HUBUNGAN ANTARA TIPOLOGI PENGGUNA MEDIA SOSIAL DENGAN EKSPLORASI DAN KOMITMEN SEBAGAI DIMENSI IDENTITAS EGO PADA REMAJA JABODETABEK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA TIPOLOGI PENGGUNA MEDIA SOSIAL DENGAN EKSPLORASI DAN KOMITMEN SEBAGAI DIMENSI IDENTITAS EGO PADA REMAJA JABODETABEK"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA TIPOLOGI PENGGUNA MEDIA SOSIAL DENGAN EKSPLORASI DAN KOMITMEN SEBAGAI DIMENSI IDENTITAS EGO PADA REMAJA JABODETABEK Iga Putri Hadiyati Universitas Bina Nusantara, (Iga Putri Hadiyati, Raymond Godwin, S.Psi., M.Si) ABSTRAK This study aimed to determine correlation between the typology of social networking sites users with ego identity s dimention (exploration and commitment) on JABODETABEK S Adolescent. The technique used is purposive sampling. The subjects were high school adolescents aged years. This study uses a quantitative approach. Results from this study is that there correlation between lurkers category in the typology of social networking sites users with exploration (Cramer's V=0,117; p<0,05).(iph). Kata Kunci : Typology, Exploration, Commitment, Ego Identity, Social Networking ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tipologi pengguna media sosial dengan eksplorasi dan komitmen sebagai dimensi identitas ego pada remaja Jabodetabek. Teknik yang digunakan adalah purposive sampling. Subjek penelitian ini adalah remaja SMA usia tahun. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan antara kategori lurkers dalam tipologi pengguna media sosial dengan exploration (Cramer's V=0,117; p<0,05).(iph). Kata Kunci : Tipologi, Eksplorasi, Komitmen, Identitas Ego, Media Sosial

2 PENDAHULUAN Perkembangan teknologi menjadikan internet sebagai bagian dari kehidupan masyarakat modern saat ini. Dengan internet, tidak ada lagi batasan antar ruang dan waktu dalam berkomunikasi dengan berbagai orang di berbagai belahan dunia. Internet mampu menghubungkan pihak yang satu dengan pihak lainnya secara bersamaan dengan prinsip komunikasi dua arah. Teknologi internet memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan informasi dunia. Dahulu, manusia memerlukan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan informasi mengenai kejadian yang terjadi hari ini, namun sekarang informasi dapat menyebar dengan cepat. Hanya dalam hitungan satu detik, manusia bisa mendapatkan informasi baru. Berdasarkan data dari Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesi/APJII (APJII, 2013), pengguna Internet di Indonesia mengalami kenaikan disetiap tahunnya, dibuktikan pada tahun 2012 pengguna internet di Indonesia adalah 63 juta. Pada tahun 2013 mengalami kenaikan sekitar 19 juta pengguna dengan total pengguna 82 juta. Pada tahun 2014 pengguna internet mengalami kenaikan sekitar 25 juta pengguna dengan total 107 juta pengguna. Sedangkan tahun 2015, penggunaan internet juga mengalami kenaikan yang cukup tinggi dengan kenaikan sekitar 32 juta dengan total 139 juta (APJII, 2013) Menurut Juditha (2003), berbagai kegiatan yang saat ini marak dilakukan melalui internet salah satunya adalah akses pada media sosial. Mengakses media sosial saat ini sudah menjadi rutinitas kebanyakan remaja. Tidak hanya dengan menggunakan komputer/laptop saja tetapi kini dapat mengaksesnya melalui telpon seluler dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh sejumlah provider telepon selular. Menurut Juditha (2003), saat ini remaja tidak hanya menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan orang lain, namun juga menggunakannya sebagai sebuah sarana sosialisasi, membentuk hubungan yang lebih bertahan lama, bahkan dapat berkembang secara nyata di dalam kehidupan sosial. Media sosial banyak digemari oleh remaja saat ini karena dapat mengabadikan moment/peristiwa di sekelilingnya melalui updatean dan dokumentasi foto, juga dapat menuangkan ide kreatif melalui sarana informasi atau mungkin sebagai media promosi (Juditha, 2011). Menurut Irsalina (2013), media sosial mulai terkenal ketika munculnya Friendster, MySpace hingga akhirnya munculah Facebook yang merupakan gebrakan besar bagi dunia jejaring sosial, disusul dengan Twitter yang lebih praktis dari segi tampilan dan pengaturan, lalu muncul Instagram yang merupakan jejaring sosial menarik karena dapat menaruh berbagai macam foto dengan caption tertentu, sehingga dapat membagi moment hidup dalam bentuk foto dan video. Tidak hanya itu, muncul juga Path dan FourSquare yaitu suatu jejaring yang dapat menunjukan posisi atau keberadaan seseorang, dengan fitur check-in dapat memberi tahu orang-orang dimana kita berada, sedang apa anda, dan dengan siapa anda pergi. Selain itu ada pula Tumblr, semacam blog namun dengan fitur yang menarik dan lebih stylish. Munculnya berbagai macam media sosial ini membuat banyak orang tertarik untuk menggunakannya. Menurut Lukman (2013), remaja menjadi pengguna yang paling aktif dalam menggunakan media sosial. Bahkan, seringkali remaja memposting terlalu banyak hal di media sosial. Remaja, menurut Techinasia (2015), menggunakan berbagai macam media sosial, diantaranya Facebook, Whatsapp, Twitter, Google, Linkedin, Instagram, Skype, Pinterest, dan Line. Dari semua media sosial tersebut Facebook memiliki presentase paling banyak dengan jumlah 14%. Sedangkan, media sosial yang memiliki presentase paling sedikit adalah Skype, Pinterest dan Line dengan jumlah 6%. Erikson (dalam Santrock, 2011) usia remaja yang berada antara 10 sampai 20 tahun berada pada tahap identity vs identity confusion atau disebut juga sebagai fase pencarian jati diri. Pada tahap ini remaja berusaha menemukan gambaran diri yang ideal dengan melakukan berbagai macam peran dan juga kepribadian. Menurut Erikson (dalam Corsini, 2002), identitas adalah suatu perasaan tentang menjadi seseorang yang sama, perasaan tersebut melibatkan sensasi fisik dari tubuh, citra tubuh, tujuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dimiliki oleh seseorang, suatu perasaan yang berhubungan dengan rasa keunikan dan kemandirian. Teori Erikson mengenai identitas dielaborasi oleh Marcia (1976), yang melihat identitas sebagai suatu proses dan pendekatan untuk mengukur perkembangan status identitas remaja pada setiap titik tertentu. Menurut Marcia (1976), konsep dari eksplorasi dan komitmen adalah kunci untuk mengidentifikasi proses pembentukan identitas diri pada remaja. Eksplorasi terjadi ketika remaja memasuki proses pilihan dan pengambilan keputusan mengenai hubungan dengan orang lain, agama, gaya hidup, atau pekerjaan. Sedangkan pada komitmen terjadi penerimaan tujuan hidup tertentu, yang mencakup tanggung jawab atas pilihan-pilihan hidup dan perbuatannya. Erikson (dalam Mandja, 2014) berpendapat bahwa ego identity merupakan perkembangan yang dialami oleh setiap individu dimana mereka berada di dalam kerangka lingkungan masyarakat dan budaya dan setiap individu dapat menemukan siapa dirinya yang sebenarnya.

3 Menurut Marcia (1993) memaparkan adanya dua dimensi yang dapat memperjelas akan keberadaan identitas ego pada diri individu, yaitu exploration dan commitment. Exploration tertuju pada periode dimana individu mulai mempertanyakan secara lebih mendalam mengenai tujuan, nilai dan keyakinan yang akan atau telah dianut. Ia harus memilah-milah berbagai alternatif tujuan, nilai dan keyakinan yang di tawarkan untuk kemudian memilih yang paling sesuai dengan dirinya. Commitment tertuju pada ketetapan individu terhadap tujuan dan rencana yang telah dibuatnya. Apabila ia telah membuat sebuah keputusan yang tetap dan pasti tentang tujuan, nilai dan keyakinannya, ia tidak ragu dan juga tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal lain yang dapat membuatnya mengubah keputusan tesebut. Menurut Louge (2006), remaja sering menghabiskan waktu sehari-hari mereka di media sosial, yang merupakan suatu lingkungan sosial yang baru bagi remaja dimana mereka dapat mencari identitas diri dengan menjalin hubungan dengan teman serta membangun relasi baru dengan orang yang belum dikenal. Media sosial adalah sarana komunikasi online yang bertujuan menghubungkan para pengguna untuk saling berbagi informasi, video, audio, foto dan lainnya (Boyd & Ellison, 2007). Media sosial sendiri keberadaannya dijadikan sebagai suatu kondisi atas situasi kehidupan yang memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap dinamika kehidupan manusia terutama remaja. Sangat mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama bagi remaja dalam membuat akun di media sosial. Menurut Brandtzaeg dan Heim (2011), typology adalah penggolongan penggunaan sosial media ke dalam kategori-kategori. Berdasarkan hasil penenelitiannya, Brandtzaeg dan Heim (2011) menyebutkan bahwa terdapat lima tipe pengguna media sosial berdasarkan motivasi dan partisipasinya. Brandzaeg dan Heim menjelaskan bahwa ada dua motivasi penggunaan media sosial, yaitu informational dan recreational. Motivasi Informational adalah menggunakan media sosial hanya untuk mencari informasi-informasi saja, sedangkan motivasi Recreational adalah menggunakan media sosial untuk mencari kesenangan. Sedangkan mengenai partisipasi, Brandtzaeg dan Heim menjelaskan bahwa ada dua jenis partisipasi, yaitu tinggi dan rendah. Dikatakan partisipasi tinggi apabila seseorang menggunakan banyak media sosial untuk mencari informasi terkini, mencari kesenangan, mencari teman baru, suka menanggapi komentar-komentar yang di lontarkan oleh orang lain, dan waktu membuka media sosial cukup lama dan berulang. Sedangkan partisipasi rendah jika seseorang mempunyai satu jenis media sosial yang hanya digunakan untuk membaca tanpa menanggapi komentar-komentar, hanya sesekali membuka media sosial. Dari motivasi dan partisipasinya, Brandtzaeg dan Heim (2011) menyebutkan bahwa pengguna media sosial dapat digolongkan ke dalam lima tipe yaitu, Sporadic, Lurkers, Socialisers, Debaters, Actives. Tipe pertama Sporadic, adalah pengguna yang mengunjungi media sosial secara tidak rutin. Pengguna dalam tipe ini memiliki tingkat partisipasi yang rendah dan cenderung lebih banyak menggunakan media sosial untuk mencari informasi. Dalam tipe ini biasanya mereka hanya membuat status dan mengecek apakah ada yang memberi komentar atau tidak di status mereka. Tipe kedua Lurkers, adalah yang memiliki tingkat partisipasi rendah dan cenderung lebih ke arah recreation. Pengguna dalam tipe ini terlibat dalam beberapa kegiatan di media sosial, tetapi partisipasinya dalam tingkat yang rendah. Tipe ini memikirkan teknologi hanya untuk kesenangan dan untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain. Tipe ketiga Socialisers, pengguna yang memiliki tingkat partisipasi tinggi dan cenderung lebih ke arah recreation. Media sosial bagi tipe ini sangat penting karena orang-orang dalam tipe ini menggunakan media sosial untuk tetap berhubungan dengan teman-teman. Tipe keempat Debaters, pengguna yang memiliki tingkat partisipasi tinggi dan cenderung lebih ke arah informational. Tipe ini sangat bergantung pada internet untuk melaksanakan tugas-tugas praktis dan menggunakannya terutama untuk alasan instrumental. Tipe kelima Actives, pengguna yang memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dan memiliki motivasi yang seimbang antara informational dan recreation. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat apakah ada hubungannya antara tipologi dengan eksplorasi dan komitmen sebagai dimensi identitas ego. Peneliti berasumsi bahwa remaja yang memiliki eksplorasi dalam menggunakan media sosial dan mengunjungi media sosial hanya dari waktu ke waktu tetapi, tidak rutin cenderung memiliki tipe sporadics. Selanjutnya, peneliti berasumsi bahwa bahwa remaja yang memiliki eksplorasi dalam menggunakan media sosial agak terlibat dalam beberapa kegiatan di media sosial, tetapi penggunaannya dalam tingkat yang rendah dan untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain memiliki tipe lurkers. Selanjutnya, peneliti berasumsi bahwa remaja yang memiliki eksplorasi dalam menggunakan media sosial untuk tetap berhubungan dengan teman-teman cenderung memiliki tipe socializers. Selanjutnya, peneliti berasumsi bahwa remaja yang memiliki eksplorasi dalam menggunakan media sosial sangat bergantung pada internet untuk melaksanakan tugas-tugas praktis dan menggunakannya terutama untuk alasan instrumental cenderung memiliki tipe debaters. Selanjutnya, peneliti berasumsi bahwa remaja yang memiliki eksplorasi dalam menggunakan media sosial dan

4 memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dan memiliki motivasi yang seimbang antara informational dan recreation memiliki tipe actives Peneliti berasumsi bahwa remaja yang memiliki komitmen dalam menggunakan media sosial dan mengunjungi media sosial hanya dari waktu ke waktu tetapi, tidak rutin cenderung memiliki tipe sporadics. Selanjutnya, peneliti berasumsi bahwa bahwa remaja yang memiliki komitmen dalam menggunakan media sosial agak terlibat dalam beberapa kegiatan di media sosial, tetapi penggunaannya dalam tingkat yang rendah dan untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain memiliki tipe lurkers. Selanjutnya, peneliti berasumsi bahwa remaja yang memiliki komitmen dalam menggunakan media sosial untuk tetap berhubungan dengan teman-teman cenderung memiliki tipe socializers. Selanjutnya, peneliti berasumsi bahwa remaja yang memiliki komitmen dalam menggunakan media sosial sangat bergantung pada internet untuk melaksanakan tugas-tugas praktis dan menggunakannya terutama untuk alasan instrumental cenderung memiliki tipe debaters. Selanjutnya, peneliti berasumsi bahwa remaja yang memiliki komitmen dalam menggunakan media sosial dan memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dan memiliki motivasi yang seimbang antara informational dan recreation memiliki tipe actives. METODE PENELITIAN Karakteristik partisipan dalam penelitian ini adalah remaja yang berusia tahun, berdomisili di DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi, memiliki dan menggunakan akun media sosial. Penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling, dengan jenis pendekatan yang digunakan adalah purposive sampling. Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif untuk melihat hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya, data-data yang diperoleh akan diolah secara statistik. Berdasarkan tujuannya, yaitu mencari hubungan di antara kedua variabel. Penelitian ini masuk ke dalam penelitian korelasional. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian non-eksperimental, karena dalam penelitian ini tidak dilakukan sebuah eksperimen dan tidak ada manipulasi yang dilakukan oleh peneliti (Gravetter dan Forzano, 2011). Alat ukur penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel tipologi pengguna media sosial, menggunakan alat ukur yang di adaptasi dari Petter Bae Brandtzaeg (2011) A typology of Social Networking Sites Users. Alat ukur tipologi dibagi menjadi dua dimensi, yaitu motivasi dan partisipasi. Didalam dimensi motivasi terdapat dua indikator yaitu, informational dan recreational. Pada alat ukur tipologi pengguna media sosial terdiri dari 24 butir pernyataan dengan pembagian 5 pernyataan yang menunjukan informational dan 19 pernyataan yang menunjukan recreational. Pilihan jawaban berupa skala likert. Pilihan jawaban yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Tidak Pernah, Sesekali dalam 1 bulan, Sesekali dalam satu minggu, Setiap hari. Hasil validitas pada alat ukur tipologi variabel informational menunjukan Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling (KMO) sebesar 0,643 dengan cornbach s alpha sebesar 0,608. Selanjutnya pada variabel recreational menunjukan Kaiser-Meyer- Olkin Measure of Sampling (KMO) sebesar 0,648 dengan cornbach s alpha sebesar 0,682. Pada alat ukur identitas ego, peneliti mengadaptasi alat ukur Ego Identity Process Questionnaire (EIPQ) yang disusun dari Balistreri, Busch-Rossangel dan Geisinger (1995). Pada alat ukur identitas ego sesudah item digugurkan terdiri dari 22 butir pernyataan, yang di bagi menjadi dua dimensi yaitu exploration dan commitment. Pada dimensi exploration terdiri dari 11 butir pernyataan bernada positif, sedangkan pada dimensi commitment terdiri dari 11 butir pernyataan yang bagi menjadi 7 butir pernyataan bernada positif dan 4 butir pernyataan negatif. Setiap butir memiliki pilihan jawaban dengan model skala Likert, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Agak Tidak Setuju (ATS), Agak setuju (AS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS). Hasil validitas pada alat ukur identias ego dimensi eksplorasi menunjukan Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling (KMO) sebesar 0,605 dengan cornbach s alpha sebesar 0,701. Selanjutnya pada dimensi komitmen, menunjukan Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling (KMO) sebesar 0,627 dengan cornbach s alpha sebesar 0,653. Sebelum melakukan penelitian, peneliti mencari fenomena yang tepat untuk dapat memutuskan lokasi yang cocok untuk melangsungkan penelitian. Peneliti memulai mencari fenomena sejak bulan Februari Kemudian peneliti mencari literatur untuk mendukung penelitian yang akan diteliti. Selanjutnya peneliti menyelesaikan landasan teori dengan mencari literatur dari setiap variabel yang diikuti dengan pencarian alat ukur. Untuk alat ukur identitas ego, peneliti melakukan wawancara kepada 90 orang remaja di Jakarta untuk mencocokan domain-domain dalam alat ukur. Selanjutnya peneliti melakukan expert judgement dengan dosen pembimbing skripsi. Kemudian, peneliti melanjutkan untuk menyebarkan alat ukur berupa kuisioner yang dijadikan sebagai piloting tes kepada 180 siswa SMK di

5 Jakarta, namun karena ada 4 partisipan yang digugurkan, jumlah partisipan pada uji alat ukur ini menjadi 176 partisipan. Sedangkan untuk field test penyebarkan kuesioner kepada 310 partisipan yang berdomisili di Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi. Pengolahan data pada penelitian ini dengan menggunakan teknik pengolahan data Chi Square yang dilakukan dengan program IBM SPSS Statistics 21.0 for windows. HASIL DAN BAHASAN Dalam uji korelasi yang peneliti gunakan adalah Chi-Square. Uji korelasi bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara tipologi pengguna media sosial dengan eksplorasi dan komitmen sebagai dimensi identitas ego pada remaja Jabodetabek. Kedua variabel dinyatakan berhubungan jika memiliki korelasi signifikansi < 0,05, begitu pula kebalikannya. Ho diterima jika signifikansi >0,05 sedangkan Ho ditolak jika signifikansi <0,05. Dibawah ini adalah kisaran tingkatan korelasi: Tabel 1 Tingkat Korelasi Nilai Korelasi (+/-) Tingkat Korelasi 0,7-1 Tinggi 0,3-0,6 Sedang 0-0,2 Rendah Sumber : Brade, Kemp & Snelgar (2012) Tabel 1 Uji Korelasi Tipologi Pengguna Media Sosial dengan Exploration Variabel Cramer's V Signifikansi SPORADICS * EXPLORATION 0,081 0,154 LURKERS * EXPLORATION 0,117 0,040 SOCIALIZERS * EXPLORATION 0,018 0,746 DEBATERS * EXPLORATION 0,051 0,368 ACTIVES * EXPLORATION 0,004 0,942 Sumber: Data olahan SPSS 21 Korelasi antara sporadics dengan exploration tidak ada hubungan yang signifikan (Cramer's V=0,081; p>0,05), dengan nilai signifikansi sebesar 0,154. Hal ini mengindikasikan H0 1 diterima yaitu, tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori sporadics dalam tipologi pengguna media sosial dengan Korelasi antara lurkers dengan exploration ada hubungan yang signifikan (Cramer's V=0,117; p<0,05), dengan nilai signifikansi sebesar 0,040. Hal ini mengindikasikan Ha 2 diterima yaitu, ada hubungan yang signifikan antara kategori lurkers dalam tipologi pengguna media sosial dengan Hubungan antara kategori lurkers dengan exploration termasuk korelasi yang rendah dengan arah positif. Korelasi antara socializers dengan exploration tidak ada hubungan yang signifikan (Cramer's V=0,018; p>0,05), dengan nilai signifikansi sebesar 0,746. Hal ini mengindikasikan H0 3 diterima yaitu, tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori socializers dalam tipologi pengguna media sosial dengan

6 Korelasi antara debaters dengan exploration tidak ada hubungan yang signifikan (Cramer's V=0,051; p>0,05), dengan nilai signifikansi sebesar 0,368. Hal ini mengindikasikan H0 4 diterima yaitu, tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori debaters dalam tipologi pengguna media sosial dengan Korelasi antara actives dengan exploration tidak ada hubungan yang signifikan (Cramer's V=0,004; p>0,05), dengan nilai signifikansi sebesar 0,942. Hal ini mengindikasikan H0 5 diterima yaitu, tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori active dalam tipologi pengguna media sosial dengan Tabel 2 Uji Korelasi Tipologi Pengguna Media Sosial dengan Commitment Variabel Cramer's V Signifikansi SPORADICS * COMMITMENT 0,074 0,195 LURKERS * COMMITMENT 0,000 0,996 SOCIALIZERS * COMMITMENT 0,069 0,223 DEBATERS * COMMITMENT 0,034 0,546 ACTIVES * COMMITMENT 0,003 0,956 Sumber: Data olahan SPSS 21 Korelasi antara sporadics dengan commitment tidak ada hubungan yang signifikan (Cramer's V=0,074; p>0,05), dengan nilai signifikansi sebesar 0,195. Hal ini mengindikasikan H0 6 diterima yaitu, tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori sporadics dalam tipologi pengguna media sosial dengan Korelasi antara lurkers dengan commitment tidak ada hubungan yang signifikan (Cramer's V=0,000; p>0,05), dengan nilai signifikansi sebesar 0,996. Hal ini mengindikasikan H0 7 diterima yaitu, tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori lurkers dalam tipologi pengguna media sosial dengan Korelasi antara socializers dengan commitment tidak ada hubungan yang signifikan (Cramer's V=0,069; p>0,05), dengan nilai signifikansi sebesar 0,223. Hal ini mengindikasikan H0 8 diterima yaitu, tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori socializers dalam tipologi pengguna media sosial dengan Korelasi antara debaters dengan commitment tidak ada hubungan yang signifikan (Cramer's V=0,034; p>0,05), dengan nilai signifikansi sebesar 0,546. Hal ini mengindikasikan H0 9 diterima yaitu, tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori debaters dalam tipologi pengguna media sosial dengan Korelasi antara avtives dengan commitment tidak ada hubungan yang signifikan (Cramer's V=0,003; p>0,05), dengan nilai signifikansi sebesar 0,956. Hal ini mengindikasikan H0 10 diterima yaitu, tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori actives dalam tipologi pengguna media sosial dengan commitment sebagai dimensi identitas ego pada remaja Jabodetabek SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Tidak ada hubungan antara kategori sporadics dalam tipologi pengguna media sosial dengan 2. Ada hubungan antara kategori lurkers dalam tipologi pengguna media sosial dengan exploration sebagai dimensi identitas ego pada remaja Jabodetabek. Hubungan antara kategori lurkers dengan exploration termasuk korelasi yang rendah dengan arah positif. Semakin tinggi kecenderungan kategori lurkers semakin besar kemungkinan remaja bereksplorasi. Menurut Brandtzaeg dan Heim (2011), lurkers adalah orang-orang yang memiliki motivasi recreational dalam menggunakan media sosial, namun partisipasinya rendah. Orang yang memiliki motivasi recreational menggunakan media sosial untuk mencari hiburan. Kaitannya dengan eksplorasi memperlihatkan bahwa mereka yang masuk dikategori lurkers menggunakan media sosial untuk

7 mencari hiburan yang terkait dengan proses pembentukan identitasnya, namun mereka lebih banyak melihat atau membaca saja tanpa ikut berkontribusi, dan hanya untuk menyimak. Pengguna media sosial dengan tipe ini hanya untuk mencari hal-hal yang menyenangkan untuk dirinya sendiri. Orang yang bereksplorasi dalam media sosial cenderung mengunakan media sosial untuk bersenang-senang dengan membuat banyak akun dari berbagai media sosial yang sedang melambung popularitasnya, hal tersebut sejalan dengan kategori lurkers dimana orang yang menggunakan media sosial dalam kategori ini cenderung untuk senang-senang atau recreational dan menjaga hubungan baik dengan orang lain di media sosial. 3. Tidak ada hubungan antara kategori socializers dalam tipologi pengguna media sosial dengan 4. Tidak ada hubungan antara kategori debaters dalam tipologi pengguna media sosial dengan 5. Tidak ada hubungan antara kategori active dalam tipologi pengguna media sosial dengan 6. Tidak ada hubungan antara kategori sporadics dalam tipologi pengguna media sosial dengan 7. Tidak ada hubungan antara kategori lurkers dalam tipologi pengguna media sosial dengan 8. Tidak ada hubungan antara kategori socializers dalam tipologi pengguna media sosial dengan 9. Tidak ada hubungan antara kategori debaters dalam tipologi pengguna media sosial dengan 10. Tidak ada hubungan antara kategori actives dalam tipologi pengguna media sosial dengan commitment sebagai dimensi identitas ego pada remaja Jabodetabek Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, peneliti memiliki beberapa saran yang berkaitan dengan hasil penelitian berupa: 1. Penelitian selanjutnya, dengan menambahkan jumlah partisipan khususnya dalam masingmasing kategori tipologi. 2. Memfokuskan media sosial yang digunakan dengan exploration dan commitmentnya 3. Saat pengambilan data, sebaiknya tidak pada saat liburan sekolah. Jika kiranya akan ada kemungkinan terjadinya benturan jadwal, peneliti diharapkan dapat lebih cepat melakukan penelitian agar dapat mengambil data semua sampel yang ada (manajemen waktu), dan mengawasi saat partisipan mengisi kuesioner. 4. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi kepada remaja mengenai motivasi dan partisipasi dalam menggunakan media sosial, tipologi pengguna media sosial dengan pembentukan identitas diri remaja. REFERENSI APJII. (2013). Pengguna internet di Indonesia. Dipetik Maret 17, 2015, dari Balistreri, E., Busch-Rossnagel, N. A., & Geisinger, K. F. (1995). Development and preliminary validation of the Ego Identity Process Questionnaire. Journal of Adolescence,18, Boyd, D. E. & Ellison, N. B. (2007). Social network sites:definition, history, and scholarship. Dipetik 6 Maret 2015, dari Brade, M., Kemp, R., & Snelgar, R. (2012). SPSS for psychologist. United Kingdom: Palgrave MacMillan. Brandtzaeg, P.B., & Heim, J. (2011). A typology of social networking sites users. Int. J. Web, Based Communities, 1, 7, 28 51

8 Corsini, R. J. (2002). The Dictionary of Psychology. New York: Brunner Routledge. Gravetter, F. J., & Forzano, L. B. (2011). Research methods for the behavioral sciences (4 ed.). New York: Cengage Learning. Irsalina, H. (2013). Remaja dan Media Sosial. Dipetik Mei 14, 2015, dari Juditha, C. (2011). Hubungan pengguna situs jejaring sosial facebook terhadap perilaku remaja di kota Makassar. Jurnal Penelitian IPTEK-KOM, Vol 13, Louge, N. (2006). ACT for youth center of excellence research fact and findings. Cornwell University, University of Rochester. Dipetik Maret 20, 2015, dari Lukman, E. (2013). Teachinasia. Inilah yang dilakukan 74,6 juta pengguna internet indonesia ketika online. Diambil dari: Mandja, T. S. (2014). Studi analisis atas teori kepribadian manusia menurut Erik Ericson. Dipetik Maret 14, 2015, dari Marcia, J.E., et.al. (1993). Ego identity : A handbook for psychological research. New York: Springer. Marcia, J.E., et.al.. (1976). Identity six years after: A follow-up study. Journal of Youth and Adolescence, 5, Santrock, J. W. (2011). Masa Perkembangan Anak (11th ed). Jakarta: Salemba Humanika. RIWAYAT PENULIS Iga Putri Hadiyati, lahir di Kota Jakarta pada 29 Juli Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Psikologi pada 2015.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Identitas Ego 2.1.1. Definisi Identitas Menurut Erikson (dalam Corsini, 2002), identitas adalah suatu perasaan tentang menjadi seseorang yang sama, perasaan tersebut melibatkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STATUS IDENTITAS REMAJA JABODETABEK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STATUS IDENTITAS REMAJA JABODETABEK HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STATUS IDENTITAS REMAJA JABODETABEK Suci Ramadhanika Putri Universitas Bina Nusantara, suciramadhanika@yahoo.com (Suci Ramadhanika Putri, Raymon

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI EKSTRINSIK PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STRATEGI PRESENTASI DIRI DI MEDIA SOSIAL PADA REMAJA JABODETABEK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI EKSTRINSIK PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STRATEGI PRESENTASI DIRI DI MEDIA SOSIAL PADA REMAJA JABODETABEK HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI EKSTRINSIK PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STRATEGI PRESENTASI DIRI DI MEDIA SOSIAL PADA REMAJA JABODETABEK Ardini Galuh Mustika tikatikoo30@gmail.com Dosen Pembimbing : Raymond

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di zaman modern ini, internet merupakan sebuah kebutuhan yang dapat dikatakan wajib bagi setiap orang. Menurut Shelly dan Campbell (2012) internet merupakan jaringan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan menjelaskan variabel penelitian, hipotesis,

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan menjelaskan variabel penelitian, hipotesis, BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan menjelaskan variabel penelitian, hipotesis, partisipan penelitian, teknik sampling, desain penelitian, alat ukur penelitian, dan prosedur penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan membahas mengenai metodologi penelitian yang digunakan antara lain, desain penelitian, populasi dan sampel dan definisi operasional dari variabel yang dijadikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STRATEGI SELF PRESENTATION DI TWITTER PADA REMAJA JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STRATEGI SELF PRESENTATION DI TWITTER PADA REMAJA JAKARTA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STRATEGI SELF PRESENTATION DI TWITTER PADA REMAJA JAKARTA Aldi Indra Rahman Bina Nusantara Univeristy, Jl. K. H. Syahdan No. 9 Kemanggisan/Palmerah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN 2.1. Ego Development Definisi identitas menurut Erikson (dalam Subrahmanyam & Smahel, 2011) adalah perasaan subjektif terhadap diri sendiri yang konsisten dan berkembang dari

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-MONITORING DENGAN STRATEGI SELF-PRESENTATION DI MEDIA SOSIAL TWITTER PADA REMAJA JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA SELF-MONITORING DENGAN STRATEGI SELF-PRESENTATION DI MEDIA SOSIAL TWITTER PADA REMAJA JAKARTA HUBUNGAN ANTARA SELF-MONITORING DENGAN STRATEGI SELF-PRESENTATION DI MEDIA SOSIAL TWITTER PADA REMAJA JAKARTA Marsha Philia Syafar Marsha.syafar@gmail.com Dosen Pembimbing : Raymond Godwin, S. Psi., M.

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu dimensi humor styles dan kepuasan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional. Pada penelitian ini, motivasi penggunaan Twitter yang dimaksud adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional. Pada penelitian ini, motivasi penggunaan Twitter yang dimaksud adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional Variabel 1 : Motivasi penggunaan Twitter Pada penelitian ini, motivasi penggunaan Twitter

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian & definisi operasional Variabel adalah sebuah karakteristik atau kondisi yang berubah atau memiliki nilai yang berbeda

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran status identitas bidang pendidikan pada siswa kelas XI di SMA A Bandung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis. Variabel 2 = Intensitas penggunaan facebook

BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis. Variabel 2 = Intensitas penggunaan facebook BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN 3. 1. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis 3. 1. 1. Variabel Penelitian Variabel 1 = Self-Control Variabel 2 = Intensitas penggunaan facebook 3. 1. 2. Definisi

Lebih terperinci

REGULASI DIRI DAN ADIKSI SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK PADA MAHASISWA POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

REGULASI DIRI DAN ADIKSI SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK PADA MAHASISWA POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA REGULASI DIRI DAN ADIKSI SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK PADA MAHASISWA POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Raras Haryuningrum, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel, namun dikarenakan penelitian ini bukan bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini, peneliti akan mengetahui pengaruh intensitas penggunaan media sosial terhadap pembentukan identitas diri remaja, sehingga pendekatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang terlibat langsung di

III. METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang terlibat langsung di III. METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang terlibat langsung di dalam penelitian. 2. Objek Penelitian Objek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Menurut Kerlinger (dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Menurut Kerlinger (dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Menurut Kerlinger (dalam Sugiyono, 2012:7), penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan teknologi membuat facebook dapat diakses dimana saja, kapan saja dan melalui apa saja. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang digunakan. Akan dipaparkan secara singkat variabel penelitian, definisi operasional dari variabel, karakterisitik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan Internet memengaruhi cara orang-orang menghabiskan waktu luang. Internet merupakan salah satu cara mudah, relatif murah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Self-monitoring merupakan kemampuan individu dalam. menampilkan dirinya terhadap orang lain dengan menggunakan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Self-monitoring merupakan kemampuan individu dalam. menampilkan dirinya terhadap orang lain dengan menggunakan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Definisi Operasional Self-monitoring Self-monitoring merupakan kemampuan individu dalam menampilkan dirinya terhadap orang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan model penelitian korelasional. Pendekatan kuantitatif menekankan analisa pada data angka yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu proses pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel) dan Variabel Terikat (Dependent Variabel). Variabel bebas dalam

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel) dan Variabel Terikat (Dependent Variabel). Variabel bebas dalam BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu Variabel bebas (Independent Variabel) dan Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Objek Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang mencoba mencari deskripsi

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional a. Perceived social support Perceived social support biasanya didefinisikan sebagai persepsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian diferensial. Penelitian diferensial adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian diferensial. Penelitian diferensial adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan penelitian dan prosedur penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian diferensial. Penelitian diferensial adalah membandingkan dua atau lebih kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang dipelajari

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian & hipotesis 3.1.1 Definisi operasional variabel penelitian Variabel penelitian menurut Hatch dan Farhady (dalam Iskandar, 2013) adalah atribut dari objek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. a. Desain Penelitian. pengguna facebook yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.

BAB III METODE PENELITIAN. a. Desain Penelitian. pengguna facebook yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. BAB III METODE PENELITIAN a. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang menghubungkan antara variabel motif afiliasi dengan keterbukaan diri mahasiswa pengguna facebook yang

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN Dalam bab ini, peneliti akan menguraikan mengenai kesimpulan, dan diskusi mengenai penelitian yang telah dilakukan, dan saran-saran yang akan berguna bagi penelitian selanjutnya.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. penelitian yang berupa angket bersifat close-ended questionare (angket

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. penelitian yang berupa angket bersifat close-ended questionare (angket BAB IV ANALISIS DATA A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti mempersiapkan instrumen penelitian yang berupa angket bersifat close-ended questionare

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian 3.1.1. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah sejumlah individu yang paling sedikit memiliki sifat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar untuk berkomunikasi dan terhubung dengan manusia lain. Manusia cenderung berkumpul dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media sosial merupakan salah satu elemen di era globalisasi yang paling berkembang berdasarkan segi fitur dan populasi pemakai. Berdasarkan data dari US Census Bureau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak dapat terbendung lagi. Perkembangan tersebut diiringi juga dengan perkembangan media internet yang biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 88 juta orang dengan komposisi sebagai berikut: Tabel 1.1 Komposisi Pengguna Internet Indonesia Berdasarkan Usia

BAB I PENDAHULUAN. 88 juta orang dengan komposisi sebagai berikut: Tabel 1.1 Komposisi Pengguna Internet Indonesia Berdasarkan Usia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat di era globalisasi saat ini, tidak dapat dipungkiri mempengaruhi kehidupan manusia baik di bidang ekonomi,

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian A. Objek / Subjek Peneletian Objek dalam penelitian ini adalah situs Traveloka, subjek adalah satu anggota dari sampel, sebagaimana elemen adalah satu anggota dari populasi (Sekaran,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Fokus Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Peneltian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Fokus Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Peneltian... 9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. i LEMBAR PERSETUJUAN. ii PERNYATAAN ORISINALITAS. iii LEMBAR PENGESAHAN. iv KATA PENGANTAR. v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH vii ABSTRAK viii ABSTRACT.. ix DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini,

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, selanjutnya peneliti akan memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian. Pada bab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. yaitu sebuah metode yang datanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka (Sugiyono, 2009). Desain ini sangat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena

BAB 3 METODE PENELITIAN. Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena BAB 3 METODE PENELITIAN Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditentukan apakah hasil dari suatu penelitian dapat dipertanggung

Lebih terperinci

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Identitas Ego 2.1.1. Definisi identitas Erikson (dalam Santrock, 2011) berpendapat bahwa identitas merupakan sebuah aspek kunci dari perkembangan remaja. Identitas merupakan

Lebih terperinci

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, dengan dua variabel X dan Y. Kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut :

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, dengan dua variabel X dan Y. Kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut : BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian korelasional. Desain penelitian korelasional dipilih oleh peneliti karena desain

Lebih terperinci

PERSONAL BRANDING MELALUI MEDIA SOSIAL

PERSONAL BRANDING MELALUI MEDIA SOSIAL PERSONAL BRANDING MELALUI MEDIA SOSIAL Elda Franzia 1) 1) Prodi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Trisakti E-mail: eldafranzia@gmail.com Abstrak Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian kali ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang menggunakan paradigma

Lebih terperinci

2 gambar terbaik untuk mengatur kesan yang baik kepada orang lain. Hal ini terlihat, data dari Taylor Nelson Sofres (TNS) tahun 2015 tercatat lebih da

2 gambar terbaik untuk mengatur kesan yang baik kepada orang lain. Hal ini terlihat, data dari Taylor Nelson Sofres (TNS) tahun 2015 tercatat lebih da BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya media komunikasi internet dalam kehidupan manusia menghadirkan suatu peradaban baru khususnya dalam proses komunikasi dan informasi. Ellison dan Boyd dalam

Lebih terperinci

Bab 3 Desain Penelitian

Bab 3 Desain Penelitian Bab 3 Desain Penelitian Bab ini akan menjabarkan variabel penelitian (definisi operasional dan hipotesis), responden penelitian, desain penelitian, alat ukur penelitian, dan prosedur penelitian. 3.1 Variabel

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable penelitian, definisi operasional variable penelitian, populasi dan sampel, metode pengambilan sampel, desain

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian & Definisi Operasional Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang akan diuji adalah: 1. Variable (X): Materialisme

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional. Variabel penelitian adalah atribut atau sifat yang dimiliki oleh objek,

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional. Variabel penelitian adalah atribut atau sifat yang dimiliki oleh objek, BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional Variabel penelitian adalah atribut atau sifat yang dimiliki oleh objek, individu, ataupun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciriciri

METODOLOGI PENELITIAN. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciriciri METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 3.1.1 Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciriciri dan keberadaannya diharapkan mampu

Lebih terperinci

Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh dimensi kualitas layanan dalam. menciptakan Word of Mouth (WOM) pada Klinik Kecantikan Kusuma di Bandar

Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh dimensi kualitas layanan dalam. menciptakan Word of Mouth (WOM) pada Klinik Kecantikan Kusuma di Bandar 37 III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh dimensi kualitas layanan dalam menciptakan Word of Mouth (WOM) pada Klinik Kecantikan Kusuma di Bandar Lampung.

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian 39 BAB 3 Metode Penelitian Bab ini akan membahas metode penelitian yang terdiri atas perumusan masalah, hipotesis penelitian, variabel penelitian, subyek penelitian, alat ukur atau instrumen akan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat ataupun wilayah yang akan diteliti. Peneliti melakukan penelitian di SMPN 3 Bandung,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan, Jalan Hariang Banga Nomor 2 Tamansari Bandung. 2. Populasi Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI SUMBER DAYA MANUSIA DI HOTEL BOROBUDUR JAKARTA

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI SUMBER DAYA MANUSIA DI HOTEL BOROBUDUR JAKARTA PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI SUMBER DAYA MANUSIA DI HOTEL BOROBUDUR JAKARTA Felicia Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 7, felicia_fc@ymail.com Agung Gita Subakti,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai variabel penelitian dan hipotesis, subjek penelitian dan teknik sampling, desain penelitian, alat ukur penelitian, dan prosedur penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan seseorang terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan seseorang terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sikap pasien terhadap operasi medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 42 4. METODE PENELITIAN Bab metode penelitian ini membahas mengenai responden penelitian, peneliti, tipe dan desain penelitian, alat ukur penelitian, cara pengolahan data, metode pengumpulan data, dan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar

Bab I Pendahuluan. membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar 1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang di dalam hidupnya selalu memerlukan dan membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang dalam bahasa Inggris disebut social network sites merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang dalam bahasa Inggris disebut social network sites merupakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Situs jejaring sosial adalah suatu aplikasi yang memberdayakan jaringan internet (jaringan tanpa kabel) berbasis komputer yang dapat menghubungkan setiap individu

Lebih terperinci

media sosial. 6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status

media sosial. 6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil olahan data dapat disimpulkan bahwa: 1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity diffusion

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 29 BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan masalah penelitian, hipotesis berdasarkan permasalahan dalam penelitian, variabel-variabel penelitian yang akan diteliti, populasi dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian, sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data,

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN KOTA TANGERANG.

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN KOTA TANGERANG. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN KOTA TANGERANG. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1) Perkembangan dalam pelayanan kesehatan pada zaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di lingkungan Kampus Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. verifikatif. Sugiyono (2012:206) menyatakan bahwa Statistik deskriptif adalah

III. METODE PENELITIAN. verifikatif. Sugiyono (2012:206) menyatakan bahwa Statistik deskriptif adalah III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Sugiyono (2012:206) menyatakan bahwa Statistik

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Penelitian. 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesa Variabel Penelitian dan Devinisi Operasional

Bab 3 Metode Penelitian. 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesa Variabel Penelitian dan Devinisi Operasional Bab 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesa 3.1.1 Variabel Penelitian dan Devinisi Operasional Variabel 1 (V1) dalam penelitian ini adalah motivasi kerja.definisi operasional dari motivasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Nasution dan Usman (2007, h.2) mengatakan penelitian adalah sebuah proses untuk mendapatkan solusi dari permasalahan setelah melakukan studi dan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN Bab III membahas mengenai lokasi, populasi, sampel, desain penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional. asertivitas, pengguna dan bukan pengguna media sosial twitter

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional. asertivitas, pengguna dan bukan pengguna media sosial twitter BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu perbedaan asertivitas,

Lebih terperinci

Teknologi sudah bukan merupakan hal yang tabu atau hanya orang tertentu saja yang

Teknologi sudah bukan merupakan hal yang tabu atau hanya orang tertentu saja yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teknologi sudah bukan merupakan hal yang tabu atau hanya orang tertentu saja yang membutuhkan, namun sebagian besar orang dari semua kalangan diseluruh dunia. Teknologi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kuantitatif, melalui penyebaran kuesioner (angket) kepada responden. Teknik penggunaan angket adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DEINDIVIDUASI DAN PERILAKU AGRESI PELAKU CYBERBULLYING PADA REMAJA PENGGUNA ASK.FM DI DKI JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA DEINDIVIDUASI DAN PERILAKU AGRESI PELAKU CYBERBULLYING PADA REMAJA PENGGUNA ASK.FM DI DKI JAKARTA HUBUNGAN ANTARA DEINDIVIDUASI DAN PERILAKU AGRESI PELAKU CYBERBULLYING PADA REMAJA PENGGUNA ASK.FM DI DKI JAKARTA Ully Winiarty Amaniar Sitorus ullywas@yahoo.com Dosen Pembibing : Dr.Istiani Binus University

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai variabel dan hipotesis penelitian. Selain itu, akan diuraikan juga desain penelitian yang digunakan untuk membantu kelancaran didalam

Lebih terperinci

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA 30-40 TAHUN YANG BELUM MENIKAH Siti Anggraini Langgersari Elsari Novianti, S.Psi. M.Psi. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PERILAKU DIET BERLEBIHAN PADA REMAJA WANITA YANG BERPROFESI SEBAGAI PEMAIN SINETRON

HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PERILAKU DIET BERLEBIHAN PADA REMAJA WANITA YANG BERPROFESI SEBAGAI PEMAIN SINETRON HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PERILAKU DIET BERLEBIHAN PADA REMAJA WANITA YANG BERPROFESI SEBAGAI PEMAIN SINETRON ANJANA DEMIRA Program Studi Psikologi, Universitas Padjadjaran ABSTRAK Perkembangan dunia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini menganalisa tentang Pengaruh daya tarik iklan televisi terhadap

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini menganalisa tentang Pengaruh daya tarik iklan televisi terhadap III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini menganalisa tentang Pengaruh daya tarik iklan televisi terhadap kesadaran merek jamu Tolak Angin. Objek penelitian yang menjadi variabel bebas

Lebih terperinci

Kata kunci : Eksplorasi, Komitmen, Vokasional, Pemilihan jurusan di perguruan tinggi, Pelatihan Making Vocational Planning.

Kata kunci : Eksplorasi, Komitmen, Vokasional, Pemilihan jurusan di perguruan tinggi, Pelatihan Making Vocational Planning. ABSTRAK Penelitian ini merupakan uji coba modul pelatihan Making Vocational Planning untuk meningkatkan eksplorasi dan komitmen siswa-siswi SMA kelas XI dalam memilih jurusan di perguruan tinggi. Desain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. harga diri siswa kelas X di SMA N 1 Ampel, Boyolali. Desain dalam penelitian ini dapat disusun sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. harga diri siswa kelas X di SMA N 1 Ampel, Boyolali. Desain dalam penelitian ini dapat disusun sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini adalah penelitian dengan metode kuantitatif. Jenis penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif korelasional

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Data Penelitian Di dalam sub bab berikut ini akan dijelaskan secara detail mengenai data-data yang dipergunakan dalam penelitian ini. 3.1.1 Jenis dan Sumber Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengguna situs media sosial saat ini telah mengalami kemajuan yang pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media sosial mendominasi

Lebih terperinci

4. METODOLOGI PENELITIAN

4. METODOLOGI PENELITIAN 4. METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai metodologi dimulai dengan menjelaskan populasi dan sampel dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, objek penelitian ini adalah sepeda motor vario 150 yang berada di kota

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, objek penelitian ini adalah sepeda motor vario 150 yang berada di kota 25 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/subyek Penelitian Obyek penelitian adalah variabel atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian, objek penelitian ini adalah sepeda motor vario 150 yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah jam hanya untuk mengakses internet dan layanan teknologi baru lainnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah jam hanya untuk mengakses internet dan layanan teknologi baru lainnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia, saat ini individu tidak hanya hidup di dunia nyata, tetapi juga memiliki kehidupan di dunia

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 23 3. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Bagian pertama berisi permasalahan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Biro Kepegawaian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Biro Kepegawaian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Biro Kepegawaian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perceptions of Personal and Group Discrimination menyatakan bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perceptions of Personal and Group Discrimination menyatakan bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Need to belong pernah diteliti oleh Carvallo dan Pelham (2006) dalam penelitian yang berjudul When Fiends Become Friends: The Need to Belong and Perceptions

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh citra merek terhadap Niat Beli

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh citra merek terhadap Niat Beli 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh citra merek terhadap Niat Beli Shampo Dove di Bandar Lampung. Objek penelitian yang menjadi variabel bebas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian. dalam penelitian varifikatif dan deskriptif. Menurut Sugiyono (2009: 54)

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian. dalam penelitian varifikatif dan deskriptif. Menurut Sugiyono (2009: 54) III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian Berdasarkan variabel-variabel yang diteliti, maka jenis penelitian termasuk dalam penelitian varifikatif dan deskriptif. Menurut Sugiyono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengguna Internet di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pengguna Internet di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penggunaan internet di masa kini, menempatkan internet sebagai salah satu teknologi yang tidak asing lagi digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pengguna

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran status identity di bidang akademik dalam pemilihan jurusan pada mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2007 di Universitas X, Bandung. Metode yang

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN 31 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam penulisan skripsi ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan melakukan penggambaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian explanatory. Menurut Singarimbun dan Effendi

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian explanatory. Menurut Singarimbun dan Effendi III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian explanatory. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006 : 5), explanatory research penelitian yang menjelaskan hubungan

Lebih terperinci