Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 12 Desember 1987
|
|
- Suharto Darmali
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 12 Desember 1987 Menyambut Diskusi Ilmiah Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri: MENYEDERHANAKAN MODEL TESTING PERGURUAN TINGGI NEGERI Oleh : Ki Supriyoko Pengantar Redaksi Pagi ini Diskusi Ilmiah Masalah Seleksi Masuk Perguruan Tinggi yang diselenggarakan di Gedung Pertemuan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Tampil sebagai pembicara Drs. Subaroto (Kakanwil Depdikbud DIY), DR. Tohari Musnawar, Peserta dari PGRI Pusat (Jakarta), Prof. Ir. S Pramutadi, Prof. DR. Sumadi Suryabrata M.A.Ed.S, Prof. Drs. Sutrisno Hadi, M.A. (moderator). Tulisan ini dimaksudkan untuk menyambut peristiwa tersebut sekaligus urunan pendapat penulisnya. Kiranya tiada yang lebih indah bagi para pengurus dan pengelola perguruan tinggi kecuali memproduksi para lulusan atau hasil didik dengan kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan; lulusan yang kualitatif. Input, proses dan output adalah merupakan sebuah mekanisme akademik yang saling berkorelasi; dalam artian untuk dapat menghasilkan lulusan yang kualitatif maka persyaratan input dan proses harus dipenuhi lebih dulu. Kalau inputnya jelek, meski prosesnya baik maka lulusannya yang kualitatif tidak mungkin terwujud. Sebaliknya meski inputnya baik kalau prosesnya jelek maka jangan mengharapkan sebuah perguruan tinggi dapat menghasilkan lulusan yang kualitatif. Apalagi input dan prosesnya sama-sama jelek, maka lulusan yang dihasilkan patut dipertanyakan (untuk tidak mengatakan sebagai "sampah"). Proses dapat dianggap sebagai sebuah 'intervening variable' antara input dan output. Disatu pihak keberhasilan lulusan sangat tergantung pada proses, sementara itu pada pihak yang lain keberhasilan proses juga sangat tergantung pada input. Demikian strategisnya posisi input tersebut maka Perguruan Tinggi Negferi (PTN) di negara kita senantiasa berupaya menciptakan sistem seleksi yang efektif untuk menjaring peserta didik yang benar-benar berkualitas. Berbagai "Model"
2 2 Dalam sejarahnya PTN di negara kita sudah mencoba mengembangkan berbagai model atau pola seleksi masuk perguruan tinggi untuk menjaring calon mahasiswanya; mulai dari model yang klasik pada tingkat institusional sampai model yang berskala nasional. Pertama kali sistem penerimaan mahasiswa baru PTN menggunakan model "institusi"; dimana tiap lembaga yang akan menerima mahasiswa baru diberi kewenangan secara penuh untuk melaksanakan testing lengkap dengan kriteria kelulusannya. Menyusul kemudian ada semacam "asosiasi PTN" yang menggabungkan diri dalam kelompok SKALU; diantaranya adalah UGM, ITB, UI, dsb. Kelompok ini membuat aturan yang sama dalam penerimaan mahasiswa baru; diantaranya dalam hal kepanityaannya, jenis dan materi testingnya, dsb. PTN yang tergabung dalam kelompok SKALU ini dulu sering disebut-sebut sebagai "PTN Elite" di negeri ini, karena pada kenyataannya kelompok SKALU ini terdiri dari beberapa PTN terbaik di negara kita waktu itu. Setelah SKALU berlalu selanjutnya datanglah "era Proyek Perintis (PP)". Dalam "era Proyek Printis" ini ada pengelompokan perguruan tinggi; masingmasing adalah PP I s/d PP IV. PP I meliputi sepuluh perguruan tinggi UANIR, UGM, USU, ITB, dsb; untuk PP III meliputi UNS, UNCEN, UNLAM, dsb; PP IV meliputi IKIP Jakarta, IKIP Yogyakarta, IKIP Surabaya, dsb; sedangkan PP II berlaku untuk semua PTN yang disediakan khusus untuk pengembangan minat dan bakat. Kiranya perlu dicatat bahwasannya pada "era Proyek Perintis" ini mulai ada pemisahan yang tegas antara PTN