 2007 ) NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA Memperhatikan : Musyawarah dan mufakat dalam Mahã Sangha Sabhã (Pesamuan

Lebih terperinci

Aṅguttara Nikāya Khotbah-Khotbah Numerikal Sang Buddha

Aṅguttara Nikāya Khotbah-Khotbah Numerikal Sang Buddha DhammaCitta Press Business Park Kebon Jeruk E2 No. 5# Jl. Meruya Ilir Raya No. 88 - Jakarta Barat 11620 - Indonesia http://dhammacitta.org Aṅguttara Nikāya Khotbah-Khotbah Numerikal Sang Buddha Judul Asli

Lebih terperinci

DEWASA DALAM DHAMMA Kumpulan Naskah Dhamma Bhikkhu Uttamo

DEWASA DALAM DHAMMA Kumpulan Naskah Dhamma Bhikkhu Uttamo DEWASA DALAM DHAMMA Kumpulan Naskah Dhamma Bhikkhu Uttamo 1. AGAMA BUDDHA DAN MAHASISWA "Belajar ilmu pengetahuan hingga lulus niscaya mendapat kehormatan. Namun, pelatihan diri dalam tingkah laku-lah

Lebih terperinci

E. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti

E. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti E. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Satuan Pendidikan : SMP Kelas : VII (tujuh) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pergilah, bekerjalah untuk keselamatan orang banyak, untuk kebahagiaan orang banyak, karena belas kasihan pada dunia, untuk kesejahteraan, untuk keselamatan,

Lebih terperinci

Generasi Santun. Buku 1A. Timothy Athanasios

Generasi Santun. Buku 1A. Timothy Athanasios Generasi Santun Buku 1A Timothy Athanasios Teori Nilai PENDAHULUAN Seorang pendidik terpanggil untuk turut mengambil bagian dalam menumbuhkembangkan manusia Indonesia yang utuh, berakhlak suci, dan berbudi

Lebih terperinci

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius.

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius. 1 Tesalonika Salam 1:1 1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius. Kepada jemaah Tesalonika yang ada dalam Allah, Sang Bapa kita, dan dalam Isa Al Masih, Junjungan kita Yang Ilahi. Anugerah dan sejahtera menyertai

Lebih terperinci

BAGAIMANA MEMILIH AGAMA? (How To Choose A Religion?)

BAGAIMANA MEMILIH AGAMA? (How To Choose A Religion?) BAGAIMANA MEMILIH AGAMA? (How To Choose A Religion?) OLEH : VEN. K. SRI DHAMMANANDA Penerjemah : Hendri Gunawan Editor : Tommy Jayamudita Rancangan Kulit Muka : Tommy Jayamudita Penerbit : Majalah Jalan

Lebih terperinci

2. "Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. " Kolose 4:5.

2. Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada.  Kolose 4:5. 1. "Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus

Lebih terperinci

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (16) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 24 September 2005 s.d.

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (16) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 24 September 2005 s.d. KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (16) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 24 September 2005 s.d. 12 November 2005 1. Dari: Herlina, Medan Bhante, Selama ini sering ada pandangan

Lebih terperinci

TANTANGAN AGAMA BUDDHA DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI. Oleh: Eka Liliana. Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra. Abstrak

TANTANGAN AGAMA BUDDHA DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI. Oleh: Eka Liliana. Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra. Abstrak TANTANGAN AGAMA BUDDHA DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI Oleh: Eka Liliana Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra Abstrak Perkembangan zaman membawa banyak perubahan dalam masyarakat. Melalui kemajuan teknologi,

Lebih terperinci

TIGA KUSALAMULA TIGA AKAR KEBAIKAN

TIGA KUSALAMULA TIGA AKAR KEBAIKAN Hai Saudara-saudari Se-Dhamma Marilah kita melatih diri menjalankan Atthangasila di hari Uposatha-sila di bulan Oktober 2008 {06(8), 13(15), 21(23), 29(1)}. Selamat menjalankan Uposatha-sila (Pengamalan

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD

LEMBAR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD LEMBAR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2016-2017 SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hari, Tanggal : Rabu 8 Maret 2017 Kelas/Semester : XII/VI Alokasi Waktu : 120 menit

Lebih terperinci

Kasih dan Terima Kasih Kasih dan Terima Kasih

Kasih dan Terima Kasih Kasih dan Terima Kasih Namo tassa bhagavato arahato sammā sambuddhassa. Pada kesempatan yang sangat baik ini saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran pengurus Dhammavihārī Buddhist Studies (DBS)

Lebih terperinci

Sutta Cula- Malunkyovada: Petunjuk Singkat Kepada Malunkya (Cula- Malunkyovada Sutta: The Shorter Instructions to Malunkya) [Majjhima Nikaya 63]

Sutta Cula- Malunkyovada: Petunjuk Singkat Kepada Malunkya (Cula- Malunkyovada Sutta: The Shorter Instructions to Malunkya) [Majjhima Nikaya 63] 1 Sutta Cula- Malunkyovada: Petunjuk Singkat Kepada Malunkya (Cula- Malunkyovada Sutta: The Shorter Instructions to Malunkya) [Majjhima Nikaya 63] Saya mendengar suatu ketika Bhagavan sedang tinggal di

Lebih terperinci

Dhamma Inside. Munculkan Sebab-Sebabnya. Jalan Yang Sederhana. Manusia. Vol Agustus 2015

Dhamma Inside. Munculkan Sebab-Sebabnya. Jalan Yang Sederhana. Manusia. Vol Agustus 2015 Dhamma Inside Vol. 21 - Agustus 2015 Munculkan Sebab-Sebabnya Jalan Yang Sederhana Manusia Munculkanlah Sebab-Sebabnya Oleh : Bhikkhu Santacitto Salah satu kecenderungan kita sebagai manusia adalah ketika

Lebih terperinci

"Ia [kasih]tidak melakukan yang tidak sopan."

Ia [kasih]tidak melakukan yang tidak sopan. "Ia [kasih]tidak melakukan yang tidak sopan." SOPAN SANTUN Nilai sopan santun sangat kurang dihargai. Banyak orang yang baik hatinya kurang memiliki tingkah laku yang baik. Banyak orang dihormati karena

Lebih terperinci

Ayub adalah seorang hamba Allah yang luar biasa. Hal itu tercermin pada riwayat hidupnya di pasal 1 dan perkataannya di pasal

Ayub adalah seorang hamba Allah yang luar biasa. Hal itu tercermin pada riwayat hidupnya di pasal 1 dan perkataannya di pasal Lesson 13 for December 24, 2016 Ayub adalah seorang hamba Allah yang luar biasa. Hal itu tercermin pada riwayat hidupnya di pasal 1 dan perkataannya di pasal 29-31. Tabiat Ayub. Bagaimana Ayub berbaur

Lebih terperinci

MEMPERBAHARUI PIKIRAN (AKAL BUDI)

MEMPERBAHARUI PIKIRAN (AKAL BUDI) Level 2 Pelajaran 3 MEMPERBAHARUI PIKIRAN (AKAL BUDI) Oleh Don Krow Hari ini kita akan bicara mengenai memperbaharui pikiran (akal budi). Saya ingin bacakan 2 ayat. Yang pertama dari Filipi 4:8. Ayat itu

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH Latihan Lagu-Lagu. Penayangan Warta Lisan. Saat Hening A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH (JEMAAT DUDUK) Pnt. : Jemaat terkasih,

Lebih terperinci

Kalama Sutta. Soma Thera Bhikkhu Bodhi Larry Rosenberg Willy Yandi Wijaya

Kalama Sutta. Soma Thera Bhikkhu Bodhi Larry Rosenberg Willy Yandi Wijaya Kalama Sutta Soma Thera Bhikkhu Bodhi Larry Rosenberg Willy Yandi Wijaya Kalama Sutta Soma Thera Bhikkhu Bodhi Larry Rosenberg Willy Yandi Wijaya Desain dan tata letak : poise design Kertas Cover : 210

Lebih terperinci