PENGUATAN INTEGRITAS AKADEMIK MAHASISWA MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL BUDDHIS. Sugianto STAB Negeri Sriwijaya
|
|
- Glenna Sutedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGUATAN INTEGRITAS AKADEMIK MAHASISWA MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL BUDDHIS Sugianto STAB Negeri Sriwijaya Abstract Mental revolution became the government program of the Indonesian Republic, a way to improve the mindset, thought patterns, and work patterns of the Indonesian nation. Campus as a place of higher education providers to do mental revolution for the academic community in order to improve the quality of education. Strengthening academic integrity through the internalization of Buddhist moral value. An attempt to overcome problems such as students' academic integrity, like absent, cheating, plagiarism, collusion, ghosting, and others. Moral according to Buddhism is an inner quality that is able to recognize good and evil which is then followed by behaving in a moral way, such as right speech, right action and right livelihood. Internalization of moral values is done by applying the model of Buddhist learning value performed by a variety of approaches, such as cultivation approach, cognitive moral development approach, analysis approach value, values clarification approach, and the approach of learning to do. Students are conditioned to get used to apply honesty, fairness, respect, responsible, humble on the basis of understanding and selfawareness in academic activities. Keywords: academic integrity, moral value, buddhist internalization Pendahuluan Revolusi mental adalah program yang digaungkan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk mempebaiki kualitas mental bangsa. Berbagai persoalan mental bangsa menimbulkan keprihatinan sehingga perlu segera atasi. Bangsa Indonesia dahulu dikenal sebagai bangsa besar, perlahan-lahan mengalami pergeresaran. Kasus korupsi yang melanda pejabat Negara, tindak kriminal yang marak terjadi, merusak nama baik bangsa Indonesia. Revolusi mental dilakukan dengan mengubah cara pandang, cara pikir, dan cara kerja ke arah yang benar dengan cepat. Revolusi mental menjadi tanggung jawab semua warga negara. Kampus sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan tinggi memiliki tanggung jawab merevolusi mental civitas akademi. Penguatan integritas akademik mahasiswa merupakan bagian dari revolusi mental di bidang 199
2 pendidikan di kampus. Mahasiswa seyogyanya mengerti dan melaksanakan peran dan tanggung jawab dengan benar. Sebagai intelektual muda yang bersemangat mempelajari ilmu pengetahuan sesuai dengan keilmuwan agar menjadi ahli, aktif berbagai pengembangan diri untuk memperluas pergaulan yang positif, mematuhi tata tertib kampus. Pendidikan yang tinggi tidak menjamin mahasiswa mampu melaksanakan peran dan tanggungjawab akademik di kampus. Disintegritas akademik menjadi masalah yang masih ditemui di kalangan mahasiswa. Permasalahan akademik mahasiswa diantaranya sering absen atau masuk kuliah sesuka hati, curang dalam mengerjakan tugas atau ulangan, solusi untuk menyelesaikan tugas individu, melakukan plagiat dalam upaya mengerjakan tugas dari dosen, memanipulasi data penelitian, meminta bantuan orang lain untuk mengerjakan tugas kampus, terlambat mengumpulkan tugas. Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual yang rendah merupakan beberapa penyebab disintegritas akademik dari aspek mental mahasiswa. Tingkat kecerdasan intelekual yang rendah membuat mahasiswa tidak mampu mencapai level standar kelulusan. Emosi yang tidak terkontrol membuat mahasiswa melampiaskan dengan cara yang salah; tidak tahan dalam menyikapi situai kondisi yang tidak sesuai. Kecerdasan spiritual yang rendah membuat mahasiwa berbuat dengan tidak berpedoman pada ajaran agama; melakukan berbagai upaya, baik atau buruk untuk mencapai tujuan akademik. Berdasarkan aspek fisik, kondisi tubuh mahasiswa yang lemah, mudah sakit menjadi penghalang mahasiswa aktif dalam kegiatan akademik. Mudah sakit membuat mahasiswa sering tidak masuk kuliah. Jumlah tatap muka yang menjadi dasar prasyarat mengikuti ujian tidak terpenuhi. Tugas kuliah yang banyak membuat badan menjadi sakit. Badan tidak tahan dalam melakukan berbagai aktivitas akademik. Jumlah tatap muka yang kurang juga bisa menjadi faktor yang mempengaruhi prestasi mahasiswa di bidang akademik. Disintegritas akademik mahasiswa menimbulkan berbagai permasalahan. Mahasiswa bermasalah dengan nilai. Indeks prestasi rendah. Banyak nilai yang kurang atau bahkan tidak lulus. Harus mengulang perkuliahan sehingga terlambat 200