kependidikan --yang tergabung dalam PP IV-- dengan PTN non-kependidikan --yang tergabung dalam PP I dan III--. Khusus untuk PP I, kelompok ini merupakan "jelmaan" dari kelompok SKALU terdahulu. Kelompok PP I, III dan IV ini melaksanakan testing tertulis dalam menjaring mahasiswa barunya dengan aturan main yang sama pada masing-masing kelompok. Sedangkan kelompok PP II khusus disediakan untuk pengembangan minat dan bakat calon melalui program Penelusuran Minat dan Bakat. Setelah era Proyek Printis ini berakhir barulah dikembangkan model Sipenmaru dan PMDK; dimana didalamnya tidak ditemui lagi adanya pengelompokan PTN, baik antara PTN kependidikan maupun non-kependidikan. Yang membedakan adalah pilihan calon mahasiswa. Perbedaan antara Sipenmaru dan PMDK ialah sbb: Sipenmaru memakai ujian tertulis dan setiap calon bebas menentukan pilihan jurusan untuk semua PTN di Indonesia (tentu saja ada aturan mainnya), sedangkan PMDK tidak menggunakan ujian tertulis karena khusus disediakan bagi pengembangan minat dan kemampuan. Beberapa waktu yang lalu sempat berkembang informasi bahwa seleksi masuk PTN model Sipenmaru akan segera diakhiri untuk selanjutnya akan dikembangkan
3 3 model baru (tapi klasik), ialah model "instituasi"; dimana masing-masing PTN akan diberi kebebasan untuk menentukan materi testing lengkap dengan krite-rianya menurut "selera" dari PTN yang bersangkutan. Kira-kira merupakan model klasik yang dimodifikasi. Sipenmaru Perlu Diganti Model seleksi masuk PTN yang paling akhir dikembangkan adalah Sipenmaru, seleksi penerimaan mahasiswa baru yang ber-skala nasional; dimana materi tesnya adalah sama untuk seluruh calon mahasiswa baru PTN di Indonesia (untuk program yang sejenis). Setelah model Sipenmaru digunakan berulangkali ternyata kemudian munculah beberapa kelemahan, tentunya tanpa mengura-ngi nilai kelebihannya. Kisahnya dimulai pada Sipenmaru 1985 dimana pada moment tersebut muncul satu kasus "misteri kursi kosong" (bagi program-program kependidikan) untuk yang pertama kalinya. Bagi IKIP dan lembaga pendidikan tinggi kependidikan lainnya pengalaman tersebut benar-benar pahit dan memprihatinkan. Ujian tulis Sipenmaru 1985 diikuti oleh kandidat untuk memperebutkan kursi kuliah yang tersebar pada 43 PTN di negara kita. Dengan demikian persaingan yang terjadi untuk memperebutkan kursi kuliah di PTN pada waktu itu adalah sangat tajam, karena rata-rata kursi kuliah diperebutkan oleh tujuh atau delapan calon. Tetapi setelah hasil Sipenmaru diumumkan dan saat her-registrasi dilaksanakan ternyata akhirnya dijumpai kursi kosong pada FKIP dan IKIP; artinya ditengahtengah persaingan yang tajam untuk memperebutkan kursi kuliah di perguruan tinggi ternyata masih ditemui ribuan kursi kuliah yang dipersiapkan untuk mahasiswa baru pada IKIP (dan FKIP) tidak terisi. Pengalaman Sipenmaru 1985 tersebut terulang lagi pada Sipenmaru 1986 yang lalu meskipun dalam proporsi yang lebih kecil. Kedua pengalaman tersebut diatas tentunya, tidak dapat dilepaskan dari model seleksinya itu sendiri, yang mana pada saat itu para kandidat diberi kebebasan untuk menentukan "pilihan"-nya pada bidang studi atau jurusan yang diingini. Dan ternyata program kependidikan banyak yang hanya dijadikan "ban serep". Kelemahan tersebut sesungguhnya telah diperbaiki pada Sipenmaru 1987, dengan adanya aturan "pilihan sejenis" bagi para kandidat; artinya bagi calon yang akan menimba ilmu di IKIP/FKIP maka program pendidikan membawa hasil dan "misteri kursi kosong" mulai bisa dipecahkan. Namun pada sisi yang terjadi peristiwa yang hampir lepas dari perhitungan, ialah tentang menurunnya peminat Sipenmaru itu sendiri.
4 4 Dari tahun ke tahun jumlah peserta seleksi masuk PTN senantiasa mengalami perkembangan jumlah yang pesat; tetapi pada Sipenmaru 1987 yang lalu jumlah pesertanya justru menurun dengan tajam. Penulis memiliki data tentang perkembangan jumlah peserta seleksi masuk PTN yang dapat diinformasikan sbb: pada tahun masih menggunakan model Proyek Perintis -- terdapat peserta tes, seterusnya yang diterima sebanyak peserta atau sekitar 11,5%. Hal ini berarti terdapat ratio antara yang diterima dengan jumlah peserta sekitar 1:8,5 (angka dibulatkan). Sementara itu jumlah peserta tes untuk tiga tahun berikutnya (1981, 1982 dan 1983) secara berturut-turut adalah ; dan calon. Pada tahun sudah memakai model Sipenmaru terdapat peserta seleksi dan diantaranya dinyatakan diterima sebagai mahasiswa baru pada berbagai PTN di negeri ini, termasuk Universitas Terbuka. Jadi, yang diterima di berbagai perguruan tinggi hanya sekitar 14,5% dari keseluruhan peserta seleksi. Periksa Tabel! Perhatikan, peserta seleksi tahun 1986 jumlahnya berlipat ganda menjadi orang, atau 462,63% dari jumlah peserta seleski enam tahun sebelumnya. Dari data empiris tersebut diatas secara matematis dapat diprediksi jumlah peserta seleksi untuk tahun 1987 sbb: selama enam tahun -- dari tahun 1980 sampai terjadi peningkatan peserta tes sebanyak orang ( dikurangi ). Dengan demikian pada setiap tahunnya rata-rata terjadi peningkat-an jumlah peserta orang. Jadi angka prediksi jumlah peserta seleksi untuk tahun 1987 yang dihasilkan adalah orang ( ditambah ). Kenyataannya berbicara lain. Sipenmaru 1987 "hanya" diikuti oleh orang. Angka ini bukan saja lebih kecil dari angka prediksi, akan tetapi juga lebih kecil dari jumlah peserta tahun-tahun sebelumnya. Keadaan tersebut diatas memberi isyarat tentang mulai adanya "penyakit kejenuhan" pada para calon terhadap model Sipenmaru. Apakah hal tersebut sekaligus mengisyaratkan perlu diakhirinya model Sipenmaru...?? Bisa jadi...!!! Sistem NEM Yang menjadi masalah sekarang adalah bagaimana menciptakan "alat saring" yang efektif; dari segi materi valid, dan dari segi biaya operasional efisien. Sebenarnya kita sudah memiliki "alat saring" yang bersifat nasional dengan validitas (khususnya content validity) yang sudah teruji. Alat yang dimaksud adalah materi Ebtanas untuk SMA, sekolah menengah atas. Seorang lulusan SMA yang akan meneruskan studinya ke PTN tidak perlu
5 5 dikenai testing masuk seperti model Sipenmaru, model Proyek Printis, dsb; akan tetapi cukup diidentifikasi Nilai Ebtanas Murni atau NEM-nya. Tentunya dengan mempertimbangkan bidang studi pilihan; bagi yang memilih bidang studi sosial di PTN maka nilai bidang studi sosial pada Ebtanas perlu mendapatkan porsi yang lebih, demikian juga halnya dengan mereka yang me- milih bidang studi non-sosial. Guna memberikan prioritas pada nilai bidang studi Ebtanas dalam kaitannya dengan relevansi pilihan bidang studi di PTN maka perlu diciptakan "formula" atau rumus khusus yang komponen-komponennya merupakan nilai-nilai bidang studi yang di Ebtanaskan. Bukan pekrjaan yang terlalu sulit untuk membuat rumus khusus ini. Jadi dasar perankingan para calon mahasiswa baru adalah bersumber pada rumus diatas yang "muara"-nya pada NEM itu sendiri. Pemakaian NEM sebagai "alat saring" calon yang akan masuk PTN kiranya cukup beralasan. Dari segi materinya, disamping validitasnya cukup terandalkan maka kadar representativitasnya juga lebih bisa dipercaya. Mengapa? Karena penyusunan materi soal-soal Ebtanas senantiasa berorientasi pada kurikulum SMA itu sendiri. Sedangkan dari segi finansial maka negara dapat menghemat beberapa milyar rupiah, karena pelaksanaan testing masuk praktis tidak ada. Yang ada adalah sistem seleksi berdasarkan NEM: "sistem NEM". Untuk saat-saat sekarang ini sistem NEM tersebut memang masih mempunyai kelemahan: karena kurikulum SMA selama ini kurang "sambung" dengan kurikulum perguran tinggi maka NEM tidak secara otomatis bisa merefleksikan "basic ability" yang diperlukan di perguruan tinggi nantinya. Akan tetapi disini justru muncul tantangan untuk "menyambung" kurikulum SMA dengan kurikulum perguruan tinggi; karena secara konsepsional lulusan SMA memang dipersiapkan untuk meneruskan studi di perguruan tinggi. Dalam pemikiran yang lebih jauh, dengan diberlakukannya sistem NEM ini maka motivasi belajar siswa SMA untuk menghadapi Ebtanas akan semakin tinggi. Kenapa..? Karena nilai Ebtanas yang mereka dapatkan tidak sekedar menentukan lulus dan tidaknya dalam belajar di sekolah menengah, akan tetapi juga menentukan lolos dan tidaknya masuk PTN. Dari berbagai kelebihan yang ada maka alternatif tersebut kiranya pantas mendapatkan perhatian yang selayaknya. Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah dengan sistem NEM tersebut lalu bagaimana dengan program PMDK, penelusuran minat dan kemampuan sebagaimana yang telah dikembangkan selama ini? Demi tercapainya "balance" akademik maka program ini tetap perlu dikembangkan. Kalau sistem NEM orientasinya pada kualitas (yang tersaring yang pandai-pandai
6 6 saja), maka program PMDK di samping berorientasi pada kualitas juga pada kuantitas; pemerataan. Dengan program PMDK maka para lulusan SMA yang kurang vafourite pun mempunyai kesempatan untuk meneruskan studi di PTN, termasuk SMA-SMA diluar pulau Jawa pada umumnya. Dengan demikian ada keseimbangan antara aspek kualitatif dengan aspek kuantitatifnya. Perlu dipertahankannya program PMDK juga dilandasi pertimbangan bahwa PMDK merupakan salah satu bentuk dispensasi akademik (academical dispensation) bagi siswa yang berprestasi. Selama ini program PMDK memberi reward kepada siswa SMTA yang berprestasi dalam bentuk dapat langsung masuk perguruan tinggi tanpa melalui jalur testing. Harapan pemerintah adalah minat dan prestasi yang dimilikinya dapat dikembangkan di perguruan tinggi. Sebuah kritik terhadap PMDK selama ini adalah belum ialah termasukkannya faktor inteligensi (IQ) kedalam kriteria PMDK.Selama ini PMDK baru mempertimbangkan prestasi, belum mempertimbangkan inteligensi. Secara teoritis prestasi mempunyai daya prediksi yang pendek, sedangkan inteligensi mempunyai daya prediksi yang panjang (baca: A Jensen, "Bias in Mental Testing", 1981). Dalam berbagai penelitian juga ditemukan konklusi bahwa inteligensi mempunyai korelasi yang positif dengan hasil belajar siswa. Itulah sebabnya program PMDK untuk masa-masa yang akan datang perlu mempertimbangkan inteligensi, disamping prestasi. Semoga urunan pendapat ini bermanfaat!!!!!
7 7 (angka dibulatkan)
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 17 November TIGA ISU MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 17 November 1987 TIGA ISU MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko ( Bagian Terakhir dari Dua Tulisan ) Berbeda dengan SMA yang
Lebih terperinciSurat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 17 Juli MISTERI RIBUAN KURSI KOSONG SMTP Oleh : Ki Supriyoko
Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 17 Juli 1990 MISTERI RIBUAN KURSI KOSONG SMTP Oleh : Ki Supriyoko Ironis! Itulah kata-kata yang paling tepat untuk melukiskan terjadinya kekosongan
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 9 Januari AKHIRNYA SIPENMARU HARUS TURUN TAHTA Oleh : Ki Supriyoko
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 9 Januari 1989 AKHIRNYA SIPENMARU HARUS TURUN TAHTA Oleh : Ki Supriyoko Kalau Direktur Perguruan Tinggi Depdikbud, Prof. Dr. Soekadji Ranoewihardjo
Lebih terperinciSurat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 3 Agustus 1988
Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 3 Agustus 1988 MENCERMATI FENOMENA LANGKA EKSAKTA TANTANGAN UNTUK DEPDIKBUD Oleh : Ki Supriyoko Dunia pendidikan kita dewasa ini nampaknya tengah
Lebih terperinciSurat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 3 Agustus KEGUNDAHAN MENUNGGU HASIL UMPTN Oleh : Ki Supriyoko
Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 3 Agustus 1990 KEGUNDAHAN MENUNGGU HASIL UMPTN Oleh : Ki Supriyoko Sebuah tradisi akademik yang terjadi pada setiap awal tahun ajaran baru di perguruan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian Korelasi Karakteristik Input Mahasiswa (Jalur
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Korelasi Karakteristik Input Mahasiswa (Jalur Masuk, Lokasi Asal SMA dan Sumber Dana) terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Program Pendidikan
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 20 Juli 1988
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 20 Juli 1988 ANALISIS POTENSI AKADEMIK YOGYAKARTA UNTUK MENYONGSONG WAJIB BELAJAR SMTP Oleh : Ki Supriyoko Pembicaraan tentang masalah
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 19 Juni 1986
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 19 Juni 1986 Tanggapan Atas Tanggapan Sdr. Ahmad Abu Hamid: STTB : ANTARA TARGET DAN KUALITAS Oleh : Ki Supriyoko Artikel saya yang termuat
Lebih terperinciPENDAFTARAN MAHASISWA BARU JALUR MANDIRI
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENDAFTARAN MAHASISWA BARU JALUR MANDIRI UNIVERSITAS RIAU Identitas Pembuatan Tanggal Terbit Edisi I : 4 Desember 2017 Tanggal Terbit Edisi II : - Status Revisi : 00
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi secara mandiri.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) PMDK adalah salah satu program penerimaan mahasiswa baru yang diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi secara mandiri. Sesuai dengan
Lebih terperinciSurat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 5 Februari SMP "SEMI TERBUKA" SEBUAH ALTERNATIF Oleh : Ki Supriyoko
Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 5 Februari 1988 SMP "SEMI TERBUKA" SEBUAH ALTERNATIF Oleh : Ki Supriyoko Ada dua macam pendekatan pendidikan yang tengah dilakukan oleh pemerintah
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 Mei 1983
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 Mei 1983 MEMILIH PERGURUAN TINGGI SWASTA PERLU PERHATIKAN SARANA, SISTEM, STATUS Oleh : Ki Supriyoko Para calon mahasiswa hendaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada persaingan global. Tantangan dan perkembangan pendidikan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang besar dalam kehidupan manusia serta membawa manusia kepada persaingan global. Tantangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 11 provinsi, keterlambatan paket soal, kekurangan lembar soal dan lembar jawaban,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujian Nasional (UN) telah memunculkan kontroversi yang berkepanjangan yang masih meninggalkan sejumlah persoalan dan pertanyaan yang menarik untuk dikaji. Kontroversi
Lebih terperinciUPAYA MEMBUAT KEBIJAKAN BIDANG AKADEMIK MELALUI ANALISIS HUBUNGAN PRESTASI DI TINGKAT SMU/SMK TERHADAP PRESTASI DI TINGKAT PERGURUAN TINGGI
UPAYA MEMBUAT KEBIJAKAN BIDANG AKADEMIK MELALUI ANALISIS HUBUNGAN PRESTASI DI TINGKAT SMU/SMK TERHADAP PRESTASI DI TINGKAT PERGURUAN TINGGI Mbayak Ginting 1), Eko Yuliawan 2) 1) Prodi Manajemen Informatika
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENDAFTARAN MAHASISWA BARU JALUR SELEKSI BERSAMA MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI (SBMPTN) UNIVERSITAS RIAU
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENDAFTARAN MAHASISWA BARU JALUR SELEKSI BERSAMA MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI () UNIVERSITAS RIAU Identitas Pembuatan Tanggal Terbit Edisi I : 4 Desember 2017 Tanggal
Lebih terperinciBAB I1 TINJAUAN PUSTAKA
BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA Sebaran Empirik Perbedaan yang mendasar antara sebaran teoritis dan sebaran empirik adalah bahwa sebaran empirik didasarkan pada data yang merupakan hasil pengamatan yang diperoleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Semenjak dibuka pada tahun ajaran 1993/1994, Program Studi D-III Statistika
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak dibuka pada tahun ajaran 1993/1994, Program Studi D-III Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara (FMIPA USU, telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berguna bagi kehidupan bangsa itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa dampak kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Agar
Lebih terperinciPENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU
PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU Oleh : Dwi Yunanto Abstrak Pendidikan di Indonesia pada umumnya di artikan sebagai sebuah proses untuk memanusiakan manusia, sebagaimana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting dalam mencerdaskan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada hakikatnya pendidikan merupakan suatu kesatuan proses terpadu dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Demi tercapainya kualitas hidup yang lebih baik di butuhkan upaya-upaya dari berbagai
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Salah satu tugas negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai mana telah tertulis di dalam Undang Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) 1945, maka
Lebih terperinciPelita V diusahakan untuk berubah ke laju peningkatan pemerataan rendah tapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan saat ini semakin tinggi, hal ini tentu terkait dengan tantangan abad ke-21 terhadap dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menjamin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Melalui pendidikan potensi seseorang akan berkembang dengan
Lebih terperinciSurat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 4 Oktober 1986
Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 4 Oktober 1986 DIKOTOMI SEKOLAH UMUM DAN KEJURUAN PERLU DIROMBAK Oleh : Ki Supriyoko Dalam sejarah pendidikan di negara kita terdapat sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Praktik Kerja Lapangan untuk selanjutnya disingkat PKL, adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan untuk selanjutnya disingkat PKL, adalah kesertaan mahasiswa secara nyata dan langsung dalam kegiatan kerja profesi pada suatu lembaga atau institusi
Lebih terperinciPENGARUH PROMOSI POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT BERBASIS SEMINAR MOTIVASI TERHADAP JUMLAH MAHASISWA BARU TAHUN 2016
JURNAL HUMANIORA TEKNOLOGI Vol. II No.I; Oktober 2016 PENGARUH PROMOSI POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT BERBASIS SEMINAR MOTIVASI TERHADAP JUMLAH MAHASISWA BARU TAHUN 2016 MUFRIDA ZEIN (1), ANTON KUSWOYO (2)
Lebih terperinciSurat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 20 September YANG SALAH DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA Oleh : Ki Supriyoko
Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 20 September 1990 YANG SALAH DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA Oleh : Ki Supriyoko Tiga kali berpartisipasi dan tiga kali pula tidak sanggup berprestasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. bangsa. Peran pendidikan adalah menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM)
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu wadah dalam meningkatkan kemajuan suatu bangsa. Peran pendidikan adalah menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menghadapi persaingan global.
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. hidayah-nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KARIR
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 50 METER DAN KELINCAHAN
HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 50 METER DAN KELINCAHAN LARI ZIG ZAG DENGAN KEMAMPUAN MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 2 POGALAN KABUPATEN
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang secara umum dianggap penting
BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang secara umum dianggap penting dalam kehidupan seseorang. Pendidikan sejatinya bisa didapat dari mana saja dan kapan saja; formal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, seorang siswa dihadapkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, seorang siswa dihadapkan pada pilihan untuk meneruskan ke jenjang pendidikan tinggi. Untuk menjamin pendidikan tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen merupakan langkah awal yang diharapkan perusahaan dalam proses pemasaran. Keputusan pembelian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 3 September 1985
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 3 September 1985 Menjelang Satu Tahun Universitas Terbuka: MENGHILANGKAN KESAN 'MAHASISWA SAMPINGAN' Oleh : Ki Supriyoko Sekitar satu tahun
Lebih terperinciTabloid Pelajar PELAJAR INDONESIA, terbit di Bandung, Edisi November 2002
Tabloid Pelajar PELAJAR INDONESIA, terbit di Bandung, Edisi November 2002 PRAKTEK MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) MENUJU KEMANDIRIAN SEKOLAH Oleh : Ki Supriyoko Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang diterjemahkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
7 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. SMK bersaing untuk mendapatkan institusi pilihan, perguruan tinggi pun
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Intensitas kompetisi saat ini untuk menjadi yang terbaik semakin tinggi, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. Setiap tahun, saat lulusan SMA dan SMK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perguruan tinggi merupakan unsur pendidikan bagi siswa setelah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan unsur pendidikan bagi siswa setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA). Memiliki pendidikan di perguruan tinggi merupakan hal penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling strategis guna mewujudkan tujuan institusional yang diemban oleh sebuah lembaga pendidikan,
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 6 Juni "MENDOBRAK" PINTU DUNIA INDUSTRI Oleh : Ki Supriyoko
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 6 Juni 1988 Tantangan Sekolah Kejuruan Kini: "MENDOBRAK" PINTU DUNIA INDUSTRI Oleh : Ki Supriyoko Ada suatu aktivitas akademik penelitian
Lebih terperinciRELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SMK DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA. Ricky Gunawan Jurusan Teknik Mesin FPTK UPI
RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SMK DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA. Ricky Gunawan Jurusan Teknik Mesin FPTK UPI Email: labtek_rtu@upi.edu Abstrak Penelitian sebelumnya oleh Budi Sulistiono (1998) menemukan bahwa
Lebih terperinciPeningkatan Kualitas Guru Melalui Pelatihan Pembuatan Tes Standar Pada Guru Biologi SMA Swasta Di Kabupaten Sukoharjo
Peningkatan Kualitas Guru Melalui Pelatihan Pembuatan Tes Standar Pada Guru Biologi SMA Swasta Di Kabupaten Sukoharjo Siti Akbari Fakultas Ilmu Pendidikan Program Biologi Universitas Veteran, Jl. Letjen
Lebih terperinciSambutan Rektor ITB pada Wisuda Lulusan ITB MEMANTAPKAN AKUNTABILITAS DAN MUTU ITB
Sambutan Rektor ITB pada Wisuda Lulusan ITB MEMANTAPKAN AKUNTABILITAS DAN MUTU ITB Sasana Budaya Ganesha, Kampus ITB, 11 November 2006 Yang terhormat, Pimpinan dan Anggota Majelis Wali Amanat, Pimpinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting untuk mendapatkan Sumber Daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting untuk mendapatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas untuk menjamin kelangsungan hidup dan kemajuan suatu bangsa.
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KOMPAS, terbit di Jakarta, Edisi 12 Januari 1987
Surat Kabar Harian KOMPAS, terbit di Jakarta, Edisi 12 Januari 1987 MENYELAMATKAN SEKOLAH KEJURUAN Oleh : Ki Supriyoko Salah satu tradisi pendidikan yang dipertahankan di negara kita sejak jaman kolonial
Lebih terperinciKATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
i KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Uji Kompetensi merupakan suatu bentuk penilaian berbasis kompetensi telah dicanangkan
Lebih terperinciPENGARUH MOTIVASI TERHADAP MINAT MAHASISWA AKUNTANSI DI UPN VETERAN JAWA TIMUR UNTUK MENGIKUTI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAk)
PENGARUH MOTIVASI TERHADAP MINAT MAHASISWA AKUNTANSI DI UPN VETERAN JAWA TIMUR UNTUK MENGIKUTI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAk) SKRIPSI Oleh: Aan Aprianto 0513010352/FE/EA Kepada FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial. Dari pengertian tersebut, dapat
Lebih terperinciPENGARUH NILAI TES MASUK DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IPS MAN 2 BANJARNEGARA
PENGARUH NILAI TES MASUK DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IPS MAN 2 BANJARNEGARA TAHUN AJARAN 2009 / 2010 SKRIPSI Disusun untuk memenuhi salah
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 10 Juli 1989
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 10 Juli 1989 MENUJU "RESEARCH UNIVERSITY" SEBAGAI PERGURUAN TINGGI DI MASA DEPAN Oleh : Ki Supriyoko Adalah Department of Electrical Engineering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didik. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian pendidikan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, bahkan pendidikan telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, bahkan pendidikan telah menjadi suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan itu sendiri merupakan
Lebih terperinciKAJIAN RELEVANSI LULUSAN JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI UNY TAHUN
LAPORAN HASIL PENELITIAN TRACER STUDY KAJIAN RELEVANSI LULUSAN JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI UNY TAHUN 2005 2009 Oleh: Prof. Drs. Soemantri Dr. Mukminan Suparmini, M.Si Muhammad Nursa ban, M.Pd JURUSAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciKata Kunci : Layanan Informasi Karir, Pemilihan Karir
PENGARUH LAYANAN INFORMASI KARIR TERHADAP PEMILIHAN KARIR (CAREER CHOICE) PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015-2016 Oleh : Ahmad Roni. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Lebih terperinciPENERAPAN LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN MENGELOLA ASESMEN PEMBELAJARAN BAGI MAHASISWA CALON GURU KIMIA
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013
Lebih terperinciVALIDITAS PREDIKTIF TES MASUK PADA STKIP MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
VALIDITAS PREDIKTIF TES MASUK PADA STKIP MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG Saikhoni Bimbingan dan Konseling, STKIP Muhammadiyah Pringsewu email: Dyanrakhma@yahoo.co.id Abstract The Quality of higher education
Lebih terperinciKEMAMPUAN AWAL, MINAT OLAHRAGA, DAN PRESTASI BELAJAR OLAHRAGA
KEMAMPUAN AWAL, MINAT OLAHRAGA, DAN PRESTASI BELAJAR OLAHRAGA Amrozi Khamidi Universitas Negeri Surabaya, Kampus Unesa Lidah Wetan Surabaya e-mail: amrozik110@gmail.com Abstract: Entry Behavior, Interest,
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memenuhi tuntutan tersebut. Salah satunya adalah mendidik tenaga-tenaga muda
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi, dengan Pola ilmiah Pokok yaitu Pengembangan Wilayah
Lebih terperinciVALIDITAS INSTRUMEN. Dalam teori tes klasik X = T + E
VALIDITAS DAN PENETAPAN MATERI-6 VALIDITAS INSTRUMEN Oleh : Amat Jaedun Pascasarjana UNY VALIDITAS Ketepatan Ketelitian Instrumen VALIDITAS Hasil Pengukuran VALIDITAS INSTRUMEN Validitas suatu tes adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembelajaran dalam suatu pendidikan. Dalam arti lain, penilaian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Evaluasi akademik merupakan penilaian terhadap pelaksanaan dan keberhasilan pembelajaran dalam suatu pendidikan. Dalam arti lain, penilaian akademik merupakan penghubung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak perubahan baru, yaitu persaingan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi membawa dampak perubahan baru, yaitu persaingan dalam bidang kerjasama berbagai produk. Barang jadi di pasaran merupakan produk dari hasil kerjasama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Ada banyak sekagli pekerjaan,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada keseharian, ada berbagai peran yang dijalani oleh individu, salah satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Ada banyak sekagli pekerjaan, tantangan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan metode pengembangan (research and development) dalam upaya menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas yang akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas yang akan berdampak pada keberhasilan pembangunan nasional. Pendidikan merupakan salah satu alat
Lebih terperinciTips Memilih Perguruan Tinggi
Tips Memilih Perguruan Tinggi Oleh: Ali Mahmudi. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Makalah Disampaikan Pada Seminar Tips Memilih Jurusan, Kembangkan Bakatmu, Tentukan Pilihanmu di SMA N 3 Klaten
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Dan BisnisProgramStudiAkuntansi
ANALISIS MUTU PELAYANAN PENDIDIKAN (STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
45 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor ketersediaan jaminan mutu oleh penyelenggara pendidikan. Peran pendidikan dalam membangun terciptanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan sekolah didirikan, kurikulum disusun dan guru diangkat serta sarana dan prasarana pendidikan diadakan semuanya untuk kepentingan siswa atau anak didik.
Lebih terperinciMENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2017 TENTANG PENERIMAAN MAHASISWA
Lebih terperinciPETUNJUK PENGISIAN FORMULIR DATA MAHASISWA UNPAR 2016
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR DATA MAHASISWA UNPAR 2016 Isilah dengan balpoin data yang diminta pada kotak-kotak atau bagian yang digaris, yang tersedia dengan huruf cetak, atau dengan angka; Lingkarilah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak faktor penentu keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan pada pendidikan anak TK (PAUD), disekolah terdapat dua faktor yang paling berperan dan sangat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. prestasi yang telah mereka raih selama menjalani proses pendidikan, apa saja
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menjalankan perannya di dunia pendidikan Perguruan Tinggi, mahasiswa pada umumnya dihadapkan pada pemikiran tentang seberapa besar prestasi yang telah mereka raih
Lebih terperinciPENGELOMPOKAN MAHASISWA BERDASARKAN NILAI UJIAN NASIONAL DAN IPK MENGGUNAKAN METODE K-MEANS
PENGELOMPOKAN MAHASISWA BERDASARKAN NILAI UJIAN NASIONAL DAN IPK MENGGUNAKAN METODE K-MEANS Hartatik STMIK Amikom Manajemen Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta Jl. Ringroad Utara, Condong Catur, Depok,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Arus modal yang keluar masuk, hingga melampaui batas-batas negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus modal yang keluar masuk, hingga melampaui batas-batas negara menjadikan pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai salah satu faktor yang penting untuk diperhatikan.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA AGILITY DENGAN KEMAMPUAN DRIBBLING PADA PERMAINAN BOLA BASKET SISWA KELAS XI SMKN 1 MA ARIF JATIREJO MOJOKERTO SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA AGILITY DENGAN KEMAMPUAN DRIBBLING PADA PERMAINAN BOLA BASKET SISWA KELAS XI SMKN 1 MA ARIF JATIREJO MOJOKERTO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan menjadi tempat peneliti melakukan penelitian yaitu di SMK 45 (Jalan Barulaksana No 186 Jayagiri Kab. Bandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. PISA atau Program for International Student Assessment yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PISA atau Program for International Student Assessment yang diselenggarakan oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) adalah sebuah program internasional
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan penelitian. Berdasarkan
BAB III METODE PENELITIAN Metode dalam sebuah penelitian dapat diartikan sebagai suatu cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan penelitian. Berdasarkan buku pedoman penulisan karya
Lebih terperinciVALIDITAS (KESAHIHAN)
VALIDITAS (KESAHIHAN) 1. Pengertian Validitas Pertanyaan-pertanyaan yang paling utama yang harus diajukan terhadap suatu prosedur pengukuran adalah: sampai di manakah validitasnya? Dalam hal ini harus
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2012:3) Metode penelitian pada dasarnya merupakan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Rancangan Penelitian Menurut Sugiyono (2012:3) Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Lebih terperinciSISTEM EVALUASI PEMBELAJARAN PAI (KE-3) PROGRAM PASCA SARJANA STAIN SALATIGA
SISTEM EVALUASI PEMBELAJARAN PAI (KE-) PROGRAM PASCA SARJANA STAIN SALATIGA /0/0 CONTOH PERHITUNGAN NORMA ABSOLUT SKALA 00 DENGAN Z SKOR b. Menggunakan Z skor Z X M SD X = nilai yang diperoleh siswa tertentu
Lebih terperinci2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U
No.132, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Kedokteran. Akademik. Profesi. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5434) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sarana mencapai salah satu tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat butir ketiga yaitu
Lebih terperinciKomponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem.
KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dunia pendidikan Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang memprihatinkan baik dilihat dari sudut pandang internal berhubungan dengan pembangunan bangsa maupun dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, dan menggunakan langkah-langkah
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Maksudnya kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara
Lebih terperinciUNIVERSITAS AIRLANGGA
UNIVERSITAS AIRLANGGA Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031) 5914042, 5914043, 5912546, 5912564 Fax (031) 5981841 Website : http://www.unair.ac.id ; e-mail : rektor@unair.ac.id SALINAN PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Daya Tampung dan Peminat Kedkteran Gigi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu indikator utama dalam mengukur kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu negara. Semakin baik sistem pendidikan suatu negara, maka kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini, menuntut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini, menuntut manusia untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam mengikuti setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Guna meningkatkan mutu pembelajaran dan pendidikan di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Guna meningkatkan mutu pembelajaran dan pendidikan di Indonesia, pemerintah telah meluncurkan berbagai kebijakan, salah satunya yang saat ini sedang hangat dibicarakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara memecahkan persoalan dalam penelitian ilmiah tidaknya suatu penelitian sangat tergantung pada metodologi yang digunakan (Sumadi Suryabrata, 000:
Lebih terperinciKONTRIBUSI PEMANFAATAN WAKTU BELAJAR, INTENSITAS KUNJUNGAN PERPUSTAKAAN, DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X
KONTRIBUSI PEMANFAATAN WAKTU BELAJAR, INTENSITAS KUNJUNGAN PERPUSTAKAAN, DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SKRIPSI Oleh : DIDIK KURNIAWAN K 4302014 FAKULTAS KEGURUAN
Lebih terperinciANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (Studi Kasus di PT. Arnott s Indonesia) BADAI F
ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (Studi Kasus di PT. Arnott s Indonesia) Oleh : BADAI F34103062 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PERNYATAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia semakin bertambah setiap tahunnya. Data Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa penduduk Indonesia hingga tahun 2016 yaitu sebanyak 255.461.700 jiwa.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan data serta bagaimana penelitian di lapangan.
41 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah metode kerja yang dilakukan dalam penelitian, termasuk alat-alat apa yang digunakan untuk mengukur kemampuan mengumpulkan data
Lebih terperinci