BAB 4 PENGUMPULAN PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGUMPULAN PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA"

Transkripsi

1 BAB 4 PENGUMPULAN PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di wilayah studi, yaitu Sunter 1 (plant 1000) yang terdiri dari 5 sloc (lokasi penyimpanan pada suatu plant). Dead stock yang ada di Sunter 1 adalah bekas inventory kijang pik-up dan kijang kapsul (510 T). Sloc di Sunter 1 antara lain PAD Painting (2100), PAD Engine 2 (2300), Assy Kaizen (5004), Welding Maintenance (5005), dan Utility (5007) PAD Painting (2100) PAD Painting adalah Plant Administration Divisi Painting, yaitu suatu divisi yang menangani berbagai macam keperluan painting. PAD painting ini memiliki 54 item dead stock yang berasal dari proyek 510 T dengan nilai Rp. 175,311,129,-. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 Data dead stock PAD Painting. Beberapa item dead stock pada PAD Painting dapat dilihat dalam gambar 4.1.

2 52 Sumber: hasil survey, 2008 Gambar 4. 1 Beberapa item dead stock PAD Painting PAD Engine 2 (2300) PAD Engine 2 adalah Plant Administration Divisi Engine, yaitu suatu divisi yang menangani berbagai macam keperluan untuk memproduksi engine. PAD Engine 2 ini memiliki 1964 item dead stock yang berasal dari proyek 510 T dan Pick-Up dengan nilai Rp. 5,514,904,308. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7 Data dead stock PAD Engine 2. Beberapa item dead stock pada PAD Engine 2 dapat dilihat dalam gambar 4.2. Sumber: hasil survey, 2008 Gambar 4. 2 Beberapa item dead stock PAD Engine 2

3 Assy Kaizen (5004) Assy Kaizen adalah suatu divisi yang menangani perakitan kendaraan di Sunter 1. PAD Assy ini memiliki 6 item dead stock yang berasal dari proyek Pick-Up dengan nilai Rp. 21,054,689,-. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8 Data dead stock assy kaizen Welding Maintenance (5005) Welding Maintenance adalah suatu divisi maintenance untuk membantu divisi welding. Biasanya bertugas memperbaiki mesin dan peralatan welding yang ada di Sunter 1. Divisi ini memiliki 8 item dead stock yang berasal dari proyek Pick-Up dengan nilai Rp. 3,011,316,-. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9 Data dead stock welding maintenance. Beberapa item dead stock pada Welding Maintenance dapat dilihat dalam gambar 4.3. Sumber: hasil survey, 2008 Gambar 4. 3 Beberapa item dead stock Welding Maintenance

4 Utility (5007) Utility adalah suatu divisi yang bertugas mempersiapkan segala kebutuhan untuk welding production di Sunter 1. Divisi ini memiliki 27 item dead stock yang berasal proyek Pick-Up dengan nilai Rp. 2,097,966,-. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 Data dead stock utility. Nilai dead stock hingga 31 Maret 2007 di Sunter 1 diperoleh dari hasil akhir kegiatan inventory taking, yang merupakan akumulasi dead stock sejak tahun Sejak saat itu hingga tugas ini dibuat belum dilakukan pengelolaan atas dead stock tersebut, sehingga dead stock menumpuk di sloc masing-masing area. Summary Nilai dead stock yang ada di Sunter 1 dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4. 1 Summary Jumlah Dead stock per Sloc Sumber: SAP system PT TMMIN, 2007 Berdasarkan data di atas diketahui bahwa nilai dead stock di Sunter 1 mencapai Rp ,- dengan macam item. Data di atas didapat setelah melakukan resume atas data dead stock yang telah dikumpulkan pada masing-masing sloc. Nilai dead stock pada

5 55 tabel tersebut didapatkan dari SAP setelah dilaksanakan inventory taking di lapangan pada 31 Maret Pengolahan Data Lembar periksa (check sheet) Check sheet yang digunakan adalah untuk data atribut. Data yang diperoleh adalah data kualitatif hasil pengamatan dan perhitungan dilapangan. Data yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk analisis dead stock di lapangan. Dengan dibuatnya check sheet pada pengolahan data ini akan diketahui berapa jumlah dead stock sebenarnya di lapangan dan diketahui sloc mana yang memiliki jumlah dead stock paling besar. Check sheet dibuat berdasarkan material status dari inventory. Dengan check sheet ini akan diketahui inventory fast moving, slow moving dan dead stock. Untuk check sheet seluruh sloc dapat dilihat pada lampiran 1 sampai lampiran 5. Berdasarkan hasil check sheet pada data lampiran tersebut, data dead stock yang akan digunakan dalam penelitian sesuai dengan ruang lingkup penelitian. Setelah dilakukan proses pengecekan pada data tersebut, maka akan didapatkan data dead stock pada masing-masing sloc seperti pada lampiran 6 hingga lampiran 10 pada subbab 4.1 pengumpulan data.

6 Diagram Pareto Pembuatan Diagram Pareto bertujuan untuk mengidentifikasi dead stock yang paling banyak pada suatu plant, sehingga dapat memprioritaskan masalah tersebut. Pembuatan Diagram Pareto didasarkan pada jumlah item dan nilai dead stock. Hal ini bertujuan untuk melihat kondisi dead stock secara lebih detail, sehingga informasi yang didapat semakin lengkap. Langkah dalam pembuatan Diagram Pareto adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan semua data dari plant Sunter 1 berdasar masing-masing sloc. Jumlah dan nilai dead stock pada masing-masing sloc dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4. 2 Jumlah dan Nilai Dead stock per Sloc No. Storage Location Jumlah Nilai 1 PAD Engine 2 (2300) 74,803 5,514,904,308 2 PAD Painting (2100) 1, ,311,129 3 Assy Kaizen (5004) ,054,689 4 Utility (5007) 137 2,097,966 5 Welding Maintenance (5005) 44 3,011,316 Total 76,314 5,716,379,408 Sumber: Hasil Analisis, Pengurutan data dari terbesar hingga terkecil dan perhitungan presentasenya. Jumlah dan persentase dead stock per Sloc dapat dilihat pada tabel 4.3.

7 57 Tabel 4. 3 Persentase Jumlah Dead stock per Sloc No. Storage Location Jumlah Kumulatif Persen Kumulatif Jumlah (%) Persen 1 PAD Engine 2 (2300) 74,803 74, % 98.02% 2 PAD Painting (2100) 1,158 75, % 99.54% 3 Assy Kaizen (5004) , % 99.76% 4 Utility (5007) , % 99.94% 5 Welding Maintenance (5005) 44 76, % % Total 76, % Sumber: Hasil Analisis, 2008 Nilai dan persentase dead stock per Sloc dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4. 4 Persentase Nilai Dead stock per Sloc No. Storage Location Nilai Kumulatif Persen Kumulatif Nilai (%) Persen 1 PAD Engine 2 (2300) 5,514,904,308 5,514,904, % 96.48% 2 PAD Painting (2100) 175,311,129 5,690,215, % 99.54% 3 Assy Kaizen (5004) 21,054,689 5,711,270, % 99.91% 4 Welding Maintenance (5005) 3,011,316 5,714,281, % 99.96% 5 Utility (5007) 2,097,966 5,716,379, % % Total 5,716,379, % Sumber: Hasil Analisis, Pembuatan diagram pareto Diagram Pareto jumlah dan persentase dead stock dapat dilihat pada gambar 4.4.

8 58 Diagram Pareto Jumlah Dead Stock Sunter 1 Jumlah 80,000 60,000 40,000 20,000 Slog Jumlah 74,803 1, % Kumulatif 98.02% 99.54% 99.76% 99.94% % Persentase % % 99.50% 99.00% 98.50% 98.00% 97.50% 97.00% Sumber: Hasil Analisis, 2008 Gambar 4. 4 Diagram Pareto Dead stock berdasarkan jumlah Diagram Pareto nilai dan persentase dead stock dapat dilihat pada gambar 4.5. Diagram Pareto Nilai Dead Stock Sunter 1 Nilai 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, Nilai (dlm juta) 5, % Kumulatif 96.48% 99.54% 99.91% 99.96% % Persentase % % 99.00% 98.00% 97.00% 96.00% 95.00% 94.00% Sumber: Hasil Analisis, 2008 Gambar 4. 5 Diagram Pareto Dead stock berdasarkan nilai

9 59 Berdasarkan dua Diagram Pareto (jumlah dan nilai) di atas diketahui bahwa sloc 2300 (PAD Engine 2) memiliki dead stock terbesar, yaitu sebesar 98,02 % (jumlah) dan 96,48% (nilai) dari keseluruhan sloc. Diikuti dengan sloc 2100 (PAD Painting) sebesar 1.52 % (jumlah) dan 3,07% (nilai), sloc 5004 (Assy Kaizen) sebesar 0.23 % (jumlah) dan 0,37 % (nilai), sloc 5007 (Utility) sebesar 0.18 % (jumlah) dan 0,04 % (nilai), sloc 5005 (Welding Maintenance) sebesar 0.06% (jumlah) dan 0,05 % (nilai). Berdasar ke dua Diagram Pareto tersebut, dapat dilihat sloc yang harus lebih diutamakan untuk dikelola lebih lanjut sehingga mengurangi jumlah dead stock secara keseluruhan adalah dead stock di PAD Engine 2. Bila penanganan ini bisa dilakukan maka akan mengurangi 98 % jumlah dead stock di Sunter 1. Sehingga prioritas penanganan dead stoc akan di fokuskan pasa sloc PAD Engine 2 karena memiliki jumlah dead stock dengan persentase terbesar dari yang lainnya Diagram sebab akibat (fish bone) Setelah mengetahui prioritas utama penyelesaian dead stock dari diagram pareto, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa dengan diagram sebab akibat yang bertujuan untuk mengetahui penyebab timbulnya dead stock dengan jumlah yang besar. Berdasar tabel 4.4 dapat diketahui bahwa persentase jumlah dead stock terbesar adalah PAD Engine 2 (98.02 %). Gambar analisa sebab akibat dead stock di PAD Engine 2 dapat dilihat pada gambar 4.6.

10 60 MESIN LINGKUNGAN MANUSIA Kerusakan mesin tdk terprediksi Mesin sudah tua Jadwal Perbaikan tidak update Reject sejak diterima tanpa diketahui Parts rusak Berkarat karena kesalahan penyimpanan MATERIAL Banjir Hujan Genangan air diruang penyimpanan Panas Cuaca yang tidak Lemba Metode pengelolaan dead stock belum ada SOP penyimpanan dead stock belum ada Kurang pengetahuan Keahliannya kurang Standar ruang penyimpanan dead stock belum ada Lelah bekerja METODE Operator Kurang teliti Dead Stock di PAD Engine 2 Sumber: Hasil Analisis, 2008 Gambar 4. 6 Diagram sebab akibat dead stock di PAD Engine 2 Faktor-faktor penyebab dead stock di PAD Engine 2 Sunter 1 di antaranya adalah: 1. Manusia Manusia merupakan salah satu penyebab dead stock di PAD Engine 2. Kurang teliti, lelah dan adanya masalah keluarga pada operator dapat menyebabkan berbagai masalah bahkan dapat menyebabkan kerusakan pada mesin, sehingga harus dilakukan pergantian pada suku cadang mesin yang berujung pada penambahan inventori suku cadang.

11 61 Jika penambahan suku cadang ini terus dilakukan hingga mesin tersebut run out atau telah tidak digunakan lagi, maka suku cadang tersebut akan menjadi dead stock. 2. Lingkungan Temperatur yang tidak sesuai dan lembab merupakan salah satu penyebab inventori menjadi rusak. Kerusakan tersebut biasanya berupa karat pada suatu permukaan part inventori dan dapat menyebabkan part tersebut tidak dapat digunakan lagi karena secara fungsi membahayakan. Jika hal ini telah terjadi maka inventori part tersebut akan masuk kedalam kategori dead stock karena sudah tidak dapat digunakan lagi. 3. Mesin Penggunaan mesin yang kurang tepat dapat menyebabkan kerusakan pada mesin itu sendiri. Proses pencekaman atau pengikatan material yang tidak sesuai standar saat proses permesinan berlangsung dapat menyebabkan kerusakan bahkan kecelakaan kerja. Jika kerusakan ini terjadi, maka terjadilah perbaikan yang berujung pada pemesanan suku cadang karena ada suku cadang yang rusak. Untuk menghemat waktu pemesanan suku cadang, maka inventori untuk suku cadang tersebut dibuat aman (safety stock), sehingga perbaikan dapat dilakukan tanpa menunggu waktu pemesanan suku cadang. Semua mesin di lapangan memiliki jadwal perbaikan yang rutin, tetapi penggunaan mesin diluar standar kerja dan umur mesin yang sudah tua menyebabkan perbaikan meleset dari jadwal yang telah direncanakan.

12 62 Umur mesin yang sudah tua tetapi tetap dioperasikan juga berpengaruh terhadap terjadinya dead stock, karena waktu perbaikan diluar jadwal atau tidak bisa diprediksi menyebabkan safety stock suku cadang dari mesin ini akhirnya akan menjadi dead stock. 4. Material Part atau suku cadang yang merupakan kategori bergerak cepat (fast moving) atau sangat sering mengalami penggantian akan lebih banyak memiliki inventori dibandingkan yang lain. Saat run out, kategori part ini menjadi dead stock tertinggi dibandingkan dengan kategori lainnya, karena secara inventori kategori fast moving jumlahnya sangat banyak. 5. Metode Ketiadaan metode pengelolaan dead stock menyebabkan dead stock menumpuk di gudang. Dead stock yang telah diketahui sangat banyak, jika dibiarkan di gudang terus menerus selain tidak mendatangkan manfaat, akan sangat mengganggu proses penyimpanan suku cadang yang lain karena menghabiskan tempat Failure Mode Effects Analysis (FMEA) Merupakan metode yang digunakan untuk menunjukkan masalah (failure mode) yang biasanya timbul pada suatu sistem, sehingga menyebabkan sistem tersebut tidak mampu menghasilkan produk sesuai dengan standar yang diinginkan. Tabel analisis FMEA atas dead stock di Sunter 1 dapat dilihat dalam tabel 4.5.

13 63 TABEL FMEA (Failure Mode Effect Analysis) Dead Stock di Sunter 1 PT. TMMIN Tabel 4. 5 Analisis FMEA atas Dead stock di Sunter 1 Item's Item's Functions Potential Failure Mode Potential Cause of Failure Potential Effect of Failure O S D R Action to Eliminate or Reduce Risk Inventory system Sebagai Inventori suku cadang mesin dan support produksi Dead Stock Uang tidak berputar Run out model, dan part reject sebelum digunakan Dead stock tidak dapat digunakan untuk support produksi. Part tidak dapat digunakan untuk support produksi dan menumpuk digudang tidak menghasilkan keuntungan Dead stock tidak menghasilkan keuntungan tetapi menyebabkan biaya penyimpanan bertambah Pengelolaan dead stock, dengan; reproduction, modification, Mengelola dead stock, dengan; reproduction, modification, penjualan. Gudang penuh Banyak item dead stock menumpuk di gudang Proses penyimpanan parts fast moving tidak berjalan lancar karena space gudang terpakai untuk dead stock Mengatur sistem pergudangan. Part dead stock rusak Terlalu lama disimpan, suhu yang lembab dan metode penyimpanan yang salah menyebabkan kerusakan. Jika dead stock rusak harga jual kembali renadh dan tidak dapat dimanfaatkan untuk keperluan Mengatur sistem pergudangan. Training teknik penyimpanan dead stock pada stock holder Sumber: Hasil Analisis, 2008 Keterangan nilai. O = Occurrence/terjadi ----> Kemungkinan terjadi kegagalan (1-10): 1= peluang kegagalan dapat dikendalikan, 10=peluang kegagalan sangat tinggi S = Saverity/kerumitan ----> Tingkat kepelikan kegagalan (1-10): 1= tidak nyata terasa oleh customer, 10=kegagalan yang membahayakan, memungkinkan kehilangan customer D = Detection/deteksi ----> Kemungkinan kegagalan (defect) yang terdeteksi (1-10): 1=sangat kecil peluang gagal tidak terdeteksi. 10=peluang kegagalan tidak terdeteksi sangat tinggi R = Risk assessment/tindakan ----> Nilai Resiko: R dengan angka tertinggi adalah prioritas utama dalam penyelesaian, yang terpenting adalah tugas untuk menghilangkan penyebab kegagalan.

14 64 Dari tabel FMEA di atas didapat beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat adanya dead stock, berbagai macam alternatif tersebut antara lain: 1. Mengatur Sistem Pergudangan Gudang yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan, harus mampu menampung barang-barang sebagai inventory penunjang produksi. Persediaan disimpan digudang berdasarkan klasifikasi sebagai berikut: a. Harus dalam suhu yang dingin dengan cara dipasang AC atau disimpan dalam lemari pendingin. Hal ini banyak dilakukan pada PAD Painting. Sifat, dead stock berupa liquid atau cairan harus dipisahkan berdasarkan ketahanan terhadap temperatur. Dead stock yang rusak apabila terkena suhu panas, maka penyimpanannya. b. Ukuran dan Bentuk Barang, dead stock yang memiliki ukuran dan bentuk yang besar harus disimpan di pada tempat yang aman yaitu pada bagian bawah dari lemari atau rak penyimpanan sehingga tidak mengganggu dan membahayakan proses loading unloading dari suatu inventory yang bergerak. c. Dalam penyimpanan dead stock agar tidak menggangu aktivitas inventory lainnya, maka penyimpanan dapat dilakukan pada tempat yang terpisah atau bagian pojok dari suatu gudang. 2. Mengelola Dead stock Pengelolaan dead stock ini dilakukan sebagai alternatif pemanfaatan dead stock sehingga dapat digunakan untuk menunjang produksi dan menghasilkan

15 65 keuntungan bagi perusahaan. Beberapa alternatif pengelolaan dead stock yang dapat dilakukan di PT. TMMIN diantaranya adalah: a. Reproduction, untuk item dead stock yang berupa material, seperti sheet material dapat kita gunakan sebagai campuran dalam proses casting production. Hasil dari peleburan dengan campuran sheet material ini dapat kita gunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan dies atau kita jual kembali sebagai raw material, sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Kelebihan, prosedur yang ditempuh untuk melakukan modifikasi ini cukup simpel, sehingga waktu yang diperlukan relatif lebih cepat. Kekurangan, hanya sedikit suku cadang yang dapat dilebur dalam casting production. Tidak semua dead stock yang ada dapat dilebur. Hanya kategori sheet material, sehingga alternatif ini tidak banyak menyelesaikan masalah. Karena walaupun hal ini dilakukan akan masih banyak dead stock yang tersisa. b. Modification Dead stock part yang merupakan suku cadang mesin biasanya dapat digunakan setelah mengalami modifikasi, sehingga spesifikasi dan bentuk sesuai dengan kebutuhan. Hal ini dapat dilakukan jika dalam keadaan terdesak dan darurat suku cadang dari mesin produksi tersebut rusak sedangkan suku cadangnya tidak ada atau telah habis, dan jika menunggu pengadaan inventori suku cadang akan memakan waktu yang lama, sehingga alternatif ini dilakukan.

16 66 Kelebihan, prosedur yang ditempuh untuk melakukan modifikasi ini cukup simpel, sehingga waktu yang diperlukan relatif cepat. Kekurangan, hanya sedikit suku cadang yang dapat dimodifikasi. Tidak semua dead stock yang ada dapat dimodifikasi, sehingga alternatif ini tidak banyak menyelesaikan masalah. Karena walaupun modifikasi atas dead stock ini dilakukan akan masih banyak dead stock yang tersisa. c. Melakukan penjualan dead stock Dengan dilakukannya penjualan dead stock, maka tidak akan ada lagi dead stock yang menumpuk di storage, dan hasil dari penjualn dead stock tersebut akan menambah pendapatan atau keuangan perusahaan. Kelebihan, metode ini adalah yang paling efektif, karena dead stock akan langsung habis terjual, penjualan dapat langsung dilakukan dalam satu waktu. Kekurangan, banyak prosedur yang harus dilakukan untuk mengadakan penjualan atas dead stock, sehingga waktu yang diperlukan juga lebih lama. Dari ketiga metode pengelolaan tersebut yang paling menguntungkan dan paling baik adalah metode ketiga, yaitu melakukan penjualan dead stock. 3. Training Teknik Penyimpanan Training ini diberikan kepada operator pelaksana penyimpanan sehingga dalam melaksanaan tugasnya dapat berjalan dengan baik tanpa merusak inventory atau dead stock yang disimpan. Training ini sangat penting

17 67 diberikan untuk menunjang pergudangan yang efektif dan efisien. Dengan telah dibekali pengetahuan dasar penyimpanan maka kesalah penyimpanan yang biasanya dilakukan oleh operator dapat dihilangkan. Berdasar tabel FMEA diketahui bahwa langkah prioritas yang sebaiknya diambil adalah mengelola dead stock dengan reproduction, modification dan penjualan. Dan berdasarkan analisa diatas metode dengan penjualan adalah yang paling baik karena dapat langsung dirasakan dan sangat maksimal mengurangi jumlah dead stock Analisis ABC Analisis ABC ini dilakukan untuk mengklasifikasikan dalam penanganan dead stock. Dalam hal ini dilakukan pengklasifikasian sesuai kategori : Berdasarkan harga jual kembali dan kondisi item dead stock. A. Harga Jual Kembali Tinggi Adalah item-item dead stock yang memiliki harga beli tinggi dan memiliki kondisi yang masih baik. Sehingga jika dikelompokkan menjadi satu dan dilakukan penjualan maka harga jual jual kembali akan tinggi. Item dead stock ini memiliki harga saat beli >8,000,000 B. Harga Jual Kembali Sedang Adalah item-item dead stock yang memiliki harga beli antara range 5000,000 8,000,000 dengan berbagai kondisi. C. Harga Jual Kembali Termurah Adalah item-item dead stock yang memiliki harga beli < 5000,000 dalam berbagai kondisi.

18 68 Hasil dari pengolahan data didapat bahwa: Tabel 4. 6 Range Harga Beli Dead Stock No. Kategori Range harga beli Quantity Total Amount 1 A > 5 juta 11,261 3,326,232,007 2 B 1 juta - 4 juta 11, ,313,496 3 C < 1 juta 53,613 1,594,833,905 Total 76,314 5,716,379,408 Tabel Priority Penanganan Dead Stock 350, , , , , ,000 50,000 - A C B Total Qty 11,261 53,613 11,440 Total Amount 332, ,483 79,531 ( /10000 ) Type Dead Stock Gambar 4. 7 Prioritas penanganan dead stock Dari diagram tersebut dapat diketahui bahwa dead stock yang memiliki nilai dan prioritas utama untuk dilakukan penjualan adalah dead stock kategori A, karena memiliki quantity kecil dengan nilai yang tinggi. Pengelolaan Dead stock dengan Analisis ABC Pengelolaan dead stock dengan analisis ABC ini untuk menangani dead stock dengan cara dilakukan penjualan dan dibuang.

19 69 Dead stock Kategori A Dead stock kategori ini memiliki nilai jual kembali yang tinggi selain karena harga belinya dahulu yang tinggijuga karena kondisi dead stock ini masih baik. Dead stock kategori ini akan dijual. Dead stock Kategori B Dead stock kategori ini memiliki harga jual yang rendah dikarenakan dahulu harga belinya yang murah dan dead stock ini masih dalam kondisi yang baik sehingga jika dilakukan penjualan masih akan laku tetapi dengan harga yang rendah. Dead stock Kategori C Dead stock kategori ini memiliki harga jual yang sangat rendah dikarenakan dahulu dibeli dengan harga yang murah dan juga dikarenakan ada beberapa item dead stok yang tidak dalam kondisi bagus. Penanganan dead stock kategori ini dapat dengan dijual dan dapat juga dengan dilebur atau dibuang dikarenakan harga jual kembalinya sangat rendah. 4.3 Usulan Perbaikan (Mekanisme Penjualan Dead stock) Setelah dilakukan analisis dengan diagram pareto, diagram sebab akibat dan FMEA maka diketahui bahwa langkah yang sebaiknya diambil untuk manangani dead stock adalah dengan dilakukannya penjualan atas dead stock tersebut. Untuk itu maka dibuatlah mekanisme penjualan dead stock. Flow mekanisme penjualan dead stock dapat dilihat pada tabel 4.6.

20 70 Tabel 4. 7 Mekanisme Penjualan Dead stock SELLING MECHANISM FOR DEAD STOCK INVENTORY BUSINESS PROCESS FLOW STEPS/ACTIVITIES DIV. CONCERNED DEAD STOCK TENDER COMMITTEE PLANT ADMINISTRATION DIVISION OR MAINTENANCE DEPT. FINANCE DIVISION PURCHASING DIVISION DEAD STOCK CUSTOMER Dead Stock Disposal Form PROPOSAL FOR GOODS ISSUE TO SCRAP (Time: D1) Start Fill in Dead Stock Disposal Form D1 (Including Approval from User) Dead Stock Disposal Form No Finish Inform reasons of disapprov al to PAD/Maintenance Dept. Approv al Process Yes Confirmed with Approv al Dead Stock Disposal Form - Approv ed D1+1 CONFIRMATION AND GOODS ISSUE TO SCRAP EXECUTION (Time: D1) Dr. Scrap Cost Execution for Cr. Inv. Prod. Support GI to Scrap by User GI to Scrap Result D1+2 Dead Stock Disposal Form - Approv ed PROPOSAL & SALES PRICE CALCULATION FOR DEAD STOCK SELLING (Time: D1) Requirement for Dead Stock Selling Tender Classification of Dead Stock to be sold Teder Inv itation Letter Apply Tender Proposal to PuD D1+4 Sales Price for Dead Stock Selling D1+8 Calculate Proposal of Selling Amount Approv al up to FD DH/DDH Tender Inv itation Letter Apply Tender Proposal to PuD Process of Customer Sellection Tender D1+6 Inv itation Letter Preferences: At least 3 Candidates Tender Inv itation Letter DEAD STOCK TENDER (1 Day Transaction at User Location) Tender Committee Member: 1. PAD/Maintenance Dept. 2. Finance Division 3. Purchasing Division Sales Price for Dead Stock Selling Tender Resume Tender Resume DEAD STOCK TENDER ACTIVITY AND PAYMENT FOR DEAD STOCK SELLING (Including Delivery Arrangement) (Time: D2, D3 & D4) D2 Tender Winner Tender Resume D2+1 Tender Resume Include commitment for Delivery Arrangement: 1. Timing for Payment 2. Timing for Delivery 3. TMMIN PIC Finish

21 71 Mekanisme penjualan bertujuan agar dead stock yang ada dapat berkurang secara maksimum, sehingga lebih bermanfaat karena dapat mendatangkan keuntungan bagi perusahaaan dibandingkan disimpan di gudang. Mekanisme penjualan dead stock dapat diterangkan sebagai berikut: 1. Proposal pengakuan dead stock sebagai scrap Sebelum penjualan dead stock dilakukan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan part atau material mana saja yang masuk kategori dead stock dan alasan mengapa dikategorikan dead stock. Untuk hal ini section head plant bersangkutan harus mengisi dead stock disposal form approval dan detail part yang dimaksud untuk kemudian meminta persetujuan dari Departement Head dan Division Head terkait. Untuk detail form dapat dilihat pada lampiran 11 (dead stock disposal form). Setelah plant terkait menyetujui, maka langkah selanjutnya adalah meminta persetujuan dari FD Div. Setelah semua poses tersebut selesai, maka langkah selanjutnya adalah merubah status dead stock di SAP dari inventory product support menjadi scrap, yaitu material, part atau suku cadang sisa dari produksi atau yang telah tidak digunakan lagi untuk produksi.. 2. Merubah status dead stock dalam SAP Setelah disetujui untuk dilakukan penjualan terhadap dead stock, maka perubahan status di SAP harus dilakukan dari inventory product support menjadi scrap. Proses good issue to scrap dilakukan oleh PAD atau plant maintenance bersangkutan. 3. Proposal dan perhitungan harga jual dead stock

22 72 PAD atau Maintenance Department membuat dan mengajukan proposal pelaksanaan tender penjualan terhadap dead stock yang telah diklasifikasikan berdasarkan jenisnya kepada PuD. Setelah menerima proposal tersebut PuD melakukan seleksi terhadap pembeli yang nantinya akan diundang dalam tender penjualan. Konsumen yang dituju di antaranya adalah supplier-supplier PT.TMMIN dan tengkulak yang biasa membeli besi atau material bekas produksi. Sedangkan Finance Division melakukan perhitungan untuk menentukan harga jual masing-masing dead stock. 4. Pelaksanaan tender penjualan dead stock Pelaksanaan tender dimulai dengan pembeli diberikan kesempatan untuk melihat dead stock yang akan dijual dan telah dilengkapi dengan harga dan kondisi serta spesifikasi dead stock tersebut. Untuk kemudian pembeli memasang harga atas dead stock tersebut. Setelah semua pembeli melihat dan menuliskan harga yang berani dibayar oleh pembeli untuk dead stock tersebut, maka tender committee akan menentukan siapa yang akan memenangkan tender sesuai dengan harga yang paling tinggi atau mendekati standar harga yang telah ditetapkan. Setelah pemenang tender ditetapkan, maka resume tender langsung dibuat yang berisi waktu pembayaran dead stock oleh pembeli dan waktu pengiriman dead stock kepada pembeli.

23 73 Dengan adanya usulan mekanisme penjualan dead stock ini diharapkan penjualan dead stock di PT. TMMIN dapat segera dilakukan sehingga dapat menguntungkan perusahaan dan mengurangi inventory di storage area.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan (Inventory) Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, maka perusahaan akan dihadapkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Flow Process PT. ADM divisi Stamping Plant Start Press Line IRM 2A Line Single Part 3B Line Logistik PPC 4A Line Press Inspection Door Assy Inspection Dies Maintenance

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan data dengan menggunakan Metode FMEA dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Mengidentifikasi moda kegagalan potensial

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang peralatan kantor dan sarana pendidikan. Perusahaan ini didirikan di

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang peralatan kantor dan sarana pendidikan. Perusahaan ini didirikan di BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Arori Jaya Business Machines merupakan perusahaan yang bergerak di bidang peralatan kantor dan sarana pendidikan. Perusahaan ini didirikan

Lebih terperinci

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka sebelumnya penulis membuat perencanaan tentang langkah-langkah pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN & ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN & ANALISIS DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN & ANALISIS DATA 4.1. Profil Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat PT. Komatsu Reman Indonesia (KRI) merupakan salah satu perusahaan remanufacturing Komponen alat-alat berat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1 Identifikasi Masalah Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data tentang kejadian-kejadian yang dapat berisiko dan tingkat prioritasnya terhadap supply

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang BAB V ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat serta penyedia pelayanan purna jual baik berupa suku cadang maupun servis dengan cabang-cabang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dari pengumpulan serta pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan diagram pareto untuk mengetahui cacat terbesar yaitu cacat produk salah ukuran yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha, Bandung adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan Parts Manufacturing. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini adalah Dies mesin tablet untuk pharmaceutical

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap BAB IV PEMBAHASAN Proses audit operasional dilakukan untuk menilai apakah kinerja dari manajemen pada fungsi pembelian dan pengelolaan persediaan sudah dilaksanakan dengan kebijakan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Barang persediaan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia, baik dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam kegiatan yang kompleks seperti kegiatan industri. Dalam dunia

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Ruang Lingkup Manajemen Persediaan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen Pembahasan Ruang lingkup management persediaan Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT XYZ DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA

ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT XYZ DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA Faisal Waisul Kurni Rusmana 1), Syarif Hidayat. 2), 1),2) Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu, agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Perancangan kerja merupakan disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prinsip dan prosedur yang harus dilaksanakan dalam upaya memahami

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 TAHAP ANALISIS (ANALYSE) Setelah di lakukan pengukuran maka dilakukan analisis permasalahan. Aktivitas utama tahap analisis adalah menentukan faktor penyebab cacat dengan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1 Jenis Cacat Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka diambil 3 jenis cacat terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : a. Bocor (35,8%) Jenis cacat bocor

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat. Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat. Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara langsung dan mendapatkan data lengkap. Kemudian penulis melakukan analisa masalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram untuk pemecahan masalah yang terdapat pada PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) dapat dilihat dalam diagram 3.1 di bawah ini. Mulai Identifikasi Masalah

Lebih terperinci

V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI

V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI A. General Induksi General Induksi merupakan suatu kegiatan pengenalan prinsip-prinsip yang dianut oleh toyota kepada karyawan baru, agar karyawan baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat tajam. Sebagai salah satu perusahaan otomotif terbesar yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat tajam. Sebagai salah satu perusahaan otomotif terbesar yang bergerak di bidang 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kendaraan bermotor terutama sepeda motor sebagai alat transportasi membuat persaingan industri manufaktur perusahaan otomotif

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem Informasi Akuntansi Pembelian Pada PT Arwana Citramulia, Tbk Untuk mengetahui tentang prosedur pembelian pada PT Arwana Citramulia, Tbk, maka penerapan prosedur

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM INVENTORI PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan P.T Berkat Jaya Komputindo

BAB 3 ANALISA SISTEM INVENTORI PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan P.T Berkat Jaya Komputindo BAB 3 ANALISA SISTEM INVENTORI PERUSAHAAN 3.1 Analisa Sistem Berjalan 3.1.1 Sejarah Perusahaan P.T Berkat Jaya Komputindo P.T Berkat Jaya Komputindo pertama kali didirikan pada tanggal 5 Januari 1999,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia perkembangan industri manufaktur di Indonesia berkembang pesat dari tahun ke tahun. Pada

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KECELAKAAN KERJA DI TERMINAL PETIKEMAS KOJA BERDASARKAN METODE FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS)

USULAN PERBAIKAN KECELAKAAN KERJA DI TERMINAL PETIKEMAS KOJA BERDASARKAN METODE FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) USULAN PERBAIKAN KECELAKAAN KERJA DI TERMINAL PETIKEMAS KOJA BERDASARKAN METODE FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) Disusun Oleh: Annisa Alfani Biyanni 30411950 Pembimbing: I. Dr. Ir. Budi Hermana,

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN M A N A J E M E N O P E R A S I O N A L M I N G G U K E S E P U L U H B Y. M U H A M M A D W A D U D, S E., M. S I. F A K U L T A S E K O N O M I U N I V.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala

BAB V ANALISA HASIL Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala 84 BAB V ANALISA HASIL 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Penyebab Kegagalan Produk Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) didapatkan hasil

Lebih terperinci

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN Pembahasan pada bab ini menanalisa hasil pendefinisian permasalahan pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah ditetapkan. 5.1 Analyze Dengan

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Persediaan dan Strategi Penyediaan Barang. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Persediaan dan Strategi Penyediaan Barang. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Modul ke: Persediaan dan Strategi Penyediaan Barang Fakultas Ekonomi & Bisnis Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Barang Persediaan Barang Persediaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Jenis Cacat Berdasarkan hasil dari diagram pareto yang telah dibuat, dapat dilihat persentase masing-masing jenis cacat, yaitu cacat Haze dengan persentase sebesar

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan proses pengumpulan data dan pengolahannya diperoleh data dalam bentuk diagram pareto, dari diagram pareto tersebut dapat diketahui bahwa orhanisasi/perusahaan

Lebih terperinci

di CV. NEC, Surabaya

di CV. NEC, Surabaya Perbaikan Tata Letak Gudang Mesin Fotokopi Rekondisi di CV. NEC, Surabaya Indri Hapsari 1 dan Albert Sutanto 2 Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut Surabaya Email: indri@ubaya.ac.id

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram pemecahan masalah dapat dilihat pada diagram 3.1 Mulai Identifikasi Masalah Pengumpulan Data : - Data Produksi - Data Kebutuhan bahan baku - Inventory Master

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM KLASIFIKASI ABC DAN KOMBINASI FORECASTING SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN DI DALAM SISTEM INFORMASI PENGADAAN BARANG

PENERAPAN SISTEM KLASIFIKASI ABC DAN KOMBINASI FORECASTING SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN DI DALAM SISTEM INFORMASI PENGADAAN BARANG PENERAPAN SISTEM KLASIFIKASI ABC DAN KOMBINASI FORECASTING SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN DI DALAM SISTEM INFORMASI PENGADAAN BARANG Ricky Effendi #1, Johan Oscar Ong *2, Arief Samuel Gunawan #3 Departemen

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 42 BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis cacat yang

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR

BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR 2.1 Profil Perusahaan 2.2 Sejarah Singkat PT. Astra Daihatsu Motor PT. Astra Daihatsu Motor (ADM) mengawali sejarahnya pada tahun 1973. Pada tahun 1973, Astra mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pengendalian kualitas yang dilakukan pada CV. X bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk dan menjaga agar kepuasan konsumen telah tercapai. Setelah melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL 49 BAB V ANALISIS HASIL 5.1. Pembahasan Pengolahan data dilakukan berdasarkan record non-conformance/defective yang disusun dalam tabel potensi dan efek kegagalan sebagai berikut : Tabel 5.1 Potential

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem Informasi Pembelian Pada PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk 1. Kebijakan Sistem Pembelian Kebijakan sistem pembelian yang diterapkan oleh PT. Arpeni Pratama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang PT. IRC INOAC INDONESIA adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang manufactur komponen karet untuk otomotif dan juga industrial parts. Untuk tahun 2009

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Fishbone & FMEA Hub Front Brake Tipe KCJS G a m b a r 4 Gambar 4-1 Fishbone hub front brake tipe KCJS Dari fishbone diatas dapat diketahui bahwa harus ada perbaikan

Lebih terperinci

Rancangan Perbaikan Penataan Gudang di PT. Bondi Syad Mulia

Rancangan Perbaikan Penataan Gudang di PT. Bondi Syad Mulia Setiadi, et al. / Perancangan Perbaikan Penataan Gudang di PT. Bondi Syad Mulia / Jurnal Titra, Vol. 3,. 2, Juli 2015, pp. 24252 Rancangan Perbaikan Penataan Gudang di PT. Bondi Syad Mulia Ardenus Milton

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia automotive di Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan. Menurut harian Bisnis Indonesia pada 29 Maret 2012, peningkatan penjualan kendaraan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN SUKU CADANG UNIT GRAND LIVINA DENGAN MENGGUNAKAN KLASIFIKASI ABC DAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY

PENGENDALIAN PERSEDIAAN SUKU CADANG UNIT GRAND LIVINA DENGAN MENGGUNAKAN KLASIFIKASI ABC DAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY PENGENDALIAN PERSEDIAAN SUKU CADANG UNIT GRAND LIVINA DENGAN MENGGUNAKAN KLASIFIKASI ABC DAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) MULTI ITEM PADA PT NISSAN MOTOR DISTRIBUTOR INDONESIA Saptono Kusdanu Waskito.,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Gambaran Umum Persediaan dan Strategi Manajemen Persediaan. Hesti Maheswari SE., M.Si. Modul ke: 01Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Manajemen Persediaan. Gambaran Umum Persediaan dan Strategi Manajemen Persediaan. Hesti Maheswari SE., M.Si. Modul ke: 01Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: 01Fakultas Ekonomi dan Bisnis Manajemen Persediaan Gambaran Umum Persediaan dan Strategi Manajemen Persediaan Hesti Maheswari SE., M.Si Program Studi S1 Manajemen Definisi Barang persediaa adalah

Lebih terperinci

Proposed Document MBT. Purchasing and Fixed Asset Management PT XXX

Proposed Document MBT. Purchasing and Fixed Asset Management PT XXX Proposed Document Purchasing and Fixed Asset Management PT XXX 1.PENAWARAN TEKNIS...3 1.PENAWARAN TEKNIS...3 1.1 Kebutuhan Khusus PT XXX...3 1.2 Modul Modul...5 1.3 Arsitektur Teknis...7 RENCANA IMPLEMENTASI...9

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan pengguna kendaraan roda dua di Indonesia cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan pengguna kendaraan roda dua di Indonesia cukup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pertumbuhan pengguna kendaraan roda dua di Indonesia cukup signifikan. Mengacu pada data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), sepanjang

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN. A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role)

VII. PEMBAHASAN. A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role) VII. PEMBAHASAN A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role) Visi PT. TMMIN adalah untuk mencapai Jiritsuka 2012, yaitu kemandirian dalam produksinya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Maintenance

Sistem Manajemen Maintenance Sistem Manajemen Maintenance Pembukaan Yang dimaksud dengan manajemen maintenance modern bukan memperbaiki mesin rusak secara cepat. Manajemen maintenance modern bertujuan untuk menjaga mesin berjalan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB

BAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB 46 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah observasi analitik yaitu untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT.

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Ogbo (2014, p.5), jenis-jenis inventori terbagi menjadi 3, yaitu Raw Material, Work In Process dan Finished Goods.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Ogbo (2014, p.5), jenis-jenis inventori terbagi menjadi 3, yaitu Raw Material, Work In Process dan Finished Goods. 1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan (Inventory) 2.1.1 Pengertian Inventory Menurut Margaretha (2006, p.145-146) Inventory adalah sejumlah barang atau bahan yang disediakan oleh perusahaan, baik berupa

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 68 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses untuk menjadi informasi yang berguna. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

: defect, six sigma, DMAIC,

: defect, six sigma, DMAIC, ABSTRAK PD.Langgeng adalah perusahaan yang memproduksi berbagai macam part mesin seperti carbon brus. Untuk meningkatkan daya saing perusahaan maka perusahaan harus memiliki keunggulan. Salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi perusahaan di bidang apapun. Dengan menguasai teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi perusahaan di bidang apapun. Dengan menguasai teknologi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi ini, teknologi dan informasi memiliki peranan yang sangat penting bagi perusahaan di bidang apapun. Dengan menguasai teknologi dan informasi yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam melaksanakan aktivitas produksi suatu barang, setiap perusahaan, baik perusahaan jasa atau pun perusahaan perdagangan serta perusahaan manufaktur pasti mengadakan persediaan.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Perancangan Input Output

LAMPIRAN 1 Perancangan Input Output 274 LAMPIRAN 1 Perancangan Input Output Form input Login Form konfirmasi Login Form Utama 275 Form input Edit User Form input Change Password Form input Master Staff 276 Form Input Master Customer 277

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

2 3

2 3 PERENCANAAN PENGADAAN SUKU CADANG BERDASARKAN CRITICALITY MENGGUNAKAN METODE POISSON PROCESS DAN MODIFIKASI MODEL ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) UNTUK PERMINTAAN DISKRIT 1 Issafitri Nur Rachmawati, 2 Sutrisno,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi yang dilakukan perusahaan dimaksudkan untuk memperoleh manfaat atau hasil dalam beberapa periode atau beberapa tahun di masa yang akan datang. Karena itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Konsep Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ADM merupakan perusahaan Joint Venture antara Daihatsu Motor Company Ltd

BAB I PENDAHULUAN. ADM merupakan perusahaan Joint Venture antara Daihatsu Motor Company Ltd BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Astra Daihatsu Motor atau biasa dikenal dengan ADM adalah Agen Tunggal Pemegang Merek ( ATPM ) kendaraan Daihatsu di Indonesia. Sebagai ATPM, Astra Daihatsu Motor merupakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Peningkatan produksi unit sepeda motor oleh PT. Astra Honda Motor di tahun

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Peningkatan produksi unit sepeda motor oleh PT. Astra Honda Motor di tahun 29 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penjelasan Peningkatan produksi unit sepeda motor oleh PT. Astra Honda Motor di tahun 2007 untuk semua tipe produk dan beberapa produk model baru yang mampu mendominasi

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai evaluasi kinerja supplier pada perusahaan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya yaitu: 1. Terdapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan adalah bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi, bahan penolong yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Definisi

Lebih terperinci

SAP FUNDAMENTALS LOGISTICS PART I

SAP FUNDAMENTALS LOGISTICS PART I LOGISTICS PART I Logistics Logistik adalah seluruh proses yang melibatkan barang / jasa yang diproduksi kemudian dijual oleh perusahaan tersebut Mulai dari persiapan sebelum produksi, proses produksi itu

Lebih terperinci

Perbaikan Manajemen Pergudangan Plant B di PT XYZ

Perbaikan Manajemen Pergudangan Plant B di PT XYZ Kusuma / Perbaikan Manajemen Pergudangan Plant B di PT XYZ / Jurnal Titra, Vol. 5, No. 2, Juli 2017, pp. 211-218 Perbaikan Manajemen Pergudangan Plant B di PT XYZ Erens Feliciano Kusuma 1 Abstract: PT.

Lebih terperinci

Industrial Management Implementasi Penempatan dan Penyusunan Barang di Gudang Finished Goods Menggunakan Metode Class Based Storage

Industrial Management Implementasi Penempatan dan Penyusunan Barang di Gudang Finished Goods Menggunakan Metode Class Based Storage Industrial Engineering Journal Vol.5.2 (2016) 11-16 ISSN 2302 934X Industrial Management Implementasi Penempatan dan Penyusunan Barang di Gudang Finished Goods Menggunakan Metode Class Based Storage Basuki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di masa yang akan datang, siap ataupun tidak, sistem industri manufaktur

I. PENDAHULUAN. Di masa yang akan datang, siap ataupun tidak, sistem industri manufaktur I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di masa yang akan datang, siap ataupun tidak, sistem industri manufaktur akan menghadapi suasana ketidakpastian yang tinggi. Perilaku konsumen yang tidak menentu

Lebih terperinci

GALAXYSOFT INDONESIA BUKU TRAINING BAB 4 INTI TRAINING 4.1 ALUR PEMBELIAN. Diagram Alur Transaksi Pembelian 4.1.1

GALAXYSOFT INDONESIA BUKU TRAINING BAB 4 INTI TRAINING 4.1 ALUR PEMBELIAN. Diagram Alur Transaksi Pembelian 4.1.1 GALAXYSOFT INDONESIA BUKU TRAINING BAB 4 INTI TRAINING 4.1 ALUR PEMBELIAN Diagram Alur Transaksi Pembelian 4.1.1 GALAXYSOFT INDONESIA BUKU TRAINING 4.1.1 Analisa PR Menu analisa PR ini digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Rencana Implementasi Rencana implementasi ditetapkan dari solusi bisnis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Rencana implementasi yang akan dilakukan dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Tabel 5.1 Hasil Temuan Audit Internal. Summary Hasil Internal Audit No Plant/Dept. Temuan Audit NC OK Total 1 MARKETING

BAB V ANALISA HASIL. Tabel 5.1 Hasil Temuan Audit Internal. Summary Hasil Internal Audit No Plant/Dept. Temuan Audit NC OK Total 1 MARKETING BAB V ANALISA HASIL 5.. Analisa Hasil Audit Internal Dari hasil audit internal antara bulan November dan Desember 04 di dapatkan beberapa temuan ketidaksesuaian di beberapa Departement di perusahaan yang

Lebih terperinci

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas.02 Vol.4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Aprili 2016 USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PENJADWALAN PRODUKSI DAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UD.KARYA JATI

RANCANG BANGUN SISTEM PENJADWALAN PRODUKSI DAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UD.KARYA JATI RANCANG BANGUN SISTEM PENJADWALAN PRODUKSI DAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UD.KARYA JATI Miqdad Mashabi 1) S1/Jurusan Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer Surabaya email:

Lebih terperinci