IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian menggunakan metode survei pada sampel rumahtangga petani

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian menggunakan metode survei pada sampel rumahtangga petani"

Transkripsi

1 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian Penelitian menggunakan metode survei pada sampel rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman di Sulawesi Utara. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara kepada responden petani peternak dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan Jenis Data dan Sumber Data Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Juli 2006 sampai Pebruari Jenis data yang digunakan adalah data cross section dan data time series, dari sumber data adalah data primer dan data sekunder. Data primer (cross section setahun) diperoleh dari wawancara langsung dengan responden. Sedangkan data sekunder (time series tahunan) diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini serta data hasil penelitian yang dipublikasi (Sinaga, 1996) Penentuan Lokasi Kabupaten, kecamatan dan desa sebagai wilayah penelitian ditentukan secara purposive. Kabupten Minahasa dan Bolaang Mongondow adalah daerah yang populasi ternak sapi terbanyak dan sebagai basis ternak sapi. Kedua Kabupaten ini juga sebagai wilayah yang mendapat bantuan ternak sapi maupun bentuk uang dari pemerintah. Kecamatan dan desa di Kabupaten Minahasa adalah kecamatan dan desa yang mempunyai jumlah ternak sapi terbanyak dengan komoditas dominan jagung. Sedangkan Kecamatan dan desa di Kabupaten Bolaang Mongondow adalah

2 109 kecamatan dan desa yang mempunyai jumlah ternak sapi terbanyak dengan komoditas dominan kelapa Penentuan Sampel Petani peternak disetiap desa sampel dibatasi untuk rumahtangga petani peternak yang memiliki ternak sapi minimal 2 (dua) ekor dan pernah menjual ternak sapi. Berdasarkan jumlah rumahtangga petani peternak sapi disetiap desa sampel ditentukan rumahtangga petani peternak sapi-tanaman dengan metode simple random sampling (Sinaga, 1995) dan dapat dilihat pada Gambar 8. SULAWESI UTARA KABUPATEN : MINAHASA KABUPATEN : BOLAANG MONGONDOW KECAMATAN : TOMPASO, KAWANGKOAN KECAMATAN : BOLANGITANG, LOLAK, LOLAYAN, DUMOGA BARAT DESA : TOURE, PINABETENGAN, TONSEWER,TEMPOK, TONDEGESAN, KANONANG II DESA : SALEO,BOHABAK,BIONTONG, LOLAK,MONGKOINIT, MOPUSI,LOLAYAN,MOPAIT, KINOMALIGAN, WANGGA BARU,KOSIO,IBOLIAN SAMPEL : 194 RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI- JAGUNG SAMPEL : 233 RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI- KELAPA Gambar 8. Penentuan Rumahtangga di Lokasi Penelitian

3 110 Nama kabupaten, kecamatan dan desa serta jumlah rumahtangga sampel dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Nama Kabupaten, Kecamatan, Desa dan Jumlah Rumahtangga Sampel di Sulawesi Utara No Kabupaten Kecamatan Desa 1 Minahasa 1. Tompaso 1. Toure 2. Pinabetengan 3. Tonsewer 4. Tempok 2. Kawangkoan 1. Todegesan 2.Kanonang II 2 Bolaang Mongondow 1. BolangItang 2. Lolak 3. Lolayan 4. Dumoga Barat 1. Saleo 2. Bohabak 3. Biontong 1. Lolak 2. Mongkoinit 1. Mopusi 2. Lolayan 3. Mopait 1. Kinomaligan 2. Wangga Baru 3. Kosio 4. Ibolian Jumlah Rumahtangga Metoda Analisis Rumahtangga petani usaha ternak sapi di Sulawesi Utara menjual ternak sapi apabila ada kebutuhan mendesak. Permasalahannya rumahtangga menghadapi biaya transaksi yang cukup tinggi dalam memasarkan ternaknya. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut maka salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur dan besarnya biaya transaksi pada usaha ternak sapi,

4 111 usaha jagung dan kelapa di Sulawesi Utara. Untuk menjawab tujuan pertama dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif dan tabulasi. Berdasarkan hasil kajian terhadap studi-studi empiris, model dasar ekonomi rumahtangga, dan perilaku ekonomi keputusan peternak sapi yang telah dibahas sebelumnya, dalam penelitian ini dikembangkan model aktivitas ekonomi rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman di Sulawesi Utara. Model rumahtangga tersebut mencakup produksi, penggunaan input (tenaga kerja dan sarana produksi), biaya transaksi, biaya produksi, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga. Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja keluarga, tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja ternak. Tenaga kerja keluarga adalah sumberdaya yang sangat penting dalam usahatani kecil. Ternak berfungsi sebagai input pada usahatani yaitu untuk membajak, mengangkut dan dapat menghasilkan pupuk kandang. Ternak sapi dapat memanfaatkan lahan yang tidak terpakai dalam usahatani, dapat menggunakan tenaga kerja yang seharusnya menganggur (secara musiman), serta untuk mengkonversikan residu tanaman bernilai rendah menjadi produk ternak yang bernilai tinggi. Ternak sapi sebagai tenaga kerja yang digunakan untuk proses produksi usahatani jagung dan usaha kelapa dapat disewa oleh petani yang tidak mempunyai sapi. Ternak sapi merupakan sumber pendapatan alternatif. Untuk menjawab tujuan kedua, dibangun model persamaan simultan. Model terdiri dari perilaku produksi, input produksi, input tenaga kerja, biaya transaksi dan pengeluaran untuk konsumsi. Biaya transaksi dimasukkan dalam model dan mempengaruhi perilaku rumahtangga dalam pengambilan keputusan baik produksi, alokasi tenaga kerja maupun keputusan konsumsi.

5 112 Untuk menjawab tujuan ketiga dan keempat, digunakan pendekatan model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan. Model analisis yang dibangun adalah model usaha ternak sapi-jagung serta usaha ternak sapi-kelapa. Model ekonomi rumahtangga petani usaha ternak sapi-jagung di Minahasa dan model ekonomi rumahtangga petani usaha ternak sapi-kelapa di Bolaang Mongondow mencakup persamaan (aktivitas) produksi, penggunaan input, biaya transaksi, biaya produksi, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga. Aktivitas ekonomi rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman baik untuk usaha ternak sapi - jagung maupun usaha ternak sapi kelapa pada masing-masing model saling terkait Model Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi - Jagung di Minahasa Blok Produksi Produksi berdasarkan teori ekonomi merupakan suatu proses menghasilkan produk dengan cara mengkombinasikan input lahan, tenaga kerja dan modal. Rumahtangga petani peternak sapi dalam menghasilkan berbagai komoditas pertanian menggunakan berbagai input. Berbagai komoditas yang dihasilkan diantaranya komoditas berasal dari usaha ternak sapi. Dalam usaha ternak sapi output yang dihasilkan dapat berupa daging dan jasa tenaga kerja. Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, dalam blok produksi yang dipelajari adalah produksi ternak sapi dan penjualan ternak sapi. Produksi ternak sapi dipengaruhi oleh harga bayangan, jumlah permintaan rumput, konsumsi jagung dan pengalaman usaha. Sedangkan penjualan sapi dipengaruhi oleh harga bayangan sapi dan produksi sapi. Bentuk persamaan produksi sapi dan penjualan sapi adalah :

6 113 Produksi Sapi PROS = a 0 +a 1 HTSB+a 2 JRUM+a 3 KONJ+a 4 LBS+U 1..[4.1] Penjualan Sapi PROSJ = b 0 + b 1 HTSB + b 2 PROS + U 2..[4.2] Harga Bayangan Sapi HTSB = HTS BTRS..[4.3] PROS : Produksi sapi (Kg); PROSJ : Penjualan sapi (Kg); HTS : Harga ternak sapi (Rp/kg); HTSB : Harga bayangan sapi (Rp/kg); BTR : Total biaya transaksi (Rp/tahun); JRUM : Jumlah rumput (Kg); KONJ : Konsumsi jagung (Kg); LBS : Pengalaman beternak sapi (Tahun); U i : Peubah pengganggu; Hipotesis : a 1, a 2, a 3, a 4 > 0; b 1, b 2 > 0. Produksi jagung yang dianalisis adalah produktivitas jagung dan luas lahan garapan jagung. Produksi jagung merupakan perkalian antara produktivitas jagung dan luas lahan garapan jagung. Produktivitas jagung dipengaruhi oleh harga bayangan jagung, tenaga kerja sewa, tenaga kerja sapi, penerimaan penjualan sapi dan pendapatan luar usahatani. Luas garapan jagung dipengaruhi oleh penawaran tenaga kerja keluarga dan permintaan tenaga kerja sewa pada usaha jagung, jumlah benih, jumlah pupuk urea, jumlah pupuk TSP dan penerimaan penjualan ternak sapi. Bentuk persamaan produktivitas jagung, luas lahan garapan jagung dan harga bayangan adalah: Produktivitas Jagung PRODJ = c 0 +c 1 HJGB+c 2 TKLJ+c 3 TKSJ +c 4 RUTSJ+c 5 PLUT+U 3.[4.4]

