Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 3 September 1985

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 3 September 1985"

Vera Lesmana
6 tahun lalu
Tontonan:

1 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 3 September 1985 Menjelang Satu Tahun Universitas Terbuka: MENGHILANGKAN KESAN 'MAHASISWA SAMPINGAN' Oleh : Ki Supriyoko Sekitar satu tahun yang lampau, tepatnya pada tgl 4 September 1984 dalam acara pembukaan Universitas Terbuka secara resmi, Presiden Soeharto menegaskan bahwa Universitas Terbuka adalah merupakan jawaban yang tepat untuk meratakan kesempatan memperoleh pendidikan tinggi dalam kondisi dan situasi kehidupan masyarakat dewasa ini, terutama karena wilayah kepulauan negeri ini yang sangat luas. Apa yang ditegaskan oleh bapak presiden kiranya sangat tepat dan relevan, mengingat tujuan utama pembukaan UT adalah meningkatkan daya tampung pendidikan tinggi sehingga kebutuhan lulusan pendidikan tinggi untuk pembangunan bangsa dan negara dapat dipenuhi. Latar belakang didirikannya UT adalah ditemuinya kenyataan bahwa setiap tahun jumlah permintaan untuk menjadi mahasiswa selalu lebih besar dari peningkatan daya tampung perguruan tinggi, sekalipun pemerintah bersama-sama dengan lembaga pendidikan swasta telah berusaha keras untuk meningkatkan daya tampung. Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar didunia memiliki sekitar pulau dengan jumlah penduduk 150 juta (kala itu). Dari jumlah tersebut 18 juta diantaranya berusia tahun, yaitu kelompok umur yang dapat mengikuti pendidikan tinggi. Sedangkan tingkat partisipasi pendidikan tinggi hingga pada akhir Pelita III adalah 5%. Disisi lain untuk Pelita IV penye- rapan sumber daya manusia memerlukan sekitar 8,2% dari kelompok umur tersebut yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi pada bidang-bidang tertentu. Muncullah sebuah alternatif inovatif yang cukup rasional dan konsepsional, Universitas Terbuka! Prinsip Kesetaraan

2 2 Pada prinsipnya antara UT dengan perguruan tinggi biasa (reguler) adalah sama dan setara, baik yang menyangkut eksistensi institusional, aktivitas akademis personalia maupun kewenangan "hasil didik"nya. Dari dimensi eksistensi institusional kiranya keberadaan UT tidak perlu diragukan lagi. Dari segi historis, kehadiran UT merupakan manifestasi dari keterpaduan aktivitas dan partisipasi dari berbagai pihak, misalnya PUS TEKKOMDIKBUD, Deppen (khususnya RRI dan TVRI), Dep Parpostel, ECDPI, dsb. Berbagai pemikiran dari para ahli juga dijadikan masukan, misalnya dari East West Center, AIBD Kuala Lumpur, University of Stanford, Syracuse University, KEDI Korea, British Open University, dsb. Sedangkan dari segi managerial, seperti halnya perguruan tinggi negeri (PTN) lainnya maka UT merupakan organisasi otonom yang berhak membuat kebijaksanaan dan peraturan tersendiri dalam proses pengelolaan akademis sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya berdasarkan aturan dan peraturan di lingkungan perguruan tinggi yang berlaku. Itulah sebabnya maka seluruh personalia yang terkait didalamnya antara lain; (pejabat struktural, tenaga administratif, dosen/tutor, mahasiswa dsb) dalam hal aktivitas akademis tidak akan dijumpai hal-hal yang berbeda secara prinsipiil. Yang menjadi perbedaan barangkali terletak pada komunikasi antar personalia. Kalau pada perguruan tinggi biasa/reguler maka personalianya terkumpul dalam satu "wadah" (kampus) yang memungkinkan komunikasi langsung dan aktivitas kelompok lebih mudah tercipta, berbeda dengan UT yang personalia (terutama mahasiswa)-nya terpencar. Dalam hal kewenangan "hasil didik" juga berlaku prinsip kesamaan dan kesetaraan antara UT dengan perguruan tinggi reguler. Antara lulusan UT serta perguruan tinggi reguler akan memiliki ijazah yang sama sesuai dengan program yang ditempuh, disertai interpretasi dengan ijazah yang sama tentu keduanya memiliki kesempatan dan kewenangan yang sama. Kelebihan UT Sesuatu yang eksist dengan segala spesifikasi karakteristiknya tentu memiliki segala kekurangan dan kelebihan, demikian pula dengan UT yang eksist dengan segala karakteristiknya. Dengan "prinsip keterbukaannya" maka UT paling tidak mempunyai dua kelebihan yang tidak dijumpai dalam perguruan tinggi reguler. Pertama. Pada dasarnya UT tidak mengadakan seleksi masuk bagi lulusan SMTA yang ingin menjadi mahasiswa, jadi semua dapat langsung diterima. Kalau pada tahun pertama dan kedua masih diselenggarakan testing masuk semata-mata

3 3 keterbatasan daya tampung UT sendiri dan fasilitas yang dapat disediakannya. Diharapkan pada tahun yang keempat nanti UT tidak perlu lagi mengadakan testing bagi calon mahasiswanya. Kedua. Pada dasarnya penyelesaian program tidak dibatasi oleh waktu sehingga setiap mahasiswa dapat mengira-ira kemampuannya untuk menentukan strategi lama waktu belajar. Dalam perguruan tinggi reguler tidak demikian, misalnya untuk bisa menyelesaikan program S1 (Strata Satu) ditentukan waktu tempuhnya antara 4-7 tahun, atau 8-14 semester. Hal ini sangat menguntungkan mahasiswa yang kemampuannya sedang dan tidak tinggi, serta mahasiswa yang padat acara/kegiatan. Program yang dibuka UT sementara ini adalah program D I, D II, D III, Sarjana dan Akta V. Khusus untuk program sarjana disediakan dua pilihan, ialah "program biasa" serta "program utama". Untuk dapat meraih sarjana "program biasa" maka seorang harus telah menyelesaikan 150 sks dan lulus ujian akhir, sedang untuk "program utama" disamping telah menyelesaikan 150 sks masih harus lulus matakuliah Metodologi Penelitian 4 sks, membuat skripsi 6 sks, serta lulus ujian akhir. Proses penyelesaian studi mahasiswa hingga dapat meraih sarjana (S1) disajikan dalam flowchart berikut (bahan diambil dari "Mengenal Universitas Terbuka" oleh Tim Universitas Terbuka/ dilampirkan di hal:5--- Mahasiswa Sampingan Hal-hal yang bersifat prinsipiil, baik yang menyangkut eksistensi institusional, aktivitas akadenis personalia nampaknya belum banyak menemui masalah yang cukup berarti, namun yang kiranya perlu mendapat perhatian segera adalah hal-hal yang bersifat teknis operasional. Di Jakarta UT telah memiliki kantor pusat, dan di daerah-daerah mempunyai sejumlah UPBJJ dan Sanggar Belajar yang tersebar di seluruh Indonesia. Beberapa UPBJJ dan Sanggar Belajar sementara ini (atau untuk selanjutnya) adalah dititipkan pada lembaga-lembaga atau instansi-instansi lain, misal Universitas Negeri (reguler) yang ditunjuk, Kantor Kopertis Wilayah, Kantor Pos, dan sebagainya. Dilihat dari keterpaduan dan kerjasama antar lembaga dan instansi hal ini harus kita acungi "jempol", namun hal ini bukan berarti tanpa membawa dampak sampingan apapun. Pelayanan UT melalui Universitas Reguler menimbulkan kesan mahasiswa UT sebagai "mahasiswa sampingan". Lebih-lebih kalau diingat bahwa tenaga pengajar (dan pengelola) UT sebagian besar merupakan "pinjaman" dari Universitas Reguler. Ibarat sebuah penyakit, maka kesan akan terhadap "mahasiswa sampingan" ini

4 4 harus dicegah sedini mungkin. Cara-cara yang harus ditempuh adalah merintis berdirinya kantor atau unit pelayanan yang mandiri (sekalipun tidak dalam bentuk fisik yang luas), atau justru lebih mengintensifkan kerjasama antar lembaga dan instansi dalam hal operasional pelayanan justru agar kesan "sampingan" dapat dieliminir. Hal-hal yang menyangkut administratif serta akademispun harus ditingkatkan, misalnya merekrut tenaga dosen khusus untuk UT, demikian pula dengan tenaga administratifnya baik di pusat maupun di daerah. Pada prinsipnya kerjasama dan keterpaduan semua pihak harus selalu dipertahankan, baik yang menyangkut instansi, lembaga maupun personal, namun demikian kemandirian UT-pun harus eksist pula. Seiring dengan bertambahnya umur, semoga membawa pengalaman dan penyempurnaan!!!**** =============================================================

5 5 2. program utama

dokumen-dokumen yang mirip

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 Mei 1983

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 Mei 1983 MEMILIH PERGURUAN TINGGI SWASTA PERLU PERHATIKAN SARANA, SISTEM, STATUS Oleh : Ki Supriyoko Para calon mahasiswa hendaknya