Seri Kode Etik. Administrasi Pemilu yang Etis dan Profesional

Transkripsi

1 Seri Kode Etik Admiistrasi Pemilu yag Etis da Profesioal 1

2 Kode Etik ii disusu pada pertegaha pertama Prosesya meliputi peghimpua iformasi, perbadiga, aalisis, da sitesis dari berbagai kode yag berbeda da baha-baha yag ada dalam topik ii. Ii memugkika perumusa da peyusua seperagkat stadar miimum yag uiversal. Meidaklajuti peyebara racaga kode itu, sebuah proses kosultasi pajag da rici dega Bada Maajeme Pemilu berlagsug selama 12 bula. Hak Cipta Iteratioal Istitute for Democracy ad Electoral Assistace (Iteratioal IDEA) Edisi Bahasa Idoesia Permohoa utuk izi memperbayak atau meerjemahka seluruh atau sebagia dari publikasi ii harus ditujuka kepada: Iformatio Services, Iteratioal IDEA S Stockholm, Swede. Fax: Iteratioal IDEA medorog peyebara hasil kerjaya da aka segera meaggapi permitaa itu. Istitut meerbitka Kode ii dalam bahasabahasa Arab, Pracis, Portugis, Rusia, Spayol, da Bahasa Idoesia. Buku ii adalah terjemaha dari Bahasa Iggeris. Versi asli diaggap yag palig sah. AD & Desig: Eduard Èehovi Dicetak da dijilid di Idoesia oleh: Ameepro Graphic. Tel: Code of Coduct Series 2/Seri KOde Etik 2 ISSN: ISBN: X 2

3 3

4 4

5 Pedahulua 1. Kode Etik ii diracag utuk membatu admiistrator pemilu dega meyediaka pedoma umum bagi pelaksaaa tugastugas mereka. 2. Admiistrator pemilu meghadapi begitu bayak ligkuga da situasi yag berbeda dalam melaksaaka tugas-tugas mereka sehigga aka tidak praktis mecoba utuk membuat ketetua yag kaku bagi setiap situasi yag mugki. Karea itu, setiap orag atau orgaisasi yag megguaka Kode Etik ii harus meerapkaya secara fleksibel, dibaregi dega akal sehat yag baik, utuk memeuhi persyaratapersyarata dalam setiap situasi tertetu. 3. Kode Etik ii terbagi dalam dua bagia: Fugsi Admiistrasi Pemilu da Pedoma bagi Admiistrasi Pemilu. 5

6 Fugsi Admiistrasi Pemilu 4. Meurut Deklarasi Uiversal Hak Asasi Mausia: Kehedak rakyat harus mejadi dasar kekuasaa pemeritah; kehedak ii harus diyataka dalam pemilu yag teratur da sugguh-sugguh yag diseleggaraka bagi seluruh aggota masyarakat da dilaksaaka melalui pemuguta suara yag rahasia atau prosedur pemuguta suara serupa laiya. 1 Kosep yag terdapat dalam Deklarasi Uiversal juga dicatumka di dalam dokume iterasioal laiya yag lebih baru, yag mecakupi: Perjajia Iterasioal tetag Hak Sipil da Politik Piagam Afrika tetag Hak Asasi Mausia da Rakyat Kovesi Amerika tetag Hak Asasi Mausia Kovesi Eropa tetag Hak Asasi Mausia 5. Dalam Pemilu yag Bebas da Adil: Hukum Iterasioal da Praktekya, Profesor Goodwi-Gill meyataka bahwa: Pegalama da praktek keegaraa mutakhir memastika petigya pegawasa 6

7 proses pemilu [da] pelembagaa taggug jawab peerapaya oleh pejabatpejabat pemilu yag tidak memihak Sebuah mekaisme pegawasa yag dipercaya oleh semua partai da pemilik suara secara khusus sagat petig dalam situasi peraliha, misalya, dari sistem partai tuggal ke multipartai, atau bila keetrala admiistrasi berweag diraguka. Pelembagaa yag efektif dari hak-hak dasar pemilu da politik mewajibka egara utuk membetuk sistem pemilu yag tepat, meerapka kewajiba iterasioal megeai hak idividu, [da] membetuk sebuah mekaisme maajeme pemiliha legislatif yag etral da/atau berimbag yag efektif Bada atau mekaisme yag dibetuk utuk megelola pemiliha legislatif yag etral da dalam cara yag berimbag memiliki beberapa tugas khusus, yag lazimya mecakupi hal-hal berikut ii: meyeleggaraka pemiliha da referedum 7

8 megumpulka da/atau memelihara daftar pemilih medorog kesadara masyarakat megeai hal-hal yag berkaita dega pemiliha dega meyeleggaraka pedidika masyarakat da program iformasi utuk aggota masyarakat, khususya perempua, kaum muda, mereka yag buta huruf, da kalaga mioritas yag tak berutug pelatiha petugas-petugas pemiliha memberitahu calo, partai politik, da orag-orag lai yag terkait megeai proses pemiliha mejami bahwa perempua da kalaga mioritas dapat berpartisipasi sepeuhya dalam proses pemiliha membuat pratura megeai proses pemiliha meegakka udag-udag pemiliha meeliti kebijaka pemiliha da halhal lai yag terkait meyediaka iformasi da sara megeai hal-hal yag berkaita dega pemliha kepada pemeritah, bada legislatif, da orga eksekutif; da bekerja sama dega pihak iterasioal 7. Seluruh legitimasi da akseptabilitas setiap pemilu aka tergatug bayak faktor, amu itegritas admiistrasi pemilu merupaka salah satu faktor terpetig. Masyarakat aka megukur legitimasi sebuah pemilu berdasarka itegritas aktual admiistrasiya, da itegritas yag tampak dari proses pemilu itu sediri. Karea itu, para calo, partai-partai politik, da para pegamat pemiliu aka memberika perhatia seksama pada cara admiistrasi pemilu mejalaka tugasya. 8

9 Prisip Etika yag membetuk dasar Admiistrasi Pemilu 8. Utuk mejami itegritas yag tampak maupu yag aktual dari proses pemiliha, admiistrasi pemilu harus meaati prisipprisip etika dasar yag berikut ii: i) Admiistrasi pemilu harus meujukka rasa hormat pada hukum ii) Admiistrasi pemilu harus opartisa da etral 3 iii) Admiistrasi pemilu harus traspara iv) Admiistrasi pemilu harus akurat v) Admiistrasi pemilu harus diracag utuk melayai para pemilik suara Prisip Etika 1: Admiistrasi pemilu harus meujukka rasa hormat pada hukum 9. Keberhasila suatu pemilu tergatug sejauh maa ia diakui sah da megikat para peserta dalam proses politik. Peryataa keputusa politik petig dalam suatu betuk legal yag jelas memberika tigkat kepastia yag diperluka bagi pegembaga pemahama bersama, oleh semua peserta dalam proses, megeai bagaimaa peerapaya. Jika admiistrasi pemilu tidak meaati hukum, da meerapkaya secara patut da mejelaska secara jelas alasaalasa keputusaya, pemahama bersama para peserta bisa terpegaruh, da dukuga bagi proses pemilu bisa melemah. 9

10 10. Karea itu, sebuah admiistrasi pemilu harus: meaati hukum yag berlaku di suatu egara Mejami, sesuai dega keragka legal egara itu, bahwa hukum yag berkaita dega pemilu sepeuhya diterapka secara tidak memihak da adil Mejami, sesuai dega keragka legal egara itu, bahwa setiap partai, calo, pemilik suara, da peserta lai di dalam proses pemilu diperlakuka secara adil da jujur, dega mempertimbagka semua kodisi yag berlaku Prisip Etika 2: Admiistarsi pemilu harus opartisa da etral 11. Agar suatu pemilu berhasil, semua peserta dalam proses itu harus bisa percaya bahwa admiistrasi pemilu mejalaka tugasya dega cara etral secara politis. Jika oragorag yag megelola pemilu diaggap memiliki komitme terhadap hasil tertetu, kredibilitas mereka aka sagat terpegaruh sehigga sukar megembalika kepercayaa terhadap proses itu. Admiistrasi pemilu harus melaksaaka semua tugasya dega cara yag opartisa da etral secara politis. 12. Kadag-kadag, suatu egara mejadika orag-orag sebagai admiistrator pemilu karea mereka mewakili suatu partai atau kecederuga politik tertetu. Dalam kasus ii, meski mereka dipilih karea afiliasi politik mereka, mereka tetap harus 10

11 melaksaaka tugas dega cara yag opartisa da etral secara politis. 13. Admiistrator pemilu harus: Bertidak dega cara yag etral da tidak bias megeai semua hal yag berkaita dega partai politik, calo, pemilik suara, atau aggota pers da media Tidak melakuka hal-hal yag bisa meujukka atau dilihat sebagai dukuga partisa bagi calo, partai politik, aktor politik, atau kecederuga politik tertetu Selalu bertidak dega cara yag tepat, memberika pertimbaga yag masuk akal, da secara pribadi bertidak dega bear Mejelaska semua persoala yag bisa meimbulka koflik kepetiga dega kewajiba-kewajiba mereka sebagai admiistrator pemilu Tidak meerima hadiah atau imbala apa pu dari partai politik, orgaisasi, atau orag yag terlibat dalam proses pemilu Meolak semua pegaruh buruk, da, kecuali diizika oleh hukum atau kebiasaa, meolak meerima pegaraha berkaita dega pelaksaaa tugas-tugas mereka Tidak berpartisipasi dalam semua tidaka tak sah, termasuk kegiata pribadi apa pu, yag bisa meimbulka koflik kepetiga yag yata atau sekadar aggapa dega kewajibakewajiba mereka sebagai admiistrator pemilu 11

12 Tidak berpartisipasi dalam semua kegiata, termasuk tidaka pribadi, yag dapat meimbulka simpati terhadap salah satu calo, partai politik, aktor politik, atau kecederuga politik Tidak memberika padaga megeai suatu hal yag bisa mejadi persoala politik dalam pemilu Tidak berkomuikasi dega pemilik suara megeai hal-hal yag bersifat partisa Tidak megeaka, membawa, atau memperlihatka simbol atau wara yag jelas-jelas memihak salah satu partai 14. Admiistrator pemilu harus megikuti semua padua ii, baik sebagai aggota orgaisasi maupu sebagai idividu. Prisip Etika 3: Admiistrasi pemilu harus traspara 15. Agar suatu pemilu berhasil, peserta dalam proses itu harus bisa meerima keputusa admiistrasi pemilu. Para peserta berkemugkia besar bisa meerima keputusa itu jika mereka bisa dega mudah berpuas diri bahwa keputusa itu ditetapka dega tepat. Agar itu terjadi, mereka harus puya akses ke iformasi yag mejadi dasar pembuata keputusa. 16. Tetu saja, setiap pemilu aka meghasilka data dalam jumlah besar, pagkala data raksasa, da bayak dokume. Umumya, tidaklah praktis memberika akses, atau salia, semua data kepada setiap orag yag 12

13 megigikaya. Namu, admiistrator pemilu harus bersiap-siap utuk: Mejelaska keputusa mereka Meyediaka iformasi yag mejadi dasar setiap keputusa tapa batasa Meata akses yag efektif da masuk akal terhadap dokume da iformasi yag releva, meurut keragka udag-udag pemilu da kebebasa iformasi di egara yag bersagkuta 17. Selai itu, admiistrator da admiistrasi pemilu harus: Mejami bahwa age setiap partai politik atau calo dapat secara peuh da efektif mejalaka hak-hakya Berkosultasi dega para peserta proses pemilu secara teratur, da berkaita dega pegambila keputusa tertetu, bila kodisi memerlukaya Memberika pejelasa, sebagai jawaba atas pertayaa yag beralasa, terhadap keputusa yag dibuat sebagai bagia dari proses pemilu, atau keputusa yag dibuat sebagai bagia dari kerja sehari-hari admiistrasi pemilu Membetuk sistem yag memugkika pihak-pihak yag bermiat utuk medapatka akses, dalam waktu sesigkat-sigkatya, terhadap semua iformasi, dokume, da pagkala data yag diguaka dalam proses pemilu, atau diguaka dalam kerja sehari-hari admiistrasi pemilu Membuka semua kelemaha dalam admiistrasi suatu pemilu jika ditemuka 13

14 Prisip Etika 4: Admiistrasi pemilu harus akurat 18. Berkaita dega diskusi dalam Prisip Etika 3 agar keputusa admiistrator pemilu bisa memuaska semua peserta, iformasi yag mejadi dasar keputusa haruslah tepat da dapat dibuktika. Iformasi yag tidak akurat atau tidak adal bisa melemahka keyakia terhadap admiistrator da kompetesiya. 19. Admiistrator da admiistrasi pemilu harus mejalaka semua tugasya dega dasar stadar akurasi iformasi da obyektivitas aalisis yag tiggi. Secara khusus, mereka harus: Mejami bahwa iformasi dikumpulka, diragkai, da dipublikasika dega sistematis, jelas, da tidak medua Melakuka semua yag perlu, sesuai keragka hukum egara yag bersagkuta, utuk mejami bahwa semua iformasi yag mereka ragkai, guaka, da terbitka memiliki dasar faktual yag kuat Prisip Etika 5: Admiistrasi pemilu harus diracag utuk melayai para pemilik suara 20. Admiistrator da admiistrasi pemilu harus berusaha utuk meyediaka bagi semua pemilik suara layaa terbaikya utuk memugkika semua pemilik suara megguaka hak dega sesedikit mugki ketidakyamaa, sesuai dega 14

15 keadaa da keragka hukum egara yag bersagkuta. Secara khusus, mereka harus: Sebisa mugki memudahka para pemilik suara utuk berpartisipasi dalam proses pemilu Mejami bahwa para pemilik suara cukup memahami proses pemilu Melakuka apa saja yag mugki utuk meyediaka cara memberika suara bagi orag-orag dega kebutuha khusus, seperti tuatetra, tuadaksa, tua-aksara, atau mereka yag tiggal di wilayah terisolasi 1 Pasal 21, Ayat 3, Deklarasi Uiversal Hak Asasi Mausia. 2 Guy S. Goodwi-Gill, Free ad Fair Electios: Iteratioal Law ad Practice, Iter-Parliametary Uio, Geeva, 1994, pp , Ada perbedaa kecil atara opartisa da etral, amu bada-bada maajeme pemilu yag dikosultasi merasa ii cukup petig sehigga perlu diberika tekaa khusus. 15

16 16