3 lulus. Mahasiswa juga dianggap sebagai pribadi yang negatif. Belum dewasa, emosional, pesimis, tidak taat aturan sehingga kehilangan rasa untuk dipercaya. Pada umumnya setiap kampus memiliki upaya untuk menjaga atau memperbaiki integritas akademik mahasiswa. Ada kode etik mahasiswa sebagai seperangkat peraturan untuk menjaga mahasiswa dari hal-hal negatif. Dosen pembimbing akademik berkewajiban membimbing dan mengarahkan mahasiswa dalam bidang akademik. Pada kegiatan pembelajaran dosen biasanya menyisipkan nilai-nilai yang akan membangun integritas akademik mahasiswa. Badan Eksekutif Mahasiswwa sebagai wadah berorganisasi mahasiswa juga bisa mengambil peran dalam penguatan integritas akademik. Penguatan integritas khususnya dalam bidang pembelajaran dilakukan melalui penerapan pembelajaran nilai. Model pembelajaran yang mengarah pada pengembangan kemampuan mahasiswa dalam memahami, mengetahui tingkat perkembangan moral kognitif, menganalisis permasalahan nilai, mengklarifikasi nilai, dan menerapkan perilaku yang bernilai. Ada banyak nilai yang dapat diinternalisasikan dalam pembelajaran. Fokus pembahasan pada makalah ini adalah internalisasi nilai-nilai moral Buddhis, karena melihat fakta yang terjadi di perguruan tinggi keagamaan Buddha, ada sebagian mahasiswa Sekolah Tinggi bermasalah dalam hal integritas akademik. Moralitas menjadi aspek penting untuk mencapai tujuan tertinggi yaitu pembebasan (Nibbana). Buddhisme juga mengajarkan bahwa pikiran adalah pelopor atau pemimpin dari segala seuatu. Pikiran yang bermoral atau yang berkualitas luhur menjadi landasan mahasiswa dalam membangun cara pandang, cara pikir, dan cara beraktivitas. Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah untuk menjelaskan cara menginternalisasikan nilai-nilai moralitas buddhis untuk memperkuat integritas akademik mahasiswa. Manfaat dari pembahasan ini secara praktis dapat dirasakan oleh lembaga pendidikan, dosen, dan mahasiswa. Makalah ini ini disusun dengan menggunakan metode library research. 201
4 Pembahasan Menurut Richard De George dalam Brown (2005: 4-5) bertindak yang berintegritas sama dengan perbuatan yang etis atau bermoral. Acting with integrity is the same as acting ethically or morally. Integritas juga diartikan sebagai sikap mental yang menjunjung tinggi kesatuan, keutuhan (wholeness) dan kebersamaan yang terpadu. Integritas juga berarti kesatuan antara pikiran, ucapan, dan perbuatan (Goa, 2007: 22). Brown menegaskan bahwa yang dimaksud dengan kesatuan adalah adanya keterkaitan atau hubungan antar bagian secara menyeluruh. Oleh karena itu, mengutip pernyataan Charles Watson dalam Brown (2005), integritas berarti konsistensi yang mengacu pada keselarasan antara apa yang dilakukan dengan yang dikatakan. Konsistensi dalam upaya mencapai tujuan meskipun ada gangguan atau godaan. Tetap teguh sesuai prinsip-prinsip kebenaran. Tidak gentar dalam mengutamakan pencapaian tujuan dengan mengesampingkan kebutuhan, kenyamanan, dan kepentingan pribadi. Menurut Cohen (2010:11) integritas adalah salah satu sifat universal yang paling berharga. Integrity is adherence to a set of values that incorporate honesty and freedom from deception. Integritas adalah kepatuhan terhadap nilai-nilai yang didasarkan pada kejujuran dan kebebasan dari penipuan. Cohen juga menyebutkan tiga cara untuk menjaga integritas yaitu: keep your word, choose the harder right over the easier wrong, guard your principles (2010: 24). Carter dalam Byron mengungkapkan bahwa integritas menyangkut tiga hal, yaitu: menyelidiki antara yang benar dan yang salah; bertindak atas hal-hal yang telah diselidiki; dan mengatakan secara terbuka bahwa yang dilakukan berdasarkan pemahaman terhadap yang benar dan yang salah (Byron, 2010: 70). Mahasiswa yang berintegritas selalu konsistensi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab akademik dengan berpedoman pada cara yang baik dan benar. Menurut supriyadi, integritas akademik mahasiswa ditandai dengan penerapan prinsip-prinsip moral di lingkungan akademik yang terkait dengan kebenaran, kejujuran dan, keadilan. Mahasiswa menjunjung tinggi nilai kejujuan, kepercayaan, keadilan, penghargaan, tanggung jawab, dan kerendahan hati. 202
5 Integritas akademik adalah prinsip-prinsip moral yang diterapkan dalam lingkungan akademik, terutama yang terkait dengan kebenaran, keadilan, kejujuran. Nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam integritas akademik mencakup enam aspek, yaitu: honesty (kejujuran), trust (kepercayaan), fairness (keadilan), respect (menghargai), responsibility (tanggung jawab), dan humble (rendah hati) (12TUhttp://mmr.ugm.ac.id/index.php/integritas-akademikU12T). Disintergitas akademik adalah kebalikan dari intergitas akademik. Menurut Supriyadi ada beberapa bentuk disintergitas akademik, antara lain: tidak hadir pada kegiatan pembelajaran dengan ataupun tanpa alasan yang dapat dibuktikan; menggunakan pemikiran, proses, hasil ataupun tulisan orang lain tanpa menyebutkan sumber referensinya secara lengkap; curang atau tidak jujur dalam proses pembelajaran ataupun penilaian; bekerja sama dengan mahasiswa lain untuk mempersiapkan atau mengerjakan penugasan individu yang akan dinilai; mengarang data atau hasil penelitian ataupun dalam mencatat atau melaporkan hasil penelitian; memanipulasi material, peralatan, atau proses penelitian, atau mengubah data penelitian sehingga tidak tercatat secara akurat; meminta jasa orang lain untuk menuliskan atau mengerjakan penugasan; membuat pernyataan palsu. Bertindak menyenangkan orang lain yang dapat memberikan keuntungan bagi mahasiswa. Moralitas dalam agama Buddha dikenal dengan istilah sila yang termasuk aspek penting untuk menuju pembebasan. Sila yang mendasar menurut Brahmajala Sutta diantaranya: menghindari pembunuhan, menghindari mengambil barang yang tidak diberikan, menghindari ketidak sucian, menghindari ucapan salah, menghindari fitnah, menghindari ucapan kasar, menghindari gosip. Nyanatiloka (1988), menerjemahkan sila sebagai morality, virtue, kualitas batin dalam mengenali kebaikan dan keburukan dan dilanjutkan dengan tindakan bermoral. Sedangkan menurut Buddhaghosa sila sebagai cetusan pikiran yang hadir dalam diri seseorang untuk menghindari perbuatan-perbuatan yang tidak baik dan melaksanakan perbuatan yang baik (Ñanamoli, 2010: 11). Empat kategori sila menurut Buddhagosa yaitu, sikap batin atau kehendak yang harmoni dan selalu dalam kedamaian dan ketenteraman; penghindaran diri dari perbuatan- 203
6 perbuatan buruk; pengendalian diri mematuhi peraturan atau tata tertib, pengendalian indera-indera; pengendalian penghidupan atau mata pencaharian; dan pengendalian memakai barang-barang yang menunjang kehidupan; dan tiada pelanggaran peraturan yang telah ditetapkan. Sila meliputi unsur ucapan benar, perbuatan benar, dan penghidupan benar sebagai bagian Jalan Tengah berunsur delapan untuk merealisasikan Nibbana (SN.V.Sacca Samyutta). Ucapan benar atau samma-vaca diartikan dengan Abstaining from lying, from divisive speech, from abusive speech, & from idle chatter SN 45.8 (Maggavibhanga Sutta: An Analysis of the Path). Ucapan yang tidak mengandung kebohongan, tidak memecah-belah, bebas dari cacian, dan tidak omong kosong. "Speaking of things seen as seen, of thins heard as heard, of things sensed as sensed, of things cognized as cognizes."(an. The Worthy Man 150). Mengucapkan sesuatu yang terlihat sebagai yang dilihat, mengucapkan sesuatu yang didengar seperti yang didengar, mengucapkan sesuatu yang dirasakan seperti yang dirasakan, mengucapkan sesuatu yang diketahui seperti yang diketahui. Seseorang seharusnya mengucapkan kata-kata yang tidak menyakiti diri sendiri maupun orang lain, hanya mengucapkan kata-kata yang menyenangkan, diterima orang lain. Orang yang berbicara tanpa menimbulkan penderitaan bagi orang lain adalah menyenangkan." One should speak only pleasant words, words which are acceptable (to others). What one speaks without bringing evils to others is pleasant" (Theragatha, Vangisa). Buddha memiliki beberapa pertimbangan sebelum mengucapkan suatu hal. "Such speech as the Tathagata knows to be true, correct and beneficial, and which is welcome and agreeable to other; the Tathagata knows the time to use such speech (MN. 58). Berkat rasa kasih sayang kepada semua makhluk, Buddha memilih mengucapkan kata-kata yang sesuai kenyataan, benar, bermanfaat, menawan, dan menyenangkan bagi orang lain. Hal yang perlu direnungkan sebelum berbicara. Bila ucapan itu akan menyakiti diri sendiri atau orang lain, sebaiknya jangan diucapkan. Namun ucapkan hal-hal bila menimbulkan kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain (MN. 61 Ambalatthikarahulavada Sutta). 204
7 Perbuatan benar tidak menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri dan orang lain. Jika setelah direnungkan ternyata perilaku itu menimbulkan kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain, memiliki konsekuensi dan hasil yang menyenangkan, maka perilaku itu layak untuk dilakukan (MN 61 Ambalatthikarahulavada Sutta). Penghidupan benar adalah cara hidup yang tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Cara hidup yang bebas dari kejahatan, pencurian, penipuan. Hidup yang sesuai dengan tata tertib dan norma-norma hidup lainnya. Menurut Buddhahghosa sila dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, salah satunya mejadi tiga jenis yaitu attadipateyya sila, lokadipateyya sila, dan dhammadipateyya sila. Attadipateyya sila artinya sila yang dijalankan demi tujuan pribadi; lokadipateyya sila yang dilaksanakan atas dasar pertimbangan umum; dhammadipateyya sila yang dilakukan atas dasar penghormatan kepada Dhamma. Berdasarkan klasifikasi tersebut, kualitas sila didasarkan pada motivasi dalam melakukan suatu perbuatan. Sīla menimbulkan kesadaran bahwa ada persamaan diantara diri sendiri dengan orang lain. Keown menyatakan bahwa moralitas adalah praktik dari kasih sayang dan tanpa kekerasan, tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak berkenan dilakukan pada diri sendiri....virtues such as non-violence and compassion, and the Buddhist version of the Golden Rule counsels us not to do anything to others we would not like done to ourselves. Internalisasi nilai-nilai moral Buddhis sebagai dasar penguatan integritas akademik mahasiswa dilakukan secara terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran nilai. Pembelajaran pada perguruan tinggi lebih tepat dengan cara pembelajaran yang aktif. Mahasiswa aktif membangun pengetahuan, mengembangkan diri dan ketrampilan, serta membangun kesadaran diri tentang arti penting kehidupan bermoral. Dosen berperan sebagai fasilitator sekaligus pendidik dalam proses internalisasi nilai-nilai moral Buddhis. Menurut Superka (2013: 88) dalam Komalasari ada lima pendekatan pembelajaran nilai yaitu pendekatan penanaman nilai, pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, pendekatan klarifikasi nilai, dan 205
