HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STATUS IDENTITAS REMAJA JABODETABEK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STATUS IDENTITAS REMAJA JABODETABEK"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STATUS IDENTITAS REMAJA JABODETABEK Suci Ramadhanika Putri Universitas Bina Nusantara, (Suci Ramadhanika Putri, Raymon Godwin S.Psi., M.Si) ABSTRACT This study aimed to see correlation between motivation in using social media and ego identity status in JABODETABEK S adolescent. The subjects were adolescents aged years. This study uses a quantitative approach with purposive sampling technique. Results from this study is that there is a correlation between the intrinsic motivation and identity moratorium (χ²= 30,439; p<0,05). Keywords: Motivation in use, Ego Identity, Social Media ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara motivasi penggunaan media sosial dengan status identitas ego remaja JABODETABEK. Subjek penelitian ini adalah remaja usia tahun. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik purposive sampling. Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan antara motivasi ekstrinsik dengan identity achievement (r= -0,146; p<0,05), motivasi intrinsik dengan identity diffusion (r= -0,117; p<0,05), dan motivasi intrinsik dengan identity moratorium (r= 0;162 p<0,05). Kata Kunci : Motivasi Penggunaan, Identitas Ego, Media Sosial 1

2 PENDAHULUAN Di abad 21 sekarang ini manusia sudah dikelilingi oleh teknologi serba canggih salah satunya adalah internet. Karakterisik internet yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun membantu manusia untuk mendapatkan informasi apapun sesuai dengan keperluannya secara cepat. Salah satu perkembangan di internet adalah adanya berbagai situs media sosial. Beberapa contoh dari media sosial itu antara lain adalah Blackberry messenger (BBM), Line, Instagram, Path, Twitter, Whatsapp, Kakao talk, Snapchat, Ask.fm, dan Facebook (Anggraeny, 2015). Media sosial mempermudah hubungan komunikasi satu sama lain, membantu pengguna menemukan jaringan sosial, berbagi kepentingan bersama, terhubung dengan teman, berpartisipasi dalam forum diskusi, dan mengekspresikan diri melalui blog pribadi atau mini homepage (Kim, Shim, & Ahn, 2011). Menurut Kemp (2015) pada Januari 2015 pengguna aktif media sosial berjumlah sebanyak 72 juta orang. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 2 juta pengguna media sosial pada bulan Maret 2015, sehingga pengguna aktif media sosial berjumlah sebanyak 74 juta orang. Rata-rata setiap harinya pengguna media sosial menghabiskan waktu sebanyak 2 jam 52 menit untuk mengakses media sosial melalui perangkat elektronik apapun (Kemp, Digital, social & mobile in 2015, 2015). Pengguna internet di Indonesia tidak hanya banyak jumlahnya, namun juga dari berbagai kalangan dan umur. Di Indonesia sendiri lebih dari 60% pengakses internet berumur di bawah 25 tahun. Pengakses internet paling muda, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) didapati pada rentang umur 5 12 tahun (Hendra, 2014). Adapun hasil survei dari Frontier Consulting Group Indonesia, mengenai perilaku digital remaja Indonesia menunjukkan adanya peningkatan drastis pada perilaku digital remaja hanya dalam kurun waktu satu tahun saja (Hanjani, 2013). Responden survei merupakan remaja yang berusia antara tahun dan sedang duduk di bangku SMP dan SMA. Survei diadakan di enam kota besar di Indonesia pada tahun 2011 dan Di tahun 2011, hasil survei menunjukkan bahwa 91,2% remaja memiliki akun media sosial (Hanjani, 2013). Persentasi ini meningkat pada tahun 2012 dimana sebanyak 97,5% remaja memiliki akun media sosial (Hanjani, 2013). Peningkatan terbesar adalah perilaku mereka dalam melakukan download atau upload yang semula hanya 48,8% di tahun 2011, menjadi 71,1% di tahun 2012 (Hanjani, 2013). Menurut penelitian Kim, Shim, dan Ahn (2011), alasan remaja dalam menggunakan media sosial adalah karena keinginan individu untuk bersosialisasi, untuk melakukan usaha atau bisnis, untuk mencari kesenangan dan hiburan, untuk mencari informasi, menghilangkan stress, dan merekam sejarah pribadi seseorang. Kim, Shim, dan Ahn (2011) melihat keseluruhan alasan tersebut sebagai motivasi remaja dalam menggunakan media sosial dan mereka membaginya ke dalam dua jenis kategori, yaitu ekstrinsik dan intrinsik. Kim, Shim, dan Ahn (2011) menjelaskan bahwa ada motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik yang mendorong remaja menggunakan media sosial. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi dalam menggunakan media sosial yang berasal dari luar diri seseorang seperti contohnya berkomunikasi dengan teman melalui media sosial (Kim, Shim, & Ahn 2011). Motivasi ekstrinsik juga berkaitan dengan perilaku terlibat dalam menanggapi sesuatu yang tidak melibatkan diri sendiri. Seperti hadiah, pengakuan, atau perintah dari orang lain. Sedangkan motivasi intrinsik adalah motivasi dalam menggunakan media sosial 2

3 yang dilakukan untuk kepuasan diri sendiri. Contohnya menggunakan media sosial untuk bersenangsenang tanpa adanya pengaruh dari orang lain (Kim, Shim, & Ahn 2011). Motivasi intrinsik berkaitan dengan fakta melakukan kegiatan untuk kepentingan diri sendiri. Kegiatan itu sendiri seperti kegiatan yang menarik, menyenangkan, atau memuaskan bagi diri sendiri. Yang termasuk motivasi ekstrinsik dalam penggunaan media sosial yaitu kepentingan untuk berkomunikasi dengan orang lain, menggunakan media sosial karna melihat orang lain menggunakan media sosial, serta karena diharuskan untuk memiliki akun media sosial untuk tetap terhubung dengan teman atau keluarga. Sementara yang termasuk motivasi intrinsik dalam menggunakan media sosial adalah untuk menghilangkan stres, merekam sejarah seseorang, mendokumentasikan kehidupan seseorang, untuk mengejar kesenangan dan kepuasan diri. Masa remaja adalah periode yang berlangsung dari masa pubertas sampai ke dewasa awal. Akhir dari periode ini, remaja harus mencapai perasaan identitas ego yang kuat. Maka dari itu hal yang paling penting pada masa remaja adalah kesadaran remaja akan identitasnya sendiri, yaitu kesadaran bahwa dirinya adalah seseorang yang unik dan siap untuk memasuki peranan yang berarti di tengah masyarakat, entah peranan tersebut bersifat menyesuaikan diri atau bersifat memperbaharui (Erikson dalam Semium, 2013). Menurut Erikson (dalam Semium, 2003) remaja berada di tahapan yang kelima yaitu, identity versus identity confusion yaitu tahap kelima perkembangan Erikson, yang dicari oleh remaja untuk mengembangkan rasa terhadap diri yang berhubungan dengan peran yang dimainkan dalam kelompok sosial. Isu remaja yang yang paling besar adalah pembentukan identitas ego. Menurut Erikson (dalam Papalia & Feldman, 2014) terdapat dua elemen pembentuk identitas yaitu, eksplorasi dan komitmen. Marcia (dalam Semium, 2003) mendefinisikan eksplorasi sebagai masa pergolakan dimana nilai-nilai atau pilihan-pilihan lama diperiksa kembali. Hasil dari eksplorasi menyebabkan komitmen terhadap nilai atau peranan tertentu. Marcia (dalam Semium, 2013) mengemukakan empat status identitas perkembangan identitas psikologis yang berada dalam suatu rangkaian kesatuan. Keempat status itu antara lain, identity diffusion adalah ketidakhadiran komitmen dan kurangnya pertimbangan yang serius akan pilihan-pilihan. Hasil campuran dengan tingkat perkembangan ego yang rendah, penalaran moral, kompleksitas kognitif, dan ketidakpastian diri, serta kemampuan dalam bekerja sama yang rendah. Remaja belum mengalami eksplorasi atau membuat komitmen apapun. Kedua, identity foreclosure adalah saat ketika individu yang tidak menghabiskan waktu untuk mempertimbangkan berbagai pilihan (yaitu tidak berada dalam eksplorasi) berkomitmen pada individu lain, yang merencanakan kehidupannya, tetapi mereka telah membuat sejumlah komitmen pada aspekaspek identitas seperti pekerjaan dan ideologi yang bukan berasal dari pencarian mereka sendiri tapi sudah disiapkan oleh orang disekitar mereka, khususnya orang tua. Ketiga, identity moratorium adalah individu yang mempertimbangkan pilihan-pilihan umum dalam krisis eksplorasi dan tampaknya mengarah pada komitmen namun belum terbentuk. Individu mengalami suatu eksplorasi, hanya saja komitmen belum ditetapkan dengan kuat. Keempat yaitu, identity achievement adalah seseorang yang berkomitmen terhadap pilihan yang dibuat serta diikuti sebuah eksplorasi, menghabiskan waktu untuk ekplorasi pilihan (Marcia dalam Semium, 2013). Dalam penelitian ini peneliti ingin mencari apakah ada hubungan antara motivasi penggunaan media sosial dengan identitas ego pada remaja di Jakarta. Berdasarkan fenomena yang dilakukan dalam 3

4 penelitian yang diteliti oleh Coye Cheshire (dalam Kim, Shim, & Ahn, 2011) yang menegaskan bahwa "kepuasan intrinsik" berasal dari popularitas sesuatu yang telah memberikan kontribusi yang lebih. Informasi sebenarnya meningkatkan keinginan individu untuk berbagi lebih banyak di masa depan. Jika individu mendapatkan umpan balik yang positif, maka individu akan lebih cenderung untuk berbagi lebih. Dalam konteks media sosial, individu yang mendapatkan umpan balik positif dari memasang atau memperbaharui status dan foto maka akan lebih cenderung kembali online ke media sosialnya karena termotivasi oleh persetujuan sosial dan umpan balik yang positif dari orang lain. Maka individu tersebut cenderung akan melakukan hal yang sama yaitu, memasang status baru, informasi baru, serta foto-foto baru yang bertujuan untuk memberikan informasi serta mendapatkan persetujuan sosial serta berharap mendapatkan umpan balik yang positif pula dari sesuatu yang dipasangnya di media sosial, seperti sebelumnya. Hal tersebut menjelaskan tentang perilaku online pada remaja yang sering tampak impulsif yaitu, bersifat cepat bertindak secara tiba-tiba menurut gerak hati. Contohnya dengan membagikan informasi baru di dalam media sosialnya, seperti sedang berada dimana, dengan siapa, dan apa yang dilakukan oleh remaja tersebut. Membagikan informasi baru secara cepat tanpa memikirkan efek negatif dari hal yang dilakukan. Memasang foto tertentu yang terkadang mengundang niat jahat dari orang lain untuk dimanfaatkan. Hal-hal tersebut tidak dipikirkan secara matang-matang oleh remaja karena remaja yang bersikap impulsif biasanya hanya memikirkan kepuasan yang didapat dari memasang atau membagikan informasi yaitu agar dipuji oleh orang yang melihat, agar diberikan tanggapan postitif dll tanpa memikirkan efek negatifnya. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menentukan responden remaja usia tahun berdomisili di JABODETABEK dan pengguna media sosial. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu motivasi penggunaan media sosial dan status identitas ego. Alat ukur yang digunakan untuk variabel motivasi penggunaan media sosial adalah kuisioner yang diadaptasi dari penelitian Kim, Shim, Ahn (2011). Dalam variabel motivasi penggunaan media sosial, yang diukur adalah motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Uji validitas pada motivasi ekstrinsik dengan 6 item didapatkan KMO sebesar 0,639 dengan reliabilitas sebesar 0,671 dengan item corelation 0,315-0,452. Uji validitas pada motivasi intrinsik dengan item awal 7 didapatkan hasil KMO sebesar 0,644 dengan reabilitas 0,581 dengan item corelation 0,128-0,546. Setelah dikurangi menjadi 4 item KMO menjadi 0,671 dengan reabilitas 0,695 dengan item corelation 0,399-0,564 yang didapatkan berdasarkan hasil dari 310 responden. Alat ukur variabel status identitas ego yang diadaptasi dari penelitian Adam, Shea, dan Fitch (dalam Adams, 1998). Dalam variabel status identitas ego, yang diukur adalah identity diffusion, identity foreclosure, identity moratorium, dan identity achievement. Uji validitas pada identity diffusion dengan 6 item didapatkan KMO sebesar 0,712 dengan reliabilitas sebesar 0,646 dengan item corelation 0,210-0,511. Uji validitas pada identity foreclosure dengan item awal 6 didapatkan hasil KMO sebesar 0,645 dengan reabilitas 0,605 dengan item corelation 0,196-0,439. Setelah dikurangi menjadi 4 item KMO 4

5 menjadi 0,717 dengan reabilitas 0,699 dengan item corelation 0,379-0,604. Uji validitas pada identity moratorium dengan 6 item didapatkan KMO sebesar 0,707 dengan reliabilitas sebesar 0,614 dengan item corelation 0,220-0,566. Uji validitas pada identity achievement dengan item awal 6 didapatkan hasil KMO sebesar 0,659 dengan reabilitas 0,613 dengan item corelation 0,220-0,566. Setelah dikurangi menjadi 5 item KMO menjadi 0,646 dengan reabilitas 0,615 dengan item corelation 0,274-0,587 yang didapatkan berdasarkan hasil dari 310 responden. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pendekatan kuantitatif yang menekankan korelasi spearman. Pelaksanaan penelitian memakan waktu selama selama enam bulan terhitung sejak pertengahan Febuari 2015 hingga pertengahan juli Pelaksanaan penelitian meliputi pembuatan dalam penyusunan proposal penelitian, adaptasi alat ukur dan uji coba alat ukur, pengambilan data dilapangan, hingga perhitungan korelasi. Penelitian dimulai dengan mengadakan wawancara kepada 90 responden pada tanggal 11 Mei 2015 untuk adaptasi alat ukur, dilanjutkan dengan pengujian alat ukur awal setelah proses adaptasi selesai dilakukan pada tanggal 8 Juni 2015 yang diberikan kepada 180 responden. Setelah itu dilakukan pengujian alat ukur akhir yang telah diuji validitas dan reabilitasnya pada tanggal 19 Juni 2015 yang diberikan kepada 310 responden. Setelah data diperoleh, kemudian hasil diinput dan dianalisis menggunakan SPSS. Langkah terakhir adalah penulisan laporan. HASIL DAN BAHASAN Menurut Brade, Kemp, dan Snelgar (2012) standar untuk melihat tingkat korelasi adalah : Tabel Tingkat Korelasi Tingkat Korelasi Nilai Korelasi Tinggi 0,7-1 Sedang 0,3-0,6 Rendah 0-0,2 Sumber : (Brade, Kemp, & Snelgar, 2012) Tabel Uji Korelasi Motivasi Ekstrinsik dengan Status Identitas Ego Variabel r Signifikasi Ekstrinsik * Diffusion 0,092 0,106 Ekstrinsik * Foreclosure -0,072 0,205 Ekstrinsik * Moratorium 0,070 0,220 Ekstrinsik * Achievement -0,146 0,010 Sumber : Pengolahan data SPSS 22 5

6 Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa motivasi ekstrinsik tidak berkorelasi secara signifikan dengan diffusion (r= 0,092; p>0,05). Dari hasil ini maka H01 diterima, yang artinya bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity diffusion pada remaja JABODETABEK pengguna media sosial. Pada bagian motivasi ekstrinsik tidak berkorelasi secara signifikan dengan foreclosure (r= -0,072; p>0,05). Dari hasil ini maka H02 diterima yang artinya bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity foreclosure pada remaja JABODETABEK pengguna media sosial. Motivasi ekstrinsik juga tidak berkorelasi secara signifikan dengan moratorium (r= 0,070; p>0,05). Dari hasil tersebut maka H03 diterima yang artinya bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity moratorium pada remaja JABODETABEK pengguna media sosial. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa motivasi ekstrinsik berkorelasi secara signifikan dengan achievement (r= -0,146; p<0,05). Dari hasil tersebut maka H04 ditolak yang artinya bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity achievement pada remaja JABODETABEK pengguna media sosial. Keduanya memiliki korelasi yang rendah, dengan arah negatif. Artinya semakin rendah motivasi ekstrinsik remaja dalam menggunakan media sosial maka semakin tinggi kecenderungan remaja untuk memiliki identity achievement. Yang dimaksud dengan arah yang negatif yaitu semakin rendah motivasi ekstrinsik yang dimiliki oleh pengguna media sosial maka semakin tinggi remaja memiliki komitmen yang dimiliki oleh status identity achievement. Sebaliknya, semakin rendah pengguna media sosial memiliki kecenderungan identity achievement maka semakin tinggi pengguna media sosial menggunakan motivasi ekstrinsik dalam penggunaan media sosial. Hal ini dapat dipahami bahwa remaja yang memiliki motivasi ekstrinsik seperti membina hubungan dengan orang lain dan mencari informasi dalam menggunakan media sosial telah menentukan komitmen dalam penggunaan media sosial, jadi tidak hanya untuk mencari hiburan semata saja. Melainkan telah memiliki tujuan yang pasti dalam menggunakan media sosial. Sebaliknya motivasi ekstrintik berkaitan dengan komitmen yang dimiliki oleh kecenderungan status identity achivement. Sedangkan identitity achivement tidak berhubungan dengan motivasi intrinsik yang merupakan kegiatan seperti melepas stres, membunuh waktu, mencari hiburan, dan merekam peristiwa (Kim, Shim, & Ahn 2011). Karena remaja dengan status identitity achivement telah memiliki komitmen dalam menggunakan media sosial, mereka telah memiliki tujuan untuk apa menggunakan media sosial. Jadi mereka tidak hanya menggunakan media sosial disaat merasa bosan dan untuk mencari hiburan. 6

7 Tabel Uji Korelasi Motivasi Intrinsik dengan Status Identitas Ego Variabel R Signifikasi Intrinsik * Diffusion -0,117 0,040 Intrinsik * Foreclosure 0,048 0,402 Intrinsik * Moratorium 0,162 0,004 Intrinsik * Achievement -0,063 0,270 Sumber : Pengolahan data SPSS 22 Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa motivasi intrinsik berkorelasi secara signifikan dengan diffusion (r= -0,117; p<0,05). Dari hasil ini maka H05 ditolak yang artinya bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi intrinsik dengan status identitas ego identity diffusion pada remaja JABODETABEK pengguna media sosial. Hubungan keduanya termasuk korelasi rendah dengan arah yang negatif. Yang dimaksud dengan arah yang negatif yaitu semakin rendah motivasi intrinsik yang dimiliki oleh pengguna media sosial maka semakin tidak memiliki eksplorasilah pengguna media sosial tersebut. Sebaliknya semakin rendah pengguna media sosial memiliki kecendrungan identity diffusion dalam menggunakan media sosial makan akan semakin tinggi pengguna media sosial memiliki motivasi intrinsik dalam menggunakan media sosialnya. Dengan kata lain semakin rendah remaja yang menggunakan media sosial untuk menghilangkan stress dan mencari hiburan, maka semakin tidak memiliki eksplorasilah remaja tersebut. Tidak memiliki eksplorasi termasuk pada kecenderungan status identity diffusion maka, semakin rendah remaja menggunakan motivasi intrinsik dalam penggunaan media sosial maka semakin tinggilah kecenderungan status identity diffusion. Remaja yang berada dalam status identity diffusion tidak melakukan eksplorasi dan belum memiliki komitmen, sehingga terkait dengan media sosial, mereka lebih melihatnya sebagai fasilitas untuk meluangkan waktu dan mencari hiburan saja, tanpa ada tujuan terkait dengan identitas dirinya. Motivasi intrinsik tidak berkorelasi secara signifikan dengan foreclosure (r= 0,048; p>0,05). Dari hasil ini maka H06 diterima yang artinya bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi intrinsik dengan status identitas ego identity foreclosure pada remaja JABODETABEK pengguna media sosial. Sedangkan motivasi intrinsik berkorelasi secara signifikan dengan moratorium (r= 0,162; p<0,05). Dari hasil tersebut maka H07 ditolak yang artinya bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi intrinsik dengan status identitas ego identity moratorium pada remaja JABODETABEK pengguna media sosial. Hubungan keduanya termasuk korelasi rendah dengan arah yang positif. Yang dimaksud dengan arah yang positif yaitu semakin rendah motivasi intrinsik yang dimiliki oleh pengguna media sosial maka semakin rendah pula remaja memiliki kecenderungan identity moratorium. Sebaliknya, semakin rendah pengguna media sosial memiliki kecenderungan identity moratorium maka semakin rendah pula pengguna media sosial menggunakan motivasi intrinsik dalam penggunaan media sosial. Hal ini dapat 7

8 dipahami bahwa remaja yang memiliki motivasi intrinsik seperti mencari hiburan dan melepaskan stress artinya remaja tersebut telah bereksplorasi dalam menggunakan media sosial. Remaja telah mencari halhal apa saja dalam media sosial yang menjadi hiburan dan untuk melepas stress. Remaja yang telah mengalami eksplorasi kecendrungannya berada pada status identity moratorium. Maka semakin rendah motivasi intrinsik digunakan dalam penggunaan media sosial maka akan semakin rendah pula kecenderungan untuk memiliki identity moratorium. Sedangkan identity moratorium tidak berhubungan dengan motivasi ekstrinsik karena remaja dengan kecendrungan status identitity moratorium tidak menggunakan media sosial untuk berhubungan dengan orang lain dan mencari informasi yang mengarah pada komitmen yang tidak dimiliki oleh status identity moratorium. Pada bagian motivasi intrinsik tidak berkorelasi secara signifikan dengan achievement (r= -0,063; p>0,05). Dari hasil tersebut maka H01 diterima yang artinya bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi intrinsik dengan status identitas ego identity achievement pada remaja JABODETABEK pengguna media sosial. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil olahan data dapat disimpulkan bahwa: 1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity diffusion pada remaja JABODETABEK pengguna media sosial. 2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity foreclosure pada remaja JABODETABEK pengguna media sosial. 3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity moratorium pada remaja JABODETABEK pengguna media sosial. 4. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity achievement pada remaja JABODETABEK pengguna media sosial. 5. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity diffusion pada remaja JABODETABEK pengguna media sosial. 6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity foreclosure pada remaja JABODETABEK pengguna media sosial. 7. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity moratorium pada remaja JABODETABEK pengguna media sosial. 8. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity achievement pada remaja JABODETABEK pengguna media sosial. Saran dari peneliti yaitu individu diharuskan seimbang dalam memiliki kedua motivasi penggunaan media sosial yaitu motivasi ekstrinsik dan intrinsik dalam menggunakan media sosial. Seperti menggunakan media sosial untuk membina hubungan dengan orang lain dan menggunakan media sosial untuk hiburan. Disarankan agar melakukan kedua hal tersebut agar terjadi keseimbangan dalam 8

9 menggunakan media sosial, baik secara motivasi ekstrinsik maupun motivasi intrinsik. Hal tersebut dilakukan agar individu mengetahui kecenderungan status identitasnya. Saran dari peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah mencari waktu yang tepat dan disesuaikan dengan keadaan partisipan agar dapat mencari partisipan sebanyak-banyaknya. Saran selanjutnya, sebaiknya item kuisoner dibuat sesederhana mungkin, baik dari segi bahasa maupun banyaknya item yang dipergunakan sehingga mudah untuk dimengerti dan tidak menimbulkan kebosanan dan ketidaksungguhan pada partisipan saat mengisi kuisioner. REFERENSI Adams, G. R. (1998). The Objective Measure of Ego Identity Status. Thesis, Canada. Anggraeny, B. D. (2015, Maret 11). Punyanya belia. Dipetik Maret 28, 2015, dari Media sosial paling polpuler di indonesia: B. M., K. R., & S. R. (2012). SPSS for psychologist. United Kingdom: Palgrave MacMillan. Hanjani, F. A. (2013, Juli 3). Peningkatan kebutuhan akan media sosial pada remaja, salah siapa? Persoanal growth, hal Dipetik Maret 28, 2015, dari Hendra. (2014, Januari 3). Gaptek. Dipetik Maret 28, 2015, dari Fenomena internet pada anak dan remaja: Kemp, S. (2015, Januari 21). Digital, social & mobile in Diambil kembali dari We are social: Kim, J. Y., Shim, J. P., & Ahn, K. M. (2011). Social networking service : motivation, pleasure, and behavioral intention to use. The journal of computer information system, Papalia, D. E., & Feldman, R. D. (2014). Experience Human Development (12th ed.). (M. Masykur, Penyunt., & F. W. Herarti, Penerj.) Jakarta: McGraw-Hill Education (Asia) and Salemba Empat. Semium, Y. (2013). Teori-teori kepribadian psikoanalitik kontemporer2. Yogyakarta: Kanisius. 9

10 RIWAYAT PENULIS Suci Ramadhanika Putri, Jakarta pada 16 Februari Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Psikologi tahun

media sosial. 6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status

media sosial. 6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil olahan data dapat disimpulkan bahwa: 1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity diffusion

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identitas Ego 2.1.1 Definisi Identitas Erikson (dalam Papalia & Feldman, 2014 ) mendefinisikan identitas sebagai konsep yang berhubungan tentang diri yang membuat tujuan-tujuan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STRATEGI SELF PRESENTATION DI TWITTER PADA REMAJA JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STRATEGI SELF PRESENTATION DI TWITTER PADA REMAJA JAKARTA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STRATEGI SELF PRESENTATION DI TWITTER PADA REMAJA JAKARTA Aldi Indra Rahman Bina Nusantara Univeristy, Jl. K. H. Syahdan No. 9 Kemanggisan/Palmerah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran status identity di bidang akademik dalam pemilihan jurusan pada mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2007 di Universitas X, Bandung. Metode yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI EKSTRINSIK PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STRATEGI PRESENTASI DIRI DI MEDIA SOSIAL PADA REMAJA JABODETABEK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI EKSTRINSIK PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STRATEGI PRESENTASI DIRI DI MEDIA SOSIAL PADA REMAJA JABODETABEK HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI EKSTRINSIK PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STRATEGI PRESENTASI DIRI DI MEDIA SOSIAL PADA REMAJA JABODETABEK Ardini Galuh Mustika tikatikoo30@gmail.com Dosen Pembimbing : Raymond

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPOLOGI PENGGUNA MEDIA SOSIAL DENGAN EKSPLORASI DAN KOMITMEN SEBAGAI DIMENSI IDENTITAS EGO PADA REMAJA JABODETABEK

HUBUNGAN ANTARA TIPOLOGI PENGGUNA MEDIA SOSIAL DENGAN EKSPLORASI DAN KOMITMEN SEBAGAI DIMENSI IDENTITAS EGO PADA REMAJA JABODETABEK HUBUNGAN ANTARA TIPOLOGI PENGGUNA MEDIA SOSIAL DENGAN EKSPLORASI DAN KOMITMEN SEBAGAI DIMENSI IDENTITAS EGO PADA REMAJA JABODETABEK Iga Putri Hadiyati Universitas Bina Nusantara, Igaputrihadiyati_290793@yahoo.com

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di zaman modern ini, internet merupakan sebuah kebutuhan yang dapat dikatakan wajib bagi setiap orang. Menurut Shelly dan Campbell (2012) internet merupakan jaringan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN 2.1. Ego Development Definisi identitas menurut Erikson (dalam Subrahmanyam & Smahel, 2011) adalah perasaan subjektif terhadap diri sendiri yang konsisten dan berkembang dari

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Menurut hasil analisa yang terdapat pada bab sebelumnya, didapatkan hasil

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Menurut hasil analisa yang terdapat pada bab sebelumnya, didapatkan hasil BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Menurut hasil analisa yang terdapat pada bab sebelumnya, didapatkan hasil bahwa bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara preferensi mem-follow

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identitas Ego 2.1.1 Definisi Identitas Ego Untuk dapat memenuhi semua tugas perkembangan remaja harus dapat mencapai kejelasan identitas (sense of identity) yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar untuk berkomunikasi dan terhubung dengan manusia lain. Manusia cenderung berkumpul dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Adanya kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Adanya kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang mempunyai kebutuhan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Adanya kehidupan yang semakin modern,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan menjelaskan variabel penelitian, hipotesis,

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan menjelaskan variabel penelitian, hipotesis, BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan menjelaskan variabel penelitian, hipotesis, partisipan penelitian, teknik sampling, desain penelitian, alat ukur penelitian, dan prosedur penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi (information technology) dan komunikasi mulai berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi (information technology) dan komunikasi mulai berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi (information technology) dan komunikasi mulai berkembang pesat semenjak awal tahun 1980-an. Teknologi informasi merupakan suatu teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini, peneliti akan mengetahui pengaruh intensitas penggunaan media sosial terhadap pembentukan identitas diri remaja, sehingga pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berkembang sangat pesat. Ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya tercipta karena pemikiran manusia

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran status identitas bidang pendidikan pada siswa kelas XI di SMA A Bandung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam kehidupan modern saat ini, mewujudkan penyesuaian diri dalam perkawinan tampaknya semakin sulit, apalagi bila usia individu yang menikah masih tergolong muda sehingga belum cukup matang atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Achievement 1. Definisi Identity Achievement Identitas merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan teknologi membuat facebook dapat diakses dimana saja, kapan saja dan melalui apa saja. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peserta didik pada jenjang pendidikan menengah, yakni Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berada dalam tahapan usia remaja, yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional. Pada penelitian ini, motivasi penggunaan Twitter yang dimaksud adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional. Pada penelitian ini, motivasi penggunaan Twitter yang dimaksud adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional Variabel 1 : Motivasi penggunaan Twitter Pada penelitian ini, motivasi penggunaan Twitter

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembantu rumah tangga (PRT) sudah tidak asing lagi keberadaannya di tengah masyarakat Indonesia, dan diantara pembantu tersebut masih banyak yang berada dalam

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT

PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT Modul ke: PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT Perkembangan Remaja Fakultas Psikologi Tenny Septiani Rachman, M. Psi, Psi Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Preface Masa remaja sering disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media sosial merupakan salah satu elemen di era globalisasi yang paling berkembang berdasarkan segi fitur dan populasi pemakai. Berdasarkan data dari US Census Bureau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada masa transisi ini remaja mengalami perubahan yang cepat dan fundamental menuju

Lebih terperinci

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA 30-40 TAHUN YANG BELUM MENIKAH Siti Anggraini Langgersari Elsari Novianti, S.Psi. M.Psi. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

Teknologi sudah bukan merupakan hal yang tabu atau hanya orang tertentu saja yang

Teknologi sudah bukan merupakan hal yang tabu atau hanya orang tertentu saja yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teknologi sudah bukan merupakan hal yang tabu atau hanya orang tertentu saja yang membutuhkan, namun sebagian besar orang dari semua kalangan diseluruh dunia. Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di lingkungan Kampus Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif mengenai Ethnic Identity pada Remaja Akhir Batak Karo yang Lahir dan Dibesarkan di Bandung pada Gereja X Bandung. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Identitas Ego 2.1.1. Definisi Identitas Menurut Erikson (dalam Corsini, 2002), identitas adalah suatu perasaan tentang menjadi seseorang yang sama, perasaan tersebut melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu bentuk interaksi antar manusia, yaitu antara seorang pria dengan seorang wanita (Cox, 1978). Menurut Hurlock (1999) salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu mengalami masa peralihan atau masa transisi. Yang dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001).

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat MODUL PERKULIAHAN Perkembangan Sepanjang Hayat Adolescence: Perkembangan Psikososial Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Psikologi Psikologi 03 61095 Abstract Kompetensi Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional. asertivitas, pengguna dan bukan pengguna media sosial twitter

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional. asertivitas, pengguna dan bukan pengguna media sosial twitter BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu perbedaan asertivitas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantatif. Kuantitatif merupakan pendekatan yang memungkinkan dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantatif. Kuantitatif merupakan pendekatan yang memungkinkan dilakukan 62 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantatif. Kuantitatif merupakan pendekatan yang memungkinkan dilakukan pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan salah satu hal paling penting dalam kehidupan manusia. Semua manusia pasti berinteraksi dan bersosialisasi dengan cara berkomusikasi

Lebih terperinci

Selamat Membaca dan Memahami Materi Perkembangan Kepribadian Rentang Perkembangan Manusia II

Selamat Membaca dan Memahami Materi Perkembangan Kepribadian Rentang Perkembangan Manusia II Selamat Membaca dan Memahami Materi Perkembangan Kepribadian Rentang Perkembangan Manusia II PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr Triana Noor Edwina DS, M.Si Fak Psikologi UMBY DIRI Pemahaman Diri Pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan setiap manusia dengan ciri khasnya masing-masing. Manusia tidak ada yang sama persis di dunia ini walaupun dengan saudara kembarnya sendiri.

Lebih terperinci

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Identitas Ego 2.1.1. Definisi identitas Erikson (dalam Santrock, 2011) berpendapat bahwa identitas merupakan sebuah aspek kunci dari perkembangan remaja. Identitas merupakan

Lebih terperinci

materi tambahan dari diskusi kelas PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S., M.Si Fakultas Psikologi Mercu Buana Yogyakarta

materi tambahan dari diskusi kelas PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S., M.Si Fakultas Psikologi Mercu Buana Yogyakarta materi tambahan dari diskusi kelas PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S., M.Si Fakultas Psikologi Mercu Buana Yogyakarta DIRI Pemahaman Diri Pemahaman diri remaja merupakan konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam suku, ras dan agama, hal ini yang memungkinkan terjadinya perkawinan antar suku, ras

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan satu bentuk penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik korelasi. Penelitian dengan teknik korelasi merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... i ABSTRAK... DAFTAR ISI. iii DAFTAR BAGAN... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... x. 1.1 Latar Belakang Masalah.

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... i ABSTRAK... DAFTAR ISI. iii DAFTAR BAGAN... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... x. 1.1 Latar Belakang Masalah. ABSTRAK Penelitian ini berjudul Survei Mengenai Ethnic Identity Mahasiswa Keturunan Tionghoa Fakultas X di Universitas Y Bandung. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian maka rancangan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media sosial kini telah berkembang dari komunikasi satu arah menjadi platform

BAB I PENDAHULUAN. Media sosial kini telah berkembang dari komunikasi satu arah menjadi platform BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Media sosial semakin menarik dan cukup mencuri perhatian masyarakat Indonesia untuk saling berkomunikasi. Banyak masyarakat Indonesia, khususnya di perkotaan, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 88 juta orang dengan komposisi sebagai berikut: Tabel 1.1 Komposisi Pengguna Internet Indonesia Berdasarkan Usia

BAB I PENDAHULUAN. 88 juta orang dengan komposisi sebagai berikut: Tabel 1.1 Komposisi Pengguna Internet Indonesia Berdasarkan Usia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat di era globalisasi saat ini, tidak dapat dipungkiri mempengaruhi kehidupan manusia baik di bidang ekonomi,

Lebih terperinci

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN Perbedaan Keterampilan Sosial (Afrian Budiarto) 512 PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN DIFFERENCE SOCIAL SKILLS STUDENTS ACTIVE AND PASSSIVE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak dapat terbendung lagi. Perkembangan tersebut diiringi juga dengan perkembangan media internet yang biasa

Lebih terperinci

ADIKSI GAME ONLINE DAN KETRAMPILAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA

ADIKSI GAME ONLINE DAN KETRAMPILAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA ADIKSI GAME ONLINE DAN KETRAMPILAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA Cesaria Septa Nirwanda, Annastasia Ediati Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan:

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan: BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan: 1. Regresi pertama adalah regresi linear berganda yang dimana Ha (hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah jam hanya untuk mengakses internet dan layanan teknologi baru lainnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah jam hanya untuk mengakses internet dan layanan teknologi baru lainnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia, saat ini individu tidak hanya hidup di dunia nyata, tetapi juga memiliki kehidupan di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini, informasi mengenai berbagai hal bisa kita dapatkan dengan mudah dan cepat. Berkomunikasi adalah cara yang digunakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar yang sudah terfasilitasi oleh provider jaringan-jaringan internet.

BAB I PENDAHULUAN. besar yang sudah terfasilitasi oleh provider jaringan-jaringan internet. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini internet sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat secara umum. Kebutuhan akan internet sudah sangat tinggi, terutama di kotakota besar yang sudah terfasilitasi

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN Dalam bab ini, peneliti akan menguraikan mengenai kesimpulan, dan diskusi mengenai penelitian yang telah dilakukan, dan saran-saran yang akan berguna bagi penelitian selanjutnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diharapkan. Seperti yang dikemukakan oleh Hadi (2004), bahwa untuk. A. Identifikasi Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. diharapkan. Seperti yang dikemukakan oleh Hadi (2004), bahwa untuk. A. Identifikasi Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Kegiatan penelitian harus menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini sangat penting agar dapat mencapai tujuan penelitian yang diharapkan. Seperti yang dikemukakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN TINGKAT KEPEKAAN SOSIAL DI USIA REMAJA

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN TINGKAT KEPEKAAN SOSIAL DI USIA REMAJA HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN TINGKAT KEPEKAAN SOSIAL DI USIA REMAJA CORRELATION OF SOCIAL MEDIA USES AND SOCIAL CONSCIOUSNESS LEVEL IN TEENAGERS Gita Aprinta E.B, Errika Dwi S.W (gita@usm.ac.id,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi internet telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi internet telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di era globalisasi internet telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sebagian besar populasi penduduk dunia. 1 Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membuka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional. Ahlqvist, dkk (2008 dalam Sulianta, Feri 2015). Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional. Ahlqvist, dkk (2008 dalam Sulianta, Feri 2015). Perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media Sosial adalah interaksi sosial antara manusia dalam berbagi dan bertukar informasi. Media sosial mencakup gagasan dan berbagai konten dalam komunitas virtual

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Fokus Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Peneltian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Fokus Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Peneltian... 9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. i LEMBAR PERSETUJUAN. ii PERNYATAAN ORISINALITAS. iii LEMBAR PENGESAHAN. iv KATA PENGANTAR. v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH vii ABSTRAK viii ABSTRACT.. ix DAFTAR

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran identitas diri pada remaja yang menikah dini. Bab ini adalah penutup dari seluruh naskah penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelian suatu produk baik itu pakaian, barang elektronik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelian suatu produk baik itu pakaian, barang elektronik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelian suatu produk baik itu pakaian, barang elektronik dan lain sebagainya semakin mudah dilakukan pada era globalisasi sekarang ini. Perkembangan teknologi informasi

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai variabel dan hipotesis penelitian. Selain itu, akan diuraikan juga desain penelitian yang digunakan untuk membantu kelancaran didalam

Lebih terperinci

Ika Lestari & 2 Gusti Yarmi PGSD Universitas Negeri Jakarta UTILIZATION OF MOBILE PHONE IN COLLEGE STUDENTS

Ika Lestari & 2 Gusti Yarmi   PGSD Universitas Negeri Jakarta UTILIZATION OF MOBILE PHONE IN COLLEGE STUDENTS PEMANFAATAN HANDPHONE DI KALANGAN MAHASISWA 1 Ika Lestari & 2 Gusti Yarmi e-mail: ikalestari@unj.ac.id PGSD Universitas Negeri Jakarta Jl. Setiabudi 1 No. 1 Jakarta Selatan Abstrak: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi dari tahun ke tahun berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi dari tahun ke tahun berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi dari tahun ke tahun berjalan dengan sangat pesat.penggunaan internet pun digunakan dari berbagai kalangan mulai dari mulai dari anak-anak,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan menikah seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. silang data. Penelitian survei dirancang untuk menelaah secara langsung tentang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. silang data. Penelitian survei dirancang untuk menelaah secara langsung tentang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei yang akan melihat frekuensi jawaban responden serta mentabulasi silang data.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas mengenai perencanaan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi. Pokok bahasan bab ini terdiri atas: lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Desain Penelitian 3.1.1. Pendekatan Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development (Perkembangan Manusia) (edisi ke 10 Buku 2). Jakarta: Salemba.

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development (Perkembangan Manusia) (edisi ke 10 Buku 2). Jakarta: Salemba. DAFTAR PUSTAKA Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia. Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Dewi, K. C. (2011). Proses

Lebih terperinci

Kata kunci : Eksplorasi, Komitmen, Vokasional, Pemilihan jurusan di perguruan tinggi, Pelatihan Making Vocational Planning.

Kata kunci : Eksplorasi, Komitmen, Vokasional, Pemilihan jurusan di perguruan tinggi, Pelatihan Making Vocational Planning. ABSTRAK Penelitian ini merupakan uji coba modul pelatihan Making Vocational Planning untuk meningkatkan eksplorasi dan komitmen siswa-siswi SMA kelas XI dalam memilih jurusan di perguruan tinggi. Desain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memperkuat hasil penelitian yang ingin dicapai. Penelitian ini dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memperkuat hasil penelitian yang ingin dicapai. Penelitian ini dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Waktu Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk ditetapkan, hal ini untuk memperkuat hasil penelitian yang ingin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Metode BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini akan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,

Lebih terperinci

BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis. Variabel 2 = Intensitas penggunaan facebook

BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis. Variabel 2 = Intensitas penggunaan facebook BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN 3. 1. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis 3. 1. 1. Variabel Penelitian Variabel 1 = Self-Control Variabel 2 = Intensitas penggunaan facebook 3. 1. 2. Definisi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL PATH SEBAGAI SARANA PENGAKUAN SOSIAL

PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL PATH SEBAGAI SARANA PENGAKUAN SOSIAL PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL PATH SEBAGAI SARANA PENGAKUAN SOSIAL Ardi Maulana Nugraha 1, Karim Suryadi 2, Syaifullah Syam 3 1 SMA Al Burhan 2 Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi 3 Dosen Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengguna situs media sosial saat ini telah mengalami kemajuan yang pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media sosial mendominasi

Lebih terperinci

Bab 3 Desain Penelitian

Bab 3 Desain Penelitian Bab 3 Desain Penelitian Bab ini akan menjabarkan variabel penelitian (definisi operasional dan hipotesis), responden penelitian, desain penelitian, alat ukur penelitian, dan prosedur penelitian. 3.1 Variabel

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang digunakan. Akan dipaparkan secara singkat variabel penelitian, definisi operasional dari variabel, karakterisitik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Teori Uses and Gratifications menjelaskan bahwa bukanlah media yang mengubah sikap dan perilaku khalayak, namun bagaimana media tersebut dapat memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR DYAH NURUL HAPSARI Dr. Poeti Joefiani, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Pada dasarnya setiap individu memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web

BAB I PENDAHULUAN. berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media sosial saat ini telah menjadi trend dalam komunikasi pemasaran. Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi,

Lebih terperinci

Ask.Fm dan Keterbukaan Diri (Studi Kasus Penggunaan Jejaring Sosial Ask.Fm dan Keterbukaan Diri di Kalangan Siswa SMA Negeri 3 Medan)

Ask.Fm dan Keterbukaan Diri (Studi Kasus Penggunaan Jejaring Sosial Ask.Fm dan Keterbukaan Diri di Kalangan Siswa SMA Negeri 3 Medan) Ask.Fm dan Keterbukaan Diri (Studi Kasus Penggunaan Jejaring Sosial Ask.Fm dan Keterbukaan Diri di Kalangan Siswa SMA Negeri 3 Medan) Nurul Rezekiah Putri 110904102 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Ask.Fm

Lebih terperinci

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran Studi Deskriptif Mengenai Emotional Intelligence Pada Siswa dan Siswi SMA Negeri X yang Berpacaran Muhamad Chandika Andintyas Dibimbing oleh : Esti Wungu S.Psi., M.Ed ABSTRAK Emotional Intelligence adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan seseorang terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan seseorang terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sikap pasien terhadap operasi medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini kemajuan teknologi sudah sangat berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini kemajuan teknologi sudah sangat berkembang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini kemajuan teknologi sudah sangat berkembang pesat. Manusia mendapatkan kemudahan dengan munculnya berbagai fasilitas teknologi canggih

Lebih terperinci

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2) HUBUNGAN PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL FACEBOOK DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN ANGKATAN 2012 Manis Lestari 1), Joko Wiyono 2), Yanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada abad 21 sekarang ini, tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi menjadi bagian yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Teknologi memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia mengalami pertumbuhan secara fisik dan perkembangan menuju tingkatan yang lebih tinggi. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman yang serba teknologi ini, gadget smartphone merupakan sebuah alat

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman yang serba teknologi ini, gadget smartphone merupakan sebuah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi komunikasi dalam wujud ponsel merupakan fenomena yang paling unik dan menarik dalam penggunaannya, karena termasuk benda elektronik yang mudah digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS SEGMEN REMAJA BERDASARKAN PERILAKU DALAM MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL. Oleh : *) Febrian Nur Adhitomo 1 ABSTRAK

ANALISIS SEGMEN REMAJA BERDASARKAN PERILAKU DALAM MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL. Oleh : *) Febrian Nur Adhitomo 1 ABSTRAK ANALISIS SEGMEN REMAJA BERDASARKAN PERILAKU DALAM MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL Oleh : *) Febrian Nur Adhitomo 1 Jurusan Ekonomi Manajemen UGM Jl. Sosio Humaniora No.1, Caturtunggal, Kec. Depok. Kabupaten Sleman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perceptions of Personal and Group Discrimination menyatakan bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perceptions of Personal and Group Discrimination menyatakan bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Need to belong pernah diteliti oleh Carvallo dan Pelham (2006) dalam penelitian yang berjudul When Fiends Become Friends: The Need to Belong and Perceptions

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dimana ciri- ciri penelitian ini adalah menggunakan perhitungan statistik, memiliki subjek yang banyak,

Lebih terperinci

PERBEDAN STATUS IDENTITAS DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH OTORITER DI PANTI ASUHAN X. Siti Mahmudah Fakultas Psikologi Universitas Semarang

PERBEDAN STATUS IDENTITAS DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH OTORITER DI PANTI ASUHAN X. Siti Mahmudah Fakultas Psikologi Universitas Semarang PERBEDAN STATUS IDENTITAS DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH OTORITER DI PANTI ASUHAN X Siti Mahmudah Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengguna Internet di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pengguna Internet di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penggunaan internet di masa kini, menempatkan internet sebagai salah satu teknologi yang tidak asing lagi digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pengguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dewasa ini, fenomena homoseksualitas semakin marak. Bukan hanya di luar negeri, tetapi fenomena ini juga berlaku di Indonesia. Baik itu lesbian ataupun gay. Baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Internet adalah sesuatu yang tidak asing lagi di kalangan masyarakat modern di indonesia. Di era informasi seperti saat ini internet memegang peranan penting dalam

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI (SELF ESTEEM) DAN PERGAULAN TEMAN SEBAYA DENGAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci