Majalah FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi III Juli 2006
|
|
- Indra Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Majalah FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi III Juli 2006 PEMBIASAAN BERFIKIR KRITIS ANAK TAMAN KANAK-KANAK Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Ketika masih kuliah pada program doktor pertengahan tahun 90-an lalu dosen saya yang berkebangsaan Inggris, namanya Frank Barrow, sempat menjelaskan pengertian kreativitas (creativity) dan berbagai macam hal yang berkait dengan kreativitas itu, termasuk ciri-ciri orang yang kreatif (creative people). Saya pun masih ingat betul sampai sekarang, dari belasan ciri-ciri orang yang kreatif tersebut salah satunya adalah berfikir kritis (critical thinking). Artinya, apabila ada orang yang suka berfikir kritis hal itu memenuhi salah satu ciri dari orang yang kreatif; padahal keberhasilan seseorang dalam mengarungi bahtera kehidupan di dunia ini konon lebih ditentukan oleh kreativitas daripada tingkat kecerdasannya. Meskipun sampai sekarang saya ingat betul bahwa berfikir kritis itu bagian dari kreativitas, namun ternyata saya tidak ingat lagi apa pengertian operasional atas berfikir kritis tersebut. Masalahnya, sejak dulu pengertian operasional tentang berfikir kritis sangatlah beragam. Keberagaman penger-
2 2 tian operasional itulah yang menyebabkan diskusi tentang berfikir kritis masih sering dilakukan sampai sekarang; baik di perguruan tinggi, sekolah, maupun tempat-tempat diskusi yang lainnya. Pada tahun 2006 ini di Malaysia diselenggarakan Seminar Kebangsaan Pengajaran Bahasa Melayu 2006 dengan menghadirkan puluhan pembicara (pembentang) yang kebanyakan berasal dari universitas ternama di negeri jiran tersebut. Prof. Dr. Abdullah Hassan (UPSI), Prof. Madya Dr. Nor Hashimah Hashim (USM), Prof. Madya Dr. Ishak Ramly (USM), Dr. Zaitul Azma Zainon Hamzah (UPM), dsb. Dari 23 topik yang dibahas di dalam seminar tersebut ada topik yang langsung menjurus masalah berfikir kritis, yaitu Penyerapan Kemahiran Berfikir Kritis dan Kreatif dalam Kefahaman Bacaan Bahasa Melayu Murid Sekolah Rendah di Malaysia (topik 3). Meskipun berbagai seminar dan diskusi sudah sering dilakukan tetapi sampai kini keberagaman pengertian operasional tentang berfikir kritis masih tetap terjadi. B. INDIKATOR YANG SESUAI Biarlah keberagaman pengertian operasional tetap berlangsung; hal itu menandakan bahwa pengetahuan dan ilmu tentang berfikir kritis itu sendiri senantiasa tumbuh dan berkembang. Pengembangan pengetahuan dan ilmu tentang berfikir kritis lebih menjadi tanggung jawab para dosen dan peneliti di perguruan tinggi; sementara itu bagi para pendidik, orang tua, dan siapa saja yang terlibat secara langsung dalam pendidikan anak TK lebih berkepentingan pada cara membiasakan berfikir kritis pada anak-anak TK itu
3 3 sendiri. Indikator apa saja berfikir ktitis itu, bagaimana cara mengajarkan, dan bagaimana cara membiasakan kepada anak-anak TK, dsb. Ini semua merupakan bagian penting bagi praktisi pendidikan TK di Indonesia. Apabila kita membuka situs internet tentang Kemahiran Berfikir dan Startegi Berfikir dalam P&P Sains ( di sana diperoleh definisi tentang berfikir kritis. Dalam definisi tersebut disebutkan dalam Bahasa Melayu sbb: kemahiran berfikir kritis ialah kebolehan untuk menilai kemunasabahan sesuatu idea. Kemahiran yang perlu dikuasai oleh seseorang individu untuk meningkatkan pemikiran kritisnya ialah mencirikan, membandingkan dan membezakan, mengumpulkan dan mengelaskan, membuat urutan, menyusun mengikut keutamaan, menganalisis, mengesan kecondongan, menilai dan membuat kesimpulan. Menurut definisi tersebut di atas indikator berfikir kritis adalah sbb: (1) mengetahui karakter, (2) membandingkan dan membedakan, (3) menggabung dan memisah, (4) mengurutkan, (5) membuat prioritas, (6) membuat analisis, (7) melihat kecenderungan, (8) menilai, dan (9) menyimpulkan. Sudah barang tentu semua itu masih dilakukan dalam pikiran dan belum sampai pada tahap tindakan. Sementara itu kalau kita melihat situs internet lainnya tentang Kemahiran Berfikir Secara Kritis dan Kreatif ( di sana disebutkan dalam Bahasa Melayu sbb: perkataan kritik berasal daripada Bahasa Yunani Kritikos yang bermakna mampu menilai. Pada asalnya perkataan kritis dicipta untuk mengelak kesilapan, kekeliruan dan andaian-andaian yang salah. Secara umumnya kemahiran berfikir secara kritis ialah kecekapan dan keupayaan menggunakan minda untuk menilai
4 4 kemunasabahan dan kewajaran sesuatu idea, meneliti kebernasan dan kelemahan sesuatu hujah, dan membuat pertimbangan yang wajar dengan menggunakan alasan dan bukti. Selanjutnya dalam dokumen tersebut disebutkan indikator berfikir kritis sbb: (1) membandingkan dan membedakan, (2) membuat kategori, (3) meneliti secara detail, (4) menerangkan sebab, (5) membuat urutan, (6) menentukan sumber yang dipercaya, (7) membuat ramalan, (8) memeriksa kemungkinan, dan (9) membuat inferensi. Dalam hal ini pun tentunya masih dalam pikiran, artinya belum sampai pada tindakan. Berbagai indikator tersebut barangkali tidak salah, namun terlalu sulit apabila harus diimplementasikan pada anak TK. Oleh karena itu perlulah kiranya disusun indikator berfikir kritis yang sesuai dengan perkembangan kejiwaan anak TK itu sendiri. Adapun indikator yang dimaksud terdiri dari empat hal sebagai berikut. Pertama, menanyakan kekhasan. Sejauh mana kebiasaan anak menanyakan kekhasan dari benda-benda atau manusia tertentu; misalnya kursi itu terbuat dari apa, berapa lebar kursi, siapa yang membuat kursi, apa warna kulit orang Papua, apa warna rambut orang Kalimantan, dan sebagainya. Kedua, menanyakan perbedaan. Sejauh mana kebiasaan anak menanyakan perbedaan benda atau manusia satu dengan lainnya; misalnya lebih keras mana di antara kursi kayu dengan kursi besi, lebih gelap mana warna kulit orang Papua dengan Sumatera, dan sebagainya.
5 5 Ketiga, menanyakan urutan. Sejauh mana kebiasaan anak menanyakan urutan benda atau manusia tertentu; misalnya di antara pohon jati, pohon sengon dan pohon pisang mana urutan dari yang paling keras, di antara lima pulau besar di Indonesia mana urutan dari barat, dan sebagainya. Keempat, menanyakan sebab. Sejauh mana kebiasaan anak menanyakan sebab mengenai sesuatu menyangkut benda atau manusia tertentu; misalnya apa sebab pohon pisang jauh lebih mudah ditebang daripada pohon jati, apa sebab manusia harus bangun pagi hari, dan sebagainya. Di luar keempat indikator tersebut masih banyak indikator lain yang menunjukkan kemampuan berfikir kritis; namun untuk anak TK kiranya dengan keempat indikator tersebut sudah cukup karena memang sudah sesuai dengan tahap perkembangan kejiwaannya. Dengan keempat indikator tersebut sudah cukup digunakan untuk mengetahui seorang anak kemampuan berfikir kritisnya tinggi atau rendah. C. METODA PEMBIASAN Setelah mengetahui indikator berfikir kritis yang sesuai dengan tahap perkembangan anak TK masalah selanjutnya adalah bagaimana metoda atau cara pembiasaan berfikir kritis. Kalau ditelaah lebih mendalam, pembiasaan tersebut sebenarnya sama substansinya dengan melatih anak untuk berfikir kritis. Pembiasaan itu sama dengan berlatih secara berulang-ulang sehingga menjadi biasa; anak yang dibiasakan berfikir kritis sama artinya dengan dilatih secara berulang-
6 6 ulang. Dalam teori psikologi ada yang disebut naturalisasi (naturalization) yang maksudnya hampir sama dengan pembiasaan; yaitu mengerjakan halhal yang sulit tetapi menjadi mudah karena dilakukan secara berulang-ulang sampai menjadi biasa. Bagaimana membiasakan berfikir kritis pada anak TK? Hal ini tidaklah terlalu sulit asalkan guru bersungguh-sungguh dalam melakukannya; yaitu dengan menyajikan gambar, benda, atau apa pun yang mengandung perbedaan dan keanehan kepada siswa. Contoh konkretnya sbb: guru menyajikan satu gambar anjing dan satu gambar kucing yang dipasang di papan tulis. Kemudian menyilahkan anak untuk menanyakan apa yang ingin ditanyakan. Bagi anak yang mempunyai kemampuan berfikir kritis tentu akan mulai bertanya; apa saja warna kulit anjing (kekhasan), makan apa kucing itu (kekhasan), apakah anjing dan kucing sama-sama makan daging (perbedaan), banyak mana jumlah jari kaki anjing dengan kucing (perbedaan), mana yang badannya lebih besar antara anjing dengan kucing (urutan), cepat mana larinya anjing dengan kucing (urutan), mengapa anjing suka mengejar kucing (sebab), mengapa kucing takut pada anjing (sebab), dan sebagainya. Setelah memasang gambar anjing dan kucing, selanjutnya bisa saja guru memasang satu gambar anjing (misalnya jenis herder) dan satu lagi gambar anjing yang jenisnya berbeda (misalnya jenis pony). Pertanyaan dari anak-anak yang (diharapkan) muncul kira-kira sbb: apa jenis anjing pertama dan kedua (kekhasan), di mana jenis anjing itu dapat ditemukan (kekhasan), apakah kedua anjing tersebut makanannya sama (perbedaan), apakah kedua anjing tersebut benci dengan kucing (perbedaan), mana urutan yang lebih