7 114 Luas Lahan Garapan Jagung LHNJ = d 0 +d 1 TKDJ+d 2 TKLJ+d 3 JPUJ+d 4 JBJ +d 5 JPTJ+ d 6 RUTSJ+U 4 [4.5] Produksi Jagung PROJ = PRODJ*LHNJ..[4.6] Harga Bayangan Jagung HJGB = HJG BTRJ.[4.7] PRODJ : Produktivitas jagung (Kg/tahun); PROJ : Produksi Jagung (Kg/tahun); LHNJ : Luas garapan jagung (Ha); HJGB : Harga jagung bayangan (Rp/kg); TKDJ : Tenaga kerja keluarga (Jam/tahun); TKLJ : Tenaga kerja sewa (Jam/tahun); TKSJ : Tenaga kerja ternak sapi (Jam/tahun); JPUJ : Jumlah pupuk urea utk jagung (Kg/tahun); JBJ : Jumlah benih jagung (Kg/tahun); JPTJ : Jumlah pupuk TSP utk jagung (Kg/tahun); RUTSJ : Penerimaan penjualan sapi (Rp/tahun); PLUT : Pendapatan luar usahatani (Rp/tahun); BTRJ : Biaya transaksi usaha jagung (Rp/tahun); Hipotesis : c 1, c 2, c 3, c 4, c 5 > 0; d 1, d 2, d 3, d 4, d 5, d 6 > Blok Penggunaan Input Rumahtangga dalam melakukan proses produksi baik usaha ternak sapi maupun usahatani lainnya menggunakan input. Input-input tersebut ada yang disediakan rumahtangga namun ada yang diperoleh dari luar rumahtangga. Rumahtangga petani tidak memproduksi semua jenis komoditas yang dibutuhkan. Beberapa barang atau komoditas diproduksi di luar rumahtangga (pasar input). Apabila rumahtangga menerapkan tehnologi pada usahanya maka ketergantungan terhadap pasar input lebih besar dibanding rumahtangga dengan usahatani tradisional.

8 115 Penggunaan tenaga kerja pada usaha ternak sapi merupakan curahan kerja anggota keluarga. Hal ini disebabkan karena usaha ternak sapi yang ada merupakan usaha sampingan dengan sistem pemeliharaan masih tradisional. Sedangkan penggunaan tenaga kerja pada usaha jagung merupakan curahan kerja anggota keluarga maupun penggunaan tenaga kerja sewa dan tenaga kerja ternak. a. Permintaan Input Produksi Input produksi yang dianalisis adalah permintaan rumput, benih, pupuk urea dan pupuk TSP. Secara fungsional jumlah permintaan rumput dipengaruhi harga rumput, produksi sapi dan harga jagung. Jumlah permintaan benih dipengaruhi harga benih, luas lahan garapan dan biaya transaksi usaha jagung. Jumlah permintaan pupuk urea merupakan fungsi harga pupuk urea, harga pupuk TSP, luas lahan garapan jagung, penerimaan usaha ternak sapi dan biaya transaksi jagung. Sedangkan jumlah permintaan pupuk TSP dipengaruhi fungsi rasio harga jagung dan harga pupuk TSP, harga pupuk urea, harga pupuk KCl, luas lahan garapan jagung dan total pengeluaran. Secara matematis jumah permintaan input dapat dilihat pada persamaan berikut. Jumlah Permintaan Rumput JRUM = e 0 + e 1 HRUM + e 2 PROS + e 3 HJG + U 5.[4.8] Jumlah Permintaan Benih JBJ = f 0 + f 1 HBJ + f 2 LHNJ + f 3 BTRJ + U 6.[4.9] Jumlah Permintaan Pupuk Urea JPUJ = g 0 +g 1 HPUJ+ g 2 HPTJ+g 3 LHNJ+g 4 RUTS+g 5 BTRJ+U 7 [4.10] Jumlah Permintaan Pupuk TSP JPTJ = h 0 +h 1 RHPTJ+h 2 HPUJ+h 3 HPKJ+h 4 LHNJ+h 5 TP+U 8..[4.11]

9 116 JRUM : Jumlah Rumput (Kg/tahun); JBJ : Jumlah benih jagung (Kg/tahun); JPUJ : Jumlah pupuk urea utk jagung (Kg/tahun); HRUM : Harga Rumput (Rp/kg); HJG : Harga jagung (Rp/kg); HBJ : Harga benih jagung (Rp/kg); HPUJ : Harga pupuk urea (Rp/kg); HPTJ : Harga pupuk TSP (Rp/kg); HPKJ : Harga pupuk KCl (Rp/kg); RHPTJ : Rasio harga jagung dan harga pupuk TSP (Rp/tahun); RUTS : Penerimaan usaha ternak sapi (Rp/tahun); TP : Total Pengeluaran (Rp/tahun); Hipotesis : e 1 < 0, e 2, e 3 > 0; f 1, f 3 < 0, f 2 > 0; g 1, g 5 < 0, g 2, g 3, g 4 > 0; dan h 1, h 5 < 0, h 2, h 3, h 4 > 0. b. Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Peran rumahtangga petani peternak sapi dalam pengembangan usaha peternakan sangat ditentukan oleh bagaimana rumahtangga tersebut dapat mengambil keputusan. Pengambilan keputusan diantaranya meliputi keputusan dalam pengaturan peluang kerja dalam dan luar rumahtangga dan pengalokasian waktu kerja. Curahan kerja anggota keluarga pada usaha ternak sapi maupun usaha jagung dan curahan kerja sebagai buruh tani. Rumahtangga juga menggunakan tenaga kerja sewa dalam usaha jagung serta menggunakan tenaga kerja sapi dalam mengolah lahan usaha jagung. Secara fungsional penawaran tenaga kerja keluarga dalam usaha sapi dipengaruhi upah bayangan tenaga kerja, curahan kerja sebagai buruh tani dan biaya sarana produksi sapi. Sedangkan penawaran tenaga kerja keluarga dalam usaha jagung dipengaruhi upah bayangan tenaga kerja, penawaran tenaga kerja keluarga dalam usaha sapi, permintaan tenaga kerja sewa untuk usaha jagung, produksi jagung dan biaya sarana produksi jagung. Secara matematis bentuk persamaan tenaga kerja dapat dilihat pada :

10 117 Tenaga Kerja Keluarga dalam Usaha Sapi TKDS = i 0 + i 1 UTKB + i 2 CTDUO + i 3 BSPS + U 9..[4.12] Tenaga Kerja Keluarga dalam Usaha Jagung TKDJ = j 0 + j 1 UTKBJ + j 2 TKDS + j 3 TKLJ + j 4 PROJ + j 5 BSPJ + U 10...[4.13] Upah Bayangan UTKB = UTK + BTRS.[4.14] UTKBJ= UTK + BTRJ.[4.15] TKDS : Penawaran TK kel utk usaha ternak sapi (Jam/tahun); CTDUO : Curahan kerja keluarga sebagai buruh tani (Jam/tahun); UTK : Upah tenaga kerja (Rp/jam) UTKB : Upah bayangan tenaga kerja (Rp/jam); UTKBJ : Upah tenaga kerja dalam UT jagung bayangan (Rp/jam); PROJ : Produksi jagung (Kg/tahun); BSPS : Biaya sarana produksi sapi (Rp/tahun); BSPJ : Biaya sarana produksi jagung (Rp/tahun); BTRS : Biaya transaksi UT sapi (Rp/tahun); Hipotesis : i 2 < 0, i 1, i 3 > 0; dan j 2, j 3 < 0, j 1, j 4, j 5 > 0. c. Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Pada usaha jagung, rumahtangga menggunakan tenaga kerja sewa. Permintaan tenaga kerja sewa dipengaruhi upah bayangan tenaga kerja, penawaran tenaga kerja keluarga dalam usaha jagung, total pengeluaran konsumsi pangan dan investasi sumberdaya manusia, penerimaan penjualan sapi dan surplus produksi jagung. Bentuk persamaan permintaan tenaga kerja luar keluarga adalah : TKLJ = TP1 SPJ k 0 + k 1 UTKBJ+k 2 TKDJ+k 3 TP1+k 4 RUTSJ+k 5 SPJ+U 11...[4.16] : Total pengeluaran konsumsi pangan dan ISM (Rp/tahun); : Surplus produksi jagung (Kg/tahun); Hipotesis : k 1, k 2, k 3 < 0, k 4, k 5 > 0.

11 118 d. Penggunaan Tenaga Kerja Ternak Tenaga kerja sapi di Minahasa dimanfaatkan sebagai pengangkut dan pengolah lahan (untuk bajak). Tenaga kerja ternak sapi dalam usaha jagung dipengaruhi upah sewa sapi bayangan, permintaan tenaga kerja sewa usaha jagung, penawaran tenaga kerja keluarga usaha jagung dan luas lahan garapan jagung. Bentuk persamaan penggunaan tenaga kerja ternak sapi adalah : TKSJ = l 0 + l 1 USSB+l 2 TKLJ +l 3 TKDJ+ l 4 LHNJ+U 12...[4.17] USSB = UTK + BTR [4.18] USSB : Upah sewa sapi bayangan (Rp/jam); Hipotesis : l 2 < 0, l 1, l 3, l 4 > 0. e. Curahan Tenaga Kerja Sebagai Buruh Tani Curahan tenaga kerja sebagai buruh tani dipengaruhi upah bayangan tenaga kerja, penawaran tenaga kerja keluarga dalam usaha ternak sapi, penawaran tenaga kerja keluarga untuk usahatani lain, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan kepala keluarga dan penerimaan usaha ternak sapi. Bentuk persamaannya adalah : CTDUO = m 0 + m 1 UTKBJ + m 2 TKDS + m 3 TKDUL + m 4 ANG + m 5 PFO + m 6 RUTSJ + U 13...[4.19] TKDUL : Penawaran TK kel utuk UT lain (Jam/tahun); ANG : Jumlah anggota keluarga (Orang); PFO : Pendidikan formal KK (Tahun); Hipotesis : m 2, m 3, m 5, m 6 < 0, m 1, m 4 > Blok Biaya Produksi Rumahtangga membutuhkan biaya dalam proses produksi usaha ternak sapi dan usaha jagung. Dalam penelitian ini usaha ternak sapi dikombinasikan dengan usaha jagung, sehingga biaya produksi yang dianalisis merupakan biaya usaha ternak

12 119 sapi dan biaya usaha jagung. Biaya produksi dalam usaha ternak sapi adalah biaya sarana produksi terdiri dari biaya rumput, biaya obat-obatan, biaya pejantan dan biaya konsumsi jagung. Biaya konsumsi jagung merupakan biaya yang diperhitungkan. Jagung yang dikonsumsi merupakan jagung milik sendiri yang khusus ditanam oleh rumahtangga untuk konsumsi ternak sapi. Biaya tenaga kerja dalam usaha ternak sapi merupakan biaya yang diperhitungkan. Hal ini disebabkan karena tenaga kerja yang digunakan dalam usaha sapi merupakan tenaga kerja keluarga. Sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan dalam usaha jagung adalah biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi. a. Biaya Sarana Produksi Ternak Sapi Biaya sarana produksi ternak sapi merupakan penjumlahan dari biaya pembelian rumput, biaya obat-obatan, biaya sewa pejantan dan biaya konsumsi jagung. Bentuk persamaannya merupakan persamaan identitas adalah : BSPS = BRUM + OBT + BPJ + BKONJ...[4.20] BRUM = JRUM*HRUM BKONJ = KONJ*HJG BRUM : Biaya pembelian rumput (Rp/tahun); OBT : Biaya obat-obatan (Rp/tahun); BPJ : Biaya sewa pejantan (Rp/tahun); BKONJ : Biaya konsumsi jagung (Rp/tahun); b. Biaya Sarana Produksi Jagung Biaya sarana produksi jagung merupakan penjumlahan biaya benih jagung, biaya pembelian pupuk urea, biaya pembelian pupuk TSP dan pembelian pupuk KCL. Bentuk persamaannya adalah :

13 120 BSPJ = BBJ + BPUJ + BPTJ + BPKJ...[4.21] BBJ : Biaya benih jagung (Rp/tahun); BPUJ : Biaya pupuk urea (Rp/tahun); BPTJ : Biaya pupuk TSP (Rp/tahun); BPKJ : Biaya pupuk KCl (Rp/tahun); c. Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja yang disewa rumahtangga dalam proses produksi jagung merupakan penjumlahan biaya tenaga kerja keluarga (biaya yang diperhitungkan) dan biaya tenaga kerja sewa (biaya yang dibayarkan). Bentuk persamaannya : BTKJ = BTKDJ + BTKLJ +RSLS [4.22] BTKDJ = BTKLJ = TKDJ*UTK TKLJ*UTK RSLS = TKSJ*UTK BTKJ BTKDJ BTKLJ RSLS : Biaya tenaga kerja usaha jagung (Rp/tahun); : Biaya tenaga kerja keluarga yang diperhitungkan(rp/tahun); : Biaya tenaga kerja sewa yang dibayarkan(rp/tahun); : Penerimaan penyewaan ternak sapi (dihitung) (Rp/ekor); Blok Biaya Transaksi Biaya transaksi merupakan biaya yang ditanggung rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman dalam penjualan ternak sapi, penjualan jagung dan pembelian input usaha jagung. Biaya transaksi penjualan sapi terdiri dari biaya perantara, biaya transpor, biaya retribusi dan biaya administrasi. Sedangkan biaya transaksi penjualan jagung terdiri dari biaya transpor penjualan jagung, biaya transpor pembelian bibit dan pupuk. Biaya perantara penjualan sapi merupakan salah satu komponen biaya transaksi dipengaruhi penjualan sapi dan harga ternak sapi. Sedangkan biaya transpor

14 121 penjualan jagung dipengaruhi harga jagung dan konsumsi jagung. Bentuk persamaan biaya perantara penjualan sapi dan biaya transpor penjualan jagung adalah : Biaya Perantara Penjualan Jagung BPER = n 0 + n 1 PROSJ + n 2 HTS + U 14 [4.23] Biaya Transpor Penjualan Jagung BTPJ = O 0 + O 1 HJG + O 2 KONJ + U 15..[4.24] Biaya Transaksi Usaha Sapi BTRS = BPER + BTRA + BRET + BADM [4.25] Biaya Transaksi Usaha Jagung BTRJ = BTPJ + BTPB + BTPP..[4.26] Total Biaya Transaksi BTR = BTRS + BTRJ [4.27] BPER : Biaya perantara penjualan sapi (Rp/tahun); BTRA : Biaya transpor penjualan sapi (Rp/tahun); BRET : Biaya retribusi penjualan sapi (Rp/tahun); BADM : Biaya administrasi penjualan sapi (Rp/tahun); BTPJ : Biaya transpor penjualan jagung (Rp/tahun); BTPB : Biaya transpor pembelian benih (Rp/tahun); BTPP : Biaya transpor pembelian pupuk (Rp/tahun); Hipotesis : n 1, n 2 > 0; o 2 < 0, o 1 > Blok Pendapatan Rumahtangga Pendapatan rumahtangga adalah pendapatan yang diperoleh dari usaha ternak sapi, usaha jagung, usahatani lain, luar usahatani, buruh tani, usaha lain dan pendapatan tenaga kerja sapi yang disewakan. Rumahtangga melakukan keputusan mencurahkan waktu kerja luar usaha dalam rangka memperoleh pendapatan lain untuk memaksimumkan kepuasan mereka.

15 122 a. Penerimaan Usaha Ternak Sapi Penerimaan rumahtangga selain diperoleh dari penjualan ternak sapi juga dari penyewaan ternak sapi oleh petani lain, dengan demikian penerimaan rumahtangga terdiri dari penerimaan hasil penjualan ternak dan hasil penyewaan ternak sapi. Penerimaan hasil penjualan ternak merupakan perkalian penjualan sapi dan harga ternak sapi. Sedangkan penerimaan sewa ternak merupakan perkalian jumlah ternak yang disewakan dengan harga sewa sapi. Bentuk persamaan penerimaan usaha ternak sapi adalah: RUTS RUTSJ = RUTSJ + RSTS + RSLS...[4.28] = PROS*HTS dimana: RSTS : Penerimaan penyewaan ternak sapi (dibayar) (Rp/ekor); b. Pendapatan Usaha Ternak Sapi Pendapatan rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi dan biaya transaksi penjualan ternak sapi pada usaha ternak sapi diukur dalam rupiah per tahun. Bentuk persamaan pendapatan usaha ternak sapi adalah : PUTS = RUTS - TBPS BTRS..[4.29] Total Biaya Produksi Sapi TBPS = BSPS + BTKDS..[4.30] BTKDS = dimana: PUTS TBPS BTKDS TKDS*UTK : Pendapatan usaha ternak sapi (Rp/tahun); : Total biaya produksi ternak sapi (Rp/tahun); : Biaya tenaga kerja keluarga usaha sapi (diperhitungkan)(rp/tahun)

16 123 c. Pendapatan Usaha Jagung Pendapatan usaha jagung diperoleh dari penjualan jagung diukur dalam rupiah per tahun dikurangi total biaya jagung. Bentuk persamaan pendapatan usaha jagung : PUJ = RUJ TBJ [4.31] RUJ = PROJ*HJG Total Biaya Jagung TBJ = TBPJ + BTRJ..[4.32] TBPJ = BSPJ + BTKJ...[4.33] dimana: PUJ RUJ TBJ BTKJ : Pendapatan usaha jagung (Rp/tahun); : Penerimaan penjualan jagung (Rp/tahun); : Total biaya usaha jagung (Rp/tahun); : Biaya tenaga kerja dalam usaha jagung (Rp/tahun); d. Total Pendapatan Rumahtangga Total pendapatan rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman diperoleh dari penjumlahan pendapatan usaha ternak sapi dan pendapatan usaha jagung, pendapatan usahatani lain, pendapatan buruh tani, pendapatan luar usahatani dan pendapatan usaha lain. Bentuk persamaan total pendapatan rumahtangga adalah : TPRT = PUTS + PUJ + PUTL + PBTN + PLUT + PUL.[4.34] TPRT : Total pendapatan rumahtangga (Rp/tahun); PUTL : Pendapatan usahatani lain (Rp/tahun); PBTN : Pendapatan buruh tani (Rp/tahun) = CTDUO*UTK; PLUT : Pendapatan luar usahatani (Rp/tahun); PUL : Pendapatan usaha lain (Rp/tahun); e. Pendapatan Siap Dibelanjakan Pendapatan siap dibelanjakan rumahtangga merupakan total pendapatan rumahtangga dikurangi pajak. Bentuk persamaannya adalah :

17 124 PSD = TPRT - TAX.[4.35] PSD : Pendapatan siap dibelanjakan (Rp/tahun); TAX : Total pajak atau retribusi (Rp/tahun); Blok Pengeluaran Rumahtangga Pengeluaran rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman merupakan berapa besar uang yang dikeluarkan rumahtangga untuk konsumsi pangan, konsumsi non pangan, serta investasi sumberdaya manusia yang terdiri dari investasi pendidikan dan investasi kesehatan. Pengeluaran konsumsi ditentukan oleh variabel ukuran dan struktur demografi rumahtangga. Variabel ini penting untuk pendapatan yang diperoleh dan pengeluaran yang potensial. a. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan dipengaruhi jumlah anggota keluarga, pendidikan kepala keluarga dan total pendapatan rumahtangga. Bentuk persamaan konsumsi pangan : KP = p 0 + p 1 ANG + p 2 PFO + p 3 TPRT + U 16...[4.36] KP : Konsumsi pangan (Rp/tahun); Hipotesis : p 1, p 2, p 3 > 0. b. Konsumsi Non Pangan Konsumsi non pangan dipengaruhi pendidikan kepala keluarga, jumlah angkatan kerja, dan total pendapatan rumahtangga. Bentuk persamaan konsumsi non pangan adalah : KNP = q 0 + q 1 PFO + q 2 JAKK +q 3 TPRT + U 17.[4.37] KNP : Konsumsi non pangan (Rp/tahun); JAKK : Jumlah angkatan kerja (Orang)

18 125 Hipotesis : q 1, q 2, q 3 > 0. c. Investasi Pendidikan Investasi sumberdaya manusia merupakan total investasi pendidikan dan investasi kesehatan. Sedangkan investasi pendidikan dipengaruhi pendidikan kepala keluarga, tabungan dan total pendapatan rumahtangga. Bentuk persamaannya adalah : ISM IPD ISM IPD IKE TAB = IPD + IKE..[4.38] = r 0 + r 1 PFO+r 2 TAB+r 3 TPRT+U 18 [4.39] : Investasi sumberdaya manusia (Rp/tahun); : Investasi pendidikan (Rp/tahun); : Investasi kesehatan (Rp/tahun); : Jumlah tabungan (Rp/tahun); Hipotesis : r 1, r 2, r 3 > 0. d. Total Pengeluaran Total konsumsi merupakan penjumlahan konsumsi pangan dan konsumsi non pangan. Sedangkan total pengeluaran rumahtangga merupakan penjumlahan total konsumsi dan investasi sumberdaya manusia oleh rumahtangga petani peternak sapi. Bentuk persamaannya adalah : KT TP KT TP = KP + KNP [4.40] = KT + ISM...[4.41] : Konsumsi total (Rp/tahun); : Total pengeluaran (Rp/tahun); Blok Surplus Pasar dan Konsumsi Jagung Perubahan dalam surplus pasar dikarenakan kombinasi dampak perubahan tehnologi dan komersialisasi. Intinya, perubahan surplus pasar akan meningkatkan pendapatan yang menyebabkan pengeluaran untuk konsumsi semakin meningkat.

19 126 Surplus pasar yang dihitung adalah surplus pasar jagung. Surplus pasar ternak sapi dalam penelitian ini tidak dihitung. Hal ini disebabkan rumahtangga tidak mengkonsumsi ternak sapi. Konsumsi jagung adalah konsumsi oleh ternak sapi. Bentuk persamaan surplus pasar dan konsumsi jagung adalah : Surplus Pasar SPJ = PROJ KONJ..[4.42] Konsumsi Jagung KONJ = s 0 + s 1 BRUM + s 2 RUTSJ + s 3 PROJ + U 19..[4.43] SPJ : Surplus pasar jagung (Kg/tahun); Hipotesis : s 1, s 2, s 3 > Model Ekonomi Rumahtangga Petani Usaha Ternak Sapi - Kelapa di Bolaang Mogondow Blok Produksi Blok produksi yang dipelajari adalah produksi ternak sapi dan penjualan sapi. Produksi sapi dipengaruhi harga bayangan ternak sapi, permintaan rumput dan penawaran tenaga kerja keluarga dalam usaha ternak sapi. Sedangkan penjualan sapi dipengaruhi harga bayangan sapi, produksi sapi dan total biaya. Bentuk persamaan fungsi produksi dan penjualan ternak sapi adalah Produksi Sapi PROS = a 0 + a 1 HTSB+ a 2 JRUM+a 3 TKDS + U 1...[4.44] Penjualan Sapi PROSJ = b 0 + b 1 HTSB + b 2 PROS + b 3 TB + U 2..[4.45]

20 127 Harga Bayangan Sapi HTSB = HTS BTRS...[4.46] PROS : Produksi sapi (Kg); PROSJ : Penjualan sapi (Kg); JRUM : Jumlah rumput (Kg/tahun); TKDS : Penawaran TK kel utk usaha ternak sapi (Jam/tahun); HTS : Harga ternak sapi (Rp/kg); HTSBS : Harga bayangan sapi (total sapi) (Rp/tahun); BTRS : Biaya transaksi usaha ternak sapi (Rp/tahun); TB : Total biaya (Rp/tahun); Ui : Peubah pengganggu; Hipotesis : a 1, a 2, a 3 > 0 dan b 1, b 2, b 3 > 0. Produksi kelapa yang dianalisis adalah produktivitas kelapa. Luas lahan dianggap tetap sehingga tidak dianalisis dalam model ini. Produktivitas kelapa dipengaruhi harga bayangan kopra, jumlah pohon kelapa, jumlah pupuk urea kelapa, permintaan tenaga kerja sewa dan tenaga kerja ternak sapi dalam usaha kelapa. Bentuk persamaan fungsi produktivitas kelapa adalah Produktivitas Kelapa PRODK = c 0 +c 1 HKOB+c 2 JPK+c 3 JPUK +c 4 TKLK+ c 5 TKSK+U 3...[4.47] Produksi Buah Kelapa PROB = PRODK*LHNK.[4.48] Harga Bayangan Kopra HKOB = HKO BTRK..[4.49] PRODK PROB LHNK JPK JPUK TKLK TKSK HKO : Produktivitas kelapa (Kg/tahun); : Produksi buah kelapa (Kg/tahun); : Luas Lahan Kelapa (Ha); : Jumlah pohon kelapa (Pohon); : Jumlah pupuk urea utk usaha kelapa (Kg/tahun); : Tenaga kerja sewa untuk kelapa (Jam/tahun); : Tenaga kerja ternak sapi (Jam/tahun); : Harga kopra (Rp/kopra)

21 128 HKOB : Harga bayangan kopra (Rp/kg); BTRK : Biaya transaksi kopra (Rp/tahun); Hipotesis : c 1, c 2, c 3, c 4, c 5 > Blok Penggunaan Input Penggunaan input terdiri dari permintaan input produksi dan input tenaga kerja dalam usaha ternak sapi dan usaha kelapa. Input produksi hanya permintaan rumput. Permintaan pupuk urea pada usaha kelapa tidak dimasukkan dalam model karena hanya sebagian rumahtangga menggunakan pupuk urea untuk usaha kelapa. a. Jumlah Permintaan Rumput Jumlah permintaan rumput dipengaruhi harga rumput, produksi sapi, penerimaan usaha ternak sapi dan penerimaan usaha kelapa. Bentuk persamaannya : JRUM = d 0 +d 1 HRUM+d 2 PROS+d 3 RUTS+d 4 RUK+U 4..[4.50] HRUM : Harga rumput (Rp/kg); RUTS : Penerimaan usaha ternak sapi (Rp/tahun); RUK : Penerimaan usaha kelapa (Rp/tahun); Hipotesis : d 1 < 0, d 2, d 3, d 4 > 0. b. Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Penggunaan tenaga kerja pada usaha sapi merupakan curahan kerja anggota keluarga. Hal ini disebabkan usaha sapi yang ada merupakan usaha sampingan dengan sistem pemeliharaan tradicional, sehingga rumahtangga memanfaatkan tenaga kerja keluarga. Penggunaan tenaga kerja pada usaha kelapa adalah curahan kerja anggota keluarga, penggunaan tenaga kerja sewa dan tenaga kerja ternak. Curahan kerja anggota keluarga pada usaha ternak sapi dipengaruhi oleh upah bayangan tenaga kerja, penawaran tenaga kerja keluarga untuk usaha kelapa dan

22 129 produksi sapi. Sedangkan curahan kerja keluarga dalam usaha kelapa dipengaruhi oleh upah bayangan tenaga kerja, penawaran tenaga kerja keluarga dalam usaha ternak sapi, permintaan tenaga kerja sewa dalam usaha kelapa dan produksi kopra. Bentuk persamaan penawaran tenaga kerja keluarga dalam usaha sapi dan kelapa adalah : Tenaga Kerja Keluarga dalam Usaha Sapi TKDS = e 0 + e 1 UTKB + e 2 TKDK + e 3 PROS + U 5..[4.51] Tenaga Kerja Keluarga dalam Usaha Sapi TKDK = f 0 + f 1 UTKB+f 2 TKDS+f 3 TKLK+f 4 PROK+U 6.[4.52] Upah Bayangan Tenaga Kerja UTKB = UTK + BTPK [4.53] TKDK : Penawaran TK kel utk usaha kelapa (Jam/tahun); PROK : Produksi kopra (Kg/tahun); UTK : Upah tenaga kerja (Rp/jam); UTKB : Upah bayangan tenaga kerja (kelapa) (Rp/jam); BTPK : Biaya transaksi kopra (Rp/tahun); Hipotesis : e 2 < 0 dan e 1, e 3 > 0; f 2, f 3 < 0 dan f 1, f 4 > 0. c. Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Pada usaha kelapa, rumahtangga menggunakan tenaga kerja sewa. Penggunaan tenaga kerja yang disewa rumahtangga dipengaruhi upah bayangan tenaga kerja, produksi buah kelapa, jumlah angkatan kerja dan curahan kerja sebagai buruh tani. Bentuk persamaan permintaan tenaga kerja sewa pada usaha kelapa adalah : TKLK = g 0 +g 1 UTKB+g 2 PROB+g 3 JAKK+g 4 CTDUO+U 7..[4.54] Hipotesis : g 1, g 3 < 0 dan g 2, g 4 > 0.

23 130 d. Penggunaan Tenaga Kerja Ternak Tenaga kerja ternak di Bolaang Mongondow digunakan untuk pengangkutan dan membajak lahan sawah. Penggunaan tenaga kerja ternak dipengaruhi upah sewa sapi bayangan dan surplus pasar kelapa. Bentuk persamaannya adalah : TKSK = h 0 + h 1 USSB + h 2 SPK + U 8.[4.55] USSB = USS + BTRK..[4.56] USSB : Upah sewa sapi bayangan (Rp/jam); SPK : Surplus pasar kelapa (Kg/tahun); USS : Upah sewa sapi (Rp/jam); Hipotesis : h 1, h 2, h 3 > 0. e. Curahan Tenaga Kerja Sebagai Buruh Tani Curahan tenaga kerja sebagai buruh tani dipengaruhi upah bayangan tenaga kerja, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan kepala keluarga, total pengeluaran dan produksi sapi. Bentuk persamaannya adalah : CTDUO = i 0 +i 1 UTKB+i 2 ANG+i 3 TP+i 4 PROS+U 9 [4.57] ANG : Jumlah anggota keluarga (Orang); PFO : Pendidikan formal KK (Tahun); TP : Total pengeluaran (Rp/tahun); Hipotesis : i 3, i 4 < 0, i 1, i 2 > Blok Biaya Produksi Dalam melakukan proses produksi usaha ternak sapi maupun usaha kelapa, rumahtangga membutuhkan biaya. Seperti di Minahasa, biaya produksi yang dikeluarkan rumahtangga untuk usaha ternak sapi hanya biaya sarana produksi. Rumahtangga tidak menggunakan tenaga kerja sewa dalam usaha ternak sapi. Sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan untuk usaha kelapa baik biaya tenaga

24 131 kerja maupun biaya sarana produksi kelapa tidak masuk dalam model. Berbeda dengan di Minahasa, biaya sarana produksi ternak sapi hanya terdiri dari biaya rumput dan biaya obat-obatan. Bentuk persamaannya adalah : BSPS = BRUM + OBT [4.58] BRUM = BSPS BRUM OBT JRUM*HRUM : Biaya sarana produksi sapi (Rp/tahun); : Biaya rumput (Rp/tahun); : Biaya obat-obatan (Rp/tahun); Blok Biaya Transaksi Seperti pada model Minahasa, biaya transaksi merupakan biaya yang ditanggung rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman dalam penjualan ternak sapi maupun penjualan kelapa. Biaya transaksi penjualan sapi terdiri dari biaya perantara, biaya transpor, biaya retribusi dan biaya administrasi. Sedangkan biaya transaksi penjualan kopra terdiri dari biaya transpor penjualan kopra dan biaya penyimpanan kopra. Biaya perantara penjualan sapi merupakan salah satu komponen biaya transaksi penjualan sapi dipengaruhi harga sapi, penjualan sapi dan jarak pasar. Sedangkan biaya transpor penjualan kopra dipengaruhi harga kopra dan tenaga kerja ternak sapi pada usaha kelapa. Bentuk persamaannya : Biaya Perantara Penjualan Sapi BPER = j 0 + j 1 HTS+j 2 PROSJ +j 3 JARP+U 10...[4.59] Biaya Transpor Penjualan Kopra BTPK = k 0 + k 1 HKO + k 2 TKSK + U 11 [4.60] Biaya Transaksi Usaha Sapi BTRS = BPER + BTRA + BRET + BADM...[4.61]

25 132 Biaya Transaksi Usaha Kelapa BTRK = BTPK + BSIM...[4.62] Total Biaya Transaksi BTR = BTRS + BTRK...[4.63] BPER : Biaya perantara penjualan sapi (Rp/tahun); BTRA : Biaya transpor penjualan sapi (Rp/tahun); BRET : Biaya retribusi penjualan sapi (Rp/tahun); BADM : Biaya administrasi penjualan sapi (Rp/tahun); BTPK : Biaya transpor penjualan kopra (Rp/tahun); BSIM : Biaya simpan kopra (Rp/tahun); JARP : Jarak pasar (Km); Hipotesis : j 3 < 0 dan j 1, j 2 > 0; k 2 < 0 dan k 1 > Blok Pendapatan Rumahtangga Sama seperti di Minahasa, pendapatan rumahtangga adalah pendapatan yang diperoleh rumahtangga petani peternak dari usaha ternak sapi, usaha kelapa, usahatani lain, buruh tani, luar usahatani dan pendapatan usaha lain. a. Penerimaan Usaha Ternak Sapi Penerimaan rumahtangga selain diperoleh dari penjualan ternak sapi juga diperoleh dari penyewaan ternak sapi oleh petani lain. Penerimaan rumahtangga terdiri dari penerimaan hasil penjualan ternak dan penerimaan hasil penyewaan ternak sapi. Penerimaan hasil penjualan ternak merupakan perkalian penjualan sapi dan harga sapi. Sedangkan penerimaan sewa ternak merupakan perkalian jumlah ternak yang disewakan dan harga sewa sapi. Bentuk persamaannya: RUTS RUTSJ RSLS = RUTSJ + RSTS + RSLS...[4.64] = PROS*HTS = TKSK*USS

26 133 dimana: RSTS RSLS : Penerimaan penyewaan ternak sapi (dibayar) (Rp/ekor); : Penerimaan penyewaan ternak sapi (dihitung) (Rp/ekor); b. Pendapatan Usaha Ternak Sapi Pendapatan rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi dan biaya transaksi penjualan ternak sapi diukur dalam rupiah per tahun. Bentuk persamaannya adalah : PUTS = RUTS - TBPS BTRS [4.65] Total Biaya Produksi Sapi TBPS dimana: PUTS TBS TBPS BTKDS = BSPS + BTKDS.[4.66] : Pendapatan usaha ternak sapi (Rp/tahun); : Total biaya usaha ternak sapi (Rp/tahun); : Total biaya produksi sapi (Rp/tahun); : Biaya TK keluarga usaha ternak sapi (diperhitungkan)(rp/tahun); c. Pendapatan Usaha Kelapa Pendapatan usaha kelapa diperoleh dari penjualan kopra dan buah kelapa diukur dalam rupiah per tahun dikurangi biaya produksi dan biaya transaksi penjualan kopra. Bentuk persamaan pendapatan usaha kelapa dan total biaya kelapa adalah : PUK = RUK - TBPK - BTRK...[4.67] RUK = PROBJ*HBK + PROK*HKO Total Biaya Produksi Kelapa TBPK = (JPUK*HPUK)+(JGAR*HGAR)+BTKK...[4.68] BTKK = BTKDK = BTKLK = dimana: PUK BTKDK + BTKLK.[4.69] TKDS*UTK TKLK*UTK : Pendapatan usaha kelapa (Rp/tahun);

27 134 RUK TBPK JPUK HPUK JGAR HGAR BTKK BTKDK BTKLK : Penerimaan penjualan kelapa dan kopra (Rp/tahun); : Total biaya produksi kelapa (Rp/tahun); : Jumlah pupuk urea untuk kelapa (Kg/tahun); : Harga pupuk urea untuk kelapa (Rp/kg); : Jumlah garam (Kg/tahun); : Harga garam (Rp/kg); : Biaya TK usaha kelapa (Rp/tahun); : Biaya TK keluarga usaha kelapa (diperhitungkan)(rp/tahun); : Biaya TK sewa usaha kelapa (dibayar) (Rp/tahun); d. Total Pendapatan Rumahtangga Total pendapatan rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman diperoleh dari penjumlahan pendapatan usaha sapi dan pendapatan usaha kelapa, pendapatan usahatani lain, pendapatan buruh tani, pendapatan luar usahatani dan pendapatan usaha lain. Bentuk persamaan total pendapatan rumahtangga adalah sebagai berikut : TPRT = PUTS + PUJ + PUTL + PBTN + PLUT + PUL.[4.70] TPRT : Total pendapatan rumahtangga (Rp/tahun); PUTL : Pendapatan usahatani lain (Rp/tahun); PBTN : Pendapatan buruh tani (Rp/tahun); PLUT : Pendapatan luar usahatani (Rp/tahun); PUL : Pendapatan usaha lain (Rp/tahun) e. Pendapatan Siap Dibelanjakan Pendapatan siap dibelanjakan rumahtangga merupakan total pendapatan rumahtangga dikurangi pajak. Bentuk persamaannya adalah : PSD = TPRT - TAX.[4.71] PSD : Pendapatan siap dibelanjakan (Rp/tahun); TAX : Total pajak atau retribusi (Rp/tahun); Blok Pengeluaran Rumahtangga Pengeluaran rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman merupakan berapa besar uang yang dikeluarkan rumahtangga untuk konsumsi pangan, konsumsi

28 135 non pangan, serta investasi sumberdaya manusia yang terdiri dari investasi pendidikan dan investasi kesehatan. Pengeluaran untuk konsumsi ditentukan oleh variabel ukuran dan struktur demografi rumahtangga. Variabel ini penting untuk pendapatan dan pengeluaran yang potensial. a. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga, pendidikan kepala keluarga dan total pendapatan rumahtangga. Bentuk persamaan konsumsi pangan adalah : KP = l 0 + l 1 ANG + l 2 PFO + l 3 TPRT + U 12.[4.72] KP : Konsumsi pangan (Rp/tahun); Hipotesis : l 1, l 2, l 3 > 0. b. Konsumsi Non Pangan Konsumsi non pangan dipengaruhi pendidikan kepala keluarga, jumlah angkatan kerja, dan total pendapatan rumahtangga. Bentuk persamaannya adalah: KNP = m 0 + m 1 ANG+m 2 PFO+m 3 TPRT+U 13.[4.73] KNP : Konsumsi non pangan (Rp/tahun); Hipotesis : m 1, m 2, m 3 > 0. c. Investasi Pendidikan Investasi sumberdaya manusia merupakan total investasi pendidikan dan investasi kesehatan. Investasi pendidikan dipengaruhi jumlah anak sekolah dan total pendapatan rumahtangga. Bentuk persamaan investasi pendidikan adalah : ISM IPD = IPD + IKE..[4.74] = n 0 + n 1 JAS + n 3 TPRT + U 14...[4.75]

29 136 ISM : Investasi sumberdaya manusia (Rp/tahun); IPD : Investasi pendidikan (Rp/tahun); IKE : Investasi kesehatan (Rp/tahun); JAS : Jumlah anak sekolah (Orang); Hipotesis : n 1, n 2, n 3 > 0. d. Total Pengeluaran Total konsumsi merupakan penjumlahan konsumsi pangan dan konsumsi non pangan. Sedangkan total pengeluaran rumahtangga merupakan penjumlahan total konsumsi dan investasi sumberdaya manusia oleh rumahtangga petani peternak sapi. Bentuk persamaannya adalah : KT TP KT TP = KP + KNP.[4.76] = KT + ISM...[4.77] : Konsumsi total (Rp/tahun); : Total pengeluaran (Rp/tahun); Blok Surplus Pasar Perubahan dalam surplus pasar dikarenakan kombinasi dampak perubahan tehnologi dan komersialisasi. Intinya, perubahan surplus pasar akan meningkatkan pendapatan yang menyebabkan pengeluaran konsumsi semakin meningkat. Surplus pasar yang dihitung adalah surplus pasar kelapa. Bentuk persamaan surplus pasar kelapa adalah : SPK = o 0 + o 1 HBK + o 2 PROB + o 3 TP + o 3 BTRK + U 15...(4.78) SPK : Surplus pasar kelapa (Kg/tahun); HBK : Harga buah kelapa (Rp/kg); Hipotesis : o 1, o 2, o 3, o 4 > 0. Definisi dan pengukuran variabel dapat dilihat pada Lampiran 1.

30 Identifikasi Model Identifikasi model dilakukan agar dapat menentukan metode estimasi yang akan digunakan. Identifikasi model ditentukan berdasarkan dua kondisi yaitu kondisi order dan rank (Koutsoyiannis, 1977). Kedua kondisi ini harus dipenuhi oleh persamaman agar dapat diidentifikasi. Untuk keperluan identifikasi setiap persamaan perilaku, dalam penelitian ini hanya didasarkan pada kondisi order. Kondisi order secara matematis dapat dilihat dari persamaan : ( K M ) ( G 1) K = Jumlah keseluruhan peubah endogen dan predeterminan, M = Jumlah peubah endogen dan peubah eksogen dalam persamaan, G = Jumlah keseluruhan persamaan (jumlah persamaan endogen), Pada kondisi rank ditentukan oleh determinan turunan persamaan struktural yang nilainya tidak sama dengan nol. Jika (K-M) = (G-1) maka persamaan dikatakan exactly identified dan jika (K-M) < (G-1) maka persamaan dikatakan underidentified. Jika (K-M) > (G-1) maka persamaan dikatakan over identified. Jika sistem persamaan atau model secara keseluruhan adalah under-identified maka tidak satupun tehnik ekonometrika yang dapat dilakukan untuk mengestimasi parameter tersebut. Jika sistem persamaan exactly identified, maka tehnik yang digunakan adalah Indirect Least Squares (ILS), dan jika over identified maka digunakan Two Stage Least Squares (2 SLS) atau Three Stage Least Squares (3SLS). Dalam model penelitian ini, untuk model usaha ternak sapi-jagung di Minahasa terdapat 43 persamaan yang terdiri dari 19 persamaan struktural (perilaku) dan 23 persamaan identitas. Berarti jumlah peubah endogen sebesar 43 persamaan

31 138 dan peubah eksogen sebanyak 44 peubah. Untuk model usaha ternak sapi-kelapa di Bolaang Mongondow terdapat 35 persamaan yang terdiri dari 15 persamaan struktural (perilaku) dan 20 persamaan identitas. Berarti jumlah peubah endogen sebesar 35 persamaan dan peubah eksogen sebanyak 40 peubah. Total peubah endogen dan eksogen dalam persamaan (maksimum) adalah sebesar 7 peubah, sehingga untuk usaha ternak sapi-jagung di Minahasa diperoleh K = 88, M = 7 dan G = 43. Sedangkan untuk usaha ternak sapi-kelapa di Bolaang Mongondow diperoleh K = 72, M = 7 dan G = 35, dengan demikian model yang dibangun menghasilkan persamaan over identified. Model over identified akan menghasilkan perkiraan untuk parameter persamaan struktural atau perilaku. 4.7.Validasi Model Menurut Sitepu dan Sinaga (2006), simulasi dilakukan dengan tujuan untuk mencari model yang tepat dan bagaimana perubahan peubah endogen sebagai suatu fungsi dari satu atau lebih peubah eksogen. Kriteria ini ditentukan oleh kriteria goodness of fit statistics. Beberapa nilai-nilai ukuran statistik yang tersedia digunakan untuk menilai kemampuan suatu model dalam melakukan simulasi. Untuk mengetahui apakah suatu model cukup baik maka dilakukan validasi model, sehingga manfaat validasi model adalah untuk mengetahui apakah model yang digunakan menggambarkan informasi aktual dengan baik. Atau untuk mengetahui apakah model dapat menghasilkan nilai ramalan untuk peubah endogen yang tidak jauh berbeda dengan nilai-nilai aktualnya. Validasi model menggunakan kriteria statistik Root Mean Squares Error (RMSE), Root Mean Squares Percent Error (RMSPE),

32 139 koefisien determinasi (R 2 ) dan Theil s Inequality Coefficient (U). Persamaan masingmasing kriteria statistik menurut Koutsoyiannis (1977) dan Pindyck and Rubinfeld (1991), adalah : RMSE = ( / n) * ( S i A ) 1 i 2 ( 1/ n) * {( S A )/ A } RMSPE = 100* i i i U = ( 1/ n) * ( S A ) 2 ( 1/ n) * ( S ) + ( 1/ n) * ( A ) i i i 2 i 2 2 dimana: n S i A i = Jumlah pengamatan, = Nilai simulasi contoh ke-i, = Nilai aktual contoh ke-i Kriteria RMSE, RMSPE dan U Theil s, menunjukkan apakah suatu model akan semakin baik sebagai penduga atau tidak. Semakin kecil nilai RMSE, RMSPE dan U Theil s akan semakin baik penduga model yang digunakan. Jika U=0 berarti estimasi model yang dihasilkan adalah semakin baik, dan jika U=1 maka estimasi model semakin jelek. Nilai R 2 untuk membandingkan antara data actual dengan data hasil estimasi peubah endogen (Pindyck and Rubinfeld, 1991) Simulasi Model Kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam rangka pengembangan peternakan khususnya pada usaha ternak sapi diantaranya pemberian bantuan dalam

33 140 bentuk ternak atau dana cash. Bantuan ini dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya peningkatan pendapatan rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman yang selanjutnya dapat meningkat kesejahteraan mereka. Pemerintah melakukan investasi peternakan untuk mengantisipasi adanya impor ternak dan produk ternak yaitu daging sapi. Namun kenyataan di lapang menunjukkan bahwa program yang dilakukan pemerintah kurang berhasil. Masalah lain, rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman menghadapi biaya transaksi dalam penjualan ternak sapi. Kasus tersebut sangat diperlukan intervensi pemerintah dalam hal bagaimana meminimalkan biaya transaksi agar penerimaan yang diperoleh dari penjualan ternak sapi lebih tinggi. Apabila biaya transaksi tidak bisa dihindari maka upaya yang dapat dilaksanakan adalah peningkatan harga output (harga sapi). Harga output dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan bobot minimum penjualan ternak sapi. Naiknya biaya transaksi dibarengi naiknya harga output diharapkan mempunyai dampak positif terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani usaha ternak sapi-tanaman. Cara lain yang dapat dilakukan pemerintah adalah perlu dipertimbangkan untuk membangun suatu lembaga yaitu koperasi agar ke depan rumahtangga dapat menjual ternaknya melalui koperasi. Berdasarkan kondisi tersebut di atas maka dilakukan analisis simulasi biaya transaksi, harga dan upah. Analisis ini dilakukan untuk mempelajari dampak perubahan : harga ouput, harga input, upah tenaga kerja, biaya transaksi maupun dampak penurunan biaya perantara penjualan sapi terhadap perilaku ekonomi rumahtangga. Analisis perubahan tersebut akan dilakukan adalah kombinasi dengan

34 141 perubahan sebesar 10 persen. Peningkatan ini dilakukan berdasarkan kenyataan di lapangan bahwa biaya perantara penjualan sapi setiap tahunnya mengalami peningkatan dan pada saat penelitian biaya perantara penjualan sapi berkisar antara persen. Penekanan biaya perantara dapat dilakukan dengan cara rumahtangga menjual sendiri ternaknya atau melalui koperasi. Harga ternak sapi juga mengalami peningkatan setiap tahunnya namun harga ternak sapi di Sulawesi Utara lebih murah dibanding daerah lain. Harga kopra yang diterima rumahtangga lebih murah dibanding bila rumahtangga menjual di pabrik minyak goreng. Analisis simulasi di Minahasa dan Bolaang Mongondow dilakukan dengan berbagai skenario, yaitu : Skenario 1 (S1) = Skenario 2 (S2) = Skenario 3 (S3) = Skenario 4 (S4) = Skenario 5 (S5) = Skenario 6 (S6) = Peningkatan biaya perantara penjualan sapi dikombinasikan dengan biaya transpor penjualan jagung/kopra, harga sapi dan harga jagung/kopra. Peningkatan biaya perantara penjualan sapi dikombinasikan dengan biaya transpor penjualan jagung/kopra, harga rumput, harga urea dan upah tenaga kerja. Peningkatan biaya perantara penjualan sapi dikombinasikan dengan biaya transpor penjualan jagung/kopra, harga sapi, harga jagung/kopra, harga rumput, harga urea dan upah tenaga kerja. Penurunan biaya perantara penjualan sapi dikombinasikan dengan peningkatan biaya transpor penjualan sapi, biaya administrasi, biaya retribusi, biaya transpor penjualan jagung/kopra, harga sapi dan harga jagung/ kopra. Penurunan biaya perantara penjualan sapi dikombinasikan dengan peningkatan biaya transpor penjualan sapi, biaya administrasi, biaya retribusi, biaya transpor penjualan jagung/kopra, harga rumput, harga urea dan upah tenaga kerja. Penurunan biaya perantara penjualan sapi dikombinasikan dengan peningkatan biaya transpor penjualan sapi, biaya administrasi, biaya retribusi, biaya transpor penjualan jagung/kopra, harga sapi, harga jagung/kopra, harga rumput,

35 142 harga urea dan upah tenaga kerja. Skenario 7 (S7) = Skenario 8 (S8) = Peningkatan harga sapi dan harga jagung/kopra pada kondisi ada biaya transaksi dan kondisi tidak ada biaya transaksi rumahtangga petani peternak sapi di Minahasa dan Bolaang Mongondow. Peningkatan harga sapi, harga jagung/kopra, harga rumput, harga urea dan upah pada kondisi ada biaya transaksi dan kondisi tidak ada biaya transaksi rumahtangga petani peternak sapi di Minahasa dan Bolaang Mongondow.

VIII. DAMPAK BIAYA TRANSAKSI, HARGA DAN UPAH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN

VIII. DAMPAK BIAYA TRANSAKSI, HARGA DAN UPAH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN 312 VIII. DAMPAK BIAYA TRANSAKSI, HARGA DAN UPAH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN Berdasarkan teori, keputusan rumahtangga berkaitan dengan keputusan curahan kerja, produksi

Lebih terperinci

VII. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN. rumahtangga petani peternak sapi di Sulawesi Utara dengan menggunakan

VII. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN. rumahtangga petani peternak sapi di Sulawesi Utara dengan menggunakan VII. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN Untuk menjawab tujuan penelitian ini telah dilakukan analisis perilaku rumahtangga petani peternak sapi di Sulawesi Utara

Lebih terperinci

PENGARUH BIAYA TRANSAKSI TERHADAP PERILAKU EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI PETERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN MINAHASA 1)

PENGARUH BIAYA TRANSAKSI TERHADAP PERILAKU EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI PETERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN MINAHASA 1) PENGARUH BIAYA TRANSAKSI TERHADAP PERILAKU EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI PETERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN MINAHASA 1) (Impact on Transaction Cost of Household Economic Cattle Farmers in Minahasa) Femi Hadidjah

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Allen, D.W and D. Lueck The Nature of The Farm. Contracts, Risk and Organization in Agriculture. The MIT Press.

DAFTAR PUSTAKA. Allen, D.W and D. Lueck The Nature of The Farm. Contracts, Risk and Organization in Agriculture. The MIT Press. DAFTAR PUSTAKA Achmad, P. 1983. Problem Reproduksi Pada Ruminansia Besar di Yogyakarta. Proceeding. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

DISERTASI FEMI HADIDJAH ELLY

DISERTASI FEMI HADIDJAH ELLY DAMPAK BIAYA TRANSAKSI TERHADAP PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN DI SULAWESI UTARA DISERTASI FEMI HADIDJAH ELLY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

VI. STRUKTUR BIAYA TRANSAKSI. produksi serta rasio biaya transaksi dan penerimaan, rasio biaya transaksi dan

VI. STRUKTUR BIAYA TRANSAKSI. produksi serta rasio biaya transaksi dan penerimaan, rasio biaya transaksi dan VI. STRUKTUR BIAYA TRANSAKSI Berdasarkan tujuan penelitian pertama, dalam bab ini akan dibahas besarnya biaya transaksi berdasarkan usaha ternak sapi jagung di Minahasa dan usaha ternak sapi kelapa di

Lebih terperinci

DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA

DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA 233 IX. DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA Secara teoritis kinerja ekonomi rumahtangga petani dipengaruhi oleh perilaku rumahtangga dalam kegiatan produksi,

Lebih terperinci

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI 84 VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI 7.1. Hasil Validasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sebelum melakukan simulasi untuk menangkap

Lebih terperinci

DISERTASI FEMI HADIDJAH ELLY

DISERTASI FEMI HADIDJAH ELLY DAMPAK BIAYA TRANSAKSI TERHADAP PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN DI SULAWESI UTARA DISERTASI FEMI HADIDJAH ELLY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pool data 13 kabupaten dan satu kota di Kalimantan Tengah selama periode 1995-2005. Data sekunder yang

Lebih terperinci

Dept.Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,FEM-IPB, 2)

Dept.Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,FEM-IPB, 2) ANALISIS EKONOMI RUMAHTANGGA PEKERJA WANITA INDUSTRI KECIL KAIN TENUN IKAT DI KELURAHAN BANDAR KIDUL KOTA KEDIRI DALAM RANGKA MENGHADAPI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Kasirotur Rohmah 1), Hastuti 2), dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS) Kecamatan Amanuban Barat, dengan contoh tiga desa yaitu Desa Tublopo, Mnelalete dan Pusu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN 7.1. Hasil Validasi Model Simulasi model dilakukan untuk menganalisis dampak perubahan berbagai faktor ekonomi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI 69 VI. HASIL PENDUGAAN MODEL PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI 6.1. Kinerja Umum Model Hal yang perlu diperhatikan di dalam model adalah terpenuhinya kriteria ekonomi, kriteria statistik dan kriteria

Lebih terperinci

DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER

DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER P R O S I D I N G 186 DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER Novi Haryati, Soetriono, Anik Suwandari Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI WILAYAH DAN RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN. umum rumahtangga petani peternak sapi sebagai responden. Keadaan umum wilayah

V. DESKRIPSI WILAYAH DAN RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN. umum rumahtangga petani peternak sapi sebagai responden. Keadaan umum wilayah V. DESKRIPSI WILAYAH DAN RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN Pada bagian ini akan dibahas keadaan umum wilayah penelitian dan keadaan umum rumahtangga petani peternak sapi sebagai responden. Keadaan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi 153 V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi rumahtangga pertanian yang menjadi objek penelitian ini. Variabel-variabel yang

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) Volume 3, Nomor 1, Juli 2012 ISSN 2087-409X Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KEPUTUSAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KARET DI KABUPATEN

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan dari perolehan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk time series

IV. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk time series 35 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk time series tahunan dengan rentang waktu dari tahun 1990 sampai 2010. Data dalam penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Teluk Bintuni di dua desa yang

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Teluk Bintuni di dua desa yang 62 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan Teluk Bintuni di dua desa yang berada di sekitar wilayah pembangunan proyek LNG Tangguh yaitu di Desa Tanah

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka. IV. METODOLOGI 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukahaji merupakan salah satu

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data APBD Kabupaten/Kota dan Provinsi di Indonesia tahun 2005-2009 yang diperoleh dari Dirjen Perimbangan

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Wenny Mamilianti Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan

Disusun Oleh: Wenny Mamilianti Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan SIMULASI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI System of Rice Intensification (SRI) - Non SRI (Studi Kasus di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Pasuruan) Disusun Oleh: Wenny Mamilianti

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif karena dalam penelitian ini berupa angka-angka dan analisis. Dalam pembahasannyan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yaitu Kecamatan Denpasar Utara Kota Denpasar, ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi secara sengaja

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengembangan usahatani mina padi dengan sistem jajar legowo ini dilakukan di Desa Mrgodadi, Kecamatan sayegan, Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan metode

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series tahunan dengan rentang waktu penelitian dari tahun 1980 sampai 2008. Data dalam penelitian

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM 7.1 Penerimaan Usahatani Caisim Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh petani dari jumlah produksi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 55 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan studi pustaka, teori-teori ekonomi makro, dan kerangka logika yang digunakan, terdapat saling keterkaitan antara komponen perekonomian makro

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di provinsi yang pernah melakukan program

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di provinsi yang pernah melakukan program IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di provinsi yang pernah melakukan program pemberdayaan petani. Secara purposive dipilih satu provinsi di Jawa yaitu Daerah Istimewa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta dan Kementrian Keuangan. Data yang

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN : STUDI KASUS ISTRI NELAYAN DI KABUPATEN ACEH BESAR, NAD

ANALISIS EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN : STUDI KASUS ISTRI NELAYAN DI KABUPATEN ACEH BESAR, NAD ANALISIS EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN : STUDI KASUS ISTRI NELAYAN DI KABUPATEN ACEH BESAR, NAD Oleh : Miftakhuddin 1 dan Abdul Kohar Mudzakir 2 1).Lembaga hukom adat laot/panglima laot aceh, Jl. T.Nyak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, dalam pembahasannya lebih ditekankan pada biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, input yang digunakan, penerimaan yang diperoleh

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Sebagai negara yang menganut sisitem perekonomian terbuka maka sudah barang tentu pertumbuhan ekonominya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama pasar beras mencakup kegiatan produksi dan konsumsi. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan karena memiliki lebih dari satu

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja kantor Bank Rakyat Indonesia Cabang Bogor (nasabah Bank Rakyat Indonesia dijadikan sebagai responden).

Lebih terperinci

VIII. EFEK PERUBAHAN HARGA INPUT DAN HARGA OUTPUT PADA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Pada bab sebelumnya telah ditunjukkan hasil pendugaan model ekonomi

VIII. EFEK PERUBAHAN HARGA INPUT DAN HARGA OUTPUT PADA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Pada bab sebelumnya telah ditunjukkan hasil pendugaan model ekonomi 243 VIII. EFEK PERUBAHAN HARGA INPUT DAN HARGA OUTPUT PADA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Pada bab sebelumnya telah ditunjukkan hasil pendugaan model ekonomi rumahtangga petani tanaman pangan menggunakan model

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Perumusan Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia Model merupakan abstraksi atau penyederhanaan dari fenomena yang terjadi. Dengan penyederhanaan itu,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cilembu (Kecamatan Tanjungsari) dan Desa Nagarawangi (Kecamatan Rancakalong) Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif II. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data yang tidak hanya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitin ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan statistik sebagai alat bantu untuk mengambil keputusan yang lebih baik telah mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan. Setiap orang, baik sadar maupun

Lebih terperinci

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 66 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan bawang merah dalam penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif.

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No Pertanyaan Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Total Skor 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 28 3

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESEJAHTERAAN PELAKU EKONOMI UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG

PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESEJAHTERAAN PELAKU EKONOMI UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESEJAHTERAAN PELAKU EKONOMI UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG (The Impacts of Government s Policies on Cassava Economic Stockhorders Welfare In Lampung Provience) Septaria

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK 7.1. Pola Usahatani Pola usahatani yang dimasukkan dalam program linier sesuai kebiasaan petani adalah pola tanam padi-bera untuk lahan sawah satu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu Kajian dilakukan terhadap usahatani beberapa petani sawah irigasi di desa Citarik kecamatan Tirta Mulya Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi terutama didasarkan pada

Lebih terperinci

31 Universitas Indonesia

31 Universitas Indonesia BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah memperhatikan karakteristik permintaan kedelai di Indonesia pada bab terdahulu maka sekarang tiba saatnya untuk memodelkan faktor faktor yang mempengaruhi permintaan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode two stage least squares (2SLS). Pada bagian ini akan dijelaskan hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode two stage least squares (2SLS). Pada bagian ini akan dijelaskan hasil VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Seperti yang telah dijelaskan pada Bab IV, model integrasi pasar beras Indonesia merupakan model linier persamaan simultan dan diestimasi dengan metode two stage least squares

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO Bentuk analisis pendapatan ini mengacu kepada konsep pendapatan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tunai dan biaya

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun Data time series

III. METODE PENELITIAN. berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun Data time series III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun 2011. Data time series merupakan data

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER PADA MODEL SIMULTAN. Oleh: M. Rondhi, Ph.D

PENDUGAAN PARAMETER PADA MODEL SIMULTAN. Oleh: M. Rondhi, Ph.D PENDUGAAN PARAMETER PADA MODEL SIMULTAN Oleh: M. Rondhi, Ph.D Standar Kompetensi Kompetensi dasar Metode Pembelajaran : Mahasiswa dapat menganalisis model simultan : 1. Mahasiswa menjelaskan contoh perekonomian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Sukasari Kaler yang berada di wilayah Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

Model Persamaan Simultan

Model Persamaan Simultan Model Persamaan Simultan Dalam peristiwa ekonomi seringkali ditemukan bahwa beberapa variabel saling mempengaruhi. Contoh : Pendapatan akan mempengaruhi konsumsi, artinya jika pendapatan naik maka diharapkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. banyak membahas mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses

III. METODE PENELITIAN. banyak membahas mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena dalam pembahasannya lebih banyak membahas mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, input yang digunakan, penerimaan

Lebih terperinci

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA Penelitian ini membagi responden berdasarkan jenis lahan, yaitu lahan sawah irigasi dan tadah hujan, serta keikutsertaan petani dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah III. METODE PENELITIAN Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode ini digunakan untuk menggali fakta- fakta di lapangan kemudian dianalisis dan

Lebih terperinci

Dampak Penurunan Harga Susu terhadap Agribisnis Sapi Perah Rakyat

Dampak Penurunan Harga Susu terhadap Agribisnis Sapi Perah Rakyat Seminar Nasional PENINGKATAN DAYA SAING AGRIBISNIS BERORIENTASI KESEJAHTERAAN PETANI Bogor, 14 Oktober 2009 Dampak Penurunan Harga Susu terhadap Agribisnis Sapi Perah Rakyat oleh Atien Priyanti dan I G

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Ketahanan pangan rumahtangga pada hakekatnya merupakan kondisi terpenuhinya pangan yang tercennin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori produksi Menurut Pindyck and Rubinfeld (1999), produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam kaitannya dengan pertanian,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang 50 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

VII. DAMPAK KEBIJAKAN KENAIKAN HARGA TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KEDELAI

VII. DAMPAK KEBIJAKAN KENAIKAN HARGA TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KEDELAI VII. DAMPAK KEBIJAKAN KENAIKAN HARGA TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KEDELAI Salah satu ciri khas dari model ekonomi rumahtangga petani adalah adanya hubungan antara keputusan produksi dan keputusan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Areal Tanaman Perkebunan Perkembangan luas areal perkebunan perkebunan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pengembangan luas areal

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2 KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT Yusuf 1 dan Rachmat Hendayana 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK Analisis pendapatan usahatani paprika hidroponik meliputi analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan analisis R/C. Perhitungan usahatani

Lebih terperinci

ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG

ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG VI. 6.1 Analisis Dayasaing Hasil empiris dari penelitian ini mengukur dayasaing apakah kedua sistem usahatani memiliki keunggulan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan alasan bahwa lokasi tersebut adalah salah satu lokasi pengembangan pertanian porduktif

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonagung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci