Kajian Ekonomi Regional Provinsi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Ekonomi Regional Provinsi"

Transkripsi

1

2

3 Kajian Ekonomi Regional Provinsi

4 Halaman ini sengaja dikosongkan

5 Kata Pengantar Perekonomian Jakarta pada triwulan II 213 tumbuh sebesar 6,3% (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan I 213. Perlambatan ini terutama disebabkan oleh melambatnya investasi dan ekspor. Sementara itu, konsumsi masih tumbuh cukup kuat sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi berada di atas 6,%. Secara sektoral, melambatnya pertumbuhan ekonomi Jakarta bersumber dari sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan. Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional dalam triwulan laporan sebesar 5,81% (yoy), pertumbuhan ekonomi Jakarta masih lebih tinggi. Inflasi Jakarta pada triwulan II 213 tercatat sebesar 5,67% (yoy). Realisasi inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu, karena koreksi beberapa harga komoditas hortikultura seperti bawang putih, bawang merah, dan tomat sayur selama triwulan laporan. Kendati demikian, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada akhir triwulan laporan menahan penurunan inflasi lebih lanjut. Dampak kenaikan BBM tersebut diperkirakan mencapai puncaknya pada awal triwulan mendatang. Perekonomian Jakarta pada triwulan III 213 diprakirakan sebesar 6,2% - 6,6% (yoy), dengan inflasi berada di kisaran 8,3% - 8,7% (yoy). Relatif stabilnya perekonomian Jakarta ditopang oleh masih kuatnya konsumsi domestik dan membaiknya investasi. Secara sektoral, prakiraan pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh tiga sektor utama yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan; dan sektor pengangkutan dan komunikasi, serta akselerasi konsumsi pemerintah pada triwulan mendatang. Sementara itu, kenaikan harga BBM pada tanggal 22 Juni 213 diprakirakan memberikan tekanan inflasi yang tinggi, khususnya pada awal triwulan III 213. Secara keseluruhan tahun 213, ekonomi Jakarta diprakirakan tumbuh sebesar 6,2% - 6,6% (yoy) Uraian lebih rinci terkait perkembangan terkini dan prospek perekonomian Jakarta disajikan dalam publikasi Regional (KER) Provinsi. Tujuan dari penyusunan KER triwulanan ini selain untuk memenuhi kepentingan Bank Indonesia dalam mendukung perumusan kebijakan moneter, juga diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi pembuat kebijakan publik di Jakarta. Akhir kata, semoga kajian ini dapat memberi manfaat bagi pembangunan ekonomi di Jakarta. Jakarta, Agustus 213 GRUP ASESMEN EKONOMI Wiwiek Sisto Widayat Direktur Eksekutif V

6 Halaman ini sengaja dikosongkan

7 KATA PENGANTAR Daftar isi halaman V RINGKASAN UMUM halaman IX TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI DKI JAKARTA BAB I. EKONOMI MAKRO REGIONAL A. Dinamika Sisi Permintaan Perekonomian Jakarta B. Dinamika Sektor Ekonomi Utama Jakarta Boks 1: Infrastruktur dan Daya Saing Ekonomi Jakarta halaman X halaman 1 halaman 1 halaman 7 halaman 13 BAB II. INFLASI Boks 2: Kenaikan Harga Properti halaman 15 halaman 18 BAB III. PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN A. Intermediasi Perbankan B. Sistem Pembayaran halaman 21 halaman 21 halaman 25 BAB IV. KEUANGAN PEMERINTAH A. Pendapatan Daerah B. Belanja Daerah C. Pembiayaan Daerah halaman 27 halaman 27 halaman 28 halaman 3 BAB V. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Ketenagakerjaan Kesejahteraan halaman 33 halaman 33 halaman 35 BAB VI. PROSPEK PEREKONOMIAN JAKARTA A. Pertumbuhan Ekonomi B. Inflasi Boks 3: Daya Dukung Pelabuhan Barang Jakarta halaman 37 halaman 37 halaman 41 halaman 42 VII

8 Halaman ini sengaja dikosongkan

9 Ringkasan Umum Pada triwulan II 213, ekonomi Jakarta tumbuh sebesar 6,3% (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan I 213. Perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut terutama disebabkan oleh melambatnya investasi dan ekspor. Sementara itu, konsumsi masih tumbuh cukup kuat sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi tetap berada di atas 6,%. Secara sektoral, melambatnya pertumbuhan ekonomi Jakarta bersumber dari sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan. Inflasi Jakarta pada akhir triwulan II 213 tercatat sebesar 5,67% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan periode akhir triwulan sebelumnya yang mencapai 5,7% (yoy). Lebih rendahnya inflasi dipengaruhi oleh koreksi harga beberapa komoditas pangan di dua bulan pertama pada triwulan laporan. Namun, tekanan inflasi pada akhir triwulan mengalami peningkatan terkait dengan kenaikan harga BBM bersubsidi. Penyaluran kredit perbankan di Jakarta selama triwulan laporan menunjukkan adanya perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan penyaluran kredit terutama terjadi pada kredit investasi. Sedangkan pertumbuhan kredit konsumsi dan kredit modal kerja masih mengalami perlambatan. Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, sementara risiko kredit tercatat relatif rendah. Dana Pihak Ketiga (DPK) di perbankan juga mengindikasikan adanya tren peningkatan. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi tercatat sebesar Rp8,2 triliun atau 17,6% dari target yang ditetapkan. Penyerapan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal tersebut disebabkan oleh permasalahan teknis dan proses pengadaan. Kondisi ketenagakerjaan Provinsi menunjukkan perkembangan membaik. Hal tersebut tercermin dari penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan peningkatan kualitas tenaga kerja. Perbaikan tersebut turut mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. Namun, rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauh dari Garis Kemiskinan Perekonomian Jakarta pada triwulan III 213 diprakirakan tumbuh sekitar 6,2% - 6,6% (yoy). Prediksi kenaikan pertumbuhan ekonomi didorong oleh masih kuatnya konsumsi terkait dengan daya beli yang masih memadai. Inflasi pada akhir triwulan III 213 diprakirakan sebesar 8,3% - 8,7%, meningkat signifikan sebagai dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM bersubsidi dan harga pangan. IX

10 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Indikator Total Total I II III IV Total I II Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) Berdasarkan Sektor: 1 Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Usaha Jasa-jasa Berdasarkan Permintaan: 1 Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah PMTB Ekspor Impor Ekspor - Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 8,398 1,973 2,958 2,891 2,787 2,942 11,578 2,765 2,75 - Volume Ekspor non Migas (ribu ton) 2,22 2, , Impor - Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 44,527 57,46 15,425 17,315 15,347 15,79 63,877 14,463 16,461 - Volume Impor Non Migas (ribu ton) 24,394 27,663 7,423 7,879 7,213 7,868 3,382 7,347 11,554 Indeks Harga Konsumen Laju Inflasi Tahunan (%, yoy) Perbankan Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) 1,198 1,417 1,411 1,478 1,511 1,63 1,63 1,636 1,78 - Tabungan Giro Deposito Kredit (Rp Triliun) 864 1,8 1,114 1,21 1,243 1,311 1,35 1,336 1,44 - Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (Rp Triliun) n.a Loan to Deposit Ratio (%) NPL Gross (%) Sistem Pembayaran Transaksi RTGS - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Triliun) - Rata-rata Harian Volume Transaksi (ribu) Transaksi Kliring (Rp Triliun) - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Triliun) - Rata-rata Harian Volume Transaksi (ribu) X

11 BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL Pada triwulan II 213, ekonomi Jakarta tumbuh sebesar 6,3% (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan I 213. Pertumbuhan ekonomi Jakarta ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,8% (yoy). Perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh investasi dan ekspor khususnya investasi nonbangunan dan ekspor nonmigas. Sementara itu, konsumsi masih tumbuh cukup kuat sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi tetap berada di atas 6,%. Kuatnya konsumsi terkait dengan masih terjaganya daya beli. Secara sektoral, melambatnya pertumbuhan ekonomi Jakarta bersumber dari sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan. A. Dinamika Sisi Permintaan Perekonomian Jakarta Konsumsi Jakarta tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan II 213 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga terutama didukung oleh pola musiman libur sekolah dan persiapan menjelang masa puasa. Pada waktu tersebut berbagai event penjualan untuk menggairahkan aktivitas belanja masyarakat dilakukan. Namun, pertumbuhan konsumsi yang lebih tinggi pada triwulan berjalan juga terkait dengan relatif rendahnya kinerja konsumsi pada triwulan I 213 sebagai akibat dari banjir yang melanda wilayah. Hal yang sama juga terjadi pada kinerja pertumbuhan konsumsi pemerintah, yang menunjukkan perbaikan secara triwulanan terkait dengan realisasi belanja yang rendah pada triwulan I 213 sebagai akibat dari keterlambatan pengesahan APBD. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II 213 tercatat sebesar 5,9% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut memberikan kontribusi yang signifikan pada pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) Jakarta, mengingat pangsa konsumsi rumah tangga pada PDRB Jakarta yang besar. Namun, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II 213 ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 212 yang mencapai 6,4% (yoy). Survei penjualan eceran mengonfirmasi pertumbuhan penjualan barang eceran yang lebih baik dari triwulan sebelumnya, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan penjualan eceran sesuai pola musiman menjelang Lebaran dalam 3 tahun terakhir (Grafik I.1). Peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan juga terkait dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 213 yang mengalami kontraksi cukup dalam sebagai akibat dari banjir. Sentimen atau persepsi negatif masyarakat terhadap kondisi perekonomian pada triwulan laporan juga memiliki andil pada terbatasnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia menunjukkan tren penurunan persepsi masyarakat yang cukup dalam hingga berada di bawah batas ambang optimisme (Grafik I.2). Pesimisme terhadap kondisi perekonomian domestik saat ini tak lepas dari dinamika pemulihan ekonomi global yang relatif lamban. Di samping itu, perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga diperkirakan sebagai pengaruh dari ekspektasi inflasi yang meningkat signifikan terkait dengan proses pengambilan 1

12 kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi. Selain itu, perlemahan nilai tukar sebagai pengaruh dari kondisi ketidakseimbangan pada neraca perdagangan dan faktor global juga diperkirakan mendorong pesimisme terhadap kondisi perekonomian. Mencermati dinamika perekonomian yang terjadi sepanjang triwulan laporan, kecenderungan pembatasan pengeluaran rumah tangga telah terlihat. Hal ini juga terindikasi dari penyaluran kredit konsumsi yang relatif stagnan di Jakarta (Grafik I.3). Meski demikian, level penghasilan dan ekspektasi terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan tetap terjaga (Grafik I.4). Grafik I.1 Indeks Penjualan Eceran Grafik I.2 Indeks Keyakinan Konsumen % Indeks Penjualan Eceran (rhs) 6 g.indeks Penjualan Eceran (yoy) Indeks Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Optimis Pesimis Grafik I.5 Perkembangan Kredit Konsumsi Grafik I.4 Ekspektasi Konsumen terhadap Penghasilan dan Lapangan Kerja Triliun Rp Nilai Kredit Konsumsi Growth Riil (%,yoy) -skala kanan %, yoy Indeks Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Ketersediaan Lap. Kerja Optimis Pesimis Grafik V.5 Perkembangan Belanja Pemerintah Daerah Grafik I.6 Realisasi Investasi di Jakarta I II III IV I II III IV I II III IV I II Persentase Realisasi Total Belanja Persentase Realisasi Belanja Modal g.realisasi Belanja Daerah Sumber : BPKD Provinsi Juta USD/Triliun Rp I II III IV I II III IV I II III IV I II Realisasi Investasi PMA Realisasi Investasi PMDN Sumber : BKPM 2

13 Konsumsi pemerintah tercatat tumbuh sebesar 2,8% (yoy) pada triwulan II 213. Pertumbuhan konsumsi pemerintah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal tersebut disebabkan oleh lebih rendahnya penyerapan anggaran belanja Pemerintah Pusat dan Daerah pada tahun berjalan. Penyerapan total anggaran belanja Pemerintah Pusat hingga semester I 213 baru mencapai 35,2% dengan belanja modal hanya terealisasi sebesar 18,1%, walaupun realisasi belanja pegawai mencapai 45,9% dan belanja barang mencapai 22,2%. Realisasi belanja Pemerintah Pusat, yang sangat berpengaruh di Jakarta sebagai ibukota pemerintahan, pada semester I 213 ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan capaian pada semester I 212 yang mencatat penyerapan total anggaran belanja sebesar 4,7%. Salah satu faktor yang menyebabkan penyerapan anggaran pada semester I 212 lebih tinggi dari semester I 213 adalah lebih awalnya pencairan gaji ke-13 yang dilakukan pada bulan Juni. Sedangkan pada tahun 213, pencairan baru dilakukan pada awal triwulan III (Juli 213). Dari sisi belanja Pemerintah Daerah juga terjadi penurunan penyerapan anggaran yang cukup signifikan. Hingga akhir triwulan II 213, realisasi belanja Provinsi hanya mencapai 17,6%, dengan belanja modal hanya terealisasi sebesar 2,87% dari pagu APBD-P (Grafik I.6). Sebagai perbandingan, pada periode yang sama tahun 212, total belanja Provinsi telah mencapai 23,7%. Di tengah berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah Pusat maupun Daerah untuk mengakselerasi realisasi belanja, masih ditemui berbagai masalah terkait dengan proses administrasi pengadaan terutama untuk pengadaan jasa, di antaranya proses kualifikasi vendor. Namun, secara triwulanan, kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan laporan mengalami peningkatan yang signifikan (25,9% qtq) mengingat realisasi anggaran pemerintah yang sangat rendah pada triwulan I 213. Pertumbuhan investasi di Jakarta pada triwulan II 213 melambat terutama di investasi nonbangunan. Pertumbuhan investasi tercatat sebesar 5,% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,9%. Perlambatan pertumbuhan investasi dipengaruhi oleh masih adanya ketidakpastian ekonomi global dan indikasi semakin melambatnya ekonomi domestik yang berdampak pada penundaan atau pembatalan rencana ekspansi bisnis dan investasi. Dinamika ekonomi domestik dengan risiko perlambatan konsumsi rumah tangga menjadi salah satu perhatian dan pertimbangan investor. Di samping itu, potensi kenaikan suku bunga acuan sebagai dampak dari peningkatan inflasi, perlemahan mata uang rupiah dan kebijakan menjelang Pemilu juga ditengarai memberikan sentimen negatif terhadap kinerja pertumbuhan investasi pada triwulan laporan. Adapun perlambatan pertumbuhan investasi nonbangunan sebagian besar terjadi pada sektor industri manufaktur, sejalan dengan melambatnya impor barang modal berupa mesin, peralatan serta alat angkutan (Grafik I.1). Selain itu, rencana ekspansi produksi manufaktur lebih diarahkan ke luar wilayah Jakarta mengingat harga lahan industri yang jauh lebih rendah dan infrastruktur yang lebih memadai. Sementara itu, investasi bangunan relatif stabil dengan masih terjaganya permintaan pada produk properti komersial dan residensial. Tingkat okupansi apartemen sewa dan kondominium masih dalam tren meningkat (Grafik I.7 dan I.8), sedangkan untuk ritel dan kantor cenderung stabil. Dari kontak liaison diperoleh informasi terkait ekspansi dan revitalisasi outlet ritel untuk mendukung peningkatan penjualan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Realisasi investasi dari sumber Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada triwulan II 213 mengalami penurunan. Dari target total investasi sebesar Rp59,7 triliun dalam tahun 213, realisasi investasi di Jakarta hingga akhir semester I 213 diperkirakan baru mencapai Rp17,6 triliun atau sekitar 3% dari yang ditargetkan. Investasi PMDN mencapai Rp1,3 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya maupun apabila dibandingkan dengan realisasi pada 2 tahun terakhir (Grafik I.6). Jumlah proyek investasi PMDN juga mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, realisasi investasi PMDN pada triwulan II 213 mengalami penurunan yang lebih dalam dibandingkan dengan triwulan I 213. Hal tersebut sejalan dengan penurunan indeks ekspektasi kegiatan dunia usaha yang terjadi semenjak awal tahun 213 sebagai pengaruh 3

14 dari sentimen negatif pelaku usaha dan investor domestik terhadap kondisi perekonomian domestik. Sementara itu, investasi dari sumber Penanaman Modal Asing (PMA) pada triwulan laporan mengalami peningkatan yang ditengarai sebagai dampak dari berlanjutnya kebijakan stimulus di negara maju yang mendorong ketersediaan dana investasi. Realisasi investasi PMA di triwulan II 213 sebesar USD96.7 juta dengan total jumlah proyek sebanyak 872 proyek. Investasi PMA hingga triwulan laporan terfokus pada sektor transportasi, pergudangan dan telekomunikasi yang dianggap prospektif di Jakarta (Table I.1) dan didominasi oleh negara Singapura, Belanda dan Jepang (Tabel I.2). Negara Tabel I.1 Realisasi Investasi PMA berdasarkan Sektor di Jakarta Proyek (Hingga Triwulan II) Nilai Investasi (Ribu U$D) Proyek Nilai Investasi (Ribu U$D) Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi 51 2,79, ,426 Perdagangan dan Reparasi , ,738 Jasa Lainnya , ,947 Industri Alat Angkutan dan Transportasi Lainnya 1 169, ,344 Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 43 75, ,764 Pertambangan 39 31, ,62 Industri Logam Dasar, Mesin dan Elektronik 16 19, ,64 Konstruksi 38 23, ,434 Hotel dan Restoran 2 66, ,254 Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi 13 9,47 2 9,11 Sumber : BKPM Tabel I.2 Negara Asal Investasi PMA di Jakarta Negara Proyek (Hingga Triwulan II) Investasi (Ribu U$D) Proyek Investasi (Ribu U$D) Singapura 227 2,353, ,631 Belanda 38 5, ,63 Jepang , ,986 Gabungan Negara , ,639 Malaysia 79 41, ,26 British Virgin Islands 5 31, ,95 Korea Selatan 68 49, ,292 RR China 61 31, ,12 India 31 29, ,175 Hong Kong, RRC 3 4, ,564 Sumber : BKPM 4

15 Grafik I.7 Tingkat Okupansi Apartemen Sewa di Jakarta 1% 8% 6% 4% 2% Grafik I.8 Tingkat Okupansi Kondominium di akarta 1% 8% 6% 4% 2% % Sumber : Colliers Indonesia Kinerja pertumbuhan ekspor Jakarta pada triwulan II 213 kembali tumbuh melambat sebesar 4,7% (yoy) dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan ekspor Jakarta yang dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global sangat berpengaruh pada kinerja pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan laporan. Dibandingkan dengan tiga triwulan terakhir, pertumbuhan ekspor pada triwulan laporan merupakan yang terendah (Grafik I.9). Memburuknya kondisi perekonomian negara mitra dagang di Asia diprediksi sebagai faktor utama menurunnya permintaan ekspor produk Jakarta, terutama pada bulan akhir triwulan berjalan. Perlambatan ekspor produk Jakarta baik yang diekspor melalui pelabuhan di Jakarta maupun pelabuhan lainnya terutama pada produk manufaktur, yaitu kendaraan bermotor dan bagiannya, produk perikanan serta minyak nabati (CPO). Turunnya ekspor kendaraan bermotor terkait dengan penjualan kendaraan bermotor yang menurun di sebagian kawasan Asia. Hal yang sama juga dialami produsen kendaraan bermotor lainnya seperti Jepang dan China. Penurunan ekspor juga terjadi pada produk perikanan (ikan dan udang) baik untuk konsumsi langsung maupun sebagai bahan baku makanan olahan. Turunnya ekspor produk perikanan tersebut ditengarai untuk pasar tujuan China, Amerika dan Rusia, sedangkan ekspor ke negara Eropa dan Jepang masih prospektif. Adanya pengetatan standar mutu kualitas impor produk perikanan oleh beberapa negara juga diperkirakan berdampak pada penurunan ekspor. Sementara itu, penurunan ekspor minyak nabati (CPO) terkait dengan harga di pasar dunia yang masih rendah pada triwulan laporan. % Sumber : Colliers Indonesia Tabel I.3 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kontribusi/Sumber Pertumbuhan (yoy) Tw I 213 Tw II 213 Penggunaan Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah..1 PMTB Ekspor Impor Lapangan Usaha (Sektor) Pertanian.. Pertambangan dan Penggalian.. Industri Pengolahan.3.2 Listrik, Gas, dan Air Bersih.. Konstruksi.7.7 Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate, dan Jasa Usaha Jasa-jasa.9.9 Sumber : BPS %, yoy Grafik I.9 Pertumbuhan Nilai dan Volume Ekspor Jakarta g.value Ekspor Jakarta g.volume Ekspor (CMA) Jakarta

16 Impor Jakarta pada triwulan II 213 mengalami perlambatan pertumbuhan, walaupun secara nilai mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Laju pertumbuhan impor melalui Jakarta tercatat sebesar 3,2% (yoy) pada triwulan laporan, lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (4,3%). Namun, impor secara triwulanan naik sebesar 3,7% (qtq) atau secara nominal berdasarkan harga berlaku naik sebesar Rp9,71 triliun. Kenaikan impor terutama terjadi untuk barang kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri (Grafik I.11 dan Grafik I.12). Peningkatan impor untuk kedua jenis barang impor ini terkait dengan persiapan industri manufaktur dan importir dalam menghadapi peningkatan permintaan menjelang Lebaran. Meningkatnya konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan juga memicu peningkatan barang konsumsi. Melambatnya impor barang modal terkait dengan terbatasnya pertumbuhan investasi dan masih memadainya kapasitas utilisasi produksi industri manufaktur. Berdasarkan jenis golongan barang, peningkatan impor terjadi pada komoditas bahan pangan, komponen kendaraan bermotor dan peralatan listrik. Di sisi lain, kendaraan dan bagiannya, besi dan baja serta bahan kimia organik mengalami penurunan. Secara agregat, Jakarta mengalami defisit perdagangan yang lebih besar pada triwulan II 213 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Defisit perdagangan pada triwulan laporan mencapai sekitar Rp15,2 triliun (berdasarkan harga berlaku) atau sekitar dua kali lebih besar dibandingkan dengan triwulan I 213. Grafik I.1 Pertumbuhan Volume Impor Barang Modal Jakarta Grafik I.11 Pertumbuhan Volume Impor Barang Konsumsi Jakarta %, yoy g.total Volume Impor g.vol Impor Barang Modal %, yoy g.total Volume Impor g.volume Impor Barang Konsumsi (CMA) Grafik I.12 Pertumbuhan Volume Impor Bahan Baku Jakarta %, yoy 1 8 g.kontribusi Vol. Impor Bahan baku g.volume Impor Bahan Baku (CMA)

17 B. Dinamika Sektor Ekonomi Utama Jakarta Dinamika pertumbuhan sisi sektoral dari perekonomian Jakarta pada triwulan II 213 ditopang oleh kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor pengangkutan dan komunikasi. Adanya peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga di tengah melambatnya perekonomian domestik menjadi faktor utama stabilnya kinerja kedua sektor tersebut pada triwulan laporan. Pertumbuhan di ketiga sektor tersebut juga dipengaruhi oleh terjaganya tingkat penghasilan konsumen khususnya kelas menengah atas. Sektor PHR memberikan kontribusi terbesar kepada perekonomian Jakarta yaitu sebesar 1,6%. Sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi terbesar kedua bersama dengan sektor jasa keuangan, persewaan dan real estate masingmasing sebesar 1,5%. Selanjutnya, kontribusi sektor jasa lainnya terhadap pertumbuhan ekonomi Jakarta tercatat sebesar,9%. Secara keseluruhan, sektor-sektor ekonomi di Jakarta tumbuh positif kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang kembali mengalami kontraksi pada triwulan II 213. Meskipun demikian, pada triwulan laporan tidak terdapat sektor yang tumbuh lebih tinggi (yoy) dibandingkan dengan triwulan I 213. Adapun sektor yang tumbuh melambat adalah sektor primer (pertanian dan pertambangan); sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor konstruksi; dan sektor jasa baik jasa keuangan, real estate, dan jasa perusahaan maupun jasa lainnya. Pelambatan di sektor industri pengolahan sejalan dengan adanya penurunan ekspor produk manufaktur. Sektor konstruksi tumbuh sedikit melambat terutama terkait dengan terbatasnya realisasi proyek infrastruktur pemerintah. Adapun perlambatan di sektor jasa sejalan dengan perlemahan kinerja perekonomian dan investasi yang menyebabkan turunnya permintaan akan jasa. Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) tumbuh stabil sebesar 7,2% (yoy) pada triwulan II 213. Stabilnya pertumbuhan sektor PHR didukung oleh permintaan domestik yang masih cukup kuat. Selain itu pada triwulan laporan terdapat beberapa kegiatan promosi penjualan yang berkontribusi pada peningkatan penjualan, utamanya adalah Jakarta Fair dan Jakarta Great Sale. Pengunjung Jakarta Fair tahun 213 mencapai lebih dari 4,5 juta orang dengan total nilai penjualan sekitar Rp4,5 triliun. Total nilai penjualan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan capaian baik pada tahun 212 maupun tahun 211 dan melampaui target untuk tahun 213. Penjualan terbesar pada Jakarta Fair 213 tetap berasal dari penjualan produk otomotif. Sementara itu, Jakarta Great Sale 213, yang berlangsung selama lebih kurang 1,5 bulan dalam rangka perayaan hari ulang tahun Kota Jakarta, juga mencatat penjualan melampaui target yaitu sebesar Rp11,8 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan nilai penjualan pada tahun 212 sebesar Rp1,7 triliun. Dalam rangka perayaan HUT kota Jakarta, Pemerintah Provinsi juga mengadakan Pekan Raya/Rakyat Jakarta (PRJ) dan Pekan Produk Kreatif 213 dengan orientasi pada Usaha Kecil Menengah (UKM). Penyaluran kredit di sektor UKM yang cukup vital di Jakarta masih dalam tren meningkat pada triwulan laporan. Meskipun terdapat berbagai indikator kinerja perdagangan yang positif, ditengarai perdagangan domestik antara Jakarta dengan kawasan lainnya tumbuh dalam level terbatas sebagai pengaruh dari perlambatan konsumsi. Hal ini terlihat dari data bongkar muat barang di Pelabuhan Tanjung Priok (Grafik I.13) serta hasil liaison dengan perusahaan produk makanan jadi dan consumer goods. Melambatnya perekonomian domestik juga memengaruhi penjualan kendaraan bermotor khususnya motor, meskipun terlihat adanya peningkatan penjualan mobil menjelang Lebaran (Grafik I.14). Kontak liaison salah satu distributor kendaraan bermotor terbesar telah menurunkan target penjualan pada tahun 213. Hal tersebut terkait dengan perkembangan terakhir pasca-kenaikan harga BBM bersubsidi dan inflasi yang menekan daya beli dan berpotensi menaikkan suku bunga pinjaman. Hingga Mei 213, target penjualan kendaraan bermotor baru mencapai sekitar 34%. 7

18 Perkembangan pariwisata di Jakarta pada triwulan II 213 menunjukkan adanya lonjakan yang signifikan. Lonjakan wisatawan terlihat dari pertumbuhan jumlah pengunjung melalui Bandara Soekarno Hatta pada masa libur sekolah. Sementara itu, tingkat okupansi hotel berbintang di Jakarta relatif stabil dengan kenaikan tingkat okupansi pada hotel kelas atas lebih tinggi dibandingkan hotel kelas menengah (Grafik I.15). Peningkatan jumlah pengunjung ke Jakarta juga diimbangi oleh penambahan jumlah kamar hotel, yang sepanjang tahun 213 diperkirakan akan ada tambahan sekitar 2 unit kamar hotel di Jakarta dalam berbagai kategori. Grafik I.13 Bongkar dan Muat Melalui Pelabuhan Tg. Priok Grafik I.14 Penjualan Kendaraan Bermotor %,yoy CMA 6 g.bongkar g.muat Unit Penjualan Kendaraan Bermotor g.penjualan Motor (skala kanan) g.penjualan Mobil (skala kanan) %, yoy Sumber : BPS Sumber : CEIC Grafik I.15 Tingkat Hunian Hotel dan Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan Grafik I.16 Perkembangan Jumlah Penumpang KRL Komuter dan TransJakarta %, yoy Okupansi Hotel Berbintang (skala kanan) g.pengunjung melalui Bandara Soekarno -Hatta Sumber : BPS Provinsi Juta Sumber : CEIC & PT TransJakarta Penumpang KRL Komuter Penumpang TransJakarta g.pengguna Transport Publik (skala kanan) %, yoy Sektor pengangkutan dan komunikasi Jakarta tumbuh sebesar 11,4% (yoy) pada triwulan II 213. Pertumbuhan tersebut relatif stabil dibandingkan dengan realisasi pada triwulan sebelumnya sejalan dengan kinerja sektor PHR. Di sisi subsektor pengangkutan, peningkatan terlihat dari jumlah penumpang transportasi publik baik dengan moda TransJakarta maupun KRL komuter Jabodetabek (Grafik I.16). Pertumbuhan pengguna transportasi publik yang sangat tinggi semenjak triwulan I 213, ditengarai dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah terkait BBM bersubsidi. Dengan kondisi kemacetan di Jakarta yang tinggi dan harga BBM bersubsidi yang naik hingga 44%, maka transportasi umum menjadi opsi mobilitas yang semakin dipilih masyarakat Jakarta. Indikator proksi lain terkait dengan perkembangan subsektor pengangkutan adalah jumlah kedatangan di Bandara Soekarno Hatta yang mengalami peningkatan saat musim libur sekolah. Namun, angkutan barang diperkirakan tumbuh terbatas merujuk pada data bongkar dan muat barang melalui Pelabuhan Tanjung Priok (Grafik I.13). 8

19 Sementara itu, pertumbuhan subsektor komunikasi pada triwulan laporan cenderung stabil, didukung oleh jasa layanan data internet. Meskipun demikian, informasi liaison mengindikasikan adanya stagnasi pada jasa layanan telekomunikasi terkait dengan lambatnya penggunaan telpon seluler berbasis teknologi 3G. Padahal perusahaan telekomunikasi telah merealisasikan komitmen investasi pada sistem jaringan berbasis 3G. Pertumbuhan yang lebih prospektif di subsektor komunikasi khususnya terjadi pada jasa infrastruktur telekomunikasi. Berdasarkan informasi dari kontak liaison, kompetisi yang kuat di pasar telekomunikasi, mengharuskan perusahaan operator telpon seluler untuk terus berekspansi dan berinovasi memperluas jangkauan layanannya untuk mempertahankan jumlah pelanggan. Sektor jasa keuangan, real estate, dan jasa perusahaan mengalami perlambatan pada triwulan II 213 seiring dengan perlambatan perekonomian. Sektor tersebut tumbuh sebesar 5,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I 213 sebesar 5,7% (yoy). Namun, apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 212, pertumbuhan pada triwulan laporan sedikit lebih tinggi. Aktivitas perekonomian yang melambat membuat pelaku usaha maupun konsumen membatasi penggunaan kredit dan lebih menggantungkan pada modal sendiri untuk modal kerja serta investasi dalam level yang terbatas. Kondisi ini menyebabkan kontraksi pertumbuhan subsektor jasa keuangan, yang didorong terutama oleh penurunan kinerja perbankan dan lembaga keuangan nonperbankan dalam penyaluran kredit (Grafik I.17 dan I.18). Secara spesifik, pertumbuhan kredit di sektor PHR turun cukup signifikan. Pembiayaan kredit melalui lembaga keuangan nonperbankan juga dalam tren menurun terutama sebagai pengaruh melambatnya kredit kendaraan bermotor. Kontak liaison mengonfirmasi kinerja pembiayaan yang lebih rendah pada tahun 213 dan terkait dengan hal tersebut, berbagai langkah efisiensi ditempuh termasuk pembatasan tenaga kerja. Meskipun demikian, secara nominal penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek di Jakarta masih mengalami peningkatan, demikian pula dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). Di sisi jumlah transaksi keuangan di Jakarta juga terlihat adanya peningkatan sesuai dengan siklus musiman masa libur sekolah. Sementara itu, subsektor jasa real estate (persewaan) dan jasa perusahaan ditengarai tumbuh dalam level terbatas pada triwulan laporan, terkait dengan perlambatan konsumsi rumah tangga dan pemerintah serta investasi. Kontak liaison perusahaan outsourcing tenaga kerja di Jakarta mengindikasikan tren penurunan management fee sebagai akibat dari dari semakin tingginya kompetisi dan jumlah tenaga kerja yang menurun. Selain itu, juga terdapat tantangan dalam aktivitas usaha jasa outsourcing yang merupakan salah satu dari jasa perusahaan cukup dominan di Jakarta. Implementasi dari Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Permenakertrans) No. 19/212 yang membatasi pekerjaan outsourcing dirasakan sebagai salah satu penyebab menurunnya jumlah tenaga kerja yang direkrut akibat dari pemutusan kontrak kerjasama. Kinerja pasar modal, yang turut memengaruhi pertumbuhan sektor jasa keuangan di Jakarta, juga menunjukkan penurunan. Hal tersebut tercermin dari pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada triwulan laporan. Tekanan di pasar modal pada triwulan II 213 bersumber dari arus keluar modal asing (capital outflow) yang dipicu sentimen terkait rencana pengurangan stimulus moneter Bank Sentral Amerika Serikat. Selain perlemahan ekspor dan nilai tukar rupiah, arus keluar modal asing juga turut menyumbang melebarnya defisit neraca perdagangan. Penyesuaian kepemilikan non-residen di aset keuangan domestik mendorong penurunan IHSG dan peningkatan volatilitas indeks yang cukup signifikan. 1 Indeks emiten di bidang keuangan, properti dan perdagangan mengalami kontraksi cukup dalam (Grafik I.19). Meskipun demikian, aliran dana ke pasar modal melalui Initial Public Offering (IPO) masih mampu mencatatkan peningkatan pada triwulan II IHSG mencapai level 5.176,23 pada 2 Mei 213 yang merupakan rekor tertingginya. Pada akhir triwulan laporan, IHSG berada di level

20 Jumlah IPO pada triwulan II 213 sebesar Rp8 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp2,2 triliun. Dari sisi domestik, penurunan IHSG tidak direspons dengan melepas saham, namun sebaliknya investor domestik melakukan aksi beli selektif. Hal tersebut tercermin dari peningkatan baik frekuensi maupun nilai saham yang diperdagangkan (Grafik I.2) yang turut mendukung kinerja industri jasa keuangan Jakarta Grafik I.17 Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Jakarta %, yoy g.transportasi, Pergudangan, Komunikasi g.industri Manufaktur g.konstruksi g.perdagangan Besar dan Eceran Grafik I.18 Kinerja Lembaga Non Perbankan %, yoy g.total Pembiayaan LK g.leasing g.barang Konsumsi Grafik I.19 IHSG dan Indeks Emiten Sektor Utama Jakarta Grafik I.2 Nilai dan Frekuensi Pedagangan Saham %, yoy g.ihsg g.indeks Emiten Keuangan g.indeks Emiten Properti g.indeks Emiten Perdagangan %, yoy g.frekuensi Saham Diperdagangkan 2 g.nilai Saham Diperdagangkan Sektor konstruksi di Jakarta mengalami perlambatan pada triwulan II 213. Sektor konstruksi tumbuh sebesar 6,3% (yoy) atau,2% lebih lambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan sektor konstruksi terlihat dari stagnannya konsumsi semen (Grafik I.21). Belum dimulainya berbagai proyek pembangunan prasarana maupun sarana fisik di Jakarta yang didanai anggaran belanja pemerintah ditengarai merupakan faktor utama melambatnya kinerja sektor konstruksi. Meskipun anggaran proyek konstruksi pemerintah meningkat signifikan pada tahun 213, masih terdapat proyek multiyear yang tertahan proses perijinan dengan instansi terkait. Informasi tersebut didapatkan dari hasil liaison ke Gabungan Pelaksana Konstruksi Indonesi (Gapensi) pada awal Mei 213. Selain itu juga didapatkan informasi terkait dengan risiko menipisnya margin keuntungan perusahaan konstruksi sebagai dampak dari kenaikan biaya buruh (UMP), material dan transportasi akibat dari kenaikan harga BBM. Namun hingga saat ini, kinerja emiten perusahaan konstruksi masih sangat baik terutama perusahaan konstruksi BUMN yang mengalami peningkatan profitabilitas cukup sigifikan pada semester I 213. Hal tersebut merupakan pengaruh dari masih berlangsungnya proyek konstruksi infrastruktur yang sifatnya multiyear. Sementara itu, pembangunan konstruksi properti komersial maupun residensial di Jakarta relatif stabil pada triwulan II 213. Hal ini terkait dengan masih kuatnya permintaan akan properti komersial terutama hunian (apartemen dan kondominium) serta suku bunga kredit properti yang 1

21 relatif rendah. Merujuk pada rilis konsultan real estate Cushman & Wakefield, sekitar 431,55 meter persegi ruang kantor sedang dalam tahap konstruksi dengan target penyelesaian pada tahun 213. Sedangkan untuk ruang ritel, saat ini ada sekitar 268,4 meter persegi dalam tahap konstruksi yang juga direncanakan akan selesai pada tahun Grafik I.21 Konsumsi Semen di Jakarta Konsumsi Semen (ribu ton) g.konsumsi Semen (rhs) Sumber : Asosiasi Semen Indonesia % ,, 3,5, 3,, 2,5, 2,, 1,5, 1,, 5, Grafik I.22 Konsumsi Listrik di Jakarta MwH Konsumsi Listrik g.konsumsi Listrik Sumber : PLN Disjaya % 2% 15% 1% 5% % -5% -1% Grafik I.23 Perkembangan Produksi Kendaraan Bermotor. Grafik I.24 Pertumbuhan Produksi Manufaktur Jakarta 12. Unit %, yoy Sumber : CEIC Produksi Kendaraan Bermotor g.produksi Kendaraan Bermotor (rhs) %, yoy g.ipi (Nasional, yoy) 1 g.produksi Manufaktur (yoy) 8 g.produksi Manufaktur (qtq) I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : BPS Provinsi Sektor industri mengalami perlambatan pertumbuhan cukup signifikan sebesar 1,4% (yoy) pada triwulan II 213. Sejalan dengan melambatnya ekspor, pertumbuhan sektor industri di triwulan laporan mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,9% (yoy). Meskipun demikian, produksi manufaktur Jakarta menunjukkan adanya peningkatan pada triwulan laporan yang ditengarai sebagai persiapan stok menjelang meningkatnya permintaan pada masa puasa dan Lebaran. Peningkatan produksi industri manufaktur besar dan sedang terpantau mengalami peningkatan sebesar 2,2% (qtq) atau 4,8% (yoy). Dibandingkan dengan pertumbuhan Indeks Produksi Industri (IPI) nasional, maka kinerja produksi industri manufaktur di Jakarta jauh lebih baik (Grafik I.24). Adapun jenis industri manufaktur besar dan sedang yang mengalami kenaikan produksi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq) adalah industri kendaraan bermotor, pakaian jadi (garmen) dan peralatan listrik. Secara tahunan dibandingkan dengan periode yang sama, maka peningkatan tertinggi terjadi di industri kendaraan bermotor, percetakan dan media rekaman serta bahan kimia (Tabel I.1). Kontak liaison perusahaan produsen spare part kendaraan bermotor mengonfirmasi kapasitas utilisasi yang relatif masih rendah terkait dengan investasi otomasi mesin beberapa tahun terakhir, sehingga peningkatan produksi masih dimungkinkan. Sementara itu, dari hasil liaison ke perusahaan bahan kimia dasar yang menjadi bahan baku berbagai industri hilir, didapatkan informasi penjualan yang masih cukup baik walaupun pertumbuhan relatif menurun 11

22 dibandingkan dengan tahun 212. Kenaikan harga jual yang terutama disebabkan oleh kenaikan UMP dan TTL menyebabkan penurunan penjualan. Langkah yang ditempuh pelaku usaha untuk menekan biaya produksi adalah melakukan efisiensi energi yang terindikasi dari konsumsi listrik yang cenderung stagnan (Grafik I.22). Terkait dengan peningkatan produksi di industri percetakan dan media rekaman, ditengarai telah ada belanja kampanye Pemilu 214 pada triwulan laporan, walaupun dalam level terbatas. Industri mikro dan kecil di Jakarta juga mengalami peningkatan produksi pada triwulan II 213. Peningkatan produksi industri mikro dan kecil sebesar 9,7% (qtq) atau 21,2% (yoy). Adapun jenis industri yang mengalami pertumbuhan adalah industri makanan dan minuman, pakaian jadi, kulit dan alas kaki serta percetakan dan media rekaman (Tabel I.2). Pertumbuhan yang lebih tinggi dari industri mikro kecil didukung oleh faktor pembiayaan yang salah satunya melalui penyaluran kredit modal kerja dan UMKM di Jakarta. Peningkatan produksi makanan terutama makanan jadi, pakaian jadi (garmen) dan produk barang kulit dan alas kaki pada triwulan laporan diyakini untuk mengantisipasi peningkatan konsumsi masyarakat terkait dengan persiapan masa puasa dan Lebaran. Tabel I.2 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Jenis Industri Manufaktur Pertumbuhan qtq Pertumbuhan yoy Tw I TW II Tw I Tw II Industri Makanan Industri Tekstil Industri Garmen Industri Percetakan & Media Rekaman Industri Bahan Kimia Industri Logam Dasar Industri Barang Logam (Non Mesin & Peralatan) Industri Peralatan Listrik Industri Mesin & Perlengkapan Industri Kendaraan Bermotor Sumber : BPS Provinsi Tabel I.3 Pertumbuhan Produksi Industri Mikro dan Kecil Jenis Industri Pertumbuhan Tw II qtq yoy Industri Makanan Industri Minuman Industri Garmen Industri Kulit dan Alas Kaki Industri Percetakan & Media Rekaman Industri Bahan Kimia Industri Karet & Plastik Industri Komputer & Barang Elektronik Industri Peralatan Listrik Industri Mesin & Perlengkapannya Industri Furniture Jasa Reparasi & Pemasangan Mesin/Peralatan Sumber : BPS Provinsi 12

23 BOKS 1 Infrastruktur dan Daya Saing Ekonomi Jakarta Pembangunan infrastruktur pada tahun 213 berpotensi mendorong perekonomian Jakarta dan menopang kesinambungan pertumbuhan ke depan. Salah satu elemen penting dalam pembangunan perekonomian kota (urban economy) adalah penyediaan prasarana dan sarana publik. Infrastruktur fisik serta transportasi publik memegang peranan penting. Pada tahun 213 telah direncanakan berbagai proyek infrastruktur dan transportasi publik yang diyakini dapat mendukung akselerasi dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi Jakarta. Berdasarkan uji elastisitas antara peningkatan investasi dan pertumbuhan ekonomi, diperoleh hasil bahwa setiap kenaikan 1% investasi berpotensi menyumbang kenaikan pertumbuhan ekonomi Jakarta sebesar,1% -,13%. Dengan asumsi adanya komitmen dalam implementasi proyek investasi infrastruktur seperti yang telah direncanakan (Tabel V.3), maka Jakarta berpotensi tumbuh lebih tinggi pada semester II 213. Meskipun demikian, hal tersebut juga tergantung dari faktor produktivitas infrastruktur yang dibangun terutama terkait dengan efek pengganda pertumbuhan (multiplier effect). Adapun rencana pembangunan infrastruktur tersebut difokuskan pada lima jenis kegiatan atau proyek sesuai dengan visi RPJMD Provinsi, yakni pembangunan transportasi, jalan, air bersih dan sanitasi, pusat logistik, penanggulangan banjir, perumahan dan pasar. Dari kelima jenis kegiatan tersebut, alokasi terbesar masih pada pembangunan jalan yang sebagian besar dana dipakai untuk biaya pembebasan lahan. Saat ini, pembiayaan proyek infrastruktur di Jakarta yang umumnya merupakan proyek jangka panjang (multi-years) masih mengandalkan dukungan pendanaan dari Pemerintah Pusat (APBN), Pemerintah Daerah (APBD) dan sindikasi utang baik dari sumber dalam negeri maupun luar negeri. Namun, apabila swasta (public-private partnership) berperan lebih besar dengan dukungan insentif pemerintah, maka dapat diprediksi pembangunan infrastruktur di Jakarta akan semakin meningkat dan semakin besar dukungannya terhadap kinerja perekonomian. Selain faktor pembiayaan, asumsi penting lainnya dalam implementasi investasi infrastruktur adalah adanya komitmen stakeholder dalam mendukung implementasi tersebut, seperti kemudahan dalam proses perijinan, pembebasan lahan dan insentif fiskal. Tabel B1.1 Rencana Pembangunan Infrastruktur di Jakarta Kegiatan / Proyek Nilai Investasi* Periode Mulai Periode Selesai Transportasi MRT North-South Tahap I, Lebak Bulus - Bundaran HI Rp 15,7 triliun a. Pengadaan Armada Busway 213 Rp 1 triliun b. Peremajaan Busway Koridor 2 & 3 Rp 68 miliar Pembangunan Busway Koridor 13 Rp 1,4 triliun Pengadaan Bus Sedang Rp 5 miliar Jalan 6 Ruas Tol dalam Kota Rp 41,17 triliun Ruas JORR W2 Utara Rp 2,2 triliun Ruas Akses Tol Tanjung Priok/ATP Rp 5,7 triliun Air Bersih & Sanitasi Fasilitas Air Bersih Rp 6.3 triliun Limbah Cair Rp 13.4 triliun Pusat Logistik Pembangunan KEK Marunda Rp 6 triliun Pananggulangan Banjir Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) Rp 1,84 triliun Deep Tunnel Rp 16 triliun Sodetan Ciliwung ke Kanal Banjir Timur Rp 5 miliar Perumahan dan Pasar Pembangunan Pasar Benhil Rp 1,8 triliun Rusunami Rp 9,2 triliun Sumber : Biro Perekonomian, Pemerintah Provinsi 13

24 Semakin meningkatnya globalisasi dan kompetisi antar kota-kota metropolitan di kawasan Asia dalam menarik investasi, diperlukan adanya kebijakan strategis untuk meningkatkan daya saing Jakarta. Daya saing merupakan faktor yang tak kalah pentingnya sebagai salah satu asumsi dasar dalam mengkaji pertumbuhan ekonomi Jakarta. Pada bulan Juli 213, unit riset di Sekolah Kebijakan Publik (School of Public Policy), National University of Singapore merilis peringkat daya saing 33 provinsi di Indonesia. Secara umum, daya saing pada 14 dari 33 provinsi di Indonesia berada di atas tingkat rata-rata nasional. Seluruh provinsi di Pulau Jawa termasuk di dalam 14 provinsi yang memiliki daya saing di atas rata-rata nasional tersebut. Adapun aspek yang menjadi pertimbangan dalam melakukan pemeringkatan daya saing daerah tersebut adalah sebagai berikut: stabilitas ekonomi makro, perencanaan pemerintah dan institusi, kondisi keuangan-bisnis dan tenaga kerja, serta kualitas hidup dan pembangunan infrastruktur. Provinsi berada di posisi peringkat pertama pada survei tersebut dengan skor daya saing yang jauh di atas provinsi lainnya. Hal ini dipandang sebagai aset utama Jakarta dalam melakukan promosi investasi baik ke investor asing maupun domestik. Tabel B1.1 Peringkat Daya Saing Wilayah Rangking Provinsi Skor Daya Saing Jawa Timur Jawa Barat Kalimantan Timur Kepulauan Riau Jawa Tengah Banten Bali Riau Sumatera Utara.246 Sumber : Asian Competitiveness Institute, LKY School of Public Policy, National University of Singapore Jakarta berpotensi untuk tumbuh tinggi dengan kebijakan strategis yang tepat dan komitmen khususnya dalam pembangunan infrastruktur. Dalam kaitan itu, peran Pemerintah Daerah melalui kerangka kebijakan strategis, koordinasi kebijakan dan penawaran struktur insentif merupakan hal yang penting. Tak kalah krusialnya adalah efektivitas alokasi belanja di APBD yang diarahkan untuk mendukung program pembangunan infrastruktur dan peningkatan daya saing Jakarta di masa mendatang. Pembangunan infrastruktur baik fisik maupun sumber daya manusia diyakini sebagai landasan untuk menjaga kesinambungan daya saing Jakarta, mendorong akselerasi investasi dan pembangunan berkualitas terutama dalam menghadapi integrasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 215. Daya saing perekonomian Jakarta juga dipengaruhi oleh kemudahan dalam memulai usaha, selain kualitas infrastruktur dan faktor biaya produksi. Survei Doing Business 212 yang dilakukan lembaga International Finance Corporation (IFC) World Bank menunjukkan keunggulan Jakarta dalam hal dukungan terhadap dunia usaha, yaitu pada jumlah prosedur dan biaya perijinan untuk membuka usaha serta biaya untuk mencatatkan properti. Namun, perlu adanya peningkatan kinerja dalam menyelesaikan proses perijinan maupun registrasi atau pencatatan usaha serta properti. Selain itu, perlu juga adanya perbaikan pada proses perijinan konstruksi. Adapun upaya yang telah dilakukan Pemprov berupa pelayanan perijinan satu atap perlu terus dioptimalkan dan dikembangkan dengan layanan informasi investasi. 14

Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta

Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Triwulan II 2013 Halaman ini sengaja dikosongkan ii Kata Pengantar Perekonomian Jakarta pada triwulan II 2013 tumbuh sebesar 6,30% (yoy), sedikit melambat dibandingkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta

Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Triwulan II 213 Halaman ini sengaja dikosongkan ii Kata Pengantar Perekonomian Jakarta pada triwulan II 213 tumbuh sebesar 6,3% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2013

ii Triwulan I 2013 ii Triwulan I 2013 iii iv Triwulan I 2013 v vi Triwulan I 2013 vii viii Triwulan I 2013 Indikator 2010 2011 2012 2013 Total Total I II III IV Total I Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Triwulan III 2014 ii

Triwulan III 2014 ii ii Triwulan III 214 iii iv Triwulan III 214 v vi Triwulan III 214 TABEL INDIKATOR PEREKONOMIAN DKI JAKARTA Indikator 21 211 212 213 214 Total Total I II III IV Total I II III IV Total I II III Ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan I tahun 213 tumbuh sebesar 4,17% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,18% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Perkembangan Terkini, Tantangan, dan Prospek Ekonomi Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Disampaikan pada MUSRENBANG RKPD 2017 KOTA BALIKPAPAN OUTLINE 2 Perekonomian Nasional Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Triwulan IV Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan IV Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan IV 12 1 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena dengan petunjuk serta ridha-nya

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan IV 213 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/05/34/Th. XV, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013 SEBESAR 2,93 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008 4. Outlook Perekonomian Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat

Lebih terperinci

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

UMKM & Prospek Ekonomi 2006 UMKM & Prospek Ekonomi 2006 Oleh : B.S. Kusmuljono Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Komisaris BRI Disampaikan pada : Dialog Ekonomi 2005 & Prospek Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 No. 54/08/19/Th.XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 1,70 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci