BAB III KONSEP DANA DALAM BUDDHA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KONSEP DANA DALAM BUDDHA"

Transkripsi

1 BAB III KONSEP DANA DALAM BUDDHA 1. Pengertian Secara universal memberi dikenal sebagai salah satu keluhuran manusia yang paling mendasar. Sesuatu yang membuktikan kedalaman sifat manusiawi dan kemampuan seseorang untuk trensendan diri. Perbuatan memberi ini merupakan satu langkah awal yang penting di dalam praktek Buddhis. 1 Berdasarkan tata bahasa Pali istilah dana dapat didefinisikan sebagai berikut: 1. Diyabeti Danam yaitu sesuatu yang telah diberikan disebut Dana. 2. Duggati Dayati Rakkbati Danam yaitu sesuatu yang membuat si pemberi memperoleh perlindungan, keselamatan, kebebasan dan penderitaan atau kesukaran disebut dana. 2 Kitab Visuddimaga, Buddhaghosa Thera telah memberikan definisi sebagai Danam Vuccati Avakbandbam yaitu sesuatu yang diberikan dengan niat disebut dana. 3 Dana biasa diterjemahkan sebagai pemberian sedekah. Pemberian sedekah mengingatkan kepada pemberian hadiah kepada orang-orang miskin atau kepada mereka yang berada dalam lingkungan yang tidak menguntungkan. 4 Berdana adalah perbuatan melepas sesuatu yang dimiliki dengan tulus ikhlas dan memberi kepada mereka yang membutuhkan bantuan demi 1 Rudi Ananda Limiady, Mengapa Berdana, (Klaten: Wisma Sambodhi, 2003), hlm Abhiniko, Dana (Berdana) dalam lembaran Nirkala, Mangala 15 Edisi Perdana 1992, (Thailand: LPD. Publisher, 1992), hlm. 5, untuk selanjutnya ditulis dengan Lembaran Nirkala. 3 Ibid. 4 Bhikkhu Lady Saydaw, Penjelasan Mengenai Dana, (Semarang: Vihara Tanah Putih, 2003), hlm. 1 33

2 34 suatu tujuan yang baik. Berdana tidak lain adalah murah hati yang terkandung dalam pengertian alobha (tidak serakah). 5 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Dana diartikan sebagai uang yang disediakan untuk kepentingan kesejahteraan, juga diartikan sebagai pemberian hadiah atau hadiah atau derma. 6 Sedangkan dari sudut lain, berdana dapat juga diidentifikasikan dengan sifat pribadi kedermawanan (caga), yaitu memberikan apa yang dimiliki demi kepentingan orang lain. 7 Sudut pandang ini menyoroti praktek berdana bukan sebagai tindakan perwujudan luar, di mana suatu obyek dipindahkan dari diri sendiri untuk diberikan kepada yang lain, namun merupakan kecenderungan dalam diri untuk memberi lewat tindakan nyata, yang memungkinkan adanya berbagai tindakan yang lebih menuntut pengorbanan diri. Praktik berdana dalam ajaran sang Buddha, memiliki tempat dan pengertian khusus yaitu sebagai pondasi dan benih perkembangan spiritual. Dana merupakan dasar dari segala perbuatan baik. Dana adalah langkah pertama dalam urutan cara-cara berbuat baik (kusula kamma) dan di dalam Punna Kriya Vatthu (sepuluh cara berbuat jasa). Secara garis besar, berdana adalah merelakan sebagian uang atau harta benda miliknya untuk diberikan dengan tanpa pamrih kepada mereka yang membutuhkannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perbuatan baik dari berdana ini merupakan perbuatan jasa / kebajikan yang paling dasar. Yang merupakan landasan bagi tumbuh berkembangnya kebajikan-kebajikan yang lebih tinggi, yakni sila (hidup bermoral), samadhi (memiliki konsentrasi) dan 5 K.Wijaya Mukti, Belajar Menjadi Bijaksana, (Jakarta: Yayasan Dharma Pembangunan, 1993), hlm Anton M. Moeliono, dkk., Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hlm Win Vijono, Ajaran Bagi Pemula, (Bandung: Yayasan Bandung Sucinno Indonesia, 1992), hlm. 109.

3 35 Pannya (memiliki kebijaksanaan), hingga akhirnya mencapai kebebasan sejati (Nibbana) Dasar Perintah Berdana Agama Buddha sama sekali tidak ada doa-doa untuk mendatangkan rezeki, keberuntungan dan segalanya. Inilah salah satu ciri khas ajaran sang Buddha yang membedakannya dengan ajaran agama-agama lain. 9 Menciptakan sikap pasif dalam mengharapkan pertolongan, bantuan atau sokongan dari sumber-sumber Adi Insani yang tidak pernah terbuktikan secara nyata. Agama Buddha mendidik penganutnya untuk menjadi orang-orang berjiwa mulia, yang siap menyalurkan bantuan kepada sesama bahkan kepada makhluk-makhluk yang lebih rendah tatarannya. Semua makhluk tanpa terkecuali dianjurkan untuk berbuat kebajikan dengan berdana. Dalam pandangan Buddhis, berdana bukanlah suatu kebajikan yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kaya, mereka yang miskinpun dapat berdana. Dananca Dhammacari Yoca, Nata Kanca Sangaho, Anavajjani Kammani Etammang Alamuttamam. (Mangala, 11). Berdana dan hidup sesuai dengan Dhamma, menolong sanak keluarga, perbuatan tanpa cela. Itulah berkah utama. 10 Berdasarkan keterangan di atas, maka dapatlah dikatakan bahwa berdana itu merupakan suatu perbuatan yang sangat dianjurkan, karena berdana dipandang sebagai berkah utama yang bisa dilakukan oleh siapapun di setiap waktu. 8 Ibid., hlm Lembaran Nirkala, Dana, op. cit., hlm Yayasan Sangha Theravada Indonesia, Paritta Suci, (Jakarta: Yayasan Dhammadipa Arama, 1994), hlm

4 36 Mempraktikkan kedermawanan, tidak banyak yang perlu dimiliki. Orang dapat memberi sesuai dengan sarana yang dimilikinya, sebab nilai suatu dana tidak diukur berdasar jumlah atau harga barang yang dipersembahkan. Dana yang diberikan dari penghasilan seseorang yang kecil dianggap amat berharga. Kesimpulannya yaitu bahwa sang Buddha sangat menghargai umatnya yang mencari nafkah dengan cara yang benar dan kemudian secara dermawan memberikannya kepada yang membutuhkan. Sekalipun memberikan dalam jumlah kecil, jika hatinya dipenuhi keyakinan, maka akan memperoleh kebahagiaan di kemudian hari. Anjuran berdana yang lain juga tertulis dalam kitab Dhammapada sebagai berikut: Jineka dariyah danena. (Dhp, 223). Atasilah noda keserakahan dan praktekkan Dana. (Dhp. 223). 11 Berdasarkan keterangan di atas, maka dapatlah dikatakan bahwa berdana merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan di dalam agama Buddha, sebagai ajaran yang paling dasar yang disampaikan oleh Sang Buddha. C. Lembaga, Penggolongan dan Cara Berdana 1. Lembaga Dana dalam Buddha Kelembagaan dana dalam agama Buddha bersifat fleksibel, artinya masing-masing wihara tidak sama, baik nama, visi dan misi serta kepengurusannya, tergantung pada penggunaan dana. Misalnya untuk mencetak buku memiliki lembaga sendiri bisa karena pembangunan, maka dibentuk kepanitiaan pembangunan, dan dana disalurkan langsung melalui panitia tersebut. XVII 11 Ven. Narada Mahathera, Dhammapada, (Yogyakarta: Buddhis Karaniya, 1992), hlm.

5 37 Menurut bapak Halimuwijaya Wakil Bendahara I Kantor WALUBI Semarang, bahwa proses pengumpulan dana dalam agama Buddha memiliki tradisi yang berbeda-beda, misalnya tradisi Thiongko, selain membuat proposal biasanya dalam peringatan atau perayaan juga membuat patung-patung, pernik-pernik, terbuat dari emas dan perak berbentuk figur-figur yang dihargai, untuk dilelangdan hasil lelang itulah yang dijadikan sebagai sumber dana. 12 Buddha Theravada, memiliki lembaga tertinggi Sangha Theravada Indonesia yang menangani berbagai bidang dan kegiatan umat, sehingga Vihara-Vihara Theravada bila melakukan perubahan yang mendasar harus minta izin pada lembaga tersebut, dan berhak bekerjasama dalam pengumpulan dana. Masing-masing Vihara Theravada memiliki lembaga dana sendiri sesuai dengan bidang dan kegiatan yang dilaksanakan, misalnya; di Vihara Tanah Putih Semarang, ada KBTI (Keluarga Buddhis Theravada Indonesia) sebagai wadah merealisasikan Dhamma yaitu turut berpartisipasi aktif dalam meringankan beban masyarakat yang membutuhkan, serta mengumpulkan dana yang ada dari umat. KBTI ini bekerjasama dengan Vihara-Vihara lain dalam melaksanakan kegiatan. Buddha Mahayana juga memiliki kelembagaan sendiri sesuai pada Vihara masing-masing. Dalam Buddha Mahayana ada Yayasan Buddha Tzu-chi yang berpusat di Taiwan yang bertujuan membantu masyarakat yang membutuhkan dengan mengumpulkan dana yang kemudian disalurkan atau diberikan pada masyarakat yang membutuhkan. Yayasan ini merupakan yayasan yang bergerak dalam bidang sosial, dan telah berkembang di 5 benua, 35 negara dengan 162 cabang. Oleh karena itu kelembagaan dana dalam Buddha secara independen atau formal itu tidak ada. Dana dikelola langsung oleh 12 Wawancara dengan Bapak Halimuwijaya Wakil Bendahara I Kantor WALUBI Semarang, tgl. 16 April 2004.

6 38 pengurus Vihara dan umat biasanya berdana pada Sangha di Vihara masing-masing. Berdana pada Sangha ini disebut Sangha dana yaitu persembahan yang diberikan pada Bhikkhu Sangha secara keseluruhan. Berdana dalam Buddha itu ada hari khususnya yaitu hari Kathina Pujja, dimana ummat diwajibkan untuk berdana yang diberikan bukan berupa uang, tetapi 4 kebutuhan Bhikkhu yaitu (1) jubah, (2) obat-obatan dan kebutuhan, (3) kebutuhan sehari-hari (sabun, sikat dan sebagainya) dan (4) makanan. Hari Kathina Pujja ini biasa diperingati di bulan Oktober dan Nopember di setiap tahunnya. 2. Penggolongan Dana Secara garis besar dana dapat dipilah menjadi dua jenis yaitu Amisa-dana dan Dhamma-dana. Amisa-dana adalah pemberian dalam bentuk benda materi sedangkan Dhamma-dana adalah pemberian berupa pengetahuan Dhamma. One. Amisa - dana Amisa-dana merupakan penberian yang paling umum yaitu berupa benda materi. 13 Obyek materi tidak perlu memiliki nilai yang besar untuk bisa menghasilkan hasil yang besar. Menurut jenis obyek yang pantas untuk didanakan Amisa-dana dapat dibedakan dan dijelaskan di dalam kitab suci agama Buddha yaitu dalam Sutta Pitaka, Vinaya Pitaka dan Abhidhamma Pitaka. Dana dalam kitab Sutta Pitaka, dibedakan menjadi 10 macam yaitu: makanan, minuman, jubah, kendaraan, bunga, dupa, wangi-wangian, tikar, obat-obatan dan lampu untuk penerangan. 13 Rudi Ananda Limiady, Mengapa, op. cit., hlm. 11.

7 39 Vinaya pitaka menjelaskan bahwa dana terdiri dari 4 macam, yang dipersembahkan kepada para Bhikkhu dan Samanera, yang disebut Nisaya atau 4 macam kebutuhan pokok dalam kehidupan Viharawan. Keempat kebutuhan hidup tersebut adalah: 1. Civara : jubah 2. Pindapatta : makanan dan minuman 3. Senasana : fasilitas tempat tinggal 4. Bhesajja : obat-obatan dan peralatan medis. 14 Selain keempat dana ini maka selebihnya adalah merupakan kebutuhan tambahan atau pemberian tambahan kepada para Bhikkhu dan Samanera. Pelaksanaan persembahan dana kepada para Bhikkhu dan Samanera harus mengerti apa yang patut dan tidak patut dilakukan dan jugas harus mengetahui tradisi Viharawan yang bersangkutan. Dana dalam kitab Abhidhamma Pitaka digolongkaan menjadi 6 kelompok, menurut keenam dasar indera manusia yakni: 1. Dana dari persepsi penglihatan atau obyek yang terlihat, misalnya jika seseorang, melihat sesuatu yang indah kemudian bermaksud untuk didanakan 2. Dana dari persepsi pendengaran, misalnya ketika mendengar orang akan berdana atau latihan meditasi di suatu Vihara, maka bermaksud untuk melaksanakan 3. Dana dari persepsi penciuman, misalnya jika seseorang menimbun sesuatu yang harum misalnya bunga-bunga atau wangi-wangian, kemudian merasa senang untuk dipersembahkan kepada patung Buddha 14 Ven. Phra Ajahn Plien Panyapatipo, Cara Yang Benar Dalam Berdana, (Bali: Mutiara Dhamma, 1994), hlm. 2

8 40 4. Dana dari persepsi rasa Dana ini berupa makanan yang dipersembahkan untuk dipersembahkan untuk para Bhikkhu dan Samanera dan juga kepada umat awam lainnya, dengan tujuan untuk berbuat baik atau jasa bagi dirinya dan memberi bantuan kepada orang lain. 5. Dana dari persepsi sentuhan fisik atau obyek berwujud lainnya, misalnya pakaian, alat duduk atau tikar, kendaraan dan fasilitas lainnya dengan berniat untuk jasa bagi yang membutuhkan. 6. Dana dari sentuhan batin atau hati, obyek pemikiran atau batin. Hal ini berarti sentuhan emosional kepada kelima kelompok tersebut di atas, yaitu merasa bahagia dan ber\maksud berbuat jasa dengan benda-benda atau hal-hal tersebut. 15 Amisa dana ini bisa dilakukan oleh masyarakat umum, begitu juga penerimanya. Wujud Amisa-dana kepada masyarakat berupa sumbangan ke berbagai organisasi sosial, sumbangan ke rumah sakit, perpustakan umum dan langsung kepada masyarakat yang membutuhkan. Amisa-dana menghasilkan kemakmuran dan kesejahteraan materi. Two. Dhamma dana Dhamma-dana merupakan pemberian berupa pengetahuan Dhamma. Dana ini memberikan hasil dan pahaka yang lebih tinggi dibanding dengan Amisa-dana. Oleh Sang Buddha dikatakan dalam Dhmmapada. 354: Sabbadanam dhammadanam jinati. 16 (Dhp, 354). 15 Ibid., hlm Ven. Narada Mahathera, Dhammapada, op. cit., hlm. 51.

9 41 Dari semua pemberian, pemberian Dhammalah yang tertinggi. Dengan mengajarkan Dhamma kepada orang lain secara langsung maupun tidak langsung merupakan suatu upaya pelestarian Dhamma bagi kepentingan generasi penerus. Sehingga Dhamma-dana dapat bermanfaat baik dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan mendatang, dan akan menghasilkan timbulnya kebijaksanaan dan pengetahuan. Bila tidak memenuhi syarat untuk mengajarkan Dhamma seseorang dapat berdana Dhamma dengan cara lain yaitu dapat mendanakan buku-buku Dhamma dan membiayai percetakan buku-buku tersebut, dapat membahas Dhamma secara ridak formal dan mendorong orang lain untuk menjalankan sila (peraturan moralitas). Dari kedua jenis dana di atas merupakan penggolongan dana ditinjau dari bentuk pemberian. Sedangkan dilihat dari tingkatan dalam meraih Pencerahan Agung (dana Parami) dana dibagi menjadi 3 tingkatan; parami biasa, parami menengah dan parami terluhur. Parami biasa dilaksanakan hanya dengan mengorbankan dengan sesuatu di luar diri, misalnya dengan harta benda. Parami menengah dilaksanakan dengan mengorbankan anggota tubuh, misalnya donor darah. Sedangkan parami terluhur dilaksanakan dengan mengorbankan jiwa raga. 17 Dana parami disebut juga sebagai penyempurnaan dana. Dana parami ini merupakan yang pertama dari sepuluh kesempurnaan yang harus dikembangkan sampai tingkat tertinggi untuk mencapai ke-buddhaan. 17 Lembaran Nirkala, Dana, op. cit., hlm. 6.

10 42 3. Cara Berdana Memberi benda-benda yang berguna dan menyenangkan merupakan kedermawanan, tetapi jika hanya memperhatikan tindakan-tindakan keluar saja dan tidak mengetahui apakah kedermawanan itu tulus, maka seseorang itu belum dikatakan bedana dengan benar. Berdana yang benar dapat dilakukan dengan cara: 1. Persembahan dilakukan dengan Sakkacca-garava (penuh hormat); yaitu memberikan dana dengan ketakziman akan mendapat satu pehala tambahan yakni dihormati baik oleh umat awam maupun oleh Bhikkhu. 2. Berdana dengan Sadda-dana, yaitu berkeyakinan bahwa berkat perbuatan baiknya (kusala) ia akan memperoleh keselamatan, kesejahteraan batin maupun lahir, kelimpahan materi (kekayaan) dan kebahagiaan dalam kehidupan mendatang, selanjutnya akan menuju pencapaian magga, phala dan nibbana Berdana sesuai dengan waktunya (kala-dana), yaitu mempersembahkan apa saja yang dibutuhkan pada waktu yang sesuai, misalnya mempersembahkan jubah pada awal wassa, memberikan makanan pada waktu yang sesuai setiap hari dan memberikan minuman pada sore hari. Waktu dalam Buddha yaitu hari khusus yang diselenggarakan setelah wassa terakhir mempersembahkan jubah dan keperluan hidup lainnya bagi para Bhikkhu disebut Khatina. Adapun Khatina dilaksanakan setiap tahun sekali antara pertengahan Oktober dan pertengahan Nopember Shwe U Min Sayadaw, dkk., Penilikan Batin, (Jakarta: Vihara Metta, 2004), hln Phra Sunthorn Plaminth, Basic Budhism Course, (Taiwan: Buddhadharma Meditation Center, 1991), hlm. 163.

11 43 4. Berdana dengan tanpa kekikiran, tanpa keserakahan dan tanpa kemelekatan (anuggahita-dana) yaitu seseorang memberikan dana kepada orang lain dengan ikhlas. 5. Mempersembahkan dan tanpa menistakan orang lain (anupahacca-dana) yaitu berdana dengan tidak melontarkan ucapan yang mencela orang lain karena tidak berdana, dan menjaga agar orang yang diberi tidak merasa dihina. Demikianlah lima cara dalam berdana. Selain hal itu ada tiga faktor yang harus diperhatikan dalam praktik berdana yaitu: One. Pemberi Pemberi dalam hal ini siapa saja berhak dan mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi pemberi, tidak harus berstatus sosila tau kaya yang berhak berdana, dan mereka berstatus sebagai orang tua, tetapi setiap orang yang memiliki kemampuan dan pengertian tentang berdana, dapat dan berhak untuk memberi. 20 Hal yang perlu diperhatikan oleh pemberi dana dalam melakukan dana agar memperoleh hasil dan manfaat yang maksimal adalah niat. Niat yang harus diperhatikan oleh si pemberi yaitu sebelum, selama, dan setelah tindakan kedermawanan itulah yang terpenting dari faktor-faktor yang terlibat dalam praktik berdana, yakni: 1. Bhuppa Cetana (Niat Sebelum Berbuat Jasa) Niat berarti bahwa sebelum berbuat jasa, seseorang harus memiliki niat, kehendak, dan merasa bahagia atas jasa yang akan dilakukannya, yakni dengan mempersiapkan sesuatu yang akan didanakan terlebih dahulu. 2. Muchana cetana (Niat pada saat berbuat jasa) 20 Lindawati T., Mutiara Dhamma III, (Bali: Warta Visuddi, 1992), hlm. 26.

12 44 Setelah dana disiapkan maka siaplah memberi dana. Sang Buddha mengajarkan bahwa di dalam praktek berdana seperti halnya perilaku lewat tubuh dan ucapan, niat yang mengiringi perbuatan itulah yang menentukan kualitas moralnya. Jika seseorang berdana Bhikkhu, maka sebaiknya mengatakan niat dan menyerahkan dana tersebut dengan sikap penuh hormat. 3. Aparapa cetana (Niat setelah berbuat jasa) Aparapa cetana adalah perasaan senang setelah berbuat jasa yaitu selalu bahagia bilamana mengingat perbuatan baik yang telah dilakukan. 21 Selain itu yang perlu diperhatikan oleh pemberi dana adalah dana harus diberikan sedemikian, sehingga yang diberi tidak merasa dihina, dikecilkan atau tersinggung. Dana harus diberikan dengan pertimbangan yang sesuai dan dengan rasa hormat serta diberikan dengan tangannya sendiri. Two. Obyek yang didanakan Faktor kedua ini harus ada yaitu sesuatu yang didanakan, dalam hal ini apa saja yang orang miliki sebatas kemampuan yang ada, bisa berupa materi maupun imateri, seperti: 1. Barang atau benda Perlu diperhatikan di sini, bahwa yang akan didanakan yaitu barang yang diperoleh secara halal dan hendaknya yang layak atau dapat digunakan dan yang dibutuhkan si penerima. Contoh dana barang adalah; makanan, 21 Ven. Phra Ajahn Plien Panyapatipo, Cara, op. cit., hlm

13 45 minuman, obat-obatan, pakaian, peralatan Vihara, tempat tinggal dan sebagainya. 2. Uang Uang juga termasuk dana materi (Amisa-dana), uang biasanya merupakan pilihan yang paling mudah untuk dijadikan dana, dan yang paling umum dilakukan, karena uang merupakan alat penukar yang bersifat fleksibel. 3. Tenaga Tenaga termasuk dana bukan materi. Dana berupa tenaga ini biasanya lebih dibutuhkan. Misalnya, dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sosial, seperti kerja bhakti, menerbitkan buku-buku dan majalah-majalah dan lain sebagainya. 4. Waktu Walaupun orang mempunyai jumlah waktu yang sama, tetapi waktu sering dijadikan alasan untuk menghindar dan menolak untuk memberikan bantun. Maksud berdana dengan waktu di sini adalah meluangkan waktu untuk membantu pekerjaan sosial, pekerjaanpekerjaan di dalam rumah tangga, kerabat dekat, serta sahabat yang punya hajat dengan hati yang gembira dan ikhlas. 5. Pikiran Dana berupa pikiran ini digolongkan ke dalam Dhammadana yaitu pemberian berupa pengetahuan Dhamma yang dimiliki denga cara memberikan khutbah Dhamma, mengajar, menulis naskah Dhamma, memberi bimbingan, bantuan, tuntunan, petunjuk, nasehat serta perhatian dan kasih sayang Lindawati T., Mutiara Dhammaop III, cit., hlm. 27.

14 46 Three. Penerima dana Faktor ketiga yang harus ada dalam suatu proses berdana adalah adanya (obyek) yang menerima dana tersebut. Dalam hal ini siapapun bisa menjadi penerima, tidak khusus golongan tertentu saja. Ajaran Buddha menganggap bahwa orang memiliki kewajiban moral untuk memberikan bantuan kepada semua jenis manusia. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, berdana hendaknya ditujukaan kepada sasaran atau obyek yang tepat yaitu: 1. Mereka yang membutuhkan dana atau bantuan, misalnya yayasan-yayasan sosial, Vihara-Vihara, Panti Asuhan dan lain sebagainya. 2. Mereka yang berjasa atau yang dihormati, seperti orang tua, kakak, guru, pembimbing, pemerintah dan lain sebagainya. 3. Mereka yang ada di jalan kesucian, seperti para Bhikkhu dan Samanera. Seorang Bhikkhu tidak dapat mengambil dana bila dana tersebut tudak dipersembahkan. Para Bhikkhu juga tidak boleh menimbun makanan dan memasak. Oleh karena itu, mengetahui yang mesti dilakukan dalam menyerahkan dana kepada Bhikkhu adalah penting bagi umat Buddha. Secara umum, berdana kepada obyek yang memiliki latihan kemoralan (sila), akan lebih baik daripada berdana kepada mereka yang tidak memiliki sila. 23 Penjelasan dari faktor-faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam berdana itu seseorang harus memperhatikan tiga persyaratan yakni; kesempurnaan dalam kehendak (niat), 23 Ibid., hlm. 27.

15 47 kesempurnaan dalam pribadi, dan kesempurnaan dalam materi, agar persembahan dana itu memberikan pahala yang besar. 3. Manfaaf Pemahaman dan Implementasi Dana 1. Manfaat Dana Berdana memiliki nilai yang luar biasa pentingnya dalam skema Buddhis, untuk pemurnian mental, karena berdana merupakan senjata untuk melawan keserakahan (lobha). 24 Banyak manfaat dari berdana antara lain: a. Berdana meningkatkan persatuan sosial dan solidaritas Seorang pemberi dana, memberikan kepada orang lain, kehidupan, keelokan kebahagiaan kekuatan dan kepandaian.masyarakat dipersatukan oleh perhatian dan kasih sayang satu sama lain saat kedermawanan dilakukan dengan keterlibatan pribadi yang hangat sehingga tidak membedakan golongan kaya atau miskin. b. Berdana merupakan sarana terbaik untuk menjembatani kesenjangan psikologis antara yang mampu dan tidak mampu Kebencian akan menjadi hilang, jika orang-orang sudah mantap dalam kedermawanan. Orang yang memiliki hati yang dermawan dicintai oleh orang lain dan banyak orang yang menghormatinya. Pemberian itu dapat membantu membebaskan penerima dari kecemasan dan tekanan dari kebutuhan yang mendesak. Orang mungkin tidak mampu memberikan suatu hadiah yang melimpah, tetapi dia selalu dapat membuat siu penerima mersa diperhatikan dengan berdananya itu. c. Dana dapat memupuk timbunan kebajikan bagi pendana 24 Ibid., hlm. 23.

16 48 Bila dana diserahkan pada orang atau makhluk lain yang membutuhkan bukan hanya penerima yang mendapatkan manfaat, tetapi bagi pemberi akan mendapatkan kebajikan dari perbuatannya itu. Sang Buddha mengajarkan bahwa orang yang memberikan kebahagiaan, maka kebahagiaan akan berbalik padanya. 25 Berdana juga bisa mengurangi ketamakan, keserakahan serta mengurangi keinginan yang berlebihan. d. Tindakan berdana dapat memperkuat usaha seseorang dalam mencapai Nibbana Mengembangkan dana parami dan mempraktekkan kedermawanan dapat membangun gudang jasa, sedangkan niat yang terlibat dalam tindakan berdana akan membantu orang menghapus kekotoran mental yang berakar pada keegoisan, sehingga hasilnya akan berpuncak pada pencapaian pencerahan spiritual. 26 e. Berdana dengan keyakinan dapat menghasilkan tercapainya kekayaan dan keelokan. Memberikan dana bersama dengan keinginan murni untuk membantu orang lain dan pada saat yang sesuai, orang tidak hanya memperoleh kekayaan yang besar, tetapi juga terpenuhi kebutuhan pada waktunya Pemahaman dan Implementasi Dana Kehidupan manusia pada dasarnya tidak lepas dari kesempatan untuk berbuat kebajikan. Berbagi kebajikan adalah 25 Yantra Amaro Bhikkhu, Harta Yang Mulia, (Jakarta: Sasanacariya, 1997), hlm Sri Dhammananda, Buddhism for Future,(Malaysia: Sasana Abhiwurdhi Wardhana Society, 2000), hlm Rudi Ananda Limiady, Mengapa, op. cit., hlm. 44.

17 49 tradisi agama Buddha. 28 Sang Buddha mengajarkan pada umatnya, untuk memperbanyak perbuatan-perbuatan baik dan bermoral, misalnya dengan berdana. 29 Berdana artinya bukan hanya mengunjungi Vihara-Vihara lalu berdana makanan kepada para Bhikkhu atau Samanera, tetapi juga dengan cara berdana yang lainnya, seperti menggunakan harta untuk menolong orang lain yang sedang menderita atau yang membutuhkan. Jika tidak memiliki harta dapat menolong orang lain dengan bantuan tenaga, apabila memiliki pengetahuan Dhamma, dapat membagi pengetahuan yang dimiliki kepada orang lain. Jadi banyak hal baik yang dapat dilakukan sehubungan dengan tindakan berdana. Seperti dalam agama Islam berdana atau memberi derma dalam agama Buddha tidak berarti hanya sebatas menolong orang miskin. Berdana sebagai wujud kemurahan hati merupakan praktik untuk mencampakkan keserakahan, dan keakuan, sekaligus mengembangkan cinta kasih. Memberi sumbangan bukan diartikan membagi kelebihan, tetapi melepaskan pemilikan pribadi yang membelenggu sang aku. 30 Buddha dan para Bhikkhu membuka ladang menanamkan jasa. Kebanyakan umat Buddha hanyalah mengikuti tradisi Buddha yang diturunkan dari keluarga, masyarakat dan kebudayaan setempat. Pelaksanaan dana ini, biasanya umat mengunjungi Vihara-Vihara dengan memberi persembahan pada altar sang Buddha dan memberi makanan pada para Bhikkhu atau Samanera di Vihara.Sehingga berdana sering dipahami hanya 28 Lindawati T., Mutiara Dhmma XVI, (Bali: PT. Indagrafika Utama, 2002), hlm Ibid., hlm K. Wijaya Mukti, Belajar, op. cit., hlm. 133.

18 50 diperuntukkan bagi kelangsungan kehidupan Vihara dan bukan sebagai upaya pengentasan kemiskinan dalam masyarakat. Pada dasarnya berdana memang banyak macam dan caranya, selain tradisi berdana di Vihara-Vihara, umat Buddha juga mengadakan bhakti sosial untuk menolong sesama. Hal ini terbukti dengan adanya organisasi yang bergerak dibidang sosial, misalnya KBTI dan Buddha Tzu Chi, yang dalam pelaksanaan kegiatannya sering mengadakan kerjasama dengan pemerintah, masyarakat dan Vihara setempat. Pelaksanaan Dharma-dana, selain banyak buku Buddha yang telah diterbitkan dengan dananya dari sumbangan umat, dengan adanya perpustakaan di Vihara-Vihara maupun di Kantor WALUBI yang terbuka untuk umum, umat memberikan kesempatan dan penjelasan tentang ajaran agama Buddha kepada semua orang yang ingin mempelajari atau mengkajinya. Umat Buddha juga menggunakan moment perayaan untuk berdana, dan perayaan tersebut identik dengan sumbangan. Biasanya panitia perayaan mengumpulkan sumbangan dari umat. Walaupun kesadaran umat Buddha dalam berdana makin berkembang dan meningkat, namun di pihak lain masih banyak pula umat yang belum tumbuh kesadarannya dalam berdana. Hal ini disebabkan oleh kurang dan belum pahamnya mereka tentang makna, manfaat, maupun cara-cara yang benar dalam berdana. Selain itu masih adanya hambatan yang datang dari masyarakat yang diberi bantuan, mereka menganggap bantuan yang diberikan sebagai bentuk dan cara dalam mempengaruhi keyakinan.

19 51

Kebahagiaan Berdana. Diposkan pada 02 Desember 2015

Kebahagiaan Berdana. Diposkan pada 02 Desember 2015 Kebahagiaan Berdana Diposkan pada 02 Desember 2015 Berdana dan melaksanakan Dhamma di dalam kehidupan sehari-hari, itulah berkah utama Kehidupan berlangsung terus dari waktu ke waktu. Hari berganti bulan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN RAPAT KARAKA SANGHA SABHA (DEWAN PIMPINAN SANGHA) I/2001 SANGHA THERAVADA INDONESIA

KEPUTUSAN RAPAT KARAKA SANGHA SABHA (DEWAN PIMPINAN SANGHA) I/2001 SANGHA THERAVADA INDONESIA Nomor : 01/RAPIM-I/II/01 MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN RAPAT KARAKA SANGHA SABHA (DEWAN PIMPINAN SANGHA) I/2001 BAB I : PROGRAM PELAKSANAAN KEGIATAN 2001 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA Pasal 1 : Program

Lebih terperinci

D. ucapan benar E. usaha benar

D. ucapan benar E. usaha benar 1. Keyakinan yang dituntut dalam agama Buddha adalah A. keyakinan tanpa dasar terhadap seluruh ajaran Buddha B. keyakinan yang muncul dari proses pembelajaran, pengalaman, dan perenungan C. keyakinan yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MAHA SANGHA SABHA (PASAMUAN AGUNG) TAHUN 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 02/PA/VII/2002

KEPUTUSAN MAHA SANGHA SABHA (PASAMUAN AGUNG) TAHUN 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 02/PA/VII/2002 KEPUTUSAN Nomor : 02/PA/VII/2002 Tentang: PROGRAM KERJA LIMA TAHUN ( TAHUN 2002 2007 ) NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA Memperhatikan : Musyawarah dan mufakat dalam Mahã Sangha Sabhã (Pesamuan

Lebih terperinci

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu?

Mengapa bhikkhu harus dipotong rambutnya? Mengapa bhikkhu itu tidak boleh beristeri? Mengapa anak perempuan tidak boleh dekat bhikkhu? TENTANG SANG BUDDHA 1. Apa arti kata Buddha? Kata Buddha berarti "Yang telah Bangun" atau "Yang telah Sadar", yaitu seseorang yang dengan usahanya sendiri telah mencapai Penerangan Sempurna. 2. Apakah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SIDANG MAHASANGHASABHA (PERSAMUHAN AGUNG) TAHUN 2007 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 01/PA/VII/2007

KEPUTUSAN SIDANG MAHASANGHASABHA (PERSAMUHAN AGUNG) TAHUN 2007 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 01/PA/VII/2007 Menimbang : Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, Jl. Agung Permai XV/12 Jakarta 14350 Vihara Mendut, Kotak Pos 111, Kota Mungkid 56501 Magelang KEPUTUSAN SIDANG Nomor : 01/PA/VII/2007 TATA TERTIB SIDANG MAHASANGHASABHA

Lebih terperinci

TIGA KUSALAMULA TIGA AKAR KEBAIKAN

TIGA KUSALAMULA TIGA AKAR KEBAIKAN Hai Saudara-saudari Se-Dhamma Marilah kita melatih diri menjalankan Atthangasila di hari Uposatha-sila di bulan Oktober 2008 {06(8), 13(15), 21(23), 29(1)}. Selamat menjalankan Uposatha-sila (Pengamalan

Lebih terperinci

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi

Lebih terperinci

Mengapa berdana? Pariyatti Sāsana hp ; pin. Friday, April 12, 13

Mengapa berdana? Pariyatti Sāsana  hp ; pin. Friday, April 12, 13 Dāna-3 Mengapa berdana? Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD 1 Pandangan Tentang Dāna Kaum materialis: Dāna tidak ada buah karena tidak ada kehidupan setelah ini. Kaum Theis:

Lebih terperinci

VIHARA DHAMMA MANGGALA

VIHARA DHAMMA MANGGALA PERMOHONAN BANTUAN DANA PEMBANGUNAN KUTI DAN PAGAR VIHARA VIHARA DHAMMA MANGGALA KABUPATEN BANYUWANGI Nomor : 02/ VDM-SBG/X/2016 Kepada Sifat : Penting Yth. Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Permohonan

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA SELIBAT DAN IMPLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN PARA BIKKHU/BIKKHUNI DI BANDAR LAMPUNG

BAB IV MAKNA SELIBAT DAN IMPLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN PARA BIKKHU/BIKKHUNI DI BANDAR LAMPUNG BAB IV MAKNA SELIBAT DAN IMPLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN PARA BIKKHU/BIKKHUNI DI BANDAR LAMPUNG A. Makna Selibat Menurut Bikkhu/ Bikkhuni di Bandar Lampung 1. Sebagai sarana meningkatkan

Lebih terperinci

Dāna. Pariyatti Sāsana hp ; pin. Sebuah Perhiasan dan Pendukung untuk Batin. Sunday, October 6, 13

Dāna. Pariyatti Sāsana  hp ; pin. Sebuah Perhiasan dan Pendukung untuk Batin. Sunday, October 6, 13 Dāna Sebuah Perhiasan dan Pendukung untuk Batin Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Posisi Dāna di dalam Praktik Spiritual Buddhis Dāna menempati urutan pertama di: Penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pergilah, bekerjalah untuk keselamatan orang banyak, untuk kebahagiaan orang banyak, karena belas kasihan pada dunia, untuk kesejahteraan, untuk keselamatan,

Lebih terperinci

SĪLA-2. Pariyatti Sāsana hp ; pin!

SĪLA-2. Pariyatti Sāsana  hp ; pin! SĪLA-2 Pariyatti Sāsana www.pjbi.or.id; hp.0813 1691 3166; pin! 2965F5FD Murid-buangan (Upāsakacaṇḍāla) Vs Murid-permata (upāsakaratana) Murid buangan atau pengikut-yang-ternoda (upāsakamala) atau pengikut-kelas-bawah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN RAPAT KARAKA SANGHA SABHA (DEWAN PIMPINAN) II/2006 SANGHA THERAVADA INDONESIA

KEPUTUSAN RAPAT KARAKA SANGHA SABHA (DEWAN PIMPINAN) II/2006 SANGHA THERAVADA INDONESIA Nomor : 01/RAPIM-II/VI/2006 KEPUTUSAN NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA MEMUTUSKAN Menetapkan : BAB I : KETUA BHIKKHU DAERAH PEMBINAAN PROVINSI (PADESANAYAKA) DAN WAKIL KETUA BHIKKHU DAERAH

Lebih terperinci

o Di dalam tradisi Theravāda, pāramī bukanlah untuk Buddha saja, tetapi sebagai prak/k yang juga harus dipenuhi oleh Paccekabuddha dan sāvakā.

o Di dalam tradisi Theravāda, pāramī bukanlah untuk Buddha saja, tetapi sebagai prak/k yang juga harus dipenuhi oleh Paccekabuddha dan sāvakā. o Apakah yang dimaksud dengan pāramī? Pāramī adalah kualitas mulia seper/ memberi, dll., yang disertai oleh belas kasih dan cara- cara yang baik (upāya kosalla) serta /dak ternoda oleh nafsu- keinginan,

Lebih terperinci

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para 1 Ciri-ciri Seorang Sotapanna (The Character of a Stream-enterer) Pada umumnya Tipitaka menjelaskan seorang Sotapanna sehubungan dengan empat faktor. Tiga faktor pertama dari keempat faktor Sotapatti ini

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA. Oleh: Warsito. Abstrak:

STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA. Oleh: Warsito. Abstrak: STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA Oleh: Warsito Abstrak: Perkembangan Dharmaduta di Indonesia telah berkembang pesat sejak masa kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.

Lebih terperinci

Willy Yandi Wijaya. Pikiran Benar

Willy Yandi Wijaya. Pikiran Benar Willy Yandi Wijaya Pikiran Benar i PIKIRAN BENAR Penulis : Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 105 x 148.5 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS

Lebih terperinci

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (8) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 21 Agustus 2004 s.d. tanggal 09 Oktober 2004

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (8) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 21 Agustus 2004 s.d. tanggal 09 Oktober 2004 KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (8) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 21 Agustus 2004 s.d. tanggal 09 Oktober 2004 01. Dari: Jaya Mudita, Jakarta Namo Buddhaya, Bhante,

Lebih terperinci

Dhamma Inside. Kematian Yang Indah. Orang-orang. Akhir dari Keragu-raguan. Vol September 2015

Dhamma Inside. Kematian Yang Indah. Orang-orang. Akhir dari Keragu-raguan. Vol September 2015 Dhamma Inside Vol. 22 - September 2015 Kematian Yang Indah Akhir dari Keragu-raguan Orang-orang Kematian Yang Indah Oleh : Bhikkhu Santacitto Kematian adalah peristiwa yang tidak dapat dihindari oleh siapapun,

Lebih terperinci

Written by Administrator Wednesday, 25 January :43 - Last Updated Saturday, 28 January :28

Written by Administrator Wednesday, 25 January :43 - Last Updated Saturday, 28 January :28 Ven. Ajahn Karuniko (Christopher John Woodfine) dilahirkan pada tahun 1953 dekat wilayah Manchester di Inggris. Beliau adalah lulusan Universitas Sheffield dengan gelar kehormatan di bidang Teknik Elektronika

Lebih terperinci

Mahapuja Satyabuddha

Mahapuja Satyabuddha Mahapuja Satyabuddha Seorang sadhaka Tantrayana, setiap kali bersadhana, harus memberikan persembahan. Dalam Catur Prayoga, merupakan Persembahan Mandala. Saya pernah berkata, Manusia di dunia ini, kalau

Lebih terperinci

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur.

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur. book Bakti Kepada Bakti Kepada Orangtua merupakan paduan ajaran klasik Buddha yang inspiratif dengan tampilan modern yang atraktif, sehingga merupakan sarana efektif untuk: membelajarkan sifat luhur sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama memiliki pengaruh besar terhadap tindakan dan prilaku manusia yang memeluk suatu ajaran atau agama tersebut. Manusia terikat dengan aturan-aturan dan ideologi

Lebih terperinci

Kāmāvacarasobhana Cittaṃ (1)

Kāmāvacarasobhana Cittaṃ (1) Kāmāvacarasobhana Cittaṃ (1) Kesadaran Indah-Lingkup Inderawi Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Saṅgaha: Pāpāhetukamuttāni, sobhanānīti vuccare. Ekūnasaṭṭhi cittāni, athekanavutīpi vā.

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA - 1266 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Salah satu kebebasan yang paling utama dimiliki tiap manusia adalah kebebasan beragama. Melalui agama, manusia mengerti arti dan tujuan hidup yang sebenarnya. Agama

Lebih terperinci

Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih)

Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih) Meditasi Mettā (Meditasi Cinta Kasih) oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Dari ceramah Dhamma Chanmyay Sayadaw pada retret meditasi vipassanā tanggal 2-3 Jan.2009 di Pusat Meditasi YASATI, Bacom, Cianjur,

Lebih terperinci

Mahā Maṅgala Sutta (1)

Mahā Maṅgala Sutta (1) Mahā Maṅgala Sutta (1) Azimat Buddhis Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Pseudo Sebab-Akibat Jangan memindah guci-abu-jenasah yang sudah disimpan di vihāra. Penempatan guci-abu. Ibu mengandung

Lebih terperinci

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas)

Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas) 1 Sutta Kalama: Kepada Para Kalama (Kalama Sutta: To the Kalamas) [Anguttara Nikaya 3.65] Demikianlah telah saya dengar. Bhagavan sedang melakukan perjalanan bersama orang-orang Kosala dengan sekumpulan

Lebih terperinci

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran book Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur, agar ajaran Buddha bisa kita sebar kepada banyak orang. KARMA Ajaran

Lebih terperinci

Artikel ilmiah Tema Politik dan Agama Buddha MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA

Artikel ilmiah Tema Politik dan Agama Buddha MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA Artikel ilmiah Tema Politik dan Agama Buddha MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA OLEH: SACCA HANDIKA MENUJU KEPEMIMPINAN YANG DEMOKRATIS MENURUT AJARAN BUDDHA SACCA HANDIKA ABSTRAK

Lebih terperinci

UPACARA KATHINA DALAM AGAMA BUDDHA

UPACARA KATHINA DALAM AGAMA BUDDHA 1 UPACARA KATHINA DALAM AGAMA BUDDHA (Studi Kasus Pada Vihara Buddha Metta Arama Menteng Jakarta) Oleh MA MUN NIM. 0032118712 JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

PROPOSAL SPONSORSHIP KATHINA PUJA 2561 B.E./2017 KELUARGA MAHASISWA BUDDHIS DHAMMAVADDHANA BINUS UNIVERSITY

PROPOSAL SPONSORSHIP KATHINA PUJA 2561 B.E./2017 KELUARGA MAHASISWA BUDDHIS DHAMMAVADDHANA BINUS UNIVERSITY PROPOSAL SPONSORSHIP KATHINA PUJA 2561 B.E./2017 KELUARGA MAHASISWA BUDDHIS DHAMMAVADDHANA BINUS UNIVERSITY I. LATAR BELAKANG Hari Kathina atau yang juga sering disebut Hari Sangha adalah salah satu hari

Lebih terperinci

28. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD

28. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD 28. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli

BAB I PENDAHULUAN. pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meditasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memusatkan pikiran pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli meditasi disebut juga

Lebih terperinci

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit.

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit. Willy Yandi Wijaya UCAPAN BENAR Penulis : Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 105 x 148.5 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS 70 gsm Jumlah

Lebih terperinci

Dharmayatra tempat suci Buddha

Dharmayatra tempat suci Buddha Dharmayatra tempat suci Buddha 1. Pengertian Dharmayatra Dharmayatra terdiri dari dua kata, yaitu : dhamma dan yatra. Dharmma (Pali) atau Dharma (Sanskerta) artinya kesunyataan, benar, kebenaran, hukum,

Lebih terperinci

A Life of Blessings Hidup Penuh dengan Berkah. T Y LEE www.justbegood.net

A Life of Blessings Hidup Penuh dengan Berkah. T Y LEE www.justbegood.net 1 A Life of Blessings Hidup Penuh dengan Berkah T Y LEE www.justbegood.net PENERJEMAH: YULIANA LIE PANNASIRI, MBA PENYUNTING: NYANNA SURIYA JOHNNY, SE DESIGN COVER: GEELYN LIM LINA DHAMMANARI DESIGN LAY

Lebih terperinci

Dāna-4. Berdana Kepada Bhikkhu Leher Kuning? Pariyatti Sāsana hp ; pin. Friday, April 12, 13

Dāna-4. Berdana Kepada Bhikkhu Leher Kuning? Pariyatti Sāsana  hp ; pin. Friday, April 12, 13 Dāna-4 Berdana Kepada Bhikkhu Leher Kuning? Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Definisi Bhikkhu Leher-Kuning Anggota-anggota dari silsilah Buddha Gotama yang berleherkuning,

Lebih terperinci

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya 1 UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya Kelahiran Bodhisattva berikut menunjukkan bagaimana sebagai seorang pertapa, beliau mempraktikkan kemurahan hati dan pemberian secara terusmenerus,

Lebih terperinci

Perbuatan Benar. Willy Yandi Wijaya

Perbuatan Benar. Willy Yandi Wijaya Perbuatan Benar Willy Yandi Wijaya Perbuatan Benar Penulis : Wlly Yandi Wijaya Editor : Seng Hansun Ukuran Buku : 105 x 148.5 mm Kertas Sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas Isi : HVS 70 gsm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Kamma (7) Kamma Baik Lingkup-Indra. Dhammavihārī Buddhist Studies

Kamma (7) Kamma Baik Lingkup-Indra. Dhammavihārī Buddhist Studies Kamma (7) Kamma Baik Lingkup-Indra Dhammavihārī Buddhist Studies www.dhammavihari.or.id Tiga Jenis Virati 1. Pantangan kesempatan telah datang (sampattavirati) Seseorang, walaupun tidak sedang melatih

Lebih terperinci

Aturan -Moralitas Buddhis

Aturan -Moralitas Buddhis 1 35 Aturan -Moralitas Buddhis Pengertian, Penjelasan, dan Penerapan Ronald Satya Surya i 1 3ii 1 3Buku ini saya dedikasikan untuk: Ibu yang mencurahkan cinta dan kasih sayangnya tanpa pernah mengeluh,

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan Skripsi. yang pesat dalam dunia industri, serta eksistensi agama Buddha menjadi salah satu

Bab 5. Ringkasan Skripsi. yang pesat dalam dunia industri, serta eksistensi agama Buddha menjadi salah satu Bab 5 Ringkasan Skripsi Jepang adalah salah satu negara maju di dunia dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dalam dunia industri, serta eksistensi agama Buddha menjadi salah satu faktor penting yang menyertai

Lebih terperinci

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (13) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 27 April 2005 s.d. tanggal 15 Juni 2005

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (13) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 27 April 2005 s.d. tanggal 15 Juni 2005 KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (13) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 27 April 2005 s.d. tanggal 15 Juni 2005 01. Dari: Diah, Jakarta Bhante, Saya seorang Buddhis yang

Lebih terperinci

DPD Patria Sumatera Utara. Juara II. Lomba Berkarya Dhamma PIKIRAN ADALAH PELOPOR DARI SEGALA SESUATU DODI PURNOMO WIJAKSONO, SURABAYA

DPD Patria Sumatera Utara. Juara II. Lomba Berkarya Dhamma PIKIRAN ADALAH PELOPOR DARI SEGALA SESUATU DODI PURNOMO WIJAKSONO, SURABAYA DPD Patria Sumatera Utara Juara II Lomba Berkarya Dhamma PIKIRAN ADALAH PELOPOR DARI SEGALA SESUATU DODI PURNOMO WIJAKSONO, SURABAYA Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa Namo Tassa Bhagavato

Lebih terperinci

BAB IV EKONOMI DAN SPIRITUALITAS PERSPEKTIF PARA BIKSU

BAB IV EKONOMI DAN SPIRITUALITAS PERSPEKTIF PARA BIKSU BAB IV EKONOMI DAN SPIRITUALITAS PERSPEKTIF PARA BIKSU A. Tinjauan Ekonomi Perspektif Para Biksu di Maha Vihara Mojopahit 1. Ekonomi bagi Perumah Tangga (Gharavasa) Biksu Nyanavira menjelaskan bahwa ekonomi

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar: - Menumbuhkan kesadaran luhur dalam melaksanakan peringatan hari raya

Kompetensi Dasar: - Menumbuhkan kesadaran luhur dalam melaksanakan peringatan hari raya Pendidikan Agama Buddha 2 Hari Raya Agama Buddha Petunjuk Belajar Sebelum belajar materi ini Anda diharapkan berdoa terlebih dahulu dan membaca materi dengan benar serta ketika mengerjakan latihan soal

Lebih terperinci

REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN

REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN BEKERJA UNTUK YANG KECANDUAN REFORMASI KESEHATAN PERLU DILAKSANAKAN Setiap reformasi yang benar mendapat tempat dalam pekerjaan keselamatan dan cenderung mengangkat jiwa kepada satu kehidupan yang baru

Lebih terperinci

Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap (Incomplete Teachings)

Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap (Incomplete Teachings) Pembabaran Dhamma yang Tidak Lengkap (Incomplete Teachings) Oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Ada beberapa alasan dari tidak tercapainya Dhamma Mulia. Sebuah contoh dari tidak terealisasinya Dhamma Mulia

Lebih terperinci

Sutta Devadaha: Di Devadaha (Devadaha Sutta: At Devadaha) [Majjhima Nikaya 101]

Sutta Devadaha: Di Devadaha (Devadaha Sutta: At Devadaha) [Majjhima Nikaya 101] 1 Sutta Devadaha: Di Devadaha (Devadaha Sutta: At Devadaha) [Majjhima Nikaya 101] [Buddha]: Menghampiri para Nigantha yang mengajarkan demikian, saya bertanya kepada mereka, Sahabat- sahabat Nigantha,

Lebih terperinci

6. Pattidāna. (Pelimpahan Kebajikan) hp , pin bb.2965f5fd

6. Pattidāna. (Pelimpahan Kebajikan)  hp , pin bb.2965f5fd 6. Pattidāna (Pelimpahan Kebajikan) Tirkuḍḍa sutta 1 (Khp. 6) Makanan dan minuman berlimpah, makanan keras maupun lunak dihidangkan, tetapi tidak ada serangpun yang mengingat mereka. Mahluk-mahluk terkndisi

Lebih terperinci

Vihara terbuka untuk bhikkhu dan bhikkhuni (maechee atau anagarini), dan juga umat awam pria dan umat awam wanita.

Vihara terbuka untuk bhikkhu dan bhikkhuni (maechee atau anagarini), dan juga umat awam pria dan umat awam wanita. Vihara Perkenalan Vihara Buddha Gotama adalah sebuah Vihara kehutanan seluas 6 hektar yang didirikan pada tahun 1998 dengan tujuan utama mempelajari, memberikan pengajaran dan mempraktekkan khotbah-khotbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perjalanan hidup manusia tidak terlepas tanpa bimbingan agama. Agama merupakan sumber moral, petunjuk kebenaran dan sebagai pembimbing rohani manusia. Agama

Lebih terperinci

Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta)

Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta) 1 Sutta Mahavacchagotta (The Greater Discourse to Vacchagotta) Demikianlah telah saya dengar. Suatu ketika Bhagavan sedang berada di Kalantakanivapa, Hutan Bambu, di Rajagaha. Kemudian Samana Vacchagotta

Lebih terperinci

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (16) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 24 September 2005 s.d.

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (16) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 24 September 2005 s.d. KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (16) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 24 September 2005 s.d. 12 November 2005 1. Dari: Herlina, Medan Bhante, Selama ini sering ada pandangan

Lebih terperinci

Dhamma Inside. Bersikap Ramah. Standar. Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri. Vol Oktober 2015

Dhamma Inside. Bersikap Ramah. Standar. Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri. Vol Oktober 2015 Dhamma Inside Vol. 23 - Oktober 2015 Bersikap Ramah Standar Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri Bersikap Ramah Oleh : Bhikkhu Santacitto Pada umumnya, ramah dipahami sebagai sikap positif yang

Lebih terperinci

Kasih dan Terima Kasih Kasih dan Terima Kasih

Kasih dan Terima Kasih Kasih dan Terima Kasih Namo tassa bhagavato arahato sammā sambuddhassa. Pada kesempatan yang sangat baik ini saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran pengurus Dhammavihārī Buddhist Studies (DBS)

Lebih terperinci

HARTA SESUNGGUHNYA Lokuttara Dhamma BHIKKHU ASSAJI

HARTA SESUNGGUHNYA Lokuttara Dhamma BHIKKHU ASSAJI HARTA SESUNGGUHNYA Lokuttara Dhamma BHIKKHU ASSAJI NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMA SAMBUDDHASSA Buku ini dipublikasikan hanya untuk dibagikan secara GRATIS dan TIDAK UNTUK DIJUAL Materi di dalam buku

Lebih terperinci

Dua Jenis Tangisan. oleh: Andi Kusnadi

Dua Jenis Tangisan. oleh: Andi Kusnadi Dua Jenis Tangisan oleh: Andi Kusnadi Ini adalah penjelasan dari pertanyaan yang diajukan oleh seorang yogi pada Sayadaw. Pertanyaan: Saya sangat menikmati meditasi selama retret, tetapi karena berbagai

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017 LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD T. P. 2016/2017 Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hari, Tanggal : Rabu 8 Maret 2017 Kelas/Semester : XI/IV Alokasi Waktu : 120 menit Guru

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KARAKASANGHASABHA (DEWAN PIMPINAN) SANGHA THERAVADA INDONESIA

KEPUTUSAN KARAKASANGHASABHA (DEWAN PIMPINAN) SANGHA THERAVADA INDONESIA Nomor : 01/RAPIM-III/XI/2009 KEPUTUSAN KARAKASANGHASABHA (DEWAN PIMPINAN) NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA Menimbang : Perlunya penanganan menejerial dan operasional dalam kelembagaan Sangha

Lebih terperinci

Merenungkan/Membayangkan Penderitaan Neraka

Merenungkan/Membayangkan Penderitaan Neraka Merenungkan/Membayangkan Penderitaan Neraka Oleh: U Sikkhānanda (Andi Kusnadi) Seseorang harus benar-benar mempertimbangkan dan merenungkan penderitaan yang akan dijalaninya di neraka. Sewaktu Sang Buddha

Lebih terperinci

BAB III NAFSU DALAM AGAMA BUDDHA

BAB III NAFSU DALAM AGAMA BUDDHA BAB III NAFSU DALAM AGAMA BUDDHA A. Pengertian Nafsu Dalam bahasa pali 151, nafsu dikenal dengan istilah tanha yang berarti keinginan. 152 Menurut Ajahn Brahm, nafsu berarti menginginkan sesuatu selain

Lebih terperinci

Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75]

Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75] 1 Sutta Magandiya: Kepada Magandiya (Magandiya Sutta: To Magandiya) [Majjhima Nikaya 75] Magandiya, seandainya ada seorang penderita kusta yang dipenuhi luka- luka dan infeksi, dimakan oleh cacing, menggaruk

Lebih terperinci

Peran umat Buddha terhadap masyarakat ARNHANTYO DAMARSETO, SEMARANG

Peran umat Buddha terhadap masyarakat ARNHANTYO DAMARSETO, SEMARANG DPD Patria Sumatera Utara Juara Harapan I Lomba Berkarya Dhamma Peran umat Buddha terhadap masyarakat ARNHANTYO DAMARSETO, SEMARANG www.patria.or.id Page 1 Era globalisasi saat ini dapat dilihat sangat

Lebih terperinci

DALAM AGAMA BUDDHA AGAMA DIKENAL DENGAN:

DALAM AGAMA BUDDHA AGAMA DIKENAL DENGAN: A. DEFINISI AGAMA 1. Mennurut KBBI : suatu sistem, prinsip kepercayaan kepada tuhan (dewa & sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiba-kewajiban yang bertalian dengan ajaran itu 2. Atau seperangkat

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN DHAMMASANTI WAISAK 2559 BUDDHIS ERA

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN DHAMMASANTI WAISAK 2559 BUDDHIS ERA 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN DHAMMASANTI WAISAK 2559 BUDDHIS ERA TANGGAL 14 JUNI 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera

Lebih terperinci

Penjelasan 7 Jenis Kertas Sembayang (Kertas Mulia)

Penjelasan 7 Jenis Kertas Sembayang (Kertas Mulia) Penjelasan 7 Jenis Kertas Sembayang (Kertas Mulia) Dalam aliran Zhen Fo Zong, Mahaguru tidak menentang pemakaian kertas mulia atau lazim disebut kertas sembahyang, baik itu kertas sembahyang yang sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan

Lebih terperinci

Buddha di Desa Rancaiyuh.

Buddha di Desa Rancaiyuh. ARIYA DIPASENA BUAH DARI SUATU PERJUANGAN PANJANG Mayarakat Desa Rancaiyuh, khususnya warga keturunan Tionghoa rata-rata beragama Buddha yang tertera di KTP. Akan tetapi, masih banyak dari mereka yang

Lebih terperinci

Bab 2 Data Dan Analisa. Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya. Pandita Sasanadhaja Dr. Ratna Surya Widya, Sp.K.J.

Bab 2 Data Dan Analisa. Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya. Pandita Sasanadhaja Dr. Ratna Surya Widya, Sp.K.J. 3 Bab 2 Data Dan Analisa 2.1 Sumber Data 2.1.1Pustaka : Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 2.1.2 Wawancara: Pandita Sasanadhaja Dr. Ratna Surya Widya, Sp.K.J. 2.2 Data Produk 2.2.1 Data Umum Buku ini

Lebih terperinci

MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA

MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA (edited version 15/8/06, Daung) (edited version 17/8/06, Andi Kusnadi) CERAMAH DI CAMBRIDGE MEDITASI VIPASSANĀ & EMPAT KESUNYATAAN MULIA OLEH : SAYADAW CHANMYAY Kata Pengantar Minggu sore 11 Juli 2004

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan tahun Baru Imlek Nasional 2564, Jakarta, 19 Februari 2013 Selasa, 19 Pebruari 2013

Sambutan Presiden RI pada Perayaan tahun Baru Imlek Nasional 2564, Jakarta, 19 Februari 2013 Selasa, 19 Pebruari 2013 Sambutan Presiden RI pada Perayaan tahun Baru Imlek Nasional 2564, Jakarta, 19 Februari 2013 Selasa, 19 Pebruari 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN TAHUN BARU IMLEK NASIONAL 2564 MAJELIS

Lebih terperinci

Jadwal Kagyu Monlam ke 30 21 December 2012 01 January, 2013

Jadwal Kagyu Monlam ke 30 21 December 2012 01 January, 2013 Jadwal Kagyu Monlam ke 30 21 December 2012 01 January, 2013 Sebagai program utama harian Monlam, His Holiness Gyalwang Karmapa dan para tulku senior lainnya dan para lama akan memimpin persamuan dari ribuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pattidana berasal dari dua kata yaitu patti jasa, dan dana pelimpahan

BAB I PENDAHULUAN. Pattidana berasal dari dua kata yaitu patti jasa, dan dana pelimpahan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pattidana berasal dari dua kata yaitu patti jasa, dan dana pelimpahan atau memberi. Pattidana adalah berdana dengan cara pelimpahan jasa. Pattidana

Lebih terperinci

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit.

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa seizin penerbit. Willy Yandi Wijaya UCAPAN BENAR Penulis : Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 105 x 148.5 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS 70 gsm Jumlah

Lebih terperinci

Meditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri

Meditasi. Oleh : Taridi ( ) KTP. Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri Meditasi Oleh : Taridi (0104510015) KTP Standar Kompetensi Mengembangkan meditasi untuk belajar mengendalikan diri Kompetensi Dasar Mendeskripsikan meditasi sebagai bagian dari jalan mulia berunsur delapan.

Lebih terperinci

agenda special events regular events contents puja bhakti minggu olahraga pagi minggu latihan meditasi kamis

agenda special events regular events contents puja bhakti minggu olahraga pagi minggu latihan meditasi kamis contents 43 sajian utama Kebijaksanaan Dhamma Samma Ditthi Fenomena Kehidupan news on Penyebaran Dhamma dengan Metode "PURE" orang bijak Dalai Lama jalan-jalan Bodh Gaya pandegiling news Ceramah Dhamma

Lebih terperinci

Dāna. Sebuah Perhiasan dan Pendukung untuk Batin 2. Pariyatti Sāsana hp ; pin. Sunday, October 13, 13

Dāna. Sebuah Perhiasan dan Pendukung untuk Batin 2. Pariyatti Sāsana  hp ; pin. Sunday, October 13, 13 Dāna Sebuah Perhiasan dan Pendukung untuk Batin 2 Pariyatti Sāsana www.pjbi.org; hp.0813 1691 3166; pin 2965F5FD Dāna Mahapphala Sutta Vaṇṇanā Cittālaṅkāracittaparikkhāranti samathavipassanācittassa alaṅkārabhūtañceva

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia karena dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan kelangsungan generasinya. Pengertian Perkawinan

Lebih terperinci

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun PANDANGAN BENAR Penulis : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 80 x 120 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS 70 gsm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN YUSUF QARDAWI DAN MASDAR FARID MAS UDI MENGENAI PENYATUAN ZAKAT DAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN UNTUK KEMASLAHATAN UMAT

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN YUSUF QARDAWI DAN MASDAR FARID MAS UDI MENGENAI PENYATUAN ZAKAT DAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN UNTUK KEMASLAHATAN UMAT BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN YUSUF QARDAWI DAN MASDAR FARID MAS UDI MENGENAI PENYATUAN ZAKAT DAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN UNTUK KEMASLAHATAN UMAT Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan di akhirat nanti. Islam sangat memegang tinggi prinsip solidaritas yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan di akhirat nanti. Islam sangat memegang tinggi prinsip solidaritas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang bisa memberikan rahmat kepada manusia di dunia dan di akhirat nanti. Islam sangat memegang tinggi prinsip solidaritas yang hakiki.

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD

LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD LEMBAR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2016-2017 SMA EHIPASSIKO SCHOOL BSD Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hari, Tgl : Rabu, 8 Maret 2017 Kelas/Semester : X/ganjil Alokasi Waktu : 10.30-12.30

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN METTA DAN KHANTI DENGAN UPAYA MENGATASI STRES PADA ANAK ASUH LEMBAGA BEASISWA DHARMA PEMBANGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN METTA DAN KHANTI DENGAN UPAYA MENGATASI STRES PADA ANAK ASUH LEMBAGA BEASISWA DHARMA PEMBANGUNAN JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN METTA DAN KHANTI DENGAN UPAYA MENGATASI STRES PADA ANAK ASUH LEMBAGA BEASISWA DHARMA PEMBANGUNAN JAKARTA Yogi Nopriyanto gigii_riyanto@yahoo.co.id Pendahuluan Manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1. Riwayat Perusahaan Yayasan Saddhapala merupakan sebuah Yayasan yang bergerak dalam bidang sosial keagamaan. Nama Yayasan Saddhapala ditetapkan berdasarkan pemungutan

Lebih terperinci

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (15) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 05 Agustus 2005 s.d. tanggal 23 September 2005

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (15) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 05 Agustus 2005 s.d. tanggal 23 September 2005 KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (15) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 05 Agustus 2005 s.d. tanggal 23 September 2005 01. Dari: Hansen Tsai, Tangerang Menurut Bhante, apakah

Lebih terperinci

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (6) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 11 Mei 2004 s.d. tanggal 30 Juni 2004

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (6) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 11 Mei 2004 s.d. tanggal 30 Juni 2004 KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (6) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 11 Mei 2004 s.d. tanggal 30 Juni 2004 01. Dari: Jesika, Surabaya Namo Buddhaya, Bhante. Beberapa hari

Lebih terperinci

Sumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar. Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia.

Sumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar. Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia. Sumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia. Pemikiran kita tentang pendidikan terlalu sempit dan dangkal. Karena hanya mengejar suatu arah pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama merupakan ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (10) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 29 November 2004 s.d. tanggal 17 Januari 2005

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (10) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 29 November 2004 s.d. tanggal 17 Januari 2005 KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (10) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 29 November 2004 s.d. tanggal 17 Januari 2005 01. Dari: Kristina, Jakarta Namo Buddhaya Bhante, Pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tengah menunjuk pada cara pandang dan bersikap. Dalam kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. tengah menunjuk pada cara pandang dan bersikap. Dalam kehidupan sehari-hari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencerahan dalam Budhisme tidak terlepas dari ajaran jalan tengah dan pengertian tentang mata rantai sebab akibat kehidupan manusia. Ajaran jalan tengah sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sudah menjadi kodrat alam bahwa manusia dilahirkan ke dunia selalu mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama manusia lainnya dalam suatu pergaulan hidup. Dalam

Lebih terperinci

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari

Lebih terperinci

I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b,c,d dan e pada jawaban yang tepat!

I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b,c,d dan e pada jawaban yang tepat! YAYASAN DHARMA BHAKTI SARIPUTRA SMA SARIPUTRA ULANGAN TENGAH SEMESTER Jl. RE. Martadinata Gg. Nakula No. 35 A Cikarang Utara Bekasi 17530 Telp (021) 8902473 Fax 89110570 Email : Sariputraschool@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal Pelaksanaan tradisi Saparan

Lebih terperinci

Agama Buddha Masa Kini : Antara Harmoni dan Konflik oleh : Putu Finsen Darmayana STABN Sriwijaya

Agama Buddha Masa Kini : Antara Harmoni dan Konflik oleh : Putu Finsen Darmayana STABN Sriwijaya Agama Buddha Masa Kini : Antara Harmoni dan Konflik oleh : Putu Finsen Darmayana STABN Sriwijaya ABSTRAK Tujuan artikel ini adalah untuk melihat uniknya perkembangan agama Buddha yang sangat harmonis dan

Lebih terperinci