UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER PUTRI RAHMAWATI, S. Far ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker PUTRI RAHMAWATI, S. Far ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA JANUARI 2014

3 HALAMAN PENGESAHAN Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan : Nama : Putri Rahmawati, S. Far. NPM : Program Studi : Apoteker Judul Laporan : Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Erra Medika Jl. Tole Iskandar No. 4 5 Depok Periode 17 Juni 12 Juli dan 29 Juli 16 Agustus 2013 Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia iii

4 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Putri Rahmawati, S.Far NPM : Tanda Tangan : Tanggal : 10 Januari 2014 iv

5 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin, penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Erra Medika yang berlokasi di Ruko Sukmajaya No. 4 5 Jalan Tole Iskandar, Depok yang pada semester ini berlangsung berlangsung pada tanggal 17 Juni 12 Juli dan 29 Juli 16 Agustus Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada pihakpihak yang dengan penuh ketulusan hati memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan kepada penulis selama menjalankan PKPA dan ketika menyusun laporan PKPA dan Tugas Umum ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi. 2. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap MS., selaku Pejabat Sementara Dekan Fakultas Farmasi sampai dengan 20 Desember Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. 4. Ibu Dra. Alfina Rianti, M.Pharm., Apt selaku Apoteker Pengelola Apotek dan Pembimbing I, yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, pengarahan serta nasehat kepada penulis selama kegiatan PKPA di Apotek Erra Medika. 5. Ibu Dra. Juheini Amin, M.Si., Apt selaku pembimbing II dari Fakultas Farmasi, yang telah bersedia memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini. 6. Karyawan dan karyawati Apotek Erra Medika yang telah banyak membantu penulis dalam membantu dalam pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker. v

6 7. Seluruh staf pengajar dan sekretariat Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan banyak ilmu, berbagi pengalaman, dan pengetahuan kepada penulis selama masa studi di Fakultas Farmasi. 8. Keluarga tercinta, atas kasih sayang dan doa yang tak pernah putus mengiringi setiap langkah perjalanan hidup penulis. 9. Seluruh teman-teman Apoteker angkatan 77 atas kebersamaan, kerjasama dan kesediaan berbagi suka dan duka, dukungan dan semangat yang diberkan kepada Penulis. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungannya kepada penulis Penulis menyadari bahwa laporan PKPA ini jauh dari sempurna. Semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis dapatkan selama kegiatan PKPA ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca. Penulis 2014 vi

7 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Putri Rahmawati, S.Far NPM : Program Studi : Apoteker Fakultas : Farmasi Jenis karya : Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR NO. 4 5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 beserta perangkat yang ada (bila diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk basis data, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada Tanggal : 10 Januari 2014 Yang menyatakan (Putri Rahmawati, S.Far) vii

8 ABSTRAK Nama : Putri Rahmawati, S.Far NPM : Program Studi : Profesi Apoteker Judul : Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Erra Medika Jl. Tole Iskandar No. 4-5 Depok Periode 17 Juni 12 Juli dan 29 Juli 16 Agustus 2013 Pelayanan kefarmasian merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan, termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di apotek. Dalam mengelola apotek, diperlukan seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bertanggung jawab untuk mengelola apotek baik secara teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian. Untuk dapat melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian ini, seorang calon apoteker tidak hanya membutuhkan bekal pendidikan dan pengetahuan, akan tetapi juga penerapan ilmu yang telah didapatkan selama masa kuliah dalam hal pengelolaan apotek. Oleh sebab itu, dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Erra Medika pada 17 Juni 12 Juli dan 29 Juli 16 Agustus Tugas Khusus dengan judul Label Informasi Obat Sediaan Padat Oral di Apotek Erra Medika bertujuan untuk mengetahui informasi tambahan yang harus diberikan kepada pasien yang menggunakan obat sediaan padat oral di Apotek Erra Medika. Kata Kunci : Apotek, Apotek Erra Medika, Label Informasi Obat Tugas umum : xiii + 85 halaman, 25 lampiran Tugas Khusus : iii + 98 halaman, 2 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 20 ( ) Daftar Acuan Tugas Khusus : 10 ( ) viii

9 ABSTRACT Name : Putri Rahmawati, S.Far NPM : Study Program : Apothecary Profession Title : Report of Pharmacist Internship Program at Erra Medika Pharmacy Jl. Tole Iskandar No. 4-5 Depok Period of June 17 th - July 12 th and July 29 th - August 16 th, 2013 Pharmaceutical services are part of the health care system, including pharmacy services in pharmacies. In managing the pharmacy, needed a pharmacists pharmacy manager that responsible for managing both technical and non-technical pharmacy activity. To be able to carry out the activities of the pharmacy services, a pharmacist not only requires the provision of education and knowledge, but also the application of knowledge that has been acquired during times of study in Pharmacy Management. Therefore, Pharmacist Internship Program was conducted in Erra Medika Pharmacy on 17 th - July 12 th and July 29 th - August 16 th, Specific assignment titled "Label Information of Solid Oral Drug in Erra Medika Pharmacy" aims to find out additional information that should be given to patients taking oral solid dosage drugs in Erra Medika Pharmacy. Keywords : Pharmacy, Erra Medika Pharmacy, Label Drug Information General Assignment : xiii + 85 pages, 25 appendices Specific Assignment : iii + 98 pages, 2 appendices Bibliography of General Assignment : 20 ( ) Bibliography of Specific Assignment : 10 ( ) ix

10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN ORISINALITAS... iv KATA PENGANTAR... v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN UMUM Definisi Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Persyaratan Pendirian Apotek Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Tata Cara Perizinan Apotek Pelanggaran Apotek Pencabutan Surat Izin Apotek Tenaga Kerja di Apotek Golongan Obat Obat Bebas Obat Bebas Terbatas Obat Keras Daftar G Psikotropika Obat Wajib Apotek (OWA) Narkotika Pengelolaan Apotek Pengelolaan Perbekalan Farmasi Pengelolaan Keuangan Administrasi Pelayanan Apotek Pelayanan Informasi Obat x

11 3. TINJAUAN KHUSUS APOTEK ERRA MEDIKA Sejarah Singkat Apotek Erra Medika Lokasi, Bangunan, dan Tata Ruang Apotek Erra Medika Lokasi Bangunan Tata Ruang Perlengkapan Apotek Struktur Organisasi Apotek Erra Medika Kegiatan-Kegiatan di Apotek Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan Teknis Non Kefarmasian Pengelolaan Psikotropika Pengelolaan Narkotika PEMBAHASAN Lokasi dan Tata Ruang Apotek Sumber Daya Manusia Pengelolaan Obat dan Pelayanan Resep Perencanaan dan Pengadaan Penerimaan dan Penyimpanan Pelayanan Resep Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika Pengelolaan Administrasi Keuangan Pelayanan Informasi Obat KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN xi

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Penandaan Obat Bebas Gambar 2.2 Penandaan Obat Bebas Terbatas Gambar 2.3 Tanda Peringatan pada Obat Bebas Terbatas Gambar 2.4 Penandaan Obat Keras Gambar 2.5 Penandaan Narkotika xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Denah Lokasi Apotek Erra Medika Lampiran 2 Desain Eksterior Apotek Erra Medika Lampiran 3 Desain Interior Apotek Erra Medika Lampiran 4 Denah Ruangan Apotek Erra Medika Lampiran 5 Kartu Stok Lampiran 6 Contoh Resep Lampiran 7 Salinan Resep Lampiran 8 Struktur Organisasi Apotek Erra Medika Lampiran 9 Etiket Obat Lampiran 10 Plastik Pembungkus Obat & Pembungkus Pulveres Lampiran 11 Bon Kontan Pembelian Obat Lampiran 12 Surat Pemesanan Obat Lampiran 13 Surat Pesanan Narkotika Lampiran 14 Surat Pesanan Psikotropika Lampiran 15 Kuitansi Lampiran 16 Faktur Pembelian Obat Lampiran 17 Contoh Pelaporan Narkotika Lampiran 18 Contoh Pelaporan Psikotropika Lampiran 19 Contoh Formulir APT Lampiran 20 Contoh Formulir APT Lampiran 21 Contoh Formulir APT Lampiran 22 Contoh Formulir APT Lampiran 23 Contoh Formulir APT Lampiran 24 Contoh Formulir APT Lampiran 25 Contoh Formulir APT xiii

14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dengan memperhatikan peranan kesehatan tersebut maka diperlukan upaya yang memadai bagi peningkatan derajat kesehatan dan pembinaan penyelenggaraan upaya kesehatan secara menyeluruh dan terpadu. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Untuk menunjang hal ini, diperlukan sumber daya yang terkait dengan sarana, prasarana, dan infrastruktur yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal, sudah tentu mutlak diperlukan suatu pelayanan yang bersifat komprehensif dan profesional dari para profesi kesehatan. pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang tidak terpisahkan, termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di apotek (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2008). Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, Apotek juga merupakan tempat pengabdian dan praktek profesi apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian, meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelyanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Dalam mengelola apotek, diperlukan seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bertanggung jawab untuk mengelola apotek baik teknis dan non- 1

15 2 teknis farmasi. Dengan demikian, untuk menjadi seorang apoteker yang profesional diperlukan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang juga harus ditunjang dengan pola pikir dan perilaku yang sesuai dengan kode etik profesi serta undang-undang yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang Apoteker harus berdasarkan pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Saat ini pelayanan kefarmasian telah bergeser orientasinya dari product oriented ke patient oriented sehingga kegiatan pelayanan kefarmasian menjadi pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Dengan demikian, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien dalam bentuk pemberian informasi, monitoring penggunaan obat, dan mengetahui tujuan akhir terapi sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik (Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006). Untuk dapat melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian ini, seorang calon apoteker tidak hanya membutuhkan bekal pendidikan dan pengetahuan, akan tetapi juga penerapan ilmu yang telah didapatkan selama masa kuliah dalam hal pengelolaan apotek. Atas dasar pemikiran tersebut, maka Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi bekerja sama dengan Apotek Erra Medika menyelenggarakan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang pada semester ini berlangsung pada tanggal 17 Juni 12 Juli dan 29 Juli 16 Agustus Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Erra Medika bertujuan untuk : a. Mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek (APA) di apotek baik teknis dan non-teknis kefarmasian. b. Memahami dan melaksanakn kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek, baik secara teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian.

16 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Definsi Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan, dan kosmetika, sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. 2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek memiliki landasan hukum yang diatur dalam: a. Undang-undang Negara, yaitu : 1) Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. 2) Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotik. 3) Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan b. Peraturan pemerintah (PP), yaitu : 1) PP No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek. 2) PP No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian c. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), yaitu : 1) Permenkes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. 2) Permenkes RI No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. 3

17 4 d. Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes), yaitu : 1) Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Permenkes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. 2) Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan PP No. 25 Tahun 1980 Pasal 2, tugas dan fungsi apotek adalah: a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. d. Sarana tempat pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya. 2.4 Persyaratan Pendirian Apotek Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek menurut Permenkes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993, yaitu: a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.

