BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Metode Kendali Umpan Maju Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada fenomena berkendara ketika berbelok, dimana dilakukan pemodelan matematika yang menghitung gaya-gaya yang bekerja pada masing-masing roda yaitu gaya lateral dan gaya vertikal. Setelah mendapatkan hasil dari gaya lateral dan gaya vertikal tersebut, maka dilakukan penghitungan untuk mendapatkan sudut slip roda. Oleh karena itu, berikut ini akan dibahas satu persatu cara melakukan penghitungan atas metode ini. 2.2 Gaya Sebelum membahas lebih dalam mengenai gaya-gaya yang bekerja pada masing-masing roda kendaraan ketika berbelok, maka akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai definisi dari gaya itu sendiri, yang disertai dengan hukum-hukum Newton. Gaya adalah tarikan atau dorongan pada benda. Ia merupakan besaran vector yang mempunyai besaran dan arah. Gaya resultan pada suatu benda menyebabkan benda tersebut mendapatkan percepatan dalam arah gaya itu. Percepatan yang timbul berbanding lurus dengan gaya, tetapi berbanding terbalik dengan massa benda. Newton adalah satuan gaya dalam SI ( Sistem Internasional ). Satu Newton ( 1 N ) adalah gaya resultan yang memberikan percepatan 1 m/s 2 pada massa 1 kilogram. Satuan gaya yang disebut dyne adalah 10-5 N. Satuan gaya pon adalah 4,45 N.

2 9 Ada tiga hukum Newton yang dijabarkan sebagai berikut : - Hukum ke 1 Newton Jika gaya resultan pada benda adalah 0, maka vector kecepatan benda tidak berubah. Benda yang mula-mula diam akan tetap diam. Benda yang mula-mula bergerak akan tetap bergerak dengan kecepatan yang sama. Benda hanya akan mengalami suatu percepatan jika padanya bekerja suatu gaya resultan yang bukan 0. Hukum ke 1 ini sering disebut titik kelembaman ( inertia law ). - Hukum ke 2 Newton Bila gaya resultan F yang bekerja pada suatu benda dengan massa m tidak sama dengan 0, maka benda tersebut mengalami percepatan kea rah yang sama dengan F. Percepatan a berbanding lurus dengan gaya dan berbanding terbalik dengan massa benda. Dengan gaya dalam Newton, massa dalam kilogram dan percepatan dalam m/(detik) 2 perbandingan ini dapat ditulis sebagai suatu persamaan : a = F / m atau F = m a Bila persamaan ini atau yang lainnya yang diturunkan dari persamaan ini digunakan, maka gaya, massa dan percepatan harus menggunakan satuansatuan gaya yang benar. Percepatan a mempunyai arah yang sama dengan gaya. Persamaan vektor F = m a dapat ditulis dalam suku-suku komponenkomponen seperti : F x = m a x F y = m a y F z = m a z

3 10 Dimana gaya-gaya adalah komponen-komponen dan gaya eksternal yang bekerja pada benda. - Hukum ke 3 Newton Setiap gaya yang diadakan pada suatu benda, menimbulkan gaya lain yang sama besarnya dengan gaya tadi, namun berlawanan arah. Gaya reaksi ini dilakukan benda pertama pada benda yang menyebabkan gaya. Hukum ini dikenal sebagai hukum aksi dan reaksi. Perhatikan benar-benar bahwa gaya aksi dan reaksi bekerja pada benda yang berbeda. 2.3 Hubungan antara massa dan berat Massa benda adalah ukuran kelembaman, sedangkan kelembaman ( inertia ) adalah kecenderungan benda yang mula-mula diam untuk tetap diam, dan benda yang mula-mula bergerak, tetap melanjutkan geraknya, tanpa mengalami perubahan vektor kecepatan. Kilogram baku adalah suatu benda yang massanya ditentukan menjadi satu kilogram. Massa benda-benda lain diperoleh dengan membandingkannya terhadap massa ini. 1 gram massa adalah sama dengan 0,001 kilogram. Berat benda adalah gaya tarik gravitasi yang dialami benda. Di bumi, berat benda adalah gaya tarik bumi pada benda. Berat bersatuan Newton ( dalam Sistem Internasional ) dan pon ( dalam system Inggris ). Suatu benda dengan massa m yang jatuh secara bebas ke bumi hanyalah dipengaruhi oleh satu gaya, yaitu gaya tarik bumi atau gaya gravitasi, yang kita sebut berat W dari benda. Karena itu F = m a memberikan kita hubungan F = W, a = g dan

4 11 m, jadi W = m g. Berhubung g = 9,8 m/s 2 di bumi, maka 1 kilogram benda beratnya 9,8 Newton di bumi. Istilah massa dan berat sering dikacaukan antara satu dengan yang lainnya, tetapi adalah penting untuk membedakan keduanya. Massa adalah sifat dari benda itu sendiri ( yaitu ukuran inersia benda tersebut, atau jumlah zat nya ). Di pihak lain, berat adalah gaya, gaya gravitasi yang bekerja pada sebuah benda. Untuk melihat perbedaannya, misalnya kita membawa sebuah benda ke Bulan. Benda itu hanya akan mempunyai berat 1/6 dari beratnya di bumi, karena gaya gravitasi lebih lemah, tetapi massa akan tetap sama. Benda tersebut akan tetap memiliki jumlah zat yang sama dan inersia yang sama. Karena dengan tidak adanya gesekan, akan sama sulitnya untuk menggerakkannya atau memberhentikannya kalau sudah bergerak. Jika sebuah benda bermassa m dibiarkan jatuh bebas, percepatannya adalah percepatan gravitasi g dan gaya yang bekerja adalah gaya berat W. Jika hukum Newton ke 2 F = m a diterapkan pada benda yang sedang jatuh bebas, maka diperoleh W = m g. Baik W maupun g, keduanya adalah vektor yang mengarah ke pusat bumi, karena itu dapat dituliskan : W = m g Dengan W dan g adalah besar vektor berat dan vektor percepatan. Untuk mencegah agar benda jangan jatuh, harus ada gaya ke atas yang besarnya sama dengan W supaya gaya netto sama dengan 0.

5 Gaya Lateral Gaya lateral merupakan gaya yang bekerja pada roda dengan arah tegak lurus lintasan ban telah dirumuskan sebagai berikut : - F l1 = b/2l x F cgy cos µ - F cgx /4 sin µ + 0,5 m uf (a ty1 cos µ + a tx1 sin µ) - F l2 = b/2l x F cgy cos µ + F cgx /4 sin µ + 0,5 m uf (a ty2 cos µ + a tx2 sin µ) - F l3 = a/2l x F cgy cos µ + F cgx /4 sin µ + 0,5 m ur (a ty3 cos µ - a tx3 sin µ) - F l4 = a/2l x F cgy cos µ - F cgx /4 sin µ + 0,5 m ur (a ty4 cos µ - a tx4 sin µ) Gambar 2.1 Gaya lateral pada roda Pada gambar di atas, tanda panah ke samping menunjukkan gaya lateral pada roda yang tegak lurus dengan gaya vertikal.

6 13 Dimana m uf dan m ur adalah massa yang tidak tersangga oleh sistem suspensi dan selanjutnya dinamakan massa tak tersangga suspensi, dengan demikian masingmasing adalah massa tak tersangga suspensi bagian depan dan belakang, a dan b masing-masing adalah jarak antara titik pusat kendaraan dengan poros roda depan dan poros roda belakang, serta L adalah jarak antara poros roda depan dan belakang. Dari persamaan-persamaan di atas terlihat bahwa timbulnya gaya lateral merupakan akibat transformasi gaya sentrifugal (F cg ) bodi kendaraan kepada masing-masing roda dan gaya lateral akibat massa tak tersangga suspensi, dengan asumsi sudut chamber diabaikan. Pada roda depan, perbedaan antara roda kiri dan kanan terletak pada gaya sentrifugal kearah sumbu x (F cgx ), dimana pada roda kiri terjadi pengurangan sedangkan pada roda kanan terjadi penambahan. Demikian juga pada roda belakang, roda kanan mengalami pertambahan sedangkan roda kiri mengalami pengurangan. Sudut chamber adalah sudut antara sumbu vertikal roda dengan sumbu vertikal kendaraan seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 2.2 Sudut chamber pada roda

7 14 Tampak pada gambar, sudut chamber bernilai negatif karena roda bagian atas mengarah ke dalam dan bagian bawahnya mengarah ke luar. Namun sebaliknya, jika roda bagian dalam mengarah ke dalam dan bagian atas ke luar, maka sudut chamber bernilai positif. Biasanya sudut ini digunakan dalam pembuatan automobile yang dirancang pada alat kemudi dan sistem suspensinya. Massa tak tersangga suspensi ( unsprung mass ) adalah massa dari suspensi, roda, dan komponen-komponen lainnya yang disambungkan dengan roda seperti poros roda, penopang roda, ban, dan beberapa bagian lainnya yang terdapat pada roda. Sedangkan massa tersangga suspensi ( sprung mass ) adalah massa dari bodi kendaraan dan komponen-komponen lainnya yang ditopang oleh suspensi. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar berikut. Gambar 2.3 Massa suspensi dan massa tak tersangga suspensi Sementara itu, besarnya gaya sentrifugal merupakan perkalian antara massa bodi kendaraan dengan percepatan sentrifugal yang dinyatakan oleh :

8 15 - F cgy = m s x a cy - F cgx = m s x a cx Dimana percepatan sentrifugal bodi kendaraan dengan asumsi kecepatan longitudinal konstan dan pusat putaran kendaraan sejajar dengan titik berat didapatkan sebagai berikut : - a cx = U o 2 x sin µ + h r - a cy = U 2 o x cos µ - h r Dimana h r adalah tinggi pusat guling roda belakang, µ adalah sudut patokan kendaraan, dan U o adalah kecepatan kendaraan. Dari persamaan terlihat bahwa percepatan bodi kendaraan kearah sumbu x merupakan proyeksi percepatan sentrifugal kendaraan kearah sinusoidal sudut simpang bodi kendaraan. Sedangkan percepatan kearah sumbu y merupakan poryeksi percepatan sentrifugal kendaraan kearah kosinus sudut simpang bodi kendaraan, serta dipengaruhi percepatan bagian belakang kendaraan kearah sinusoidal sudut guling. Percepatan roda kearah sumbu x dan sumbu y dirumuskan dengan asumsi kecepatan longitudinal dan laju putar konstan maka didapatkan sebagai berikut : - a tx1,2 = U 2 o x sin µ a - a tx3,4 = U 2 o x sin µ + b - a ty1,2 = U 2 o x cos µ - T f /2 - a ty3,4 = U 2 o x cos µ + T r /2 Dimana Tf dan Tr masing-masing adalah lebar track roda depan dan belakang. Dari persamaan terlihat percepatan roda kearah sumbu x merupakan transformasi percepatan bodi kendaraan kearah sinusoidal dan dipengaruhi

9 16 percepatan linier bodi depan dan belakang. Sedangkan percepatan roda kearah sumbu y juga transformasi percepatan bodi kendaraan kearah kosinus dan dipengaruhi oleh percepatan linier dari lebar track masing-masing. 2.5 Gaya Vertikal Gaya vertikal pada roda adalah gaya yang tegak lurus bidang jalan yang terdiri dari gaya statik dan dinamik. Gaya statik merupakan distribusi beban kendaraan pada saat kendaraan diam. Sedangkan gaya dinamik merupakan perpindahan beban akibat kecenderungan kendaraan kearah guling dan angguk. Kedua gaya tersebut masing-masing diberikan oleh : - F v1 = b x W t /2L - R tf /T f + K tf - F v2 = b x W t /2L + R tf /T f + K tf - F v3 = a x W t /2L + R tr /T r + K tr - F v4 = a x W t /2L - R tr /T r + K tr Wt adalah berat total kendaraan yang didapatkan dari : - W t = m x g Dimana m adalah berat bodi kendaraan dan g adalah gravitasi yang nilainya sudah ditetapkan yaitu 9,8 m/s 2, R tf dan R tr masing-masing adalah koefisien kekakuan guling roda depan dan belakang, K tf dan K tr masing-masing adalah koefisien kekakuan vertikal roda depan dan belakang.

10 17 Gambar 2.4 Gaya vertikal pada roda Pada gambar di atas, tanda panah ke atas menunjukkan gaya vertikal pada roda yang tegak lurus dengan bidang jalan. Pada persamaan dari gaya vertikal di atas terdiri dari komponen statik dan komponen dinamik. Komponen statik terletak pada suku pertama, sedangkan komponen dinamik terletak pada suku kedua dan ketiga. Komponen dinamik akibat kecenderungan guling adalah R tf /T f dan R tr /T r, dimana pada saat kendaraan berbelok, roda kiri (1 dan 4) mengalami pengurangan beban, sedangkan roda kanan (2 dan 3) mengalami penambahan. Sementara itu komponen dinamik akibat kecenderungan angguk adalah K tf dan K tr, dimana pada roda depan mengalami penambahan beban, sedangkan pada roda belakang mengalami pengurangan.

11 Sudut slip roda Besarnya sudut slip roda sebagai fungsi gaya lateral (F l ) dan gaya vertikal (F v ) saat kendaraan berbelok telah dirumuskan yaitu : α i = 0,05281 x (F l,i ) 0, , x (F v,i ) untuk I = 1,2,3,4 Dimana F li dan F vi dalam lb. Dari persamaan di atas terlihat bahwa sudut slip roda dipengaruhi oleh gaya lateral dan gaya vertikal. Jika gaya lateral semakin besar maka sudut slip roda juga semakin besar. Namun sebaliknya jika gaya vertikal semakin besar maka sudut slip roda semakin kecil. Dalam kasus ini pengaruh sudut chamber (sudut kemiringan roda terhadap sumbu vertikal) diabaikan karena relatif kecil. Disamping itu harga koefisien gesek ditentukan sesuai dengan kondisi jalan. Contoh soal : Tabel 2.1 Parameter utama kendaraan ( sumber dari Dixon J C, 1991 ) L = 239 cm T f = 142 cm T r = 140 cm K tr = N/der K tf = N/der a = 83 cm b = 156 cm R tf = 210 N/der R tr = 73 N/der m = kg m s = kg m uf = 110 kg m ur = 83 kg h r = 51 cm

12 19 Data-data di atas digunakan sebagai inputan yang akan dimasukkan ke dalam rumus-rumus gaya lateral dan gaya vertikal. Sebelum memperoleh hasil sudut slip roda maka ditunjukkan hubungan antara gaya lateral dan vertikal dengan kecepatan longitudinal terlebih dahulu, dengan menggunakan persamaan gaya lateral dan gaya vertikal. Sementara itu, parameter kendaraan yang digunakan adalah tabel di atas. Tabel 2.2 Sudut slip roda sebelum penghitungan Kec. α 1, 5 o α 2, 5 o α 3, 5 o α 4, 5 o α 1, 10 o α 2, 10 o α 3, 10 o α 4, 10 o Tabel di atas adalah tabel sudut slip roda sebelum dilakukan penghitungan terhadap gaya lateral dan gaya vertikal. Ada variabel tambahan pada tabel di atas yaitu variabel kecepatan, yang terdapat dalam persamaan gaya lateral. Kecepatan kendaraan dilambangkan dengan U o. Penghitungan dimulai dari persamaan gaya vertikal dengan memasukkan parameter-parameter kendaraan yang terdapat dalam persamaan gaya vertikal yaitu :

13 20 Tabel 2.3 Parameter kendaraan untuk gaya vertikal L = 2,39 m T f = 1,42 m T r = 1,40 m K tr = N/der K tf = N/der a = 0,83 m b = 1,56 m R tf = 210 N/der R tr = 73 N/der m = kg Berikut ini adalah cara penghitungan untuk persamaan gaya vertikal : - Menghitung berat W t : W t = kg x 10 m/s 2 = N. - Setelah hasil W t didapatkan, lalu dilanjutkan dengan menghitung gaya lateral yang bekerja pada masing-masing roda : F v1 = b x W t /2L - R tf /T f + K tf = 1,56 x : (2 x 2,39) (210 : 1,42) = ,38 N. F v2 = b x W t /2L + R tf /T f + K tf = 1,56 x : (2 x 2,39) + (210 : 1,42) = ,15 N. F v3 = a x W t /2L + R tr /T r + K tr = 0,83 x : (2 x 2,39) + (73 : 1,40) = ,88 N. F v4 = a x W t /2L - R tr /T r + K tr = 0,83 x : (2 x 2,39) (73 : 1,40) = ,59 N.

14 21 Dengan demikian telah didapatkan hasil penghitungan untuk gaya vertikal pada masing-masing roda kendaraan, dimana untuk gaya vertikal pada roda depan bagian kiri dan kanan masing-masing dilambangkan dengan F v1 dan F v2, sedangkan gaya vertikal pada roda belakang bagian kanan dan kiri masing-masing dilambangkan dengan F v3 dan F v4. Penghitungan dilanjutkan dengan persamaan gaya lateral dimana parameterparameter kendaraan yang terdapat dalam persamaan gaya lateral adalah : Tabel 2.4 Parameter kendaraan untuk gaya lateral L = 2,39 m T f = 1,42 m T r = 1,40 m h r = 0,51 m a = 0,83 m b = 1,56 m m uf = 110 kg m ur = 83 kg m s = kg Berikut ini adalah cara penghitungan untuk persamaan gaya lateral : - Menghitung percepatan sentrifugal dengan variabel kecepatan U o = 10 km/h dan sudut patokan µ = 5 o : a cx = U 2 o sin µ + h r = (10) 2 x sin 5 + 0,51 = 9,23 m/s 2 a cy = U 2 o cos µ - h r = (10) 2 x sin 5 0,51 = 8,21 m/s 2

15 22 - Setelah didapatkan hasil percepatan sentrifugal, lalu dilanjutkan dengan menghitung gaya sentrifugal : F cgy = m s x a cy = x 8,21 = ,2 N F cgx = m s x a cx = x 9,23 = ,6 N - Sampai sini telah didapatkan hasil untuk gaya sentrifugal. Penghitungan dilanjutkan dengan menghitung percepatan roda yaitu : a tx1,2 = U 2 o sin µ a = (10) 2 x sin 5 0,83 = 7,89 m/s 2 a tx3,4 = U 2 o sin µ + b = (10) 2 x sin 5 + 1,56 = 10,28 m/s 2 a ty1,2 = U 2 o cos µ - T f /2 = (10) 2 x cos 5 (1,42 : 2) = 98,91 m/s 2 a ty3,4 = U 2 o cos µ + T r /2 = (10) 2 x cos 5 + (1,40 : 2) = 100,32 m/s 2 - Setelah hasil percepatan roda didapatkan, lalu dilanjutkan dengan menggabungkan hasil percepatan roda dan gaya sentrifugal tadi untuk menghitung gaya lateral : F l1 = b/2l x F cgy cos µ - F cgx /4 sin µ + 0,5 m uf (a ty1 cos µ + a tx1 sin µ) = 1,56 : (2 x 2,39) x ,2 cos 5 (11.260,6 : 4) sin 5 + 0,5 x 110 (98,91 cos 5 + 7,89 sin 5) = 8468,19 N. F l2 = b/2l x F cgy cos µ + F cgx /4 sin µ + 0,5 m uf (a ty2 cos µ + a tx2 sin µ) = 1,56 : (2 x 2,39) x ,2 cos 5 + (11.260,6 : 4) sin 5 + 0,5 x 110 (98,91 cos 5 + 7,89 sin 5) = 8958,91 N. F l3 = a/2l x F cgy cos µ + F cgx /4 sin µ + 0,5 m ur (a ty3 cos µ - a tx3 sin µ) = 0,83 : (2 x 2,39) x ,2 cos 5 + (11.260,6 : 4) sin 5 + 0,5 x 83 (100,32 cos 5-10,28 sin 5) = 6084,80 N.

16 23 F l4 = a/2l x F cgy cos µ - F cgx /4 sin µ + 0,5 m ur (a ty4 cos µ - a tx4 sin µ) = 0,83 : (2 x 2,39) x ,2 cos 5 (11.260,6 : 4) sin 5 + 0,5 x 83 (100,32 cos 5 10,28 sin 5) = 5597,82 N Dengan demikian telah didapatkan hasil penghitungan untuk gaya lateral pada masing-masing roda kendaraan, dimana untuk gaya lateral pada roda depan bagian kiri dan kanan masing-masing dilambangkan dengan F l1 dan F l2, sedangkan gaya lateral pada roda belakang bagian kanan dan kiri masing-masing dilambangkan dengan F l3 dan F l4. Setelah melalui proses penghitungan di atas tadi, maka sekarang telah didapatkan hasil untuk gaya lateral dan gaya vertikal. Dengan demikian, penghitungan terhadap sudut slip roda sudah bisa dilakukan dengan memasukkan hasil gaya lateral dan gaya vertikal tadi ke dalam persamaan sudut slip roda : α i = 0,05281 (F l,i ) 0, , (F v,i ) Dimulai dengan indeks i = 1 yaitu untuk roda depan bagian kiri. Caranya adalah dengan memasukkan hasil gaya lateral F l1 dan gaya vertikal F v1 ke dalam persamaan tersebut dan didapatkan hasil untuk sudut slip roda α 1. Penghitungan sudut slip roda juga dilakukan untuk indeks i = 2 untuk roda depan bagian kanan, lalu untuk roda belakang bagian kanan dan kiri masing-masing dilambangkan dengan indeks i = 3 dan i = 4. Sampai sini, telah didapatkan hasil sudut slip untuk masing-masing roda yaitu α i1, α i2, α i3, dan α 4. Untuk perumusan sudut slip roda lebih jelasnya, dijabarkan seperti berikut ini :

17 24 - α 1 = 0,05281 (F l1 ) 0, , (F v1 ) = 0,05281 x (8468,19) 0, , (22.535,38) = 5 o - α 2 = 0,05281 (F l2 ) 0, , (F v2 ) = 0,05281 x (8958,91) 0, , (22.831,15) = 4,88 o - α 3 = 0,05281 x (F l3 ) 0, , x (F v3 ) = 0,05281 x (6084,80) 0, , x (19.543,88) = 3,17 o - α 4 = 0,05281 x (F l4 ) 0, , x (F v4 ) = 0,05281 x (5597,82) 0, , x (19.439,59) = 3,26 o Berikut ini adalah tabel hasil pengitungan sudut slip roda yang tadi untuk variabel kecepatan U o = 10 km/h dan sudut patokan µ = 5 o. Tabel 2.5 Hasil sudut slip roda untuk U o = 10 km/h dan sudut µ = 5 o Kec. α 1, 5 o α 2, 5 o α 3, 5 o α 4, 5 o α 1, 10 o α 2, 10 o α 3, 10 o α 4, 10 o ,88 3,17 3, Dari tabel di atas, hasil sudut slip roda untuk roda depan bagian kiri (α 1 ) adalah 5 o, sedangkan untuk sudut slip roda depan bagian kanan (α 2 ), roda belakang bagian kanan (α 3 ), dan kiri (α 4 ) masing-masing adalah 4,88 o, 3,17 o, dan 3,26 o.

18 25 Tabel 2.6 Hasil sudut slip roda selengkapnya Kec. α 1, 5 o α 2, 5 o α 3, 5 o α 4, 5 o α 1, 10 o α 2, 10 o α 3, 10 o α 4, 10 o ,88 3,17 3, ,17 5,67 6, ,87 3,16 3, ,15 5,66 5, ,86 3,16 3, ,14 5,64 5, ,86 3,15 3, ,13 5,63 5, ,85 3,15 3, ,12 5,62 5,93 Dari tabel di atas, diambil kesimpulan bahwa kendaraan tersebut ketika berbelok tidak mengalami oversteer, karena sudut slip roda bagian belakang (α 3 dan α 4 ) lebih kecil daripada sudut slip roda bagian depan (α 1 dan α 2 ). Terlihat juga bahwa dengan semakin bertambahnya kecepatan kendaraan ketika berbelok, sudut slip pada masing-masing roda semakin berkurang meski tidak terlalu signifikan kecuali sudut slip pada roda depan bagian kiri (α 1 ) dianggap tidak berkurang sama sekali karena pengurangannya yang sangat kecil sekali. 2.7 State Transition Diagram State Transition Diagram adalah salah satu cara menggambarkan jalannya proses. Di dalamnya dapat dilihat input atau kondisi, state proses, output atau aksi yang terjadi dan perubahan state. State, menunjukkan satu atau lebih kegiatan atau keadaan atau atribut yang menjelaskan bagian tertentu dari proses.

19 26 Input atau kondisi merupakan suatu kejadian pada lingkaran eksternal yang dapat dideteksi oleh sistem, missal sinyal, interupsi atau data. Hal ini menyebabkan perubahan dari satu state ke state lainnya atau dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya. Output atau aksi merupakan hal yang dilakukan oleh sistem jika terjadi perubahan state atau merupakan reaksi terhadap kondisi. Aksi dapat menghasilkan output, tampilan pesan pada layar, kalkulasi atau kegiatan lainnya. 2.8 Pseudocode Pseudocode adalah suatu bahasa umum yang menggunakan kosa kata dari satu bahasa (misal Bahasa Inggris) dan perintah (syntax) dari bahasa yang lain (misal bahasa pemrograman terstruktur). Pseudocode adalah suatu bahasa pemrograman yang informal dan sangat fleksibel yang tidak dimaksudkan untuk dieksekusi pada mesin, tetapi hanya digunakan untuk mengorganisir cara berpikir pemrograman sebelum melakukan coding. Pseudocode dapat menjadi alternatif dalam perancangan piranti lunak di samping alat bantu berupa diagram. Tidak ada standarisasi dalam hal penulisan pseudocode. Pemrogram dapat menulisnya dalam bahasa apa saja yang mereka sukai dan dipadukan dengan bahasa pemrograman tertentu. Pemrogram juga bebas menggunakan teknik dan aturannya sendiri.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Kemudi Di dalam sebuah sistem kemudi ada dua faktor yang menjadi tujuan dari setiap pengembangan teknologi otomotif yaitu mempermudah pengendalian kendaraan dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA

BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA 3.1 Perancangan Sistem Kemudi Gokart Proses peracangan sistem kemudi gokart menggunakan metode analisa perancangan dengan melakukan perhitungan-perhitungan manual.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan berbelok, maka ada dua skenario atau kejadian yang dikenal sebagai understeer

BAB 1 PENDAHULUAN. akan berbelok, maka ada dua skenario atau kejadian yang dikenal sebagai understeer BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berkendara, ketika kendaraan telah mencapai sebuah tikungan dan akan berbelok, maka ada dua skenario atau kejadian yang dikenal sebagai understeer dan

Lebih terperinci

Hukum Newton dan Penerapannya 1

Hukum Newton dan Penerapannya 1 Hukum Newton dan Penerapannya 1 Definisi Hukum I Newton menyatakan bahwa : Materi Ajar Hukum I Newton Setiap benda tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang garis lurus

Lebih terperinci

DINAMIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

DINAMIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DINAMIKA 1 Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. HUKUM-HUKUM NEWTON Beberapa Definisi dan pengertian yg berkaitan dgn hukum newton MASSA: Benda adalah ukuran kelembamannya,

Lebih terperinci

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. HUKUM-HUKUM GERAK NEWTON Beberapa Definisi dan pengertian yang berkaitan dgn hukum gerak newton

Lebih terperinci

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika. Hukum Newton. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB

J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika. Hukum Newton. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika Hukum Newton Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Mekanika Kinematika Mempelajari gerak materi tanpa melibatkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Ganda Teknik Informatika Matematika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2007 / 2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Ganda Teknik Informatika Matematika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2007 / 2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik Informatika Matematika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2007 / 2008 Perancangan Program Aplikasi Optimalisasi Sudut Kendaraan Roda Empat Menggunakan

Lebih terperinci

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik.

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik. gaya yang muncul ketika BENDA BERSENTUHAN dengan PERMUKAAN KASAR. ARAH GAYA GESEK selalu BERLAWANAN dengan ARAH GERAK BENDA. gaya gravitasi/gaya berat gaya normal GAYA GESEK Jenis Gaya gaya gesek gaya

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar

Fisika Dasar I (FI-321) Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 4) Dinamika Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar Dinamika Mempelajari pengaruh lingkungan terhadap keadaan gerak suatu

Lebih terperinci

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak?????

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak????? DINAMIKA PARTIKEL GAYA Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain Macam-macam gaya : a. Gaya kontak gaya normal, gaya gesek, gaya tegang tali, gaya

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

RINGKASAN BAB 2 GAYA, MASSA, DAN BERAT BENDA

RINGKASAN BAB 2 GAYA, MASSA, DAN BERAT BENDA 1 RINGKASAN BAB 2 GAYA, MASSA, DAN BERAT BENDA Standar Kompetensi 5. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari Kompetensi dasar 5.1. Mengidentifikasi jenis-jenis gaya, penjumlahan

Lebih terperinci

Fisika Dasar. Dinamika Partikel. Siti Nur Chotimah, S. Si, M. T. Modul ke: Fakultas Teknik

Fisika Dasar. Dinamika Partikel. Siti Nur Chotimah, S. Si, M. T.   Modul ke: Fakultas Teknik Fisika Dasar Modul ke: Dinamika Partikel Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Siti Nur Chotimah, S. Si, M. T. Email : snur.chotimah@gmail.com www.mercubuana.ac.id Outline Hukum Newton I, II, III

Lebih terperinci

BAB V Hukum Newton. Artinya, jika resultan gaya yang bekerja pada benda nol maka benda dapat mempertahankan diri.

BAB V Hukum Newton. Artinya, jika resultan gaya yang bekerja pada benda nol maka benda dapat mempertahankan diri. BAB V Hukum Newton 5.1. Pengertian Gaya. Gaya merupakan suatu besaran yang menyebabkan benda bergerak. Gaya juga dapat menyebabkan perubahan pada benda misalnya perubahan bentuk, sifat gerak benda, kecepatan,

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar

Fisika Dasar I (FI-321) Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar Fisika Dasar I (FI-31) Topik hari ini (minggu 4) Dinamika Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar Dinamika Mempelajari pengaruh lingkungan terhadap keadaan gerak suatu

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol

Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol HUKUM I NEWTON Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol ΣF = 0 maka benda tersebut : - Jika dalam keadaan diam akan tetap diam, atau - Jika dalam keadaan bergerak lurus

Lebih terperinci

Hukum Newton tentang Gerak

Hukum Newton tentang Gerak Hukum Newton tentang Gerak PETA KONSEP Gerak Aristoteles Galileo Newton hasil Hukum I Newton Hukum II Newton Hukum III Newton tentang tentang tentang Kelembaman Gaya Aksi-Reaksi aplikasi pada Gerak Lurus

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

MENERAPKAN HUKUM GERAK DAN GAYA

MENERAPKAN HUKUM GERAK DAN GAYA MENERAPKAN HUKUM GERAK DAN GAYA Menguasai Hukum Neton MUH. ARAFAH, S.Pd. e-mail: muh.arafahsidrap@gmail.com ebsite://arafahtgb.ordpress.com HUKUM-HUKUM GERAK GERAK + GAYA DINAMIKA GAYA ADALAH SESUATU YANG

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

SASARAN PEMBELAJARAN

SASARAN PEMBELAJARAN 1 2 SASARAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mampu menyelesaikan persoalan gerak partikel melalui konsep gaya. 3 DINAMIKA Dinamika adalah cabang dari mekanika yang mempelajari gerak benda ditinjau dari penyebabnya.

Lebih terperinci

KINEMATIKA DAN DINAMIKA: PENGANTAR. Presented by Muchammad Chusnan Aprianto

KINEMATIKA DAN DINAMIKA: PENGANTAR. Presented by Muchammad Chusnan Aprianto KINEMATIKA DAN DINAMIKA: PENGANTAR Presented by Muchammad Chusnan Aprianto DEFINISI KINEMATIKA DAN DINAMIKA KINEMATIKA Kajian tentang gerak suatu benda atau partikel tanpa disertai penyebab geraknya Studi

Lebih terperinci

Mekanika : Gaya. Hukum Newton

Mekanika : Gaya. Hukum Newton Mekanika : Gaya Hukum Newton Hukum Gerak Hukum I Newton Gaya Massa Hukum II Newton Hukum III Newton Gaya Ukuran untuk interaksi antara dua objek (arik atau dorong) Kuantitas vektor : mempunyai besar dan

Lebih terperinci

GAYA DAN HUKUM NEWTON

GAYA DAN HUKUM NEWTON GAYA DAN HUKUM NEWTON 1. Gaya Gaya merupakan suatu besaran yang mempunyai besar dan arah. Satuan gaya adalah Newton (N). Gbr. 1 Gaya berupa tarikan pada sebuah balok Pada gambar 1 ditunjukkan sebuah balok

Lebih terperinci

SILABUS : : : : Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur.

SILABUS : : : : Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur. SILABUS Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas Semester SMA Dwija Praja Pekalongan FISIKA X (Sepuluh) 1 (Satu) Standar Kompetensi 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya. Kompetensi 1.1 Mengukur

Lebih terperinci

DINAMIKA. Rudi Susanto, M.Si

DINAMIKA. Rudi Susanto, M.Si DINAMIKA Rudi Susanto, M.Si DINAMIKA HUKUM NEWTON I HUKUM NEWTON II HUKUM NEWTON III MACAM-MACAM GAYA Gaya Gravitasi (Berat) Gaya Sentuh - Tegangan tali - Gaya normal - Gaya gesekan DINAMIKA I (tanpa gesekan)

Lebih terperinci

GAYA. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com

GAYA. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com GAYA Hoga saragih Hubungan antara gaya dan gerak Mengapa benda bergerak sedemikian rupa? Apa yang membuat benda yang pada mulanya diam mulai bergerak? Apa yang mempercepat dan memperlambat benda? Kita

Lebih terperinci

HUKUM NEWTON B A B B A B

HUKUM NEWTON B A B B A B Hukum ewton 75 A A 4 HUKUM EWTO Sumber : penerbit cv adi perkasa Pernahkah kalian melihat orang mendorong mobil yang mogok? Perhatikan pada gambar di atas. Ada orang ramai-ramai mendorong mobil yang mogok.

Lebih terperinci

BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR

BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR Dinamika mempelajari pengaruh lingkungan terhadap keadaan gerak suatu sistem. Pada dasarya persoalan dinamika dapat dirumuskan sebagai berikut: Bila sebuah sistem dengan

Lebih terperinci

A. Pengertian Gaya. B. Jenis-Jenis Gaya

A. Pengertian Gaya. B. Jenis-Jenis Gaya A. Pengertian Gaya Tarikan dan dorongan yang kita berikan pada benda disebut gaya. Apakah gaya yang kita berikan memiliki arah? Tentu, gaya memiliki arah. Ketika kita mendorong ke depan, benda pun akan

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA... Kelas / Semester : X / 1 Mata Pelajaran : FISIKA 1. Standar : 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya. 1.1 Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan

Lebih terperinci

BAB IV DINAMIKA PARTIKEL. A. STANDAR KOMPETENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel).

BAB IV DINAMIKA PARTIKEL. A. STANDAR KOMPETENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel). BAB IV DINAMIKA PARIKEL A. SANDAR KOMPEENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel). B. KOMPEENSI DASAR : 1. Menjelaskan Hukum Newton sebagai konsep dasar

Lebih terperinci

GAYA GESEK. Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik

GAYA GESEK. Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik GAYA GESEK (Rumus) Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik f = gaya gesek f s = gaya gesek statis f k = gaya gesek kinetik μ = koefisien gesekan μ s = koefisien gesekan statis μ k = koefisien gesekan

Lebih terperinci

Hukum I Newton. Hukum II Newton. Hukum III Newton. jenis gaya. 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika.

Hukum I Newton. Hukum II Newton. Hukum III Newton. jenis gaya. 2. Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika. Dinamika mempelajari penyebab dari gerak yaitu gaya Hukum I Newton Hukum Newton Hukum II Newton Hukum III Newton DINAMIKA PARTIKEL gaya berat jenis gaya gaya normal gaya gesek gaya tegangan tali analisis

Lebih terperinci

BAB 2 GAYA 2.1 Sifat-sifat Gaya

BAB 2 GAYA 2.1 Sifat-sifat Gaya BAB 2 GAYA Dua bab berikutnya mengembangkan hukum statistika, yang merupakan suatu kondisi dimana suatu benda tetap diam. Hukum ini dapat dipakai secara universal dan dapat digunakan untuk mendesain topangan

Lebih terperinci

ULANGAN UMUM SEMESTER 1

ULANGAN UMUM SEMESTER 1 ULANGAN UMUM SEMESTER A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d atau e di depan jawaban yang benar!. Kesalahan instrumen yang disebabkan oleh gerak brown digolongkan sebagai... a. kesalahan relatif

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m. Contoh Soal dan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. a) percepatan gerak turunnya benda m Tinjau katrol : Penekanan pada kasus dengan penggunaan persamaan Σ τ = Iα dan Σ F = ma, momen inersia (silinder

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisika sejak kita kelas VII. Bila benda dikenai gaya maka benda akan berubah bentuk, benda

BAB I PENDAHULUAN. fisika sejak kita kelas VII. Bila benda dikenai gaya maka benda akan berubah bentuk, benda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dinamika merupakan salah satu bagian dari cabang fisika.apakah yang terjadi jika benda dikenai gaya? Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang pernah kita dengar

Lebih terperinci

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/2014 A. PILIHAN GANDA 1. Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume d. Panjang, lebar, tinggi, tebal b. Kecepatan,waktu,jarak,energi

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN A. URAIAN MATERI: Suatu benda dikatakan bergerak jika benda tersebut kedudukannya berubah setiap saat terhadap titik acuannya (titik asalnya).

Lebih terperinci

BAB 4 GAYA DAN PERCEPATAN

BAB 4 GAYA DAN PERCEPATAN BAB 4 GAYA DAN PERCEPATAN A. GAYA SENTUH Gaya merupakan besaran vector, karena memiliki satuan, besaran, dan arah. Gaya adalah sesuatu yang dapat berupa dorongan atau tarikan. Pengaruh gaya dapat berupa:

Lebih terperinci

08:25:04. Fisika I. gaya. benda dalam sistem. diharapkan. dan masing-masing. Kompetensiyang. gaya-gaya

08:25:04. Fisika I. gaya. benda dalam sistem. diharapkan. dan masing-masing. Kompetensiyang. gaya-gaya DINAMIKA Kompetensiyang diharapkan 1. Mahasiswa mampu mengenali jenis-jenis gaya 2. Mahasiswa mampu mencari dan menguraikan gaya-gaya arah gerak gaya dalam arah sejajar dan tegak lurus 3. Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

BAB II - Keseimbangan di bawah Pengaruh Gaya-gaya yang Berpotongan

BAB II - Keseimbangan di bawah Pengaruh Gaya-gaya yang Berpotongan BAB II - Keseimbangan di bawah Pengaruh Gaya-gaya yang Berpotongan Soal 2-11 Perhatikan gambar 2-9 diketahui berat beban adalah 600N tentukanlah T 1 &? T 1 gambar 2-9 600N Diketahui : = 600N Jawab y y

Lebih terperinci

HUKUM NEWTON TENTANG GERAK DINAMIKA PARTIKEL 1. PENDAHULUAN

HUKUM NEWTON TENTANG GERAK DINAMIKA PARTIKEL 1. PENDAHULUAN HUKUM NEWTON TENTANG GERAK DINAMIKA PARTIKEL 1. PENDAHULUAN Pernahkah Anda berpikir; mengapa kita bisa begitu mudah berjalan di atas lantai keramik yang kering, tetapi akan begitu kesulitan jika lantai

Lebih terperinci

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA CAKUPAN MATERI A. Hukum Pertama Newton B. Hukum Kedua Newton C. Hukum Ketiga Newton D. Gaya Berat, Gaya Normal & Gaya Gesek E. Penerapan Hukum Newton Hukum

Lebih terperinci

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik.

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. Kompetensi Dasar Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan.

Lebih terperinci

FISIKA XI SMA 3

FISIKA XI SMA 3 FISIKA XI SMA 3 Magelang @iammovic Standar Kompetensi: Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar: Merumuskan hubungan antara konsep torsi,

Lebih terperinci

Bagian pertama dari pernyataan hukum I Newton itu mudah dipahami, yaitu memang sebuah benda akan tetap diam bila benda itu tidak dikenai gaya lain.

Bagian pertama dari pernyataan hukum I Newton itu mudah dipahami, yaitu memang sebuah benda akan tetap diam bila benda itu tidak dikenai gaya lain. A. Formulasi Hukum-hukum Newton 1. Hukum I Newton Sebuah batu besar di lereng gunung akan tetap diam di tempatnya sampai ada gaya luar lain yang memindahkannya, misalnya gaya tektonisme/gempa, gaya mesin

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan pembelajaran Teknik. Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur.

SILABUS. Kegiatan pembelajaran Teknik. Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan beberapa jenis alat ukur. SILABUS Sekolah Kelas / Semester Mata Pelajaran : MADRASAH ALIYAH NEGERI BAYAH : X (Sepuluh) / 1 (Satu) : FISIKA 1. Standar Kompetensi: 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya. Kompetensi

Lebih terperinci

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda KEGIATAN BELAJAR 1 Hukum I Newton A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda DINAMIKA PARTIKEL Mungkin Anda pernah mendorong mobil mainan yang diam, jika dorongan Anda lemah mungkin mobil mainan belum bergerak,

Lebih terperinci

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar A. Torsi 1. Pengertian Torsi Torsi atau momen gaya, hasil perkalian antara gaya dengan lengan gaya. r F Keterangan: = torsi (Nm) r = lengan gaya (m) F = gaya

Lebih terperinci

Dinamika. DlNAMIKA adalah ilmu gerak yang membicarakan gaya-gaya yang berhubungan dengan gerak-gerak yang diakibatkannya.

Dinamika. DlNAMIKA adalah ilmu gerak yang membicarakan gaya-gaya yang berhubungan dengan gerak-gerak yang diakibatkannya. Dinamika Page 1/11 Gaya Termasuk Vektor DlNAMIKA adalah ilmu gerak yang membicarakan gaya-gaya yang berhubungan dengan gerak-gerak yang diakibatkannya. GAYA TERMASUK VEKTOR, penjumlahan gaya = penjumlahan

Lebih terperinci

DINAMIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS.

DINAMIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS. DINAMIKA 1 Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS. 1. Carilah berat benda yang mempunyai : 1. 3 kilogram. 2. 200 gram. 2. Sebuah benda 20 kg yang bergerak bebas

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN 3. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL

RENCANA PEMBELAJARAN 3. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL RENCANA PEMBELAJARAN 3. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL A. Besaran-besaran Dinamik Pada benda bermassa m yang bergerak dengan kecepatan, didefinisikan besaranbesaran dinamik sebagai berikut: Momentum

Lebih terperinci

1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar.

1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar. 1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar. Berdasar gambar diatas, diketahui: 1) percepatan benda nol 2) benda bergerak lurus beraturan 3) benda dalam keadaan diam 4) benda akan bergerak

Lebih terperinci

HUKUM - HUKUM NEWTON TENTANG GERAK.

HUKUM - HUKUM NEWTON TENTANG GERAK. Hukum Newton 29 HUKUM - HUKUM NEWTON TENTANG GERAK. GERAK DAN GAYA. Gaya : ialah suatu tarikan atau dorongan yang dapat menimbulkan perubahan gerak. Dengan demikian jika benda ditarik/didorong dan sebagainya

Lebih terperinci

Pemodelan Gerak Belok Steady State dan Transient pada Kendaraan Empat Roda

Pemodelan Gerak Belok Steady State dan Transient pada Kendaraan Empat Roda E97 Pemodelan Gerak Belok Steady State dan Transient pada Kendaraan Empat Roda Yansen Prayitno dan Unggul Wasiwitono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

USAHA DAN ENERGI. W = F.s Satuan usaha adalah joule (J), di mana: 1 joule = (1 Newton).(1 meter) atau 1 J = 1 N.m

USAHA DAN ENERGI. W = F.s Satuan usaha adalah joule (J), di mana: 1 joule = (1 Newton).(1 meter) atau 1 J = 1 N.m USAHA DAN ENERGI Usaha (W) yang dilakukan pada sebuah benda oleh suatu gaya tetap (tetap dalam besar dan arah) didefinisikan sebagai perkalian antara besar pergeseran (s) dengan komponen gaya (F) yang

Lebih terperinci

MODUL FISIKA SMA Kelas 10

MODUL FISIKA SMA Kelas 10 SMA Kelas 0 A. Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda Dinamika adalah ilmu yang mempelajari gerak suatu benda dengan meninjau penyebabnya. Buah kelapa jatuh dan pohon kelapa dan bola menggelinding di atas

Lebih terperinci

KERJA DAN ENERGI. 4.1 Pendahuluan

KERJA DAN ENERGI. 4.1 Pendahuluan IV KERJA DAN ENERGI Kompetensi yang ingin dicapai setelah mempelajari bab ini adalah kemampuan memahami, menganalisis dan mengaplikasikan konsep-konsep kerja dan energi pada kehidupan sehari-hari ataupun

Lebih terperinci

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA CAKUPAN MATERI A. Hukum Pertama Newton B. Hukum Kedua Newton C. Hukum Ketiga Newton D. Gaya Berat, Gaya Normal & Gaya Gesek Satuan Pendidikan E. Penerapan

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA DASAR PENGUKURAN MEKANIKA 1. Jelaskan pengertian beberapa istilah alat ukur berikut dan berikan contoh! a. Kemampuan bacaan b. Cacah terkecil 2. Jelaskan tentang proses kalibrasi alat ukur! 3. Tunjukkan

Lebih terperinci

19:31:04. Fisika Dasar. perpindahan, kecepatan dan percepatan. Mendeskripsikan gerak benda dengan besaran. beda? yang berbeda-beda. bergerak?

19:31:04. Fisika Dasar. perpindahan, kecepatan dan percepatan. Mendeskripsikan gerak benda dengan besaran. beda? yang berbeda-beda. bergerak? Dinamika Materi sebelumnya: Kinematika Mendeskripsikan gerak benda dengan besaran perpindahan, kecepatan dan percepatan Materi selanjutnya: Dinamika Mekanisme apakahyang menyebabkan sebuah benda bergerak?

Lebih terperinci

GuruMuda.Com. Konsep, Rumus dan Kunci Jawaban ---> Alexander San Lohat 1

GuruMuda.Com. Konsep, Rumus dan Kunci Jawaban ---> Alexander San Lohat  1 Indikator 1 : Membaca hasil pengukuran suatu alat ukur dan menentukan hasil pengukuran dengan memperhatikan aturan angka penting. Pengukuran dasar : Pelajari cara membaca hasil pengukuran dasar. dalam

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Hukum Newton untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU GURU DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

1.1. Mekanika benda tegar : Statika : mempelajari benda dalam keadaan diam. Dinamika : mempelajari benda dalam keadaan bergerak.

1.1. Mekanika benda tegar : Statika : mempelajari benda dalam keadaan diam. Dinamika : mempelajari benda dalam keadaan bergerak. BAB I. PENDAHULUAN Mekanika : Ilmu yang mempelajari dan meramalkan kondisi benda diam atau bergerak akibat pengaruh gaya yang bereaksi pada benda tersebut. Dibedakan: 1. Mekanika benda tegar (mechanics

Lebih terperinci

CONTOH SOAL & PEMBAHASAN

CONTOH SOAL & PEMBAHASAN CONTOH SOAL & PEMBAHASAN 1. Sebuah balok ditarik gaya F = 120 N yang membentuk sudut 37 o terhadap arah horizontal. Jika balok bergeser sejauh 10 m, tentukan usaha yang dilakukan pada balok! Soal No. 2

Lebih terperinci

GERAK MELINGKAR. = S R radian

GERAK MELINGKAR. = S R radian GERAK MELINGKAR. Jika sebuah benda bergerak dengan kelajuan konstan pada suatu lingkaran (disekeliling lingkaran ), maka dikatakan bahwa benda tersebut melakukan gerak melingkar beraturan. Kecepatan pada

Lebih terperinci

v adalah kecepatan bola A: v = ωr. Dengan menggunakan I = 2 5 mr2, dan menyelesaikan persamaanpersamaan di atas, kita akan peroleh: ω =

v adalah kecepatan bola A: v = ωr. Dengan menggunakan I = 2 5 mr2, dan menyelesaikan persamaanpersamaan di atas, kita akan peroleh: ω = v adalah kecepatan bola A: v = ωr. ω adalah kecepatan sudut bola A terhadap sumbunya (sebenarnya v dapat juga ditulis sebagai v = d θ dt ( + r), tetapi hubungan ini tidak akan kita gunakan). Hukum kekekalan

Lebih terperinci

Uraian Materi. W = F d. A. Pengertian Usaha

Uraian Materi. W = F d. A. Pengertian Usaha Salah satu tempat seluncuran air yang popular adalah di taman hiburan Canada. Anda dapat merasakan meluncur dari ketinggian tertentu dan turun dengan kecepatan tertentu. Energy potensial dikonversikan

Lebih terperinci

BAB GETARAN HARMONIK

BAB GETARAN HARMONIK BAB GETARAN HARMONIK Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi pada bab ini, diharapkan Anda mampu menganalisis, menginterpretasikan dan menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan konsep hubungan

Lebih terperinci

5. Gaya Tekan Tekanan merupakan besarnya gaya tekan tiap satuan luas permukaan.

5. Gaya Tekan Tekanan merupakan besarnya gaya tekan tiap satuan luas permukaan. Gaya Doronglah daun pintu sehingga terbuka. Tariklah sebuah pita karet. Tekanlah segumpal tanah liat. Angkatlah bukumu. Pada setiap kegiatan itu kamu mengerahkan sebuah gaya. Gaya adalah suatu tarikan

Lebih terperinci

MEKANIKA. Oleh WORO SRI HASTUTI DIBERIKAN PADA PERKULIAHAN KONSEP DASAR IPA. Pertemuan 5

MEKANIKA. Oleh WORO SRI HASTUTI DIBERIKAN PADA PERKULIAHAN KONSEP DASAR IPA. Pertemuan 5 MEKANIKA Oleh WORO SRI HASTUTI DIBERIKAN PADA PERKULIAHAN KONSEP DASAR IPA Pertemuan 5 KINEMATIKA DAN DINAMIKA Sub topik: PARTIKEL Kinematika Dinamika KINEMATIKA mempelajari gerakan benda dengan mengabaikan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 FISIKA

Antiremed Kelas 10 FISIKA Antiremed Kelas 0 FISIKA Dinamika, Partikel, dan Hukum Newton Doc Name : K3AR0FIS040 Version : 04-09 halaman 0. Gaya (F) sebesar N bekerja pada sebuah benda massanya m menyebabkan percepatan m sebesar

Lebih terperinci

Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya

Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya Kuliah kedua STATIKA Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya Pendahuluan Pada bagian kedua dari kuliah Statika akan diperkenalkan

Lebih terperinci

ANALISA DYNAMIC OF HANDLING KENDARAAN REVERSE TRIKE DITINJAU DARI PERGESERAN CENTRE OF GRAVITY (CG) SKRIPSI

ANALISA DYNAMIC OF HANDLING KENDARAAN REVERSE TRIKE DITINJAU DARI PERGESERAN CENTRE OF GRAVITY (CG) SKRIPSI ANALISA DYNAMIC OF HANDLING KENDARAAN REVERSE TRIKE DITINJAU DARI PERGESERAN CENTRE OF GRAVITY (CG) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SarjanaTeknik Oleh: BHANU PUTRA BUMI

Lebih terperinci

Mekanika Rekayasa/Teknik I

Mekanika Rekayasa/Teknik I Mekanika Rekayasa/Teknik I Norma Puspita, ST. MT. Universitas Indo Global Mandiri Mekanika??? Mekanika adalah Ilmu yang mempelajari dan meramalkan kondisi benda diam atau bergerak akibat pengaruh gaya

Lebih terperinci

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR BAB DNAMKA OTAS DAN KESEMBANGAN BENDA TEGA. SOA PHAN GANDA. Dengan menetapkan arah keluar bidang kertas, sebagai arah Z positif dengan vektor satuan k, maka torsi total yang bekerja pada batang terhadap

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 4) Dinamika Gaya dan Hukum Gaya Massa dan Inersia Hukum Gerak Dinamika Gerak Melingkar Dinamika Mempelajari pengaruh lingkungan terhadap keadaan gerak suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah konsep Gaya dan Tekanan yang terdapat dalam Buku Sekolah Elektronik (BSE) dan buku cetak SMP/MTs kelas VIII.

Lebih terperinci

BAB IV HUKUM NEWTON DALAM GERAK

BAB IV HUKUM NEWTON DALAM GERAK BAB IV HUKUM NEWTON DALAM GERAK Pendahuluan Barangkali anda pernah berpikir, mengapa sebuah benda terkadang begitu mudah didorong, dan benda lain tidak bergerak sekalipun didorong dengan kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori. Model Matematika Menurut Wirodikromo (998, p77) model matematika adalah suatu rumusan matematika (dapat berbentuk persamaan, pertidaksamaan / fungsi) yang diperoleh dari hasil penafsiran

Lebih terperinci

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : BAB VI KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Standar Kompetensi 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar 2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep

Lebih terperinci

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan SP FISDAS I Perihal : Matriks, pengulturan, dimensi, dan sebagainya. Bisa baca sendiri di tippler..!! KINEMATIKA : Gerak benda tanpa diketahui penyebabnya ( cabang dari ilmu mekanika ) DINAMIKA : Pengaruh

Lebih terperinci

1. Pengertian Usaha berdasarkan pengertian seharihari:

1. Pengertian Usaha berdasarkan pengertian seharihari: USAHA DAN ENERGI 1. Pengertian Usaha berdasarkan pengertian seharihari: Kata usaha dalam pengertian sehari-hari ini tidak dapat dinyatakan dengan suatu angka atau ukuran dan tidak dapat pula dinyatakan

Lebih terperinci

Mengukur Kebenaran Konsep Momen Inersia dengan Penggelindingan Silinder pada Bidang Miring

Mengukur Kebenaran Konsep Momen Inersia dengan Penggelindingan Silinder pada Bidang Miring POSDNG SKF 16 Mengukur Kebenaran Konsep Momen nersia dengan Penggelindingan Silinder pada Bidang Miring aja Muda 1,a), Triati Dewi Kencana Wungu,b) Lilik Hendrajaya 3,c) 1 Magister Pengajaran Fisika Fakultas

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. II untuk sumbu x. Perasamaannya dapat dilihat di bawah ini :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. II untuk sumbu x. Perasamaannya dapat dilihat di bawah ini : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Perancangan Rem Persamaan umum untuk sistem pengereman menurut Hukum Newton II untuk sumbu x. Perasamaannya dapat dilihat di bawah ini : F = m. a Frem- F x = m.

Lebih terperinci

DINAMIKA GERAK. 2) Apakah yang menyebabkan benda yang sedang bergerak dapat menjadi diam?

DINAMIKA GERAK. 2) Apakah yang menyebabkan benda yang sedang bergerak dapat menjadi diam? DINAMIKA GERAK KEGIATAN TATAP MUKA A. Pendahuluan Mengapa buah nangka yang tergantung di pohon, bila sudah matang jatuh ke Bumi? Gerak apa yang dialami nangka yang jatuh itu? Ya benar, buah nangka yang

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU KLAS X

PENGENDALIAN MUTU KLAS X PENGENDLIN MUTU KLS X. Untuk mengukur ketebalan selembar kertas yang paling teliti menggunakan alat ukur. mistar. jangka sorong C. rol meter D. micrometer sekrup E. sferometer 2. Perhatikan gambar penunjuk

Lebih terperinci

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Fisika Kelas XI SCI Semester I Oleh: M. Kholid, M.Pd. 43 P a g e 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Kompetensi Inti : Memahami, menerapkan, dan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM 3.1 Perancangan Program 3.1.1 Perancangan Perangkat Lunak Perangkat lunak atau piranti lunak adalah: 1. Program komputer yang berfungsi sebagai sarana interaksi antara

Lebih terperinci

G A Y A dan P E R C E P A T A N FISIKA KELAS VIII

G A Y A dan P E R C E P A T A N FISIKA KELAS VIII G A Y A dan P E R C E P A T A N FISIKA KELAS VIII ISI MATERI A. IDENTIFIKASI JENIS-JENIS GAYA B. PENJUMLAHAN GAYA C. HUKUM NEWTON A. IDENTIFIKASI JENIS GAYA-GAYA 1. Gaya sentuh dan Gaya tak sentuh Gaya

Lebih terperinci

Soal Pembahasan Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal

Soal Pembahasan Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal Soal Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal Hukum Newton I Σ F = 0 benda diam atau benda bergerak dengan kecepatan konstan / tetap atau percepatan gerak benda nol atau benda bergerak lurus

Lebih terperinci

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan pernyataan BENAR atau SALAH. Jika jawaban anda BENAR, pilihlah alasannya yang cocok dengan jawaban anda. Begitu pula jika

Lebih terperinci

DINAMIKA. Staf Pengajar Fisika TPB Departemen Fisika FMIPA IPB

DINAMIKA. Staf Pengajar Fisika TPB Departemen Fisika FMIPA IPB DINAMIKA Staf Pengajar Fisika TPB Departemen Fisika FMIPA IPB DINAMIKA Bahasan tentang kaitan antara keadaan gerak suatu benda dengan penyebabnya Diam Bergerak Lambat Cepat Lurus Berbelok Isaac Newton

Lebih terperinci

1 Soal latihan UTS Ganjil IPA-Fisika kelas VIII Semester 1 A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar! 1. Perhatikan beberapa pernyataan berikut: 1) Dapat merubah kecepatan benda 2) Dapat berupa

Lebih terperinci

Pelatihan Ulangan Semester Gasal

Pelatihan Ulangan Semester Gasal Pelatihan Ulangan Semester Gasal A. Pilihlah jawaban yang benar dengan menuliskan huruf a, b, c, d, atau e di dalam buku tugas Anda!. Perhatikan gambar di samping! Jarak yang ditempuh benda setelah bergerak

Lebih terperinci