BY: RETNO WIDIANTI NIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BY: RETNO WIDIANTI NIM"

Transkripsi

1 Widianti, Retno The Understanding of Buddhist Economics in Quality Increase Economy Householders (Gharavasa). Essay. Dharmacarya Majors. Sriwijaya High School State Religion Buddha, Tangerang Banten. Mentor I Gimin Edi Susanto, B.A. (Hons) and Mentor II Heriyanto, M.Kom. BY: RETNO WIDIANTI NIM (Artikel ini merupakan simpulan eksekutif dari skripsi untuk mendapat gelar akademik Sarjana Pendidikan Buddha pada Programa Studi Pensdidikan Agama Buddha Jurusan Dharmacarya Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang Banten) Abstract: The problem which is studied in this study is the low quality of Buddhists economy householders, low levels in education, lack of skills and abilities in developing businesses in obtaining income. The purpose of this study was to determine and describe the importance of understanding the Buddhist economics to improve the economy in particular Buddha house holder. Through this research, it can be seen how much influence the economic understanding Buddhist householders in improving the economy. To achieve the above objective, the authors use the method of literature review. Recall data were analyzed in the form of text is qualitative, the authors use data analysis directly examined the books of research, the study's authors concluded. Buddhist society results occurred because of the public's understanding of the importance of Buddhist economics to obtain a good economy. Thus it can be improved by understanding Buddhist economics. The Understanding of Buddhist economics play an important role in improving the quality of householders economy. Buddhist economics is helpful understanding householders to solve poverty problems that occur. Finally the authors suggested that the government and the community working together to create a society that has a good understanding through Buddhist economics to improve the quality of a good economy for householders.

2 I. Pendahuluan Era globalisasi dan persaingan bebas di bidang ekonomi, budaya, dan sosial pada saat ini memberikan iklim investasi pada berbagai bidang usaha. Kemajuan zaman dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menuntut setiap manusia untuk lebih giat dalam berusaha guna mempertahankan hidup di tengah persaingan yang semakin keras. Umat awam yang menjalani kehidupan rumah tangga tidak dapat melepaskan diri dari kehidupan duniawi untuk menjaga kelangsungan hidup. Oleh karena itu diperlukan ekonomi yang baik untuk mendukung pemenuhan kebutuhan dalam meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Ekonomi merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan. Ekonomi diperlukan oleh setiap orang dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan seseorang terdiri dari tiga hal yaitu primer, sekunder, dan tersier. Kehidupan primer yaitu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidup, seperti: pangan, sandang, dan papan. Seseorang yang ingin meningkatkan kualitas ekonomi dalam hidupnya dapat membuat kegiatan yang bermanfaat. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu dengan membuka usaha atau mengembangkan ekonomi sesuai prinsip Buddhis. Kegiatan ekonomi Buddhis misalnya membuat sesuatu yang baru ataupun mengubah produk lama dengan kemasan yang berbeda. Dengan memiliki kegiatan ekonomi yang baik akan menambah penghasilan perekonomian perumah tangga. Permasalahan yang terjadi di perkotaan ataupun pedesaan sekarang ini yaitu masih rendahnya kualitas perekonomian perumah tangga. Penyebab masih banyaknya orang yang miskin yaitu karena kurangnya lapangan pekerjaan. Faktor yang menyebabkan kemiskinan yaitu karena pendidikan rendah sehingga seseorang sulit mendapat pekerjaan yang layak, dan sumber daya manusia yang kurang kreatif sehingga tidak dapat menciptakan ide-ide yang bermanfaat bagi kehidupan. Selain itu masih banyak masyarakat yang mencari penghasilan dengan cara yang tidak layak dan bertentangan dengan ajaran Buddha. Kurangnya pemahaman dan kesadaran terhadap pola peningkatan kualitas perekonomian perumah tangga menyebabkan banyak keluarga yang hidupnya belum tercukupi. Faktor yang menyebabkan rendahnya ekonomi yaitu masih kurangnya pemahaman ekonomi Buddhis terhadap perumah tangga. Selain itu umat Buddha khususnya perumah tangga belum mengetahui manfaat ekonomi Buddhis, padahal jika dapat

3 diterapkan dengan baik akan membawa kemajuan bagi kehidupan perumah tangga yaitu meningkatnya perekonomian keluarga. Kemiskinan yang terjadi di kalangan perumah tangga disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya keterampilan, sehingga masyarakat tidak mampu membuat usaha untuk meningkatkan perekonomian rumah tangga. Pendidikan yang tinggi merupakan bekal bagi masa depan seseorang. Salah satu akibat kemiskinan yaitu banyaknya anak putus sekolah, gizi buruk, perceraian, kasus bunuh diri, pembunuhan, pencurian, dan kasus kriminalitas. Kekayaan dalam agama Buddha sangat penting karena Sang Buddha menganjurkan umatnya untuk memperoleh kekayaan materi. Selain itu kekayaan spiritual juga sangat diperlukan untuk mendukung seseorang memperoleh ekonomi dengan cara yang benar. Ekonomi dalam kehidupan berumah tangga sangat dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perekonomian yang baik akan membawa kemajuan dalam suatu keluarga. Berbagai usaha untuk mengatasi permasalahan kemiskinan, baik pemerintah maupun masyarakat telah melakukan berbagai macam cara namun belum mampu mengatasi permasalahan kemiskinan di Indonesia. Dalam agama Buddha untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang terjadi pada kehidupan perumah tangga (gharavasa) yaitu dengan menggunakan ekonomi Buddhis. Konsep ekonomi Buddhis yaitu penghidupan atau mata pencaharian yang benar sesuai dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Ekonomi Buddhis ini belum diterapkan dengan baik sehingga masih banyak perumah tangga yang hidupnya kekurangan. II. Pembahasan Perumah tangga berarti orang yang masih melakukan sesuatu yang berkenaan dengan urusan kehidupan di rumah, baik dia berkeluarga atau tidak. Perumah tangga (gharavasa) menurut Rashid (2003: 23) adalah orang yang menjalani hidup berkeluarga atau tidak; mempunyai pekerjaan, seperti: petani, pedagang, militer dan lain-lain yang memberikan penghasilan untuk biaya kehidupan mereka, gharavasa terdiri dari upasaka (laki-laki), dan upasika (perempuan). Keluarga sejahtera seutuhnya memenuhi berbagai aspek. Beberapa aspek itu tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling berkaitan. Menurut Utama (2010: 23) terdapat tujuh aspek untuk keluarga sejahtera: (1) aspek fisik, (2) aspek psikis, (3) aspek intelektual, (4) aspek kultural, (5) aspek religius, (6) aspek moral, (7) aspek sosial. Keluarga dibentuk melalui pertemuan dua insan yang berbeda untuk membentuk suatu keluarga melalui perkawinan. Perkawinan menurut

4 Undang-Undang No 1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Virya, 2009: 7). Perkawinan dalam agama Buddha adalah suatu ikatan lahir dan batin dari dua orang yang berbeda kelamin dengan melaksanakan Dhamma dan Vinaya untuk mendapatkan kebahagiaan kehidupan sekarang dan yang akan datang. Tujuan perkawinan menurut agama Buddha adalah untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik dalam kehidupan sekarang maupun dalam kehidupan yang akan datang. Keluarga yang harmonis, bahagia dan sejahtera (hita sukhaya) merupakan tujuan dalam perkawinan. Perkawinan yang dibentuk harus berdasarkan sikap saling setia, saling mengalah, saling percaya, saling menghormati, saling membantu, dan saling bersahabat merupakan dasar membentuk keluarga bahagia. Keluarga yang bahagia dan harmonis akan tumbuh secara sadar apabila masing-masing anggota keluarga menjalankan tanggung jawabnya dan mengembangkan keterbukaan kasih sayang dan pikiran cinta kasih. Kesejahteraan suatu keluarga sangat ditunjang oleh adanya kestabilan ekonomi. Keadaan ekonomi keluarga dikatakan stabil jika terdapat keseimbangan antara pendapatan dengan pengeluaran. Setiap keluarga mempunyai keinginan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kebutuhan keluarga, sedangkan pendapatan keluarga terbatas. Keadaan tersebut menimbulkan ketidakstabilan ekonomi keluarga. Ketidakstabilan ekonomi disebabkan oleh tingkat pendapatan, pendidikan, tenaga kerja, dan modal yang dimiliki. Seseorang yang ingin hidupnya bahagia pada kehidupan sekarang ini dan yang akan datang harus mempunyai empat hal yaitu: a. Kerja Keras (Utthanasampada) b. Melindungi Kekayaan (Arakkhasampada) c. Bekerja Sama dengan Orang-Orang yang Baik (Kalyanamitta) d. Kehidupan yang Seimbang (Samajivikata) Konsep ekonomi dalam agama Buddha terdapat di dalam Sigalaka Sutta, dalam sutta tersebut Buddha menganjurkan bahwa orang-orang yang bekerja keras tanpa membuang-buang waktu mereka yang sangat berharga untuk mendapatkan uang, menabung untuk masa depan untuk menopang keluarga, memenuhi tugas dan kewajiban hati-hati dengan mengeluarkan uang dari apa yang dihasilkan dengan tanpa boros. Sang Buddha menganjurkan untuk tidak menunda suatu pekerjaan pada saat itu atau

5 sekarang karena dalam pemenuhan kebutuhan pokok dan sebagai kunci keberhasilan rumah tangga tidak menunda suatu pekerjaan. Konsep dasar ekonomi dalam hal ini menyatakan bahwa suatu diri manusia jika tidak aktif maka perekonomian tidak seimbang. Agama Buddha tidak mengajarkan ilmu ekonomi, tetapi prinsip moral dan agama yang diajarkan melatar belakangi manusia untuk mengembangkan dirinya. Ekonomi Buddhis adalah pendekatan secara spiritual untuk sebuah ekonomi, hal itu digunakan untuk menguji kejiwaan manusia tentang rasa kegelisahan dan emosi secara langsung terhadap aktivitas ekonomi. Hal itu dilakukan untuk menghapuskan kebingungan antara apa yang benar-benar bermanfaat dan berbahaya di bidang ekonomi dan nantinya membuat manusia untuk lebih dewasa dalam beretika. Konsep ekonomi Buddhis adalah penghidupan atau mata pencaharian yang benar sesuai dengan Jalan Mulia Beruas Delapan. Karakteristik utama dari ekonomi Buddhis yaitu selalu berada pada Jalan Tengah yang berlandaskan welas asih dan kebijaksanaan. Cara-cara yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup tidaklah boleh merugikan orang lain dan diri sendiri. Selain itu tidak boleh merugikan makhluk lain dan lingkungan hidup. Ciri ekonomi Buddhis adalah keseimbangan antara kebahagiaan yang bersifat materi dengan kebahagiaan yang didapat melalui spiritual. Dalam agama Buddha tidak melarang umat awam untuk memiliki kekayaan, namun yang terpenting harus mempraktikkan Paramitta, yakni membantu yang miskin dari kekurangan tetapi tetap memegang teguh moralitas dan disiplin. Orang kaya yang menghalalkan segala cara merugikan dan menindas kaum miskin, menjadi sombong dan berperilaku semaunya sangat bertentangan dengan Buddha Dhamma. Pengaturan tentang kekayaan terdapat dalam Sigalaka Sutta yaitu: ekena bhoge bhujeyya (satu bagian untuk dinikmati), dvihi kammam payojaye (dua bagian untuk ditanamkan kembali ke dalam modalnya), catutavca nidhapeyya (bagian ke empat disimpan), apadasu bhavissanti (untuk menghadapi masa depan yang sulit) (Walshe, 2009: 490). Sang Buddha telah menasihati pedagang untuk menghindari penipuan dengan jalan menipu alat pengukur timbangan (tulakuta), dan menipu dengan memalsukan uang. Selain itu dalam Anguttara Nikaya menjelaskan bahwa seseorang seharusnya menghindari lima perdagangan yang dapat membahayakan dirinya sendiri dan juga makhluk lain, seperti: perdagangan perbudakan (satta vanija), perdagangan persenjataan (sattha vanija), perdagangan makhluk hidup

6 (mamsa vanija), perdagangan minum-minuman keras (majja vanija), dan perdagangan racun (visa vanija). Sang Buddha menganjurkan umat berkeluarga bekerja keras untuk mengatasi kemiskinan. Seseorang tidak boleh malas, karena kemalasan merupakan rintangan terbesar dalam mengatasi kemiskinan. Berkaitan dengan mengumpulkan kekayaan bagi umat berkeluarga Sang Buddha memberikan perhatian khusus pada enam pekerjaan yang ada pada saat itu yaitu: pertanian, perdagangan, peternakan, pelayanan dalam pertahanan, pelayanan dalam pemerintahan, pelayanan profesional. Kebahagiaan yang sederhana berawal dari kondisi ekonomi yang baik. Pemahaman ekonomi Buddhis sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas perekonomian yang baik dan memfasilitasi seluruh kebutuhan keluarga agar tercipta keluarga yang berkecukupan. Dengan memiliki perekonomian yang baik sehingga akan menekan munculnya perselisihan dalam keluarga dengan latar belakang ekonomi. Kesejahteraan dalam kehidupan perumah tangga bukan didapat dari kekayaan, melainkan dari kesederhanaan dan pengaturan ekonomi yang baik. Pengaturan ekonomi tidak akan berhasil dengan baik apabila tidak disertai dengan gaya hidup sederhana. Kesederhanaan tidak hanya menandai gaya hidup anggota Sangha tetapi juga mempengaruhi gaya hidup perumah tangga. Seseorang mungkin hidup sederhana karena terpaksa, namun seorang pengikut Buddha hidup sederhana karena menghargai nilai-nilai kesederhanaan, walaupun sangat kaya, gaya hidupnya tidak mewah dan tidak berlebihan. Menjadi orang modern pun tetap sederhana, kesederhanaan merupakan obat mujarab bagi penyakit modern. Kesederhanaan menjauhkan seseorang dari keserakahan atau keinginan yang berlebihan. Dengan memiliki sedikit keinginan membebaskan diri dari hawa nafsu, batin dan jasmani akan tenang. Umat Buddha harus mengambil jalan tengah, sehingga tidak hanya mempertimbangkan keuntungan untuk diri sendiri, tetapi juga memperhatikan pihak lain. Seorang pedagang dapat mengambil keuntungan yang wajar dan menjamin barangnya bukan barang palsu, selundupan atau barang hasil curian. Menjalankan penghidupan secara benar tidak merugikan makhluk lain, tidak mencelakakan orang lain, tidak menyakiti atau membuat pihak lain menderita. Perumah tangga yang membuka usaha perdagangan dengan berdagang yang benar, dan akan menghindari lima perdagangan yang salah.

7 III. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan 1) Pemahaman ekonomi Buddhis merupakan suatu cara bagi umat Buddha untuk mempraktikkan sikap yang baik dalam melakukan pekerjaan dengan tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Pemahaman ekonomi Buddhis dapat membuat pola pikir perumah tangga menjadi baik karena dapat mengetahui cara-cara yang baik dalam melakukan suatu usaha disertai dengan konsep ajaran Buddha. 2) Kegiatan ekonomi Buddhis berhubungan dengan konsep Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga) yaitu mata pencaharian benar. Kualitas perekonomian yang baik tidak diukur dari berapa banyaknya jumlah suatu penghasilan tetapi diukur dari cara memperolehnya dan ketepatan dalam penggunaan kekayaan tersebut. 3) Peningkatan perekonomian suatu keluarga melalui pemahaman ekonomi Buddhis yaitu dengan mempraktikkan mata pencaharian yang benar disertai usaha yang tekun dan bersemangat. Usaha dalam meningkatkan penghasilan harus menghindari lima macam perdagangan salah yaitu: berdagang senjata, berdagang makhluk hidup, berdagang daging, berdagang racun, dan berdagang bendabenda yang dapat memabukkan. 4) Cara menerapkan ekonomi Buddhis harus bersikap bijaksana dalam menjalani pekerjaan yaitu setelah mendapatkan penghasilan harus diimbangi dengan perbuatan baik misalnya fangsen ataupun berdana kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Dengan memahami konsep ekonomi Buddhis seorang perumah tangga akan mengetahui cara terbaik dalam memperoleh penghasilan sesuai etika Buddhis, sehingga keluarga menjadi sejahtera dan harmonis. b. Saran 1) Pentingnya pemahaman ekonomi Buddhis dalam meningkatkan kualitas perekonomian perumah tangga di masyarakat diharapkan semua pihak berperan penting dalam peningkatan kualitas perekonomian perumah tangga dengan cara mempraktikkan mata pencaharian benar yang terdapat di dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga). 2) Dengan memahami konsep ekonomi buddhis diharapkan dapat memperoleh penghasilan dengan cara yang benar agar tercapai perekonomian yang baik.

8 3) Dengan pemahaman ekonomi Buddhis perumah tangga seharusnya dapat menggunakan kekayaan dengan baik. 4) Dengan pemahaman ekonomi Buddhis perumah tangga diharapkan memiliki usaha yang giat dan bersemangat dalam bekerja untuk meningkatkan perekonomian yang baik. 5) Perumah tangga diharapkan mempraktikkan konsep ekonomi Buddhis dan menghindari lima macam perdagangan salah dan hendaknya bijaksana dalam melaksanakan ekonomi Buddhis dengan mengimbangi berdana ataupun melaksanakan fangsen. Daftar Pustaka Aggabalo Dhammapada Atthakatha. Jakarta: Perpustakaan Narada. Bodhi, Bhikkhu Samyutta Nikaya Kitab Suci Agama Buddha, vols I-V. Terjemahan oleh Wena Cintiawati & Lanny Anggawati Klaten. Vihara Bodhivamsa Wisma Dhammaguna Tipitaka Tematik Sabda Buddha dalam Kitab Suci Pali. Terjemahan oleh Hendra Wijaya. Jakarta: Ehipassiko Foundation. BKKBN Pendalaman Materi Pendidikan Keluarga Berencana. Jakarta. BPK GM Psikologi Praktis Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia. Davids, Rhys. T.W. 2002a. Dialogues of the Buddha. Oxford: The Pali Text Society b. Sacred Books of the Buddhists. Oxford: The Pali Text Society. Departemen Agama RI Modul Keluarga Bahagia Sejahtera. Jakarta: Depag RI Proyek Peningkatan Peranan Wanita. Dhammananda, Sri Keyakinan Umat Buddha. Terjemahan oleh Ida Kurniati Jakarta: Yayasan Penerbit Karaniya.

9 Rumah Tangga Bahagia. Yogyakarta: Vihara Vidyaloka. Dumairi Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. Gulo W Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Gramedia Widiasrama Indonesia. Harmoni Keselarasan, Keseimbangan, dan Keserasian. Jakarta: Majelis Mahayana Buddhis Indonesia. Hinuber, O.von & Norman, K.R Dhammapada. Oxford: The Pali Text Society. Indrayanto Pengertian Miskin. (diakses 20 Januari 2013). Karja, Aleng Petunjuk Untuk Persiapan Perkawinan. Jakarta: Lancar. Lay Panduan Tipitaka. Terjemahan oleh Lanny Anggawati & Wena Cintiawati. Klaten: Vihara Bodhivamsa. Morris, Richard The Anguttara Nikaya. Oxford: The Pali Text Society. Mukti, Krishnanda Wijaya Wacana Buddha Dhamma. Jakarta: Ekayana Buddhis Centre. Ñanamoli & Bodhi. Tanpa tahun. Majjhima Nikaya Kitab Suci Agama Buddha, vols I-V. Terjemahan oleh Wena Cintiawati & Lanny Anggawati Tanpa kota: Vihara Bodhivamsa Wisma Dhammaguna The Middle Length Discourses of the Buddha. Oxford: The Pali Text Society. Ñanamoli Khuddakapatha Kitab Suci Agama Buddha, vols II. Terjemahan oleh Wena Cintiawati & Lanny Anggawati. Klaten: Vihara Bodhivamsa Visma Dhammaguna.

10 Ñanaponika & Bodhi Petikan Anguttara Nikaya Kitab Suci Agama Buddha. Vols. I-XI, terjemahan oleh Wena Cindiawati, Lanny Aggawati, dan Endang Widyawati. Klaten: Vihara Bodhivamsa & Wisma Dhammaguna. Norman, K.R The Word of the Doctrine (Dhammapada). Oxford: The Pali Text Society The Group of Discouses (Sutta-Nipata). Lancaster. The Pali Text Society. Parabhava Sutta (diakses 28 Januari 2013). Patriarch, Late dan Prince Vajirananavarorasa. Tanpa tahun. Dhamma Vibhanga Penggolongan Dhamma. Terjemahan Bhikkhu Jeto. Yogyakarta: Vidyasena Vihara Vidyaloka. Payutto Ekonomi Buddhis. Jakarta: PP MAGABUDHI. Phongsawasdi Kehangatan Keluarga. Terjemahan Wilyana Kusrini. Tangerang: Yayasan Bunyanithi. Pusaka Jati, Suhartoyo dan Suyanto Pedoman Penulisan Skripsi. Tangerang: Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya. Rashid, Teja Sila dan Vinaya. Surabaya: Paramita. Saddatissa Sutta Nipata. Klaten: Vihara Bodhivamsa. Samuelson, Paul Ekonomi Mikro. Jakarta: Erlangga. Sandi Kasus Bunuh Diri. bunuh-diri-persoalan-kemiskinan-dan-perubahan-sosial (diakses 15 Januari 2013). Sanidah, Siti Kasus Perceraian. kualitas-perempuan-ntb,-antara-perceraian-dan-kemiskinan.html (diakses 15 Januari 2013).

11 Schumacher, EF Konsep Ekonomi dalam Agama Buddha. Jakarta Helena, Buddhist Engagement in the Global Economy. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. CV ALFABETA. Suguno, Bhikkhu Pandangan Agama Buddha Tentang Ekonomi. (diakses tanggal 14 Januari 2013). Suryani, Luh Ketut dan Cokorda Bagus Jaya Lesmana Kiat Mengatasi Badai Kehidupan Perkawinan. Jakarta: PT Intisari Mediatama. Tim Penyusun Keluarga Bahagia Sejahtera Menurut Pandangan Agama Buddha. Jawa Barat: Bimas Buddha Departemen Agama Pengetahuan Dhamma. Jakarta: CV Dewi Kalyana Abadi a. Tipitaka Kitab Suci Agama Buddha. Jakarta: CV Nitra Kencana Buana b. Panduan Tipitaka Kitab Suci Agama Buddha. Jakarta: Dewi Kalyana Abadi Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Thirzamaulita Pengertian Kualitas. (diakses 11 Januari 2013). Utama, Jhana Virya Peranan Wanita Buddhis. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Keagamaan Buddha Indonesia. Uttamo, Bhikkhu Cakkavatti Sihanada Sutta. (diakses 30 Januari 2013).

12 Walshe, Maurice Khotbah-Khotbah Panjang Sang Buddha Digha Nikaya. Vols I-III. Terjemahan oleh Team Giri Mangala Publication & Dhamma Citta Press. Tanpa kota: Dhamma Citta Press. Virya, Jhana Membina Keluarga Hita Sukhaya. CV Yanwreko Wahana Karya. Wibowo, Adi Pengertian Ekonomi Buddhis. ( (diakses 20 Januari 2013). Widjaja, Hendra dan Handaka Vijjananda Pernikahan Bahagia. Seri Dharma Putra Indonesia. Widya, Dharma Vyaggapajja Sutta. Jakarta: PP WANDANI. Woodward, F.L The Book of The Gradual Sayings (Anguttara Nikaya or More-Numbered Suttas). Oxford: The Pali Text Society. Wowor, Cornelis Pandangan Sosial Agama Buddha. Semarang: Vihara Tanah Putih.

Agama Buddha Masa Kini : Antara Harmoni dan Konflik oleh : Putu Finsen Darmayana STABN Sriwijaya

Agama Buddha Masa Kini : Antara Harmoni dan Konflik oleh : Putu Finsen Darmayana STABN Sriwijaya Agama Buddha Masa Kini : Antara Harmoni dan Konflik oleh : Putu Finsen Darmayana STABN Sriwijaya ABSTRAK Tujuan artikel ini adalah untuk melihat uniknya perkembangan agama Buddha yang sangat harmonis dan

Lebih terperinci

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi

Lebih terperinci

TINJAUAN PERAN GURU AGAMA BUDDHA DALAM MENGATASI PERILAKU SEKS PRANIKAH DIKALANGAN REMAJA BUDDHIS

TINJAUAN PERAN GURU AGAMA BUDDHA DALAM MENGATASI PERILAKU SEKS PRANIKAH DIKALANGAN REMAJA BUDDHIS TINJAUAN PERAN GURU AGAMA BUDDHA DALAM MENGATASI PERILAKU SEKS PRANIKAH DIKALANGAN REMAJA BUDDHIS (Evaluative Study on High School Students Buddhism Sriwijaya State Buddhist College Tangerang Banten).

Lebih terperinci

Artikel ilmiah Tema Politik dan Agama Buddha MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA

Artikel ilmiah Tema Politik dan Agama Buddha MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA Artikel ilmiah Tema Politik dan Agama Buddha MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA OLEH: SACCA HANDIKA MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA SACCA HANDIKA ABSTRAK

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA. Oleh: Warsito. Abstrak:

STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA. Oleh: Warsito. Abstrak: STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA Oleh: Warsito Abstrak: Perkembangan Dharmaduta di Indonesia telah berkembang pesat sejak masa kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.

Lebih terperinci

PERAN MAHASISWA DALAM MENDUKUNG PENERAPAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI LINGKUNGAN PERGURUAN TINGGI AGAMA BUDDHA. Oleh : Jumadi NPM:

PERAN MAHASISWA DALAM MENDUKUNG PENERAPAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI LINGKUNGAN PERGURUAN TINGGI AGAMA BUDDHA. Oleh : Jumadi NPM: PERAN MAHASISWA DALAM MENDUKUNG PENERAPAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI LINGKUNGAN PERGURUAN TINGGI AGAMA BUDDHA Oleh : Jumadi NPM: 11110148 PROGRAM STUDI DHARMA ACARYA SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA BUDDHA JINARAKKHITA

Lebih terperinci

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit.

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit. Willy Yandi Wijaya UCAPAN BENAR Penulis : Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 105 x 148.5 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS 70 gsm Jumlah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MAHA SANGHA SABHA (PASAMUAN AGUNG) TAHUN 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 02/PA/VII/2002

KEPUTUSAN MAHA SANGHA SABHA (PASAMUAN AGUNG) TAHUN 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 02/PA/VII/2002 KEPUTUSAN Nomor : 02/PA/VII/2002 Tentang: PROGRAM KERJA LIMA TAHUN ( TAHUN 2002 2007 ) NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA Memperhatikan : Musyawarah dan mufakat dalam Mahã Sangha Sabhã (Pesamuan

Lebih terperinci

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur.

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur. book Bakti Kepada Bakti Kepada Orangtua merupakan paduan ajaran klasik Buddha yang inspiratif dengan tampilan modern yang atraktif, sehingga merupakan sarana efektif untuk: membelajarkan sifat luhur sejak

Lebih terperinci

PENGARUH METODE SOSIODRAMA DALAM MATA PELAJARAN AGAMA BUDDHA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN AFEKTIF SISWA KELAS VII SMP PERGURUAN BUDDHI TANGERANG

PENGARUH METODE SOSIODRAMA DALAM MATA PELAJARAN AGAMA BUDDHA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN AFEKTIF SISWA KELAS VII SMP PERGURUAN BUDDHI TANGERANG PENGARUH METODE SOSIODRAMA DALAM MATA PELAJARAN AGAMA BUDDHA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN AFEKTIF SISWA KELAS VII SMP PERGURUAN BUDDHI TANGERANG ARTIKEL OLEH DESI KARTIKAWATI Disusun sebagai Tugas Akhir

Lebih terperinci

TANTANGAN AGAMA BUDDHA DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI. Oleh: Eka Liliana. Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra. Abstrak

TANTANGAN AGAMA BUDDHA DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI. Oleh: Eka Liliana. Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra. Abstrak TANTANGAN AGAMA BUDDHA DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI Oleh: Eka Liliana Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra Abstrak Perkembangan zaman membawa banyak perubahan dalam masyarakat. Melalui kemajuan teknologi,

Lebih terperinci

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para 1 Ciri-ciri Seorang Sotapanna (The Character of a Stream-enterer) Pada umumnya Tipitaka menjelaskan seorang Sotapanna sehubungan dengan empat faktor. Tiga faktor pertama dari keempat faktor Sotapatti ini

Lebih terperinci

BAB IV EKONOMI DAN SPIRITUALITAS PERSPEKTIF PARA BIKSU

BAB IV EKONOMI DAN SPIRITUALITAS PERSPEKTIF PARA BIKSU BAB IV EKONOMI DAN SPIRITUALITAS PERSPEKTIF PARA BIKSU A. Tinjauan Ekonomi Perspektif Para Biksu di Maha Vihara Mojopahit 1. Ekonomi bagi Perumah Tangga (Gharavasa) Biksu Nyanavira menjelaskan bahwa ekonomi

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN

SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN Oleh: Okta Viani NIM 0250112020511

Lebih terperinci

ARTIKEL OLEH. Yeny Tusmiati. Disusun sebagai Tugas Akhir. Di Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang Banten. Jurusan Dharmacarya

ARTIKEL OLEH. Yeny Tusmiati. Disusun sebagai Tugas Akhir. Di Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang Banten. Jurusan Dharmacarya PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KARAKTERISTIK GURU BIMBINGAN KONSELING BUDDHIS TERHADAP PENYELESAIAN MASALAH AKADEMIS DI SMA PERGURUAN BUDDHI TANGERANG ARTIKEL OLEH Yeny Tusmiati Disusun sebagai Tugas

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD DHARMA PUTRA TANGERANG TAHUN PELAJARAN

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD DHARMA PUTRA TANGERANG TAHUN PELAJARAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD DHARMA PUTRA TANGERANG TAHUN PELAJARAN 2016-2017 SKRIPSI Disusun dan Diajukan sebagai Persyaratan Penyusunan Skripsi Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit.

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit. Willy Yandi Wijaya UCAPAN BENAR Penulis : Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 105 x 148.5 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS 70 gsm Jumlah

Lebih terperinci

KONSTRUKSI KONSEP PEREKONOMIAN KELUARGA DALAM AJARAN BUDDHA: SEBUAH TINJAUAN PENDIDIKAN DALAM MEMBANGUN REVOLUSI MENTAL (SUATU TELAAH HERMENEUTIKA)

KONSTRUKSI KONSEP PEREKONOMIAN KELUARGA DALAM AJARAN BUDDHA: SEBUAH TINJAUAN PENDIDIKAN DALAM MEMBANGUN REVOLUSI MENTAL (SUATU TELAAH HERMENEUTIKA) it11t 11Tis11T 11Ta11T 11Tnecessity 11Tmorality11T. 11TBuddha.11T 11Tall11T 11Taspects 11Tmust Tfor11T 11Tsurvival11T 1 1Tas 11Tabout 11Thappy11T. 1 1Tbuilt 11Tcan 11Tglobalization11T 11Tenlightened11T

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pergilah, bekerjalah untuk keselamatan orang banyak, untuk kebahagiaan orang banyak, karena belas kasihan pada dunia, untuk kesejahteraan, untuk keselamatan,

Lebih terperinci

SĪLA-2. Pariyatti Sāsana hp ; pin!

SĪLA-2. Pariyatti Sāsana  hp ; pin! SĪLA-2 Pariyatti Sāsana www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin! 2965F5FD Murid-buangan (Upāsakacaṇḍāla) Vs Murid-permata (upāsakaratana) Murid buangan atau pengikut-yang-ternoda (upāsakamala) atau pengikut-kelas-bawah

Lebih terperinci

PERANAN SAHABAT SEJATI (KALYANAMITTA) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA BUDDHIS

PERANAN SAHABAT SEJATI (KALYANAMITTA) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA BUDDHIS PERANAN SAHABAT SEJATI (KALYANAMITTA) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA BUDDHIS ARTIKEL Oleh: KASIHANTO TRI WIDODO NIM: 0250108010241 Disusun dan Diajukan sebagai Tugas Akhir Untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia, dari sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu kenyataan atas keinginan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SIDANG MAHASANGHASABHA (PERSAMUHAN AGUNG) TAHUN 2007 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 01/PA/VII/2007

KEPUTUSAN SIDANG MAHASANGHASABHA (PERSAMUHAN AGUNG) TAHUN 2007 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 01/PA/VII/2007 Menimbang : Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, Jl. Agung Permai XV/12 Jakarta 14350 Vihara Mendut, Kotak Pos 111, Kota Mungkid 56501 Magelang KEPUTUSAN SIDANG Nomor : 01/PA/VII/2007 TATA TERTIB SIDANG MAHASANGHASABHA

Lebih terperinci

D. ucapan benar E. usaha benar

D. ucapan benar E. usaha benar 1. Keyakinan yang dituntut dalam agama Buddha adalah A. keyakinan tanpa dasar terhadap seluruh ajaran Buddha B. keyakinan yang muncul dari proses pembelajaran, pengalaman, dan perenungan C. keyakinan yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN METTA DAN KHANTI DENGAN UPAYA MENGATASI STRES PADA ANAK ASUH LEMBAGA BEASISWA DHARMA PEMBANGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN METTA DAN KHANTI DENGAN UPAYA MENGATASI STRES PADA ANAK ASUH LEMBAGA BEASISWA DHARMA PEMBANGUNAN JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN METTA DAN KHANTI DENGAN UPAYA MENGATASI STRES PADA ANAK ASUH LEMBAGA BEASISWA DHARMA PEMBANGUNAN JAKARTA Yogi Nopriyanto gigii_riyanto@yahoo.co.id Pendahuluan Manusia merupakan

Lebih terperinci

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Pertama Ariya Metta Tangerang) ARTIKEL SKRIPSI. Oleh: DARIYANTO NIM

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Pertama Ariya Metta Tangerang) ARTIKEL SKRIPSI. Oleh: DARIYANTO NIM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA (Studi Kasus di Sekolah Menengah

Lebih terperinci

ETIKA DAN SISTEM PEREKONOMIAN MIKRO MENURUT AJARAN SANG BUDDHA (Suatu telaah Hermeneutika) Oleh Sapardi

ETIKA DAN SISTEM PEREKONOMIAN MIKRO MENURUT AJARAN SANG BUDDHA (Suatu telaah Hermeneutika) Oleh Sapardi ETIKA DAN SISTEM PEREKONOMIAN MIKRO MENURUT AJARAN SANG BUDDHA (Suatu telaah Hermeneutika) Oleh Sapardi Sapardi65@gmail.com Abstrak Akhir-akhir ini terjadi fenomena kejahatan yang sangat mengerikan. Penjambretan,

Lebih terperinci

Willy Yandi Wijaya. Pikiran Benar

Willy Yandi Wijaya. Pikiran Benar Willy Yandi Wijaya Pikiran Benar i PIKIRAN BENAR Penulis : Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 105 x 148.5 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli

BAB I PENDAHULUAN. pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meditasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memusatkan pikiran pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli meditasi disebut juga

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERESMIAN VIHARA MAHANAMA DUSUN SEMANDING DESA CANDIGARON

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERESMIAN VIHARA MAHANAMA DUSUN SEMANDING DESA CANDIGARON 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERESMIAN VIHARA MAHANAMA DUSUN SEMANDING DESA CANDIGARON TANGGAL 12 SEPTEMBER 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Ysh : 1. Ketua Sangha

Lebih terperinci

PERANAN NILAI-NILAI SENI BARONGSAI DALAM MENINGKATKAN SEMANGAT REMAJA BUDDHIS

PERANAN NILAI-NILAI SENI BARONGSAI DALAM MENINGKATKAN SEMANGAT REMAJA BUDDHIS PERANAN NILAI-NILAI SENI BARONGSAI DALAM MENINGKATKAN SEMANGAT REMAJA BUDDHIS (Studi Kasus di Vihara Padumuttara, Boen Tek Bio) By Name: Eka Agus Setianingsih Nim: 0250108020257 Disusun dan Diajukan sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH ETIKA JAWA DAN PELAKSANAAN SīLA TERHADAP PENGENDALIAN DIRI MAHASISWA STAB NEGERI SRIWIJAYA TAHUN AKADEMIK 2015/2016

PENGARUH ETIKA JAWA DAN PELAKSANAAN SīLA TERHADAP PENGENDALIAN DIRI MAHASISWA STAB NEGERI SRIWIJAYA TAHUN AKADEMIK 2015/2016 PENGARUH ETIKA JAWA DAN PELAKSANAAN SīLA TERHADAP PENGENDALIAN DIRI MAHASISWA STAB NEGERI SRIWIJAYA TAHUN AKADEMIK 2015/2016 ABSTRACT Wibowo. 2016. Java ethic and sila implementation on self-control of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting yang dialami dua insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari karunia Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

Disusun sebagai Tugas Akhir Di Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang Banten Jurusan Dharmacarya 2013

Disusun sebagai Tugas Akhir Di Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang Banten Jurusan Dharmacarya 2013 1 PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA (Study pada Sekolah Dasar Negeri 2 Gunung Sindur, Bogor)

Lebih terperinci

Agama Buddha dan Kehidupan Sosial (Konsep dasar pola pikir Buddhis berdasarkan Sutta)

Agama Buddha dan Kehidupan Sosial (Konsep dasar pola pikir Buddhis berdasarkan Sutta) Agama Buddha dan Kehidupan Sosial ) A. Filsafat dan ciri-ciri Filsafat Buddhis. 1. Panna bersifat menembus hakikat kenyataan (Dhamma) dan langsung dihasilkan dari samadhi. Barang siapa bersamadhi, ia akan

Lebih terperinci

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran book Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran Buddha bisa kita sebar kepada banyak orang. KARMA Ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah 1 BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang umum berlaku pada mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah hidupnya karena keturunan dan perkembangbiakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi

Lebih terperinci

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun PANDANGAN BENAR Penulis : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 80 x 120 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS 70 gsm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Pengaruh Pelayanan dan Fasilitas terhadap Kepuasan Mahasiswa 1 Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangeran Banten Heriyanto

DAFTAR ISI. Pengaruh Pelayanan dan Fasilitas terhadap Kepuasan Mahasiswa 1 Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangeran Banten Heriyanto DAFTAR ISI Pengaruh Pelayanan dan Fasilitas terhadap Kepuasan Mahasiswa 1 Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangeran Banten Heriyanto Pentingnya Kompetensi Sosial Bagi Dosen 15 Muawanah Exelent

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk relatif tinggi merupakan beban dalam pembangunan nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati oleh rakyat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia, pria dan wanita, dengan sifat fitrah yang khas. Manusia memiliki naluri, perasaan, dan akal. Adanya rasa cinta kasih

Lebih terperinci

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun PANDANGAN BENAR Penulis : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 80 x 120 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS 70 gsm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

PRAKTIK KEMAJUAN BATIN (ANUPUBBIKATHA) DALAM MENJAGA KEHARMONISAN KELUARGA Oleh: Dania Vega Primasti

PRAKTIK KEMAJUAN BATIN (ANUPUBBIKATHA) DALAM MENJAGA KEHARMONISAN KELUARGA Oleh: Dania Vega Primasti ABSTRAK Vega, Dania Primasti. 2013. Aplikas Praktik Kemajuan Batin (Anupubbikatha) dalam Menjaga Keharmonisan Keluarga. Skripsi Jurusan Dharmacharya. Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri SriwijayaTangerang

Lebih terperinci

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu?

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu? TENTANG SANG BUDDHA 1. Apa arti kata Buddha? Kata Buddha berarti "Yang telah Bangun" atau "Yang telah Sadar", yaitu seseorang yang dengan usahanya sendiri telah mencapai Penerangan Sempurna. 2. Apakah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuhan Yang Maha Esa menciptakan alam semesta beserta isinya yang meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling

Lebih terperinci

Penghidupan Benar. Penulis : Willy Yandi Wijaya

Penghidupan Benar. Penulis : Willy Yandi Wijaya Penghidupan Benar Penghidupan Benar Penulis : Willy Yandi Wijaya Editor : Seng Hansen Ukuran Buku : 105 x 148.5 Kertas Sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas Isi : HVS 70 gsm Jumlah Halaman : 48 hal Jenis

Lebih terperinci

Meditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri

Meditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri Meditasi Oleh : Taridi (0104510015) KTP Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri Kompetensi Dasar Mendeskripsikan meditasi sebagai bagian dari jalan mulia berunsur delapan.

Lebih terperinci

AGAMA BUDDHA DAN IPTEK

AGAMA BUDDHA DAN IPTEK AGAMA BUDDHA DAN IPTEK NURWITO, S.Ag., M.Pd. UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA Agama dan Iptek: Perkembangan iptek ternyata tidak sejalan perkembangan batin manusia Bahkan, ilmu pengetahuan dapat mengondisikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN RAPAT KARAKA SANGHA SABHA (DEWAN PIMPINAN SANGHA) I/2001 SANGHA THERAVADA INDONESIA

KEPUTUSAN RAPAT KARAKA SANGHA SABHA (DEWAN PIMPINAN SANGHA) I/2001 SANGHA THERAVADA INDONESIA Nomor : 01/RAPIM-I/II/01 MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN RAPAT KARAKA SANGHA SABHA (DEWAN PIMPINAN SANGHA) I/2001 BAB I : PROGRAM PELAKSANAAN KEGIATAN 2001 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA Pasal 1 : Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.

Lebih terperinci

PERAN PENYULUH AGAMA BUDDHA DALAM PELAYANAN KEAGAMAAN DI VIHARA RANCAKA DHARMA KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL SKRIPSI

PERAN PENYULUH AGAMA BUDDHA DALAM PELAYANAN KEAGAMAAN DI VIHARA RANCAKA DHARMA KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL SKRIPSI PERAN PENYULUH AGAMA BUDDHA DALAM PELAYANAN KEAGAMAAN DI VIHARA RANCAKA DHARMA KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL SKRIPSI Oleh DWI SRI MUKTI NIM 0250112020505 SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI

Lebih terperinci

KIAT MENGATASI KENAKALAN REMAJA

KIAT MENGATASI KENAKALAN REMAJA KIAT MENGATASI KENAKALAN REMAJA PENDAHULUAN Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orangtua, tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahaptahap

Lebih terperinci

ARTIKEL. OLEH Made Desi Handayani NIM:

ARTIKEL. OLEH Made Desi Handayani NIM: EFEKTIVITAS METODE DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN AFEKTIF SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DI SEKOLAH DASAR EHIPASSIKO TANGERANG ARTIKEL OLEH Made Desi Handayani NIM: 0250109010279

Lebih terperinci

Perbuatan Benar. Willy Yandi Wijaya

Perbuatan Benar. Willy Yandi Wijaya Perbuatan Benar Willy Yandi Wijaya Perbuatan Benar Penulis : Wlly Yandi Wijaya Editor : Seng Hansun Ukuran Buku : 105 x 148.5 mm Kertas Sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas Isi : HVS 70 gsm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling A. Latar Belakang Masalah Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling membutuhkan dan cenderung ingin hidup bersama. Berdasarkan sifatnya manusia sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama memiliki pengaruh besar terhadap tindakan dan prilaku manusia yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan aturan-aturan dan ideologi

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang

Lebih terperinci

Pendahuluan Tipiṭaka. Pariyatti Sāsana hp ; pin. Sunday, September 29, 13

Pendahuluan Tipiṭaka. Pariyatti Sāsana  hp ; pin. Sunday, September 29, 13 Pendahuluan Tipiṭaka Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Kronologi Kanon Pāḷi Tradisi lisan pada jaman Buddha. Kitab suci yang ada sekarang bersumber pada Konsili-konsili yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sempurna. Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sempurna. Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan salah satu pokok hidup yang paling utama dalam pergaulan masyarakat yang sempurna. Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT sebagai jalan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENDEKATAN BUDHISM. Taridi, Komang Sutawan STIAB Jinarakkhita Lampung

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENDEKATAN BUDHISM. Taridi, Komang Sutawan STIAB Jinarakkhita Lampung PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENDEKATAN BUDHISM Taridi, Komang Sutawan STIAB Jinarakkhita Lampung manobhadra@yahoo.co.id ABSTRAK Peran pendidikan dalam mewujudkan perkembangan tidak

Lebih terperinci

MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA

MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA (edited version 15/8/06, Daung) (edited version 17/8/06, Andi Kusnadi) CERAMAH DI CAMBRIDGE MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA OLEH : SAYADAW CHANMYAY Kata Pengantar Minggu sore 11 Juli 2004

Lebih terperinci

Kumpulan Naskah Dhamma hal. Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, diperluas: Yayasan Setia Bhakti Lestari

Kumpulan Naskah Dhamma hal. Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala,  diperluas: Yayasan Setia Bhakti Lestari 1 KUMPULAN NASKAH DHAMMA Bhikkhu Uttamo 1. KELUARGA BAHAGIA DENGAN BUDDHA DHAMMA PENDAHULUAN Buddha Dhamma atau Ajaran Kebenaran diberikan oleh Sang Buddha kepada umat manusia telah hampir 3000 tahun usianya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan sangat besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia diciptakan oleh sang kholiq untuk memiliki hasrat dan keinginan untuk melangsungkan perkawinan. Sebagaimana

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA Semester : 1 (Satu) Aspek : Sila Standar : 1. Mengkonstruksikan pergaulan yang baik dan sikap umat berbagai

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017 LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017 Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hari, Tanggal : Rabu 8 Maret 2017 Kelas/Semester : XI/IV Alokasi Waktu : 120 menit Guru

Lebih terperinci

Dhamma Inside. Kematian Yang Indah. Orang-orang. Akhir dari Keragu-raguan. Vol September 2015

Dhamma Inside. Kematian Yang Indah. Orang-orang. Akhir dari Keragu-raguan. Vol September 2015 Dhamma Inside Vol. 22 - September 2015 Kematian Yang Indah Akhir dari Keragu-raguan Orang-orang Kematian Yang Indah Oleh : Bhikkhu Santacitto Kematian adalah peristiwa yang tidak dapat dihindari oleh siapapun,

Lebih terperinci

MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA

MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA Artikel MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA Sunartiningsih, SE Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa keluarga sejahtera didefinisikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas)

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas) 1 Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas) [Anguttara Nikaya 3.65] Demikianlah telah saya dengar. Bhagavan sedang melakukan perjalanan bersama orang-orang Kosala dengan sekumpulan

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG-BANTEN TAHUN AJARAN 2011/2012 TERHADAP

PENGARUH GAYA BELAJAR MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG-BANTEN TAHUN AJARAN 2011/2012 TERHADAP PENGARUH GAYA BELAJAR MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG-BANTEN TAHUN AJARAN 2011/2012 TERHADAP PRESTASI MATA KULIAH ABHIDHAMMA PITAKA PROPOSAL SKRIPSI Oleh : ADHI VERAWANTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang mensyari atkan pernikahan bagi umatnya. Menikah dalam Islam adalah salah satu sarana untuk menggapai separuh kesempurnaan dalam beragama.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KONSEP KUSALA DHAMMA DALAM AGAMA BUDDHA DENGAN KONSEP JIHAD AGAMA ISLAM

PERBANDINGAN KONSEP KUSALA DHAMMA DALAM AGAMA BUDDHA DENGAN KONSEP JIHAD AGAMA ISLAM PERBANDINGAN KONSEP KUSALA DHAMMA DALAM AGAMA BUDDHA DENGAN KONSEP JIHAD AGAMA ISLAM ARTIKEL OLEH Untoro Disusun sebagai Tugas Akhir Di Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang Banten Jurusan

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI Oleh : DODI HARTANTO No. Mhs : 04410456 Program studi : Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

IMPRESI REINFORCEMENT BAGI SISWA KELAS V SD ARIYA METTA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA ARTIKEL SKRIPSI

IMPRESI REINFORCEMENT BAGI SISWA KELAS V SD ARIYA METTA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA ARTIKEL SKRIPSI IMPRESI REINFORCEMENT BAGI SISWA KELAS V SD ARIYA METTA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA ARTIKEL SKRIPSI Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Allah SWT menjadikan perkawinan sebagai salah satu asas hidup yang utama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna bahkan Allah SWT menjadikan perkawinan sebagai

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS ETOS KERJA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA MENURUT BUDDHA DHAMMA. Iin Suwarni STABN Sriwijaya

EFEKTIVITAS ETOS KERJA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA MENURUT BUDDHA DHAMMA. Iin Suwarni STABN Sriwijaya EFEKTIVITAS ETOS KERJA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA MENURUT BUDDHA DHAMMA Iin Suwarni STABN Sriwijaya iin.suwarni@yahoo.co.id Abstract In this life, humans must meet all their physical needs, so man

Lebih terperinci

Dharmayatra tempat suci Buddha

Dharmayatra tempat suci Buddha Dharmayatra tempat suci Buddha 1. Pengertian Dharmayatra Dharmayatra terdiri dari dua kata, yaitu : dhamma dan yatra. Dharmma (Pali) atau Dharma (Sanskerta) artinya kesunyataan, benar, kebenaran, hukum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pernikahan merupakan perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan resmi (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun

Lebih terperinci

Kebahagiaan Berdana. Diposkan pada 02 Desember 2015

Kebahagiaan Berdana. Diposkan pada 02 Desember 2015 Kebahagiaan Berdana Diposkan pada 02 Desember 2015 Berdana dan melaksanakan Dhamma di dalam kehidupan sehari-hari, itulah berkah utama Kehidupan berlangsung terus dari waktu ke waktu. Hari berganti bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup

Lebih terperinci

Mahā Maṅgala Sutta (1)

Mahā Maṅgala Sutta (1) Mahā Maṅgala Sutta (1) Azimat Buddhis Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Pseudo Sebab-Akibat Jangan memindah guci-abu-jenasah yang sudah disimpan di vihāra. Penempatan guci-abu. Ibu mengandung

Lebih terperinci

PERANAN GURU BK DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI (SELF CONCEPT) PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 11 PADANG. Oleh: Fitri Yumilda * Fitria Kasih ** Nofrita **

PERANAN GURU BK DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI (SELF CONCEPT) PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 11 PADANG. Oleh: Fitri Yumilda * Fitria Kasih ** Nofrita ** PERANAN GURU BK DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI (SELF CONCEPT) PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 11 PADANG Oleh: Fitri Yumilda * Fitria Kasih ** Nofrita ** *) Mahasiswa BK STKIP PGRI Sumatera Barat **) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama. Hindu adalah salah satu agama yang di akui oleh negara. Keanekaan merupakan ciri khas negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Quran dinyatakan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodohan adalah naluri segala makhluk Allah, termasuk manusia. 1 Dalam surat Adz-Dzariyat ayat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam kehidupannya sehari-hari selalu dihadapkan dengan

I. PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam kehidupannya sehari-hari selalu dihadapkan dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku manusia dalam kehidupannya sehari-hari selalu dihadapkan dengan berbagai masalah. Masalah yang ada tersebut beranekaragam,mulai dari masalah yang sukar

Lebih terperinci

PROFIL KEHARMONISAN ORANG YANG MENIKAH DI USIA DINI DI KECAMATAN AIR DIKIT KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL

PROFIL KEHARMONISAN ORANG YANG MENIKAH DI USIA DINI DI KECAMATAN AIR DIKIT KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL PROFIL KEHARMONISAN ORANG YANG MENIKAH DI USIA DINI DI KECAMATAN AIR DIKIT KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) Oleh: NELI LISNIATI

Lebih terperinci

KUMPULAN NASKAH DHAMMA Bhikkhu Uttamo

KUMPULAN NASKAH DHAMMA Bhikkhu Uttamo KUMPULAN NASKAH DHAMMA Bhikkhu Uttamo 1. KELUARGA BAHAGIA DENGAN BUDDHA DHAMMA PENDAHULUAN Buddha Dhamma atau Ajaran Kebenaran yang diberikan oleh Sang Buddha kepada umat manusia telah hampir 3000 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan-kebutuhan seperti makhluk hidup lainnya, baik kebutuhan-kebutuhan untuk melangsungkan eksistensinya sebagai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KREATIVITAS MAHASISWA TELAAH PERAN ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS DAN PRINSIP MENCARI PASANGAN DALAM BUDDHIS

PENGEMBANGAN KREATIVITAS MAHASISWA TELAAH PERAN ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS DAN PRINSIP MENCARI PASANGAN DALAM BUDDHIS PENGEMBANGAN KREATIVITAS MAHASISWA TELAAH PERAN ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS DAN PRINSIP MENCARI PASANGAN DALAM BUDDHIS BIDANG KEGIATAN PKM-GAGASAN TERTULIS Disusun Oleh: Nama : Arif Cahyono (201301002/2013)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah satu budaya yang beraturan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH (Studi Kasus Penyelenggaraan Pernikahan di KUA Kec. Mantingan Kab. Ngawi dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2014) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB III NAFSU DALAM AGAMA BUDDHA

BAB III NAFSU DALAM AGAMA BUDDHA BAB III NAFSU DALAM AGAMA BUDDHA A. Pengertian Nafsu Dalam bahasa pali 151, nafsu dikenal dengan istilah tanha yang berarti keinginan. 152 Menurut Ajahn Brahm, nafsu berarti menginginkan sesuatu selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup. sebagaimana firman-nya dalam surat Az-zariyat ayat 49 :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup. sebagaimana firman-nya dalam surat Az-zariyat ayat 49 : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodoh adalah naluri segala makhluk Allah, termasuk manusia, sebagaimana firman-nya dalam surat

Lebih terperinci

SUTRA 42 BAGIAN. B. Nyanabhadra

SUTRA 42 BAGIAN. B. Nyanabhadra SUTRA 42 BAGIAN [ ] B. Nyanabhadra RAJA MING DINASTI HAN Tahun 28-75 Mimpi tentang makhluk memancarkan cahaya kuning KASYAPA MATANGA & DHARMARATNA Tahun 67 dari India ke Luoyang Menerjemahkan Sutra 42

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6 BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan, manusia tidak dapat hidup dengan mengandalkan dirinya sendiri. Setiap orang membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupannya dalam semua hal, termasuk dalam pengembangbiakan

Lebih terperinci