MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XII/2014

Transkripsi

1

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah [Pasal 124, Pasal 152, dan Pasal 161] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON PT Kame Komunikasi Indonesia ACARA Mendengarkan Keterangan Presiden dan DPR (III) Senin, 15 September 2014, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Hamdan Zoelva (Ketua) 2) Arief Hidayat (Anggota) 3) Muhammad Alim (Anggota) 4) Maria Farida Indrati (Anggota) 5) Aswanto (Anggota) 6) Wahiduddin Adams (Anggota) Yunita Rhamadani Panitera Pengganti

3 Pihak yang Hadir: A. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Donny Tri Istiqomah 2. Radian Syam 3. Andika Dwijayanto B. Pemerintah: 1. Ruhita 2. Matheus Agus Kristianto 3. Ardiansyah 4. Boediarso Teguh Widodo 5. Obor Pembimbing Hariara

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: HAMDAN ZOELVA Sidang Mahkamah Konstitusi dalam Perkara Nomor 46/PUU- XII/2014 dibuka dan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Pemohon saja yang hadir? Coba Petugas cek dulu. perkenalkan dahulu siapa 2. KUASA HUKUM PEMOHON: DONNY TRI ISTIQOMAH Baik, Yang Mulia. Yang hadir dari Pemohon saya sendiri Donny Tri Istiqomah, sebelah kiri saya Radian Syam, dan sebelah kanan Andika Dwijayanto. 3. KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, apa Prinsipal atau? 4. KUASA HUKUM PEMOHON: DONNY TRI ISTIQOMAH Kuasa, Kuasa Pemohon. 5. KETUA: HAMDAN ZOELVA Kuasa juga ya. 6. KUASA HUKUM PEMOHON: DONNY TRI ISTIQOMAH Cuma karena tidak pakai toga. Boleh duduk di sini, Yang Mulia? 7. KETUA: HAMDAN ZOELVA Advokat, tidak? 8. KUASA HUKUM PEMOHON: DONNY TRI ISTIQOMAH Advokat, cuma toganya ketinggalan.

5 9. KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, lain kali enggak boleh ya, saya ingatkan ya. Ya, di sini harus pakai toga. Dari Pemerintah? 10. PEMERINTAH: OBOR PEMBIMBING HARIARA Terima kasih, Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Kami wakil dari Pemerintah. Di sini mulai dari yang paling kiri Ibu Ruhita dari Kementerian Hukum dan HAM. Berikutnya Matheus Agus Kristianto (Kepala Sub Direktorat Sinkronisasi dan Dukungan Teknis Kementerian Keuangan). Yang berikutnya Pak Ardiansyah (Direktur Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kementerian Keuangan). Berikutnya Pak Boediarso Teguh Widodo (Dirjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan). Dan saya sendiri Obor Pembimbing Hariara (Kabag Bantuan Hukum II dari Kementerian Keuangan). Berikut rekan-rekan dari Kementerian Hukum dan HAM dan Kementerian Keuangan yang barisan belakang. Demikian, Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. 11. KETUA: HAMDAN ZOELVA Baik, terima kasih. Sidang sebelum kita lanjutkan, saya perlu sampaikan bahwa harusnya hari ini kita Pleno dengan minimum tujuh orang Hakim. Tapi karena secara mendadak hakim salah satunya tidak bisa hadir, Majelis memutuskan untuk tetap melanjutkan sidang dengan mengubah istilah Pleno. Karena Pleno itu minimum tujuh orang hakim, jadi Panel yang diperluas. Karena bukan pengambilan keputusan. Selanjutnya saya persilakan kepada yang mewakili Presiden untuk menyampaikan keterangan Presiden. Sudah siap ya? Ya, silakan. 12. PEMERINTAH: BOEDIARSO TEGUH WIDODO Bismillahirrahmaanirrahiim, assalamualaikum wr. wb. Keterangan Presiden atas Pengujian Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Sehubungan dengan permohonan pengujian atau constitutional review Penjelasan Pasal 124 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah selanjutnya disebut Undang-Undang PDRD terhadap ketentuan Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 28F Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang selanjutnya disebut UUD 1945 yang dimohonkan oleh PT Kame Komunikasi Indonesia yang dengan surat kuasa khusus memberikan kuasa kepada Donny Tri Istiqomah, S.H., M.H., dan kawan-kawan dari kantor hukum yang berada

6 sebagai kuasa hukum untuk selanjutnya disebut Pemohon sesuai registrasi di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-XII/2014 tanggal 28 April 2014 dengan perbaikan permohonan tanggal 25 Juli 2014 dan tanggal 25 Agustus Perkenankanlah kami selaku Kuasa Presiden untuk selanjutnya disebut Pemerintah menyampaikan keterangannya atas permohonan pengujian atau constitutional review, Penjelasan Pasal 124 UU PDRD. Dalam permohonannya, Pemohon pada pokoknya menyampaikan hal-hal sebagai berikut. 1. Bahwa Pemohon adalah penyedia jasa di bidang telekomunikasi yang menganggap penjelasan Pasal 124 UU PDRD mengandung ketidakjelasan norma dan justru mengaburkan, bahkan bertentangan dengan norma-norma yang menjadi pedoman penetapan tarif retribusi yang terkandung dalam Pasal 151, Pasal 152, dan Pasal 161 UU PDRD. 2. Bahwa menurut Pemohon, dampak dari Penjelasan Pasal 124 UU PDRD membuat ketentuan penetapan tarif retribusi pengendalian menara telekomunikasi tidak lagi didasarkan pada biaya-biaya pengawasan dan pengendalian sebagaimana diatur dalam Pasal 151, Pasal 152, dan Pasal 161 UU PDRD. Karena dalam praktinya, pemerintah daerah melalui peraturan daerah mengenai penetapan tarif retribusi pengendalian menara telekomunikasi langsung menetapkan tarif sebesar 2% dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) menara telekomunikasi. 3. Bahwa Pemohon menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan dengan keberlakuan Penjelasan Pasal 124 UU PDRD karena ketentuan a quo telah menimbulkan ketidakpastian hukum dan menghambat penyedia menara untuk melaksanakan prinsip-prinsip kepentingan umum dalam rangka menyediakan sarana telekomunikasi demi terpenuhinya hak-hak rakyat atas komunikasi sebagaimana dijamin oleh Konstitusi. Akibatnya, retribusi menara telekomunikasi secara tidak langsung telah merugikan hak-hak rakyat atas komunikasi sebagaimana dijamin dalam Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 28F Undang-Undang Dasar Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Sebelum Pemerintah menyampaikan keterangan terkait norma materi muatan yang dimohonkan untuk diuji oleh Pemohon, terlebih dahulu Pemerintah akan menyampaikan landasan filosofis mengenai materi pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang PDRD sebagai berikut. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara hukum yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban warga negara telah menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan bagi warganya sebagai sarana untuk ikut serta dalam pembiayaan penyelenggaraan negara dan pembangunan nasional.

7 Undang-Undang Dasar 1945 telah menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kehidupan bernegara. Hal ini ditegaskan dengan diaturnya perpajakan dalam konstitusi, yaitu Pasal 23A Undang- Undang Dasar 1945 yang berbunyi, Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. Dalam penyusunan undang-undang bidang perpajakan sebagaimana amanat Pasal 23A Undang-Undang Dasar 1945, pembuat undang-undang juga mempertimbangkan sistem penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia yang menganut asas otonomi dan tugas pembantuan, sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 18 Undang- Undang Dasar Dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah memerlukan sumber dana yang cukup besar untuk menyelenggarakan pemerintahannya dan pelayanan kepada masyarakat. Sumber dana dimaksud memegang peranan penting guna mendukung kelangsungan pemerintahan dan masyarakat itu sendiri. Sumber dana tersebut dapat diperoleh melalui peran serta masyarakat secara bersama dalam berbagai bentuk, di antaranya adalah pajak dan retribusi. Sebagaimana diketahui bahwa pajak daerah dan retribusi daerah merupakan komponen utama Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebagai sumber utama PAD, pemerintah dalam mendorong peningkatan penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah melakukan penyempurnaan peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan perkembangan keadaan. Untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan membangun hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang lebih ideal, kebijakan pajak daerah dan retribusi daerah diarahkan untuk lebih memberikan kepastian hukum, penguatan local taxing power, peningkatan efektivitas pengawasan, dan perbaikan pengelolaan pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah. Bahwa retribusi daerah merupakan salah satu jenis pungutan yang dikenakan pemerintah daerah kepada masyarakat di samping pajak. Retribusi bersama-sama dengan pajak digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Terhadap dalil Pemohon yang menyatakan bahwa penjelasan Pasal 124 UU PDRD mengandung ketidakjelasan norma, dan justru mengaburkan, bahkan bertentangan dengan norma-norma yang menjadi pedoman penetapan tarif retribusi yang terkandung dalam Pasal 151, Pasal 152, dan Pasal 161 UU PDRD pemerintah berpendapat. Bahwa dalam penetap bahwa dalam hal penetapan tarif retribusi engendalian menara telekomunikasi yang termasuk dalam komponen retribusi jasa umum, penetapan tarif retribusi, pengendalian menara telekomunikasi harus sejalan dengan prinsip dan sasaran penetapan tarif yang diatur dalam Pasal 152 UU PDRD yang didasarkan pada kebijakan daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat,

8 aspek keadilan, dan efektifitas pengendalian atas pelayanan tersebut. Untuk mencapai sasaran dimaksud penetapan tarif retribusi jasa umum dimaksudkan untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan. Tarif retribusi juga ditetapkan dalam rangka meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah diberi diskresi dalam penetapan tarif yang dituangkan dalam peraturan daerah mengenai pumungutan retribusi pengendalian menara telekomunikasi, namun harus tetap sesuai dengan tata cara penghitungan retribusi yang diatur dalam ketentuan Pasal 151 UU PDRD. Dengan demikian apabila penjelasan Pasal 124 UU PDRD diubah sebagaimana petitum Pemohon, permohonan Pemohon, dikawatirkan pemerintah dianggap telah memberi ruang yang berlebih bagi pemerintah daerah dalam menetapkan tarif retribusi, sehingga pemerintah memandang perlu mengatur batas maksimum tarif retribusi pengendalian menara telekomunikasi yang ditetapkan pemerintah daerah dalam peraturan daerah. Selanjutnya terhadap dalil Pemohon yang menganggap dampak dari Penjelasan Pasal 124 UU PDRD membuat ketentuan penetapan tarif retribusi pengendalian menara telekomunikasi tidak lagi didasarkan pada biaya-biaya pengawasan dan pengendalian sebagaimana diatur dalam Pasal 151, 152, dan Pasal 161 UU PDRD. Karena dalam praktiknya pemerintah daerah melalui peraturan daerah mengenai penetapan tarif retribusi pengendalian menara telekomunikasi langsung menetapakan tarif sebesar 2% dari Nilai Jual Objek Pajak atau NJOP, pajak bumi dan bangunan atau PBB menara telekomunikasi. Pemerintah berpendapat, dalam rangka untuk melindungi masyarakat dari beban yang berlebihan perlu diatur batasan maksimum tarif retribusi pengendalian menara telekomunikasi paling tinggi 2% dari NJOP PBB menara telekomunikasi. Apabila batasan maksimum 2% yang diatur dalam Penjelasan Pasal 124 UU PDRD dihapus sebagaimana permohonan Pemohon, maka tidak akan ada lagi batasan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan tarif. Hal tersebut dapat berdampak munculnya kesewenang-wenangan pemerintah daerah dalam menentukan tarif yang justru dapat merugikan masyarakat, pada prinsipnya pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada wajib retribusi pengendalian menara telekomunikasi adalah pelayanan yang bersifat pengawasan dan pengendalian, namun pada praktiknya penghitungan biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pengawasan dan pengendalian dimaksud sulit ditentukan. Untuk itu demi kepastian hukum dan guna mempermudah penghitungan UU PDRD mengatur bahwa besaran tarif retribusi pengendalian menara telekomunikasi yang dapat ditetapkan oleh pemerintah daerah adalah paling tinggi 2% dari NJOP PBB menara telekomunikasi.

9 Dengan demikian pemerintah berpendapat bahwa permasalahan penetapan tarif paling tinggi 2% dari NJOP PBB menara telekomunikasi bukan terletak pada Penjelasan Pasal 124 UU PDRD, namun terkait dengan implementasi norma oleh pemerintah daerah yang dituangkan dalam peraturan daerah masing-masing. Oleh karena itu, terhadap anggapan Pemohon yang mendalilkan hak dan atau kuwe hak dan kewenangan konstitusionalnya dirugikan atas berlakunya Penjelasan Pasal 124 UU PDRD tersebut adalah tidak berdasar sama sekali karena pokok permasalahan yang diajukan untuk diuji dalam permohonan constitutional review saat ini adalah merupakan keberatan Pemohon terhadap pengenaan tarif retribusi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah melalui peraturan daerah, sehingga hal ini bukan merupakan isu konstutisionalitas dari keberlakuan norma. Bahwa terhadap keberatan Pemohan tersebut, UU PDRD memberikan kesempatan bagi Pemohon agar dapat mengajukan keberatan kepada kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk atas surat keputusan surat ketetapan retrebusi daerah atau SK RD atau dokumen lain yang dipersamakan sehing sebagimana tertuang dalam Pasal 162 UU PDRD. Yang Mulia Ketua Mejelis Mahkamah Hakim Mahkamah Konstitusi. Terhadap dalil Pemohon yang menganggap hak dan atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan dengan keberlakuan Penjelasan Pasal 124 UU PDRD karena ketentuan a quo telah menimbulkan ketidakpastian hukum dan menghambat penyedia menara untuk melaksanakan prinsip-prinsip kepentingan umum dalam rangka menyediakan sarana telekomunikasi demi terpenuhinya hak-hak rakyat atas komunikasi sebagaimana telah dijamin oleh konstitusi, akibatnya retribusi menara telekomunikasi secara tidak langsung telah merugikan hak-hak rakyat atas komunikasi, sebagaimana dijamin dalam Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 28F Undang-Undang Dasar Pemerintah berpendapat bahwa ketentuan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang dijadikan sebagai batu uji dalam permohonan a quo oleh Pemohon pada hakikatnya memberikan suatu hak konstitusional bagi setiap orang yang berupa hak pengakuan di hadapan hukum, hak jaminan di hadapan hukum, hak perlindungan hukum, hak kepastian hukum, serta hak perlakuan yang sama di hadapan hukum. Pemerintah berpendapat bahwa dengan adanya Penjelasan Pasal 124 UU PDRD mengenai retribusi pengendalian menara telekomunikasi justru memberikan kejelasan tentang adanya kepastian hukum terhadap seluruh rakyat Indonesia karena dengan penetapan tarif maksimun 2% dari NJOP PBB menara telekomunikasi mempermudah perhitungan bagi masyarakat dan memberikan batasan kewenangan bagi pemerintah daerah untuk menetapkan tarif dalam batas maksimum. Pemerintah juga berpendapat bahwa Penjelasan Pasal 124 UU PDRD tidak bertentangan dengan Pasal 28F Undang-Undang Dasar 1945

10 karena Pemohon tidak dapat membuktikan bahwa dengan penerapan Penjelasan Pasal 124 UU PDRD tersebut, hak konstitusional Pemohon dan masyarakat untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi telah dirugikan. Justru dengan penetapan tarif maksimum 2% dari NJOP PBB, menara telekomunikasi tersebut hak warga negara untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi tidak dirugikan. Berdasarkan hal-hak tersebut di atas, Pemerintah menyimpulkan bahwa Pemohon telah keliru dalam memahami Penjelasan Pasal 124 UU PDRD. Sejalan dengan hal tersebut, maka petitum permohonan Pemohon adalah tidak beralasan menurut hukum karena Penjelasan Pasal 124 UU PDRD justru memperjelas tentang adanya kepastian hukum, sehingga Pemerintah menyatakan tidak ada alasan untuk meragukan konstitusionalitas dari Penjelasan Pasal 124 UU PDRD karena terbukti tidak bertentangan dengan Pasal 28 ayat (1 ) dan Pasal 28F Undang-Undang Dasar Yang Mulia Ketua Majelis Mahkamah Konstitusi. Berdasarkan penjelasan dan argumentasi tersebut di atas, Pemerintah memohon kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia yang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan pengujian atau constitutional review Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dapat memberikan putusan seagai berikut. 1. Menyatakan bahwa Pemohon tidak mempunyai kedudukan hukum atau legal standing 2. Menolak permohonan pengujian Pemohon atau void seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan permohonan pengujian Pemohon tidak dapat diterima 3. Menerima keterangan presiden secara keseluruhan 4. Menyatakan Penjelasan Pasal 124 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tidak bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) dan Pasa l 28F Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Atas perhatian Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia diucapkan terima kasih. Jakarta, 15 September Kuasa Hukum Presiden Republik Indonesia, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, tertanda Amir Syamsuddin. Menteri Keuangan, tertanda Muhammad Chatib Basri. Demikian, Ketua. Terima kasih. Wassalamualaikum wr. wb. 13. KETUA: HAMDAN ZOELVA Baik. Terima kasih. Kepada Pemohon, saya mau tanya sedikit. Itu 2% itu... atau Pemerintah ya, 2% dari NJOP itu apakah sepanjang tanah yang dipergunakan untuk membangun menara itu? Atau NJOP ini maksudnya apa?

11 14. KUASA HUKUM PEMOHON: DONNY TRI ISTIQOMAH Sebenarnya di Pasal 151 Yang Mulia sudah ada formula penetaan retribusi, sayangnya di penjelasan Pasal 124 kemudian Pemerintah mematok 2% dari nilai jual objek pajak. Itu sebenarnya NJOP kan untuk pajak, tapi dimodifikasi untuk digunakan retribusi menara telekomunikasi. Dampaknya yang mahal bukan di pajak tanahnya, Yang Mulia, tapi pajak bangunan. Itu tower, menara itu, dihitung sama pemerintah daerah itu begitu besar sehingga rata-rata satu menara itu antara Rp sampai Rp per site, per tahun. 15. KETUA: HAMDAN ZOELVA Oh, jadi itu meter menaranya yang di hitung? 16. KUASA HUKUM PEMOHON: DONNY TRI ISTIQOMAH Menaranya yang mahal. Padahal kalau menggunakan formula pengendalian dan pengawasan, biaya pengawasan itu berapa sih? Biaya pengendalian menara ini berapa sih? Tidak lebih dari Rp ,00 seperti yang sudah kami formulakan di sini, Yang Mulia. Seandainya kita pakai konsisten pada Pasal 151 tidak menurunkan NJOP. Sehingga ada selisih antara Rp ,00 dan Rp ,00 dari pada pakai yang Rp ,00 lebih baik Rp ,00. Satu sisi PAD tetap bisa bertahan, daerah tetap bisa mendapatkan pemasukan dari retribusi menara, satu sisi juga provider juga tidak dirugikan. Sehingga investasi daerah bisa tetap berjalan secara lancar. Itu, Yang Mulia. 17. KETUA: HAMDAN ZOELVA Coba tanya kepada Pemerintah. Tarif jasa ini dalam praktiknya memang fix 2%? Jadi, enggak ada alternatif lain berdasarkan... berdasarkan besarnya tarif jasa yang diperoleh oleh... oleh anu perusahaan jasa? 18. PEMERINTAH: BOEDIARSO TEGUH WIDODO Maksimum, Yang Mulia. Jadi, ada daerah... banyak daerah yang menetapkan di bawah 2%. 19. KETUA: HAMDAN ZOELVA Oh, ini maksimum ya.

12 20. KUASA HUKUM PEMOHON: DONNY TRI ISTIQOMAH Yang Mulia. 21. KETUA: HAMDAN ZOELVA Sebentar... sebentar. Tapi itu tadi yang NJOP itu betul ya menara ya dihitung menara ya, sama tanah berarti ya? Bangunan dan tanah begitu? 22. PEMERINTAH: OBOR PEMBIMBING HARIARA Hanya menara saja, Yang Mulia. 23. KETUA: HAMDAN ZOELVA Hanya menaranya saja? 24. PEMERINTAH: OBOR PEMBIMBING HARIARA Menara. Jadi, kebanyakan ada terdapat beberapa daerah itu menghitung dari bangunan juga dan itu sebenarnya tidak benar. Yang benar hanya menaranya saja maksimal 2%. Jadi, kalau langsung ditetapkan 2% sebenarnya tidak bisa begitu saja harus mengacu ke Pasal KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, itu kan di samping menara itu ada bangunan kecil. 26. PEMERINTAH: OBOR PEMBIMBING HARIARA Ya, itu enggak kena ke situ. 27. KETUA: HAMDAN ZOELVA Enggak masuk sebenarnya? 28. PEMERINTAH: OBOR PEMBIMBING HARIARA Enggak masuk.

13 29. KETUA: HAMDAN ZOELVA Kalau memasukkan itu enggak benar ya. Baik, Saudara Pemohon akan ajukan ahli? 30. KUASA HUKUM PEMOHON: DONNY TRI ISTIQOMAH Ya, Yang Mulia. Kebetulan ahli yang bisa... dia ahli untuk menyusun formula retribusi itu seperti apa sebenarnya seperti itu. 31. KETUA: HAMDAN ZOELVA Ya, enggak apa-apa. Ahli atau saksi silakan saja ya. Saudara mengajukan saksi atau ahli. 32. KUASA HUKUM PEMOHON: DONNY TRI ISTIQOMAH Ya. Terima kasih, Yang Mulia. 33. KETUA: HAMDAN ZOELVA Berapa orang ahli yang akan diajukan atau saksi? 34. KUASA HUKUM PEMOHON: DONNY TRI ISTIQOMAH Kami hanya mengajukan satu ahli saja, Yang Mulia, khusus untuk tentang formula retribusi. 35. KETUA: HAMDAN ZOELVA saksi? Satu ahli saja ya. Baik, Pemerintah akan mengajukan ahli atau 36. PEMERINTAH: OBOR PEMBIMBING HARIARA Ya, Yang Mulia. Kami akan mengajukan ahli juga namun nanti kami akan susulkan kemudian. 37. KETUA: HAMDAN ZOELVA Sekaligus saja kan hanya satu biar sekali sidang. Ya, nanti disusul belakangan tidak apa-apa tapi berapa jumlahnya.

14 38. PEMERINTAH: OBOR PEMBIMBING HARIARA Dua paling banyak. 39. KETUA: HAMDAN ZOELVA Dua ya. Satu ya, satu ahli? Baik. Jadi, sekaligus saja nanti dibawa satu ahli dari Pemohon dan dua ahli dari Pemerintah. 40. PEMERINTAH: OBOR PEMBIMBING HARIARA Baik. 41. KETUA: HAMDAN ZOELVA Sidang selanjutnya akan dilaksanakan pada hari Kamis 2 Oktober 2014 pukul WIB untuk mendengarkan keterangan ahli dari Pemohon satu orang dan dari Pemerintah dua orang, ya. Dengan demikian sidang ini selesai dan sidang dinyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 15 September 2014 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.