8 pendekatan pembelajaran berbuat. Pembelajaran agama cenderung menggunakan model penanaman nilai dengan asumsi ajaran agama mengandung nilai-nilai ideal yang bersifat global dan kebenarannya bersifat mutlak. Misalnya menanamkan nilai-nilai dari ucapan benar, perbuatan benar, dan penghidupan benar. Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif moral, pembelajaran dapat diarahkan pada isu-isu moral untuk mengetahui tingkat perkembangan berpikir berdasarkan aspek moral mahasiswa. Pembelajaran mengacu pada tahap perkembangan moral mahasiswa. Menurut Kohlberg ada enam tahap perkembangan moral yaitu: preconventioal, moralitas individu dan timbal balik, conventional, moralitas sistem social dan kata hati, postconventional, moralitas kesejahteraan social, dan moralitas yang didasarkan pada prinsip-prinsip moral yang umum. Dosen dapat mengetahui tingkat pertimbangan moral mahasiswa dari cara mahasiswa dalam menanggapi isu-isu disintergitas akademik yang terjadi di kalangan mahasiswa. Pembelajaran dengan analisis nilai dilakukan untuk mengetahui kualitas moral mahasiswa dalam menanggapi isu-isu disintegritas akademik mahasiswa. Misalnya dosen mengangkat tema plagiat di kampus. Dosen dapat mengetahui hasil pemikiran mahasiswa yang rasional dan analistik dalam bentuk laporan hasil analisis. Pada pembelajaran ini, internalisasi nilai masih dalam tahap teoritis, cenderung menekankan pada aspek kognitif. Oleh karena itu, untuk memperkuat proses internalisasi nilai, dosen dapat melanjutkan dengan model pendekatan klarifikasi nilai yang menekankan pada kemampuan bepikir dan kesadaran emosional dalam memahami nilai yang ada dalam diri mahasiswa. Klarifikasi nilai bertujuan untuk menyadarkan mahasiswa dan mengidentifikasi nilai-nilai yang ada dalam diri dan nilai-nilai orang lain. Mahasiswa diajak jujur dan terbuka dalam membuat penilaian diri, lalu menyampaikannya kepada teman-teman di kelas. Dosen dapat mengharapkan agar mahasiswa benar-benar memahami perasaan, nilai-nilai dan perilaku sendiri.. Untuk memperkuat proses internalisasi nilai-nilai moral Buddhis, dosen dapat menggunakan pendekatan pembelajaran berbuat atau action learning approach. Tujuannya agar mahasiswa mampu melakukan perbuatan-perbuatan 206
9 bermoral dalam konteks akademik secara individu maupun bersama-sama. Pembelajaran dilakukan dengan cara membuat kegiatan yang bersifat individu maupun kelompok yang telah disepekati bersama antara dosen dan mahasiswa. Seperti yang dikemukakan oleh Djahiri dalam Komalasari, model pembelajaran yang dapat dilakukan adalah dengan value clarification technique melalui analisis nilai, daftar, dan game (2013: 99). Dosen dapat menugaskan mahasiswa membaca salah satu kisah hidup Buddha atau siswa Buddha yang menjelaskan berkah dari kehidupan bermoral dan kerugian dari perilaku tidak bermoral. Kemudian mahasiswa dianjurkan untuk memahami dan mengklarifikasi nilai-nilai moral apa saja terkandung dalam kisah tersebut; menganalisis permasalah yang terjadi; mengidentifikasi nilai-nilai moral apa saja yang bisa dijadikan sumber teladan. Terakhir adalah mahasiswa diminta membuat daftar perilaku yang tergolong dalam integritas akademis terinspirasi dari isi kitab suci yang mengandung nilai kejujuran, kepercayaan, keadilan, menghargai orang lain, tanggung jawab rendah hati. Berdasarkan daftar perilaku tersebut, mahasiswa diajak untuk konsisten mempraktikkannya selama perkuliahan berlangsung sehingga akan mengurangi kebiasan buruk mahasiswa seperti absen, curang, kolusi, plagiat dan lain-lain. Pada pertemuan terakhir, mahasiswa diminta memberikan penilaian diri terhadap pencapaian dalam menerapkan perilaku-perilaku. Melalui pembiasaan yang didasarkan pada pemahaman dan kesadaran diri akan manfaat dari perilaku akademik yang dipilih, mahasiswa mengkondisikan diri memperkuat integritas akademik. Penutup Penguatan intergitas akademik mahasiswa dilakukan pada saat pembelajaran. Dosen menggunakan pembelajaran nilai dengan cara menggabungkan lima pendekatan yang ada dalam pembelajaran nilai yaitu: pendekatan penanaman nilai, pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, pendekatan klarifikasi nilai, dan pendekatan pembelajaran berbuat. Nilai-nilai moral Buddhis berupa kualitas batin luhur yang 207
10 tercermin dalam ucapan benar, perbuatan benar, dan penghidupan benar digunakan sebagai landasan dalam membangun integritas akademik mahasiswa yang meliputi kejujuran, kepatuhan, kedisplinan, kesetiaan, penghargaan, dan kerendahan hati. Penguatan integritas akademika mahasiswa sebagai bagian dari revolusi mental dalam bidang pendidikan berguna untuk memperbaiki mutu akademik kampus. Lembaga pendidikan tinggi dapat membuat kebijakan-kebijakan yang mengarah pada progam internalisasi nilai-nilai sebagai upaya menciptakan suasana akademik kampus yang kondusif. Dosen sebagai tenaga pendidik diperguruan tinggi berkewajiban untuk membantu mahasiswa membangun pengetahuan diri, identitas diri yang utuh berlandaskan nilai-nilai moral Buddhis. Mahasiswa sebagai intelektual muda harus menyadari peran dan tanggung jawab dalam bidang akademik, dengan cara mempersiapkan diri menjadi pribadi yang positif, dewasa, stabil, disiplin, patuh, dan optimis menyongsong masa depan. Daftar Pustaka Bodhi, Bhikkhu Khotbah-Khotbah Berkelompok Sang Buddha Buku Tiga Khandhavagga Samyutta Nikaya. Jakarta: Dhammacitta Press. Bodhi, Bhikkhu Khotbah-Khotbah Berkelompok Sang Buddha Buku Tiga Sagathavagga Samyutta Nikaya. Jakarta: Dhammacitta Press. Brown, Marvin T Corporate Integrity: Rethinking Organizational Ethics and Leadership. Cambridge University Press. Buddhaghosa. The Path of Purification: Visuddhimaga. tr. Ñanamoli. Kandy: Buddhist Publication Society, Byron, William J The Power of Principless. Yogyakarta: Kanisius. Cohen, William A Heroic Leadership: Leading With Integrity and Honor. San Fransisco: Jossey Bass A Wiley Imprint. Djalimin, Judirman The Secret Change of Success. Jakarta: Elex Media Komputindo. 208
11 Goa, Hillon I Semua Orang Bisa Hebat: Panduan Membangun Tim Berkinerja Tinggi. Jakarta: Gramedia Wikasarana Indonesia. Keown, Damien. Buddhist Ethics a Very Short Introduction. England: Oxford University, (tanpa tahun). Majjhima Nikaya: The Middle Length Discourses of the Buddha Tr. Bhikkhu Nanamoli and Bhikkhu Bodhi. Oxford: The Pali Text Society. nd Norman, K.R Theragatha: The Elders Verses 1.2P P Edition. The Pali Text Society. Lancaster: Nyanatiloka, Ven. Buddhist Dictionary Manual of Buddhist Terms & Doctrines (4th Edition). Kandy / Sri Lanka: Buddhist Publication Society, Supriyadi, Didik. Tanpa Tahun. Integritas Akademik. Sumber online: 12TUhttp://mmr.ugm.ac.id/index.php/integritas-akademikU12T diakses pada tanggal 11 Januari Walshe, Maurice Khotbah-khotbah Panjang Sang Buddha Digha Nikaya. Diterjemahkan oleh Team Giri Manggala Publication Team Dhammacitta Press. Jakarta; DhammaCitta. Woodward, F.L Anguttara Nikaya: The Book of The Gradual Sayings. Oxford: The Pali Text Society. 209
Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama
Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi
Lebih terperinciPERAN MAHASISWA DALAM MENDUKUNG PENERAPAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI LINGKUNGAN PERGURUAN TINGGI AGAMA BUDDHA. Oleh : Jumadi NPM:
PERAN MAHASISWA DALAM MENDUKUNG PENERAPAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI LINGKUNGAN PERGURUAN TINGGI AGAMA BUDDHA Oleh : Jumadi NPM: 11110148 PROGRAM STUDI DHARMA ACARYA SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA BUDDHA JINARAKKHITA
Lebih terperinciATURAN, ETIKA AKADEMIK, TUGAS DAN KEWAJIBAN DOSEN PEMBIMBING, KETUA SIDANG DAN PENGUJI DALAM PENYELESAIAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
ATURAN, ETIKA AKADEMIK, TUGAS DAN KEWAJIBAN DOSEN PEMBIMBING, KETUA SIDANG DAN PENGUJI DALAM PENYELESAIAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan tinggi dan menghasilkan lulusan yang
Lebih terperinciAgama Buddha Masa Kini : Antara Harmoni dan Konflik oleh : Putu Finsen Darmayana STABN Sriwijaya
Agama Buddha Masa Kini : Antara Harmoni dan Konflik oleh : Putu Finsen Darmayana STABN Sriwijaya ABSTRAK Tujuan artikel ini adalah untuk melihat uniknya perkembangan agama Buddha yang sangat harmonis dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sikap ( attitudes), perilaku (behaviours), motivasi (motivations) dan keterampilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan gambaran tingkah laku yang menonjolkan nilai benar salah, baik buruk, baik secara eksplisit maupun emplisit. Menurut Tadkiroatum Musfiroh
Lebih terperinciBAB VIII ATURAN DAN ETIKA AKADEMIK
BAB VIII ATURAN DAN ETIKA AKADEMIK Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan tinggi dan menghasilkan lulusan yang bermutu tinggi, maka perlu ditentukan aturan dan etika akademik bagi civitas akademika Program
Lebih terperinciPENTINGNYA SOSOK DHARMADUTA YANG BERINTEGRITAS DAN BERKARAKTER DALAM PEMBINAAN UMAT BUDDHA. Oleh: Yuriani. Abtract
PENTINGNYA SOSOK DHARMADUTA YANG BERINTEGRITAS DAN BERKARAKTER DALAM PEMBINAAN UMAT BUDDHA Oleh: Yuriani Abtract Dharmaduta is a figure that has been considered an expert in the field of Buddhism, so Dharmaduta
Lebih terperinciKOMPONEN KARAKTER (Thomas Lickona) Oleh: Kuncahyono Pasca UM
0 KOMPONEN KARAKTER (Thomas Lickona) Oleh: Kuncahyono Pasca UM (Kompasiana, 2010) Melihat kondisi bangsa saat ini dimana banyak terjadi penyimpangan moral di kalangan remaja dan generasi muda, maka perlu
Lebih terperinciBAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung
Lebih terperinciBUKU KODE ETIK MAHASISWA
Kode Dokumen Nama Dokumen Edisi Disahkan Tanggal Disimpan di- KEM-AAYKPN Buku Kode Etik 01-Tanpa Revisi 31 Agustus 2010 UPM-AAYKPN Mahasiswa BUKU KODE ETIK MAHASISWA AKADEMI AKUNTANSI YKPN YOGYAKARTA Disusun
Lebih terperinciBUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya Buku Kode Etik dan Tata tertib dosen Universitas
Lebih terperinciPERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS
PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa untuk lancarnya
Lebih terperinci(Studi Kasus di Sekolah Menengah Pertama Ariya Metta Tangerang) ARTIKEL SKRIPSI. Oleh: DARIYANTO NIM
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA (Studi Kasus di Sekolah Menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepanjang tahun Lembaga Indonesia Corruption Watch (ICW) merilis bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Tindakan korupsi di Indonesia semakin marak dipublikasikan di media massa maupun media cetak. Jumlah kasus korupsi di Indonesia meningkat 12% di sepanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, tidaklah cukup dengan hanya memiliki kecerdasan saja, tetapi harus disertai dengan kesehatan mental dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah pandangan dari seseorang atau banyak orang akan hal atau peristiwa yang
Lebih terperinciKEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 397/F/Unbrah/VIII/2013 KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 397/F/Unbrah/VIII/2013 Tentang KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH Menimbang : a. bahwa Universitas Baiturrahmah
Lebih terperinciPROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN
PROGRAM I-MHERE INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN Pedoman Perilaku Mahasiswa Universitas Negeri Makassar Dokumen dihasilkan oleh:
Lebih terperinciJuara 1 Lomba Essay LSP FKIP UNS dalam rangka Hari Pendidikan Nasional 2015
Menengok Pudarnya Pesona Academic Honesty Oleh : Usep Taryana Mengawali penulisan kali ini mengenai pendidikan dan problematikanya yang begitu rumit untuk dicerna, ada baiknya kita mengingat kembali ungkapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question
1 BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn (Penelitian
Lebih terperinciETIKA AKADEMIK. Program Studi D3 Keperawatan
ETIKA AKADEMIK Program Studi D3 Keperawatan AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKPER HKBP BALIGE NOMOR :60.d/akperhkbp/D/VI/2012 TENTANG KODE ETIK AKADEMIK AKPER HKBP BALIGE DIREKTUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecurangan akademik bukanlah masalah yang baru dalam pendidikan di Indonesia, sehingga fenomena kecurangan akademik dapat dikatakan telah menjadi kebiasaan di
Lebih terperinciRENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Universitas Fakultas Program Studi : Universitas Negeri Jakarta : Teknik : Pendidikan Teknik Elektronika Mata Kuliah : Elektronika Daya Bobot SKS : 2 SKS Kode Mata Kuliah
Lebih terperinciABSTRAK. spiritual yang ditanamkan pada sekolah di SMPN 1 Bandung dan SMPN 2
ABSTRAK Tesis dengan judul Strategi Penanaman Nilai-Nilai Spiritual dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Siswa (Studi Multisitus pada SMPN 1 Bandung dan SMPN 2 Bandung Tulungagung) ini ditulis oleh
Lebih terperinciINTEGRITAS PENDIDIKAN: SEKOLAH, GURU, DAN SISWA
1 INTEGRITAS PENDIDIKAN: SEKOLAH, GURU, DAN SISWA Ursula, BSD, 23-25 Juli 2015 Paul Suparno, S.J. PENGANTAR Beberapa waktu lalu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan pengumuman tentang Indeks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Era globalisasi ini, melihat realitas masyarakat baik kaum muda maupun tua banyak melakukan perilaku menyimpang dan keluar dari koridor yang ada, baik negara, adat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap organisasi memerlukan sumber daya untuk mencapai usaha yang telah ditentukan. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting yang terus menerus
Lebih terperinciPEDOMAN ETIKA, TATA TERTIB, SISTEM PENGHARGAAN DAN SANKSI DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN OLEH: TIM PENYUSUN
PEDOMAN ETIKA, TATA TERTIB, SISTEM PENGHARGAAN DAN SANKSI DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN OLEH: TIM PENYUSUN SEKOLAH TINGGI TEKNIK IBNU SINA BATAM 2011 i KATA PENGANTAR Sekolah tinggi Teknik Ibnu Sina sebagai
Lebih terperinciBagaimana berbisnis dengan ETIS??
Bagaimana berbisnis dengan ETIS?? Cara Pria dan Wanita dalam Penyelesaian Masalah Etika PRIA WANITA 1. Lebih memperhatikan masalah hak 1. Lebih memperhatikan perasaan 2. Menanyakan siapa yang benar 2.
Lebih terperinciBUKU KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN
Kode Dokumen Nama Dokumen Edisi Disahkan Tanggal Disimpan di- KETK-AAYKPN Buku Kode Etik Tenaga Kependidikan 01-Tanpa Revisi 31 Agustus 2010 UPM-AAYKPN BUKU KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN AKADEMI AKUNTANSI
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MORAL PADA MASA REMAJA
PERKEMBANGAN MORAL PADA MASA REMAJA Menurut Santrock (1999), moral development adalah tahap perkembangan yang menekankan pada aturan dan nilai-nilai tentang apa yang harus dilakukan oleh individu pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami peningkatan yang sesuai dengan perkembangan bisnis dan perubahan global. Keberadaan dan
Lebih terperinciEKSPEKTASI DARI ETIKA DOSEN. Oleh Eva Imania Eliasa,M.Pd*
EKSPEKTASI DARI ETIKA DOSEN Oleh Eva Imania Eliasa,M.Pd* Etika berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika berkaitan erat dengan perkataan
Lebih terperinciPROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN
PROGRAM I-MHERE INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN Kode Etik dan Peraturan Disiplin Dosen Universitas Negeri Makassar Dokumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang, karena pendidikan sebagai wahana pokok bagi pengembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu bidang kajian yang terus-menerus berkembang, karena pendidikan sebagai wahana pokok bagi pengembangan kualitas sumber daya manusia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum pendidikan di Indonesia seperti halnya di negara lain, selalu ditinjau ulang setiap 10 tahunan. Hasil peninjauan ulang terakhir menghasilkan Kurikulum 2013.
Lebih terperinciPLAGIARISME DALAM PENELITIAN
PLAGIARISME DALAM PENELITIAN Pendahuluan Plagiarisme dalam penelitian dapat saja terjadi karena ketidaksengajaan ataupun disengaja. Oleh karena itu perlu diketahui apa pengertian plagiarisme dan apa saja
Lebih terperinciPENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN ILMU ALAMIAH DASAR. Anggit Grahito Wicaksono
PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN ILMU ALAMIAH DASAR Anggit Grahito Wicaksono Abstract Some problems which are quite alarming from the world of education in Indonesia is a case of deviant
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.
Lebih terperinciIMPLEMENTASI KTSP DALAM INOVASI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN BAGI PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA
IMPLEMENTASI KTSP DALAM INOVASI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN BAGI PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA PENDAHULUAN Dalam dunia pendidikan, proses akulturasi dan perubahan perilaku bangsa menjadikan masyarakat yang
Lebih terperinciKODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH
KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH RIAU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHH RIAU 2011 VISI Menjadikan Universitas Muhammadiyah Riau sebagai lembaga pendidikan tinggi yang bermarwah dan bermartabat dalam
Lebih terperinciKODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA
KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilda Akmalia Fithriani, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki arti penting dalam kehidupan seluruh umat manusia. Betapa pentingnya pendidikan sehingga siapapun tidak dapat lepas dari proses pendidikan,
Lebih terperinciBUKU KODE ETIK DOSEN
Kode Dokumen Nama Dokumen Edisi Disahkan Tanggal Disimpan di- KED-AAYKPN Buku Kode Etik 01-Tanpa Revisi 31 Agustus 2010 UPM-AAYKPN Dosen BUKU KODE ETIK DOSEN AKADEMI AKUNTANSI YKPN YOGYAKARTA Disusun Oleh
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1094, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. Kode Etik. Pegawai Negeri Sipil. Pembinaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan setiap individu yang terlibat di dalam pendidikan itu dituntut untuk mampu
Lebih terperinciSEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN
ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN Oleh: Okta Viani NIM 0250112020511
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia seutuhnya yang bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat dan bagi negaranya. Hal ini selaras dengan
Lebih terperinciUNIT PENJAMIN MUTU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI ANTI PLAGIARISME
ANTI PLAGIARISME U N I T P E N J A M I N M U T U P E N D I D I K A N J A S M A N I K E S E H A T A N D A N R E K R E A S I U N I V E R S I T A S N U S A N T A R A P G R I K E D I R I A. PENDAHULUAN Perguruan
Lebih terperinciIntegritas, Kejujuran, dan Melakukan Yang Benar
Integritas, Kejujuran, dan Melakukan Yang Benar Oleh: Iqbal Islami *) Pendahuluan Nilai yang pertama dari lima nilai-nilai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) adalah Integritas. Kemenkeu menempatkan integritas
Lebih terperinciKODE ETIK DOSEN, TENAGA KEPENDIDIKAN & MAHASISWA UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
KODE ETIK DOSEN, TENAGA KEPENDIDIKAN & MAHASISWA UNIVERSITAS NGUDI WALUYO KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya Kode Etik Dosen, Tenaga Kependidikan dan Mahasiswa
Lebih terperinciUNIVERSITAS SAHID SURAKARTA
UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA Jl. Adisucipto No. 154, Solo 57144, Indonesia Telpon +62-(0271)-743493, 743494, Fax +62-(0271)-742047 e-mail : mail@usahidsolo.ac.id, website : http://www.usahidsolo.ac.id SURAT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan. Fenomena tersebut sebenarnya
Lebih terperinciDilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit.
Willy Yandi Wijaya UCAPAN BENAR Penulis : Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 105 x 148.5 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS 70 gsm Jumlah
Lebih terperinciSK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1
SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Disiplin Mahasiswa IKIP Veteran Semarang ini, yang dimaksud dengan : 1.
Lebih terperinciPETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS
Lebih terperinciPELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI GURU SD DI KOTA SEMARANG
PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI GURU SD DI KOTA SEMARANG oleh Fine Reffiane, Henry Januar Saputra, Moh. Aniq Kh.B., Husni Wakhyudin, Arfilia Wijayanti Universitas PGRI Semarang khairulbasyar@ymail.com
Lebih terperinciBAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN
84 BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN Keyakinan agama dewasa ini telah dipinggirkan dari kehidupan manusia, bahkan harus menghadapi kenyataan digantikan oleh ilmu pengetahuan. Manusia modern merasa tidak perlu
Lebih terperinciPERATURAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR : 16890/UN4/KP.49/2012 TENTANG KODE ETIK MAHASISWA UNIVERSITAS HASANUDDIN
Keputusan Rektor Unhas Nomor : 16890/UN4/KP.49/2012 PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR : 16890/UN4/KP.49/2012 TENTANG KODE ETIK MAHASISWA UNIVERSITAS HASANUDDIN MENIMBANG : 1. bahwa untuk menciptakan
Lebih terperinciPEDOMAN PERILAKU MAHASISWA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYKARTA
PEDOMAN PERILAKU MAHASISWA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYKARTA Pedoman Perilaku Mahasiswa UAJY merupakan pedoman sikap dan tingkah laku yang wajib diikuti oleh mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta, yang
Lebih terperinciKODE ETIK PSIKOLOGI. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.
