Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995
|
|
- Suryadi Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN KESEHATAN DI JAWA BARAT Oleh : Ki Supriyoko Salah satu survei kependudukan, KB, dan kesehatan yang paling bergengsi di Indonesia dalam beberapa tahun yang terakhir ini adalah Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) atau yang oleh pakar dan praktisi kependudukan dan kesehatan biasa disebut dengan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Di negara kita survei seperti itu sudah dilaksanakan selama tiga kali; masingmasing ialah pada tahun 1987 disebut Survei Prevalensi Kontrasepsi Indonesia (SPI- 1987), tahun 1991 disebut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI-1991), dan terakhir tahun 1994 disebut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI- 1994). Jadi SDKI-1994 adalah survei bergengsi yang paling aktual; survei ini pengambilan datanya sudah dilakukan antara bulan Juli s/d November 1994 akan tetapi analisis dan laporan akhirnya sampai sekarang masih dalam proses penyelesaian. Apabila ditilik dari banyaknya sampel maka SDKI-1994 termasuk survei yang 'besar'; survei ini melibatkan puluhan ribu rumah tangga dan wanita (pernah) kawin yang ada dan berdomisili di seluruh wila-yah Nusantara. Konkritnya, sampel survei ini mencapai rumah tangga dan wanita Indonesia. Tujuan SDKI-1994 antara lain untuk menganalisis data mengenai kelahiran dan kematian, keluarga berencana (KB) serta kesehatan bayi dan anak dalam upaya pengefektivan program dan kebijakan kependudukan dan kesehatan di Indonesia. Baik secara konsep maupun secara teknis-operasional survei tersebut dilakukan dengan cara "keroyokan" antara Kantor Menteri Negara Kependudukan, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Departemen Kesehatan dan Biro Pusat Statistik (BPS). Di luar empat lembaga tersebut masih terdapat beberapa lembaga internasional yang memberi subsidi dan kerja sama,antara lain United States Agency for International Development (USAID), World Bank, serta MACRO Internasional Inc.. Pada SDKI-1991 yang lalu masih ada lembaga lain yang juga melibatkan diri di dalam aktivitas operasi survei; adapun lembaga yang dimaksud ialah United Nations Fund for Population Activities (UNFPA) serta Institute for Resource Development (IRD).
2 2 Temuan Fertilitas Salah satu temuan menarik dalam SDKI-1994 adalah menyangkut adanya penurunan angka kelahiran total atau dikenal dengan istilah Total Fertility Rate (TFR). Salah satu ukuran keberhasilan pemba-ngunan kependudukan dan KB adalah pada angka TFR; makin rendah angka TFR artinya tingkat kelahiran dan laju pertumbuhan penduduk makin dapat dikendalikan; sebaliknya makin tinggi angka TFR artinya tingkat kelahiran dan laju pertumbuhan penduduk makin sulit dikendalikan. Oleh karena salah satu program besar kependudukan kita adalah pengendalian laju pertumbuhan penduduk maka penurunan angka TFR menjadi sangat berarti. Untuk angka TFR nasional dalam periode tiga tahun terakhir ini adalah 2,85; ini berarti bahwa wanita kawin (wanita yang sudah berstatus kawin) di negara kita rata-rata hanya melahirkan anak sebanyak 2,85 kali selama menjalani masa suburnya (15 s/d 49 tahun). Sementara itu TFR Jawa Barat sebesar 3,17; ini berarti bahwa wanita kawin di Jawa Barat rata-rata melahirkan anak sebanyak 3,17 kali selama menjalani masa subur atau masa reproduksinya. Kalau kita perhatikan angka-angka tersebut jelaslah bahwa prestasi kependudukan di Jawa Barat masih lebih rendah kalau dibanding dengan prestasi kependudukan nasional. Dalam hal ini bukan berarti bahwa pemerintah dan masyarakat Jawa Barat telah gagal dalam me-laksanakan pembangunan di bidang kependudukan dan KB akan tetapi harus diakui bahwa prestasi yang telah dicapai belum seperti yang di-harapkan. Pemerintah dan masyarakat Jawa Barat masih harus bekerja lebih keras lagi untuk mencapai prestasi yang diinginkan. Sebagai perbandingan dari SDKI-1994 juga diketahui bahwa TFR yang paling rendah dicapai Provinsi D.I. Yogyakarta dengan angka 1,79 dan yang paling tinggi Provinsi Timor Timur dengan angka 4,69; hal itu berarti bahwa wanita di Yogyakarta rata-rata hanya melahirkan sebanyak 1,79 kali selama menjalani masa reproduksinya, sementara itu wanita di Timor Timur rata-rata melahirkan 4,69 kali. Berapakah angka TFR yang ideal? Angka TFR yang ideal adalah 2,0. Dalam kondisi seperti ini akan tercipta situasi Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) atau ada yang menyatakan sebagai Penduduk Tanpa Pertumbuhan (PTP). Dalam kondisi seperti ini maka jumlah penduduk Indonesia cenderung stabil. Kalau TFR di atas 2,0 maka jumlah pen-duduk kita akan senantiasa bertambah banyak; sebaliknya kalau TFR di bawah 2,0 maka jumlah penduduk kita akan senantiasa berkurang. Kalau diikuti secara teliti ternyata penurunan TFR di Jawa Barat memang berjalan seiring dengan penurunan TFR nasional. Marilah kita ikuti perkembangan penurunan TFR di Jawa Barat dari tahun ke tahun atau dari periode ke periode semenjak tahun 1970 dibandingkan dengan kondisi nasional. Pada tahun 1970 angka TFR nasional kita 5,61, tahun 1975 turun menjadi 5,20, tahun 1979 menjadi 4,68, di tahun 1985 menjadi 4,06, di tahun 1987 menjadi 3,39, di tahun 1989 menjadi 3,31, tahun 1991 menjadi 3,02, dan tahun 1994 angkanya
3 3 turun lagi menjadi 2,85. Itu berarti selama sekitar 24 tahun terjadi penurunan angka TFR sebesar 2,76 atau 49,20 persen. Bagaimana di Jawa Barat? Pada tahun 1970 TFR di Jawa Barat 6,34, tahun 1975 turun menjadi 5,64, tahun 1979 menjadi 5,07, di tahun 1985 menjadi 4,31, tahun 1987 menjadi 3,60, tahun 1989 menjadi 3,47, tahun 1991 menjadi 3,37, dan akhirnya di tahun 1994 turun lagi menjadi 3,17.Hal itu berarti dalam periode yang sama terjadi penurunan angka TFR sebesar 3,17 atau 50,00 persen. Dari angka-angka tersebut jelaslah bahwa meskipun TFR di Jawa Barat sekarang masih tinggi akan tetapi laju penurunannya "setajam" laju penurunan TFR nasional. Bahwa dalam realitasnya TFR di Jawa Barat sekarang ini masih tinggi, keadaan itu disebabkan karena 'start value' di Jawa Barat memang tinggi. Dibanding Jawa dan Bali Di dalam pengembangan program kependudukan maka provinsi-provinsi di kawasan Pulau Jawa dan Bali sering dijadikan semacam standard kemajuan. Bagaimanakah kondisi Jawa Barat bila dibanding dengan kondisi di Jawa dan Bali pada umumnya dan provinsi-provinsi di Jawa dan Bali pada khususnya. Untuk bisa mencermati secara lebih tajam marilah kita perhatikan Tabel 1 berikut ini. Tabel 1: TOTAL FERTILITY RATE (TFR) MASING-MASING WILAYAH KHUSUSNYA KAWASAN PULAU JAWA DAN BALI PERIODE/TAHUN LAJU PENURUNAN WILAYAH ANGKA PERSEN DKI Jakarta 2,14 1,90 0,24 11,21 Jawa Barat 3,37 3,17 0,20 5,93 Jawa Tengah 2,85 2,77 0,08 2,81 D.I.Yogyakarta 2,04 1,79 0,25 12,25 Jawa Timur 2,13 2,22-0,09-4,22 B a l i 2,22 2,14 0,08 3,60 Jawa dan Bali 2,70 2,60 0,10 3,70 Indonesia 3,13 2,85 0,28 8,95 Sumber: BPS, BKKBN & Depkes, "Indonesia Demographic and Health Survey 1994 (Preliminary Report)"
4 4 Apabila kita bandingkan dengan keadaan di Jawa dan Bali pada umumnya dan di provinsi-provinsi lain kawasan Jawa dan Bali pada khususnya ternyata prestasi Jawa Barat masih berada di papan bawah; bahkan paling bawah. Pada survei tahun 1991, yang dikenal dengan SDKI-1991, yang lalu TFR di Jawa-Bali sudah ada pada angka 2,70; sedangkan angka untuk Jawa Barat masih bersikutat pada bilangan 3,37. Pada saat yang sama TFR untuk DKI Jakarta, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali masing-masing ialah 2,14, 2,85, 2,04, 2,13 dan 2,22. Dari deretan angka-angka ini nampak bahwa TFR Jawa Barat berada di papan bawah, bahkan yang paling bawah. Bagaimana kondisinya untuk saat ini? Berdasar hasil SDKI-1994 ternyata TFR untuk Jawa Barat menunjukkan angka 3,17 sedangkan TFR kawasan Jawa dan Bali pada umumnya sebesar 2,60. Sementara itu TFR pada provinsi-provinsi kawasan Jawa dan Bali, kecuali Jawa Tengah, bergerak antara 1,79 s/d 2,22. Jadi, jelas bahwa Jawa Barat masih jauh dari yang "terbaik". Akhirnya dari analisis tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dalam hal upaya pengaturan kelahiran dan pengendalian laju penduduk maka Jawa Barat masih memiliki angka TFR yang tinggi; meskipun apabila dilihat dari laju penurunan TFRnya ternyata berjalan seiring dengan kondisi nasional kita. TFR di Jawa Barat masih tinggi, meski bukan berarti jelek; dan keadaan ini mengisyaratkan pemerintah dan masyarakat Jawa Barat masih harus berjuang keras untuk mencapai prestasi kependudukan yang lebih baik lagi. Disiplin kependudukan, KB, dan kesehatan memang tiga bidang pembangunan nasional yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Keberhasilan Jawa Barat dalam mengendalikan laju per-tumbuhan penduduk meskipun belum sampai tahap yang ideal kiranya tidak terlepas dari suksesnya pembangunan di bidang KB dan bidang kesehatan masyarakat. Setidak-tidaknya ada tiga faktor yang mengendalikan laju pertum-buhan penduduk; masing-masing adalah angka kelahiran (fertility), angka kematian (mortality), dan perpindahan penduduk (migration). Secara demografis Jawa Barat termasuk provinsi ataupun wilayah yang mampu mengontrol perkembangan angka fertilitas, mortalitas dan migrasi secara proporsional, meski bukan berarti sempurna sama sekali. Proporsionalisasi seperti inilah yang membuat Jawa Barat bisa mencapai keberhasilan dalam upaya mengendalikan laju pertumbuhan penduduknya. Adapun implikasi atas proporsionalisasi dalam bidang kesehatan dapat dijelaskan sbb: secara matematis sebenarnya tingkat kematian (mortalitas) bayi dan anak yang setinggi mungkin otomatis dapat menghambat laju pertumbuhan penduduk, meskipun demikian secara demografis dan sosial hal ini tentu tidak dapat dipertanggung-jawabkan. Apalah artinya pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan kalau kesehatan masyarakat tidak terkontrol; penduduk banyak yang tidak sehat, bayi dan anak-anak
5 5 banyak yang sakit-sakitan, bahkan banyak pula yang meninggal dunia. Yang kita inginkan bersama adalah di satu sisi laju pertumbuhan penduduk tetap bisa dikendalikan, sementara itu di sisi lain kesehatan masyarakat terjamin adanya. Dan hal ini ternyata benar-benar bisa direalisasi oleh dan untuk masyarakat Jawa Barat. Kualitas Kesehatan Salah satu indikator kualitas kesehatan masyarakat adalah tingkat kematian bayi dan anak yang dapat dilihat pada tiga kriteria; masing-masing ialah tingkat kematian bayi atau Infant Mortality Rate (IMR), tingkat kematian anak atau Child Mortality Rate (CMR), dan tingkat kematian balita atau Under-five Mortality Rate (UMR). Dalam ilmu kesehatan masyarakat, istilah bayi dibatasi pada anak yang memasuki kehidupan dalam satu tahun pertama sejak kelahirannya; istilah anak dibatasi pada anak yang memasuki kehidupan sesudah satu tahun dan sebelum lima tahun sejak kelahirannya; sedangkan istilah balita atau bayi di bawah usia lima tahun adalah anak yang memasuki kehidupan dalam lima tahun pertama sejak kelahirannya. Dalam SDKI-1994 ditemukan IMR untuk Jawa Barat adalah 78,7 dalam periode lima tahun terakhir, yaitu dari pertengahan tahun 1989 s/d pertengahan tahun 1994; ini berarti bahwa dalam periode tersebut terdapat 78 atau 79 kematian dari setiap bayi lahir hidup di Provinsi Jawa Barat. Apabila kita cermati perkembangannya pada periode pertengahan tahun 1979 s/d 1984 tingkat kematian bayi menunjukkan angka 97,0; artinya pada periode tersebut terdapat 97 kematian dari setiap bayi lahir hidup. Ternyata angka ini naik menjadi 98,0 untuk periode pertengahan tahun 1984 s/d 1989; yang artinya dalam periode ini ter-jadi 98 kematian dari setiap bayi lahir hidup. Tingkat kematian bayi ini pun akhirnya turun menjadi 78,7 pada periode pertengahan tahun 1989 s/d 1994; ini berarti dalam periode ini terjadi 78 atau 79 kematian bayi dari setiap bayi lahir hidup. Dalam hal ini terlihat bahwa angkanya naik-turun berfluktuasi. Fluktuasi angka kematian bayi di Jawa Barat tersebut menunjukkan fenomena yang berbeda dengan gejala nasional. Untuk nasional angkanya tidak berfluktuasi akan tetapi senantiasa menurun dari waktu ke waktu; misalkan IMR untuk periode pertengahan tahun 1979 s/d 1984 angkanya 75,3, periode pertengahan tahun 1984 s/d 1989 turun menjadi 74,9, dan akhirnya untuk periode pertengahan tahun 1989 s/d 1994 turun lagi menjadi 57,0. Fluktuasi angka kematian ini untuk Jawa Barat juga berlaku untuk anak dan balita; yang dalam periode yang sama angkanya naik dulu kemudian turun. Di samping IMR, CMR, dan UMR sebenarnya ada dua indikator kesehatan lainnya yang juga sering dipakai untuk mengukur kualitas kesehatan masyarakat; kedua indikator yang dimaksud adalah tingkat kematian neonatum atau Neonatal Mortality Rate (NMR) dan tingkat kematian pasca neonatum atau Postneonatal Mortality Rate (PMR). Adapun istilah neonatum dibatasi pada anak yang memasuki kehidup-an dalam satu bulan pertama sejak kelahirannya; sementara itu pasca neonatum dibatasi pada anak yang memasuki kehidupan sesudah satu bulan dan
6 6 sebelum satu tahun sejak kelahirannya. Ternyata untuk dua kriteria ini pun angkanya juga berfluktuasi. Fluktuasi kematian bayi dan anak di Jawa Barat juga dapat dilihat pada perbandingan angka-angka kematian dalam kondisi yang berbeda; yaitu pada kondisi dilaksanakannya survei tahun 1987 (SPI-1987), survei tahun 1991 (SDKI-1991) dan survei tahun 1994 (SDKI-1994). Perhatikan Tabel 2 berikut ini! Tabel 2: TINGKAT KEMATIAN BAYI DAN ANAK PADA PROVINSI JAWA BARAT + TINGKAT KEMATIAN KONDISI BAYI ANAK BALITA Survei ,7 51,3 141,1 Survei ,9 53,3 164,0 Survei ,8 33,8 119, Sumber : SDKI-1994 Dari tabel tersebut terlihat bahwa tingkat kematian bayi juga ber-fluktuasi dari sebesar 94,7 (survei 1987), naik menjadi 116,9 (survei 1991) dan turun menjadi 88,8 (survei 1994) masing-masing untuk periode tiga tahun terakhir. Angka yang berfluktuasi tersebut ternyata berlaku pula untuk tingkat kematian bayi maupun tingkat kematian balita di Jawa Barat. Masih Tinggi Tingkat kematian bayi dan anak di Jawa Barat adalah masih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tingkat kematian bayi dan anak di wilayah Jawa dan Bali maupun secara nasional. Apabila IMR, CMR, UMR, NMR, dan PMR di Jawa Barat untuk periode sepuluh tahun terakhir angkanya ialah 88,8, 33,8, 119,6, 43,6, dan 45,3 maka untuk wilayah Jawa dan Bali secara berturut-turut angkanya adalah 66,5, 25,3, 90,1, 32,5 dan 33,9; sedangkan untuk tingkat nasional angkanya adalah 66,4, 28,3, 92,8, 32,5 dan 34,0. Dari angka-angka tersebut di atas tergambarkan lebih tingginya tingkat kematian bayi dan anak di Jawa Barat dibanding dengan tingkat kematian bayi dan anak di wilayah Jawa dan Bali maupun di Indonesia pada umumnya; misalnya saja
7 7 untuk tingkat kematian balita secara nasional angkanya masih 92,8 (selisih 26,4), untuk wilayah Jawa Bali angkanya 90,1 (selisih 29,5), dan untuk Jawa Barat relatif tinggi yaitu 119,6.Hal ini menunjukkan kualitas kesehatan masyarakat Jawa Barat belum lebih baik daripada kualitas kesehatan di wilayah Jawa dan Bali maupun di wilayah Indonesia pada umumnya. Apakah tingkat kematian bayi dan anak di Jawa Barat tersebut di atas paling tinggi di Indonesia? Tidak! Masih ada beberapa provinsi lain yang tingkat kematian bayi dan anaknya "mengungguli" Jawa Barat. Sebagai perbandingan untuk periode yang sama, sepuluh tahun terakhir, tingkat kematian bayi yang paling tinggi ialah Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 109,8; tingkat kematian anak yang paling tinggi adalah Provinsi Timor Timur sebesar 58,8; sedangkan tingkat kematian balita yang paling juga Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 159,5. Tingkat kematian bayi dan anak di Jawa Barat memang masih tinggi walaupun bukan yang tertinggi. Masih relatif tingginya tingkat kematian bayi dan anak di Jawa Barat tersebut antara lain disebabkan belum meratanya fasilitas kesehatan dan SDM-nya, terutama di daerah pedesaan. Di Jawa Barat sudah banyak ditemui fasilitas kesehatan seperti rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta, klinik, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta, puskesmas, dsb; namun penyebarannya yang belum merata. Sebenarnya di Jawa Barat juga sudah mempunyai SDM kesehatan yang potensial seperti dokter,bidan, bidan di desa (dansa), juru rawat, dsb; akan tetapi SDM kesehatan ini masih terlokalisasi di daerah perkotaan. SDM kesehatan ini di daerah pedesaan memang sudah ada, akan tetapi jumlahnya masih harus ditambah secara proporsional agar dapat memberikan pelayanan kesehatan secara proporsional pula. Semogalah hasil SDKI-1994 tersebut dapat memacu dan memicu para pengambil kebijakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan-nya kepada masyarakat; meningkatkan pelayanan dari yang sudah baik ke yang lebih baik lagi!!!***** ( habis ) BIODATA SINGKAT; *: DR. Ki Supriyoko, M.Pd *: Direktur Lembaga Studi Pembangunan Indonesia (LSPI); Konsultan BKKBN, serta Ketua Tim Peneliti KUD "KB-Kesehatan" Propinsi DIY kerja sama BKKBN, UNFPA dan LSPI Yogyakarta
Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia
Analisis Proyeksi Penduduk Jambi 2010-2035 Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 Perwakilan BKKBN Provinsi Jambi 2015 Analisis Proyeksi Penduduk Jambi 2010-2035 (Berdasarkan Proyeksi Penduduk
Lebih terperinciIndonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997
Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997 Laporan ditulis pada: December 30, 2014 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka
Lebih terperinciIndonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1991
Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1991 Laporan ditulis pada: December 30, 2014 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php
Lebih terperinciStudi Kependudukan - 1. Demografi formal. Konsep Dasar. Studi Kependudukan - 2. Pertumbuhan Penduduk. Demographic Balancing Equation
Demografi formal Pengumpulan dan analisis statistik atas data demografi Dilakukan ahli matematika dan statistika Contoh : jika jumlah perempuan usia subur (15-49) berubah, apa pengaruhnya pada tingkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Di tingkat
Lebih terperinciIndonesia - Survei Prevalansi Kontrasepsi Nasional 1987
Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Prevalansi Kontrasepsi Nasional 1987 Laporan ditulis pada: December 30, 2014 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php
Lebih terperinciDATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN
DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN 2007-2011 PUSAT DATA DAN INFORMASI DEPARTEMEN KESEHATAN RI JAKARTA 2009 KATA PENGANTAR Salah satu permasalahan yang dihadapi saat ini adalah belum ada kesepakatan
Lebih terperinciANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013
ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA i NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kependudukan telah menjadi perhatian pemerintah Indonesia sejak ditandatanganinya deklarasi mengenai kependudukan oleh para pemimpin dunia termasuk presiden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang
Lebih terperinciii Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 ISBN : No. Publikasi: 04000.1 Katalog BPS: Ukuran Buku: B5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai tahun 1970 telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai tahun 1970 telah meningkatkan angka prevalensi kontrasepsi (CPR) di Indonesia dari 26 persen tahun 1976 menjadi 62 persen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka laju pertumbuhan penduduk.
Lebih terperinciHASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035
HASIL PERTEMUAN PENDALAMAN TEKNIS DALAM PENETAPAN PARAMETER KEPENDUDUKAN PROPINSI BENGKULU TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035 I. Pendahuluan Laju pertumbuhan penduduk satu dasawarsa terakhir ini lebih tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia
Lebih terperinciUniversitas Gadjah Mada
Minggu ke 4 Determinan, Kondisi, Perkembangan Fertilitas di Indonesia Selama periode 1967-1999, tren fertilitas di Indonesia menunjukkan kecenderungan penurunan. Penurunan cepat terjadi selama periode
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi: 22 November 1991
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi: 22 November 1991 SKEMA DEMOGRAFIS PENDUDUK DIY Oleh : Ki Supriyoko Mayoritas atau sebagian besar penduduk pedesaan di Daerah Istimewa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia, tercatat saat ini jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa (menurut sensus 2010) dan laju
Lebih terperinciTingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situasi dan kondisi Indonesia dalam bidang kependudukan, kualitasnya saat ini masih sangat memprihatinkan. Hal ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan perhatian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja adalah periode perubahan fisik yang sangat monumental dimana terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu secara seksual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluarga berkualitas di antaranya melalui program keluarga berencana. Program
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya pemerintah untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas di antaranya melalui program keluarga berencana. Program yang digencarkan sejak
Lebih terperinciSEKILAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU KURUN WAKTU 1980 SAMPAI DENGAN 2003
SEKILAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU KURUN WAKTU 1980 SAMPAI DENGAN 2003 BAB I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Secara kuantitatif demografis Program KB Nasional mempunyai fungsi
Lebih terperinciPENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN 2035
PENETAPAN SEMENTARA PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 200 SAMPAI DENGAN 2035 I. Pendahuluan Perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa tahun 2012 kematian bayi di bawah usia 5 tahun mencapai 6,6 juta jiwa atau hampir 18.000 orang setiap hari.
Lebih terperinciIndonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007
Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 Laporan ditulis pada: December 30, 2014 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dari tiga perempat penduduk dunia bertempat tinggal di negara-negara sedang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk di dunia saat ini sudah mencapai tujuh miliar dan diperkirakan akan melonjak menjadi sembilan miliar pada tahun 2035. Lebih dari tiga perempat penduduk
Lebih terperinciIndonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012
Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 Laporan ditulis pada: December 30, 2014 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php
Lebih terperinciSURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2017
SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2017 Mariet Tetty Nuryetty Badan Pusat Statistik Forum Informatika Kesehatan Indonesia ke 5 Mercure Hotel Surabaya, 9 November 2017 SDKI? salah satu survei sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan merupakan basis utama dan fokus dari segala persoalan pembangunan. Hampir semua kegiatan pembangunan baik yang bersifat sektoral maupun lintas sektor terarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penurunan fertilitas (kelahiran) di Indonesia selama dua dekade
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penurunan fertilitas (kelahiran) di Indonesia selama dua dekade terakhir dinilai sebagai prestasi yang sangat baik. Pada tahun 1971-an Total Fertility Rate (TFR)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi Indonesia di bidang kependudukan. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati oleh 191 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk dicapai pada tahun 2015 (WHO, 2013).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian terhadap penduduk terutama jumlah, struktur dan pertumbuhan dari waktu ke waktu selalu berubah. Pada zaman Yunani dan Romawi kuno aspek jumlah penduduk sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang terjadi merupakan suatu permasalahan yang dihadapi Indonesia, maka diperlukan perhatian serta penanganan yang sungguh sungguh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai target Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penurunan angka kematian ibu di Indonesia per 100.000 kelahiran bayi hidup masih terlalu lamban untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistika, 2012). Berdasarkan gambar 1.1 terjadi peningkatan jumlah penduduk
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk merupakan kenaikan jumlah penduduk dari periode tertentu di suatu daerah, akibat jumlah kelahiran semakin yang meningkat (Badan Pusat Statistika,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat menjadi masalah yang membutuhkan perhatian serius dalam proses pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor ekonomi dan faktor non ekonomi dimana salah satunya adalah faktor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi dimana salah satunya adalah faktor kependudukan (Jhingan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan termasuk pembangunan dibidang kesehatan harus didasarkan pada dinamika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat dalam tingkat jumlah penduduk terbesar di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup cepat. Berdasarkan penelitian Noya, dkk. (2009), penduduk Indonesia pada tahun 1971 berjumlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Program Keluarga Berencana (KB) Nasional yang dicanangkan sejak tahun 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah besar di negara ini. Diketahui, pada 2012, Angka Kematian Ibu (AKI)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesakitan dan kematian Ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar di negara ini. Diketahui, pada 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survey Dasar Kesehatan
Lebih terperinci(S.5) SIMULASI PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA DENGAN ASUMSI TFR NAIK DAN TURUN Yayat Karyana
(S.5) SIMULASI PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA DENGAN ASUMSI TFR NAIK DAN TURUN Yayat Karyana Jurusan Statistika FMIPA UNISBA E-mail : yayatkaryana@gmail.com ABSTRAK Berdasarkan hasil Sensus Penduduk dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kependudukan, atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk adalah subyek dan obyek
Lebih terperinciRINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT
RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 merupakan survey yang berskala Nasional, sehingga untuk menganalisa tingkat propinsi perlu dilakukan suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) merupakan bagian program pembangunan nasional di Indonesia yang sudah dimulai sejak masa awal pembangunan lima tahun (1969) yang bertujuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) berpotensi meningkatkan status kesehatan wanita dan menyelamatkan kehidupannya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memungkinkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Padahal sumber data penduduk yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Para pemakai data kependudukan, khususnya para perencana, pengambil kebijaksanaan, dan peneliti sangat membutuhkan data penduduk yang berkesinambungan dari tahun ke
Lebih terperinciURUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA
4.1.12 URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA 4.1.12.1 KONDISI UMUM Pembangunan Kependudukan tidak lagi dipahami sebagai usaha untuk mempengaruhi pola dan arah demografi saja, akan tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi wilayah atau regional merupakan salah satu bagian penting daripada pembangunan nasional, dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah kependudukan merupakan masalah yang terus mendapatkan perhatian pemerintah dan lembaga terkait. Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka wewenang pemerintahan dari Pemerintah Pusat diserahkan kepada daerah otonom
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal tersebut menjadi perhatian khusus internasional mengingat risiko yang timbul akibat pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tidak lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selama ini diakui bahwa program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama ini diakui bahwa program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia merupakan contoh program yang paling berhasil di dunia. Meski begitu, ternyata laju pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. GBHN, bahwa penduduk merupakan modal dasar pembangunan yang potensial. kualitas sumber daya manusia yang baik pula.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aspek kesehatan memegang peranan yang sangat penting dalam membangun sumber daya manusia yang handal. Karena itu dalam pembangunan jangka panjang diperlukan
Lebih terperinciTIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)
TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010) BAB I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan
Lebih terperinciDATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN
DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN 2011-2014 PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI JAKARTA 2011 KATA PENGANTAR Dalam rangka pemantauan rencana aksi percepatan pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera. Untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 mengenai perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera. Pada Bab III pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa setiap penduduk
Lebih terperinciMenata Ulang Sistem Registrasi Penduduk di Indonesia Untuk Mendukung Program SDGs
Menata Ulang Sistem Registrasi Penduduk di Indonesia Untuk Mendukung Program SDGs Disampaikan Pada Seminar Lembaga Penelitian SMERU, Tanggal 2 Februari 2016 Prof. Dr. Irdam Ahmad, M.Stat Dosen Uhamka dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara berkembang yang memiliki banyak permasalahan penduduk, salah satunya adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Berdasarkan hasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciIndonesia Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia Survei Demografi dan Kesehatan 2002-2003 Konferensi tingkat tinggi untuk indikator anak, Indonesia 2002-2003 Angka kematian balita Angka kematian bayi Angka kematian ibu Penggunaan sumber air
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah penduduk mencapai 7.608.405 jiwa, sedangkan hasil sensus penduduk tahun 2000 mencatat jumlah
Lebih terperinciAmbon, 20 Mei Drs. Djufry Assegaff Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku. iii
KATA PENGANTAR Menyatukan persepsi atau pemahaman tentang penting dan strategisnya Program Kependudukan dan Keluarga Berencana bagi kesejahteraan dan kemajuaan daerah atau bangsa di masa depan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan baik pembangunan fisik maupun pembangunan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan disegala bidang termasuk didalamnya adalah pembangunan bidang kesehatan baik pembangunan fisik maupun pembangunan sumber daya manusia (SDM). Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikategorikan sebagai salah satu negara dengan tingkat kematian bayi yang tinggi (Grant, 1985., Soemantri dkk, 1987). Kondisi Angka Kematian Bayi (AKB) di
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jumlah penduduk di Provinsi Bali dari periode ke periode, selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 1971 jumlah penduduk
Lebih terperinciGAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)
GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007) I. Pendahuluan Propinsi Bengkulu telah berhasil melaksanakan Program Keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. posisi penting dan strategi terutama dalam penurunan AKI dan AKB. Bidan memberikan pelayanan kebidanan berkesinambungan dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategi terutama dalam penurunan AKI dan AKB. Bidan memberikan pelayanan kebidanan berkesinambungan
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI TENGAH
GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA SEMINAR SEHARI OPTIMALISASI PEMANFAATAN DATA SDKI 2007 DAN HASIL SENSUS 2010 PROVINSI SULAWESI TENGAH SABTU, 26 MARET 2011 ASSALAMU
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha menyejahterakan rakyat Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian UN-
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian UN- Deutsche Bank
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi. Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Penduduk ialah orang atau individu yang tinggal atau menetap pada suatu daerah tertentu dalam jangka waktu yang lama. Ada beberapa pengertian yang secara singkat perlu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung perkembangan dan pembangunan suatu negara baik dalam segi sosial, ekonomi, maupun budaya. Kesehatan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian merupakan barometer status kesehatan, terutama kematian ibu dan kematian bayi. Tingginya angka kematian tersebut menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak no. 4 di dunia, yaitu 249 juta jiwa. Di antara negara ASEAN, Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada generasi mendatang. Angka kematian ibu ( AKI ) merupakan salah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan ibu merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama, karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang. Angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan masalah utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini cukup tinggi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) berperan sangat besar terhadap pencapaian dua dari empat sasaran tersebut, yaitu menurunnya angka kematian bayi dan menurunnya
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kependudukan merupakan masalah yang cukup serius di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan merupakan masalah yang cukup serius di Indonesia, dengan jumlah penduduk yang cukup besar Indonesia tidak lantas memiliki kualitas sumber daya manusia
Lebih terperinciYang kami hormati: Assalamu alaikum wr wb; Selamat Pagi dan Salam Sejahtera, Oom swastiastu,
SAMBUTAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PADA PEMBUKAAN RAPAT KERJA NASIONAL PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA TAHUN 2013 Jakarta, 30 Januari 2013. Yang kami hormati:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan yang baik hanya akan bisa diwujudkan oleh penduduk yang berkualitas baik pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jumlah penduduk Indonesia, menempati posisi keempat terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan laju pertumbuhan yang relatif tinggi. Program KB merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam waktu 10 tahun. Jumlah penduduk dunia tumbuh begitu cepat, dahulu untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Kependudukan PBB (UNFPA), menyatakan bahwa jumlah penduduk dunia tahun 2010 telah mencapai 7 miliar jiwa atau bertambah 1 miliar jiwa hanya dalam waktu 10 tahun.
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperincimengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa
Lebih terperinci