BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari dokumen perusahaan dan wawancara langsung dengan pembimbing lapangan. Adapun pengumpulan data ini dapat dilihat seperti dibawah ini Profil Umum Perusahaan PT Argo Pantes Tbk. merupakan salah satu perusahaan manufaktur di Indonesia yang bergerak di bidang industri tekstil. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1961 oleh bapak The Ning King dan bapak Musa yang berlokasi di Salatiga, Jawa Tengah dengan nama awal PT. Daya Manunggal. Pada tanggal 22 Juli 1972 perusahaan meresmikan PT. Daya Manunggal Tangerang, yaitu pabrik tenun baru dengan luas tanah 44,5 hektar yang berkantor pusat di Jalan Pintu Kecil no. 42 Jakarta. Dengan beberapa pertimbangan mengapa mereka memilih kota Tangerang, antara lain : 1. Tangerang adalah salah satu kota industri di Jawa Barat yang saat ini masuk dalam Provinsi Banten dan pada saat itu tersedia lahan yang cukup untuk dibangun tempat industri. 28

2 2. Tersedianya lahan yang cukup dan murah untuk mendirikan sebuah pabrik. 3. Berada di jalan utama kota Tangerang. 4. Lokasi dekat dengan sungai Cisadane, sehingga memudahkan dalam pengambilan air dan pembuangan limbah yang sudah diolah kembali. 5. Lokasi dekat dengan ibukota negara yang menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan. PT. Daya Manunggal Tangerang berfokus pada pertenunan (weaving) yang menghasilkan kain mentah atau umumnya disebut dengan kain grey, dimana bahan baku benang diperoleh dari supplier dari daerah lain. Agar lebih mandiri, maka pada tanggal 11 Januari 1975 didirikan PT. Dharma Manunggal yang ditunjukan untuk memproduksi benang untuk pertenunan, dengan demikian hasilnya dapat langsung dikirim ke PT. Daya Manunggal. Cara ini ditunjukkan untuk mempercepat proses penyaluran bahan baku. Karena pada saat itu, prospek pabrik pemintalan sangat baik, maka pada tanggal 12 Juli 1977 perusahaan mendirikan pabrik spinning sebanyak 2 unit dan berganti nama menjadi PT. Argo Pantes. Kedua unit tersebut diberi nama Argo Pantes 1 dan Argo Pantes 2. PT Argo Pantes Tbk didirikan berdasarkan akta No. 30 tanggal 12 Juli 1977 dari Darwanti Sidi Bakaroedin, S.H., dengan notaris Ibu Winanti Wiryomartini, S.H. Pada tahun 1980 PT. Argo Pantes membangun kembali pabrik Weaving (pertenunan) dan Dyeing Finishing (pencelupan kain) dengan nama Argo Pantes 3 dan Argo Pantes 4. Pada tahun 1985, unit weaving Daya Manunggal melakukan rekondisi mesin dari mesin tenun shuttle menjadi mesin tenun yang menggunakan tenaga 29

3 udara (Air Jet Loom) dan juga dilakukan perubahan dimana PT. Daya Manunggal (tenun) diambil alih oleh PT. Dharma Manunggal, sehingga PT. Dharma Manunggal memproduksi benang tenun, dimana unitnya disebut dengan Dharma Manunggal 1 dan Dharma Manunggal 2 untuk memproduksi kain grey. Pada tahun yang sama pun didirikan 1 unit pencelupan benang untuk bahan baku benang berwarna yang manajemennya dikelola langsung oleh PT. Dharma Manunggal, kemudian unit tersebut disebut dengan Dharma Manunggal 3. Pada tahun 1987 didirikan 1 unit baru yaitu unit printing yang akan memproduksi kain kain bermotif, dengan manajemen yang dikelola oleh PT. Argo Pantes, kemudian unit tersebut disebut dengan Argo Pantes 5.Selesainya pembangunan unit-unit produksi yang dilakukan oleh PT. Argo Pantes dan PT. Dharma Manunggal, maka diatas area tanah 52 ha tersebut telah berdiri perusahaan tekstil terpadu, dimana kegiatan produksinya dimulai dari produksi benang sampai pada produksi kain jadi. Karena lokasi pabrik ini terdiri dari dua perusahaan yang berbadan hukum berbeda, maka atas kesepakatan dewan komisaris pada tanggal 1 Juni 1990 dilakukan merger, dimana seluruh aset PT. Dharma Manunggal dilebur pada PT. Argo Pantes dengan berkantor pusat di Wisma Argo Manunggal Jalan Gatot Subroto No. 59 Kav. 22 Jakarta Selatan. Dimana dalam kepengurusan perusahaannya dipegang oleh Dewan Komisaris : bapak The Ning King, Presiden Direktur : bapak The Nicholas dan Sekretaris : ibu Tini. Unit - unit yang tersedia diadakan perubahan sebagai berikut : 1. Unit Argo Pantes 1 menjadi unit Spinning 1 2. Unit Argo Pantes 2 menjadi unit Spinning 2 3. Unit Argo Pantes 3 menjadi unit Weaving 2 30

4 4. Unit Argo Pantes 4 menjadi unit Dyeing Finishing 5. Unit Argo Pantes 5 menjadi unit Printing (Tetapi saat ini unit printing ditiadakan, karena hasil produksinya tidak laku di pasaran). 6. Unit Dharma Manunggal 1 menjadi unit Spinning 3 7. Unit Dharma Manunggal 2 menjadi unit Weaving 1 8. Unit Dharma Manunggal 3 menjadi Yarn Dyeing Mengingat sudah tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan perluasan area pabrik di Tangerang, maka pada tanggal 31 Mei PT Argo Pantes mendirikan pabrik baru di Bekasi, Jawa Barat, di daerah Industrial Town MM 2100, Kavling B di desa Ganda Mekar, Cibitung, Bekasi dengan mengkhususkan produksi dibidang spinning (pemintalan) sebanyak 2 unit produksi atau yang saat ini disebut dengan spinning 4 dan spinning 5. Kini Argo Pantes merupakan suatu nama yang menyatu dengan mutu produksi tekstil serta memiliki jaringan yang luas baik dalam negeri maupun luar negeri. Perseroan merupakan salah satu penyumbang terpenting dalam pendapatan hasil ekspor Indonesia dalam sektor non migas selain dasar untuk memudahkan pengelolaan dan manajemennya. Guna memudahkan pengelolaan manajemen dan memperluas usaha, pimpinan PT. Argo Pantes merasa terpanggil untuk mengikutsertakan sumber dana dari masyarakat baik nasional maupun internasional, dimana itu merupakan administrasi menuju Go Publik atau Tbk. PT. Argo Pantes Tbk merupakan bagian dari Argo Manunggal Group telah mencatatkan sahamnya pada bursa efek Jakarta dan Surabaya tanggal 7 Januari Dalam rangka pengembangan jenis produk guna memenuhi tuntutan pasar 31

5 serta pemanfaatan tanah semaksimal mungkin maka tanggal 11 Mei 1991 diresmikan PT. Argo Beni dan PT. Argo Fajar yang menempati area di sebelah utara PT. Argo Pantes. Pabrik tekstil PT. Argo Pantes Tbk terdiri dari : 1. Pemintalan 5 unit produksi (Tangerang 3 unit dan Bekasi 2 unit) 2. Pertenunan 1 unit produksi 3. Pencelupan benang (Yarn Dyeing) 1 unit produksi 4. Pencelupan kain (Dyein Finishing) 1 unit produksi Visi dan Misi PT. Argo Pantes Tbk. Visi PT Argo Pantes Tbk. a. Menjadi pabrik Tekstil kaliber dunia dengan Sumber Daya Manusia dan Teknologi terbaik. b. Menghasilkan produk dan pelayanan berkualitas. c. Menjadi produsen tekstil terpadu dan terkemuka di Indonesia yang menghasilkan produk berkualitas, ramah lingkungan dan berorientasi pada kepuasan pelanggan. Misi dari PT Argo Pantes Tbk. a. Meningkatkan keuntungan secara maksimal dengan menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi. b. Memberikan pelayanan yang terbaik. c. Pemanfaatan seluruh sumber daya. d. Pengawasan biaya. 32

6 e. Memperkuat kerjasama dan meningkatkan pangsa pasar. f. Mempertahankan kepemimpinan di bidang industri pertekstilan. g. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas dengan menerapkan prinsip Best Practice. h. Menyediakan produk dan pelayanan yang terbaik bagi para pelanggan. i. Memaksimalkan pengembalian nilai investasi para stakeholder. j. Meningkatkan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance). k. Berperan aktif bagi pertumbuhan ekonomi Nasional Karena perusahaan ini sudah bertaraf internasional, maka mereka menerapkan nilai-nilai perusahaan, antara lain : 1. Integritas : Ketulusan / Kesetiaan / Kepercayaan Bersikap tulus dalam segala permasalahan yang berkaitan dengan seluruh pihak terkait dan berkepentingan. Menghargai karyawan, pemasok dan pelanggan. 2. Kredibilitas : Pertanggung jawaban / Ketetapan Hati Senantiasa dapat dipercaya untuk mewujudkan apa yang telah diucapkan. 3. Bekerja Demi Keunggulan Tidak pernah menjadi nomor dua, selalu menjadi yang terbaik. 4. Bekerjasama : Bersinergi 33

7 Menghargai keanekaragaman dalam organisasi yang meliputi keterampilan, latar belakang, pendidikan, tanggungjawab dan kemampuan. 5. Professional Cakap dalam tindakan, perkataan dan perbuatan serta sekata dalam sikap pribadi dan lingkungan kerja demi terciptanya hasil yang efektif dan efisien Kegiatan Usaha di PT. Argo Pantes Tbk PT. Argo Pantes Tbk. telah memperoleh ISO-9002 tentang kualitas yang diberikan untuk proses pemintalan benang, pertenunan dan pencelupan kain dan yang dihasilkan perusahaan antara lain bahan baju (shirting) dan bahan celana (suiting). Sebagian dari hasil produksinya yang berupa benang diproduksi kembali menjadi kain grey dan kain jadi yang mempunyai mutu tinggi. PT. Argo Pantes Tbk. Juga telah memperoleh ISO tentang lingkungan hidup yang salah satunya berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Aspek Marketing PT. Argo Pantes Tbk. merupakan salah satu produsen tekstil berkualitas terkemuka di Indonesia. Saat ini perusahaan memproduksi tekstil bermutu dengan menggunakan bahan baku katun dan katun campuran antara kapas dan polyester. Sebagai produsen tekstil yang berorientasi pada ekspor, perusahaan telah memenuhi persyaratan standar internasional sebagai bagian pemenuhan atas kepuasan pelanggan dengan mendapatkan sertifikat ISO-9002 dan ISO dari SGS Indonesia. Selain itu juga telah memperoleh sertifikat Best Delivery Perfomance dan Best Vendor Award dari pelanggan yang berada di luar negeri. 34

8 Untuk itu pastinya dibutuhkan kerja keras dan tanggung jawab yang besar dari seluruh karyawannya, termasuk pemberian pengaruh yang besar dari pihak marketing untuk memasarkan kain yang telah dihasilkan kepada para pelanggan. Pada bagian marketing proses untuk memperkenalkan barang dan upaya untuk memberikan pelayanan dilakukan melalui internet, pembagian brosur dan outlet. Karena perusahaan ini merupakan penghasil bahan baku, sehingga tidak menjual brand. Maka untuk memperoleh pelanggan baru selain melalui proses marketing biasanya diperoleh dari rekomendasi dari pelanggan lama atau berdasarkan mouth to mouth. Hasil produksi tersebut juga diekspor dengan tujuan negara antara lain : Belanda, Polandia, Dubai, Srilanka, Bangladesh, Swedia, Turki, Vietnam, Spanyol, Inggris, Amerika Serikat, Peru, Italia, Yunani, Kolombia, Cyprus dan Afrika. Belanda menjadi pelanggan terbesar dengan pertimbangan bahwa Negara Indonesia akan menjual barang dengan harga lebih murah dibandingkan dengan Negara-negara Eropa yang merupakan tetangga Belanda. Sedangkan Afrika menjadi pelanggan terkecil karena daya beli negara tersebut rendah. Aspek Sumber Daya Manusia Bagi perusahaan tentunya sumber daya manusia merupakan bagian terpenting dalam usaha pengembangan perusahaan di masa depan. Untuk itu, guna meningkatkan kualitas serta kecakapan bagi setiap karyawan, perusahaan melakukan berbagai usaha melalui pelatihan baik yang dilaksanakan di dalam maupun di luar perusahaan. Pelatihan yang ada di dalam PT. Argo Pantes Tbk berlangsung selama satu minggu baik kepada karyawan baru maupun bagi karyawan yang sedang magang. Diantaranya setelah dilakukan penyeleksian 35

9 dengan cara testing yang dilakukan sebanyak tiga kali dan dilakukan tes kesehatan (untuk karyawan baru), lalu karyawan akan memperoleh pendalaman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), penjelasan mengenai ISO-9002 dan ISO dengan tujuan agar karyawan tersebut mengetahui kualitas barang yang diinginkan perusahaan dan tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup serta keselamatan dan kesehatan kerja sehingga akan termotivasi untuk bekerja dengan baik dan yang terakhir adalah penjelasan mengenai upah yang akan diterima (termasuk besarnya insentif, hak buruh dan jamsostek yang akan diterima oleh karyawan tersebut). Mutasi karyawan PT. Argo Pantes Tbk. tidak dilakukan secara kontinu atau ditetapkan dalam kurun waktu tertentu. Mutasi bisa terjadi karena adanya kebutuhan, seperti menggantikan jabatan yang kosong sebelumnya (naik jabatan) ataupun bila ada perluasan unit atau pabrik sesuai dengan kebutuhan bagian shift. Rata-rata karyawan yang bekerja di PT. Argo Pantes Tbk memiliki sifat loyalitas, sehingga turnover perusahaan baik. Hal ini disebabkan oleh faktor usia yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk mencari dan memperoleh pekerjaan baru, lagi pula saat ini persaingan para pengangguran pun semakin tinggi. Faktor lainnya yaitu karena mereka membutuhkan pekerjaan utuk membiayai kehidupannya, sehingga sudah pasti akan berusaha dengan sebaik mungkin untuk mempertahankan pekerjaan agar dapat tetap bekerja. Aspek Kegiatan Produksi Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha Perseroan meliputi bidang manufaktur produk tekstil. Perseroan 36

10 berdomisili di Jakarta, sedangkan pabriknya berlokasi di Tangerang, Banten dan Bekasi, Jawa Barat. Kantor Pusat Perseroan beralamat di Wisma Argo Manunggal, Lantai 14, Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 22, Jakarta. Perseroan mulai berproduksi secara komersial pada tahun Proses produksi yang dilakukan Perseroan dilakukan per unit secara terpadu yang dilakukan di Tangerang yaitu: A. Spinning Tahapan paling awal baik dalam pembuatan kain atau benang adalah spinning dimana terdapat beberapa langkah yang baru dijalani antara lain : 1. Blowing yaitu proses penguraian gumpalan kapas yang baru diambil dari pohon dan pencampuran kapas / polyester yang telah terurai serta pembersihan kotoran bahan baku dari benda-benda asing seperti pasir, daun dan lain-lain. Dalam proses ini, bahan baku yang awalnya berbentuk gumpalan diolah menjadi lembaran-lembaran kapas yang panjang dan lebar 2. Carding yaitu penggarukan, pembersihan dan penguraian serat dari gumpalan menjadi individu. Proses ini adalah perubahan bentuk bahan baku dari lembaran menjadi uraian sebesar tali yang cara penggulungannya seperti tali tambang. 3. Pre Drawing yaitu perangkapan dan peregangan bahan baku, mensejajarkan serta (apakah 100% cotton atau ada campuran polyester) dan memperbaiki kerataan bahan baku 4. Lap Former yaitu proses dimana bahan baku yang berbentuk tali tambang berubah dalam bentuk lembaran-lembaran yang lebih tipis dibandingkan pada tahapan carding. 37

11 5. Combing yaitu pemisahan serta panjang dan pendek agar tidak mudah putus yang kemudian serta tersebut disejajarkan, lalu dilakukan proses perubahan bentuk dari bentuk lembaran tipis menjadi tali-tali yang disimpan dengan cara digulung. 6. Drawing yaitu perangkapan, memperbaiki dan mensejajarkan serta agar tali tidak mudah putus serta mengatur presentase blending. 7. Roving yaitu proses yang akan dilalui oleh benang baik yang sudah dilakukan pewarnaan ataupun benang yang masih berwarna asli. 8. Ring Spinning yaitu proses membentuk benang dalam kapasitas yang lebih kecil dari proses roving dan kemudian benang tersebut diberi nomor dan keterangan mengenai presentase bahan baku yang digunakan, agar lebih mudah menentukan jenis kain yang akan diolah dalam proses weaving. Hasilnya benang roving akan berubah bentuk menjadi benang ring. 9. Winding yaitu proses menggulung benang ring menjadi bentuk benang cones yang lalu akan diperiksa kerataan dan berat gulungan benang tersebut. Setelah semua proses itu selesai, maka dilakukan pengepakan. Pada tahapan ini PT. Argo Pantes Tbk mempunyai lima buah pabrik spinning, dimana tiga diantaranya ada di kota Tangerang dan pabrik lain di kota Bekasi. B. Yarn Dyeing Tahapan berikutnya setelah proses spinning adalah proses yarn dyeing (pewarnaan benang), dalam tahapan ini terdapat proses-proses yang harus dilakukan yaitu : 38

12 1. Benang grey, yang merupakan bahan baku utama. 2. Singeing, proses menghilangkan bulu-bulu yang terdapat pda serat benang untuk proses diwarnai. 3. Reeling, proses mengubah bentuk cones menjadi bentuk benang grey. 4. Mercerize, proses penarikan benang dalam larutan caustic soda agar menambah daya serap, kilat dan kekuatan tarik benang proses ini dilakukan pada suhu rendah. 5. Hank ke Cones, proses menggulung benang dari bentuk hank ke bentuk cones. 6. Soft Winder, proses menggulung benang dari bentuk cones ke bentuk stainless tube untuk bentuk dyeing. 7. Dyeing, proses pencelupan benang dalam bentuk cheese atau beam mulai dari proses scourcing lalu bleaching sampai oiling. 8. Dryer, proses mengeringkan benang dari proses pencelupan dengan menggunakan uap panas yang dialirkan dengan bantuan blower. 9. RTW, proses menggulung benang dari bentuk stainless tube ke dalam bentuk cone kembali. 10. Packing, proses pengepakan barang untuk dikirim ke gudang sesuai dengan lot, warna dan lain-lain. C. Weaving PT. Argo Pantes Tbk. memiliki 452 mesin tenun dengan kapasitas di setiap bulan sebanyak 3,8 juta yards. Dalam tahap penenunan, benang yang menjadi bahan baku ada dua jenis yaitu benang lusi dan benang pakan. Benang 39

13 lusi adalah benang yang dipasang sejajar pada mesin tenun sehingga membentuk anyaman untuk kain dengan bentuk memanjang. Sedangkan benang pakan adalah benang anyaman untuk kain dengan bentuk melebar atau arahnya tegak lurus dengan benang lusi. Ada beberapa tahapan pada proses weaving yaitu : 1. Bahan baku, proses penerimaan bahan baku berupa benang dari spinning. 2. Warping, proses pemindahan gulungan dari gulungan cones menjadi gulungan boom sesuai dengan panjang yang ditentukan agar proses selanjutnya tidak mengalami kesulitan. 3. Sizing, proses pengajian benang lusi untuk menidurkan bulu-bulu benang dan menambah kekuatan benang agar tidak putus saat proses penenunan. 4. Reaching, proses memasukkan benang lusi setelah proses sizing ke dalam gun, dropper, sisir dan menentukan anyaman tenunan untuk membuat desain struktur pada kain. 5. Tying, proses penyambungan benang lusi diatas mesin tenun dengan benang lusi pada bibit sehingga proses pemasangan pada tenun dapat dipercepat. 6. Mesin tenun, proses pembuatan kain dengan cara menganyam benang lusi dan benang pakan dengan motif anyaman yang telah ditentukan. 7. Inspecting, proses pemeriksaan kain setelah selesai ditenun untuk memisahkan dan membedakan grade sesuai dengan kelompoknya. 8. Folding, proses melipat dan mendata kain yang sudah selesai di inspecting sesuai dengan panjang kain dan grade. 9. Packing, proses menyusun kain di atas palet dan mendata sesuai dengan jenis maupun grade dari kain tersebut. Lalu sebagian di ball pada mesin 40

14 ball press yang akan dikirim untuk ekspor dan sebagian lagi dikirim ke gudang. D. Dyeing Finishing Dalam tahap Dyeing Finishing (pencelupan kain) terdapat proses-proses yang harus dilakukan, diantaranya adalah persiapan, bleaching, dyeing finishing dan verpacking. Uraiannya adalah sebagai berikut : 1. Persiapan adalah proses menyambung kain grey per lembar pada palet dan per jenis warna yang diinginkan. 2. Bleaching terdiri dari proses membakar bulu permukaan kain grey (singeing), proses penghilangan kanji, proses pemasakan untuk menghilangkan kotoran dan kuman pada suhu 120 o C selama 40 menit, proses pemutihan, proses penstabilan serat cotton, proses kekuatan kain, proses menambah daya serap dan menstabilkan serat polyester. 3. Dyeing, terdiri dari proses pencelupan / pewarnaan kain dengan zat warna, proses pengikatan zat warna dengan serat polyester pada suhu 200 o o C selama 90 detik, proses pengikatan zat warna reaktif dengan serat cotton pada mesin pad steam dengan suhu 102 o C. 4. Finishing, terdiri dari proses penyempurnaan dengan obat resin dan softener, proses setting arah lebar kain dan proses pemantapan kain untuk mendapatkan shrinkage yang diinginkan pelanggan agar kain tidak menciut lagi saat proses selanjutnya. 5. Verpacking, proses pemeriksaan kain untuk menentukan grade kain dengan klasifikasi: grade A (kirim ke pelanggan) sedangkan grade B dan C ex stock (tunggu kelanjutan). Lalu proses rolling yaitu untuk 41

15 menggulung dan membungkus kain jadi. Dan proses pengepakan kain ke dalam box untuk dikirim ke gudang sesuai kebutuhan permintaan pelanggan Struktur Organisasi Organisasi adalah suatu tempat berkumpul dari individu-individu yang melakukan aktivitas bersama untuk mencapai tujuan organisasi. Dimana para individu tersebut memiliki peranan atau tugasnya masing-masing sesuai dengan kemampuan dan aktivitasnya. Agar tercipta suatu hubungan yang harmonis dan terpadu, maka dibuatlah struktur organisasi dan uraian tugas. Struktur organisasi merupakan hal penting dalam perusahaan, yang menggambarkan hubungan wewenang antara atasan dan bawahan. Masing-masing fungsi mempunyai wewenang dan tanggungjawab yang melekat yang sesuai dengan ruang lingkup pekerjaannya agar tujuan dan sasaran perusahaan dapat tercapai melalui efisiensi dan efektivitas kerja. 42

16

17 Tabel 4.1 Susunan Pengurus PT. Argo Pantes Tbk. Jabatan Nama Pengurus Dewan Komisaris Komisaris Utama Wakil Komisaris Utama Komisaris Komisaris Independen Sidik Murdiono The Nicholas Karman Widjaya Toni Hartono Doddy Soepardi Komisaris Independen Haroen Al Rasyid Dewan Direksi Direktur Utama Direktur Direktur Direktur Gunarso Budiman Yohanes Susanto Surjanto Purnadi Indrawan Kurniadi Komite Audit Ketua Anggota Doddy Soepardi Haroen Al Rasyid Faisal Widi Hermansyah 44

18 4.1.5 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Bagi Perseroan, penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik dilaksanakan secara dinamis dan menyesuaikan perkembangan yang ada serta berpegang teguh pada prinsip keadilan, tanggung jawab, akuntabilitas dan transparansi yang meliputi: 1) Dewan Komisaris Dewan Komisaris Perseroan terdiri atas 1 (satu) Komisaris Utama dan 4 (empat) Komisaris yang 2 (dua) diantaranya adalah Komisaris Independen. Tugas dan wewenang Dewan Komisaris sesuai dengan mandat yang diberikan oleh para Pemegang Saham adalah sebagai berikut: a. Melakukan tugas dan wewenang serta tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada Anggaran Dasar Perseroan, keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Undang- Undang yang berlaku b. Melakukan pengawasan jalannya pengurusan Perseroan serta memberikan nasihat kepada Direksi. c. Aktif dalam mengikuti perkembangan Perseroan. d. Memberikan pendapat dan saran yang terkait dengan permasalahan yang dihadapi Perseroan. e. Memberikan persetujuan yang terkait dengan rencana bisnis yang dilakukan Perseroan yang telah disetujui dalam RUPS. f. Melaporkan dengan segera kepada RUPS jika terjadi penyalahgunaan wewenang hingga menyebabkan turunnya kinerja Perseroan. g. Memantau pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik yang telah dilakukan Perseroan. 45

19 h. Melakukan pengawasan atas rencana kerja dan anggaran Perseroan yang telah mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris. i. Melakukan kajian yang menyeluruh terhadap rencana kerja serta strategi bisnis yang akan dilaksanakan Perseroan. j. Melakukan pertemuan dengan Dewan Komisaris dan atau dengan Dewan Direksi secara periodik untuk membahas laporan berkala Perseroan. 2) Dewan Direksi Pada tahun 2012, jajaran Direksi yang dimiliki Perseroan terdiri atas 1 (satu) Direktur Utama dan 3 (tiga) Direktur. Dalam melaksanakan tugasnya, Direksi senantiasa mengacu pada ketentuan Undang - Undang, Anggaran Dasar Perseroan yang berlaku serta telah menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Tanggung jawab Direksi adalah sebagai berikut: a. Memastikan pelaksanaan setiap kegiatan usaha sesuai dengan visi dan misi Perseroan. b. Menyiapkan secara menyeluruh rencana kerja, anggaran tahunan serta rencana bisnis yang akan dilakukan Perseroan, yang selanjutnya akan dimintakan persetujuannya di dalam RUPS. c. Menjalankan setiap kegiatan usaha dengan selalu menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik. d. Menyediakan serta memelihara sistem administrasi Perseroan dengan baik dan benar. e. Mengelola sumber daya yang tersedia dengan melakukan perbaikan sistem secara periodik hingga mencapai hasil yang lebih baik. 46

20 f. Melaporkan secara berkala jalannya kepengurusan Perseroan kepada Dewan Komisaris dan Pemegang Saham sesuai dengan cara yang telah ditetapkan dalam Anggaran Dasar Perseroan g. Menghindari setiap benturan kepentingan yang bisa terjadi dalam hal praktik penyelenggaraan Perseroan. h. Menjalankan kepengurusan Perseroan dengan menerapkan nilai keterbukaan dalam segala bidang usaha yang terkait dengan rencana kerja Perseroan. 3) Komite Audit Agar dapat membantu pelaksanaan tugas-tugas Dewan Komisaris, Perseroan juga telah membentuk Komite Audit yang beranggotakan 3 (tiga) orang dengan 1 (satu) Ketua. 4) Sekretaris Perusahaan Perseroan memiliki 1 (satu) orang Sekretaris Perusahaan. Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab kepada Direksi Perseroan. Tugas utama Sekretaris Perusahaan adalah a. memberikan masukan kepada Direksi untuk mematuhi ketentuan-ketentuan Pasar Modal, b. memberikan pelayanan kepada investor atas informasi yang diperlukan tentang Perseroan, c. sebagai penghubung antara Perseroan dengan BAPEPAM dan Bursa serta instansi yang berkaitan dengan bidang usaha Perseroan, dan yang berkaitan dengan status Perseroan sebagai perusahaan terbuka. 47

21 d. Sekretaris Perusahaan berkewajiban untuk mengikuti perkembangan di bidang Pasar Modal khususnya peraturan-peraturan yang berlaku. 5) General Manager a. Menetapkan tugas wewenang kepala departemen serta meminta pertanggungjawaban dari kepala departemen. b. Menentukan keputusan mengenai langkah kerja. c. Memberikan pertanggungjawaban dan laporan dari direktur. 6) Kepala Departemen HR dan GA a. Melakukan perekrutan, pengangkatan dan pemberhentian karyawan. b. Bertanggungjawab mengatur stok barang yang tidak terpakai lagi karena rusak. c. Membawahi dan mengawasi kinerja kepala bagian. d. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada manajer. 7) Kepala Departemen IT a. Membuat, mengembangkan dan menjaga aplikasi yang ada di perusahaan. b. Bertanggungjawab atas software dan hardware yang ada di perusahaan. c. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada manajer. 8) Kepala Departemen Keuangan, Akunting dan Perpajakan (Finance, Accounting & Tax) a. Membuat pembukuan atas stok barang masuk dan keluar. 48

22 b. Membuat invoice untuk pelanggan. c. Melakukan penagihan atas pembayaran kepada pelanggan. d. Tanggungjawab dalam menentukan dana sesuai dengan kebutuhan. e. Bertanggung jawab dalam aktivitas perbankan dan mengenai pajak perusahaan. f. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada manajer. 9) Kepala Departemen Produksi (Production) a. Melaksanakan kegiatan produksi berdasarkan order produksi atau penawaran. b. Bertanggungjawab atas kegiatan produksi perusahaan. c. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada manajer. 10) Kepala Departemen Sekretaris Perusahaan dan Hukum (Corporation Secretary & Legal) a. Bertanggungjawab atas menjalankan fungsi kepatuhan dan administrasi pengambilan keputusan di dalam perusahaan dan melakukan fungsi komunikasi dalam rangka membangun goodwill keluar perusahaan. b. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada manajer. 11) Kepala Departemen Pemasaran dan Pengembangan produk (Marketing & Product Development) a. Bertanggungjawab atas pemasaran produk perusahaan serta melakukan pengembangan terhadap produk yang akan diproduksi selanjutnya. b. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada manajer. 49

23 12) Kepala Departemen Operasional Komersil (Commercial Operation) a. Bertanggungjawab atas pengadaan kerja bagi outsourcing di dalam perusahaan. b. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada manajer. 13) Kepala Departemen Pergudangan a. Bertanggungjawab atas penerimaan, penyimpanan barang perusahaan berupa bahan baku, barang jadi dan barang suku cadang. b. Mendukung proses pengiriman barang kepada pelanggan. c. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada manajer. 14) Kepala Bagian a. Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan kerja pada bagiannya masingmasing. b. Bertanggungjawab terhadap kepala departemen 15) Staff a. Melaksanakan tugas langsung dari atasan. b. Memberi arahan tentang pekerjaan kepada karyawan. c. Bertanggungjawab terhadap kepala bagian. 16) Pengatur a. Mengkoordinir tugas kerja karyawan. b. Menyampaikan instruksi kepada bawahan dari atasan. 50

24 c. Memberikan bimbingan serta petunjuk dalam melaksanakan pekerjaan kepada karyawan. 17) Karyawan a. Mengoperasikan mesin sesuai standar kerja. b. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan instruksi kerja pada standar operasi produksi Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak dibidang Tekstil dengan menunjuk PT. Argo Pantes Tbk. Dimana data-data yang diperoleh diolah untuk dilakukan analisis rasio keuangan perusahaan tersebut selama kurun waktu tiga tahun untuk melihat kinerja manajemen dalam mengolah perusahaan. Disamping itu juga untuk mengetahui lebih akurat perubahan laba dari tahun ke tahun dan pengaruh analisis rasio keuangan terhadap perkembangan perusahaan. Berikut adalah data-data secara garis besar dari objek penelitian : 1. Objek Penelitian : PT. Argo Pantes Tbk. 2. Alamat Penelitian : Jalan MH. Thamrin KM 4 Cikokol Tangerang 3. Judul Penelitian : Evaluasi Efektivitas Mesin Rng Spinning dengan Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) Menggunakan Metode OEE (Overall Equipment Effectiviness. 51

25 4.2 Data Produksi Data produksi Benang di PT. Argo Pantes dapat dilihat pada tabel 4.3 data yang ditampilkan ini merupakan laporan produksi dari PT. Argo Pantes Tbk. Tabel 4.3 Data Produksi Benang Bulan Januari Desember 2013 Bulan Produksi Benang (Bale) Actual Product (Bale) Total Rework (Jam) Total Scrap (Jam) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Sumber : PT. Argo Pantes Tbk Data Waktu Downtime Mesin Ring Spinning Waktu Downtime adalah waktu yang terbuang karena mesin tidak beroperasi seperti yang seharusnya sehingga menghentikan proses produksi yang telah direncanakan misalnya seperti terjadi kerusakan atau gangguan pada mesin sehingga mesin tidak dapat beroperasi. Kerusakan (breakdown) atau kegagalan proses pada mesin / peralatan yang terjadi secara tiba tiba. Downtime merupakan kerugian yang dapat terlihat dengan jelas karena terjadi kerusakan mengakibatkan tidak adanya output yang dihasilkan disebabkan mesin tidak berproduksi. Data waktu downtime dapat dilihat pada tabel

26 Tabel 4.3 Data Kerusakan (Breakdown) Mesin Ring Spinning. Bulan Set Up (Jam) Breakdown (Jam) Downtime (Jam) Jan 13 8,75 45,85 65,87 Feb 13 13,15 55,25 87,98 Mar ,15 54,15 Apr 13 9,83 25,87 58,32 Mei 13 21,65 39,35 88,75 Jun 13 18,5 42,15 91,55 Jul ,75 99,76 Agu ,65 93,65 Sep 13 14,75 49,78 85,75 Okt 13 23,35 38,79 59,65 Nov ,38 95,35 Des 13 33,58 65,89 92,54 Rata - Rata 19,80 46,57 81,11 Sumber : PT. Argo Pantes Tbk Data Waktu Planned Downtime Planned Downtime merupakan waktu yang sudah dijadwalkan dalam rencana produksi, termasuk pemeliharaan terjadwal dan kegiatan manajemen yang lain seperti pertemuan. Pemeliharaan terjadwal dilakukan oleh pihak perusahaan untuk menjaga agar mesin tidak rusak saat proses produksi berlangsung. Pemeliharaan ini dilakukan secara rutin dan sesuai jadwal yang dibuat oleh departemen maintenance. Data waktu dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Data Waktu Planned Downtime Bulan Planned Downtime (Jam) Jan Feb Mar Apr

27 Mei ,5 Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Rata - Rata 33,88 Sumber : PT. Argo Pantes Tbk Data Jam Nonprodukstif Mesin Dari hasil pengamatan pada mesin Ring Spinning, faktor faktor yang dapat menyebabkan mesin tidak produkstif adalah sebagai berikut : 1. Penyetelan mesin (set-up). 2. Planned Downtime, waktu yang telah direncakan. 3. Machine Break, gangguan yang terjadi pada mesin yang menyebabkan mesin berhenti beroperasi 4. Power cut off, berhentinya operasi mesin dikarenakan gangguan listrik dari PLN. Tabel 4.5 Data Waktu Nonproduktif Mesin Bulan Total Available Time (Jam) Total Nonproduktif (Jam) Jan ,76 Feb ,27 Mar ,89 Apr Mei ,05 Jun ,87 Jul ,76 54

28 Agust ,55 Sep ,76 Okt ,76 Nov ,15 Des ,55 Rata - Rata ,86 Sumber PT. Argo Pantes Tbk 4.3 Pengolahan Data Perhitungan Avaibility Untuk menghitung nilai Availability digunakan rumus sebagai berikut : ( ) ( ) Dimana : Loading Time = Total Availability Planned Downtime Operation Time = Loading Time Downtime Hasil dari Loading Time dapat dilihat pada Tabel 4.5 Tabel 4.6 Perhitungan Loading Time Bulan Total Available Time (Jam) Planned Downtime (Jam) Loading Time (Jam) Jan Feb Mar Apr Mei ,5 716,5 Jun Jul

29 Agust Sep Okt Nov Des Rata - Rata ,88 672,13 Perhitungan Availability untuk Bulan Januari 2013 sebagai berikut : ( ) Dengan cara yang sama, maka perhitungan Availability untuk bulan Januari 2013 Desember 2013 dapat dilihat dalam Tabel 4.7 Tabel 4.7 Perhitungan Availability pada bulan Januari Desember 2013 Bulan Loading Time (Jam) Total Downtime (Jam) Operation Time (Jam) Availability (%) Jan ,87 639,13 90,66% Feb ,98 559,02 86,40% Mar ,15 649,85 92,31% Apr ,32 626,68 91,49% Mei ,5 88,75 627,75 87,61% Jun ,55 605,45 86,87% Jul ,76 572,24 85,15% Agus ,65 403,35 81,16% Sep ,75 598,25 87,46% Okt ,65 634,35 91,40% Nov ,35 596,65 86,22% Des ,54 579,46 86,23% Rata - Rata 672,13 81,11 591,02 87,75% 56

30 4.3.2 Perhitungan Performance Efficiency Untuk menghitung nilai Performance Efficiency digunakan rumus sebagai berikut : ( ) Di mana : Ideal Cycle Time = Cycle Time x persentasen Jam Kerja Efektif Cycle Time = Persentase Jam Kerja = ( ) sebagai berikut : Perhitungan persentase jam kerja untuk Bulan Januari Desember 2013 Persentase jam kerja = ( ) Dengan cara yang sama, maka perhitungan persentase jam kerja untuk Bulan Januari Desember 2013 terdapat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Perhitungan Persentase Jam Kerja Bulan Total Available Time (Jam) Total Nonproduktif (Jam) Jam Kerja (%) Jan ,76 86,01% Feb ,27 76,89% Mar ,89 86,84% Apr ,00% Mei ,05 87,49% Jun ,87 89,74% 57

31 Jul ,76 86,28% Agust ,55 79,97% Sep ,76 82,53% Okt ,76 87,53% Nov ,15 86,37% Des ,55 81,87% Rata - Rata ,86 83,88% Perhitungan Cycle Time untuk Bulan Januari Desember 2013 sebagai berikut : ( ) Dengan cara yang sama, maka perhitungan Cycle Time untuk bulan Januari Desember 2013 disajikan dalam Tabel 4.9. Tabel 4.9 Perhitungan Cycle Time Bulan Produksi Benang (Bale) Loading Time (Jam) Cycle Time (Jam/Bale) Jan , Feb , Mar , Apr , Mei ,5 0, Jun , Jul , Agu , Sep , Okt , Nov , Des , Rata - Rata ,13` 0, sebagai berikut : Perhitungan Ideal Cycle Time untuk Bulan Januari Desember

32 Ideal Cycle Time = 0, x 86% = 0,00115 Dengan cara yang sama, maka perhitungan Ideal Cycle Time untuk Bulan Januari Desember 2013 didapat dalam Tabel 4.10 Tabel 4.10 Perhitungan Ideal Cycle Time Bulan Cycle Time (Jam/Bale) Jam Kerja (%) Ideal Cycle Time (Jam/Bale) Jan -13 0, % 0,00115 Feb -13 0, % 0,00106 Mar -13 0, % 0,00114 Apr -13 0, % 0,00096 Mei -13 0, % 0,00117 Jun -13 0, % 0,00121 Jul -13 0, % 0,00109 Agust -13 0, % 0,00097 Sep -13 0, % 0,00142 Okt -13 0, % 0,00104 Nov 13 0, % 0,00103 Des -13 0, % 0,00102 Rata - Rata 0, % 0,00111 Setelah Persentase jam kerja, Cycle Time dan Ideal Cycle Time diketahui maka. Perhitungan Performance Efficiency untuk Bulan Januari Desember 2013 sebagai berikut : ( ) Dengan cara yang sama, maka perhitungan Performance Efficiency untuk Bulan Januari Desember 2013 didapatkan pada Tabel

33 Tabel 4.11 Perhitungan Ideal Performance Efficiency Bulan Operation Time (Jam) Ideal Cycle Time (Jam/Bale) Actual Product (Bale) Performance Efficiency (%) Jan ,13 0, ,82% Feb ,02 0, ,45% Mar ,85 0, ,39% Apr ,68 0, ,47% Mei ,75 0, ,02% Jun ,45 0, ,14% Jul ,24 0, ,44% Agust ,35 0, ,61% Sep ,25 0, ,21% Okt ,35 0, ,23% Nov ,65 0, ,19% Des ,46 0, ,81% Rata-Rata 591,02 0, ,474 91% Perhitungan Rate of Quality Product berikut : Untuk menghitung nilai Rate of Quality Product digunakan rumus sebagai ( ) Perhitungan Rate of Quality Product untuk Bulan Januari 2013 sebagai berikut : ( ) Dengan cara yang sama, maka perhitungan Rate of Quality Product untuk Bulan Januari Desember 2013 didapatkan dalam Tabel

34 Tabel 4.12 Perhitungan Rate of Quality Product Bulan Actual Product (Bale) Total Rework (Bale) Total Scrap (Bale) Rate of Quality Product (%) Jan ,45% Feb ,64% Mar ,68% Apr ,48% Mei ,94% Jun ,23% Jul ,93% Agust ,66% Sep ,39% Okt ,72% Nov ,12% Des ,26% Rata-Rata ,79% Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Untuk menghitung nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) digunakan rumus sebagai berikut : OEE = Availibility x Performance efficiency x Rate of Quality Product x 100% Perhitungan Overall Equipment Effectiviness (OEE) untuk Bulan Januari 2013 sebagai berikut : OEE = 0,9066 x 0,8601 x 0,9845 = 76,77% Dengan cara yang sama, maka perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) untuk Bulan Januari 2013 didapatkan dalam Tabel

35 Tabel 4.13 Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Bulan Availability (%) Performance Efficiency (%) Rate of Quality Product (%) OEE(%) Jan-13 90,66% 86,01% 98,45% 76,77% Feb-13 86,40% 76,89% 98,64% 65,53% Mar-13 92,31% 86,84% 98,68% 79,10% Apr-13 91,49% 75,00% 98,48% 67,57% Mei-13 87,61% 87,49% 98,94% 75,84% Jun-13 86,87% 89,74% 98,23% 76,58% Jul-13 85,15% 86,28% 98,93% 72,68% Agust-13 81,16% 79,97% 99,66% 64,68% Sep-13 87,46% 82,53% 98,39% 71,02% Okt-13 91,40% 87,53% 98,72% 78,98% Nov 13 86,22% 86,37% 99,12% 73,81% Des-13 86,23% 81,87% 99,26% 70,07% Rata-rata 87,75% 83,88% 98,79% 72,72% Perhitungan OEE Six Big Losses Perhitungan Downtime Losses Downtime Losses terdiri dari Breakdown Losses Equipment Failures dan Setup and Adjustment Losses. Untuk menghitung nilai Breakdown Losses Equipment Failures digunakan rumus sebagai berikut : ( ) Perhitungan Breakdown Losses Equipment Failures untuk Bulan Januari 2013 sebagai berikut : 62

36 ( ) Dengan cara yang sama, maka perhitungan Breakdown Losses Equipment untuk Bulan Januari Desember 2013 didapatkan pada Tabel 4.14 Tabel 4.14 Perhitungan Breakdown Losses Bulan Breakdown (Jam) Loading Time (Jam) Breakdown Losses (%) Jan , ,50% Feb , ,54% Mar , ,28% Apr , ,78% Mei ,35 716,5 5,49% Jun , ,05% Jul , ,49% Agust , ,59% Sep , ,28% Okt , ,59% Nov , ,85% Des , ,81% Rata-Rata 46,57 672,13 7,,02% Untuk menghitung nilai Setup and Adjustment Losses digunakan rumus sebagai berikut : ( ) Perhitungan Setup and Adjustment Losses untuk Bulan Januari 2013 sebagai berikut : 63

37 ( ) Dengan cara yang sama, maka perhitungan Setup and Adjusment Losses untuk Bulan Januari Desember 2013 didapatkan dalam Tabel 4.15 Tabel 4.15 Perhitungan Setup / Adjusment Losses Bulan Set Up (Jam) Loading Time (Jam) Set Up / Adjustment Losses (%) Jan -13 8, ,24% Feb , ,03% Mar ,13% Apr -13 9, ,44% Mei ,65 716,5 3,02% Jun , ,65% Jul ,21% Agust ,03% Sep , ,16% Okt , ,36% Nov ,75% Des , ,00% Rata-Rata 19,80 672,13 3,00% Perhitungan Speed Losses Losses. Speed Losses terdiri dari Idling And Minor Stoppage dan Reduced Speed Untuk menghitung nilai Idling and Minor Stoppage Losses digunakan rumus sebagai berikut : ( ) 64

38 Perhitungan Idling and Minor Stoppage Losses untuk Bulan Januari 2013 sebagai berikut : ( ) Dengan cara yang sama, maka perhitungan Idling and Minor Stoppage Losses untuk Bulan Januari Desember 2013 disajikan dalam Tabel 4.16 Tabel 4.16 Perhitungan Idling and Minor Stoppage Losses Bulan Loading Time (Jam) Total Nonproduktif (Jam) Idling and Minor Stoppages Losses (%) Jan ,76 14,29% Feb ,27 24,00% Mar ,89 13,90% Apr ,28% Mei ,5 93,05 12,99% Jun ,87 10,60% Jul ,76 14,70% Agust ,55 22,24% Sep ,76 18,39% Okt ,76 12,93% Nov ,15 14,18% Des ,55 19,43% Rata-Rata 672,13 112,86 16,99% berikut : Untuk menghitung nilai Reduced Speed Losses digunakan rumus sebagai ( ) 65

39 berikut : Perhitungan Reduced Speed Losses untuk Bulan Januari 2013 sebagai ( ) Dengan cara yang sama, maka perhitungan Reduced Speed Losses untuk Bulan Januari Desember 2013 didapatkan dalam Tabel 4.16 Tabel 4.17 Perhitungan Reduced Speed Losses Bulan Operation Time (Jam) Ideal Cycle Time (Jam/Bale) Actual Product (Bale) Loading Time (Jam) Reduced Speed Losses (%) Jan ,13 0, ,51% Feb ,02 0, ,30% Mar ,85 0, ,95% Apr ,68 0, ,87% Mei ,75 0, ,5 2,61% Jun ,45 0, ,25% Jul ,24 0, ,03% Agus ,35 0, ,94% Sep ,25 0, ,82% Okt ,35 0, ,19% Nov ,65 0, ,14% Des ,46 0, ,20% Rata-Rata 591,02 0, ,13 7,90% Perhitungan Defect Losses Scrap. Defect Losses terdiri dari Idling And Rework Losses dan Reduced Field Untuk menghitung nilai Rework Losses digunakan rumus sebagai berikut : 66

40 ( ) berikut : Perhitungan Idling and Rework Losses untuk Bulan Januari 2013 sebagai ( ) Dengan cara yang sama, maka perhitungan Rework Losses untuk Bulan Januari Desember 2013 disajikan dalam Tabel 4.17 Tabel 4.18 Perhitungan Rework Losses Bulan Loading Time (Jam) Ideal Cycle Time (Jam/Bale) Total Rework (Bale) Rework Time (Jam) Rework Losses (%) Jan , Feb , Mar , Apr , Mei ,5 0, Jun , Jul , Agus , Sep , Okt , Nov , Des , Rata-Rata 672,13 0, Untuk menghitung nilai Reduced Yield Scrap Losses digunakan rumus sebagai berikut : ( ) 67

41 Perhitungan Reduced Yield Scrap Losses untuk Bulan Januari 2013 sebagai berikut : ( ) Dengan cara yang sama, maka perhitungan Reduced Yield Scrap Losses untuk Bulan Januari Desember 2013 didapatkan dalam Tabel 4.18 Tabel 4.19 Perhitungan Reduced Yield Scrap Losses Bulan Loading Time (jam) Ideal Cycle Time (Jam/Bale) Total Scrap (Bale) Yield/Scrap Losses (%) Jan , ,30% Feb , ,98% Mar , ,12% Apr , ,12% Mei ,5 0, ,90% Jun , ,23% Jul , ,88% Agus , ,27% Sep , ,30% Okt , ,09% Nov , ,73% Des , ,59% Rata-Rata 672,13 0, ,96% 68

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Mesin atau peralatan yang menjadi objek penelitian adalah pada bagian pengeringan di PT. XYZ yaitu pada mesin Dryer Twind. Karena mesin ini bersifat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini akan dijelaskan macam-macam langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian ini. 3.1 Studi Literatur Studi literatur merupakan tahapan penyusunan landasan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk Disusun Oleh : Nama : Gabriella Aningtyas Varianggi NPM : 33412072 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September PRESENTASI SIDANG SKRIPSI 1 ANALISIS KINERJA DAN KAPABILITAS MESIN DENGAN PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) DI PT. X Disusun oleh Nama : Teguh Windarto NPM : 30408826 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah gambaran umum perusahaan dan data yang berhubungan dengan produksi benang Cd-32. Data tersebut meliputi urutan proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada PT. Kakao Mas Gemilang dan pengambilan data dilakukan pada department teknik dan produksi. 3.2. Pelaksanaan Penelitian

Lebih terperinci

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari dokumen perusahaan dan wawancara langsung dengan pembimbing lapangan. Adapun pengumpulan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Metode penelitian ini merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapantahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan maupun bagian yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overall Equipment Effectiveness ( OEE ) Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah tingkat keefektifan fasilitas secara menyeluruh yang diperoleh dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data. penelitian ini meliputi proses

BAB III METODE PENELITIAN. ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data. penelitian ini meliputi proses BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskritif yaitu penelitian yang berusaha untuk memaparkan pemecahan masalah terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR...

BAB II KAJIAN LITERATUR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i PERNYATAAN KEASLIAN... ii LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN....iii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...iv LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN...vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL 5.1.Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisa perhitungan OEE di PT. XYZ dilakukan untuk melihat tingkat efektivitas penggunaan mesin di mesi reaktor R-102

Lebih terperinci

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY 55184 1,2)Email: teknik.industri@uii.ac.id ABSTRAK

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY 55184 1,2)Email: teknik.industri@uii.ac.id ABSTRAK Penerapan Metode Total Productive Maintenance (TPM) untuk Mengatasi Masalah Six-Big Losess dalam Mencapai Efisiensi Proses Produksi (Studi Kasus pada PT. Itokoh Ceperindo) Aldila Samudro Mukti 1, Hudaya

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR-FAKTOR SIX BIG LOSSES PADA MESIN CANE CATTER I YANG MEMPENGARUHI EFESIENSI PRODUKSI PADA PABRIK GULA PTPN II SEI SEMAYANG

ANALISA FAKTOR-FAKTOR SIX BIG LOSSES PADA MESIN CANE CATTER I YANG MEMPENGARUHI EFESIENSI PRODUKSI PADA PABRIK GULA PTPN II SEI SEMAYANG ANALISA FAKTOR-FAKTOR SIX BIG LOSSES PADA MESIN CANE CATTER I YANG MEMPENGARUHI EFESIENSI PRODUKSI PADA PABRIK GULA PTPN II SEI SEMAYANG TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

KARYA AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan. Oleh TENGKU EMRI FAUZAN

KARYA AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan. Oleh TENGKU EMRI FAUZAN PERHITUNGAN TINGKAT EFEKTIFITAS MESIN CANE MILL DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS SEBAGAI DASAR USULAN PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG PT. PERKEBUNAN NUSANTARA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian secara sistematik, sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. Hasil yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) 48 BAB V ANALISA HASIL 5.1. Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisis perhitungan overall equipment effectiveness di PT. Inkoasku dilakukan untuk melihat tingkat efektivitas penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan bisnis di era global saat ini semakin ketat. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan bisnis di era global saat ini semakin ketat. Fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di era global saat ini semakin ketat. Fungsi Sumber Daya Manusia (SDM) sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk tetap bisa bersaing dalam ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyebarannya terbanyak di pulau Jawa dan Sumatera, masing-masing 50% dan

I. PENDAHULUAN. penyebarannya terbanyak di pulau Jawa dan Sumatera, masing-masing 50% dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Tanaman ubikayu tumbuh tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, namun penyebarannya terbanyak di pulau Jawa dan Sumatera, masing-masing 50% dan 32% dari total luas

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisa perhitungan Overall Equipment Effectiveness di PT. Gramedia Printing Group dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

Nama : Teguh Windarto NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr.Ir Rakhma Oktavina, MT

Nama : Teguh Windarto NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr.Ir Rakhma Oktavina, MT PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PROSES PERAWATAN MESIN POTONG VELEG RODA DUA DENGAN METODE TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) DI PT. ENKEI INDONESIA Nama : Teguh Windarto NPM : 30408826 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) Achmad Nur Fauzi Program

Lebih terperinci

tahapan DMAIC (Define, Measure, Analysis, Improve, dan Control) untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan cacat pada suatu produk.

tahapan DMAIC (Define, Measure, Analysis, Improve, dan Control) untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan cacat pada suatu produk. BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang baik, kondisi ini mendorong suatu industri di Indonesia mulai tumbuh. Seiring dengan ketatnya

Lebih terperinci

dalam pembahasan sehingga hasil dari pembahasan sesuai dengan tujuan yang

dalam pembahasan sehingga hasil dari pembahasan sesuai dengan tujuan yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Masalah Tahap identifikasi masalah adalah tahap dimana peneliti ingin menemukan masalah yang akan menjadi fokus penelitian. Tahap ini merupakan penggabungan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kondisi mesin/peralatan tersebut agar tidak mengalami kerusakan maka

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kondisi mesin/peralatan tersebut agar tidak mengalami kerusakan maka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pada lantai pabrik, kondisi dari mesin/peralatan yang digunakan untuk menghasilkan sebuah produk sangatlah menentukan. Oleh karena itu, untuk menjaga

Lebih terperinci

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN:

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN: Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun 201 4 ISBN: 978-602-1180-04-4 ANALISIS PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) MENGGUNAKAN OVERALL EQUIPMENT EFECTIVENESS (OEE) DAN SIX BIG LOSSES PADA MESIN CAVITEC DI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap industri manufaktur berusaha untuk efektif, dan dapat berproduksi dengan biaya produksi yang rendah untuk meningkatkan produktivitas. Usaha ini diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian, adalah sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian, adalah sebagai berikut : BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodelogi penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapatahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. produk, yaitu Kain Grey dan Kain Cambric. Pada 1999, PC GKBI dapat memproduksi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. produk, yaitu Kain Grey dan Kain Cambric. Pada 1999, PC GKBI dapat memproduksi BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Perusahaan Perjalanan lahirnya Pabrik Cambric Gabungan Koperasi Batik Indonesia (PC GKBI) tidak terlepas dari sejarah kesenian ukir dan gambar yang mulai memasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya perusahaan. Semakin berkembangnya industri semakin banyak pula teknologi yang dikembangkan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Bentuk badan hukum PT. Argo pantes adalah Perseroan Terbatas (PT)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Bentuk badan hukum PT. Argo pantes adalah Perseroan Terbatas (PT) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bentuk badan hukum PT. Argo pantes adalah Perseroan Terbatas (PT) dengan izin perusahaan berdasarkan akta notaris Mudafir Hadi, SH. Yang disetujui oleh

Lebih terperinci

Gambar 1.1 merupakan logo perusahaan PT Kabepe Chakra : Gambar 1.1 Logo Perusahaan PT Kabepe Chakra Sumber : Kabepe Chakra (2014)

Gambar 1.1 merupakan logo perusahaan PT Kabepe Chakra : Gambar 1.1 Logo Perusahaan PT Kabepe Chakra Sumber : Kabepe Chakra (2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan Nama Lembaga : Kantor Bersama Perkebunan Chakra (PT Kabepe Chakra) Alamat : Jalan Bojong Buah Raya No.6A, Bandung 40971 Indonesia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel...

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel... DAFTAR ISI Judul... i Pengajuan... ii Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... x Daftar Lampiran... xii Abstrak... xiii Abstract... xiv Bab I. Pendahuluan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN OEE (OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENES) PADA MESIN TRUPUNCH V 5000 I MENUJU TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) Study Kasus Pada PT XYZ

PERHITUNGAN OEE (OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENES) PADA MESIN TRUPUNCH V 5000 I MENUJU TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) Study Kasus Pada PT XYZ PERHITUNGAN OEE (OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENES) PADA MESIN TRUPUNCH V 5000 I MENUJU TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) Study Kasus Pada PT XYZ Muhammad Kholil (1), Rudini Mulya (2) Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam)

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam) BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN 5.1 Analisa Nilai Availability Table 5.1 Nilai Availability Mesin Steam Ejector Planned Equipment Loss Time Availability Januari 42 6 36 85.71 Februari 44 7 37 84.09 Maret

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Wisma 46 Kota BNI lantai 20, Jalan Jend. Sudirman, Kav. 1, Jakarta.

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Wisma 46 Kota BNI lantai 20, Jalan Jend. Sudirman, Kav. 1, Jakarta. BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV.1.Sejarah Singkat Perusahaan IV.1.1.PT. Polychem Indonesia Tbk. PT. Polychem Indonesia Tbk (Perusahaan), didirikan dengan ak ta No.62 tanggal 25 April 1986. Perusahaan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas

1 BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha perbaikan pada industri manufaktur, dilihat dari segi peralatan adalah dengan meningkatkan efektivitas mesin/peralatan yang ada seoptimal mungkin. Pada

Lebih terperinci

EFFECTIVENESS (OEE) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DALAM MENGUKUR

EFFECTIVENESS (OEE) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DALAM MENGUKUR Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol. 03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2015 PENERAPAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DAN FAILURE MODE

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK PENINGKATAN EFESIENSI PRODUKSI DI PT. SINAR SOSRO

STUDI PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK PENINGKATAN EFESIENSI PRODUKSI DI PT. SINAR SOSRO STUDI PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK PENINGKATAN EFESIENSI PRODUKSI DI PT. SINAR SOSRO TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk Perseroan meyakini bahwa pembentukan dan penerapan Pedoman Tata Kelola Perusahan Yang Baik ( Pedoman GCG ) secara konsisten dan berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit)

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit) BAB V ANALISIS 5.1 Analisis Availability Rate Availability Rate mencerminkan seberapa besar waktu loading time yang tersedia yang digunakan disamping yang terserap oleh down time losses. Berikut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan komparatif yang didukung oleh sumber daya alam dalam pembangunan sektor pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan dan Perkembangan PT Argo Pantes Tbk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan dan Perkembangan PT Argo Pantes Tbk BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan dan Perkembangan PT Argo Pantes Tbk PT Argo Pantes Tangerang merupakan perluasan dan pengembangan dari pabrik Tekstil PT Daya Manunggal yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu paradigma untuk memecahkan masalah yang terjadi agar penelitian ini lebih sistematis dan terarah. Bab ini berisi langkahlangkah pembahasan

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengukuran Performansi Pengukuran performansi sering disalah artikan oleh kebanyakan perusahaan saat ini. Indikator performansi hanya dianggap sebagai indikator yang menunjukkan

Lebih terperinci

Implementasi Metode Overall Equipment Effectiveness Dalam Menentukan Produktivitas Mesin Rotary Car Dumper

Implementasi Metode Overall Equipment Effectiveness Dalam Menentukan Produktivitas Mesin Rotary Car Dumper Implementasi Metode Overall Equipment Effectiveness Dalam Menentukan Produktivitas Mesin Rotary Car Dumper Melani Anggraini* 1), Marcelly Widya W 2), Kujol Edy F.B. 3) 1,2,3) Program Studi Teknik Industri

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA TUGAS AKHIR Analisa Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) Menggunakan Overall Equipment Effectiveness (OEE) dan Six Big Losses Mesin Cylindrical Grinding Paragon GUP 20/32 Di Departemen Puslatek

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permintaan produk yang tinggi dari pelanggan akan membuat perusahaan semakin giat untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Banyak

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) STUDI KASUS PADA PT XYZ

ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) STUDI KASUS PADA PT XYZ ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) STUDI KASUS PADA PT XYZ *Ni Made Sudri, Amalia Mareti Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi Indonesia *msud_iti@yahoo.com

Lebih terperinci

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) Seminar Nasional Teknik IV STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS () MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) Didik Wahjudi, Soejono Tjitro, Rhismawati Soeyono Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat Effektivitas dari pada mesin mesin m/c.cr.shaft yaitu mesin : Grinding,Fine Boring,dan Gun drilling. Sebagai langkah di dalam

Lebih terperinci

1. Tingkat efectivitas dan efisiensi mesin yang diukur adalah dengan Metode Overall

1. Tingkat efectivitas dan efisiensi mesin yang diukur adalah dengan Metode Overall 1. Tingkat efectivitas dan efisiensi mesin yang diukur adalah dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) dan Six Big Losses sesuai dengan prinsip TPM (Total Produktive Maintenance) untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 LAPORAN KERJA. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 LAPORAN KERJA. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 LAPORAN KERJA 1.1. Latar Belakang Kerja Praktek Teknik industri merupakan wawasan ilmu pengetahuan yang luas dan dapat mencakup ke segala bidang pekerjaan. Teknik industri mempelajari banyak hal

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pabrik Tuban Tofiq Dwiki Darmawan *1) dan Bambang Suhardi 2) 1,2) Program

Lebih terperinci

Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang

Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang Yustine Intan Dwi Wijaya1), Ilham Priadythama2) 1,2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2016

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2016 TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MESIN DYNO MILL DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT. COLORPAK INDONESIA, TBK. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profile Responden 4.1.1. Profile Perusahaan PT Inti Gunawantex merupakan industri textil yang tepatnya berada di kota Bandung,Jawa Barat, Indonesia. Perusahaan ini berdiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu, agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan persaingan bisnis di dunia mengakibatkan banyak sekali perusahaan perusahaan berlomba untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar, hal ini membuat perusahaan

Lebih terperinci

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bagian ketiga dari laporan skripsi ini menggambarkan langkah-langkah yang akan dijalankan dalam penelitian ini. Metodologi penelitian dibuat agar proses pengerjaan penelitian

Lebih terperinci

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE 41166 PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC Disusun Oleh: Juli Evelina/33412985 Pembimbing: Dr. Ir. Rakhma Oktavina,

Lebih terperinci

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan ) Piagam Direksi PT Link Net Tbk ( Perseroan ) BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Perusahaan PT.Argo Pantes Tbk Tangerang merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang Tekstil. PT. Argo Pantes Tbk Tangerang berlokasi Jl.MH Thamrin

Lebih terperinci

Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan)

Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan) Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan) Melani Anggraini *1), Rawan Utara *2), dan Heri Wibowo

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA DIVISI PROCESSING DI PT BHINEKA KARYA MANUNGGAL I

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA DIVISI PROCESSING DI PT BHINEKA KARYA MANUNGGAL I MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA DIVISI PROCESSING DI PT BHINEKA KARYA MANUNGGAL I Nama : Dewi Wilianti NPM : 31412968 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Rossi Septy Wahyuni, ST., MT. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Sunaryo dan Eko Ardi Nugroho

Sunaryo dan Eko Ardi Nugroho KALKULASI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) UNTUK MENGETAHUI EFEKTIVITAS MESIN KOMATZU 80T (Studi Kasus pada PT. Yogya Presisi Tehnikatama Industri) Sunaryo dan Eko Ardi Nugroho Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. pada pemerintahan Hindia Belanda tahun1817. Nama perusahaan ini awalnya adalah NV

BAB III OBJEK PENELITIAN. pada pemerintahan Hindia Belanda tahun1817. Nama perusahaan ini awalnya adalah NV BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat PT KF adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan pada pemerintahan Hindia Belanda tahun1817. Nama perusahaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat PT Kasa Husada Wira Jatim

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat PT Kasa Husada Wira Jatim BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat PT Kasa Husada Wira Jatim Gambar 2.1 Foto Perusahaan PT Kasa Husada Wira Jatim yang berlokasi di jalan Kalimas Barat 17-19, Surabaya merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LADASA TEORI Dalam penulisan tugas akhir ini diperlukan teori-teori yang mendukung, diperoleh dari mata kuliah yang pernah didapat dan dari referensi-referensi sebagai bahan pendukung. Untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. 1977dari Darwani sidi Bakaroedin S.H,. pada waktu itu. perubahan pasal 11,12,14 dan 15. Akta perubahan ini

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. 1977dari Darwani sidi Bakaroedin S.H,. pada waktu itu. perubahan pasal 11,12,14 dan 15. Akta perubahan ini BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan data 4.1.1 Latar belakang perusahaan PT Argo Pantes Tbk. Didirikan berdasarkan akta No. 30 tanggal 12 juli 1977dari Darwani sidi Bakaroedin S.H,.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS MESIN CNC DI PT. RAJA PRESISI SUKSES MAKMUR DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS MESIN CNC DI PT. RAJA PRESISI SUKSES MAKMUR DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) TUGAS AKHIR ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS MESIN CNC DI PT. RAJA PRESISI SUKSES MAKMUR DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) Oleh : MOCHAMAD ROMADHANI NBI : 411306085 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;

I. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan; I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. didirikan berdasarkan akta pendirian Perusahaan sebagaimana diumumkan dalam Berita negara RI No. 95 tanggal 27 Nopember 1992, tambahan Nomor

Lebih terperinci

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN Dalam rangka menerapkan asas asas Tata Kelola Perseroan yang Baik ( Good Corporate Governance ), yakni: transparansi ( transparency ), akuntabilitas ( accountability

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba,

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terhentinya suatu proses pada lantai produksi sering kali di sebabkan adanya masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Sejarah singkat perusahaan Didirikan pada tahun 1951 yang terletak di Tanggerang, Banten. PT Gajah Tunggal Tbk. memulai usaha produksinya dengan ban sepeda. Sejak

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA 39410112 LATAR BELAKANG Peningkatan Produktivitas Overall Equipment Effectiveness

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN. A. Aktivitas Usaha PT. Indorama Synthetics Tbk

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN. A. Aktivitas Usaha PT. Indorama Synthetics Tbk 41 BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN A. Aktivitas Usaha PT. Indorama Synthetics Tbk PT. Indorama Synthetics Tbk merupakan perusahaan manufaktur sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, dimana ruang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pertama dan tertua di Indonesia. Goodyear Indonesia menjadi salah satu

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pertama dan tertua di Indonesia. Goodyear Indonesia menjadi salah satu BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. Sejarah Singkat Perusahaan Goodyear didirikan sejak tahun 1935 sebagai anak perusahaan The Goodyear Tire & Rubber Company, Goodyear Indonesia menjadi perusahaan ban

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA 2 PRINSIP DAN REKOMENDASI TATA KELOLA A. Hubungan Perusahaan Terbuka Dengan Pemegang

Lebih terperinci

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance Program perawatan yang melibatkan semua pihak yang terdapat dalam suatu perusahaan untuk dapat

Lebih terperinci

Piagam. Sekretaris. Perusahaan. PT Prodia Widyahusada Tbk. Revisi: 00

Piagam. Sekretaris. Perusahaan. PT Prodia Widyahusada Tbk. Revisi: 00 Piagam Sekretaris Perusahaan PT Prodia Widyahusada Tbk Revisi: 00 November 2017 PIAGAM SEKRETARIS PERUSAHAAN PT PRODIA WIDYAHUSADA TBK BAB I KETENTUAN UMUM A. Landasan Hukum Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI PADA PTP.N II PABRIK RSS TANJUNG MORAWA KEBUN BATANG SERANGAN

STUDI PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI PADA PTP.N II PABRIK RSS TANJUNG MORAWA KEBUN BATANG SERANGAN STUDI PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI PADA PTP.N II PABRIK RSS TANJUNG MORAWA KEBUN BATANG SERANGAN TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Lebih terperinci

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi BAB I: PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi maupun

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris 1 BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN UDARA INDUSTRI PT. CEMARA AGUNG. bidang industri tenun dan tekstil dengan kapasitas produski sebesar

BAB III PENCEMARAN UDARA INDUSTRI PT. CEMARA AGUNG. bidang industri tenun dan tekstil dengan kapasitas produski sebesar BAB III PENCEMARAN UDARA INDUSTRI PT. CEMARA AGUNG A. Profil Perusahaan PT. Cemara Agung PT. Cemara Agung merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri tenun dan tekstil dengan kapasitas produski

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFEKTIVITAS LINI PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI KONTINYU DENGAN PENDEKATAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

PENINGKATAN EFEKTIVITAS LINI PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI KONTINYU DENGAN PENDEKATAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) PENINGKATAN EFEKTIVITAS LINI PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI KONTINYU DENGAN PENDEKATAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) (Studi Kasus pada PT. Petrokimia Gresik) IMPROVING THE PRODUCTION LINE EFFECTIVENESS

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN No Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru mapel Tekstil Indikator Esensial

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN No Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru mapel Tekstil Indikator Esensial KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN 2012 MATA PELAJARAN JENJANG : TEKNIK TEKSTIL : SMA/MA SMK/MAK KOMPETENSI PEDAGOGI No Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru mapel Tekstil Indikator

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendahuluan Total Productive Maintenance (TPM) merupakan salah satu konsep inovasi dari Jepang, dan Nippondenso adalah perusahaan pertama yang menerapkan dan mengembangkan konsep

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. kertas, dimana dapat diklarifikasikan dalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu :

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. kertas, dimana dapat diklarifikasikan dalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu : BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Suparma (SPM) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri kertas. Produksi kertas tersebut telah menghasilkan berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan perusahaan tekstil yang bergerak dibidang pertenunan (weaving).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan perusahaan tekstil yang bergerak dibidang pertenunan (weaving). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Tarumatex adalah salah satu perusahaan tekstil yang ada di Indonesia, berlokasi di Jalan Jendral

Lebih terperinci

Nia Budi Puspitasari, Avior Bagas E *) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

Nia Budi Puspitasari, Avior Bagas E *) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang PERHITUNGAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS MESIN MIXER BANBURY 270 L DAN MESIN BIAS CUTTING LINE 2 (STUDI KASUS PT. SURYARAYA RUBBERINDO INDUSTRIES) Nia Budi Puspitasari, Avior Bagas E *) Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses

Lebih terperinci

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA Yth. Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan Terbuka di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA Sehubungan dengan Peraturan

Lebih terperinci

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris BAB I: PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri baik dalam bidang teknologi maupun dalam bidang manajemen,

BAB I PENDAHULUAN. industri baik dalam bidang teknologi maupun dalam bidang manajemen, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang dibentuk dengan tujuan ekonomi dalam melakukan kegiatan usahanya. Untuk mencapai tujuan ekonomi tersebut maka perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Desain Penelitian Berdasarkan tingkat eksplanasi, penelitian dibedakan menjadi tiga, yaitu deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA JATISATYA

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA JATISATYA BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. SURYAPRABHA JATISATYA merupakan suatu perusahaan swasta yang berlokasi di Jakarta, Indonesia. PT. SURYAPRABHA

Lebih terperinci