IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di provinsi yang pernah melakukan program

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di provinsi yang pernah melakukan program"

Transkripsi

1 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di provinsi yang pernah melakukan program pemberdayaan petani. Secara purposive dipilih satu provinsi di Jawa yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pemilihan lokasi ini berdasarkan data ratio jumlah rumahtangga petani gurem terhadap rumahtangga pertanian paling tinggi di pulau Jawa (80,14 persen). Dilihat dari topografinya, Provinsi DIY terbagi menjadi wilayah dataran tinggi dan dataran rendah. Kedua wilayah tersebut sangat berbeda kondisi biofisiknya, yang mengakibatkan berbeda aktivitas sosial dan ekonominya. Dengan kondisi berbeda, kedua wilayah tersebut akan menghadapi kendala yang berbeda, yang akhirnya berbeda pula infrastruktur yang dibutuhkan. Kondisi wilayah dataran tinggi yang lebih sulit dicapai dibanding wilayah dataran rendah, memiliki fasilitas infrastruktur lebih terbatas dibanding wilayah dataran rendah. Wilayah dataran tinggi dengan infrastruktur terbatas, yang kemudian disebut wilayah pegunungan. Wilayah dataran rendah dengan kondisi infrastruktur lebih baik dan lengkap, yang kemudian disebut wilayah pantai. Dalam penelitian wilayah pegunungan (dataran tinggi) diwakili oleh Kabupaten Kulon Progo dan wilayah pantai (dataran rendah) diwakili oleh Kabupaten Bantul. Terpilihnya kedua kabupaten tersebut sebagai wilayah penelitian diharapkan dapat mewakili karakteristik kabupaten yang ada di Provinsi DIY. Dari kabupaten terpilih diambil dua kecamatan yang mempunyai ciri seperti kabupaten terpilih yaitu Kecamatan Kretek, Kecamatan Bantul (Kabupaten Bantul) dan Kecamatan Temon, Kecamatan Wates (Kabupaten Kulon Progo). Dari masing-masing kecamatan dipilih satu desa yang mempunyai luas

2 72 penguasaan lahan pertanian per rumahtangga yang paling besar, yaitu desa Tirtohargo (Kecamatan Kretek) dan desa Kebunrejo (Kecamatan Temon). Untuk dapat mewakili secara keseluruhan kabupaten yang telah diklasifikasi menurut kondisi fasilitas insfrastruktur wilayah, maka dipilih desa Bantul (Kecamatan Bantul) dan desa Giripeni (Kecamatan Wates). Kedua desa tersebut mewakili wilayah masing-masing kabupaten yang mempunyai kriteria kota kabupaten. Jadi empat desa yang menjadi lokasi penelitian adalah desa Bantul, desa Tirtohargo, desa Giripeni dan desa Kebunrejo Pengambilan Sampel Dari tiap desa dipilih rumahtangga petani sampel secara acak terstratifikasi (stratified random sampling). Stratifikasi berdasarkan jenjang pendidikan formal dari kepala keluarga pada rumahtangga petani. Strata satu adalah kepala keluarga yang memiliki jenjang pendidikan formal sekolah dasar (SD), baik tamat maupun tidak tamat. Strata dua adalah jenjang pendidikan formal sekolah menengah pertama dan strata tiga adalah kepala keluarga yang memiliki jenjang pendidikan formal sekolah menengah lanjutan sampai perguruan tinggi. Stratifikasi ini dilakukan agar sampel yang dipilih dapat mewakili setiap strata pendidikan dan diambil secara acak. Dengan memperhatikan kondisi wilayah penelitian yang beragam topografinya, maka pengambilan sampel pada masing-masing desa berbeda jumlahnya. Dari populasi sebesar 832 rumahtangga petani di desa Tirtohargo (klasifikasi desa wilayah pantai) diambil 270 sampel dan desa Kebunrejo (klasifikasi kota wilayah pegunungan) diambil 184 sampel dari populasi sejumlah 305 rumahtangga petani. Untuk melihat perilaku rumahtangga petani di desa

3 73 dengan klasifikasi kota untuk masing-masing wilayah, diambil 66 rumahtangga petani untuk desa Bantul Kecamatan Bantul dan 60 rumahtangga petani untuk desa Giripeni Kecamatan Wates. Jadi total sampel sebanyak 580 rumahtangga petani. Dalam pengumpulan data, yang diwawancara sebagai responden setiap rumahtangga adalah kepala keluarga dan anggota keluarga yang berumur 10 tahun Sumber, Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari responden terpilih melalui wawancara dengan dipandu daftar pertanyaan (kuesioner). Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi dan lembaga terkait yaitu terdiri dari: 1. Jumlah rumahtangga petani dan rumahtangga petani gurem berdasar tingkat pendidikan formal. 2. Jumlah penduduk berdasarkan umur, tingkat pendidikan formal dan mata pencaharian. 3. Luas lahan pertanian berdasarkan penggunaannya. 4. Jumlah dan kegiatan lembaga sosial ekonomi seperti KUD, Puskesmas, Taman Gizi, Bank, PKK. 5. Program pemberdayaan petani yang telah dilakukan. 6. Rata-rata upah usahatani dan luar usahatani di wilayah penelitian. Data dari tingkat rumahtangga petani terdiri dari : 1. Komposisi dan jumlah anggota keluarga berdasarkan usia, pendidikan formal, mata pencaharian pokok, pengalaman kepala keluarga dalam usahatani.

4 74 2. Total pemilikan lahan untuk usaha tanaman, peternakan dan perikanan. 3. Produksi yang dihasilkan dan biaya produksi usahatani yang dikeluarkan rumahtangga petani yaitu biaya input (bibit/benih, pupuk, obat), tenaga kerja yang digunakan dan peralatan yang dimiliki. 4. Penghasilan dari usahatani, luar usahatani dan dari sumber lainnya. 5. Pengeluaran rumahtangga seperti konsumsi pangan, konsumsi non pangan, investasi usahatani, investasi pendidikan, pelatihan dan kesehatan. 6. Jumlah tabungan dan nilai alat mekanisasi usahatani yang dimiliki rumahtangga petani. 7. Macam dan intensitas kegiatan anggota keluarga, partisipasi anggota keluarga dalam kegiatan seperti keterlibatan dalam organisasi, kehadiran petani dan keluarganya dalam penyuluhan dan kontak anggota rumahtangga petani dengan lembaga. 8. Alokasi waktu yang dicurahkan untuk bekerja di usahatani dan luar usahatani serta permintaan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga. 9. Kualitas sumberdaya manusia, motivasi petani dan pandangan anggota rumahtangga petani terhadap kegiatan pendidikan, pelatihan dan kesehatan Model Analisis Model adalah penjelasan dari fenomena aktual sebagai proses yang sistematis, di dalam model dijelaskan hubungan antar variabel yang dapat dinyatakan dalam bentuk diagramatis maupun matematis (Koutsoyiannis, 1977). Analisis secara deskriptif dengan cara tabulasi dilakukan untuk menjelaskan kondisi ekonomi rumahtangga petani dan upaya pengembangan sumberdaya manusia yang dilakukan rumahtangga petani. Sedangkan analisis

5 75 kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan rumahtangga petani untuk melakukan kegiatan pengembangan sumberdaya manusia dan perilaku ekonomi rumahtangga dalam pengembangan sumberdaya manusia serta kaitannya dengan alokasi sumberdaya produksi, alokasi pengeluaran konsumsi dan pendapatan rumahtangga petani wilayah pantai dan pegunungan Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh tehadap Keputusan Rumahtangga Petani untuk Melakukan Pengembangan Sumberdaya Manusia Dalam membangun model diawali dengan melakukan diskripsi tentang pengembangan sumberdaya manusia dalam rumahtangga petani. Hasil kajian secara deskriptif tersebut selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh tehadap keputusan rumahtangga petani untuk melakukan kegiatan pengembangan sumberdaya manusia dalam rumahtangga sebagai investasi sumberdaya manusia seperti pendidikan, pelatihan dan kesehatan. Dalam penelitian ini keputusan rumahtangga petani untuk melakukan pengembangan sumberdaya manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu yang bersifat internal yang berasal dari diri petani dan yang bersifat eksternal yang berasal dari luar pribadi petani. Untuk mempertajam analisis digunakan model analisis regresi sebagai berikut : Persamaan Investasi Pendidikan Persamaan keputusan rumahtangga petani untuk melakukan investasi pendidikan dipengaruhi oleh motivasi petani, pendidikan formal petani, jumlah

6 76 anggota keluarga, pendapatan rumahtangga, tabungan rumahtangga, pandangan anggota rumahtangga terhadap pendidikan dan hubungan dengan instansi terkait. Investasi pendidikan dijelaskan dengan pendekatan tingkat pengeluaran rumahtangga yang digunakan untuk kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan dalam rumahtangga. Motivasi merupakan proses pemberian motif (penggerak) bekerja pada manusia sedemikian rupa sehingga mereka bekerja dengan ikhlas demi tercapainya suatu tujuan. Semakin tinggi motivasi petani maka semakin tinggi pula upaya rumahtangga untuk melakukan kegiatan investasi pendidikan, semakin tinggi pengeluaran yang digunakan untuk pendidikan anggota rumahtangga. Orang tua bertanggung jawab terhadap anggota keluarga seperti dikatakan Becker dan Tomes (1976) mengasumsikan bahwa orang tua akan berkonsentrasi membiayai anggota keluarganya (anak-anaknya). Perhatian keluarga difokuskan kepada pengembangan bagi anak-anaknya dan seluruh anggota keluarga. Semakin tinggi jumlah anggota keluarga, semakin tinggi kewajiban orang tua untuk memberikan pendidikan kepada anak-anaknya. Berkaitan dengan itu, maka pendapatan rumahtangga akan digunakan untuk konsumsi termasuk investasi pendidikan. Semakin tinggi pendapatan, pengeluaran untuk investasi semakin tinggi. Berbeda dengan faktor tabungan, adalah sisa pendapatan setelah digunakan untuk pengeluaran konsumsi. Dengan asumsi pendapatan tetap, maka semakin tinggi tabungan, maka alokasi untuk investasi pendidikan semakin menurun. Dalam mengambil keputusan rumahtangga juga mempertimbangkan perilaku anggota rumahtangga seperti pandangan terhadap pendidikan dan bagaimana hubungan anggota keluarga dengan lembaga. Pandangan anggota

7 77 keluarga terhadap kegiatan pendidikan beragam tergantung kondisi sosial ekonomi rumahtangga. Apabila petani memiliki pemahaman bahwa pendidikan itu bermanfaat, maka rumahtanga akan memutuskan untuk melakukan investasi pendidikan dan sebaliknya. Lembaga adalah suatu tempat berkumpulnya orang-orang yang mempunyai tujuan. Dengan aktif dalam suatu lembaga, maka akan banyak diperoleh informasi positif termasuk tentang kegiatan investasi sumberdaya manusia. Hal ini memberikan dampak positif terhadap rumahtangga untuk lebih memikirkan masa depan melalui kegiatan investasi pendidikan. Seperti dikatakan Sem (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa penyebab rendahnya investasi sumberdaya manusia adalah karena masih rendahnya pemahaman dari keluarga atau orang tua akan pentingnya investasi pendidikan. Rumahtangga lebih tertarik untuk keperluan lain dibanding untuk keperluan investasi pendidikan. Persamaan investasi pendidikan dalam bentuk struktural dan dapat dirumuskan sebagai berikut : INVPEN = a 0 +a 1 CPPEN+a 2 CP 2 +a 3 JAK+a 4 PERT+a 5 FL 2 +a 6 PEND +a 7 ORG+a 8 SULUH+a 9 LEMB+U 1...(1 8) Parameter dugaan hipotesis : a 1, a 2, a 3, a 4, a 6, a 7, a 8, a 9 > 0 ; a 5 < 0 INVPEN = Investasi pendidikan rumahtangga petani (rupiah/tahun) CPPEN CP 2 JAK PERT FL 2 = Motivasi petani untuk melakukan kegiatan pendidikan (skor) = Pendidikan formal petani (tahun) = Jumlah anggota keluarga (orang) = Pendapatan rumahtangga petani (rupiah/tahun) = Jumlah tabungan rumahtangga petani (rupiah)

8 78 PEND ORG SULUH LEMB U 1 = Pandangan rumahtangga petani terhadap pendidikan (skor) = Keterlibatan dalam organisasi (skor) = Kehadiran dalam penyuluhan (skor) = Jumlah lembaga yang dihubungi (skor) = Error term Persamaan Investasi Pelatihan Motivasi dan pendidikan formal kepala keluarga berpengaruh positif terhadap keputusan rumahtangga untuk melakukan kegiatan pelatihan. Pengaruh hubungan dengan lembaga terkait bisa berpengaruh positif terhadap keputusan petani, apabila diasumsikan bahwa hubungan tersebut memberikan dampak positif. Jumlah anggota keluarga akan berpengaruh positif terhadap pengeluaran rumahtangga untuk kegiatan pelatihan. Anggota keluarga yang sudah dewasa akan membutuhkan keterampilan tambahan. Seperti dikatakan Huffman (1999) bahwa pelatihan sangat diperlukan untuk menunjang pendidikan formal yang sudah dimiliki petani dan keluarganya, karena pendidikan tersebut belum cukup untuk meningkatkan keterampilan petani guna kelancaran dalam melakukan pekerjaannya. Artinya belum dapat diaplikasikan dalam kehidupan kerja. Persamaan investasi pelatihan dalam bentuk struktural dan dapat dirumuskan sebagai berikut : INVPEL = b 0 +b 1 CPPEL+b 2 CP 2 +b 3 JAK+b 4 PERT+b 5 FL 2 +b 6 PEL +b 7 ORG +b 8 SULUH+b 9 LEMB+U 2....(19) Parameter dugaan hipotesis : b 1, b 2, b 3, b 4, b 6, b 7, b 8, b 9 > 0 ; b 5 < 0 INVPEL = Investasi pelatihan rumahtangga petani (rupiah/tahun) CPPEL = Motivasi petani untuk melakukan kegiatan pelatihan (skor)

9 79 CP 2 JAK PERT FL 2 PEL ORG SULUH LEMB U 2 = Pendidikan formal petani (tahun) = Jumlah anggota keluarga (orang) = Pendapatan rumahtangga petani (rupiah/tahun) = Jumlah tabungan rumahtangga petani (rupiah) = Pandangan rumahtangga petani terhadap pelatihan (skor) = Keterlibatan dalam organisasi (skor) = Kehadiran dalam penyuluhan (skor) = Jumlah lembaga yang dihubungi (skor) = Error term Persamaan Investasi Kesehatan Persamaan investasi kesehatan menjelaskan keputusan rumahtangga petani untuk melakukan kegiatan kesehatan preventif yaitu kegiatan menjaga kondisi kesehatan di saat sedang sehat (tidak sakit). Investasi kesehatan ini didekati dengan jumlah pengeluaran rumahtangga yang digunakan untuk kegiatan menjaga kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh motivasi petani, pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, pendapatan rumahtangga, pandangan terhadap kegiatan menjaga kesehatan dan hubungan dengan lembaga. Diasumsikan bahwa petani dan keluarganya memahami manfaat kesehatan diperoleh dari seringnya berkomunikasi dalam suatu lembaga, maka faktor yang berpengaruh diharapkan bertanda positif. Menurut Bryant (1990) walaupun memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi apabila mengesampingkan kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan dan terhadap jumlah waktu untuk bekerja. Persamaan investasi kesehatan dalam bentuk struktural dan dapat dirumuskan sebagai berikut. INVKES = c 0 +c 1 CPKES+c 2 CP 2 +c 3 JAK+c 4 PERT+c 5 FL 2 +c 6 KES

