BAB I PENDAHULUAN. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nation Development Program (UNDP) pada tanggal 24 Juli 2014 di Tokyo Jepang untuk pertama kalinya mempublikasikan Laporan pembangunan Manusia Tahun 2014 dengan tema Mempertahankan Kemajuan Manusia: Mengurangi Kerentanan dan Membangun Ketahanan (The 2014 Human Development Report Sustaining Human Progress: Reducing Vulnerabilities and Building Resilience ). Dalam beberapa waktu ini, dunia telah mengalami berbagai kemajuan dalam pembangunan manusia. Namun ternyata kemajuan ini terancam oleh ketidakpastian, ketidaksetaraan dan perubahan iklim. Oleh karena itu diperlukan kebijakan untuk mempertahankan kemajuan yang telah diperoleh. UNDP merekomendasikan akses terhadap pelayanan sosial dasar terutama pendidikan dan kesehatan, perlindungan sosial yang kuat serta komitmen untuk bekerja keras sebagai upaya untuk mencapai masyarakat dunia yang kuat menghadapi guncangan. Dalam laporan tersebut, UNDP kembali menuliskan bahwa pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia ( a process of enlarging peoples s choices ). Artinya fokus pembangunan suatu negara adalah manusia sebagai aset negara yang sangat berharga dan merupakan tujuan akhir pembangunan itu sendiri. Pembangunan manusia merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat, dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan. Paradigma ini berbeda dengan pembangunan yang sekedar mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan menggunakan manusia sebagai alat pembangunan. Semangat otonomi daerah yang digulirkan dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 dan telah direvisi dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 yang direvisi dengan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah memungkinkan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

2 pencapaian hasil pembangunan antar daerah berbeda-beda. Daerah yang memiliki sumber daya fisik/alam dan sumber daya manusia yang lebih besar berpotensi untuk maju jauh lebih cepat dibandingkan dengan daerah lainnya. Namun pembangunan yang bertumpu pada sumber daya alam saja sangat jarang bisa berkembang dan tumbuh secara berkesinambungan. Pembangunan manusia atau peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi hal yang sangat penting. Penekananan terhadap pentingnya peningkatan SDM dalam pembangunan menjadi suatu kebutuhan. Kualitas manusia (SDM yang tangguh) disuatu wilayah memiliki andil besar dalam menentukan keberhasilan pengelolaan pembangunan. SDM yang memiliki kemampuan, kreatifitas dan produktifitas akan menjadi agen - agen pertumbuhan yang efektif. Perencanaan pembangunan yang baik didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, perencanaan yang sistematis dan komprehensif hanya dapat diwujudkan apabila setiap tahapan perencanaan dilengkapi dengan data yang akurat. Demikian halnya dengan perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah, akan memerlukan data statistik sebagai dasar penentuan strategi, pengambilan keputusan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Kebijakan dan strategi yang telah dilakukan perlu dimonitor dan dilihat hasilnya, sehingga data statistik tersebut sangat diperlukan. Untuk itu dibutuhkan ketersediaan data mengenai pembangunan manusia yang representatif dalam menggambarkan kondisi sosial ekonomi Kabupaten Temanggung, khususnya terkait dengan masalah pembangunan manusia. Pada masa lalu alat ukur keberhasilan pembangunan adalah dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sedangkan saat ini mulai digunakan alat ukur lain yang diantaranya adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan salah satu indikator yang dapat mewakili keterbandingan hasil pembangunan manusia antar daerah. IPM mengukur tingkat pencapaian keseluruhan dari suatu wilayah negara/ propinsi/kabupaten/kota dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu lamanya hidup, pengetahuan dan suatu standar hidup yang layak. Ketiganya diukur dengan angka harapan hidup, pencapaian pendidikan dan pendapatan perkapita yang telah disesuaikan menjadi Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

3 paritas daya beli. (UNDP : Human Development Report 2001). UNDP menyatakan bahwa IPM adalah suatu ringkasan dan bukan suatu ukuran komprehensif dari pembangunan manusia. IPM memang dirancang untuk mengukur tingkat kemajuan sosial ekonomi. Angka IPM hanya memberi indikasi saja, tetapi dengan menghitung IPM merupakan langkah yang jauh lebih maju dari pada langkah terdahulu yang hanya terkonsentrasi pada tingkat pendapatan saja. Oleh karena itu penerbitan publikasi Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung dipandang perlu sebagai sumber informasi penyusunan perencanaan yang terkait dengan pembangunan manusia di Kabupaten Temanggung. Selain itu, dengan adanya publikasi ini diharapkan Pemerintah maupun masyarakat luas dapat melakukan monitoring dan evaluasi atas pembangunan yang telah dilakukan, sekaligus dapat mengidentifikasi kebutuhan daerah bagi pembangunan di masa yang akan datang Tujuan Tujuan penyusunan publikasi Analisis Situsasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung Tahun 2014 secara umum adalah untuk mendeskripsikan perkembangan pembangunan manusia hingga tahun Publikasi ini memberikan gambaran capaian pembangunan manusia di Kabupaten Temanggung dan perubahan-perubahan komponen penting penghitungan IPM. Sedangkan tujuan secara khusus adalah : 1. Menggambarkan situasi pembangunan manusia khususnya pada bidang kependudukan, pendidikan, kesehatan dan ekonomi di Kabupaten Temanggung selama tahun Mengamati perkembangan IPM Kabupaten Temanggung dan masingmasing komponen IPM selama tahun Mengetahui posisi relatif capaian percepatan pembangunan manusia Kabupaten Temanggung terhadap capaian IPM Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten/Kota sekitarnya dengan menggunakan indikator IPM Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

4 1.3. Sumber Data Data yang digunakan dalam analisis ini bersumber dari : 1. Data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang diselenggarakan oleh BPS setiap tahun. 2. Data Hasil Survei Tenaga Kerja Nasional (Sakernas) yang diselenggarakan setiap tahun 3. Data publikasi BPS yang berasal dari hasil survei-survei lainnya. 4. Data sekunder yang berasal dari instansi/dinas/lembaga lain yang diperlukan Sistematika Penulisan Publikasi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Menyajikan tentang pendahuluan yaitu meliputi latar belakang penulisan analisis pembangunan manusia Kabupaten Temanggung, tujuan penulisan, sumber data yang digunakan, serta sistematika penulisan Bab II Menyajikan tentang metodologi meliputi konsep tentang pembangunan manusia dan metode penghitungan IPM. Bab III Menyajikan analisis dan pembahasan yang meliputi perkembangan pembangunan di Kabupaten Temanggung dalam beberapa dimensi, perkembangan Indeks Pembangunan Kabupaten Temanggung, IPM dan pertumbuhan ekonomi serta IPM dan kemiskinan. Bab IV Menyajikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil analisis. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

5 BAB II METODOLOGI 2.1. Konsep Pembangunan Manusia Pembangunan adalah suatu proses yang didalamnya anggota masyarakat bisa meningkatkan kemampuan pribadi dan kelembagaan mereka, untuk mengerahkan dan mengelola sumber-sumber yang tersedia, demi menciptakan perbaikan-perbaikan mutu kehidupan mereka secara berkesinambungan dan adil, sesuai dengan aspirasi-aspirasi mereka sendiri. David Korten menekankan bahwa pembangunan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, pembangunan juga merupakan tanggung jawab individu, anggota masyarakat dan juga lembaga-lembaga yang ada. Ditekankan pula bahwa pembangunan bukanlah soal pertumbuhan atau peningkatan hasil, melainkan transformasi yang merujuk pada keadilan, kesinambungan, dan inklusifitas sebagai kebutuhan pokok bagi masyakat global. 1 Konsep pembangunan dengan pendekatan konvensional lebih menekankan pertumbuhan ekonomi dan pembentukan modal. Model pertumbuhan ekonomi lebih menekankan pada pentingnya PDRB daripada memperbaiki kualitas hidup manusia. Pembangunan sumber daya manusia cenderung untuk memperlakukan manusia sebagai input bagi proses produksi sebagai alat, bukannya sebagai tujuan akhir. Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai penerima dan bukan sebagai agen dari perubahan dalam proses pembangunan. Adapun pendekatan kebutuhan dasar terfokus pada penyediaan barang-barang dan jasa-jasa untuk kelompok masyarakat tertinggal, bukannya memperluas pilihan yang dimiliki manusia disegala bidang. Paradigma pembangunan menempatkan manusia (penduduk) sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan, yaitu tercapainya penguasaan atas sumber daya (pendapatan untuk mencapai hidup layak), peningkatan derajat kesehatan (usia hidup panjang dan sehat) dan meningkatkan pendidikan (kemampuan baca tulis dan keterampilan untuk dapat berpartisipasi 1 dr. Indan Entjang, Pendidikan, Kependudukan dan Keluarga Berencana, Alumni, Bandung, 1982 Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

6 dalam masyarakat dan kegiatan ekonomi). Paradigma pembangunan manusia mengandung empat komponen utama: 1. Produktifitas Manusia harus berkemampuan untuk meningkatkan produktifitasnya dan berpartisipasi penuh dalam proses mencari penghasilan dan lapangan kerja. Oleh karenanya, pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari model pembangunan manusia. 2. Pemerataan Setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapuskan sehingga semua orang dapat berpartisipasi dan mendapatkan keuntungan dari peluang yang tersedia. 3. Keberlanjutan Akses terhadap peluang/kesempatan harus tersedia bukan hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Semua bentuk sumber daya fisik harus dapat diperbaharui. 4. Pemberdayaan Pembangunan harus dilakukan oleh semua orang, bukannya semata-mata (dilakukan) untuk semua orang. Semua orang harus berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan dan proses yang mempengaruhi kehidupan mereka. UNDP dalam Human Development Report yang pertama (1990) menyatakan bahwa sasaran-sasaran pokok pembangunan adalah untuk menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan rakyat menikmati kehidupan yang panjang, sehat dan kreatif. UNDP sangat menekankan arti pentingnya pembangunan yang berpusat pada manusia yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, dan bukan sebagai alat bagi pembangunan. Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia. Pilihan yang terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak. Semakin tinggi pendidikan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

7 semakin banyak peluang-peluang yang bisa diraih. Manusia bisa menentukan pilihannya dalam sistem pasar yang berfungsi dengan baik. Pembangunan manusia juga merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat, dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan Metode Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia Secara operasional, IPM mencakup tiga komponen dasar yang merefleksikan upaya pembangunan manusia yaitu peluang hidup (longevity), pengetahuan (knowledge) dan hidup layak (decent living). Gambar 2.1. Komponen IPM Sumber : BPS (2011) Rumus penghitungan IPM sebagaimana dituliskan oleh Ahnaf, dkk (1998) adalah sebagai berikut: IPM= 1/3 (Indeks X 1 + Indeks X 2 + Indeks X 3 ) Dimana : X 1 = indeks harapan hidup X 2 = indeks pendidikan = X 2 = 1/3X 21 +2/3X 22 Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

8 X 21 = rata-rata lamanya sekolah penduduk usia 15 tahun keatas X 22 = angka melek huruf penduduk usia 15 tahun keatas X 3 = indeks tingkat kehidupan yang layak Penghitungan indeks dari msing-masing indikator tersebut adalah : X (i) = indikator ke-i (i=1,2,3) X (i-min) = nilai minimum dari Xi X (I-max) = nilai maximum dari Xi Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Minimum dari Setiap Komponen IPM Komponen IPM Nilai Maksimum Nilai Minimum Keterangan (1) (2) (3) (4) Angka Harapan Hidup (e 0 ) Standar UNDP Angka Melek Huruf Standar UNDP Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 15 0 Daya beli a) b) b) UNDP menggunakan combined gross enrollment ratio UNDP menggunakan PDB per kapita riil yang disesuaikan Sumber : dimodifikasi dari UNFIRS (2000) Catatan a) Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk provinsi yang memiliki angka tertinggi (Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi mengasumsikan kenaikan 6,5 persen per tahun selama kurun b) sama dengan dua kali garis kemiskinan di provinsi yang memiliki tingkat konsumsi per kapita terendah pada tahun 1990 (daerah pedesaan di Sulawesi Selatan). Untuk 1999, nilai minumun disesuaikan menjadi Rp ,00. Penyesuaian ini dulakukan karena krisis ekonomi telah menurunkan daya beli masyarakat secara drastis. Penambahan Rp didasarkan pada perbedaan antara garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru yang jumlahnya Rp 5000 per bulan atau Rp per tahun Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

9 Lamanya Hidup (Longevity) Kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama diukur dengan indikator harapan hidup pada saat lahir- Life Expectancy at Birth ( 0 ). Variabel 0 mencerminkan lama hidup dan hidup sehat. Angka 0 merupakan hasil estimasi dari olahan hasil Sensus Penduduk, Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) dan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Variabel yang digunakan untuk menghitunga angka harapan hidup adalah rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak masih hidup yang dicatat dari tiap wanita pernah kawin usia tahun, dengan menggunakan metode tidak langsung. Program yang digunakan adalah program Mortpack Tingkat Pendidikan Pendidikan dan pengetahuan diakui secara luas sebagai unsur dasar dari pembangunan manusia. Dalam menyusun IPM pengetahuan diukur dengan indikator melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Angka melek huruf adalah persentase dari penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya, terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun atau lebih. Indikator rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan dua variabel secara simultan yaitu jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani.lama sekolah dihitung berdasarkan formula berikut: YS = tahun konversi+kelas tertinggi yang pernah diduduki 1 Dimana YS menyatakan years school atau jumlah tahun yang digunakan untuk sekolah. Tahun konversi dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah sebagai berikut: Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

10 Tabel 2.2. Tahun Konversi Lama Sekolah Pendidikan tertinggi yang Tahun konversi ditamatkan (1) (2) Tidak pernah sekolah 0 Sekolah dasar 6 SLTP 9 SLTA/SMU 12 Diploma I 14 Diploma II 15 Akademi/Diploma III 16 Diploma IV/Sarjana 16 Magister (S2) 18 Doktor (S3) 21 Sumber : Badan Pusat Statistik Dalam penghitungannya, indeks pendidikan menggabungkan indeks melek huruf dan indeks rata-rata lama sekolah dengan bobot yang berbeda yaitu bobot indeks melek huruf dua kali lebih besar dibanding indeks rata-rata lama sekolah atau dapat dirumuskan sbb.: IP = ⅔ Indeks LIT + ⅓ Indeks MYS Paritas Daya Beli /Purchasing Power Parity (PPP) Untuk indeks tingkat kehidupan layak, penghitungan didekati dengan menggunakan pengeluaran riil per kapita (PPP) yang telah disesuaikan. Untuk menjamin keterbandingan antar daerah dan antar waktu, dilakukan penyesuaian sebagai berikut: 1. Menghitung pengeluaran per kapita dari data modul SUSENAS (Y). 2. Menaikkan nilai Y sebesar 20% (=Y 1 ), karena diperkirakan berdasarkan studi bahwa data dari SUSENAS lebih rendah sekitar 20%. 3. Menghitung nilai riil Y 1 dengan mendeflasi Y 1 dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) (=Y 2 ). 4. Menghitung nilai daya beli- Purchasing Power Parity (PPP) untuk tiap daerah yang merupakan harga suatu kelompok barang, relatif terhadap Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

11 harga kelompok barang yang sama di daerah yang ditetapkan sebagai standar, yaitu Jakarta Selatan. Penghitungan PPP menggunakan formula sebagai berikut : Dimana : = pengeluaran untuk komoditi j di daerah i = Harga komoditi j di Jakarta Selatan = volume komoditi j (unit) yang dikonsumsi di daerah j 5. Membagi Y 2 dengan PPP untuk memperoleh nilai rupiah yang sudah disetarakan antar daerah (=Y 3 ). 6. Mengurangi nilai Y 3 dengan menggunakan formula Atkinson untuk mendapatkan estimasi daya beli (=Y 4 ). Langkah ini ditempuh berdasarkan prinsip penurunan manfaat marginal dari pendapatan. Sedangkan formula atkinson yang digunakan untuk menyesuaikan nilai Y 3 adalah : C (I) = C (i) Jika C (i) < Z = Z + 2(C (i) Z) 1/2 Jika Z < C (i) < 2Z = Z + 2(Z) 1/2 + 3(C (i) 2Z) 1/3 Jika 2Z < C (i) < 3Z = Z + 2(Z) 1/2 + 3(Z) 1/3 + 4(C (i) 3Z) 1/4 Jika 3Z < C (i) < 4Z Dimana C (i) = PPP dari nilai riil pengeluaran per kapita Z = Batas tingkat pengeluaran yang ditetapkan secara arbiter sebesar Rp per kapita per tahun atau Rp per kapita per hari Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

12 2.3. Intepretasi Nilai IPM Pencapaian pembangunan manusia dilihat dari 2 segi yaitu : 1. Terjadi kenaikan IPM secara nilai absolut, yang di ukur dengan nilai positif dari reduksi shortfall tahunan. Reduksi shortfall merupakan peningkatan nilai IPM dalam suatu periode relatif terhadap nilai IPM awal terhadap jarak nilai IPM awal ke IPM sasaran ( = 100 ) atau bisa dikatakan sebagai rasio pencapaian kesenjangan antara jarak yang telah di tempuh dengan jarak yang harus di tempuh dalam mencapai kondisi ideal. Reduksi shortfall juga mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu. Semakin tinggi nilai reduksi shortfall berarti semakincepat peningkatan IPM. Secara formulasi reduksi shortfall (r) adalah (BPS, 2012): r = reduksi shortfall t = tahun n = selisih tahun antar IPM IPM ideal = Meningkatkan status pembangunan manusia berdasarkan klasifikasi dari UNDP sebagai berikut: Nilai IPM Status Manusia Pembangunan < IPM < IPM < Rendah Menengah bawah Menengah atas Tinggi Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

13 BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN 3.1. Pembangunan Manusia di Kabupaten Temanggung Dimensi Kependudukan Penduduk atau masyarakat yang berkualitas merupakan komponen sentral dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Penduduk yang berkualitas memungkinkan untuk mengolah dan mengelola sumber daya alam dengan baik, tepat, efisien dan optimal dengan tetap menjaga kepentingan generasi yang akan datang. Penduduk yang berkualitas akan menjaga keseimbangan antara jumlah penduduk dengan kapasitas daya dukung alam dan lingkungan. Sebaliknya penduduk yang besar dengan kualitas yang rendah justru akan menjadi beban bagi pembangunan itu sendiri. Gambar 3.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Temanggung, ,88 0,93 0,92 0,86 0, Jumlah Pertumbuhan (%) 1,00 0,95 0,90 0,85 0,80 0,75 0,70 0,65 0,60 0,55 0,50 Sumber : Proyeksi Penduduk BPS RI (sementara) Penduduk Kabupaten Temanggung mempunyai ciri-ciri demografis seperti ciri-ciri demografis penduduk Indonesia pada umumnya, yaitu jumlahnya besar, berusia muda, tingkat pertumbuhan tinggi serta penyebaran penduduk tidak Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

14 merata. Pada tahun 2013, jumlah penduduk Kabupaten Temanggung mencapai jiwa atau meliputi 2, 27 persen dari seluruh penduduk Provinsi Jawa Tengah. Sepanjang 5 (lima) tahun terakhir, jumlah penduduk di Kabupaten Temanggung selalu mengalami peningkatan. Laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2013 mencapai 0,88 persen, sedikit meningkat dibandingkan pertumbuhan penduduk tahun 2012 yang mencapai 0,86 persen. Gambar 3.2 Distribusi Penduduk Kabupaten Temanggung Menurut Kecamatan, 2013 Sumber : Proyeksi Penduduk BPS RI (sementara) Penduduk Kabupaten Temanggung belum terdistribusi secara merata. Lebih 41 persen penduduk terkumpul pada 5 kecamatan, yaitu di Kecamatan Temanggung sebanyak 11,56 persen, di Kecamatan Kedu sebanyak 8,11 persen, di Kecamatan Ngadirejo sebanyak 7,58 persen, di Kecamatan Parakan sebanyak 7,43 persen dan di Kecamatan Pringsurat sebanyak 7,04 Persen. Selebihnya sebanyak 58,28 persen penduduk tersebar di 15 kecamatan lainnya. Jika dibandingkan dengan luas wilayahnya, kepadatan penduduk di Kabupaten Temanggung pada tahun 2013 mencapai 850 orang per km 2. Kecamatan Temanggung dan Kecamatan Parakan merupakan kecamatan yang paling padat penduduknya, yaitu masing-masing sebesar orang per km 2 dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

15 2 301 orang per km 2. Sedangkan kecamatan yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Bejen, yaitu hanya 285 orang per km 2. Gambar Kepadatan Penduduk Kabupaten Temanggung Menurut Kecamatan, 2013 Sumber : Proyeksi Penduduk BPS RI (sementara) Daerah yang padat penduduknya cenderung memiliki permasalahan yang lebih kompleks terutama terkait masalah perumahan, kesehatan dan keamanan. Salah satu faktor penyebab tingginya penduduk di Kecamatan Parakan dan Kecamatan Temanggung adalah tingginya perpindahan penduduk yang umum terjadi baik dari pedesaan ke perkotaan maupun dari daerah miskin ke daerah yang lebih kaya. Karena itu diperlukan upaya menciptakan pembangunan yang merata di setiap daerah baik penyediaan sarana kebutuhan dasar maupun penciptaan lapangan kerja dengan memperhatikan potensi yang dimiliki masingmasing daerah. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat ditampilkan dengan menggunakan piramida penduduk. Piramida penduduk memberikan informasi antara lain jumlah penduduk usia kerja, rasio ketergantungan dan jumlah wanita usia subur. Infomasi tersebut sangat berguna untuk dasar pelayanan kebutuhan dasar, potensi tenaga kerja maupun kebutuhan lapangan perkerjaan. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

16 Gambar 3.4 Piramida Penduduk Kabupaten Temanggung, laki-laki Perempuan Sumber : Proyeksi Penduduk BPS RI (sementara) Karakteristik penduduk Kabupaten Temanggung menurut jenis kelamin ditandai dengan angka sex rasio yang berada diatas 100 sepanjang tahun Pada tahun 2013, sex rasio mencapai 101, artinya diantara 100 orang perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki. Hal ini berbeda dengan karakteristik penduduk Provinsi Jawa Tengah pada umumnya dimana lebih banyak penduduk perempuan dibanding penduduk laki-laki dengan sex rsio pada tahun 2013 mencapai 98,42. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

17 Gambar 3.5. Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Temanggung, Laki-laki Perempuan Sumber : Proyeksi Penduduk BPS RI (sementara) Salah satu ukuran kependudukan yang dapat dilihat dari piramida penduduk adalah rasio ketergantungan. Rasio ketergantungan (dependency ratio) merupakan perbandingan antara penduduk usia non produktif (usia < 15 tahun dan usia > 65 tahun) terhadap penduduk usia produktif (15 64 tahun). Gambar 3.6 Rasio ketergantungan Penduduk Kabupaten Temanggung, , , , , , ,07 48,95 48,93 47,41 46, Sumber : Proyeksi Penduduk BPS RI (sementara) Sepanjang lima tahun terakhir, rasio beban ketergantungan di Kabupaten Temanggung berada dibawah 50 persen, dan mengalami kecenderungan dengan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

18 angka terendah pada tahun 2013 sebesar 46,45 persen. Berdasarkan rasio ketergantungan tersebut, dapat dikatakan bahwa Kabupaten Temanggung sedang menuju tahapan bonus demografi dalam proses transisi demografi. Inilah yang disebut sebagai window of opportunity, yaitu jika jumlah penduduk produktif yang lebih besar dapat dioptimalkan untuk mengakumulasi pertumbuhan dan kesejahteraan secara ekonomi. Sebaliknya jika window of opportunity tersebut tidak bisa dimanfaatkan dengan baik, maka hal tersebut bisa menjadi window of disaster, yaitu apabila jumlah penduduk usia produktif yang banyak tidak bisa dimanfaatkan akibat kurangnya lapangan pekerjaan. Window of opportunity merupakan momentum untuk saving di masa depan sehingga saving tersebut bisa dimanfaatkan ketika jumlah penduduk usia non produktif kembali meningkat. (Isa, 2009). Ada 4 (empat) prasyarat utama agar bonus demografi bisa diwujudkan yaitu kualitas pendidikan, kualitas kesehatan, tersedianya lapangan pekerjaan dan pengendalian laju pertumbuhan. (Hadna, 2014) Menurut Adioetomo (2005) periode emas transisi demografi dimana rasio ketergantungan biasanya dibawah 50 persen, maka daerah tersebut memiliki peluang untuk meraih bonus demografi. Bonus demografi merupakan keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh menurunnya rasio ketergantungan sebagai hasil dari menurunnya fertilitas dalam jangka panjang. Dengan bergesernya distribusi penduduk dari usia non produktif ke penduduk usia produktif, maka investasi yang sebelumnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kelompok penduduk termuda dalam populasi dapat dialihkan untuk pembangunan ekonomi dan kesejahteraan keluarga Dimensi Pendidikan Pemerintah Kabupaten Temanggung menempatkan sektor pendidikan sebagai salah satu fundamental pembangunan jangka panjang di Kabupaten Temanggung. Arah pembangunan bidang pendidikan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) kabupaten Temanggung antara lain : - Pembangunan pendidikan diarahkan pada peningkatan, pemerataan dan perluasan kesempatan memeperoleh pendidikan yang bermutu dan terjangkau Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

19 - Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas - Peningkatan penuntasan buta huruf dan wajib belajar Pada saat ini Kabupaten Temanggung telah menyelesaikan tahap pembangunan lima tahunan untuk periode dan sedang memasuki tahap pembangunan lima tahun berikutnya yaitu Beberapa target kinerja pada urusan pendidikan yang dicantumkan dalam dokumen RPJMD halaman V-9 antara lain: meningkatnya angka melek huruf, meningkatkan APK dan APM PAUD, SD, SMP dan sekolah menengah, menurunnya angka putus sekolah SD, SMP dan Sekolah Menengah dan meningkatnya angka melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sedangkan arah kebijakan dalam urusan pendidikan yang dicantumkan dalam dokumen RPJMD antara lain: - Meningkatkan aksesbilitas pendidikan anak usia dini melalui pengembangan pelayanan pendidikan terhadap anak usia 0 6 tahun - Meningkatkan aksesbilitas pendidikan dasar melalui pengembangan pelayanan pendidikan dasar dan pemberian beasiswa - Meningkatkan aksesbilitas pendidikan menengah melalui pengembangan pelayanan pendidikan menengah dan pemberian beasiswa serta penyediaan unit sekolah menengah - Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan anak usia dini (TK/RA) sesuai dengan kebutuhan - Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs) sesuai dengan kebutuhan - Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan menengah (SMA/MA/SMK) sesuai dengan kebutuhan Pada sub bab berikut ini akan diuraikan capaian pembangunan pendidikan di Kabupaten Temanggung sejak tahun 2009 hingga Analisis ini diperlukan untuk melihat sejauh mana target pembangunan lima tahunan tercapai serta melihat kondisi yang ada saat ini sebagai dasar pembangunan menengah periode selanjutnya. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

20 Pendidikan di Indonesia pada saat ini diatur melaluiundang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam bab IV pasal 6 ayat 1 undang-undang tersebut disebutkan bahwa setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, dan pasal 11 ayat 2 disebutkan juga bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lim belas tahun. Hal ini berarti bahwa sudah sepatutnya sudah tidak ada lagi anak usia 7 15 tahun yang tidak bersekolah atau seharusnya tingkat partisipasi sekolahnya 100 persen. Gambar Angka Partisipasi Sekolah menurut Kelompok Pendidikan di Kabupaten Temanggung, ,00 100,00 80,00 60,00 40,00 99,67 98,92 99,15 98,43 99,79 89,26 87,65 79,78 82,95 86,76 43,00 43,95 43,24 43,52 47, ,00 0,00 5,76 14,06 2,43 1,04 3, Sumber : Susenas (BPS Kabupaten Temanggung) Berdasarkan undang-undang diatas, pemerintah mencanangkan wajib belajar 9 tahun. Hingga tahun 2013, capaian wajib belajar 9 tahun belum mencapai 100 persen. Pencapaian APS untuk jenjang SMP (penduduk usia tahun) lebih rendah dibanding APS untuk jenjang SD. APS SD pada tahun 2013 sudah mencapai 99,79 persen sedangkan APS untuk jenjang SMP baru mencapai 89,26 persen. Keberadaan fasilitas pendidikan SD sederajat sudah cukup merata di seluruh desa/kelurahan. Berdasarkan Pendataan Potensi Desa Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

21 (PODES) 2014, dari 289 desa/kelurahan yang ada, hanya 3 desa yang belum memiliki fasilitas pendidikan SD sederajat, yaitu Desa Canggal Kecamatan Kledung, Desa Putat Kecamatan Bulu dan Desa Kebon Agung Kecamatan Selopampang. Fasilitas SMP sederajat di Kabupaten Temanggung ada sebanyak 110 unit sekolah, yang tersebar di seluruh kecamatan. Meskipun fasilitas sekolah cukup memadai, belum terpenuhinya wajib belajar 9 tahun ini mungkin disebabkan karena masih rendahnya kesadaran masyarakat khususnya di pedesaan untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang lanjutan dan memilih untuk mempersiapkan bahkan menerjunkan anak-anaknya ke dunia kerja. Capaian ini masih menjadi pekerjaan rumah bagi stakeholder terkait agar pada tahun berikutnya capaian wajib belajar 9 tahun semakin meningkat dan angka partisipasinya mencapai 100 persen. Angka partisipasi sekolah untuk jenjang SLTA meskipun masih sangat rendah namun menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada tahun 2013, APS untuk jenjang SLTA mencapai 47,09 persen. Selain kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan lanjutan atas, rendahnya APS jenjang SLTA di Kabupaten Temanggung ini antara lain juga disebabkan oleh ketersediaan pelayanan pendidikan menengah yang belum menjangkau seluruh kecamatan. Beberapa kecamatan di Kabupaten Temanggung hingga tahun 2013 masih belum memiliki fasilitas pendidikan SLTA sederajat yaitu Kecamatan Kledung, Kecamatan Tologomulyo, Kecamatan Gemawang, Kecamatan Tretep dan Kecamatan Wonoboyo. Selain itu meningkatnya opportunity cost juga sangat berpengaruh pada rendahnya partisipasi pendidikan menengah. Lulusan SLTP sederajat yang sebagian besar sudah berusia lebih dari 15 tahun ke atas sudah berhak untuk bekerja sehingga untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi belum menjadi pilihan utama. Dengan melihat kecenderungan menurunnya partisipasi pendidikan dengan meningkatnya jenjang pendidikan, dapat dipastikan partisipasi pendidikan jenjang pendidikan tinggi jauh lebih rendah lagi. Pada tahun ajaran 2013 APS jenjang pendidikan tinggi mencapai 14,06 persen, naik signifikan dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 3,07 persen. Tingginya biaya untuk dapat belajar di Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

22 perguruan tinggi yang mencakup biaya langsung dan tidak langsung merupakan faktor utama rendahnya partisipasi pada jenjang tersebut. Selain APS, tingkat kesertaan penduduk dalam pendidikan formal juga diukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). APK dapat dibaca sebagai tingkat partisipasi penduduk sekolah pada jenjang pendidikan tertentu tanpa memperhatikan umur tersebut sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut atau tidak. Sedangkan APM adalah tingkat partisipasi penduduk sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dan sesuai dengan kelompok umur jenjang pendidikan tersebut. Tabel 3.1. Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan, Jenjang Pendidikan APK APM SD 112,62 108,55 102,71 107,68 112,58 99,01 94,97 93,37 93,14 96,63 SMP 72,67 89,65 92,87 82,28 81,01 67,59 75,92 67,06 68,69 68,38 SMA 44,72 45,91 48,70 49,26 48,55 35,31 36,63 36,71 39,35 38,12 PT 1,88 3,35 7,75 3,94 13,54 1,88 1,04 3,57 2,09 13,25 Sumber : Susenas (BPS Kabupaten Temanggung) Angka partisipasi kasar (APK) untuk jenjang pendidikan SD sederajat pada tahun 2013 sebesar 112,58 persen. Sepanjang lima ahun terakhir, angka ini merupakan APK tertinggi kedua setelah capaian tahun Angka APK yang nilainya diatas 100 persen disebabkan banyaknya penduduk yang usianya bukan kelompok usia 7-12 tahun (kelompok usia SD) yang bersekolah di SD. Perkembangan APK untuk jenjang pendidikan SLTP sederajat bergerak secara fluktuatif sepanjang Pada tahun 2011, APK SLTP mencapai 92,87 kemudian dua tahun berturut-turut mengalami penurunan menjadi 82,28 pada 2012 dan menjadi 81,01 pada Untuk mendapatkan gambaran yang lebih halus lagi dari angka partisipasi sekolah menurut usia sekolah dibuatlah Angka Partisipasi Murni (APM). APM merupakan proporsi penduduk usia sekolah yang sedang sekolah dengan penduduk usia sekolah. APM SD tahun 2013 sebesar 96,63 persen. Angka ini Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

23 dapat dibaca bahwa ada sekitar 96,63 persen penduduk usia 7-12 tahun yang sedang sekolah di jenjang pendidikan sekolah dasar. Begitu juga dengan APM untuk SLTP pada tahun 2013 sedikit turun dibanding tahun 2012, yaitu menjadi 68,38. Sepanjang lima tahun terakhir, APM untuk jenjang SLTP paling tinggi dicapai pada tahun 2010, yaitu mencapai 75, 92. Demikian juga APM untuk jenjang SLTA pada tahun 2013 sedikit menurun dibanding 2012 yaitu mencapai 38,12. APM untuk jenjang perguruan tinggi pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang sangat menggembirakan, yaitu dari 2,09 persen pada tahun 2012 menjadi 13,25 persen pada Dimensi Kesehatan Undang-Undang no 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Dalam pasal 5 disebutkan pula bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan serta memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Pembangunan kesehatan merupakan investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga mendukung pembangunan secara menyeluruh. Dalam RPJPD Kabupaten Temanggung disebutkan bahwa peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan peningkatan mutu atau kualitas pelayanan kesehatan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia kesehatan, penambahan sarana dan prasarana kesehatan, peningkatan sistem pembiayaan dan jaminan kesehatan masyarakat, peningkatan upaya kesehatan, peningkatan kualitas dan akses semua anggota masyarakat (terutama keluarga miskin) terhadap pelayanan kesehatan, peningkatan perilaku hidup sehat, mencegah dan menanggulangi berbagai penyakit menular, penanggulangan kekurangan energi protein, dan perbaikan manajemen kesehatan. Misi kelima dari pemerintah Kabupaten Temanggung dalam periode adalah mewujudkan peningkatan budaya sehat dan aksesibilitas kesehatan masyarakat. Untuk mewujudkan misi tersebut, beberapa kebijakan umum yang dicanangkan antara lain meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas kesehatan yang bermutu, meningkatkan gizi masyarakat melalui perbaikan gizi Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

24 masyarakat terutama balita dan penduduk miskin, meningkatkan lingkungan sehat melalui pengembangan akses yang berkelanjutan terhadap sanitasi dasar di perkotaan dan pedesaan, akses terhadap air bersih, dan penggunaan jamban keluarga, meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pembinaan kesejahteraan keluarga, dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui meningkatnya aksesibilitas masyarakat atas pelayanan keluarga berencana. Agar misi di bidang kesehatan ini dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan gambaran yang lebih rinci mengenai kesehatan masyarakat Kabupaten Temanggung saat ini agar program pembangunan lebih efektif dan efisien. Fasilitas kesehatan bermutu yang dimaksud dalam publikasi ini adalah rumah sakit, rumah sakit bersalin, puskesmas dengan/tanpa rawat inap, puskesmas pembantu, poliklinik/balai pengobatan, tempat praktek doketr, tempat praktek bidan, poskesdes dan polindes. Hampir seluruh desa/kelurahan di Kabupaten Temanggung telah memiliki setidaknya satu fasilitas kesehatan bermutu yang dimaksud tersebut. Berdasarkan Survei Potensi Desa (PODES 2014), hanya ada dua desa yang belum memiliki satupun fasilitas kesehatan yang dimaksud diatas, yaitu Desa Kebon Agung Kecamatan Selopampang dan Desa Ngipik Kecamatan Pringsurat. Meskipun demikian, seluruh desa/kelurahan sudah memiliki pos pelayanan terpadu (posyandu) sebagai akses kesehatan yang paling mudah bagi masyarakat. Kelompok yang paling rentan yang memerlukan pelayanan maksimal dari petugas kesehatan adalah ibu hamil dan melahirkan. Oleh karena itu, angka kematian ibu (AKI) digunakan sebagai salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Berbagai pihak terkait seperti tenaga profesional, pelayanan kesehatan, partisipasi masyarakat setempat dan lainnya bersama-sama bekerja untuk meningkatkan partisipasi dan menyediakan fasilitas yang baik bagi pertolongan persalinan. Setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinannya. Dengan kata lain, 1400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan (WHO, 2005). Kematian ibu sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan kehidupan anak-anak yang ditinggalkannya. Jika seorang ibu meninggal, maka anak-anak yang Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

25 ditinggalkannya kemungkinan tiga hingga sepuluh kali lebih besar untuk meninggal dalam waktu dua tahun dibanding mereka yang masih mempunyai kedua orang tua (Li, X.F et al dalam Outlook volume 16). Disamping itu, kematian ibu juga akan berdampak luas terhadap kesehatan dan pendidikan yang dibutuhkan seiring pertumbuhan anak yang ditinggalkannya. Berbagai upaya terus diusahakan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu. Salah satunya adalah mengimplementasikan program Safe Motherhood. Safe Motherhood adalah usaha-usaha yang dilakukan agar seluruh perempuan menerima perawatan yang mereka butuhkan selama hamil dan bersalin. Program itu terdiri dari empat pilar yaitu keluarga berencana, pelayanan antenatal, persalinan yang aman, dan pelayanan obstetri esensial. Tabel 3.2. Presentase Balita Menurut Penolong Persalinan Terakhir di Kabupaten Temanggung, Penolong Persalinan Tahun Dokter Bidan Dukun Famili dan lainnya Jumlah Sumber : Susenas (BPS Kabupaten Temanggung) Indikator proses yang penting dalam program Safe Motherhood adalah memperhatikan seberapa banyak persalinan yang dapat ditangani, khususnya oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan penolong kelahirannya, sebagian besar balita di Kabupaten Temanggung ditangani oleh bidan yaitu sebanyak 77,43 persen pada tahun 2013, dan yang ditangani oleh dokter sebanyak 16, 23 persen. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar persalinan perempuan di Kabupaten Temanggung ditangani oleh tenaga kesehatan terlatih. Dari Tabel diatas juga diketahui bahwa persentase balita yang persalinannya ditolong oleh non medis yaitu dukun, famili dan lainnya semakin menurun. Beberapa alasan yang mendasari naiknya penolong kelahiran oleh petugas medis diantaranya adalah semakin meningkatnya kesadaran tentang arti pentingnya kesehatan, kondisi Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

26 perekonomian masyarakat yang semakin membaik, akses yang semakin mudah (tersedianya trasportasi yang sudah menjangkau sampai ke desa-desa), semakin didekatkannya petugas medis ke tempat tinggal penduduk (yaitu dengan disebarkannya petugas bidan desa), tersedianya puskesmas di tiap-tiap kecamatan yang ada dan semakin murahnya biaya berobat. Selain keselamatan ibu melahirkan, derajat kesehatan masyarakat, terutama generasi yang akan datang sangat ditentukan dengan bagaimana pemberian Air Susu Ibu (ASI) bagi bayi. Pemberian ASI sangat bermanfaat bagi anak, ibu maupun masyarakat umum.. Bagi anak, menyusui mendukung pembangunan yang optimal dan melindungi terhadap penyakit akut dan kronis. Bagi ibu, menyusui membantu pemulihan dari kehamilan dan persalinannya serta memberikan keuntungan kesehatan seumur hidup. Bagi masyarakat, menyusui memberikan keuntungan ekonomis dan ramah lingkungan. Usia 0 24 bulan merupakan periode emas untuk tumbuh kembang yang optimal. Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal, WHO merekomendasikan empat hal penting yaitu: - memberikan ASI kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir - memberikan hanya ASI saja atau ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 6 bulan - memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 tahun - meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih Kesadaran untuk memberikan ASI bagi anaknya di Kabupaten Temanggung semakin meningkat. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa semakin banyak balita yang pernah disusui ibunya. Pada tahun 2013, hanya 2,21 persen balita yang sama sekali tidak pernah disusui ibunya. Bukan hanya pemberian ASI yang semakin meningkat, namun semakin banyak pula balita yang memperoleh ASI hingga 24 bulan atau lebih. Berdasarkan Susenas 2013, rata-rata lama pemberian ASI balita usia 2 hingga 4 tahun mencapai 21,88 bulan. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

27 Tabel 3.3. Persentase Pemberian ASI pada Anak usia 2-4 tahun di Kabupaten Temanggung, Uraian Tahun Balita yang pernah disusui Lamanya disusui : < 24 bulan bulan lebih Sumber : Susenas (BPS Kabupaten Temanggung) Status gizi merupakan salah satu penentu kualitas hidup manusia. Keterlambatan pelayanan gizi dan kekurangan gizi akan berakibat pada menurunnya kecerdasan, produktifitas, prestasi dan akan meningkatkan angka kesakitan, angka kematian dan angka kemiskinan. Jika tidak dikelola dengan baik, gizi buruk dalam fase yang akut dalam jangka panjang akan menjadi ancaman hilangnya generasi penerus bangsa. Tabel 3.4. Persentase Balita Menurut Status Gizi di Kabupaten Temanggung, Tahun Prevalensi Status Gizi (%) Buruk Kurang Baik Lebih Sumber: Temanggung Dalam Angka 2014 Secara umum, status gizi balita sepanjang menunjukkan bahwa sebagian besar balita di Kabupaten Temanggung berstatus gizi baik/lebih yaitu mencapai lebih dari 85 persen pada Sebaliknya balita yang berstatus gizi buruk/kurang menunjukkan kecenderungan menurun yaitu dari 15,25 persen pada 2009 menjadi 14,40 persen pada tahun Capaian ini harus semakin Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

28 ditingkatkan karena status gizi yang baik pada saat ini merupakan investasi pembangunan pada masa yang akan datang. pembangunan. Dalam konteks pembangunan, sanitasi yang memadai merupakan dasar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan sanitasi sebagai salah satu target pembangunan milenium (MDGs). Pada 2015, MDGs menargetkan pengurangan 50 persen penduduk dunia yang hidup tanpa akses terhadap sanitasi yang baik. Dampak sanitasi yang buruk berpengaruh langsung terhadap kesehatan anak-anak seperti ancaman diare, polio, penyakit kulit, dan penyakit merugikan lainnya. Sebaliknya, pengelolaan air minum dan sanitasi yang baik akan berdampak pada peningkatan ekonomi, meningkatkan kehadiran murid di sekolah dasar, mengurangi prevalensi penyakit, meningkatkan produktifitas orang dewasa, serta mengurangi polusi dari sumber air. Parameter sanitasi berfokus pada setiap usaha daerah melakukan perubahan sanitasi masyarakat dari kondisi sanitasi buruk menuju sanitasi sehat. Aktivitas menuju sanitasi sehat tidak menyandarkan pada usaha masyarakat semata. Namun, lebih pada upaya-upaya daerah (pemda) mendorong perubahan perilaku sanitasi masyarakat dan pencapaian sanitasi total. Tabel 3.5. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum yang Digunakan di Kabupaten Temanggung, sumber air minum air dalam kemasan air isi ulang leding sumur bor pompa sumur terlindung sumur tak terlindung mata air terlindung mata air tak terlindung air sungai air hujan lainnya jumlah Sumber : Susenas (BPS Kabupaten Temanggung) Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

29 Rumah tangga termasuk pengguna air bersih bila rumah tangga tersebut menggunakan air minum yang berasal dari air mineral, air leding/pam, pompa air, sumur atau mata air terlindung. Data Susenas menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Temanggung menggunakan mata air terlindung sebagai sumber air minum utamanya, kemudian diikuti oleh sumr terlindung. Secara agregat, persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air minum sehat mengalami peningkatan yaitu dari 93,21 persen pada tahun 2011, 94,89 persen pada tahun 2012 dan 94,89 persen pada tahun Artinya masih ada 5,11 persen rumah tangga pada tahun 2013 yang masih menggunakan sumber air minum tidak sehat (sumur tidak terlindung, mata air tidak terlindung, air hujan, air sungai) dan ini menjadi pekerjaan rumah bagi pembangunan berikutnya Dimensi Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan merupakan salah satu bidang yang sangat esensial dalam usaha memajukan perekonomian suatu daerah. Tenaga kerja yang memadai dari segi kuantitas dan kualitas menjadi aspek penting dalam pembangunan ekonomi, yaitu sebagai sumber daya untuk menjalankan proses produksi dan distribusi barang dan jasa, serta sebagai sasaran untuk menciptakan dan mengembangkan pasar. Permasalahan paling pokok dalam ketenagakerjaan terletak pada kesempatan kerja. Ketidakseimbangan antara peningkatan penduduk usia kerja dengan kesempatan kerja yang tersedia akibat lemahnya penyerapan tenaga kerja akan menimbulkan pengangguran yang akan berdampak pada ketidakstabilan ekonomi dan bidang kehidupan lainnya. Apabila perekonomian tidak dapat menyerap pertumbuhan tenaga kerja yang ada, maka tentu saja akan terjadi peningkatan pengangguran yang selanjutnya dapat mengakibatkan masalah-masalah sosial. Dalam RPJPD Kabupaten Temanggung disebutkan bahwa pembangunan ketenagakerjaan diarahkan pada perluasan lapangan kerja dan kesempatan kerja, peningkatan kualitas, peningkatan kesejahteraan, perlindungan hukum, dan peningkatan kemandirian yang berwawasan wirausaha sehingga mampu bersaing. Dalam RPJMD , masalah ketenagakerjaan termasuk dalam misi kedua pemerintahan daerah Kabupaten Temanggung yaitu Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

30 TPAK (%) TPT (%) mewujudkan peningkatan masyarakat pedesaan dan perkotaan yang agamis, berbudaya dan sejahtera. Beberapa strategi yang akan diterapkan menyangkut ketenagakerjaan antara lain ; - Peningkatan kualitas dan produktifitas tenaga kerja - Peningkatan kesempatan kerja dan menurunkan tingkat pengangguran - Peningkatan perlindungan tenaga kerja dan pengembangan lembaga Keadaan ketenagakerjaan di Kabupaten Temanggung diwarnai dengan perubahan beberapa indikator yang cukup signifikan ke arah yang lebih baik. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) konsisten mengalami peningkatan hingga tahun 2010 yaitu dari 73,39 persen pada 2009 menjadi 77,57 persen pada Namun pada tahun 2011, TPAK menurun cukup signifikan menjadi 72,07 persen namun kembali naik cukup tajam menjadi 77,41 persen pada Pada 2013, TPAK sedikit menurun menjadi 76,74 persen. Semakin tinggi TPAK menunjukkan semakin banyak penduduk yang aktif secara ekonomi. Gambar 3.8. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Temanggung, ,00 77,00 77,57 5,24 77,41 76, ,00 75,00 74,00 73,00 4,24 3,60 73,39 3,40 4, ,00 72, , TPAK TPT Sumber : Sakernas (BPS Kabupaten Temanggung) Seperti halnya TPAK, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga mengalami fluktuasi. Tingkat pengangguran yang paling tinggi terjadi pada tahun Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

31 2009 yaitu mencapai 4,24 persen, kemudian pada 2010 turun menjadi 3,60 persen. Selanjutnya TPT mengalami fluktuasi namun tidak ekstrim yaitu naik menjadi 5,24 persen pada 2011, turun kembali menjadi 3,40 persen dan pada tahun 2013 naik kembali menjadi 4,86 persen. Tingginya pengangguran merupakan indikasi perlunya peningkatan penyerapan tenaga kerja, salah satunya dengan penciptaan lapangan kerja. Tingginya angka pengangguran tidak hanya menimbulkan masalah-masalah di bidang ekonomi melainkan juga menimbulkan berbagai masalah di bidang sosial seperti kemiskinan dan kerawanan sosial. Tabel 3.6. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Temanggung, Sektor Tahun Pertanian 45,00 46,06 46,28 Perdagangan 15,00 14,74 19,04 Industri 17,40 21,59 15,20 Jasa 13,70 9,03 12,46 Lainnya 8,90 8,57 7,02 Jumlah 100,00 99,99 100,00 Sumber : Sakernas (BPS Kabupaten Temanggung) Banyaknya penduduk yang bekerja di Kabupaten Temanggung menurut lapangan usaha dapat memberikan informasi awal tentang potensi ekonomi penduduk Temanggung. Semakin banyak orang yang bekerja di suatu sektor, maka semakin tinggi pula potensi ekonomi sektor tersebut. Sebagian besar penduduk yang bekerja di Kabupaten Temanggung bekerja pada sektor pertanian. Dilihat perkembangan tahun 2009 sampai dengan 2013, sumbangan sektor pertanian terhadap penyerapan kerja mengalami kenaikan dari 45,00 persen pada 2009 menjadi 46,06 persen tahun 2011, dan kembali meningkat pada tahun 2013 menjadi 46,28 persen. Tingginya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian tersebut terkait erat dengan tingginya potensi agraris yang sangat tinggi di Kabupaten Temanggung. Selain itu, sektor pertanian relatif lebih akomodatif, karena tidak membutuhkan SDM tingkat pendidikan yang lebih tinggi, keahlian khusus serta kemampuan modal untuk usaha yang rendah. Oleh karenanya tidak mudah bagi tenaga kerja di sektor pertanian untuk berpindah ke sektor lainnya. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

32 Setelah sektor pertanian, sektor yang banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan dan industri. Kedua sektor ini bergerak secara dinamis dalam menyerap tenaga kerja. Pada tahun 2009, sektor industri mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak yaitu sebesar 17,40 persen dibanding sektor perdagangan yang baru mencapai 15,00 persen. Seiring dengan dinamika kegiatan ekonomi, pada tahun 2013 sektor perdagangan justru menyerap tenaga kerja yang lebih banyak yaitu 19,04 persen dan sektor industri menyerap tenaga kerja sebesar 15,20 persen. Dalam kerangka keterkaitan antar sektor, sektor industri diangap sebagai leading sektor karena sektor ini mempunyai keterkaitan ke belakang dengan sektor primer sebagai penyedia input dan juga memiliki keterkaitan ke depan dengan sektor lain sebagai pengguna output-nya. Oleh karena itu, pengembangan sektor industri akan memberikan multiplier yang lebih besar baik terhadap penyerapan tenaga kerja maupun terhadap peningkatan output. Penduduk bekerja menurut status pekerjaan utama menggambarkan perkembangan tenaga kerja terhadap tingkat kemandirian dan tingkat kebutuhannya terhadap tenaga orang lain. Status pekerjaan juga dapat digunakan untuk membedakan tenaga kerja formal dan informal. Hal itu dimungkinkan karena penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan utama dalam analisanya meliputi penduduk yang bekerja dengan status berusaha sendiri, berusaha dibantu dengan buruh tidak tetap, bekerja dengan dibantu buruh tetap, pekerja berstatus pekerja dibayar/buruh/karyawan dan pekerja tidak dibayar. Status pekerjaan berusaha dibantu dengan buruh tetap dan buruh/karyawan dipakai sebagai proksi pekerja sektor formal sedangkan status pekerjaan sebagai berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar, pekerja bebas dan pekerja tidak dibayar digunakan sebagai proksi pekerja sektor informal. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

33 Tabel 3.7. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan di Kabupaten Temanggung, status pekerjaan berusaha sendiri berusaha dibantu buruh tidak tetap berusaha dibantu buruh tetap buruh/karyawan pekerja bebas di pertanian pekerja bebas di non pertanian pekerja tak dibayar jumlah Sumber : Sakernas (BPS Kabupaten Temanggung) Gambaran sektor formal-informal juga dapat menjadi sinyal perekonomian negara. Semakin maju perekonomian, semakin besar peranan sektor formal. Sampai dengan Agustus 2013 sektor informal masih mendominasi kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Temanggung dengan kontribusi sekitar 73,82 persen. Sebagian orang menyebut sektor informal sebagai sektor penyelamat. Elastisitas sektor informal dalam menyerap tenaga kerja menjadikan sektor ini selalu bergairah meskipun nilai tambah yang diciptakannya mungkin tidak sebesar nilai tambah sektor formal Dimensi Ekonomi Pembangunan manusia memerlukan pertumbuhan ekonomi. Tanpa pertumbuhan, pembangunan manusia tidak dapat berlanjut. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi juga tidak dapat berlanjut tanpa pembangunan manusia. Dalam paradigma pembangunan, pendapatan merupakan alat untuk menguasai sumber daya agar dapat hidup dengan layak. Semakin besar pendapatan/ produksi regional, maka semakin besar pula jumlah barang dan jasa yang tersedia untuk mendukung standar hidup yang layak. Sumber daya atau barang dan jasa itu sendiri harus pula dilihat sebagai wahana untuk meningkatkan kemampuan individu dari segi pendidikan, ketrampilan, kesehatan, dan lain-lain. Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pembangunan manusia melalui dua jalur yaitu kegiatan rumah tangga dan kebijakan pemerintah. Pemanfaatan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

34 pendapatan rumah tangga untuk konsumsi makanan yang sehat, obat-obatan, buku pelajaran dan lain-lain akan meningkatkan kemampuan anggota rumah tangga. Sumber daya manusia yang berkualitas akan meningkatkan produktifitas ekonomi. Sedangkan kebijakan pemerintah untuk mendorong lapangan kerja akan meningkatkan permintaan pasar terhadap sumber daya manusia yang berkualitas. Pemerintah juga dapat mendorong pembangunan manusia melalui pengeluaran pemerintah. Semakin kaya suatu negara maka semakin besar pula dana yang tersedia bagi pemerintah untuk pembangunan manusia. Dengan kata lain, pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan dua arah yang saling timbak balik. Untuk mengukur tingkat perkembangan ekonomi suatu daerah yang merupakan pencerminan tingkat kesejahteraan masyarakat diperlukan suatu indikator pengukuran yakni dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Gambar 3.9. Perkembangan Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan di Kabupaten Temanggung, (triliun rupiah) PDRB adh berlaku PDRB adh konstan Sumber : BPS Kabupaten Temanggung Sepanjang tahun , besaran PDRB Kabupaten Temanggung, baik atas dasar harga konstan dan atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan. Pada tahun 2013, nilai PDRB atas dasar harga berlaku mencapai 6,92 milyar rupiah sedangkan PDRB atas dasar harga konstan mencapai 2,78 milyar rupiah. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

35 Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi ini merupakan perbandingan pencapaian kinerja ekonomi suatu daerah pada periode waktu tertentu terhadap periode sebelumnya. Sepanjang tahun 2009 hingga 2013, kinerja perekonomian Kabupaten Temanggung selalu tumbuh positif diatas 4 persen. Pertumbuhan paling tinggi dicapai pada tahun 2012 yaitu mencapai 5,04 persen, dan pada tahun 2013 sedikit melambat dengan laju sebesar 5,02 persen. Keberhasilan pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat permasalahan mendasar dalam masyarakat dapat teratasi, diantaranya pengentasan kemiskinan. Idealnya pembangunan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan berkurangnya kemiskinan sebagai dampak peningkatan pendapatan per kapita. Penanggulangan kemiskinan merupakan tujuan pertama dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai pada tahun Gambar 3.10 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Temanggung, Sumber : BPS Kabupaten Temanggung Kemiskinan di Kabupaten Temanggung bergerak secara dinamis namun menunjukkan perkembangan yang baik. Dari tahun , jumlah dan persentase penduduk miskin menunjukkan penurunan. Dampak kenaikan BBM pada tahun 2005 menyebabkan kemiskinan di Kabupaten Temanggung meningkat secara signifikan. Pada tahun 2006, persentase jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 2,12 persen menjadi 16,2 persen. Tingginya kenaikan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

36 Jumlah Penduduk Miskin (000) P0 (persen) persentase penduduk miskin tersebut mengindikasikan bahwa masih banyak penduduk Kabupaten Temanggung yang berada dalam kelompok hampir miskin. Kelompok penduduk ini sangat sensitif terhadap guncangan perekonomian. Hingga tahun 2008, kemiskinan di Kabupaten Temanggung masih tetap tinggi. Hal ini disebabakan kemiskinan memiliki kelembaman yang tingi yang ditunjukkan dengan kelambatannya pulih setelah terkena dampak kenaikan harga BBM Kemiskinan baru menunjukkan penurunan secara perlahan sejak tahun 2009 hingga tahun Namun demikian, pada tahun 2013, tingkat kemiskinan mengalami sedikit peningkatan yang ditunjukkan dengan meningkatnya persentase penduduk miskin dari 12,32 persen pada 2012 menjadi 12,42 persen pada Gambar 3.11 Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Temanggung, jumlah penduduk misin (000) P0 (persentase penduduk miskin) Sumber : Susenas (BPS Kabupaten Temanggung) Penanggulangan kemiskinan merupakan permasalahan pembangunan yang komplek dan mempunyai dimensi tantangan daerah, nasional dan global. Selain menjadi salah satu tujuan MDGs, penanggulangan kemiskinan juga merupakan salah satu syarat dari pembangunan berkelajutan yang disepakati oleh bangsa-bangsa di dunia yang tertuang dalam dokumen Johanesburg pada tahun Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

37 Tabel 3.9. Perkembangan Pentahapan Kelurga Sejahtera di Kabupaten Temanggung, Tahun Jumlah Pra Sejahtera I Sejahtera II Sejahtera IIISejahtera III Jumlah (%) sejahtera plus Total 2009 jumlah % jumlah % jumlah % jumlah % jumlah % Sumber : Temanggung Dalam Angka 2013 Kemiskinan juga dapat diukur berdasarkan pentahapan kesejahteraan keluarga yang di menjadi 5 kelompok yaitu keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera I, keluarga sejahtera II, keluarga sejahtera III dan keluarga sejahtera III plus. Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja, melainkan juga harus secara keseluruhan. Pembangunan keluarga sejahtera diarahkan pada terwujudnya keluarga sebagai wahana persmian nilai-nilai luhur budaya bangsa guna meningkatkan kesejahteraan keluarga serta membina ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan. Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need) secara minimal, seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB. Keluarga sejahtera I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secaa minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi lingkungan tempat tinggal dan transportasi. Keluarga Sejahtera II adalah keluarga disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi. Keluarga Sejahtera III adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan perkembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

38 teratur bagi masyarakat seperti sumbangan materi dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Keluarga sejahtera III plus adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial, psikologis dan perkembangan keluarganya serta telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Berdasarkan pengelompokkan ini juga dapat diketahui bahwa insiden kemiskinan di Kabupaten Temanggung mengalami kecenderungan menurun sepanjang sebagaiman ditunjukkan dengan menurunnya persentase keluarga pra sejahtera Pada tahun 2012 persentase keluarga pra sejahtera sedikit mengalami kenaikan, yaitu dari 23,31 persen pada 2011 menjadi 23,51 persen pada Namun pada tahun 2013, persentase keluarga pra sejahtera menurun cukup tajam yaitu menjadi 21,88 persen. Peningkatan kesejahteraan keluarga ditunjukkan dengan semakin banyaknya keluarga yang berada dalam tahap keluarga sejahtera III dan keluarga sejahtera III plus. Pada tahun 2009, persentase keluarga yang telah mencapai tahap sejahtera III dan sejahtera III plus adalah 40,79 persen kemudian semakin meningkat pada tahun berikutnya dan pada 2013 mencapai 48,86 persen. Artinya hampir separuh keluarga di Kabupaten Temanggung pada tahun 2013 mampu memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan perkembangan keluarganya, bahkan sebagian diantaranya mampu berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung Secara geografis, Kabupaten Temanggung terletak tepat di tengah-tengah Provinsi Jawa Tengah sehingga menjadi jalur strategis untuk melintasi antar kabupaten. Kabupaten Temanggung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat tinggi. Dengan posisi yang strategis dan kekayaan alam tersebut, Temanggung memiliki potensi yang besar untuk menjadi kabupaten yang maju sesuai visi panjang Kabupaten Temanggung. Permasalahan terbesar terletak pada kesiapan sumber daya manusia yang dimiliki Kabupaten Temanggung dalam menjawab tantangan tersebut. Bila pertumbuhaan serta perkembangan kualitasnya lambat atau cenderung di bawah kabupaten lain, niscaya kita akan tersisih dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

39 pada akhirnya penduduk Temanggung hanya akan menjadi penonton roda pembangunan yang berputar disekelilingnya. Oleh karena itu sudah seharusnya Kabupaten Temanggung menerapkan strategi pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat agar tercapai pemerataan hasil-hasil pembangunan secara lebih berkeadilan, sehingga tercipta sumber daya manusia yang tangguh dan kompetitif. Peningkatan Sumber Daya manusia (SDM) yang handal menjadi solusi dan salah satu modal utama dalam proses pembangunan dewasa ini. Upaya peningkatan kualitas SDM dalam skala luas disebut sebagai pembangunan manusia. Visi Kabupaten Temanggung dalam jangka panjang sebagaimana tercantum dalam RPJP Kabupaten Temanggung adalah Temanggung Makin Maju, Mandiri, Aman, Adil dan Sejahtera. Konsep maju dapat diartikan bergerak dan meningkat serta menjadi menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kemajuan suatu masyarakat dapat dinilai dari : aspek ekonomi yang berpusat pada peningkatan pendapatan dan kemakmuran, aspek sosial yang berpusat pada peningkatan kualitas dan intelektualitas sumber daya manusia, dan aspek kependudukan yang berpusat pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan terkendalinya laju pertumbuhan penduduk. Muara dari suatu kemajuan adalah daerah dan masyarakat yang memiliki tingkat produktifitas yang tinggi. Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kemajuan daerah adalah laju pertumbuhan ekonomi, angka pengangguran, kemampuan keuangan daerah, infrastruktur daerah dan Indeks Pembangunan Manusia.(RPJP Kabupaten Temanggung ). Angka IPM mengindikasikan tingkat pencapaian pembangunan manusia sebagai dampak dari kegiatan pembangunan yang dilakukan. Indikasi peningkatan atau penurunan kinerja pembangunan manusia setiap tahunnya dapat diamati dari perkembangan angka IPM dari tahun ke tahun. Keterbandingan angka IPM kabupaten dengan kabupaten/kota lain, angka IPM provinsi bahkan angka IPM nasional menentukan posisi relatif capaian IPM sekaligus mengukur relevansi pembangunan manusia di kabupaten itu dengan tingkat pemerintahan di atasnya. Untuk mewujudkan rencana jangka panjang tersebut, Kabupaten Temanggung telah melalui dua tahap pembangunan jangka menengah, yaitu Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

40 jangka menengah , dan jangka menengah Saat ini Kabupaten Temanggung sedang memasuki jangka menengah selanjutnya yaitu Capaian kemajuan pembangunan di Kabupaten Temanggung hingga tahun 2013 diindikasikan dengan perkembangan IPM sebagai berikut: Gambar Perkembangan IPM Kabupaten Temanggung, Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Sepanjang satu dasawarsa, Kabupaten Temanggung mengalami kemajuan pembangunan yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari nilai IPM yang selalu meningkat dari tahun Kenaikan IPM yang paling kecil terjadi antara tahun 2004 ke 2005 dan dari tahun , sebaliknya kenaikan IPM yang paling cepat terjadi antara tahun Bagi masyarakat dan pemerintah Kabupaten Temanggung, kemajuan ini cukup menggembirakan. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

41 Tabel Nilai dan Peringkat IPM Menurut Kabupaten/Kota di Eks Karisidenan Kedu, Kabupaten IPM Peringkat IPM KEBUMEN PURWOREJO WONOSOBO MAGELANG TEMANGGUNG KOTA MAGELANG JAWA TENGAH Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Sepanjang , IPM Kabupaten Temanggung selalu berada diatas IPM Provinsi Jawa Tengah. Secara peringkat, angka IPM Kabupaten Temanggung berada pada posisi 9 diantara 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah setelah Kota Surakarta (79,10), Kota Semarang (78,54), Kota Magelang (77,91), Kota Salatiga (77,54), Kota Pekalongan (75,75), Kabupaten Semarang (75,48), Kabupaten Karanganyar (75,27) dan Kota Tegal (75,02), menurun dibanding tahun 2012 yang berada di posisi 7. Dalam regional eks karisidenan Kedu, IPM Kabupaten Temanggung berada pada peringkat kedua setelah Kota Magelang, jauh berada diatas kabupaten/kota lainnya sebagaimana terlihat dari Gambar Gambar 3.13 Perkembangan IPM Kabupaten/Kota eks Karisidenan Kedu dan Provinsi Jawa Tengah, KEBUMEN PURWOREJO WONOSOBO MAGELANG TEMANGGUNG KOTA MAGELANG JAWA TENGAH Sumber : BPS Prov.Jawa Tengah Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

42 JAWA TENGAH Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan Kota Tegal Kecepatan suatu daerah dalam mencapai IPM ideal ditunjukkan oleh nilai reduksi shortfall. Semakin tinggi nilai reduksi shortfall, semakin cepat IPM suatu wilayah akan mencapai IPM ideal. 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 Gambar 3.14 Reduksi Shortfall Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, 2013 Sumber : BPS Prov. Jateng Pada periode , nilai reduksi shortfall Kabupaten Temanggung berada pada nilai terendah diantara kabupaten lain di Provinsi Jawa Tengah. Dibanding kabupaten/kota lain, kecepatan pembangunan manusia di Kabupaten Temanggung antara jauh dibawah kabupaten/kota lain. Tabel Perkembangan reduksi shortfall Menurut Kabupaten/Kota di Eks Karisidenan Kedu, Kabupaten/Kota Reduksi Shortfall KEBUMEN PURWOREJO WONOSOBO MAGELANG TEMANGGUNG KOTA MAGELANG JAWA TENGAH Sumber : BPS Prov. Jawa Tengah Jika kita melihat lebih jauh kecepatan kemajuan IPM dalam regional eks Karisidenan Kedu dan tahun , maka dapat dilihat bahwa reduksi Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

43 shortfall Kabupaten Temanggung memang mengalami penurunan cukup drastis. Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain dalam regional eks Karisidenan Kedu, perubahan reduksi shortfall ini cukup memprihatinkan, terutama bila dibandingkan dengan Kabupaten Purworejo dan Kota Magelang. Kedua kabupaten/kota tersebut sepanjang berhasil mempercepat laju pembangunan sebagaimana terlihat dari reduksi shortfall yang semakin tinggi. Oleh karena itu, perlu digarisbawahi bahwa meskipun capaian pembangunan manusia sudah cukup baik namun sesungguhnya Kabupaten Temanggung rentan untuk tertinggal dengan kabupaten lain jika Kabupaten Temanggung tidak segera melakukan loncatan pembangunan yang signifikan sehingga laju pembangunannya sejajar dengan kabupaten/kota lain. Tabel 3.12 Nilai dan Peringkat Komponen IPM Menurut Kabupaten/Kota di Eks Karisidenan Kedu, 2013 Kabupaten/Kota Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata-rata Lama Sekolah Pengeluaran per Kapita Disesuaikan (tahun) peringkat (persen) peringkat (tahun) peringkat (ribu peringkat (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Temanggung Kota Magelang Sumber : BPS Prov. Jawa Tengah Angka Harapan Hidup Derajat kesehatan mempunyai hubungan timbal balik dengan pembangunan manusia. Angka harapan hidup yang tinggi setidaknya menunjukkan fenomena leih terjaminnya aspek kesehatan, lingkungan yang sehat, sosial kemasyarakatan yang aman terjamin dan faktor-faktor pendukung alami lainnya. Selain itu angka harapan hidup yang tinggi juga dipengaruhi oleh peran genetika, gizi, makanan, pola hidup, rendahnya paparan pencemar serta kematangan psikologis sehingga seseorang secara alami menjadi lebih kuat/siap menghadapi tekanan hidup/stress. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

44 Jika kita telaah menurut komponen penyusun IPM, capaian pembangunan manusia di Kabupaten Temanggung yang paling menonjol adalah kualitas kesehatan. Hal tersebut tercermin dari angka harapan hidup penduduk Kabupaten Temanggung yang sangat tinggi, yaitu 72,43 tahun pada tahun 2009 dan terus meningkat hingga mencapai 72,87 tahun pada tahun Angka harapan hidup penduduk Temanggung jauh diatas rata-rata angka harapan hidup penduduk kabupaten/kota lain di wilayah eks Karisidenan Kedu dan rata-rata angka harapan hidup Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2013, angka harapan hidup Kabupaten Temanggung berada dalam peringkat ke empat se Jawa Tengah setelah Kabupaten Pati, Kabupaten Sragen dan Kabupaten Semarang. Gambar 3.15 Perkembangan Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota di Eks Karisidenan Kedu, ,00 73,00 72,00 71,00 70,00 69,00 68,00 67,00 72,43 72,54 72,66 72,77 72,87 71,25 71,40 71,55 71,71 71, KEBUMEN PURWOREJO WONOSOBO MAGELANG TEMANGGUNG KOTA MAGELANG JAWA TENGAH Sumber : BPS Prov.Jawa Tengah Secara mikro, individu dengan harapan hidup yang tinggi secara ekonomis memiliki peluang untuk memperoleh pendapatan yang tinggi. Keluarga dengan usia harapan hidup yang tinggi cenderung untuk menginvestasikan pendapatannya di bidang pendidikan dan menabung. Dengan demikian, tabungan nasional akan meningkat dan investasi akan meningkatkan dan pada gilirannya akan meningkatkan pembangunan. Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

45 Angka Melek Huruf (AMH) UNESCO mendefinsikan melek huruf adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, mengerti, menerjemahkan, mengkomunikasikan, membuat, dan mengolah isi dari rangkaian teks yang terdapat pada bahan-bahan cetak dan tulisan yang berkaitan dengan berbagai situasi. Kemampuan baca tulis dianggap penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya. Kemampuan baca tulis ini juga berkaitan langsung dengan cara seseorang untuk memperoleh masyarakat yang luas. pengetahuan, menggali potensi, dan berpartisipasi penuh dalam AMH merupakan indikator penting untuk melihat sejauh mana penduduk suatu daerah terbuka terhadap pengetahuan. Hiryanto (2008) menyebutkan bahwa melek huruf merupakan hak dasar bagi setiap orang sekaligus sebagai kunci pembuka bagi pemerolehan hak-hak dasar lainnya. Sebaliknya buta huruf akan menyebabkan turunnya produktifitas, rendahnya kesadaran untuk menyekolahkan anaknya, mengurangi kemampuan untuk mengakses informasi dan umumnya sulit untuk menerima inovasi. Pada akhirnya buta huruf akan lebih dekat dengan kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan ketidakberdayaan. Gambar 3.16 Perkembangan Angka Melek Huruf Menurut Kabupaten/Kota di Eks Karisidenan Kedu, ,00 98,00 96,00 94,00 92,00 90,00 88,00 86,00 84, KEBUMEN PURWOREJO WONOSOBO MAGELANG TEMANGGUNG KOTA MAGELANG JAWA TENGAH Sumber: BPS Prov. Jawa Tengah Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

46 Gambar 3.16 diatas menunjukkan dari tahun , angka melek huruf penduduk penduduk 15 tahun keatas di Kabupaten Temanggung terus meningkat. Pada tahun 2009 angka melek huruf Kabupaten Temanggung mencapai 95,94 persen dan pada tahun 2013 mencapai 95,99 persen. Posisi relatif AMH berada pada peringkat ke tujuh diantara kabupaten/kota se Jawa Tengah atau peringkat kedua diantara kabupaten/kota se eks Karisidenan Kedu, yaitu setelah Kota Magelang. Hal lain yang menarik untuk diketahui adalah AMH Kabupaten Temanggung berada pada peringkat pertama relatif terhadap jenis pemerintahan kabupaten se Jawa Tengah dan lebih tinggi dibanding Kota Tegal. Dapat diartikan bahwa upaya menuju pemberantasan buta aksara sebagaimana diintruksikan dalam Inpres RI No 5 tahun 2006 tentang gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Huruf secara bertahap dapat diwujudkan di Kabupaten Temanggung. Masih terdapat 4,01 persen penduduk yang menjadi sasaran program pemberantasan buta huruf di Kabupaten Temanggung. Rata-rata lama sekolah Rata-rata lama sekolah yaitu rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas di seluruh jenjang pendidikan formal yang diikuti. Rata-rata lama sekolah merupakan ukuran akumulasi investasi pendidikan individu. Setiap tahun tambahan sekolah diharapkan akan membantu meningkatkan pendapatan. Untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah, pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar 9 tahun atau pendidikan dasar hingga tingkat SLTP. Untuk memperoleh pekerjaan yang ditawarkan di sektor modern didasarkan kepada tingkat pendidikan seseorang dan tingkat penghasilan yang dimiliki selama hidup berkorelasi positif terhadap tingkat pendidikannya. Tingkat penghasilan ini sangat dipengaruhi oleh lamanya seseorang memperoleh pendidikan (Todaro, 2000). Rata-rata lama sekolah merupakan indikator tingkat pendidikan di suatu daerah. Pendidikan merupakan salah satu bentuk modal manusia (human capital) yang menunjukkan kualitas Sumber Daya manusia (SDM). Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

47 Perkembangan rata-rata lama sekolah menunjukkan perkembangan ke arah yang lebih baik meskipun masih jauh dari target yang diharapkan. Sepanjang 5 tahun dari 2009 hingga 2013, rata-rata lama sekolah hanya mengalami sedikit peningkatan dari 6,7 tahun pada 2009 menjadi 7,10 tahun. Artinya hingga tahun 2013, rata-rata penduduk Kabupaten Temanggung bersekolah hingga kelas 1 SLTP sederajat. Gambar 3.17 Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Eks Karisidenan Kedu, ,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0, KEBUMEN PURWOREJO WONOSOBO MAGELANG TEMANGGUNG KOTA MAGELANG JAWA TENGAH Sumber: BPS Prov.Jateng Berdasarkan variabel ini sebenarnya dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan di Kabupaten Temanggung masih sangat rendah. Meskipun masih diatas rata-rata lama sekolah Provinsi Jawa Tengah, namun Kabupaten Temanggung hanya berada pada peringkat ke 17 diantara 35 kabupaten/kota se Jawa Tengah. Jika dibandingkan secara regional eks karisidenan kedu, rata-rata lama sekolah Kabupaten Temanggng jauh tertinggal dibanding Kota Magelang, dan juga dibawah rata-rata lama sekolah Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Magelang. Lamanya pendidikan seseorang sangat ditentukan oleh kombinasi pengaruh beberapa variabel sebagai berikut : perbedaan upah atau pendapatan antara sektor modern dengan sektor tradisional, probabilitas keberhasilan untuk mendapatkan pekerjaan di sektor modern dengan adanya pendidikan, biaya pendidikan langsung yang harus ditanggung siswa/keluarganya, dan biaya tidak Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah membantu menyusun publikasi ini kami sampaikan terima kasih. Temanggung, November 2016

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah membantu menyusun publikasi ini kami sampaikan terima kasih. Temanggung, November 2016 KATA PENGANTAR Semangat otonomi daerah yang digulirkan dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 dan telah direvisi dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.7 April 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERIODE 2007-2011 H. Syamsuddin. HM ABSTRACT

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Temanggung, Oktober 2012 KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG. Ir. BAMBANG DEWANTORO NIP

SAMBUTAN. Temanggung, Oktober 2012 KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG. Ir. BAMBANG DEWANTORO NIP SAMBUTAN Semangat otonomi daerah yang digulirkan dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 dan telah direvisi dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 yang direvisi dengan

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 4103.1409 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA) KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 No. Katalog : 4103.1409 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah Gambar Kulit dan Setting Diterbitkan Oleh Kerjasama

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Informasi statistik merupakan salah satu bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan perencanaan

Lebih terperinci

2.1. Konsep dan Definisi

2.1. Konsep dan Definisi 2.1. Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir (0 tahun) yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Angka Kematian Bayi (AKB) Banyaknya kematian bayi

Lebih terperinci

Tabel Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam Kabupaten Temanggung

Tabel Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam Kabupaten Temanggung Tabel 2.17. Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam No Jenis Bencana Alam Kecamatan 1 Potensi Tanah Longsor Tretep, Wonoboyo, Bejen, Candiroto, Gemawang, Kandangan, Jumo, Bansari, Kledung, Kaloran, Kranggan,

Lebih terperinci

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi usaha kecil dan menengah, penanaman modal, kebudayaan, pemuda dan olahraga, kesatuan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii i DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika Penulisan... 5 BAB II Metodologi...

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN SORONG TAHUN 2010 Nomor Publikasi : 9107.11.03 Katalog BPS : 1413.9107 Ukuran Buku : 16,5 x 21,5 cm Jumlah Halaman : v rumawi + 111 halaman Naskah : Seksi Statistik

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan, khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER IPM (INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA) KABUPATEN PASER TAHUN 2011 Pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Paser pada kurun 2007 2011 terus mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kota Bogor Tahun Anggaran 2014 Indeks Pembangunan Manusia Kota Bogor Tahun Anggaran 2014 i Penyusunan

Lebih terperinci

Bupati Kepulauan Anambas

Bupati Kepulauan Anambas Bupati Kepulauan Anambas KATA SAMBUTAN Assalammulaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera Untuk Kita Semua Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya kepada kita semua dan tak lupa dihaturkan

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 Nomor ISBN : 979-599-884-6 Nomor Publikasi : 52085.11.08 Ukuran Buku : 18.2 x 25.7cm Jumlah Halaman : 50 Halaman Naskah : Dinas Komunikais

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009 No. Katalog BPS : 4102002.05 Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : x + 70 Naskah : Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012 Nomor Publikasi : 3279.1103 Katalog BPS : 4102002.3279 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 16,5 cm x 21,5 cm : ix rumawi + 117 halaman Naskah : Seksi Statistik

Lebih terperinci

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 i PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 ii KATA PENGANTAR Profil Kesejahteraan Rakyat Kota Palangka Raya Tahun 2013 ini adalah merupakan publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii v viii I. PENDAHULUAN 1 7 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rasional 4 1.3. Perumusan Masalah 5 1.4. Tujuan dan Manfaat Studi 5 1.4.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0) Lampiran 1. Penjelasan Singkat Mengenai IPM dan MDGs I. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 1 Sejak 1990, Indeks Pembangunan Manusia -IPM (Human Development Index - HDI) mengartikan definisi kesejahteraan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas Latar belakang Kabupaten Gunung Mas merupakan salah satu

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN MANUSIA Kabupaten Magelang

PEMBANGUNAN MANUSIA Kabupaten Magelang Analisis Situasi PEMBANGUNAN MANUSIA Kabupaten Magelang 2013 Judul Buku : ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MAGELANG 2013 Nomor Publikasi : Ukuran Buku : Kwarto (21 x 28 cm) Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis Pembangunan Manusia Kota Bandung Tahun 2014 ini dapat terselesaikan.

Lebih terperinci

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal KOMPONEN IPM Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia (masyarakat). Di antara berbagai pilihan, yang terpenting yaitu berumur panjang dan sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan

Lebih terperinci

STATISTIK GENDER 2011

STATISTIK GENDER 2011 STATISTIK GENDER 211 STATISTIK GENDER 211 ISBN: 978-979 - 64-46 - 9 No. Publikasi: 421.111 Katalog BPS: 21412 Ukuran Buku: 19 cm x 11 cm Naskah: Sub Direktorat Statistik Rumah tangga Gambar Kulit: Sub

Lebih terperinci

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN 4.1 Pendidikan di Banten Pemerintah Provinsi Banten sejauh ini berupaya melakukan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat salah satunya

Lebih terperinci

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. 1) Angka Kematian Bayi waktu satu tahun per kelahiran hidup.

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. 1) Angka Kematian Bayi waktu satu tahun per kelahiran hidup. Selama enam tahun terakhir APM yang tertinggi terdapat di tingkat SD/Sederajat dan yang terendah di tingkat SMA/Sederajat. Hal ini menunjukkan partisipasi penduduk untuk menempuh pendidikan paling tinggi

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 4102002.3523 Katalog BPS: 4102002.3523 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN TAHUN 2011 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TUBAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2011 No. Publikasi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014 i ii INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014 Katalog BPS/ BPS Catalogue : 1413.9107 ISSN : 2302-1535 Nomor Publikasi/ Publication Number : 9107.15.03 Ukuran Buku/ Book size :

Lebih terperinci

Katalog BPS : KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN

Katalog BPS : KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Katalog BPS : 4102002.1404 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Tahun 2008 ISBN : 979 484 930 8

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN 2012 Ukuran buku : 21 cm x 29,7 cm Jumlah halaman : 60 + ix halaman Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser Penyunting : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga nasional

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manusia merupakan harta atau aset yang sangat berharga bagi kelanjutan ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu negara, pengembangan kualitas akan

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau pencapaian visi dan misi walikota dan wakil walikota pada akhir periode masa jabatan, maka ditetapkanlah beberapa indikator

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MANOKWARI TAHUN 2013 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 9105.1104 No. Katalog BPS/Catalogue Number: 1101001.9105 Ukuran Buku/Book Size : 16,5 cm x 21,5 cm Jumlah

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 Nomor ISBN : Ukuran Buku : 6,5 x 8,5 inchi Jumlah Halaman : vii + 38 Halaman Naskah Penanggung

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

jayapurakota.bps.go.id

jayapurakota.bps.go.id INDEKS PEMBANGUNGAN MANUSIA DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA TAHUN 2015/2016 ISSN: Nomor Katalog : 2303003.9471 Nomor Publikasi : 9471.1616 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah : : 16,5

Lebih terperinci

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan TUJUAN 3 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 43 Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar

Lebih terperinci

Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa me

Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa me BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.02/05/33.08/Th. I, 04 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN MAGELANG 2016 1. Perkembangan IPM Kabupaten Magelang, 2010-2016 Pembangunan manusia

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii SAMBUTAN i DAFTAR ISI HALAMAN SAMBUTAN... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika Penulisan... 5 BAB II Metodologi...

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR ROADMAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI LAMPUNG TAHUN B ADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG

LAPORAN AKHIR ROADMAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI LAMPUNG TAHUN B ADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG LAPORAN AKHIR ROADMAP PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015-2025 B ADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah Hak Fundamental setiap warga. Hal ini telah ditetapkan oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan merupakan faktor

Lebih terperinci

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. INDIKATOR PENDIDIKAN Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. 4 Lokasi: Kantor Bupati OKU Selatan Pemerintah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya penyusunan buku Indikator Kesejahteraan Rakyat (INKESRA)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan definisi dan teori pembangunan manusia, pengukuran pembangunan manusia, kajian infrastruktur yang berhubungan dengan pembangunan manusia, dan kajian empiris

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia IPM KABUPATEN TELUK BINTUNI 2012 BPS Kabupaten Teluk Bintuni menerbitkan publikasi IPM Kabupaten Teluk Bintuni secara berkala sejak tahun 2005. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Katalog BPS: 4102002.7604 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Human Development Index of Mamuju Regency 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Mamuju

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun 2012-2017 NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH SATUAN 2013 2014 2015 2016 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Lebih terperinci

BAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA

BAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA BAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA 3.1. Demografi Penduduk Kabupaten Sumba Barat pada Tahun 2014 berjumlah 119.907 jiwa, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 21.883. Jumlah penduduk tersebut jika diklasifikasikan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009 Katalog BPS: 1413.3523 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009 BADAN PUSAT STATISTIK DAN BAPPEDA KABUPATEN TUBAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009 No. Publikasi : 35230.0310 Katalog

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2012 Nomor ISSN : 2089-1660 Nomor Publikasi : 91300.13.04 Katalog BPS : 4102002.91 Ukuran Buku : 16,5 x 21,5 cm Jumlah Halaman : xviii + 109 Naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang terintegrasi dan komprehensif dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang tidak terpisahkan. Di samping mengandalkan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kota Semarang. Semarang, 2010

Kata Pengantar. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kota Semarang. Semarang, 2010 Kata Pengantar Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas perkenannya Publikasi Indeks Pembangunan Manusia Kota Semarang 2009 dapat disajikan. Publikasi ini diharapkan dapat memberikan gambaran

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2011 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2011 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 91522.1205 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100 Ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan Indonesia saat ini adalah menghadapi bonus demografi tahun 2025 yang diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Badan Perencanaan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 36/06/17/II, 2 Juni 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN IPM PROVINSI BENGKULU TAHUN TERMASUK KATEGORI SEDANG Pembangunan manusia di Provinsi Bengkulu terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 disusun guna memenuhi kebutuhan pengguna data statistik khususnya data statistik sosial. Oleh karena itu BPS Kabupaten

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi Angka kematian ibu per kelahiran hidup turun drastis

dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi Angka kematian ibu per kelahiran hidup turun drastis dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi kewenangan pemerintah pusat. Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup turun drastis pada tahun 2011, hal ini karena kasus kematian ibu

Lebih terperinci