Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta"

Transkripsi

1 Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Triwulan II 213

2 Halaman ini sengaja dikosongkan ii

3 Kata Pengantar Perekonomian Jakarta pada triwulan II 213 tumbuh sebesar 6,3% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan perekonomian nasional sebesar 5,81% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan ekonomi Jakarta bersumber dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan; dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Bahkan sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 11,4% dibandingkan tahun lalu. Dari sisi permintaan, kuatnya konsumsi rumah tangga yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu, juga mendorong pertumbuhan ekonomi Jakarta triwulan ini tetap tinggi. Inflasi Jakarta pada triwulan II 213 tercatat sebesar 5,67% (yoy). Realisasi inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan lalu, karena koreksi beberapa harga komoditas hortikultura seperti seperti bawang putih, bawang merah, dan tomat sayur selama triwulan laporan. Kendati demikian, kenaikan harga BBM pada akhir triwulan laporan menahan penurunan inflasi lebih lanjut. Dampak kenaikan BBM tersebut diperkirakan mencapai puncaknya pada awal triwulan mendatang. Perekonomian Jakarta pada triwulan III 213 diprakirakan tumbuh stabil pada kisaran 6,3% (yoy), dengan inflasi berada di kisaran 8,3% - 8,7% (yoy). Relatif stabilnya perekonomian Jakarta ditopang oleh pertumbuhan ketiga sektor utama (sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan; dan sektor pengangkutan dan komunikasi) dan akselerasi konsumsi pemerintah pada triwulan mendatang. Sementara itu, kenaikan harga BBM pada tanggal 22 Juni 213 diprakirakan memberikan tekanan inflasi yang tinggi pada triwulan mendatang, khususnya pada awal triwulan III 213. Uraian lebih rinci terkait perkembangan terkini dan prospek perekonomian Jakarta disajikan dalam publikasi Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi DKI Jakarta. Tujuan dari penyusunan KER triwulanan ini selain untuk memenuhi kepentingan Bank Indonesia dalam mendukung perumusan kebijakan moneter, juga diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi pembuat kebijakan publik di Jakarta. Akhir kata, semoga kajian ini dapat memberi manfaat bagi pembangunan ekonomi di Jakarta.. Jakarta, Agustus 213 GRUP KEBIJAKAN MONETER Wiwiek Sisto Widayat Direktur Eksekutif iii

4 Halaman ini sengaja dikosongkan iv

5 Daftar Isi RINGKASAN UMUM halaman vii BAB I. EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 1 Dinamika Sisi Permintaan Perekonomian Jakarta halaman 1 Dinamika Sektor Ekonomi Utama Jakarta halaman 5 BAB II. INFLASI Boks 1: Kenaikan Harga Komoditas Hortikultura dan Kebijakan Pengaturan Impor Hortikultura halaman 11 halaman 14 BAB III. PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 17 Intermediasi Perbankan halaman 17 Sistem Pembayaran halaman 21 BAB IV. KEUANGAN PEMERINTAH halaman 23 Penerimaan Daerah halaman 23 Belanja Daerah Pembiayaan Daerah halaman 25 halaman 28 BAB V. PROSPEK EKONOMI DAN INFLASI halaman 31 Beberapa Asumsi yang Melandasi Proyeksi Ekonomi halaman 31 Jakarta Pertumbuhan Ekonomi halaman 33 Inflasi halaman 38 v

6 Halaman ini sengaja dikosongkan vi

7 Ringkasan Umum Pada triwulan II 213, ekonomi Jakarta tumbuh sebesar 6,3% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan I 213. Perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh melambatnya investasi khususnya investasi non bangunan dan ekspor. Meningkatnya impor terutama barang konsumsi terkait dengan masih kuatnya konsumsi rumah tangga juga menjadi salah satu faktor perlambatan pertumbuhan pada triwulan II 213. Konsumsi masih tumbuh walaupun dalam level terbatas yang memberikan pengaruh pada kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sementara itu, sektor konstruksi tumbuh stabil ditengah permintaan properti yang relatif terjaga. Sementara itu, tekanan inflasi di Kawasan Jakarta cenderung meningkat terkait dengan kenaikan beberapa komoditas pangan, biaya bahan bakar dan transportasi serta ekspektasi inflasi pada akhir triwulan II 213. Inflasi di Jakarta mencapai 5,67% (yoy) di triwulan berjalan atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Setelah sempat mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada triwulan sebelumnya, beberapa komoditas hortikultura mengalami penurunan harga yang cukup signifikan pada triwulan laporan. Hal ini juga didukung oleh membaiknya pasokan, baik yang bersumber dari produksi domestik maupun dari realisasi impor. Namun, koreksi harga beberapa komoditas pangan yang terjadi pada awal hingga pertengahan triwulan laporan tertahan oleh ekspektasi kenaikan harga BBM bersubsidi yang meningkat pada Juni 213. Kegiatan intermediasi perbankan Jakarta pada triwulan II 213 juga terpantau mengalami perlambatan. Salah satu faktor perlambatan kredit termasuk kredit UMKM ditengarai adalah menurunnya persepsi terhadap kondisi perekonomian dan kegiatan dunia usaha ke depan. Di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) di perbankan mengindikasikan adanya tren peningkatan. Realisasi APBD Pemprov DKI Jakarta triwulan II 213 lebih rendah dibandingkan periode yang sama di 212. Realisasi penerimaan Pemprov DKI Jakarta pada triwulan II 213 sebesar Rp11,14 triliun atau 26,83% dari target yang ditetapkan. Sementara itu, realisasi belanja Pemprov DKI Jakarta tercatat sebesar Rp8,2 triliun atau 17,6% dari target yang ditetapkan. Upaya monitoring dan pemberian target penyerapan belanja Pemerintah masih terkendala oleh permasalahan teknis dan proses pengadaan. Adapun rendahnya realisasi belanja Pemerintah Pusat yang memiliki pangsa terbesar di Jakarta juga secara khusus dipengaruhi oleh kebijakan pengetatan vii

8 anggaran pada beberapa lembaga dalam rangka menjaga kondisi fiskal nasional yang terbebani oleh besarnya subsidi dan impor. Perekonomian Jakarta di triwulan III 213 diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,2% - 6,6%. Prediksi kenaikan pertumbuhan ekonomi di triwulan III 213 didukung oleh optimisme adanya perbaikan ekonomi global yang mendorong peningkatan permintaan ekspor serta kenaikan permintaan domestik. Konsumsi yang meningkat terkait dengan perayaan Lebarandiperkirakan akan meningkatkan kinerja sektor PHR dan sektor industri pengolahan. Investasi khususnya di bangunan diperkirakan mampu tumbuh walaupun dalam level yang terbatas. Tekanan inflasi pada triwulan III 213 diprakirakan pada kisaran 8,3% - 8,7%, meningkat signifikan sebagai dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi. Dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi terbesar selain dari dampak langsung, juga dari kenaikan tarif angkutan yang mencapai ratarata 41%. Hal tersebut memicu kenaikan biaya logistik dan distribusi, biaya produksi maupun biaya operasional yang berpotensi menurunkan daya saing produk barang dan jasa Jakarta. viii

9 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi DKI Jakarta Indikator Total Total I II III IV Total I II Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) Berdasarkan Sektor: 1 Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, & Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel, & Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, % Jasa Usaha Jasa-jasa Berdasarkan Permintaan: 1 Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah PMTB Ekspor Impor Ekspor *) - Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 8,398 1,973 2,958 2,891 2,787 2,942 11,578 2,765 1,889 - Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 2,22 2, , Impor *) - Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 44,527 57,46 15,425 17,315 15,347 15,79 63,877 14,463 11,283 - Volume Impor Non Migas (ribu ton) 24,394 27,663 7,423 7,879 7,213 7,868 3,382 7,347 9,122 Indeks Harga Konsumen Laju Inflasi Tahunan (%, yoy) Perbankan *) Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) 1,198 1,417 1,411 1,478 1,511 1,63 1,63 1,636 1,77 - Tabungan Giro Deposito Kredit (Rp Triliun) 864 1,8 1,114 1,21 1,243 1,311 1,35 1,336 1,41 - Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (Rp Triliun) n.a Loan to Deposit Ratio (%) NPL Gross (%) Sistem Pembayaran Transaksi RTGS - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Triliun) Rata-rata Harian Volume Transaksi (ribu) Transaksi Kliring (Rp Triliun) - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Triliun) Rata-rata Harian Volume Transaksi (ribu) *) Data Februari ix

10 x Triwulan II 213

11 BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL Pada triwulan II 213, ekonomi Jakarta tumbuh sebesar 6,3% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan I 213. Perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh melambatnya investasi khususnya investasi non bangunan dan ekspor. Meningkatnya impor terutama barang konsumsi terkait dengan masih kuatnya konsumsi rumah tangga juga menjadi salah satu faktor perlambatan pertumbuhan pada triwulan II 213. Konsumsi masih tumbuh walaupun dalam level terbatas yang memberikan pengaruh pada kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sementara itu, sektor konstruksi tumbuh stabil ditengah permintaan properti yang relatif terjaga. A. Dinamika Sisi Permintaan Perekonomian Jakarta Konsumsi Jakarta tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan II I 213 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga terutama didukung oleh pola musiman libur sekolah dan persiapan menjelang masa puasa dimana terdapat berbagai event penjualan untuk menggairahkan aktivitas belanja masyarakat. Namun, pertumbuhan konsumsi yang lebih tinggi pada triwulan berjalan juga dikaitkan dengan adanya faktor base effect dimana kinerja konsumsi pada triwulan I 213 relatif rendah sebagai akibat dari banjir yang melanda wilayah DKI Jakarta. Hal yang sama juga terjadi pada kinerja pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan II 213 yang menunjukkan perbaikan secara triwulanan terkait dengan realisasi belanja yang rendah di triwulan I 213 sebagai akibat dari keterlambatan pengesahan APBD. Dengan demikian, melambatnya perekonomian Jakarta juga dipengaruhi oleh tertahannya tingkat konsumsi rumah tangga maupun pemerintah. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II 213 meningkat sebesar 5,9% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Adanya peningkatan konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan berkontribusi pada pertumbuhan PDRB Jakarta mengingat pangsa konsumsi rumah tangga pada PDRB Jakarta yang besar. Namun, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II 213 ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama di 212 (6,4%, yoy). Survei penjualan eceran mengkonfirmasi pertumbuhan penjualan barang eceran yang lebih baik secara tahunan pada triwulan laporan (Grafik I.2), meskipun juga lebih rendah dibandingkan pertumbuhan penjualan eceran sesuai pola musiman menjelang Lebaran dalam 3 tahun sebelumnya. Dengan demikian, 1

12 diyakini bahwa konsumsi rumah tangga pada triwulan II 213 tumbuh relatif terbatas. Adapun peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan diprediksi merupakan dampak dari faktor base effect dimana pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 213 mengalami kontraksi cukup dalam sebagai akibat dari banjir. Sentimen atau persepsi negatif masyarakat terhadap kondisi perekonomian pada triwulan laporan juga memiliki andil pada terbatasnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia (Grafik I.1) menunjukkan tren penurunan persepsi masyarakat yang cukup dalam hingga berada di bawah batas ambang optimisme untuk keseluruhan indeks keyakinan konsumen. Pesimisme terhadap kondisi perekonomian domestik saat ini tak lepas dari dinamika pemulihan ekonomi global yang relatif lamban. Di samping itu, perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga diperkirakan sebagai pengaruh dari ekspektasi inflasi yang meningkat signifikan terkait dengan proses pengambilan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi. Selain itu, perlemahan nilai tukar sebagai pengaruh dari kondisi ketidakseimbangan pada neraca perdagangan dan faktor global juga diprediksi. Mencermati dinamika perekonomian yang terjadi sepanjang triwulan laporan, kecenderungan pembatasan pengeluaran rumah tangga telah terlihat. Hal ini juga terindikasi dari stagnannya penyaluran kredit konsumsi di Jakarta (Grafik I.3). Meski demikian, level penghasilan dan ekspektasi terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan tetap terjaga (Grafik V.3). Indeks 15 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 14 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) 13 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Optimis Pesimis % Indeks Penjualan Eceran (rhs) g.indeks Penjualan Eceran (yoy) Grafik I.1 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik I.2 Indeks Penjualan Eceran Rp triliun 3 %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II Nilai Kredit Konsumsi Growth Riil (%,yoy)- rhs Persentase Realisasi Total Belanja Persentase Realisasi Belanja Modal grealisasi Belanja Daerah Grafik I.3 Perkembangan Kredit Konsumsi Grafik I.4 Perkembangan Belanja Pemerintah Daerah 2

13 Konsumsi pemerintah tercatat tumbuh sebesar 2,8% (yoy) pada triwulan II 213. Secara triwulanan, kinerja konsumsi pemerintah di triwulan laporan mengalami peningkatan yang signifikan (25,9% qtq) mengingat realisasi anggaran pemerintah yang sangat rendah di triwulan I 213. Namun, pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan II 213 ini jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal tersebut disebabkan oleh lebih rendahnya penyerapan anggaran belanja Pemerintah Pusat dan Daerah di tahun berjalan. Penyerapan total anggaran belanja Pemerintah Pusat hingga semester I 213 baru mencapai 35,2% dengan belanja modal hanya terealisasi sebesar 18,1%, walaupun realisasi belanja pegawai mencapai 45,9% dan belanja barang mencapai 22,2%. Realisasi belanja Pemerintah Pusat yang sangat berpengaruh di Jakarta sebagai ibukota pemerintahan pada semester I 213 ini jauh lebih rendah dibandingkan capaian pada semester I 212 dimana penyerapan total anggaran belanja sebesar 4,7%. Salah satu faktor penyerapan anggaran yang lebih tinggi pada periode yang sama di 212 adalah lebih awalnya pencairan gaji ke-13 yang dilakukan pada bulan Juni. Sedangkan di 213, pencairan baru dilakukan pada awal triwulan III (Juli 213). Dari sisi belanja Pemerintah Daerah juga terjadi penurunan penyerapan anggaran yang cukup signifikan dimana hingga akhir triwulan II 213, realisasi belanja Provinsi DKI Jakarta hanya mencapai 17,6% dengan belanja modal hanya terealisasi sebesar 2,87% dari pagu APBD-P (Grafik I.4). Sebagai perbandingan, di periode yang sama di 212, total belanja Provinsi DKI Jakarta telah mencapai 23,7%. Di tengah berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah Pusat maupun Daerah untuk mengakselerasi realisasi belanja, masih ditemui berbagai masalah terutama terkait dengan proses administrasi pengadaan dan masalah teknis implementasi program. Sejumlah dana anggaran yang tidak dapat diserap bahkan dikembalikan ke kas Pemerintah Daerah untuk digunakan keperluan lain di semester II 213. Pertumbuhan investasi di Jakarta pada triwulan II I 213 melambat terutama di investasi non bangunan. Pertumbuhan investasi tercatat sebesar 5,% (yoy) pada triwulan laporan, jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya sebesar 5,9%. Perlambatan pertumbuhan investasi dipengaruhi oleh masih adanya ketidakpastian ekonomi global dan indikasi semakin melambatnya ekonomi domestik yang berdampak pada penundaan atau pembatalan rencana ekspansi bisnis dan investasi. Dinamika ekonomi domestik dengan risiko perlambatan konsumsi rumah tangga menjadi salah satu perhatian dan pertimbangan investor. Di samping itu, kenaikan suku bunga acuan, perlemahan mata uang Rupiah dan kebijakan menjelang Pemilu juga ditengarai memberikan sentimen negatif terhadap kinerja pertumbuhan investasi di triwulan laporan. Adapun 3