10 80 +c 7 ORG+c 8 SULUH+c 9 LEMB+U 3...( 20) Parameter dugaan hipotesis : c 1, c 2, c 3, c 4, c 6, c 7, c 8, c 9 > 0 ; c 5 < 0 INVKES = Investasi kesehatan rumahtangga petani (rupiah/tahun) CPKES CP 2 JAK PERT FL 2 KES ORG SULUH LEMB U 3 = Motivasi petani untuk melakukan kegiatan kesehatan (skor) = Pendidikan formal petani (tahun) = Jumlah anggota keluarga (orang) = Pendapatan rumahtangga petani (rupiah/tahun) = Jumlah tabungan rumahtangga petani (rupiah) = Pandangan rumahtangga petani terhadap kesehatan (skor) = Keterlibatan dalam organisasi (skor) = Kehadiran dalam penyuluhan (skor) = Jumlah lembaga yang dihubungi (skor) = Error term Analisis Perilaku Ekonomi Rumahtangga dalam Pengembangan Sumberdaya Manusia serta Kaitannya Dengan Alokasi Sumberdaya Produksi, Alokasi Pengeluaran Konsumsi dan Pendapatan Rumahtangga Petani Model ekonomi yang dibangun dalam penelitian ini adalah model ekonomi rumahtangga yang menggunakan sistem persamaan simultan. Sistem persamaan simultan dipilih karena dianggap dapat menggambarkan kompleksitas keterkaitan antar variabel ekonomi rumahtangga petani. Secara teoritik jumlah variabel yang menggambarkan perilaku ekonomi rumahtangga petani tidak terbatas, tetapi karena keterbataasan data, maka model dibangun disesuaikan dengan tujuan penelitian dan ketersediaan data yang relevan. Model yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa persaman struktural dan persamaan identitas, yang terbagi dalam lima blok yaitu persamaan investasi sumberdaya manusia, persamaan produksi dan penggunaan input, persamaan

11 81 curahan waktu kerja, persamaan pendapatan dan persamaan pengeluaran konsumsi. a. Persamaan Investasi Sumberdaya Manusia : Investasi Sumberdaya Manusia Investasi sumberdaya manusia merupakan penjumlahan investasi pendidikan, investasi pelatihan dan investasi kesehatan. Persamaan investasi sumberdaya manusia dalam bentuk identitas dan dapat dirumuskan sebagai berikut : INVSDM = INVPEN+INVPEL+INVKES...(21) INVSDM = Investasi sumberdaya manusia rumahtangga petani (rupiah/tahun) INVPEN = Investasi pendidikan rumahtangga petani (rupiah/tahun) INVPEL = Investasi pelatihan rumahtangga petani (rupiah/tahun) INVKES = Investasi kesehatan rumahtangga petani (rupiah/tahun) Kualitas Sumberdaya Manusia Kualitas adalah totalitas fitur dan ciri-ciri suatu produk atau jasa yang mengandalkan pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan. Menurut Meier (1995) dan Mangkuprawira (2007) sumberdaya manusia dikatakan berkualitas apabila memiliki sikap semangat dalam bekerja, selalu terlibat dalam kegiatan sosial, semangat dalam merespon masalah yang dihadapi, memiliki keterampilan yang bisa digunakan untuk modal kerja dan fisik dalam kondisi sehat. Arrow (1996) mengemukakan bahwa investasi sumberdaya manusia akan meningkatkan kualitas manusia agar mempunyai keterampilan dan kemampuan,

12 82 sehingga produktivitasnya meningkat. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas sumberdaya manusia adalah investasi pendidikan, investasi pelatihan, investasi kesehatan, pendidikan formal petani dan pendidikan anggota keluarga. Semua faktor diharapkan bertanda positif. Persamaan kualitas sumberdaya manusia dalam bentuk struktural dan dapat dirumuskan sebagai berikut : KSDM = e 0 +e 1 INVPEN+e 2 INVPEL+e 3 INVKES+e 4 CP 2 +e 5 PAK +U 5...(22 ) Parameter dugaan hipotesis : e 1, e 2, e 3, e 4, e 5 > 0 KSDM = Kualitas sumberdaya manusia (skor) INVPEN = Investasi pendidikan rumahtangga petani (rupiah/tahun) INVPEL = Investasi pelatihan rumahtangga petani (rupiah/tahun) INVKES = Investasi kesehatan rumahtangga petani (rupiah/tahun) CP 2 = Pendidikan formal petani (tahun) PAK = Pendidikan anggota keluarga (skor) U 5 = Error term b. Persamaan Produksi dan Penggunaan Input : Produksi Usahatani Produksi tanaman pokok padi yang dihasilkan rumahtangga tergantung pada kualitas sumberdaya manusia, pengalaman, luas lahan, biaya input, jumlah tenaga kerja yang digunakan dan nilai alat mekanisasi yang dimiliki. Semua faktor tersebut merupakan faktor produksi yang menentukan produksi, sehingga diharapkan tandanya positif.

13 83 Pengalaman berusahatani akan berpengaruh pada produksi, semakin berpengalaman petani akan lebih respon menghadapi permasalahan yang ada dan berusaha untuk mencari penyelesaian yang tepat. Pengaruh kualitas sumberdaya manusia dan pengalaman diharapkan bertanda positif. Persamaan produksi dalam bentuk struktural dan dapat dirumuskan sebagai berikut : PROD = f 0 +f 1 KSDM+f 2 PENGL+f 3 LL+f 4 INPUT+f 5 TK+f 6 MEK +U 6...(23) Parameter dugaan hipotesis : f 1, f 2, f 3, f 4, f 5, f 6 > 0 PROD = Produksi usahatani tanaman pokok padi (rupiah/tahun) KSDM = Kualitas sumberdaya manusia (skor) PENGL = Pengalaman petani berusahatani (tahun) LL = Luas lahan (m 2 ) INPUT = Biaya penggunaan bibit, pupuk, obat (rupiah/tahun) TK = Jumlah tenaga kerja (HOK/tahun) MEK = Nilai alat mekanisasi usahatani (rupiah) U 6 = Error term Biaya Usaha Tani Biaya usahatani tanaman pokok padi dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya manusia, produksi dan upah usahatani. Faktor produksi dan upah usahatani merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh rumahtangga dalam proses produksi. Semakin tinggi produksi dan upah usahatani, semakin tinggi pula biaya usahatani. Kedua faktor tersebut diharapkan bertanda positif. Pengaruh kualitas sumberdaya manusia terhadap biaya usahatani diharapkan bertanda negatif. Dengan semakin meningkat kualitas sumberdaya manusia, rumahtangga

14 84 dapat mengoptimalkan pengelolaan usahatani dengan menggunakan input yang efektif dan efisien. Persamaan biaya usahatani dalam bentuk struktural dan dapat dirumuskan sebagai berikut : BUT = g 0 +g 1 KSDM+g 2 PROD+g 3 UPAHUT+U 7....(24) Parameter dugaan hipotesis : g 2, g 3 > 0 ; g 1 < 0 BUT = Biaya usahatani tanaman pokok padi (rupiah/tahun) KSDM = Kualitas sumberdaya manusia (skor) PROD = Produksi usahatani tanaman pokok padi (rupiah/tahun) UPAHUT = Upah usahatani (rupiah/hok) U 7 = Error term Permintaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Permintaan tenaga kerja luar keluarga dinyatakan dalam hari orang kerja per tahun, yang besarnya dipengaruhi oleh faktor kualitas sumberdaya manusia, produksi dan upah usahatani. Secara teori permintaan berhubungan dengan harga, permintaan tenaga kerja (upahan) akan semakin kecil apabila upah yang berlaku semakin tinggi, sehingga tanda yang diharapkan negatif. Rumahtangga akan memilih mengelola usahatani sendiri dibandingkan mempekerjakan tenaga kerja luar keluarga untuk menghemat biaya upah tenaga kerja. Untuk meningkatkan produksi memerlukan tambahan input termasuk tenaga kerja, sehingga produksi berhubungan positif dengan permintaan tenaga kerja luar keluarga. Dalam rangka mencari penghasilan, rumahtangga dihadapkan pada pilihan. Apabila jumlah waktu kerja pada usahatani lebih besar, maka permintaan

15 85 tenaga kerja luar keluarga akan menurun, sehingga tanda yang diharapkan adalah negatif. Apabila kualitas anggota rumahtangga semakin tinggi, maka akan mempunyai banyak kesempatan untuk bekerja di luar usahatani, dengan penghasilan yang lebih tinggi. Persamaan permintaan tenaga kerja luar keluarga dalam bentuk struktural dan dapat dirumuskan sebagai berikut : TKLK = h 0 +h 1 KSDM+h 2 PROD+h 3 CUT+h 4 UPAHUT +U 8...(25) Parameter dugaan hipotesis : h 1, h 2 > 0 ; h 3, h 4 < 0 TKLK KSDM PROD CUT = Permintaan tenaga kerja luar keluarga dalam ustan tanaman pokok padi (HOK/tahun) = Kualitas sumberdaya manusia (skor) = Produksi usahatani tanaman pokok padi (rupiah/tahun) = Curahan waktu kerja usahatani (jam/minggu) UPAHUT = Upah usahatani (rupiah/hok) = Error term U 8 c. Persamaan Curahan Waktu Kerja : Curahan Waktu Kerja Usahatani Curahan waktu kerja usahatani dapat dianggap sebagai penawaran tenaga kerja keluarga pada usahatani dengan tingkat upah usahatani yang berlaku. Secara teori penawaran tenaga kerja akan berhubungan positif dengan upah. Semakin tinggi upah usahatani semakin tinggi curahan waktu kerja pada usahatani, dengan demikian pendapatan usahatani akan meningkat. Begitu juga dengan upah tenaga kerja (luar usahatani) yang berlaku akan berpengaruh berbeda dengan upah usahatani terhadap curahan waktu pada usahatani, sehingga tanda yang

16 86 diharapkan adalah negatif. Curahan waktu kerja ke luar usahatani merupakan substitusi curahan waktu kerja pada usahatani. Waktu akan dicurahkan lebih banyak pada kegiatan yang memberikan imbalan yang lebih tinggi. Perilaku petani juga dipengaruhi oleh karakteristik usahatani dan karakteristik individu. Kualitas sumberdaya manusia, pengalaman dan umur mencerminkan kemampuan fisik dalam bekerja. Semakin tinggi usia semakin kecil curahan waktu kerja. Sedangkan semakin tinggi pengalaman semakin tinggi curahan waktu kerjanya. Demikian pula kualitas sumberdaya manusia, semakin petani berkualitas akan lebih banyak kesempatan untuk bekerja di luar usahatani, tanda yang diharapkan adalah negatif. Seperti penelitian yang dilakukan Lockheed (1980), pendidikan formal berdampak positif pada kegiatan luar usahatani dan mampu menggeser sumberdaya tenaga kerja dari usaha tani ke luar usahatani. Persamaan curahan waktu kerja usahatani dalam bentuk truktural dan dapat dirumuskan sebagai berikut : CUT = j 0 +j 1 KSDM+j 2 UM+j 3 PENGL+j 4 UPAHTK+j 5 UPAHUT +U 9... (26) Parameter dugaan hipotesis : j 3, j 5 > 0 ; j 1, j 2, j 4 < 0 CUT = Curahan waktu kerja usahatani (jam/minggu) KSDM = Kualitas sumberdaya manusia (skor) UM = Umur petani (tahun) PENGL = Pengalaman petani (tahun) UPAHUT = Upah usahatani (rupiah/hok) UPAHTK = Upah tenaga kerja (rupiah/hok) U 9 = Error term

17 87 Curahan Waktu Kerja Luar Usahatani Seperti halnya curahan waktu kerja usahatani, faktor curahan waktu kerja luar usahatani juga dianggap sebagai penawaran tenaga kerja yang dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya manusia, umur petani, upah tenaga kerja, penerimaan usahatani, pendapatan luar usahatani dan total pengeluaran. Faktor upah diharapkan berpengaruh secara positif terhadap curahan waktu kerja luar usahatani. Apabila penerimaan usahatani belum dapat memenuhi kebutuhan rumahtangga, maka petani dan keluarganya akan mencari tambahan penghasilan ke luar usahatani, tanda yang diharapkan adalah negatif. Curahan waktu kerja luar usahatani juga dipengaruhi oleh kompensasi lain yaitu pendapatan luar usahatani. Penelitian Lockheed (1980) mengatakan pendidikan formal berdampak positif pada kegiatan luar usahatani dan mampu menggeser sumberdaya tenaga kerja dari usaha tani ke luar usahatani. Petani yang bekerja di luar usahatani mencari tambahan pendapatan untuk mencakup kebutuhan rumahtangga. Semakin tinggi total pengeluaran rumahtangga petani akan semakin tinggi pula curahan waktu kerja luar usahatani. Curahan waktu kerja luar usahatani ditentukan juga oleh kualitas sumberdaya manusia, tanda yang diharapkan adalah positif. Sedangkan umur akan berpengaruh negatif, semakin tunggi usia petani, kemampuan kerja akan semakin menurun. Persamaan curahan waktu kerja luar usahatani dalam bentuk struktural dan dapat dirumuskan sebagai berikut : CNUT = k 0 +k 1 KSDM+ k 2 UM+k 3 UPAHTK+k 4 PNRUT+k 5 PENUT

18 88 +k 6 TOPENG+U 10...(2 7) Parameter dugaan hipotesis : k 1, k 3, k 5, k 6 > 0 ; k 2, k 4 < 0 CNUT = Curahan waktu kerja luar usahatani (jam/minggu) KSDM = Kualitas sumberdaya manusia (skor) UM = Umur petani (tahun) UPAHTK = Upah tenaga kerja (rupiah/hok) PNRUT = Penerimaan usahatani (rupiah/tahun) PENUT = Pendapatan luar usahatani (rupiah/tahun) TOPENG = Total pengeluaran (rupiah/tahun) U 10 = Error term c. Persamaan Pendapatan : Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani adalah gabungan dari pendapatan usahatani keluarga dan luar keluarga. Pendapatan usahatani dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya manusia, curahan waktu kerja usahatani, produksi dan upah usahatani. Teori human capital membuktikan bahwa peningkatan kemampuan atau skill seorang pekerja berkorelasi positif dengan kenaikan tingkat pendapatan (Simanjuntak, 1985). Semakin tinggi upah dan waktu yag dicurahkan pada kegiatan usahatani, semakin tinggi pendapatan usahatani. Begitu juga produksi dengan asumsi harga output tetap, semakin tinggi produksi maka pendapatan usahatani akan meningkat. Semua faktor yang berpengaruh diharapkan bertanda positif. Persamaan

19 89 pendapatan usahatani dalam bentuk struktural dan dapat dirumuskan sebagai berikut : PEUT = l 0 +l 1 KSDM+l 2 CUT+l 3 PROD+l 4 UPAHUT+U (28) Parameter dugaan hipotesis : l 1, l 2, l 3, l 4 > 0 PEUT = Pendapatan usahatani (rupiah/tahun) KSDM = Kualitas sumberdaya manusia (skor) CUT = Curahan waktu kerja usahatani (jam/minggu) PROD = Produksi usahatani tanaman pokok padi rupiah/tahun) UPAHUT = Upah usahatani (rupiah/hok) U 11 = Error term Pendapatan Luar Usahatani Pendapatan luar usahatani berhubungan dengan upah tenaga kerja. Semakin tinggi upah semakin tinggi pula pendapatan luar usahatani yang diperoleh rumahtangga petani. Faktor lain yang berpengaruh terhadap pendapatan luar usahatani adalah kualitas sumberdaya manusia dan curahan waktu kerja luar usahatani. Apabila waktu kerja luar usahatani lebih besar dibanding waktu kerja kegiatan usahatani dan waktu kegiatan sehari-hari dalam rumah dengan asumsi upah tenaga kerja tetap, maka pendapatan luar usahatani semakin tinggi. Tanda yang diharapkan adalah positif. Semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia, maka anggota rumahtangga akan lebih banyak mencurahkan waktunya ke luar usahatani. Tanda yang diharapkan adalah positif. Persamaan pendapatan luar usahatani dalam bentuk struktural dan dapat dirumuskan sebagai berikut :

20 90 PENUT = o 0 +o 1 KSDM+o 2 CNUT+o 3 UPAHTK+U 12...(29) Parameter dugaan hipotesis : o 1, o 2, o 3 > 0 PENUT = Pendapatan luar usahatani (rupiah/tahun) KSDM = Kualitas sumberdaya manusia (skor) CNUT = Curahan waktu kerja luar usahatani (jam/minggu) UPAHTK = Upah tenaga kerja (rupiah/hok) U 12 = Error term Pendapatan Rumahtangga Petani Pendapatan rumahtangga petani merupakan penjumlahan pendapatan usahatani, luar usahatani dan pendapatan lain-lain yaitu pemberian dari anggota keluarga yang sudah bekerja dan bantuan dana dari pemerintah yang diperhitungkan dalam rupiah. Persamaan pendapatan rumahtangga petani dalam bentuk identitas dan dapat dirumuskan sebagai berikut : PERT PERT PEUT PENUT LAIN = PEUT+PENUT+LAIN... (30) = Pendapatan rumahtangga petani (rupiah/tahun) = Pendapatan usahatani (rupiah/tahun) = Pendapatan luar usahatani (rupiah/tahun) = Pendapatan dari sumber lainnya (rupiah/tahun) d. Persamaan Pengeluaran Konsumsi : Pengeluaran Konsumsi Pangan

21 91 Pengeluaran konsumsi pangan adalah gabungan dari permintaan rumahtangga terhadap pangan yang dibeli dari pasar dan dari produksi usaha sendiri. Produksi usaha keluarga sebagian dijual ke pasar sebagian dikonsumsi sendiri, sehingga produksi yang dijual diharapkan bertanda negatif. Jumlah anggota keluarga dan pendapatan yang semakin tinggi akan meningkatkan konsumsi pangan seperti dinyatakan Suhardjo (1996) dalam Pranadji, et al. (2001). Semakin berkualitas rumahtangga akan bisa mengatur jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi. Di lihat dari sisi alokasi pengeluaran konsumsi, maka semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia, konsumsi pangan akan menurun (Sumarwan, 1993). Persamaan pengeluaran konsumsi pangan dalam bentuk struktural dan dapat dirumuskan sebagai berikut : KOP = p 0 +p 1 KSDM+p 2 PRODD+ p 3 JAK+ p 4 PERT+U 13...(31) Parameter dugaan hipotesis : p 3, p 4 > 0 ; p 1, p 2 < 0 KOP = Pengeluaran konsumsi pangan (rupiah/tahun) KSDM = Kualitas sumberdaya manusia (skor) PRODD = Produksi yang dijual (rupiah/tahun) JAK = Jumlah anggota keluarga (orang) PERT = Pendapatan rumahtangga petani (rupiah/tahun) U 13 = Error term Pengeluaran Konsumsi Bukan Pangan Pengeluaran konsumsi bukan pangan merupakan permintaan rumahtangga terhadap produk bukan pangan. Diduga dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya manusia, jumlah anggota keluarga dan pendapatan. Jumlah anggota keluarga

22 92 diduga akan berpengaruh positif terhadap pengeluaran konsumsi bukan pangan. Semakin besar jumlah anggota keluarga, akan semakin tinggi pengeluaran konsumsi bukan pangan. Begitu juga semakin tinggi pendapatan rumahtangga, maka akan semakin tinggi pengeluaran konsumsi bukan pangan. Seperti dikatakan Harianto (2007) dengan meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani maka dapat meningkatkan permintaan barang bukan pangan. Dengan semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia, maka akan semakin tinggi kebutuhan konsumsi bukan pangan. Ketiga faktor tersebut diharapkan bertanda positif. Persamaan pengeluaran konsumsi bukan pangan dalam bentuk struktural dan dapat dirumuskan sebagai berikut : KONP = q 0 +q 1 KSDM+q 2 JAK+q 3 PERT+ U 14...(32) Parameter dugaan hipotesis : q 1, q 2, q 3 > 0 KONP = Pengeluaran konsumsi bukan pangan (rupiah/tahun) KSDM = Kualitas sumberdaya manusia (skor) JAK = Jumlah anggota keluarga (orang) PERT = Pendapatan rumahtangga petani (rupiah/tahun) U 14 = Error term Total Pengeluaran Total pengeluaran merupakan penjumlahan dari pengeluaran konsumsi pangan, konsumsi bukan pangan, pengeluaran lain-lain dan investasi sumberdaya manusia. Persamaan total pengeluaran dalam bentuk identitas dan dapat dirumuskan sebagai berikut : TOPENG = INVSDM +KOP+KONP+PLAIN...(33)

23 93 TOPENG = Total pengeluaran (rupiah/tahun) INVSDM = Investasi sumberdaya manusia (rupiah/tahun) KOP = Pengeluaran konsumsi pangan (rupiah/tahun) KONP = Pengeluaran konsumsi bukan pangan (rupiah/tahun) PLAIN = Pengeluaran lain-lain (rupiah/tahun) Identifikasi dan Metode Estimasi Model Sebelum melakukan pendugaan model, terlebih dahulu dilakukan identifikasi model guna mengetahui metode pendugaan model yang tepat (Koutsoyiannis, 1977). Model yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah model ekonomi rumahtangga petani yang terdiri dari sepuluh persamaan struktural dan tiga persamaan identitas. Identifikasi terhadap model tersebut dilakukan dengan order condition seperti berikut ini : Over identified : (K M) > (G 1) Exactly identified : (K M) = (G 1) Under identified : (K M) < (G 1) K = jumlah variabel dalam model, yaitu variabel endogen dan predeterminan. M = jumlah variabel endogen dan eksogen dalam setiap persamaan tertentu dalam model. G = jumlah persamaan dalam model atau jumlah variabel endogen dalam model. Sesuai dengan permasalahan penelitian, maka analisis data yang dilakukan dibagi menjadi dua bagian. Analisis perilaku ekonomi rumahtangga dalam pengembangan sumberdaya manusia serta kaitannya dengan alokasi sumberdaya

24 94 produksi, alokasi pengeluaran konsumsi dan pendapatan rumahtangga petani dilakukan dengan model persamaan simultan dan metoda pendugaan 2 SLS (Two- Stage Least Squares). Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SAS/ETS dengan prosedur SYSLIN. Sedangkan analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan rumahtangga petani untuk melakukan kegiatan pengembangan sumberdaya manusia dilakukan dengan menggunakan model persamaan tunggal dan metoda pendugaan OLS (Ordinary Least Squares). Faktor-faktor yang berpengaruh dianalisis dengan tingkat signifikan sampai tingkat α 10 persen, artinya penelitian ini dapat menerima kesalahan sampai 10 persen. Alasan yang digunakan karena analisis rumahtangga sangat bervariasi dan data yang digunakan merupakan data cross section. Tingkat signifikan (uji-t) yang dihasilkan komputer merupakan pengujian dua arah (twotheil), sedangkan penelitian ini hanya menginginkan pengujian satu arah (onetheil). Dengan demikian hasil dari komputer akan dibagi dua sehingga diperoleh tingkat signifikan yang satu arah Definisi Variabel dan Satuan Pengukuran Pada analisis empirik perilaku ekonomi rumahtangga dalam pengembangan sumberdaya manusia diperlukan uraian beberapa konsep variabel yang digunakan dan satuan pengukurannya sebagai berikut : 1. Investasi pendidikan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pendidikan. Investasi pendidikan diukur dengan jumlah pengeluaran dana yang dialokasikan untuk kegiatan pendidikan (pendidikan formal) bagi anggota rumahtangga yang

25 95 berumur 10 tahun, baik dana yang berasal dari rumahtangga maupun dana yang berasal dari luar (subsidi), yang diukur dalam rupiah per tahun. 2. Investasi pelatihan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pelatihan. Investasi pelatihan diukur dengan jumlah pengeluaran dana yang dialokasikan untuk kegiatan pelatihan anggota rumahtangga yang sudah dewasa ( 10 tahun), baik dana yang berasal dari rumahtangga maupun dana yang berasal dari luar (subsidi), yang diukur dalam rupiah per tahun. 3. Investasi kesehatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui kegiatan untuk menjaga kesehatan. Investasi kesehatan ini diukur dengan jumlah pengeluaran dana yang dialokasikan untuk kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan, menjaga kesehatan di saat kondisi sehat (preventif) bagi anggota rumahtangga yang berumur 10 tahun, baik dana yang berasal dari rumahtangga maupun dana yang berasal dari luar (subsidi/askes), yang diukur dalam rupiah per tahun. 4. Produksi usahatani adalah seluruh produksi yang dihasilkan dari usahatani sendiri yang terdiri dari tanaman pokok padi, baik di lahan milik sendiri maupun sewa, yang diukur dalam rupiah per tahun. Produksi usahatani ini ada yang dijual, ada yang dikonsumsi sendiri dan sebagian dijadikan benih untuk masa tanam berikutnya. 5. Luas lahan adalah lahan yang ditanami petani dengan tanaman pokok padi, yang diukur dengan meter persegi (m 2 ).

26 96 6. Input usahatani adalah seluruh biaya yang digunakan petani untuk keperluan benih, pupuk, obat untuk tanaman pokok padi (serta input usahatani lainnya), yang diukur dalam rupiah per tahun. 7. Mekanisasi usahatani adalah peralatan usahatani yang dimiliki petani dan yang digunakan sehari-hari oleh petani, yang diukur dalam rupiah. 8. Upah usahatani dan upah di luar usahatani, yang dimaksud adalah rata-rata upah yang berlaku pada kegiatan usahatani dan rata-rata upah yang berlaku pada kegiatan di luar usahatani, yang diukur dalam rupiah per HOK. 9. Curahan waktu kerja usahatani adalah seluruh waktu anggota keluarga yang dicurahkan untuk usahatani, baik usahatani keluarga maupun luar keluarga, yang diukur dalam jam per minggu. Curahan waktu ini merupakan gabungan dari curahan waktu yang dipergunakan untuk kegiatan usahatani milik keluarga baik tanaman, peternakan, perikanan dan kegiatan usahatani luar keluarga. 10. Curahan waktu kerja luar usahatani adalah seluruh waktu anggota keluarga yang dicurahkan untuk kegiatan luar usahatani, baik usaha keluarga maupun luar keluarga, yang diukur dalam jam per minggu. 11. Penerimaan usahatani adalah seluruh produksi yang dihasilkan dari kegiatan usahatani keluarga (tanaman, peternakan dan perikanan), yang diukur dalam rupiah per tahun. 12. Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang diperoleh rumahtangga petani dari usahatani, baik dari usahatani keluarga sendiri, maupun usaha tani luar keluarga, yang diukur dalam rupiah per tahun.

27 Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh rumahtangga petani dari kegiatan luar usahatani, baik dari kegiatan keluarga sendiri, maupun kegiatan luar keluarga, yang diukur dalam rupiah per tahun. 14. Pengeluaran konsumsi pangan adalah jumlah pengeluaran yang digunakan untuk keperluan konsumsi pangan, termasuk konsumsi dari hasil usahataninya sendiri, yang diukur dalam rupiah per tahun. 15. Pengeluaran konsumsi bukan pangan adalah jumlah pengeluaran yang digunakan untuk keperluan konsumsi bukan pangan, tidak termasuk yang digunakan untuk kegiatan yang bersifat investasi, yang diukur dalam rupiah per tahun. 16. Motivasi petani adalah dorongan yang mempengaruhi petani untuk melakukan investasi sumberdaya manusia diukur dengan skor sesuai teori motivasi. Nilai rendah sampai tinggi menunjukkan urutan bahwa yang nilai tinggi lebih baik dari nilai rendah. Petani yang tidak mempunyai keinginan untuk melakukan kegiatan investasi akan dinilai satu, petani melakukan kegiatan investasi untuk mendapatkan hasil yang dapat memenuhi kebutuhan dasar dinilai dua, nilai yang lebih tinggi lagi diberikan pada petani yang melakukan kegiatan investasi karena harga diri (nilai 3), karena petani bertujuan agar bisa mandiri dan berpengetahuan (nilai 4) dan mau melakukan kegiatan investasi karena melihat masa depan agar petani bisa hidup lebih sejahtera dinilai Pandangan rumahtangga petani terhadap kegiatan pengembangan sumberdaya manusia adalah pemahaman petani dan keluarganya terhadap kegiatankegiatan yang berhubungan dengan investasi sumberdaya manusia, diukur dengan skor dari rendah sampai tinggi. Nilai tinggi menunjukkan lebih baik

28 98 dari nilai yang lebih rendah. Apabila petani mengatakan kegiatan pengembangan sumberdaya manusia tidak ada manfaatnya dinilai satu, dinilai lebih tinggi lagi apabila melihat bahwa pengembangan sumberdaya manusia bermanfaat untuk masa depan. 18. Kualitas sumberdaya manusia adalah kualitas dari anggota rumahtangga, yang mencakup bagaimana sikap bekerja, rasa keterlibatan sosial, respon terhadap masalah yang dihadapi, kondisi kesehatan, keterampilan yang dimiliki yang diukur dengan skor. a. Sikap bekerja adalah perilaku petani dan keluarganya dalam melakukan kegiatan guna memperoleh penghasilan. Anggota rumahtangga yang selalu bersemangat dalam bekerja mempunyai nilai lebih tinggi dibanding anggota rumahtangga yang kurang semangat. Semangat ditunjukkan dengan selalu mencari informasi yang berkaitan dengan pekerjaannya kepada pihak-pihak yang lebih mampu. Selalu mencari ide baru untuk meningkatkan produktivitas dan tidak mengenal lelah dalam bekerja. b. Rasa keterlibatan sosial yang dimaksud adalah bagaimana petani dan keluarganya terlibat di dalam masyarakat, yang diukur dengan frekuensi keterlibatan petani dalam kegiatan sosial. Apabila dalam satu bulan melakukan beberapa kegiatan lebih dari 1, maka dinilai lebih tinggi dibanding mereka yang hanya kadang-kadang terlibat dalam kegiatan sosial. c. Respon terhadap masalah yang dihadapi adalah bagaimana perilaku petani dan keluarganya dalam menghadapi masalah. Petani dan keluarganya yang ketika menghadapi masalah selalu berpikiran positif dan selalu berusaha

29 99 mencari pemecahannya dinilai lebih tinggi dibanding anggota rumahtangga yang tidak segera berusaha mencari pemecahannya apabila menghadapi masalah. d. Kondisi kesehatan dapat menunjukkan bagaimana aktivitas sehari-hari rumahtangga. Petani dan keluarganya yang mempunyai kondisi kesehatan baik dan tidak memiliki penyakit serius dinilai lebih baik dibanding anggota rumahtangga yang kondisi kesehatannya tidak baik. e. Keterampilan aggota rumahtangga adalah keterampilan di luar usaha tani yang dimiliki petani dan keluarganya, semakin banyak jumlah keterampilan yang dimiliki semakin mempunyai nilai yang tinggi. Untuk variabel yang kualitatif digunakan pengukuran Skala Likert, cara penilaiannya dapat dilihat pada Lampiran 1.

VII. PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI DALAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA

VII. PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI DALAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA VII. PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI DALAM PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA FaktorFaktor yang Berpengaruh terhadap Keputusan Rumahtangga Petani Untuk Melakukan Pengembangan Sumberdaya Manusia Untuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usaha peningkatan taraf hidup. Banyak peneliti mendekati permasalahan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usaha peningkatan taraf hidup. Banyak peneliti mendekati permasalahan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teori 3.1.1. Pengembangan Sumberdaya Manusia Upaya mengembangkan sumberdaya manusia dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam melakukan berbagai kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Teluk Bintuni di dua desa yang

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Teluk Bintuni di dua desa yang 62 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan Teluk Bintuni di dua desa yang berada di sekitar wilayah pembangunan proyek LNG Tangguh yaitu di Desa Tanah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS) Kecamatan Amanuban Barat, dengan contoh tiga desa yaitu Desa Tublopo, Mnelalete dan Pusu

Lebih terperinci

VI. PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM RUMAHTANGGA PETANI. sumberdaya manusia yang dilakukan oleh rumahtangga petani yang mempunyai

VI. PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM RUMAHTANGGA PETANI. sumberdaya manusia yang dilakukan oleh rumahtangga petani yang mempunyai VI. PENGEMANGAN SUMERDAYA MANUSIA DALAM RUMAHANGGA PEANI Pengembangan sumberdaya manusia merupakan investasi di bidang sumberdaya manusia yang dilakukan oleh rumahtangga petani yang mempunyai tujuan untuk

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi 153 V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi rumahtangga pertanian yang menjadi objek penelitian ini. Variabel-variabel yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan statistik sebagai alat bantu untuk mengambil keputusan yang lebih baik telah mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan. Setiap orang, baik sadar maupun

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI 69 VI. HASIL PENDUGAAN MODEL PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI 6.1. Kinerja Umum Model Hal yang perlu diperhatikan di dalam model adalah terpenuhinya kriteria ekonomi, kriteria statistik dan kriteria

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja kantor Bank Rakyat Indonesia Cabang Bogor (nasabah Bank Rakyat Indonesia dijadikan sebagai responden).

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif II. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data yang tidak hanya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian survai dan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini akan dijadikan instrumen pengambilan data primer yang berisi

Lebih terperinci

VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK. partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap

VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK. partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK Penerapan program sistem integrasi tanaman-ternak yang dilakukan secara partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap peningkatan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif karena dalam penelitian ini berupa angka-angka dan analisis. Dalam pembahasannyan

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK BIAYA TRANSAKSI, HARGA DAN UPAH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN

VIII. DAMPAK BIAYA TRANSAKSI, HARGA DAN UPAH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN 312 VIII. DAMPAK BIAYA TRANSAKSI, HARGA DAN UPAH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN Berdasarkan teori, keputusan rumahtangga berkaitan dengan keputusan curahan kerja, produksi

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) Volume 3, Nomor 1, Juli 2012 ISSN 2087-409X Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE) PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KEPUTUSAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KARET DI KABUPATEN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani karet dengan perilaku menabung

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan. IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Penggunaan tenaga kerja bagi suami dialokasikan utamanya pada kegiatan usahatani, sedangkan istri dan anak lebih banyak bekerja pada usaha di luar usahataninya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT Oleh: Memed Gunawan dan Ikin Sadikin Abstrak Belakangan ini struktur perekonomian masyarakat pedesaan Jawa Barat telah

Lebih terperinci

VIII. EFEK PERUBAHAN HARGA INPUT DAN HARGA OUTPUT PADA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Pada bab sebelumnya telah ditunjukkan hasil pendugaan model ekonomi

VIII. EFEK PERUBAHAN HARGA INPUT DAN HARGA OUTPUT PADA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Pada bab sebelumnya telah ditunjukkan hasil pendugaan model ekonomi 243 VIII. EFEK PERUBAHAN HARGA INPUT DAN HARGA OUTPUT PADA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Pada bab sebelumnya telah ditunjukkan hasil pendugaan model ekonomi rumahtangga petani tanaman pangan menggunakan model

Lebih terperinci

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN 7.1. Hasil Validasi Model Simulasi model dilakukan untuk menganalisis dampak perubahan berbagai faktor ekonomi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 26 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis Penelitian 3.1.1 Model Ekonomi Rumahtangga Pertanian Pada umumnya rumahtangga pertanian di pedesaan mempunyai ciri semi komersial karena penguasaan skala

Lebih terperinci

VII. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN. rumahtangga petani peternak sapi di Sulawesi Utara dengan menggunakan

VII. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN. rumahtangga petani peternak sapi di Sulawesi Utara dengan menggunakan VII. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN Untuk menjawab tujuan penelitian ini telah dilakukan analisis perilaku rumahtangga petani peternak sapi di Sulawesi Utara

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN : STUDI KASUS ISTRI NELAYAN DI KABUPATEN ACEH BESAR, NAD

ANALISIS EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN : STUDI KASUS ISTRI NELAYAN DI KABUPATEN ACEH BESAR, NAD ANALISIS EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN : STUDI KASUS ISTRI NELAYAN DI KABUPATEN ACEH BESAR, NAD Oleh : Miftakhuddin 1 dan Abdul Kohar Mudzakir 2 1).Lembaga hukom adat laot/panglima laot aceh, Jl. T.Nyak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pool data 13 kabupaten dan satu kota di Kalimantan Tengah selama periode 1995-2005. Data sekunder yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan sistem jajar legowo di Kabupaten Bantul menggunakan metode dekriptif analisis. Metode deskriptif bertujuan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. banyak membahas mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses

III. METODE PENELITIAN. banyak membahas mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena dalam pembahasannya lebih banyak membahas mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, input yang digunakan, penerimaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonagung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak 24 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang diamati yaitu pengaruh aplikasi teknologi pakan, kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

Model Persamaan Simultan

Model Persamaan Simultan Model Persamaan Simultan Dalam peristiwa ekonomi seringkali ditemukan bahwa beberapa variabel saling mempengaruhi. Contoh : Pendapatan akan mempengaruhi konsumsi, artinya jika pendapatan naik maka diharapkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yaitu Kecamatan Denpasar Utara Kota Denpasar, ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi secara sengaja

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatau metode penelitian dalam meneliti status sekelompok manusia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB),

Lebih terperinci

PERAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Peran Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Peningkatan Pendapatan (D. Dewi et al.) PERAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Ketahanan pangan rumahtangga pada hakekatnya merupakan kondisi terpenuhinya pangan yang tercennin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011 di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan kepada salah satu jenis perusahaan perorangan bernama PP. Kerja. Perusahaan ini bergerak di bidang perbenihan. Kantor

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam banyak situasi ekonomi, hubungan yang terjadi antarvariabel

BAB I PENDAHULUAN. Dalam banyak situasi ekonomi, hubungan yang terjadi antarvariabel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam banyak situasi ekonomi, hubungan yang terjadi antarvariabel ekonomi tidak hanya bersifat satu arah namun bersifat saling mempengaruhi. Dalam bahasa ekonometrika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Mubyarto (1989) usahatani adalah himpunan dari sumber sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA Rosalina Berliani, Dyah Mardiningsih, Siwi Gayatri Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN Diiringi dengan: 1. Jumlah penduduk semakin meningkat 2. Konversi lahan meningkat 3. Pemenuhan pangan yang masih dibawah pemenuhan gizi Pemantapan kemandirian pangan melalui pekarangan Persepsi masyarakat

Lebih terperinci

Strategi Koping Fungsi Ekonomi: Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan. Dukungan Sosial: Keluarga Besar Tetangga. Input Throughput Output

Strategi Koping Fungsi Ekonomi: Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan. Dukungan Sosial: Keluarga Besar Tetangga. Input Throughput Output 34 KERANGKA PEMIKIRAN Kemiskinan yang melanda bangsa Indonesia selama bertahun-tahun menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah meningkatnya harga kebutuhan pokok yang mengakibatkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

Pada Tabel 14 juga diperlihatkan besar total pengeluaran rumahtangga. Besaran

Pada Tabel 14 juga diperlihatkan besar total pengeluaran rumahtangga. Besaran 173 Rataratratratrata Rata- Rata- Rata- % % % % Pangan dibeli dari pasar 2562 29.95 3104 29.65 4092 26.19 3263 28.17 Pangan disediakan sendiri 1102 12.88 1380 13.19 2551 16.32 1682 14.52 Total pangan 3664

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah eksplanatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk menyoroti

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah eksplanatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk menyoroti 30 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah eksplanatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk menyoroti hubungan antarvariabel dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Merode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu penelitian yang merumuskan diri pada pemecahan masalah yang ada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

III. METODELOGI PENELITIAN. sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat 41 III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Metode survei menurut Singarimbun dan Effendi (1995) adalah penelitian yang mengambil sampel dari

Lebih terperinci

There is nothing more important than agriculture in governing people and serving the Heaven. Lao Tze Taode Jing (Abad 6 BC)

There is nothing more important than agriculture in governing people and serving the Heaven. Lao Tze Taode Jing (Abad 6 BC) There is nothing more important than agriculture in governing people and serving the Heaven Lao Tze Taode Jing (Abad 6 BC) PERANAN PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN Harianto KARAKTERISTIK PERTANIAN A. Petani

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.. Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Asembagus dan Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur. Pemilihan kecamatan dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bermitra dengan UPT Balai Benih Pertanian Barongan Kabupaten Bantul.

III. METODE PENELITIAN. bermitra dengan UPT Balai Benih Pertanian Barongan Kabupaten Bantul. III. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, metode digunakan adalah metode deskripsi analisis merupakan metode memaparkan suatu objek baik itu manusia maupun peristiwa terjadi pada masa sekarang secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua Desa dengan pola hutan rakyat yang berbeda dimana, desa tersebut terletak di kecamatan yang berbeda juga, yaitu:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, dalam pembahasannya lebih ditekankan pada biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, input yang digunakan, penerimaan yang diperoleh

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang memusatkan diri dalam meneliti

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan dari perolehan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI INTEGRASI SAPI POTONG PADA LAHAN SAWAH IRIGASI DI SULAWESI TENGAH

FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI INTEGRASI SAPI POTONG PADA LAHAN SAWAH IRIGASI DI SULAWESI TENGAH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI INTEGRASI SAPI POTONG PADA LAHAN SAWAH IRIGASI DI SULAWESI TENGAH Lintje Hutahaean dan Heni Sulistyawati PR Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Riau. Penelitian ini berlangsung dari bulan Oktober 2007- Maret 2008. Kegiatannya meliputi penyusunan proposal,

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka. IV. METODOLOGI 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukahaji merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

IV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan di Kasepuhan Sinar Resmi, Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Taman Nasional Gunung Halimun

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Becker (1965), mengembangkan teori yang mempelajari tentang perilaku rumahtangga (household behavior). Teori tersebut memandang rumahtangga sebagai pengambil

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya I. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, artinya adalah metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang) Jurnal Ilmu Peternakan, Juni 8, hal. 51 57 ISSN 197 2821 Vol. 3 No.2 Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang) Stepanus Pakage Staf Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama untuk dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman kopi rakyat sebagian besar merupakan tanaman tua, tanaman semaian dari bibit tanaman lokal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di 40 III. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di lapangan dan menggunakan kuisioner, dengan populasi petani kopi di Kabupaten Lampung Barat. Secara rinci

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yaitu Desa Purwasari. Pemilihan Kabupaten Bogor dipilih secara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Dasar Ekonomi Rumahtangga Becker (1976), menganalisis keadaan ekonomi rumahtangga yang dalam penelitiannya tersebut menggunakan analisis simultan untuk melihat rumahtangga

Lebih terperinci

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI 84 VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI 7.1. Hasil Validasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sebelum melakukan simulasi untuk menangkap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran Definisi opersional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai bagaimana variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pelaksanaan pembangunan, dalam jangka menengah dan panjang menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola hubungan kerja dan stuktur

Lebih terperinci

31 Universitas Indonesia

31 Universitas Indonesia BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah memperhatikan karakteristik permintaan kedelai di Indonesia pada bab terdahulu maka sekarang tiba saatnya untuk memodelkan faktor faktor yang mempengaruhi permintaan

Lebih terperinci

Dept.Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,FEM-IPB, 2)

Dept.Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,FEM-IPB, 2) ANALISIS EKONOMI RUMAHTANGGA PEKERJA WANITA INDUSTRI KECIL KAIN TENUN IKAT DI KELURAHAN BANDAR KIDUL KOTA KEDIRI DALAM RANGKA MENGHADAPI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Kasirotur Rohmah 1), Hastuti 2), dan

Lebih terperinci

oleh EVA SUSANNA PURBA A

oleh EVA SUSANNA PURBA A ANALISIS POLA DAN FAK -FAKTOR YANG MEM CURAHAN I(ERJA, P PATAN DAN PENGEL RUMAH TANGGA KARYAWAN PERKEBUNAN (Studi Kasus di Kebun Dolok Ilir, PTP Nusantara IV-Wilayah I, Sumatera Utara) oleh EVA SUSANNA

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif. Analisis deskriptif yaitu metode penelitian dengan memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada

Lebih terperinci

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG KERANGKA PEMIKIRAN Program konversi minyak tanah ke LPG dilakukan melalui pembagian paket LPG kg beserta tabung, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada keluarga miskin yang jumlahnya mencapai.

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG Jurnal Galung Tropika, 4 (3) Desember 2015, hlmn. 137-143 ISSN Online 2407-6279 ISSN Cetak 2302-4178 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG Analysis

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara tertuju

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci