UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NITA KARTIKA, S. Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Apoteker NITA KARTIKA, S. Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 ii

3

4 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Rini pada periode 14 Juni 31 Agustus Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar profesi Apoteker. Selain itu juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memahami peran dan tugas Apoteker di apotek. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan dan bimbingan yang diberikan, kepada : 1. Ibu Murdiana Baskoro, selaku pemilik sarana Apotek Rini yang telah memberikan kesempatan PKPA di Apotek Rini. 2. Ibu Meta Pramana, S.Si., Apt., selaku wakil pimpinan Apotek Rini dan sekaligus pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA di Apotek Rini. 3. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., selaku Apoteker Pengelola Apotek Rini yang telah memberikan kesempatan PKPA di Apotek Rini. 4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., selaku ketua Departemen Farmasi FMIPA- UI. 5. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku pimpinan program pendidikan profesi apoteker Departemen Farmasi FMIPA-UI. 6. Ibu Dra. Juheini Amin M.Si, selaku pembimbing PKPA di Departemen Farmasi FMIPA-UI. 7. Seluruh karyawan Apotek Rini. iv

5 8. Seluruh staf pengajar dan tata usaha program pendidikan profesi apoteker FMIPA-UI. 9. Keluarga yang telah memberikan kasih sayang, semangat, dukungan, dan doa. 10. Teman-teman Apoteker angkatan LXXVI atas perjuangan, semangat, dan kerjasamanya. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan baik secara secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, namun penulis berharap pengetahuan dan pengalaman yang penulis dapatkan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker di apotek Rini ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pengabdian penulis di masa mendatang dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi para pembaca. Penulis 2013 v

6 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Nita Kartika NPM : Program Studi : Profesi Apoteker Fakultas : Farmasi Jenis Karya : Laporan Praktek Kerja demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Lapporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Rini Jakarta Periode 10 Januari 28 Februari 2013 beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini, Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 2 Juli 2013 Yang menyatakan, (Nita Kartika)

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ii iii iv vi viii ix BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan BAB 2 TINJAUAN UMUM APOTEK Pengertian Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Persyaratan Apotek Tata Cara Perizinan Apotek Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Pelayanan Apotek Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pengelolaan Apotek Personalia Apotek Pencabutan Surat Izin Apotek Sediaan Farmasi Obat Generik Obat Wajib Apotek Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan vi

8 2.16 Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK Lokasi Bangunan dan Tata Ruang Struktur Organisasi Kegiatan-Kegiatan di Apotek Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika BAB 4 PEMBAHASAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN vii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1. Alur Penjualan Resep Tunai Gambar 3.2. Alur Penjualan Resep Kredit Gambar 3.3. Alur Penjualan OTC viii

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Obat Wajib Apoteker No Lampiran 2. Daftar Peubahan Obat Wajib Apotek No Lampiran 3. Daftar Obat Wajib Apotek No Lampiran 4. Daftar Obat Wajib Apotek No Lampiran 5. Obat yang Dikeluarkan Dari Obat Wajib Apotek Lampiran 6. Lokasi Apotek Rini Lampiran 7. Denah Ruangan Apotek RINI Lampiran 8. Salinan Resep Lampiran 9. Contoh Etiket Lampiran 10. Contoh Kuitansi Lampiran 11. Struktur Organisasi Apotek RINI Lampiran 12. Contoh Surat Pesanan Lampiran 13. Faktur Barang Lampiran 14. Contoh Tanda Terima Tukar Faktur Lampiran 15. Contoh Surat Pesanan Narkotik Lampiran 16. Contoh Pelaporan Narkotik Lampiran 17. Laporan Penggunaan Narkotik Lampiran 18. Contoh Surat Pesanan Psikotropika ix

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Departemen Kesehatan melalui visi Indonesia Sehat 2010 terkandung keinginan mewujudkan suatu kondisi masyarakat yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki kemapuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan setinggi-tingginya di seluruh Indonesia. Misi yang dilakukan, satu diantaranya adalah menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan seperti obat dan perbekalan kesehatan. Apotek merupakan tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian serta penyaluran perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002). Pekerjaan Kefarmasian berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Daris, 2011). Berdasarkan ketentuan perundangan yang berlaku, apotek harus dikelola oleh seorang Apoteker yang profesional. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apotoker. Dalam pengelolaan apotek, Apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola sumber daya manusa secara efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membatu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51, 2009). Orientasi pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser dari pelayana obat (drug oriented) menjadi pelayanan pasien (patient oriented) dengan mengacu pada pharmaceutical care. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup 1 Universitas Indonesia

12 2 pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut maka Apoteker dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lain secara aktif, berinteraksi langsung dengan pasien, di samping menerapkan keilmuannya dibidang farmasi. Apoteker berperan penting dalam jalannya fungsi apotek. Selain mengaplikasikan ilmu kefarmasiannya melalui pekerjaan kefarmasian, apoteker juga harus mampu menjalankan fungsi-fungsi kegiatan apotek lainnya yaitu pembelian, gudang, pelayanan, penjualan, keuangan dan pembukuan. Oleh karena itu, apoteker juga harus mampu menguasai dan menerapkan ilmu lainnya seperti pemasaran dan akuntansi. Sehingga, dalam menjalankan profesi apotekernya di apotek, seorang apoteker tidak hanya berperan sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian namun juga prinsip-prinsip operasional yang dapat memberikan keuntungan kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan (stake holder) tanpa harus menghilangkan fungsi sosialnya di masyarakat (Umar, 2009). Pengenalan kerja apoteker di apotek diperlukan bagi mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan profesi apoteker sebagai upaya untuk membekalinya dengan ilmu yang diperlukan dalam menjalankan peran tersebut. Selain itu, dalam Peraturan Pemerintah R.I No.31 tahun 1996, untuk menjalankan upaya kesehatan apoteker sebagaimana tenaga kesehatan lainnya harus memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan dengan ijazah dari lembaga pendidikan. Oleh karena itu, Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan Apotek Rini menyelenggarakan Praktek kerja Profesi Apoteker (PKPA) guna memberikan pembekalan, pengetahuan, pemahaman dan gambaran singkat peran Apoteker dalam penyelenggaraan kesehatan sebelum mengabdi pada masyarakat. PKPA di Apotek Rini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu Januari-Februari Pada program kerja ini, mahasiswa belajar melalui pengamatan dan praktek langsung bagaimana menjalankan fungsi apotek yaitu melaksanakan kegiatankegiatan kefarmasian teknis dan non teknis. Mahasiswa yang ikut serta dalam program ini diharapkan dapat mengambil manfaat sebaik-baiknya dengan menimba ilmu sebanyak mungkin dari seluruh tenaga kefarmasian di apotek dan melalui setiap keikutsertaannya dalam kegiatan-kegiatan di apotek. Universitas Indonesia

13 3 1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan di Aptek Rini ini bertujuan untuk : 1. Memahami fungsi dan peran Apoteker di Apotek. 2. Mempelajari kegiatan-kegiatan dalam pengelolaan Apotek. Universitas Indonesia

14 BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK 2.1 Pengertian Apotek Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Perbekalan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia (obat tradisional), bahan obat asli Indonesia (bahan obat tradisional), alat kesehatan dan kosmetika (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332, 2002). Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Pekerjaan kefarmasian yang disebutkan diatas didefinisikan sebagai perbuatan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Peraturan Pemerintah Nomor 51, 2009). 2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu fasilitas pelayanan kefarmasian yang diatur dalam : a. Undang-Undang Obat Keras (St 1937 No. 541). b. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan dan Tambahan atas Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek. c. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. d. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. e. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti Apoteker dan Izin Kerja Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 184/Menkes/Per/II/ Universitas Indonesia

15 5 f. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 25 tahun 1980 pasal 2, tugas dan fungsi apotek adalah (Peraturan Pemerintah Nomor 25, 1980) : a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. d. Sebagai sarana tempat pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya. 2.4 Persyaratan Apotek Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 pasal 6, beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin suatu apotek adalah sebagai berikut : a. Untuk mendapatkan izin apotek, Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat dan perlengkapan yang merupakan milik sendiri atau pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi lain di luar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lain di luar sediaan farmasi. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah : Universitas Indonesia

16 6 a. Lokasi dan Tempat Persyaratan jarak antara apotek tidak lagi dipermasalahkan tetapi tetap mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, dokter praktek dan sarana pelayanan kesehatan lain. b. Bangunan dan Kelengkapan Bangunan apotek harus memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan farmasi. Apotek harus mempunyai papan nama yang terbuat dari bahan yang memadai dan memuat nama apotek, nama Apoteker Pengelola Apotek (APA), nomor Surat Izin Apotek (SIA) dan alamat apotek. Luas bangunan apotek tidak dipermasalahkan. Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, ventilasi dan sistem sanitasi yang baik. Bangunan apotek terdiri dari : 1. Ruang tunggu Ruang tunggu seharusnya dibuat senyaman mungkin, bersih, segar, terang, tidak terdapat nyamuk atau serangga sehingga pasien atau konsumen merasa betah dan nyaman menunggu. Beberapa apotek bahkan menyediakan majalah, minuman mineral/dispenser dan majalah kesehatan ilmiah. Bagian penerimaan resep haruslah dibuat sebaik mungkin karena berhubungan langsung dengan konsumen. 2. Ruang peracikan Ruang peracikan sebaiknya diatur agar persediaan dapat dijangkau dengan mudah pada saat persiapan, peracikan dan pengemasan. 3. Bagian penyerahan obat Untuk pelayanan profesional di apotek, seharusnya apotek menyediakan ruang atau tempat khusus untuk menyerahkan obat dan dapat juga digabung dengan ruang konsultasi atau pemberian informasi. Jika tidak dapat dibuat ruang terpisah dapat juga dilakukan pembatasan dengan menggunakan dinding penyekat sehingga dapat memberikan atau menyediakan kesempatan berbicara secara pribadi antara Apoteker dengan konsumen atau pasien. Universitas Indonesia

17 7 4. Ruang administrasi Merupakan ruang yang terpisah dari ruang pelayanan ataupun ruang lainnya. Walaupun tidak terlalu besar, namun disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan manajerial. Ruangan ini juga digunakan untuk menerima tamu dari pemasok atau industri/pabrik farmasi. c. Perlengkapan Apotek Perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan pengelolaan apotek. Perlengkapan yang harus tersedia di apotek adalah : 1) Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan, seperti timbangan, mortir dan gelas ukur. 2) Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan farmasi, seperti lemari obat dan lemari pendingin. 3) Wadah pengemas dan pembungkus, seperti etiket dan plastik pengemas. 4) Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan beracun. 5) Alat dan perlengkapan laboratorium untuk pengujian sederhana, seperti erlenmeyer dan gelas ukur. 6) Alat administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kuitansi dan salinan resep. 7) Buku standar yang diwajibkan, seperti Farmakope Indonesia edisi terbaru. 2.5 Tata Cara Perizinan Apotek Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) untuk membuka apotek di tempat tertentu. Izin apotek diberikan oleh Menteri yang melimpahkan wewenangnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin dan pencabutan izin dilaporkan setahun sekali oleh Kepala Dinas Kesehatan kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 7 dan 9 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Universitas Indonesia

18 8 Kesehatan RI No. 1992/Menkes/Per/X/1993 mengenai Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut : a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT-1. b. Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya enam hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya enam hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dan Kepala Dinas Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (b) dan (c) tidak dilaksanakan, Apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan contoh formulir APT-4. e. Dalam jangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau (d), Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh formulir APT-5. f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 hari mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir APT-6. g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f), Apoteker diberikan kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan APA dan/atau persyaratan apotek atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam Universitas Indonesia

19 9 jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir APT Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Sebelum melaksanan kegiatannya, Apoteker Pengelola Apotek (APA) wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/2002, APA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Ijazahnya telah terdaftar pada Kementerian Kesehatan. b. Telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker c. Memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dari Menteri Kesehatan d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi APA di apotek lain. Selain itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, setiap Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). 2.7 Pelayanan Apotek Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 Bab VII Tentang Pelayanan, yang meliputi : (1) Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek. (2) Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi padda kepentingan masyarakat. Universitas Indonesia

20 10 (3) Apoteker tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat bermerek dagang. Namun resep dengan obat bermerek dagang atau obat paten boleh diganti dengan obat generik. (4) Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih tepat. (5) Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat. (6) Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. (7) Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep. (8) Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker. (9) Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun. (10) Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. (11) Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (12) Apoteker Pengelola Apotek turut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping, Apoteker Pengganti di dalam pengelolaan Apotek. Apoteker Pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan Apoteker Pengelola Apotek. Universitas Indonesia

21 11 (13) Dalam pelaksanakan pengelolaan apotek, APA dapat dibantu oleh Asisten Apoteker (AA). AA melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek dibawah pengawasan Apoteker. 2.8 Pelayanan Kefarmasian di Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, pelayanan kefarmasian di Apotek hanya dapat dilakukan oleh apoteker yang mimiliki STRA dan SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker). Dalam melaksanakan tugas tersebut, apoteker dapat dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK (Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian). Pelayanan kefarmasian di Apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/2004 meliputi : Pelayanan Resep a. Skrining resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi: 1). Persyaratan administratif, seperti : nama, SIP, dan alamat dokter; tanggal penulisan, resep, nama, alamat, umut, jenis kelamin, dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian serta informasi lainnya. 2). Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian. 3). Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan. b. Penyiapan Obat 1). Peracikan. Merupakan kegiatan menyiapkan menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Universitas Indonesia

22 12 2). Etiket Etiket harus jelas dan dapat dibaca 3). Kemasan Obat yang Diserahkan Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. 4). Penyerahan Obat Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. 5). Informasi Obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. 6). Konseling Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC,asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan. 7). Monitoring Penggunaan Obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya Promosi dan Edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu Universitas Indonesia

23 13 diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet / brosur, poster, penyuluhan, dan lain lainnya Pelayanan Residensial (Home Care) Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record). 2.9 Pengelolaan Apotek Pengelolaan Apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan Apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek. Pengelolaan apotek oleh APA ada dua bentuk yaitu pelayanan teknis kefarmasian dan pelayanan non teknis kefarmasian Pengelolaan Teknis Kefarmasian Pengelolaan apotek berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/Menkes/Per/X/1993 pasal 10 meliputi : 1. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat. 2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penyerahan perbekalan farmasi lainnya. 3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat serta pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya Pengelolaan Non Teknis Kefarmasian Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditi selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. Universitas Indonesia

24 14 Agar dapat mengelola apotek dengan baik dan benar, seorang APA dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai yang tidak hanya dalam bidang farmasi tetapi juga dalam bidang lain seperti manajemen. Prinsip dasar manajemen yang perlu diketahui oleh seorang APA dalam mengelola apoteknya adalah: a. Perencanaan, yaitu pemilihan dan penghubungan fakta serta penggunaan asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. b. Pengorganisasian, yaitu menyusun atau mengatur bagian-bagian yang berhubungan satu dengan lainnya, dimana tiap bagian mempunyai suatu tugas khusus dan berhubungan secara keseluruhan. c. Kepemimpinan, yaitu kegiatan untuk mempengaruhi dan memotivasi pegawainya agar berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. d. Pengawasan, yaitu tindakan untuk mengetahui hasil pelaksanaan untuk kemudian dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan kerja agar segala kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai Personalia Apotek Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta keterampilan dibidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 19 disebutkan mengenai ketentuan beberapa pelimpahan tanggung jawab pengelola apotek : a. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk Apoteker pendamping. Apoteker pendamping adalah Apoteker yang telah bekerja di apotek di samping APA dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. b. Apabila APA dan Apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjukkan Apoteker pengganti. Apoteker pengganti adalah Apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut Universitas Indonesia

25 15 tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain. c. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat dengan menggunakan formulir APT-9. d. Apoteker pendamping dan Apoteker pengganti wajib memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. e. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-menerus, Surat Izin Apotek atas nama Apoteker yang bersangkutan dapat dicabut. Untuk mendukung kegiatan di apotek, apabila apotek yang dikelola cukup besar dan padat, diperlukan tenaga kerja lain, seperti Asisten Apoteker (AA) yaitu mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker di bawah pengawasan Apoteker; juru resep yaitu petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker serta personel lain yang dapat melakukan fungsi keuangan dan administrasi. Selanjutnya, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1992 pasal 20 sampai 23 dijelaskan bahwa Apoteker Pengelola Apotek (APA) bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker pendamping maupun Apoteker pengganti, dalam pengelolaan apotek. Apoteker pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas mengganti APA. Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA oleh Apoteker pengganti, harus diikuti dengan serah terima resep, narkotika dan perbekalan farrmasi lainnya, serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan pembuatan berita acara. Pada pasal 24, dijelaskan bahwa apabila APA meninggal dunia, maka ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut dalam waktu 2x24 jam kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker pendamping, maka laporan wajib disertai penyerahan resep, narkotika, Universitas Indonesia

26 16 psikotropika, obat keras serta kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Penyerahan dibuat berita acara serah terima sebagaimana dimaksud pasal 23 ayat (2) kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir APT-11 dengan tembusan kepada Kepala Balai POM setempat Pencabutan Surat Izin Apotek Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 25 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila: a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai Apoteker Pengelola Apotek, dan/atau b. Apoteker tidak memenuhi kewajibannya dalam menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin dan melakukan penggantian obat generik dalam resep dengan obat paten, dan/atau c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terusmenerus, dan/atau d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-undang Obat Keras No. St No. 541, Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan, dan/atau e. Surat Izin Kerja APA dicabut dan/atau f. Pemilik Sarana Apotek (PSA) terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan dibidang obat, dan/atau g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan harus berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak tiga kali beturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan dengan menggunakan contoh formulir APT-12. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan sejak Universitas Indonesia

27 17 dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek dengan menggunakan contoh formulir APT-13. Pembekuan SIA dapat dicairkan kembali apabila Apoteker telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan. APA atau Apoteker pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasinya. Pengamanan dilakukan yaitu dengan cara dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotik, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di apotek. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud di atas Sediaan Farmasi Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia (Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan). Obat-obat yang beredar di Indonesia berdasarkan keamanan dan pengamanannya digolongkan mejadi 4 kelompok obat, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, dan obat narkotika.. Penggolongan ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut Obat Bebas (Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 2006) Obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter merupakan Obat Bebas. Pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan berwarna hijau yang dapat dilihat dengan lebih jelas pada Gambar 2.1. Dalam kemasan obat disertakan brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis, aturan pakai, efek samping, nomor batch, nomor registrasi, Universitas Indonesia

28 18 nama dan alamat pabrik, serta cara penyimpanannya. Contohnya adalah Panadol. Gambar 2.1. Penandaan Obat Bebas Obat Bebas Terbatas Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan yang dapat dikenali oleh penderita sendiri merupakan Obat Bebas Terbatas. Obat bebas terbatas termasuk obat keras dimana pada setiap takaran yang digunakan diberi batas dan pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam mengelilingi bulatan berwarna biru serta sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975, disertai tanda peringatan P. No.1 sampai P. No. 6 dan harus ditandai dengan etiket atau brosur yang menyebutkan nama obat yang bersangkutan, daftar bahan berkhasiat serta jumlah yang digunakan, nomor batch, tanggal kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan, indikasi, cara pemakaian, peringatan serta kontra indikasi. Peringatan pada obat bebas terbatas yaitu : 1. Awas! Obat Keras. Bacalah aturan memakainya. Contohnya adalah ce te em dan antimo. 2. Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan. Contohnya adalah listrin dan abotil. 3. Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan. Contohnya adalah betadine. 4. Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar. Jenis obat bebas terbatas dengan peringatan ini tidak dipakai lagi. 5. Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan. Contohnya adalah suppositoria dulcolax. 6. Awas! Obat KerasObat wasir jangan ditelan. Contohnya adalah suppositoria tramal. Universitas Indonesia

29 19 Penandaan terhadap obat bebas terbatas beserta Penandaan peringatan dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan Gambar 2.3. Gambar 2.2. Penandaan Obat Bebas Terbatas P. No.1 Awas! Obat Keras Bacalah aturan memakainya P. No.2 Awas! Obat keras Hanya untuk kumur, jangan ditelan P. No.3 Awas! Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan P. No. 4 Awas! Obat Keras Hanya untuk dibakar P. No. 5 Awas! Obat Keras Tidak boleh ditelan P. No. 6 Awas! Obat Keras Obat wasir jangan ditelan Gambar 2.3. Penandaan Peringatan pada Obat Bebas Terbatas Obat Keras Obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter adalah Obat Keras. Pada bungkus luarnya, obat ini diberi tanda bulatan dengan lingkaran hitam dengan dasar merah yang didalamnya terdapat huruf K yang menyentuh garis tepi. Tanda dapat dilihat dengan lebih jelas pada Gambar 2.4. Obat yang masuk ke dalam golongan obat keras ini adalah obat yang dibungkus sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek jaringan, obat baru yang belum tercantum dalam kompendial/farmakope terbaru yang berlaku di Indonesia serta obat-obat yang ditetapkan sebagai obat keras melalui keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Contoh obat keras adalah antibiotik oral dan hormone. Universitas Indonesia

30 20 Psikotropika digolongkan sebagai obat keras yang memerlukan pengawasan khusus. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh psikotropika adalah alprazolam dan diazepam. Gambar 2.4. Penandaan Obat Keras Obat Golongan Narkotika Menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, dalam Bab I pasal 1 Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan. Contoh narkotika adalah morfin dan kodein. Gambar 2.5. Penandaan Obat Golongan Narkotika 2.13 Obat Generik Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan International Non Proprietary Name (INN) WHO untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Selain itu obat generik dapat juga merupakan obat yang telah habis masa patennya, sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalty. Obat Generik Berlogo adalah obat generik yang menyandang logo yang diciptakan pemerintah, sebagai lambang yang menyatakan bahwa obat generic tersebut di produksi pabrik obat yang sudah menerapkan Sertifikat Cara Produksi Yang Baik (CPOB). Kewajiban menuliskan resep dan atau menggunakan obat generik pada fasilitas pelayanan Universitas Indonesia

31 21 kesehatan pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang kewajiban menggunakan obat generic di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah Obat Wajib Apotek Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.919/Menkes/Per/X/1993, obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan pada pasien tanpa resep dokter dengan mengikuti peraturan dari Menteri Kesehatan. Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria: a Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun. b Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit.. c Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.924/Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Perubahan Golongan Obat No.1,yang termasuk dalam Obat Wajib Apotek Golongan 1 antara lain Aminofilin, Benzokonium, Benzokain, Bromheksin, Centrimid, Difenhidramin, Ibuprofen, Lidokain, Mebendazol, Oksimetazolin, Teofilin, Tolnaftat, dan Triprolidin. Dalam permenkes tersebut, beberapa obat yang berdasarkan Permenkes No. 347 Tahun 1990 merupakan OWA berubah menjadi obat bebas terbatas atau obat bebas serta disertai keterangan pembatasannya. Tambahan terhadap daftar Obat Wajib Apotek Golongan 1 tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.924/Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Obat Wajib No.2 dan Keputusan Menteri Kesehatan No.1176/Menkes/SK/X/1999 Tentang Daftar Obat Wajib Apotik No. 3. Obat Wajib Apotek Golongan 2 antara Universitas Indonesia

32 22 lain Albendazol, Basitrasin, Klindamisin, Deksametason, Natrium Diklofenak, Flumetason, Ibuprofen, Ketokonazol, Metilprednisolon, dan lain-lain. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1176/Menkes/SK/X/1999 Tentang Daftar Obat Wajib Apotik No. 3 Obat Wajib Apotek No. 3 diantaranya Famotidin dan Ranitidin (Pemberian hanya atas dasar pengobatan ulangan dari dokter), Asam fusidat, Tretinoin, Obat Antituberkulosis, Alopurinol, Natrium Diklofenak, Kloramfenikol dan yang lainnya yang termasuk dalam daftar yang telah diatur. Daftar DOWA terlampir pada lampiran Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/ IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi: perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistim FIFO (first in first out) dan FEFO (first expire first out) Perencanaan Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan pola penyakit, kemampuan masyarakat, budaya masyarakat Pengadaan Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku Penyimpanan Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru, wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluarsa. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak, dan menjamin kestabilan bahan (Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, 2004). Universitas Indonesia

33 Pengelolaan Narkotika Menurut Undang-undang RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, narkotika dibagi menjadi tiga golongan, yang terdiri dari narkotika golongan I, golongan II dan golongan III. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan, contohnya heroin, meskalin dan MDMA. Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantunganpet, contohnya morfin, metadon dan petidin. Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan, contohnya kodein, propiran dan buprenorfin. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, namun di sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama. Oleh karena itu, pengaturan narkotika harus benar-benar terkontrol, baik dalam hal mengimpor, mengekspor, memproduksi, menanam, menyimpan, mengedarkan dan menggunakan narkotika harus dikendalikan dan diawasi dengan ketat. Tujuan pengaturan narkotika tersebut adalah menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, mencegah tejadinya penyalahgunaan narkotika dan memberantas peredaran obat gelap. Di Indonesia, pengendalian dan pengawasan narkotika merupakan wewenang Badan POM. Untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan narkotika maka pemerintah Indonesia hanya memberikan izin kepada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk., untuk mengimpor bahan baku, memproduksi sediaan dan mendistribusikan narkotika di seluruh Indonesia. Hal tersebut dilakukan mengingat narkotika adalah bahan berbahaya yang penggunaannya dapat Universitas Indonesia

34 24 disalahgunakan. Secara garis besar pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan dan pemusnahan Pemesanan Narkotika Berdasarkan Undang-undang No. 9 tahun 1976, apotek hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) tertentu yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Untuk memudahkan pengawasan maka apotek hanya dapat memesan narkotika ke PBF PT. Kimia Farma, Tbk., dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) yang ditandatangani oleh APA serta dilengkapi dengan nama jelas, nomor SIK, nomor SIA dan stempel apotek. Satu SP hanya boleh memesan satu jenis narkotika. Surat Pesanan terdiri dari empat rangkap, tiga rangkap termasuk aslinya diserahkan ke pihak distributor (Kimia Farma) sementara sisanya disimpan oleh pihak apotek sebagai arsip Penerimaan dan Penyimpanan Narkotika Penerimaan narkotika dilakukan oleh APA yang dapat diwakilkan oleh AA yang mempunyai SIK dengan menandatangani faktur, mencantumkan nama jelas, nomor Surat Izin Apotek dan stempel apotek. Segala zat atau bahan yang termasuk narkotika di apotek wajib disimpan khusus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan pasal 14 ayat (1) UU no. 35 tahun Tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/V/1978. Dalam Peraturan tersebut dinyatakan bahwa apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat. c. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama digunakan untuk penyimpanan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika. Bagian kedua digunakan untuk menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari. Universitas Indonesia

35 25 d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm maka lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai. e. Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain narkotika, kecuali ditentukan lain oleh Menteri Kesehatan. f. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh pegawai yang diberi kuasa. g. Lemari khusus harus diletakkan di tempat yang aman dan tidak boleh terlihat oleh umum Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Ketentuan-ketentuan peresepan obat narkotika : a. Hanya dapat diserahkan dengan resep dokter. b. Resep tidak boleh diulang, tiap kali harus ada resep baru. c. Resep yang mengandung narkotika diberi garis merah. d. Nama dan alamat pasien dicatat di belakang resep. e. Penyimpanan resep dipisahkan dari resep-resep yang lain. Selain itu, berdasarkan atas Surat Edaran Direktorat Jenderal POM (sekarang Badan POM) No. 336/E/SE/1997 disebutkan : a. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. b. Salinan resep dan resep narkotika dengan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika Pelaporan Narkotika Dalam Undang-undang No. 35 tahun 2009 pasal 14 ayat (2) disebutkan bahwa industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Laporan narkotika diberikan kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan setempat selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya, dengan Universitas Indonesia

36 26 tembusan kepada Balai Besar POM. Apotek berkewajiban menyusun dan mengirim laporan bulanan yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek Pemusnahan Narkotika Apoteker Pengelola Apotek yang memusnahkan narkotika harus membuat Berita Acara Pemusnahan Narkotika, yang sekurang-kurangnya memuat : a. Hari tanggal, bulan dan tahun dilakukan pemusnahan. b. Nama APA c. Nama seorang saksi dari Pemerintah dan seorang saksi lain dari pihak apotek d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan e. Cara pemusnahan (dibakar, dihancurkan, dipendam) f. Tanda Tangan APA Berita acara kemudian dikirimkan ke Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan dan Dinas Kesehatan Dati II/Kodya/Propinsi dan menyimpan sebagai arsip (Umar, 2009) Pengelolaan Psikotropika Pengertian psikotropika dalam UU No. 5 tahun 1997 adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam UU No. 5 tahun 1997 adalah segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika sama dengan narkotika, yaitu menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan memberantas peredaran gelap psikotropika. Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, disebutkan bahwa Psikotropika golongan I dan II telah dipindahkan menjadi Narkotika golongan I sehingga lampiran mengenai Psikotropika golongan I dan II pada UU No. 5 tahun 1997 dinyatakan tidak berlaku lagi. Sehingga, obat-obat yang tergolong psikotropik saat ini adalah psikotropik golongan 3 dan 4 dalam lampiran UU No. Universitas Indonesia

37 27 5 tahun 1997 tentang psikotropika. Secara garis besar pengolahan psikotropika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan dan pemusnahan Pemesanan Psikotropika Pemesanan Psikotropika memerlukan SP, dimana satu SP bisa digunakan untuk beberapa jenis obat. Penyaluran psikotropika tersebut diatur dalam UU No. 5 tahun 1997 pasal 12 ayat (2). Dalam pasal 14 ayat (2) dinyatakan bahwa penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pasien dengan resep dokter. Tata cara pemesanan dengan menggunakan SP yang ditandatangai oleh APA. Surat pesanan terdiri dari dua rangkap, aslinya diserahkan ke pihak distributor sementara salinannya disimpan oleh pihak apotek sebagai arsip. Satu SP dapat digunakan untuk pemesananbeberapa jenis psikotropika Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan psikotropika sampai saat ini belum diatur oleh perundangundangan. Namun mengingat obat-obat tersebut cenderung disalahgunakan maka disarankan agar penyimpanan obat-obat golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus Pelaporan Psikotropika Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan yang berhubungan dengan psikotropika dan dilaporkan kepada Menteri Kesehatan secara berkala sesuai dengan UU No. 5 tahun 1997 pasal 33 ayat 1 dan pasal 34 tentang pelaporan psikotropika. Laporan dikirim setahun sekali ke Suku Dinas Pelayanan Kesehatan setempat selambat-lambatnya tanggal 10 tahun berikutnya dengan tembusan kepada Balai Besar POM Pemusnahan Psikotropika Pemusnahan psikotropika berdasarkan pasal 53 UU No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak Universitas Indonesia

38 28 dapat digunakan dalam proses produksi psikotropika, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika wajib dibuat berita acara dalam waktu tujuh hari setelah mendapat kepastian. Universitas Indonesia

39 BAB III TINJAUAN KHUSUS APOTEK RINI Apotek Rini didirikan pada tanggal 14 Desember Pendirinya adalah kakak beradik Ny. Murdiana Baskoro, H. Slamet Effendi (Alm) dan Ny. Murdiati Purnomohadi (Alm). Nama apotek ini diambil dari nama adik terkecil mereka yaitu Rini. Apotek Rini memiliki tiga orang Apoteker, terdiri dari satu Apoteker Pengelola Apotek (APA) yaitu Drs. Umar Mansur, MSc. yang bergabung dengan apotek Rini sejak tahun 1979 dan dua orang Apoteker pendamping yaitu DR. Maksum Radji, M. Biomed. yang bergabung dengan apotek Rini sejak tahun 1982 dan Meta Pramana, S.Si, Apt. yang juga menjadi salah satu pimpinan di apotek Rini. 3.1 Lokasi Apotek Rini berada di Jalan Balai Pustaka Timur No. 11, Rawamangun, Jakarta Timur. Lokasinya yang strategis, terletak di daerah yang ramai dan padat penduduk, dekat dengan beberapa Rumah Sakit antara lain RS Persahabatan dan RS. Dharma Nugraha, selain itu dekat dengan tempat praktek dokter yang berlokasi di sebelah apotek, serta dekat dengan pusat perbelanjaan Tip Top. Apotek Rini berada di pinggir jalan dua arah yang dilalui oleh kendaraan umum, sehingga mudah dijangkau oleh pasien. Apotek Rini memiliki halaman parkir yang cukup luas, sehingga memudahkan pasien yang membawa kendaraan pribadi untuk parkir di depan apotek. Lokasi apotek Rini dapat dilihat pada Lampiran Bangunan dan Tata Ruang Bangunan apotek Rini terdiri dari ruang tunggu, ruang pelayanan, ruang peracikan, ruang administrasi dan keuangan, ruang pimpinan gudang, ruang sholat, toilet dan dapur. Denah apotek Rini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Universitas Indonesia

40 Ruang Tunggu Bagian depan Apotek Rini terdapat ruang tunggu yang cukup luas, dilengkapi dengan fasilitas yang membuat konsumen nyaman selama menunggu waktu penyelesaian resep, seperti fasilitas televisi yang diletakkan di sudut kanan ruang tunggu agar pasien tidak merasa jenuh ketika menunggu, bangku panjang yang cukup banyak di sekeliling pinggir ruang tunggu, dan pendingin ruangan. Selain itu, terdapat juga fasilitas Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di sebelah ruang tunggu yang mempermudah pasien untuk mengambil uang Bagian Penerimaan Resep, Pembayaran dan Penyerahan Obat Bagian depan Apotek Rini juga terdapat bagian penerimaan resep, pembayaran dan penyerahan obat terletak di depan ruang tunggu yang dibatasi dengan etalase dan rak-rak yang ada di display produk OTC (Over The Counter) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), seperti kosmetika, perlengkapan bayi dan perlengkapan sehari-hari (sabun, sampo, dll) yang dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Bagian penerimaan resep juga menerima pembelian obat bebas dan PKRT (Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga). Pada bagian pembayaran terdapat tiga kasir yang saling terhubung dengan suatu sistem jaringan komputer on-line. Semua produk yang telah dibayar dan telah selesai disiapkan akan dicap dan diserahkan ke bagian penyerahan obat Ruang Peracikan Di bagian dalam Apotek Rini terdapat ruang peracikan yang terpisah dari ruang tunggu, sehingga terhindar dari pandangan langsung konsumen. Antara ruang peracikan dan bagian penerimaan resep terdapat loket untuk meletakkan resep yang sudah diinput transaksinya dalam computer kemudian ditulis nomor transaksi dan diberi harga. Ruang ini cukup luas dan dilengkapi dengan pendingin ruangan yang berfungsi untuk menjaga suhu ruangan agar tetap sejuk selama obat tersimpan dalam rak obat di Apotek Rini. Di ruang peracikan terdapat dua buah komputer yang terhubung dengan komputer bagian pemberian harga, bagian pembelian, kasir, gudang, ruang Universitas Indonesia

41 31 pimpinan dan satu buah mesin fax untuk melayani resep yang diantar untuk daerah Rawamangun dan sekitarnya. Pada ruang peracikan, penyimpanan obat disusun secara abjad dan berdasarkan jenis sediaan (tablet, sirup, krim/salep, obat tetes, obat suntik dan infus) di rak dan etalase untuk memudahkan pencarian dan pengambilan obat. Obat-obat yang harganya relatif mahal diletakkan secara terpisah pada lemari tersendiri dekat meja pemberian etiket. Penyimpanan narkotika dilakukan pada lemari kayu yang menempel di dinding dan dikunci, sedangkan sediaan psikotropika dipisahkan penyimpanannya pada suatu rak tersendiri. Sediaan yang harus disimpan pada suhu dingin, seperti supositoria, insulin, vaksin dan sebagian obat-obat suntik diletakkan di lemari pendingin yang terpisah. Pada ruangan ini terdapat meja untuk melakukan kegiatan peracikan dan meja untuk melakukan pemeriksaan obat serta penulisan salinan resep. Di dekat meja peracikan juga terdapat timbangan. Meja untuk menangani resep racikan terdiri dari meja untuk menghitung, menyalin resep, menyiapkan dan meracik puyer dan kapsul. Pengerjaan sediaan setengah padat dan melarutkan sirup kering dilakukan di meja terpisah yang terletak di belakang ruang peracikan. Meja pemeriksaan obat dan penulisan salinan resep berdekatan dengan bagian penyerahan obat. Meja ini digunakan untuk pemberian etiket obat paten, penulisan salinan resep dan pembuatan kwitansi. Contoh salinan resep, etiket dan kuitansi dapat dilihat pada Lampiran 8, 9 dan Ruang Administrasi dan Pembelian Pada bagian samping apotek terdapat ruang administrasi dan pembelian yang dilengkapi seperangkat komputer. Semua urusan kepegawaian dan administrasi perusahaan dilakukan di ruangan ini. Ruang pembelian terdapat di sebelah ruang administrasi dilengkapi dengan komputer yang digunakan untuk mengecek kembali persediaan obat apabila meragukan sehingga pemesanan obat sesuai dengan yang dibutuhkan. Selain itu juga terdapat meja untuk melaksanakan transaksi pemesanan obat dan penukaran faktur, serta penyerahan giro saat waktu pembayaran tiba. Di ruangan ini pun terdapat meja untuk APA melakukan kegiatan administrasi. Universitas Indonesia

42 Ruang Pimpinan Di dekat gudang baru yang dulu merupakan tempat sholat wanita terdapat ruang pimpinan. Ruang ini dilengkapi dengan ruang untuk menerima tamu, meja kerja pimpinan dan seperangkat komputer Gudang Obat-obatan di simpan di dalam gudang dengan penyimpanan yang bersekat-sekat dimana obat disusun berdasarkan bentuk sediaan dan secara abjad dengan menggunakan sistem FIFO (First In First Out). Ruangan ini juga dilengkapi dengan komputer untuk memasukkan persediaan barang barang Ruang Makan Bagian belakang Apotek Rini terdapat ruang makan yang digunakan untuk tempat makan dan istirahat para karyawan, serta tempat penyimpanan resep dalam jangka waktu setahun. Selain itu ruang makan juga digunakan sebagai tempat penyimpanan dan pembuatan sediaan-sediaan standar (anmaak), seperi Obat Batuk Hitam (OBH), gargarisma khan, rivanol, alkohol 70%, bedak salisiat, salep ichtyol, spiritus bakar dan sebagainya Ruang Sholat Di dekat ruang makan terdapat ruang solat yang sebelumnya ruang sholat dipisahkan antara karyawan pria dan wanita, namun saat ini ruang sholat digabung menjadi satu. 3.3 Struktur Organisasi Apotek Rini dikepalai oleh seorang pimpinan sekaligus sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA) yang memimpin apotek secara keseluruhan. Salah satu pimpinan apotek Rini juga seorang Apoteker, dengan demikian Apotek Rini mempunyai tiga orang Apoteker yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan di apotek, yaitu Apoteker Pengelola Apotek (APA), Apoteker pendamping dan wakil pimpinan. Kegiatan teknis kefarmasian dibantu oleh Asisten Apoteker, juru resep dan kasir, sedangkan untuk kegiatan non kefarmasian, seperti pembelian, piutang Universitas Indonesia

43 33 dagang, hutang dagang, pajak dan laporan keuangan dilakukan oleh bagian administrasi. Apotek Rini juga memiliki satpam untuk menjaga keamanan di sekitar apotek dan bila diperlukan dapat diperbantukan untuk mengantarkan resep. Adapun rincian karyawan yang ada di apotek Rini adalah satu orang APA, dua orang Apoteker pendamping, tiga orang Asisten Apoteker kepala yang dibagi menjadi tiga shift, 31 orang Asisten Apoteker (AA) yang dibagi menjadi tiga shift, 21 orang juru resep yang dibagi menjadi tiga shift, dua orang administrasi, lima orang kasir dan tujuh orang satpam yang dibagi menjadi tiga shift. Jumlah total karyawan di apotek Rini adalah 74 orang. Struktur organisasi apotek Rini dapat dilihat pada Lampiran Kegiatan-Kegiatan di Apotek Kegiatan di apotek Rini dikelompokkan menjadi dua, yaitu kegiatan dibidang teknis kefarmasian dan non teknis kefarmasian Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan pengadaan/pembelian perbekalan farmasi, penyimpanan barang, pembuatan obat racikan,penjualan, dan pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan teknis kefarmasian Pengadaan/Pembelian Perbekalan Farmasi Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan oleh petugas dari bagian pembelian (Asisten Apoteker) dengan menggunakan surat pesanan yang telah ditandatangani oleh APA. Pengadaan perbekalan farmasi ini dilaksanakan melalui pembelian secara tunai maupun kredit. Dari hasil print out pengeluaran barang-barang dalam satu hari, petugas bagian pembelian melakukan pencatatan barang-barang yang akan dibeli, yaitu barang-barang yang jumlahnya sudah di bawah atau mendekati stok minimum serta barang-barang yang bersifat fast moving walaupun belum mencapai stok minimum. Stok minimum ditetapkan berdasarkan hasil penjualan pada bulan sebelumnya atau trend penjualan. Bagian pembelian ini mengelompokkan obat atau barang yang dipesan sesuai dengan nama distributor. Surat Pesanan (SP) Universitas Indonesia

44 34 yang dibuat ditandatangani oleh APA dan SP ini akan diambil langsung oleh salesman pada pagi hari. Untuk pemesanan cito disampaikan melalui telepon, dimana SP menyusul ketika barang diantar. Pada hari yang sama di sore harinya, barang-barang yang dipesan diantarkan disertai dengan faktur sebagai tanda bukti penyerahan barang. Petugas bagian penerimaan barang memeriksa keadaan fisik barang, tanggal kadaluarsa, jenis dan jumlah barang sesuai dengan faktur. Petugas akan menandatangani dan memberikan stempel apotek pada faktur asli dan salinan faktur apabila barang yang diterima sesuai dengan pesanan. Faktur asli dikembalikan kepada distributor dan dua lembar salinannya diberikan masingmasing pada Asisten Apoteker yang bertugas di bagian gudang dan bagian input data. Contoh surat pesanan dan faktur dapat dilihat pada Lampiran 12 dan Penyimpanan dan Pengeluaran Barang Barang-barang yang telah selesai didata oleh bagian gudang, kemudian akan disusun berdasarkan bentuk sediaan secara alfabetis dan dengan sistem FIFO (First In First Out). Obat bebas dan obat bebas terbatas disimpan langsung di ruang pelayanan, sedangkan untuk obat keras dan obat generik diletakkan di ruang peracikan Pembuatan Sediaan Standar (Anmaak) Sediaan standar (anmaak) adalah obat yang dibuat sendiri oleh apotek berdasarkan resep standar dari buku resmi untuk dijual bebas ataupun berdasarkan resep dokter. Acuan yang dipakai untuk formula standar ini adalah Farmakope Belanda. Beberapa obat racikan yang dibuat di apotek Rini, antara lain OBH, Boor Zalf, AAV Zaff I, Liquor Faberi, rivanol 1%, alkohol 70%, gargarisma khan, Lotio Calamine, bedak salisilat. Pembuatan sediaan anmaak ini berdasarkan nilai stok minimum yang ada Penjualan Kegiatan penjualan pada apotek Rini, antara lain melayani penjualan resep tunai, resep kredit, penjualan OTC, kosmetik, dan lainya. Universitas Indonesia

45 35 a. Penjualan Resep Tunai Penjualan obat berdasarkan resep dokter kepada pasien dengan pembayaran tunai, debit atau kartu kredit disebut penjualan resep tunai. Alur pemesanan tunai dapat dilihat pada Gambar 3.1. b. Penjualan Resep Kredit Penjualan yang dilakukan berdasarkan perjanjian kerja sama yang disepakati antara perusahaan/instansi (baik pemerintah maupun swasta) dengan apotek Rini disebut penjualan resep kredit. Pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian sebelumnya, biasanya penagihan dilakukan pada akhir bulan. Perusahaan/instansi dan rumah sakit yang bekerja sama dengan apotek Rini antara lain IAI, Tarakanita, Dino Indria, PT. Triyasa, RS. Mitra Kemayoran, RS. Mitra Kelapa Gading, dan RS. Rawamangun. Alur pengerjaan pelayanan resep kredit tidak berbeda dengan resep tunai, tetapi resep kredit memiliki penomoran tersendiri yang berbeda untuk tiap perusahaan/instansi. Alur penjualan resep kredit dapat dilihat pada Gambar 3.2. c. Penjualan Over The Counter (OTC) Kegiatan penjualan bebas meliputi penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, sediaan anmaak, obat tradisional, kosmetika, perlengkapan bayi, susu dan alat kesehatan. Alur pelayanan OTC dapat dilihat pada Gambar Kegiatan Teknis Non Kefarmasian Di Apotek Rini kegiatan teknis non kefarmasian meliputi kegiatan administrasi pembelian, piutang, penjualan, administrasi pajak, personalia/umum dan laporan keuangan Administrasi Pembelian Kegiatan administrasi pembelian disebut juga dengan administrasi utang dagang. Kegiatan ini meliputi : Universitas Indonesia

46 36 a. Transaksi pembelian dimasukkan ke dalam komputer oleh Asisten Apoteker berdasaran faktur dan kemudian diprint. b. Transaksi kemudian diposting, dimana jumlah barang akan tercatat ke dalam kartu stok dan jumlah uang akan tercatat pada transaksi hutang di komputer. c. Penukaran faktur dilakukan setiap hari rabu. Distributor menyerahkan faktur asli penjualan selama satu minggu dan tanda terima faktur beserta total harga yang harus dibayar oleh apotek. Petugas yang bersangkutan akan membuat tanda terima faktur dan tanggal pengambilan giro. Giro ini akan diambil langsung oleh distributor pada waktu yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Selanjutnya petugas akan memisahkan faktur pajak dan mencocokkan faktur tersebut dengan data jumlah dan harga obat yang telah dimasukkan ke komputer. Contoh tanda terima faktur dapat dilihat pada Lampiran 14. d. Kemudian dilakukan posting pembayaran hutang ke dalam komputer. e. Laporan pembayaran dapat dibuat setiap bulan dan dilaporkan kepada pimpinan apotek Administrasi Piutang Kegiatan administrasi piutang meliputi : a. Petugas adminisrasi bertugas memasukkan semua transaksi piutang berdasarkan kuitansi penagihan ke dalam arsip daftar piutang. b. Pencatatan jumlah tagihan dilakukan setiap bulan atau setiap minggu berdasarkan nama debitor dan kuitansinya. c. Penagihan dilakukan dengan mendatangi langsung ke perusahaan/instansi yang berpiutang Administrasi Penjualan Pemberian harga resep, OTC dan DOWA dilakukan melalui komputer bagian kasir di apotek Rini. Pada saat petugas memasukkan daftar barang yang dibeli dan telah dibayar maka secara otomatis stok barang akan berkurang sesuai dengan transaksi yang telah dilaksanakan. Ketika pergantian shift, masing-masing kasir menyerahkan laporan perincian penjualan yang telah diprint. Setiap hari pada pukul WIB dilakukan posting transaksi penjualan, baik dari Universitas Indonesia

47 37 penerimaan resep maupun penjualan bebas oleh kasir yang bertugas pada malam hari. Hasilnya akan digunakan sebagai dasar dalam pemesanan barang keesokan harinya Administrasi Pajak Bagian pajak bertanggung jawab dalam menghitung serta mencatat jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh apotek Administrasi Personalia Mencatat semua hal yang menyangkut urusan kepentingan pegawai, seperti gaji dan surat-surat lain yang berkaitan dengan kepegawaian yang sudah mendapatkan persetujuan Direktur Laporan Keuangan Laporan keuangan yang ada di Apotek Rini ditangani langsung oleh wakil pimpinan yang juga merupakan Apoteker pendamping dengan dibantu oleh bagian personalia. 3.5 Pengelolaan Narkotika Pengelolaan narkotika di apotek Rini meliputi pengadaan, penyimpanan, penjualan dan pelaporan narkotika Pengadaan Narkotika Kegiatan pembelian narkotik yang dilakukan di Apotek Rini telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pembelian narkotik dilakukan dengan memesan narkotika ke PBF Kimia Farma. Contoh Surat Pesanan Narkotika dapat dilihat pada Lampiran Penyimpanan Narkotika Pesanan narkotika diterima oleh petugas penerima barang (Asisten Apoteker) dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, tanda tangan dan stempel apotek dimana pembayaran dilakukan secara tunai. Universitas Indonesia

48 38 Obat-obatan golongan narkotika disimpan dalam lemari kayu yang dibagi dua, masing-masing dilengkapi dengan kunci dan menempel di dinding. Bagian pertama menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya dan bagian kedua menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari Penjualan Narkotika Apotek Rini melayani resep asli yang mengandung narkotika atau salinan resep yang berasal dari apotek Rini dengan mencantumkan nama dan alamat pasien yang jelas Pelaporan Narkotika Kegiatan pelaporan narkotik Apotek Rini dilakukan kepada instansi yang berwenang, yaitu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur dengan tembusan Kepala Balai Besar POM DKI Jakarta. Contoh pelaporan narkotika dapat dilihat pada Lampiran 16 dan Pengelolaan Psikotropika Pengelolaan psikotropik di apotek Rini meliputi pengadaan, penyimpanan, penjualan dan pelaporan Pengadaan Psikotropika Kegiatan pembelian psikotropik yang dilakukan di Apotek Rini telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Contoh Surat Pesanan Psikotropika dapat dilihat pada Lampiran Penyimpanan Psikotropika Kegiatan penyimpanan psikotropik di Apotek Rini, yaitu ditempatkan pada lemari khusus yang terpisah dari obat golongan lainnya Penjualan Narkotika Apotek Rini melayani resep asli yang mengandung psikotropik dengan mencantumkan nama dan alamat pasien yang jelas. Universitas Indonesia

49 Pelaporan Psikotropika Kegiatan pelaporan psikotropik Apotek Rini dilakukan kepada instansi yang berwenang, yaitu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur dengan tembusan Kepala Balai Besar POM DKI Jakarta. Universitas Indonesia

50 BAB IV PEMBAHASAN Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh apoteker serta tempat penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Praktek kefarmasian meliputi pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat. Dalam mengelola sebuah apotek tidak cukup dengan ilmu teknis kefarmasian saja oleh karena itu selama perkuliahan diperoleh ilmu cara mengelola sebuah apotek yang baik. Dengan adanya kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini diharapkan mahasiswa apoteker dapat mengetahui implementasi dari teori yang telah diperoleh selama perkuliahan. Apotek Rini didirikan sejak tahun 1968 dan dinilai telah berhasil melakukan praktek kefarmasian dengan baik. Faktor yang menunjang keberhasilan Apotek Rini antara lain letaknya yang strategis, pelayanannya yang ramah dan cepat, fasilitas layanan antar obat (delivery service), fasilitas pelayanan 24 jam, kelengkapan obat, desain apotek yang menarik serta nyaman. Apotek Rini terletak di Jalan Balai Pustaka Timur No. 11, Jakarta Timur merupakan lokasi yang cukup strategis karena terletak di daerah padat penduduk, lalu lintas jalan raya yang cukup ramai dan dilalui oleh banyak kendaraan umum, berada di tepi jalan raya sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Selain itu terdapat beberapa fasilitas kesehatan di sekitar Apotek Rini seperti RS Umum Persahabatan, RS Dharma Nugraha, RS Rawamangun, dan praktek dokter di beberapa klinik. Adanya pusat perbelanjaan Tip Top yang cukup ramai dikunjungi oleh pembeli juga merupakan salah satu faktor pendukung lokasi yang strategis. Di sekitar wilayah Apotek Rini terdapat beberapa apotek lain seperti Apotek K24, Century, Family, dan lain lain tetapi Apotek Rini merupakan apotek yang paling ramai dikunjungi oleh pasien. Hal ini terjadi disebabkan sistem pengadaan apotek yang cukup baik sehingga obat-obatan dan perbekalan kesehatan di Apotek Rini cukup lengkap serta upaya apotek untuk memenuhi semua permintaan obat dari pasien dengan mengusahakan agar tidak ada penolakan resep seperti membeli di 40 Universitas Indonesia

51 41 apotek lain saat stok kosong ataupun dengan memesan langsung ke PBF, selain itu harga yang ditetapkan cukup bersaing sehingga terjangkau oleh masyarakat. Selain itu Apotek Rini telah berdiri cukup lama, sehingga pelanggan memberikan kepercayaan lebih yang menjadikan salah satu faktor keberhasilan Apotek Rini. Faktor lain yang menunjang keberhasilan Apotek Rini selain lokasi yang strategis adalah adanya layanan 24 jam dan layanan antar (delivery service). Untuk pelanggan yang tidak dapat datang ke apotek untuk membeli obat ataupun alat kesehatan dapat melakukan pemesanan barang dengan mudah melalui fax yang kemudian barang akan di antar ke rumah pasien. Desain eksterior dan interior dari apotek juga mendukung keberhasilan Apotek Rini. Di sisi depan, dinding Apotek Rini terbuat dari kaca tembus pandang sehingga pasien dari luar dapat melihat bagian dalam apotek juga merupakan faktor penting untuk menarik pelanggan. Apotek Rini juga memiliki halaman parkir yang cukup luas sehingga memudahkan pasien yang membawa kendaraan pribadi untuk parkir di lokasi apotek, selain itu Apotek Rini juga memberikan fasilitas parkir tambahan agar pasien yang membawa kendaraan motor merasa nyaman dengan memberikan penutup pada jok motor pasien sehingga jok motor tidak terlalu panas ketika parkir di siang hari. Papan nama apotek yang cukup besar sehingga mudah terlihat oleh masyarakat. Penataan ruang Apotek Rini dirancang sehingga menimbulkan rasa nyaman bagi pasien yang sedang menunggu ataupun pegawai apotek sendiri karena dilengkapi dengan pendingin ruangan agar tetap merasa sejuk dan nyaman. Fasilitas televisi juga diberikan untuk pasien di ruang tunggu sehingga pelanggan tidak merasa jenuh ketika menunggu antrian obat. Di ruang tunggu juga tersedia berbagai macam mesin ATM sehingga memudahkan pasien untuk melakukan penarikan tunai ketika dibutuhkan. Tata ruang Apotek Rini terdiri dari ruang tunggu, kasir, tempat pelayanan yang terdapat di bagian depan apotek. Gudang, ruang peracikan baik untuk sediaan solid seperti puyer dan kapsul maupun semi solid atau cair yang terdapat di bagian dalam apotek. Ruang administrasi dan keuangan, ruang pimpinan yang terdapat di bagian samping apotek. Pada bagian belakang apotek terdapat ruang makan, toilet, dan mushola. Universitas Indonesia

52 42 Pada ruang peracikan, penataan penyusunan obat pada rak dilakukan berdasarkan abjad juga berdasarkan jenis dan bentuk sediaan. Seperti obat dengan nama dagang dan generik disusun dalam lemari secara terpisah. Sediaan cair juga disimpan dalam lemari tersendiri, penyimpanannya tidak digabung dengan sediaan solid. Sediaan injeksi juga disimpan dalam lemari secara terpisah dengan obat-obat lain. Obat dengan harga mahal dan psikotropika juga disimpan dalam lemari terpisah untuk mempermudah pengawasan pengambilan obat-obatan tersebut. Obat golongan narkotik disimpan secara khusus dalam lemari berkunci sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Untuk sediaan suppositoria, ovula, vaksin, injeksi, insulin disimpan dalam lemari pendingin karena penyimpanannya dilakukan pada suhu khusus. Rak penyimpanan obat tersebut diletakkan di sepanjang dinding ruang peracikan dan ruang pengecekan sehingga memudahkan pegawai untuk melakukan kegiatan pengambilan obat. Sistem pengadaan obat dan perbekalan farmasi lainnya di Apotek Rini dilakukan setiap hari. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengawasan persediaan obat serta pertimbangan efisiensi tempat penyimpanan obat di gudang yang terbatas karena pemesanan barang atau obat dengan jumlah yang tidak sedikit. Proses pembelian obat ke pabrik dilakukan ketika data stok obat yang tersisa sudah mendekati stok minimum. Jumlah stok minimum masing-masing obat berbeda-beda ditentukan berdasarkan pada trend penjualan di apotek selama satu bulan dan sistemnya sudah terkomputerisasi. Selain itu perputaran obat atau barang di apotek juga menjadi pertimbangan dalam prioritas pembelian barang. Obat fast moving stok minimum selama sebulan akan lebih besar dari pada obat slow moving. Oleh karena jumlah permintaan obat fast moving yang tinggi sehingga stok yang harus tersedia di apotek pun harus lebih besar daripada obat slow moving. Sementara itu, jumlah stok minimum obat slow moving kecil bahkan tidak ditentukan jumlah stok minimumnya sehingga pembelian obat slow moving dilakukan ketika jumlah stok obat di Apotek sudah habis. Hal ini dilakukan untuk menghindari waktu penyimpanan obat yang terlalu lama di Apotek. Pemesanan barang dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) yang diserahkan kepada PBF pada pagi hari dan pesanan akan diantarkan oleh PBF pada hari yang sama. Umumnya pemesanan obat psikotropika, narkotik, dan Universitas Indonesia

53 43 obat lain dilakukan dengan prosedur yang sama hanya berbeda pada SP-nya, untuk obat psikotropik menggunakan SP psikotropik, begitu juga pada obat golongan narkotik dan lainnya. Barang pesanan yang datang kemudian diterima oleh pegawai apotek yang kemudian dilakukan pemeriksaan fisik barang, tanggal kadaluarsa, jenis dan jumlah barang disesuaikan dengan faktur. Faktur yang dibawa oleh PBF terdiri dari beberapa rangkap dimana faktur asli dikembalikan ke distributor sedangkan salinannya disimpan oleh pegawai apotek yang kemudian diinput ke komputer dan untuk pengecekan barang. Pembayaran kepada pihak distributor dapat diakukan secara tunai maupun kredit, namun untuk pembelian obat narkotik, pembayaran harus dilakukan secara tunai. Keuntungan dari sistem komputerisasi yang diterapkan di Apotek Rini adalah dapat dengan mudah menghitung jumlah sisa stok yang ada di gudang karena setelah dilakukan transaksi maka secara otomatis stok obat yang keluar akan dikurangi dengan stok obat yang ada sehingga dapat dengan mudah diketahui jumlah stok yang tersisa di apotek. Dengan adanya sistem komputerisasi tesebut maka sistem manajemen dan administrasi di Apotek Rini menjadi lebih teratur dan efisien. Penyimpanan obat di gudang dan di rak lemari obat dilakukan secara alfabetis. Sistem pengambilan obat dilakukan secara FIFO (First In First Out) yaitu dengan menempatkan obat yang baru datang di atasnya, kemudian pegawai yang akan mengambil barang dari gudang hendaknya mengambil barang yang terletak paling bawah. Namun, karena resep yang masuk ke Apotek Rini tidak sedikit terkadang pegawai mengambil obat yang terletak di atas tanpa memperhatikan sistem FIFO, hal tersebut dilakukan untuk mempercepat pelayanan obat. Meskipun sistem pengambilan obat tidak dilakukan secara FEFO (First Expired First Out), pegawai apotek tetap memerhatikan kadaluarsa obat. Barang atau obat yang sudah mendekati masa kadaluwarsa, dapat dikembalikan ke PBF sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui sebelumnya. Setiap harinya, resep yang masuk dibagi menjadi empat bagian yaitu resep malam, pagi, sore, dan narkotik. Resep narkotik adalah resep yang mengandung obat golongan narkotik dan psikotropik seperti diazepam, codein, dan lain lain. Resep disimpan di apotek selama tiga tahun kemudian selanjutnya Universitas Indonesia

54 44 akan dimusnahkan. Karena resep yang masuk ke apotek sangat banyak maka resep yang disimpan di apotek hanya resep setahun terakhir sedangkan resep dua tahun sebelumnya disimpan di dalam gudang. Kegiatan pelayanan resep dilakukan mulai dari bagian penerimaan resep dari pasien yang kemudian diperiksa kelengkapan resep serta ketersediaan obatnya melalui komputer. Jika obat tidak tersedia, pihak apotek bertanya kepada pasien apakah ingin diganti dengan obat dagang dengan pabrik lain atau ingin menunggu obat hingga datang atau tidak. Setelah itu, pasien membayar resep dan mendapatkan struk pembayaran yang disertai dengan nomor antrian resep. Resep yang sudah diinput ke komputer tersebut kemudian ditulis nomor transaksi dan jumlah harga yang dibayar oleh pasien pada lembar HTKP (Harga, Timbang, Kemas, dan Penyerahan) dan resep disatukan dengan lembar tersebut. Setelah itu lembaran resep dimasukkan ke ruang peracikan, diberikan cap tanggal dan segera diambilkan obatnya oleh orang yang berbeda dan diproses jika memerlukan peracikan. Karyawan lain selanjutnya memberikan etiket pada obat, membuat copy resep dan kwitansi jika diperlukan. Kemudian diserahkan ke bagian pengecekan untuk dicek lebih lanjut apakah obat yang diambil telah sesuai dengan yang tertera dalam resep yang dikerjakan oleh pegawai yang berbeda pula. Pengerjaan tersebut tiap tahapnya dilakukan oleh orang yang berbeda dengan tujuan memperkecil resiko terjadinya kesalahan dan meningkatkan kerja sama antarpegawai Universitas Indonesia

55 45 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Apoteker berperan dalam melaksanaan kebijakan pengawasan dan pengendalian kegiatan di Apotek serta menjamin penggunaan obat yang rasional. b. Apoteker berperan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam pengelolaan apotek, baik teknis dan non-teknis farmasi. Kegiatan non teknis kefarmasian meliputi pengelolaan modal dan sarana, administrasi dan keuangan serta sumber daya manusia. Pada kegiatan teknis kefarmasian, apoteker berperan dalam mengatur perencanaan, pengadaan, pendistribusian, penyimpanan. 5.2 Saran a. Untuk memudahkan karyawan dalam pencarian obat, maka diperlukan peningkatan kedisiplinan karyawan untuk meletakkan obat-obat ke tempat semula. b. Untuk meminimalkan terjadinya medication error dan meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien, maka diperlukan peningkatan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien. c. Untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan yang telah diberikan, maka perlu disediakan kotak saran sebagai evaluasi mutu pelayanan. d. Untuk meningkatkan pengetahuan Apoteker dan Asisten Apoteker diperlukan pelatihan dan seminar agar lebih terampil dan profesional. 45 Universitas Indonesia

56 46 DAFTAR ACUAN Daris, Azwar Pengantar Hukum dan Etika Farmasi. Duwo Okta Tangerang Umar Manajemen Apotek Praktis. Wira Putra Kencana. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006a). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006b). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1322/Menkes/Sk/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1999). Keputusan Menteri Kesehatan No. 1176/Menkes/SK/X/1999 Tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3. Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan. Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Presiden Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Presiden Republik Indonesia. (1965). Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 Tentang Apotek. Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. 46 Universitas Indonesia

57 47 Presiden Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 28/Menkes/Per/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika. Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta. 47 Universitas Indonesia

58 GAMBAR

59 48 Konsumen/Pasien Resep dihargai Bayar obat Kasir Menghargai resep dengan memeriksa ketersediaan obat melalui komputer Menginformasikan harga kepada konsumen Menerima uang dari konsumen Memberikan struk pembayaran sekaligus No. Resep AA Menyiapkan etiket obat Mengambil / meracik obat Pengemasan obat dan penempelan etiket Penyerahan hasil akhir racikan obat AA senior Memeriksa jenis dan jumlah obat yang sudah diracik beserta kelengkapan etiket. Menyerahkan obat dengan mencocokkan No. Resep Pemberian Informasi Obat Pasien Gambar 3.1. Alur Penjualan Resep Tunai

60 49 Bawa resep Konsumen/Pasien Asisten Apoteker - Menyiapkan etiket obat - Meracik/mengambil obat - Pengemasan dan penempelan etiket - Penyerahan hasil akhir racikan obat AA senior - Memeriksa jenis dan jumlah obat yang sudah diracik beserta kelengkapan etiket. - Menyerahkan obat dengan mencocokkan No. Resep - Pemberian Informasi Obat (PIO) - Menyatukan resep dengan buku piutang sesuai nama debitosr - Meminta tanda tangan debitor untuk pemastian jenis dan jumlah permintaan obat Pasien Gambar 3.2. Alur Penjualan Resep Kredit

61 50 Konsumen/Pasien Kasir - Memberikan informasi harga kepada konsumen/pasien - Memasukkan data ke dalam komputer (transaksi penjualan harian) - Menerima uang dari konsumen/pasien - Menyerahkan barang dan struk pembayaran kepada pasien Gambar 3.3. Alur Penjualan OTC

62 LAMPIRAN

63 52 Lampiran 1. Daftar Obat Wajib Apoteker No. 1 NO KELAS NAMA OBAT INDIKASI JUMLAH TIAP CATATAN TERAPI JENIS OBAT PER PASIEN I Oral Tunggal Kontrasepsi Linestrenol Kontrasepsi 1 siklus Untuk siklus pertama harus dengan resep dokter Akseptor dianjurkan kontrol ke dokter tiap 6 bln Kombinasi Kontrasepsi 1 siklus Akseptor Etinodiol diasetat mestranol dianjurkan Norgestrel etinil estradiol kontrol ke Linestrenol etinil estradiol dokter tiap 6 Levonorgestrel etinil estradiol bulan Norethindrone mestranol Untuk Desogestrel etinil estradiol akseptor tingkatan baru wajib menunjukkan kartu II Obat Saluran A. Antacid + Sedativ / Spasmodik Cerna Al. Hidroksida, Mg. Hipreasiditas Maksimal 20 trisilikat + Papaverin HCl, lambung, tablet Klordiazepoksida gastritis Mg. trisilikat, Al. yang Hidroksida + Papaverin disertai HCl, Klordiazepoksida + dengan diazepam + sodium ketegangan bikarbonat Mg. tisilikat, Al. hidroksida + Papaverin HCl, diazepam Mg. Al. silikat + beladona + Klordiazepoksid + diazepam Al. oksida, Mg. oksida + Hipermotilitas hiosiamin HBr, atropine dan kejang Maksimal 20 SO4, hiosin HBr sa luran tablet Mg. trisilikat, Al. cerna akibat hidroksida + Papaverin HCl hiperasiditas Mg. trisilikat, Al.hidroksida lambung + papaverin HCl, gastritis Klordiazep oksida + beladona Mg. Karbonat, Mg. oksida, Al. hidroksida + Papaverin Mg. oksida, Bi. Subnitrat + beladona, papaverin, klordiazepoksida Mg. oksida, Bi. Subnitrat + beladona, klordiazepoksida Mg. trisilikat, alukol + papaverin HCl, beladona, klordiazepoksida

64 53 NO KELAS NAMA OBAT INDIKASI JUMLAH TIAP CATATAN TERAPI JENIS OBAT PER PASIEN B. Anti Spasmodik Papaverin/Hiosin butil-bromide/ Altropin SO4/ekstrak beladon C. Anti Spasmodik analgesik Metamizole, Fenpiverinium bromide Hyoscine N-butilbromide, dipyrone Methampyrone, beladona, papaverin HCl Methampyrone, hyoscine butilbromide, diazepam Pramiverin, metarnizole Tremonium metil sulfat, sodium noramidopyrin methane sulphonate Prifinium bromide, sulpyrin Anti mual Metoklopramid HCl Laksan Bisakodil Supp. Kejang Maksimal 20 saluran cerna tablet Kejang Maksimal 20 saluran cerna tablet yang disertai nyeri hebat Mual, muntah Maksimal 20 tablet Konstipasi Maksimal 3 supp. Bila mual muntah berkepanjangan, pasien dianjurkan agar kontrol ke dokter III Obat Mulut A. Hexetidine Sariawan, Maksimal 1 dan radang botol Tenggorokan tenggorokan B. Triamcinolone acetonide Sariawan Maksimal 1 berat tube IV Obat Saluran A. Obat Asma Nafas 1. Aminofilin supp Asma Maksimal 3 supp Pemberian 2. Ketotifen Asma Maksimal 10 tablet obat-obat Sirup 1 botol asma hanya 3. Terbutalin SO4 Asma Maksimal 20 tablet atas dasar Sirup 1 botol pengobatan ulangan dari dokter Asma inhaler 1 tabung 4. Sabutamol maksimal 20 tablet sirup 1 botol B. Sekretolitik, Mukolitik 1. Bromheksin Mukolitik Maksimal 20 tablet 2. Karbosistein Mukolitik Sirup 1 botol 3. Asetilsistein Mukolitik Maksimal 20 tablet Sirup 1 botol 4. Oksalamin sitrat Mukolitik Maksimal 20 dus Maksimal Sirup 1 botol

65 54 O KELAS NAMA OBAT INDIKASI JUMLAH TIAP CATATAN TERAPI JENIS OBAT PER PASIEN Sirup 1 botol V Obat yang A. Analgetik, Antipiretik mempengaruhi 1. Metampiron Sakit kepala, Masimal 20 tablet sistem pusing, Sirup 1 botol Neuromuscular panas/ demam, nyeri haid 2. Asam mefenamat Sakit kepala/ Maksimal 20 tablet gigi Sirup 1 botol 3. Glafenin Sakit kepala/ Maksimal 20 tablet gigi 4. Metampiron + Klordizep Sakit kepala Maksimal 20 tablet oksida/diazepam yang disertai ketegangan B. Antihistamin 1. Mebhidrolin Antihistamin/ Maksimal 20 tablet alergi 2. Pheniramin hydrogen Antihistamin/ Maksimal 20 tablet maleat alergi Biasa 3 tablet lps. 3. Dimethinden maleat Antihistamin/ lambat. 4. Astemizol alergi Antihistamin/ alergi 5. Oxomenazin Antihistamin/ alergi 6. Homochloryclizin HCl Antihistamin/ alergi 7. Dexchlorpheniramine Atihistamin/ alergi VI Antiparasit Obat Cacing 1. Mebendazol Cacing kremi, Maksimal 6 tambang, tablet gelang, Sirup 1 botol cambuk V Obat kulit A. Antibiotik tropikal 1. Tetrasiklin/Oksitetrasiklin Infeksi Maksimal 1 bakteri pd. tube kulit (lokal) 2. Kloramfenikol Infeksi Maksimal 1 bakteri pd. tube kulit (lokal) 3. Framisetina SO4 Infeksi Maksimal 2 bakteri pd. lembar kulit (lokal) Infeksi 4. Neomisin SO4 bakteri pd. Maksimal 1 kulit (lokal) tube 5. Gentamisin SO4 Infeksi Maksimal 1 bakteri pd. kulit (lokal) tube 6. Eritromisin Acne Vulgaris Maksimal 1 botol Kortikosteroid B. Alergi dan 1. Hidrokortison peradangan Maksimal 1 local tube

66 55 NO KELAS NAMA OBAT INDIKASI JUMLAH TIAP CATATAN TERAPI JENIS OBAT PER PASIEN 2. Flupredniliden Alergi dan Maksimal 1 peradagangan tube lokal 3. Triamsinolon Alergi dan Maksimal 1 peradagangan tube lokal 4. Betametason Alergi dan Maksimal 1 peradagangan tube lokal 5. Fluokortolon/ Alergi dan Maksimal 1 Duflukortolon peradagangan tube kkulit 6. Desoksimetason Alergi dan Maksimal 1 peradagangan tube kulit C. Antiseptik lokal Heksaklorofene Desinfeksi Maksimal 1 kulit botol D. Anti fungi 1. Mikonazol nitrat Infeksi jamur Maksimal 1 lokal tube 2. Nistatin Infeksi jamur Maksimal 1 lokal tube 3. Tolnaftat Infeksi jamur Maksimal 1 lokal tube 4. Ekonazol Infeksi jamur Maksimal 1 lokal tube E. Anestesi lokal 1. Lidokain HCl Anestetikum Maksimal 1 lokal tube F. Enzim antiradang topikal Kombinasi 1. Heparinoid/Heparin Na Memar Maksimal 1 dgn. Hialuronidase ester tube nikotinat G. Pemucat kulit 1. Hidroquinon Hiperpigmen- Maksimal 1 tasi kulit tube 2. Hidroquinon dgn. PABA Hiperpigmen- Maksimal 1 tasi kulit\ tube

67 56 Lampiran 2. Daftar Peubahan Obat Wajib Apotek No. 1 NO. NAMA GENERIK OBAT GOLONGAN SEMULA GOLONGAN BARU PEMBATASAN 1. Aminophylline Obat keras dalam substansi/ Obat bebas Terbatas Obat Wajib Apotik (suppositoria) 2. Benzoxonium Obat keras Obat bebas Terbatas Sebagai obat luar untuk mulut dan tenggorokan (Kadar < 0.05%). 3. Benzocain Obat keras Obat bebas Terbatas Anestetik mulut dan tenggorokan 4. Bromhexin Obat keras/ Obat Apotik Obat bebas Terbatas Wajib 5. Cetrimide Obat keras Obat bebas Terbatas 6. Chlorhexidin Obat keras Obat bebas Terbatas Sebagai obat luar untuk antiseptik 7. Choline Obat keras Obat bebas Terbatas Theophyllinate 8. Dexbrompheniram Obat keras Obat bebas Terbatas ine maleat 9. Diphenhyramine Obat keras Terbatas dengan Obat bebas Terbatas Batasan 10. Docusate Sodium Obat keras Obat bebas kulit (kadar < 0.12%) 11. Hexetidine Obat keras/obat Wajib Apotik Obat Bebas Terbatas Sebagai obat luar untuk mulut dan 12. tenggorokan (Kadar < 0.1%). Ibuprofen Obat Keras Obat Bebas Terbatas Tablet 200 mg, kemasan tidak lebih dari 10 tablet

68 Lidocain Obat Keras Obat Bebas Terbatas Anestetik mulut dan tenggorokan 14. Mebendazol Obat Keras/Obat Wajib Apotik Obat Bebas Terbatas Semua materi untuk promosi harus mengemukakan resiko bahaya obat. Obat semprot hidung 15. Oxymetalozine Obat Keras Obat Bebas Terbatas (Kadar<0.05%) 16. Theophylline Obat Keras dalam substansi Obat Bebas Terbatas Sebagai obat luar untuk infeksi 17. Tolnaftate Obat Keras/Obat Apotik Obat Bebas jamur lokal (Kadar < 1%) Wajib 18. Triprolidine Obat Keras Obat Bebas Terbatas

69 58 Lampiran 3. Daftar Obat Wajib Apoteker No.2 No Nama Generik Obat Jumlah Maksimal Tiap Jenis Obat Per Pasien 1. Albendazol Tab 200 mg, 6 tab Tab 400 mg, 3 tab 2. Bacitracin 1 tube Pembatasan Sebagai obat luar untuk infeksi bakteri pada kulit Benorilate 10 tablet 4. Bismuth subcitrate 10 tablet 5. Carbinoxamin 10 tablet 6. Clindamicin 1 tube Sebagai obat luar untuk obat acne 7. Dexametason 1 tube Sebagai obat luar untuk inflamasi 8. Dexpanthenol 1 tube Sebagai obat luar untuk kulit 9. Diclofenac 1 tube Sebagai obat luar untuk inflamasi 10. Diponium 10 tablet 11. Fenoterol 1 tabung Inhalasi 12. Flumetason 1 tube Sebagai obat luar untuk inflamasi Hydrocortison 13. butyrat 1 tube Sebagai obat luar untuk inflamasi 14. Ibuprofen Tab 400 mg, 10 tab Tab 600 mg, 10 tab 15. Isoconazol 1 tube Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal 16. Ketokonazole Kadar 2% Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal Krim 1 tube Scalp sol 1 btl 17. Levamizole Tab 50 mg, 3 tab 18. Methylprednisolon 1 tube Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal Sebagai obat luar untuk inflamasi 19. Niclosamide Tab 500 mg, 3 tab 20. Noretisteron 1 siklus 21. Omeprazole 7 tablet 22. Oxiconazole Kadar < 2%, 1 tube 23. Pipazetate Sirup 1 botol Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal

70 Piratiasin kloroteofilin 10 tablet 25. Piroxicam 1 tube Sebagai obat luar untuk inflamasi Sebagai obat luar untuk infeksi 26. Polymixin B Sulfate 1 tube jamur lokal 27. Prednisolon 1 tube Sebagai obat luar untuk inflamasi 28. Scopolamine 10 tablet 29. Silver Sulfadiazin 1 tube Sebagai obat luar untuk infeksi bakteri pada kulit 30. Sucralfare 20 tablet 31. Sulfasalazine 20 tablet 32. Tioconazole 1 tube Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal 33. Urea 1 tube Sebagai obat luar untuk hiperkeratose

71 60 Lampiran 4. Daftar Obat Wajib Apotek No 3 JUMLAH MAKSIMAL NO KELAS TERAPI NAMA GENERIK OBAT INDIKASI TIAP JENIS OBAT PER PASIEN CATATAN 1 Saluran pencernaan 1. Famotidin Antiulkus Maksimal 10 tablet 20 mg/40 Pemberian obat hanya atas dasar dan metabolisme Peptik mg pengobatan ulangan dari dokter 2. Ranitidin Pemberian obat hanya atas dasar Antiulkus Maksimal 10 tablet 150 mg pengobatan ulangan dari dokter Peptik 2 Obat kulit 1. Asam Azeleat Antiakne Maksimal 1 tube 5 g 2. Asam fusidat Antimikroba Maksimal 1 tube 5 g 3. Motretinida Antiakne Maksimal 1 tube 5 g 4. Tolsiklat Antifungi Maksimal 1 tube 5 g 5. Tretinoin Antiakne Maksimal 1 tube 5 g 3 Antiinfeksi Umum 1. Kategori (2HRZE/4H3R3) Antituberkulosa Satu paket Kategori I : Kombipak II - Penderita baru BTA positif - Isoniazid 300 mg - Penderita baru BTA negatif - Rifampisin 450 mg dan rontgen positif yang sakit

72 61 - Pirazinamid 1500 mg - Etambutol 750 mg Kombipak III Fase lanjutan - Isoniazid 600 mg - Rifampisin 450 mg 2. Kategori II (2HRZES/HRZE/5H3R3E3) Kombipak II Fase awal - Isoniazid 300 mg - Rifampisin 450 mg - Pirazinamid 1500 mg - Etambutol 750 mg - Streptomisin 0,75 mg Kombiak IV Fase lanjutan - Isoniazid 600 mg - Rifampisin 450 mg - Etambutol 1250 mg berat - Penderita ekstra paru berat Sebelum fase lanjutan, penderita harus kembali ke dokter Satu paket Kategori II : - Penderita kambuh (relaps) BTA positif - Penderita gagal pengobatan BTA positif Sebelum fase lanjutan, penderita harus kembali ke dokter 3. Kategori III (2HRZ/4H3R3) Kombipak I Fase awal - Isoniazid 300 mg - Rifampisin 450 mg - Pirazinamid 1500 mg Kombipak III Fase lanjutan Satu paket Kategori III - Penderita baru BTA negtif/rontgent positif - Penderita ekstra paru ringan Sebelum fase lanjut, penderita

73 62 JUMLAH MAKSIMAL NO KELAS TERAPI NAMA GENERIK OBAT INDIKASI TIAP JENIS OBAT PER CATATAN PASIEN - Isoniazid 600 mg harus kembali ke dokter - Rifampisin 450 mg 4 Sistem 1. Alopunnol Antigout Maksimal 10 tablet 100 mg Pemberian obat hanya atas dasar Muskuloskeletal pengobatan ulangan dari dokter 2. Diklofenak natrium Antiinflamasi Maksimal 10 tablet 25 mg Pemberian obat hanya atas dasar dan antirematik pengobatan ulangan dari dokter 3. Kloramfenikol Obat mata Maksimal 1 tube 5 gr atau Pemberian obat hanya atas dasar botol 5 ml pengobatan ulangan dari dokter 4. Kloramfenikol Obat telinga Maksimal 1 botol 5 ml Pemberian obat hanya atas dasar pengobatan ulangan dari dokter

74 63 Lampiran 5. Obat yang Dikeluarkan Dari Obat Wajib Apotek NO KELAS TERAPI NAMA GENERIK OBAT INDIKASI I Obat Saluran Cerna A. Antasida + sedatif/ spasmodic 1. Al. oksida, Mg. trisilikat + Hiperasiditas lambung, Papaverin HCl, gastritis yang disertai Klorfiazepoksid dengan ketegangan 2. Mg. trisilikat, Al. oksida + Papaverin HCl + Klordiazepoksid + Diazepam + Sodium Bikarbonat 3. Mg. trisilikat, Al. hidroksida + Papaverin HCl, Diazepam 4. Mg. Al. silikat + Beladona + Klordiazepoksid + Diazepam 5. Al. oksida, Mg. oksida + Hipermotilitas dan kejang Hiosiamin HBr, Atropin saluran cerna akibat SO4, Hiosin HBr hiperasiditas lambung 6. Mg. trisilikat, Al. dengan gastritis Hidroksida + Papaverin HCl 7. Mg. trisilikat, Al. hidroksida + Papaverin HCl, kiordiazepoksid + Beladona 8. Mg. karbonat, Mg. oksida, Al. hidroksida + Papaverin HCl, Beladona 9. Mg. oksida, Bi. Subnitrat + Beladona, Papaverin, Klordiazepoksid 10. Mg. oksida, Bi. Subnitrat + Beladona, Klordiazepoksid JUMLAH TIAP JENIS OBAT PER PASIEN Maksimal 20 tablet Maksimal 20 tabel CATATAN

75 64 JUMLAH TIAP NO KELAS TERAPI NAMA GENERIK OBAT INDIKASI JENIS OBAT PER CATATAN PASIEN 11. Mg. trisilikat, akukol + Papaverin HCl, Beladona, Klordiazepoksid B. Antispasmodic +Analgesik Metampiron, Hiosine butilbromid, Diazepam II Obat mulut dan Heksitidin Sariawan, radang Maksimal 1 botol tenggorokan tenggorokan III Obat saluran nafas A. Obat Asma Aminofilin supositoria Asma Maksimal 3 Pemberian obat asma hanya atas dasar supositoria pengobatan ulangan dari dokter B. Sekretolitik, Mukolitik Bromheksin Mukolitik Maksimal 20 tablet Sirup 1 botol IV Obat yang A. Analgetik Antipiretik mempengaruhi sistem neuromuskular 1. Glafenin Sakit kepala/gigi Maksimal 20 tablet 2. Metampiron + Sakit kepala yang disertai Maksimal 20 tablet Ketegangan V Antiparasit Obat Cacing VI Obat kulit tropical Anti fungi Mebendazol Cacing kremi, tambang, Maksimal 6 tablet, telang, cambuk sirup 1 botol Tolnaftat Infeksi jamur lokal Maksimal 1 tube

76 65

77 64 Lampiran 6. Lokasi Apotek Rini

78 65 Lampiran 7. Denah Ruangan Apotek Rini Lampiran 3. Salinan Resep

79 66 Lampiran 8. Salinan Resep

80 67 Lampiran 9. Contoh Etiket

81 68 Lampiran 10. Contoh Kuitansi Kwitansi

82 69 Lampiran 11. Struktur Organisasi Apotek Rini

83 70 Lampiran 12. Contoh Surat Pesanan

84 71 Lampiran 13. Faktur Barang

85 72 Lampiran 14. Contoh Tanda Terima Tukar Faktur

86 73 Lampiran 15. Contoh Surat Pesanan Narkotika

87 74 Lampiran 16. Contoh Pelaporan Narkotika

88 75 Lampiran 17. Laporan Penggunaan Narkotika

89 76 Lampiran 18. Contoh Surat Pesanan Psikotropika

90 UNIVERSITAS INDONESIA KAJIAN PERESEPAN SITIKOLIN PADA BULAN NOVEMBER 2012 DI APOTEK RINI TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NITA KARTIKA, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2013

91 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN PUSTAKA Sitikolin Struktur Kimia Sitikolin dan Kolin Farmakologi Mekanisme Kerja Farmakokinetik Indikasi Efek Samping Perhatian dan Peringatan Dosis dan Cara Pemakaian Sediaan Nama Dagang METODOLOGI TUGAS KHUSUS Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Prosedur Pelaksanaan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perolehan Resep Jumlah Resep yang Mengandung Sitikolin Resep yang mengandung Sitikolin... 9 ii

92 4.2 Analisa Resep dan Pembahasan Perbandingan Jumlah Obat Sitikolin Generik dan Paten Perbandingan Kombinasi Obat Sitikolin KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN iii

93 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Tabel 4.2 Jumlah sampling resep yang mengandung sitikolin periode November 2012 di Apotek Rini Persentase lembar resep yang berasal dari dokter spesialis saraf atau neurolog dan bukan berasal dari spesialis saraf iv

94 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Struktur kimia sitikolin... 3 Gambar 2. Struktur kimia kolin... 3 Gambar 3. Presentase resep yang mengandung sitikolin dalam bentuk paten dan sitikolin dalam bentuk generik Gambar 4. Presentase Sitikolin dalam bentuk injeksi dan tablet pada obat paten maupun generik Gambar 5. Presentasi kombinasi obat saraf dan non-saraf dengan sitikolin serta sitikolin tunggal v

95 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sitikolin merupakan suplemen atau vitamin untuk saraf yang diberikan oleh dokter. Sitikolin atau sitidin difosfokolin (CDP-choline) adalah mononukleotida yang terdiri dari ribosa, sitosin, pirofosfat, dan kolin, yang merupakan senyawa endogen yang berperan sebagai perantara dalam sintesis fosfolipid membran sel. Selain itu sitikolin juga merupakan sumber kolin eksogen untuk sintesis asetilkolin. Secara luas sitikolin digunakan untuk pengobatan gangguan neurologis dengan mekanisme memperbaiki membran saraf melalui peningkatan sintesis fosfatidilkolin dan efeknya sebagai neuroprotektor. Gangguan neurologis yang dapat diterapi dengan sitikolin antara lain seperti Alzheimer, Parkinson, stroke, iskemik serebri, trauma cedera kepala, dan beberapa penelitian juga mengemukakan bahwa sitikolin dapat juga digunakan untuk penderita ADHD Attention Deficit Hyperactive Disorder) (Qureshi, et al., 2010; Renshaw, 2008; Alvarado, 2004). Dosis terapi sitikolin yang digunakan berbeda-beda bergantung pada penyakit yang diderita oleh pasien. Sitikolin seharusnya diresepkan oleh dokter yang terkait dengan bidang saraf seperti dokter spesialis saraf atau neurolog, namun saat ini banyak dokter memberikan resep sitikolin yang tidak memiliki keahlian di bidang saraf. Pemberian sitikolin pada anak-anak juga perlu diperhatikan. Sejumlah dokter meresepkan sitikolin untuk anak-anak dengan diagnosa ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder). Hal ini perlu perhatian yang lebih besar karena pada umumnya anak-anak memang masih senang bermain dan sulit berkonsentrasi atau untuk mendapatkan perhatiannya khususnya saat belajar. Untuk membedakan hal tersebut diperlukan keahlian khusus. Hal ini dijadikan sebagai dasar pemilihan obat yang akan dikaji penggunaannya dalam resep yang ada di Apotek Rini. 1 Universitas Indonesia

96 2 1.2 Tujuan Tujuan dari analisa resep sebagai tugas khusus ini adalah : a. Mengetahui jumlah total dan persentase resep yang mengandung sitikolin pada periode November 2012 di Apotek Rini. b. Mengetahui apakah resep yang mengandung sitikolin berasal dari dokter ahli di bidang saraf atau tidak. c. Mengetahui kombinasi obat yang diberikan bersamaan dengan sitikolin. d. Mengetahui kecenderungan jenis penyakit yang menggunakan sitikolin. e. Mengetahui persentase atau perbandingan obat sitikolin yang diberikan antara obat generik maupun patennya. f. Mengetahui persentase atau perbandingan antara kombinasi obat sitikolin dengan obat saraf lainnya dan kombinasi sitikolin dengan obat lain non saraf. Universitas Indonesia

97 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sitikolin Struktur Kimia Sitikolin dan Kolin NH 2 N O N O O CH 3 O CH 2 O P O P O (CH 2 ) 2 N + CH 3 H H O - O - CH 3 H OH OH H [Sumber : Qureshi, et al., 2010] Gambar 1. Struktur kimia sitikolin CH 3 HO (CH 2 ) 2 N + CH 3 CH 3 [Sumber : Qureshi, et al., 2010] Gambar 2. Kolin Farmakologi Sebuah penelitian menunjukkan sitikolin dapat meningkatkan aliran darah dan konsumsi O 2 di otak pada pengobatan gangguan serebrovaskular sehingga dapat memperbaiki gangguan kesadaran. Selain itu, sitikolin dapat memperbaiki integritas sawar darah otak sehingga dapat mengurangi edema serebral vasogenik. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa pemberian sitikolin dapat mencegah 3 Universitas Indonesia

98 4 terjadinya pemecahan asam lemak dan meningkatkan sintesis fosfolipid (Secades, 2006) Mekanisme Kerja Mekanisme kerja dari sitikolin adalah sebagai prekursor sintesis fosfolipid. Kondisi dimana kurangnya marker biokimia transmisi saraf kolinergik ditandai dengan degenerasi neuron kolinergik, seperti penyakit Alzheimer. Penggunaan sitikolin dapat meningkatkan fungsi kognitif penyakit Alzheimer dengan berperan sebagai prekursor asetilkolin. Otak menggunakan kolin untuk mensintesis asetilkolin. Ketika jumlah asetilkolin yang diperlukan meningkat sedangkan jumlah kolin dalam otak rendah maka fosfolipid dalam membran saraf dikatabolise untuk menyuplai kolin yang diperlukan kemudian disintesis menjadi asetilkolin. Oleh karena itu sumber kolin eksogen (sitikolin) dapat membantu menjaga integritas struktur dan fungsi dari mebran saraf (Conant, 2004; Qureshi, 2010). Efek neuroprotektif dan menstabilkan membran saraf yang dihasilkan oleh sitikolin juga telah terbukti berhasil untuk mengobati penyakit Parkinson (Qureshi, 2010). Sitikolin telah diteliti sebagai terapi untuk penderita stroke dan iskemia serebri. Mekanismenya adalah dengan memperbaiki membran saraf melalui peningkatan sintesis fosfatidilkolin, memperbaiki saraf kolinergik yang rusak melalui potensiasi produksi asetilkolin, dan mengurangi penumpukan asam lemak bebas yang ada pada lokasi stroke atau iskemia yang disebabkan oleh kerusakan saraf. Sitikolin dapat melindungi saraf kolinergik dengan proses dimana membran fosfolipid dikatabolisme menjadi kolin untuk mensitesis asetilkolin. Hal ini terjadi jika jumlah kolin terbatas sehingga fosfolipid harus dipecah untuk mempertahankan neurotransmisi. Sebagai sumber kolin eksogen untuk memproduksi asetilkolin, sitikolin dapat mencegah kematian sel saraf (Conant, 2004). Penelitian juga telah menunjukkan bahwa trauma kepala atau cedera pada otak juga dapat diterapi dengan menggunakan sitikolin. Cedera otak dapat menurunkan produksi membran sel fosfolipid, yang akan menghasilkan akumulasi cairan sel intraselular, yang dapat mengakibatkan edema sitotoksik dan Universitas Indonesia

99 5 kemungkinan kerusakan pada barrier hematoencephalic. Sitikolin dapat digunakan untuk terapi ini karena perannya sebagai prekursor dalam sintesis membran fosfolipid pada saraf (Qureshi, 2010). Penelitian menunjukkan bahwa hasil fmri (Fungtional Magnetic Resonance Imaging), pasien ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder) sangat terkait dengan aliran darah dalam inti putamen dalam otak yang terkait dengan dopaminergik otak. Adanya kandungan sitidin pada sitikolin (CDPcholine) memiliki aktivitas dopaminergik sehingga dapat digunakan untuk mengobati pasien yang terdiagnosa ADHD tanpa memiliki banyak efek samping seperti pada terapi dengan stimulan lainnya (Alvarado, 2004; Renshaw, 2008) Farmakokinetik Sitikolin merupakan senyawa yang larut dalam air dengan bioavailabilitas lebih dari 90 persen. Studi pada orang dewasa yang sehat menunjukkan bahwa dosis oral sitikolin cepat diserap dan kurang dari satu persen diekskresikan melalui feses. Ketika dikonsumsi, sitikolin dihidrolisis dalam usus membentuk kolin dan sitidin, yang merupakan nukleosida dari sitosin. Setelah kolin dan sitidin diserap dalam tubuh kemudian memasuki sirkulasi sistemik untuk penggunan berbagai jalur biosintesis dan menembus sawar darah otak untuk resintesis menjadi sitikolin di otak (Pathan, et al., 2012). Studi farmakokinetik menunjukkan bahwa absorpsi sitikolin memberikan dua puncak kromatogram, pada satu jam pertama diikuti dengan penurunan yang tajam kemudian melambat setelah 4-10 jam berikutnya dan puncak kedua setelah 24 jam pemberian sitikolin. Eleminasi sitikolin terutama terjadi melalui respirasi dan ekskresi urin. Waktu paruh dari sitikolin adalah 56 jam (Pathan, et al., 2012; Qureshi, et al., 2010; Thome Research, 2008) Indikasi Sitikolin (sitidin difosfokolin, CDP-choline) adalah mononukleotida yang terdiri dari ribosa, sitosin, pirofosfat, dan kolin. Sebagai suatu senyawa endogen, sitikolin merupakan perantara penting dalam sintesis fosfolipid membran sel struktural dan merupakan rate-limiting step dari pembentukan fosfatidilkolin. Selain itu, sitikolin juga merupakan sumber eksogen untuk sintesis asetilkolin Universitas Indonesia

100 6 yang merupakan suatu neurotransmitter yang berperan penting dalam metabolisme sel yang dikenal sebagai nukleotida (Conant, 2004; Qureshi, et al., 2010). Sitikolin secara luas telah digunakan sebagai obat untuk pengobatan gangguan neurologis di berbagai negara dan dijual sebagai suplemen diet di Amerika Serikat (Qureshi, et al., 2010). Pemberian sitikolin dapat mempengaruhi metabolise sel otak dan telah menunjukkan berbagai sifat kognitif dan meningkatkan saraf dalam studi pra-klinis dan klinis (McGlade, et al., 2012). Penggunaan sitikolin umumnya diindikasikan untuk pasien dengan gangguan neurologis seperti penyakit Alzheimer dan dimensia, penyakit Parkinson. Selain itu juga diindikasikan untuk stroke dan iskemia serebral, trauma cedera kepala, glaukoma, amblyopia (Qureshi, et al., 2010). Sejumlah studi menunjukkan bahwa sitikolin juga dapat digunakan untuk orang yang mengalami gangguan hiperaktif dan kurang perhatian (ADHD-Attention Deficit Hyperactive Disorder) yang dapat dialami oleh orang dewasa dan anak-anak (Renshaw, 2008; Alvarado, 2004) Efek Samping Sitikolin memiliki profil toksisitas yang sangat rendah pada hewan dan manusia. Efek samping yang paling umum timbul adalah mual, insomnia, sakit kepala, gelisah, penglihatan kabur, timbulnya rasa hangat, diare, dan sakit perut (Secades. 2006; Thome Research, 2008) Perhatian dan Peringatan 1) Dalam keadaan akut dan gawat, sitikolin harus diberikan bersama-sama dengan obat-obat yang dapat menurunkan tekanan otak atau antihemorragia dan suhu badan dijaga agar tetap rendah. 2) Bila tetap masih terjadi perdarahan intrakranial, hindari pemberian sitikolin dengan dosis tinggi (lebih dari 500 mg sekaligus) karena dapat mempercepat aliran darah dalam otak. 3) Pemberian secara intravena harus perlahan-lahan sekali. 4) Perhatian perlu diberikan pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas. Universitas Indonesia

101 7 5) Untuk pasien dengan gangguan kesadaran pada infark serebri akut, dianjurkan untuk mulai memberikan injeksi dalam dua minggu setelah stroke apoplektik. 6) Tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan menyusui Dosis dan Cara Pemakaian 1) Untuk pengobatan pasien dengan trauma kepala atau operasi otak, biasanya 100 mg sampai 500 mg. 2) Untuk gangguan psikis atau saraf : Dalam kasis gangguan kesadaran pada infark serebri stadium akut, biasanya diberikan sitikolin 1000 mg. Dalam kasus pasca hemiplegia apoplektik, biasanya diberikan sitikolin 1000 mg Sediaan Injeksi 50 mg/ml, 125 mg/ml. Tablet 500 mg, 1000 mg. Tablet cepat larut 500 mg. Sachet 1000 mg Nama Dagang Beclov, Brainact, Brainolin, Citicholine, Lancoline, Neulin, Soholin, Takelin, Citicholine, Strolin, Serfac, Nicholin, Neulin, Crolin, Cirolin, Cercul, Bralin. Universitas Indonesia

102 BAB 3 METODOLOGI TUGAS KHUSUS 3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Pengambilan data resep yang mengandung sitikolin dilakukan di Apotek Rini saat Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) pada bulan Januari dan Februari 2013, pengambilan sampel resep berlangsung selama 8 hari. 3.2 Prosedur Pelaksanaan Resep yang digunakan sebagai data adalah resep pada periode November Sampel resep yang diambil selama satu bulan adalah sebanyak 17 hari. Keseluruhan jumlah resep yang diperoleh selama 17 hari dianggap dapat mewakili resep selama satu bulan. Cara kerja pengambilan dan pengolahan data: 1) Mengambil resep setiap minggunya sebanyak empat hari. 2) Mencatat jumlah resep yang masuk ke apotek setiap harinya. 3) Mencatat semua resep yang mengandung sitikolin, baik dalam bentuk sediaan injeksi dan tablet ataupun dalam sediaan generik dan bentuk patennya. 4) Menghitung presentasi jumlah resep yang mengandung sitikolin terhadap total keseluruhan resep yang masuk ke apotek. 5) Menganalisa apakah resep yang masuk berasal dari dokter spesialis syaraf/neurolog atau bukan. 6) Menganalisa kepada siapa resep ditujukan, apakah dewasa atau anak-anak. 7) Menganalisis kerasional obat-obat dalam resep ditinjau dari dosis obat, signa, dan kombinasi obat yang diberikan. 8) Menghitung presentase perbandingan sitikolin yg diberikan dalam bentuk paten dengan generik. 9) Menghitung presentase perbandingan kombinasi obat sitikolin bersama obat saraf dan obat lainnya. 8 Universitas Indonesia

103 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perolehan Resep Jumlah Resep yang Mengandung Sitikolin Total resep yang diperoleh dari hasil pengambilan sampel selama 17 hari pada periode Januari 2010 adalah sebanyak 9171 lembar, dengan jumlah resep rata-rata per hari adalah 540 lembar. Total resep yang mengandung sitikolin diperoleh sebanyak 63 resep atau sekitar 0,69% dari keseluruhan sampel resep Resep yang Mengandung Sitikolin a. Berikut adalah contoh resep yang mengandung sitikolin : Resep 1 Dokter : RSUP, Poliklinik Bedah Resep 2 Dokter : dr. Caroline, Sp.S Pro : Tn. Sahat Pro : Ny. H. Maimunah Tanggal : 12 November 2012 Tanggal : 06 November 2012 No. Resep : 144 No. Resep : 486 R/ Soholin 250 mg No LX S 2dd1 R/ Acetram tab No XV S 3dd1 R/ Neurobion 5000 No X S 1dd1 R/ Kutoin 10 mg No X S 1dd1 R/ Merislon 12 XXII S 3dd1 R/ Soholin 500 XXII S 3dd1 9 Universitas Indonesia

104 10 Resep 3 Dokter : dr.jusuf M, Sp.S(K) Pro : Tn. Abu Bakar Tanggal : 21 November 2012 No. Resep : 006 Resep 4 Dokter : dr. Samino, Sp.S Pro : Sumeri Tanggal : 28 November 2012 No. Resep : 389 R/ Sifrol 0,75 mg LX S 2dd1 R/ Requid 4 mg XXX S 1dd1 R/ Hexymer 2 mg LX S 2dd1 R/ Brainact LX S 2dd1 Resep 5 Dokter : dr. Samino, Sp. S Pro : Nn. Maudira Bienna Tanggal : 13 November 2012 No. Resep : 448 R/ Brainact ODIS XV S 1dd1 R/ Pladogrel XV S 1dd1 R/ Forneuro XV S 1dd1 Resep 6 Dokter : dr. Halimin Suhardi Pro : Sugimin Tanggal : 16 November 2012 No. Resep : 211 R/ Memoran XX S 2dd1 R/ Sinral X S 1dd1 R/ Neurolin 500 mg XX S 2dd1 R/ Piracetam 800 mg XX S 1dd1 tab R/ Brainact tab LX S 2dd1 4.2 Analisa Resep dan Pembahasan Kajian resep obat sitikolin dilakukan dengan skrinning resep pada bulan November Jumlah sampel yang diambil sebanyak 17 hari dan dianggap telah mewakili resep selama satu bulan penuh. Resep yang mengandung sitikolin dibandingkan dengan total keseluruhan resep yang masuk ke apotek pada bulan Universitas Indonesia

105 11 tersebut. Kemudian resep dianalisa kesesuaiannya apakah resep berasal dari dokter spesialis saraf, resep diberikan untuk dewasa atau anak-anak, signa atau aturan pakai yang ditulis oleh dokter sudah tepat, dan apakah kombinasi obat yang diresepkan sesuai dengan teori yang ada. Berdasarkan pengkajian resep yang diperoleh, umumnya sitikolin diberikan oleh dokter bersama dengan obat-obat lain. Kombinasi resep yang diberikan oleh dokter bergantung pada indikasinya. Satu diantaranya adalah untuk pasien Parkinson, penggunaan sitikolin dikombinasi dengan obat Parkinson lainnya, selain itu juga untuk pasien penderita stroke dikombinasikan dengan obat pengencer darah. Pada beberapa resep, sitikolin ada juga yang diberikan secara tunggal oleh dokter. Sebagian besar resep yang mengandung sitikolin tersebut berasal dari dokter spesialis saraf atau neurolog tetapi ada juga sebagian resep yang tidak ada informasi nama dokter dan sebagian lainnya tidak berasal dari dokter spesialis saraf atau neurolog. Dari keseluruhan 63 resep sitikolin, diperoleh resep yang berasal dari dokter spesialis saraf sebanyak 26 resep (44,44%), 11 resep (17,46%) yang berasal dari rumah sakit dan tidak ada informasi mengenai dokter yang menuliskan resep, dan 24 resep (38,09%) yang bukan berasal dari dokter spesialis saraf atau tidak ada keterangan gelar spesialis pada resep tersebut. Resep yang mengandung sitikolin semua diberikan untuk orang dewasa. Tidak ada resep yang diberikan untuk anak-anak. Pada resep 1, resep diberikan secara kombinasi dimana sitikolin yang diresepkan oleh dokter dalam bentuk patennya atau generik bermerek, yaitu Soholin. Selain itu dokter juga memberikan obat Acetram, Neurobion 5000, dan Kutoin 100 mg. Dari kombinasi tersebut diperkirakan bahwa pasien baru saja mengalami operasi atau bedah saraf karena resep berasal dari Poliklinik Bedah RSUP. Dalam resep ini Soholin digunakan sebagai supplemen untuk memperbaiki saraf yang rusak. Selain itu Acetram mengandung tramadol dan parasetamol digunakan sebagai analgesik untuk menghilangkan nyeri pasca operasi. Neurobion 5000 mengandung vitamin B1, B6, B12 digunakan untuk mengobati polineuritis (radang pada beberapa saraf perifer yang terjadi secara bersamaan), sedangkan Kutoin mengandung fenitoin yang digunakan untuk pencegahan dan terapi serangan yang terjadi selama bedah saraf (neurosurgery). Dilihat dari signa atau Universitas Indonesia

106 12 aturan pakai bahwa penggunakan sitikolin dua kali sehari dengan dosis masingmasing 250 mg sudah sesuai. Pada resep 2, sitikolin yang diberikan juga dalam bentuk paten atau generik bermerek yaitu Soholin yang dikombinasikan dengan Merislon yang berisi betahistin mesilat yang umumnya digunakan sebagai obat vertigo. Hasil analisa resep diperkirakan bahwa pasien tersebut menderita vertigo yang disebabkan adanya gangguan pada kepala atau saraf, oleh karena itu dokter mengkombinasikan Merislon dengan Soholin dimana sitikolin berperan sebagai supplemen untuk saraf agar fungsi saraf kembali normal. Pada resep, dosis yang diberikan adalah sitikolin 500 mg, diminum tiga kali sehari (1500 mg per hari). Resep ini dinilai rasional karena juga diberikan oleh seorang dokter spesialis saraf. Pada resep 3, sitikolin yang diberikan juga dalam bentuk paten atau generik bermerek yaitu Brainact dan dikombinasi dengan obat-obat lain, Sifrol, Requid, dan Hexymer. Sifrol mengandung Pramipeksol dihcl dengan indikasi Parkinson idiopatik, Requid mengandung Ropinirole yang diberikan juga kepada pasien dengan penderita Parkinson idiopatik, Hexymer mengandung trihexyphenidil, obat ini diindikasikan juga untuk penderita Parkinson sebagai terapi tambahan. Dilihat dari kombinasi obat yang diberikan, pasien menderita Parkinson dimana sitikolin juga dapat diindikasikan untuk penderita Parkinson sebagai suplemen untuk saraf dengan mekanisme menstabilkan membran. Signa atau aturan pakai yang ditulis oleh dokter sudah sesuai. Pada resep tertulis bahwa sitikolin diberikan dua kali sehari namun tidak ada keterangan kekuatan obat, produk Brainact tablet memiliki dua jenis kekuatan yaitu 500 mg dan 1000 mg, jika dianggap kekuatan terkecil yaitu 500 mg maka dalam sehari pasien mengkonsumsi sitikolin sebanyak 1000 mg. Berdasarkan teori, dosis yang diberikan untuk penderita Parkinson atau gangguan saraf adalah mg, oleh karena itu dikatakan bahwa aturan pakai yang tertulis dalam resep sesuai. Resep ini juga dinilai rasional karena diberikan oleh seorang dokter spesialis saraf. Pada resep 4, sitikolin juga diberikan dalam bentuk paten atau generik bermerek yaitu Brainact ODIS berupa sediaan tablet cepat larut dan dikombinasi Universitas Indonesia

107 13 dengan Pladogrel yang mengandung clopidogrel berfungsi sebagai antiplatelet atau pengencer darah dengan mengurangi aterosklerosis pada pasien stroke, infark miokard, selain itu juga dikombinasi dengan Forneuro yang mengandung vitamin B1, B6, B12, vitamin E natural, dan asam folat dengan indikasi menurunkan risiko homosisteinemia yaitu peningkatan kadar homosistein yang merupakan risiko aterosklerosis dan resiko stroke. Dari analisa resep tersebut diperkirakan bahwa pasien menderita stroke. Sitikolin juga dapat digunakan untuk penderita stroke dengan memperbaiki membran saraf yang rusak akibat stroke. Resep ini dinilai sesuai karena tidak ada interaksi obat dan resep berasal dari dokter spesialis saraf. Pada resep 5, sitikolin yang diberikan dalam bentuk generik bermerek yaitu Neurolin 500 mg yang dikombinasikan dengan Memoran dan Sinral. Memoran mengandung zat aktif Phosphatidyl serine 100 mg yang merupakan suplemen untuk menunjang daya ingat. Sinral mengandung zat aktif Flunarizin yang diindikasikan untuk migrain, gangguan vestibular, gangguan perdarahan serebral dan perifer, pusing, tinusistus, vertigo, sulit berkonsentrasi dan bingung, kejang sewaktu, gangguan memori dan irama tidur serta iritabilitas, kejang sewaktu berjalan dan berbaring parastesia, dan ekstremisitas dingin dengan gangguan tropik. Neurolin yang mengandung sitikolin merupakan vitamin untuk saraf yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya ingat. Dari hasil analisa resep tersebut, diperkirakan bahwa pasien mengalami gangguan daya ingat atau gangguan memori. Pada resep, sitikolin diberikan dengan dosis 500 mg untu dua kali sehari yaitu 1000 mg per harinya. Resep ini dinilai sudah sesuai karena dokter yang meresepkan berasal dari dokter spesialis saraf. Pada resep 6, sitikolin juga diberikan dalam bentuk generik bermerek yaitu Brainact yang dikombinasikan dengan Piracetam yaitu obat yang diindikasikan untuk gangguan sirkulasi serebral, gejala involusi yang berhubungan dengan lansia, alkoholisme kronik, adiksi, dan gejala paska trauma. Brainact yang mengandung sitikolin umumnya digunakan sebagai suplemen untuk saraf, sedangkan kombinasi sitikolin dan pirasetam dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit kognitif. Dalam hal ini kombinasi kedua obat tersebut dapat masuk ke cairan serebrospinal dengan mudah karena dapat menembus sawar Universitas Indonesia

108 14 darah otak. Umumnya kombinasi kedua obat tersebut diindikasikan untuk meningkatkan memori atau daya ingat, penyakit saraf dan kognitif, penyakit parkinson, penyakit alzheimer, depresi dan stroke. Dokter yang menuliskan resep ini tidak diketahui berasal dari dokter spesialis saraf atau bukan karena pada resep tidak tercantum gelar, hanya tertulis nama dokternya saja. Resep ini seharusnya diberikan oleh dokter spesialis saraf. Pemberian obat secara rasional kepada pasien diperlukan untuk mencegah terjadinya medication error. Pengobatan yang rasional adalah pengobatan yang digunakan sesuai dengan indikasi penyakit, diberikan dengan dosis tepat, interval waktu yang tepat, lama pemberian tepat, obat yang diberikan efektif, aman, dan bermutu, serta tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat luas. Pengobatan yang tidak rasional berdampak pada mutu pengobatan dimana dapat terjadi peningkatan mortalitas dan morbiditas. Oleh karena itu diperlukan skrinning resep saat penerimaan resep di apotek meliputi persyaratan administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Hal ini merupakan tugas apoteker agar terbentuk pengobatan yang efektif, aman, dan berkualitas. 4.3 Perbandingan Jumlah Obat Sitikolin Generik dan Paten Sampel resep yang diambil pada bulan November 2012 adalah sebanyak 17 hari dengan jumlah total resep sebanyak 9171 lembar resep dengan jumlah rata-rata resep per harinya sebanyak 540 lembar. Total resep yang mengandung sitikolin diperoleh sebanyak 63 resep, dalam resep tersebut mengandung sitikolin baik yang diberikan dalam bentuk generik atau paten dan dalam sediaan injeksi atau solid. Jumlah resep sitikolin yang diberikan dalam bentuk generik adalah sebanyak 12 resep (19,05%) dari 63 resep sitikolin. Dari 12 resep tersebut, jumlah resep sitikolin generik yang diberikan dalam sediaan injeksi sebanyak 9 resep (14,29%) dan 3 resep (4,76%) yang diberikan dalam sediaan solid. Jumlah resep sitikolin yang diberikan dalam bentuk patennya adalah sebanyak 51 resep(80,95%) dari 63 resep sitikolin. Dari 51 resep tersebut, jumlah resep sitikolin paten yang diberikan dalam sediaan injeksi sebanyak 2 resep (3,17%) dan Universitas Indonesia

109 15 sebanyak 49 resep (77,78%) yang diberikan dalam sediaan solid. Diagram perbandingan obat generik dan paten dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar Perbandingan Kombinasi Obat Sitikolin Dalam resep pada bulan November 2012, jumlah total resep sebagai sampel (17 hari) adalah sebanyak 63 resep. Sebagian besar resep sitikolin diberikan secara kombinasi. Dari 63 resep sitikolin, jumlah resep yang dikombinasikan dengan obat saraf sebanyak 16 resep (25,39%), sedangkan kombinasi sitikolin dengan obat non-saraf sebanyak 34 resep (53,97%), dan sebanyak 13 resep (20,64%) menuliskan sitikolin diberikan secara tunggal tanpa dikombinasi dengan obat lain. Obat non-saraf yang umumnya dikombinasikan dengan sitikolin ini umumnya adalah obat dari golongan antikoagulan atau antiplatelet, antihipertensi, antikolesterol, vitamin, antioksidan, dan lain lain. Obat sitikolin yang diberikan secara tunggal diberikan dalam bentuk injeksi ataupun solid (tablet). Diagram perbandingan kombinasi obat dengan sitikolin dapat dilihat pada Gambar 5. Universitas Indonesia

110 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian dan analisa resep yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa : a. Total keseluruhan sampel resep yang diperoleh di Apotek Rini pada periode bulan November 2012 sebanyak 17 hari adalah 9171 lembar resep dengan total resep yang mengandung sitikolin adalah 63 lembar (0,69%). b. Dari 63 resep sitikolin tersebut, jumlah resep yang berasal dari dokter spesialis saraf atau neurolog sebanyak 26 resep (44,44%), yang berasal dari rumah sakit dan tidak ada informasi asal dokter sebanyak 11 resep (17,46%), dan bukan berasal dari dokter spesialis saraf atau neurolog atau tidak ada keterangan gelar spesialis sebanyak 24 resep (38,09%). c. Penggunaan sitikolin dapat diberikan secara tunggal maupun diberikan secara kombinasi dengan obat lain bergantung pada indikasi pasien seperti penderita Parkinson, demensia, stroke dan iskemia serebral, trauma kepala atau cedera otak, vertigo, dan lain lain. d. Sitikolin digunakan sebagai suplemen saraf untuk memperbaiki membran saraf agar dapat bekerja secara fungsonal, biasanya diberikan untuk pasien Alzheimer atau demensia, Parkinson, stroke atau iskemia serebri, trauma cedera kepala, glaukoma, dan ADHD. e. Dari 63 resep sitikolin tersebut, jumlah resep yang memberikan sitikolin dalam bentuk generik sebanyak 12 resep (19,05%) dan dalam bentuk paten sebanyak 51 resep (80,95%). f. Dari 63 resep sitikolin tersebut, jumlah resep yang mengkombinasikan sitikolin dengan obat saraf sebanyak 16 resep (25,39%), resep yang mengkombinasikan sitikolin dengan obat non saraf sebanyak 34 resep (53,97%), dan 13 resep (20,64%) sitikolin diberikan secara tunggal. 16 Universitas Indonesia

111 Saran a. Untuk mencegah efek yang tidak diinginkan, sitikolin seharusnya diberikan oleh dokter yang memiliki keahlian di bidang saraf, karena sitikolin dapat meningkatkan aliran darah otak yang berdampak pada peningkatan tekanan otak. b. Untuk mencegah terjadinya medication error maka sitikolin harus diresepkan oleh dokter spesialis saraf atau neurolog. Universitas Indonesia

112 DAFTAR ACUAN Alvarado, A. (2004). 1 H Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS) Assessment of the Effects of Eicosapentaeonic-Docosahexaeonic Acids and Choline-Inositol Supplementation on Children with Attentin Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Academia Biomedica Digital 20 : 1-5. Conant, Richard., Schauss, Alexander G. (2004). Theerapeutic Application of Citicoline for Stroke and Cognitive Dysfunction in Elderly : A Review of the Literature. Alternative Medicine Review 9(1) : McGlade, Erin., et al. (2012). Improve Attentional Performance Following Citicoline Administration in Healthy Adult Women. Food and Nutrition Sciences 3 : Pathan, A.B., et al. (2012). Theraputic Applicationof Citicoline and Piracetam as Ficed Dose Combination. Asian Journal of Biomedical and Pharmaceutical Science 2(12) : Qureshi, Irfan., Endres, John R. (2010). Citicoline : A Novel Therapeutic Agent with Neuroprotective, Neuromodulatory, and Neurogenerative Properties. Natural Medicine Journal 2(6) : Renshaw. (2008). Compounds for the Treatment of Psychiatric or Substance Abuse Disorder. United States Patent Application Publication : Saunders, W.B. (1995). Kamus Saku Kedokteran Dorland (Poppy Kumala, et al., Penerjemah). Jakarta : EGC. Secades, JJ., Lorenzo, JL. (2006). Citicoline : Pharmacological and Clinical Review, 2006 Update. Methods and Findings in Experimental and Clinical Pharmacology : Thome Research. (2008). Monograph Citicoline. Alternative Medicine Review : Universitas Indonesia

113 TABEL

114 19 Tabel 4.1 Jumlah sampling resep yang mengandung sitikolin periode November 2012 Apotek Rini di Tanggal Jumlah lembar resep yang mengandung sitikolin Jumlah lembar resep per hari Presentase (%) , , , , , , , , , , , , , , ,055 Jumlah ,686 ~ 0,69% Tabel 4.2 Persentase lembar resep yang berasal dari dokter spesialis saraf atau neurolog dan bukan berasal dari spesialis saraf. Jenis Resep Jumlah Resep Persentase (%) Resep berasal dari dokter spesialis saraf/neurolog 28 44,4444 Resep berasal dari rumah sakit dan tidak ada keterangan asal dokter 11 17,4603 Resep berasal dari dokter bukan spesialis saraf atau tidak ada keterangan gelar spesialis 24 38,0952 Total Universitas Indonesia

115 GAMBAR

116 20 Perbandingan Sitikolin Paten dan Generik 19,05% Paten 80.95% Generik Gambar 3. Presentase resep yang mengandung sitikolin dalam bentuk paten dan sitikolin dalam bentuk generik Perbandingan Bentuk Sediaan Tablet dan Injeksi 4,76% 3,17% 14,29% Paten Injeksi Paten Tablet Generik Injeksi 77.78% Generik Tablet Gambar 4. Presentase Sitikolin dalam bentuk injeksi dan tablet pada obat paten maupun generik Universitas Indonesia

117 21 Presentasi Kombinasi Obat dengan Sitikolin 21% 25% Saraf Non-saraf Tunggal 54% Gambar 5. Presentasi kombinasi obat saraf dan non-saraf dengan sitikolin serta sitikolin tunggal Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NISA YULIANTI SUPRAHMAN 1206313412 ANGKATAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. DI APOTEK RINI Jl. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 RAWAMANGUN, JAKARTA TIMUR PERIODE 2 APRIL 26 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA. DI APOTEK RINI Jl. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 RAWAMANGUN, JAKARTA TIMUR PERIODE 2 APRIL 26 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI Jl. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 RAWAMANGUN, JAKARTA TIMUR PERIODE 2 APRIL 26 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FRANSISKA

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO 37 PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Suci

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: WAHID BEKTI FITRIANTO K 100 040 146 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa: I.PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tempat dilakukannya praktik kefarmasian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tenpat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (PP no. 51 tahun 2009) Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan kesehatan, bahkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, manfaat, perlindungan dan diarahkan untuk dapat meningkatkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA,

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 No.206, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Definisi Sistem Sistem dapat diartikan dengan pendekatan prosedur dan pendekatan komponen. Melalui pendekatan prosedur, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi masyarakat dari peredaran obat yang tidak memenuhi persyaratan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah mempunyai standar dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 2013 20 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEIYANI

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JALAN BALAI PUSTAKA TIMUR NO.11 RAWAMANGUN PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 23 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RIZA MARLYNE,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ILMA NAFIA, S.Farm.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Tri Setiawan, S.Farm. 1006754075 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. SULTAN HASANUDDIN NO.42 KEBAYORAN BARU, BLOK M PERIODE 3 APRIL 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. ERLIMAS LUCKY WIJAYA, S. Farm.

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. ERLIMAS LUCKY WIJAYA, S. Farm. UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTAA TIMUR PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia adalah kesehatan. Berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot No.906, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Kefarmasian. Puskesmas. Standar Pelayanan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL...

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... A. PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci