UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 20 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANISA PRIMA HILMI, S.Far ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JULI 2013

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 20 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker ANISA PRIMA HILMI, S.Far ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JULI 2013 ii

3

4 KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah senantiasa melimpahkan karunia dan rahmat-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Arafah. Shalawat serta Salam semoga selalu tercurah kepada rahmatan lil alamin, Rasulullah saw. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi untuk mencapai gelar profesi Apoteker. Selain itu juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memahami peran dan tugas Apoteker di dalam suatu apotek. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan dan bimbingan yang diberikan, kepada : 1. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., MS., selaku Dekan Fakultas Farmasi UI; 2. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI; 3. Ibu Lili Komiarsih, S.Si., Apt., selaku pembimbing di Apotek Arafah yang telah memberikan ilmu, motivasi dan inspirasi yang bermanfaat bagi penulis; 4. Ibu Dra. Juheini, M.Si., Apt., selaku pembimbing di Fakultas Farmasi UI yang telah memberikan waktunya untuk ilmu dan saran kepada penulis; 5. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Fakultas Farmasi UI; 6. Keluarga besar di Apotek Arafah atas kebersamaannya selama PKPA; 7. Rekan PKPA di Apotek Arafah khususnya (Kartika Widyanty, S.Farm.), dan temanteman Apoteker Angkatan LXXVI ; 8. Keluarga yang telah memberikan bantuan moril dan materiil, serta pihak-pihak lain yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung. Akhir kata penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Depok, Juni 2013 Penulis iv

5 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLfKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademika, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPM Program Studi Fakultas : Apoteker : Farmasi Jenis karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker I demi pengernbangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk mernberikan kepada Hak Bebas Royalti Noo-cksklusif (Non-exclusive Royally-Free RighI) atas karya ilrniah saya yang berjudul: Anisa Prima Hilmi, S.Far. Laporao Praktek Kerja Profesi Apotcker di Apotek Arafah Periode 2QFebruari - 28 Maret 2013 beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non- eksklusif ini berhak rnenyimpan, mengalihrnedia'format- kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan karya ilrniah saya selama retap mencantumkan nama saya sebagai penulislpencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataao ini saya buat deogan sebenarnya. _. (Anisa Prima Hilmi, S.Far.) Dibuat di : Depok Pada tanggal : 22 Agustus 2013 Yang menyatakan, ~~e.- c:

6 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR GAMBAR... viii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN UMUM Pengertian Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Tata Cara Pemberian IzinApotek Kelengkapan Apotek Tenaga Kerja Apotek Apoteker Pengelola Apotek PengalihanTanggung Jawab Apoteker Pencabutan Surat Izin Apotek Sediaan Farmasi Pelayanan Kefarmasian di Indonesia Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika Pengadaan Persediaan Apotek Penentuan Prioritas Pengadaan Strategi Pemasaran Apotek BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK ARAFAH Apotek Arafah Visi dan Misi Tujuan dan Fungsi Lokasi dan Tata Ruang Sumber Daya Manusia dan Struktur Organisasi Tugas dan Fungsi Setiap Jabatan Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Lainnya Pelayanan Kefarmasian Apotek Pengelolaan Psikotropika Kegiatan Administrasi dan Keuangan v

7 BAB 4 PEMBAHASAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN vi

8 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Contoh Formulir APT Lampiran 2. Contoh Formulir APT Lampiran 3. Contoh Formulir APT Lampiran 4. Contoh Formulir APT Lampiran 5. Contoh Formulir APT Lampiran 6. Contoh Formulir APT Lampiran 7. Contoh Formulir APT Lampiran 8. Peta Lokasi ApotekArafah Lampiran 9. Denah Apotek Arafah Lampiran 10. Desain Eksterior ApotekArafah Lampiran 11. Surat Pemesanan Psikotropika Lampiran 12. Surat Pemesanan Barang Apotek Arafah Lampiran 13. Kartu Stok Barang Apotek Arafah Lampiran 14. Kwitansi Apotek Arafah Lampiran 15. Etiket Obat Lampiran 16. Struktur Organisasi Apotek Arafah Lampiran 17. Laporan Pemakaian Narkotika Apotek Arafah Lampiran 18. Laporan Pemakaian Psikotropika Apotek Arafah vii

9 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Penandaan Obat Bebas Gambar 2.2 Penandaan Obat Bebas Terbatas Gambar 2.3 Penandaan Obat Keras Gambar 2.4 Penandaan Obat Narkotika Gambar 2.5 Penandaan untuk Jamu Gambar 2.6 Penandaan untuk Obat Herbal Terstandar Gambar 2.7 Penandaan untuk Fitofarmaka Gambar 2.8 Matriks Analisa VEN-ABC Gambar 3.1 Alur Penerimaan Barang viii

10 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap orang berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan, lingkungan yang sehat dan informasi serta edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggungjawab. Satu diantara bentuk pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat adalah pelayanan kefarmasian dan perbekalan farmasi yang meliputi penyediaan obat-obatan yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, berkualitas, aman, distribusi yang merata dengan harga terjangkau untuk masyarakat serta meningkatkan ketepatan dan efisiensi penggunaannya. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan menyebabkan makin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Oleh karena itu peningkatan mutu pelayanan kesehatan perlu terus diupayakan. Pelayanan kefarmasian kepada masyarakat dapat berlangsung satu diantaranya di apotek karena apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (Presiden Republik Indonesia, 2009a). Tujuan pokok pelayanan farmasi di apotek yaitu masyarakat mendapatkan obat yang bermutu baik dengan informasi yang selengkap-lengkapnya. Apotek juga merupakan tempat pengabdian apoteker untuk melaksanakan praktek profesinya. Apotek dipimpin oleh seorang yang profesional di bidangnya yaitu Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang handal dan kompeten. Seorang (APA) dalam menjalankan profesi apotekernya di apotek tidak hanya melaksanakan kegiatan teknis kefarmasian tetapi juga harus dapat mengelola apotek sesuai dengan prinsip bisnis yang dapat memberikan keuntungan kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan (stake holder) tanpa harus menghilangkan fungsi sosialnya di masyarakat. Pelayanan keframasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari pelayanan obat (drug oriented) menjadi pelayanan pada pasien (patient oriented) yang mengacu kepada Pharmaceutical Care (PC). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula terfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi sebuah bentuk pelayanan yang komperhensif dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup pasien. Konsekuensi dari adanya perubahan tersebut, 1

11 2 apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan berkomunikasi dengan pasien agar dapat memberikan pelayanan yang baik. Adanya interaksi antara apoteker dengan pasien ini diharapkan mampu mendukung tercapainya tujuan terapi. (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Dalam rangka memberi wawasan dan mempersiapkan calon apoteker yang dapat menjalankan tugas, fungsi dan tanggung jawab seorang farmasis, maka diadakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) sebagai langkah awal pengenalan bagi calon Apoteker terhadap apotek. Atas dasar tersebut maka Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi (UI) bekerja sama dengan Apotek Arafah mengadakan Praktek Kerja Profesi Apoteker. Praktek dimaksudkan agar calon Apoteker memilki pengetahuan dan wawasan yang luas dalam menghadapi dunia kerja dan profesi serta siap dan mampu terjun ke tengah masyarakat guna memberikan pelayanan kesehatan yang tepat Tujuan Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan di Apotek Arafah yaitu: a. Memahami peran dan fungsi apoteker di apotek. b. Memahami proses pengelolaan apotek yang dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek.

12 3 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Pengertian Apotek Apotek adalah tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Pada perkembangannya, apotek tidak terbatas pada pekerjaaan kefarmasian melainkan pada pelayanan kefarmasian. Pengertian pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan bahan obat, bahan obat dan obat tradisional (Presiden Republik Indonesia, 2009a). Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien, oleh karena itu pengertian apotek sekarang adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (Presiden Republik Indonesia, 2009b). 2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek memiliki landasan hukum yang diatur dalam : a. Undang-Undang Kesehatan RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Peraturan ini mengatur tentang pengertian kesehatan dan sumber daya yang terlibat dalam upaya kesehatan, hak dan kewajiban tenaga kesehatan, perlindungan pasien, pelayanan kesehatan tradisional, pencegahan penyakit, kesehatan reproduksi, kesehatan ibu, bayi dan anak, penyakit menular dan penyakit tidak menular, pembiayaan kesehatan, sumber pembiayaan kesehatan dan ketentuan pidana. b. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Peraturan ini mengatur tentang upaya pemberantasan terhadap tindak pidana narkotika, pemanfaatan narkotika untuk kepentingan pengobatan dan kesehatan, rehabilitasi medis dan sosial, prekursor narkotika dan peran serta 3

13 4 masyarakat dalam usaha pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika dan prekursor narkotika. c. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Peraturan perundang-undangan ini mengatur tentang Undang-undang Psikotropika ini mengatur produksi, peredaran, penyaluran, penyerahan, ekspor dan impor, pengangkutan, transito, pemeriksaan, label dan iklan, kebutuhan tahunan dan pelaporan, pengguna psikotropika dan rehabilitasi, pemantauan prekursor, pembinaan dan pengawasan, pemusnahan, peran serta masyarakat, penyidikan dan ketentuan pidana. d. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Peraturan ini mengatur tentang asas dan tujuan pekerjaan kefarmasian; penyelenggaraan pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi, atau penyaluran dan pelayanan sediaan farmasi; tenaga kefarmasian; disiplin tenaga kefarmasian; serta pembinaan dan pengawasan pekerjaan kefarmasian. e. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas PP No.26 Tahun 1965 tentang Apotek. Peraturan ini mengatur tentang tugas dan fungsi apotek dikembalikan kepada fungsi semula sebagai sarana penyalur perbekalan farmasi dan sebagai sarana dilakukan pekerjaan kefamasian oleh tenaga-tenaga farmasi dalam rangka pengabdian profesi kepada masyarakat. f. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Kententuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Peraturan ini mengatur tentang ketentuan umum perizinan apotek, pelimpahan wewenang pemberi izin apotek, persyaratan apoteker pengelola apotek (APA), persyaratan apotek, tata cara pemberian izin apotek, pengelolaan apotek, pelayanan apotek, pengalihan tanggung jawab apotek, pencabutan surat izin apotek, pembinaan dan ketentuan pidana terhadap pelanggar, serta ketentuan peralihan apotek.

14 5 g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Peraturan ini mengatur tentang registrasi tenaga kefarmasian, izin praktik dan izin kerja, komite farmasi nasional, pembinaan dan pengawasan tenaga kerja kefarmasian. h. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Peraturan ini mengatur tentang standar pelayanan farmasi sebagai pedoman praktik apoteker dalam menjalankan profesi. Di dalam peraturan ini dibahas tentang pengelolaan sumber daya yang dibutuhkan dalam pelayanan farmasi; pelayanan yang dilakukan dan evaluasi mutu pelayanan farmasi. i. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2003 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Peraturan ini mengatur tentang beberapa perubahan ketentuan tata cara pemberian izin apotek dari Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 diantaranya tentang pihak yang berwenang memberi izin apotek; alur dan proses perizinan apotek; ketentuan apoteker pengelola apotek dan apoteker pendamping; pencabutan izin apotek dan ketentuan pidana. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980, tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut: a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata.

15 6 2.4 Tata Cara Pemberian Izin Apotek Seorang apoteker harus mampu dan menguasai dengan baik dan benar bagaimana tata cara perijinan apotek sesuai dengan peraturan yang berlaku saat ini, sehingga apoteker harus mampu dan mengetahui persiapan dan tahapan proses perijinan dimana apotek akan berdiri. Sebuah apotek yang akan berdiri harus memiliki tempat lokasi yang telah dilakukan feasibility study-nya dan lengkap dengan segala kriteria dan surat-surat untuk diproses permohonan izin apotek kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir model APT-1 (lampiran 1) (Presiden Republik Indonesia, 2009). Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993, Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut : Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas KesehatanKabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1 (Lampiran 1). Beberapa lampiran yang disertakan antara lain: a. Salinan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA). Surat izin ini digunakan bagi apoteker yang menjalankan tugas profesinya di fasilitas pelayanan kefarmasian. SIPA dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. b. Salinan denah bangunan. Denah bangunan dibuat sedemikian rupa dengan bangunan apotek sekurang-kurangnya memiliki ruangan untuk peracikan dan penyerahan resep ada sesuai kebutuhan, ruangan administrasi, ruangan apoteker dan toilet sesuai kebutuhan. Ruangan yang tersedia dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memaksimalkan pemanfaatannya. Dalam pembuatan denah harus jelas pembagian ruang di apotek. c. Surat yang mengatakan status bangunan Surat yang menyatakan status bangunan dibuat dalam bentuk akta hak milik/sewa/kontrak. Dapat disertakan salinan surat IMB (Izin Mendirikan Bangunan). Alamat dan surat izin tempat/bangunan apotek harus jelas.

