BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Identitas Ego Definisi Identitas Menurut Erikson (dalam Corsini, 2002), identitas adalah suatu perasaan tentang menjadi seseorang yang sama, perasaan tersebut melibatkan sensasi fisik dari tubuh, body image, tujuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dimiliki oleh seseorang, suatu perasaan yang berhubungan dengan rasa keunikan dan kemandirian. Marcia (dalam Papalia, 2007) juga telah mendefinisikan identitas sebagai konstruksi diri dan organisasi dinamis atas dorongan, kemampuan, kepercayaan, dan sejarah diri yang berlangsung secara internal. Erikson (dalam Santrock, 2011) berpendapat bahwa identitas merupakan sebuah aspek kunci dari perkembangan remaja. Identitas merupakan potret diri yang terdiri atas banyak bagian seperti identitas karir, identitas politik, identitas agama, identitas intelektual, minat, budaya, kepribadian, dan lain-lain (Santrock, 2011). Identitas juga dapat diartikan sebagai konsep diri yang terdiri dari tujuan, nilai-nilai dan keyakinan seseorang yang memiliki komitmen (Papalia, Olds, & Feldman, 2007) Dimensi Identitas Menurut Erikson (dalam Santrock, 2003) identitas melibatkan tujuh dimensi, antara lain: A. Genetik Hal ini bekaitan dengan suatu sifat yang diwariskan oleh orang tua pada anaknya. Orang tua sangat mempengaruhi sifat yang akan dimiliki anaknya di kemudian hari. Sifat inilah yang akan memberikan sesuatu yang berbeda antara individu satu dengan individu lainnya, terutama di dalam menjalankan kehidupannya. B. Adaptif Identitas adalah penyesuaian remaja mengenai keterampilan-keterampilan khusus, dan bagaimana remaja tersebut dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Sejauh mana keterampilan atau kemampuannya tersebut dapat diterima oleh masyarakat dilingkungan 13

2 14 tempat tinggalnya ataukah masyarakat tidak menerima keterampilan yang dimilikinya. C. Struktural Hal ini terkait dengan perencanaan masa depan yang telah disusun oleh remaja, atau dengan kata lain remaja telah mempersiapkan kehidupan di masa depannya. Namun bukan berarti tidak ada hambatan dalam menjalankan rencana masa depannya ini. Seringkali apa yang telah direncanakan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan bisa jadi rencana tersebut mengalami suatu kemunduran (deficit structural) atau bahkan bisa tidak sama sekali terwujud. D. Dinamis Proses ini muncul dari identifikasi masa kecil individu dengan orang dewasa yang kemudian dapat membentuk suatu identitas yang baru di masa depannya ataukah sebaliknya, proses identifikasi tersebut tidak berpengaruh pada identitasnya melainkan yang berpengaruh adalah pemberian peran dari masyarakat terhadap remaja. E. Subjektif atau berdasarkan pengalaman Individu yang mempunyai pengalaman akan berbeda dengan individu yang sama sekali belum memiliki pengalaman. Erikson (dalam Santrock, 2003) menjelaskan bahwa individu yang telah memiliki pengalaman sebelumnya, individu tersebut akan merasakan suatu kepastian dalam dirinya. Dengan adanya pengalaman maka akan banyak alternatif yang dapat kita jadikan pedoman untuk melangkah dengan lebih yakin ke arah depan atau semakin banyak pengalaman maka akan semakin timbul antisipasi dalam melakukan berbagai hal yang belum kita ketahui secara pasti konsekuensinya. F. Timbal balik psikososial Erikson (dalam Santrock, 2003) menekankan hubungan timbal balik antara remaja dengan dunia dan masyarakat sosialnya. Perkembangan identitas tidak hanya terbentuk oleh diri kita sendiri melainkan melibatkan hubungan dengan orang lain, komunitas dan masyarakat.

3 15 G. Status eksistensial Erikson (dalam Santrock, 2003) berpendapat bahwa remaja mencari arti dalam hidupnya sekaligus arti dari hidup secara umum. Dalam hal ini remaja ingin merasakan apa yang dinamakan dengan makna hidup, ingin diakui keberadaanya di dalam masyarakat dengan peran sosial yang dijalankan serta keterampilan yang dimilikinya Definisi Identitas Ego Menurut Kroger & Marcia (2011), identitas ego adalah salah satu bagian dari perkembangan manusia yang dimulai dari anak-anak hingga dewasa. Menurut Kroger & Marcia (2011), pembentukan identitas ego mencakup perpaduan antara kemampuan, kepercayaan, dan identifikasi menjadi suatu keterkaitan, sesuatu yang unik dan utuh yang menciptakan rasa kontinuitas pada masa lalu dan arahan untuk masa depan. Menurut Kroger & Marcia (2011), identitas ego juga biasa disebut perasaan, sikap, resolusi dan lain-lain. Cara lain dalam menafsirkan identitas adalah sebagai selfstructure yaitu sekumpulan dorongan internal, kemampuan, kepercayaan, dan sejarah individu. Semakin baik individu membangun struktur, semakin individu menyadari keunikan dan persamaan dengan orang lain, kelemahan dan kekuatan dirinya. Struktur identitas ego bersifat dinamis, unsur-unsur terus menerus ditambahkan dan dikesampingkan (Kroger & Marcia, 2011). Menurut Levesque (2014) identitas ego adalah identitas yang dimana individunya mengenal siapa mereka, dan juga bertindak atas pengertian siapa mereka tersebut, secara berkelanjutan dan sama. Erikson (dalam Levesque, 2014) menjelaskan identitas ego sebagai sarana untuk kelangsungan individu. Erikson (dalam Levesque, 2014) melihat identitas ego sebagai pelindung individu dalam menghadapi perubahan yang dihasilkan oleh perubahan mendadak karena faktor pribadi atau situasional. Sedangkan menurut Erik Erikson (dalam Marcia, 1993) pemahaman tentang identitas merupakan konsep dalam skema pengembangan kepribadian normal. Menurut Erikson (dalam Marcia, 1993) dalam tiga aspek yaitu : 1. Struktur mengacu pada konsekuensi identitas yang dimiliki untuk keseimbangan seluruh proses psikodinamik.

4 16 2. Fenomenologis mengacu pada komponen yang dapat diamati dari proses formasi identitas atau yang disebut gaya identitas individu. 3. Dari aspek perilaku, identitas adalah upaya untuk melampaui intrapsikis dan fenomenologi ke dalam empiris. Dapat disimpulkan bahwa identitas ego merupakan proses pengenalan diri dan pemahaman diri secara utuh agar dapat mengetahui keunikan kita yang membedakan diri kita dengan orang lain dan dapat mengkategorikan diri kita dalam kelompok sosial tertentu Dimensi Identitas Ego Menurut Marcia (dalam Santrock, 2003), didalam proses pembentukan identitas ego terdapat dua dimensi, yaitu exploration dan commitment. 1. Exploration Menurut Marcia (dalam Santrock, 2003), Exploration merupakan sebagai suatu masa perkembangan identitas di mana remaja memilah-milah berbagai alternatif yang berarti dan tersedia. Exploration tertuju pada periode individu mulai mempertanyakan secara lebih mendalam mengenai tujuan, nilai dan keyakinan yang akan atau telah dianut. Ia harus memilah-milah berbagai alternatif tujuan, nilai dan keyakinan yang di tawarkan untuk kemudian memilih yang paling sesuai dengan dirinya. Menurut Marcia (1976), eksplorasi merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk menggali dan mencari informasi sebanyak-banyaknya. Berbagai informasi dan alternatif lain tersebut selanjutnya dibandingkan di antara satu dengan yang lain. Soenens (dalam Purnama, 2009) mengatakan bahwa eksplorasi adalah ketertarikan individu dalam mencari jati diri mengenai nilai, kepercayaan, tujuan dan proses eksplorasi menunjukkan percobaan dengan perbedaan aturan sosial, rencana dan ideologi. Eksplorasi melibatkan pertimbangan terhadap elemen identitas dengan kemungkinan alternatif dalam pencarian yang lebih lengkap terhadap diri (Purwadi, 2004)

5 17 2. Commitment Menurut Marcia (dalam Santrock, 2003), Commitment atau komitmen merupakan bagian dari perkembangan identitas dimana remaja menunjukan adanya suatu investasi pribadi pada apa yang akan mereka lakukan. Commitment tertuju pada ketetapan individu terhadap tujuan dan rencana yang telah dibuatnya. Apabila ia telah membuat sebuah keputusan yang tetap dan pasti tentang tujuan, nilai dan keyakinannya, ia tidak ragu dan juga tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal lain yang dapat membuatnya mengubah keputusan tesebut. Menurut Whitbourne (2012) individu yang memiliki komitmen memiliki rasa yang kuat, mengetahui siapa mereka, dan merasa yakin dengan pilihan yang telah mereka buat Status Identitas Ego Menurut Marcia (dalam Santrock, 2003), berdasarkan dua dimensi dasar identitas ego, Marcia kemudian bisa mengklasifikasikan perkembangan pembentukan identitas ego seseorang kepada empat status, antara lain: 1. Identity Foreclosure Foreclosure merupakan sebuah istilah yang menandakan seorang remaja yang telah membuat komitmen namun belum pernah mengalami krisis atau eksplorasi. 2. Identity Diffusion Difusi identitas tau identitiy diffusion merupakan sebuah istilah yang dipakai untuk menandakan seorang remaja yang belum pernah mengalami krisis (sehingga mereka belum pernah mengeksplorasi adanya alternatif yang berarti) atau membuat suatu komitmen. Selain tidak mampu membuat keputusan mengenai pekerjaan dan ideologi, remaja pada status ini juga tidak menunjukkan adanya minat pada kedua hal tersebut. 3. Moratorium Seseorang yang berada dalam status identity moratorium sudah ataupun sedang mengalami masa eksplorasi (krisis) terhadap alternatif-alternatif pilihan namun belum membuat komitmen pada aspek identitas.

6 18 4. Identity Achivement Seseorang yang berada dalam status identity achievement telah mengalami sebuah moratorium psikologis, telah menyelesaikan krisis identitas mereka dengan secara berhati-hati mengevaluasi sejumlah alternatif dan pilihan, dan telah menyimpulkan dan memutuskan sendiri setiap pilihan yang akan dilakukan. Seseorang yang berada dalam tipe ini sudah mengalami masa krisis dan telah membuat komitmen. Tabel 2.1 IdentitasDiri IDENTITAS KOMITMEN TINGGI RENDAH EKSPLORATION / KRISIS TINGGI Identity Achivement Moratorium RENDAH Identity Foreclosure Identity Diffusion 2.2. Pengguna Media Sosial Definisi Pengguna Media Sosial Media sosial adalah sarana komunikasi online yang bertujuan menghubungkan para pengguna untuk saling berbagi informasi, video, audio, foto dan lainnya (Boyd & Ellison, 2007). Sejak diperkenalkan, media sosial seperti MySpace, Facebook, Cyworld, dan Bebo telah menarik jutaan pengguna, banyak pengguna yang menjadikan media sosial sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari mereka (Boyd & Ellison, 2007). Media sosial dapat didefinisikan sebagai layanan yang memungkinkan pengguna untuk (1) membuat profil yang bersifat publik atau semi publik di dalam sistem yang ada, (2) membuat daftar teman dengan pengguna lain, dan (3) melihat daftar pengguna lain yang ada dalam sistem media sosial tersebut (Boyd & Ellison, 2007). Media sosial merupakan sebuah wadah tempat penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi di dalamnya, berbagi dan menciptakan konten, termasuk blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual (Meyfield, 2008). Sedangkan menurut Gross, (2003) media sosial merupakan media yang digunakan untuk interaksi sosial yang mudah diakses

7 19 menggunakan teknologi berbasis web yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi secara aktif. Mempertimbangkan definisi media sosial di atas, maka pengguna media sosial dapat didefinisikan sebagai individu yang memiliki akun media sosial dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari, baik aktif maupun tidak aktif Tipologi Pengguna Media Sosial Menurut Brandtzaeg dan Heim (2011), typology adalah penggolongan penggunaan sosial media ke dalam kategori-kategori. Tujuan dari typology adalah untuk mengklasifikasikan keberagaman perilaku dalam kategori yang memiliki arti (Barnes et. al. dalam Brandtzaeg &Heim, 2011). Berdasarkan hasil penenelitiannya Brandtzaeg dan Heim (2011) menyebutkan bahwa terdapat tipe pengguna media sosial berdasarkan motivasi dan partisipasinya. 1. Motivasi, terdapat dua jenis pengguna media sosial, yaitu informational dan recreational. Informational, dalam media sosial hanya untuk mencari informasiinformasi. Recreational, dalam media sosial untuk mencari kesenangan. 2. Partisipasi, terdapat dua jenis yaitu tinggi dan rendah Kategori dalam Tipologi Pengguna Media Sosial Menurut Brandtzaeg dan Heim (2011), ada lima kategori dalam typology pengguna media sosial, yaitu: 1. Sporadics Dikatakan sporadic karena mereka mengunjungi media sosial hanya dari waktu ke waktu. Tetapi, tidak rutin juga. Pengguna dalam tipe ini memiliki tingkat partisipasi yang rendah dan cenderung lebih ke arahinformasi. Dalam tipe ini biasanya mereka hanya membuat status dan mengecek ada yang komen atau tidak di status mereka. 2. Lurkers Pengguna dalam tipe ini memiliki tingkat partisipasi yang rendah dan cenderung lebih ke arah recreation. Pengguna dalam tipe ini agak terlibat

8 20 dalam beberapa kegiatan di media sosial, tetapi penggunaannya dalam tingkat yang rendah. Tipe ini memikirkan teknologi hanya untuk kesenangan dan untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain. 3. Socializers Pengguna dalam tipe ini memiliki tingkat partispasi yang tinggi dan cenderung lebih ke arah recreation. Media sosial bagi tipe ini sangat penting karena orang-orang dalam tipe ini menggunakan media sosial untuk tetap berhubungan dengan teman-teman. 4. Debaters Pengguna dalam tipe ini memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dan cenderung lebih ke arah informational. Tipe ini sangat bergantung pada internet untuk melaksanakan tugas-tugas praktis dan menggunakannya terutama untuk alasan instrumental. 5. Actives Pengguna dalam tipe ini memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dan memiliki motivasi yang seimbang antara informational dan recreation Remaja Definisi Remaja Menurut Santrock (2006), adolescence atau masa remaja adalah periode perkembangan yang merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa. Monks (1999)membagi remaja dalam tiga kelompok usia, yaitu : 1. Early Adolescence (remaja awal) Berada pada rentang usia tahun. Pada masa ini terdapat sikap dan sifat negatif yang belum terlihat dalam masa kanak-kanak. Menurut Ahmadi dan Sholeh (dalam Monks, 1999), individu sering merasa bingung, cemas, takut, dan gelisah. 2. Middle Adolescence (remaja pertengahan) Berada pada rentang usia tahun. Pada masa ini individu menginginkan sesuatu dan mencari-cari sesuatu. Menurut Ahmadi dan Sholeh (dalam Monks, 1999), merasa sunyi dan merasa tidak bisa mengerti dan tidak dimengerti oleh orang lain.

9 21 3. Late Adolescence (remajaakhir) Berada pada rentang usia tahun. Menurut Ahmadi dan Sholeh (dalam Monks, 2001), pada masa ini individu mulai merasa stabil, mulai mengenal dirinya, mulai menyadari tujuan hidup dan mempunyai pendirian tertentu Tugas Perkembangan Remaja Erikson (dalam Santrock, 2011) usia remaja yang berada antara 10 sampai 20 tahun berada pada tahap identity vs identity confusion atau disebut juga sebagai fase pencarian jati diri. Pada tahap ini remaja berusaha menemukan gambaran diri yang ideal dengan melakukan berbagai macam peran dan juga kepribadian. Apabila remaja gagal dalam pencarian identias maka mereka akan menarik diri dari lingkungan teman sebaya dan peer grup serta hilangnya identitas diri pada remaja tersebut. Dalam proses peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, remaja mulai mencoba untuk melepaskan diri dari orang tua dikarenakan mereka memiliki keinginan untuk mandiri dan memiliki tanggung jawab pribadi (Santrock, 2011). Pada usia remaja ini peran dari orang tua digantikan oleh peer group atau sahabat (Santrock, 2011). Menurut Erikson (dalam Feist & Feist, 2010) pencapaian terhadap identitas mencapai klimaks selama masa remaja ketika mereka berjuang untuk menemukan jati diri mereka. Dalam masa pubertas, remaja mencari peran-peran baru untuk membantu menemukan identitas seksual, ideologis dan pekerjaan mereka. Dalam pencarian ini, remaja menggunakan beragam gambar-gambar dirinya yang sudah diterima atau ditolak sebelumnya. Menurut Erikson (dalam Feist & Feist, 2010), identitas muncul dari dua sumber yaitu afirmasi atau penolakan remaja terhadap identifikasi kanak-kanak dan konteks historis dan sosial mereka, yang mendukung konformitas bagi standar-standar tertentu. Remaja seringkali menolak standar-standar orang tua dan lebih menyukai penilaian teman sekelompok atau geng sebayanya. Masyarakat menjadi tempat mereka yang memainkan peran penting dalam upaya mereka membentuk identitas.

10 Kerangka Berpikir Menurut Gross (2003), media sosial merupakan media yang digunakan untuk interaksi sosial yang mudah diakses menggunakan teknologi berbasis web yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi secara aktif. Subjek yang menjadi sorotan dalam penelitian ini adalah remaja usia tahun yang sering menggunakan media sosial. Erikson (dalam Santrock, 2011) usia remaja yang berada antara 10 sampai 20 tahun berada pada tahap identity vs identity confusion atau disebut juga sebagai fase pencarian jati diri. Media sosial banyak digemari oleh remaja saat ini karena dapat mengabadikan moment/peristiwa di sekelilingnya melalui updatean dan dokumentasi foto, juga dapat menuangkan ide kreatif melalui sarana informasi atau mungkin sebagai media promosi. Menurut Brandtzaeg dan Heim (2011), typology adalah penggolongan penggunaan sosial media ke dalam kategori-kategori. Berdasarkan hasil penenelitiannya, Brandtzaeg dan Heim (2011) menyebutkan bahwa terdapat lima tipe pengguna media sosial berdasarkan motivasi dan partisipasinya. Brandzaeg dan Heim menjelaskan bahwa ada dua motivasi penggunaan media sosial, yaitu informational dan recreational. Motivasi Informational adalah menggunakan media sosial hanya untuk mencari informasi-informasi saja, sedangkan motivasi Recreational adalah menggunakan media sosial untuk mencari kesenangan. Sedangkan mengenai partisipasi, Brandtzaeg dan Heim menjelaskan bahwa ada dua jenis partisipasi, yaitu tinggi dan rendah. Peneliti berasumsi bahwa remaja menggunakan motivasi informational dan partisipasi yang tinggi cenderung menggunakan eksplorasi dalam menggunakan media sosial karena remaja butuh mendapatkan informasi yang banyak sehingga remaja mengeksplor semua media sosial yang digunakan untuk mencari informasi-informasi yang dibutuhkan, sedangkan remaja yang menggunakan motivasi informational dan partisipasi rendah cenderung menggunakan komitmen dalam menggunakan media sosial karena remaja tidak membutuhkan banyak informasi yang dibutuhkan, remaja hanya menggunakan satu media sosial dan tidak rutin dalam menggunakan media sosial hanya untuk mengecek ada atau tidaknya komen atau tidak.

11 23 Peneliti berasumsi bahwa remaja menggunakan motivasi recreational dan partisipasi yang tinggi cenderung menggunakan eksplorasi dalam menggunakan media sosial karena kategori ini menggunakan media sosial untuk mencari kesenangan, dalam mencari kesengan menggunakan banyak media sosial, sedangkan remaja yang menggunakan motivasi recreational dan partisipasi yang rendah cenderung menggunakan komitmen dalam menggunakan media sosial karena kategori ini agak terlibat dalam beberapa kegiatan di media sosial, hanya untuk kesenangan dan menjaga hubungan baik dengan orang lain, dan hanya menggunakan satu media sosial untuk mencari kesenangan. Kategori tipologi menurut Brandtzaeg dan Heim (2011), yaitu Sporadics, dalam tipe ini biasanya mereka hanya membuat status dan mengecek ada yang komen atau tidak di status mereka Lurkers, pengguna dalam tipe ini agak terlibat dalam beberapa kegiatan di media sosial, tetapi penggunaannya dalam tingkat yang rendah. Tipe ini memikirkan teknologi hanya untuk kesenangan dan untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain. Socializers, media sosial bagi tipe ini sangat penting karena orangorang dalam tipe ini menggunakan media sosial untuk tetap berhubungan dengan teman-teman. Debaters, tipe ini sangat bergantung pada internet untuk melaksanakan tugas-tugas praktis dan menggunakannya terutama untuk alasan instrumental. Actives, pengguna dalam tipe ini memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dan memiliki motivasi yang seimbang antara informational dan recreation. Pencarian jati diri yang dilakukan remaja disebut identitas ego. Identitas ego adalah salah satu bagian dari perkembangan manusia yang dimulai dari anak-anak hingga dewasa. Menurut Levesque (2014) identitas ego adalah identitas yang dimana individunya mengenal siapa mereka, dan juga bertindak atas pengertian siapa mereka tersebut, secara berkelanjutan dan sama. Didalam proses pembentukan identitas ego terdapat dua dimensi, yaitu exploration dan commitment. Menurut Marcia (1976), Exploration merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk menggali dan mencari informasi sebanyak-banyaknya. Berbagai informasi dan alternatif lain tersebut selanjutnya dibandingkan di antara satu dengan yang lain. Menurut Marcia (dalam Santrock, 2003) Commitment tertuju pada ketetapan individu terhadap tujuan dan rencana yang telah dibuatnya. Apabila ia telah membuat sebuah keputusan yang tetap

12 24 dan pasti tentang tujuan, nilai dan keyakinannya, ia tidak ragu dan juga tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal lain yang dapat membuatnya mengubah keputusan tesebut. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat apakah ada hubungannya antara tipologi dengan eksplorasi dan komitmen sebagai dimensi identitas ego. Peneliti berasumsi bahwa remaja yang memiliki eksplorasi dalam menggunakan media sosial dan mengunjungi media sosial hanya dari waktu ke waktu tetapi, tidak rutin cenderung memiliki tipe sporadics. Selanjutnya, peneliti berasumsi bahwa bahwa remaja yang memiliki eksplorasi dalam menggunakan media sosial agak terlibat dalam beberapa kegiatan di media sosial, tetapi penggunaannya dalam tingkat yang rendah dan untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain memiliki tipe lurkers. Selanjutnya, peneliti berasumsi bahwa remaja yang memiliki eksplorasi dalam menggunakan media sosial untuk tetap berhubungan dengan teman-teman cenderung memiliki tipe socializers. Selanjutnya, peneliti berasumsi bahwa remaja yang memiliki eksplorasi dalam menggunakan media sosial sangat bergantung pada internet untuk melaksanakan tugastugas praktis dan menggunakannya terutama untuk alasan instrumental cenderung memiliki tipe debaters. Selanjutnya, peneliti berasumsi bahwa remaja yang memiliki eksplorasi dalam menggunakan media sosial dan memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dan memiliki motivasi yang seimbang antara informational dan recreation memiliki tipe actives Peneliti berasumsi bahwa remaja yang memiliki komitmen dalam menggunakan media sosial dan mengunjungi media sosial hanya dari waktu ke waktu tetapi, tidak rutin cenderung memiliki tipe sporadics. Selanjutnya, peneliti berasumsi bahwa bahwa remaja yang memiliki komitmen dalam menggunakan media sosial agak terlibat dalam beberapa kegiatan di media sosial, tetapi penggunaannya dalam tingkat yang rendahdan untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain memiliki tipe lurkers. Selanjutnya, peneliti berasumsi bahwa remaja yang memiliki komitmen dalam menggunakan media sosial untuk tetap berhubungan dengan teman-teman cenderung memiliki tipe socializers. Selanjutnya, peneliti berasumsi bahwa remaja yang memiliki komitmen dalam menggunakan media sosialsangat bergantung pada internet untuk melaksanakan tugas-tugas praktis dan menggunakannya terutama untuk alasan instrumental cenderung memiliki tipe debaters. Selanjutnya, peneliti berasumsi bahwa remaja yang memiliki komitmen dalam menggunakan media sosial dan memiliki tingkat partisipasi yang

13 25 tinggi dan memiliki motivasi yang seimbang antara informational dan recreation memiliki tipe actives. Tipologi Pengguna Media Sosial : Sporadics Lurkers Socializers Debaters Actives Identitas Ego : Exploration Commitment. Gambar 2.1. Kerangka Berpikir (Sumber: Peneliti)

14 26

HUBUNGAN ANTARA TIPOLOGI PENGGUNA MEDIA SOSIAL DENGAN EKSPLORASI DAN KOMITMEN SEBAGAI DIMENSI IDENTITAS EGO PADA REMAJA JABODETABEK

HUBUNGAN ANTARA TIPOLOGI PENGGUNA MEDIA SOSIAL DENGAN EKSPLORASI DAN KOMITMEN SEBAGAI DIMENSI IDENTITAS EGO PADA REMAJA JABODETABEK HUBUNGAN ANTARA TIPOLOGI PENGGUNA MEDIA SOSIAL DENGAN EKSPLORASI DAN KOMITMEN SEBAGAI DIMENSI IDENTITAS EGO PADA REMAJA JABODETABEK Iga Putri Hadiyati Universitas Bina Nusantara, Igaputrihadiyati_290793@yahoo.com

Lebih terperinci

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Identitas Ego 2.1.1. Definisi identitas Erikson (dalam Santrock, 2011) berpendapat bahwa identitas merupakan sebuah aspek kunci dari perkembangan remaja. Identitas merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN 2.1. Ego Development Definisi identitas menurut Erikson (dalam Subrahmanyam & Smahel, 2011) adalah perasaan subjektif terhadap diri sendiri yang konsisten dan berkembang dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identitas Ego 2.1.1 Definisi Identitas Ego Untuk dapat memenuhi semua tugas perkembangan remaja harus dapat mencapai kejelasan identitas (sense of identity) yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identitas Ego 2.1.1 Definisi Identitas Erikson (dalam Papalia & Feldman, 2014 ) mendefinisikan identitas sebagai konsep yang berhubungan tentang diri yang membuat tujuan-tujuan,

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat MODUL PERKULIAHAN Perkembangan Sepanjang Hayat Adolescence: Perkembangan Psikososial Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Psikologi Psikologi 03 61095 Abstract Kompetensi Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di zaman modern ini, internet merupakan sebuah kebutuhan yang dapat dikatakan wajib bagi setiap orang. Menurut Shelly dan Campbell (2012) internet merupakan jaringan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT

PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT Modul ke: PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT Perkembangan Remaja Fakultas Psikologi Tenny Septiani Rachman, M. Psi, Psi Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Preface Masa remaja sering disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam suku, ras dan agama, hal ini yang memungkinkan terjadinya perkawinan antar suku, ras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada masa transisi ini remaja mengalami perubahan yang cepat dan fundamental menuju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Achievement 1. Definisi Identity Achievement Identitas merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah

Lebih terperinci

Selamat Membaca dan Memahami Materi Perkembangan Kepribadian Rentang Perkembangan Manusia II

Selamat Membaca dan Memahami Materi Perkembangan Kepribadian Rentang Perkembangan Manusia II Selamat Membaca dan Memahami Materi Perkembangan Kepribadian Rentang Perkembangan Manusia II PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr Triana Noor Edwina DS, M.Si Fak Psikologi UMBY DIRI Pemahaman Diri Pemahaman

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menguraikan beberapa teori terkait dengan judul yang peneliti sampaikan diatas. Di dalam bab ini akan menguraikan teori mengenai identitas diri pada remaja beserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa ini menimbulkan perubahan-perubahan baik itu secara fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. Masa ini menimbulkan perubahan-perubahan baik itu secara fisik maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa ini menimbulkan perubahan-perubahan baik itu secara fisik maupun psikologis menuju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan menikah seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran status identity di bidang akademik dalam pemilihan jurusan pada mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2007 di Universitas X, Bandung. Metode yang

Lebih terperinci

materi tambahan dari diskusi kelas PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S., M.Si Fakultas Psikologi Mercu Buana Yogyakarta

materi tambahan dari diskusi kelas PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S., M.Si Fakultas Psikologi Mercu Buana Yogyakarta materi tambahan dari diskusi kelas PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN oleh Dr. Triana Noor Edwina D.S., M.Si Fakultas Psikologi Mercu Buana Yogyakarta DIRI Pemahaman Diri Pemahaman diri remaja merupakan konstruksi

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Religious Identity Status pada Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas Islam Bandung Descriptive Study about Religious Identity Status of Bandung

Lebih terperinci

media sosial. 6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status

media sosial. 6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil olahan data dapat disimpulkan bahwa: 1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity diffusion

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson

BAB II LANDASAN TEORI. Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson BAB II LANDASAN TEORI A. Keintiman 1. Pengertian Keintiman Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson (dalam Kroger, 2001) mendefinisikan keintiman mengacu pada perasaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. IDENTITAS DIRI 1. Pengertian Identitas Diri Menurut Erikson (dalam Berk, 2007) identitas merupakan pencapaian besar dari kepribadian remaja dan merupakan suatu tahap yang penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intimacy (Keintiman) 2.1.1 Definisi Intimacy Menurut Erikson (dalam Valentini, & Nisfiannoor, 2006) intimacy sebagai kemampuan untuk berkomunikasi dan juga berperan penting

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa Latin adolescere (kata

BAB 2 TINJAUAN TEORI. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa Latin adolescere (kata BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1. Remaja Akhir Menurut Mar at (2006) di negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa Latin adolescere (kata bendanya adolescentia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini, peneliti akan mengetahui pengaruh intensitas penggunaan media sosial terhadap pembentukan identitas diri remaja, sehingga pendekatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Normative Social Influence 2.1.1 Definisi Normative Social Influence Pada awalnya, Solomon Asch (1952, dalam Hogg & Vaughan, 2005) meyakini bahwa konformitas merefleksikan sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peran yang penting dalam hidup (Papalia, 2008), suatu kesadaran akan kesatuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peran yang penting dalam hidup (Papalia, 2008), suatu kesadaran akan kesatuan 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identitas Diri 1. Pengertian Identitas Diri Identitas diri adalah proses menjadi seorang individu yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Papalia, 2008), suatu kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembantu rumah tangga (PRT) sudah tidak asing lagi keberadaannya di tengah masyarakat Indonesia, dan diantara pembantu tersebut masih banyak yang berada dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media sosial merupakan salah satu elemen di era globalisasi yang paling berkembang berdasarkan segi fitur dan populasi pemakai. Berdasarkan data dari US Census Bureau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kelompok remaja merujuk pada kelompok individu yang berada dalam kisaran usia 12-21 tahun. Kata remaja berasal dari bahasa Latin yang berarti kematangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan salah satu masa dalam rentang perjalanan kehidupan dan menjadi bagian yang dilalui dalam siklus perkembangan manusia. Dewasa ini disebut

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di masa remaja, individu mengalami peningkatan drastis terhadap berbagai fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual.

BAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode transisi dari masa anak-anak hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual. Remaja tidak mempunyai tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah memberikan pelayanan bimbingan pada peserta didik dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peserta didik pada jenjang pendidikan menengah, yakni Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berada dalam tahapan usia remaja, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah media penghantar individu untuk menuju masa depan yang lebih baik. Pendidikan merupakan salah satu solusi atau upaya yang dibuat agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Ada beberapa tugas perkembangan yang harus dilakukan seorang remaja. Menurut Havighurst (dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masa remaja, menurut Stanley Hall, seorang bapak pelopor psikologi perkembangan remaja, dianggap sebagai masa topan-badai dan stres (storm and stress), karena mereka

Lebih terperinci

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang melibatkan berbagai perubahan, baik dalam hal fisik, kognitif, psikologis, spiritual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu mengalami masa peralihan atau masa transisi. Yang dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Formation. Marcia menyatakan bahwa pembentukan identitas diri dapat digambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Formation. Marcia menyatakan bahwa pembentukan identitas diri dapat digambarkan 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Formation 1. Pengertian Identity Formation Marcia (1993) menyatakan bahwa identity formation atau pembentukan identitas diri merupakan: Identity formation involves

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja TINJAUAN PUSTAKA Remaja Istilah remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Namun saat ini adolescence memiliki arti yang lebih luas mencakup kematangan mental,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap warga negara Indonesia harus berperan serta secara positif untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap warga negara Indonesia harus berperan serta secara positif untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terus mengalami perkembangan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan menuju suatu kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Setiap warga negara

Lebih terperinci

dasar peran 1. Kepercayaan dasar >< Ketidakpercayaan

dasar peran 1. Kepercayaan dasar >< Ketidakpercayaan 1. Kepercayaan dasar >< Ketidakpercayaan dasar 2. Otonomi >< Rasa malu dan ragu-ragu 3. Inisiatif >< Rasa bersalah 4. Industri (kerajinan) >< inferioritas 5. Mencapai identitas diri >< Kebingungan peran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran identitas diri pada remaja yang menikah dini. Bab ini adalah penutup dari seluruh naskah penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IDENTITAS ETNIS 1. Definisi Identitas Etnis Menurut histori, istilah etnik diperkenalkan dan digunakan secara bergantian dengan konsep lain seperti rasionalisasi, ras, religi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas mengenai perencanaan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi. Pokok bahasan bab ini terdiri atas: lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi diciptakan untuk mempermudah setiap kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi diciptakan untuk mempermudah setiap kegiatan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi diciptakan untuk mempermudah setiap kegiatan manusia. Dengan telah berkembang pesat dan semakin canggihnya teknologi sehingga terjadi penambahan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mahasiswa memiliki tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya. 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

Erikson. Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. 8 tahap psikososial. Daftar Pustaka. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI

Erikson. Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. 8 tahap psikososial. Daftar Pustaka. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI Modul ke: Erikson Fakultas PSIKOLOGI Rizki Dawanti, M.Psi., Psikolog. Program Studi PSIKOLOGI Biografi Evaluasi Teori 8 tahap psikososial Daftar Pustaka Biografi Bernama lengkap Erik Homberger Erikson,

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Williya Novianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Williya Novianti, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Siswa sekolah menengah pertama berada pada masa remaja. Piaget (Hurlock, 1980, hlm. 206) menyatakan secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Sebagian besar remaja tunanetra usia 18-22 tahun yang mengikuti program rehabilitasi di PSBN Wyata Guna Bandung memiliki status identitas bidang vokasional

Lebih terperinci

Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap. psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai

Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap. psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai Teori Psikososial, Erik Erikson ( 1902-1994 ) Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai manusia tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-Esteem 2.1.1 Pengertian Self-Esteem Menurut Rosenberg (dalam Mruk, 2006), Self-Esteem merupakan bentuk evaluasi dari sikap yang di dasarkan pada perasaan menghargai diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tahap perkembangan remaja, kebanyakan mereka tidak lagi mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan yang akan dilakukan. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendefinisian dan klarifikasi istilah dilakukan di awal penelitian dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendefinisian dan klarifikasi istilah dilakukan di awal penelitian dengan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Definisi Pendefinisian dan klarifikasi istilah dilakukan di awal penelitian dengan tujuan menyamakan persepsi mengenai hal yang sedang dibahas. Dalam hal

Lebih terperinci

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam kehidupan modern saat ini, mewujudkan penyesuaian diri dalam perkawinan tampaknya semakin sulit, apalagi bila usia individu yang menikah masih tergolong muda sehingga belum cukup matang atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya 91 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Perilaku Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya Pemaparan hasil pengumpulan data mengenai pertanyaan peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar untuk berkomunikasi dan terhubung dengan manusia lain. Manusia cenderung berkumpul dengan

Lebih terperinci

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian dan kemampuan siswa. Sekolah juga sebagai salah satu wadah untuk mewujudkan pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu pada dasarnya dihadapkan pada suatu keadaan yang krisis.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu pada dasarnya dihadapkan pada suatu keadaan yang krisis. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu pada dasarnya dihadapkan pada suatu keadaan yang krisis. Keadaan krisis itulah yang menjadi tugas bagi seseorang untuk dapat dilaluinya dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MASA REMAJA (ADOLESENCE) PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir logis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagai makhluk sosial, individu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap BAB II LANDASAN TEORI II. A. Harga Diri II. A. 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya BNN (2006). Narkoba pada awalnya digunakan untuk keperluan medis, pemakaiannya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Internet merupakan suatu hal yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat modern, termasuk masyarakat Indonesia. Tentu masyarakat masih mengingat bahwa pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tersebar di berbagai pulau. Setiap pulau memiliki ciri khas dan

BAB I PENDAHULUAN. dan tersebar di berbagai pulau. Setiap pulau memiliki ciri khas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang banyak dan tersebar di berbagai pulau. Setiap pulau memiliki ciri khas dan keanekaragaman masing-masing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai kehidupan manusia dalam beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah keluarga dengan orang tua yang lengkap merupakan dambaan bagi setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan keberuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Oktaviani (2013:1) Menyatakan kenakalan remaja adalah salah satu yang sering terjadi di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Masalah-masalah inilah yang cenderung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Pengertian Perilaku Diet Perilaku adalah suatu respon atau reaksi organisme terhadap stimulus dari lingkungan sekitar. Lewin (dalam Azwar, 1995) menyatakan

Lebih terperinci

PERBEDAN STATUS IDENTITAS DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH OTORITER DI PANTI ASUHAN X. Siti Mahmudah Fakultas Psikologi Universitas Semarang

PERBEDAN STATUS IDENTITAS DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH OTORITER DI PANTI ASUHAN X. Siti Mahmudah Fakultas Psikologi Universitas Semarang PERBEDAN STATUS IDENTITAS DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH OTORITER DI PANTI ASUHAN X Siti Mahmudah Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STATUS IDENTITAS REMAJA JABODETABEK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STATUS IDENTITAS REMAJA JABODETABEK HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN STATUS IDENTITAS REMAJA JABODETABEK Suci Ramadhanika Putri Universitas Bina Nusantara, suciramadhanika@yahoo.com (Suci Ramadhanika Putri, Raymon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Frekuensi Merokok 1. Definisi frekuensi Frekuensi berasal dari bahasa Inggris frequency berarti kekerapan, keseimbangan, keseringan, atau jarangkerap. Smet (1994) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi untuk bertahan dan melanjutkan tugas dalam setiap tahap perkembangannya. Remaja tidak terlepas dari tahapan demi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia mengalami pertumbuhan secara fisik dan perkembangan menuju tingkatan yang lebih tinggi. Menurut

Lebih terperinci

Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa. mira asmirajanti

Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa. mira asmirajanti Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa Faktor-faktor yang mempengaruhi Tumbuh Kembang 1. Faktor Genetik. 2. Faktor Eksternal a. Keluarga b. Kelompok teman sebaya c. Pengalaman hidup d. Kesehatan e.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin besarnya kebutuhan akan tenaga kerja profesional di bidangnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantatif. Kuantitatif merupakan pendekatan yang memungkinkan dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantatif. Kuantitatif merupakan pendekatan yang memungkinkan dilakukan 62 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantatif. Kuantitatif merupakan pendekatan yang memungkinkan dilakukan pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dewasa ini, fenomena homoseksualitas semakin marak. Bukan hanya di luar negeri, tetapi fenomena ini juga berlaku di Indonesia. Baik itu lesbian ataupun gay. Baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dari konvensional ke digital membuat. pekerjaan manusia menjadi lebih mudah dan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dari konvensional ke digital membuat. pekerjaan manusia menjadi lebih mudah dan cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dari konvensional ke digital membuat pekerjaan manusia menjadi lebih mudah dan cepat. Adanya internet menjadi bukti mempermudah pekerjaan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berlangsung sejak usia 10 atau 11 tahun, atau bahkan lebih awal yang disebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Attachment Attachment atau kelekatan merupakan teori yang diungkapkan pertama kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. Ketika seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah jam hanya untuk mengakses internet dan layanan teknologi baru lainnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah jam hanya untuk mengakses internet dan layanan teknologi baru lainnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia, saat ini individu tidak hanya hidup di dunia nyata, tetapi juga memiliki kehidupan di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan satu bentuk penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik korelasi. Penelitian dengan teknik korelasi merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pernikahan adalah lembaga yang memungkinkan seorang laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pernikahan adalah lembaga yang memungkinkan seorang laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah pernikahan adalah lembaga yang memungkinkan seorang laki-laki dan seorang perempuan yang saling mencintai menjalani kehidupan bersama secara intim, mendapat

Lebih terperinci