Modul ke: KODE ETIK PSIKOLOGI Fakultas PSIKOLOGI Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id BAB I. PEDOMAN UMUM Pasal 1. Pengertian Kode Etik Psikologi: seperangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan rangkaian proses pemberdayaan potensi dan kompetensi individu untuk menjadi manusia berkualitas yang berlangsung sepanjang hayat. Proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan undang-undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan undang-undang perkawinan. Sudah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang semuanya serba canggih ini telah membawa dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita banyak diuntungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 5.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Moral merupakan suatu peraturan yang sangat penting ditegakkan pada suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta pelindung bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah
Lebih terperinciKODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MUKADDIMAH Universitas Muhammadiyah Mataram disingkat UM Mataram adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah
BAB I PENDAHULUAN Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah yang meliputi: 1) Bagaimana efektivitas kebijakan pendidikan Budi Pekerti pada komunitas Homeschooling sekolah Dolan
Lebih terperinciPENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA
Pendidikan Karakter Sebagai Pembentuk Karakter Bangsa 15 PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA Oleh: Yulianti Siantayani 1 Konflik antar suku dan agama yang terus bergulir dari waktu ke
Lebih terperinciPEDOMAN ETIKA DOSEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
PEDOMAN ETIKA DOSEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO I. LATAR BELAKANG Tenaga pendidik di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) adalah dosen. Dosen adalah seseorang yang berdasarkan pendidikan dan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hasil penelitian implementasi gaya kepemimpinan transformasional kepala madrasah dalam pembentukan guru berkarakter (Studi Kasus di MTs Negeri Kotaagung)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi membawa liberalisasi di segala bidang, termasuk liberalisasi ekonomi hendaknya semakin memacu kalangan bisnis dan pemerintah untuk responsif
Lebih terperinciKODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum
KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 1. Karyawan adalah setiap pegawai IKIP Veteran Semarang baik sebagai tenaga administrasi maupun tenaga penunjang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak
Lebih terperinciBAB I PEBNDAHULUAN. Menengah Atas (SMA) hingga tingkat Perguruan Tinggi (PT). Hill (dalam
BAB I PEBNDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter adalah suatu sistem penamaan nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. Semua negara membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa, termasuk Indonesia.
Lebih terperinciKODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH
KODE ETIK DOSEN KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 Akademi Keperawatan (AKPER) HKBP Balige adalah perguruan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK
HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK Naskah Publikasi Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: PANGESTU PINARINGAN PUTRI F100
Lebih terperinciINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS Nunik Sugesti
INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS Nunik Sugesti Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Character education is not a new thing;
Lebih terperinciDisusun Oleh : Handris Krisnayana ( )
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Dosen PJMK : Drs. H. Moh. Adib, MA. Tugas Essay Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai Pahlawan dalam Pemberantasan Plagiarisme Disusun Oleh : Handris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam taraf kecil, maka hampir dipastikan kedepan bangsa ini akan mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini di Indonesia terjadi beberapa permasalahan dalam berbagai bidang. Beberapa kasus terjadi di bidang hukum, politik dan tata pemerintahan. Dalam ranah
Lebih terperinciKODE ETIK PROFESI MANAJEMEN SDM INDONESIA
KODE ETIK PROFESI MANAJEMEN SDM INDONESIA MUKADIMAH Profesional SDM Indonesia yang berada dibawah naungan Perhimpunan Manajemen Sumberdaya Manusia Indonesia (PMSM) menjunjung tinggi nilai-nilai yang diemban
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO
BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO A. Analisis Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo Untuk mengetahui perkembangan karakter siswa di SMP
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha pembinaan dan pengembangan generasi muda terus ditingkatkan sejalan dengan proses pembangunan nasional yang terus berlangsung baik didalam pendidikan formal sekolah
Lebih terperinciKODE ETIK PNS TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS ANDALAS SK REKTOR NOMOR : 24 TAHUN 2012)
KODE ETIK PNS TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS ANDALAS SK REKTOR NOMOR : 24 TAHUN 2012) UNIVERSITAS ANDALAS PADANG OKTOBER, 2012 PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS ANDALAS NOMOR 24 TAHUN 20I2 TENTANG KODE ETIK
Lebih terperinciTelaah Budi Pekerti dalam Pembelajaran di Sekolah (Implementasi Konsep dan Prinsip Tatakrama dalam Kehidupan Berbasis Akademis) Oleh: Yaya S.
Telaah Budi Pekerti dalam Pembelajaran di Sekolah (Implementasi Konsep dan Prinsip Tatakrama dalam Kehidupan Berbasis Akademis) Oleh: Yaya S. Kusumah Pendahuluan Pergeseran tata nilai dalam kehidupan sehari-hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Pembatasan Masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Penegasan Isilah. 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciArtikel ilmiah Tema Politik dan Agama Buddha MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA
Artikel ilmiah Tema Politik dan Agama Buddha MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA OLEH: SACCA HANDIKA MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA SACCA HANDIKA ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Membangun manusia Indonesia diawali dengan membangun kepribadian kaum muda. Sebagai generasi penerus, pemuda harus
Lebih terperinciETIKA DAN MORAL dalam Pembelajaran
ETIKA DAN MORAL dalam Pembelajaran Oleh: Dr. Marzuki PUSAT PENDIDIKAN KARAKTER DAN PENGEMBANGAN KULTUR LPPMP - UNY 12/05/2015 1 RIWAYAT PENDIDIKAN BIODATA SINGKAT S1 dari Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga
Lebih terperinciBUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE
Modul ke: BUSINESS ETHIC AND GOOD GOVERNANCE Fakultas Pascasarjana Ethical Decision Making: Personal and Profesional Contexts (PERKULIAHAN) Dr. Anik Tri Suwarni, MM. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir
Lebih terperinciPENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD DHARMA PUTRA TANGERANG TAHUN PELAJARAN
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD DHARMA PUTRA TANGERANG TAHUN PELAJARAN 2016-2017 SKRIPSI Disusun dan Diajukan sebagai Persyaratan Penyusunan Skripsi Untuk Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu berbuat untuk hal yang lebih baik. Untuk mengubah prilaku menuju ke hal yang lebih baik
Lebih terperinciKode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikann Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Prabumulih
1 Lampiran : Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikan STMIK Prabumulih Nomor : 018/STMIK-P/III/2014 Tanggal : 4 Maret 2014 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Kode Etik
Lebih terperinciBE ETHICAL AT WORK. Part 9
BE ETHICAL AT WORK Part 9 POKOK BAHASAN An ethics framework Making ethical decisions Social responsibility An ethics framework Etika merupakan cabang filsafat yang berbicara mengenai tindakan manusia dalam
Lebih terperinci