14 perlambatan pertumbuhan investasi terutama pada investasi non bangunan yang sebagian besar pada sektor industri manufaktur sejalan dengan melambatnya impor barang modal berupa mesin, peralatan serta alat angkutan (Grafik I.1). Selain itu, rencana ekspansi produksi manufaktur lebih diarahkan ke luar wilayah Jakarta mengingat harga lahan industri yang jauh lebih rendah dan infrastruktur yang lebih memadai. Sementara, investasi bangunan relatif stabil dengan masih terjaganya permintaan pada produk properti komersial dan residensial. Tingkat okupansi apartemen sewa dan kondominium masih dalam tren meningkat (Grafik I.7 dan I.8), sedangkan untuk ritel dan kantor cenderung stabil. Dari kontak liaison diperoleh informasi terkait ekspansi dan revitalisasi outlet retail untuk mendukung peningkatan penjualan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Investasi dari sumber Penanaman Modal Asing (PMA ( PMA) pada triwulan laporan mengalami kenaikan cukup signifikan sebagai dampak dari berlanjutnya kebijakan stimulus di negara maju yang mendorong ng ketersediaan dana investasi. Dari target total investasi sebesar Rp59,7 triliun dalam tahun 213, realisasi investasi di Jakarta hingga akhir semester I 213 diperkirakan baru mencapai Rp17,6 triliun atau sekitar 3% dari yang ditargetkan. Realisasi investasi PMA di triwulan II 213 sebesar USD96.7 juta dengan jumlah proyek sebanyak 872 proyek. Sementara realisasi investasi dari sumber Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di triwulan II 213 mencapai Rp1,3 triliun dengan jumlah proyek investasi yang sedikit lebih kecil dibandingkan jumlah proyek investasi di triwulan sebelumnya (Grafik I.5). Secara triwulanan, realisasi investasi PMDN pada triwulan II 213 mengalami perlambatan yang lebih dalam dibandingkan dengan triwulan I 213. Hal tersebut sejalan juga terlihat dari penurunan indeks ekspektasi kegiatan dunia usaha semenjak awal tahun 213 yang mengindikasikan sentimen negatif dari pelaku usaha dan investor domestik pada kondisi perekonomian secara umum (Grafik V.4). Melambatnya pertumbuhan kredit investasi sejalan tren perlambatan investasi PMDN (Grafik I.6) Juta USD/Triliun Rp I II III IV I II III IV I II III IV I II Realisasi Investasi PMA Realisasi Investasi PMDN Grafik I.5 Realisasi Investasi di Jakarta (Sumber: BKPM) Rp Triliun %, yoy Nilai Kredit Investasi Growth Riil (%,yoy)-rhs Grafik I.6 Perkembangan Kredit Investasi 4

15 Grafik I.7 Tingkat Okupansi Apartemen Sewa di Jakarta (Sumber: Colliers Indonesia) Grafik I.8 Tingkat Okupansi Kondominium di Jakarta (Sumber: Colliers Indonesia) Kinerja pertumbuhan ekspor Jakarta pada triwulan II I 213 kembali tumbuh melambat sebesar 4,7% (yoy) dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan ekspor Jakarta dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global, dimana pemulihan ekonomi global tidak seperti prakiraan awal. Dibandingkan dengan tiga triwulan terakhir, maka perlambatan pertumbuhan ekspor pada triwulan laporan merupakan yang terdalam. Memburuknya kondisi perekonomian negara mitra dagang di Asia diprediksi sebagai faktor utama menurunnya permintaan ekspor produk Jakarta terutama pada paruh akhir triwulan berjalan. Perlambatan ekspor produk Jakarta baik yang diekspor melalui pelabuhan di Jakarta maupun pelabuhan lainnya terutama pada produk manufaktur, yaitu kendaraan bermotor dan bagiannya, produk perikanan serta minyak nabati (CPO). Turunnya ekspor kendaraan bermotor terkait dengan penjualan kendaraan bermotor yang menurun di sebagian kawasan Asia. Hal yang sama juga dialami produsen kendaraan bermotor lainnya seperti Jepang dan China. Penurunan ekspor juga terjadi pada produk perikanan (ikan dan udang) baik untuk konsumsi langsung maupun sebagai bahan baku makanan olahan. Turunnya ekspor produk perikanan tersebut ditengarai untuk pasar tujuan China, Amerika dan Rusia, sedangkan ekspor ke negara Eropa dan Jepang masih prospektif. Adanya pengetatan standar mutu kualitas impor produk perikanan oleh beberapa negara juga diperkirakan berdampak pada penurunan ekspor. Sementara, penurunan ekspor minyak nabati, utamanya CPO yang diolah di Jakarta terkait dengan harga komoditas CPO di pasar dunia yang belum mengalami perbaikan signifikan pada triwulan laporan. 5

16 8% 6% 4% 2% % -2% -4% gnilai Ekspor gvolume Ekspor (CMA) % yoy (CMA) 12 Alat Angkutan Tekstil Peralatan Listrik (2) (4) (6) Grafik I.9 Pertumbuhan Nilai & Volume Ekspor Jakarta Grafik I.1 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama Jakarta 12% yoy, CMA 1% yoy, CMA 1% 8% 6% 4% 8% 6% 4% 2% % -2% -4% 2% % -2% -6% % gtotal Volume Impor gvol Impor Barang Konsumsi g Vol Impor Barang Modal gvol Impor Bahan Baku Grafik I.11 Pertumbuhan Volume Impor Barang Konsumsi Jakarta Grafik I.12 Pertumbuhan Volume Impor Barang Modal Jakarta Impor Jakarta pada triwulan II I 213 mengalami perlambatan pertumbuhan, walaupun secara nilai mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Laju pertumbuhan impor melalui Jakarta tercatat sebesar 3,2% (yoy) pada triwulan laporan, lebih lambat dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya (4,3%). Namun, impor secara triwulanan naik sebesar 3,7% (qtq) atau secara nominal berdasarkan harga berlaku naik sebesar Rp9,71 triliun. Kenaikan impor terutama terjadi untuk barang kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri (Grafik I.11 dan Grafik I.12). Peningkatan impor untuk kedua jenis barang impor ini terkait dengan persiapan industri manufaktur dan importir dalam menghadapi peningkatan permintaan menjelang Lebaran. Meningkatnya konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan juga memicu peningkatan barang konsumsi. Melambatnya impor barang modal terkait dengan terbatasnya pertumbuhan investasi dan masih memadainya kapasitas utilisasi produksi industri manufaktur. Berdasarkan dari jenis golongan barang, peningkatan impor terjadi di komoditas bahan pangan, komponen kendaraan bermotor dan peralatan listrik. Di sisi lain, kendaraan dan bagiannya, besi dan baja serta bahan kimia organik mengalami penurunan. Secara agregat, Jakarta mengalami defisit perdagangan yang lebih besar di triwulan II 213 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Defisit perdagangan di triwulan 6

17 laporan mencapai sekitar Rp15,2 triliun (berdasarkan harga berlaku) atau sekitar dua kali lebih besar dibandingkan triwulan I 213. B. Dinamika Sektor Ekonomi Utama Jakarta Dinamika pertumbuhan sisi sektoral dari perekonomian Jakarta pada triwulan II 213 ditopang oleh kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor pengangkutan dan komunikasi. Adanya peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditengah melambatnya perekonomian domestik menjadi faktor utama stabilnya kinerja kedua sektor tersebut pada triwulan laporan. Pertumbuhan di ketiga sektor tersebut juga dipengaruhi olehnya terjaganya tingkat penghasilan konsumen khususnya kelas menengah atas yang tetap melakukan pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder walaupun dalam level yang diperkirakan terbatas. Pada triwulan II 213, sektor PHR memberikan kontribusi terbesar kepada perekonomian Jakarta yaitu sebesar 1,6%. Sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi terbesar kedua bersama dengan sektor jasa keuangan, persewaan dan real estate masing-masing sebesar 1.5%. Selanjutnya, kontribusi sektor jasa lainnya terhadap pertumbuhan ekonomi Jakarta tercatat sebesar,9%. Secara keseluruhan, sektor-sektor ekonomi di Jakarta tumbuh positif kecuali sektor pertambangan yang kembali mengalami kontraksi di triwulan II 213. Meskipun demikian, pada triwulan laporan tidak terdapat sektor yang tumbuh lebih tinggi (yoy) dibandingkan dengan triwulan I 213. Adapun sektor yang tumbuh melambat adalah sektor primer (pertanian dan pertambangan), sektor industi, listrik, gas dan air bersih, konstruksi dan jasa baik jasa keuangan, persewaan, real estate dan jasa lainnya. Pelambatan di sektor industri sejalan dengan adanya penurunan ekspor produk manufaktur. Sektor konstruksi tumbuh sedikit melambat terutama terkait dengan terbatasnya realisasi proyek infrastruktur Pemerintah. Adapun perlambatan di sektor jasa sejalan dengan perlemahan kinerja perekonomian dan investasi yang menyebabkan turunnya permintaan akan jasa. Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) tumbuh stabil sebesar 7,2% (yoy) pada triwulan II 213. Stabilnya pertumbuhan sektor PHR didukung oleh permintaan domestik yang masih cukup kuat. Selain itu pada triwulan laporan terdapat beberapa kegiatan promosi penjualan yang berkontribusi pada peningkatan penjualan, utamanya adalah Jakarta Fair dan Jakarta Great Sale. Pengunjung Jakarta Fair 213 mencapai lebih dari 4,5 juta orang dengan total nilai penjualan sekitar Rp4,5 triliun. Total nilai penjualan tersebut lebih tinggi dibandingkan capaian baik di 212 maupun 211 dan 7

18 melampaui target untuk 213. Penjualan terbesar pada Jakarta Fair 213 tetap berasal dari penjualan produk otomotif. Sementara, Jakarta Great Sale 213 yang berlangsung selama lebih kurang 1,5 bulan dalam rangka perayaan hari ulang tahun Kota Jakarta juga melampaui target penjualan sebesar Rp11,8 triliun, lebih tinggi dibandingkan nilai penjualan di 212 sebesar Rp1,7 triliun. Dalam rangka perayaan HUT kota Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga mengadakan Pekan Raya/Rakyat Jakarta (PRJ) dan Pekan Produk Kreatif 213 dengan orientasi pada Usaha Kecil Menengah (UKM). UKM memegang peranan cukup penting pada kinerja subsektor perdagangan Jakarta dimana dukungan pembiayaan kredit menjadi faktor dominan. Penyaluran kredit modal kerja dan UKM di Jakarta masih dalam tren meningkat pada triwulan laporan (Grafik III.3 dan III.4). Meskipun terdapat berbagai indikator kinerja perdagangan yang positif, ditengarai perdagangan domestik antara Jakarta dengan kawasan lainnya tumbuh dalam level terbatas sebagai pengaruh dari perlambatan konsumsi. Hal ini terlihat dari data bongkar muat barang di Pelabuhan Tanjung Priok (Grafik I.13) serta hasil liaison dengan perusahaan produk makanan jadi dan consumer goods. Melambatnya perekonomian domestik juga mempengaruhi penjualan kendaraan bermotor khususnya motor (Grafik I.16), meskipun terlihat adanya peningkatan penjualan mobil menjelang Lebaran. Kontak liaison salah satu distributor kendaraan bermotor terbesar telah menurunkan target penjualan di 213 mengamati perkembangan terakhir dimana terjadi kenaikan harga BBM bersubsidi dan inflasi yang menekan daya beli dan berpotensi menaikkan suku bunga pinjaman. Hingga Mei 213, target penjualan kendaraan bermotor baru mencapai sekitar 34%. Indeks Penjualan Eceran di Jakarta juga menunjukkan pola yang sama, dimana penjualan eceran tumbuh terbatas pada triwulan laporan (Grafik I.15). Perkembangan pariwisata di Jakarta pada triwulan II 213 menunjukkan adanya lonjakan yang signifikan dari pertumbuhan jumlah pengunjung melalui Bandara Soekarno Hatta pada masa libur sekolah. Sementara, tingkat okupansi hotel berbintang di Jakarta relatif stabil dengan kenaikan tingkat okupansi pada hotel kelas atas lebih tinggi dibandingkan hotel kelas menengah (Grafik I.17). Peningkatan jumlah pengunjung ke Jakarta juga diimbangi oleh penambahan jumlah kamar hotel yang mana sepanjang 213 akan ada tembahan sekitar 2 unit kamar hotel di Jakarta dalam berbagai kategori. 8

