Surat Kabar Harian KOMPAS, terbit di Jakarta, Edisi 12 Januari 1987
|
|
- Benny Setiabudi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Surat Kabar Harian KOMPAS, terbit di Jakarta, Edisi 12 Januari 1987 MENYELAMATKAN SEKOLAH KEJURUAN Oleh : Ki Supriyoko Salah satu tradisi pendidikan yang dipertahankan di negara kita sejak jaman kolonial dulu adalah diterapkannya sistem dikotomi sekolah; ialah dengan membentangkan seutas "benang merah" diantara sekolah umum (academic school) dan sekolah kejuruan (vocational school). Secara konsepsional sekolah umum bertugas menyi-apkan para lulusan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sedangkan sekolah kejuruan bertugas menyiapkan para lulusannya untuk dapat langsung memasuki dunia kerja. Dengan diterapkannya sistem dikotomi sekolah ini maka disiplin dan kualifikasi tenaga kerja sebagai pro-duk lembaga pendidikan akan dapat lebih diperjelas. Sekolah kejuruan akan memproduksi "tenaga kerja trampil menengah" (middle skilled worker), sedangkan sekolah u-mum akan memproduksi lulusan yang dipersiapkan menjadi "tenaga kerja trampil tinggi" (upper skilled worker) dan"tenaga kerja ahli" (professional) melalui pendidikan lanjutan. Sedangkan melalui pendekatan kuantitatif dapat ditentukan proporsi tenaga kerja dengan berbagai disiplin dan kualifikasinya yang dapat dan harus diproduksi oleh lembaga pendidikan. Negara kita yang tengah memasuki era pembangunan ini memang sangat membutuhkan tenaga kerja dari berbagai disiplin dan kualifikasi, sehingga memang sangat beralasan untuk mempertahankan sistem dikotomi sekolah ini. Meskipun dalam pelaksanaannya sistem ini banyak menga-lami romantika akademis yang penuh dengan "ganjalan". Sekolah Kejuruan Kurang Peminat Dewasa ini dalam struktur ketenagakerjaan di ne-gara kita masih dijumpai perbandingan kuantitas tenaga kerja yang kurang seimbang antara "tenaga kerja tidak trampil" (unskilled); "tenaga kerja trampil" (skilled); serta "tenaga kerja ahli" (professional).
2 2 Di satu pihak dijumpai "tenaga kerja tidak teram-pil" (ekuivalen dengan tidak tamat SD) yang berlebih, sementara itu dilain pihak sangat dirasakan betapa kurangnya "tenaga kerja trampil" (ekuivalen dengan tamatan sekolah Menengah Kejuruan dan Politeknik); serta tenaga kerja tingkat tinggi" (ekuivalen dengan tamatan Univer-sitas atau perguruan tinggi). Kondisi semacam ini sebenarnya dapat menarik mi-nat masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan pendidikan kejuruan. Tetapi pada kenyataannya dalam beberapa tahun terakhir ini minat masyarakat terhadap sekolah kejuruan terasa semakin menipis. Sebagai ilustrasi pada awal tahun REPELITA III jumlah siswa SMTP menunjukkan angka ribu orang, terdiri dari siswa SMTP umum sebanyak ribu orang (97,05%) serta siswa SMTP kejuruan sebanyak 88 ribu o-rang (2,95%). Pada akhir tahun REPELITA III jumlah siswa SMTP meningkat menjadi 4.713,3 ribu orang yang terdiri dari siswa SMTP umum yaitu sebanyak 4.629,5 ribu orang (98,22%) dan siswa SMTP kejuruan sebanyak 83,8 ribu orang (1,78%). Untuk tingkat SMTA dijumpai data ratio yang tidak jauh berbeda keadaannya. Pada awal tahun REPELITA III jumlah siswa SMTA tercatat ribu orang; terdiri dari jumlah siswa SMTA umum, SMTA kejuruan dan siswa SPG/SGO berturut-turut adalah 843 ribu (53,56%), 489 ribu (31,07%) dan 242 ribu (15,37%) orang. Sedang pada akhir tahun REPELITA III jumlah siswa SMTA tercatat 2.489,9 ribu orang; terdiri dari jumlah siswa SMTA umum, SMTA kejuruan serta siswa SPG/SGO berturut-turut sebanyak 1.696,9 ribu (68,16%), 551,7 ribu (2,16%) dan 241 ribu (9,68%) orang (Sumber: "Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI Soeharto 1984"). Sedangkan prediksibilitas jumlah siswa, guru ser-ta lulusan SMTA umum dan kejuruan dalam REPELITA IV di-sajikan dalam tabel berikut. Periksa Tabel! Di lain pihak apabila dikomparasikan antara jumlah sekolah umum dan sekolah kejuruan juga akan dijumpai kon disi yang tidak jauh berbeda. Sebagai misal dewasa ini di Yogyakarta yang mengantongi predikat "kota pelajar" ini memilki 491 SMTP dan 387 SMTA umum. Rinciannya adalah sebagai berikut: 482 (98,17%) SMTP umum, 9 (1,83%) SMTP kejuruan, 207 (53,49%) SMTA umum, dan 180 (46,51%) SMTA kejuruan termasuk SPG / SGO (Kanwil Depdikbud DIY "Daftar SMTP, SMTA dan Pendidikan Tinggi di DIY", 1983/ 1984). Berbagai ilustrasi diatas menunjukkan betapa ti-pisnya minat masyarakat terhadap sekolah kejuruan; ialah sekolah yang berjanji mampu mempredikati para lulusannya sebagai "tenaga kerja trampil" (skilled worker). Masalah "Reward" Terdapat semacam kesepakatan dari berbagai referensi bahwa sekolah kejuruan (vocational school) dapat hidup dan berkembang hanya bila para lulusannya diberi
3 3 "reward"; dan "reward" itu adalah 'pekerjaan'. Dalam sistem pendidikan kejuruan kita maka "reward" inilah yang menjadi barang mahal; yang dibuktikan dengan banyaknya lulusan sekolah kejuruan yang"ditampik" untuk memasuki dunia kerja. Bekal ketrampilan yang dida-patkan dari lembaga pendidikan sangat sering tidak mampu diperankan sebagai "derek" untuk mengangkat nasib. Lebih ironis lagi banyak kasus menunjukkan lulusan sekolah jeuruan yang secara formal berhasil mengantongi predikat sebagai "tenaga kerja trampil" (skilled workwer) ternyata tidak mampu bersaing dengan para lulusan sekolah umum dalam hal memperebutkan pos-pos kerja di lapangan. Akhirnya banyak pos-pos kerja yang sepantasnya menjadi kapling lulusan sekolah kejuruan "terserobot" oleh para lulcsan sekolah umum. Keadaan seperti tersebut diatas kiranya bukan hal baru lagi. Banyak para pengguna tenaga kerja yang secara terus terang mengakui bahwa lulusan sekolah kejuruan tidak atau kurang dibekali dengan disiplin ketrampilan yang relevan dan kualitatif. Akhirnya mereka lebih suka menerima lulusan sekolah umum dari pada lulusan sekolah kejuruan. Kenapa? Sama-sama belum memiliki disiplin ketrampilan yang relevan dan kualitatif maka lulusan seko-lah umum akan lebih mudah untuk "dibentuk". Kita mudah mengawasi bahwasannya banyak perusahaan, pabrik dan para pengguna tenaga kerja akan lebih se-nang menerima lulusan SMA dari pada STM, SMEA, SKKA, dsb, meski mereka akan diberi "pekerjaan kejuruan". Tradisi ini perlu segera diakhiri, karena di samping akan mengaburkan konsepsi sistem dikotomi sekolah yang di pertahankan juga akan mengkhawatrikan kelestarian sekolah kejuruan. Padahal, diakui atau tidak, lembaga pendidikan kejcruan sampai saat ini masih dapat digolong kan sebagai lembaga yang cukup efektif untuk memproduksi "tenaga kerja trampil", sementara belum ditemukan sistem yang lebih baik dan sempurna. Langkah-langkah inovasi untuk "menyelamatkan" sekolah kejuruan mau tak mau harus segera diambil. Antar Departemental Kiranya hampir tidak ada yang tak sependapat bah-wa menangani sekolah kejuruan jauh lebih komplek apabila dibandingkan dengan sekolah umum. Bukan saja karena sekolah kejuruan memerlukan "kancah" yang lebih luas;beaya yang lebih tinggi; peralatan yang lebih komplit; anti pasi perkembangan teknologi yang lebih jitu; dsb, akan tetapi sekolah kejuruan mempaunyai interaksi dan inter dependensi langsung dengan sektor lain: ketenagakerjaan. Penanganan masalah-masalah pada sekolah umum sa-ngat memungkinkan diselesaikan secara 'inter departemen-tal' dalam hal ini dilingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan saja. Tetapi penanganan masalah-masalah sekolah
4 4 kejuruan harus bersifat 'antar departemental', dalam artian harus ada kerja sama yang apik antara satu departemen dengan departemen yang lainnya; dalam hal ini setidak-tidaknya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Departemen Tenaga Kerja. Depdikbud memproduksi tenaga kerja, sedang Depnaker mengkonsumsi tenaga kerja. Jelas bahwa antara Depdikbud dengan Depnaker harus tercipta komunikasi dan kerja sama yang benar-benar apik. Seharusnya kebijaksanaan apapun yang diambil oleh salah satu departemen hendaknya selalu dipertimbangi bahwa kebijaksanaan tersebut menyangkut kepentingan antardepartemen, baik kepentingan secara langsung maupun tidak langsung. Sebuah ilustrasi dapat diangkat, ialah ketika Di-rektorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdikbud mengeluar-kan aturan tentang persyaratan lulusan sekolah menengah atas yang akan meneruskan studinya ke perguruan tinggi. Salah satu butir dari peraturan Dirjen Dikti No-mer: 212/D/Q/1983 mengisyaratkan bagi lulusan sekolah kejuruan yang belum mempunyai pengalaman kerja sesuai dengan bidangnya sedikit-dikitnya dua tahun dan disertaidengan tanda bukti tertulis, maka untuk bisa melanjutkan studi ke perguruan tinggi mereka dikenakan persyaratan "batas rata-rata nilai minimal dalam STTB" yang harganya sangat aduhai bagi lulusan sekolah kejuru an. Peraturan tersebut dapat ditafsirkan sebagai se-buah "pembatasan" atau pengecilan "kans" bagi lulusan sekolah kejuruan yang akan meneruskan studinya ke Uni-versitas atau perguruan tinggi. Apabila kita kembali kepada konsep dasar sistem dikotomi, ialah sekolah kejuruan bertugas menyiapkan lu-lusan untuk memasuki dunia kerja (bukan untuk meneruskan studi) sedangkan sekolah kejuruan sebaliknya, maka "pem-batasan" tersebut bisa dimengerti. Akan tetapi akan le- bih sempurna apabila dilain pihak Depnaker mengeluarkan "pembatasan" yang serupa bagi lulusan sekolah umum yang ingin bekerja. Karena "pembatasan" serupa tidak pernah ada maka jelas bahwa kesempatan lulusan sekolah umum jauh lebih nyaman bila dibandingkan dengan lulusan sekolah kejuruan. Lulusan sekolah umum bebas meneruskan studi maupun men-cari pekerjaan,sementara lulus sekolah kejuruan diberi batasan untuk menlajutkan studi. Wajar kalau minat masyarakat kemudian terkonsentrasikan pada sekolah umum. Selama ini alternatif yang ditempuh untuk meng-angkat pamor akademis sekolah kejuruan nampaknya belum sampai menyentuh pada "masalah dasar". Sebenarnya kunci untuk dapat "menyelamatkan" atau mengangkat pamor akademis sekolah kejuruan justru terda-pat pada "masalah dasar" ini; ialah menegakkan kembali konsep dasar sistem dikotomi sekolah. Membentangkan "be-nang merah" diantara sekolah umum (academic school) de-ngan sekolah kejuruan (vocational school). Lulusan sekolah umum untuk melanjutkan studi, lu-lusan sekolah kejuruan untuk
5 5 bekerja. Konsekuensinya, prioritas untuk melanjutkan studi harus diberikan pada lulusan sekolah umum, sedangkan prioritas untuk mendapat kan pos kerja harus diberikan pada lulusan sekolah keju-ruan. Secara lebih ekstreem lulusan sekolah kejuruan tidak diperbolehkan melanjutkan studi di perguruan ting-gi selama masih ada lulusan sekolah umum yang mendambaan masuk perguruan tinggi. Sebaliknya lulusan sekolah umum tidak diperbolehkan mengisi pos-pos kerja selama lulusan sekolah kejuruan masih ada yang ingin mengisi pos kerja tersebut. Meskipun masalah sekolah kejuruan adalah dibawah satu departemen, tetapi pemecahannya sebaiknya bersifat 'antar departemental'; setidak-tidaknya melibatkan Dep-dikbud dan Depnaker secara integral. Setiap kebijakan dan aturan harus berangkat dari pengertian menegakkan kembali konsep sistem dikotomi sekolah tersebut diatas. Dan apabila hal ini bisa dijalankan secara konsekuen, pelan tapi pasti minat masyarakat terhadap sekolah keju-ruan akan pulih kembali. Kunci untuk "menyelamatkan" sekolah kejuruan memang sangat sederhana, meski disadari bahwa birokrasinya bisa menjadi sulit!!!***** ============================================================= BIODATA SINGKAT: Drs. Ki Supriyoko, M.Pd., adalah dosen pada Jurusan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta serta pengamat masalah-masalah pendidikan dan sosial
6 Sekolah Periode REPELITA IV" 6
Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 4 Oktober 1986
Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 4 Oktober 1986 DIKOTOMI SEKOLAH UMUM DAN KEJURUAN PERLU DIROMBAK Oleh : Ki Supriyoko Dalam sejarah pendidikan di negara kita terdapat sebuah
Lebih terperinciMajalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Mei 1990
Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Mei 1990 PERAN SEKOLAH KEJURUAN MEMECAHKAN PROBLEMATIKA KETENAGAKERJAAN Oleh : Ki Supriyoko A. PENDAHULUAN: Salah satu tradisi kependidikan
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 6 Juni "MENDOBRAK" PINTU DUNIA INDUSTRI Oleh : Ki Supriyoko
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 6 Juni 1988 Tantangan Sekolah Kejuruan Kini: "MENDOBRAK" PINTU DUNIA INDUSTRI Oleh : Ki Supriyoko Ada suatu aktivitas akademik penelitian
Lebih terperinciSurat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 17 Juli MISTERI RIBUAN KURSI KOSONG SMTP Oleh : Ki Supriyoko
Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 17 Juli 1990 MISTERI RIBUAN KURSI KOSONG SMTP Oleh : Ki Supriyoko Ironis! Itulah kata-kata yang paling tepat untuk melukiskan terjadinya kekosongan
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 9 Januari AKHIRNYA SIPENMARU HARUS TURUN TAHTA Oleh : Ki Supriyoko
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 9 Januari 1989 AKHIRNYA SIPENMARU HARUS TURUN TAHTA Oleh : Ki Supriyoko Kalau Direktur Perguruan Tinggi Depdikbud, Prof. Dr. Soekadji Ranoewihardjo
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 20 Juli 1988
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 20 Juli 1988 ANALISIS POTENSI AKADEMIK YOGYAKARTA UNTUK MENYONGSONG WAJIB BELAJAR SMTP Oleh : Ki Supriyoko Pembicaraan tentang masalah
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 17 November TIGA ISU MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 17 November 1987 TIGA ISU MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko ( Bagian Terakhir dari Dua Tulisan ) Berbeda dengan SMA yang
Lebih terperinciSurat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 5 Februari SMP "SEMI TERBUKA" SEBUAH ALTERNATIF Oleh : Ki Supriyoko
Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 5 Februari 1988 SMP "SEMI TERBUKA" SEBUAH ALTERNATIF Oleh : Ki Supriyoko Ada dua macam pendekatan pendidikan yang tengah dilakukan oleh pemerintah
Lebih terperinciSurat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 30 Agustus MEMBANGUN POLITEKNIK DI INDONESIA BAGIAN TIMUR Oleh : Ki Supriyoko
Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 30 Agustus 1988 MEMBANGUN POLITEKNIK DI INDONESIA BAGIAN TIMUR Oleh : Ki Supriyoko Salah satu kompleksitas utama yang dihadapi oleh negara-negara
Lebih terperinciSurat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 3 Agustus 1988
Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 3 Agustus 1988 MENCERMATI FENOMENA LANGKA EKSAKTA TANTANGAN UNTUK DEPDIKBUD Oleh : Ki Supriyoko Dunia pendidikan kita dewasa ini nampaknya tengah
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 Mei 1983
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 Mei 1983 MEMILIH PERGURUAN TINGGI SWASTA PERLU PERHATIKAN SARANA, SISTEM, STATUS Oleh : Ki Supriyoko Para calon mahasiswa hendaknya
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 12 Desember 1987
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 12 Desember 1987 Menyambut Diskusi Ilmiah Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri: MENYEDERHANAKAN MODEL TESTING PERGURUAN TINGGI NEGERI
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 10 Juli 1989
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 10 Juli 1989 MENUJU "RESEARCH UNIVERSITY" SEBAGAI PERGURUAN TINGGI DI MASA DEPAN Oleh : Ki Supriyoko Adalah Department of Electrical Engineering
Lebih terperinciSurat Kabar Harian PUSARA, Edisi: Maret 1992
Surat Kabar Harian PUSARA, Edisi: Maret 1992 AKTUALISASI KUALITAS GURU SMTA ( Studi Kasus di DIY ) Oleh : Ki Supriyoko Tulisan tentang "Aktualisasi Peningkatan Kualitas Guru SMTA di Indonesia" ini disistematisasi
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 3 September 1985
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 3 September 1985 Menjelang Satu Tahun Universitas Terbuka: MENGHILANGKAN KESAN 'MAHASISWA SAMPINGAN' Oleh : Ki Supriyoko Sekitar satu tahun
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 8 Maret 1986
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 8 Maret 1986 KENAKALAN SISWA SMTA : MEDIA MASSA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH Oleh : Ki Supriyoko Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja sangat
Lebih terperincibelajar yaitu dengan sistem belajar modul
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Mahasiswa Universitas Terbuka Sejak berdirinya Universitas Terbuka sebagai lembaga pendidikan tinggi negeri yang -ke-45 di Indonesia, dalam perjalanannya
Lebih terperinciSurat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 3 Agustus KEGUNDAHAN MENUNGGU HASIL UMPTN Oleh : Ki Supriyoko
Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 3 Agustus 1990 KEGUNDAHAN MENUNGGU HASIL UMPTN Oleh : Ki Supriyoko Sebuah tradisi akademik yang terjadi pada setiap awal tahun ajaran baru di perguruan
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 19 Juni 1986
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 19 Juni 1986 Tanggapan Atas Tanggapan Sdr. Ahmad Abu Hamid: STTB : ANTARA TARGET DAN KUALITAS Oleh : Ki Supriyoko Artikel saya yang termuat
Lebih terperinciMajalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Januari AKTUALISASI KONSEP PEMERATAAN PENDIDIKAN Oleh : Ki Supriyoko
Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Januari 1990 AKTUALISASI KONSEP PEMERATAAN PENDIDIKAN Oleh : Ki Supriyoko "Oleh karena pengajaran yang hanya terdapat pada sebagian kecil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu yang sangat besar dan mendasar, karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu yang sangat besar dan mendasar, karena menyangkut kualitas suatu bangsa. Pendidikan juga berarti menyiapkan kaderkader bangsa siap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan bagian yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan pendidikan dan latihan kerja. Dalam GBHN dinyatakan
Lebih terperinciAKTUALISASI PENINGKATAN KUALITAS GURU SMTA DAN HAMBATANNYA **)
AKTUALISASI PENINGKATAN KUALITAS GURU SMTA DAN HAMBATANNYA **) Oleh: DR. SUPRIYOKO, M.PD: Makalah ringkas mengenai "Aktualisasi Peningkatan Kualitas Guru SMTA dan Hambatannya" ini disistematisasi menjadi
Lebih terperincipendidikan/pengajaran dilihat dari perhitungan ber
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan pengkajian terhadap data lapangan, mengadakan diskusi tentang hasil penelitian ke mudian membandingkannya dengan landasan konsep teori yang relevan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus pembangunan yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, rasional, cerdas, kreatif, dan siap menghadapi
Lebih terperinciMajalah PUSARA, Edisi Juli TAMANSISWA DI ERA DESENTRALISASI PENDIDIKAN Oleh : Ki Supriyoko
Majalah PUSARA, Edisi Juli 2007 TAMANSISWA DI ERA DESENTRALISASI PENDIDIKAN Oleh : Ki Supriyoko Telah terbuktikan oleh sejarah bahwa perjalanan Tamansiswa telah melewati dua jaman sekaligus; masing-masing
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN BEKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis terhadap data peneliti. an yang terkumpul, maka berikut ini akan dikemukakan ke
BAB V KESIMPULAN DAN BEKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap data peneliti an yang terkumpul, maka berikut ini akan dikemukakan ke simpulan-kesimpulan. Kesimpulan-kesimpulan tersebut
Lebih terperinciMajalah Tiga Bulanan Depdikbud MAJALAH MAHASISWA, terbit di Jakarta
Majalah Tiga Bulanan Depdikbud MAJALAH MAHASISWA, terbit di Jakarta Tugas Perguruan Tinggi: KEMBANGKAN ABILITAS DAN PERSONALITAS UNTUK MEMBANGUN NEGARA DAN BANGSA Oleh : Ki Supriyoko Kemajuan suatu negara
Lebih terperinciTENAGA KERJA WANITA INDONESIA LATAR BELAKANG DAN CATATANNYA. O l e h : DR. Supriyoko, M.PD
TENAGA KERJA WANITA INDONESIA LATAR BELAKANG DAN CATATANNYA O l e h : DR. Supriyoko, M.PD Disampaikan dalam Forum Diskusi Panel Harkat Wanita Indonesia sebagai Tenaga Kerja Wanita di Luar Negeri Wanita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan sekolah didirikan, kurikulum disusun dan guru diangkat serta sarana dan prasarana pendidikan diadakan semuanya untuk kepentingan siswa atau anak didik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era global telah menciptakan tingkat persaingan antar calon tenaga kerja
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era global telah menciptakan tingkat persaingan antar calon tenaga kerja yang semakin ketat dan kompetitif. Melalui kesepakatan global ini, tenaga kerja dan
Lebih terperinciTabloid Pelajar PELAJAR INDONESIA, terbit di Bandung, Edisi November 2002
Tabloid Pelajar PELAJAR INDONESIA, terbit di Bandung, Edisi November 2002 PRAKTEK MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) MENUJU KEMANDIRIAN SEKOLAH Oleh : Ki Supriyoko Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang diterjemahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menggerakan seluruh kegiatan dan menentukan keberhasilan kegiatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat penting untuk terwujudnya kesuksesan dan kesinambungan pembangunan negara dalam era globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya akan sangat dibutuhkan peran serta
Lebih terperinciMajalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Maret 1999
Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Maret 1999 MENGEVALUASI PELAKSANAAN EBTANAS DI SEKOLAH NEGERI DAN SWASTA Oleh : Ki Supriyoko Pada awal s/d pertengahan Mei nanti pemerintah
Lebih terperinciSurat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 20 September YANG SALAH DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA Oleh : Ki Supriyoko
Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 20 September 1990 YANG SALAH DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA Oleh : Ki Supriyoko Tiga kali berpartisipasi dan tiga kali pula tidak sanggup berprestasi.
Lebih terperinciBAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai
BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha/dunia industri maupun sebagai wiraswasta. Peraturan Pemerintah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu lembaga Pendidikan tingkat menengah, diselenggarakan untuk menghasilkan tamatan calon tenaga kelas kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus pembangunan yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, rasional, cerdas, kreatif, dan siap menghadapi
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MELALUI KERJA SAMA DENGAN DU/DI
OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MELALUI KERJA SAMA DENGAN DU/DI Oleh: Drs. Widarto, M.Pd. Dosen Fakultas Teknik UNY Yogyakarta A. Pendahuluan Sekolah Menengah
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi: 22 November 1991
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi: 22 November 1991 SKEMA DEMOGRAFIS PENDUDUK DIY Oleh : Ki Supriyoko Mayoritas atau sebagian besar penduduk pedesaan di Daerah Istimewa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas ini diupayakan melalui sektor pendidikan baik pendidikan sekolah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi, upaya pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu keharusan agar dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan
Lebih terperinciSTANDAR KERJASAMA SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
STANDAR KERJASAMA SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO SPMI-UNW SM 01 22 UNGARAN Standar Kerjasama Sistem Penjaminan Mutu Internal Universitas Ngudi Waluyo SPMI-UNW SM 01 22 Revisi
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT SISWA KELAS IX SMP PGRI TAMBUN SELATAN MELANJUTKAN STUDI KE SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
40 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Siswa Kelas IX SMP PGRI Tambun Selatan...Menengah Kejuruan FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT SISWA KELAS IX SMP PGRI TAMBUN SELATAN MELANJUTKAN STUDI KE SEKOLAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan diharapkan dapat membawa bangsa Indonesia yang. bermartabat dan mencapai kemajuan. Hal tersebut dilakukan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang menentukan keberlangsungan kehidupan bangsa yang beradap, berakhlak, dan berkarakter. Melalui pendidikan diharapkan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara di dunia internasional. Kecenderungan tersebut yang kemudian mendorong bangsa Indonesia
Lebih terperinci2017, No Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 t
No.1108, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Standar Balai Latihan Kerja. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR BALAI LATIHAN KERJA DENGAN
Lebih terperinciTEKNIK PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN
TEKNIK PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN ( Suatu Acuan ) O l e h : DR. SUPRIYOKO, M.PD ******************************************************** Paper Singkat dan Contoh Proposal Penelitian Disampaikan dalam
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Berdirinya Jurusan Sosiologi FISIP Unila
41 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Berdirinya Jurusan Sosiologi FISIP Unila Lampung terdiri dari beraneka macam suku dan budaya. Keanekaragaman suku dan budaya di daerah Lampung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan bermutu menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang kuat dan berwibawa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pendidikan ialah membentuk manusia untuk menjadi warga negara yang baik. Untuk itu, sekolah-sekolah diajarkan segala sesuatu kepada anak yang perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat luas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era yang ditandai dengan gencarnya inovasi teknologi, sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan
Lebih terperinciSERTIFIKASI PENDIDIK PERLU EVALUASI BERKALA. Oleh : Sukidjo Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta
SERTIFIKASI PENDIDIK PERLU EVALUASI BERKALA Oleh : Sukidjo Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta A. Latar Belakang Program Sertifikasi Dalam era global keberadaan sumber daya manusia (SDM) yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. era globalisasi dan industrialisasi dewasa ini menimbulkan banyak permasalahan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan bertambah pesatnya jumlah penduduk di Indonesia dalam era globalisasi dan industrialisasi dewasa ini menimbulkan banyak permasalahan, termasuk
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL SMK BERBASIS POTENSI UNGGULAN DAERAH DAN KEBUTUHAN MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA MENGELIMINASI CITRA SEKOLAH SECOND CHOICE
SMK BERBASIS POTENSI UNGGULAN DAERAH DAN KEBUTUHAN MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA MENGELIMINASI CITRA SEKOLAH SECOND CHOICE Andi Muhammad Irfan 1, Nurlaela 2, dan Sunardi 3 1,2,3 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciPENINGKA TAN PENYELENGGARAAN SL TP KETERAMPILAN. SUPRIYOKO Taman Siswa
Jurnal Ilmu Pendidikan Februari 1994, Jilid 1, Nomor 1, h. 44-52 PENINGKA TAN PENYELENGGARAAN SL TP KETERAMPILAN SUPRIYOKO Taman Siswa ABSTRACT. Many junior secondary dropouts and many junior secondary
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.261/MEN/XI/2004 TENTANG
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : KEP.261/MEN/XI/2004 TENTANG PERUSAHAAN YANG WAJIB MELAKSANAKAN PELATIHAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI,
Lebih terperinciRELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SMK DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA. Ricky Gunawan Jurusan Teknik Mesin FPTK UPI
RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SMK DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA. Ricky Gunawan Jurusan Teknik Mesin FPTK UPI Email: labtek_rtu@upi.edu Abstrak Penelitian sebelumnya oleh Budi Sulistiono (1998) menemukan bahwa
Lebih terperinciA. Analisis Situasi Analisis situasi bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai sekolah yang digunakan sebagai lokasi PPL meliputi kondisi fisik
BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dalam rangkaian KKN-PPL Terpadu merupakan keterpaduan dari dua matakuliah, yakni KKN dan PPL. PPL merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki kerjasama ekonomi negara-negara Asia Tenggara melalui kawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki kerjasama ekonomi negara-negara Asia Tenggara melalui kawasan perdagangan bebas asean (asean free trade area/afta) sejak tahun 2003 dan pasar bebas dunia tahun
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Gambaran Umum Sekolah SMA Negeri 13 Semarang terletak di Jl. Rowosemanding, Mijen-Semarang. SMA Negeri 13 Semarang berdiri pada 1 Juli 1985 berdasarkan
Lebih terperinciSTRUKTUR UMUR SERTA TINGKAT PENDIDIKAN PENGANGGUR BARU DAN TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA. Nugraha Setiawan
STRUKTUR UMUR SERTA TINGKAT PENDIDIKAN PENGANGGUR BARU DAN TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA Nugraha Setiawan PUSAT PENELITIAN KEPENDUDUKAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH
No.57/11/TH.XVIII, 5 November 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi dunia usaha dewasa ini semakin pesat dan selaras dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi dunia usaha dewasa ini semakin pesat dan selaras dengan kemajuan-kemajuan dunia perekonomian, membuat manajemen harus semakin jeli di dalam menentukan
Lebih terperinciSurat Kabar Harian WAWASAN, terbit di Semarang, Edisi 8 Maret MERINDUKAN JURNAL SEAMEC YANG BERWIBAWA Oleh: Ki Supriyoko
Surat Kabar Harian WAWASAN, terbit di Semarang, Edisi 8 Maret 1988 MERINDUKAN JURNAL SEAMEC YANG BERWIBAWA Oleh: Ki Supriyoko Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kita, Pprof Dr Fuad Hassan dalam konperensi
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 April TINJAUAN FILOSOFIS KONSEP CBSA Oleh : Ki Supriyoko
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 April 1988 TINJAUAN FILOSOFIS KONSEP CBSA Oleh : Ki Supriyoko Dalam hak pengembangan kemampuan anak didik maka setidak-tidaknya ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil makmur materiil dan spiritual yang merata di seluruh wilayah tanah air
Lebih terperinciMajalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Januari DARI RUUPN SAMPAI PERKELAHIAN PELAJAR Oleh : Ki Supriyoko
Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Januari 1989 DARI RUUPN SAMPAI PERKELAHIAN PELAJAR Oleh : Ki Supriyoko Sebagimana yang selalau terjadi jpada tahun-tahun sebelumnya maka perjalanan
Lebih terperinciHardiman. Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal Istri/Suami dan Tanggungan...
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL ISTRI/ SUAMI DAN TANGGUNGAN KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH PENDIDIKAN IPA PADA MAHASISWA PROGRAM PENYETARAAN D-II KELOMPOK BELAJAR KECAMATAN KARANG- MOJO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan. Pembangunan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas SDM. Dengan pendidikan diharapkan seseorang atau anak didik akan memperoleh berbagai
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA PENGGUNAAN BALAI LATIHAN KERJA OLEH SWASTA
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA PENGGUNAAN BALAI LATIHAN KERJA OLEH SWASTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa
Lebih terperinciTerm of Reference. Pengkaji Sistem Perencanaan dan Penganggaran Terpadu Program Riset IPTEK. I. Gambaran umum
Term of Reference Pengkaji Sistem Perencanaan dan Penganggaran Terpadu Program Riset IPTEK I. Gambaran umum Program Research and Innovation in Science and Technology Project atau RISET- Pro merupakan kerja
Lebih terperinciBab IV tampak belajar kelompok mempunyai tujuan, gram dan target yang jelas. Mahasiswa terlebih dahulu
BAB V PENEMUAN DAN DISKUSI Dari hasil analisis data yang dikemukakan dalam Bab IV tampak belajar kelompok mempunyai tujuan, pro gram dan target yang jelas. Mahasiswa terlebih dahulu merumuskan program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi seperti saat ini segala bentuk persaingan terjadi disegala bidang yang mewarnai dalam dunia kerja. Untuk dapat bertahan seseorang harus memiliki
Lebih terperinciMajalah Kampus Dua Bulanan UST PENDOPO, terbit di Yogyakarta. KOMPUTERISASI PERGURUAN TINGGI Oleh : Ki Supriyoko
Majalah Kampus Dua Bulanan UST PENDOPO, terbit di Yogyakarta KOMPUTERISASI PERGURUAN TINGGI Oleh : Ki Supriyoko Para pengguna komputer yang bereksperimentasi dan beraplikasi dengan program tulis-menulis,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 16 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG WAJIB BELAJAR MADRASAH DINIYAH DI KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa pemahaman masyakarat kian terbuka akan pentingnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan investasi penting bagi setiap orang. Tidak dapat dipungkiri bahwa pemahaman masyakarat kian terbuka akan pentingnya melanjutkan sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleksitas zaman. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu modal penting dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di tengahtengah kompleksitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu wahana untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala
Lebih terperinciLAHIRNYA PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH DI INDONESIA: SUATU FLASHBACK. H.A.R. Tilaar
LAHIRNYA PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH DI INDONESIA: SUATU FLASHBACK H.A.R. Tilaar Ketika masyarakat dan Bangsa Indonesia bangun kembali dari kemelut krisis politik dan ekonomi pada bagian kedua dekade
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur, seperti guru, sarana pembelajaran, aktivitas siswa, kurikulum dan faktor lain seperti
Lebih terperinciMajalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi April 2007
Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi April 2007 MENGEMBANGKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI)
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009
BADAN PUSAT STATISTIK No. 75/12/Th. XII, 1 Desember 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009 Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 113,83 juta orang, bertambah 90 ribu
Lebih terperinci1 of 5 11/19/2012 4:24 PM
1 of 5 11/19/2012 4:24 PM l Ketenagakerjaan Umum l Pelatihan dan Produktivitas l Penempatan Tenaga Kerja l Pengembangan dan Perluasan Kesempatan Kerja l l Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. Bagian kedua akan membahas mengenai tinjauan pustaka, hasil penelitian yang
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS Bagian kedua akan membahas mengenai tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis. Sebelum analisis kritis dan komparatif
Lebih terperinciPemuda Kurang Minat Dalam Pertanian
Pemuda Kurang Minat Dalam Pertanian Kata Pengantar Puji Syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah swt, atas kehendaknya-lah penulisan makalah ini dalam tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar dapat diselesaikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu hal ini sesuai dengan Penjelasan UUSPN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu (1) innovation and creativity (45%), (2) net working (25%), (3) technology
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Lingkungan strategi pendidikan telah terjadi perubahan yang sangat fundamental, terutama dilihat dari faktor penentu kemajuan suatu negara. Menurut hasil
Lebih terperinciSEKRETARIAT DAERAH Jl. Ki Gede Sebayu No. 12 Tegal Telp. (0283) Faks. (0283) Kode Pos 52123
PEMERINTAH KOTA TEGAL SEKRETARIAT DAERAH Jl. Ki Gede Sebayu No. 12 Tegal Telp. (0283) 355137 Faks. (0283) 353673 Kode Pos 52123 Tegal, 25 Januari 2011 Kepada Yth. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan titik berat pembangunan dalam memasuki era global. Era globalisasi dan pasar bebas tingkat AFTA dan AFLA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era industrialisasi, bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat semakin ketatnya persaingan
Lebih terperinciMIGRAN PEDAGANG MAKl LIMA
MIGRAN PEDAGANG MAKl LIMA Dl KOTA BOGOR (Studi Perbandingan Pedagang Suku Jawa, Snnda dan Minang ) Oleh AGUS PRIYANTO A 22.0510 JURUSAN ILMU - ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciPENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN
PENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN Oleh : Dyah Kusumawati*) Abstraksi Dewasa ini pembangunan kependudukan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk dan pengendalian laju pertumbuhan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MINAT MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII JURUSAN OTOMOTIF SMKN2 WONOSARI
HUBUNGAN ANTARA MINAT MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII JURUSAN OTOMOTIF SMKN2 WONOSARI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk
Lebih terperinciSurat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995
Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN KESEHATAN DI JAWA BARAT Oleh : Ki Supriyoko Salah satu survei kependudukan, KB, dan kesehatan yang
Lebih terperinci