18 5 Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 disebutkan bahwa : a) Sarana apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. b) Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. c) Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. d) Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan penyerahan. e) Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. f) Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, bebas dari hewan pengerat, serangga. g) Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah: a. Lokasi dan Tempat Persyaratan jarak antara apotek tidak lagi dipermasalahkan tetapi tetap mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, dokter praktek, dan sarana pelayanan kesehatan lain. b. Bangunan dan Kelengkapan Bangunan apotek harus memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan farmasi. Apotek harus mempunyai papan nama yang terbuat dari bahan yang memadai dan memuat nama apotek, nama Apoteker Pengelola Apotek (APA), nomor Surat Izin Apotek (SIA) dan alamat apotek. Apotek harus punya papan nama apotik yang berukuran panjang minimal 60 cm dan lebar minimal 40 cm dengan tulisan hitam di atas dasar putih, tinggi huruf minimal 5 cm, dan lebar minimal 5 cm. Luas bangunan apotek tidak

19 6 dipermasalahkan, bangunan apotek terdiri dari ruang tunggu, ruang administrasi, ruang peracikan, ruang penyimpanan obat, dan toilet. Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, ventilasi, dan sistem sanitasi yang baik. 1) Ruang tunggu Ruang tunggu seyogyanya dibuat senyaman mungkin, bersih, segar, terang, tidak terdapat nyamuk atau serangga sehingga pasien atau konsumen merasa betah dan nyaman menunggu. Beberapa apotek bahkan menyediakan majalah, minuman mineral atau dispenser dan majalah kesehatan ilmiah. Bagian penerimaan resep haruslah dibuat sebaik mungkin, karena berhubungan langsung dengan pelanggan. 2) Ruang peracikan Ruang peracikan sebaiknya diatur agar persediaan dapat dijangkau dengan mudah pada saat persiapan, peracikan, dan pengemasan. 3) Bagian penyerahan obat Untuk pelayanan profesional di apotek, seyogyanya apotek menyediakan ruang/tempat khusus untuk menyerahkan obat dan dapat juga digabung dengan ruang konsultasi atau pemberian informasi. Jika tidak bisa dibuat ruang terpisah, dapat juga dilakukan pembatasan dengan menggunakan dinding penyekat, sehingga dapat memberikan atau menyediakan kesempatan berbicara secara pribadi dengan pelanggan atau pasien. 4) Ruang administrasi Merupakan ruangan yang terpisah dari ruang pelayanan ataupun ruang lainnya. Walaupun tidak terlalu besar, namun disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan manajerial. Ruangan ini juga digunakan untuk menerima tamu dari supplier industri/pabrik farmasi. c. Perlengkapan Apotek Semua peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan pengelolaan apotek disebut perlengkapan Apotek. Perlengkapan Apotek yaitu :

20 7 1) Alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan seperti timbangan, mortir, dan gelas ukur. 2) Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari obat dan lemari pendingin. 3) Wadah pengemas dan pembungkus seperti etiket dan plastik pengemas. 4) Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika, dan bahan beracun. 5) Alat administrasi seperti blanko pesanan obat, faktur, kuitansi, dan salinan resep. 6) Buku standar yang diwajibkan antara lain Farmakope Indonesia edisi terbaru. 7) Kumpulan peraturan dan perundang-undangan. 2.5 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Sejak tanggal 1 Juni 2011, diberlakukan Permenkes RI No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan Permenkes ini, setiap Tenaga Kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi. Untuk tenaga kefarmasian yang merupakan seorang Apoteker, maka wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). Setelah memiliki STRA, Apoteker wajib memiliki surat izin sesuai tempat kerjanya. Surat izin tersebut dapat berupa Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) untuk Apoteker yang bekerja di fasilitas pelayanan kefarmasian atau Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) untuk Apoteker yang bekerja di fasilitas produksi atau distribusi farmasi. Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib mengurus SIPA atau SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. STRA dikeluarkan oleh Menteri, dimana Menteri akan mendelegasikan pemberian STRA kepada KFN. STRA berlaku selama lima tahun dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan: a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN;

21 8 b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran; c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Seorang Apoteker Pengelola Apotek harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut: a. Memiliki ijazah yang telah terdaftar pada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker. c. Memiliki SIK dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi secara penuh dan tidak menjadi APA di apotek lain. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus, SIA atas nama Apoteker bersangkutan dicabut.

22 9 2.6 Tata Cara Perizinan Apotek (Kementerian Kesehatan RI, 2002) Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) untuk membuka apotek di tempat tertentu. Izin apotek diberikan oleh Menteri, kemudian Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin apotek kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Izin apotek berlaku untuk seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melaksanakan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 7 dan 9 tentang perubahan atas Permenkes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993, yaitu: 1. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. 3. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan formulir APT Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud di dalam ayat 2 dan ayat 3 tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan formulir APT Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan

23 10 hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat 3, atau pernyataan a ya t 4 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek (SIA) dengan menggunakan formulir APT Dalam hal hasil pemeriksaan, Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat 3 masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terdapat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan formulir APT Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 6, apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. 8. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara apoteker dan pemilik sarana. 9. Pemilik sarana yang dimaksud (h) harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan. 10. Terhadap permohonan izin apotek dan Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau lokasi tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir APT Pelanggaran Apotek Pelanggaran apotek dapat dikategorikan berdasarkan berat atau ringannya pelanggaran tersebut. Kegiatan yang termasuk dalam pelanggaran berat, yaitu: a. Melakukan kegiatan tanpa ada tenaga teknis farmasi. b. Terlibat dalam penyaluran atau penyimpanan obat palsu atau gelap. c. Pindah alamat apotek tanpa izin.

24 11 d. Menjual narkotika tanpa resep dokter. e. Kerja sama dengan PBF dalam menyalurkan obat kepada pihak yang tidak berhak dalam jumlah besar. f. Tidak menunjuk apoteker pendamping atau apoteker pengganti pada waktu APA keluar daerah selama tiga bulan berturut-turut. Kegiatan yang termasuk dalam pelanggaran ringan yaitu: 1. Tidak menunjuk apoteker pendamping pada waktu APA tidak dapat hadir pada jam buka apotek. 2. Mengubah denah apotek tanpa izin. 3. Menjual obat daftar G kepada yang tidak berhak. 4. Melayani resep yang tidak jelas dokternya. 5. Menyimpan obat rusak, tidak mempunyai penandaan atau belum dimusnahkan. 6. Obat dalam kartu stok tidak sesuai dengan jumlah yang ada. 7. Salinan resep yang tidak ditanda tangani oleh Apoteker. 8. Melayani salinan resep narkotika dari apotek lain. 9. Lemari narkotika tidak memenuhi syarat. 10. Resep narkotika tidak dipisahkan. 11. Buku harian narkotika tidak diisi atau tidak bisa dilihat atau diperiksa. 12. Tidak mempunyai atau tidak mengisi kartu stok hingga tidak dapat diketahui dengan jelas asal-usul obat tersebut. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan surat izin apotek berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan surat izin apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan : a. Peringatan secara tertulis kepada APA secara tiga kali berturutturut dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan sejak dikeluarkannya Penetapan Pembekuan Izin Apotek. Keputusan Pencabutan SIA disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Balai/Balai Besar POM setempat.

25 12 c. Pembekuan izin apotek tersebut dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut dapat membuktikan bahwa seluruh persyaratan yang ditentukan dalam Keputusan Menteri Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tersebut telah dipenuhi. Pencairan izin apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Pembekuan izin apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas, dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sebagai berikut : a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Wilayah Kantor Kementerian Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam huruf (a). 2.8 Pencabutan Surat Izin Apotek (Kementerian Kesehatan RI, 2002) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat wajib melaporkan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek dalam jangka waktu setahun sekali kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut surat izin apotek apabila : a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. Sediaan farmasi yang sudah dikatakan tidak bermutu baik atau karena sesuatu hal tidak dapat dan dilarang untuk

26 13 digunakan, seharusnya dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri. b. Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus. c. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang No. 9 tahun 1976 tentang Narkotika, Undang-Undang Obat Keras No. St No. 541, Undang- Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. d. Surat Ijin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut. e. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat. f. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan surat izin apotek berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan Surat Izin Apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan: a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan Formulir Model APT-13. Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas, dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini dengan menggunakan contoh formulir Model APT-14. Pencairan Izin Apotek dimaksud di atas dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sebagai berikut : a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras

27 14 tertentu dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Kementerian Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam poin (a). 2.9 Personalia Apotek Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 2009 menyebutkan bahwa tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri dari Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi dan tenaga menegah farmasi/asisten Apiteker. Tenaga pendukung untuk menjamin kelancaran kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek yaitu Apoteker Pengelola Apotek (APA), Asisten Apoteker, juru resep, kasir dan pegawai adminstrasi/tata usaha. Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta keterampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. APA adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek. APA bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan yang berlangsung di apotek, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal (jika bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek). Tugas dan kewajiban APA di apotek adalah sebagai berikut: a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non-teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku. b. Pengelolaan sediaan farmasi dalam hal menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin. c. Melaksanakan fungsi administrasi dalam hal mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi di apotek.

28 15 d. Melaksanakan fungsi kewirausahaan yaitu mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin. e. Melakukan pengembangan apotek. Menurut Kepmekes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 19 disebutkan mengenai ketentuan beberapa pelimpahan tanggung jawab apoteker pengelola apotek: a. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. b. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti. Apoteker Pengganti yaitu apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain. c. Penunjukkan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat dengan menggunakan formulir model APT-9. d. Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti wajib memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. e. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-menerus, Surat Izin Apotek atas nama Apoteker yang bersangkutan dapat dicabut. Apoteker Pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan APA. Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA oleh Apoteker Pengganti, harus diikuti dengan serah terima resep, narkotika, dan perbekalan farmasi lainnya, serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti

29 16 dengan pembuatan berita acara. Untuk mendukung kegiatan di apotek apabila apotek yang dikelola cukup besar dan padat diperlukan tenaga kerja lain seperti Asisten Apoteker yang berdasarkan peraturan perundang-undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker di bawah pengawasan Apoteker, juru resep yaitu petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker, kasir yaitu orang yang bertugas mencatat penerimaan dan pengeluaran uang yang dilengkapi dengan kwitansi dan nota, pegawai tata usaha yaitu petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, dan keuangan apotek. Pada Pasal 24, dijelaskan apabila APA meninggal dunia, maka ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut dalam waktu 2 x 24 jam kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker Pendamping, maka laporan wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Penyerahan dibuat Berita Acara Serah Terima sebagaimana dimaksud Pasal 23 ayat (2) kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir model APT-11 dengan tembusan kepada Kepala Balai POM setempat Golongan Obat Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan dan kosmetika. Obat merupakan satu di antara sediaan farmasi yang dapat ditemui di Apotek. Menurut Undang-undang No. 36 Tahun 2009, obat adalah bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Obat-obatan yang beredar di Indonesia digolongkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dalam 4 (empat) kategori, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras dan obat golongan narkotika.

30 17 Penggolongan inibedasarkan tingkat keamanan dan dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Pemerintah menetapkan beberapa peraturan mengenai Tanda untuk membedakan jenis-jenis obat yang beredar di wilayah Republik Indonesia agar pengelolaan obat menjadi mudah. Beberapa peraturan tersebut antara lain yaitu: a. UU RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. b. Kepmenkes RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. c. Kepmenkes RI No. 2396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G. d. Kepmenkes RI No. 347/Menkes/SK/VIII/90 tentang Obat Wajib Apotek. e. Permenkes RI No. 688/Menkes/Per/VII/1997 tentang Peredaran Psikotropika. Berdasarkan ketentuan peraturan tersebut, maka obat dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu (Umar, 201; Kementerian Kesehatan RI, 1997): Obat Bebas Obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter disebut obabt bebas. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam. Contohnya adalah parasetamol. Gambar 2.1. Penandaan Obat Bebas Obat Bebas Terbatas Obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter disebut obat bebas terbatas. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam. Gambar 2.2. Penandaan Obat Bebas Terbatas

31 18 Contoh dari obat bebas terbatas yaitu, obat batuk, obat influenza, obat penghilang rasa sakit dan penurun panas, obat-obat antiseptik, dan obat tetes mata untuk iritasi ringan. Obat golongan ini termasuk obat keras namun dapat dibeli tanpa resep dokter. Komposisi obat bebas terbatas merupakan obat keras sehingga dalam wadah atau kemasan perlu dicantumkan tanda peringatan (P1-P6). Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (disesuaikan dengan warna kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya dengan huruf berwarna putih. Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya yaitu: a. P No.1: Awas! Obat keras. Baca aturan memakainya. Contoh: Neozep. b. P No.2: Awas! Obat keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan. Contoh: Minosep gargle. c. P No.3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. Contoh: Canesten. d. P No.4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar. e. P No.5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Dulcolax (supositoria untuk laksatif) f. P No.6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Anusol Supositoria untuk wasir. P. No. 1 Awas! Obat Keras Baca aturan memakainya P. No. 2 Awas! Obat Keras Hanya untuk kumur, Jangan ditelan P. No. 3 Awas! Obat Keras Hanya untuk bagian luar dari badan P. No. 4 Awas! Obat Keras Hanya untuk dibakar P. No. 5 Awas! Obat Keras Tidak boleh ditelan P. No. 6 Awas! Obat Keras Obat wasir, jangan ditelan Gambar 2.3. Tanda Peringatan pada Obat Bebas Terbatas Obat Keras Daftar G Obat keras merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter dan dapat diulang tanpa resep baru bila dokter menyatakan pada resepnya

32 19 boleh diulang. Obat-obat golongan ini antara lain obat jantung, obat diabetes, hormon, psikotropika, antibiotika, beberapa obat ulkus lambung, dan semua obat injeksi. Obat keras mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, mendesinfeksi, dan lain-lain, pada tubuh manusia, baik dalam bungkusan atau tidak yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Tanda khusus obat keras yaitu lingkaran merah dengan garis tepi hitam dan huruf K di dalamnya yang ditulis pada etiket dan bungkus luar. Contohnya adalah Propanolol, Amoksisilin. Gambar 2.4. Penandaan Obat Keras Psikotropika Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku disebut Psikotropika. Penggolongan dari psikotropika adalah (Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, 1997): a. Psikotropika golongan I adalah Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: etisiklidina, tenosiklidina, meskalin, metilendioksi metilamfetamin (MDMA). b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amfetamin, metakualon, dan metifedinat. Sekarang obat Psikotropika golongan I dan II dikategorikan narkotika golongan I. c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amobarbital, pentobarbital, siklobarbital.

33 20 d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: diazepam, estazolam, etilamfetamin, alprazolam. Pabrik obat dapat menyalurkan psikotropika kepada PBF, apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, rumah sakit, dan lembaga penelitian dan atau lembaga pendidikan. PBF dapat menyalurkan sediaan psikotropika kepada PBF lainnya, apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, rumah sakit, dan lembaga penelitian dan atau lembaga pendidikan. Penyerahan psikotropika kepada pasien dalam rangka peredaran hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan dokter, sedangkan penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lain, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan kepada pasien. Penyerahan psikotropika kepada pasien dilaksanakan berdasarkan resep dokter. Khusus penyerahan psikotropika oleh dokter dapat dilakukan pada kondisi jika pelaksanaan tugas dilakukan di daerah terpencil yang tidak ada apotek. Tugas pengaturan psikotropika adalah: 1. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan. 2. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika. 3. Memberantas peredaran gelap psikotropika. Pengelolaan psikotropika di apotek meliputi : a. Pemesanan Psikotropika Apoteker melakukan pemesanan psikotropika ke PBF menggunakan surat pesanan (SP) psikotropika yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nama apotek, nomor SIPA, nomor SIA, dan stempel apotek. Satu surat pesanan dapat digunakan untuk memesan lebih dari satu jenis obat psikotropika dan dibuat 2 rangkap, aslinya diberikan pada distributor dan salinannya untuk apotek sebagai arsip. b. Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan belum diatur dalam satu peraturan khusus sebagaimana penyimpanan narkotika. Namun, psikotropika memiliki potensi untuk

34 21 disalahgunakan, maka disarankan agar menyimpan dalam suatu rak atau lemari khusus dan membuat kartu persediaan psikotropika. c. Pelaporan Psikotropika Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan psikotropika. Berdasarkan Undang- Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, disebutkan bahwa pabrik obat, pedagang besar farmasi, rumah sakit, puskesmas, lembaga penelitian dan atau pendidikan wajib melaporkan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan psikotropika kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Balai Besar/Balai POM, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat dan juga disimpan sebagai arsip. Laporan psikotropika dibuat secara berkala sesuai kebijakan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. d. Pemusnahan Psikotropika Pemusnahan psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika wajib dibuat Berita Acara dan dikirim kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Balai POM Narkotika (Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, 2009). Merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan. Gambar 2.5 Penandaan Narkotika

35 22 Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: kokain, opium, heroin, ganja. b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin, petidin, normetadon, metadon. c. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: kodein, norkodein, etilmorfin. Berdasarkan Kepmenkes RI No. 199/Menkes/SK/X/1996, PT. Kimia Farma Tbk merupakan satu satunya perusahaan yang diizinkan oleh pemerintah untuk mengimpor dan mendistribusikan narkotika di wilayah Indonesia, guna kepentingan pengobatan dan ilmu pengetahuan dengan penanggung jawab yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan narkotika oleh pemerintah karena narkotika adalah bahan berbahaya yang sifatnya dapat menyebabkan ketergantungan serta dapat mengakibatkan kerusakan organ. Pengelolaan narkotika di apotek meliputi: a. Pemesanan Narkotika Pemesanan narkotika di apotek dilakukan dengan surat pemesanan narkotika kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Kimia Farma Tbk. Surat pesanan narkotika harus ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek dengan mencantumkan nama jelas, nama apotek, nomor SIPA, SIA, dan stempel apotek. Surat pesanan dibuat rangkap empat, tiga rangkap termasuk aslinya diserahkan ke PBF Kimia Farma sementara sisanya disimpan oleh apotek sebagai arsip dimana untuk 1 lembar SP hanya dapat untuk memesan

36 23 satu jenis narkotika. b. Penyimpanan Narkotika Berdasarkan Permenkes RI No. 28/Menkes/Per/I/1978 pada pasal 5 dan 6, disebutkan bahwa Apotek memiliki tempat khusus penyimpanan narkotika yang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan yang lain yang kuat. 2) Harus mempunyai kunci yang kuat. 3) Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garamgaramnya serta persediaan narkotika dan bagian kedua untuk penyimpanan narkotika lainnya yang digunakan sehari-hari. 4) Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. 5) Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. 6) Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang diberi kuasa. 7) Lemari khusus harus ditempatkan pada tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum. c. Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Hal yang harus diperhatikan dalam pelayanan resep yang mengandung narkotika antara lain (Departemen Kesehatan RI (b), 1997; Direktorat Jenderal POM, 1997): 1. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan atau ilmu pengetahuan. 2. Narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter. 3. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar salinan resep dokter. 4. Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika, walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani

37 24 sama sekali. 5. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. 6. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Dengan demikian dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika. d. Pelaporan Narkotika Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan bahwa apotek wajib membuat, menyampaikan dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Pelaporan penggunaan narkotika telah dikembangkan dalam bentuk perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2006 oleh Kementerian Kesehatan. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas, Rumah Sakit dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinkes Provinsi dan Ditjen Binfar dan Alkes) melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet. Namun, penerapan undang-undang ini belum dilaksanakan secara menyeluruh di Indonesia. e. Pemusnahan Narkotika Berdasarkan Permenkes RI No. 28/Menkes/Per/1978 pasal 9, disebutkan bahwa Apoteker Pengelola Apotek (APA) dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pengobatan dan atau pengembangan penelitian. Pelaksanaan pemusnahan narkotika di apotek, diatur sebagai berikut: 1) Apotek yang berada di tingkat provinsi disaksikan oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat. 2) Apotek yang berada di tingkat kabupaten/kota disaksikan oleh Kepala Dinas Kesehatan tingkat II.

38 25 Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara pemusnahan (BAP) narkotika paling sedikit rangkap tiga, yang memuat: 1) Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan. 2) Nama pemegang izin khusus, APA, atau dokter pemilik narkotika. 3) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari apotek tersebut. 4) Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. 5) Cara pemusnahan. 6) Tanda tangan APA/pemegang izin khusus, dokter pemilik narkotika dan para saksi. Berita acara tersebut dikirimkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan: 1) Kepala Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat. 2) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. 3) Arsip Pengelolaan Apotek Pengelolaan apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi dua, yaitu Menurut Permenkes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993, pengelolaan teknis kefarmasian Apotek meliputi: a. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, penyerahan obat atau bahan obat, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat, pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya.

39 26 b. Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditas selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek Pengelolaan Perbekalan Farmasi a. Perencanaan Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, serta menghindari kekosongan obat. Dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi seperti obatobatan dan alat kesehatan, maka perlu dilakukan pengumpulan data obat-obatan yang akan dipesan. Data obat-obatan tersebut biasanya ditulis dalam buku defekta, yaitu jika barang habis atau persediaan menipis berdasarkan jumlah barang yang tersedia pada bulan-bulan sebelumnya. Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan APA di dalam melaksanakan perencanaan pemesanan barang, yaitu memilih Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang memberikan keuntungan dari segala segi, misalnya harga yang ditawarkan sesuai, ketepatan waktu pengiriman, diskon dan bonus yang diberikan sesuai, jangka waktu kredit yang cukup, serta kemudahan dalam pengembalian obat-obatan yang hampir kadaluarsa. Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, maka dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu memperhatikan: 1. Pola penyakit, maksudnya adalah perlu memperhatikan dan mencermati pola penyakit yang timbul di sekitar masyarakat sehingga apotek dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tentang obat-obat untuk penyakit tersebut. 2. Tingkat perekonomian masyarakat di sekitar apotek juga akan mempengaruhi daya beli terhadap obat-obatan. 3. Budaya masyarakat dimana pandangan masyarakat terhadap obat, pabrik obat, bahkan iklan obat dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan

40 27 obat- obatan khususnya obat-obatan tanpa resep. Demikian juga dengan budaya masyarakat yang lebih senang berobat ke dokter, maka apotek perlu memperhatikan obat-obat yang sering diresepkan oleh dokter tersebut c. Pengadaan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/Per/X/1993 tentang PBF, menyebutkan bahwa pabrik dapat menyalurkan produksinya langsung ke PBF, apotek, toko obat, apotek rumah sakit, dan sarana kesehatan lain (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/per/X/1993, 1993). Pengadaan barang di apotek meliputi pemesanan dan pembelian. Pembelian barang dapat dilakukan secara langsung ke produsen atau melalui PBF. Proses pengadaan barang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Tahap persiapan, dilakukan dengan cara mengumpulkan data barangbarang yang akan dipesan dari buku defekta, termasuk obat baru yang ditawarkan pemasok. 2. Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP). SP minimal dibuat 2 lembar (untuk pemasok dan arsip apotek) dan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIPA. Pengadaan atau pembelian barang di apotek dapat dilakukan dengan cara antara lain (Anif, 2001): 1. Pembelian dalam jumlah terbatas yaitu pembelian dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam waktu pendek, misalnya satu minggu. Pembelian ini dilakukan bila modal terbatas dan PBF berada dalam jarak tidak jauh dari apotek, misalnya satu kota dan selalu siap untuk segera mengirimkan obat yang dipesan. 2. Pembelian berencana dimana metode ini erat hubungannya dengan pengendalian persediaan barang. Pengawasan stok obat atau barang dagangan penting sekali, untuk mengetahui obat yang fast moving atau slow moving, hal ini dapat dilihat pada kartu stok. Selanjutnya dilakukan perencanaan pembelian sesuai dengan kebutuhan. 3. Pembelian secara spekulasi merupakan pembelian dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan, dengan harapan akan ada

41 28 kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena ada diskon atau bonus. Pola ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu jika diperkirakan akan terjadi peningkatan permintaan. Meskipun apabila spekulasinya benar akan mendapat keuntungan besar, tetapi cara ini mengandung resiko obat akan rusak atau kadaluarsa c. Penyimpanan Penyimpanan obat sebaiknya digolongkan berdasarkan bentuk sediaan, seperti sediaan padat dipisahkan dari sediaan cair atau setengah padat. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari zat-zat yang bersifat higroskopis. Serum, vaksin, dan obat-obat yang mudah rusak atau meleleh pada suhu kamar disimpan dalam lemari pendingin. Penyusunan obat dapat dilakukan secara alfabetis untuk mempermudah dan mempercepat pengambilan obat saat diperlukan. Pengaturan pemakaian barang di apotek sebaiknya menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out), sehingga obat-obat yang mempunyai waktu kadaluarsa lebih singkat disimpan paling depan dan memungkinkan diambil terlebih dahulu Pengelolaan Keuangan Laporan keuangan yang biasa dibuat di apotek adalah: a. Laporan Rugi-Laba Laporan rugi-laba adalah laporan yang menyajikan informasi tentang pendapatan, biaya, laba atau rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Laporan rugi-laba biasanya berisi hasil penjualan, HPP (persediaan awal + pembelian - persediaan akhir), laba kotor, biaya operasional, laba bersih usaha, laba bersih sebelum pajak, laba bersih setelah pajak, pendapatan non usaha, dan pajak. b. Neraca Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada waktu tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban yang disebut pasiva, atau dengan kata lain aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut. Oleh karena itu, dapat dilihat dalam neraca bahwa jumlah

42 29 aktiva akan sama besar dengan pasiva. Aktiva dikelompokkan dalam aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar berisi kas, surat-surat berharga, piutang, dan persediaan. Aktiva tetap dapat berupa gedung atau tanah, sedangkan pasiva dapat berupa hutang dan modal. c. Laporan Hutang-Piutang Laporan utang adalah laporan yang berisi utang yang dimiliki apotek pada periode tertentu dalam satu tahun, sedangkan laporan piutang berisikan piutang yang ditimbulkan karena transaksi yang belum lunas dari pihak lain kepada pihak apotek Administrasi Administrasi yang biasa dilakukan meliputi (Anif, 2001): a. Administrasi umum, kegiatannya meliputi, membuat agenda atau mengarsipkan surat masuk dan surat keluar, pembuatan laporanlaporan seperti, laporan narkotika dan psikotropika, pelayanan resep dengan harganya, pendapatan, alat dan obat KB, obat generik, dan lainlain. b. Pembukuan meliputi pencatatan keluar dan masuknya uang disertai bukti-bukti pengeluaran dan pemasukan. c. Administrasi penjualan meliputi pencatatan pelayanan obat resep, obat bebas, dan pembayaran secara tunai atau kredit. d. Administrasi pergudangan meliputi, pencatatan penerimaan barang, masing-masing barang diberi kartu stok, dan membuat defekta. e. Administrasi pembelian meliputi pencatatan pembelian harian secara tunai atau kredit dan asal pembelian, mengumpulkan faktur secara teratur. Selain itu dicatat kepada siapa berhutang dan masing-masing dihitung besarnya hutang apotek. f. Administrasi piutang, meliputi pencatatan penjualan kredit, pelunasan piutang, dan penagihan sisa piutang. g. Administrasi kepegawaian dilakukan dengan mengadakan absensi karyawan, mencatat kepangkatan, gaji, dan pendapatan lainnya dari karyawan

43 Pelayanan Apotek Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 yang meliputi: a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek, sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. b. Apotek wajib menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan yang bermutu baik dan absah. c. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten. Namun resep dengan obat paten boleh diganti dengan obat generik. d. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat mengikuti ketentuan yang berlaku, dengan membuat berita acara. Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Balai Besar POM. e. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih tepat. f. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat. g. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep. h. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker. i. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 tahun. j. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan,

44 31 petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundangundangan yang berlaku. k. Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Menurut Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pelayanan kefarmasian yang ada di apotek meliputi: 1. Pelayanan Resep a. Skrining Resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi: 1) Persyaratan administratif: nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; cara pemakaian yang jelas; dan informasi lainnya. 2) Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian. 3) Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan. b. Penyiapan Obat 1) Peracikan Kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah disebut peracikan. Dalam melaksanakan peracikan obat, harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. 2) Etiket Obat diberikan etiket harus jelas dan dapat dibaca.

45 32 3) Kemasan obat yang diserahkan Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. 4) Penyerahan obat Sebelum obat diserahkan kepada pasien, harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. 5) Informasi obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. 6) Konseling Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan. 7) Monitoring penggunaan obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya. 2. Promosi dan Edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan dan lain lainnya.

46 33 3. Pelayanan residensial (Home Care) Apoteker sebagai pemberi pelayanan (care giver) diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini Apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record) Pelayanan Informasi Obat Pekerjaan kefarmasian di apotek tidak hanya pada pembuatan, pengolahan, pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi, tetapi juga pada pelayanan informasi obat (PIO). Tujuan diselenggarakannya PIO di apotek adalah demi tercapainya penggunaan obat yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen (dosis, cara, waktu, dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek samping. Dalam memberikan informasi obat, hendaknya seorang apoteker mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Mandiri, artinya bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak lain yang dapat mengakibatkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektif. b. Objektif, artinya memberikan informasi dengan sejelas-jelasnya mengenai suatu produk obat tanpa dipengaruhi oleh berbagai kepentingan. c. Seimbang, artinya informasi diberikan setelah melihat dari berbagai sudut pandang yang mungkin berlawanan. d. Ilmiah, artinya informasi berdasarkan sumber data atau referensi yang dapat dipercaya. e. Berorientasi pada pasien, maksudnya informasi tidak hanya mencakup informasi produk seperti ketersediaan, kesetaraan generik, tetapi juga harus mencakup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien. Peran apoteker di apotek dalam pemberian informasi obat kepada pasien, dokter, maupun tenaga medis lainnya sangat pentin, mengingat apotek sebagai sarana kesehatan masyarakat yang melayani masyarakat dengan cara

47 34 memberikan obat sesuai dengan kebutuhan pasien atau resepnya. Pelaksanaan pelayanan informasi obat di apotek bertujuan agar obat dapat digunakan pasien secara rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen, tepat obat, serta waspada terhadap efek samping obat. Oleh karena itu, dibutuhkan peran aktif apoteker di apotek untuk memberikan informasi obat kepada pasien, dokter serta tenaga medis lain yang terlibat di apotek Obat Wajib Apotek (OWA) Obat keras yang dapat diserahkan kepada pasien tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek disebut ObatWajib Apotek (Kementerian Kesehatan RI, 1990). Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria : a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas usia 65 tahun. b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit. c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Obat-obat yang termasuk ke dalam Daftar Obat Wajib Apotek antara lain: 1. Daftar Obat Wajib No. 1 (Kepmenkes RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990) mengalami perubahan pada Daftar Obat Wajib menurut Kepmenkes RI No. 925/Menkes/Per/X/1993 yaitu memuat perubahan golongan obat terhadap daftar OWA No. 1, beberapa obat yang semula OWA atau Obat Keras berubah menjadi Obat Bebas Terbatas atau Obat Bebas, disertai keterangan batasannya. Contohnya Ibuprofen semula golongan OWA menjadi golongan Obat Bebas Terbatas dengan pembatasan tablet 200 mg, kemasan tidak lebih dari 10 tablet.

48 35 2. Daftar Obat Wajib No. 2 menurut Kepmenkes RI No. 924/Menkes/SK/X/1993, antara lain: a. Obat luar untuk infeksi jamur pada kulit, inflamasi 1 tube b. Obat inhalasi 1 tabung 3. Daftar Obat Wajib No. 3 menurut Kepmenkes RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 antara lain: a. Obat saluran pecernaan dan metabolisme maksimal 10 tablet (pemberian obat hanya atas dasar pengobatan ulang dari dokter) b. Obat kulit, makimal 1 tube c. Obat antiifeksi umum, kategori I, II dan III : 1 paket d. Obat dengan sistem Muskuloskeletal (pemberian obat hanya atas dasar pengobatan ulang dari dokter) : maksimal 10 tablet untuk antigout, anti inflamasi dan antirematik, 1 tube obat mata serta1 botol untuk obat telinga.

49 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK ERRA MEDIKA 3.1 Sejarah Singkat Apotek Erra Medika Apotek Erra Medika di bawah naungan Yayasan Sangkakala yang berdiri pada tanggal 2 Agustus 1977 di Depok. Maksud dan tujuan dari yayasan adalah : a. Menyelenggarakan pendidikan, latihan dan pembangunan jasmani maupun rohani pada masyarakat. b. Menyelenggarakan, memelihara, membina dan memajukan kesehatan masyarakat. Apotek Erra Medika diprakarsai oleh dr. Erlang Setiawan, Sp.PA, Ny. Cora Laurens dan Ny. Istiana yang didirikan pada tanggal 13 Juli 1998 berdasarkan akta notaris B. Wirastuti Puntaraksma, SH No. 6 tahun Pada tahun 2009 didirikan PBF (Pedagang Besar Farmasi) Erra Medika. 3.2 Lokasi, Bangunan dan Tata Ruang Apotek Erra Medika Lokasi Apotek Erra Medika berlokasi di Ruko Sukmajaya No. 4 5 Jl. Tole Iskandar Depok (Lampiran 1). Lokasi tersebut cukup strategis dan mudah dijangkau karena berada di tepi jalan raya yang dilalui kendaraan dalam dua arah dan mudah dijangkau, dekat dengan pemukiman masayarakat, dan dekat dengan RSIA Hermina. Desain eksterior Apotek Erra Medika tampak dari depan dapat dilihat pada lampiran 2 dan desain Interior pada lampiran Bangunan Bangunan Apotek Erra Medika terdiri dari dua ruko, dua lantai dan berdampingan dengan Klinik Erra Medika. Lantai satu terdiri dari ruang penjualan, ruang peracikan, loket penerimaan resep dan loket penyerahan obat berdampingan dengan ruang praktek dokter umum, dokter spesialis kandungan, spesialis THT, ruang administrasi, kasir, laboratorium, radiologi, ruang tunggu dan toilet. Lantai dua terdiri dari gudang penyimpanan resep dan arsip. Denah Ruangan Apotek Erra Medika dapat dilihat pada lampiran 4. 36

50 Tata Ruang Apotek memiliki ruang tunggu apotek yang tidak terlalu besar karena biasanya pasien menunggu di ruangan tunggu klinik. Resep-resep umumnya berasal dari Klinik Erra Medika sehingga terdapat celah pada dinding di sebelah komputer yang berhubungan langsung dengan kasir klinik. Pembayaran dilakukan di kasir klinik. Semua produk yang telah dibayar dan telah selesai disiapkan akan diserahkan ke bagian penyerahan obat. Bagian penyerahan obat terletak di depan, di sekitar etalase produk OTC (Over the Counter) dan Perbekalan Kesehatan dan Rumah Tangga (PKRT), seperti kosmetika, perlengkapan bayi, dan perlengkapan sehari-hari (sabun, shampoo, dan lain-lain) yang dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Pada bagian penerimaan resep juga menerima pembelian resep yang berasal dari luar klinik, pembelian obat tanpa resep, dan PKRT. Di bagian dalam, terdapat ruang peracikan yang terpisah dengan ruang tunggu sehingga terhindar dari pandangan langsung konsumen. Ruang peracikan cukup luas sehingga karyawan dapat leluasa bergerak dan juga dilengkapi pendingin ruangan untuk menyimpan dan menjaga semua obat di Apotek serta menjaga kenyamanan para karyawan. Pada ruang peracikan, obat disusun berdasarkan bentuk sediaan (padat, cair, setengah padat, obat suntik) dan disusun secara alfabetis di lemari dan rak untuk memudahkan pengambilan obat. Obat-obat paten dan generik diletakkan secara terpisah pada lemari yang berbeda di dalam ruang peracikan. Narkotika dan psikotropika diletakkan terpisah dari obat lainnya, disimpan dalam lemari khusus yang terbuat dari kayu yang menempel pada dinding. Obat-obat yang harus disimpan pada kondisi dingin seperti supositoria, insulin, vaksin, dan sebagian obat-obat suntik diletakkan pada lemari pendingin. Di ruang peracikan terdapat meja untuk peracikan resep. Untuk memudahkan peracikan, terdapat timbangan di dekat meja peracikan. Di samping meja peracikan terdapat meja kecil tempat alat pembungkus puyer. Selain itu, terdapat meja untuk pemeriksaan obat dan penulisan salinan resep.

51 Perlengkapan Apotek Apotek Erra Medika memiliki beberapa perlengkapan apotek, antara lain : 1. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir, blender. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pengemas. 2. Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi seperti lemari obat dan lemari pendingin. 3. Lemari penyimpanan khusus psikotropika dan narkotika. 4. Buku standar Farmakope Indonesia Edisi IV, ISO, MIMS, IONI, kumpulan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek dan bukubuku kefarmasian. 5. Alat administrasi, seperti blanko pemesanan obat, faktur, kuitansi, salinan resep, etiket obat dan lain-lain. 3.4 Struktur Organisasi Apotek Erra Medika Apotek Erra Medika berada di bawah Yayasan Sangkakala yang dikepalai oleh dr. Erlang Setiawan, Sp.PA, selaku Pemilik Sarana Apotek dan seorang Apoteker Pengelola Apotek yaitu Dra. Alfina Rianti, M.Pharm., Apt. Apotek Erra Medika mempunyai 4 orang tenaga ahli yang terdiri dari 3 asisten apoteker dan 1 orang juru resep, sedangkan tenaga kerja kasir, keuangan dan petugas kebersihan digabung menjadi satu dengan klinik. Tenaga kerja di Apotek Erra Medika secara bergantian bekerja berdasarkan shift-shift yang telah dibagi, yaitu shift pagi hingga sore (pukul ) dan shift siang hingga malam (pukul ). Adapun tugas dan fungsi tiap karyawan yang ada di apotek Erra Medika adalah sebagai berikut : a. Pimpinan Apotek Pimpinan bertanggung jawab atas kelangsungan perusahaan dengan kewenangan sebagai berikut : 1) Mempertahankan kontinuitas hidup dan laju perkembangan perusahaan yang dipimpinnya. 2) Memberikan penilaian prestasi kerja seluruh karyawan yang dipimpinnya.

52 39 3) Menganalisa permasalahan intern maupun ekstern yang berpengaruh terhadap jalannya perusahaan. b. APA (Apoteker Pengelola Apotek) Apoteker Pengelola Apotek memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : 1) Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya (apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala kebutuhan perundang-undangan di bidang perapotekan yang berlaku. 2) Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek termasuk mengkoordinasikan dan mengawasi dinas kerja karyawan lainnya antara lain mengatur daftar giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja, dan tanggung jawab masing-masing karyawan. 3) Bertanggung jawab terhadap kelancaran administrasi dan penyimpanan dokumen penting. 4) Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha apotek dengan mempertimbangkan masukan dari karyawan lainnya untuk perbaikan pelayanan dan kemajuan apotek. 5) Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. Dalam hal ini apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, dan bijaksana serta terkini. 6) Melaksanakan pelayanan swamedikasi 7) Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan. 8) Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan tunai harian.

53 40 c. Asisten Apoteker (AA) Tugas dan kewajiban asisten apoteker adalah sebagai berikut: 1) Mendata kebutuhan barang 2) Mengatur, mengontrol, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di ruang peracikan. 3) Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan menyerahkan obat. 4) Memberi harga-harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa kelengkapan resep. 5) Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, nama obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien. 6) Mencatat keluar masuk barang dalam kartu stok 7) Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa 8) Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang masuk setiap harinya. 9) Membuat salinan resep dan kuitansi bila dibutuhkan. d. Juru Resep Tenaga yang membantu asisten apoteker dalam meracik obat di apotek. Tugas dan kewajiban juru resep adalah: 1) Membantu tugas apoteker dan asisten apoteker dalam penyediaan atau pembuatan obat jadi maupun obat racikan. 2) Menyiapkan dan membersihkan alat-alat peracikan serta melaporkan hasil sediaan yang sudah jadi kepada asisten apoteker. 3) Membuat obat-obat racikan standar di bawah pengawasan asisten apoteker.

54 Kegiatan kegiatan di Apotek Apotek Erra Medika memulai kegiatan dari pukul sampai pukul dari senin sampai minggu, yang dibagi menjadi dua shift. Kegiatan yang dilakukan di Apotek Erra Medika terbagi menjadi dua bagian, yaitu kegiatan teknis kefarmasian dan kegiatan non-teknis kefarmasian Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan ini berhubungan langsung dengan pengelolaan perbekalan farmasi, yang meliputi : 1. Pengadaan barang Hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan antara lain : a. Sebelum dilakukan pengadaan obat terlebih dahulu dilakukan perencanaan pengadaan obat berdasarkan kebutuhan Apotek Erra Medika dan berdasarkan buku defecta atau buku pesanan berdasarkan stok minimum. b. Harus sesuai dengan kemampuan atau kondisi yang ada. c. Sistem atau pengadaan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengadaan perbekalan farmasi menjadi tugas dan wewenang Apoteker Pengelola Apotek (APA). APA dan Asisten Apotker (AA) bekerja sama untuk menjaga kelancaran dan ketepatan persediaan barang. Pengadaan atau pemesanan barang di Apotek Erra Medika biasanya dilakukan pada pagi hari, setiap hari Senin dan Kamis menggunakan Surat pesanan (SP). Untuk pemesanan cito disampaikan melalui telepon, dimana SP menyusul ketika barang diantar. Pembelian dilaksanakan oleh asisten apoteker yang bertanggung jawab langsung terhadap APA. Pembelian dan pemesanan obat ditandatangani oleh apoteker. Dalam melakukan pemesanan barang kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF), perlu diperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut : a. Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang resmi. b. Besarnya potongan harga (diskon) dan tenggang waktu pembayaran. c. Pelayanan yang baik, cepat dan tepat waktu. d. Kelengkapan dan kualitas barang terjamin.

55 42 2. Penerimaan barang Barang-barang yang dipesan, kemudian diantar dan disertai dengan faktur sebagai tanda bukti penyerahan barang. Barang -barang yang telah diterima dari PBF kemudian diperiksa meliputi : a. Kesesuaian jenis dan jumlah barang yang dipesan dalam SP (Surat Pesanan). b. Tanggal kadaluwarsa barang. c. Spesifikasi obat dan keadaan fisik obat. Apabila barang yang diterima sesuai dengan pesanan, petugas akan menandatangani dan memberikan stempel apotek pada faktur asli dan faktur kopi. Terdapat empat lembar faktur, faktur yang asli dikembalikan kepada distributor atau PBF dan kopi faktur disimpan sebagai dokumen untuk apotek dan dicatat dalam buku. Seminggu setelah penyerahan barang, PBF melakukan tukar faktur dimana faktur asli akan diberikan kepada apotek serta menentukan tanggal pembayaran. 3. Penyimpanan barang Penyimpanan barang di apotek dibedakan berdasarkan bentuk sediaan, kemudian disusun secara alfabetis dengan sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First Out). Setiap jenis obat yang disimpan disertai dengan kartu stok. Obat dan alat kesehatan disimpan di rak, sedangakan untuk obat yang membutuhkan suhu rendah segera dimasukkan dalam lemari pendingin. Penyimpanan obat bebas diletakkan di etalase ruang depan pada bagian OTC. 4. Penjualan Penjualan obat di Apotek Erra Medika dilakukan dengan sistem pembayaran tunai dan kredit. Adapun pelayanan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Pelayanan obat resep dengan pembayaran tunai Pelayanan atau penjualan obat dengan resep diberikan kepada pasien yang membeli obat dengan resep secara tunai. Proses pelayanan resepnya adalah :

56 43 1) Apoteker atau asisten apoteker menerima resep dari pasien, kemudian diperiksa kelengkapan resepnya dan diberi harga. 2) Setelah pasien setuju dan langsung membayar pada kasir, lalu kasir akan mencatat alamat pasien di resep. 3) Resep dibawa ke bagian peracikan untuk dikerjakan oleh asisten apoteker yang dibantu oleh juru resep. Obat yang telah selesai dibuat, diberi etiket kemudian diperiksa kembali oleh apoteker atau asisten apoteker baik bentuk sediaan, nama pasien, etiket, dan jumlah obat. Obat diberikan kepada pasien dengan pemberian informasi penggunaan obat kemudian dicatat alamat pasien, jumlah, dan harga resep ke dalam buku resep. b. Pelayanan obat resep dengan pembayaran kredit Apotek Erra Medika bekerja sama dengan beberapa perusahaan dalam pelayanan kesehatan, antara lain : Bank Mandiri, PT. Nayaka dan Sudirman Medical Center. Pelayanan obat dengan resep kredit dilakukan secara gratis. Klaim pada PT. Nayaka Husada dan Sudiman Medical Center dilakukan 1 bulan sekali pada awal bulan, sedangkan PT. Mandiri dilakukan dua kali, yaitu pada awal dan pertengahan bulan. Keuntungan yang didapatkan apotek dari setiap resep yaitu sekitar 10%. Untuk resep kredit Bank Mandiri pengeluaran obat dibatasi yaitu sebesar Rp /lembar resep, jika melebihi batas maka pasien harus membayar. c. Pelayanan atau penjualan obat bebas Pelayanan obat bebas adalah pelayanan obat kepada konsumen tanpa melalui resep dokter. Obat-obat yang dapat dijual bebas adalah obat yang termasuk dalam daftar obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetika, dan alat kesehatan tertentu. Pembayaran dilakukan di kasir, setelah lunas obat diserahkan kepada konsumen atau pembeli. d. Pelayanan Obat Wajib Apotek Pelayanan obat wajib apotek adalah pelayanan obat-obat keras oleh apoteker yang dapat diberikan kepada pasien tanpa menggunakan resep dokter.

57 Kegiatan Teknis Non Kefarmasian Kegiatan ini meliputi : 1. Bagian Keuangan Pada prinsipnya kegiatan keuangan adalah mengelola seluruh kegiatan yang berhubungan dengan uang masuk dan uang keluar. Di apotek arus uang masuk meliputi arus penjualan tunai dan penagihan piutang (penjualan kredit). Arus uang keluar berupa biaya operasional apotek (listrik, telepon, PAM, gaji pegawai), pembelian barang secara tunai dan pembayaran rutin untuk pembelian barang secara kredit. Pada kegiatan keuangan dikenal buku kas dan buku bank. Buku kas berisi semua pemasukan dan pengeluaran uang dalam bentuk tunai yang dilakukan setiap hari sedangkan buku bank berisi semua pemasukan dan pengeluaran melalui bank. 2. Kegiatan Administrasi Kegiatan administrasi bertugas mencatat serta membukukan seluruh kegiatan administrasi di apotek yang merupakan unsur penunjang semua kegiatan di apotek, selain itu dapat juga memberikan data keuangan secara rinci. Data tersebut digunakan untuk mengambil keputusan baik yang bersifat mendadak maupun dalam menyusun rencana jangka panjang. Pada kegiatan administrasi pembelian, transaksi pembelian dimasukkan ke dalam komputer oleh Asisten Apoteker berdasarkan faktur pembelian. Transaksi pembelian kemudian ditampilkan sehingga jumlah barang akan tercatat dan jumlah uang akan tercatat pada transaksi hutang di komputer. Pada administrasi penjualan harga resep, OTC, DOWA dilakukan melalui komputer. Pada saat petugas memasukkan daftar barang yang dibeli dan telah dibayar, maka stok barang secara otomatis berkurang sesuai dengan transaksi yang telah dilaksanakan. 3.6 Pengelolaan Psikotropika Di Apotek Erra Medika, pengelolaan psikotropika secara garis besar meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan dan pelayanan resep psikotropika.

58 45 1. Pemesanan Psikotropika Pembelian psikotropika pada PBF dilakukan dengan surat pesanan psikotropika. Satu SP boleh lebih dari satu jenis psikotropika. Dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIPA, SIA dan stempel apotek yang ditandatangani oleh APA. 2. Penerimaan dan Penyimpanan Psikotropika Penerimaan dan penyimpanan psikotropika dilakukan oleh asisten apoteker yang mempunyai SIK. Psikotropika disimpan di tempat khusus dalam lemari yang mempunyai kunci yang dipegang oleh AA yang telah diberi kuasa. 3. Pelayanan Resep Psikotropika Apotek hanya dapat melayani resep yang mengandung psikotropika dari resep asli. Resep yang mengandung psikotropika di simpan terpisah dari resep lain. Psikotropika yang dikeluarkan, dicatat dalam buku penggunaan psikotropika setiap hari untuk pembuatan laporan penggunaan psikotropika. 4. Laporan Penggunaan Psikotropika Laporan penggunaan psikotropika dilaporkan setiap bulan ditujukan kepada Dinas Kesehatan Depok dan Balai POM Bandung Jawa Barat paling lambat setiap tanggal 10 setiap bulannya dengan tembusan kepada balai Besar POM dan untuk arsip. 3.7 Pengelolaan Narkotika Dalam mencegah dan menanggulangi bahaya yang ditimbulkan oleh efek samping penggunaan dan penyalahgunaan, memulihkan kembali penderita kecanduan narkotika, serta untuk memberantas peredaran gelap narkotika maka pemerintah telah mengatur tata cara ekspor-impor, produk, penanaman, peredaran, penyediaan, penyimpanan dan penggunaan narkotika menurut UU No. 35 tahun Secara garis besar pengelolaan narkotika di Apotek Erra Medika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan, dan pelayanan resep narkotika.

59 46 1. Pemesanan Narkotika Pembelian narkotika pada PBF dilakukan dengan SP narkotika dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIPA, SIA dan stempel apotek yang ditandatangani oleh APA. Satu SP rangkap empat hanya untuk memesan satu jenis narkotika. 2. Penerimaan dan Penyimpanan Narkotika Penerimaan narkotika dilakukan oleh asisten apoteker yang mempunyai SIK. Penyimpanan narkotika dilakukan di tempat khusus, yaitu : lemari khusus yang terbuat dari kayu yang dibagi dua, masing-masing dilengkapi dengan kunci yang dipegang oleh Asisten Apoteker yang telah diberi kuasa. Bagian pertama untuk menyimpan persediaan narkotika dalam jumlah besar sedangkan bagian kedua untuk menyimpan narkotika yang digunakan seharihari. Lemari ini tidak boleh digunakan untuk menyimpan obat atau barang lain selain narkotika. Untuk psikotropika disimpan juga dalam tempat yang khusus dan tidak dicampur dengan obat lain. 3. Pelayanan Resep Narkotika Apotek hanya dapat melayani resep yang mengandung narkotika dari resep asli yang berasal dai apotek Erra Medika. Narkotika yang dikeluarkan, dicatat dalam buku penggunaan narkotika setiap hari untuk pembuatan laporan penggunaan narkotika sesuai jumlahnya. Resep yang mengandung narkotika harus digaris merah dan disimpan terpisah dari resep lain. 4. Laporan Penggunaan Narkotika Laporan penggunaan obat-obatan di apotek Erra Medika dilaporkan setiap bulan meliputi laporan penggunaan sediaan jadi narkotika. Setiap bulan apotek wajib membuat laporan narkotika berdasarkan pemasukan dan pengeluaran narkotika yang tercatat di buku harian penggunaan narkotika. Data pemasukan dan pengeluaran narkotika di masukkan ke dalam sebuah software khusus dan hasil data dikirim ke Seksi Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Depok dalam bentuk softcopy yang disimpan di CD dan tembusan ke Balai Besar Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam bentuk hardcopy.

60 BAB 4 PEMBAHASAN Apotek Erra Medika merupakan apotek yang dikelola atas dasar kerjasama antara Pemilik Sarana Apotek dengan Apoteker Penanggung Jawab Apotek yang mempunyai dua ruang gerak, yaitu fungsi pengabdian kepada masyarakat (non profit oriented) dan fungsi bisnis (profit oriented), dan keduanya harus berjalan bersamaan. Berkenaan dengan fungsi yang pertama, apotek berperan menyediakan obat-obatan dan perbekalan farmasi lainnya serta memberi informasi, konsultasi dan evaluasi mengenai obat yang dibutuhkan oleh masyarakat sehingga tujuan pembangunan kesehatan dapat terwujud. Fungsi yang kedua yaitu sebagai suatu unit usaha yang berhubungan dengan obat serta perbekalan farmasi lain sebagai komoditi untuk disalurkan kepada masyarakat sehingga apotek memperoleh pendapatan yang nantinya dikelola untuk membuat apotek tetap dapat bertahan hidup dan berkembang. Apotek Erra Medika merupakan apotek klinik yang sudah berdiri sejak 15 tahun yang lalu. Kepercayaan pelanggan menyebabkan apotek ini mampu bertahan hingga sekarang. 4.1 Lokasi dan Tata Ruang Apotek Apotek berada di lokasi strategis, dimana apotek terletak di daerah padat penduduk dengan jalan dua arah yang ramai lalu lintas kendaraan bermotor, baik kendaraan pribadi maupun angkutan umum sehingga mudah diakses oleh masyarakat. Apotek ini berada dalam satu bangunan dengan klinik Erra Medika yang menjadi sumber utama resep yang diterima oleh Apotek Erra Medika. Apotek dan Klinik Erra Medika buka setiap hari sehingga mampu memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat. Di sekitar Apotek juga terdapat Apotek pesaing antara lain Apotek Tumbuh Sehat, Apotek Trinitas, Apotek K-24 dan lain-lain. Apotek Erra Medika memiliki pelayanan yang cepat sehingga pasien tidak memerlukan waktu yang lama untuk menunggu. Di sekitar apotek terdapat pula fasilitas ATM yang dapat memudahkan pasien untuk mengambil uang untuk pembayaran obat. Selain itu, memiliki tempat parkir yang cukup luas sehingga memudahkan pasien 47

61 48 untuk memarkir kendaraannya. Apotek memiliki ruang peracikan yang terpisah dengan ruang tunggu sehingga terhindar dari pandangan langsung konsumen. Ruang peracikan cukup luas sehingga karyawan dapat leluasa bergerak. Ruang tunggu apotek tidak terlalu besar karena biasanya pasien menunggu di ruangan tunggu klinik. Penataan barang-barang di etalase dipisahkan berdasarkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. Untuk sediaan farmasi yang terdiri dari obat-obat bebas ditata berdasarkan bentuk sediaan dan efek farmakologinya. Beberapa obat bebas juga disertai dengan brosur untuk menarik minat pembeli. Untuk obat OTC, pengaturan warna kotak kemasan kurang menarik pelanggan untuk membeli karena warna yang sama diletakkan sejajar sehingga tampilan warnanya kurang bervariasi. Lemari etalase pada bagian atas juga kosong sehingga memberikan kesan kepada konsumen bahwa apotek tidak lengkap menyediakan obat. Brosur obat herbal juga banyak ditempelkan di etalase sehingga menutupi produk yang terdapat di dalam etalase. Perbekalan kesehatan dan rumah tangga seperti perlengkapan bayi, susu formula, kosmetika, sabun, pasta gigi, dan shampo disusun berdasarkan jenisnya masing-masing. Penempatan produk alat kesehatan juga kurang rapi. Ruang peracikan terpisah dari ruang pelayanan resep sehingga terlindung dari pandangan konsumen. Pada ruang peracikan terdapat lemari dan rak untuk menyimpan obat. Ruang tunggu apotek ini tidak terlalu luas sehingga pasien kurang nyaman menunggu antrian pengambilan obat di ruang apotek. Oleh karena itu, pasien sebagian besar menunggu di ruang tunggu klinik Erra Medika yang dilengkapi dengan kursi-kursi panjang, pendingin ruangan, dan ditambah dengan adanya televisi sehingga pasien merasa lebih nyaman selama menunggu obat disiapkan. Penyimpanan obat-obatan di Apotek Erra Medika ditempatkan berdasarkan jenis sediaan (obat bebas dan obat bebas terbatas, obat keras, narkotika, dan psikotropika) serta bentuk sediaan yang kemudian disusun secara alfabetis. Obat ethical diletakkan dalam rak di ruang bagian dalam dan dibedakan berdasarkan obat generik dan non generik, dan juga menurut bentuk sediaan yang masing-masingnya disusun secara alfabetis. Obat disimpan sesuai dengan

62 49 spesifikasinya masing-masing, misalnya untuk obat-obatan yang harus disimpan pada kondisi dingin maka disimpan di kulkas pada suhu tertentu, contohnya supositoria, injeksi dan juga sediaan kapsul atau tablet yang memang penyimpanannya didalam kulkas. Kartu stok obat ethical disimpan terpisah dari sediaan agar penyusunannya terlihat lebih menarik dan tidak terganggu oleh adanya kartu stok lainnya. Hanya saja dalam penulisan kartu stok perlu dibedakan agar mempermudah pencarian, baik dalam tulisan ataupun warna dari kartu stok itu sendiri, seperti pada kartu stok untuk golongan psikotropika dan narkotik, dapat ditulis dengan tinta merah ataupun kartu stok berwarna selain putih, agar mempermudah pembedaan dan pencariannya. Kartu stok Apotek Erra Medika dapat dilihat pada Lampiran 5. Apotek Erra Medika memiliki sarana dan prasarana yang lengkap sesuai standar suatu apotek, sebagaimana yang dipersyaratkan dalam peraturan perundangundangan, misalnya lemari narkotika, buku standar Farmakope Indonesia, ISO, MIMS, serta kumpulan peraturan yang berkaitan dengan hukum farmasi dan perlengkapan administrasi seperti blanko pemesanan obat, buku defekta, buku penerimaan obat, faktur, kuitansi, dan salinan resep. Resep dan salinan resep Apotek Erra Medika dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran Sumber Daya Manusia Struktur organisasi Apotek Erra Medika yaitu, apotek berada di bawah Yayasan Sangkakala yang diketuai oleh dr. Erlang Setiawan, Sp.PA, selaku Pemilik Modal Apotek, dan sebagai penanggung jawab apotek yaitu Dra. Alfina Rianti, M.Pharm, Apt serta 3 asisten apoteker dan 1 orang juru resep, sedangkan tenaga kerja kasir, keuangan dan petugas kebersihan digabung menjadi satu dengan klinik. Sebaiknya keuangan antara apotek dan klinik dibuat terpisah untuk memperjelas perputaran keuangan di Apotek Erra Medika. Apotek Erra Medika melaksanakan pelayanan kefarmasian selama 14 jam (Jam ) setiap harinya dengan 2 (dua) shift. Struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran 8. Kedisiplinan setiap karyawan di Apotek Erra Medika sudah cukup baik, jam kerja yang dijalankan sesuai jadwal, karyawan datang dan pulang tepat waktu. Karyawan yang berhalangan hadir akan memberi kabar terlebih dahulu

63 50 dengan alasan yang tepat dan dapat diterima. Hubungan antar karyawan di Apotek Erra Medika terjalin baik, memiliki rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang tinggi. Hal ini terlihat dari cara karyawan dalam menjalankan tugas dan kewenangannya. Pekerjaan yang dilakukan tidak terbatas pada tugas pokok masing-masing karyawan, tetapi bersifat fleksibel dan saling membantu satu sama lain. Keterampilan karyawan sudah cukup baik dan cekatan dalam menyelesaikan suatu masalah yang berhubungan dengan resep dan obat-obatan yang ada di apotek. Berkaitan dengan pengelolaan apotek maka secara keseluruhan pengelolaan Apotek Erra Medika telah memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 992/Menkes/Per/X/1993 tepatnya pada pasal 10 sampai dengan pasal 13. Jika mengacu pada pasal 19 ayat 1 yang menyatakan bahwa apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotek, maka Apoteker pengelola Apotek dapat menunjuk Apoteker Pendamping, namun Apotek Erra Medika belum menunjuk seorang apoteker pendamping sehingga tidak ada apoteker yang berada di Apotek Erra Medika pada jam kerja apotek. Apoteker di apotek diharapkan dapat mengendalikan dan mengawasi seluruh kegiatan di apotek serta dapat memotivasi dan mengkoordinir setiap pegawai agar dapat menjalankan tugasnya masing-masing dengan maksimal, sehingga dapat meningkatkan pelayanan dan pendapatan apotek. Apoteker diharapkan mampu untuk menjamin peningkatan kualitas hidup manusia dengan hasil yang optimal melalui pengobatan yang efektif, rasional dan aman. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi dan konsultasi kepada pasien. Sejauh ini Apotek Erra Medika telah berupaya untuk memberikan pelayanan informasi obat walaupun hanya sebatas penggunaan obat kepada pasien yang dilakukan oleh Apoteker atau Asisten Apoteker. Kepuasan pelayanan yang diberikan oleh Apotek Erra Medika diharapkan dapat mempertahankan pelanggan lama dan menarik pelanggan baru. Pasien merupakan sasaran utama pelayanan yang dilakukan apotek. Dengan demikian, diperlukan pelayanan yang memuaskan misalnya memberikan informasi obat atau solusi alternatif obat agar dapat menumbuhkan kepercayaan pada pasien.

64 Pengelolaan Obat dan Pelayanan Resep Perencanaan dan Pengadaan Perencanaan obat di Apotek Erra Medika dilakukan berdasarkan metode konsumsi dan pola penyakit. Selain itu dalam perencanaan juga mempertimbangkan anggaran yang tersedia, sisa stok, waktu tunggu (lead time) serta harga yang ditawarkan oleh distributor. Obat-obat yang diutamakan untuk direncanakan dalam pengadaan adalah obat-obat yang banyak diresepkan oleh dokter-dokter di Klinik Erra Medika, karena sebagian besar pelanggan Apotek Erra Medika adalah pasien Klinik Erra Medika. Pengadaan obat di apotek merupakan suatu hal yang sangat penting sebab jika tidak dikelola dengan baik, maka dapat menimbulkan kerugian bagi apotek. Sebaliknya, apabila dikelola dengan baik dan efektif maka akan menguntungkan apotek. Pengadaan obat di apotek harus dilakukan secara efektif dan efisien sehingga tidak terjadi stok kosong ataupun stok mati. Pengadaan barang hanya dilakukan melalui pembelian dan pemesanan barang pada hari Senin dan Kamis. Pemesanan barang di Apotek Erra Medika dapat dilakukan secara langsung ketika karyawan Pedagang Besar Farmasi (PBF) datang ke apotek ataupun melalui telepon. Pengadaan barang dilaksanakan oleh asisten apoteker yang bertanggung jawab langsung terhadap Apoteker Pengelola Apotek (APA). Jika ada obat yang bersifat mendesak (cito) atau bersifat fast moving mendadak habis persediaannya apotek Erra Medika tidak melakukan pemesanan di luar hari tersebut (Senin dan Kamis) melalui pembelian langsung. Cara pemesanan ini kurang efektif karena sering kali terjadi kekosongan obat yang dikarenakan pengiriman dari PBF terlambat atau kurang terkontrolnya stok pengaman (buffer stock) dan juga banyak terdapat obat expirate date. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengawasan APA terhadap pemesanan dan penjualan obat serta kurangnya komunikasi APA dengan dokter untuk meresepkan obat-obat yang sisa stok masih banyak. Selain melakukan pengadaan obat melalui pembelian secara kredit, Apotek Erra Medika juga menerima titipan (konsinyasi) perbekalan farmasi, dimana Apotek menerima komisi bila barang tersebut terjual. Bila barang

65 52 tersebut tidak terjual sampai batas waktu yang telah disepakati ataupun sampai batas kadaluarsa, maka barang tersebut dapat dikembalikan kepada pemiliknya. Barang yang sudah dipesan biasanya akan dikirim oleh PBF pada hari yang sama ketika obat tersebut dipesan atau akan dikirim beberapa hari kemudian tergantung kebijakan masing-masing PBF. Surat pemesanan obat dapat dilihat pada Lampiran 12. Pemesanan narkotika dan psikotropika di Apotek Erra Medika telah sesuai dengan peraturan pemerintah Surat pesanan narkotika dan surat pesanan psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 13 dan Lampiran Penerimaan dan Penyimpanan Barang pesanan yang datang akan dilakukan beberapa pemeriksaan, yaitu pemeriksaan kesesuaian barang yang datang dengan daftar barang yang dipesan di surat pesanan dan faktur pembeliannya terhadap jenis barang, merk, jumlah, harga satuan, jumlah harga per jenis barang dan jumlah harga keseluruhan obat yang tertera di dalam faktur. Obat yang sudah diterima diperiksa nomor batch dan tanggal kadaluarsanya untuk mencegah kemungkinan diterimanya obat yang sudah kadaluarsa atau mendekati kadaluarsa. Jika obat sudah sesuai, faktur ditandatangani oleh petugas apotek dan diberi cap apotek. Faktur yang asli dikembalikan kepada distributor atau PBF yang bersangkutan dan copy fakturnya disimpan sebagai dokumen untuk apotek. Tahap selanjutnya adalah memindahkan data-data faktur ke dalam buku penerimaan barang dan sistem komputerisasi. Khusus produk OTC, selain pemberian harga secara komputerisasi dilakukan juga pelabelan harga secara manual. Obat dan perbekalan farmasi yang telah diperiksa kesesuaiannya serta dicatat dan diberi harga kemudian disimpan di lemari atau rak penyimpanan yang tersedia. Obat-obat OTC dan perbekalan farmasi disimpan di ruang pelayanan, sedangkan obat-obat ethical disimpan di ruang peracikan. Penyimpanan produk OTC di etalase dipisahkan antara obat dan perbekalan farmasi lainnya. Obat-obat OTC kemudian disusun berdasarkan bentuk sediaan dan efek farmakologinya. Penataan obat OTC di etalase juga mempertimbangkan segi estetika dengan pengaturan warna kemasan yang bertujuan untuk menarik minat pelanggan untuk membeli. Perbekalan kesehatan dan rumah tangga seperti perlengkapan bayi, susu formula, kosmetika, sabun, pasta gigi, dan shampo disusun berdasarkan

66 53 jenisnya masing-masing. Data pada sistem komputer dipakai sebagai data kartu stok. Selanjutnya obat diberi harga serta dilakukan pencatatan di buku rincian faktur pembelian dan kartu stok. Selain itu juga dibuat arsip faktur barang berdasarkan nama PBF. Untuk Narkotika dan Psikotropika, kartu stok dibuat tersendiri selain dari sistem komputer, hal ini penting untuk memudahkan penelusuran barang. Jika penerimaan obat telah selesai dilakukan, obat diletakkan pada etalase atau lemari obat sesuai dengan jenis obatnya. Penyimpanan obat di ruang peracikan dipisahkan berdasarkan bentuk sediaan (tablet, sirup, krim, salep, obat tetes, dan obat suntik) secara alfabetis. Obat-obat generik disimpan terpisah di lemari khusus obat generik dan disusun secara alfabetis. Obat-obatan yang memerlukan penyimpanan khusus seperti sediaan obat suppositoria, ovula, dan insulin disimpan di lemari pendingin. Obatobat yang biasanya digunakan untuk obat racikan ditempatkan di dekat meja racik. Penyimpanan tersebut bertujuan untuk memudahkan pengambilan obat selama penyiapan resep. Penyimpanan obat dilakukan berdasarkan FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First Out) artinya obat yang terlebih dahulu masuk akan terlebih dahulu digunakan, sehingga kecil kemungkinan terjadinya obat rusak atau kadaluarsa. Apotek Erra Medika tidak memiliki gudang sehingga dapat mengurangi biaya yang dibutuhkan untuk pemeliharaan barang di gudang dan terhindar dari resiko penumpukan barang yang dapat mengakibatkan kerusakan barang. Untuk obat-obat dengan syarat penyimpanan tertentu seperti injeksi, supossitoria, dan lain-lain disimpan di lemari pendingin dengan suhu terkontrol. Sistem penyimpanan dan pengendalian persediaan obat di Apotek Erra Medika berjalan kurang baik. Hal ini dikarenakan stock opname yang dilakukan sebulan sekali hanya melihat kesesuaian antara kartu stok dengan jumlah fisik barang namun tidak dilakukan pengecekan tanggal kadaluarsa sehingga banyak ditemukan persediaan obat di apotek yang telah kadaluarsa. Temuan obat kadaluarsa ini menimbulkan kerugian finansial yang bagi apotek.

67 Pelayanan Resep Pengelolaan resep di apotek dilakukan dengan baik. Semua resep yang sudah dibuat, disimpan dan diurutkan berdasarkan nomor resep setiap harinya. Dicatat pula informasi mengenai tanggal pembuatan resep, nomor resep, nama obat dan jumlah obat yang diberikan pada sistem komputer. Dalam hal pelayanan apotek, apotek Erra Medika melakukan pelayanan obat dengan resep, pelayanan/penjualan obat bebas dan pelayanan obat wajib apotek. Apotek Erra Medika menerima resep umum dan resep Klinik Erra Medika. Dalam pelayanan resep di Apotek Erra Medika pertama dilakukan pemeriksaan terhadap ketersediaan obat di komputer, kemudian dilakukan skrining resep lalu pemberian harga. Jika pasien tidak setuju dengan harga yang diberikan maka resepnya dikembalikan kepada pasien, namun bila pasien setuju, maka pasien melakukan pembayaran, kemudian diberi struk pembayaran sekaligus nomor antrian resep. Kemudian dilakukan pengambilan obat dan peracikan jika obat diracik. Peralatan meracik yang digunakan di apotek Erra Medika diantaranya adalah alat pengisi kapsul, penyerbuk tablet (Pulverized Machine), dan alat pengemas serbuk obat/puyer. Peralatan-peralatan ini sangat membantu pegawai dalam penyiapan obat-obat racikan sehingga dapat meningkatkan mutu dan kecepatan di dalam pelayanan, namun perlu diperhatikan mengenai kebersihan alat yang digunakan, setelah menggunakan alat pengisi kapsul, penyerbuk tablet (Pulverized Machine), dan alat pengemas serbuk obat/puyer dalam pengerjaan suatu resep hendaknya dibersihkan terlebih dahulu sebelum alat-alat tersebut digunakan pada pengerjaan resep selanjutnya. Setelah obat siap, lalu pemberian etiket dan dilakukan pengecekan akhir oleh asisten apoteker sebelum obat diserahkan kepada pasien. Untuk obat oral menggunakan etiket berwarna putih, sedangkan untuk obat yang ditujukan untuk selain pemakaian oral menggunakan etiket berwarna biru. Pada saat penyerahan obat, pasien menunjukkan struk pembayaran serta nomor antrian, kemudian obat diserahkan serta diberikan petunjuk penggunaan obat (pelayanan informasi obat) oleh asisten apoteker. Contoh etiket dapat dilihat pada Lampiran 9, sedangkan plastik pembungkus obat dan pembungkus pulveres dapat dilihat pada Lampiran 10.

68 55 Pada etiket harus ditulis secara lengkap nomor resep, tanggal, nama pasien, dan aturan pakainya. Etiket harus dituliskan dengan jelas agar tidak menimbulkan persepsi yang salah bagi pasien. Selanjutnya, obat-obat yang telah dikemas diberi etiket dan diperiksa kembali kesesuaian obat yang diminta konsumen, jumlah, kekuatan obat, aturan pakai, penulisan kopi resep, dan kuitansi pembelian oleh Asisten Apoteker. Pengerjaan resep di apotek dapat dikatakan cukup cepat. Pasien yang mendapat resep racikan hanya perlu menunggu menit dan pasien yang tidak mendapatkan resep yang memerlukan peracikan hanya perlu menunggu 5 10 menit untuk mengambil obat. Pada saat penyerahan obat, pasien menunjukkan struk pembayaran serta nomor antrian kemudian obat diserahkan oleh Asisten Apoteker disertai pemberian informasi mengenai indikasi dan cara penggunaan obat. Pembayaran dilakukan di kasir secara tunai. Apotek juga mengadakan kerja sama dengan perusahaan asuransi kesehatan seperti Asuransi Bank Mandiri, Asuransi Sudirman dan Nayaka sehingga pembayaran akan dilakukan asuransi tersebut kepada pihak Apotek Erra Medika pada tempo waktu yang telah disepakati. Untuk pembelian obat tanpa resep, sebelum melakukan pembayaran pasien diberikan satu lembar bon kontan untuk dibayar di kasir. Bon kontan sebaiknya di tulis dalam dua rangkap sehingga apotek dan pasien sama-sama memiliki arsip. Contoh Bon kontan pembelian obat tanpa resep dapat dilihat pada Lampiran Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika Resep narkotika dan psikotropika pengerjaannya sama seperti pengerjaan resep umumnya, namun terdapat hal-hal yang penting untuk diperhatikan yaitu, pada saat penerimaan resep, resep diperiksa secara teliti keaslian/kebenarannya, resep tidak boleh berupa copy resep dari apotek lain, tidak boleh diberikan copy resep kepada pasien kecuali untuk resep yang belum habis ditebus dan harus ditebus kembali di apotek yang sama, resep tidak boleh di iter (diulang), resep diberi tanda berupa garis merah pada narkotika/psikotropika dan resep dipisahkan secara khusus serta dimasukkan dalam catatan harian narkotika dan psikotropika untuk kemudian dibuatkan laporan bulanan narkotika dan psikotropika.

69 56 Psikotropika dan narkotika disimpan di lemari khusus yang terdiri dari dua susun lemari, pintu dan kunci yang berbeda-beda. Dimana lemari psikotropika terletak diatas dan narkotika dibawah, lemari narkotik terdiri dari dua pintu, satu bagian untuk menyimpan persediaan narkotika, dan satu bagian yang lain untuk menyimpan narkotika untuk keperluan sehari-hari. Hal ini dilakukan untuk memberikan kemudahan bagi petugas apotek, bahwa golongan obat ini berbeda dari obat ethical lainnya, sehingga meningkatkan kewaspadaan mereka agar berhati-hati dalam memilihkan atau memberi obat tersebut, karena obat tersebut tidak boleh diserahkan tanpa resep dokter. Resep-resep yang masuk tersebut disimpan dan dikelompokkan setiap bulannya berdasarkan bulan penerimaan resep dan diurutkan sesuai dengan nomornya. Nomor resep yang mengandung narkotika dan psikotropika, dipisahkan untuk mempermudah penyusunan laporan ke instansi yang berwenang. Administrasi Pelaporan dan Pencatatan Apotek Erra Medika bergabung dengan Klinik Erra Medika sehingga hanya melakukan pelayanan kefarmasian di mana di dalamnya melakukan pemesanan, penyimpanan, peracikan serta penyampaian obat kepada pasien, maka laporan yang dibuat pun hanya sebatas kegiatan tersebut, tidak melakukan laporan keuangan yang berkaitan dengan penjualan dan pembayaran hutang dagang, neraca keuangan, laporan laba-rugi, pembelian, karena laporan tersebut telah dilakukan oleh bagian administrasi dan keuangan. Apoteker dalam hal ini hanya melakukan tugas kefarmasian meliputi pengawasan yang berkaitan dengan kegiatan apotek dan membuat laporan penggunaan narkotika & psikotropika serta obat generik. Pada pembuatan laporan narkotika dan psikotropika, apoteker di Apotek Erra Medika dibantu oleh seorang asisten apoteker yang bertanggung jawab untuk mendata narkotika dan psikotropika yang telah digunakan setiap periodenya. Pembuatan laporan penggunaan narkotika & psikotropika serta obat generik dilakukan setiap bulan yang ditujukan kepada Instansi yang berwenang. Contoh laporan narkotika dan laporan psikotropika, masing-masing dapat dilihat pada Lampiran 17 dan Lampiran 18. Arsip kegiatan lainnya yaitu membuat laporan penggunaan obat setiap bulannya untuk dilaporkan ke bagian administrasi dan keuangan.

70 Pengelolaan Administrasi Keuangan Pengelolaan keuangan menyangkut kelangsungan jalannya apotek. Semua kegiatan dan keuangan apotek dicatat pada laporan harian secara rinci dan jelas sehingga mempermudah pembuatan laporan setiap bulan dan juga laporan tahunan. Laporan ini kemudian disimpan sebagai arsip dan juga disampaikan kepada Pemilik Sarana Apotek (PSA). Seminggu setelah penyerahan barang, PBF melakukan tukar faktur dimana faktur asli diberikan kepada apotek serta menentukan tanggal pembayaran. Pembayaran biasanya dilakukan pada tanggal 10 dan 20 tiap bulannya. Penagihan pembayaran kepada pihak asuransi dilakukan sesuai kesepakatan. Untuk Asuransi Bank Mandiri, sebulan dilakukan sebanyak dua kali, penagihan tengah bulan dan akhir bulan. Untuk Asuransi lainnya, yaitu Asuransi Nayaka dan Sudirman, penagihan dilakukan di awal bulan. Contoh kuitansi pembayaran dan faktur Apotek Erra Medika dapat dilihat pada Lampiran 15 dan Lampiran Pelayanan Informasi Obat Pelayanan informasi obat yang kurang memadai bisa menyebabkan pasien kurang mendapatkan informasi yang cukup mengenai obat yang mereka konsumsi. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya kesalahan penggunaan obat oleh pasien. Melalui peningkatan pelayanan informasi obat di apotek, maka dapat menambah kepercayaan masyarakat sehingga dapat mempertahankan pelanggan yang lama dan menarik pelanggan yang baru. Dengan demikian, dapat terwujud fungsi apotek sebagai sarana pelayanan kesehatan yang dapat membantu tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Apoteker Pengelola Apotek seringkali bertugas di luar apotek sehingga tidak ada yang mendampingi dan mengawasi kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek. Sebaiknya terdapat apoteker pendamping di apotek Erra Medika sehingga apabila APA berhalangan hadir dapat digantikan oleh apoteker pendamping sehingga kegiatan pelayanan kefarmasian dan pelayanan informasi obat dapat tetap berjalan dengan baik.

71 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Peran dan fungsi Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Apotek Erra Medika sangat penting dalam menentukan kebijakan pengelolaan apotek dan melaksanakn fungsi pengawasan dan pengendalian terhadap semua komponen yang ada di apotek serta memberikan pelayanan informasi kepada pasien sehingga menjamin penggunaan obat yang rasional. 2. Pengelolaan Apotek Erra Medika dalam bidang pelayanan kefarmasian seperti PIO dan konseling belum berjalan dengan baik dikarenakan keterbatasan waktu hadir apoteker di apotek. 3. Pengelolaan manajemen Apotek Erra Medika mencakup administrasi, pengadaan, penyimpanan, penjualan, pencatatan dan pelaporan telah berjalan dengan baik. 5.2 Saran 1. Perlu adanya apoteker pendamping yang menggantikan APA pada saat apa tidak dapat hadir agar pelayanan kefarmasian dapat berjalan lebih baik. 2. Sebaiknya Apoteker Pengelola Apotek bekerja sama dan berdiskusi dengan dokter, dalam hal ini dokter di Klinik Erra Medika untuk dapat meresepkan obat yang telah dipesan sehingga dapat meminimalkan jumlah obat yang kadaluarsa. 3. Sebaiknya stock opname yang dilakukan tidak hanya sebatas memeriksa kesesuaian jumlah barang namun juga memperhatikan tanggal kadaluarsa obat dan perbekalan farmasi yang tersedia di apotek untuk mencegah kerugian akibat barang yang kadaluarsa. 4. Perlu dilakukan evaluasi secara rutin terhadap perputaran obat dan ketersediaannya agar keperluan obat bagi para pelanggan selalu tersedia. 58

72 DAFTAR PUSTAKA Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. (1997). Surat Edaran Direktorat Jenderal POM Nomor 336/E/SE/1997 Tentang Narkotika. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. (2008). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (SK Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2006). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027 Tahun 2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Kementerian Kesehatan RI. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. (1981). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 28 Tahun 1981 Tentang Penyimpanan dan Pemusnahan Resep. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotek No. 1. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/Per/X/1993 Tentang Pedagang Besar Farmasi (PBF). Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 919/Menkes/Per/X/1993 Tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. (1993). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 924/Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. (1993). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 925/Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Perubahan Golongan Obat Wajib Apotek No. 1. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. (1999). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 Tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3. Jakarta. 59

73 60 Kementerian Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 992/Menkes/PER/X/1993 Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 889 Tahun 2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan dan Tambahan Atas Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotek. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta. Umar, Muhammad. (2011). Manajemen Apotek Praktis cetakan keempat. Jakarta: Wira Putra Kencana.

74 LAMPIRAN

75 61 Lampiran 1. Denah Lokasi Apotek Erra Medika

76 62 Lampiran 2. Desain Eksterior Apotek Erra Medika

77 63 Lampiran 3. Desain Interior Apotek Erra Medika

78 64 Lampiran 4. Denah Ruangan Apotek Erra Medika Keterangan : 1. Tempat tunggu pasien 2a. Pintu masuk apotek 2b. Pintu masuk klinik 3. Etalase OTC 4. Lemari OTC 5. Lemari penyimpanan obat tablet & kapsul bermerek 6. Meja AA 7. Lemari penyimpanan obat sediaan oral cair & alkes 8. Lemari penyimpanan obat generik, sediaan semisolid, sediaan steril cair (tetes mata, tetes telinga) 9. Wastafel 10. Lemari Narkotika & Psikotropika 11. Kulkas penyimpanan obat 12. Tempat membungkus pulveres 13. Meja peracikan & rak penyimpanan obat-obat untuk racikan 14. Rak penyimpanan obat-obat untuk racikan 15. Meja pengecekan harga obat (komputer) 16. Ruang Administrasi PBF Erra Medika 17. WC 18. Laboratorium 19. Musolah 20. Kasir 21. Ruang Praktek dokter 22. Tangga ke lantai Meja keamanan

79 65 Lampiran 5. Kartu Stok

80 66 Lampiran 6. Contoh Resep

81 67 Lampiran 7. Salinan Resep

82 68 Lampiran 8. Struktur Organisasi Apotek Erra Medika Pemilik Sarana Apotek Apoteker Pengelola Apotek Asisten Apoteker Asisten Apoteker Asisten Apoteker Juru Resep

83 69 Lampiran 9. Etiket Obat

84 70 Lampiran 10. Plastik Pembungkus Obat & Pembungkus Pulveres

85 71 Lampiran 11. Bon Kontan Pembelian Obat Tanpa Resep

86 72 Lampiran 12. Surat Pemesanan Obat

87 73 Lampiran 13. Surat Pesanan Narkotika

88 74 Lampiran 14. Surat Pesanan Psikotropika

89 75 Lampiran 15. Kuitansi

90 76 Lampiran 16. Faktur Pembelian Obat

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 19 JUNI 12 JULI 2013 DAN 29 JULI 19 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA RUKO SUKMAJAYA JALAN TOLE ISKANDAR NOMOR 4-5 DEPOK PERIODE 10 29 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SITI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LINDA JULI ASTUTI, S.Farm. 1206329770

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ILMA NAFIA, S.Farm.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 10 29 MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RISKA EKA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 31 JULI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 31 JULI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 31 JULI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER OGI ANDYKA PUTRA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JALAN PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI - 12 JULI, 29 JULI - I2 AGUSTUS, DAN 19-23 AGUSTUS 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 AGUSTUS 30 AGUSTUS 2013 DAN 30 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER GABRIELLA FREDERIKA PUNU, S.Farm. 1206329644 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ZETMI, S.Farm. 1206330261 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER VETHREEANY SIMAMORA, S.Farm 1206330223 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 2013 20 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEIYANI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI-16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot No.906, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Kefarmasian. Puskesmas. Standar Pelayanan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI - 26 JULI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI - 26 JULI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI - 26 JULI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FAUZIA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AISYAH, S.Far. 1206329316 ANGKATAN

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER SITI NURROCHMAH,

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO 37 PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Suci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RIZA MARLYNE,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang esensial dari setiap individu, keluarga, dan masyarakat. Kesehatan juga merupakan perwujudan dari tingkat kesejahteraan suatu masyarakat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 2 OKTOBER 7 NOVEMBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER BHATA BELLINDA,

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 No.206, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER IMELDA PRIANA, S.Farm. 1206329713

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan status kesehatan yang masih tergolong rendah. Hal ini dapat disebabkan kurangnya kepedulian dan pemahaman masyrakat Indonesia akan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 11 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 11 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 11 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER REZA HERMAWAN SULISTOMO,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Draft 07 Januari 2016 RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia yang tidak dapat ditunda. Menurut Undang - Undang Republik Indonesia No 36 tahun 2009 yang dimaksud dengan kesehatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 1 JL. GARUDA NO. 47 KEMAYORAN JAKARTA PUSAT PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DYAH AYUWATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 30 AGUSTUS 2013 DAN 30 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 5 JL. CIKINI RAYA NO. 121 JAKARTA PUSAT PERIODE 3 SEPTEMBER 6 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia adalah kesehatan. Berdasarkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO.34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 8 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RITA ZAHARA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NATALIA CHRISTY,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa pengaturan tentang Industri Farmasi yang komprehensif

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL...

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... A. PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt PEDAGANG BESAR FARMASI OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt Obat / Bahan Obat Ketersediaan Keterjangkauan Konsumen Aman Mutu Berkhasiat PBF LAIN PBF: Obat BBF INDUSTRI FARMASI 2 DASAR HUKUM Undangundang UU

Lebih terperinci