7 7 besar badannya (urutan), mana yang lebih mahal harganya di antara kedua anjing tersebut (urutan), mengapa anjing herder lebih besar badannya daripada anjing pony (sebab), mengapa anjing herder sangat sedikit di tempat kita (sebab); dan sebagainya. Pada waktu yang lain sang guru dapat menyajikan benda-benda lainnya seperti benda yang berwarna-warni, tongkat yang besar dan yang kecil, meja belajar yang dipakai anak dan guru, ketegapan di antara dua atau tiga anak, warna baju yang dipakai anak, jenis sepatu yang dipakai anak, bentuk tanaman yang ada di halaman sekolah, dan masih banyak yang lainnya. Itu semua dengan catatan, yang disajikan kepada anak haruslah sesuai dengan perkembangan jiwa anak TK itu sendiri. Ini semua kalau dilakukan sudah merupakan pembiasaan berfikir kritis pada anak TK. D. PENUTUP Berfikir kritis bukanlah kegiatan yang statis dan hanya dimiliki oleh kaum dewasa saja akan tetapi merupakan kegiatan yang dinamis dan milik semua orang, baik orang tua, dewasa, remaja maupun anak-anak. Pembiasaan berfikir kritis pada anak TK sama halnya dengan melatih berfikir kritis secara berulang-ulang pada anak yang bersangkutan. Apabila pembiasaan ini bisa dilakukan di TK, ke depannya anak tersebut akan terbiasa berfikir kritis untuk mendorong pengembangan kreativitas yang bermanfaat bagi keberhasilan bahtera hidupnya!!!***** >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> Prof. Dr. H. Ki Supriyoko, M.Pd. adalah Ketua Majelis Luhur Tamansiswa, Pengasuh
8 8 Pesantren Ar-Raudhah Yogyakarta, dan Wakil Presiden Pan-Pacific Association of Private Education (PAPE) yang bermarkas di Tokyo, Jepang KAPASITAS: KATA (WORDS)
Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi Juli 2007
Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi Juli 2007 MENGEMBANGKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Kalau kita buka Oxford Advance Learner s
Lebih terperinciMajalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi April 2007
Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi April 2007 MENGEMBANGKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI)
Lebih terperinciKEMAHIRAN BERFIKIR SECARA KRITIS
KEMAHIRAN BERFIKIR SECARA KRITIS Definisi : kecekapan dan keupayaan menggunakan minda untuk menilai kemunasabahan atau kewajaran sesuatu idea, meneliti kebernasan, kebaikan dan kelemahan sesuatu hujah,
Lebih terperinciA. PENGANTAR. MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SOSIAL PADA GURU INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko
MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SOSIAL PADA GURU INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Kalau dikumpulkan terdapat belasan bahkan puluhan pengertian atau pun definisi kompetensi. Kalau kita buka Oxford Advance
Lebih terperinciDETERMINAN MUTU PENDIDIKAN DASAR DI INDONESIA. Oleh : Ki Supriyoko
DETERMINAN MUTU PENDIDIKAN DASAR DI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Faktor atau determinan apa saja yang berpengaruh terhadap mutu pendidikan dasar, utamanya SD, di Indonesia? Sejauhmanakah
Lebih terperinciHHHC9501 KEMAHIRAN PEMIKIRAN KRITIKAL, PENYELESAIAN MASALAH DAN PENDEKATAN SEMESTER 1 SESI 2014/2015 SET 4 TUGASAN 1:
HHHC9501 KEMAHIRAN PEMIKIRAN KRITIKAL, PENYELESAIAN MASALAH DAN PENDEKATAN SEMESTER 1 SESI 2014/2015 SET 4 TUGASAN 1: PENULISAN TENTANG PEMIKIRAN KRITIS NAMA NO MATRIK NAMA PENSYARAH : UMI NURFAZILAH BINTI
Lebih terperinciMajalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi Januari 2007
Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi Januari 2007 PROFESI, PROFESIONAL, PROFESIONALISME, DAN PROFESIONALITAS GURU DALAM UNDANG-UNDANG Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Semenjak
Lebih terperinciMajalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi Januari 2007
Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi Januari 2007 MENGEMBANGKAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Banyak pengertian kompetensi yang dikembangkan
Lebih terperinciBAB 1: PENGENALAN KEMAHIRAN MENDENGAR
BAB 1: PENGENALAN KEMAHIRAN MENDENGAR Pengenalan Kemahiran Mendengar Keupayaan pelajar mendengar dengan teliti dan memahami perkara yang didengar dalam pelbagai situasi pengucapan seperti cerita, arahan,
Lebih terperinciKEMAHIRAN BERFIKIR DALAM PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
KEMAHIRAN BERFIKIR DALAM PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN MATLAMAT Modul ini bertujuan memberikan pemahaman dan panduan tentang kemahiran berfikir dan pengoperasiannya agar guru dapat menerapkan dalam pengajaran
Lebih terperinciSurat Kabar Harian YOGYA POS, terbit di Yogyakarta Edisi 12 Oktober KEPENDUDUKAN DAN KEPENDIDIKAN ISLAM Oleh : Ki Supriyoko
Surat Kabar Harian YOGYA POS, terbit di Yogyakarta Edisi 12 Oktober 1990 KEPENDUDUKAN DAN KEPENDIDIKAN ISLAM Oleh : Ki Supriyoko Mencermati dengan seksama terhadap gambaran besar tentang kependudukan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan untuk memasuki
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulus
Lebih terperinciMajalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Maret 1999
Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Maret 1999 MENGEVALUASI PELAKSANAAN EBTANAS DI SEKOLAH NEGERI DAN SWASTA Oleh : Ki Supriyoko Pada awal s/d pertengahan Mei nanti pemerintah
Lebih terperinciMajalah PUSARA, Edisi Juli TAMANSISWA DI ERA DESENTRALISASI PENDIDIKAN Oleh : Ki Supriyoko
Majalah PUSARA, Edisi Juli 2007 TAMANSISWA DI ERA DESENTRALISASI PENDIDIKAN Oleh : Ki Supriyoko Telah terbuktikan oleh sejarah bahwa perjalanan Tamansiswa telah melewati dua jaman sekaligus; masing-masing
Lebih terperincidan istilah. Frasa pemikiran kritis adalah merupakan gabungan atau hubungan antara dua perkataan iaitu pemikiran dan juga
Konsep Pemikiran Kritis Definisi Pemikiran kritis dapat dilihat sudut pengertiannya dari segi bahasa dan istilah. Frasa pemikiran kritis adalah merupakan gabungan atau hubungan antara dua perkataan iaitu
Lebih terperinciPANDUAN PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN MURID DUNIA SAINS DAN TEKNOLOGI TAHUN 3 DUNIA SAINS DAN TEKNOLOGI TAHUN 3
PANDUAN PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN MURID DUNIA DAN TEKNOLOGI TAHUN 3 MATLAMAT KURIKULUM DUNIA DAN TEKNOLOGI Matlamat Kurikulum Dunia Sains dan Teknologi Sekolah Rendah ini ialah untuk menanam minat dan
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 20 Juli 1988
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 20 Juli 1988 ANALISIS POTENSI AKADEMIK YOGYAKARTA UNTUK MENYONGSONG WAJIB BELAJAR SMTP Oleh : Ki Supriyoko Pembicaraan tentang masalah
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian simpulan dapat dibagi dua yaitu :
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian simpulan dapat dibagi dua yaitu : 1. Simpulan Umum Pendidikan karakter dalam pembelajaran IPA di kelas 4 SD Laboratorium UPI sudah diterapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai. Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan senantiasa mengalami perubahan yang bertujuan untuk mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai pengembangan kebijakan tentang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini indikator kesehatan jiwa di bagi menjadi tiga bagian, yaitu gangguan jiwa berat, gangguan mental emosional (afektif) juga melalui cakupan pengobatannya, menurut
Lebih terperinciMajalah METODIKA, terbit di Jakarta, Edisi IV Oktober 2006
Majalah METODIKA, terbit di Jakarta, Edisi IV Oktober 2006 PEMANTAPAN KINERJA PENDIDIKAN MELALUI PROFESIONALISME GURU Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Kinerja pendidikan nasional telah lama menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang dibutuhkan oleh setiap individu. Sejak lahir, setiap individu sudah membutuhkan layanan pendidikan. Secara formal, layanan pendidikan
Lebih terperinciMembangun Kreatifitas dengan Mainan Edukatif 'Building Block'
Membangun Kreatifitas dengan Mainan Edukatif 'Building Block' Mainan edukatif (Alat Permainan Edukatif / APE) seperti building block yang terdiri dari balok-balok dengan beberapa bentuk seperti segi tiga,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak khususnya anak usia dini merupakan masa yang paling optimal untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan melakukan apapun untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. bimbingan dan pengarahan anak tidak akan faham dan tidak tahu cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan proses interaksi antara pendidik (orang tua, pengasuh, guru) dengan anak usia dini secara terencana untuk mencapai suatu tujuan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia 6 tahun. Secara alamiah perkembangan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menggunakan metode yang menarik dan bervariasi dalam mengajar. Bahri (dalam
1 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Metode Demonstrasi Kegiatan belajar mengajar akan lebih bersemangat apabila seorang guru dapat menggunakan metode yang
Lebih terperinci3/1/2017. Semantik struktural didefinisikan sebagai salah satu daripada komponen tatabahasa yang mengkhususkan representasi semantik kepada ayat.
Semantik struktural didefinisikan sebagai salah satu daripada komponen tatabahasa yang mengkhususkan representasi semantik kepada ayat. Prof Madya Dr. Zaitul Azma Zainon Hamzah Jabatan Bahasa Melayu Fakulti
Lebih terperinciSejarah Perkembangan Ilmu Semantik
Sejarah Perkembangan Ilmu Semantik Prof Madya Dr. Zaitul Azma Zainon Hamzah Jabatan Bahasa Melayu Fakulti Bahasa Moden dan Komunikasi Universiti Putra Malaysia Semantik pada peringkat ini dikenali sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelompok Bermain atau yang biasa disingkat dengan KB termasuk dalam pendidikan yang tidak formal dan berada dibawah TK. Waktu belajar mereka hanya beberapa jam sehari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dari Standar Kelulusan (SKL). Penyusunan kurikulum 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi, pengembangan kurikulum 2013 diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari Standar Kelulusan (SKL). Penyusunan
Lebih terperinciPENGARUH METODE EKSPERIMEN SAINS SEDERHANA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK DI KELOMPOK B5 TK AISYIYAH 1 PALU
PENGARUH METODE EKSPERIMEN SAINS SEDERHANA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK DI KELOMPOK B5 TK AISYIYAH 1 PALU Juwita Nur Afriani¹ ABSTRAK Rumusan masalah pada artikel ini adalah tentang kurangnya minat belajar
Lebih terperinciKEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA
KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA DOKUMEN STANDARD PRESTASI DUNIA SAINS DAN TEKNOLOGI ELEMEN SAINS STANDARD PRESTASI MATEMATIK TAHUN 1 TAHUN TIGA http://bahankssrdst.blogspot.com www.facebook.com/kssrdst
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Anak adalah makhluk sosial sama seperti dengan orang dewasa. Anak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah makhluk sosial sama seperti dengan orang dewasa. Anak terlahir dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa sehingga membutuhkan orang dewasa dalam membantu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan suatu masalah. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keaktifan dalam pembelajaran matematika itu penting. Karena merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap keberhasilan siswa. Belajar adalah berbuat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun perilakunya (gerakan anggota tubuh). Tubuh manusia akan terlihat kelenturannya apabila sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu generasi harapan bangsa dimana masa depan yang dicita-citakan bangsa ini berada di tangan mereka. Banyak orang menganggap bahwa mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diabaikan, yang jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Di samping itu, pendidikan dapat mendorong peningkatan kualitas hidup manusia, bentuk
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN
BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN 3.1 Data Perusahaan Westin School adalah sekolah yang mengajarkan siswa dari Kelompok Bermain sampai Sekolah Menengah Atas pelajaran dengan kurikulum pemerintah dan Singapura.Sekolah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan melukis realis merupakan bentuk ekspresi jiwa seseorang dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan melukis realis merupakan bentuk ekspresi jiwa seseorang dalam menggambar objek seperti apa adanya atau sesuai dengan objek yang nyata (sebenarnya) ke dalam
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN UPAYA GURU DALAM MELATIH KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI TK PERTIWI PAGUMENGANMAS. A. Gambaran Umum TK Pertiwi Pagumenganmas
44 BAB III HASIL PENELITIAN UPAYA GURU DALAM MELATIH KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI TK PERTIWI PAGUMENGANMAS A. Gambaran Umum TK Pertiwi Pagumenganmas 1. Sejarah TK Pertiwi Pagumenganmas TK Pertiwi Pagumenganmas
Lebih terperinciUNIT 2 KURIKULUM SAINS SEKOLAH RENDAH
15 UNIT 2 KURIKULUM SAINS SEKOLAH RENDAH HASIL PEMBELAJARAN Di akhir unit ini, anda diharapkan dapat: 1. Menjelaskan maksud kurikuum 2. Menghuraikan maksud pembelajaran sains 3. Menganalisis keperluan
Lebih terperinciBAB 5 RUMUSAN DAN SARANAN
BAB 5 RUMUSAN DAN SARANAN 5.1 Pengenalan Hasil daripada kajian strategi membaca teks bahasa Arab dalam kalangan pelajar ini, pengkaji akan mengemukakan cadangan dan saranan dalam dua bentuk yang berbeza,
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Metode Quick On The Draw Dari Hasil penelitian implementasi atau penerapan metode quick on the draw di SMP Islam Parlaungan
Lebih terperinciPANDUAN PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN MURID PENDIDIKAN SENI VISUAL TINGKATAN 2
PANDUAN PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN MURID PENDIDIKAN SENI VISUAL TINGKATAN 2 MATLAMAT KURIKULUM PENDIDIKAN SENI VISUAL Matlamat Pendidikan Seni Visual sekolah menengah adalah untuk membentuk keperibadian
Lebih terperinciSurat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 9 Januari AKHIRNYA SIPENMARU HARUS TURUN TAHTA Oleh : Ki Supriyoko
Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 9 Januari 1989 AKHIRNYA SIPENMARU HARUS TURUN TAHTA Oleh : Ki Supriyoko Kalau Direktur Perguruan Tinggi Depdikbud, Prof. Dr. Soekadji Ranoewihardjo
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama
Bab 5 Ringkasan Pada dasarnya, Jepang adalah negara yang mudah bagi seseorang untuk menciptakan suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama remaja putri Jepang yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian yang dilakukan di beberapa SMA di Salatiga
39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan di beberapa SMA di Salatiga diperoleh data sebagaimana di paparkan berikut ini : 4.1.1 Sekolah dan Keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan bentuk pendidikan untuk rentang usia nol sampai dengan enam tahun, yang memiliki peran yang sangat penting untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecerdasan serta kesehatan anak bisa diperoleh salah satunya adalah dengan mencukupi kebutuhan gizi dan nutrisinya. Pemenuhan zat gizi dan juga nutrisi sangat diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur
Lebih terperinciEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN RME PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN RME PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA (Pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun
Lebih terperinciPANDUAN PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN MURID SCIENCE TINGKATAN 1
PANDUAN PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN MURID SCIENCE TINGKATAN 1 MATLAMAT KURIKULUM SCIENCE Matlamat kurikulum Science untuk sekolah menengah adalah bertujuan untuk membekalkan murid dengan pengetahuan dan
Lebih terperinci10.0 RUMUSAN DAN REFLEKSI
10.0 RUMUSAN DAN REFLEKSI Dapatan kajian ini telah menunjukkan teknik ENIS dapat membantu murid menguasai kemahiran sifir 2-5. Selepas penyelidikan tindakan ini, murid melahirkan perasaan yakin dan seronok
Lebih terperinciAplikasi Taksonomi Blooms dalam Merekabentuk Program Pembangunan Pelajar
Aplikasi Taksonomi Blooms dalam Merekabentuk Program Pembangunan Pelajar Mohamad Hashim Bin Othman Ph.D Sharifah Amnah binti Syed Ahmad Universiti Sains Malaysia, Pulau Pinang shim@usm.my Abstrak: Program
Lebih terperinciRANCANGAN PELAJARAN TAHUNAN BAHASA MELAYU TAHUN 4 UNIT 6 ( ARAS 1 )
RANCANGAN PELAJARAN TAHUNAN BAHASA MELAYU TAHUN 4 UNIT 6 ( ARAS 1 ) Minggu 1 akan dapat:- 6.4 Membaca pantas secara luncuran i. Menyatakan gambaran umum tentang 1. Membaca pantas secara untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN
1 BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Metode Quick On The Draw Dari hasil penelitian implementasi atau penerapan metode quick on the draw di SDN Alun-Alun Contong
Lebih terperinciRANCANGAN PENGAJARAN HARIAN
RANCANGAN PENGAJARAN HARIAN Mata Pelajaran : Bahasa Melayu Tahun : 2 Bestari Bil. Murid : 30 orang Tajuk : Haiwan Tarikh : 21 Februari 2008 Masa : 60 minit Objektif : Pada akhir pelajaran murid dapat;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang paling awal atau pra sekolah. Pendidikan anak usia dini merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling awal atau pra sekolah. Pendidikan anak usia dini merupakan lembaga yang di dalamnya
Lebih terperinciPenilaian Holistik Darjah 1 & 2
Penilaian Holistik Darjah 1 & 2 Penilaian Holistik (HA) Darjah 1 & 2 HA merujuk kepada pengumpulan maklumat yang berterusan dari pelbagai sumber dalam pelbagai aspek pembelajaran dan perkembangan kanak-kanak.
Lebih terperinciKurikulum Bahasa Melayu Sekolah Rendah Memupuk Pelajar Aktif, Pengguna Cekap
Kurikulum Bahasa Melayu Sekolah Rendah 2015 Memupuk Pelajar Aktif, Pengguna Cekap Kandungan Matlamat Kurikulum Bahasa Melayu (BM) Model Kemahiran Teras Bahasa Kandungan Pengajaran dan Pembelajaran Bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan. Peran dan kesadaran yang dimiliki orang tua untuk menempatkan anak-anak mereka
Lebih terperinciPENTINGNYA MEMPERHATIKAN GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK
PENTINGNYA MEMPERHATIKAN GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh; M. Nur Ghufron Tersebutlah sebuah kisah di hutan belantara yang lebat. Di sana akan diselenggarakan pertandingan lomba multilintasan untuk mencari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Menurut Keraf (1998:14) etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam pengertian ini etika berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya anak usia dini sudah mulai belajar untuk mandiri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya anak usia dini sudah mulai belajar untuk mandiri. Kemandirian menurut Bukhari (2014:15) diekspresikan dengan rasa ingin tahu yang besar, rasa
Lebih terperinciSTRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA ASING YANG AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM)
STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA ASING YANG AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) Oleh: Wawan Danasasmita Dosen Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI Disampaikan pada Pendidikan dan Pelatihan Profesi
Lebih terperinciSTRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA ASING YANG AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM)
- 1 - STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA ASING YANG AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) Trend Pembelajaran Beralihnya pendidikan dari bentuk formal (teori dan latihan) ke reinvention, proses (activities),
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya
4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek
Lebih terperinci30 TiPS LULUS TEMUDUGA
30 TiPS LULUS TEMUDUGA Cr. Zainal Rashid bin Isa Kaunselor Kerjaya Berdaftar (K.B, P.A) www.zainalrashid.net/rujukan-percuma 1- Dalam sesi temuduga di Malaysia, pada kebiasanya ianya dijalankan dalam Bahasa
Lebih terperinciMajalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Januari AKTUALISASI KONSEP PEMERATAAN PENDIDIKAN Oleh : Ki Supriyoko
Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Januari 1990 AKTUALISASI KONSEP PEMERATAAN PENDIDIKAN Oleh : Ki Supriyoko "Oleh karena pengajaran yang hanya terdapat pada sebagian kecil
Lebih terperinciPENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM.
1 PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM Effi Kumala Sari ABSTRAK Perkembangan Motorik Halus anak di Taman Kanak-kanak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia, yang akan menentukan perkembangan
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK SEKOLAH DASAR KELAS 1 TEMA : KEBERSIHAN
LAMPIRAN STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK SEKOLAH DASAR KELAS 1 TEMA : KEBERSIHAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI LANGKAH PEMBELAJARAN ALOKASI WAKTU SARANA DAN SUMBER PENILAIAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut
Lebih terperinciSTRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB Diah Ayu Wulan Dosen Sastra Cina FIB UB diahayuwulan96@yahoo.co.id Abstrak Bahasa Mandarin merupakan
Lebih terperinciPENGGUNAAN LEMBAR KERJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK KELAS IX-F SMP NEGERI 1 PADEMAWU TAHUN PELAJARAN
PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK KELAS IX-F SMP NEGERI 1 PADEMAWU TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 ABSTRAK Oleh: Indang Sriyana, S.Pd Tujuan
Lebih terperinciPENERAPAN KEMAHIRAN PEMIKIRAN SEJARAH (KPS)
PENERAPAN KEMAHIRAN PEMIKIRAN SEJARAH (KPS) Oleh; Hjh. Sharifah Afida Syed Hamid (SM Sains Sultan Ibrahim, K. Terengganu) Azman Achutan Abdullah (SMK Mersing, Johor) Ginawati Raji (SMK Senai, Johor) Kemahiran
Lebih terperinciLAPORAN HASIL OBSERVASI SEKOLAH
LAPORAN HASIL OBSERVASI SEKOLAH KATA PENGANTAR Puji syukur kami hadiahkan atas rahmat dan berkah Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang mana dengan kemudahan dan karunia-nya lah kami dapat menyelesaikan tugas laporan
Lebih terperinciKegiatan Cadangan bagi Pengajaran dan Pembelajaran (Sekolah Menengah)
Kegiatan Cadangan bagi Pengajaran dan Pembelajaran (Sekolah Menengah) 1 SEKAPUR SIRIH Pembaca budiman Dr Muhammad Ariff Ahmad merupakan tokoh yang tidak asing di negara kita Singapura. Jasa dan sumbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Desain mebel termasuk dalam kategori desain fungsional, yaitu desain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desain mebel termasuk dalam kategori desain fungsional, yaitu desain yang memberikan pelayanan atau fasilitas pada kegiatan hidup manusia. Membuat desain mebel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang dan nantinya dapat menjadi salah satu jembatan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru di Sekolah Dasar merupakan guru yang sangat penting dan sangat berpengaruh bagi berkelanjutannya proses pendidikan yang akan di tempuh. Guru Sekolah Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tulisan atau isyarat. Bahasa merupakan simbol-simbol yang disepakati dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antar manusia yang berbentuk lisan, tulisan atau isyarat. Bahasa merupakan simbol-simbol yang disepakati dalam suatu komunitas masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanak, karena penanaman konsep pada tingkat TK merupakan pondasi bagi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dapat saling berbagi pengalaman, saling belajar
Lebih terperinciBAB V DAPATAN DAN IMPLIKASI KAJIAN
BAB V DAPATAN DAN IMPLIKASI KAJIAN 5.1 PENDAHULUAN Bab ini memaparkan ringkasan kajian secara menyeluruh yang merangkumi tujuan, kerangka teoretikal kajian, reka bentuk kajian, sampel kajian, instrument
Lebih terperinciPERSPEKTI Tentang PAUD DAN PENDIDIKAN DASAR
PERSPEKTI Tentang PAUD DAN PENDIDIKAN DASAR (Ditinjau dari pandangan dan harapan orangtua) Oleh: Dra. Pudji Asri.M.Pd. Seminar Sehari Pola Pembelajaran PAUD bagi Pembentukan Pribadi Integral, Kompetitif
Lebih terperinciKEMAHIRAN KOMUNIKASI GURU
KEMAHIRAN KOMUNIKASI GURU KEMAHIRAN KOMUNIKASI LISAN DAN BUKAN LISAN LARAS BAHASA KOMUNIKASI = sangat penting dalam pengurusan bilik darjah Dijelmakan bertutur,penggunaan bahasa badan, penulisan, menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gerakan menjadi ujaran. Anak usia dini biasanya telah mampu. mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan yang dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, produk bahasa mereka juga meningkat dalam kuantitas, keluasan dan kerumitan. Anak-anak secara bertahap berubah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan utama dalam proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan. Proses pembelajaran yang dilakukan merupakan penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Overseas Publication Ltd, 1959), hlm 4. 1 Frederick Y. Mc. Donald, Educational psychology, (Tokyo:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama 07 Patebon merupakan salah satu Madrasah Nahdlatul Ulama di Kabupaten Kendal. MTs NU 07 Patebon dirancang sebagai madrasah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan untuk anak dalam rentang usia empat sampai dengan enam tahun yang sangat penting untuk mengembangkan
Lebih terperinciPANDUAN PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN MURID
PANDUAN PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN MURID Panduan Perkembangan Pembelajaran Murid panduan kepada guru memberi pemeringkatan aras penguasaan berdasarkan hasrat kurikulum satu alat untuk menyokong pembelajaran
Lebih terperinciAbstrak. Sebagai Wahana Memupuk Minat Membaca
02Cerpen Sebagai Wahana Memupuk Minat Membaca 042 // Menyemai Bahasa Menuai Budi Abstrak Norazlina Abdul Jalil norazlina_abdul_jalil@moe.edu.sg Zulaina Zulkifli Sekolah Menengah Naval Base zulaina_zulkifli@moe.edu.sg
Lebih terperinciPROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MI AL HIDAYAH SUMBERSUKO PANDAAN
PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MI AL HIDAYAH SUMBERSUKO PANDAAN Rizma Nur Amalia 148620600180 semester 6 A3 S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Marismaamalia01@gmail.com Abstrak Berpikir kritis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan kita. Pendidikan merupakan salah satu fasilitas kita sebagai manusia dan pendidik untuk merangsang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kejadian menghasilkan ke kejadian yang lain (Kuhn, 1991 dalam; John W
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia tingkat pendidikan formal diawali dari Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu
Lebih terperinci