PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT"

Transkripsi

1 VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani mitra sebesar 6,6 ton/ha. Jumlah ini lebih besar dibandingkan petani non mitra yang sebesar 5,8 ton/ha. Hal ini dikarenakan luas sawah padi sehat petani non mitra lebih sempit dibandingkan petani mitra sehingga produktivitasnya lebih rendah. Rata-rata luas sawah yang ditanam padi sehat petani mitra sebesar 0,4 ha, sedangkan petani non mitra sebesar 0,3 ha. Lebih sedikitnya luas sawah yang ditanam padi sehat oleh petani non mitra karena mereka mengusahakan padi sehat hanya untuk percobaan atau hanya untuk memenuhi pangan sehat bagi keluarga, padahal luas sawah yang dikuasainya hampir sama sekitar 0,5 ha. Hal ini juga dikarenakan rata-rata luas lahan yang dikuasai (sawah maupun bukan) petani mitra (0,67 ha) lebih besar dibandingkan petani non mitra (0,54 ha) sehingga petani mitra lebih berani menerapkan padi sehat lebih luas pada sawahnya dibandingkan petani non mitra. Hasil produksi padi sehat tidak semua dijual oleh petani responden. Jumlah produksi rata-rata yang dijual oleh petani mitra sebesar 5,1 ton/ha (77,47 persen) lebih banyak dibandingkan petani non mitra yang sebesar 3,4 ton/ha (58,34). Harga jual rata-rata gabah padi sehat yang diterima petani mitra sebesar Rp 3.544,23 per kg, sedangkan petani non mitra sebesar Rp 3.006,67 per kg, sehingga rata-rata penerimaan tunai petani mitra lebih besar 45,17 persen dari petani non mitra. Lebih banyaknya petani mitra yang menjual hasil produksinya, menunjukkan petani non mitra lebih banyak menyimpan hasil produksinya untuk konsumsi dan untuk benih. Hal ini terbukti dari rata-rata penerimaan diperhitungkan petani mitra lebih rendah 28,78 persen dari petani non mitra. Petani non mitra lebih banyak yang menyimpan hasil produksinya untuk konsumsi karena luas sawah yang mereka kuasai lebih sempit dibandingkan petani mitra sehingga mereka lebih memilih menyimpan hasil produksi untuk konsumsi dibandingkan menjualnya. Walaupun rata-rata luas sawah yang dikuasai petani mitra dan non mitra tidak berbeda (sekitar 0,5 ha), namun sebaran luas sawah petani non mitra 66,67 persen berada dibawah 0,41 ha. Petani non

2 mitra juga sebagian besar tidak mempunyai pekerjaan sampingan. Walaupun mempunyai pekerjaan sampingan, pendapatan non usahatani dan pendapatan usahatani non padi sehat paling banyak berada dikisaran kurang dari Rp 1 juta per bulan. Sehingga petani non mitra menjadikan usahatani padi sehat tempat memenuhi pangan keluarga. Karena menurut mereka harga beras di pasar sekarang mahal dan kualitasnya kurang bagus sehingga mereka lebih memilih menyimpan hasil produksinya untuk memenuhi konsumsi rumah tangga mereka selama satu musim kedepan. Rata-rata hasil produksi yang disimpan untuk konsumsi oleh petani non mitra sebesar 2,4 ton/ha (41,40 persen), sedangkan petani mitra sebesar 1,5 ton/ha (22,52 persen). Total penerimaan usahatani padi sehat yang diperoleh petani mitra lebih besar 26,38 persen dari petani non mitra. Rata-rata penerimaan usahatani padi sehat yang diterima petani responden per ha dapat dilihat pada Tabel 40. Tabel 40. Rata-rata Penerimaan Usahatani Padi Sehat per hektar di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Sistem Petani Mitra Persentase Petani Non Persentase Penerimaan (Rp/ha) Mitra (Rp/ha) Penerimaan ,51 78, ,80 58,20 Tunai Penerimaan Diperhitungkan Konsumsi ,56 21, ,55 41,65 Benih 2.692,31 0, ,59 0,15 TOTAL PENERIMAAN , ,94 100,00 Penerimaan tunai dan total penerimaan usahatani padi sehat antara petani mitra dengan non mitra berbeda nyata karena berdasarkan uji Mann Whitney, nilai Asymp. Sig. / 2 0,05. Sedangkan penerimaan diperhitungkan antara petani mitra dan non mitra tidak berbeda nyata. Penerimaan tunai yang berbeda nyata (signifikan) antara petani mitra dan non mitra menunjukkan bahwa dengan adanya kemitraan petani mitra dapat dengan mudah mengakses pasar gabah padi sehat yang masih jarang di Kecamatan Kebon Pedes (mempermudah pemasaran). Sedangkan petani non mitra dalam mengusahakan padi sehat sebagian besar belum berorientasi pasar, namun hanya untuk percobaan dan memenuhi pangan

3 sehat bagi keluarga. Hasil perhitungan dengan menggunakan Uji Mann Whitney ini dapat dilihat pada Tabel 41. Tabel 41. Hasil Output SPSS Uji Mann Whitney Penerimaan Usahatani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Penerimaan Tunai Penerimaan Diperhitungkan Total Penerimaan Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2- tailed) 8.2. Biaya Usahatani Padi Sehat Biaya usahatani dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan, yang dapat dilihat pada Tabel 42. Tabel 42. Biaya Rata-rata Usahatani Padi Sehat per hektar di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Keterangan Petani Mitra Persentase Petani Non Mitra Persentase (Rp/ha) (Rp/ha) Biaya Tunai Benih ,29 0, ,18 1,78 Pupuk Organik ,86 7, ,74 5,66 Pupuk Kimia ,98 0, ,65 4,09 Pupuk Cair ,12 0, ,28 0,19 Pestisida Nabati ,15 0, ,56 0,19 Pestisida Kimia ,24 0, ,76 1,49 Tenaga Kerja Luar Keluarga Non Borongan ,39 14, ,48 23,86 Borongan ,97 19, ,51 22,27 Sewa Lahan ,28 44, ,27 23,76 Pajak Lahan ,17 0, ,24 0,57 TOTAL ,46 88, ,66 83,87 Biaya Diperhitungkan Benih ,83 0, ,09 0,38 Pupuk Organik ,56 0,34 Pupuk Kimia ,00 0,62 Pestisida Kimia 2.307, Tenaga Kerja ,07 10, ,84 14,79 Dalam Keluarga TOTAL ,59 11, ,49 16,13 TOTAL BIAYA ,05 100, ,15 100,00

4 Gambaran biaya yang dikeluarkan diuraikan sebagai berikut : 1. Biaya Benih Biaya benih dibedakan menjadi benih yang dibeli sendiri oleh petani dan benih dari bantuan pemerintah atau dari hasil panen sebelumnya. Benih yang dibeli sendiri oleh petani mitra persentasenya lebih rendah 1,01 persen dibandingkan yang dikeluarkan oleh petani non. Benih yang didapat dari pemerintah atau yang berasal dari hasil panen sebelumnya yang digunakan oleh petani mitra persentasenya hampir sama yang digunakan petani non mitra, hanya selisih sebesar 0,04 persen. Total biaya benih, tunai maupun tidak tunai, yang dikeluarkan petani mitra lebih rendah dibandingkan petani non mitra. Hal ini dikarenakan petani mitra hanya menanam satu sampai dua bibit per lubang sehingga membutuhkan benih yang lebih sedikit. 2. Biaya Pupuk Biaya pupuk yang dikeluarkan oleh petani dibedakan menjadi pupuk yang dibeli sendiri dan yang berasal dari bantuan. Jenis pupuk juga dibedakan menjadi pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk organik yang dibeli sendiri oleh petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra dengan perbedaan persentase sebesar 1,97 persen. Selain beli sendiri petani non mitra mendapatkan bantuan pupuk organik sebesar Rp ,56 per ha. Biaya untuk pupuk organik yang dikeluarkan oleh petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra karena jumlah pemakaian pupuk organik lebih banyak digunakan oleh petani mitra dibandingkan petani non mitra. Pupuk kimia yang dibeli sendiri oleh petani mitra lebih sedikit dibandingkan petani non mitra dengan perbedaan persentase sebesar 3,32 persen. Pupuk kimia yang sering dibeli petani adalah pupuk urea, ZA, TSP, dan KCL. Pupuk kimia ini biasanya dibeli di toko-toko pertanian yang berada di Kecamatan Kebon Pedes maupun di pasar. Petani non mitra juga mendapatkan bantuan pupuk kimia sebesar Rp ,00 per ha. Biaya pupuk kimia yang dikeluarkan oleh petani non mitra, enam kali lebih besar dibandingkan petani mitra. 3. Biaya Pestisida Biaya pestisida dibedakan menjadi tunai dan diperhitungakan, serta dibedakan juga menjadi pestisida nabati dan kimia. Biaya pestisida nabati yang

5 dikeluarkan sendiri oleh petani mitra, persentasenya sama yang dikeluarkan oleh petani non mitra, yaitu sebesar 0,19 persen. Walaupun penggunaan pestisida nabati petani mitra lebih banyak namun biaya yang dikeluarkan sama dengan petani non mitra. Berarti petani non mitra sudah membuat pestisida nabati namun tidak menggunakannya sesuai standar. Pestisida nabati tidak ada yang termasuk biaya yang diperhitungkan karena petani hanya membuat sendiri pestisida nabati dari bahan-bahan yang terdapat disekitar mereka dengan biaya sendiri. Pestisida kimia yang dibeli sendiri oleh petani mitra lebih rendah dibandingkan petani non mitra dengan selisih persentase sebesar 0,82 persen. Petani mitra mendapatkan bantuan pestisida kimia sebesar Rp 2.307,69 per ha. Hal ini menjadi salah satu kendala pengembangan padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes karena penjualan pestisida kimia masih banyak dilakukan oleh oknum dari dinas pertanian yang bekerjasama dengan perusahaan pestisida kimia dengan terlebih dulu memberikan secara gratis sehingga petani tertarik untuk menggunakannya. Total biaya yang paling besar dikeluarkan untuk pestisida, nabati maupun kimia, yaitu petani non mitra. 4. Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja luar keluarga (TKLK) dan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Biaya TKLK yang dikeluarkan oleh petani non mitra menjadi biaya yang paling besar (46,13 persen). Hal ini dikarenakan setiap aktivitas usahatani padi sehat, mulai dari penyemaian, mengolah tanah, penanaman, penyiangan, pemupukkan, sampai pemanenan banyak menggunakan TKLK. Upah untuk tenaga kerja pria rata-rata sebesar Rp ,00 dan upah tenaga kerja wanita sebesar Rp ,00 dengan jam kerja per hari selama lima jam. Namun tenaga kerja untuk mengolah tanah dengan menggunakan traktor atau kerbau serta panen menggunakan sistem pembayaran borongan. Pengolahan tanah dengan traktor atau kerbau sudah termasuk biaya penyewaan alat bajak tersebut. Total biaya tenaga kerja luar keluarga yang dikeluarkan oleh petani non mitra sebesar lebih besar dibandingkan yang dikeluarkan oleh petani mitra dengan perbedaan persentase sebesar 12,38 persen.

6 Biaya TKDK juga paling banyak dikeluarkan oleh petani non mitra dibandingkan petani mitra dengan perbedaan persentase sebesar 3,81 persen, sehingga total biaya tenaga kerja (TKLK dan TKDL) yang dikeluarkan petani non mitra lebih besar dibandingkan yang dikeluarkan petani mitra. Luas sawah padi sehat petani non mitra yang lebih sedikit dibandingkan petani mitra menyebabkan penggunaan tenaga kerja menjadi kurang efesien, sehingga biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani non mitra menjadi lebih besar. 5. Sewa Lahan Biaya sewa lahan merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan oleh petani mitra. Biaya sewa lahan yang dikeluarkan petani mitra lebih besar dibandingkan yang dikeluarkan petani non mitra dengan selisih 20,32 persen. Walaupun petani non mitra lebih banyak yang menyewa lahan, namun luas sawah yang disewa lebih sedikit dibandingkan petani non mitra, sehingga biaya sewa lahan yang dikeluarkan petani mitra lebih besar. Sewa lahan biasanya dilakukan dengan sistem paroan (setengah). Petani penggarap dan pemilik masing-masing akan mendapatkan setengah dari hasil panen setiap musimnya. Pembayaran sewa lahan ini biasanya dengan menggunakan uang tunai sehingga setengah hasil panen tersebut dijual terlebih dulu baru dibayarkan ke petani pemilik lahan. Namun, ada juga petani yang menyewa lahan dengan pembayaran yang sudah ditentukan diawal tanpa melihat hasil panen. Biasanya sistem sewa ini dibayarkan setiap tahun. 6. Pajak Lahan Pajak lahan hanya dibayarkan oleh petani pemilik. Petani yang menyewa tidak membayar pajak karena yang membayar pajak adalah petani pemilik lahan. Pajak lahan yang dikeluarkan petani mitra tidak jauh berbeda yang dikeluarkan petani non mitra, hanya selisih 0,09 persen. Hal ini berarti petani non mitra lebih banyak yang merupakan petani pemilik, walaupun luas lahan yang dimilikinya masih sedikit. Bila dilihat secara keseluruhan, total biaya yang dikeluarkan petani mitra hampir sama yang dikeluarkan petani non mitra. Biaya yang dikeluarkan petani mitra hanya lebih rendah 1,77 persen dari petani mitra. Berdasarkan uji Mann Whitney pun total biaya antara petani mitra dan non mitra tidak berbeda nyata

7 karena nilai Asymp. Sig. / 2 0,05. Uji Mann Whitney ini dapat dilihat pada Tabel 43. Tabel 43. Hasil Output SPSS Uji Mann Whitney Penerimaan Usahatan Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Total Biaya Usahatani Padi Sehat Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed).844 Tidak berbeda nyata total biaya usahatani padi sehat petani mitra dengan non mitra, karena kemitraan belum melayani aspek input. Walaupun sudah ada pinjaman benih, namun pendistribusiannya belum merata sehingga belum dirasakan oleh semua petani mitra. Untuk pelaksanaan kemitraan yang akan datang, disarankan kemitraan melayani aspek input. Seperti yang diungkapkan Brinkerhoff et al. (1990) dalam Sumarjo et al. (2004), bahwa kemitraan sebagai suatu sistem harus memiliki unsur-unsur, salah satunya input. Pelayanan pada aspek input dilakukan agar pelaksanaan usahatani menjadi lebih efesien. Bila dilihat dari biaya tunai, petani mitra mengeluarkan biaya tunai lebih besar 3,6 persen dari petani non mitra. Walaupun nilai perbedaan tersebut kecil, namun dapat mengindikasikan bahwa kemitraan dapat mempermudah petani mitra mengakses pasar input Pendapatan Usahatani Padi Sehat Pendapatan petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra, baik total pendapatan maupun total pendapatan tunai. Total pendapatan petani mitra lebih besar 62,06 persen dari petani non mitra, sedangkan total pendapatan tunai petani mitra lebih besar 116,8 persen dari petani non mitra. Total pendapatan petani mitra yang lebih besar dibandingkan petani non mitra karena total penerimaan yang diterima petani mitra lebih besar dengan total biaya yang hampir sama dengan petani non mitra. Harga jual gabah padi sehat yang diterima oleh petani mitra lebih tinggi serta produktivitas juga yang lebih tinggi dari petani

8 non mitra, sehingga penerimaan petani mitra lebih besar. Perhitungan pendapatan dan Rasio R/C petani mitra dan petani non mitra, dapat dilihat pada Tabel 44. Tabel 44. Perhitungan Pendapatan dan Rasio R/C Usahatani Padi Sehat per hektar di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 No. Keterangan Petani Mitra (Rp/ha) Petani Non Mitra (Rp/ha) 1. Penerimaan Tunai , ,80 2. Penerimaan Diperhitungkan , ,13 3. Total Penerimaan ( ) , ,94 4. Biaya Tunai , ,66 5. Biaya Diperhitungkan , ,49 6. Total Biaya (4 + 5 ) , ,15 7. Total Pendapatan ( 3 6 ) , ,79 8. Total Pendapatan Tunai (1 4) , ,86 9. Penyusutan Alat , , Pendapatan Bersih ( 8 9) , , R/C atas Biaya Tunai 2,02 1, R/C atas Biaya Total 1,79 1,30 Total pendapatan tunai yang diterima petani non mitra yaitu sebesar Rp -1,1 juta per ha. Hal ini dikarenakan petani non mitra lebih banyak yang menyimpan hasil produksinya untuk konsumsi dibandingkan untuk dijual sehingga penerimaan tunainya lebih rendah dibandingkan biaya tunai yang dikeluarkan. Total pendapatan tunai setelah dikurangi biaya penyusutan alat yang digunakan untuk usahatani padi sehat disebut pendapatan bersih. Biaya penyusutan alat petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra, dengan selisih 53,66 persen. Hal ini berarti peralatan yang digunakan petani mitra dalam usahatani padi sehat lebih banyak dibandingkan petani non mitra karena luas sawah padi sehat petani mitra lebih luas dibandingkan petani non mitra. Pendapatan bersih yang diterima oleh petani mitra juga lebih besar dibandingkan petani non mitra. Berdasarkan hasil analisis rasio R/C, menunjukkan bahwa nilai R/C atas biaya total maupun R/C atas biaya tunai petani mitra dan non mitra bernilai lebih dari satu sehingga keduanya layak untuk diusahakan. Arti rasio R/C yaitu setiap

9 rupiah biaya tunai atau total yang dikeluarkan oleh petani mitra akan memberikan penerimaan sebesar nila R/C tersebut, dimana nilai R/C atas biaya total dan atas biaya tunai petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai R/C, usahatani padi sehat petani mitra lebih menguntungkan daripada petani non mitra. Berdasarkan uji Mann Whitney pun, total pendapatan, total pendapatan tunai, pendapatan bersih, serta rasio R/C atas biaya tunai dan total, antara petani mitra dan non mitra berbeda nyata karena nilai Asymp. Sig. / 2 0,05. Uji Mann Whitney ini dapat dilihat pada Tabel 45. Tabel 45. Hasil Output SPSS Uji Mann Whitney Pendapatan Usahatan Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Mann- Whitney U Wilcoxon W Total Pendapatan Total Pendapatan Tunai Pendapatan Bersih R/C atas biaya tunai R/C atas biaya total Z Asymp. Sig. (2-tailed) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sehat Selain kemitraan, diduga ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi pendapatan petani padi sehat, antara lain: umur petani, pengalaman mengusahakan padi sehat, status kepemilikan lahan, pendidikan, pekerjaan utama, luas lahan, pendapatan non usahatani, pendapatan non usahatani padi sehat, dan jumlah tanggungan keluarga. Faktor-faktor ini dianalisis dengan analisis regresi linier berganda menggunakan SPSS 20. Namun, faktor pendapatan non usahatani, pendapatan non usahatani padi sehat, dan jumlah tanggungan keluarga terdapat multikoliner sehingga harus dikeluarkan dari model. Setelah ketiga faktor tersebut dikeluarkan dari model, maka syarat ekonometrika pada model ini terpenuhi karena berdasarkan nilai VIF (Variance Inflation Factor) dari hasil output regresi berada disekitar angka satu. Artinya, model tidak terdapat multikolinieritas yaitu antar variabel independen tidak berkorelasi. Model ini juga telah memenuhi

10 asumsi normalitas, homoskedastisitas, dan tidak ada autokorelasi. Hasil output analisis regresi berganda ini dapat secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil perhitungan analisis berganda didapat nilai R-square sebesar 0,592. Hal ini berarti 59,2 persen variasi nilai derajat penerapan teknologi padi sehat dapat dijelaskan bersama-sama oleh faktor-faktor tersebut (kemitraan, umur petani, pengalaman mengusahakan padi sehat, status kepemilikan lahan, pendidikan, pekerjaan utama, dan luas lahan), sisanya 40,8 persen dipengaruhi oleh fakrot-faktor diluar model. Nilai uji-f atau F hitung terhadap model sebesar 9,956 dengan probabilitas sig. 0,000. Artinya, semua variabel penduga berpengaruh nyata terhadap total pendapatan petani padi sehat karena probabilitas sig. lebih kecil dari 0,05. Uji-t dilakukan pada masing-masing variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap total pendapatan petani padi sehat. Hasil perhitungan uji-t pada analisis berganda dengan menggunakan SPSS ini dapat dilihat pada Tabel 46. Tabel 46. Hasil Output SPSS Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Model (Constant) Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF Kemitraan Umur Pengalaman Status kepemilikan lahan Pendidikan Pekerjaan utama Luaslahan Pa. Dependent Variable: total pendapatan usahatani padi sehat Berdasarkan hasil perhitungan uji-t pada Tabel 46, gambaran pengaruh variabel-variabel bebas terhadap total pendapatan usahatani padi sehat, diuraikan sebagai berikut: 1. Kemitraan Kemitraan berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sehat dengan nilai elastisitas sebesar 0,199 pada taraf nyata 10 persen. Hal ini berarti setiap kemitraan meningkat sebesar 100 persen maka pendapatan petani akan

11 meningkat sebesar 19,9 persen. Hal ini dikarenakan petani mitra mendapatkan harga jual gabah padi sehat yang lebih tinggi dibandingkan petani non mitra, dengan rata-rata perbedaan harga gabah padi sehat sebesar Rp 500,00 per kg dengan harga gabah di pasar, sehingga pendapatan petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra. 2. Umur Petani Umur petani berpengaruh positif terhadap pendapatan petani padi sehat. Dimana semakin tua umur petani maka pendapatan petani padi sehat semakin meningkat. Hal ini berbeda dengan dugaan. Hal ini dikarenakan semakin tua umur petani biasanya pengalaman dalam usahatani semakin banyak sehingga dapat mengambil keputusan yang baik berdasarkan pengalaman dalam mengusahakan padi sehat. Walaupun kondisi fisik menurun karena umur yang semakin meningkat, namun petani dapat menggunakan tenaga kerja untuk melakukan usahatani padi sehat secara langsung, sehingga fisik tidak lagi menjadi masalah. Namun pengaruh umur petani tidak signifikan, karena nilai elastisitasnya hanya 0,093. Bila umur petani meningkat 100 persen, maka total pendapatan padi sehat akan meningkat sebesar 9,3 persen. Hal ini berarti, berapapun umur petani dapat meningkatkan total pendapatan padi sehat. 3. Pengalaman Mengusahakan Padi Sehat Pengalaman mengusahakan padi sehat berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sehat dengan nilai elastisitas sebesar 0,208 pada taraf nyata 10 persen. Hal ini berarti setiap kenaikan pengalaman mengusahakan padi sehat sebanyak 100 persen maka pendapatan petani padi sehat akan meningkat sebesar 20,8 persen. Hasil wawancara menunjukkan petani yang mempunyai pengalaman mengusahakan padi sehat semakin banyak maka akan menggunakan input yang lebih efesien sehingga biaya yang dikeluarkan lebih rendah atau output yang dihasilkan lebih banyak 4. Status Kepemilikan Lahan Status penguasaan lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sehat dengan nilai elastisitas sebesar 0,345. Hal ini berarti setiap kenaikan kepemilikan lahan (milik) sebesar 100 persen maka pendapatan petani padi sehat akan meningkat sebesar 34,5 persen. Hal ini sesuai dengan yang ada di lapang,

12 petani yang mempunyai lahan sendiri pendapatannya akan lebih besar dibandingkan dengan petani penggarap karena tidak perlu membayar sewa, tetapi hanya membayar pajak saja, sehingga biaya yang dikeluarkan lebih rendah. 5. Pendidikan Pendidikan berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sehat dengan elastisitas sebesar 0,474. Berarti setiap kenaikan pendidikan sebesar 100 persen maka penadapatan petani padi sehat akan semakin meningkat sebesar 47,4 persen. Hal ini sesuai yang terjadi di lapang, petani yang mempunyai tingkat pendidikan lebih besar sama dengan SMA ( SMA) maka total pendapatan padi sehatnya lebih besar dibandingkan petani yang mempunyai tingkat pendidikan dibawah SMA. Petani yang tingkat pendidikannya SMA atau lebih tinggi, total pendapatan usahataninya lebih besar karena petani mempunyai pemikiran yang lebih maju agar usahatani padi sehat yang dilakukan lebih menguntungkan, tidak hanya untuk dikonsumsi sendiri, namun juga untuk dijual. 6. Pekerjaan Utama Pekerjaan utama berpengaruh positif terhadap pendapatan petani padi sehat, namun tidak signifikan karena elastisitasnya hanya 0,115. Bila pekerjaan utama sebagai petani meningkat sebesar 100 persen maka total pendapatan padi sehat akan meningkat sebesar 11,5 persen. Hal ini berarti, dengan pekerjaan utama apapun, pelaku yang mengusahakan padi sehat dapat meningkatkan pendapatannya. Hal ini dikarenakan responden yang menjadikan usahatani padi sehat sebagai pekerjaan sampingan, tetap dapat menghasilkan pendapatan usahatani padi sehat yang sama, bahkan lebih tinggi dari responden yang pekerjaan utamanya petani padi sehat. Berarti responden tersebut dapat mengatur usahatani padi sehat dengan baik tanpa harus secara langsung ke sawah setiap harinya. 7. Luas Lahan Luas lahan berpengaruh positif terhadap pendapatan petani padi sehat pada taraf nyata 10 persen, dengan elastisitas 0,187. Berarti setiap kenaikan luas lahan sebesar 100 persen, maka pendapatan petani padi sehat akan meningkat sebesar 18,7 persen. Luas lahan yang dimaksud adalah seluruh lahan yang dikuasai petani, sawah maupun bukan. Dengan semakin luasnya lahan yang dikuasai, petani

13 mempunyai kemampuan untuk meningkatkan jumlah produksi padi sehat dengan menambah luas sawah padi sehat sehingga dapat meningkatkan total pendapatan usahatani padi sehatnya.

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO Bentuk analisis pendapatan ini mengacu kepada konsep pendapatan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tunai dan biaya

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011 di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah dengan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

IX. HUBUNGAN ANTARA PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI

IX. HUBUNGAN ANTARA PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI IX. HUBUNGAN ANTARA PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI Indikator yang relevan untuk melihat hubungan antara luas lahan dengan pendapatan adalah indikator luas pengusahaan lahan. Hal

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangkan pemikiran konseptual dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu konsep kemitraan, pola kemitraan agribisnis, pengaruh penerapan

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

X. ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH

X. ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH X. ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH Pada uraian sebelumnya telah dibahas tentang hubungan antara pengusahaan lahan sawah dengan pendapatan usahatani padi. Dalam kenyataannya

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

Lampiran 1. Biaya Penggunaan Bibit pada UsahaTani Padi Sawah Sistem Tanam SRI per Petani permusim Tanam di Desa Pematang Setrak

Lampiran 1. Biaya Penggunaan Bibit pada UsahaTani Padi Sawah Sistem Tanam SRI per Petani permusim Tanam di Desa Pematang Setrak Lampiran 1. Biaya Penggunaan Bibit pada UsahaTani Padi Sawah Sistem Tanam SRI per Petani permusim Tanam di Desa Pematang Setrak No. Sampel Luas Lahan (Ha) Kebutuhan Benih (Kg) Bibit Biaya Benih 1 0.20

Lebih terperinci

KUISONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG

KUISONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG LAMPIRAN Lampiran 1 KUISONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG 1. Keadaan Umum Responden 1.1. Identitas Responden 1. Nama : (L / P) 2. Umur : tahun 3. Alamat : RT /

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap perubahan iklim. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian Desa Candi merupakan salah satu desa yang banyak menghasilkan produksi jagung terutama jagung pipilan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. 1. Kuisioner Penelitian

LAMPIRAN-LAMPIRAN. 1. Kuisioner Penelitian LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Kuisioner Penelitian Analisis Kebutuhan Modal Usaha Tani Bagi Meningkatkan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai No. Responden :... Kepada

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU 7.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya ubi kayu tidak terlalu sulit. Ubi kayu tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam. Karena itulah waktu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Padi Petani padi dalam menghadapi kelangkaan pupuk dibedakan berdasarkan pengaruh kelangkaan pupuk terhadap produktivitas dan pendapatan dalam usahatani padi. Pengaruh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengembangan usahatani mina padi dengan sistem jajar legowo ini dilakukan di Desa Mrgodadi, Kecamatan sayegan, Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan metode

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL 7.1 Analisis Perbandingan Penerimaan Usaha Tani Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Setelah melalui beberapa tahap kegiatan penelitian, dalam bab IV ini diuraikan analisis hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Analisis

Lebih terperinci

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur selama bulan Juni 2011 dengan melihat hasil produksi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No Pertanyaan Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Total Skor 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 28 3

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

Surat Pemberitahuan (SPT) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Deskriptif

Surat Pemberitahuan (SPT) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Deskriptif 62 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif 1. Perkembangan Penerimaan Surat Pemberitahuan Pajak Pertambahan Nilai (SPT PPN) Jumlah penerimaan SPT PPN yang terdaftar pada KPP Pratama

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM 7.1 Penerimaan Usahatani Caisim Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh petani dari jumlah produksi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Pada deskripsi variabel penelitian akan dijelaskan nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standard deviasi pada masing-masing variabel penelitian,

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK Analisis pendapatan usahatani paprika hidroponik meliputi analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan analisis R/C. Perhitungan usahatani

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH Analisis pendapatan pada usaha budidaya udang galah akan menjelaskan apakah usaha yang dilakukan menguntungkan (profitable) atau tidak yaitu dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis memperoleh data melalui laporan keuangan yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan, masing-masing. variabel yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Intrepretasi Hasil Output Analisis Linear Berganda

LAMPIRAN. Intrepretasi Hasil Output Analisis Linear Berganda LAMPIRAN Intrepretasi Hasil Output Analisis Linear Berganda Untuk memperoleh gambaran interpretasi analisis, maka akan dilakukan pengujian dan analisis yang terdiri dari beberapa bagian yaitu uji asumsi

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA Rosalina Berliani, Dyah Mardiningsih, Siwi Gayatri Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif. Statistik Deskriptif menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang terdapat dalam penelitian, baik variabel dependen maupun variabel independent

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani responden pada penelitian ini adalah petani yang berjumlah 71 orang yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang petani

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Penelitian ini menggunakan analisa regresi yang tujuannya adalah untuk meramalkan suatu nilai variabel dependen dengan adanya perubahan dari

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara tertuju

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian ini, maka diperlukan gambaran mengenai data-data yang digunakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian ini, maka diperlukan gambaran mengenai data-data yang digunakan. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Untuk mempermudah dalam mengidentifikasikan variabel data dalam penelitian ini, maka diperlukan gambaran mengenai data-data yang digunakan. Adapun gambaran data

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA 6.1 Analisis Fungsi produksi Padi Sawah Varietas Ciherang Analisis dalam kegiatan produksi padi sawah varietas ciherang

Lebih terperinci

Luas Panen Padi (Ha) Harga Beras (Rp/kg)

Luas Panen Padi (Ha) Harga Beras (Rp/kg) A. Ketersediaan Beras Tahun Ketersediaan Beras (Kg) Luas Panen Padi (Ha) Harga Beras (Rp/kg) Jumlah penduduk (Juta jiwa) Konsumsi beras (Kg/kap/tahun) Y X1 X2 X3 X4 2001 1.832.426.000 801.948 2.523 11.647.958

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor yang Memengaruhi Tabungan Rumah Tangga

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor yang Memengaruhi Tabungan Rumah Tangga 53 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Faktor yang Memengaruhi Tabungan Rumah Tangga Analisis ini dilakukan dengan memasukkan variabel-variabel independen yang diduga memengaruhi variabel dependen (tabungan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang 50 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Karaketeristik Sampel Petani Padi Sawah Metode SRI di Kecamatan Beringin Tahun 2015

Lampiran 1. Karaketeristik Sampel Petani Padi Sawah Metode SRI di Kecamatan Beringin Tahun 2015 Lampiran 1. Karaketeristik Sampel Petani Padi Sawah Metode SRI di Kecamatan Beringin Tahun 2015 No Kelompok Tani Luas Lahan (Ha) Umur (Tahun) Lama Bertani (Tahun) Jumlah Tanggungan (Jiwa) Tingkat Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Statistik Deskriptif Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pendapatan premi, klaim, hasil investasi, dan laba. Statistik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Petani dalam melakukan kegiatan usahatani membutuhkan benih padi sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan terhadap

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Isilah data bapak/ibu/saudara/saudari dibawah ini :

LAMPIRAN. Isilah data bapak/ibu/saudara/saudari dibawah ini : 48 LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian I. IDENTITAS RESPONDEN Isilah data bapak/ibu/saudara/saudari dibawah ini : 1. Nama : 2. Pekerjaan : 3. Usia : 4. Jenis Kelamin : 5. Pendidikan : 6. Alamat :

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Lokasi Penelitian Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, dengan perbatasan wilayah Desa sebagai berikut Batas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. BUMN di Indonesia yang berupa jumlah penyaluran kredit UMKM dan Non-

III. METODE PENELITIAN. BUMN di Indonesia yang berupa jumlah penyaluran kredit UMKM dan Non- III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder Bank BUMN di Indonesia yang berupa jumlah penyaluran kredit UMKM dan Non- Performing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subyek Penelitian 1. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purwodadi Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi ini sengaja dipilih karena

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. sembako. Adapun pertanyaan yang termuat dalam kuesioner terdiri dari

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. sembako. Adapun pertanyaan yang termuat dalam kuesioner terdiri dari BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS DATA 1. Deskripsi Responden Penelitian Responden dari penelitian ini adalah pedagang pasar tradisional Balamoa Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal khususnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dari survey rumah tangga petani dalam penelitian Dampak Bantuan Langsung Pupuk dan Benih

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laba Bersih dan Arus Kas Operasi sebagai variabel independen (X) dan Dividen Kas sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Analisis data yang dilakukan dalam bab ini pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Bagian pertama merupakan analisis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Dari 12 KPP Pratama yang ada di wilayah Jakarta Selatan, hanya 4 KPP yang bersedia untuk mengisi kuesioner. Data kuesioner yang berhasil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Data Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Tingkat Inflasi, Kurs Rupiah dan Harga Emas Dunia terhadap Harga Saham Sektor Pertambangan di Bursa

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

Tiara Puri Yasinta Manajemen Ekonomi 2016 PENGARUH LOKASI DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK SUSU PADA TOKO LULU KIDS DEPOK

Tiara Puri Yasinta Manajemen Ekonomi 2016 PENGARUH LOKASI DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK SUSU PADA TOKO LULU KIDS DEPOK Tiara Puri Yasinta 18213897 Manajemen Ekonomi 2016 PENGARUH LOKASI DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK SUSU PADA TOKO LULU KIDS DEPOK Pendahuluan Latar Belakang Persaingan dunia bisnis yang semakin

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 43 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Sampel 1. Gambaran Umum Sampel Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang kegiatan utamanya adalah memproduksi atau membuat bahan baku menjadi barang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek penelitian ini adalah perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek penelitian ini adalah perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013. Peneliti mengambil sampel sesuai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian survai dan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini akan dijadikan instrumen pengambilan data primer yang berisi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Data Pendapatan Bunga Tabel 4.1 PT Bank Mandiri (Persero), Tbk Perkembangan Pendapatan Bunga Tahun 2007 2011 (dalam jutaan) Tahun Pendapatan Bunga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. DESKRIPSI DATA Data hasil penelitian terdiri dari dua variabel bebas yaitu variabel gaya belajar siswa (X1) dan variabel minat belajar siswa (X2) serta satu variabel terikat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat BAB IV HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini diperoleh dari hasil analisis data yang akan disajikan di bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat dan akurat dibantu dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Persentase BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Analisis Profitabilitas Bank Muamalat Indonesia Profitabilitas merupakan kemampuan bank dalam mencari keuntungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisis Profil Responden 4.1.1 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti jumlah data, rata-rata, nilai

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. statistik Kolmogorov- Smirnov (uji K-S). Dasar untuk pengambilan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. statistik Kolmogorov- Smirnov (uji K-S). Dasar untuk pengambilan BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Normalitas Pengujian normalitas distribusi data populasi dilakukan dengan menggunakan statistik Kolmogorov- Smirnov (uji K-S). Dasar untuk pengambilan keputusan yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang telah go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. Pengolahan data dalam

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan 37 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan Semadam dan Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Propinsi Aceh Dimana

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI PADI SEHAT VII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI PADI SEHAT 7.1. Alasan Petani Mengusahakan Padi Sehat Alasan petani responden mengusahakan padi sehat ada tujuh alasan, yang dapat dilihat pada Tabel

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik Dalam penelitian ini uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas data, uji multikoloneritas dan uji heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik merupakan

Lebih terperinci

Budhi Darmakusuma. Analisis Pengaruh Waktu Dan Harga terhadap Keputusan Konsumen Dalam Berbelanja Online Melalui Media Kaskus

Budhi Darmakusuma. Analisis Pengaruh Waktu Dan Harga terhadap Keputusan Konsumen Dalam Berbelanja Online Melalui Media Kaskus Analisis Pengaruh Waktu Dan Harga terhadap Keputusan Konsumen Dalam Berbelanja Online Melalui Media Kaskus Budhi Darmakusuma 11209539 Dosen Pembimbing Sulastri SE, MM Latar Belakang Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh : SAFRIJON NIM: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN ROKAN HULU 2014

JURNAL. Oleh : SAFRIJON NIM: PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN ROKAN HULU 2014 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH PROGRAM PENGEMBANGAN MUTU INTENSIFIKASI (PMI) DI DESA BATANG KUMU KECAMATAN TAMBUSAI KABUPATEN ROKAN HULU JURNAL Oleh : SAFRIJON NIM: 0926024 PROGRAM

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kelayakan Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kelayakan Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Kelayakan Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap Salah satu aspek yang digunakan dalam menganalisis kelayakan usaha adalah menganalisis aspek

Lebih terperinci

Lampiran I: Karakteristik Karyawan Sampel Pemanen di PTP Nusantara IV Kebun Sawit Langkat

Lampiran I: Karakteristik Karyawan Sampel Pemanen di PTP Nusantara IV Kebun Sawit Langkat Lampiran I: Karakteristik Karyawan Sampel Pemanen di PTP Nusantara IV Kebun Sawit Langkat Gol Tingkat Pengalaman Jumlah Gaji Umur Pendidikan Bekerja Tanggungan Pokok No. (tahun) (tahun) (tahun) (jiwa)

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN 6.3. Gambaran Umum Petani Responden Gambaran umum petani sampel diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan para petani yang menerapkan usahatani padi sehat dan usahatani

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari motivasi belajar intrinsik (X 1 ) dan motivasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur disektor 5 (consumer goods industry) periode 2008-2010. Berikut ini peneliti

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif.

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set

Lebih terperinci