Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 6 Juni "MENDOBRAK" PINTU DUNIA INDUSTRI Oleh : Ki Supriyoko

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 6 Juni "MENDOBRAK" PINTU DUNIA INDUSTRI Oleh : Ki Supriyoko"

Transkripsi

1 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 6 Juni 1988 Tantangan Sekolah Kejuruan Kini: "MENDOBRAK" PINTU DUNIA INDUSTRI Oleh : Ki Supriyoko Ada suatu aktivitas akademik penelitian kejuruan (vocational research) yang dilaksanakan di negeri India, yang hasilnya cukup menarik disimak dan dipresentasikan. Aktivitas ini bersifat "makro", yang menyangkut masalah kolaborasi antara lembaga pendidikan dengan lembaga ketenagakerjaan di negeri itu. Penelitian tersebut diorientasikan kepada seluruh politeknik, atau sekolah kejuruan "tinggi" di India. Salah satu temuan yang menarik dan sangat pantas dicatat adalah, sebanyak 69% dari politeknik-politeknik tersebut melaporkan, bahwa lembaga kejuruannya telah dihubungi oleh kalangan industri untuk "merekrut" para siswanya setelah lulus kelak (Bhat N.R. Indentification of Factors Facilitating and Constraining Industry Polytechnic Collaboration). Sebagai catatan, penelitian tersebut dapat terlaksana melalui sebuah proyek kerja sama, inter TTTI Education Research Project, yang dikoordinir oleh Dr. (Mrs) J. Indersan. Proyek merupakan salah satu bentuk kerja sama antar-ttti (Technical Teachers Training Institute) di India. Penelitian tersebut menjadi menarik karena adanya beberapa alasan. (1) penelitian kejuruan relatif jarang dilakukan; (2) berlangsung di negara yang "belum maju", namun sudah mampu menempatkan diri sebagai the best ten countries industri berat dunia; (3) hasilnya menunjukkan adanya perhatian yang tinggi dari kalangan industri terhadap masalah placement lulusan sekolah; (4) terciptanya "interdependensi" antara lembaga pendidikan dengan lembaga ketenagakerjaan, yang dalam prespektif panjang me- rupakan alternatif pemecahan masalah tenaga kerja. Pola kerja sama Pola kerja sama di antara sekolah kejuruan dengan dunia industri, sampai sekarang ini memang menjadi salah satu topik sentral bagi pengembangan sekolah

2 2 kejuruan di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Para civitas dan pengembang sekolah kejuruan, terutama para pengambil decision akademik, senantiasa berusaha mempertahankan dan meningkatkan kefektifan pola kerja samanya dengan kalangan industri. Keadaan tersebut tentunya bukan tanpa alasan sama sekali. Misi utama sekolah kejuruan adalah memproduksi tenaga kerja terampil dan terdidik (skilled worker) yang siap bekerja di lapangan, khususnya di dunia industri. Oleh karena itu keharmonisan hubungan dan kerja sama antara sekolah kejuruan dengan dunia industri, kemudian menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sistem pengembangan pendidikan kejuruan itu sendiri. Di berbagai negara telah terbukti, bahwa lembaga pendi-dikan kejuruan secara aktif telah berusaha menciptakan keharmonisan hubungan kerja dengan dunia industri, melalui pola kerja sama yang cukup efektif. Belanda misalnya, masih menerapkan double track school system, dengan mengembangkan sekolah kejuruan disamping sekolah umum, sebagaimana yang dikembangkan di negara kita. Sehu-bungan dengan ini telah diintensifkan program kerja sama antara sekolah dengan industri ke dalam paket kurikulumnya. Misalnya, seorang siswa sekolah menengah teknis, middelbare technische school, diwajibkan menempuh kegiatan "praktek industri" pada industri selama dua semester terakhir. Untuk melaksanakan program ini, banyak siswa yang dikirim ke industri, misalnya pabrik baja, bengkel otomotif, dan sebagai-nya. Tentu saja sebelumnya telah dilakukan "rembug" antara sekolah dengan pabrik atau bengkel yang ditunjuk. Dalam program ini, siswa diberi kesempatan untuk mempergunakan permesinan dan peralatan, guna mengaplikasikan ilmu dan keterampilannya; tentunya dalam batas "kontrol" industri. Bagi siswa yang menunjukkan prestasi, dedikasi, dan loyalitas tinggi dalam mengikuti program ini, mereka tidak jarang "dipesan" oleh industri untuk dapat bekerja di tempat tersebut setelah menyelesaikan studinya. Hal ini merupakan sala satu bentuk kerja sama yang sangat apik antara sekolah dengan dunia industri. Hubungan Konektif Apabila kita mau berbicara jujur, maka pola kerja sama antara sekolah kejuruan dengan dunia industri belum tercipta secara jelas; bahkan ada kecenderungan keduanya seperti masih berjalan sendiri-sendiri. Terlebih lagi secara khusus menyangkut masalah placement, sebagaimana diilustrasikan di India dan Belanda tersebut, memang belum terpola secara jelas di negeri kita. Jangankan lulusan sekolah kejuruan yang telah "dipesan" sebelumnya untuk bekerja di industri, sedangkan para lulusan sekolah kejuruan yang menganggur karena tidak mampu "menembus" dunia industri, juga cukup mudah untuk dicari.

3 3 Memang kita dapat berdebat atau menyajikan data "obyektif", bahwa ada pula lulusan politeknik di negeri kita, yang sebelumnya telah "dipesan" oleh dunia industri sebagaimana terjadi di India, tetapi penelitian kuantitatif tentang masalah ini kiranya perlu untuk segera dilaksanakan. Belum terciptanya pola kerja sama yang mantap dan jelas antara sekolah kejuruan dengan dunia industri, ternyata membawa dampak yang luas; salah satunya adalah menipisnya kesempatan kerja bagi lulusan sekolah kejuruan itu sendiri, dan lulusan yang sedianya dipersiapkan langsung untuk terjun ke lapangan kerja. Kita sering menemukan kenyataan yang "memilukan", dimana kesempatan kerja yang sedianya menjadi milik lulusan sekolah kejuruan, terpaksa "diserobot" oleh para lulusan sekolah umum, yang sama sekali tidak dipersiapkan untuk terjun langsung ke lapangan kerja. Tentu hal ini bersifat out of concept. Mengapa hal itu dapat terjadi? Karena dengan berbagai alasan, banyak pengguna tenaga kerja atau industri yang lebih senang menerima pekerja baru lulusan sekolah umum dari pada lulusan sekolah kejuruan. Pada bagian yang lain, sempitnya kesempatan kerja juga telah mengakibatkan persaingan yang tajam antara tenaga kerja, tanpa memandang kualifikasinya, untuk memperebutkan pos-pos kerja yang ada. Sebagai misal dapat ditampilkan data dokumentatif sebagai berikut: pada tahun 1986 secara nasional jumlah pelamar kerja yang mendaftarkan diri melalui Departemen tenaga Kerja (Depnaker) tercatat sebanyak orang, sedangkan yang berhasil ditempatkan hanya orang atau hanya sebesar 7,14 persen saja. Deretan angka tersebut di atas menunjukkan, betapa sempitnya kesempatan kerja dan tajamnya persaingan guna memperebutkan pos kerja di lapangan. Dalam keadaan seperti ini bukan mustahil, kalau hubungan konektif akan lebih berpengaruh dari pada hubungan konseptif. Implikasinya, para lulusan SMA yang mempunyai "koneksi" dapat saja "menyerobot" kesempatan kerja milik lulusan sekolah kejuruan. Saling Membantu Belum terciptanya pola kerja sama yang benar-benar mantap antara sekolah kejuruan dengan dunia industri di negeri kita dewasa ini, memang mempunyai kontribusi yang cukup dominan terhadap ketidakpastian nasib lulusan sekolah kejuruan itu sendiri. Berdasar kenyataan tersebut, maka sekolah kejuruan harus berani "mendobrak" pintu industri untuk menciptakan pola kerjasama yang mantap. Di berbagai negara pola kerja sama seperti tersebut diatas memang bukan merupakan hal yang baru, kecuali di India dan Belanda, seperti diilustrasikan di atas, bahkan Canada lebih intensif lagi dalam mengadakan kerja sama tersebut. Di negeri ini kerja samanya tidak hanya terbatas pada masalah placement, tetapi dengan

4 4 menerapkan konsep DACUM (Develop A Curriculum), maka sejak sekolah kejuruan menyusun kurikulum, kalangan industri sudah mulai terlibat. Pola kerja sama tersebut tentu saja bisa diaplikasikan dan dikembangkan di negeri kita. Barangkali satu pertanyaan kemudian muncul, apa sebenar-nya yang dapat disumbangkan oleh sekolah kejuruan terhadap dunia industri? Sebenarnya banyak hal yang bisa disumbangkan oleh sekolah kejuruan, antara lain menyangkut: (1) persediaan lulusan sebagai tenagakerja yang berkualitas dengan disiplin serta keterampilan yang sesuai dengan tuntutan industri; (2) menyediakan program-propgram "aplikasi teoretis" serta in service training bagi para pekerja; (3) penyediaan tenaga peneliti; dan (4) penyediaan program-program konsultasi untuk meningkatkan produktivitas in- dustri. Sebaliknya, dunia industri pun dapat menyumbangkan ber-bagai hal kepada sekolah, antara lain: (1) penempatan tenagakerja lulusan sekolah; (2) bantuan keuangan; (3) bantuan peralatan; (4) bantuan tenaga profesional untuk pengembangan kurikulum dan pengajaran; serta (5) bantuan informasi teknologi lapangan. Khusus yang menyangkut siswa sekolah kejuruan, dunia industri dapat memberikan sumbangannya yang berupa program kunjungan industri (industrial visit), program latihan terapan, program belajar dan bekerja (earn while you learn), bantuan finansial(schollarship, prizes), dan sebagainya. Jadi, sesungguhnya antara sekolah kejuruan dengan dunia industri harus ada saling membantu. Langkah awal Untuk merealisasi pola kerja sama antara sekolah kejuruan dengan dunia industri, hal ini dapat dimulai dengan "diwajibkan-nya" dunia industri milik pemerintah maupun swasta untuk membuka pintu selebar mungkin guna memberi kesempatan pada siswa sekolah kejuruan untuk memanfaatkan fasilitas yang ada. Di samping itu, dalam penerimaan pekerja baru, para lulus-an sekolah kejuruan hendaknya diberi prioritas, kalau perlu dunia industri tidak lagi menerima pekerja baru lulusan sekolah umum. Ini bukanlah sesuatu yang berlebihan, mengingat bahwa sebenarnya para lulusan sekolah umum sama sekali tidak dipersiapkan untuk terjun langsung ke dunia kerja, tetapi mereka dipersiapkan untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Pada sisi yang lain, sekolah kejuruan "diwajibkan" lebih selektif dalam meluluskan siswanya, kalau perlu standar atau kriteria kelulusan yang digunakan, terlebih dahulu telah "disetujui" oleh dunia industri. Apabila langkah awal ini dapat dimulai, maka dengan penuh optimisme pola kerja sama yang kian mantap antara sekolah keju-ruan dengan dunia industri, akan segera diwujudkan. Keadaan ini disamping akan membawa kemajuan bagi dunia

5 5 pendidikan, juga akan membawa kemajuan bagi duina ketenagakerjaan di negeri kita. Tentu saja hubungan yang benar-benar mesra antara Depdikbud dengan Depnaker, sangat diperlukan untuk mendukungnya!!! Drs. Supriyoko, M.Pd: Staf edukatif Jurusan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan FKIP Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 17 November TIGA ISU MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 17 November TIGA ISU MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 17 November 1987 TIGA ISU MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko ( Bagian Terakhir dari Dua Tulisan ) Berbeda dengan SMA yang

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KOMPAS, terbit di Jakarta, Edisi 12 Januari 1987

Surat Kabar Harian KOMPAS, terbit di Jakarta, Edisi 12 Januari 1987 Surat Kabar Harian KOMPAS, terbit di Jakarta, Edisi 12 Januari 1987 MENYELAMATKAN SEKOLAH KEJURUAN Oleh : Ki Supriyoko Salah satu tradisi pendidikan yang dipertahankan di negara kita sejak jaman kolonial

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 10 Juli 1989

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 10 Juli 1989 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 10 Juli 1989 MENUJU "RESEARCH UNIVERSITY" SEBAGAI PERGURUAN TINGGI DI MASA DEPAN Oleh : Ki Supriyoko Adalah Department of Electrical Engineering

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 4 Oktober 1986

Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 4 Oktober 1986 Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 4 Oktober 1986 DIKOTOMI SEKOLAH UMUM DAN KEJURUAN PERLU DIROMBAK Oleh : Ki Supriyoko Dalam sejarah pendidikan di negara kita terdapat sebuah

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 30 Agustus MEMBANGUN POLITEKNIK DI INDONESIA BAGIAN TIMUR Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 30 Agustus MEMBANGUN POLITEKNIK DI INDONESIA BAGIAN TIMUR Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 30 Agustus 1988 MEMBANGUN POLITEKNIK DI INDONESIA BAGIAN TIMUR Oleh : Ki Supriyoko Salah satu kompleksitas utama yang dihadapi oleh negara-negara

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 3 Agustus 1988

Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 3 Agustus 1988 Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 3 Agustus 1988 MENCERMATI FENOMENA LANGKA EKSAKTA TANTANGAN UNTUK DEPDIKBUD Oleh : Ki Supriyoko Dunia pendidikan kita dewasa ini nampaknya tengah

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 5 Februari SMP "SEMI TERBUKA" SEBUAH ALTERNATIF Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 5 Februari SMP SEMI TERBUKA SEBUAH ALTERNATIF Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 5 Februari 1988 SMP "SEMI TERBUKA" SEBUAH ALTERNATIF Oleh : Ki Supriyoko Ada dua macam pendekatan pendidikan yang tengah dilakukan oleh pemerintah

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 9 Januari AKHIRNYA SIPENMARU HARUS TURUN TAHTA Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 9 Januari AKHIRNYA SIPENMARU HARUS TURUN TAHTA Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 9 Januari 1989 AKHIRNYA SIPENMARU HARUS TURUN TAHTA Oleh : Ki Supriyoko Kalau Direktur Perguruan Tinggi Depdikbud, Prof. Dr. Soekadji Ranoewihardjo

Lebih terperinci

Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Mei 1990

Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Mei 1990 Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Mei 1990 PERAN SEKOLAH KEJURUAN MEMECAHKAN PROBLEMATIKA KETENAGAKERJAAN Oleh : Ki Supriyoko A. PENDAHULUAN: Salah satu tradisi kependidikan

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 20 Juli 1988

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 20 Juli 1988 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 20 Juli 1988 ANALISIS POTENSI AKADEMIK YOGYAKARTA UNTUK MENYONGSONG WAJIB BELAJAR SMTP Oleh : Ki Supriyoko Pembicaraan tentang masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang mengakibatkan banyak orang tidak mendapatkan kesempatan

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 Mei 1983

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 Mei 1983 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 Mei 1983 MEMILIH PERGURUAN TINGGI SWASTA PERLU PERHATIKAN SARANA, SISTEM, STATUS Oleh : Ki Supriyoko Para calon mahasiswa hendaknya

Lebih terperinci

RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SMK DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA. Ricky Gunawan Jurusan Teknik Mesin FPTK UPI

RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SMK DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA. Ricky Gunawan Jurusan Teknik Mesin FPTK UPI RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SMK DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA. Ricky Gunawan Jurusan Teknik Mesin FPTK UPI Email: labtek_rtu@upi.edu Abstrak Penelitian sebelumnya oleh Budi Sulistiono (1998) menemukan bahwa

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 17 Juli MISTERI RIBUAN KURSI KOSONG SMTP Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 17 Juli MISTERI RIBUAN KURSI KOSONG SMTP Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 17 Juli 1990 MISTERI RIBUAN KURSI KOSONG SMTP Oleh : Ki Supriyoko Ironis! Itulah kata-kata yang paling tepat untuk melukiskan terjadinya kekosongan

Lebih terperinci

2015 RELEVANSI MATA PELAJARAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPED A MOTOR SMK D ENGAN KOMPETENSI KERJA YANG D IBUTUHKAN D ALAM BID ANG SERVICE SEPED A MOTOR

2015 RELEVANSI MATA PELAJARAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPED A MOTOR SMK D ENGAN KOMPETENSI KERJA YANG D IBUTUHKAN D ALAM BID ANG SERVICE SEPED A MOTOR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, juga dapat menghasilkan SDM yang mampu menjadi ahli dan dapat bekerja dalam

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian WAWASAN, terbit di Semarang, Edisi 8 Maret MERINDUKAN JURNAL SEAMEC YANG BERWIBAWA Oleh: Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian WAWASAN, terbit di Semarang, Edisi 8 Maret MERINDUKAN JURNAL SEAMEC YANG BERWIBAWA Oleh: Ki Supriyoko Surat Kabar Harian WAWASAN, terbit di Semarang, Edisi 8 Maret 1988 MERINDUKAN JURNAL SEAMEC YANG BERWIBAWA Oleh: Ki Supriyoko Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kita, Pprof Dr Fuad Hassan dalam konperensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MELALUI KERJA SAMA DENGAN DU/DI

OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MELALUI KERJA SAMA DENGAN DU/DI OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MELALUI KERJA SAMA DENGAN DU/DI Oleh: Drs. Widarto, M.Pd. Dosen Fakultas Teknik UNY Yogyakarta A. Pendahuluan Sekolah Menengah

Lebih terperinci

PROPOSAL PENDIRIAN PROGRAM PENDIDIKAN SATU TAHUN (PPST) BIDANG TATANIAGA DAN PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN SATU TAHUN (PPST) BIDANG REKAYASA

PROPOSAL PENDIRIAN PROGRAM PENDIDIKAN SATU TAHUN (PPST) BIDANG TATANIAGA DAN PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN SATU TAHUN (PPST) BIDANG REKAYASA PROPOSAL PENDIRIAN PROGRAM PENDIDIKAN SATU TAHUN (PPST) BIDANG TATANIAGA DAN PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN SATU TAHUN (PPST) BIDANG REKAYASA POLITEKNIK NEGERI MEDAN 2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

Oleh : Pengaruh kreatifitas siswa dan prestasi belajar mata diklat produktif terhadap

Oleh : Pengaruh kreatifitas siswa dan prestasi belajar mata diklat produktif terhadap Pengaruh kreatifitas siswa dan prestasi belajar mata diklat produktif terhadap minat berwiraswasta siswa kelas II Rumpun Otomotif SMK Negeri 2 Surakarta Oleh : Adit Priyadi NIM. K2502017 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah proses pembentukan individu untuk menjadi manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa Pendidikan bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesepakatan untuk menjadi bagian dari MEA atau masyarakat ekonomi ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus perdagangan barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat pengangguran di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian Indonesia pada tahun ini diperkirakan akan mencapai 6,4% dan terus meningkat menjadi 6,6% pada tahun 2014, hal ini berdasarkan publikasi Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang mempunyai. dapat mengikuti perkembangan zaman yang terjadi dengan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang mempunyai. dapat mengikuti perkembangan zaman yang terjadi dengan cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sebagai salah satu lembaga pendidikan juga perlu diupayakan peningkatan kualitasnya agar mampu berkontribusi melahirkan tenaga

Lebih terperinci

Majalah Tiga Bulanan Depdikbud MAJALAH MAHASISWA, terbit di Jakarta

Majalah Tiga Bulanan Depdikbud MAJALAH MAHASISWA, terbit di Jakarta Majalah Tiga Bulanan Depdikbud MAJALAH MAHASISWA, terbit di Jakarta Tugas Perguruan Tinggi: KEMBANGKAN ABILITAS DAN PERSONALITAS UNTUK MEMBANGUN NEGARA DAN BANGSA Oleh : Ki Supriyoko Kemajuan suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia agar mampu mandiri, menjadi anggota masyarakat yang berdayaguna untuk ikut serta dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak. Jumlah penduduk di dunia pada tahun 2010 mencapai 6.868.638.152 jiwa

Lebih terperinci

BAB 1 P E N D A H U L U A N

BAB 1 P E N D A H U L U A N BAB 1 P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Undang-undang No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama dalam membantu siswa untuk membangun sikap positif dalam belajar, membangkitkan rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan fisik dalam kehidupan sosial; 3. Standar minimal pengetahuan dan keterampilan khusus dasar;

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan fisik dalam kehidupan sosial; 3. Standar minimal pengetahuan dan keterampilan khusus dasar; BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu (Wikipedia.com 23/05/2012). Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan agar peserta didik lebih siap bersaing dalam persaingan global nantinya. Usaha peningkatan pendidikan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap orang, terutama warga negara Indonesia memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang

Lebih terperinci

Mencermati Aspek Manajemen Madrasah

Mencermati Aspek Manajemen Madrasah Mencermati Aspek Manajemen Madrasah Perbincangan tentang madrasah sesungguhnya sudah banyak sekali dilakukan di berbagai tempat dan kesempatan berbeda-beda, tidak terkecuali menyangkut aspek manajemennya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu upaya dalam menyelaraskan kegiatan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu upaya dalam menyelaraskan kegiatan pendidikan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya dalam menyelaraskan kegiatan pendidikan adalah memberikan perhatian yang lebih kepada bidang pendidikan kejuruan yang diwujudkan dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat untuk menghadapi era globalisasi, bukan hanya masyarakat terpencil saja bahkan seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya sekolah yang kuat merupakan suatu kekuatan yang dapat menyatukan tujuan, menciptakan motivasi, komitmen dan loyalitas seluruh warga sekolah, serta memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) guna mendukung proses pembangunan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat luas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era yang ditandai dengan gencarnya inovasi teknologi, sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, SARANA PRASARANA, DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI KABUPATEN KARANGANYAR

KONTRIBUSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, SARANA PRASARANA, DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI KABUPATEN KARANGANYAR KONTRIBUSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, SARANA PRASARANA, DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI KABUPATEN KARANGANYAR TESIS Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk

Lebih terperinci

STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung)

STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung) STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung) INSTRUMEN PENELITIAN FUNDAMENTAL Tim Peneliti: Dr. Diding Nurdin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan tegnologi yang terus berkembang pesat sekarang ini akan membawa dampak kemajuan diberbagai bidang kehidupan, oleh karena itu pembangunan

Lebih terperinci

Majalah Kampus Dua Bulanan UST PENDOPO, terbit di Yogyakarta. KOMPUTERISASI PERGURUAN TINGGI Oleh : Ki Supriyoko

Majalah Kampus Dua Bulanan UST PENDOPO, terbit di Yogyakarta. KOMPUTERISASI PERGURUAN TINGGI Oleh : Ki Supriyoko Majalah Kampus Dua Bulanan UST PENDOPO, terbit di Yogyakarta KOMPUTERISASI PERGURUAN TINGGI Oleh : Ki Supriyoko Para pengguna komputer yang bereksperimentasi dan beraplikasi dengan program tulis-menulis,

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 12 Desember 1987

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 12 Desember 1987 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 12 Desember 1987 Menyambut Diskusi Ilmiah Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri: MENYEDERHANAKAN MODEL TESTING PERGURUAN TINGGI NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan meningkatkan pelayanan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Apalagi dengan adanya deregulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah sebagai satuan pendidikan dikatakan efektif apabila kepala sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah sebagai satuan pendidikan dikatakan efektif apabila kepala sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah sebagai satuan pendidikan dikatakan efektif apabila kepala sekolah yang memimpin sekolah tersebut memiliki kepemimpinan yang pas dan sesuai dengan keinginan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan formal, yang mempunyai tujuan mempersiapkan para siswanya untuk menjadi tenaga kerja tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pendidikan senantiasa menjadi bagian yang strategis dalam pencapaian kemajuan suatu bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

kompetensi tersebut karena guru merupakan orang terdepan yang secara langsung

kompetensi tersebut karena guru merupakan orang terdepan yang secara langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengembangan sumber daya manusia harus mendapat perhatian secara khusus dan sungguh-sungguh berdasarkan perencanaan sistematis dan rinci yang berorientasi ke masa depan.

Lebih terperinci

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) SEBAGAI UPAYA MEMASUKI DUNIA KERJA Oleh : Hernie Kumaat Dosen Jurusan PKK FT Unima Abstrak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia perguruan tinggi di Indonesia, maka sangatlah logis apabila. maupun jurnal intemasional. Hal ini merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. dunia perguruan tinggi di Indonesia, maka sangatlah logis apabila. maupun jurnal intemasional. Hal ini merupakan salah satu upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Perguruan Tinggi di Indonesia sudah semakin pesat. Berdasarkan data statistik terbaru yang dikeluarkan oleh Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal maupun pendidikan informal. jawab seperti pendidikan keluarga dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal maupun pendidikan informal. jawab seperti pendidikan keluarga dan lingkungan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sadar atau sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengembangkan sikap atau perilaku,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU Oleh : Dwi Yunanto Abstrak Pendidikan di Indonesia pada umumnya di artikan sebagai sebuah proses untuk memanusiakan manusia, sebagaimana

Lebih terperinci

PENTINGNYA PERAN SERTA ORANG TUA DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMK

PENTINGNYA PERAN SERTA ORANG TUA DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMK JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 43 PENTINGNYA PERAN SERTA ORANG TUA DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMK Oleh: Tugas Ali Gunadi SMK Negeri 3 Boyolangu Kabupaten Tulungagung Abstrak. Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan bermutu menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang kuat dan berwibawa,

Lebih terperinci

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. 1. Visi, Misi, Strategi dan Tujuan Universitas Dhyana Pura Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. Misi Bertolak dari visi tersebut, maka misi universitas adalah

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 19 Juni 1986

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 19 Juni 1986 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 19 Juni 1986 Tanggapan Atas Tanggapan Sdr. Ahmad Abu Hamid: STTB : ANTARA TARGET DAN KUALITAS Oleh : Ki Supriyoko Artikel saya yang termuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik dan banyak pula orang yang menganggur. Maka semakin dirasakan pentingnya dunia usaha. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 3 menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Usaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki, kompetisi global dan perdagangan bebas menuntut sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

Untuk itu, kami berpesan kepada para mahasiswa yang akan menjalani pendidikan selama tiga

Untuk itu, kami berpesan kepada para mahasiswa yang akan menjalani pendidikan selama tiga Contents Suhuindonesia.com Politeknik Industri Logam Morowali akan menjadi pusat inovasi teknologi dan pengembangan produk berbasis nikel. Sekolah tinggi vokasi yang pembangunannya difasilitasi oleh Kementerian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

Lebih terperinci

MENGEFEKTIFKAN PERAN MAHASISWA PESERTA PENGAJARAN MIKRO DALAM MENSUPERVISI PELAKSANAAN PENGAJARAN MIKRO

MENGEFEKTIFKAN PERAN MAHASISWA PESERTA PENGAJARAN MIKRO DALAM MENSUPERVISI PELAKSANAAN PENGAJARAN MIKRO 238 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, VVolume 21, Nomor 3, Mei 2013 MENGEFEKTIFKAN PERAN MAHASISWA PESERTA PENGAJARAN MIKRO DALAM MENSUPERVISI PELAKSANAAN PENGAJARAN MIKRO Sukaswanto Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya kompetisi antarnegara di dunia sebagai akibat. tumbuhnya era perdagangan bebas menyebabkan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya kompetisi antarnegara di dunia sebagai akibat. tumbuhnya era perdagangan bebas menyebabkan semakin meningkatnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Relakang Penelitian Berkembangnya kompetisi antarnegara di dunia sebagai akibat tumbuhnya era perdagangan bebas menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan terhadap kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada abad 21, perekonomian ditandai dengan globalisasi ekonomi dimana negaranegara didunia menjadi satu kekuatan pasar. Indonesia sebagai negara yang menempati

Lebih terperinci

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Hubungan antara kreativitas dan persepsi peluang kerja dengan minat berwirausaha pada siswa kelas XI SMK Batik 2 Surakarta tahun diklat 2006/2007 Oleh : Sri Admawati K7403187 BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

KECAKAPAN HIDUP ( LIFE SKILL )

KECAKAPAN HIDUP ( LIFE SKILL ) KECAKAPAN HIDUP ( LIFE SKILL ) HANDOUT MATA KULIAH : PERENCANAAN PEMBELAJARAN KIMIA (KI 502) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2007 KECAKAPAN HIDUP (LIFE

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 3 Agustus KEGUNDAHAN MENUNGGU HASIL UMPTN Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 3 Agustus KEGUNDAHAN MENUNGGU HASIL UMPTN Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 3 Agustus 1990 KEGUNDAHAN MENUNGGU HASIL UMPTN Oleh : Ki Supriyoko Sebuah tradisi akademik yang terjadi pada setiap awal tahun ajaran baru di perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu wahana untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan utama di dalam kehidupan saat ini. Hal ini terlihat dari persyaratan yang diajukan oleh mayoritas perusahaan dalam merekrut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis sesuai dengan perubahan masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat ini,

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali) ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali) TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mensukseskan pembangunan bangsa. Dalam rangka peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. mensukseskan pembangunan bangsa. Dalam rangka peningkatan kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan dewasa ini tengah mendapat sorotan yang sangat tajam berkaitan dengan tuntutan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah melakukan analisis data maka hasil penelitian yang dapat dirangkum oleh penulis antara lain:

BAB V PENUTUP. Setelah melakukan analisis data maka hasil penelitian yang dapat dirangkum oleh penulis antara lain: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan analisis data maka hasil penelitian yang dapat dirangkum oleh penulis antara lain: 1. Pelaksanaan kurikulum pendidikan usia dini yang dilaksanakan oleh TK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, kehidupan manusia semakin berkembang dan semakin majunya juga perkembangan teknologi yang diciptakan manusia, membuat pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan eksternal, seperti yang dikatakan Asep Mahfuds (2011:14), factor eksternal, guru

BAB I PENDAHULUAN. dan eksternal, seperti yang dikatakan Asep Mahfuds (2011:14), factor eksternal, guru 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Menghadapi era globalisasi, diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan ini terlebih dahulu dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) UPI. Lulusan JPTM FPTK UPI

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) UPI. Lulusan JPTM FPTK UPI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jurusan Pendidikan Teknik Mesin (JPTM) merupakan salah satu jurusan di Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) UPI. Lulusan JPTM FPTK UPI dipersiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan tenaga-tenaga terampil, disiplin, kreatif, produktif serta berkompeten di bidangnya masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh banyak pihak, baik dilakukan oleh pemerintah maupun

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh banyak pihak, baik dilakukan oleh pemerintah maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan oleh banyak pihak, baik dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Upaya-upaya tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan masyarakat. Berbagai macam seminar, diskusi, lokakarya, baik di

BAB I PENDAHULUAN. kalangan masyarakat. Berbagai macam seminar, diskusi, lokakarya, baik di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia sudah menjadi wacana umum di kalangan masyarakat. Berbagai macam seminar, diskusi, lokakarya, baik di kalangan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil makmur materiil dan spiritual yang merata di seluruh wilayah tanah air

Lebih terperinci

Tabloid Pelajar PELAJAR INDONESIA, terbit di Bandung, Edisi November 2002

Tabloid Pelajar PELAJAR INDONESIA, terbit di Bandung, Edisi November 2002 Tabloid Pelajar PELAJAR INDONESIA, terbit di Bandung, Edisi November 2002 PRAKTEK MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) MENUJU KEMANDIRIAN SEKOLAH Oleh : Ki Supriyoko Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV, maka pada bab V ini dapat penulis kemukakan beberapa kesimpulan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dewasa ini memiliki andil penting dalam kemajuan bangsa. Andil tersebut tentunya menuntun manusia sebagai pelaku pendidikan menuju peradaban yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, bab IV ayat 5 yang menyebutkan : Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, bab IV ayat 5 yang menyebutkan : Setiap warga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea 4 dinyatakan bahwa negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan tersebut, setiap warga

Lebih terperinci

Panduan Pembimbingan Akademik Program Studi Pendidikan Sejarah

Panduan Pembimbingan Akademik Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Muhammadiyah Metro Panduan Pembimbingan Akademik Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro 01 Tim Penyusun Panduan Pembimbingan Akademik Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 8 Maret 1986

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 8 Maret 1986 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 8 Maret 1986 KENAKALAN SISWA SMTA : MEDIA MASSA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH Oleh : Ki Supriyoko Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizkika Fitri, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizkika Fitri, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan segala potensi yang dimilikinya, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diharapkan dapat menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mudah terserap oleh dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan dengan persaingan. Era globalisasi cenderung membuat suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan dengan persaingan. Era globalisasi cenderung membuat suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan suatu perubahan atau keterbukaan di dalam kehidupan baik sektor ekonomi, sosial, budaya atau sektor politik yang dihadapkan dengan

Lebih terperinci

Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran Program Studi Magister Ekonomi Terapan

Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran Program Studi Magister Ekonomi Terapan Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran Program Studi Magister Ekonomi Terapan Pengelola Program Ketua Program Studi : Prof Dr Tati S Joesron, SE MS Sekretaris Bidang Akademik dan Kerjasama : Dr Budiono,

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian YOGYA POS, terbit di Yogyakarta Edisi 12 Oktober KEPENDUDUKAN DAN KEPENDIDIKAN ISLAM Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian YOGYA POS, terbit di Yogyakarta Edisi 12 Oktober KEPENDUDUKAN DAN KEPENDIDIKAN ISLAM Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian YOGYA POS, terbit di Yogyakarta Edisi 12 Oktober 1990 KEPENDUDUKAN DAN KEPENDIDIKAN ISLAM Oleh : Ki Supriyoko Mencermati dengan seksama terhadap gambaran besar tentang kependudukan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah bagian dari dunia pendidikan yang membuat program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah bagian dari dunia pendidikan yang membuat program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah bagian dari dunia pendidikan yang membuat program pembelajaran kepada siswa. Siswa dididik untuk mencapai tujuan pendidikan nasional seperti yang

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 April TINJAUAN FILOSOFIS KONSEP CBSA Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 April TINJAUAN FILOSOFIS KONSEP CBSA Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 April 1988 TINJAUAN FILOSOFIS KONSEP CBSA Oleh : Ki Supriyoko Dalam hak pengembangan kemampuan anak didik maka setidak-tidaknya ada

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian PUSARA, Edisi: Maret 1992

Surat Kabar Harian PUSARA, Edisi: Maret 1992 Surat Kabar Harian PUSARA, Edisi: Maret 1992 AKTUALISASI KUALITAS GURU SMTA ( Studi Kasus di DIY ) Oleh : Ki Supriyoko Tulisan tentang "Aktualisasi Peningkatan Kualitas Guru SMTA di Indonesia" ini disistematisasi

Lebih terperinci