Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Januari AKTUALISASI KONSEP PEMERATAAN PENDIDIKAN Oleh : Ki Supriyoko

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Januari AKTUALISASI KONSEP PEMERATAAN PENDIDIKAN Oleh : Ki Supriyoko"

Transkripsi

1 Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Januari 1990 AKTUALISASI KONSEP PEMERATAAN PENDIDIKAN Oleh : Ki Supriyoko "Oleh karena pengajaran yang hanya terdapat pada sebagian kecil rakyat kita itu tidak berfaedah untuk bangsa, maka haruslah golongan rakyat yang besar memperoleh pengajaran secukupnya. Kekuatan bangsa dan negara itu merupakan jumlah kekuatan orang-orangnya. Karena itu lebih baik memajukan pengajaran bagi rakyat umum daripada mempertinggi pengajaran, kalau usaha mempertinggi itu akan mengurangi tersebarnya pengajaran". ( Ki Hadjar Dewantara ) Pada waktu-waktu yang tertentu sangat sering kita dihadapkan pada dua ekstremitas pendidikan yang sama pentingnya; yaitu antara meratakan pelayanan pendidikan kepada banyak orang yang kadang disertai konsekuensi logis berupa pengorbanan mutu, dengan meningkatkan kualitas pendidikan yang kadang disertai konsekuensi logis berupa kurang meratanya pelayanan pendidikan. Ambil contoh: dapat saja kita membangun perguruan tinggi yang paling hebat di Asia dengan berbagai sarana dan fasilitasnya. Putra-putra bangsa secara selektif dapat memanfaatkannya; dan mereka akan mendapat kesempatan untuk menjadi orangorang pilih-an di Indonesia khususnya dan di Asia pada umumnya. Tentu saja itu semua sangat bagus; tetapi keadaan tersebut harus dibayar dengan pengorbanan putra-putra Indonesia yang lainnya. Banyak putra-putra bangsa yang "batal" menikmati pelayanan pendidikan dasar maupun menengah; hal ini disebabkan alokasi dananya sudah terhisap pada proyek perguruan tinggi yang serba hebat tersebut. Pada sisi yang lain dapat saja semua alokasi dana pembangunan pendidikan digunakan untuk membangun gedung SMTP sehingga semua anak usia sekolah dapat tertampung di dalamnya, dan wajib belajar SMTP berjalan dengan sukses. Tetapi hal inipun akan memerlukan pengorbanan yang tidak kecil; perkembangan pengetahuan dan teknologi bisa terhambat karena konsentrasi kita hanya difokuskan pada pembangunan gedung-gedung SMTP saja.

2 2 Pada posisi seperti tersebut di atas nampaknya memang serba sulit; alternatif mana yang harus dipilih memang memerlukan dasar pemikiran yang filosofis dan argumentatif. Dalam keadaan seperti tersebut di atas kita perlu membuka kembali pesan-pesan dalam karya yang ditulis oleh Ki Hadjar Dewantara. Di dalam salah satu bagian dari konsep pemerataan pendidikannya dengan tegas beliau berpesan: seharusnya pelayanan pendidikan bagi banyak orang harus senantiasa diutamakan. Dan pesan ini sangat penting dan sangat relevan dengan apa yang disepakati oleh bangsa Indonesia bahwa mendapatkan pelayanan pendidikan adalah hak setiap warga negara (Pasal 31 UUD 1945). Apakah itu berarti bahwa kita boleh saja mengorbankan mutu pendidikan asalkan kita dapat memberikan pelayanan pendidikan kepada banyak orang? Asalkan konsep pemerataan pendidikan dapat diwujudkan maka masalah mutu adalah masalah yang kesekian? Tentu bukan seperti itu maksudnya! Yang benar jangan kita mengejar mutu semata-mata kalau hal itu harus dibayar mahal dengan pengorbanan pemerataan pendidikan bagi banyak orang. Yang menjadi tantangan kita saat ini adalah bagaimana dapat memberikan pelayanan pendidikan kepada banyak orang sembari meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri. Inilah sebuah tantangan! Fenomena Elitisme Pembicaraan mengenai konsep pemerataan pendidikan akhir-akhir ini menjadi menarik karena munculnya semacam fenomena elitisme pendidikan pada jenjang tertentu; yang mana pelayanan pendidikan terasa lebih dinikmanti oleh kelompok masyarakat "elite" saja, dalam hal ini kelompok elite ekonomik. Fenomena tersebut lebih terasa lagi pada jenjang pendidikan tinggi sektor swasta, yaitu Perguruan Tinggi Swasta, PTS. Relatif tingginya beaya pendidikan pada PTS telah menimbulkan kecende-rungan bahwa pelayanan PTS lebih dinikmati oleh kelompok masya-rakat berduit saja; bukan kelompok masyarakat pada umumnya. Beaya pendidikan pada PTS, baik di dalam maupun di luar negeri, pada umumnya memang relatif cukup tinggi; tentu saja apabila dibandingkan dengan beaya pendidikan pada Perguruan Tinggi Negeri, PTN. Di Harvard (private) University misalnya, perguruan tinggi swasta (PTS) di Amerika Serikat yang sangat terkenal itu, pengeluaran seorang mahasiswa konon dapat mencapai US $ untuk setiap tahunnya. Itu berarti, apabila seorang mahasiswa memerlukan waktu penyelesaian studi selama lima tahun maka dia harus mengeluarkan beaya pendidikan sebanyak US $ Beaya pendidikan PTS di Jepang lebih "murah", sekitar US $ untuk setiap mahasiswa per tahunnya. Jadi untuk lima tahun masa studi "hanya" memerlukan dana pendidikan sekitar US $

3 3 Berapakah beaya pendidikan pada PTS di Indonesia? Bila kita ambil angka ratarata setengah sampai dua juta rupiah pada setiap tahunnya, memang terhitung lebih murah dibanding dengan beaya pendidikan pada PTS di AS dan Jepang; namun hal itu tetap saja bernilai sangat aduhai bagi kondisi keuangan kebanyakan warga negara kita. Ilustrasi tersebut di atas menunjukkan relatif tingginya beaya pendidikan pada PTS; baik PTS di dalam maupun di luar negeri pada umumnya. Kalau kita membuat rentangan beaya pendidikan PTS di Indonesia antara 500 ribu sampai 2 juta rupiah untuk setiap tahunnya, dengan waktu penyelesaian studi sekitar 5 atau 6 tahun; maka seorang mahasiswa PTS harus bersiap diri dengan dana sebanyak 2,5 sampai 12 juta rupiah untuk dapat menyelesaikan studinya. Oh ya jangan lupa; uang tersebut tentu saja belum termasuk "extra-cost" seperti misalnya beaya pondokan, beaya transportasi, beaya rekreasi, dan sebagainya. Jadi kalau "extra-cost" ini ditotal ke dalam beaya pendidikan tentu jumlahnya akan lebih menggelembung lagi. Keadaan tersebut dapat membuat kita menjadi "pusing" manakala disodori pertanyaan tentang sejauh mana misi PTS untuk mencerdaskan kehidupan bangsa benar-benar dapat menjangkau masyarakat "grass root", yang notabene jauh dari uang yang "berlimpah". Dengan bahasa sederhana bagaimana mungkin masya-rakat kelas bawah yang mempunyai keterbatasan ekonomik ini sanggup memanfaatkan jasa PTS yang harus ditebusnya dengan mahal itu. Di sanalah konsep pemerataan pendidikan menjadi aktual untuk dibicarakan. Apabila PTS-PTS kita pada umumnya belum mampu menjangkau masyarakat kelas bawah dalam proporsi yang wajar maka hal itu berarti bahwa konsep pemerataan pendidikan masih melayang-layang di angkasa; belum terjun di bumi. Kalau sudah sampai pada fenomena tersebut nampaknya aktualisasi konsep pemerataan pendidikan menjadi teramat penting untuk didiskusikan; bagaimana caranya "membumikan" konsep pemerataan pendidikan pada tingkat perguruan tinggi tersebut dapat direalisasikan. Dua Alternatif Masalah pemerataan pendidikan sesungguhnya tidak hanya terjadi pada sektor PTS saja, akan tetapi di berbagai sektor tertentu juga ada, meski dengan kadar yang tidak sama. Namun kita perlu bersyukur bahwa pembangunan pendidikan yang digalakkan dalam beberapa tahun terakhir ini telah berhasil menekan "angka ketidakmerataan" tersebut seminimal mungkin. Permasalahan yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana membuat sistem agar supaya "angka ketidakmerataan" tersebut, khususnya pada PTS, dapat lebih

4 4 ditekan lagi Dua alternatif utama untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah: pertama, menurunkan biaya pendidikan sehingga dapat dijangkau oleh banyak orang, serta kedua, menyokong rakyat yang tidak/belum dapat memanfaatkan pelayanan pendidikan karena adanya keterbatasan ekonomik pada mereka. Alternatif yang pertama dapat dicoba, akan tetapi ada konsekuensi yang harus dibayar mahal; yaitu menurunnya mutu pendidikan disebabkan adanya pengurangan sarana dan fasilitas belajar. Alternatif kedua nampaknya lebih "fisibel", meskipun bukan berarti tanpa risiko sama sekali. Risikonya adalah kita harus pandai-pandai menyisihkan "extramoney" untuk menyokong kelas bawah tersebut. Sebagai realisasi dari alternatif kedua tersebut maka harus dikembangkan sebuah sistem yang realistik dan kontinu untuk mensubsidi masyarakat kelas bawah di dalam upayanya untuk mendapatkan pelayanan pendidikan semaksimal mungkin. Operasionalisasi dari sistem ini antara lain adalah dengan jalan membentuk yayasanyayasan ataupun lembaga-lembaga sosial pendidikan yang memberi santunan secara terprogram kepada kelompok masyarakat bawah. Kita mengenal yayasan-yayasan atau lembaga-lembaga seperti itu yang ber"home-base" di luar negeri; misal Ford Foundation, Asia Foundation, Toyota Foundation, Rockeffeler Group, dan sebagainya. Sedangkan di Indonesia kita mengenal "Yayasan Super Semar" yang memberi bantuan serupa bagi masyarakat yang mengalami kekurangan dana pendidikan. Yayasan-yayasan pemberi dana pendidikan semacam "Super Semar" tersebut memang perlu dikembangkan di negara kita. Secara langsung yayasan tersebut akan dirasakan manfaatnya oleh kelompok masyarakat yang perlu mendapat subsidi dana, sedangkan secara tidak langsung eksistensi dari yayasan-yayasan atau lembagalembaga semacam ini akan ikut memacu terealisasikannya konsep pemerataan pendidikan. Seharusnyalah birokrasi pemerintahan kita mulai memikirkan hal tersebut, sementara itu pihak swasta pun dapat memulainya terlebih dahulu kalau segala sesuatunya memungkinkan. Alangkah bahagianya kalau kita dapat menyisihkan sebagian rizeki kita untuk menyantuni anak-anak yang memerlukan subsidi bagi kelanjutan pendidikannya. Semoga menjadi bahan renungan!!!***** BIODATA SINGKAT; nama: DR.Drs. Ki Supriyoko, SDU, M.Pd. pek.: Ketua Litbang Pendidikan Majelis Luhur Tamansiswa dan Ketua Pusat Kerja Sama Ilmiah (PKSI) Kopertis Wilayah V Yogyakarta

5 prof: Pengamat dan peneliti masalah-masalah pendidikan 5

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 3 Agustus KEGUNDAHAN MENUNGGU HASIL UMPTN Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 3 Agustus KEGUNDAHAN MENUNGGU HASIL UMPTN Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 3 Agustus 1990 KEGUNDAHAN MENUNGGU HASIL UMPTN Oleh : Ki Supriyoko Sebuah tradisi akademik yang terjadi pada setiap awal tahun ajaran baru di perguruan

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 17 Juli MISTERI RIBUAN KURSI KOSONG SMTP Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 17 Juli MISTERI RIBUAN KURSI KOSONG SMTP Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 17 Juli 1990 MISTERI RIBUAN KURSI KOSONG SMTP Oleh : Ki Supriyoko Ironis! Itulah kata-kata yang paling tepat untuk melukiskan terjadinya kekosongan

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 20 Juli 1988

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 20 Juli 1988 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 20 Juli 1988 ANALISIS POTENSI AKADEMIK YOGYAKARTA UNTUK MENYONGSONG WAJIB BELAJAR SMTP Oleh : Ki Supriyoko Pembicaraan tentang masalah

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian YOGYA POS, terbit di Yogyakarta Edisi 12 Oktober KEPENDUDUKAN DAN KEPENDIDIKAN ISLAM Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian YOGYA POS, terbit di Yogyakarta Edisi 12 Oktober KEPENDUDUKAN DAN KEPENDIDIKAN ISLAM Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian YOGYA POS, terbit di Yogyakarta Edisi 12 Oktober 1990 KEPENDUDUKAN DAN KEPENDIDIKAN ISLAM Oleh : Ki Supriyoko Mencermati dengan seksama terhadap gambaran besar tentang kependudukan dan

Lebih terperinci

Majalah Kampus Dua Bulanan UST PENDOPO, terbit di Yogyakarta. KOMPUTERISASI PERGURUAN TINGGI Oleh : Ki Supriyoko

Majalah Kampus Dua Bulanan UST PENDOPO, terbit di Yogyakarta. KOMPUTERISASI PERGURUAN TINGGI Oleh : Ki Supriyoko Majalah Kampus Dua Bulanan UST PENDOPO, terbit di Yogyakarta KOMPUTERISASI PERGURUAN TINGGI Oleh : Ki Supriyoko Para pengguna komputer yang bereksperimentasi dan beraplikasi dengan program tulis-menulis,

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 20 September YANG SALAH DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 20 September YANG SALAH DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 20 September 1990 YANG SALAH DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA Oleh : Ki Supriyoko Tiga kali berpartisipasi dan tiga kali pula tidak sanggup berprestasi.

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 30 Agustus MEMBANGUN POLITEKNIK DI INDONESIA BAGIAN TIMUR Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 30 Agustus MEMBANGUN POLITEKNIK DI INDONESIA BAGIAN TIMUR Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 30 Agustus 1988 MEMBANGUN POLITEKNIK DI INDONESIA BAGIAN TIMUR Oleh : Ki Supriyoko Salah satu kompleksitas utama yang dihadapi oleh negara-negara

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 9 Januari AKHIRNYA SIPENMARU HARUS TURUN TAHTA Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 9 Januari AKHIRNYA SIPENMARU HARUS TURUN TAHTA Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 9 Januari 1989 AKHIRNYA SIPENMARU HARUS TURUN TAHTA Oleh : Ki Supriyoko Kalau Direktur Perguruan Tinggi Depdikbud, Prof. Dr. Soekadji Ranoewihardjo

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 5 Februari SMP "SEMI TERBUKA" SEBUAH ALTERNATIF Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 5 Februari SMP SEMI TERBUKA SEBUAH ALTERNATIF Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 5 Februari 1988 SMP "SEMI TERBUKA" SEBUAH ALTERNATIF Oleh : Ki Supriyoko Ada dua macam pendekatan pendidikan yang tengah dilakukan oleh pemerintah

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 10 Juli 1989

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 10 Juli 1989 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 10 Juli 1989 MENUJU "RESEARCH UNIVERSITY" SEBAGAI PERGURUAN TINGGI DI MASA DEPAN Oleh : Ki Supriyoko Adalah Department of Electrical Engineering

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PIDATO MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI PADA UPACARA HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2017 2 MEI 2017 ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH. SALAM SEJAHTERA DAN BAHAGIA

Lebih terperinci

Tabloid Pelajar PELAJAR INDONESIA, terbit di Bandung, Edisi November 2002

Tabloid Pelajar PELAJAR INDONESIA, terbit di Bandung, Edisi November 2002 Tabloid Pelajar PELAJAR INDONESIA, terbit di Bandung, Edisi November 2002 PRAKTEK MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) MENUJU KEMANDIRIAN SEKOLAH Oleh : Ki Supriyoko Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang diterjemahkan

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 3 Agustus 1988

Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 3 Agustus 1988 Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 3 Agustus 1988 MENCERMATI FENOMENA LANGKA EKSAKTA TANTANGAN UNTUK DEPDIKBUD Oleh : Ki Supriyoko Dunia pendidikan kita dewasa ini nampaknya tengah

Lebih terperinci

Dilema Antara Kualitas dan Biaya

Dilema Antara Kualitas dan Biaya Dilema Antara Kualitas dan Biaya Tahun ajaran baru 2009-2010 akan segera dimulai, banyak orang tua bingung memikirkan anak-anaknya yang akan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi karena tak

Lebih terperinci

Majalah PUSARA, Edisi Juli TAMANSISWA DI ERA DESENTRALISASI PENDIDIKAN Oleh : Ki Supriyoko

Majalah PUSARA, Edisi Juli TAMANSISWA DI ERA DESENTRALISASI PENDIDIKAN Oleh : Ki Supriyoko Majalah PUSARA, Edisi Juli 2007 TAMANSISWA DI ERA DESENTRALISASI PENDIDIKAN Oleh : Ki Supriyoko Telah terbuktikan oleh sejarah bahwa perjalanan Tamansiswa telah melewati dua jaman sekaligus; masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa agar yang bersangkutan memiliki kompetensi yang relevan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa agar yang bersangkutan memiliki kompetensi yang relevan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia pendidikan di Indonesia telah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sistem pendidikan di Indonesia selalu mencoba berubah menjadi yang lebih baik.

Lebih terperinci

Rumah Sakit Perjan: Konsep Salah Kaprah

Rumah Sakit Perjan: Konsep Salah Kaprah Rumah Sakit Perjan: Konsep Salah Kaprah Hasbullah Thabrany 1 Jika kita memperhatikan prilaku masyarakat Indonesia, maka terdapat dua perbedaan sikap yang sangat menyolok terhadap dua jenis institusi sosial

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 Mei 1983

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 Mei 1983 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 Mei 1983 MEMILIH PERGURUAN TINGGI SWASTA PERLU PERHATIKAN SARANA, SISTEM, STATUS Oleh : Ki Supriyoko Para calon mahasiswa hendaknya

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004 ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004 (Penelitian Naturalistis Fenomenologis di SMK Negeri 1 Ambal) TESIS Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

KELUARGA BESAR MAHASISWA TEKNIK BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA Jl. M T Haryono 167 Telp. (0341) Psw.

KELUARGA BESAR MAHASISWA TEKNIK BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA Jl. M T Haryono 167 Telp. (0341) Psw. Rangkuman Kajian PTN-BH:Versi Arek Teknik Semua berawal dari kampanye pemilihan rektor kemarin. Ketika seluruh elemen dari beragam fakultas di Brawijaya berkumpul tak jauh dari Samantha Krida, di situlah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Bab ini memuat kesimpulan yang dirumuskan atas dasar deskripsi pembahasan hasil

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Bab ini memuat kesimpulan yang dirumuskan atas dasar deskripsi pembahasan hasil BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Bab ini memuat kesimpulan yang dirumuskan atas dasar deskripsi pembahasan hasil penelitian. Implikasi dan rekomendasi dirumuskan dari kesimpulan tersebut, diorientasikan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Kongres XXI PGRI dan Guru Indonesia 2013, 3 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 03 Juli 2013

Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Kongres XXI PGRI dan Guru Indonesia 2013, 3 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 03 Juli 2013 Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Kongres XXI PGRI dan Guru Indonesia 2013, 3 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 03 Juli 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN KONGRES XXI PGRI DAN KONGRES GURU

Lebih terperinci

Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Maret 1999

Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Maret 1999 Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Maret 1999 MENGEVALUASI PELAKSANAAN EBTANAS DI SEKOLAH NEGERI DAN SWASTA Oleh : Ki Supriyoko Pada awal s/d pertengahan Mei nanti pemerintah

Lebih terperinci

Multy Policies Strategy Uuntuk Pemerataan Dan Peningkatan Kualitas Pendidikan

Multy Policies Strategy Uuntuk Pemerataan Dan Peningkatan Kualitas Pendidikan Multy Policies Strategy Uuntuk Pemerataan Dan Peningkatan Kualitas Pendidikan Sekalipun bangsa ini telah merdeka lebih dari setengah abad, tetapi ternyata masih menyisakan persoalan pendidikan yang cukup

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 17 November TIGA ISU MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 17 November TIGA ISU MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 17 November 1987 TIGA ISU MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko ( Bagian Terakhir dari Dua Tulisan ) Berbeda dengan SMA yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari semakin kerasnya kehidupan

Lebih terperinci

Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi April 2007

Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi April 2007 Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi April 2007 MENGEMBANGKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI)

Lebih terperinci

Aspek Internal Karyawan

Aspek Internal Karyawan MENGAPA PERLU CERDAS FINANSIAL? Sejak tahun 2010 saya mulai memberikan training motivasi plus perencanaan keuangan yang hingga kini telah mencapai ratusan kelas dengan ribuan alumni peserta training. Dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional merupakan salah satu faktor yang sangat strategis dalam membentuk dan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh masyarakat, selain karena untuk kebutuhan mobilitas jarak dekat,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh masyarakat, selain karena untuk kebutuhan mobilitas jarak dekat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini sarana transportasi merupakan kebutuhan pokok yang dibutuhkan masyarakat untuk mendukung kelancaran kegiatan sehari-hari masyarakat. Dengan

Lebih terperinci

BAB 1. diri terhadap segala perubahan di berbagai bidang. Seperti halnya dalam bidang

BAB 1. diri terhadap segala perubahan di berbagai bidang. Seperti halnya dalam bidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era milenium ketiga, negara kita harus mampu menyesuaikan diri terhadap segala perubahan di berbagai bidang. Seperti halnya dalam bidang pengembangan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. mempengaruhi variabel terikat yaitu tingkat kemiskinan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. mempengaruhi variabel terikat yaitu tingkat kemiskinan. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan data dan hasil analisis maka penelitian ini menyimpulkan bahwa dari variabel-variabel bebas yang digunakan, yaitu anggaran pendidikan, kesehatan, perlindungan

Lebih terperinci

PARADIGMA SALAH TENTANG PT-BHMN

PARADIGMA SALAH TENTANG PT-BHMN PARADIGMA SALAH TENTANG PT-BHMN Sofian Effendi 1 Artikel berjudul Stop Privatisasi PTN oleh Darminingtyas, Anggota Dewan Penasihat The Center for the Betterment of Education (CBE) di Kompas terbitan 14

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian signifikan merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi industri transportasi dalam mengembangkan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015 SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015 Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Di hari yang membahagiakan ini, ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat pencapaian pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa. Bahkan pendidikan menjadi domain

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 3 September 1985

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 3 September 1985 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 3 September 1985 Menjelang Satu Tahun Universitas Terbuka: MENGHILANGKAN KESAN 'MAHASISWA SAMPINGAN' Oleh : Ki Supriyoko Sekitar satu tahun

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI MAHASISWA AKUNTANSI DALAM PEMILIHAN KARIER SEBAGAI AKUNTAN PUBLIK DAN NON AKUNTAN PUBLIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI MAHASISWA AKUNTANSI DALAM PEMILIHAN KARIER SEBAGAI AKUNTAN PUBLIK DAN NON AKUNTAN PUBLIK FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI MAHASISWA AKUNTANSI DALAM PEMILIHAN KARIER SEBAGAI AKUNTAN PUBLIK DAN NON AKUNTAN PUBLIK (Studi Empiris Perguruan Tinggi di Wilayah Surakarta) Skripsi Diajukan Untuk

Lebih terperinci

Majalah FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi III Juli 2006

Majalah FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi III Juli 2006 Majalah FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi III Juli 2006 PEMBIASAAN BERFIKIR KRITIS ANAK TAMAN KANAK-KANAK Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Ketika masih kuliah pada program doktor pertengahan tahun

Lebih terperinci

1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.

1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya. Pelaksanaan Kewajiban Pelayanan Publik (Public Service Obligation-PSO) sampai saat ini belum berjalan dengan baik. Secara umum permasalahan tersebut antara lain adalah belum adanya persepsi yang sama tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa. Selain itu pendidikan juga mempunyai peran penting dalam membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil output yang dibentuk oleh berbagai sektor ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang

Lebih terperinci

INDEPT, Vol. 1, No. 1, Februari 2011 ISSN

INDEPT, Vol. 1, No. 1, Februari 2011 ISSN STUDI STRATEGI MELALUI PENDEKATAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE BALANCED SCORECARD Heni Puspita, ST., MT Ketua Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Nurtanio Bandung Jl. Pajajaran No

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wayu Hidayat. Faktor-faktor risiko,... FT UI., 2007.

BAB I PENDAHULUAN. Wayu Hidayat. Faktor-faktor risiko,... FT UI., 2007. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemahaman tentang konstruksi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: teknologi konstruksi (construction technology) dan manajemen konstruksi (construction

Lebih terperinci

MASALAH-MASALAH DASAR DALAM ORGANISASI EKONOMI BAB 3. 1 Chapter 3 Masalah Dasar Organisasi Ekonomi Navik Istikomah

MASALAH-MASALAH DASAR DALAM ORGANISASI EKONOMI BAB 3. 1 Chapter 3 Masalah Dasar Organisasi Ekonomi Navik Istikomah MASALAH-MASALAH DASAR DALAM ORGANISASI EKONOMI BAB 3 1 Tiga Masalah Pokok Organisasi Ekonomi 1. Komoditi apa (what) yang harus diproduksi, dan berapa? Karena sumber daya bersifat langka atau terbatas (konsep

Lebih terperinci

Resensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia.

Resensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia. Resensi Buku Judul: CHINDIA, How China and India Are Revolutionizing Global Business Editor: Pete Engardio Penerbit: McGraw-Hill Companies Tahun: 2007 Tebal: 384 termasuk Reference dan Indeks Oleh: Mas

Lebih terperinci

CATATAN DISKUSI: STRATEGI PEMBIAYAAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMERINTAHAN SBY-KALLA* Oleh: Piter Abdullah**

CATATAN DISKUSI: STRATEGI PEMBIAYAAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMERINTAHAN SBY-KALLA* Oleh: Piter Abdullah** Pengantar CATATAN DISKUSI: STRATEGI PEMBIAYAAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMERINTAHAN SBY-KALLA* Oleh: Piter Abdullah** Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan - Bank Indonesia (PPSK-BI) setiap dua bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara harus memperhatikan program pendidikan jika negara tidak

BAB I PENDAHULUAN. Negara harus memperhatikan program pendidikan jika negara tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara harus memperhatikan program pendidikan jika negara tidak ingin kehilangan generasi yang handal, cerdas dan memiliki integritas pada bangsanya. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu negara memiliki beberapa tujuan termasuk Indonesia, yang mana salah satu tujuannya ialah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu ukuran dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Condotel adalah tempat dimana tempat yang berfungsi lebih kesebuah bisnis, konon diambil dari bahasa Perancis kuno. Bangunan publik ini sudah disebut-sebut sejak akhir

Lebih terperinci

AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA

AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA S I S T E M E K O N O M I I N D O N E S I A S O S I O L O G I C - 2 F I S I P A L M U I Z L I T E R A T U R E : M U N A W A R DKK ( 2 0 1 5 ) Pendahuluan Apabila sistem

Lebih terperinci

Meluaskan Akses Pendidikan 12 Tahun

Meluaskan Akses Pendidikan 12 Tahun Cluster 1 Meluaskan Akses Pendidikan 12 Tahun Oleh: Jumono, Abdul Waidil Disampaikan pada kegiatan Simposium Pendidikan 23 Febuari 2015 Ki Hadjar Dewantara: Rakyat perlu diberi hak dan kesempatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian pemerintah menurut Siregar dalam buku yang berjudul Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian pemerintah menurut Siregar dalam buku yang berjudul Akuntansi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pemerintah menurut Siregar dalam buku yang berjudul Akuntansi Sektor Publik (2015:2) merupakan organisasi sektor publik yang mengelola dana masyarakat. Berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara usia sekolah mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi harus

BAB I PENDAHULUAN. Negara usia sekolah mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Dasar Negara Indonesia telah mengamanatkan tentang upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa setiap warga Negara usia sekolah

Lebih terperinci

Demokratisasi Pembangunan Ekonomi Nasional dan daerah

Demokratisasi Pembangunan Ekonomi Nasional dan daerah Demokratisasi Pembangunan Ekonomi Nasional dan daerah Oleh : Marsuki Disampaikan dalam diskusi panel Simpul Demokrasi Kab. Jeneponto Sulsel. Tema: Bisnis, Politik, Demokrasi dan Peluang Investasi Daerah.

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL PADA KOPERASI MELALUI PUK (PEREMPUAN USAHA KECIL) DI MASARAN SRAGEN

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL PADA KOPERASI MELALUI PUK (PEREMPUAN USAHA KECIL) DI MASARAN SRAGEN PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL PADA KOPERASI MELALUI PUK (PEREMPUAN USAHA KECIL) DI MASARAN SRAGEN Disusun oleh : TINUK AMBARWATI B 100 050 103 FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 6 Juni "MENDOBRAK" PINTU DUNIA INDUSTRI Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 6 Juni MENDOBRAK PINTU DUNIA INDUSTRI Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 6 Juni 1988 Tantangan Sekolah Kejuruan Kini: "MENDOBRAK" PINTU DUNIA INDUSTRI Oleh : Ki Supriyoko Ada suatu aktivitas akademik penelitian

Lebih terperinci

Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar http://www.pepiediptyana.wordpress.com Referensi: Indra Bastian. 2006 Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Penerbit Erlangga. Jakarta, bab 1 & 2 Abdul Halim,

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 4 Oktober 1986

Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 4 Oktober 1986 Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 4 Oktober 1986 DIKOTOMI SEKOLAH UMUM DAN KEJURUAN PERLU DIROMBAK Oleh : Ki Supriyoko Dalam sejarah pendidikan di negara kita terdapat sebuah

Lebih terperinci

Cara Membangun Daftar Nama Yang Akan Memasukkan Uang Terus Menerus Ke Rekening Bank Anda, Sekali Anda Tahu Bagaimana Caranya!

Cara Membangun Daftar Nama Yang Akan Memasukkan Uang Terus Menerus Ke Rekening Bank Anda, Sekali Anda Tahu Bagaimana Caranya! 1 Cara Membangun Daftar Nama Yang Akan Memasukkan Uang Terus Menerus Ke Rekening Bank Anda, Sekali Anda Tahu Bagaimana Caranya! Kusuma Putra http://buatnewsletter.com/ 2 Pesan Dari Penulis Hi, saya Kusuma

Lebih terperinci

TREND DAN ESTIMASI ANGGARAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA BIDANG PENDIDIKAN DI PROVINSI JAMBI

TREND DAN ESTIMASI ANGGARAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA BIDANG PENDIDIKAN DI PROVINSI JAMBI TREND DAN ESTIMASI ANGGARAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA BIDANG PENDIDIKAN DI PROVINSI JAMBI Oleh : Dr. Muhammad Ridwansyah, SE, M.Sc (Dosen Fakultas Ekonomi UNJA) 1. Pendahuluan Tugas negara adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini Pemerintah Indonesia telah menjadikan investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan mengalokasikan persentase yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan jangka panjang. Pendidikan juga penting bagi terciptanya kemajuan dan kemakmuran

Lebih terperinci

PIDATO REKTOR UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO WISUDA DIPLOMA, SARJANA DAN PASCASARJANA. KAMIS, 8 Februari 2018

PIDATO REKTOR UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO WISUDA DIPLOMA, SARJANA DAN PASCASARJANA. KAMIS, 8 Februari 2018 PIDATO REKTOR UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO WISUDA DIPLOMA, SARJANA DAN PASCASARJANA KAMIS, 8 Februari 2018 Yth. Gubernur Provinsi Gorontalo Yth. Walikota Gorontalo Yth. Ketua Dewan Pengawas UNG Yth. Anggota

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan mengarahkan para pegawai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional, )

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional, ) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pendidikan Secara Umum Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional, 1889-1959) menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan umumnya

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : SANTI SULANDARI F 100 050 265 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 1 dirumuskan bahwa fakir miskin dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 1 dirumuskan bahwa fakir miskin dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam UUD 1945 pasal 34 ayat 1 dirumuskan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipeilihara oleh Negara, jadi disini Negara ikut menunjang mereka yang kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Melalui pendidikan potensi seseorang akan berkembang dengan

Lebih terperinci

2/9/2014. BIAYA PENDIDIKAN (Kajian Permasalahan & Solusi) PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN LOGO LOGO LOGO LOGO LOGO LOGO

2/9/2014. BIAYA PENDIDIKAN (Kajian Permasalahan & Solusi) PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN LOGO LOGO LOGO LOGO LOGO LOGO Dasar Filosofis BIAYA PENDIDIKAN (Kajian Peran & Solusi) Oleh: Pipin Piniman Pasca Sarjana Universitas Galuh Untuk menghasilkan sumber daya manusia diharapkan, tidak mungkin terjadi secara alamiah arti

Lebih terperinci

BAGIAN KEEMPAT MEMBANGUN AGRIBISNIS MEMBANGUN EKONOMI RAKYAT

BAGIAN KEEMPAT MEMBANGUN AGRIBISNIS MEMBANGUN EKONOMI RAKYAT BAGIAN KEEMPAT MEMBANGUN AGRIBISNIS MEMBANGUN EKONOMI RAKYAT Sebagai Sektor Utama Ekonomi Rakyat: Prospek dan 16Agribisnis Pemberdayaannya Pendahuluan Satu PELITA lagi, Indonesia akan memasuki era perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan Tamansiswa, yaitu melaksanakan sepenuhnya ketentuan dari sistem pendidikan nasional dengan tetap mengamalkan

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PENGUKUHAN PENGURUS LLI PROVINSI KALBAR PERIODE

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PENGUKUHAN PENGURUS LLI PROVINSI KALBAR PERIODE 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PENGUKUHAN PENGURUS LLI PROVINSI KALBAR PERIODE 2008-2013 Hari : Kamis Tanggal : 31 Juli 2008 Pukul : 11.00 WIB Tempat : Balai Petitih Kantor Gubernur Kalimantan

Lebih terperinci

TAMBAHAN SUBSIDI LISTRIK RP 24,52 TRILIUN

TAMBAHAN SUBSIDI LISTRIK RP 24,52 TRILIUN TAMBAHAN SUBSIDI LISTRIK RP 24,52 TRILIUN economy.okezone.com Pemerintah berencana menambah anggaran i subsidi ii listrik sebesar Rp10 triliun dari rencana awal alokasi anggaran Rp 44,96 triliun. Luky

Lebih terperinci

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era perkembangan globalisasi seperti sekarang ini, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang jauh lebih berkualitas dan kompeten menjadi hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada mulanya rumah sakit di Indonesia banyak didirikan dengan tujuan sosial

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada mulanya rumah sakit di Indonesia banyak didirikan dengan tujuan sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada mulanya rumah sakit di Indonesia banyak didirikan dengan tujuan sosial tanpa terlalu mempertimbangkan segi ekonominya. Pada masa itu kebanyakan rumah sakit mendapat

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA 5.1. Sejarah Perkembangan Kedelai Indonesia Sejarah masuknya kacang kedelai ke Indonesia tidak diketahui dengan pasti namun kemungkinan besar dibawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ditengah ketatnya persaingan dalam memasuki dunia kerja, para calon tenaga kerja dituntut untuk memiliki mental kuat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan sesuai

Lebih terperinci

BIAYA PERNIKAHAN. Oleh: Ahmad Gozali

BIAYA PERNIKAHAN. Oleh: Ahmad Gozali BIAYA PERNIKAHAN Oleh: Ahmad Gozali Dikutip dari Majalah Alia Pernikahan adalah sebuah momen yang akan dikenang sepanjang hidup seseorang. Bagaimana tidak, pernikahan menyatukan dua manusia menjadi satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Perumusan masalah menjelaskan mengenai butir-butir permasalahan yang akan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini diuraikan perihal mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang

Lebih terperinci

SPEKULASI DAN PROFIT PADA SPECULATIVE BUILDER (DEVELOPER) DAN KONTRAKTOR. Ir. NURINAYAT VINKY RAHMAN MT.

SPEKULASI DAN PROFIT PADA SPECULATIVE BUILDER (DEVELOPER) DAN KONTRAKTOR. Ir. NURINAYAT VINKY RAHMAN MT. SPEKULASI DAN PROFIT PADA SPECULATIVE BUILDER (DEVELOPER) DAN KONTRAKTOR Pendahuluan Ir. NURINAYAT VINKY RAHMAN MT. Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Sumatera Utara Di dalam usaha konstruksi

Lebih terperinci

Install 6 Mindset Bisnis ini, untuk Jadi Trader Sukses!

Install 6 Mindset Bisnis ini, untuk Jadi Trader Sukses! Install 6 Mindset Bisnis ini, untuk Jadi Trader Sukses! Tahukah Anda? Segala tindakan atau keputusan yang kita ambil sehari-hari, mulai dari makan, minum, bersosialisasi, belajar, sampai bekerja, semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU No.23 Tahun 2014 yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Desentralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asean Economic Community (AEC) diberlakukan akhir 2015, Asean akan

BAB I PENDAHULUAN. Asean Economic Community (AEC) diberlakukan akhir 2015, Asean akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asean Economic Community (AEC) diberlakukan akhir 2015, Asean akan terbuka untuk perdagangan barang, jasa, investasi, modal, dan pekerja. Indonesia harus dapat melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan dalam mengembangkan sumberdaya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan dalam mengembangkan sumberdaya manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memegang peranan dalam mengembangkan sumberdaya manusia. Demikian juga di Indonesia, kualitas manusia seutuhnya sangat ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan panjang. Namun sampai saat ini masih banyak penduduk miskin yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu sekolah ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah keberhasilan dalam pengelolaan manajemen di dalamnya. Sekolah dasar sebagai institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah merupakan suatu harapan cerah bagi pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki kesempatan untuk mengelola,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang. kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang. kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 5.1. Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah Di sisi penerimaan daerah, dengan berbagai upaya untuk peningkatan pendapatan asli daerah terus dilanjutkan, PAD diharapkan

Lebih terperinci

BAGAIMANA PANDANGAN ISLAM TENTANG BERBISNIS

BAGAIMANA PANDANGAN ISLAM TENTANG BERBISNIS TUGAS LINGKUNGAN BISNIS BAGAIMANA PANDANGAN ISLAM TENTANG BERBISNIS Oleh : Nama : Ahmad Syarifuddin NIM : 10.12.5195 Kelas : S1-SI-2K JURUSAN SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih memaksimalkan kinerjanya dalam berbagai hal terutama dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih memaksimalkan kinerjanya dalam berbagai hal terutama dalam hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menghadapi krisis finansial yang terjadi sekarang ini, sebuah perusahaan ataupun lembaga usaha baik milik pemerintah maupun swasta dituntut untuk lebih

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Hasil Analisis Budaya perusahaan merupakan salah satu aspek yang penting untuk mencapai tujuan perusahaan. Hasil analisis mengenai budaya perusahaan yang

Lebih terperinci

LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP)

LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP) LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP) Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat menyelesaikan kewajiban

Lebih terperinci

Kisah Perjalanan Aneuk Nanggroe Membujuk Investor Membangun Ekonomi Aceh

Kisah Perjalanan Aneuk Nanggroe Membujuk Investor Membangun Ekonomi Aceh Catatan: Fadhmi Ridwan dan Illarius Wibisono*) Miskinnya sebuah negeri bukan karena tidak memiliki sumberdaya alam yang melimpah, tetapi lebih disebabkan oleh miskinnya sebuah kebijakan yang dirumuskan

Lebih terperinci

SEKOLAH KEREN, SEKOLAH RAMAH ANAK

SEKOLAH KEREN, SEKOLAH RAMAH ANAK SEKOLAH KEREN, SEKOLAH RAMAH ANAK Oleh: Dr. Sukiman, M.Pd. Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga Ditjen PAUD dan Dikmas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 30 Januari 2017 1 Pengertian Sekolah

Lebih terperinci

Nama kegiatan : Penawaran Patungan Usaha Sewa Ruko SPT Marakash Jangka waktu : 04 Oktober 2015 sampai dengan 31 Oktober 2015

Nama kegiatan : Penawaran Patungan Usaha Sewa Ruko SPT Marakash Jangka waktu : 04 Oktober 2015 sampai dengan 31 Oktober 2015 No Lampiran Hal : 01/KP/Okt/15 : 2 lembar : Penawaran Patungan Usaha Sewa Ruko SPT Marakash Kepada Yth, Kawan-kawan Kampung Paytren Di Tempat Assalamualaikum wrwb Sehubungan dengan rencana penyelenggaraan

Lebih terperinci