19 %,yoy CMA 4,, 3,5, 3,, 2,5, 2,, 1,5, MwH 25% 2% 15% 1% 5% (1) (2) (3) g.bongkar g.muat 1,, 5, Konsumsi Listrik gkonsumsi Listrik % -5% -1% Grafik I.13 Bongkar dan Muat Melalui Pelabuhan Tg. Priok Grafik I.14 Konsumsi Listrik Unit Penjualan Kendaraan Bermotor gpenjualan Mobil (rhs, yoy) gpenjualan Motor (rhs, yoy) 12% 1% 8% 6% 4% 2% % -2% -4% -6% Grafik I.15 Penjualan Eceran berdasarkan Komponen Produk Grafik I.16 Penjualan Kendaraan Bermotor (1) (2) (3) % Tingkat Okupansi Hotel Berbintang (rhs) gpengunjung melalui Bandara Soekarno-Hatta Grafik I.17 Tingkat Hunian Hotel dan Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan Juta Penumpang KRL Komuter gpengguna Tarnsportasi Publik Penumpang TransJakarta Grafik I.18 Perkembangan Jumlah Penumpang KA Jabodetabek dan TransJakarta (5.) (1.) Sektor pengangkutan dan komunikasi Jakarta tumbuh sebesar 11,4% (yoy) pada triwulan II I 213. Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan laporan yang stabil dibandingkan dengan realisasi pada triwulan sebelumnya sejalan dengan kinerja sektor PHR. Di sisi subsektor pengangkutan terlihat dari peningkatan jumlah penumpang transportasi publik baik dengan moda busway TransJakarta maupun KRL komuter Jabodetabek (Grafik I.18). Mengikuti tren pertumbuhan pengguna transportasi publik yang sangat tinggi semenjak triwulan I 213, ditengarai kebijakan pengendalian subsidi BBM dengan menaikkan harga memberikan pengaruh positif pada perkembangan subsektor pengangkutan. Dengan kondisi kemacetan di Jakarta yang tinggi dan harga BBM bersubsidi yang naik 9

20 hingga 44%, maka transportasi umum menjadi opsi mobilitas yang semakin dipilih masyarakat Jakarta. Indikator proksi lain terkait dengan perkembangan subsektor pengangkutan adalah jumlah kedatangan di Bandara Soekarno Hatta yang mengalami peningkatan saat musim libur sekolah. Namun, angkutan barang diperkirakan tumbuh terbatas merujuk pada data bongkar dan muat barang melalui Pelabuhan Tanjung Priok (Grafik I.13). Sementara itu, pertumbuhan subsektor komunikasi pada pertumbuhan di triwulan laporan cenderung stabil didukung oleh jasa layanan data internet. Meskpun demikian, informasi liaison mengindikasikan adanya stagnasi pada jasa layanan telekomunikasi terkait dengan lambatnya penggunaan telpon seluler berbasis teknologi 3G. Padahal perusahaan telekomunikasi telah merealisasikan komitmen investasi pada sistem jaringan berbasis 3G. Pertumbuhan yang lebih prospektif di subsektor komunikasi khususnya terjadi pada jasa infrastruktur telekomunikasi, seperti penyediaan menara yang tumbuh diatas 5% pada semester I/213. Berdasarkan informasi dari kontak liaison, kompetisi yang kuat terkait dengan kondisi pangsa pasar pengguna telekomunikasi yang semakin luas dan matang mengharuskan perusahaan operator telpon seluler untuk terus berekspansi memperluas jangkauan layanannya untuk mempertahankan jumlah pelanggan. Sektor jasa mengalami perlambatan pada triwulan II 213 seiring dengan perlambatan ekonomi Jasa. Sektor jasa keuangan, real estate (persewaan) dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 5,4% (yoy) pada triwulan II 213, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I 213 sebesar 5,7% (yoy). Namun, apabila dibandingkan dengan periode yang sama di 212 maka pertumbuhan pada triwulan laporan sedikit lebih tinggi. Sedangkan pertumbuhan sektor jasa-jasa lainnya di luar jasa keuangan, real estate, dan jasa perusahaan,1% (yoy) lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kontraksi pertumbuhan subsektor jasa keuangan terutama terkait oleh penurunan kinerja perbankan dan lembaga keuangan non perbankan yang terindikasi dai pertumbuhan penyaluran kredit (Grafik I.19 & I.2). Aktivitas perekonomian yang melambat membuat pelaku usaha maupun konsumen membatasi penggunaan kredit dan lebih menggantungkan pada modal sendiri untuk modal kerja serta investasi dalam level yang terbatas. Secara spesifik, pertumbuhan kredit di sektor PHR turun cukup signifikan. Pembiayaan kredit melalui lembaga keuangan non perbankan juga dalam tren menurun terutama sebagai pengaruh melambatnya kredit kendaraan bermotor. Kontak liaison mengkonfirmasi kinerja pembiayaan yang lebih rendah di 213 dan terkait dengan hal tersebut, berbagai langkah efisiensi ditempuh termasuk pembatasan tenaga kerja. Meskipun demikian, secara nominal penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek di Jakarta masih mengalami peningkatan, demikian pula dengan Rasio Loan to Deposit Ratio 1

21 (LDR). Di sisi jumlah transaksi keuangan di Jakarta juga terlihat adanya peningkatan sesuai dengan siklus musiman masa libur sekolah. Sementara, subsektor jasa real estate (persewaan) dan jasa perusahaan ditengarai tumbuh dalam level terbatas pada triwulan laporan terkait dengan perlambatan konsumsi rumah tangga dan pemerintah serta investasi. Kontak liaison perusahaan outsourcing tenaga kerja di Jakarta mengindikasikan tren penurunan management fee sebagai akibat dari dari semakin tingginya kompetisi dan jumlah tenaga kerja yang menurun. Selain itu, juga terdapat tantangan dalam aktivitas usaha jasa outsourcing yang merupakan salah satu dari jasa perusahaan cukup dominan di Jakarta. Implementasi dari Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Permenakertrans) No. 19/212 yang membatasi pekerjaan outsourcing dirasakan sebagai salah satu penyebab menurunnya jumlah tenaga kerja yang direkrut akibat dari pemutusan kontrak kerjasama. Terkait dengan kinerja pasar modal yang juga turut memengaruhi pertumbuhan sektor jasa keuangan di Jakarta, terlihat pula adanya penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada triwulan laporan. Tekanan di pasar modal pada triwulan II 213 bersumber dari arus keluar modal asing (capital outflow) yang dipicu sentimen terkait rencana pengurangan stimulus moneter Bank Sentral Amerika Serikat. Selain perlemahan ekspor dan nilai tukar Rupiah, arus keluar modal asing juga turut menyumbang melebarnya defisit neraca perdagangan. Penyesuaian kepemilikan non-residen di aset keuangan domestik mendorong penurunan IHSG dan peningkatan volatilitas indeks yang cukup signifikan. 1 Indeks emiten di bidang keuangan, properti dan perdagangan yang secara umum masih kuat juga mengalami kontraksi cukup dalam (Grafik I.22). Meskipun demikian, aliran dana ke pasar modal melalui Initial Public Offering (IPO) masih mampu mencatatkan peingkatan pada triwulan II 213. Jumlah IPO di triwulan II 213 sebesar Rp7,97 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp2,15 triliun. Dari sisi domestik, penurunan IHSG tidak direspons dengan melepas saham, namun sebaliknya investor domestik melakukan aksi beli selektif. Hal tersebut tercermin dari peningkatan baik frekuensi maupun nilai saham yang diperdagangkan (Grafik I.21) yang turut mendukung kinerja industri jasa keuangan Jakarta. 1 IHSG mencapai level 5.176,23 pada 2 Mei 213 yang merupakan rekor tertingginya. Pada akhir triwulan laporan, IHSG berada di level

22 (1.) (2.) gtotal Kredit gkredit Konstruksi gkredit PHR gkredit Jasa Dunia Usaha %, yoy %, yoy g.pembiayaan Konsumen g.leasing riil (rhs) Grafik I.19 Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Jakarta Grafik I.2 Kinerja Lembaga Non Perbankan %, yoy gfrekuensi Saham Diperdagangkan 2 gnilai Saham Diperdagangkan 15 12% 1% 8% % 4% 2% % % gihsg gindeks Emiten Keuangan gindeks Emiten Properti gindeks Emiten Perdagangan Grafik I.21 Nilai & Frekuensi Pedagangan Saham Grafik I.22 IHSG & Indeks Emiten Sektor Utama Jakarta Sektor konstruksi di Jakarta mengalami perlambatan pada triwulan II I 213. Sektor konstruksi tumbuh sebesar 6,3% (yoy) pada triwulan laporan atau,2% lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan sektor konstruksi terlihat dari stagnannya konsumsi semen dan penjualan bahan bangunan (Grafik I.23 dan Grafik I.24). Belum dimulainya berbagai proyek pembangunan prasarana maupun sarana fisik di Jakarta yang didanai anggaran belanja pemerintah ditengarai merupakan faktor utama melambatnya kinerja sektor konstruksi. Meskipun anggaran proyek konstruksi pemerintah meningkat signifikan di 213, namun masih terdapat proyek multiyear yang tertahan proses perijinan dengan instansi terkait. Informasi tersebut didapatkan dari hasil liaison ke Gabungan Pelaksana Konstruksi Indonesi (Gapensi) pada awal Mei 213. Selain itu juga didapatkan informasi terkait dengan risiko menipisnya margin keuntungan perusahaan konstruksi sebagai dampak dari kenaikan biaya buruh (UMP), material dan transport akibat dari kenaikan harga BBM. Namun hingga saat ini, kinerja emiten perusahaan konstruksi masih sangat baik terutama perusahaan konstruksi BUMN yang mengalami peningkatan profitabilitas cukup sigifikan di semester I 213. Hal tersebut merupakan pengaruh dari masih berlangsungnya proyek konstruksi infrastruktur yang sifatnya multiyear. Sementara itu, pembangunan konstruksi properti komersial maupun residensial di Jakarta masih cukup tinggi pada triwulan II 213. Hal ini terkait dengan masih 12

23 tingginya permintaan akan properti komersial terutama hunian (apartemen dan kondominium) serta suku bunga kredit properti yang relatif rendah. Merujuk pada rilis konsultan real estate Cushman & Wakefield, sekitar 431,55 meter persegi ruang kantor sedang dalam tahap konstruksi dengan target penyelesaian di tahun 213. Sedangkan untuk ruang ritel sekitar 268,4 meter persegi dalam tahap konstruksi saat ini yang juga direncanakan akan selesai di Konsumsi Semen (ribu ton) 1 % g.konsumsi Semen (rhs) Grafik I.23 Konsumsi Semen di Jakarta Pasir Bahan Konstruksi Logam Bahan Konstruksi Kayu Grafik I.24 Penjualan Bahan Bangunan di Jakarta Indeks %, yoy Indeks Produksi Industri gpertumbuhan Produksi Kendaraan Bermotor Grafik I.25 Produksi Kendaraan Bermotor & Indeks Produksi Industri 1% 8% 6% 4% 2% % -2% -4% I II III IV I II III IV I II III IV I II gipi (Nasional, yoy) gproduksi Manufaktur (qtq) gproduksi Manufaktur (yoy) Grafik I.26 Pertumbuhan Produksi Manufaktur Jakarta Sektor industri mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 1,4% (yoy( yoy) pada triwulan II I 213. Sejalan dengan melambatnya ekspor, pertumbuhan sektor industri di triwulan laporan mengalami perlambatan secara tahunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,9% (yoy). Meskipun demikian, secara triwulanan (qtq) laju pertumbuhan sektor industri mengalami perbaikan signifikan. Pertumbuhan sektor industri pada triwulan laporan kembali ke level positif sebesar 2,5% (qtq). Hal tersebut didukung oleh produksi manufaktur Jakarta yang menunjukkan adanya peningkatan pada triwulan laporan yang ditengarai sebagai persiapan stok menjelang meningkatnya permintaan pada masa puasa dan Lebaran. Peningkatan produksi industri manufaktur besar dan sedang terpantau mengalami peningkatan sebesar 2,16% (qtq) atau 4,84% (yoy). Dibandingkan dengan pertumbuhan Indeks Produksi Industri (IPI) nasional, maka kinerja produksi 13

24 industri manufaktur di Jakarta jauh lebih baik (Grafik I.26). Adapun jenis industri manufaktur besar dan sedang yang mengalami kenaikan produksi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq) adalah industri kendaraan bermotor, pakaian jadi (garmen) dan peralatan listrik. Secara tahunan dibandingkan dengan periode yang sama, maka peningkatan tertinggi terjadi di industri kendaraan bermotor, percetakan dan media rekaman serta bahan kimia (Tabel I.1). Kontak liaison perusahaan produsen spare part kendaraan bermotor mengkonfirmasi kapasitas utilisasi yang relatif masih rendah terkait dengan investasi automatisasi mesin beberapa tahun terakhir, sehingga peningkatan produksi masih dimungkinkan. Sementara, dari hasil liaison ke perusahaan bahan kimia dasar yang menjadi bahan baku berbagai industri hilir, didapatkan informasi penjualan yang masih cukup baik walaupun pertumbuhan relatif menurun dibandingkan tahun 212. Kenaikan harga jual yang terutama disebabkan oleh kenaikan UMP dan TTL menyebabkan penurunan penjualan, dimana sebagian konsumen produk industri hilir berpindah ke produk lain yang lebih murah atau mengurangi stok. Terkait dengan peningkatan produksi di industri percetakan dan media rekaman, di tengarai telah ada belanja kampanye Pemilu 214 pada triwulan laporan, walaupun dalam level terbatas. Di tengah masih terbatasnya kinerja sektor industri, industri mikro dan kecil di Jakarta mengalami peningkatan produksi pada triwulan II 213. Peningkatan produksi industri mikro dan kecil sebesar 9,67% (qtq) atau 21,23% (yoy). Adapun jenis industri yang mengalami pertumbuhan adalah industri makanan dan minuman, pakaian jadi, kulit dan alas kaki serta percetakan dan media rekaman (Tabel I.2). Pertumbuhan yang lebih tinggi dari industri mikro kecil didukung oleh faktor pembiayaan yang salah satunya melalui penyaluran kredit modal kerja dan UMKM di Jakarta (Grafik III.3 dan III.4). Peningkatan produksi makanan terutama makanan jadi, pakaian jadi (garmen) dan produk barang kulit dan alas kaki pada triwulan laporan diyakini untuk mengantisipasi peningkatan konsumsi masyarakat terkait dengan persiapan masa puasa dan Lebaran. 14

25 Tabel I.1 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Jenis Industri Manufaktur Pertumbuhan qtq Pertumbuhan yoy Tw I Tw II Tw I Tw II Industri Makanan Industri Tekstil Industri Garmen Industri Pencetakan & Media Rekaman Industri Bahan Kimia Industri Logam Dasar Industri Barang Logam (Non Mesin & Peralatan) Industri Peralatan Listrik Industri Mesin & Perlengkapan Industri Kendaraan Bermotor Sumber : BPS DKI Jakarta Tabel I.2 Pertumbuhan Produksi Industri Mikro dan Kecil Jenis Industri Pertumbuhan Tw II qtq yoy Industri Makanan Industri Minuman Industri Garmen Industri Kulit dan Alas Kaki Industri Percetakan & Media Rekaman Industri Bahan Kimia Industri Karet & Plastik Industri Komputer & Barang Elektronik Industri Peralatan Listrik Industri Mesin & Perlengkapannya Industri Furnitur Jasa Reparasi & Pemasangan Mesin/Peralatan Sumber : BPS DKI Jakarta 15

26 BAB II INFLASI Inflasi Jakarta pada akhir triwulan II 213 tercatat sebesar 5,67% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan periode akhir triwulan sebelumnya yang mencapai 5,7% (yoy). Sedikit lebih rendahnya inflasi dipengaruhi oleh terjadinya koreksi harga beberapa komoditas pangan setelah sempat melambung tinggi pada triwulan pertama 213. Namun, bergulirnya rencana kenaikan BBM bersubsidi selama triwulan laporan menahan penurunan inflasi lebih lanjut. Ditetapkannya kenaikan harga BBM bersubsidi pada akhir Juni 213 diperkirakan mulai memberikan dampak signfikan pada awal triwulan mendatang. Di samping itu, perkembangan harga beberapa komoditas pangan strategis di pasar utama Jakarta yang mulai kembali meningkat di penghujung triwulan laporan perlu dicermati lebih lanjut. Tekanan inflasi Jakarta yang tercatat sedikit lebih rendah pada akhir triwulan laporan terutama disebabkan oleh koreksi harga beberapa komoditas hortikultura. Penurunan harga terjadi pada beberapa komoditas pangan seperti bawang putih, bawang merah, dan tomat sayur selama triwulan laporan setelah sempat mengalami lonjakan kenaikan harga yang signfikan pada triwulan sebelumnya. Kebijakan Pemerintah untuk merelaksasi pengaturan importasi hortikultura yang ditempuh oleh Pemerintah berdampak pada membaiknya pasokan di pasar domestik. Meski demikian, secara keseluruhan inflasi kelompok komoditas yang termasuk dalam volatile foods masih berada pada level yang yang cukup tinggi (Grafik II.1). 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % Makanan Jadi Transport Perumahan,Air,Listrik,Gas & Bahan Bakar Grafik II.1. Disagregasi Inflasi Jakarta Grafik II.1. Inflasi Jakarta berdasarkan Subkelompok Membaiknya pasokan beberapa komoditas pangan di Jakarta disertai penurunan harga yang cukup besar. Hal ini antara lain terlihat dari data pasokan komoditas bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati yang kembali meningkat sejak awal triwulan laporan dan diikuti penurunan harga jual baik di tingkat eceran maupun grosir. Meski demikian, penurunan harga bawang merah yang terjadi belum mampu membawa tingkat harga kembali ke ratarata selama (Grafik II.2). Sementara itu, harga beras di Pasar 16

27 Induk Beras Cipinang relatif masih stabil didukung panen raya yang berlangsung di sejumlah daerah sentra pemasok utama beras. (Grafik II.3). Tekanan kenaikan harga masih terlihat pada komoditas cabai dan daging sapi (Grafik II.4 dan Grafik II.5). Terbatasnya pasokan komoditas cabai dipengaruhi oleh terjadinya gagal panen di sejumlah daerah sentra karena faktor cuaca, sedangkan tingginya harga daging sapi terkait dengan permasalah kuota impor yang masih belum teratasi pada akhir triwulan laporan. Rp/kg Ton/Mgu Pasokan Bawang Merah, Rhs Harga Bawang Merah Grosir Harga Bawang Merah Eceran Sumber: Tim Ketahanan Pangan Pemprov DKI Jakarta Grafik II.2. Pasokan dan Harga Bawang Merah di Pasar Induk Kramat Jati Rp/Kg Pasokan Beras PIBC (rhs) Harga Beras Grosir Harga Beras Eceran Ton/Mgu Sumber: Tim Ketahanan Pangan Pemprov DKI Jakarta Grafik II.3. Pasokan dan Harga Beras Di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Rp/kg Pasokan Cabe Merah TW (rhs) Harga Cabe Tw Grosir Harga Cabe Tw Eceran Ton/Mgu Rp/Kg Daging Ayam Telur Ayam Daging Sapi (rhs) Rp/Kg Grafik II.4. Pasokan dan Harga Cabai di Pasar Kramat Induk Kramat Jati Grafik II.5. Harga Daging Ayam, Telur Ayam, dan Daging Sapi di Jakarta Namun, bergulirnya rencana kenaikan harga BBM bersubsidi sepanjang triwulan laporan menyebabkan tertahannya penurunan laju inflasi lebih lanjut. Ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan inflasi mengalami peningkatan sebagaimana terindikasi pada hasil survei konsumen sehingga diperkirakan turut memicu kenaikan tekanan inflasi. Keputusan kenaiakan harga BBM bersubsidi pada akhir Juni 213 pada akhirnya mendorong kenaikan harga-harga umum lebih lanjut. Sementara itu, tren penurunan harga emas global menyebabkan deflasi emas masih terjadi meskipun tidak sedalam koreksi yang terjadi pada periode sebelumnya. Berlanjutnya penurunan harga emas terkait dengan dinamika ekonomi global yang masih dibayangi tingginya ketidakpastian. 17

28 25 2 Indeks Indeks Ekspektasi Harga Inflasi % yoy Sumber: BPS dan Bloomberg (diolah) Grafik II.6. Inflasi Emas Global dan Inflasi Emas Perhiasan di Jakarta Sumber: BPS dan Survei Konsumen BI Grafik II.7. Ekspektasi Inflasi Masyarakat Jakarta 18

29 BOKS 1 Kenaikan Harga Properti Inflasi subkelompok biaya tempat tinggal Jakarta mengalami kenaikan yang cukup signifikan sejak akhir tahun 212. Pada triwulan II 213, inflasi biaya tempat tinggal Jakarta mencapai 5,45% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai 2,3% (yoy). Kenaikan inflasi biaya tempat tinggal ini diperkirakan dipengaruhi oleh kenaikan harga properti yang meningkat cukup signifikan sepanjang paruh pertama 213. Grafik 1.1 Inflasi Biaya Tempat Tinggal Jakarta Selain karena tingginya permintaan masyarakat akan properti, baik untuk kebutuhan tempat tinggal maupun untuk ruang usaha, laju pasokan properti yang belum dapat mengimbangi permintaan juga diperkirakan mempengaruhi kenaikan harga properti di Jakarta. Berdasarkan hasil survei lembaga riset properti internasional di Jakarta, harga sewa properti (asking base rental rates) baik untuk perkantoran, retail, dan industri serta harga jual apartemen terus mengalami peningkatan harga yang cukup signifikan. Kenaikan harga properti ini diperkirakan akan terus berlanjut mengingat sebagian besar properti yang tengah dibangun saat ini telah mendapatkan komitmen pembelian di awal. Sebagai contoh, berdasarkan data lembaga riset properti internasional di Jakarta, dari total meter persegi pembangunan lahan untuk retail yang akan diselesaikan pada tahun 213, sekitar 82% telah terjual melalui transaksi pembelian di muka. 19

30 Grafik 1.2 Excess Demand Sewa Properti Komersial Jabodetabek M M 2 I II III IV I II III IV I -4, -35, -3, -25, -2, -15, -1, -5, 5, 1, Perkantoran Ritel Apartemen (skala kiri) Sumber : Survei Perkembangan Properti Residensial, Bank Indonesia Keterangan: negatif berarti tambahan pasokan lebih rendah dari tambahan permintaan Dari sisi properti residensial, peningkatan harga rumah untuk tempat tinggal di Jakarta terutama terjadi pada rumah tinggal berukuran kecil (tipe m²). Berdasarkan hasil survei properti residensial yang dilakukan oleh Bank Indonesia, kenaikan harga rumah tinggal berukuran kecil pada triwulan II 213 tercatat mencapai ±19%, jauh lebih tinggi dibandingkan kenaikan harga rumah tinggal berukuran sedang (tipe 46-7 m²) dan besar (tipe > 7 m²) yang masing-masing tercatat sebesar ±7% dan ±9%. Tingginya kenaikan harga rumah tinggal berukuran kecil diperkirakan disebabkan oleh masih tingginya permintaan masyarakat untuk rumah pertama, yang biasanya merupakan rumah berukuran kecil. Selain itu, beberapa faktor lain seperti harga tanah, harga bahan bangunan, upah buruh dan biaya perizinan diperkirakan turut mendorong meningkatnya harga rumah tipe kecil. Perkembangan harga yang cukup akseleratif ini perlu dicermati, khususnya pada pemenuhan kebutuhan masyakarat berpenghasilan rendah terhadap perumahan. Selain itu, tambahan pasokan rumah tipe kecil yang relatif terbatas dibandingkan kebutuhannya diperkirakan dapat meningkatkan harga rumah tipe ini lebih tinggi lagi ke depannya. Berdasarkan informasi yang dihimpun, kemampuan pengembang untuk membangun rumah hanya sekitar 2 ribu hingga 3 ribu unit setiap tahunnya sementara kebutuhan rumah diperkirakan mencapai lebih dari 35 ribu unit. 2

31 BAB III PERBANKAN 2 DAN SISTEM PEMBAYARAN Kegiatan intermediasi perbankan Jakarta pada triwulan II 213 (data hingga Mei 213) masih mengalami perlambatan seperti halnya di triwulan sebelumnya. Kredit baik berdasarkan lokasi proyek maupun lokasi bank meningkat secara nominal namun melambat secara pertumbuhan. Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara risiko kredit tercatat rendah didukung oleh fundamental perekonomian Jakarta yang masih kuat. Dari sisi pembayaran, seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian masyarakat aktivitas transaksi masyarakat Jakarta pun tercatat mengalami peningkatan pada triwulan laporan. A. Intermediasi Perbankan Kinerja perbankan Jakarta mengindikasikan kegiatan intermediasi perbankan yang masih melambat pada triwulan II 213 (data hingga Mei 213). Pertumbuhan kredit berada pada kisaran 18,8% untuk kredit berdasarkan lokasi bank dan 18,3% untuk kredit berdasarkan lokasi proyek, lebih lambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun dengan periode yang sama di 212. Penghimpunan dana masyarakat mengalami pertumbuhan yang meningkat menjadi sebesar 17,% (data hingga Mei 213) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,%, meskipun juga lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Rasio kredit terhadap penghimpunan dana masyarakat (Loan to Deposit Ratio) pada triwulan laporan sedikit meningkat (masing-masing sebesar 82,1% berdasarkan lokasi bank dan 56,3% berdasarkan lokasi proyek). Angka LDR tersebut masih relatif tinggi dan mengindikasikan stabilnya dukungan perbankan pada sektor riil dan kinerja perekonomian secara umum. Sementara risiko kredit sebagaimana tercermin pada indikator NPL tercatat rendah sebesar 1.6%. Angka NPL tersebut stabil dalam 3 triwulan terakhir yang mengindikasikan masih cukup amannya kondisi perbankan di Jakarta saat ini. 2 Data yang disajikan dan dianalisis adalah data yang didasarkan pada kegiatan kantor bank yang berlokasi di wilayah Jakarta, bukan data menurut kriteria lokasi proyek, kecuali dinyatakan sebaliknya. Sumber data berasal dari Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan. 21

32 Uraian Tabel III.1.Beberapa Indikator Perbankan Jakarta Satuan IV IV I II* III IV I II* DPK Rp Miliar 1,197,64.1 1,417, ,41,5.2 1,458, ,51, ,629, ,636,99.2 1,77,248.7 Pertumbuhan (%, yoy) Kredit Lokasi Bank Rp Miliar 864, ,8,426. 1,113,626. 1,179, ,242, ,31, ,336, ,41,224.1 Pertumbuhan (%, yoy) Kredit Lokasi Proyek Rp Miliar 697, , , , , , , ,868.3 Pertumbuhan (%, yoy) LDR Lokasi Bank (%) LDR Lokasi Proyek (%) NPL (%) *) s.d. Mei Dana masyarakat yang dihimpun oleh perbankan Jakarta masih mampu tumbuh meningkat pada p triwulan laporan. Indikator Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Mei 213 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 17,% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 16,% (yoy) (Grafik III.2). DPK perbankan Jakarta didominasi oleh Deposito dengan pangsa mencapai ±5% diikuti oleh Giro (±3%) dan Tabungan (±2%). DPK dalam bentuk Deposito mengalami pertumbuhan yang meningkat mencapai 18,% (yoy) pada triwulan II, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 14,7%. Sementara Giro dan Tabungan tumbuh sedikit melambat masing-masing sebesar 14,8% dan 17,5% % Kredit Lokasi Proyek Kredit Lokasi Bank (rhs) % %, yoy TOTAL Giro Tabungan Deposito Grafik III.1 LDR Perbankan Jakarta Grafik III.2 DPK Perbankan Jakarta Penyaluran kredit perbankan Jakarta tumbuh melambat pada triwulan II 213 dibandingkan triwulan sebelumnya. Penyaluran kredit berdasarkan lokasi bank mencapai 18,% (yoy), sedikit dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,% (yoy). Sementara penyaluran kredit ke proyek-proyek yang berlokasi di Jakarta mengalami penurunan tipis menjadi sebesar 18,3% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (18,8%, yoy). 22

33 Tabel III.2. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Usaha Uraian Satuan IV IV I II* III IV I II* Kredit Modal Kerja Level Rp Miliar 454, , , , , , , ,138. Pertumbuhan (%, y-o-y) Pertumbuhan (%, q-t-q) Pangsa (%) Kredit Investasi Level Rp Miliar 219, ,43.4 3, , , , , ,274.7 Pertumbuhan (%, y-o-y) Pertumbuhan (%, q-t-q) Pangsa (%) Kredit Konsumsi Level Rp Miliar 19, ,7. 239, , , , , ,681.9 Pertumbuhan (%, y-o-y) Pertumbuhan (%, q-t-q) (1.8) (1.3) Pangsa (%) *) s.d. Mei Berdasarkan jenis penggunaan, baik kredit modal kerja, investasi maupun konsumsi cenderung melambat di triwulan I 213. Kredit modal kerja yang memiliki pangsa terbesar di Jakarta tumbuh meningkat secara triwulanan, namun melambat secara tahunan yaitu sebesar 21,1% (yoy). Dibandingkan dengan periode yang sama di 212, pertumbuhan kredit modal kerja secara tahunan juga lebih rendah. Sementara, kredit investasi tumbuh sedikit meningkat sebesar 21,7% (yoy) di tengah terbatasnya pertumbuhan investasi dari sumber PMDN. Pangsa kredit konsumsi yang konsisten melambat selama beberapa tahun terakhir sejalan dengan pertumbuhan penyalurannya yang terus melambat. Perkembangan kredit UMKM hingga triwulan II 213 masih menunjukkan adanya peningkat ingkatan an. Kredit UMKM Jakarta pada triwulan laporan tercatat tumbuh 13,13% (yoy, data hingga Mei 213), relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya yang mencapai 11,42% (yoy). Meskipun angka pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan angka pertumbuhan kredit UMKM di Kawasan lainnya, namun penyaluran kredit UMKM masih didominasi oleh Jakarta dengan pangsa mencapai kurang lebih 17%. % yoy Miliar Rp 18 Kredit UMKM (rhs) 12, 16 gkredit UMKM 1, , 1 6, 8 6 4, 4 2, Grafik III.3 Perkembangan Kredit UMKM Triliun Rp 4% 35% 3% 25% 2% 15% 1% 5% % Penyaluran Kredit Modal Kerja gkredit Modal Kerja (Skala Kanan) Grafik III.4 Perkembangan Kredit Modal Kerja 23

34 Dilihat secara sektoral, kredit sektor dengan pangsa tertinggi, yaitu Kredit Industri, Kredit Perdagangan, dan, Kredit Jasa Dunia Usaha tumbuh stabil dengan kecenderungan meningkat, masing-masing sebesar 25,6%, 2,3%, dan 2,9% (yoy). Peningkatan penyaluran kredit di ketiga sektor utama dengan pangsa kredit terbesar tersebut sangat dipengaruhi oleh dinamika perekonomian Jakarta. Stabilnya penyaluran kredit di ketiga sektor tersebut di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi sesuai dengan ekspektasi dan secara tidak langsung memberikan indikasi belum adanya potensi risiko yang cukup besar maupun adanya peralihan pangsa kredit sektoral yang bersifat struktural. Tabel III.3. Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektoral Uraian Satuan IV IV I II* III IV I II* Kredit Industri Level Rp Miliar 148, , , , , , , ,168.6 Pertumbuhan (%, y-o-y) Pertumbuhan (%, q-t-q) Pangsa (%) Kredit Lain-Lain Level Rp Miliar 211, , , , , , , ,275.7 Pertumbuhan (%, y-o-y) Pertumbuhan (%, q-t-q) (6.6) 8.4 (.4) 7.8 (3.8) 1.4 Pangsa (%) Kredit Jasa DU Level Rp Miliar 136, , , , , , , ,255.5 Pertumbuhan (%, y-o-y) Pertumbuhan (%, q-t-q) Pangsa (%) Kredit Perdagangan Level Rp Miliar 125, , , , ,18.4 2, ,8.5 22,786.7 Pertumbuhan (%, y-o-y) Pertumbuhan (%, q-t-q) (2.1) Pangsa (%) Kredit Pengangkutan Level Rp Miliar 53, , ,64. 71, , , , ,19.3 Pertumbuhan (%, y-o-y) (5.6) Pertumbuhan (%, q-t-q) (1.6) Pangsa (%) Kredit Konstruksi Level Rp Miliar 34, , , , , , , ,75.1 Pertumbuhan (%, y-o-y) (5.1) Pertumbuhan (%, q-t-q) (3.4) (7.1) (1.6) 15.2 Pangsa (%) Kredit Pertanian Level Rp Miliar 46, , , , , , , ,319.9 Pertumbuhan (%, y-o-y) Pertumbuhan (%, q-t-q) (2.1) Pangsa (%) Kredit Pertambangan Level Rp Miliar 54, , , , , , , ,82.7 Pertumbuhan (%, y-o-y) Pertumbuhan (%, q-t-q) Pangsa (%) Kredit Listrik, Air, Gas Level Rp Miliar 31, , , , , , , ,42.2 Pertumbuhan (%, y-o-y) Pertumbuhan (%, q-t-q) 17.4 (17.) (14.9) 7.1 (3.2) Pangsa (%) *) s.d. Mei Risiko kredit perbankan hingga triwulan II 213 masih terjaga pada level aman. Meskipun perekonomian domestik mulai dibayangi oleh kondisi ketidakpastian perekonomian global, namun fundamental perekonomian masih cukup kuat. Hal ini berdampak pada terjaganya risiko kredit pada level yang rendah. Secara umum rasio NPL kredit perbankan 24

35 Jakarta pada triwulan II 213 (hingga Mei 213) stabil pada level 1,6%. Berdasarkan jenis penggunaannya, rasio NPL kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi masing-masing sebesar 1,6%, 1,5%, dan 1,8%. Sementara secara sektoral, rasio NPL beberapa sektor yang memiliki profil risiko yang cukup tinggi juga mengalami penurunan dan masih berada di bawah level 5% % Konsumsi Modal Kerja Investasi Batas NPL Grafik III.5 NPLs Jenis Penggunaan % Konstruksi Peng., Pergd., dan Kom. Industri Pengolahan Perdg, Rest, dan Hotel batas Grafik III.6 NPLs Sektor Ekonomi Utama B. Sistem Pembayaran Sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian masyarakat, ata-rata volume maupun nilai transaksi secara umum mengalami peningkatan pada triwulan II 213. Nilai transaksi RTGS pada triwulan II 213 tercatat sebesar Rp11,5 triliun per hari atau sebanyak transaksi per hari, meningkat dibandingkan volume dan nilai triwulan sebelumnya yang masing-masing mencapai Rp82, triliun dengan transaksi per hari. Rata-rata transaksi harian melalui kliring pada triwulan laporan juga mengalami peningkatan, yaitu sebesar Rp5, triliun dengan volume rata-rata warkat. Sementara itu, meningkatnya kebutuhan uang masyarakat memasuki masa libur sekolah, bulan puasa, dan persiapan menjelang Lebaran menyebabkan terjadinya peningkatan outflow uang tunai. Dengan peningkatan outflow, rata-rata arus uang tunai di Jakarta menyebabkan terjadinya netflow negatif sebesar Rp14,9 triliun. 25

36 Tabel III I II.5. Transaksi RTGS Harian I II III IV I II III IV I II RTGS (Rp Miliar) 87,962 84,2 92,211 84,435 64,369 9,311 89,864 95,589 82,3 11,57 Dari Jakarta 52,455 49,876 53,513 47,978 37,882 51,47 53,17 55,28 49,866 61,284 ke Jakarta(f-t) 16,412 16,158 16,759 14,567 11,97 15,412 15,45 16,768 13,84 16,924 ke Luar Jakarta(f) 36,43 33,718 36,753 33,411 26,785 35,995 37,72 38,512 36,25 44,36 Ke Jakarta 35,57 34,324 38,698 36,457 26,487 38,94 36,757 4,39 32,137 4,222 dari Luar Jakarta(t) 35,57 34,324 38,698 36,457 26,487 38,94 36,757 4,39 32,137 4,222 RTGS (Volume) 23,81 22,113 24,77 22,448 19,754 23,312 23,634 25,932 23,928 25,244 Dari Jakarta 14,764 13,721 15,488 13,78 12,196 14,815 15,258 16,799 15,516 16,55 ke Jakarta(f-t) 3,279 3,59 3,452 3,249 2,763 3,274 3,336 3,779 3,319 3,597 ke Luar Jakarta(f) 11,485 1,662 12,37 1,531 9,433 11,541 11,921 13,2 12,197 12,98 Ke Jakarta 9,37 8,393 9,281 8,668 7,558 8,497 8,377 9,134 8,412 8,74 dari Luar Jakarta(t) 9,37 8,393 9,281 8,668 7,558 8,497 8,377 9,134 8,412 8,74 Tabel III I II.6. Rata-rata Harian Transaksi Kliring Triwulan Volume Nominal (miliar rupiah) I 213,993 3,415 II 229,34 3,64 III 241,849 3,743 IV 256,895 3,954 I 249,729 3,866 II 258,233 4,98 III 283,837 4,436 IV 28,411 4,282 I 251,732 4,18 II 292,86 4,611 III 295,417 4,697 IV 317,67 5,87 I 258,27 4,692 II 251,595 4,971 24, 22, 2, 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, (2,) Rp miliar Rp miliar INFLOW OUTFLOW NET FLOW (rhs) Grafik III I II.7. Rata-rata Harian Arus Uang Tunai BI Jakarta 15, 1, 5, (5,) (1,) (15,) (2,) (25,) 26

37 Halaman ini sengaja dikosongkan 27

38 BAB IV I KEUANGAN PEMERINTAH Realisasi APBD Pemerintah Provinsi DKI Jakarta triwulan II 213 lebih rendah dibandingkan periode yang sama di 212. Realisasi penerimaan pada triwulan II 213 sebesar Rp11,14 triliun atau 26,83% dari target yang ditetapkan. Sementara itu, realisasi belanja tercatat sebesar Rp8,2 triliun atau 17,6% dari target yang ditetapkan. Rendahnya penyerapan belanja masih terkendala proses administrasi pengadaan dan masalah teknis implementasi program. Hal tersebut juga menyebabkan dikembalikannya sejumlah anggaran yang tidak terserap oleh beberapa Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. APBD-Perubahan 213 yang telah diajukan ke DPRD sebesar Rp5,7 triliun, meningkat dibandingkan APBD 213 yang nilainya sebesar Rp49,9 triliun. A. Pendapatan Daerah Realisasi pendapatan APBD DKI Jakarta pada triwulan II 213 mencapai 26,83% atau sebesar Rp11,14 triliun. Terlambatnya pengesahan APBD Pemprov DKI diperkirakan turut berperan dalam menyebabkan realisasi pendapatan hinga triwulan II 213 yang lebih rendah dibandingkan periode yang sama di 212. Realisasi tersebut jauh lebih rendah dibandingkan pencapaian triwulan yang sama tahun 212 sebesar Rp14,91 triliun atau 48,66% dari total anggaran. Dari keseluruhan pendapatan APBD DKI Jakarta, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berhasil terserap adalah 24,26% dari total anggaran PAD atau senilai Rp6,47 triliun. Realisasi PAD terbesar bersumber dari Pajak daerah senilai Rp5,62 triliun (25,64%). Di sisi lain, penerimaan dari retribusi daerah masih relatif rendah yakni Rp83,5 miliar atau baru 5,57%, sangat jauh di bawah realisasi penerimaan dari retribusi pada triwulan II tahun lalu yang mencapai 151,4%. Khusus terkait dengan kinerja penerimaan pajak dan restribusi, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengajukan tarif baru untuk parkir jalan kepada DPRD. Kenaikan tarif diusulkan 4 kali lipat dari tarif parkir jalan saat ini (dari Rp2, menjadi Rp8, per jam) yang diperkirakan dapat meningkatkan peningkatan PAD dari retribusi secara signifikan. Pendapatan restribusi daerah dari parkir tahun 212 lalu mencapai Rp 24,3 miliar, sedangkan untuk tahun ini ditargetkan mencapai Rp26,2 miliar. Jika diberlakukan tarif baru, diperkirakan PAD dari retribusi parkir dapat melonjak hingga dua kali lipat. Selain untuk meningkatkan pendapatan, kenaikan tarif parkir juga untuk membatasi penggunaan kendaran bermotor pribadi dan mendorong penggunaan parkir gedung. Rendahnya realisasi PAD juga terkait dengan masih minimalnya pendapatan dari hasil pengelolaan kekayaan daerah (yang dipisahkan) yang baru mencapai 23,37%. 28

39 Sama halnya dengan penyerapan PAD, pendapatan transfer juga baru terserap Rp4,67 triliun atau 42,22%. Turunnya pendapatan transfer berasal dari turunnya transfer dana perimbangan Tabel IV.1 Perkembangan Pendapatan APBD DKI Jakarta, U R A I A N Anggaran (miliar Rp) APBD 212 APBD 213 Realisasi TW II (miliar Rp) Serap (%) Anggaran (miliar Rp) Realisasi TW II (miliar Rp) PENDAPATAN 3, , , , PAD 18,685. 1, ,67.4 6, Pajak Daerah 15,625. 8, ,918. 5, Retribusi Daerah , Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-Lain PAD 2, , PENDAPATAN TRANSFER 1, , ,65.5 4, Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 9, ,249. 4, Dana Bagi Hasil Pajak 8, , , Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 1, , Dana Otonomi Khusus Dana Penyesuaian 1, , Transfer Pemerintah Provinsi Pendapatan Bagi Hasil Pajak Pendapatan Bagi Hasil Lainnya LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 1, , Pendapatan Hibah 1, , Pendapatan Dana Darurat Pendapatan Lainnya Serap (%) B. Belanja Daerah Belanja APDB DKI Jakarta pada triwulan II 213 tercatat sebesar Rp8,2 triliun atau 17,6% dari total anggaran belanja. Realisasi belanja tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan II 212 yang mencapai 29,45% atau sebesar Rp9,96 triliun. Realisasi belanja pada triwulan laporan terutama didukung oleh belanja operasi sebesar Rp7,57 triliun atau 25,45% dari total anggaran belanja operasional. Belanja operasional yang terbesar adalah belanja barang. Sementara itu, belanja modal baik untuk pembelian tanah, peralatan dan mesin, gedung, jalan, dan aset tetap lainnya masih sangat kecil, yakni sebesar 2,87% atau senilai Rp451,6 miliar. Penyerapan belanja modal tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan serapan pada periode yang sama di 212. Di tengah berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah Pusat maupun Daerah untuk mengakselerasi realisasi belanja, masih ditemui berbagai masalah terkait dengan proses administrasi pengadaan terutama untuk pengadaan jasa dimana proses kualifikasi vendor merupakan hal yang krusial. Selain itu juga ditemui berbagai masalah teknis pada implementasi program. Sejumlah SKPD juga mengembalikan dana anggaran yang tidak dapat diserap ke kas Pemerintah Daerah untuk digunakan keperluan lain di semester II 213. Diantara SKPD tersebut adalah Dinas Pekerjaan Umum, 29

40 Dinas Perumahan dan Gedung Pemda dan Dinas Pendidikan. Adapun SKPD yang masih rendah tingkat penyerapannya belanjanya hingga pertengahan Juni 213 (di bawah 5%) adalah Dinas Perumahan dan Gedung Pemd, dan Dinas Perhubungan. Dinas Pendidikan sendiri termasuk yang penyerapannya tertinggi di triwulan II 213 sebesar lebih dari 2%. Tabel IV.2 Perkembangan Belanja APBD DKI Jakarta, U R A I A N Anggaran (miliar Rp) APBD-P 212 APBD 213 Realisasi TW II (miliar Rp) Serap (%) Anggaran (miliar Rp) Realisasi TW II (miliar Rp) BELANJA 33,827. 9, , , BELANJA OPERASI 22, , , , Belanja Pegawai 11,45.9 4, ,88.9 3, Belanja Barang 1,13.2 3, ,3.7 3, Belanja Bunga Belanja Hibah 1, , Belanja Bantuan Sosial , Belanja Bantuan Keuangan BELANJA MODAL 1, , Belanja Tanah , Belanja Peralatan dan Mesin , Belanja Gedung dan Bangunan , Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan , Belanja Aset Tetap Lainnya BELANJA TIDAK TERDUGA Belanja Tidak Terduga TRANSFER Bagi Hasil Pajak ke Kab/Kota/Desa Bagi Hasil Retribusi ke Kab/Kota/Desa Bagi Hasil Lainnya ke Kab/Kota/Desa Transfer Lainnya ke Kab/Kota/Desa Serap (%) Pada awal triwulan laporan, Pemprov DKI Jakarta telah mengajukan APBD Perubahan 213 menjadi Rp5,7 triliun yang sedang dalam tahap pembahasan. Perubahan APBD tersebut tidak terlalu besar mengingat perubahan lebih disebabkan oleh peralihan atau penggantian kegiatan serta adanya beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mengembalikan anggaran belanja yang tidak terserap. Anggaran yang dikembalikan tersebut akan digunakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) kepada 3 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yakni Bank DKI, PT. Jakarta Propertindo, dan PD. Sarana Jaya. C. Pembiayaan Daerah Realisasi pembiayaan APBD Pemprov DKI Jakarta pada triwulan II 213 sebesar Rp7,86 triliun. Realisasi tersebut sudah melebihi anggaran pembiayaan sebesar Rp5,17 triliun atau telah terealisasi 152,12%. Tingginya pembiayaan APBD pada triwulan II 213 disebabkan oleh penggunaan SiLPA sebesar Rp8,31 triliun atau 99,64% dari anggaran penggunaan SiLPA. 3

41 Tabel IV. 3 Perkembangan Pembiayaan APBD DKI Jakarta, U R A I A N Anggaran (miliar Rp) APBD-P 212 APBD 213 Realisasi TW II (miliar Rp) Serap (%) Anggaran (miliar Rp) Realisasi TW II (miliar Rp) PEMBIAYAAN 3, , ,17.1 7, PENERIMAAN PEMBIAYAAN. 5,38.6-6, , , Penggunaan SiLPA 3,68.6 6, , , Pencairan dana cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah & Obligasi Daerah 1, Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman PENGELUARAN PEMBIAYAAN 2, , Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 2, , Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah Serap (%) Realisasi penerimaan pajak daerah DKI Jakarta pada triwulan II 213 mencapai Rp5,62 triliun atau sebesar 25,64% dari target yang ditetapkan. Pertumbuhan pajak tertinggi secara triwulanan (qtq) terdapat pada Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah & Bangunan (BPHTB). Namun, realisasi penyerapan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) masih sangat kecil dibandingkan dengan target yang ditetapkan, terkait dengan waktu jatuh tempo pembayaran PBB hingga akhir Agustus 213. Disamping itu, juga terlihat adanya peningkatan pajak parkir dan Pajak Bahan Bakar-Kendaraan Bermotor (PBB-KB) yang cukup signifikan. Hal tersebut mengindikasikan adanya peningkatan konsumsi bahan bakar dan jumlah pergerakan kendaraan bermotor di jakarta. Apabila dibandingkan dengan triwulan II tahun 212, maka Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) mencatatkan pertumbuhan yang tertinggi yang disebabkan oleh adanya kenaikan tarif di awal triwulan laporan. Hingga semester I 213, penerimaan pajak dari wajib pajak di Jakarta mencapai Rp1,8 triliun atau naik 25 persen dibanding periode yang sama di 212. Meskipun demikian, realisasi penerimaan pajak hingga semester I 213 baru mencapai 46% dari target, sedangkan pada periode yang sama di tahun lalu tercapai lebih dari 5%. Ke depan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki komitmen untuk meningkatkan serapan pendapatan pajak sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan kapasitas fiskal APBD yang dapat digunakan untuk mendukung berbagai program kegiatan seperti pembangunan rumah susun dan pembebasan lahan untuk Ruang terbuka Hijau (RTH). 31

42 Tabel IV. 4 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pajak di DKI Jakarta, 213 Jenis Pajak Realisasi Triwulan I 213 Persentase Persentase Realisasi Kenaikan Kenaikan Triwulan II Realisasi Tw II Realisasi Tw II (qtq) 213 (yoy) PKB 1,93,68,857,265 1,18,72,913, % % BBN-KB 1,516,293,491,9 1,62,172,297, % 17.87% PBB-KB 21,294,173, ,529,641, % 11.47% P. HOTEL 245,952,29, ,92,555, % % P. RESTORAN 362,528,354, ,188,775, % % P. HIBURAN 89,375,343,366 1,42,561, % 19.3% P. REKLAME 14,931,583, ,533,693, % % PPJ 145,715,883, ,557,12, % 115.7% PAT 25,246,594,298 24,989,248, % 96.92% P. PARKIR 65,638,643,52 76,921,37, % 161.9% BPHTB 446,12,77, ,243,526, % % PBB 118,619,192, ,44,557, %.% JUMLAH 4,341,57,662,645 5,62,242,154, % % 32

43 BAB V PROSPEK EKONOMI DAN INFLASI Perekonomian Jakarta di triwulan III 213 diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,2% - 6,6%. Prediksi kenaikan pertumbuhan ekonomi di triwulan III 213 didukung oleh optimisme adanya perbaikan ekonomi global yang mendorong peningkatan permintaan ekspor serta kenaikan permintaan domestik. Konsumsi yang meningkat terkait dengan perayaan Lebarandiperkirakan akan meningkatkan kinerja sektor PHR dan sektor industri pengolahan. Tekanan inflasi pada triwulan III 213 diprakirakan pada kisaran 8,3% - 8,7%, meningkat signifikan sebagai dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi. Dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi terbesar selain dari dampak langsung, juga dari kenaikan tarif angkutan yang mencapai rata-rata 41%. Hal tersebut memicu kenaikan biaya logistik dan distribusi, biaya produksi maupun biaya operasional yang berpotensi menurunkan daya saing produk barang dan jasa Jakarta. A. Beberapa Asumsi yang Melandasi Proyeksi Ekonomi Jakarta Kondisi Perekonomian Internasional dan Domestik Pemulihan ekonomi dunia masih berada di level terbatas di semester I 213. Rilis outlook pertumbuhan ekonomi oleh lembaga Consensus Forecast pada Juni 213 mengindikasikan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang lebih dalam di negara berkembang dan emerging market yang membuat dilakukannya koreksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 213 dan 214. Sementara, outlook terhadap pertumbuhan ekonomi di negara maju tidak berubah sejalan dengan adanya indikasi stabilnya perekonomian Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa. Untuk tahun 213, pertumbuhan ekonomi negara berkembang dan emerging market diprakirakan sebesar 5,6% (yoy), lebih rendah,2% dari proyeksi di Mei 213 atau,4% dibawah proyeksi awal tahun. Perekonomian China, India dan beberapa negara ASEAN diprediksi mengalami kontraksi sepanjang 213 di tengah keyakinan masih kuatnya perekonomian negara-negara tersebut dengan dukungan konsumsi domestik dan investasi. Perlambatan negara mitra dagang utama seperti China selain disebabkan oleh melemahnya permintaan global, juga terkait dengan overheating economy akibat pertumbuhan yang begitu tinggi selama beberapa tahun terakhir. Beberapa negara mitra dagang Indonesia juga lebih mendorong konsumsi dalam negeri dalam rangka menjaga aliran devisa ke luar. Dengan kondisi tersebut, diperkirakan kinerja ekspor dan investasi di Jakarta berpotensi untuk tetap 33

44 tumbuh dalam level yang terbatas ke depan. Adapun potensi meningkatkan ekspor dan investasi di Jakarta terutama berasal dari Jepang dimana masih berlanjut kebijakan stimulus fiskal yang terbukti mendukung perekonomian. Tabel V.1. Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global Proyeksi pertumbuhan p ekonomi nasional dikoreksi menjadi di kisaran 5,8% - 6,2% (yoy) pada 213 (Tabel V.2). Memperhatikan kondisi perekonomian global yang belum menunjukkan perbaikan serta dampak rambatan krisis global (contagion effect) ke perekonomian nasional melalui jalur transmisi ekspor dan investasi, pertumbuhan ekonomi secara nasional dikoreksi untuk keseluruhan tahun 213. Perlambatan ekspor terus berlanjut di sebagian besar kawasan, terkait dengan lemahnya permintaan global baik untuk komoditas manufaktur maupun sumber daya alam. Walaupun pada triwulan III 213, diprediksi terdapat perbaikan ekspor dalam level terbatas yang berasal dari peningkatan harga komoditas global. Demikian pula investasi mengalami perlambatan di beberapa kawasan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, utamanya persepsi terhadap kondisi perekonomian yang melambat dan perlemahan konsumsi domestik. Konsumsi rumah tangga pada triwulan III 213 diperkirakan berada pada posisi stagnan, dan demikian halnya dengan investasi. Survei Kegiatan Dunia Usaha/SKDU Bank Indonesia mengkonfirmasi kondisi stagnan dari rencana investasi, optimisme terhadap situasi bisnis serta kapasitas utilisasi. Sementara, survei keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian yang dilakukan oleh Bank Indonesia, BPS, Danareksa maupun lembaga pemeringkat internasional menunjukkan indikasi penurunan keyakinan konsumen Indonesia, walaupun tingkat pendapatan dan lapangan kerja relatif terjaga. Posisi Jakarta sebagai kota perdagangan tak lepas dari kondisi perekonomian domestik tersebut mengingat sebagian produk Jakarta berorientasi domestik. Adapun salah satu komponen pertumbuhan di sisi permintaan yang diperkirakan akan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan III 213 adalah konsumsi Pemerintah. Hal ini didasarkan atas keyakinan pada komitmen Pemerintah untuk melakukan akselerasi penyerapan anggaran khususnya belanja modal. Hal tersebut juga menjadi faktor pendukung pertumbuhan ekonomi Jakarta mengingat sebagian besar belanja Pemerintah Pusat direalisasikan di ibukota Jakarta. YoY (%) Realisasi Proyeksi Selisih Dengan Perkiraan Mei Output Dunia Negara Maju Negara Emerging & Berkembang Sumber : Consensus Forecast, Juni 213 Tabel V.2. Proyeksi Ekonomi Nasional 34

45 %Y-o-Y, Ta Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran Komponen I II* III* 213* Konsumsi Rumah Tangga 5,3 5,2 5, 5, 5, - 5,4 Konsumsi Pemerintah 1,2,4-6,1 8, 4,2-4,6 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 9,8 5,9 5,8 5,8 6,3-6,7 Ekspor Barang dan Jasa 2, 3,4 4, 4,1 4,5-4,9 Impor Barang dan Jasa 6,6 -,4,4 4,4 3, - 3,4 PDB 6,2 6, 5,9 5,9 5,8-6,2 Sumber : BPS * Proyeksi Bank Indonesia 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % I II I II I II* Situasi Bisnis (% Nilai Investasi) Kapasitas Utilisasi (%) Realisasi Investasi (% Responden) 25% 2% 15% 1% 5% % Grafik V.1 Situasi Bisnis dan Rencana Investasi Grafik V.2 V Indeks Keyakinan Konsumen Pembangunan infrastruktur di 213 berpotensi mendorong perekonomian Jakarta dan menopang kesinambungan pertumbuhan ke depan. Salah satu selemen penting dalam pembangunan perekonomian kota (urban economy) adalah penyediaan prasarana dan sarana publik. Infrastruktur fisik serta transportasi publik memegang peranan penting. Di tahun 213 telah direncanakan berbagai proyek infrastruktur dan transportasi publik yang diyakini dapat mendukung akselerasi dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi Jakarta. Berdasarkan uji elastisitas antara peningkatan investasi dan pertumbuhan ekonomi, diperoleh hasil bahwa setiap kenaikan 1% investasi berpotensi menyumbang kenaikan pertumbuhan ekonomi Jakarta sebesar.1% -.13%. Dengan asumsi adanya komitmen dalam implementasi proyek investasi infrastruktur seperti yang telah direncanakan (Tabel V.3), maka Jakarta berpotensi tumbuh lebih tinggi di semester II 213. Meskipun demikian, hal tersebut juga tergantung dari faktor produktivitas infrastruktur yang dibangun terutama terkait dengan efek pengganda pertumbuhan (multiplier effect). Adapun rencana pembangunan infrastruktur tersebut difokuskan pada lima jenis kegiatan atau proyek sesuai dengan visi RPJMD Provinsi DKI Jakarta, yakni pembangunan transportasi, jalan, air bersih dan sanitasi, pusat logistik, penanggulangan banjir, perumahan dan pasar. Dari kelima jenis kegiatan tersebut, alokasi terbesar masih pada pembangunan jalan dimana sebagian besar dana dipakai untuk biaya pembebasan lahan. Saat ini, pembiayaan proyek infrastruktur di Jakarta yang umumnya merupakan proyek jangka panjang (multi-years) masih mengandalkan dukungan pendanaan dari Pemerintah Pusat (APBN), Pemerintah Daerah 35

46 (APBD) dan sindikasi hutang baik dari sumber dalam negeri maupun luar negeri. Namun, apabila swasta (public-private partnership) berperan lebih besar dengan dukungan insentif pemerintah, maka dapat diprediksi semakin meningkatnya pembangunan infrastruktur di Jakarta yang akan mendukung kinerja perekonomian. Selain faktor pembiayaan, asumsi penting lainnya dalam implementasi investasi infrastruktur adalah adanya komitmen stakeholder terkait dalam mendukung implementasi tersebut, seperti kemudahan dalam proses perijinan, pembebasan lahan dan insentif fiskal. Tabel V.3. Rencana Pembangunan Infrastruktur di Jakarta Kegiatan/Proyek Sumber : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Nilai Investasi* Periode Mulai Periode Selesai Transportasi MRT North-South Tahap I, Lebak Bulus - Bundaran HI Rp 15,7 triliun a.pengadaan Armada Busway 213 Rp 1 triliun b.peremajaan Busway Koridor 2 & 3 Rp 68 milyar Pembangunan Busway Koridor 13 Rp 1,4 triliun Pengadaan Bus Sedang Rp 5 miliar Jalan 6 Ruas Tol dalam kota Rp 41,17 Triliun Ruas JORR W2 Utara Rp 2,2 triliun Ruas Akses Tol Tanjung Priok/ ATP Rp 5,7 triliun Air Bersih & Sanitasi Fasilitas Air Bersih Rp 6,3 triliun Limbah Cair Rp 13,4 triliun Pusat Logistik Pembangunan KEK Marunda Rp 6 triliun Penanggulangan Banjir Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) Rp 1,84 triliun Deep tunnel Rp 16 Triliun Sodetan Ciliwung ke kanal Banjir Timur Rp 5 miliar Perumahan dan Pasar Pembangunan Pasar Benhil Rp 1,8 triliun Rusunami Rp 9,2 triliun Faktor pendukung lain yang tak kalah pentingnya sebagai asumsi dasar dalam proyeksi pertumbuhan ekonomi Jakarta adalah faktor daya saing. Di bulan Juli 213, unit riset di Sekolah Kebijakan Publik (School of Public Policy), National University of Singapore merilis peringkat daya saing 33 provinsi di Indonesia dan Jakarta berada di posisi pertama. Secara umum, daya saing pada 14 dari 33 provinsi di Indonesia berada di atas tingkat ratarata nasional yang mana daya saing seluruh provinsi di Pulau Jawa termasuk di dalamnya. Adapun aspek yang menjadi pertimbangan dalam melakukan pemeringkatan daya saing daerah tersebut adalah sebagai berikut: stabilitas ekonomi makro, perencanaan pemerintah dan institusi, kondisi keuanganbisnis dan tenaga kerja, serta kualitas hidup dan pembangunan infrastruktur. Provinsi DKI Jakarta berada di posisi peringkat pertama pada survei 36

47 pemeringkatan daya saing tersebut dengan skor daya saing yang jauh diatas provinsi lainnya. Hal ini dipandang sebagai aset utama Jakarta dalam melakukan promosi investasi baik ke investor asing maupun domestik. Dengan target investasi sekitar Rp59 triliun di 213 yang baru tercapai 3%, maka masih diperlukan berbagai upaya untuk menarik investasi ke Jakarta pada semester II 213. Salah satu faktor penting yang dapat menjaga kesinambungan daya saing Jakarta adalah pembangunan infrastruktur yang diyakini dapat mendukung penurunan biaya produksi maupun investasi di Jakarta. Menghadapi integrasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 215, Jakarta dapat menjadi pelopor dalam peningkatan daya saing Indonesia. Tabel V.4. Peringkat Daya Saing Wilayah Ranking Provinsi Skor Daya Saing 1 DKI Jakarta Jawa Timur Jawa Barat Kalimantan Timur Kepulauan Riau Jawa Tengah Banten Bali Riau Sumatera Utara.246 Sumber : Asian Competitiveness Institute, LKY School of Public Policy, National University of Singapore B. Pertumbuhan Ekonomi 1. Prospek Permintaan Perekonomian Jakarta diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,2% - 6,6% (yoy) di 213 dengan dukungan konsumsi domestik. Meski dampak rambatan atau contagion effect dari krisis ekonomi global telah terasa di perekonomian domestik termasuk di wilayah DKI Jakarta dengan terbatasnya kinerja pertumbuhan ekspor dan investasi, namun struktur ekonomi perkotaan dimana konsumsi memiliki pangsa sangat besar merupakan faktor yang akan menopang pertumbuhan ekonomi Jakarta di atas 6% di 213. Untuk triwulan III 213, perekonomian Jakarta diperkirakan tumbuh stabil di 6,3% (yoy). Meskipun demikian, perlu dicermati hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia pada Juli 213 yang menunjukkan masih berlanjutnya penurunan indeks keyakinan konsumen sejalan dengan masih berlanjutnya sentimen negatif konsumen terhadap kondisi perekonomian dan ekspektasi terhadap kondisi perekonomian ke depan yang lebih buruk. Pesimisme dan kekuatiran terhadap kondisi perekonomian secara umum juga searah dengan 37

48 tren penurunan konsumsi barang kebutuhan tahan lama serta ekspektasi dalam melakukan kegiatan usaha (Grafik V.4). Mencermati dinamika perekonomian yang terjadi sepanjang triwulan laporan, ditengarai kecenderungan terbatasnya belanja rumah tangga masih akan terus berlanjut. Peningkatan konsumsi diprediksi hanya akan terjadi pada awal triwulan III 213 dimana terdapat siklus musiman Lebaran. Namun, konsumsi rumah tangga yang cukup tinggi pada bulan Juli hingga pertengahan Agustus diperkirakan mampu mendorong pertumbuhan konsumsi yang lebih tinggi. Selain itu, terlihat masih adanya cukup optimisme terhadap level penghasilan. Hal ini tak lepas dari faktor kondusifnya pasar tenaga kerja khususnya tenaga kerja dengan keahlian di sektor industri berteknologi sedang-tinggi, konstruksi, komunikasi dan jasa. Meskipun demikian, indeks ketersediaan lapangan kerja sedikit menurun memasuki triwulan III 213 (Grafik V.3). Indeks Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Ketersediaan Lap. Kerja Optimis Pesimis INDEKS Ekspektasi Kegiatan Usaha 6 bln yad Indeks Konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lama Grafik V.3 Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Penghasilan dan Lapangan Kerja Grafik V.4 V Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha dan Ketepatan Pembelian Barang Tahan Lama Seperti halnya konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah juga diprakirakan tumbuh lebih tinggi pada triwulan III 213 sesuai pola musimannya. Pertumbuhan konsumsi pemerintah terutama didukung oleh penyaluran gaji ketiga belas dan meningkatnya belanja modal. Gaji ketigabelas untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang direalisasikan pada bulan Juli 213 menjelang Lebaran diprediksi akan mendukung peningkatan belanja pemerintah di triwulan III 213. Selain itu, realisasi belanja pemerintah juga diperkirakan meningkat signifikan terutama dengan dukungan realisasi belanja modal serta belanja barang dan jasa yang lebih besar. Realisasi investasi i di Jakarta pada triwulan III 213 diper erkirakan tumbuh terbatas. Pertumbuhan investasi di Jakarta pada triwulan III 213 diprakirakan sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan laporan, sejalan dengan masih kuatnya konsumsi domestik and potensi peningkatan permintaan global. Adapun sebagian besar investasi di Jakarta saat ini diperkirakan masih berorientasi untuk pemenuhan pasar domestik mengingat kondisi global yang belum sepenuhnya pulih. Investasi non bangunan terutama terfokus pada 38

49 revitalisasi mesin produksi di sektor industri dalam rangka meningkatkan efisiensi, produktivitas dan fleksibilitas. Kenaikan upah buruh dan TTL mendorong pelaku usaha terutama di sektor industri untuk meningkatkan proses automatisasi dengan investasi di mesin yang efisien dalam penggunaan energi. Selain itu, investasi non bangunan juga diperkirakan pada sektor pengangkutan dan komunikasi. Sejalan dengan komitmen untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan transportasi publik, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus mendorong peremajaan moda transportasi. Semakin mahalnya biaya bahan bakar kendaraan (BBM) juga menjadi pertimbangan dari peningkatan investasi di subsektor pengangkutan. Sementara, investasi di subsektor komunikasi diprediksi juga tetap berlanjut di triwulan II 213 terutama untuk infrastruktur komunikasi. Sedangkan di sektor jasa, investasi diprediksi pada level yang terbatas walaupun terdapat potensi peningkatan belanja Pemilu 214. Investasi bangunan diperkirakan tumbuh meningkat pada triwulan III 213 dengan dukungan permintaan yang relatif masih cukup kuat pada properti komersial khususnya untuk hunian dan kantor. Rencana kenaikan suku bunga KPR terkait dengan kenaikan BI rate sebagai suku bunga acuan ditengarai tidak memberikan dampak yang cukup besar pada permintaan properti khususnya pada hunian komersial. Berbagai penawaran promosi properti saat ini juga turut menopang kuatnya tingkat permintaan. Investor properti diyakini masih cukup optimis walaupun disadari bahwa nilai imbal hasil dari investasi properti berpotensi lebih rendah dibandingkan 212. Sementara, investasi di properti komersial khususnya ruang ritel diperkirakan akan stagnan sejalan dengan terbatasnya aktivitas bisnis dan perdagangan dengan adanya perlambatan ekonomi domestik. Di sisi lain, investasi bangunan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah terutama pada pembangunan prasarana dan sarana fisik termasuk infrastruktur diperkirakan akan meningkat di triwulan III 213. sejalan dengan peningkatan realisasi belanja modal. Investasi dari i sumber PMA diperkirakan tumbuh stabil, sedangkan dari sumber PMDN diperkirakan tumbuh terbatas pada triwulan III I 213. Masih berlanjutnya kebijakan stimulus (Quantitative Easing) oleh negara maju (Amerika Serikat dan Jepang) akan mendukung aliran dana investasi asing ke Jakarta. Perlemahan nilai tukar Rupiah juga akan mendukung investasi dari sumber PMA. Selain itu, survei daya saing daerah yang menempatkan Jakarta di peringkat pertama diyakini akan mendukung investasi asing ke Jakarta. Sementara, investasi dari sumber PMDN diperkirakan tumbuh terbatas di tengah perlambatan ekonomi domestik, kenaikan suku bunga dan meningkatnya nilai tukar Rupiah. 39

50 Kinerja ekspor pada triwulan III I 213 diperkirakan membaik sejalan dengan peningkatan permintaan global secara bertahap ( gradual). (gradual Peningkatan ekspor produk Jakarta diperkirakan pada produk kendaraan dan bagiannya dengan tujuan negara ASEAN dan Jepang. Demikian pula ekspor mesin dan peralatan listrik juga berpotensi untuk tumbuh lebih tinggi terutama dengan adanya perlemahan nilai tukar Rupiah. Sedangkan kenaikan ekspor pakaian jadi diperkirakan ke negara Uni Eropa dan Amerika Serikat. Selain adanya peningkatan volume ekspor, diprediksi juga terdapat peningkatan negara tujuan ekspor terutama ke kawasan Timur Tengah. Perlambatan ekonomi negara mitra dagang utama Jakarta seperti China ditengarai tidak memberikan dampak yang signifikan kepada kinerja ekspor produk Jakarta. Peningkatan ekspor tertinggi sepanjang 213 ke Singapura diperkirakan terus berlanjut, walaupun telah ada berbagai upaya yang difasilitasi Kementerian Perdagangan untuk bekerjasama langsung dengan negara tujuan barang ekspor Indonesia tanpa harus melalui Singapura. PDRB Sisi Permintaan Tabel V.5 Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Sisi Permintaan Jakarta (%, yoy) p II III IV Total I II III IV Total I II III-p Total-p Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Investasi Ekspor Impor P D R B Sumber: BPS DKI Jakarta P Perkiraan Bank Indonesia 2. Prospek Sektoral Di sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan III 213 didukung oleh sektor PHR, pengangkutan dan komunikasi,, konstruksi, jasa serta sektor industri. Peningkatan kinerja sektor PHR dipengaruhi oleh pola musiman kenaikan konsumsi rumah tangga pada masa puasa dan Lebaran. Di tengah indikasi terbatasnya konsumsi yang antara lain ditunjukkan oleh indeks konsumsi barang tahan lama, namun konsumsi bahan makanan, minuman dan pakaian jadi diyakini meningkat tajam menjelang Lebaran. Berbagai promosi penjualan terkait event Lebaran yang diadakan berpotensi mendorong penjualan dan aktivitas perdagangan. Masa tahun ajaran baru yang bersamaan waktunya dengan masa persiapan Lebaran juga mendukung kinerja perdagangan di Jakarta. Perdagangan Jakarta dengan kawasan lain juga ditengarai meningkat di triwulan III 213 khususnya untuk produk makanan jadi dan pakaian jadi (garmen) dimana 4

51 terdapat peningkatan permintaan dari konsumen di daerah lain. Hal tersebut diperkirakan menopang kinerja dunia usaha termasuk bisnis hotel yang juga mengalami peningkatan okupansi pada masa libur sekolah (Juli 213). Namun, tingkat okupansi hotel di Jakarta pada umumnya mengalami penurunan pada masa libur Lebaran, berbeda halnya dengan okupansi hotel di daerah yang cenderung meningkat dengan meningkatnya kunjungan. Bisnis restoran juga sedikit mengalami penurunan pendapatan pada masa puasa, walaupun diyakini pendapatan akan kembali meningkat seusai Lebaran. Ekspektasi kegiatan usaha dalam 6 bulan ke depan memperlihatkan tren penurunan yang cukup dalam yang disebabkan oleh adanya sentimen negatif dari kenaikan harga-harga sebagai dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi dan Tarif Tenaga Listrik (TTL). Inflasi yang cukup tinggi mendorong kenaikan suku bunga yang juga memberikan faktor risiko dalam berusaha. Perlemahan nilai tukar Rupiah yang terus berlangsung juga memberikan ekspektasi negatif pada pelaku usaha. Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi juga diperkirakan meningkat di triwulan III 213. Peningkatan kinerja di sektor pengangkutan dan komunikasi juga merupakan dampak dari kegiatan Lebaran dimana sesuai pola musimannya mendorong pertumbuhan pengangkutan barang dan penumpang serta penggunaan jasa telekomunikasi. Sebagai antisipasi lonjakan jumlah penumpang mudik Lebaran, dilakukan penambahan armada angkutan darat, laut dan udara wilayah Jakarta. Peningkatan kunjungan pada masa libur sekolah juga diperkirakan turut mendukung pertumbuhan subsektor pengangkutan pada triwulan III 213. Tren peningkatan arus bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok terkait dengan kenaikan impor yang cukup signifikan pada awal triwulan III 213 diperkirakan turut memberikan dampak positif pada kinerja subsektor pengangkutan. Sementara itu, peningkatan kinerja subsektor komunikasi didukung oleh penggunaan jasa telekomunikasi yang lebih tinggi pada masa Lebaran. Sektor konstruksi diprediksi tumbuh sedikit meningkat pada triwulan III 213. Peningkatan kinerja sektor konstruksi terutama disebabkan oleh dimulainya berbagai proyek infrastruktur dalam skala besar, utamanya proyek pembangunan MRT Tahap 1 dan monorel yang telah selesai proses kontraknya. Disamping itu, beberapa proyek pembangunan infrastruktur yang tengah berjalan saat ini (tol akses Tanjung Priok, jalur kereta Bandara Soekarno-Hatta dan pelabuhan Kalibaru) masih akan terus berlanjut di triwulan III 213. Meskipun demikian, pertumbuhan sektor konstruksi relatif tertahan di awal triwulan III 213 terkait dengan penurunan aktivitas pembangunan fisik pada masa puasa dan perkiraan adanya penundaan beberapa pembangunan konstruksi terutama proyek-proyek pemerintah hingga setelah Lebaran. Sedangkan proyek konstruksi properti komersial 41

52 diperkirakan hanya mengalami perlambatan pada masa libur Lebaran. Pertumbuhan kinerja sektor konstruksi yang lebih tinggi di triwulan mendatang juga terkait dengan outlook properti komersial yang masih cukup baik terutama untuk hunian dan kantor sewa. Tabel V.6 Outlook Properti Komersial Jakarta Kantor Sewa Q1-213 Outlook g(qtq) g(yoy) (12 Bulan) Okupansi.1% -1.6% Sewa Ruang Kantor Kelas A 15.9% 41.2% Penyerapan (Meter Persegi) -58.6% -52.5% Retail Sewa Q1-213 (Sewa) Outlook g(qtq) g(yoy) (12 Bulan) Jakarta Lokasi Zona Primer Lokasi Zona Sekunder Sumber: Cushmann Wakefield Indonesia, diolah Sektor industri pengolahan Jakarta diperkirakan tumbuh terbatas pada triwulan III 213. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh adanya indikasi perbaikan ekspor manufaktur. Pertumbuhan sektor industri juga terkait dengan peningkatan produksi untuk mengantisipasi peningkatan permintaan pada masa puasa dan lebaran, khususnya pada industri makanan dan minuman, pakaian jadi dan kendaraan bermotor. Permintaan akan kendaraan bermotor baru pada masa menjelang Lebaran memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan industri kendaraan bermotor serta suku cadang di Jakarta. Sementara, industri percetakan dan media rekaman juga berpotensi tumbuh meningkat di triwulan III 213 sejalan dengan maraknya iklan (promosi) produk konsumsi pada masa menjelang Lebaran melalui media cetak maupun elektronik. Selain itu, peningkatan belanja kampanye Pemilu 214 juga turut mendukung kinerja industri percetakan dan media rekaman di Jakarta. Sektor jasa keuangan, real estate (persewaan), dan jasa perusahaan diperkirakan tumbuh melambat pada triwulan III I I 213. Perlambatan pertumbuhan sektor jasa khususnya jasa keuangan terkait dengan menurunnya kinerja jasa perbankan dan pasar modal. Penyaluran kredit yang menurun sebagai akibat dari perlambatan ekonomi dan kenaikan suku bunga akan berpengaruh pada pendapatan perbankan. Pendapatan dari fee based juga diperkirakan menurun dengan terbatasnya penggunaan jasa consumer banking. Di sisi lain, pendapatan lembaga keuangan non perbankan berpotensi meningkat dengan adanya peningkatan penjualan kendaraan bermotor dengan sistem kredit dan suku bunga yang kompetitif. Sementara itu, prospek pasar modal di triwulan III 213 tetap menunjukkan adanya 42

53 tekanan terkait dengan potensi penarikan dana modal asing (capital outflow) sejalan dengan membaiknya ekonomi di beberapa negara maju terutama Amerika Serikat. Perlemahan nilai tukar Rupiah yang terus berlanjut juga diperkirakan memberikan sentimen negatif terhadap kinerja pasar modal. Tabel V.7 Pertumbuhan dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (%, yoy) PDRB Sisi Sektoral p II III IV Total I II III IV Total I II III-p Total-p 1. Pertanian Pertambangan dan penggalian (.6)-(.2) 3. Industri pengolahan Listrik gas dan air bersih Konstruksi Perdagangan, hotel dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Jasa - jasa Sumber: BPS DKI Jakarta P Perkiraan Bank Indonesia PDRB C. Inflasi Inflasi Jakarta pada akhir triwulan III I 213 diperkirakan berada pada kisaran 8,3% - 8,7% (yoy). Meskipun dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi diperkirakan telah sebagian tercatat di akhir triwulan II 213, namun puncak dari peningkatan inflasi tertinggi diprediksi terjadi di Juli 213. Pada saat laporan ini ditulis, inflasi Jakarta di Juli 213 tercatat mencapai 3,16% (mtm) atau 8,41% (yoy). Memperhatikan kondisi tersebut, diperkirakan dampak kenaikan harga BBM bersubsidi dan tekanan inflasi dari sumber administered prices mulai menurun pada Agustus 213. Selain inflasi dari kelompok administered prices, belum membaiknya harga beberapa komoditas bahan makanan terkait pasokan yang terbatas juga menyebabkan peningkatan inflasi volatile foods. Mengingat tingginya permintaan menjelang Lebaranyang jatuh pada bulan Agustus 213, dapat diperkirakan masih cukup tingginya level harga beberapa komoditas bahan makanan dan juga produk pengangkutan. Kenaikan harga bahan makanan juga berpotensi berasal dari keterbatasan pasokan sebagai faktor dari penurunan produksi pangan domestik seiring dengan berakhirnya masa panen. Meskipun demikian, juga terdapat optimisme masuknya sejumlah bahan pangan impor menjelang Lebaranyang akan menstabilkan harga. Adapun risiko tekanan inflasi inti pada triiwulan II 213 diperkirakan terjadi dari kenaikan TTL tahap ketiga sesuai pentahapan yang dijadwalkan untuk keseluruhan 213. Selain itu, sesuai 43

54 dengan pola musiman, diperkirakan akan kembali terjadinya peningkatan inflasi pada komponen pendidikan terkait dengan tahun ajaran baru dan komponen transportasi sebagai dampak dari tarif khusus angkutan Lebaran. Di sisi lain, kenaikan suku bunga acuan dan juga masih rendahnya harga komoditas global seperti emas terkait dengan dinamika perekonomian secara umum, diprediksi dapat menjaga inflasi inti. Peningkatan harga aset properti juga diperkirakan terbatas sejalan dengan kenaikan suku bunga. Hasil survei menujukkan ekspektasi kenaikan harga properti hanya terjadi di properti tipe besar. Survei Konsumen Bank Indonesia menunjukkan bahwa ekspektasi inflasi masyarakat Jakarta pada pertengahan triwulan III 213 mulai menunjukkan tren menurun berkaitan dengan berakhirnya Lebaranyang secara musiman memberikan tekanan permintaan serta dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi. Namun, upaya pengendalian inflasi, khususnya dalam menjamin kelancaran distribusi dan ketersediaan pasokan bahan makanan di wilayah DKI Jakarta, harus tetap menjadi prioritas ke depan Indeks % Perubahan harga umum 3 bulan yad Perubahan harga umum 6 bulan yad I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Tipe Kecil Tipe Menengah Tipe Besar Grafik V.6 Ekspektasi Inflasi Grafik V.7 Ekspektasi Peningkatan Harga Properti (qtq) 44

55 BOKS 2 Daya Dukung Pelabuhan Barang Jakarta Semenjak pertengahan Juni 213, kapasitas utilisasi di pelabuhan Tanjung Priok telah melewati 1%. Seiring dengan pola musiman peningkatan impor menjelang masuknya masa puasa dan Lebaran di 213, terjadi penumpukan barang dan peningkatan waktu tunggu kapal di pelabuhan Jakarta. Hal tersebut khususnya terjadi di pelabuhan peti kemas Tanjung Priok yang mana yard occupancy ratio (yor) telah mencapai 11% dan dwelling time (waktu sandar kapal) mencapai 7,8 hari, naik dari sebelumnya rata-rata 6 hari di 211 dan 212. Idealnya yor sekitar 65% dan dwelling time sekitar 4 hari untuk menyamai produktivitas dari pelabuhan lain di kawasan (Tabel 2.1). Diperkirakan lebih dari 3 kontainer tertahan akibat dari panjangnya proses administrasi pengeluaran barang (clearance) yang ditengarai turut memberikan dampak pada kestabilan pasokan dan harga beberapa komoditas impor (kecuali makanan). Akumulasi peti kemas yang awalnya dari impor bahkan telah berimbas pada terganggunya aktivitas pengangkutan peti kemas ekspor maupun distribusi domestik. Pengapalan mobil domestik telah dialihkan ke tempat penampungan sementara di luar area pelabuhan. Kondisi tersebut mendorong kenaikan biaya yang cukup tinggi bagi importir dan eksportir mengingat adanya denda progresif dari penggunaan lahan penyimpanan peti kemas di area pelabuhan. Tabel 2.1. Waktu Tunggu Kapal di Pelabuhan Tanjung Priok Sumber : Studi Bank Dunia Jakarta, 211 Selain masalah daya dukung pelabuhan, kondisi infrastruktur jalan pelabuhan juga sudah tidak memadai lagi. Pergerakan kendaraan di jalan pelabuhan yang telah melebihi kapasitasnya maupun kondisi fisik jalan pelabuhan yang mengalami kerusakan turut memperlambat proses 45

56 pengeluaran peti kemas. Kontak liaison dari industri logistik yang beroperasi di wilayah Jakarta mengindikasikan adanya potensi risiko yang cukup besar dari bottleneck di Pelabuhan Tanjung priok apabila tidak ditangani secara tuntas. Pola musiman kenaikan impor barang untuk persiapan Lebaran dan terlampauinya kapasitas terpasang di Pelabuhan Tanjung Priok perlu diantisipasi secara dini untuk menghindari gangguan distribusi barang yang berpotensi menyumbang inflasi. Biaya logistik di wilayah Jabodetabek sendiri termasuk salah satu yang cukup tinggi di Indonesia mengingat kepadatan angkutan barang (Tabel 2.2). Grafik 2.1 Penumpukan Kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok Grafik 2.2 Kepadatan dan Kondisi Jalan Pelabuhan di Jakarta Tabel 2.2. Biaya Logistik (USD/km persegi) Sumber : LPEM UI, 25 Daya dukung pelabuhan barang Jakarta yang sudah tidak memadai lagi perlu diantisipasi dengan perencanaan yang komprehensif. Selain pembangunan jalan akses khusus pelabuhan dan perluasan pelabuhan ke Kali Baru, perlu dipikirkan integrasi yang lebih baik dengan sistem dryport yang telah dibangun di Cikarang. Pertumbuhan volume barang melalui Cikarang Dryport sendiri sangat signifikan, yakni diatas 9% sepanjang 3 tahun terakhir. Terkait dengan hal tersebut, dukungan dan koordinasi antar instansi memegang peranan penting. 46

Kajian Ekonomi Regional Provinsi

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kajian Ekonomi Regional Provinsi Halaman ini sengaja dikosongkan Kata Pengantar Perekonomian Jakarta pada triwulan II 213 tumbuh sebesar 6,3% (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan I 213.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta

Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Triwulan II 2013 Halaman ini sengaja dikosongkan ii Kata Pengantar Perekonomian Jakarta pada triwulan II 2013 tumbuh sebesar 6,30% (yoy), sedikit melambat dibandingkan

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2013

ii Triwulan I 2013 ii Triwulan I 2013 iii iv Triwulan I 2013 v vi Triwulan I 2013 vii viii Triwulan I 2013 Indikator 2010 2011 2012 2013 Total Total I II III IV Total I Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

Triwulan III 2014 ii

Triwulan III 2014 ii ii Triwulan III 214 iii iv Triwulan III 214 v vi Triwulan III 214 TABEL INDIKATOR PEREKONOMIAN DKI JAKARTA Indikator 21 211 212 213 214 Total Total I II III IV Total I II III IV Total I II III Ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

Triwulan IV Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan IV Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan IV 12 1 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena dengan petunjuk serta ridha-nya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 2013 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan IV 213 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA i Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2007 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan terus berlanjut pada triwulan IV-2007. PDB triwulan IV-2007 diprakirakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan IV 213 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses

Lebih terperinci

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Perkembangan Terkini, Tantangan, dan Prospek Ekonomi Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Disampaikan pada MUSRENBANG RKPD 2017 KOTA BALIKPAPAN OUTLINE 2 Perekonomian Nasional Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Triwulan III 2012 ii

Triwulan III 2012 ii ii Triwulan III 2012 iii iv Triwulan III 2012 v vi Triwulan III 2012 vii viii Triwulan III 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan I tahun 213 tumbuh sebesar 4,17% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,18% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci