Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 3 Agustus KEGUNDAHAN MENUNGGU HASIL UMPTN Oleh : Ki Supriyoko

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 3 Agustus KEGUNDAHAN MENUNGGU HASIL UMPTN Oleh : Ki Supriyoko"

Transkripsi

1 Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 3 Agustus 1990 KEGUNDAHAN MENUNGGU HASIL UMPTN Oleh : Ki Supriyoko Sebuah tradisi akademik yang terjadi pada setiap awal tahun ajaran baru di perguruan tinggi negeri, PTN, baru-baru ini telah berlangsung secara lancar, meskipun bukan tanpa cacat. Tradisi akademik ini berupa ujian tertulis dalam sistem penerimaan mahasiswa baru, yang sejak tahun 1989 yang lalu dikemas di dalam bentuk Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). UMPTN 1990 berlangsung dengan cukup lancar, namun sedikit cacat dikarenakan masih ada (banyak) "joki" yang secara illegal ikut berpartisipasi di dalamnya. Dengan selesainya penyelenggaraan UMPTN tersebut kewajiban peserta boleh dikatakan telah selesai; peserta telah berhasil mencari informasi tentang PTN, juga informasi tentang mekanisme penerimaan mahasiswa barunya, mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian tertulis, mendaftar, kembali belajar giat untuk lebih memantabkan persiapannya, dan terakhir mengikuti ujian pada hari "H". Semua kegiatan tersebut di atas tentu saja memerlukan energy, waktu dan dana; oleh karena itu selesainya penyelenggara-an UMPTN tersebut seolah-olah telah membebaskan segala beban yang selama ini disandang oleh para kandidat mahasiswa baru PTN tersebut. Sekarang ini mereka tinggal menunggu hasilnya; apakah jerih payahnya selama ini akan membawa hasil yang memuaskan, atau sebaliknya usahanya belum membawa hasil: lolos atau gagal! Dalam keadaan yang demikian masih ada kegiatan yang dapat dilaksanakan, yaitu secara spiritual berdo'a kepada Tuhan agar upaya-nya dapat membawa hasil. Memberi "Angin" Sampai sekarang ini masyarakat kita masih sering mende-ngarkan pomeo klasik sbb: keberhasilan seseorang di masyarakat tidak semata-mata ditentukan oleh pernah atau tidaknya belajar pada PTN, atau dengan bahasa lain tidak semua lulusan PTN akan berhasil di masyarakat. Pomeo ini kiranya 100% benar; tetapi harus diakui bahwa di negara kita yang tercinta ini umumnya status seseorang sebagai lulusan

2 2 PTN masih sangat sering memberikan kontribusi di dalam keberhasilan dirinya. Pomeo tersebut muncul karena adanya persepsi masyarakat yang walaupun tidak dapat dikatakan salah namun juga tidak dapat dikatakan benar 100%; yaitu yang selalu memberikan "angin" kepada PTN. Masyarakat kita umumnya masih menganggap kualitas PTN setingkat lebih tinggi dibanding dengan kualitas PTS; meskipun dalam realitasnya banyak pula PTN tertentu yang mutunya jauh di bawah PTS tertentu. Atas adanya persepsi yang mendudukkan PTN di atas PTS inilah maka lulusan PTN pun hampir selalu dianggap lebih berkualitas dibanding dengan lulusan PTS. Akhirnya para lulusan PTN diberi tempat yang lebih "terhormat" di masyarakat. Menghadapi kenyataan seperti tersebut di atas maka tidaklah salah apabila setiap kandidat mahasiswa baru berjuang habis-habisan untuk meraih "ticket" ke PTN melalui segala bentuk "kemasan"-nya, termasuk berkompetisi melalui UMPTN. Secara argumentatif masih banyak pertimbangan lainnya mengapa masyarakat kita sangat antusias "mengejar" PTN; di antaranya menyangkut beaya pendidikan yang lebih terjangkau kalau dibanding dengan beaya pendidikan pada PTS, menyangkut "elitisme" status kemahasiswaannya, menyangkut kemudahan akademik yang diperoleh, dsb. Berbagai pertimbangan yang argumentatif tersebut di atas menyebabkan makin besarnya harapan para kandidat untuk dapat diterima pada PTN. Implikasinya: dalam periode waktu menunggu pengumuman hasil UMPTN sekarang ini banyak kandidat yang memiliki perasaan "deg-deg plus"; apakah jerih payahnya akan membawa hasil, atau upayanya belum memberikan hasil yang memuaskan. Kegundahan Sang Birokrat Dalam menunggu hasil UMPTN saat ini yang memiliki perasaan gundah tidaklah para peserta saja, tetapi sementara birokrat akademik kiranya juga dihinggapi perasaan yang sama. Mengapa? Karena Sang birokrat berharap agar hasil UMPTN 1990 secara keseluruhan bersifat "prestatif", yaitu lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Bagi para birokrat akademis yang benar-benar bertanggung jawab atas hasil UMPTN 1990 barangkali tidak nyenyak tidur selama menghabiskan waktu tunggu ini; karena adanya pengalaman pahit di tahun-tahun yang lampau, yaitu tentang kurang berprestasinya para peserta ujian masuk PTN, sehingga hasilnya pun juga kurang memuaskan. Pengalaman pada Sipenmaru 1988 kiranya pantas dijadikan ilustrasi. Kalau dilihat dari tajamnya kompetisi dalam memperebutkan kursi belajar pada PTN memang tidak ditemui hal-hal yang istimewa; dalam beberapa tahun yang terakhir ini kompetisi pada PTN memang dirasakan sangat tajam. Sebuah kursi belajar rata-rata

3 3 diperebutkan oleh enam, tujuh atau lebih banyak lagi kandidat. Suatu trend kompetisi yang nampaknya makin "melembaga" saja. Pengalaman pahit pada Sipenmaru 1988 terletak pada rendahnya pencapaian skor oleh para kandidat sehingga menyebabkan hasil Sipenmaru yang masih kurang memuaskan kita, lebih-lebih bagi para birokrat akademis kita. Sipenmaru 1988 diikuti oleh peserta untuk bersaing memperebutkan sekitar kursi belajar pada PTN. Mayoritas peserta ternyata memiliki skor yang "jelek", yaitu di bawah 500 dari kemungkinan skor tertinggi Artinya: apabila disediakan nilai 0 s/d 10 untuk para peserta, yang dalam 'Educational Evaluation' dikenal dengan 'Standard Sebelas (SS)', maka sebagian besar peserta hanya mampu mencapai nilai di bawah 5 (=lima). Yang lebih "runyam" lagi: kandidat yang berhasil menca-pai skor di atas 500, jumlahnya hanya sekitar 10% dari yang lolos Sipenmaru. Jadi kalau yang lolos Sipenmaru sekitar kandidat, maka yang sanggup mencapai skor di atas 500 hanya sekitar kandidat. Bagaimana kalau angka-angka tersebut disubstitusikan ke dalam SS? Hasilnya: dari kandidat maka yang sanggup mencapai nilai 5 (lima) hanya kandidat saja. Sangat kecil-nya jumlah kandidat yang mencapai skor/nilai yang "wajar" ini, hanya sekitar 1,70%, kiranya memberi gambaran kepada kita tentang rendahnya mutu input PTN kita pada umumnya. Tentu saja kita dapat berfikir secara analitis: dengan input PTN yang "sedemikian" itu kita dapat memprediksi peristiwa-peristiwa akademis apa yang akan dan harus terjadi; di antaranya kemungkinan rendahnya kualitas lulusan PTN, padat serta bervari-asinya kegiatan akademis untuk mem-"pushing" peningkatan mutu, dsb. Hal-hal seperti tersebut di atas bukan tidak mungkin "menghantui" para birokrat akademis di negara kita, tentu saja birokrat yang benar-benar merasa bertanggung jawab terhadap mutu pendidikan nasional. Jadi, bukan hanya peserta saja yang gundah dalam menunggu hasil UMPTN 1990 ini, melainkan sementara birokrat akademis pun kiranya mempunyai perasaan yang tidak jauh berbeda. Lupakan Sejenak UMPTN 1990 diikuti oleh sekitar peserta, sedangkan kursi belajar yang diperebutkan hanya sekitar saja; artinya setiap kursi belajar rata-rata diperebutkan oleh enam atau tujuh peserta. Menurut teori probabilitas maka kemungkinan seorang peserta dapat meloloskan diri dari jaringan UMPTN, artinya dapat diterima sebagai mahasiswa baru PTN, tidak lebih dari 20%. Dengan bahasa yang sangat sederhana maka secara umum bagi peserta UMPTN lebih banyak gagalnya daripada suksesnya. Tentu saja hal ini tidak

4 4 berarti untuk mengecilkan arti usaha atau jerih payah yang telah dilakukan menjelang UMPTN dilaksanakan. Menghadapi realitas seperti tersebut di atas maka bagi peserta UMPTN disarankan untuk "melupakan sejenak" UMPTN 1990; untuk selanjutnya mengalihkan konsentrasinya pada lembaga pendidikan tinggi lainnya yang memungkinkan dirinya untuk melanjutkan studi. Masih terdapat dua jenis lembaga yang memberikan kemungkinan untuk itu, yaitu Perguruan Tinggi Kedinasan, PTK, atau Perguruan Tinggi Swasta, PTS. Pada umumnya PTK khusus diperuntukkan bagi "orang dalam", artinya peserta dari "dinas" dimana PTK tersebut dilaksanakan. Misalnya saja Akademi Pertanahan Nasional (Yogyakarta) khusus dibuka bagi peserta dari lingkungan pegawai pertanahan di seluruh Indonesia, demikian pula dengan PTK-PTK yang lainnya. Meskipun kemungkinan memilih PTK sangatlah kecil, tetapi para peserta UMPTN masih cukup waktu untuk memilih PTS yang legal serta bermutu. Legal maksudnya adalah semua aktivitas akademis yang dilaksanakan oleh PTS yang bersangkutan telah seijin Depdikbud, dan bermutu maksudnya kualitas akademisnya layak dipertanggungjawabkan. Seperti diketahui bahwa masa pendaftaran PTS pada umum-nya telah dibuka sebelum UMPTN dilaksanakan, terutama bagi PTS yang bermutu. Meskipun demikian beberapa PTS sekarang ini masih membuka untuk "gelombang I" sedangkan beberapa PTS sudah menutupnya, sehingga (mantan) peserta UMPTN 1990 dapat mengikutinya pada "gelombang II" sebagai kelanjutannya. Langkah untuk melibatkan diri pada PTS sejak saat ini tersebut bisa dikatakan sebagai "langkah pengamanan"; artinya apabila UMPTN-nya gagal masih dapat melanjutkan studi pada PTS yang bermutu, sedangkan apabila UMPTN-nya berhasil maka peserta tersebut memiliki alternatif yang sama-sama prospektif, yaitu memilih alternatif melanjutkan studi pada PTN atau pada PTS yang bermutu. Tentunya dengan asumsi apabila mereka juga sanggup "menundukkan" testing masuk PTS yang bermutu tersebut. Sebaiknya jangan melibatkan diri pada PTS dengan menunggu setelah pengumuman UMPTN dilaksanakan, dan dirinya dinyatakan gagal dalam menempuh tes masuk PTN itu; hal ini cukup "riskan" karena pada saat-saat seperti itu beberapa PTS yang berkualitas telah menutup diri, selebihnya tinggal PTS-PTS lain yang kualitasnya masih perlu didiskusikan. Semoga...!!!***** BIODATA SINGKAT; nama: DR. Drs. Ki Supriyoko, SDU, M.Pd. pek.: Ketua Litbang Pendidikan Majelis Luhur Tamansiswa

5 5 dan Ketua Pusat Kerja Sama Ilmiah (PKSI) Kopertis Wilayah V Yogyakarta prof: Pengamat dan peneliti masalah-masalah pendidikan NB: Dimuat pada SKH "Suara Karya" edisi 3/8/1990 dengan judul KEGUNDAHAN MENUNGGU HASIL UMPTN

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 17 Juli MISTERI RIBUAN KURSI KOSONG SMTP Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 17 Juli MISTERI RIBUAN KURSI KOSONG SMTP Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 17 Juli 1990 MISTERI RIBUAN KURSI KOSONG SMTP Oleh : Ki Supriyoko Ironis! Itulah kata-kata yang paling tepat untuk melukiskan terjadinya kekosongan

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 9 Januari AKHIRNYA SIPENMARU HARUS TURUN TAHTA Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 9 Januari AKHIRNYA SIPENMARU HARUS TURUN TAHTA Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 9 Januari 1989 AKHIRNYA SIPENMARU HARUS TURUN TAHTA Oleh : Ki Supriyoko Kalau Direktur Perguruan Tinggi Depdikbud, Prof. Dr. Soekadji Ranoewihardjo

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 3 Agustus 1988

Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 3 Agustus 1988 Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 3 Agustus 1988 MENCERMATI FENOMENA LANGKA EKSAKTA TANTANGAN UNTUK DEPDIKBUD Oleh : Ki Supriyoko Dunia pendidikan kita dewasa ini nampaknya tengah

Lebih terperinci

Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Januari AKTUALISASI KONSEP PEMERATAAN PENDIDIKAN Oleh : Ki Supriyoko

Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Januari AKTUALISASI KONSEP PEMERATAAN PENDIDIKAN Oleh : Ki Supriyoko Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Januari 1990 AKTUALISASI KONSEP PEMERATAAN PENDIDIKAN Oleh : Ki Supriyoko "Oleh karena pengajaran yang hanya terdapat pada sebagian kecil

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 20 September YANG SALAH DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 20 September YANG SALAH DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 20 September 1990 YANG SALAH DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA Oleh : Ki Supriyoko Tiga kali berpartisipasi dan tiga kali pula tidak sanggup berprestasi.

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian YOGYA POS, terbit di Yogyakarta Edisi 12 Oktober KEPENDUDUKAN DAN KEPENDIDIKAN ISLAM Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian YOGYA POS, terbit di Yogyakarta Edisi 12 Oktober KEPENDUDUKAN DAN KEPENDIDIKAN ISLAM Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian YOGYA POS, terbit di Yogyakarta Edisi 12 Oktober 1990 KEPENDUDUKAN DAN KEPENDIDIKAN ISLAM Oleh : Ki Supriyoko Mencermati dengan seksama terhadap gambaran besar tentang kependudukan dan

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 17 November TIGA ISU MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 17 November TIGA ISU MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 17 November 1987 TIGA ISU MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko ( Bagian Terakhir dari Dua Tulisan ) Berbeda dengan SMA yang

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 12 Desember 1987

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 12 Desember 1987 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 12 Desember 1987 Menyambut Diskusi Ilmiah Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri: MENYEDERHANAKAN MODEL TESTING PERGURUAN TINGGI NEGERI

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 20 Juli 1988

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 20 Juli 1988 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 20 Juli 1988 ANALISIS POTENSI AKADEMIK YOGYAKARTA UNTUK MENYONGSONG WAJIB BELAJAR SMTP Oleh : Ki Supriyoko Pembicaraan tentang masalah

Lebih terperinci

Majalah Kampus Dua Bulanan UST PENDOPO, terbit di Yogyakarta. KOMPUTERISASI PERGURUAN TINGGI Oleh : Ki Supriyoko

Majalah Kampus Dua Bulanan UST PENDOPO, terbit di Yogyakarta. KOMPUTERISASI PERGURUAN TINGGI Oleh : Ki Supriyoko Majalah Kampus Dua Bulanan UST PENDOPO, terbit di Yogyakarta KOMPUTERISASI PERGURUAN TINGGI Oleh : Ki Supriyoko Para pengguna komputer yang bereksperimentasi dan beraplikasi dengan program tulis-menulis,

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 3 September 1985

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 3 September 1985 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 3 September 1985 Menjelang Satu Tahun Universitas Terbuka: MENGHILANGKAN KESAN 'MAHASISWA SAMPINGAN' Oleh : Ki Supriyoko Sekitar satu tahun

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 5 Februari SMP "SEMI TERBUKA" SEBUAH ALTERNATIF Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 5 Februari SMP SEMI TERBUKA SEBUAH ALTERNATIF Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 5 Februari 1988 SMP "SEMI TERBUKA" SEBUAH ALTERNATIF Oleh : Ki Supriyoko Ada dua macam pendekatan pendidikan yang tengah dilakukan oleh pemerintah

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 Mei 1983

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 Mei 1983 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 Mei 1983 MEMILIH PERGURUAN TINGGI SWASTA PERLU PERHATIKAN SARANA, SISTEM, STATUS Oleh : Ki Supriyoko Para calon mahasiswa hendaknya

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 30 Agustus MEMBANGUN POLITEKNIK DI INDONESIA BAGIAN TIMUR Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 30 Agustus MEMBANGUN POLITEKNIK DI INDONESIA BAGIAN TIMUR Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 30 Agustus 1988 MEMBANGUN POLITEKNIK DI INDONESIA BAGIAN TIMUR Oleh : Ki Supriyoko Salah satu kompleksitas utama yang dihadapi oleh negara-negara

Lebih terperinci

Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Maret 1999

Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Maret 1999 Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Maret 1999 MENGEVALUASI PELAKSANAAN EBTANAS DI SEKOLAH NEGERI DAN SWASTA Oleh : Ki Supriyoko Pada awal s/d pertengahan Mei nanti pemerintah

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 10 Juli 1989

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 10 Juli 1989 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 10 Juli 1989 MENUJU "RESEARCH UNIVERSITY" SEBAGAI PERGURUAN TINGGI DI MASA DEPAN Oleh : Ki Supriyoko Adalah Department of Electrical Engineering

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995

Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995 Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN KESEHATAN DI JAWA BARAT Oleh : Ki Supriyoko Salah satu survei kependudukan, KB, dan kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan peluang-peluang dengan kekuatan yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan peluang-peluang dengan kekuatan yang dimilikinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Berkaitan dengan semakin berkembangnya dunia pendidikan, realitas kebijakan pemerintah maupun Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi seperti sekarang ini, banyak membawa

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni 1996 RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko Barangkali kita masih teringat akan pengalaman sekitar dua atau tiga tahun lalu

Lebih terperinci

Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif. Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam Meningkatkan

Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif. Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam Meningkatkan Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran PKM Kelas XI Mesin di SMK PIRI Sleman SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

Oleh: Wipsar Sunu Brams Dwandaru NIP

Oleh: Wipsar Sunu Brams Dwandaru NIP Laporan Kegiatan Pembinaan Olimpiade Fisika untuk Siswa-Siswa SMP se-yogyakarta yang akan Mengikuti Seleksi Olimpiade Fisika Tingkat Propinsi dan Nasional Tahun 2012 Oleh: Wipsar Sunu Brams Dwandaru NIP.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana dan wahana yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana dan wahana yang memegang peranan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana dan wahana yang memegang peranan penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkompetensi, karena dalam pendidikanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diantaranya adalah persaingan antara siswa sebagai peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diantaranya adalah persaingan antara siswa sebagai peserta didik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat saat ini terjadi persaingan yang ketat dalam dunia pendidikan diantaranya adalah persaingan antara siswa sebagai peserta didik yang saling berlomba

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh : PURWANTO K

Skripsi. Oleh : PURWANTO K UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS INTEGRAL MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK II MELALUI PEMBELAJARAN MODEL KONSTRUKTIVISME MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS SEBELAS MARET TAHUN ANGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan suatu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga tersebut juga menghasilkan

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 19 Juni 1986

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 19 Juni 1986 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 19 Juni 1986 Tanggapan Atas Tanggapan Sdr. Ahmad Abu Hamid: STTB : ANTARA TARGET DAN KUALITAS Oleh : Ki Supriyoko Artikel saya yang termuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nama yang baik dan mempunyai makna sesuai keinginan orang tua agar anak

BAB I PENDAHULUAN. nama yang baik dan mempunyai makna sesuai keinginan orang tua agar anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orangtua pasti mengharapkan suatu hari nanti anak mereka akan sukses dalam kehidupannya. Sebelum lahir saja sudah dipersiapkan nama yang baik dan mempunyai

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 4 Oktober 1986

Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 4 Oktober 1986 Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 4 Oktober 1986 DIKOTOMI SEKOLAH UMUM DAN KEJURUAN PERLU DIROMBAK Oleh : Ki Supriyoko Dalam sejarah pendidikan di negara kita terdapat sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat menyenangkan dan indah untuk dikenang. Santrock

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat menyenangkan dan indah untuk dikenang. Santrock 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu rentang dalam periode kehidupan manusia yang sangat menyenangkan dan indah untuk dikenang. Santrock (2003:3) berpendapat bahwa

Lebih terperinci

Majalah METODIKA, terbit di Jakarta, Edisi IV Oktober 2006

Majalah METODIKA, terbit di Jakarta, Edisi IV Oktober 2006 Majalah METODIKA, terbit di Jakarta, Edisi IV Oktober 2006 PEMANTAPAN KINERJA PENDIDIKAN MELALUI PROFESIONALISME GURU Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Kinerja pendidikan nasional telah lama menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Seorang siswa mempunyai tugas utama yaitu belajar. Belajar

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Seorang siswa mempunyai tugas utama yaitu belajar. Belajar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa adalah peserta didik yang duduk di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Seorang siswa mempunyai tugas utama yaitu belajar. Belajar merupakan proses

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA KELAS IX PROGRAM STUDI KHUSUS OLAHRAGA TENTANG MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 2 TEMPEL.

PERSEPSI SISWA KELAS IX PROGRAM STUDI KHUSUS OLAHRAGA TENTANG MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 2 TEMPEL. 1 Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016 PERSEPSI SISWA KELAS IX PROGRAM STUDI KHUSUS OLAHRAGA TENTANG MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 2 TEMPEL Oleh : Zeni Khoirun Nisa

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 6 Juni "MENDOBRAK" PINTU DUNIA INDUSTRI Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 6 Juni MENDOBRAK PINTU DUNIA INDUSTRI Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 6 Juni 1988 Tantangan Sekolah Kejuruan Kini: "MENDOBRAK" PINTU DUNIA INDUSTRI Oleh : Ki Supriyoko Ada suatu aktivitas akademik penelitian

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

Makna yang tersurat dalam rumusan tujuan tersebut

Makna yang tersurat dalam rumusan tujuan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dari pada pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah. Sedangkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DENGAN TEKNIK PROBING POKOK BAHASAN SEGI EMPAT. (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Negeri 2 Kedawung)

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DENGAN TEKNIK PROBING POKOK BAHASAN SEGI EMPAT. (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Negeri 2 Kedawung) PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DENGAN TEKNIK PROBING POKOK BAHASAN SEGI EMPAT (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Negeri 2 Kedawung) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu sistem yang menumbuhkan kemampuan seorang guru untuk melakukan pembelajaran secara keseluruhan. Dalam pembelajaran di kelas hal

Lebih terperinci

AKU PASTI BISA KULIAH

AKU PASTI BISA KULIAH EBOOK AKU PASTI BISA KULIAH How To Get Into University Taklukan semua tantangan Siapkan kemampuan mental dan akademis Berjuang & bersainglah dalam ujian masuk Raih impian belajar di perguruan tinggi DAFTAR

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi: 22 November 1991

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi: 22 November 1991 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi: 22 November 1991 SKEMA DEMOGRAFIS PENDUDUK DIY Oleh : Ki Supriyoko Mayoritas atau sebagian besar penduduk pedesaan di Daerah Istimewa

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN AKHIR STUDI TENTANG DAMPAK SERTIFIKASI TERHADAP PENINGKATAN ENROLLMENT LPTK, 2009

RINGKASAN LAPORAN AKHIR STUDI TENTANG DAMPAK SERTIFIKASI TERHADAP PENINGKATAN ENROLLMENT LPTK, 2009 RINGKASAN LAPORAN AKHIR STUDI TENTANG DAMPAK SERTIFIKASI TERHADAP PENINGKATAN ENROLLMENT LPTK, 2009 Hasil berbagai assessment internasional menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia saat ini masih

Lebih terperinci

PIDATO KETUA STIKES NANI HASANUDDIN PADA WISUDA (13 April 2016 di hotel Clarion Makassar) LAPORAN AKADEMIK

PIDATO KETUA STIKES NANI HASANUDDIN PADA WISUDA (13 April 2016 di hotel Clarion Makassar) LAPORAN AKADEMIK PIDATO KETUA STIKES NANI HASANUDDIN PADA WISUDA (13 April 2016 di hotel Clarion Makassar) LAPORAN AKADEMIK --------------------------------------------------------------------------- Yang Terhormat, Ibu

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DITINJAU DARI PENGGUNAAN MEDIA BELAJAR DAN TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS XI IPS DI SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS)

LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS) LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS) PENGGUNAAN PROBLEM BASED INTRODUCTION DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DI SMP NEGERI SATU ATAP SILITONGA TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh: DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

Oleh: Winarni. SDN 01 Karangrejo Kec Kerjo, Karanganyar

Oleh: Winarni. SDN 01 Karangrejo Kec Kerjo, Karanganyar UPAYA MENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KONSEP KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN MELALUI PENGGUNAAN PETA BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI 01 KARANGREJO SEMESTER I TAHUN 2009/2010 Oleh: Winarni SDN 01 Karangrejo

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI METODE PEMBELAJARAN INFORMATION SEARCH DENGAN MEDIA KORAN PADA KELAS VI SDN SUMBER VI SURAKARTA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI METODE PEMBELAJARAN INFORMATION SEARCH DENGAN MEDIA KORAN PADA KELAS VI SDN SUMBER VI SURAKARTA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI METODE PEMBELAJARAN INFORMATION SEARCH DENGAN MEDIA KORAN PADA KELAS VI SDN SUMBER VI SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Disusun Sebagai Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang di sengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI MAHASISWA AKUNTANSI DALAM PEMILIHAN KARIER SEBAGAI AKUNTAN PUBLIK DAN NON AKUNTAN PUBLIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI MAHASISWA AKUNTANSI DALAM PEMILIHAN KARIER SEBAGAI AKUNTAN PUBLIK DAN NON AKUNTAN PUBLIK FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI MAHASISWA AKUNTANSI DALAM PEMILIHAN KARIER SEBAGAI AKUNTAN PUBLIK DAN NON AKUNTAN PUBLIK (Studi Empiris Perguruan Tinggi di Wilayah Surakarta) Skripsi Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tinggi memiliki tujuan yaitu menyiapkan peserta didik menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tinggi memiliki tujuan yaitu menyiapkan peserta didik menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tinggi memiliki tujuan yaitu menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau professional yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sebagai jenjang pendidikan paling tinggi dalam sistem pendidikan nasional maka

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sebagai jenjang pendidikan paling tinggi dalam sistem pendidikan nasional maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Tinggi merupakan salah satu pilar penting dalam pembangunan suatu bangsa. Sebagai jenjang pendidikan paling tinggi dalam sistem pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan. Pada tahun 2014 tercatat jumlah perguruan tinggi di Indonesia sebanyak 3.483

BAB I PENDAHULUAN. signifikan. Pada tahun 2014 tercatat jumlah perguruan tinggi di Indonesia sebanyak 3.483 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pendidikan tinggi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. Pada tahun 2014 tercatat jumlah perguruan tinggi di Indonesia sebanyak 3.483

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaknai materi dalam kehidupannya sehari-hari. Kemampuan intelektual siswa

BAB I PENDAHULUAN. memaknai materi dalam kehidupannya sehari-hari. Kemampuan intelektual siswa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila siswa dapat memahami dan memaknai materi dalam kehidupannya sehari-hari. Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Ada banyak sekagli pekerjaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Ada banyak sekagli pekerjaan, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada keseharian, ada berbagai peran yang dijalani oleh individu, salah satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Ada banyak sekagli pekerjaan, tantangan,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Oleh : SRI MAWARTI NIM

SKRIPSI. Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Oleh : SRI MAWARTI NIM PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA DALAM MEMBACA SUKU KATA, KATA-KATA DAN KALIMAT SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA PADA KELAS I SDN TAMBAHREJO 03 BANDAR SEMESTER I TAHUN AJARAN 2011/2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar mahasiswa merupakan salah satu faktor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar mahasiswa merupakan salah satu faktor penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar mahasiswa merupakan salah satu faktor penting dalam kesuksesan mahasiswa di masa depannya. Prestasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi umumnya

Lebih terperinci

ANALISIS ISI BUKU AJAR BAHASA INDONESIA WAHANA PENGETAHUAN UNTUK SMP/MTs KELAS VIII

ANALISIS ISI BUKU AJAR BAHASA INDONESIA WAHANA PENGETAHUAN UNTUK SMP/MTs KELAS VIII ANALISIS ISI BUKU AJAR BAHASA INDONESIA WAHANA PENGETAHUAN UNTUK SMP/MTs KELAS VIII SKRIPSI Oleh: WULANDAYANI NGUJER BASUKI K1211075 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan detik. Perkembangan perkembangan teknologi ini terjadi di setiap

BAB I PENDAHULUAN. bahkan detik. Perkembangan perkembangan teknologi ini terjadi di setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang tidak terbatas terjadi setiap hari, menit, bahkan detik. Perkembangan perkembangan teknologi ini terjadi di setiap belahan dunia.

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG PENGARUH TIPE-TIPE KARAKTER DAN KEMAMPUAN NUMERIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING SISWA KELAS XI IPA SMA

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR BERLARI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR BERLARI MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR BERLARI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS 4 SD NEGERI IV GENUKHARJO KECAMATAN WURYANTORO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: SUWARDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan, dan sistematika penulisan dalam penelitian. 1.1 Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan kelanjutan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI i PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS X ADMINISTRASI SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Disusun Oleh : RATIH RIANDINI PUTRI

Lebih terperinci

STRATEGI SUKSES TN-24

STRATEGI SUKSES TN-24 STRATEGI SUKSES TN-24 TEMA : MERAIH PENDIDIKAN TINGGI (STUDI LANJUT) YANG BONAFIDE DAN SESUAI CITA-CITA SUB TEMA : MENINGKATKAN PELUANG LULUS SNMPTN 2016 Disiapkan oleh : Asmoro Edy (Mantan Sekjen KomSek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang. kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang. kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan. Pembangunan

Lebih terperinci

Nomer : Fakultas : Semester : IPK : PETUNJUK PENGISIAN

Nomer : Fakultas : Semester : IPK : PETUNJUK PENGISIAN Nomer : Fakultas : Semester : IPK : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian jawablah dengan sungguh-sungguh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 2. Jawablah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta dipupuk secara efektif melalui strategi dan pengelolaan pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. serta dipupuk secara efektif melalui strategi dan pengelolaan pendidikan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembangunan nasional, potensi sumber daya manusia merupakan asset nasional yang sangat penting. Potensi ini hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perguruan tinggi merupakan unsur pendidikan bagi siswa setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perguruan tinggi merupakan unsur pendidikan bagi siswa setelah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan unsur pendidikan bagi siswa setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA). Memiliki pendidikan di perguruan tinggi merupakan hal penting

Lebih terperinci

ISBN :

ISBN : JE Siswo Pangarso 2017 JE Siswo Pangarso Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia Jakarta Anggota IKAPI, Jakarta 717091600 ISBN

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SENTING SAMBI BOYOLALI TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelas merupakan bagian terkecil dalam suatu sistem pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN. Kelas merupakan bagian terkecil dalam suatu sistem pembelajaran di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kelas merupakan bagian terkecil dalam suatu sistem pembelajaran di sekolah. Salah satu mata pelajaran- di sekolah yang merupakan rumpun dari ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING TEKNIK PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS 5 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING TEKNIK PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS 5 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING TEKNIK PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS 5 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 JURNAL Oleh : MARYUNINGSIH K8411045

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA KELAS VII WAHANA PENGETAHUAN

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA KELAS VII WAHANA PENGETAHUAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA KELAS VII WAHANA PENGETAHUAN SKRIPSI Oleh: RIO DEVILITO K1210048 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Siklus Pertama (satu pertemuan) a. Planing 1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Drs. M. Mustaghfirin Amin, MBA

KATA PENGANTAR. Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Drs. M. Mustaghfirin Amin, MBA KATA PENGANTAR Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Menengah, dan dalam rangka Implementasi Kurikulum 2013,

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTER TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG

ANALISIS KARAKTER TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG ANALISIS KARAKTER TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG KARYA TERE LIYE SERTA KESESUAIANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) SKRIPSI

Lebih terperinci

Bagian Satu: Langit di Luar

Bagian Satu: Langit di Luar Bagian Satu: Langit di Luar 1 2 Perahu Pendidikan Nasional Lucunya Aksi Menolak Ujian Nasional Wacana prestasi akademik memandang tujuan pendidikan semata-mata untuk mendukung, mendorong, dan memfasilitasi

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KEGIATAN PENERIMAAN MAHASISWA BARU GELOMBANG I UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN AKADEMIK 2014/2015

LAPORAN HASIL KEGIATAN PENERIMAAN MAHASISWA BARU GELOMBANG I UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN AKADEMIK 2014/2015 LAPORAN HASIL KEGIATAN PENERIMAAN MAHASISWA BARU GELOMBANG I UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN AKADEMIK 2014/2015 A. PENDAHULUAN 1. UMUM Universitas Muhammadiyah Palangkaraya yang selanjutnya

Lebih terperinci

: YF. SUMARYATI : A54E FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

: YF. SUMARYATI : A54E FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN TURNAMEN PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD KANISIUS PATI 01 Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Fithriyanal Ulaa NIM

SKRIPSI. Oleh Fithriyanal Ulaa NIM HUBUNGAN ANTARA KESEGARAN JASMANI, KECERDASAN DAN PENDIDIKAN ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS OLAHRAGA SEKOLAH MENENGAH ATAS MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN. Yang bertanda tangan di bawah ini : NIM :

HALAMAN PERNYATAAN. Yang bertanda tangan di bawah ini : NIM : HALAMAN PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : MULAZAMAH NIM : 202309029 Jurusan : Tarbiyah Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul KORELASI ANTARA SKOR TES INTELIGENSI DENGAN PRESTASI BELAJAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, seorang siswa dihadapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, seorang siswa dihadapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, seorang siswa dihadapkan pada pilihan untuk meneruskan ke jenjang pendidikan tinggi. Untuk menjamin pendidikan tinggi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. perkembangan siswa karena siswa menghabiskan hampir sepertiga waktunya berada

BAB I. PENDAHULUAN. perkembangan siswa karena siswa menghabiskan hampir sepertiga waktunya berada BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan yang berpotensi membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya. Sebagai lembaga pendidikan,

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KOMPAS, terbit di Jakarta, Edisi 12 Januari 1987

Surat Kabar Harian KOMPAS, terbit di Jakarta, Edisi 12 Januari 1987 Surat Kabar Harian KOMPAS, terbit di Jakarta, Edisi 12 Januari 1987 MENYELAMATKAN SEKOLAH KEJURUAN Oleh : Ki Supriyoko Salah satu tradisi pendidikan yang dipertahankan di negara kita sejak jaman kolonial

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN FIKIH KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL HUDA JUWANA PATI

BAB IV HASIL PENELITIAN PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN FIKIH KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL HUDA JUWANA PATI BAB IV HASIL PENELITIAN PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN FIKIH KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL HUDA JUWANA PATI A. Data Umum tentang MI Nurul Huda Juwana Pati 1. Sejarah

Lebih terperinci

Majalah FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi III Juli 2006

Majalah FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi III Juli 2006 Majalah FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi III Juli 2006 PEMBIASAAN BERFIKIR KRITIS ANAK TAMAN KANAK-KANAK Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Ketika masih kuliah pada program doktor pertengahan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sukses dan mengembangkan diri, seiring dengan berjalannya waktu persaingan dan

BAB I PENDAHULUAN. sukses dan mengembangkan diri, seiring dengan berjalannya waktu persaingan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu kebutuhan utama bagi manusia untuk mencapai sukses dan mengembangkan diri, seiring dengan berjalannya waktu persaingan dan kompetisi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN KONEKSI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN KONEKSI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN KONEKSI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING ( PTK pada Siswa Kelas VIII A SMP N 5 Karanganyar Tahun 2014/2015) Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamis dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamis dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamis dalam kehidupan manusia di masa depan, dengan mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki seseorang secara optimal,

Lebih terperinci

Buku Pedoman. Pameran Program Kewirausahaan Mahasiswa. Lokakarya Pengembangan Wirausaha Mahasiswa. Pemilihan Stand Terbaik

Buku Pedoman. Pameran Program Kewirausahaan Mahasiswa. Lokakarya Pengembangan Wirausaha Mahasiswa. Pemilihan Stand Terbaik Buku Pedoman Pameran Program Kewirausahaan Mahasiswa Lokakarya Pengembangan Wirausaha Mahasiswa Pemilihan Stand Terbaik Pemilihan Produk Wirausaha Mahasiswa Terbaik Pameran Kreasi Karya Mahasiswa JAKARTA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga mahasiswa dapat memilih perguruan tinggi yang hendak mereka masuki. Dalam memilih perguruan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PRESTASI AKADEMIK KELAS 8 REGULER DENGAN KELAS 8 OLAHRAGA DI SMP N 1 KRAMATWATU SERANG PROVINSI BANTEN TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PERBEDAAN PRESTASI AKADEMIK KELAS 8 REGULER DENGAN KELAS 8 OLAHRAGA DI SMP N 1 KRAMATWATU SERANG PROVINSI BANTEN TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PERBEDAAN PRESTASI AKADEMIK KELAS 8 REGULER DENGAN KELAS 8 OLAHRAGA DI SMP N 1 KRAMATWATU SERANG PROVINSI BANTEN TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu organisasi atau perusahaan, menilai atau mengevaluasi kinerja pegawai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu organisasi atau perusahaan, menilai atau mengevaluasi kinerja pegawai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu organisasi atau perusahaan, menilai atau mengevaluasi kinerja pegawai merupakan suatu hal yang sangat penting. Penilaian kinerja dilakukan untuk memberikan

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS), TIPE MAKE A MATCH (MAM) DAN TIPE GUIDE NOTE TAKING (GNT) DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA (Studi Kasus Pada Materi Logaritma Siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai bidang. Salah satu bidang yang ikut mengalami perubahan adalah pendidikan. Dewasa ini masyarakat

Lebih terperinci

Nomer : Fakultas : Semester : PETUNJUK PENGISIAN

Nomer : Fakultas : Semester : PETUNJUK PENGISIAN Nomer : Fakultas : Semester : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian jawablah dengan sungguh-sungguh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 2. Jawablah semua

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 ANGGASWANGI GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 ANGGASWANGI GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 ANGGASWANGI GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Universitas merupakan dasar utama dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berfungsi menghadapi permasalahan sosial yang ada di masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN JUMLAH

BAB I PENDAHULUAN JUMLAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pendidikan dalam suatu negara harus diawasi dan dievaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan sistem pendidikan yang digunakan. Berhasil tidaknya

Lebih terperinci