16 7 d. Daftar asisten apoteker Daftar asisten apoteker dibuat lengkap dengan data nama, alamat, tanggal lulus dan nomor surat izin kerja. Asisten apoteker bertindak sebagai tenaga teknis kefarmasian di apotek. Surat izin yang dimiliki oleh asisten apoteker adalah STRTTK yang merupakan bukti tertulis dan diberikan oleh Menteri Kesehatan kepada Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah diregistrasi. e. Daftar terperinci alat perlengkapan apotek Alat perlengkapan yang digunakan diapotek dibuat daftar nama dengan spesifikasi alat yang jelas dan jumlah alat yang dimiliki apotek. Perlengkapan apotek tersebut terdiri dari alat pembuatan, pengolahan dan peracikan; perlengkapan dan alat perbekalan farmasi; wadah pengemas dan pembungkus; alat administrasi; serta buku standar yang diwajibkan. f. Surat pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek (APA) bahwa tidak bekerja tetap pada perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi APA di apotek lain. Apoteker pengelola apotek (APA) memiliki peran sentral pada pelayanan kefarmasian di apotek. APA memiliki fungsi manajerial pada apotek yang dikelolanya. Tugas tersebut dilakukan dengan penuh tanggung jawab sehingga APA tidak dapat bekerja pada perusahaan farmasi lain dan menjadi APA di apotek lain. Apabila Apoteker pengelola apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, apoteker pengelola apotek harus menunjuk apoteker pendamping. Apabila apoteker pengelola apotek dan apoteker pendamping berhalangan melakukan tugasnya, apoteker pengelola apotek menunjuk apoteker pengganti. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping apoteker pengelola apotek dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek, sedangkan apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan apoteker pengelola apotek selama apoteker pengelola apotek tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja dan tidak bertindak sebagai apoteker pengelola apotek di apotek lain. g. Akta perjanjian kerja sama Apoteker Pengelola Apotek (APA) dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA)

17 8 Apotek dapat didirikan oleh apoteker sebagai pemilik modal ataupun dapat bekerja sama dengan pemilik modal lain. Dalam kerjasama tersebut harus ada akta perjanjian yang dilegalisasi oleh notaris. Akta tersebut berisi perjanjian antara apoteker pengelola apotek (APA) dengan Pemiliki Sarana Apotek (PSA) tentang beberapa hal seperti kesanggupan APA dalam mengelola apotek dan sistem pembagian hasil usaha. Proses pembuatan akta ini yaitu dengan membuat perjanjian yang dituangkan dalam sebuah akta dengan isi perjanjian yang telah disepakati pihak APA maupun PSA. Akta perjanjian tersebut di tanda tangani oleh pihak APA, PSA dan seorang saksi yang menyaksikan perjanjian tersebut. Notaris yang melegalisasi akta tersebut kemudian akan menanda tangani dan mengeluarkan nomor legalitas yang menandakan akta tersebut telah terdaftar dalam buku khusus legalisasi akta perjanjian. h. Surat pernyataan pemilik sarana tidak terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat Sebagai seorang Pemilik Sarana Apotek (PSA) harus memiliki kepribadian yang baik dan tidak terlibat pelanggaran undang-undang terutama di bidang obat.psa memahami peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang obat agar dapat menyediakan fasilitas dan obat-obat yang sesuai dengan perundangundangan Dengan menggunakan Formulir APT-2 (Lampiran 2) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh Formulir APT-3 (Lampiran 3) Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

18 9 setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-4 (Lampiran 4) Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5 (Lampiran 5) Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-6 (Lampiran 6) Terhadap surat penundaan, Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat penundaan Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan, atau lokasi yang tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambatlambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT-7 (Lampiran 7). Bila Apoteker menggunakan sarana milik pihak lain dalam pendirian apotek, maka harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Penggunaan sarana apotek yang dimaksud, wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Apoteker dan pemilik sarana. b. Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perudang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan. 2.5 Kelengkapan Apotek Untuk mendapatkan izin apotek, seorang apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan, harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi

19 10 yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Beberapa kelengkapan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah tempat atau lokasi, bangunan, perlengkapan apotek, tenaga kerja apotek, dan perbekalan farmasi (Umar, 2011) Lokasi Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Persyaratan jarak minimum antar apotek tidak dipermasalahkan lagi, akan tetapi ketentuan ini dapat berbeda, sesuai dengan kebijakan/peraturan daerah masing-masing. Lokasi apotek dapat dipilih dengan mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, jumlah praktek dokter, sarana dan pelayanan kesehatan lain, sanitasi dan faktorfaktor lainnya Bangunan Suatu apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek.bangunan apotek yang baik hendaknya memiliki ruang tunggu pasien, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi, ruang kerja apoteker, tempat pencucian alat dan kamar kecil. Bangunan apotek sebaiknya juga memiliki sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, sumber penerangan yang dapat memberikan penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran, serta ventilasi dan sanitasi yang baik. Papan nama apotek dipasang di depan bangunan dengan ketentuan memenuhi ukuran minimal panjang 60 cm, lebar 40 cm dengan tulisan hitam diatas dasar putih, tinggi huruf minimal 5 cm, umumnya terbuat dari papan seng yang pada bagian mukanya memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat apotek dan nomor telepon Peralatan Apotek Suatu apotek baru yang ingin beroperasi harus memiliki peralatan apotek yang memadai agar dapat mendukung pelayanan kefarmasiannya. Peralatan apotek yang harus dimiliki antara lain: a. Peralatan pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, lumpang, alu, gelas ukur, dan lain-lain.

20 11 b. Peralatan dan tempat penyimpanan alat perbekalan farmasi seperti lemari obat, lemari pendingin (kulkas), lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika. Lemari narkotik harus memenuhi persyaratan yang ada dalam Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun c. Wadah pengemas dan pembungkus. d. Perlengkapan administrasi seperti blanko pesanan, salinan resep, buku catatan penjualan, buku catatan pembelian, kartu stok obat, dan kuitansi. e. Buku-buku dan literatur standar yang diwajibkan, serta kumpulan perundangundangan yang berhubungan dengan kegiatan apotek. 2.6 Tenaga Kerja Apotek Berdasarkan Permenkes RI No. 1322/MENKES/SK/X/2002 apotek harus dikelola oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yaitu apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Apotek juga dapat mempekerjakan tenaga pengganti bila diperlukan. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA tersebut harus menunjuk Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. Apabila Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping berhalangan melakukan tugasnya karena hal-hal tertentu, Apoteker Pengelola Apotek harus menunjuk Apoteker Pengganti, yaitu apoteker yang menggantikan Apoteker Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain. Tenaga kerja di setiap apotek dapat berbeda-beda jumlahnya, tergantung pada kebutuhan masing-masing apotek. Sumber daya manusia yang dapat bekerja di apotek selain Apoteker Pengelola Apotek di antaranya adalah Asisten Apoteker, yaitu mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker dan bertugas membantu Apoteker Pengelola Apotek dalam melakukan pekerjaan teknis kefarmasian. Tenaga kerja di apotek yang tidak diatur dalam Keputusan Menteri

21 12 Kesehatan dan perundang-undangan dapat bermacam-macam jenis dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan apotek tersebut, contohnya adalah juru resep, kasir dan petugas keamanan. 2.7 Apoteker Pengelola Apotek Permenkes RI No. 1322/MENKES/SK/X/2002 menjelaskan Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah Apoteker yang telah diberi surat Izin Apotek (SIA). Sebelum melaksanakan kegiatannya, seorang APA wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Seorang APA bertanggung jawab akan kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya dan juga bertanggung jawab kepada pemilik modal apabila bekerja sama dengan pemilik sarana apotek (PSA). Apoteker yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 35, 37, 52, 54): a. Memiliki keahlian dan kewenangan. b. Menerapkan Standar Profesi. c. Didasarkan pada Standar Kefarmasian dan Standar Operasional d. Memiliki sertifikat kompetensi profesi. e. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). f. Wajib memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) bagi Apoteker Pengelola. g. Apotek (APA) dan Apoteker Pendamping di Apotek. h. Apoteker Pengelola Apotek (APA) hanya dapat melaksanakan praktek di satu apotek sedangkan Apoteker Pendamping hanya dapat melaksanakan praktek paling banyak di tiga Apotek. Surat Tanda Registrasi (STRA) merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. STRA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun selama masih memenuhi persyaratan. Syarat yang harus dipenuhi

22 13 apoteker untuk memperoleh STRA adalah (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 40): a. Memiliki ijazah Apoteker. b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi. c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker. d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek. e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker dan Apoteker Pendamping untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada Apotek atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). SIPA dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. SIPA dapat dibatalkan demi hukum apabila pekerjaan kefarmasian dilakukan pada tempat yang tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin. Syarat yang harus dipenuhi apoteker untuk memperoleh SIPA adalah (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 55) : a. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) b. Tempat atau ada tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian atau fasilitas kesehatan yang memiliki izin. c. Rekomendasi dari organisasi profesi Tugas dan kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut : a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku. b. Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi. c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin. d. Melakukan pengembangan usaha apotek Wewenang dan tanggung jawab APA meliputi (Umar, 2011): a. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan b. Menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan

23 14 c. Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan d. Bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai. 2.8 Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Pengalihan tanggung jawab apoteker diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 (Pasal 19 dan 24) yaitu: a. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping. b. Apabila APA dan Apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk apoteker pengganti. c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. d. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker pendamping, pelaporan oleh ahli waris wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. e. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Penunjukkan Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 menjelaskan jika pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang disebabkan karena penggantian Apoteker Pengelola Apotik kepada Apotek Pengganti, wajib dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima tersebut dibuat Berita Acara Serah Terima yang dibuat rangkap empat dan ditandatangani kedua belah pihak yang melakukan serah terima.

24 Pencabutan Surat Izin Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila: a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. b. Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus menerus. c. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang tentang Narkotika, Undang- Undang Obat Keras dan Undang-Undang tentang Kesehatan. d. Surat Izin Praktek Apoteker Pengelola Apotek dicabut. e. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek, serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain. Pelaksanaan pencabutan surat izin apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan: a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2(dua) bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan Formulir Model APT-13. Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas, dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan ini dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-14. Pencairan Izin Apotek yang dimaksud dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sebagai berikut :

25 16 a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu, dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. b. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Wilayah Kantor Kementeriaan Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam huruf (a) Sediaan Farmasi Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Dalam menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat, maka pemerintah menggolongkan obat menjadi empat golongan yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, narkotik dan psikotropik. Di apotek, selain empat golongan tersebut juga terdapat obat tradisional yang meliputi obat jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Suplemen dan kosmetik merupakan contoh obat bebas yang juga tersedia di apotek dan dibutuhkan oleh masyarakat di samping obatobatan lainnya Obat bebas (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2380/A/SK/VI/83) Obat bebas adalah obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Contoh obat bebas diantaranya obat batuk hitam, analgesik-antipiretik (panadol ) dan antasida (mylanta ). Tanda khusus yang terdapat pada obat bebas adalah lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam. Gambar 2.1 Penandaan obat bebas

26 Obat bebas terbatas (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2380/A/SK/VI/83) Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dalam jumlah tertentu dapat diserahkan tanpa resep dokter. Obat bebas terbatas memiliki tanda peringatan untuk aturan pemakaian, yaitu: a. P. No. 1. Awas obat keras! Baca aturan pemakaian. Contohnya Decolgen, Ultraflu dan Fatigon. b. P. No.2. Awas Obat keras! Hanya untuk kumur, jangan ditelan. Contohnya Betadine gargle dan Minosep. c. P. No.3. Awas Obat keras! Hanya untuk bagian luar dari badan. Contohnya Fosen enema, Rivanol dan Canesten d. P. No.4. Awas Obat keras! Hanya untuk dibakar. e. P. No.5. Awas Obat keras! Tidak boleh ditelan. Contohnya Sulfanilamid puyer steril dan Dulcolax suppositoria. f. P. No.6. Awas Obat keras! Obat wasir, jangan ditelan. Ambeven dan Anusol. Tanda khusus yang terdapat obat bebas terbatas adalah lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam. Gambar 2.2 Penandaan obat bebas terbatas Obat keras daftar G (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2396/A/SK/VII/86) Obat keras adalah obat yang dapat diperoleh dengan resep dokter. Contoh obat keras antara lain obat jantung, diabetes, hormon, antibiotik, psikotropik dan semua obat dalam bentuk injeksi. Tanda pada obat keras berupa lingkaran bulat berwarna bulat merah dengan garis tepi hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi dan harus mencantumkan kalimat Harus dengan resep dokter.

27 18 Gambar 2.3 Penandaan obat keras Narkotika (Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009) Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, disebut narkotika. Narkotika dibagi menjadi tiga golongan dan tanda pada obat narkotika adalah palang medali berwarna merah. Gambar 2.4 Penandaan obat narkotika Narkotika dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu: a. Narkotika Golongan I Narkotika Golongan I adalah narkotika yang memiliki potensi sangat tinggi dalam mengakibatkan ketergantungan.narkotika golongan ini dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan.narkotika Golongan I dalam jumlah terbatas hanya digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk reagensia diagnostik dan reagensia laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi dari Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. Contoh narkotika golongan I antara lain tanaman Papaver somniferum (kecuali bijinya), opium, kokain, heroin dan ganja.

28 19 b. Narkotika Golongan II Narkotika Golongan II adalah narkotika yang dapat digunakan sebagai pilihan terakhir dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi tinggi dalam mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan II antara lain morfin, petidin, metadon dan normetadon. c. Narkotika Golongan III Narkotika Golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi yang ringan dalam mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan III adalah kodein, dihidrokodein, norkodein dan etilmorfin Psikotropika (Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997) Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku disebut psikotropika. Psikotropika digolongkan menjadi empat golongan: a. Psikotropika Golongan I Psikotropika Golongan I adalah psikotropika yang memiliki potensi dalam mengakibatkan sindroma ketergantungan.psikotropika golongan ini hanya digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, contohnya antara lain etisiklidin dan MDMA (metilendioksi metilamfetamin). b. Psikotropika Golongan II Psikotropika Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat untukpengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan, contohnya amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin dan fensiklidin. c. Psikotropika Golongan III Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma

29 20 ketergantungan, contohnya amobarbital, pentazosin, pentobarbital, dan siklobarbital. d. Psikotropika Golongan IV Psikotropika Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan, contohnya antara lain alprazolam, estazolam, diazepam, barbital dan fenobarbital. Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, disebutkan bahwa Psikotropika golongan I dan II telah dipindahkan menjadi Narkotika golongan I sehingga lampiran mengenai Psikotropika golongan I dan II pada UU No. 5 tahun 1997 dinyatakan tidak berlaku lagi. Sehingga, obat-obat yang tergolong psikotropik saat ini adalah psikotropik golongan 3 dan 4 dalam lampiran UU No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika Obat Tradisional Obat-obatan yang dibutuhkan oleh masyarakat di apotek tidak hanya obat kimia sintetis melainkan obat tradisional. Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, obat tradisional di Indonesia terbagi menjadi tiga golongan, yaitu obat jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2004). Produk dalam negeri golongan obat tradisional ini tidak hanya dijual di Indonesia tapi juga memiliki pasar yang baik di Asia Tenggara. a. Jamu Obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, maupun cairan yang berisi seluruh bahan nabati atau hewani yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional disebut sebagai jamu. Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris untuk kemanfaatannya. Contoh jamu yang banyak dikonsumsi masyarakat adalah jamu yang diproduksi dari perusahaan besar misalnya Tolak Angin, Jamu Air Mancur, Nyonya Meneer

30 21 dan Djamu Djago. Penandaan untuk jamu adalah penulisan kata jamu dan tertera logo berupa ranting daun berwarna hijau dalam lingkaran. Gambar 2.5 Penandaan untuk jamu b. Obat Herbal Terstandar Obat herbal terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tumbuhan obat, hewan, maupun mineral. Selain proses produksi dengan teknologi maju, obat herbal terstandar memiliki pembuktian ilmiah berupa penelitian praklinis (uji menggunakan hewan coba). Contoh obat herbal terstandar yang berada di pasaran adalah Diapet, Kiranti dan Diabmeneer. Penandaan untuk obat herbal terstandar adalah logo jari-jari daun dalam lingkaran. Gambar 2.6 Penandaan untuk obat herbal terstandar c. Obat Fitofarmaka Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah dari penelitian praklinik sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria yang memenuhi prinsip etika dan tempat pelaksaan uji memenuhi syarat. Contoh fitofarmaka yang telah menerima sertifikat dari BPOM yaitu produk imunomodulator Stimuno. Penandaan untuk fitofarmaka adalah jari-jari daun yang membentuk bintang dalam lingkaran.

31 22 Gambar 2.7 Penandaan untuk Fitofarmaka 2.11 Pelayanan Kefarmasian di Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi, sekarang menjadi pelayanan yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Pelayanan kefarmasian di dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, terdiri dari pelayanan resep, pemberian informasi obat, konseling, pemantauan penggunaan obat, promosi dan edukasi, serta Pelayanan Residensial (Home Care) Pelayanan Resep a. Skrining resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi persyaratan administratif (nama,sip dan alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan/paraf dokter penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien), kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian), pertimbangan klinis (adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). b. Penyiapan obat Penyiapan obat terdiri dari peracikan, penulisan etiket, pengemasan, serta penyerahan obat.peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah.dalam melaksanakan

32 23 peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.penulisan etiket harus jelas dan dapat dibaca.obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.sebelum obat diserahkan pada pasien, harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep.penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien Pemberian Informasi Obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi Konseling Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Pada penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan. Konseling pasien adalah bagian kompetensi apoteker dalam proses pelayanan kefarmasian. Apoteker berada dalam posisi yang sangat terlihat dan tersedia untuk menjawab pertanyaan pasien tentang obat dan pengobatan alternatif yang mereka tahu dari sumber informasi lain. Seorang apoteker harus mengembangkan, menerapkan dan memantau kemajuan pasien terhadap hasil terapeutik yang diinginkan. Secara rutin dan akurat mengidentifikasi jumlah dan jenis konseling yang diinginkan/diperlukan oleh pasien untuk memaksimalkan

33 24 peluang menyelesaikan atau mencegah masalah dalam pengobatan. Selain itu, apoteker mengidentifikasi tingkat pengawasan yang diperlukan oleh pasien sesuai denganrisiko kesehatan yang ditimbulkan oleh obat pasien, masalah terkait obat, atau penyakit. Pada proses konseling farmasi apoteker bertindak sebagai konselor dan pasien bertindak sebagai klien. Konseling harus bersifat rahasia, sukarela, dan pengambilan keputusan dilakukan oleh klien sendiri. Ciri khas dari konseling adalah : a. Tatap muka Banyak hal pada klien dapat terlihat dan terawasi langsung yang tidak diungkapkan dalam percakapan, misalnya sikap, ekspresi wajah, dan emosi yang dapat diketahui saat bertatap muka. b. Terencana Konseling tidak dapat dilakukan secara mendadak, harus direncanakan atau disegaja agar konselor dapat menyiapkan hal-hal yang diperlukan, termasuk menyiapkan situasi dan dirinya sendiri. c. Mempunyai tujuan Secara umum tujuan konseling adalah membantu klien melihat permasalahannya secara lebih jelas, baik mengenai dirinya, sikapnya, maupun keinginannya sehingga dapat memilih sendiri pemecahan masalahnya. d. Lebih dari satu pertemuan Pada umumnya konseling dilakukan sampai beberapa kali tergantung pada kebutuhan. Konselor juga harus memantau dan menanyakan kembali hasil dari konseling yang dilakukan. Beberapa prinsip dasar konseling yang harus diperhatikan apoteker dalam memberikan konseling antara lain : a. Menciptakan hubungan yang baik dengan klien Hubungan yang baik antara konselor dengan klien akan memberikan kepercayaan klien pada konselor, rasa aman dan merasa rahasianya terjamin, sehingga dalam proses penggalian informasi, konselor akan lebih banyak mendapatkan informasi dari klien. Beberapa persyaratan sebagai konselor antara lain mempunyai kepribadian yang mantap dan penampilan meyakinkan;

34 25 mempunyai minat terhadap permasalahan klien; menguasai teknis komunikasi dan konseling; menunjukkan rasa empati; menumbuhkan rasa aman dan dapat menjamin kerahasiaan isi pembicaraan; menjadi pendengar yang baik sehingga dapat menangkap dan memahami isi dan suasana pembicaraan dengan tepat; dan mampu meningkatkan status klien dari orang yang memerlukan bantuan menjadi orang yang menentukan dalam membuat keputusan. b. Menentukan kebutuhan Konseling tidak dapat terjadi bila klien datang tanpa tahu apa yang dibutuhkan. Sering kali klien datang tanpa dapat mengungkapkan dengan pasti kebutuhannya. Adakalanya klien diminta oleh pihak lain yang merasa perlu klien diberi penyuluhan, sehingga perlu pendekatan lebih awal untuk mengarahkan pembicaraan kearah pencarian masalah atau kebutuhan. Ketika masalah dan tujuan sudah jelas selanjutnya digali kemungkinan pemecahan masalahnya. c. Partisipasi Partisipasi konselor lebih banyak dalam menggali masalah. Konselor membantu klien dalam mengidentifikasi factor yang menimbulkan masalah dan memilihkan pemecahan masalah yang sesuai. Keputusan pemecahan masalah dibuat oleh klien sendiri dan merupakan bagian dari tanggung jawab klien. d. Perasaan Konselor membantu klien dalam menumbuhkan kesadaran tentang perasaannya. Oleh karena itu konselor harus dapat mengerti dan menerima perasaan klien (berempati) dan bukan ikut larut dalam perasaan klien (bersimpati). e. Kerahasiaan Seringkali apa yang diungkapkan klien merupakan masalah yang sangat pribadi. Kerahasiaan pembicaraan harus dijaga dengan sungguh-sungguh oleh konselor agar klien percaya kepada konselor. f. Pemberi informasi Selama pembicaraan, konselor harus memberikan fakta sederhana untuk membantu klien melihat masalahnya. Konselor harus menguasai hal-hal teknis cara pemberian informasi yang baik. Manfaat dilakukannya konseling dapat dirasakan oleh pasien maupun apoteker. Bagi pasien, konseling dapat mengurangi kesalahan penggunaan obat,

35 26 menurunkan ketidakpatuhan, mengurangi reaksi obat yang tidak diinginkan, menjamin keamanan dan efektifitas pengobatan, membantu dalam perawatan kesehatan sendiri, membantu pemecahan masalah dalam situasi tertentu dan dapat menurunkan biaya pengobatan, sedangkan bagi apoteker konseling dapat meningkatkan citra farmasi sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan, meningkatkan kepuasan kerja, menarik pelanggan dan membantu dalam meraih pasar, serta dapat meningkatkan pendapatan melalui peningkatan penjualan obat. Dalam melakukan konseling beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan pasien yaitu jenis penyakit pasien, jenis pengobatan dan kondisi pasien Pemantauan Penggunaan Obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti penyakit cardiovascular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya. Pemantauan dilakukan terhadap khasiat obat serta efek samping yang kemungkinan dapat terjadi Promosi dan Edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet / brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya Pelayanan Residensial (Home Care) Pelayanan residensial (Home Care) adalah pelayanan apoteker sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan terapi kronis lainnya. Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Pada aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

36 Pengelolaan Narkotika Pengelolaan narkotika bertujuan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan. Menurut Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, pengaturan narkotika bertujuan untuk menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika, serta memberantas peredaran gelap narkotika. Apotek merupakan salah satu sarana kesehatan yang dapat melakukan penyerahan narkotika. Apotek dapat menyerahkan narkotika kepada rumah sakit, puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter dan pasien. Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dokter.pengelolaan narkotika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan/penyerahan, pemusnahan, pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi Pengadaan/Pemesanan Narkotika Apoteker hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah ditunjuk khusus oleh Menteri, yaitu PT. Kimia Farma dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan peredaran narkotika. Pemesanan narkotika dilakukan dengan menggunakan surat pesanan narkotika asli yang ditandatangani oleh Apoteker Penanggungjawab Apotek yang dilengkapi dengan nama, nomor Surat Izin Apotek (SIA), nomor Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), tanggal dan nomor surat, alamat lengkap dan stempel apotek. Satu surat pesanan hanya untuk satu jenis narkotika. Surat pesanan dibuat 4 rangkap, dengan ketentuan 3 rangkap (termasuk yang asli) diserahkan pada PBF dan 1 rangkap disimpan sebagai arsip di apotek Penyimpanan Narkotika (Departemen Kesehatan, 1978) Bedasarkan Permenkes Nomor 28/MENKES/PER/V/1978 tentang penyimpanan narkotika, apotek harus memiliki tempat khusus untuk penyimpanan narkotika yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat.

37 28 c. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya, sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. e. Lemari harus dikunci dengan baik. f. Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika. g. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang dikuasakan. h. Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum Pelayanan/ penyerahan Narkotika Menurut Undang-undang nomor 35 tahun 2009 pasal 43, apotek hanya dapat melakukan penyerahan narkotika kepada rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter, dan pasien. Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dari dokter. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar resep yang sama dari seorang dokter atau atas dasar salinan resep dokter (Undang-Undang Nomor 9 tahun 1976 Pasal 7). Pada resep narkotika yang baru dilayani sebagian, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep asli Pemusnahan Narkotika Tujuan dilakukannya pemusnahan narkotika adalah untuk menghapus pertanggungjawaban apoteker terhadap pengelolaan narkotika, menjamin narkotika yang sudah tidak memenuhi persyaratan dikelola sesuai dengan standar yang berlaku, dan mencegah penyalahgunaan bahan narkotika serta mengurangi resiko terjadinya penggunaan obat yang substandar (Departemen Kesehatan RI, 2008).

38 29 Berdasarkan Undang-undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika Pasal 60, pemusnahan narkotika dilakukan dalam hal diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau berkaitan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, atau berkaitan dengan tindak pidana. Pemusnahan yang dilakukan oleh apotek dengan membuat berita acara pemusnahan narkotika dan dilaporkan kepada pihka-pihak yang terkait. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28/MENKES/PER/I/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika dan Undang- Undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, berita acara pemusnahan memuat: a. Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan. b. Nama pemegang izin khusus, apoteker pengelola apotek dan dokter pemilik narkotika. c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari perusahaan atau badan tersebut. d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. e. Cara pemusnahan. f. Tanda tangan penanggung jawab apotek/ pemegang izin khusus, serta saksisaksi. Berita acara pemusnahan tersebut dikirimkan kepada dibuat rangkap empat untuk ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan, dan satu disimpan sebagai arsip di apotek Pencatatan dan Pelaporan Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, apotek wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Pelaporan penggunaan narkotika telah dikembangkan dalam bentuk perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2006 oleh Kementerian Kesehatan. Sistem

39 30 Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas, Rumah Sakit dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik, selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan setiap bulannya ke Ditjen Binfar dan Alkes di Kementerian Kesehatan melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet Pengelolaan Psikotropika Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1997 psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau ilmu pengetahuan.tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika, serta memberantas peredaran gelap psikotropika Pemesanan Psikotropika Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK.Surat pesanan tersebut dibuat rangkap tiga, dua rangkap (termasuk yang asli) diserahkan pada PBF, dan satu rangkap disimpan sebagai arsip. Setiap surat dapat digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan psikotropika belum diatur di dalam perundang-undangan atau peraturan lainnya.untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika maka sebaiknya obat golongan psikotropika disimpan pada rak atau lemari khusus.

40 Penyerahan Psikotropika Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lain, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pasien. Penyerahan psikotropika oleh apotek dilaksanakan berdasarkan resep dokter Pemusnahan Psikotropika Pada Undang-undang No. 5 tahun 1997 pasal 53disebutkan bahwa pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi psikotropika, kadaluwarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Setiap pemusnahan psikotropika, wajib dibuatkan berita acara Pelaporan Psikotropika Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan melalui perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP). Mekanisme pelaporan psikotropika sama dengan pelaporan narkotika Pengadaan Persediaan Apotek Pengadaan persediaan farmasi merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan fungsi perencanaan dan penganggaran.tujuan pengadaan adalah memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dengan kualitas harga yang dapat dipertanggungjawabkan dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku (Quick, 1997). Pengadaan harus memenuhi beberapa syarat, yaitu (Seto, Yunita & Lily, 2004): a. Doematig, artinya sesuai tujuan/sesuai rencana. Pengadaan harus sesuai kebutuhan yang sudah direncanakan sebelumnya. b. Rechtmatig, artinya sesuai hak/sesuai kemampuan.

41 32 c. Wetmatig, artinya sistem/cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuanketentuan yang berlaku. Secara umum, jenis pengadaan berdasarkan waktu terdiri dari (Quick,1997): a. Annual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan satu kali dalam satu tahun. b. Scheduled purchasing, yaitu pemesanan dilakukan secara periodik dalam waktu tertentu misalnya mingguan, bulanan, dan sebagainya. c. Perpetual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan setiap kali tingkat persediaan rendah. d. Kombinasi antara annual purchasing, scheduled purchasing, dan perpetual purchasing. Pengadaan dengan pemesanan yang bervariasi waktunya seperti cara ini dapat diterapkan tergantung dari jenis obat yang dipesan. Misalnya, obat impor dari suatu negara dimana devaluasi mata uang menjadi masalah utama, atau obat berharga murah yang jarang digunakancukup dipesan sekali dalam setahun saja. Obat-obatan yang relatif slow moving tetapi digunakan secara reguler dapat dipesan secara periodik setiap tahun (scheduled purchasing), dan obat-obatan yang banyak diminati dan obatobatan yang harganya sangat mahal maka pemesanan dilakukan secara perpetual purchasing. Setelah menentukan jenis pengadaan yang akan diterapkan berdasarkan frekuensi dan waktu pemesanan, maka pengadaan barang di apotek dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu (Seto, Yunita & Lily, 2004): a. Pembelian kontan Dalam pembelian kontan, pihak apotek langsung membayar harga obatyang dibeli dari distributor. Biasanya dilakukan oleh apotek yang barudibuka karena untuk melakukan pembayaran kredit apotek harusmenunjukkan kemampuannya dalam menjual. b. Pembelian kredit Pembelian dengan menggunakan cara ini dilakukan pada waktu jatuhtempo yang telah ditetapkan, misalnya 30 hari setelah obat diterimaapotek. c. Konsinyasi (titipan jual)

42 33 Pada konsinyasi, barang dari pemilik dititipkan kepada apotek, dimanaapotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bilabarang tersebut terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai bataswaktu kadaluarsa atau waktu yang telah disepakati maka barang tersebutdapat dikembalikan pada pemiliknya Penentuan Prioritas Pengadaan Dalam melakukan pengadaan dibutuhkan penentuan prioritas barang yangakan dipesan. Pemilihan prioritas pengadaan dapat dilakukan dengan berbagaimetode Analisis VEN (Vital, Esensial, Non-esensial) Metode ini mengelompokan obat berdasarkan nilai kepentingan danvitalitas obat terhadap pelayanan kesehatan untuk melayani permintaan untukpengobatan. a. V (Vital) Obat yang tergolong dalam kategori vital adalah obat untukmenyelamatkan hidup manusia atau untuk pengobatan karena penyakit yangmengakibatkan kematian. Pengadaan obat golongan ini diprioritaskan. b. E (Esensial) Kategori esensial digunakan untuk obat-obat yang banyak diminta untukdigunakan dalam tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak di masyarakat.dengan kata lain, obat-obat golongan ini adalah obat yang fastmoving. c. N (Non-esensial) Kategori non-esensial untuk obat-obat pelengkap yang sifatnya tidakesensial, tidak digunakan untuk penyelamatan hidup maupun pengobatanpenyakit terbanyak, contohnya suplemen vitamin.

43 Analisis Pareto (ABC) (Quick, 1997) Analisis pareto disusun berdasarkan penggolongan persediaan yangmempunyai nilai harga yang paling tinggi. Pareto membagi persediaanberdasarkan atas nilai rupiah (volume persediaan yang dibutuhkan dalam satuperiode dikalikan harga per unit). Kriteria kelas dalam klasifikasi ABC adalah: a. Kelas A Persediaan yang memiliki volume rupiah yang tinggi. Kelas inimewakili sekitar 75 80% dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanyasekitar 20% dari seluruh item. Kelas A memiliki dampak biaya yang tinggiterhadap biaya pengadaan. Pengendalian khusus dilakukan secara intensif. b. Kelas B Persediaan yang memiliki volume rupiah yang menengah. Kelas inimewakili sekitar 10 15% dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanyasekitar 30% dari seluruh item. c. Kelas C Persediaan yang memiliki volume rupiah yang rendah. Kelas ini mewakilisekitar 5% dari total nilai persediaan, tapi terdiri sekitar 50% dari seluruhitem. Analisis pareto dilakukan dengan menghitung nilai investasi dari tiap sediaan obatdengan cara : a. Menghitung total investasi tiap jenis obat. b. Pengelompokan obat berdasarkan nilai investasi dan diurutkan mulaidari nilai investasi terbesar hingga terkecil Analisis VEN-ABC Metode analisis ini mengkombinasi kedua metode sebelumnya. Dalammetode ini pengelompokan barang berdasarkan volume dan nilai penggunaannyaselama periode waktu tertentu. Analisa VEN-ABC

44 35 menggabungkan analisapareto dan VEN dalam suatu matriks sehingga analisa menjadi lebih tajam(quick, 1997). Matriks dapat dibuat sebagai berikut : V E N A VA VE NA B VB EB NB C VC EC NC Gambar 2.8. Matriks analisa VEN-ABC Matriks tersebut dapat dijadikan dasar dalam menetapkan prioritasuntuk menyesuaikan anggaran atau perhatian dalam pengelolaan persediaan.semua obat vital dan esensial dalam kelompok A, B, dan C harus tersedia. Tetapikuantitasnya disesuaikan dengan kebutuhan konsumen apotek. Untuk obat nonesensialdalam kelompok A tidak diprioritaskan, sedangkan kelompok B dan Cpengadaannya disesuaikan dengan kebutuhan (Quick, 1997) Strategi Pemasaran Apotek AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) merupakan strategi pemasarandi apotek, dimulai dari bagaimana menarik perhatian calon pembeli hinggamemutuskan untuk membeli barang di apotek Attention Strategi ini merupakan upaya apotek untuk dapat menarik perhatian(attention) pengunjung/konsumen yang dapat dilakukan dengan: a. Membuat desain eksterior apotek semenarik mungkin, seperti membuatpapan nama yang besar dan memasang neon box agar mudah terlihat olehorang yang lewat. b. Mendesain bangunan berdasarkan kecenderungan selera konsumen denganmemperhatikan kondisi ekonomi di lingkungan tempat pendirian apotek. Apotek yang berada di lingkungan daerah menengah ke atas

45 36 desainnyaberbeda dengan apotek yang didirikan di lingkungan menengah ke bawah. c. Menggunakan kaca transparan pada sisi depan apotek agar desain interiorapotek dapat terlihat dari luar Interest Strategi ini bertujuan untuk menimbulkan keinginan pengunjung (interest)untuk masuk ke dalam apotek, yang dapat dilakukan dengan cara menyusun obatyang dipajang di ruang tunggu agar terlihat lengkap dan menarik. Untuk obatyang sedang banyak iklannya diletakkan pada posisi eye catching denganmemperhatikan warna kemasan Desire Langkah selanjutnya setelah pengunjung masuk ke dalam apotek adalahmenimbulkan keinginan mereka untuk membeli obat (desire). Upaya yang dapatdilakukan adalah melayani pengunjung dengan ramah, cepat tanggap dengankeinginan pelanggan, memberikan informasi tentang obat, meningkatkankelengkapan obat, dan memberikan harga yang bersaing Action Setelah melalui beberapa tahap diatas, akhirnya pengunjung apotektersebut memutuskan mengambil sikap untuk menjadi pembeli obat di apotek(action). Pada tahap ini pembeli akan merasakan sendiri pelayanan yang diberikanapotek. Pelayanan yang dapat diberikan antara lain dengan menunjukkankecepatan pelayanan dan pemberian informasi yang diperlukan.

46 37 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK ARAFAH 3.1 Apotek Arafah Apotek Arafah merupakan apotek yang dikelola oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek, Ibu Lily Komiarsih, S.Si., Apt. dengan SIK No.KP Apotek Arafah berdiri pada tahun 2011 oleh Ibu Lily Komiarsih, S.Si., Apt. Beliau merupakan Apoteker Pengelola Apotek (APA) sekaligus Pemilik Sarana Apotek (PSA) dari Apotek Arafah. Apotek ini didirikan di lingkungan perumahan, yakni di Jalan Arafah I No. F/8 Villa Ilhami, Islamic - Tangerang. Pendirian apotek ini dilatarbelakangi oleh keperluan masyarakat sekitar akan pelayanan dan ketersediaan obat-obatan. Selain itu, terdapat juga praktek dokter yang berlokasi dekat dengan apotek sehingga dapat dilakukan kerjasama dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Apotek Arafah memiliki 1 unit apotek yang berada di lingkungan perumahan dan akan segera dibangun apotek cabang baru, yaitu apotek yang juga terdapat praktek dokter di sebuah ruko dengan kawasan komersial di sebuah perumahan. 3.2 Visi dan Misi Visi Apotek Arafah memiliki visi untuk menjadi salah satu apotek yang akrab dengan masyarakat, mudah dijangkau dan mengutamakan kepuasan pelanggan. Selain itu menjadikan apotek yang didirikan atas unit individu dan kemandirian apoteker muda, sebagai cerminan pengabdian pelayanan sekaligus wirausaha dalam menjalankan profesi apoteker Misi Apotek Arafah memiliki misi yaitu menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang pelayanan dan penyediaan kebutuhan obat-obatan di lingkungan masyarakat meliputi, pemberian informasi mengenai obat, pelayanan sediaan farmasi, serta perbekalan kesehatan yang terkait untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan cepat dan tepat. Di sisi lain, perbaikan dan pengembangan 37

47 38 apotek terus dilakukan demi meningkatkan usaha mandiri berdasarkan prinsipprinsip pengelolaan usaha yang sehat. 3.3 Tujuan dan Fungsi Tujuan Apotek Arafah adalah memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar akan pelayanan dan ketersediaan obat-obatan. Apotek Arafah mempunyai tiga fungsi yaitu : a. Menjadi depo obat terdekat di masyarakat sekitar. b. Memperoleh laba demi kelangsungan usaha. c. Sebagai pembelajaran kewirausahaan apoteker muda dalam menjalankan bisnis apotek. 3.4 Lokasi dan Tata Ruang Lokasi dan tata ruang merupakan unsur yang sangat mendukung kegiatan pelayanan apotek. Letak yang strategis, tata ruang yang baik, rapi, bersih, dan nyaman akan menjadi nilai tambah dan merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan. Denah Apotek Arafah dapat dilihat pada Lampiran 9, dan foto lay-out Apotek Arafah terdapat pada Lampiran Lokasi Apotek Arafah terletak di Jalan Arafah I No.F/8 Villa Ilhami Islamic Tangerang yang berbatasan dengan Jalan Mina dan Jalan Qadr Raya. Ditinjau dari segi lokasi, letak apotek ini cukup strategis di antara pemukiman padat penduduk sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat sekitar. Selain itu juga, belum terdapat apotek lain di pemukiman tersebut. Hal ini merupakan suatu keuntungan tersendiri bagi Apotek Arafah dan merupakan faktor pendukung bagi perkembangan usaha apotek Tata Ruang Apotek Arafah memiliki tata ruang yang dibuat sedemikian rupa untuk menjamin kelancaran pelayanan serta pengawasan kegiatan di apotek. Ruang operasional Apotek Arafah terbagi atas ruang swalayan farmasi, ruang tunggu,

48 39 ruang transaksi, ruang peracikan, ruang kasir dan ruang Apoteker. Ruang operasional apotek dilengkapi dengan penerangan, AC, ventilasi dan peralatan penunjang lainnya. Ruang peracikan berada di dekat lemari penyimpanan obat yang terdiri dari sekat-sekat dimana obat-obat disusun secara alfabetis, dan dikelompokkan berdasarkan fungsi farmakologis dan bentuk sediaannya. Penyimpanan obat berdasarkan fungsi farmakologis terdiri dari kelompok saluran pencernaan, saluran pernafasan, suplemen vitamin dan mineral yang harganya mahal, antipiretik, antibiotika, dan hormon. Penyimpanan obat berdasarkan sedian terdiri dari sediaan padat (tablet, kapsul, kaplet), cair (suspensi, larutan, sirup, eliksir), semisolid (supositoria, ovula, krim, salep), obat tetes mata dan telinga, obat inhaler, dan injeksi. Beberapa obat yang memerlukan suhu penyimpanan khusus (2 8 O C) disimpan di dalam lemari pendingin. Swalayan farmasi merupakan tempat penyediaan obat bebas, perbekalan kesehatan, kosmetika, obat tradisional dan perawatan tubuh sehari-hari. Ruang tunggu apotek berada tepat di depan ruang pelayanan. 3.5 Sumber Daya Manusia dan Struktur Organisasi Apotek Arafah dipimpin oleh seorang apoteker yang sekaligus pemilik sarana apotek/psa yaitu Ibu Lily Komiarsih, S. Si., Apt. Dalam menjalankan kegiatan teknis di apotek, apoteker dibantu oleh dua orang asisten apoteker dan satu orang juru resep. Selain itu terdapat satu orang tenaga sebagai pengantar untuk layanan delivery. Seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) harus dapat membentuk struktur organisasi apotek yang ideal sesuai dengan kondisi apoteknya, disertai dengan uraian fungsi dan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya. Setiap personil harus memahami wewenang dan tanggung jawabnya secara jelas sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam bekerja. Di Apotek Arafah seorang APA dibantu oleh dua orang asisten apoteker serta kasir di dalam apotek. Penambahan personil lain yaitu juru resep dan tenaga pembantu diperlukan karena fungsinya yang berbeda serta adanya jasa layanan pesan antar oleh Apotek Arafah. Secara khusus organisasi di Apotek Arafah

49 40 didukung oleh tiga orang tenaga kefarmasian dan tiga orang tenaga non teknis kefarmasian: a. Tenaga kefarmasian APA dan PSA : 1 orang Asisten Apoteker (AA) : 2 orang b. Tenaga non teknis kefarmasian Juru resep : 1 orang Kasir : 1 orang Tenaga pembantu : 1 orang 3.6 Tugas dan Fungsi Setiap Jabatan Apoteker Pengelola Apotek Pimpinan Apotek Arafah adalah seorang Apoteker yang telah memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan Surat Izin Apotek (SIA). Tugas dan tanggung jawab seorang Apoteker Pengelola Apotek adalah sebagai berikut (Umar, 2011) : a. Membuat visi, misi, strategi, tujuan, sasaran dan proram kerja apotek. b. Membuat dan menetapkan peraturan atau SPO (standar prosedur operasional) pada setiap fungsi kehiatan di apotek. c. Membuat sistem pengawasan dan pengendalian SPO serta progggram kerja pada setiap fungsi kegiatan di apotek. d. Memimpin seluruh kegiatan apotek sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. e. Mengusahakan agar kebijakan dan strategi usaha termasuk program kerja dan anggaran belanja. f. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal. g. Membuat laporan tentang perkembangan apotek. h. Mengawasi pelayanan resep, mutu obat yang dijual, dan pelaksanaan administrasi. i. Membuat laporan narkotika dan psikotropika setiap bulan.

50 Asisten Apoteker Dalam melaksanakan kegiatan di apotek, Asisten Apoteker (AA) bertanggung jawab langsung kepada Apoteker Pengelola Apotek. Tugas dan tanggung jawab Asisten Apoteker: a. Mengatur dan menyusun penyimpanan obat dan perbekalan farmasi lainnya di ruang peracikan serta mencatat keluar masuknya barang di kartu stok. b. Membuat faktur penjualan resep tunai dan resep kredit, serta mencatat obat yang dijanjikan untuk obat resep kredit yang belum ada dan akan dikirim ke instansi terkait. c. Menerima, memeriksa keabsahan dan kelengkapan, dan memberi harga resep, menyiapkan obat selanjutnya obat diserahkan ke pasien. d. Melakukan defekta 2 kali seminggu untuk mengontrol persediaan obat, kemudian mengisi BPBA yang dibutuhkan. e. Menghitung bon penjualan kredit untuk resep kredit dari perusahaan atau instansi sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati Juru resep Dalam tugas meracik obat di apotek, Apoteker atau Asisten Apoteker (AA) dapat dibantu oleh seorang juru resep. Tugas dan kewajiban juru resep adalah: a. Membantu tugas AA dan Apoteker dalam penyediaan atau pembuatan obat jadi maupun obat racikan. b. Menyiapkan dan membersihkan alat-alat peracikan serta melaporkan hasil sediaan yang sudah jadi kepada AA. c. Membuat obat-obat racikan standar di bawah pengawasan AA. d. Menjaga kebersihan apotek Kasir Dalam tugasnya, kasir menerima pembayaran dan mengecek total harga yang dibeli pasien serta mengawasi keuangan yang tersedia di apotek.

51 Tenaga Pembantu Untuk menjaga kebersihan dan kerapihan di apotek beserta sarana di dalamnya seperti etalase, rak obat, dan sebagai tenaga pengantar merupakan tanggung jawab utama dari tenaga pembantu. 3.7 Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Lainnya Pengadaan Salah satu tugas dan wewenang apoteker di apotek adalah melakukan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan lainnya. Di Apotek Arafah, pengadaan dilakukan oleh asisten apoteker, dengan jumlah barang yang ditentukan oleh APA. Asisten apoteker melakukan pengadaan barang pada pagi hari setelah malam sebelumnya asisten apoteker mendata barang-barang apa saja yang akan dipesan dan menyerahkan data tersebut kepada APA untuk ditentukan jumlahnya. Prinsip pengadaan barang pada Apotek Arafah : a. Pengadaan berdasarkan data kebutuhan aktual yang dicatat dengan baik oleh asisten apoteker b. Jenis dan jumlah barang disesuaikan dengan kondisi keuangan, kondisi arus barang, dan promosi PBF c. Berdasarkan epidemiologi atau penyakit yang sedang banyak diderita oleh pasien dan produk-produk branded yang sedang digemari oleh masyarakat, promosi iklan yang sedang booming d. Kredibilitas PBF dalam memberikan sistem pembayaran yang menguntungkan apotek serta ketepatan waktu antar barang yang konsisten. Pengadaan barang bisa dilakukan dengan cara konsinyasi, COD (cash order delivery) atau kredit. Pembelian barang di apotek dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu pembelian secara terbatas, spekulasi dan berencana. Dari ke tiga cara tersebut Apotek Arafah lebih menggunakan pembelian secara terbatas. Hal tersebut untuk menghindari penumpukan barang yang menyebabkan modal terhenti. Langkah-langkah pengadaan barang di Apotek Arafah adalah : a. Pemeriksaan dan Pencatatan Barang

52 43 Setiap hari dilakukan pencatatan kartu stok untuk setiap barang yang keluar serta diperiksa jumlah barang yang tersisa. Jumlah barang yang tersisa menjadi parameter untuk dilakukan pemesanan. Parameter jumlah barang yang tersisa berbeda tergantung dari sifat arus barang dan data persediaan minimum. Asisten apoteker akan mencatat barang yang akan dipesan pada buku defekta. Buku tersebut berisi barang-barang apa saja yang akan dipesan serta barang yang belum tersedia di apotek tetapi memiliki permintaan banyak. Buku defekta tersebut pada malam hari akan diserahkan kepada APA untuk ditentukan jumlah tiap barang yang akan dipesan esok harinya. b. Pemesanan Barang Berdasarkan buku defekta, dilakukan pemesanan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) dengan menggunakan surat pesanan langsung kepada salesman atau melalui telepon. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan kerjasama dengan PBF adalah : 1. Ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan 2. Bertanggung jawab terhadap barang pesanan apabila terjadi kerusakan 3. Memberikan jaminan terhadap barang pesanan 4. Ada kepastian memperoleh barang yang dipesan 5. Diskon yang diberikan 6. Lama waktu kredit Pemesanan barang kepada PBF dilakukan secara bergantian kepada PBF yang menjadi langganan Apotek Arafah. Rotasi PBF merupakan salah satu bentuk harmonisasi antara apotek dengan PBF agar senantiasa berinteraksi untuk menjaga hubungan agar tetap baik dan menguntungkan apotek dalam melakukan pembelian. c. Penerimaan Barang Barang yang datang diterima oleh pihak apotek disertai dengan faktur pembelian serta penyerahan surat pemesanan kepada PBF. Barang yang dipesan, diperiksa jumlah dan jenis barangnya sesuai dengan faktur pemesanan, serta waktu kadaluarsa dari masing-masing barang. Kondisi kemasan diperiksa untuk memastikan barang yang dibeli dalam kondisi baik. Barang yang ditemukan tidak dalam kondisi baik seperti bocor, kemasan rusak, atau mendekati waktu

53 44 kadaluarsa dapat ditolak oleh pihak apotek dan dikembalikan kepada PBF untuk ditukar. Penukaran barang di data pada faktur pembelian untuk ditindaklanjuti oleh pihak PBF. Saat kondisi barang semuanya baik, pihak apotek menandatangani faktur pembelian serta menberi cap apotek sebagai bukti bahwa barang telah diterima. Faktur asli diambil oleh PBF dan faktur salinan diserahkan kepada pihak apotek untuk dilakukan tukar faktur. Pada faktur tersebut tertera waktu jatuh tempo pembayaran yang harus dilakukan oleh apotek pepada PBF. Barang baru segera dilakukan pencatatan pada kartu stok dan diisi pada kolom penambahan jumlah barang dengan mencantumkan asal PBF. Pada faktur dilakukan pengecekan harga per barang terkini apakah terjadi kenaikan harga atau tidak. Gambar 3.1 Alur penerimaan barang Penyimpanan Barang Barang yang baru datang/baru diterima dari PBF diberi harga terlebih dahulu kemudian ditempatkan di etalase/rak obat. Penempatan barang tersebut menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Pada sistem FIFO, barang yang keluar lebih dahulu adalah barang yang lebih dahulu masuk sedangkan pada sistem FEFO, obat/barang yang mempunyai

54 45 tanggal kadaluarsa lebih cepat maka obat tersebut yang paling pertama keluar. Di apotek Arafah, pengambilan barang dilakukan dari depan etalase maka barang yang baru datang ditempatkan di belakang barang yang lama. Di Apotek Arafah, etalase depan apotek digunakan untuk penempatan obat-obat bebas dan perbekalan kesehatan lainnya seperti perban, masker, pembersih telinga dan lain-lain. Obat-obat tersebut penyusunannya dilakukan sedemikian rupa serta penampilan gradasi warna yang menarik sehingga akan menarik perhatian pembeli atau pasien yang datang ke apotek dan obat dengan mudah diambil. Produk dengan iklan yang sangat menarik dan berkesan diletakkan pada bagian tengah agar mudah terlihat oleh pembeli. Di bagian dalam apotek terdapat rak-rak obat yang digunakan untuk penyimpanan obat-obat bebas terbatas dan keras. Selain itu, terdapat rak obat yang disediakan dengan fungsi sebagai gudang kecil untuk menyimpan obat-obat bebas yang baru datang dan belum ditaruh di etalase depan Pencatatan Kartu Stok Apotek Arafah menerapkan pencatatan di kartu stok untuk obat dan perbekalan kesehatan lainnya. Pencatan meliputi tanggal, jumlah barang masuk beserta sumbernya, jumlah barang keluar, saldo dan keterangan. Pencatatan dilakukan setiap ada barang yang datang dan barang terjual maupun expired. Untuk barang-barang yang terletak di etalase depan, kartu stok tersimpan terpisah dan dikelompokkan berdasarkan penyusunan obatnya sehingga memudahkan pencarian. Kartu stok untuk obat-obat yang terletak di rak dalam apotek ditempatkan masing-masing tepat di samping dus obat tersebut. Hal tersebut memudahkan pencatatan serta pengecekan kesesuaian catatan dengan kondisi nyata obat. 3.8 Pelayanan Kefarmasian Apotek Pelayanan yang dilakukan di Apotek Arafah terdiri dari : Pelayanan Obat Wajib Apotek Pelayanan obat wajib apotek adalah pelayanan obat-obat keras oleh apoteker yang dapat diberikan kepada pasien tanpa menggunakan resep dokter.

55 46 Pelayanan obat wajib apotek (OWA) dilakukan disertai dengan pemberian informasi obat. Hingga saat ini, telah diketahui terdapat daftar obat wajib apotek (DOWA) No. 1, DOWA No. 2, dan DOWA No. 3. Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/MENKES/SK/VII/1990, obat wajib apotek No. 1 antara lain adalah : I. Obat kontrasepsi oral contohnya Linestrenol; II. Obat saluran cerna contohnya antasida dan Metoklopramide HCl; III. Obat mulut dan tenggorokan contohnya Triamsinolon asetonide; IV. Obat saluran nafas contohnya Salbutamol dan Bromheksin; V. Obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular contohnya metampiron dan asam mefenamat; VI. Antiparasit contohnya Mebendazole; VII. Obat kulit topikal contohnya Kloramfenikol Untuk obat-obat yang termasuk dalam daftar obat wajib apotek No. 2 sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 924/MENKES/PER/1993, antara lain adalah : I. Obat kulit topikal contohnya Ketokonazole dan Isokonazole; II. Obat saluran nafas contohnya Fenoterol; III. Antiparasit contohnya Albendazole; IV. Antipiretik contohnya Ibuprofen. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 1176/MENKES/PER/X/1993, yang termasuk dalam daftar obat wajib apotek No. 3 antara lain adalah : I. Obat saluran cerna contohnya Famotidin dan Ranitidin; II. Obat kulit topikal contohnya asam azelat dan Tretinoin; III. Obat antituberkulosis contohnya Isonoazid, Rifampisin, Pirazinamid, dan Etambutol; IV. Obat sistem muskuloskeletal contohnya Alopurinol dan Natrium diklofenak Pelayanan Obat dengan Resep Pelayanan atau penjualan dengan resep diberikan kepada pasien yang membeli obat dengan resep dokter secara tunai, proses pelayanan resepnya sebagai berikut :

56 47 a. Apoteker menerima resep dari pasien, kemudian dilakukan pengecekan ketersediaan obat di apotek, skrinning resep, dan diberi harga. b. Pasien diberi tahu tentang harga obat, kemudian bila pasien menyetujui harga obat yang dibutuhkan, maka dilakukan pembayaran obat pada kasir dan diminta menunggu selama obat disiapkan. Bila pasien merasa keberatan dengan harga obat, maka apoteker dapat menawarkan obat generik. c. Resep dibawa ke bagian peracikan untuk dikerjakan juru resep. Lembaran resep diberi kertas penanda, yang berisi nomor resep, tanggal resep, harga, dan nama pasien. Obat yang telah selesai disiapkan kemudian diberi etiket dan diperiksa oleh Apoteker baik bentuk sediaan, nama pasien, etiket, dan kesesuaian jumlah obat dengan resep. d. Penyerahan obat diberikan kepada pasien dengan pemberian informasi kemudian dicatat alamat dan nomor telepon pasien, jumlah dan harga resep ke dalam buku resep. e. Salinan resep atau kuitansi dapat dibuat atas permintaan pasien Pelayanan Obat Bebas dan Bebas Terbatas (Swamedikasi) Pelayanan obat bebas adalah pelayanan obat kepada konsumen tanpa resep dokter. Obat-obat yang dapat dijual bebas adalah obat yang termasuk dalam daftar obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetika dan alat kesehatan tertentu. Pembayaran dilakukan di kasir, setelah lunas obat diserahkan kepada konsumen/pembeli. Pelayanan swamedikasi yang diberikan oleh Apotek Arafah telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu hanya dilakukan untuk kondisi-kondisi penyakit ringan tertentu dengan pemberian obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek. Pelayanan ini diberikan kepada konsumen dengan penyakit kulit, diare, demam, batuk, dan nyeri persendian. Apabila keadaan konsumen perlu untuk dirujuk ke dokter, maka APA atau asisten apoteker akan merujuknya ke dokter terdekat. Dalam melakukan swamedikasi di Apotek Arafah, peran apoteker sangat terlihat dalam memilih obat yang efektif, aman dan ekonomis, serta ketepatan dosis obat yang diberikan.

57 Pelayanan Informasi Obat Di Apotek Arafah setiap penyerahan obat disertai dengan pemberian informasi obat (PIO) kepada pasien yang diberikan oleh apoteker. PIO dilakukan baik pada pasien yang membeli obat maupun yang tidak membeli obat. Pertanyaan mengenai informasi obat yang biasa ditanyakan di Apotek Arafah meliputi indikasi, cara pemakaian, efek samping obat, interaksi dengan obat lain dan makanan, serta hal yang harus dihindari selama menggunakan obat Pelayanan Pengukuran Tekanan Darah dan Pemeriksaan Glukosa Darah, Asam Urat, dan Kolesterol Apotek Arafah memberikan pelayanan pengukuran tekanan darah secara gratis kepada pasien dan untuk pemeriksaan kadar glukosa, asam urat, dan kolesterol bagi pasien yang menginginkannya tersedia dengan biaya yang terjangkau. Pemeriksaan dilakukan menggunakan alat digital khusus dan dilakukan oleh apoteker. Setiap pasien yang melakukan pemeriksaan, dicatat pada buku pelayanan pemeriksaan dan diberikan kartu hasil pemeriksaan. Setelah itu, pasien dapat berkonsultasi dengan apoteker tentang hasil pemeriksaannya. Pelayanan pemeriksaan ini dilakukan dengan latar belakang kebutuhan masyarakat di sekitar apotek. APA melihat bahwa kebutuhan tersebut merupakan suatu peluang mengembangkan pelayanan apotek untuk masyarakat sekitar. 3.9 Pengelolaan Psikotropika Pengelolaan sediaan psikotropika meliputi pemesanan, penerimaan,penyimpanan dan pelaporan penggunaan sediaan psikotropika Pemesanan Psikotropika Pemesanan psikotropika di Apotek Arafah memenuhi ketentuansebagai berikut : a. Dalam satu lembar surat pesanan boleh terdapat lebih dari satu jenispsikotropika

58 49 b. Dalam surat Pemesanan mencantumkan nama Apotek, alamat Apotek,nomor Surat Izin Apotek, nama Apoteker pengelola Apotek dan nomorsurat Izin Kerja c. Surat pesanan harus ditandatangani oleh APA dan terdapat stempel Apotek d. Surat pesanan dibuat tiga rangkap, dua surat salinannya digunakan untukpengarsipan di Apotek sedangkan lembar yang asli diserahkan ke PBFyang bersangkutan. Pemesanan psikotropik tidak harus dilakukan di PBFKimia Farma Penerimaan dan Penyimpanan Psikotropika Penerimaan Psikotropika dapat dilakukan oleh APA ataupun asisten apoteker. Bukti penerimaan obat diterima dan ditandatangi oleh ApotekerPengelola Apotek. Obat psikotropika di ApotekArafah disimpan di lemari khusus yang terkunci dan terjamin keamanannya Pelaporan Penggunaan Psikotropika Laporan pemakaian Psikotropika dilakukan sebulan sekali bersamaandengan laporan narkotika dan dikirim ke instansi yang berwenang dalam bentuksoftcopy yang disimpan dalam CD dengan tembusan ke balai POM setempatdalam bentuk hardcopy Kegiatan Administrasi dan Keuangan Kegiatan Administrasi Apotek selain menjalankan fungsi kefarmasiannya juga melakukankegiatan administrasi yang berfungsi untuk mencatat segala proses kegiatan kerja yang ada di Apotek tersebut. Kegiatan administrasi yang dilakukan di ApotekArafah meliputi : a. Administrasi penjualan Pencatatan obat-obat yang terjual (obat ethical dan obat bebas) merupakanfungsi dari bagian administrasi penjualan di Apotek Arafah. b. Administrasi pembelian kredit atau hutang dagang

59 50 Apotek Arafah melakukan pembelian produk dari pedagang besarfarmasi dengan cara kredit dan kontan. PBF memberikan diskon kebijakan harga serta jatuh tempo pembayaran yang berbeda. Pencatatanterhadap pembelian kredit di buat berdasarkan faktur hutang yang masukdari PBF ke apotek. Faktur yang terlebih dahulu masuk memiliki jatuhtempo pembayaran lebih awal daripada yang lain. Data tersebut dirapikandan di buat dalam sebuah buku pembayaran yang terdiri dari periodepembayaran, nomor faktur, nama PBF, tanggal barang datang, tanggaljatuh tempo, tanggal pembayaran dan tanggal pelunasan. Hal tersebutdilakukan untuk memudahkan pengawasan terhadap pembayaran sehinggapembayaran dapat dilakukan sesuai dengan waktunya. c. Administrasi pembukuan Pencatatan transaksi-transaksi penjualan yang telah dilaksanakan olehapotek Arafah, baik pengeluaran maupun pemasukan dilakukan olehbagian administrasi pembukuan Sistem Administrasi Apotek Arafah memiliki sistem administrasi yang dikelola denganbaik.sistem administrasi tersebut meliputi perencanaan, pengadaan, pengelolaandan pelaporan barang yang masuk dan keluar, pengelolaan ini dilakukan olehasisten apoteker yang dibantu oleh karyawan non teknis. Kelengkapanadministrasi di Apotek Arafah meliputi: a. Buku defekta Buku defekta digunakan untuk mencatat daftar nama obat atau sediaan yanghabis atau yang harus segera dipesan untuk dapat memenuhi kebutuhan diapotek. Dengan adanya buku defekta, karyawan ataupun apotekerdapat mengetahui dengan pasti perbekalan farmasi yang harus dipesan danmenghindari pemesanan ganda di apotek sehingga pemesanan dapatdikontrol dengan baik. b. Surat pesanan (SP) Surat pesanan diberikan kepada PBF untuk melakukan pemesananperbekalan farmasi. Surat pesanan narkotika dan psikotropika berbedadengan surat pesanan obat ethical dan OTC. Surat pesanan terdiri dari 2lembar yang harus ditandatangani oleh Apoteker pendamping ataukaryawan non

60 51 teknis apabila akan melakukan pemesanan barang, dimana 1lembar pertama untuk diberikan kepada PBF dan lembar terakhir untukkeperluan pengarsipan di apotek. Dalam surat pesanan terdapat tanggalpemesanan, nama PBF yang ditunjuk, nomor dan nama barang, jeniskemasan yang dipesan, jumlah pesanan, tanda tangan pemesanan danstempel apotek Bagian Keuangan Kegiatan yang dilakukan oleh bagian keuangan meliputi pencatatan aliranuang masuk yang berasal dari setiap transaksi penjualan produk dan jasa diapotek, dan arus uang keluar berasal dari berbagai macam pengeluaran ataupembiayaan hutang dagang dan biaya perasional apotek lainnya. Setiap tahun,apotek Arafah melakukan stok opname untuk mengetahui jumlah asset obat yang tersisa akhir tahun. Administrasi bagian keuangan meliputi : a. Buku kas untuk mencatat kegiatan yang terkait dengan uang yang ada dikas apotek setiap bulannya. b. Laporan laba rugi untuk mengetahui keuntungan dan kerugian yang dialami apotek. c. Neraca tahunan untuk mengetahui asset apotek baik berupa harta lancar maupun harta tetap.

61 52 BAB 4 PEMBAHASAN Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian tersebut merupakan salah satu upaya dalam peningkatan kualitas kesehatan masyarakat untuk menjamin pengobatan yang aman dan efektif bagi masyarakat. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di apotek, berperan penting dalam menjamin aksesibilitas obat kepada masyarakat dan menjamin pengobatan yang tepat. Dengan demikian, apotek tidak hanya berfungsi sebagai usaha bisnis yang berorientasi profit tetapi juga berfungsi sebagai bentuk penerapan pelayanan kefarmasian untuk menciptakan penggunaan obat yang rasional di masyarakat. Apotek Arafah terletak di perumahan yang cukup ramai penduduk dan sebagai apotek utama di perumahan tersebut dalam memenuhi kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan lainnya. Posisi apotek berada di dekat praktek dokter, sehingga memudahkan apotek dalam memperoleh pelanggan. Keberadaan apotek mudah dikenali dengan adanya papan nama besar yang terpasang di depan apotek serta neon box yang terpasang di gerbang depan apotek sehingga dapat diidentifikasi dari arah depan dan samping. Selain itu, beberapa sarana pelayanan kesehatan juga terdapat di sekitar apotek, selain praktek dokter, juga terdapat Rumah Sakit Al-Qadr yang cukup menguntungkan apotek karena menambah jumlah resep yang masuk. Apotek Arafah belum memiliki apotek kompetitor yang terletak di sekitar apotek. Desain apotek yang menarik dapat mengoptimalkan pemasaran Apotek Arafah. Desain apotek akan mempengaruhi kesan pertama pelanggan terhadap apotek sehingga desain apotek disesuaikan dengan target pasar atau kondisi lingkungan di sekitar apotek. Apotek Arafah memiliki desain eksterior yang menarik dan tertata rapi, hal tersebut menimbulkan kesan produk yang dijual di apotek lengkap dan memberi kenyamanan kepada masyarakat baik kelas menengah ke bawah maupun kelas menengah ke atas. Pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek Arafah dilaksanakan dengan baik. Pengelolaan obat dimulai dengan perencanaan pemesanan obat berdasarkan buku defekta. Stok obat yang habis dicatat di buku defekta untuk selanjutnya disetujui oleh APA untuk dilakukan pemesanan. Setelah obat yang akan dipesan 52

62 53 disetujui, selanjutnya pemesanan dilakukan melalui telepon ke PBF atau dengan memesan langsung jika ada PBF yang datang ke apotek. Jika ada obat yang bersifat mendesak (cito) dan persediaannya habis atau tidak ada, maka pemesanan dapat dilakukan segera. Setelah obat yang dipesan datang, maka dilakukan pengecekan antara barang yang datang dengan yang tertulis di buku pemesanan. Selain itu, dilakukan juga pengecekan antara barang yang datang dengan faktur pembeliannya meliputi jenis barang, merek, ukuran sediaan, jumlah, tanggal kadaluarsa, harga satuan, jumlah harga per jenis barang dan jumlah harga keseluruhan obat yang tertera di dalam faktur. Jika sudah sesuai, faktur ditandatangani oleh petugas apotek, dan obat akan diberi harga serta dilakukan pencatatan di buku rincian faktur pembelian dan kartu stok. Pada proses penyimpanan, obat-obat disusun rapi di etalase dan lemari agar memberikan kesan lengkap akan ketersediaan obat. Penyusunan obat dibuat sedemikian rupa berdasarkan efek farmakologisnya sehingga memudahkan apoteker dalam memilihkan alternatif lain untuk suatu jenis obat. Susunan obat dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada celah kosong di antara produk obat sehingga mengesankan obat tersedia dengan lengkap. Penyusunan obat juga berdasarkan abjad agar mudah dalam proses pencarian. Di Apotek Arafah terdapat barang-barang swalayan yang terletak di etalase depan yaitu obat-obat bebas dan bebas terbatas, sabun, shampo, dan beberapa kosmetik. Obat ethical yang terletak di dalam apotek disusun berdasarkan abjad pada kotak yang disusun rapi di lemari obat. Obat-obatan juga disusun berdasarkan bentuk sediaan, yaitu padat (tablet dan kapsul), cair (sirup, eliksir, suspensi dan eliksir), dan semi solid (salep, dan krim). Sediaan obat yang memerlukan penyimpanan pada suhu dingin disimpan dalam lemari pendingin seperti suppositoria, ovula, dan Lacto-B. Pelayanan kefarmasian di Apotek Arafah berupa pelayanan obat resep dan swamedikasi. Pada pelayanan swamedikasi pasien dapat menyampaikan keluhannya kepada apoteker kemudian apoteker membantu memilihkan obat yang sesuai dengan kondisi pasien. Pelayanan ini dilakukan untuk penyakit tertentu dan obat yang diberikan adalah obat wajib apotek (OWA), obat bebas terbatas dan obat bebas. Hal ini menguntungkan pasien sebab pasien tidak perlu berobat ke dokter, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya. Apoteker memberikan

63 54 pelayanan kefarmasian dengan baik kepada pelanggan, seperti memberikan konseling, informasi dan edukasi tentang obat dan pengobatan mereka. Hal ini menyebabkan kepuasan pada pelanggan sehingga banyak pelanggan tetap Apotek Arafah lebih memilih ke apotek jika merasa sakit dibandingkan pergi ke dokter. Meskipun demikian, tidak semua pelanggan yang datang ke Apotek mendapatkan konseling, hanya pelanggan yang menderita penyakit tertentu atau pelanggan yang mendapatkan obat yang perlu dijelaskan mengenai cara pemberian dan efek sampingnya. Pelayanan konseling tidak hanya dilakukan di apotek, tetapi juga dapat melalui alat komunikasi. Layanan yang ramah dan mudah diakses ini menjadi kualitas tersendiri di Apotek Arafah. Kualitas pelayanan menjadi kunci kesetiaan pelanggan di apotek. Bentuk peningkatan kualitas pelayanan yang dilakukan adalah dengan layanan antar obat (delivery service). Pengantaran obat dilakukan oleh petugas yang merangkap sebagai pembantu pelaksana layanan farmasi. Waktu pelayanan pengantaran obat bergantung pada perjanjian dengan pelanggan maupun ketersediaan obat yang ada. Pengembangan dan peningkatan serta penyesuaian merupakan suatu aspek yang harus selalu diperhatikan oleh apotek dalam menghadapi kondisi pasar, pesaing, perkembangan produk, dan layanan kesehatan terus berubah sepanjang waktu. Pengembangan apotek dapat berupa pelatihan sumber daya manusia, promosi atau penyaluran ide-ide kreatif sehingga dapat menunjang peningkatan kualitas pelayanan kefarmasian di apotek. Kepuasan pelanggan merupakan hal yang harus dijaga untuk menarik pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan lama. Apoteker dan karyawan apotek berperan penting dalam memberikan pelayanan optimal sehingga dapat memberikan kepuasan pada pelanggan. Pelayanan yang optimal akan mendorong kepercayaan pelanggan terhadap apotek sehingga pelanggan akan tetap kembali lagi ke apotek (regular customer). Layanan yang ramah, tepat dan cepat merupakan hal yang penting untuk suatu usaha bisnis, namun pada usaha apotek, pelayanan kefarmasian merupakan hal yang tidak boleh ditinggalkan. Oleh karena itu, interaksi antara apoteker dengan pelanggan yang berupa konseling, informasi dan edukasi obat merupakan hal yang harus dijaga. Dengan demikian pelayanan pada apotek akan berjalan optimal dan sesuai dengan fungsi utamanya.

64 55 Dalam pelaksanaan kegiatan perapotekan, APA (Apoteker Pengelola Apotek) dibantu oleh asisten apoteker dan karyawan. APA terutama mengawasi manajemen stok obat dan keuangan apotek. Pemesanan stok obat dilakukan berdasarkan persetujuan APA dengan jumlah obat yang dipesan ditentukan oleh APA. Pemasukan dan pengeluaran keuangan dan stok obat selalu dievaluasi oleh APA dan komunikasi antara APA dengan karyawan selalu terjalin dengan baik sehingga miskomunikasi tidak terjadi. Diskusi antara karyawan, asisten apoteker dan APA dilakukan dengan baik untuk memperkaya pengetahuan terutama dalam swamedikasi sehingga apotek dapat memberikan pelayanan yang optimal. Suasana kerja yang bersifat kekeluargaan memberikan kenyamanan pada setiap karyawan apotek sehingga memberikan rasa kepemilikan terhadap apotek. Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan selama lebih kurang 7 minggu telah memberikan gambaran kepada calon apoteker tentang tata cara pengelolaan kegiatan kefarmasian dari segi pelayanan dan manajerial di suatu apotek. Dengan demikian, diharapkan agar pada saat memasuki dunia kerja yang sesungguhnya para calon apoteker telah memiilki bekal dalam menerapkan ilmu kefarmasian dan mengembangkan segala aspek yang dianggap paling prinsip dan penting dalam melakukan pekerjaan kefarmasian.

65 56 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Apoteker di apotek memiliki peran dan tanggung jawab yang penting sebagai pelaksana fungsi teknis, meliputi pelayanan resep, pemberian informasi obat, konseling, pemantauan obat, promosi, edukasi dan pelayanan residensial; maupun non-teknis, meliputi mengatur, melakukan dan mengawasi kegiatan perapotekan serta mengembangkan usaha apotek. 2. Pengelolaan apotek dalam kegiatan administrasi, manajemen keuangan, pengadaan, penyimpanan, dan penjualan perbekalan farmasi dilaksanakan oleh Apoteker dan dibantu oleh asisten apoteker, juru resep dan tenaga pembantu sesuai tanggung jawabnya masing-masing dengan baik, teratur, serta sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. 5.2 Saran Untuk menunjang pelayanan kefarmasian yang dilaksanakan di Apotek Arafah, maka diperlukan tempat khusus untuk kegiatan konseling pasien oleh apoteker. Selain itu, untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan, perlu disediakan poster-poster kesehatan di ruang tunggu apotek. Perlu dilakukan evaluasi tingkat kepuasan pasien/konsumen terhadap pelayanan dan kinerja apotek setiap periode tertentu yang ditetapkan. 56

66 57 DAFTAR ACUAN Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2004). Surat Keputusan Kepala BPOM RI No. Hk tentang: Ketentuan Pokok Pengelompokkan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia. Jakarta: Badan Pengawas dan Obat Makanan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2010). Buku Pedoman Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek. Jawa Timur. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1980). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan Atas PP No.26 Tahun 1965 Tentang Apotek. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/MenKes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009a). Undang-Undang No.39 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009b). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. 57

67 58 Presiden Republik Indonesia. (2009c). Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta. Quick, J. (1997). Managing Drug Supply, The selection, Procurement, Distribution, and Use of Pharmaceuticals, 2nd ed. Revised and Expanded. Kumarian Press. Seto, S., Yunita, N., & T, L. (2004). Manajemen Farmasi. Jakarta: Airlangga University Press. Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Farmasi. Jakarta : Wira Putra Kencana.

68

69 59 Lampiran 1. Contoh Formulir APT-1

70 60 Lampiran 1. Contoh Formulir APT-1 (Lanjutan)

71 61 Lampiran 2. Contoh Formulir APT-2

72 62 Lampiran 3. Contoh Formulir APT-3

73 63 Lampiran 3. Contoh Formulir APT-3 (Lanjutan)

74 64 Lampiran 3. Contoh Formulir APT-3 (Lanjutan)

75 65 Lampiran 3. Contoh Formulir APT-3 (Lanjutan)

76 66 Lampiran 3. Contoh Formulir APT-3 (Lanjutan)

77 67 Lampiran 3. Contoh Formulir APT-3 (Lanjutan)

78 68 Lampiran 4. Contoh Formulir APT-4

79 69 Lampiran 5. Contoh Formulir APT-5

80 70 Lampiran 5. Contoh Formulir APT-5 (Lanjutan)

81 71 Lampiran 5. Contoh Formulir APT-5 (Lanjutan)

82 72 Lampiran 6. Contoh Formulir APT-6

83 73 Lampiran 7. Contoh Formulir APT-7

84 74 Lampiran 8. Peta Lokasi Apotek Arafah Apotek Arafah Villa Ilhami

85 75 Lampiran 9. Denah Apotek Arafah KETERANGAN : 1. Etalase Kosmetik 2. Etalase Perbekalan Kesehatan 3. Etalase OTC 4. Etalase OTC 5. Etalase Obat Ethical 6. Kulkas 7. Meja Racik 8. Kasir 9. R. Apoteker 10. R. Tunggu

86 76 Lampiran 10 Desain Eksterior Apotek Arafah

87 77 Lampiran 11. Surat Pesanan Psikotropik

88 78 Lampiran 12. Surat Pemesanan Barang Apotek Arafah

89 79 Lampiran 13. Kartu Stok Barang Apotek Arafah

90 80 Lampiran 14. Kwitansi Apotek Arafah

91 81 Lampiran 15. Etiket Obat

92 82 Lampiran 16. Struktur Organisasi Apotek Arafah

93 83 Lampiran 17. Laporan Pemakaian Narkotika Apotek Arafah

94 84 Lampiran 18. Laporan Pemakaian Psikotropika Apotek Arafah

95 UNIVERSITAS INDONESIA TATA CARA PERIZINAN APOTEK RIZKI PERUMAHAN VILLA RIZKI ILHAMI A 10/12 BOJONG NANGKA, KELAPA DUA - TANGERANG TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANISA PRIMA HILMI, S.Far ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JULI 2013

96 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Pekerjaan Kefarmasian Persyaratan Apotek dan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Cara Memperoleh Surat Izin Apotek Teknis Pelaksanaan Pembukaan Apotek BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Metodologi Penelitian BAB 4. PEMBAHASAN BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ii

97 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Akta perjanjian kerjasama antara Apoteker Pengelola Apotek (APA) dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) Lampiran 2. Surat Tanda Registrasi Apoteker yang telah dilegalisir oleh Komite Farmasi Nasional (KFN) Lampiran 3. Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker Lampiran 4. Surat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) untuk pembuatan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) Lampiran 5. Surat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) untuk pembuatan Surat Izin Apotek (SIA) Lampiran 6. Surat permohonan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) Lampiran 7. Surat pernyataan Apoteker mempunyai tempat praktek profesi Lampiran 8 Surat permohonan izin apotek Lampiran 9 Denah bangunan Apotek Rizki Lampiran 10. Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Apotek Rizki Lampiran 11. Daftar asisten apoteker di Apotek Rizki Lampiran 12. Daftar terperinci alat perlengkapan apotek Lampiran 13. Surat pernyataan dar APA bahwa tidak bekerja tetap pada suatu perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi APA di apotek lain Lampiran 14. Surat pernyataan PSA tidak terlibat pelanggaran perundangundangan di bidang obat Lampiran 15. Alur perizinan Apotek Rizki iii

98 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Permenkes No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, apotek didefinisikan sebagai suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (pasal 1 ayat (a)). Perbekalan farmasi sendiri didefinisikan sebagai obat, bahan obat, obat asli Indonesia (obat tradisional), bahan obat asli Indonesia (bahan obat tradisional), alat kesehatan dan kosmetika (pasal 1 ayat (i)). Berdasarkan dua ayat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa apotek merupakan suatu jenis bisnis eceran (retail) yang komoditasnya terdiri dari perbekalan farmasi (obat dan bahan obat) dan perbekalan kesehatan (alat kesehatan). Perdagangan komoditas yang diperjualbelikan di apotek tidak bisa disamakan dengan komoditas pada bisnis retail lainnya. Komoditas bisnis apotek berupa sediaan farmasi yang memiliki sifat yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan manusia (konsumen). Oleh karena itu, penyebaran komoditas sediaan farmasi, baik pendistribusian maupun pemakaiannya harus dikendalikan agar tidak menimbulkan penyalahgunaan serta keadaan penggunaan secara salah pada masyarakat. Satu diantara cara pemerintah untuk mengendalikan persebaran sediaan farmasi di Indonesia adalah dengan cara membatasi pemberian izin pendirian apotek. Manifestasi dari tindakan tersebut, pemerintah mulai tahun 1980, melalui PP No. 25 tahun 1980 menyerahkan izin pengelolaan apotek kepada profesi apoteker. Pada Permenkes RI No. 26/Menkes/Per/11/1981 lebih lanjut menerangkan bahwa Surat Izin Pengelola Apotek (SIPA) adalah surat izin apotek yang diberikan oleh Menteri kepada apoteker untuk mengelola apotek (pasal 1 ayat (b)). Berdasarkan ayat tersebut, setiap apoteker yang akan mengelola apotek harus memiliki Surat Izin Pengelola Apotek (SIPA) terlebih dahulu. Pemerintah kemudian lebih tegas mengatur pemberian izin apotek pada Kepmenkes RI No. 922/Menkes/SK/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek dimana Surat izin apotek atau SIA adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada apoteker (apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana) untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu (pasal 1 ayat b), dan Apoteker Pengelola Apotek adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA) (pasal 1 ayat 1

99 2 c). Dalam apotek, Apoteker Pengelola Apoteker dapat berperan serta berfungsi sebagai pemodal, pengelola, serta penanggung jawab teknis. Pentingnya peran apoteker dalam hal ini Apoteker Pengelola Apoteker (APA) dalam melakukan proses perizinan untuk mendapatkan Surat Izin Apotek, maka perlu dipahami tata cara dan semua hal yang dibutuhkan dalam proses pengajuan perizinan apotek. Pada tugas khusus ini akan dibahas alur tata cara perizinan dan semua dokumen yang dibutuhkan sebagai persyaratan untuk mendapatkan Surat Izin Apotek (SIA) untuk Apotek Rizki yang merupakan apotek pengembangan dari Apotek Arafah TUJUAN Tugas khusus ini bertujuan untuk memahami tata cara dan prosedur perizinan Apotek Rizki untuk mendapatkan persetujuan Surat Izin Apotek (SIA).

100 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pekerjaan Kefarmasian Berdasarkan PP 51 tahun 2009, pekerjaan kefarmasiaan adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi : a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi; b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi; c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi; d. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi. Sedangkan pelayanan kefarmasian adalah pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Hal ini ditegaskan pula dalam pasal 19 PP 51 tahun 2009 yang menyebutkan bahwa apotek merupakan salah satu fasilitas pelayanan kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian di Apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit hanya dapat dilakukan oleh Apoteker, yang wajib memiliki STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker). STRA merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri Kesehatan kepada Apoteker yang telah diregistrasi. Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi, dapat memperoleh surat registrasi apoteker dan sertifikat kompetensi profesi secara langsung setelah melakukan registrasi. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan (PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian pasal 40 ayat 1) : a. Memiliki ijazah Apoteker; b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi; c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker; 3

101 4 d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik; dan e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Setiap Tenaga Kefarmasian yang melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat Tenaga Kefarmasian bekerja. Bagi Apoteker yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian di Apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit, apoteker tersebut harus mempunyai SIPA. Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada Apotek atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit. SIPA juga harus dimiliki bagi apoteker yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian sebagai Apoteker pendamping. Dalam PP 51 pasal 54 diatur batasan tempat praktek apoteker. Apoteker yang telah memiliki SIPA hanya dapat melaksanakan praktik di 1 (satu) Apotik, atau puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit. Apoteker pendamping hanya dapat melaksanakan praktik paling banyak di 3 (tiga) Apotek, atau puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit. Persyaratan untuk memperoleh SIPA tertuang dalam Pasal 21 Permenkes RI No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian adalah : (1) Mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian. (2) Permohonan SIPA harus melampirkan: a. fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN (Komite Farmasi Nasional); b. surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran; c. surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan d. pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar;

102 5 (3) Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus dinyatakan secara tegas permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIPA paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap Persyaratan Apotek dan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI No 922/ MENKES / SK / X / 1993 pasal 2 disebutkan bahwa sebelum melaksanakan kegiatannya apoteker pengelola apotek wajib memiliki Surat Izin Kerja. Izin apotek berlaku untuk seterusnya selama apotek tersebut masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melaksanakan tugasnya dan masih memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh izin apotek tidak memungut biaya dalam bentuk apapun Persyaratan Apotek Persyaratan apotek berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 pasal 6 yaitu : a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lain di luar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lain di luar sediaan farmasi. Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau modal dari pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan. Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek bekerja sama dengan pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh Apoteker yang bersangkutan.

103 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek Untuk dapat menjadi apoteker pengelola apotek, maka seorang apoteker harus memenuhi persyaratan yang tercantum di dalam peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 pasal 5 yaitu : 1. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan. 2. Telah mengucapkan Sumpah atau janji sebagai apoteker. 3. Memiliki surat izin kerja dari Menteri Kesehatan 4. Memiliki syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai apoteker. 5. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi apoteker pengelola apotik di tempat lain. Adapun kewajiban apoteker sebagai APA yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut: 1. Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan, dan meyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. 2. Jika APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping. 3. Apabila APA dan apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk apoteker pengganti. 4. Penunjukkan apoteker pendamping dan apoteker pengganti harus dilaporkan kepada kepala dinas kesehatan kab./kota dengan tembusan kepada kepala dinkes propinsi setempat. Selain itu, pada pasal 19 Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 dinyatakan bahwa apabila Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotik, Apoteker Pengelola Apotik harus menunjuk Apoteker pendamping. Apabila Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola Apotek menunjuk apoteker pengganti. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus menerus, Surat Ijin Apotek atas nama apoteker bersangkutan dicabut.

104 7 Selanjutnya pada pasal 24 Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 yang menyatakan bahwa apabila Apoteker Pengelola Apotik meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam, ahli waris Apoteker Pengelola Apotik wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat apotek pendamping, pada pelaporan dimaksud ayat 1, wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Pada penyerahan dimaksud ayat 1 dan 2, dibuat berita acara surat terima sebagaimana dimaksud pasal 23 ayat 2 dengan kepala kantor wilayah atau petugas yang diberi wewenangnya, selaku pihak yang menerima dengan menggunakan contoh. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam peralihan kerja APA diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MENKES/PER/X/1993 pasal 23, yang berbunyi sebagai berikut : 1. Pada setiap pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA kepada Apoteker pengganti wajib dilakukan serah terima resep, narkotika, obat, dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. 2. Pada serah terima yang dimaksud ayat 1, wajib dibuat berita acara serah terima sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat yang ditandatangani oleh kedua belah pihak, yang melakukan serah terima dengan menggunakan formulir AP-10. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 pasal 1, yang dimaksudkan dengan Apoteker pengelola apotek adalah Sarjana Farmasi Yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker mereka yang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker dan telah diberi Surat Izin Apotik (SIA). Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotik disamping Apoteker Pengelola Apotik dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotik. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan Apoteker pengelola Apotik selama Apoteker Pengelola Apotik tersebut tidak berada ditempat lebih

105 8 dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotik di Apotik lain. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker Cara Memperoleh Surat Izin Apotek Berubahnya kondisi sosial politik di Indonesia, turut mewarnai berubahnya tata cara untuk mengurus dan memperoleh surat izin apotek (SIA). Perubahan sistem pemerintahan pada tahun 1999 dari sistem sentralisasi menjadi otonomi daerah, mengakibatkan tata cara mengurus SIA juga mengalami perubahan. Perubahan tata cara dalam mengurus izin apotek sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Kepmenkes RI No. 922/Menkes/SK/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Pada keputusan Menkes terbaru tersebut terdapat penyederhanaan dalam memperoleh izin apotek, yakni: 1) Yang berwenang memberikan SIA adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Kadinkes). 2) Yang berhak memperoleh izin adalah apoteker. Prosedur untuk memperoleh SIA tercantum pada Keputusan Menteri Kesehatan RI 1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 4 dan 7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 4 adalah sebagai berikut : 1) Izin Apotek diberikan oleh Menteri 2) Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin apotek kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 3) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Cara pengajuan permohonan izin apotek berdasarkan KepMenKes Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 pasal 7 dan 9 adalah : 1. Permohonan Izin Apotik diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1;

106 9 2. Dengan menggunakan Formuiir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotik untuk melakukan kegiatan 3. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh Formulir APT-3; 4. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam. ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-4; 5. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3), atau pernyataan dimaksud, ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotik dengan menggunakan contoh Formulir Model APT- 5; 6. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu. 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT.6; 7. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi seiambat-lambatnya dalam jangka waktu. 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Penundaan. 8. Terhadap permohonan izin apotik yang ternyata tidak memenuhi persyaratan atau lokasi Apotik tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dalam jangka waktu selambatlambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan

107 10 disertai dengan alasanalasannya dengan mempergunakan contoh Formuiir Model APT- 7. Dalam Kepmenkes RI No.1332/MENKES/SK/X/2002 pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa Permohonan izin diajukan kepada Kadinkes Kab/Kota. Pemohon izin (Apoteker) mengajukan surat izin tersebut dengan menandatangani formulir APT-1 bermaterai. Selain itu juga wajib melampirkan data sebagai berikut : a) Fotokopi Surat Izin Kerja (SIK) b) Fotokopi KTP c) Fotokopi denah bangunan dan keterangan kondisi bangunan d) Surat keterangan status bangunan (hak milik, sewa) e) Daftar tenaga kesehatan (asisten apoteker) f) Daftar alat perlengkapan apotek (alat pengolahan / peracikan, alat perlengkapan farmasi / lemari, dan buku buku standar) g) Surat menyatakan tidak bekerja di perusahaan farmasi lain atau tidak menjadi APA di apotek lain h) Surat izin atasan (untuk pegawai negeri dan ABRI) i) Akte perjanjian kerjasama dengan pemilik sarana (PSA) j) Surat pernyataan PSA tidak terlibat pelanggaran peraturan perundang undangan di bidang obat Alur permohonan izin apotek berdasar Kepmenkes RI No.1332/MENKES/SK/X/2002 pasal 4 dan 7 adalah sebagai berikut : Laporan pertahun MENKES Pelimpahan wewenang Apoteker SIPA SIA Hasil Pemeriksaan 6 hari KADIN Kab/Kota Ka. Balai POM Tembusan Bantuan Teknis (6 hari) KADINKES Propinsi

108 Teknis Pelaksanaan Pembukaan Apotek Langkah langkah dalam pembukaan usaha apotek yang harus dilakukan APA ada 3, yaitu : 1) Menginventarisasi semua kebutuhan perlengkapan sarana apotek, lalu membeli sesuai dengan kebutuhan persyaratan pada saat mengurus SIA. Dalam melakukan inventarisasi dan menyiapkan perlengkapan sarana apotek, antara lain meliputi : a. Menata ruangan peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi dan ruang kerja APA, dan toilet. b. Memenuhi seluruh perlengkapan yang menjadi persyaratan c. Memberi tanda ( ), untuk sarana yang sudah siap 2) Menginventarisasi dan mengurus semua berkas berkas lampiran yang dibutuhkan dalam mengajukan permohonan SIA sesuai dengan Permenkes No. 1332/Menkes/SK/X/2002. Dalam teknis pelaksanaan di lapangan, terdapat beberapa berkas lampiran lagi yang harus dipenuhi oleh APA yaitu : a. Fotokopi ijazah apoteker yang telah dilegalisir b. Fotokopi akte sewa / kontrak rumah (yang bukan milik sendiri) c. Fotokopi NPWP apotek (dapat disusulkan) d. Fotokopi KTP PSA (bila kerjasama dengan PSA) e. Surat keterangan domisili apotek dari kelurahan f. Surat pernyataan kesanggupan menjadi APA g. Surat pernyataan kesanggupan bekerja menjadi AA h. Peta lokasi apotek (dibuat sendiri) 3) Membuat dan mengajukan permohonan SIA dengan melakukan langkahlangkah dan sikap sebagai berikut: 1. Membuat surat permohonan memperoleh SIA yang ditanda tangani oleh APA diatas materai Rp Melengkapi surat tersebut dengan berkas-berkas lampiran sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Kepmenkes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 atau adanya tambahan lampiran yang diminta oleh Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten/Kota

109 12 3. Menyerahkan langsung permohonan SIA kepada Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes)Kabupaten/Kota, dan minta tanda terimanya. 4. Apoteker pemohon, hendaknya aktif memantau perjalanan dokumen permohonan SIA tahap demi tahap. 5. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat. Jika tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi. 6. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan, jika apotek telah memenuhi persyaratan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotik. Jika masih belum memenuhi syarat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu. 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dan apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi seiambat-lambatnya dalam jangka waktu. 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Penundaan. 7. Jika permohonan izin apotik yang ternyata tidak memenuhi persyaratan atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dalam jangka waktu selambatlambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasannya.

110 13 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Pengamatan tata cara perizinan Apotek Rizki dilakukan di beberapa tempat yaitu bangunan Apotek Rizki, kantor notaris, RSU Tangerang, kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang selama Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) berlangsung, yaitu periode 20 Februari 28 Maret Metodologi Penelitian Pengamatan dilakukan dengan ikut langsung dalam mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk perizinan, mengamati pembuatan akta perjanjian di notaris, mengamati kegiatan untuk memperoleh surat rekomendasi dari IAI, Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) dan Surat Izin Apotek (SIA). 13

111 14 BAB 4 PEMBAHASAN Surat Izin Apotek (SIA) adalah syarat yang harus dipenuhi apoteker untuk memulai sebuah apotek. Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini, penulis mengamati tata cara perizinan apotek yang baru akan dibuka yaitu Apotek Rizki. Apotek Rizki merupakan apotek pengembangan dari Apotek Arafah. Bangunan apotek Rizki berupa ruko yang terletak di komplek perumahan Villa Rizky, Kabupaten Tangerang. Dalam proses perizinan, penulis mengamati beberapa proses yang dilakukan Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan Pemilik Sarana Apotek (PSA) Apotek Rizki. Proses yang dilakukan dimulai dengan penyiapan dokumen-dokumen sebagai persyaratan mendapatkan SIA, pembuatan akta perjanjian APA dengan PSA di kantor notaris, pembuatan surat rekomendasi dari IAI untuk syarat mengurus Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) dan Surat Izin Apotek (SIA), serta pembuatan SIPA dan SIA di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Proses yang dilakukan dalam mengurus perizinan apotek ini yaitu mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan. Dokumen tersebut di persiapkan sesuai dengan surat yang akan dibuat. Dokumen yang pertama akan dibuat adalah akta perjanjian kerjasama antara PSA dengan APA yang dilegalisasi oleh notaris. Akta tersebut berisi perjanjian antara apoteker pengelola apotek (APA) dengan Pemiliki Sarana Apotek (PSA) tentang beberapa hal seperti kesanggupan APA dalam mengelola apotek dan sistem pembagian hasil usaha. Dokumen yang dipersiapkan untuk mendapatkan akta tersebut antara lain draft akta perjanjian serta foto kopi KTP APA, PSA, dan saksi. Proses pembuatan akta ini yaitu dengan membuat perjanjian yang dituangkan dalam sebuah akta dengan isi perjanjian yang telah disepakati pihak APA maupun PSA. Akta perjanjian tersebut ditandatangani oleh pihak APA, PSA dan seorang saksi yang menyaksikan perjanjian tersebut. Notaris yang melegalisasi akta tersebut kemudian akan menandatangani dan mengeluarkan nomor legalitas yang menandakan akta tersebut telah terdaftar dalam buku khusus legalisasi akta perjanjian. Proses tersebut hanya membutuhkan waktu beberapa jam dan biaya 14

112 15 yang dikeluarkan Rp ,00. Contoh akta perjanjian diatas dapat dilihat pada Lampiran 1. Proses selanjutnya adalah mengurus surat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) sebagai persyaratan pembuatan SIPA dan SIA. Pengajuan permohonan surat rekomendasi ditujukan kepada pengurus cabang IAI daerah domisili apotek yaitu Kabupaten Tangerang. Pengurus cabang IAI Kabupaten Tangerang terletak di RSU Tangerang. Dokumen yang dipersiapkan untuk mengurus surat rekomendasi ini antara lain : surat permohonan pembuatan surat rekomendasi untuk pembuatan SIPA dan SIA; akta perjanjian kerjasama PSA dengan APA; foto kopi Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dari APA (Lampiran 2); foto kopi Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker (SKPA) (Lampiran 3); dan surat keterangan domisili APA. Proses pembuatan surat rekomendasi ini selama 3 hari dan menghabiskan dana sebesar Rp ,00 dengan rician biaya iuran IAI sebesar Rp ,00 dan Rp untuk pengurusan surat. Surat rekomendasi dari IAI untuk pembuatan SIPA dapat dilihat pada Lampiran 4 dan surat rekomendasi untuk pembuatan SIA dapat dilihat pada Lampiran 5. Setelah didapat surat rekomendasi dari IAI, selanjutnya dapat diurus pembuatan SIPA dan SIA. Persyaratan dalam pembuatan SIPA mengacu pada Pasal 21 Permenkes RI No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Persyaratannya adalah : surat permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian (Lampiran 6) fotokopi STRA yang dilegalisir oleh Komite Farmasi Nasional (KFN) (Lampiran 2); surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran (Lampiran 7); surat rekomendasi dari organisasi profesi (Lampiran 4); dan pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIPA paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. SIPA digunakan untuk persyaratan SIA.

113 16 Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Kepmenkes RI No. 922/Menkes/SK/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek terdapat penyederhanaan dalam memperoleh izin apotek, yakni yang berwenang memberikan SIA adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Kadinkes). Maka pengurusan SIA Apotek Rizki dilakukan di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang sesuai dengan domisili apotek. Proses pengajuan permohonan izin apotek Rizki yang dilakukan yaitu penyiapan dokumen yang dibutuhkan sebagai persyaratan. Dokumen-dokumen tersebut adalah : surat permohonan izin apotek (Lampiran 8); foto kopi KTA APA; denah bangunan (Lampiran 9); peta lokasi; surat yang menyatakan status bangunan dalam bentuk akte hak milik/sewa/kontrak (Lampiran 10); daftar asisten apoteker dengan mencantumkan nama, alamat, tanggal lulus dan Nomor Surat Izin Kerja /SIAA/STRTTK (Lampiran 11) ; daftar terperinci alat perlengkapan apotek (Lampiran 12); surat pernyataan dari APA bahwa tidak bekerja tetap pada suatu perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi APA di apotek lain (Lampiran 13); akte perjanjian kerjasama APA dengan PSA (Lampiran 1); surat pernyataan PSA tidak terlibat pelanggaran perundang-undangan di bidang obat (Lampiran 14); dan surat rekomendasi dari IAI untuk pembuatan SIA (Lampiran 5). Tahapan pertama yang dilakukan dalam pengurusan SIA yaitu, mengajukan surat permohonan izin apotek kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Selanjutnya menggunakan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM Tangerang untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang atau Kepala Balai POM Tangerang selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten melaporkan hasil pemeriksaan setempat. Jika pemeriksaan tersebut tidak dilaksanakan, APA dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi Banten. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan

114 17 hasil pemeriksaan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang mengeluarkan Surat Izin Apotik. Jika masih belum memenuhi syarat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu. 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dan APA memiliki kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi seiambat-lambatnya dalam jangka waktu. 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Penundaan. Jika apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan atau lokasi Apotik tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dalam jangka waktu selambatlambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasan-alasannya. Secara keseluruhan proses perizinan yang dilakukan dapat dilihat pada Lampiran 16. Proses dan kelengkapan dokumen telah sesuai dengan persyaratan yang terdapat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Proses birokrasi berjalan lancar dan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Terdapat kendala yang terjadi saat pembuatan SIPA di Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Persyaratan untuk menjadi APA harus melampirkan foto kopi STRA apoteker yang telah dilegalisasi original sebanyak 3 lembar, namun apoteker hanya menerima 2 lembar foto kopi yang telah dilegalisasi, sehingga menghambat proses birokrasi pengurusan SIPA. Telah dilakukan konfirmasi kepada pihak yang melegalisasi dan solusinya apoteker membuat surat pernyataan bahwa kekurangan 1 lembar foto kopi STRA yang telah dilegalisasi tidak pernah digunakan untuk kepentingan lain dan bersedia dicabut izin APA yang diberikan jika terbukti telah digunakan. Selain itu, proses pengeluaran SIA mengalami hambatan dikarenakan bangunan Apotek Rizki belum selesai direnovasi sehingga proses peninjauan langsung ke apotek oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang belum dapat dilakukan.

115 18 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Tata cara perizinan Apotek Rizki dilakukan sesuai dengan peraturan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Kepmenkes RI No. 922/Menkes/SK/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. 2. Proses perizinan Apotek Rizki yang dilakukan meliputi penyiapan dokumendokumen sebagai persyaratan mendapatkan SIA, pembuatan akta perjanjian APA dengan PSA di kantor notaris, pembuatan surat rekomendasi dari IAI untuk syarat mengurus Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) dan Surat Izin Apotek (SIA), serta pembuatan SIPA dan SIA di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. 3. Proses pengeluaran SIA mengalami hambatan karena bangunan Apotek Rizki belum selesai direnovasi sehingga proses peninjauan langsung ke apotek oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang belum dapat dilakukan. 5.2 Saran Untuk mempercepat peninjauan langsung ke Apotek Rizki oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, maka proses renovasi bangunan apotek harus dipercepat dan sesuai dengan persyaratan kelengkapan apotek sehingga diperoleh Surat Izin Apotek (SIA) 18

116 19 DAFTAR PUSTAKA Menteri Kesehatan Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/MenKes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Presiden Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta. Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Farmasi. Jakarta : Wira Putra Kencana. 19

117 LAMPIRAN

118 20 Lampiran 1. Akta perjanjian kerjasama antara Apoteker Pengelola Apotek (APA) dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA)

119 21 Lampiran 1. Akta perjanjian kerjasama antara Apoteker Pengelola Apotek (APA) dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) (Lanjutan)

120 22 Lampiran 1. Akta perjanjian kerjasama antara Apoteker Pengelola Apotek (APA) dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) (Lanjutan)

121 23 Lampiran 2. Surat Tanda Registrasi Apoteker yang telah dilegalisir oleh Komite Farmasi Nasional (KFN).

122 24 Lampiran 3. Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker

123 25 Lampiran 4. Surat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) untuk pembuatan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)

124 26 Lampiran 5. Surat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) untuk pembuatan Surat Izin Apotek (SIA)

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 20 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AISYAH, S.Far. 1206329316 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER IMELDA PRIANA, S.Farm. 1206329713

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO. 50 JAKARTA BARAT PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANNISA RAHMA HENDARSULA,

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 19 JUNI 12 JULI 2013 DAN 29 JULI 19 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 49 JL. PAHLAWAN REVOLUSI NO. 53 PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR PERIODE 2 APRIL-11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO.34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 8 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RITA ZAHARA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANITA AYU DWI AJIE SAPUTRI, S.Farm. 1106046673

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 10 29 MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AYUN ERWINA ARIFIANTI, S.Farm. 1206312883

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

DRA. HELNI, APT, M.KES

DRA. HELNI, APT, M.KES DRA. HELNI, APT, M.KES 1.Obat Bebas 2.Obat bebas terbatas 3. Obat Keras 4. Obat narkotika Obat bebas adalah obat yang dijual bebas tanpa resep dokter. Obat bebas ditandai dengan lingkaran hitam warna hijau

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JALAN BALAI PUSTAKA TIMUR NO.11 RAWAMANGUN PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 23 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. Ir. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. Ir. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. Ir. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER TYAS PAWESTRISIWI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ILMA NAFIA, S.Farm.

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LINDA JULI ASTUTI, S.Farm. 1206329770

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 119 JALAN RAYA DELTASARI INDAH BLOK AN 10-11, WARU SIDOARJO 12 OKTOBER - 7 NOVEMBER 2015

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 119 JALAN RAYA DELTASARI INDAH BLOK AN 10-11, WARU SIDOARJO 12 OKTOBER - 7 NOVEMBER 2015 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 119 JALAN RAYA DELTASARI INDAH BLOK AN 10-11, WARU SIDOARJO 12 OKTOBER - 7 NOVEMBER 2015 PERIODE XLV DISUSUN OLEH: FAWZIATUL KHOTIMAH, S. Farm.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya zaman, pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan juga meningkat. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana untuk memperoleh generasi yang baik perlu adanya peningkatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NISA YULIANTI SUPRAHMAN 1206313412 ANGKATAN

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TAHUN 2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TAHUN 2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TAHUN 2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa pengaturan tentang Industri Farmasi yang komprehensif

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

CEK LIST PERMOHONAN PERGANTIAN APOTEKER

CEK LIST PERMOHONAN PERGANTIAN APOTEKER CEK LIST PERMOHONAN PERGANTIAN APOTEKER Apotik :.. lama :.. No. Telp. :.. APA Lama :.. No. SIPA :.. APA Baru :.. No. STRA :.. No. Syarat Permohonan 1 Surat permohonan yang ditujukan kepada Kepala Dinas

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM. Pasal 1

KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.226,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 007 TAHUN 2012 TENTANG REGISTRASI OBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NITA KARTIKA, S. Farm. 1206313425 ANGKATAN

Lebih terperinci