tahapan DMAIC (Define, Measure, Analysis, Improve, dan Control) untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan cacat pada suatu produk.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "tahapan DMAIC (Define, Measure, Analysis, Improve, dan Control) untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan cacat pada suatu produk."

Transkripsi

1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang baik, kondisi ini mendorong suatu industri di Indonesia mulai tumbuh. Seiring dengan ketatnya persaingan di era globalisasi perusahaan berlomba-lomba memasarkan produknya dengan kualitas produk yang terbaik agar menjadi market leader baik dalam bentuk produk ataupun jasa. Untuk dapat mencapai semua itu tidaklah mudah apabila tidak disertai dengan sistem yang baik dalam perusahaan tersebut. Salah satu komponen utama agar produk dapat selalu mendapatkan kepercayaan dan menarik perhatian konsumen adalah kualitas. Demi menghasilkan produk yang berkualitas semua itu didukung dengan adanya keunggulan sistem informasi, manajemen, dan juga teknologi yang telah diterapkan oleh perusahaan. Permasalahan yang akan muncul apabila suatu perusahaan tidak dapat mengontrol kualitas suatu produk dengan baik, yaitu muncul biaya perbaikan terhadap produk cacat, dan berkurangnya tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk yang mengakibatkan customer loyalty jadi menurun terhadap suatu produk. Oleh karena itu, perlu suatu inspeksi untuk mengendalikan kualitas dari produk tersebut. Pada saat ini sudah banyak perusahaan yang mengimplementasikan sistem pengendalian kualitas salah satunya adalah PT. PRIMISSIMA yang bergerak di industri tekstil. Pada saat observasi dilakukan di perusahaan, permasalahan yang tampak sering muncul yaitu berada pada bagian weaving yaitu lini yang bertugas untuk memproduksi kain grey. Sering sekali ditemukan kain cacat pada produk akhir, permasalahan ini muncul di bagian loom yang memproduksi kain grey shuttle loom. Berdasarkan permasalahan tersebut, untuk dapat mengatasinya perlu adanya pengendalian kualitas produk bagi perusahaan. Pengendalian kualitas tidak hanya berfokus pada akhir produksi saja, namun harus mencakup 1

2 2 keseluruhan produksi mulai bahan baku hingga barang setengah jadi sampai barang jadi. Oleh karena itu, pengendalian kualitas harus dilakukan dengan benar sehingga meminimasi kecacatan produk dan dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Beberapa metode yang dapat dipakai untuk mengurangi jumlah cacat dan menghasilkan produk yang baik kualitasnya seperti TQC (Total Quality Control), TQM (Total Quality Management),ISO 9000 dan juga six sigma. Namun saat ini metode TQC dan TQM sudah sangat jarang digunakan dikarenakan beberapa kelemahan dalam metode ini yaitu implementasi menciptakan pemahaman bahwa masalah kualitas adalah masalahnya departemen quality control, padahal masalah kualitas biasanya berasal dari ketidakmampuan departemen lain dalam perusahaan yang sama dan penekanan umumnya pada standar minimum kualitas produk, bukan pada bagaimana meningkatkan kinerja produk. Pada saat ini rata-rata industri di Indonesia berada pada level 3-sigma dimana tingkat DPMO (Defect Per Milion Oppurtunity) yaitu sekitar Dari hal tersebut, penelitian ingin dilakukan agar mengetahui sejauh mana tingkat level sigma pada PT. PRIMISSIMA saat ini. Dengan demikian, pada penulisan penelitian ini diusulkan sistem pengendalian kualitas dengan pendekatan metode six sigma DMAIC (Define, Measure, Analysis, Improve, dan Control) sebagai teknik yang dapat mengevaluasi pengendalian dan peningkatan kualitas dengan harapan menuju tingkat kegagalan nol (zero defect). Six sigma merupakan konsep statistik yang mengukur suatu proses yang berkaitan dengan cacat atau kerusakan mencapai enam sigma berarti proses mengahasilkan hanya 3,4 cacat per sejuta kesempatan (DPMO). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan akan berfokus pada bagaimana cara pengendalian kualitas di perusahaan dengan tujuan untuk mengurangi produk cacat. Sehingga, dalam penelitian ini digunakan suatu metode dalam pengendalian kualitas yaitu dengan metode six sigma dengan menerapkan

3 3 tahapan DMAIC (Define, Measure, Analysis, Improve, dan Control) untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan cacat pada suatu produk. 1.3 Asumsi dan Batasan Masalah Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan yang diberikan agar penelitian ini lebih lugas dan fokus. Adapun asumsi dan batasan basalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Penelitian ini dilakukan di PT. PRIMISSIMA, Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Penelitian ini menggunakan metode six sigma (DMAIC). 3. Penelitian ini dilakukan pada produk akhir. 4. Penelitian ini menggunakan data atribut. 5. Pada penelitian ini tidak sampai tahap control. 6. Analisis difokuskan pada kain hasil dari shuttle loom. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: 1. Mengindentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan suatu produk dapat mengalami kecacatan. 2. Menganalisis penyebab kecacatan produk dengan metode six sigma (DMAIC) dengan maksud untuk mengurangi cacat produksi. 3. Memberikan rekomendasi kepada perusahaan dengan menggunakan pendekatan six sigma sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas produk. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat untuk penulis: a. Dapat mengaplikasikan sebagian ilmu yang diperoleh di bangku kuliah pada dunia industri nyata khusunya pada sistem pengendalian kualitas. b. Mengetahui lebih dalam mengenai kesulitan ataupun permasalahan di dunia industri dalam pengendalian kualitas produk di perusahaan. Manfaat bagi organisasi:

4 4 a. Dari segi perusahaan dapat memberikan informasi cara untuk mengurangi cacat pada produk. b. Memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai bagaimana cara mengevaluasi program-program pengendalian kualitas yang telah diterapkan selama ini. 1.6 Sejarah Perusahaan PT. Pabrik Cambrics PRIMIISSIMA (disingkat PT. PRIMISSIMA) didirikan pada tanggal 22 Juni 1971 dengan Notaris R. Soerojo Wongsowidjojo Jakarta No. 31/1971, merupakan patungan antara Pemerintah sebesar 60% dengan gabungan Koperasi Batik Indonesia sebesar 40%. Pabrik sudah mulai beroperasi sejak 2 Februari 1972, dengan awal produksi mencapai 4 juta yards per tahun dengan jumlah karyawan sebanyak 252 orang. Perluasan area pabrik perusahaan dimulai awal bulan Maret 1974 dan mulai berproduksi pada awal tahun Pada tahun 1976 pencapaian produksi pabrik sudah mencapai 7,5 juta yards per tahun, bahnkan mengalami peningkatan pada tahun 1979 mencapai 10 juta yards per tahun dengan jumlah karyawan sebanyak 560 orang. Untuk meningkatkan kapasitas produksi perusahaan melakukan perluasan tahap kedua yang dimulai pada bulan Juni 1981 dan perluasan area pabrik selesai pada tahun Dengan adanya perluasan area pabrik pencapaian produksi dapat meningkat mencapai 20 juta yards per tahun dengan jumlah karyawan sebanyak 1050 orang. Perusahaan mempunyai 2 komoditi utama yaitu berupa kain dan benang. Selain dipasarkan di dalam negeri, produk seperti benang dan kain juga di ekspor ke berbagai negara seperti Amerika, Jepang, dan Cina. 1.7 Proses Produksi Proses produksi dibagi menjadi 2 bagian yaitu proses spinning (pemintalan) benang yang berasal dari kapas dan proses weaving (tenun) yaitu proses pertenunan benang menjadi kain. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing proses produksi di pabrik:

5 Proses Spinning Proses produksi spinning terbagi menjadi 3 tahapan yaitu: Blowing Pada tahap ini merupakan tahap awal bahan baku yaitu kapas siap untuk dipintal. Pemasok bahan baku kapas berasal dari luar negeri seperti Brazil, Australia, Afrika Selatan, maupun Amerika. Pada awalnya kapas masih berbentuk bale yaitu dalam bentuk kapas press. Tahapan ini sangat berperan penting dalam membersihkan kapas dari kotoran-kotoran yang melekat pada kapas. Pada tahap ini terdapat beberapa mesin yang berperan penting terhadap proses bahan baku kapas diantaranya: a. Mesin Bale Opener Memiliki fungsi membuka ataupun mengurai kapas press untuk dikembalikan kebentuk semula dan pada mesin ini kotoran-kotoran yang melekat pada kapas dibersihkan agar tidak terbawa pada ke tahapan selanjutnya. Pada mesin ini kotoran yang besar jatuh dan yang halus akan terhisap oleh suatu fan, disamping itu kotoran yang berwujud metal akan dihisap oleh suatu magnet yang terdapat pada mesin. b. Mesin Waste Opener Memiliki fungsi yang sama dengan bale opener, namun input ataupun muatannya berupa sisa-sisa kapas (waste) yang berasal dari tahapan prespinning dan spinning. Bentuk dari sisa kapas tersebut berupa gulungan kapas (sliver lap) yang masih memilki panjang serat kapas yang memenuhi syarat untuk diproses lagi. c. Monocylinder Cleaner Memilki fungsi untuk membersihkan kotoran yang masih tertinggal, bagian utama mesin ini adalah cylinder berpaku yang berputar oleh suatu motor. d. Automixer Memiliki fungsi untuk mencampur kapas agar kualitas benang dapat lebih merata. Distribution conveyer berjalan bolak-balik untuk membagi kapas dalam lapisan campuran. e. ERM Cleaner

6 6 Memliki fungsi untuk membersihkan kotoran dan memisahkanya sebelum di proses pada mesin carding pada tahapan selanjutya yaitu pre-spinning. Seratserat panjang diteruskan ke mesin berikutnya, sedang serat pendek dihisap oleh fan Pre-Spinning Proses carding Pada tahapan ini merupakan proses awal untuk mengubah bentuk kapas menjadi gulungan yang rapi (sliver) yang dikenal dengan proses carding, pada proses ini serat kapas akan dibersihkan dan dipisahkan. Pada proses ini sudah sudah kapas sudah memiliki nomor benang atau dikenal dengan sebutan nomor benang (NE), pada proses carding NE benang sebesar 0,130. Beberapa mesin yang berperan penting dalam proses carding yaitu: a. Flock feeder Mesin ini adalah bagian akhir dari proses blowing, memiliki fungsi untuk membersihkan kapas dengan silinder yang berpaku. b. Mesin Carding Memiliki fungsi sebagai pengurai kapas, kemudian membersihkan kapas yang terakhir dan memisahkan serat-serat yang pendek. Pada mesin ini berkas kapas diurai kedalam bentuk serat-serat individu tanpa merusak berkas kapas, selanjutnya melakukan distribusi serat-serat individu kepada bentuk seperti jaringan serat-serat panjang atau dikenal dengan sebutan web. Pada akhirnya serat-serat panjang tersebut akan berubah bentuk menjadi draftable sliver (sumbu panjang) Proses Drawing Setelah selesai pada proses carding kemudian akan masuk ke proses selanjutnya yaitu proses drawing. Proses ini bertujuan untuk meratakan serat, karena serat hasil dari mesin carding sudah tidak rata lagi. Pada proses ini terjadi peregangan kapas dengan tujuan penutupan serat-serat kapas agar menghasilkan kapas yang berkualitas baik, selain itu dilakukan perangkapan 8 sliver hasil dari

7 7 proses carding dengan tujuan menutupi serat-serat kapas yang kurang baik dikarenakan pada proses carding akan menghasilkan sliver dengan kualitas yang berbeda-beda, sehingga dengan proses perangkapan diharapkan akan menghasilkan sliver dengan serat kapas yang baik. Di proses ini juga terjadi puntiran semu yang mengkibatkan kapas memiliki puntiran, disebut puntiran semu dikarenakan mudah untuk diurai kembali. Terdapat 2 passage pada proses ini yaitu passage 1 dan passage 2, passage 1 dengan NE sebesar 0,130 dan passage 2 dengan NE 0, Proses Roving Pada proses ini berfungsi untuk mengubah bentuk sliver kapas menjadi roving. Pembentukan roving dibantu menggunakan mesin flyer dengan mengaitkan sliver pada mesin flyer kemudian sliver dililitkan pada sebuah bobin yang merupakan wadah bagi sliver yang sudah terlilit sehingga menjadi roving. Roving yang dihasilkan pada proses ini memiliki panjang 11,25 meter yang berasal dari 1 meter sliver, sedangkan NE pada roving akan meningkat menjadi 1, Spinning Ring-spinning Pada proses ini dikenal dengan proses pengecilan bahan dikarenakan benang sudah mulai dipintal pada mesin spinning sehingga akan mengubah bentuk roving menjadi benang. Benang akan mendapatkan perlakuan seperti puntiran permanen sehingga diameter akan semakin kecil dan nilai NE benang akan semakin besar menjadi 40, apabila sudah dilakukan puntiran permanen maka benang sudah tidak akan terurai. Benang yang dipintal pada proses ini masih menghasilkan benang yang tebal maupun tipis dikarenakan adanya slub (kotoran) yang terikut selama proses ataupun saat proses tidak berjalan dengan baik. Proses ini akan menghabiskan waktu 5-6 jam.

8 Winding Pada proses ini dikenal dengan proses mengubah gulungan yang berasal dari bobin ring-spinning ke dalam bentuk cones. Proses winding berfungsi untuk menyeleksi benang tipis dan benang besar yang terbawa saat proses sebelumnya, benang tipis dan benang besar secara otomatis akan terbuang selama proses ini. Untuk dapat menyeleksi benang mesin winding dilengkapi dengan sebuah sensor yang akan memotong secara otomatis dengan air splacher sehingga akan menghasilkan benang dengan kualitas yang baik. Pada umumnya berat cones benang di proses ini mencapai 1,95 kg Proses weaving Proses produksi weaving terbagi menjadi 3 tahapan: Weaving preparation Proses Hani Pada tahapan ini merupakan tahapan awal menyiapkan benang lusi (benang memanjang) dan benang pakan (benang melintang). benang yang disiapkan untuk proses tenun merupakan benang yang berasal dari cones hasil winding. Benang dalam bentuk cones tersebut kemudian diletakkan pada sebuah mesin yaitu mesin warper. Mesin ini berfungsi untuk menggulung benang lusi yang berasal dari 585 benang cones ke dalam sebuah beam dengan panjang meter. Pada proses ini juga bertujuan untuk mengetahui angka putus dari benang tersebut saat proses hani berlangsung, sehingga dapat mengetahui kekuatan benang. beberapa kejadian yang mengakibatkan benang tersebut putus antara lain: a. Pada cone: cone silang, cone lengket, cone bengkok, cone tak rata, cone putus, cone ribbon, dasar cone putus, pinggiran jelek, empty cone. b. Benang lemah: sambungan lolos, thin pieces, NE tinggi, lost twist. c. Benang bebas. d. Fly waste. e. Slub. f. Rami.

9 Proses Kanji Proses kanji merupakan proses untuk menambah kekuatan benang, agar benang tahan gesekan sewaktu ditenun dan bulu-bulu benang tidak mudah keluar. Pada proses ini dilakukan pelipatan beberapa boom menjadi sebuah boom yang sekaligus dikanji. Untuk mendapatkan benang yang lebih kuat, benang akan dicelupkan ke dalam cairan kanji dengan menggunakan mesin kanji. Bahan yang diperlukan untuk membuat cairan kanji adalah: a. Compound AT - 8E. b. Anti jamur. c. Air. Bahan tersebut kemudian dimasak ke dalam mixer, untuk dimasak secara bersamaan sesuai dengan urutan dan juga takaran yang sudah ditentukan. Proses pengadukan bahan dibutuhkan waktu selama 10 menit serta dipanaskan mencapai suhu 80 o C. Apabila cairan kanji telah siap, kemudian akan dikirim ke size box yang berfungsi menampung cairan kanji Proses Cucuk Proses ini merupakan tahap akhir dari preparation, benang yang sudah melewati proses kanji selanjutnya akan dilakukan proses cucuk. Hasil dari proses kanji akan menghasilkan benang yang lebih kaku sehingga benang lebih kuat dan juga tidak mudah putus saat akan ditenun. Pada proses ini mesin cucuk berperan penting untuk memasukkan benang lusi ke dalam gun, ketang, dan juga sisir Looming Looming merupakan tahapan kedua dari proses weaving, pada tahapan ini benang yang sudah melewati proses cucuk siap untuk ditenun menjadi kain. Terdapat 2 jenis kain yang dihasilkan dari proses ini yaitu: a. Kain shuttle loom. b. Kain air jet loom (AJL). Jenis kain tersebut berbeda dikarenakan pada kain shuttle loom masih dibantu dengan menggunakan shuttle atau teropong saat proses tenun berlangsung,

10 10 sedangkan kain air jet loom dengan menggunakan bantuan tekanan udara saat proses berlangsung Grey Finishing Tahap akhir dari proses weaving adalah grey finishing yaitu berperan penting sebagai inspeksi hasil akhir dari proses loom. Semua kain yang telah jadi kemudian di inspeksi dengan tujuan produk yang cacat tidak sampai kepada pelanggan. Grey finishing bertugas mencukur bulu-bulu serta mengadakan reparasi pada terhadap cacat yang dihasilkan dari proses sebelumnya. Mesin yang digunakan untuk melakukan inspeksi yaitu: a. Mesin cukur Berfungsi untuk mencukur bulu-bulu pada kain sehingga mudah untuk dilakukan inspeksi. b. Mesin inspecting folding Berfungsi untuk memeriksa kain apabila terdapat cacat dan sekaligus menggulungnya.

11 Alur Produksi Benang Gambar 1.1 Alur Produksi Benang

12 Gambar 1.1 Alur produksi benang (lanjutan) 12

13 Alur Produksi Kain Gambar 1.2 Alur Produksi Kain

14 Struktur organisasi Gambar 1.3 Struktur Organisasi Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Human error dalam research, desain, konstruksi, instalasi, operasi, perawatan, manufaktur, inspeksi, manajemen dan lain sebagainya seringkali menjadi penyebab sebagian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. produk, yaitu Kain Grey dan Kain Cambric. Pada 1999, PC GKBI dapat memproduksi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. produk, yaitu Kain Grey dan Kain Cambric. Pada 1999, PC GKBI dapat memproduksi BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Perusahaan Perjalanan lahirnya Pabrik Cambric Gabungan Koperasi Batik Indonesia (PC GKBI) tidak terlepas dari sejarah kesenian ukir dan gambar yang mulai memasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam kerja praktek, dan manfaat yang dapat diberikan kepada perusahaan dari kerja praktek yang

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG COTTON DENGAN METODE SIX SIGMA

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG COTTON DENGAN METODE SIX SIGMA Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT)2 2014 ISSN: 2339-028X PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG COTTON DENGAN METODE SIX SIGMA Much. Djunaidi 1*, Risti Mutiarahadi 2 1,2 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dengan keadaan zaman yang semakin maju dan teknologi yang semakin canggih menuntut perusahaan-perusahaan agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemeliharaan (maintenance) merupakan salah satu faktor penting yang menunjang berjalannya suatu aktivitas. Jika suatu sistem memiliki pemeliharaan yang baik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk mampu meningkatkan daya saing dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk mampu meningkatkan daya saing dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan di era global perusahaan dituntut untuk bekerja lebih efisien dan efektif. Persaingan yang semakin ketat menyebabkan perusahaan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat terus bertahan. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. anggota dihargai sebesar Rp1,00 per yard. Adapun simpanan anggota-anggota. dimulai dengan kemampuan kapasitas :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. anggota dihargai sebesar Rp1,00 per yard. Adapun simpanan anggota-anggota. dimulai dengan kemampuan kapasitas : BAB III METODOLOGI PENELITIAN H. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan PT GKBI berdiri pada tanggal 1 Juli 1957 dengan modal pembangunan diperoleh dari simpanan wajib anggota Gabungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan mampu memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen. Hal ini. sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan mampu memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen. Hal ini. sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap industri pada umumnya berusaha menjaga agar produk yang dihasilkan mampu memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen. Hal ini mendorong perusahaan untuk

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan industri di Indonesia sangat pesat, terutama dalam era globalisasi sekarang ini. Khususnya perkembangan industri ban motor yang tengah melesat,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil benang jahit. Saat ini perusahaan memiliki permasalahan kualitas benang jahit pada bagian twisting, di mana diketahui terjadi cacat benang.

Lebih terperinci

Setting Parameter Mesin Ring Spinning Untuk Meningkatkan Kekuatan Tarik Benang PE 30/1 Dengan Menggunaka Metode Taguchi

Setting Parameter Mesin Ring Spinning Untuk Meningkatkan Kekuatan Tarik Benang PE 30/1 Dengan Menggunaka Metode Taguchi 2015 Antoni Yohanes 28 Setting Parameter Mesin Ring Spinning Untuk Meningkatkan Kekuatan Tarik Benang PE 30/1 Dengan Menggunaka Metode Taguchi Antoni Yohanes Dosen Program Studi Teknik Industri Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, persaingan semakin ketat sehingga industri yang bergerak dalam bidang manufaktur maupun jasa harus dapat unggul dalam pasar. Kepuasan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TEKSTIL DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA-DMAIC DI PT PRIMISSIMA SLEMAN YOGYAKARTA. Disusun oleh :

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TEKSTIL DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA-DMAIC DI PT PRIMISSIMA SLEMAN YOGYAKARTA. Disusun oleh : ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS TEKSTIL DENGAN PENDEKATAN SIX SIGMA-DMAIC DI PT PRIMISSIMA SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Studi Strata Satu dan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki berbagai tantangan dalam menghadapi perkembangan ekonomi. Tantangan itu antara lain kualitas, pelayanan, harga, variasi produk dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri saat ini mengalami era globalisasi dimana semakin hari semakin dihadapkan dengan banyaknya persaingan antar perusahaan-perusahaan yang saling

Lebih terperinci

Penerapan Metodologi Six Sigma untuk Perbaikan Kualitas Gulungan. Benang Pada Mesin Winding Murata 7-2

Penerapan Metodologi Six Sigma untuk Perbaikan Kualitas Gulungan. Benang Pada Mesin Winding Murata 7-2 Penerapan Metodologi Six Sigma untuk Perbaikan Kualitas Gulungan Benang Pada Mesin Winding Murata 7-2 Naufal Affandi dan Supardi Sigit Dosen Fakultas Teknik, Program Studi teknik Industri Universitas Islam

Lebih terperinci

adalah benang lusi yaitu benang-benang yang arahnya

adalah benang lusi yaitu benang-benang yang arahnya BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masafah Dengan ditemukannya mesin tenun modern yang berteknologi tinggi dan dapat berproduksi dalam skala besar, seperti halnya mesin tenun Air Jet, maka hal ini

Lebih terperinci

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PRODUK KAIN KATUN TIPE 41166 PADA PROSES PENCELUPAN DI PT ARGO PANTES,TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC Disusun Oleh: Juli Evelina/33412985 Pembimbing: Dr. Ir. Rakhma Oktavina,

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN BENANG DAN PEMBUATAN KAIN JILID 1

TEKNIK PEMBUATAN BENANG DAN PEMBUATAN KAIN JILID 1 Abdul Latief Sulam TEKNIK PEMBUATAN BENANG DAN PEMBUATAN KAIN JILID 1 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE SIX SIGMA MENGGUNAKAN GRAFIK PENGENDALI EWMA SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI CACAT PRODUK KAIN GREI

IMPLEMENTASI METODE SIX SIGMA MENGGUNAKAN GRAFIK PENGENDALI EWMA SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI CACAT PRODUK KAIN GREI ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 216, Halaman 61-7 Online di: http://ejournal-s1undipacid/indexphp/gaussian IMPLEMENTASI METODE SIX SIGMA MENGGUNAKAN GRAFIK PENGENDALI EWMA SEBAGAI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Saat ini persaingan dalam dunia perindustrian begitu ketat, banyak perusahaan baru didirikan yang akan saling bersaing di pasaran. Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di era globalisasi, perusahaan berlomba-lomba memasarkan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di era globalisasi, perusahaan berlomba-lomba memasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang baik, dan mendorong industri mulai tumbuh. Seiring dengan ketatnya persaingan di era globalisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (pemintalan), pertenunan, rajutan, dan produk akhir. intermediate dari industri tekstil dituntut untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. (pemintalan), pertenunan, rajutan, dan produk akhir. intermediate dari industri tekstil dituntut untuk meningkatkan kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil Indonesia memiliki daya saing yang relatif baik di pasar internasional. Sebab, Indonesia memiliki industri yang terintegrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan bisnis di era global saat ini semakin ketat. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan bisnis di era global saat ini semakin ketat. Fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di era global saat ini semakin ketat. Fungsi Sumber Daya Manusia (SDM) sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk tetap bisa bersaing dalam ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, setiap perusahaan dihadapkan pada suatu persaingan yang semakin ketat. Hal ini dikarenakan munculnya pasar bebas dunia yang

Lebih terperinci

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010 ANALISIS TINGKAT KECACATAN (DEFECT) PADA PRODUK BENANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT SEGORO ECOMULYO TEXTIL, DRIYOREJO GERSIK SKRIPSI Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W 0432010174 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

Bab 6. Kesimpulan dan Saran

Bab 6. Kesimpulan dan Saran Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan Berikut ini adalah beberapa kesimpulan yang dapat diuraikan dari hasil penelitian quality control yang telah dilakukan di PT. Sejahtera Bintang Abadi Textile:

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 23 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bagian keempat dari laporan penelitian ini menguraikan tentang data-data yang dikumpulkan dan langkah-langkah pengolahan data. 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN No Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru mapel Tekstil Indikator Esensial

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN No Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru mapel Tekstil Indikator Esensial KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN 2012 MATA PELAJARAN JENJANG : TEKNIK TEKSTIL : SMA/MA SMK/MAK KOMPETENSI PEDAGOGI No Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru mapel Tekstil Indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik itu perusahaan penghasil barang maupun perusahaan penghasil jasa.

BAB I PENDAHULUAN. baik itu perusahaan penghasil barang maupun perusahaan penghasil jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam dunia bisnis semakin hari semakin ketat terjadi, salah satunya adalah dalam sektor industri, dimana terdapat persaingan yang ketat antara perusahaanperusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan konsep kualitas, kerjasama tim, produktivitas serta kepuasan pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan konsep kualitas, kerjasama tim, produktivitas serta kepuasan pelanggan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah entitas bisnis yang bergerak di bidang manufaktur, pengelolaan manajemen kualitas sangatlah diperlukan. Perpaduan antara fungsi dari perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dan perkembangan informasi yang pesat memudahkan suatu perusahaan untukmemberikan informasi mengenai kualitasdaribarang maupun jasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan efek yang negatif yaitu berupa gangguan kesehatan dan keselamatan bagi tenaga kerja maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era perdagangan bebas, setiap perusahaan dituntut untuk dapat selalu meningkatkan daya saingnya agar bisa tangguh menghadapi persaingan. Dalam kaitan

Lebih terperinci

Perbaikan Kualitas Proses Pembuatan Benang Cotton Ne 40 S Dengan Menggunakan Metode Six Sigma-DMAIC Di PT. XYZ

Perbaikan Kualitas Proses Pembuatan Benang Cotton Ne 40 S Dengan Menggunakan Metode Six Sigma-DMAIC Di PT. XYZ Perbaikan Kualitas Proses Pembuatan Benang Cotton Ne 40 S Dengan Menggunakan Metode Six Sigma-DMAIC Di PT. XYZ H. Wahyudin 12831205 Jurusan Teknik Industri Pasca Sarjana Universitas Pasundan, Bandung Email

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan dituntut untuk mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan agar dapat tumbuh dan berkembang. Bahkan perusahaan diharapkan dapat memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun berada dalam kondisi perekonomian yang cenderung tidak stabil. Hal ini tersebut memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1997, membuat banyak kegiatan dari perusahaan yang terhambat dan mulai tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1997, membuat banyak kegiatan dari perusahaan yang terhambat dan mulai tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk sebagai salah satu negara yang sedang berkembang di kawasan Asia Tenggara, namun krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak tahun 1997, membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat tercapai. Untuk itu pencapaian tujuan ini perlu ditunjang oleh

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat tercapai. Untuk itu pencapaian tujuan ini perlu ditunjang oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan usahanya, setiap perusahaan memiliki tujuan untuk memperoleh laba. Tujuan ini dilakukan agar perusahaan dapat bertahan hidup dan terus berkembang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia automotive di Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan. Menurut harian Bisnis Indonesia pada 29 Maret 2012, peningkatan penjualan kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

Perbaikan Kualitas Benang 20S Dengan Menggunakan Penerapan Metode Six Sigma-DMAIC Di PT. Supratex *

Perbaikan Kualitas Benang 20S Dengan Menggunakan Penerapan Metode Six Sigma-DMAIC Di PT. Supratex * Reka Integra ISSN : 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.01 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014 Perbaikan Kualitas Benang 20S Dengan Menggunakan Penerapan Metode Six Sigma-DMAIC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di wilayah lokal saja, akan tetapi sudah meluas sampai kawasan nasional bahkan internasional.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap perusahaan harus dapat bersaing secara global baik di pasaran nasional

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap perusahaan harus dapat bersaing secara global baik di pasaran nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi banyak sekali industri manufaktur yang berdiri dengan menghasilkan produk yang sejenis. Kondisi seperti ini mengakibatkan terjadinya persaingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan selalu dituntut untuk menjaga dan mempertahankan kualitas produk yang dihasilkannya supaya perusahaan tersebut dapat tumbuh

Lebih terperinci

ANALISIS NETWORK KAIN GREY PADA DEPARTEMEN WEAVING PT. PRIMISSIMA, YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

ANALISIS NETWORK KAIN GREY PADA DEPARTEMEN WEAVING PT. PRIMISSIMA, YOGYAKARTA TUGAS AKHIR ANALISIS NETWORK KAIN GREY PADA DEPARTEMEN WEAVING PT. PRIMISSIMA, YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh :

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD.

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. Ngudi Lestari 1 Kecamatan Kebasen, Banyumas) ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, seiring dengan perkembangan dalam dunia manufaktur dan bisnis, kebutuhan untuk waktu pelayanan konsumen yang semakin cepat dalam memenuhi demand menjadikan

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA DIVISI PROCESSING DI PT BHINEKA KARYA MANUNGGAL I

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA DIVISI PROCESSING DI PT BHINEKA KARYA MANUNGGAL I MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA DIVISI PROCESSING DI PT BHINEKA KARYA MANUNGGAL I Nama : Dewi Wilianti NPM : 31412968 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Rossi Septy Wahyuni, ST., MT. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena BABV PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define (Pendefinisian) PT. Indonesia Toray Synthetics (PT. ITS) merupakan perusahaan manufaktur dengan sistem produksi make to order, dimana proses produksi dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian di bawah ini: Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas maupun kuantitas produk ataupun jasa yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas maupun kuantitas produk ataupun jasa yang dihasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dewasa ini begitu cepat dan membawa industri dalam situasi persaingan ketat sehingga menuntut setiap perusahaan untuk meningkatkan kualitas maupun

Lebih terperinci

Pengurangan Waste pada Bagian Persiapan Pabrik Tekstil: Studi Kasus

Pengurangan Waste pada Bagian Persiapan Pabrik Tekstil: Studi Kasus Pengurangan Waste pada Bagian Persiapan Pabrik Tekstil: Studi Kasus Theo Kharis Widiantara 1, Togar Wiliater Soaloon Panjaitan 2 Abstract: The research was conducted to identify waste in preparation department.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik dan keistimewaan dari suatu produk atau jasa yang dihasilkan dari kemampuan produk atau jasa untuk memuaskan sebagian atau

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah gambaran umum perusahaan dan data yang berhubungan dengan produksi benang Cd-32. Data tersebut meliputi urutan proses

Lebih terperinci

PT. Surya Usaha Mandiri adalah perusahaan tekstil yang bergerak dibidang pencelupan penyempurnaan kain mentah (raw material) menjadi kain siap pakai

PT. Surya Usaha Mandiri adalah perusahaan tekstil yang bergerak dibidang pencelupan penyempurnaan kain mentah (raw material) menjadi kain siap pakai PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Besarnya kebutuhan manusia terhadap pakaian menjadi salah satu alasan kuat mengapa industri dibidang tekstil banyak diminati dalam dunia bisnis. Oleh sebab itu antar pelaku

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 40 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan National Garment merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri pembuatan barang fashion seperti kaos,kemeja,celana,jaket

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO. Putri Endang Fitriany

USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO. Putri Endang Fitriany USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO Putri Endang Fitriany 35412763 LATAR BELAKANG Kualitas Cacat DMAIC PT Pintu Mas Garmindo Celana Pendek Model

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah siklus DMAIC telah diterapkan dan diperoleh hasilnya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa hal tertentu yang dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profile Responden 4.1.1. Profile Perusahaan PT Inti Gunawantex merupakan industri textil yang tepatnya berada di kota Bandung,Jawa Barat, Indonesia. Perusahaan ini berdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa memenuhi permintaan sandang yang semakin meningkat tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. bisa memenuhi permintaan sandang yang semakin meningkat tersebut, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak bisa dipungkiri lagi seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk kebutuhan akan sandang kian hari juga terus meningkat, sehingga pabrik-pabrik industri tekstil

Lebih terperinci

PENYAMBUNGAN BENANG LUSI

PENYAMBUNGAN BENANG LUSI LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN KAIN TENUN PENYAMBUNGAN BENANG LUSI DISUSUN OLEH : Nama : Dwi Widiyanti Grup : 2B 1 Jurusan : D3 Teknologi Produk Tekstil Dosen : Irwan, S.Teks Tanggal Praktikum : 04 Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang cepat di segala bidang yang menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi

Lebih terperinci

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA UPAYA PENGURANGAN WASTE DI BAGIAN PRE SPINNING DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING (Studi Kasus di PT XYZ) WASTE REDUCTION EFFORTS IN PRE SPINNING SECTION WITH LEAN MANUFACTURING APPROACH (Case Study

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perbaikan kualitas sliver combing pada proses combing menggunakan metode six sigma dmaic (studi kasus : PT. Adetex Spinning unit I) Ani Rudiyanti I 0302013 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Benang Pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Perusahaan telah menetapkan standar kualitas dan telah melaksanakan pengendalian kualitas produk dalam proses produksinya sampai pengendalian kualitas produk

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN BENANG DAN PEMBUATAN KAIN JILID 2

TEKNIK PEMBUATAN BENANG DAN PEMBUATAN KAIN JILID 2 Abdul Latief Sulam TEKNIK PEMBUATAN BENANG DAN PEMBUATAN KAIN JILID 2 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN UDARA INDUSTRI PT. CEMARA AGUNG. bidang industri tenun dan tekstil dengan kapasitas produski sebesar

BAB III PENCEMARAN UDARA INDUSTRI PT. CEMARA AGUNG. bidang industri tenun dan tekstil dengan kapasitas produski sebesar BAB III PENCEMARAN UDARA INDUSTRI PT. CEMARA AGUNG A. Profil Perusahaan PT. Cemara Agung PT. Cemara Agung merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri tenun dan tekstil dengan kapasitas produski

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tekstil merupakan material lembaran yang flexible terbuat dari benang dan pemintalan serat pendek atau serat berkesinambungan. Perkembangan industri tekstil di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, persaingan industri menjadi sangat ketat ketika dibukanya pasar bebas dan terlebih lagi diberlakukannya standarisasistandarisasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT KHI Pipe Industry bergerak pada produksi pipa. Penelitian ini diawali dengan bahwa masih terdapat keterlambatan pengiriman pada pelanggan yang mencapai 15% dari total pengiriman yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Profil Perusahaan Nama Perusahaan : PT. PISMATEX Alamat : Jl. Bligo Sapugarut Buaran Pekalongan 51173 Jawa Tengah - Indonesia Telephone : (085) 41145 (hunting)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia tekstil di Indonesia banyak mengalami perubahan dan perkembangan secara dinamis dan beragam seiring terjadinya gejolak ekonomi yang cendrung

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

Pada bagian pertenunan (Weaving) terdapat alat pendukung, agar

Pada bagian pertenunan (Weaving) terdapat alat pendukung, agar li\k III PROSES PERENCANAAN PRODUKSI 3.1. SPESIFIKASI ALAT Pada bagian pertenunan (Weaving) terdapat alat pendukung, agar proses pembuatan kain berjalan sempurna, berikut merupakan urutan mesin yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bab 1 Pendahuluan 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan di dunia industri semakin pesat, banyaknya produk-produk sandang yang ditawarkan dari berbagai perusahaan membuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan global yang dikarenakan oleh perkembangan pasar dunia yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan global yang dikarenakan oleh perkembangan pasar dunia yang semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia industri di Indonesia saat ini sarat dengan persaingan yang menuju ke arah persaingan global yang dikarenakan oleh perkembangan pasar dunia yang semakin

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS PADA PRODUK MEJA IKEA CLASSICAL TABLE DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INTEGRA INDOCABINET SIDOARJO

ANALISIS KUALITAS PADA PRODUK MEJA IKEA CLASSICAL TABLE DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INTEGRA INDOCABINET SIDOARJO ANALISIS KUALITAS PADA PRODUK MEJA IKEA CLASSICAL TABLE DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INTEGRA INDOCABINET SIDOARJO Disusun Oleh : APRILIANTI 0632010041 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu kunci kesuksesan sebuah perusahaan adalah mampu memberikan pelayanan yang memuaskan kepada customer. Kepuasan pelayanan ini dapat diberikan antara lain

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat dijabarkan kesimpulan yang merupakan akhir dari proses penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1) Jenis cacat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

Oleh : Miftakhusani

Oleh : Miftakhusani USULAN MINIMASI CACAT PRODUK PERALATAN MAKANAN GARPU ART 401 DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INDOMETAL SEDJATI ENT. LTD. JAKARTA Oleh : Miftakhusani 2010-21-012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB IV DATA DAN ANALISIS BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Berdiri pada tahun 1972 dengan nama PT. Daya Manunggal, luas tanah 52 ha, fokus pada produk textile hulu. Tanggal

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kualitas produk textile merupakan suatu hal yang sangat penting yang mampu membuat perusahaan semakin berkembang dan unggul di pasar komoditi textile ini. Perusahaan yang memiliki kualitas produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1.1. Sejarah Berdirinya PT. Primatexco Indonesia Pada zaman pendudukan Belanda, sentra-sentra produksi Batik di Indonesia (Pekalongan, Yogyakarta,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Pengertian Variasi Dalam Proses Produksi

DAFTAR ISI Pengertian Variasi Dalam Proses Produksi ABSTRAK PT Asiantex merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang industri tekstil khususnya pembuatan kain furing, dalam menjalankan usahanya PT Asiantex mengalami kendala dengan jumlah cacat

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT DAN LIRIS SUKOHARJO

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT DAN LIRIS SUKOHARJO LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT DAN LIRIS SUKOHARJO Disusun Oleh : Akhiles Willy Satrio Nugroho NPM : 140607813 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA 2017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan terapannya dalam industri di setiap negara sangat diperlukan karena dapat menunjang perekonomian dan kesejahteraan masyarakat pada

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUMPULAN DATA 3. FASE PENDEFINISIAN 3.. Sekilas tentang Perusahaan PT Batman Kencana merupakan perusahaan manufaktur nasional yang bergerak di bidang produksi balon dan permen. Jenis produk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PRAKTEK KERJA DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PRAKTEK KERJA DAN ANALISIS BAB IV HASIL PRAKTEK KERJA DAN ANALISIS 4.1 ANALISIS 4.1.1 Kondisi Perusahaan Bagian PPC merupakan bagian yang mempunyai tanggung jawab atas pengiriman barang yang dikelolanya kepada bagian utama Bea Cukai.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK ETIKET GUDANG GARAM FILTER SURYA 16 DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA PADA

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK ETIKET GUDANG GARAM FILTER SURYA 16 DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA PADA ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK ETIKET GUDANG GARAM FILTER SURYA 16 DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA PADA PT. GUDANG GARAM DIREKTORAT GRAFIKA WARU-SIDOARJO SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan pasar yang semakin meningkat. Disamping pabrik

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan pasar yang semakin meningkat. Disamping pabrik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Era globalisasi ini, banyak perusahaan dan industri berkembang sesuai dengan jaman. Barang-barang sudah beraneka ragam dan fungsinya. Pabrik berusaha memproduksi barang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin ketatnya persaingan dunia industri, menuntut perusahaan untuk semakin selektif terhadap barang yang diproduksinya. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma... ABSTRAK Persaingan dunia industri semakin ketat, mendorong para pelaku industri untuk makin giat melakukan berbagai hal untuk tetap bertahan. Salah satu yang terpenting adalah kualitas produk yang merupakan

Lebih terperinci