VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS"

Transkripsi

1 VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani yang diperoleh maka dikatakan petani tersebut sukses melakukan usahanya dan akan timbul kepuasan pada petani. Pendapatan petani diukur dengan menghitung total penerimaan usahatani dikurangi dengan total biaya usahatani yang telah dikeluarkan. Penerimaan usahatani diperoleh dari hasil produksi dikali dengan harga jual dari produksi tersebut. Pengeluaran usahatani dihitung dari besarnya biaya pengeluaran untuk membeli input usahatani baik input tetap maupun input variabel. Pendapatan usahatani dilihat dari dua sisi yaitu pendapatan usahatani atas biaya tunai dan pendapatan usahatani atas biaya total. Pendapatan usahatani atas biaya tunai merupakan pendapatan usahatani yang diukur dari total seluruh biaya yang benar-benar dikeluarkan secara tunai oleh petani. Pendapatan atas biaya total dihitung terhadap seluruh biaya baik biaya tunai maupun biaya yang diperhitungkan. Faktor eksternal seperti musim diduga berpengaruh terhadap produksi jagung manis. Jumlah produksi terkait dengan pengaruh musim sebagai salah satu sumber risiko eksternal. Produksi jagung manis tentu saja akan menentukan pendapatan usahatani yang akan diperoleh petani. Dalam analisis pendapatan usahatani ini akan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu pendapatan usahatani untuk musim kemarau dan musim hujan. Tujuan pembagian kelompok ini adalah ingin mengetahui bagaimana pengaruh risiko yang disebabkan oleh musim terhadap pendapatan usahatani jagung manis petani responden di Desa Gunung Malang. Dari total 31 responden, sebanyak 15 orang menanam jagung manis pada musim kemarau dan sebanyak 16 orang menanam jagung manis pada musim hujan. 7.1 Penerimaan Usahatani Jagung Manis Penerimaan usahatani jagung manis dihitung berdasarkan rata-rata luasan lahan para petani responden yang dikonversi dalam hektar pada satu periode tanam. Penerimaan usahatani dihitung untuk dua musim berbeda yaitu musim kemarau dan musim hujan. Penerimaan usahatani jagung manis terdiri dari dua 111

2 komponen yaitu penerimaan tunai dan penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan tunai merupakan nilai dari hasil penjualan jagung manis. Nilai penjualan jagung manis yaitu perkalian dari jumlah produksi jagung manis per musim per hektar dikalikan dengan harga per satuan yang diterima oleh petani. Pendapatan lain dari usahatani jagung manis adalah penjualan baby corn. Penjualan baby corn ini masuk dalam komponen penerimaan tunai usahatani. Penerimaan yang diperhitungkan tidak dimasukkan dalam analisis pendapatan. Hal ini dikarenakan sangat jarang bahkan hampir tidak ada petani yang mengkonsumsi jagung manis hasil panennya sendiri. Kalaupun ada petani yang menggunakan jagung manis untuk konsumsi pribadi jumlahnya sangat kecil sekali. Seluruh hasil panen jagung manis milik petani langsung dijual baik melalui tengkulak maupun dijual sendiri. Penerimaan ditentukan oleh jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual yang diterima oleh petani pada saat itu. Produksi rata-rata petani pada musim kemarau ternyata berbeda dengan produksi pada musim hujan. Pada musim kemarau produktivitas rata-rata jagung manis sebesar 8,04 ton/ha dan produktivitas rata-rata jagung semi sebesar 645,67 kg/ha. Sedangkan pada musim hujan rata-rata produktivitas jagung manis lebih tinggi daripada musim kemarau yaitu sebesar 8,30 ton/ha dan rata-rata produktivitas jagung semi sebesar 629,44 kg/ha. Produktivitas jagung manis pada kedua musim masih dibawah produktivitas potensial jagung manis secara umum yaitu ton/ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani belum bisa mencapai produktivitas potensialnya yang diduga disebabkan karena adanya risiko produksi. Perbedaan jumlah produksi pada musim kemarau dan musim hujan tidak berbeda jauh. Akan tetapi produksi pada musim hujan masih lebih tinggi daripada musim kemarau. Hal ini berarti pada musim kemarau risiko produksi lebih besar. Adanya risiko pada musim kemarau ini disebabkan oleh tanaman yang kekurangan air yang dapat mengakibatkan tanaman mati kekeringan. Perawatan yang dilakukan petani tidak dilakukan secara baik karena petani tidak melakukan penyiranam pada musim kemarau sehingga tanaman mengalami kekeringan. Pada musim hujan petani juga tidak terlepas dari adanya risiko yang dikarenakan gulma, hama dan penyakit. Populasi gulma, hama dan penyakit meningkat pada 112

3 musim hujan terutama untuk hama belalang dan ulat serta penyakit bulai. Jadi, pada musim kemarau petani dihadapkan pada sumber risiko kekeringan sedangkan pada musim hujan petani di hadapkan pada sumber risiko gulma, hama dan penyakit. Hal ini yang menyebabkan produksi pada kedua musim tidak berbeda jauh. Harga rata-rata yang diterima petani juga berbeda. Pada musim hujan harga rata-rata jagung manis Rp 1.625/kg dan harga jagung semi rata-rata Rp 1.228,57/kg, sedangkan pada musim kemarau harga rata-rata jagung manis Rp 1.550,00/kg dan jagung semi Rp 1.815,38/kg. Harga rata-rata jagung manis pada musim hujan lebih tinggi daripada musim kemarau. Perbedaan harga ini dikarenakan sistem pemasaran yang dilakukan petani berbeda. Sistem pemasaran yang dilakukan petani dibagi menjadi dua yaitu menjual langsung ke pasar dan menjual ke tengkulak. Petani yang menjual langsung ke pasar dengan ke tengkulak sudah pasti harga yang diterima petani akan berbeda. Petani yang menjual jagung manis pada tengkulak juga mengalami variasi harga. Hal ini dikarenakan petani menjual jagung manis pada tengkulak yang berbeda-beda dan pada waktu yang berbeda juga sehingga harga yang diterima petani juga akan berbeda. Menurut petani harga jagung manis berfluktuatif tergantung dengan permintaan dan penawaran pasar. Harga terendah yang pernah diterima petani adalah Rp 500,00/kg sedangkan harga tertinggi yang pernah diterima petani adalah Rp 3.500,00/kg. Perbedaan harga dan perbedaan produksi menyebabkan perbedaan pada rata-rata penerimaan jagung manis. Rata-rata penerimaan tunai jagung manis pada musim hujan lebih besar daripada musim kemarau. Selisih penerimaan tunai antara musim hujan dengan musim kemarau mencapai Rp ,01. Produksi dan harga jual jagung manis pada musim kemarau lebih rendah daripada musim hujan sehingga penerimaan pada musim hujan lebih tinggi daripada musim kemarau. Hasil total rata-rata penerimaan usahatani jagung manis dapat dilihat pada Tabel

4 Tabel 21. Rata-Rata Penerimaan Usahatani Jagung Manis Petani Responden per Hektar pada Musim Hujan dan Musim Kemarau di Desa Gunung Malang pada Musim Tanam Tahun Komponen Penerimaan Penerimaan Tunai Jagung Manis Penerimaan Tunai Jagung Semi Total Penerimaan Musim Kemarau Musim Hujan Fisik Harga Penerimaan Fisik Harga Penerimaan (Kg) (Rp/kg) (Rp) (Kg) (Rp/kg) (Rp) 8.040, , , , , ,23 645, , ,10 629, , , , , Pengeluaran Usahatani Jagung Manis Pengeluaran usahatani jagung manis terbagi menjadi dua bagian yaitu pengeluaran tunai dan pengeluaran yang diperhitungkan. Pengeluaran tunai terdiri dari biaya yang dikeluarkan secara tunai untuk membeli input produksi seperti biaya pembelian benih, pupuk kimia (urea, phonska, dan TSP), pupuk kandang, pestisida cair, furadan, biaya transportasi, upah tenaga kerja di luar keluarga, pajak lahan dan sewa lahan. Sedangkan pengeluaran yang diperhitungkan terdiri dari biaya yang tidak secara tunai dikeluarkan oleh petani seperti biaya penyusutan peralatan, upah tenaga kerja dalam keluarga dan biaya sewa lahan yang diperhitungkan. Adapun besarnya rata-rata pengeluaran usahatani jagung manis dapat dilihat pada Tabel 22. Biaya pengeluaran tunai mengambil proporsi terbesar terhadap total biaya yaitu 80,12 persen pada musim kemarau dan 85,41 persen pada musim hujan. Rata-rata pengeluaran biaya tunai pada musim hujan lebih besar daripada musim kemarau. Hal ini dikarenakan pengaruh jumlah penggunaan input dan harga input tersebut. Biaya pengeluaran tunai terbesar yang harus ditanggung oleh petani adalah biaya upah tenaga kerja. Penelitian Putra (2011), Setiyanto (2008) dan Suroso (2006) juga menunjukkan bahwa pengeluaran terbesar dari total biaya tunai usahatani jagung adalah biaya tenaga kerja di luar keluarga. Menurut Setiyanto (2008) hal ini disebabkan oleh keluarga petani yang tidak ikut membantu dalam usahatani jagung sehingga untuk memenuhi kekurangan tenaga 114

5 kerja petani menyewa tenaga kerja dari luar keluarga. Usahatani jagung manis di Desa Gunung Malang masih menerapkan sistem padat karya sehingga banyak menggunakan tenaga kerja manusia. Selain itu, beberapa kegiatan seperti pengolahan lahan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja dan tidak mungkin dipenuhi dari tenaga kerja dalam keluarga karena jumlah anggota keluarga yang terbatas. Tabel 22. Rata-Rata Pengeluaran Usahatani Jagung Manis Petani Responden per Hektar pada Musim Hujan dan Musim Kemarau di Desa Gunung Malang pada Musim Tanam Tahun No Pengeluaran Satuan Musim Kemarau Musim Hujan Fisik Pengeluaran Fisik Pengeluaran (Satuan) (Rp) (Satuan) (Rp) A Biaya Tunai 1 Pembelian Benih Kg/ha 7, ,73 7, ,15 2 Pupuk Kimia 0,00 Urea Kg/ha 453, ,34 373, ,78 Phonska Kg/ha 237, ,91 201, ,03 TSP Kg/ha 216, ,84 216, ,90 3 Pupuk Kandang Kg/ha 3.044, , , ,45 4 Pestisida Cair ml/ha 1.429, , , ,36 5 Furadan Kg/ha 14, ,28 16, ,33 6 Biaya Transportasi Rp , ,48 7 TKLK HOK/ha 134, ,42 135, ,97 8 Pajak Lahan Rp , ,67 9 Sewa Lahan Rp , ,00 Total Biaya Tunai , ,12 B Biaya Diperhitungkan 1 Penyusutan Rp , ,14 2 TKDK HOK/ha 54, ,94 40, ,50 3 Sewa Lahan Rp , ,10 Total Biaya Diperhitungkan , ,74 Total Biaya , ,86 Pengeluaran rata-rata untuk upah tenaga kerja di luar keluarga pada musim kemarau sebesar 37,32 persen terhadap total biaya sedangkan pada musim hujan sebesar 38,40 persen terhadap biaya total. Pada musim hujan pengeluaran untuk 115

6 upah tenaga kerja lebih besar, hal ini diduga dikarenakan penggunaan tenaga kerja untuk pembumbunan lebih banyak. Pada musim hujan, kegiatan pembumbunan tidak hanya dilakukan untuk meninggikan bedengan dan menyiangi gulma tetapi juga digunanakan untuk memperbaiki drainase lahan. Hal ini menyebabkan beban pekerjaan tenaga kerja menjadi bertambah berakibat pada penggunaan tenaga kerja semakin banyak atau jumlah hari kerjanya yang bertambah. Selain biaya untuk upah tenaga kerja, biaya pembelian pupuk kimia juga mengambil proporsi yang terbesar kedua terhadap total biaya. Pengeluaran untuk pembelian pupuk kimia pada musim kemarau lebih besar daripada musim hujan. Pengeluaran pembelian pupuk kimia pada musim kemarau mencapai 13,86 persen terhadap total biaya dan pada musim hujan mencapai 12,98 persen. Perbedaan penggunaan pupuk kimia ini dikarenakan pada musim kemarau ketersediaan air berkurang sehingga petani ingin meningkatkan hasil produksi dengan menggunakan pupuk yang lebih banyak. Biaya yang diperhitungkan terdiri dari biaya penyusutan, upah tenaga kerja dalam keluarga dan sewa lahan yang diperhitungkan. Biaya penyusutan merupakan biaya penyusutan peralatan usahatani yang digunakan oleh rata-rata seluruh petani responden. Biaya penyusutan pada kedua musim adalah sama karena setiap petani hampir rata-rata memiliki peralatan usahatani yang sama. Biaya penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dengan asumsi nilai sisanya tidak ada. Biaya upah tenaga kerja dalam keluarga merupakan biaya yang diperhitungkan karena secara tunai petani tidak mengeluarkan biaya untuk upah tenaga kerja dalam keluarga. Akan tetapi biaya upah tenaga kerja dalam keluarga ini patut diperhitungkan karena tenaga kerja dalam keluarga juga berhak atas imbalan dari hasil kerja mereka. Biaya sewa yang diperhitungkan merupakan opportunity cost yang bisa diterima petani apabila lahan milik petani tersebut disewakan. Presentase pengeluaran terbesar atas biaya yang tidak diperhitungkan terhadap total biaya adalah pengeluaran terhadap upah tenaga kerja dalam keluarga. Pada musim kemarau, besarnya pengeluaran untuk upah tenaga kerja dalam keluarga mencapai 14,29 persen dan pada musim hujan mencapai 8,47 persen. Penelitian Putra (2011) dan Setiyanto (2008) juga menunjukkan bahwa 116

7 pengeluaran terbesar dari biaya tidak tunai petani adalah biaya tenaga kerja keluarga. Biaya sewa yang diperhitungkan diperoleh dari rata-rata biaya sewa lahan yang berlaku di Desa Gunung Malang. Rata-rata biaya sewa lahan per tahun di Desa Gunung malang yaitu Rp ,00/ha dengan nilai sewa rata-rata per periode tanam Rp ,00/ha. Dari nilai sewa per periode tanam tersebut diperoleh nilai sewa yang diperhitungkan sebesar Rp ,09/ha. Total rata-rata pengeluaran usahatani pada musim kemarau ternyata lebih besar daripada total rata-rata pengeluaran usahatani pada musim hujan. Selisih total rata-rata pengeluaran pada musim kemarau dengan musim hujan mencapai Rp ,90. Pengeluaran untuk pupuk kimia dan biaya tenaga kerja dalam keluarga yang diperhitungkan pada kedua musim menjadi penyebab dalam perbedaan total rata-rata pengeluaran tersebut. Pada musim kemarau, penggunaan pupuk kimia lebih besar daripada musim hujan. Hal ini dikarenakan pada musim kemarau ketersediaan air berkurang sehingga petani ingin meningkatkan hasil produksi dengan menggunakan pupuk yang lebih banyak. Penggunaan pupuk yang lebih banyak menyebabkan pengeluaran tunai untuk pembelian pupuk kimia juga lebih besar. Selain itu pada musim kemarau, petani responden menggunakan tenaga kerja dalam keluarga lebih besar daripada musim hujan sehingga pengeluaran untuk tenaga kerja dalam keluarga lebih besar pada musim kemarau. 7.3 Pendapatan Usahatani Jagung Manis Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran usahatani. Pendapatan usahatani terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan usahatani jagung manis atas biaya tunai maupun biaya total usahatani jagung manis pada musim hujan lebih besar daripada musim kemarau (Tabel 23). Penelitian Pratiwi (2011) tentang pendapatan usahatani caisin juga menunjukkan hasil yang sama. Pendapatan usahatani caisin atas biaya tunai maupun biaya total pada musim hujan lebih besar daripada musim kemarau. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang panas dan kering sehingga menyebabkan tanaman caisin mengalami kekeringan dan tingginya tingkat serangan hama dan penyakit (Pratiwi 2011). Perbedaan pendapatan pada musim kemarau dengan musim hujan mengindikasikan adanya pengaruh risiko produksi terhadap pendapatan. Faktor 117

8 risiko berpengaruh terhadap hasil produksi jagung manis dan berpengaruh pula terhadap alokasi input produksi. Pada musim kemarau tingkat risiko produksi lebih besar daripada musim hujan. Hal ini bisa terjadi karena pada musim kemarau tanaman rentan terkena kekeringan sehingga bisa menyebabkan tanaman mati. Sementara itu kondisi kemarau ini tidak diimbangi dengan perawatan yang baik oleh petani. Petani tidak melakukan kegiatan penyiraman pada tanaman jagung manis sehingga tanaman sangat rentan terkena cekaman kekeringan. Tabel 23. Analsis Rata-Rata Pendapatan Usahatani Jagung Manis Petani Responden per Hektar pada Musim Hujan dan Musim Kemarau di Desa Gunung Malang pada Musim Tanam Tahun No Komponen Musim Kemarau Musim Hujan (Rp) (Rp) A Penerimaan Tunai , ,81 B Penerimaan yang Diperhitungkan 0,00 0,00 C Total Penerimaan (A+B) , ,81 D Pengeluaran Tunai , ,12 E Pengeluaran yang Diperhitungkan , ,74 F Total Pengeluaran (D+E) , ,86 G Pendapatan atas Biaya Tunai , ,69 H Pendapatan atas Biaya Total , ,95 R/C atas Biaya Tunai 1,20 1,29 R/C atas Biaya Total 0,96 1,10 Usahatani jagung manis lebih menguntungkan untuk diusahakan pada musim hujan daripada musim kemarau. Petani yang melakukan usahatani jagung manis pada musim kemarau mengalami kerugian yang ditunjukkan dengan penerimaan atas biaya total pada musim kemarau menunjukkan angka yang negatif. Hal ini dikarenakan pengeluaran untuk biaya tunai maupun biaya diperhitungkan pada musim kemarau lebih besar daripada musim hujan. Dilihat dari pengeluaran tunai, pengeluaran tunai pada kedua musim tidak berbeda signifikan. Akan tetapi pengeluaran diperhitungkan pada kedua musim sangat berbeda jauh. Biaya yang diperhitungkan pada musim kemarau lebih besar daripada musim hujan. Selisih biaya yang diperhitungkan pada musim kemarau mencapai Rp ,44 lebih besar daripada musim hujan. Hal ini dikarenakan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada musim kemarau lebih besar. Meskipun usahatani jagung manis yang dilakukan oleh petani pada musim 118

9 kemarau dikatakan merugi, tetapi usahatani jagung manis masih bisa dilaksanakan untuk penanaman musim tanam selanjutnya. Hal ini dikarenakan biaya tunai yang dikeluarkan untuk sarana produksi masih bisa dipenuhi oleh penerimaan tunai usahatani. Nilai R/C atas biaya tunai pada musim kemarau sebesar 1,20 dan atas biaya total sebesar 0,96. Artinya, setiap Rp biaya (biaya tunai atau biaya total) yang dikeluarkan, pendapatan tunai yang akan diterima petani sebesar Rp dan pendapatan total yang diterima petani sebesar Rp 960. Nilai R/C atas biaya tunai pada musim hujan sebesar 1,29 dan atas biaya total sebesar 1,10. Artinya, setiap Rp biaya (biaya tunai atau biaya total) yang dikeluarkan, pendapatan tunai yang akan diterima petani sebesar Rp dan pendapatan total yang diterima petani sebesar Rp Nilai R/C pada musim hujan menunjukkan nilai yang lebih dari satu terhadap biaya tunai maupun biaya total. Sedangkan pada musim kemarau, nilai R/C bernilai lebih dari satu hanya terdapat pada R/C atas biaya tunai. Nilai R/C terbesar diperoleh pada musim hujan baik untuk R/C atas biaya tunai maupun atas biaya total. Hal ini menunjukkan bahwa petani yang mengusahakan jagung manis pada musim hujan lebih efisien dibandingkan pada musim kemarau. Dari hasil analisis pendapatan usahatani atas biaya tunai maupun total diperoleh hasil bahwa pendapatan usahatani untuk musim hujan dan musim kemarau berbeda. Namun, setelah dilakukan uji beda antar responden terhadap pendapatan pada kedua musim tersebut dengan menggunakan uji-t diperoleh hasil bahwa pendapatan pada kedua musim tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5 persen baik untuk pendapatan atas biaya tunai maupun atas biaya total. Uji beda pendapatan dengan Uji-T menunjukkan rata-rata pendapatan atas biaya tunai pada musim kemarau sebesar Rp ,06 dan pada musim hujan Rp ,62. Rata-rata pendapatan atas biaya total pada musim kemarau sebesar Rp ,26 dan pada musim hujan Rp ,63. Akan tetapi pendapatan usahatani tersebut tidak berbeda signifikan karena nilai t-hitung pada pendapatan atas biaya tunai (-0,282) dan nilai t-hitung pendapatan total (-0,587) lebih kecil daripada t-tabel (1,960). Sehingga dapat dikatakan rata-rata pendapatan usahatani baik pendapatan tunai maupun pendapatan total pada musim hujan tidak 119

10 berbeda signifikan terhadap rata-rata pendapatan pada musim kemarau. Pendapatan yang tidak berbeda signifikan ini menunjukkan bahwa pada kedua musim petani sama-sama menghadapi tingkat risiko produksi yang sama sehingga perbedaan produksi dan pendapatan usahatani jagung manis tidak berbeda signifikan. Meskipun rata-rata pendapatan pada kedua musim tidak berbeda nyata, rata-rata pendapatan usahatani menunjukkan angka positif dan lebih dari nol artinya pada kedua musim petani sama-sama memperoleh kentungan tetapi tidak berbeda signifikan. Hasil uji beda dengan menggunakan uji-t dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Kegiatan usahatani jagung manis di Desa Gunung Malang dihadapkan pada kondisi adanya risiko produksi dan pengaruh harga input maupun output yang berakibat pada rendahnya pendapatan yang diterima petani dari kegiatan budidaya jagung manis tersebut. Petani mengalami kerugian ketika melakukan usahatani jagung manis pada musim kemarau. Pada musim hujan petani masih memperoleh keuntungan akan tetapi keuntungan yang diperoleh tidak cukup besar karena nilai R/C pada musim hujan menunjukkan angka yang masih mendekati satu. Dari hasil uji beda juga menunjukkan pada musim hujan maupun musim kemarau petani sama-sama memiliki peluang kehilangan produksi karena adanya sumber risiko sehingga rata-rata pendapatan pada kedua musim tidak berbeda signifikan. Selain adanya pengaruh risiko terhadap produksi jagung manis, petani juga dihadapkan pada pengaruh harga baik harga input maupun harga output. Harga input berpengaruh terhadap alokasi penggunaan input produksi. Keterbatasan modal yang dimiliki petani menyebabkan penggunaan input tidak optimal sehingga berpengaruh terhadap hasil produksi. Harga output berpengaruh terhadap penerimaan tunai petani. Harga output berubah-ubah sesuai dengan kondisi pasar yang dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Pengaruh risiko produksi dan variasi harga input maupun output dapat merugikan petani karena terkait dengan produksi yang akan dihasilkan dan pendapatan usahatani yang akan diterima. Untuk mengatasi hal tersebut petani dapat melakukan kegiatan diversifikasi usahatani. Kondisi dilapang menunjukkan bahwa, petani jagung manis di Desa Gunung Malang sudah melakukan kegiatan diversifikasi usahatani dengan cara menanam jagung manis secara polikultur 120

11 melalui sistem tumpang sari, tumpang gilir atau mengusahakan beberapa komoditas pertanian pada lahan yang dimilikinya. Petani jagung manis di Desa Gunung Malang sebagian besar melakukan budidaya tanaman jagung manis secara tumpang sari atau tumpang gilir dengan ubi jalar. Tanaman ubi jalar merupakan tanaman yang sesuai dengan tanaman jagung manis karena tanaman ubi jalar tidak mengganggu pertumbuhan jagung manis begitu pula sebaliknya. Menurut petani, mengusahakan jagung manis secara tumpangsari maupun tumpang gilir dengan ubi jalar menghemat biaya perawatan, mendapat hasil yang berlipat, mengantisipasi gagal panen dan harga jatuh pada salah satu tanaman, dan untuk pemanfaatan lahan yang maksimal. Menurut petani, biaya untuk budidaya jagung manis lebih besar daripada ubi jalar sehingga jika harga jagung manis rendah, kerugian dapat ditutupi dari hasil penjualan ubi jalar. Selain melakukan pola tanam polikultur, Petani di Desa Gunung Malang juga melakukan kegiatan rotasi tanam. Rotasi tanaman dilakukan oleh petani untuk menjaga kesuburan lahan dan mencegah timbulnya penyakit yang dibawa oleh tanaman. Rotasi tanaman dilakukan dengan menggilir jenis tanaman yang ditanam. Petani menghindari menanam jenis tanaman yang sama pada dua atau lebih musim tanam. Hal ini dapat menghindarkan tanaman terkena penyakit yang terbawa oleh tanaman sebelumnya. Kegiatan diversifikasi mampu mengurangi peluang terjadinya risiko produksi dan risiko harga. Ketika produksi jagung manis menurun dan harga jualnya juga menurun maka dengan melakukan usaha diversifikasi usahatani kerugian dari penurunan produksi dan harga tersebut dapat tertutupi dari kegiatan usahatani lainnya sehingga petani tidak mengalami kerugian seluruhnya. Usahatani secara tumpangsari dan tumpang gilir juga bisa meningkatkan efisiensi biaya karena beberapa kegiatan budidaya dapat dilakukan secara bersama sehingga dapat menghemat biaya pengeluaran. Kegiatan rotasi tanam juga dapat menghindarkan tanaman dari siklus serangan hama dan penyakit dan menjaga kesuburan lahan. Oleh karena itu langkah yang telah diambil petani untuk melakukan kegiatan diversifikasi usahatani dan rotasi tanam merupakan langkah yang tepat dan harus dipertahankan oleh petani untuk mengantisipasi terjadinya risiko produksi dan risiko harga. 121

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM 7.1 Penerimaan Usahatani Caisim Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh petani dari jumlah produksi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO Bentuk analisis pendapatan ini mengacu kepada konsep pendapatan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tunai dan biaya

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komoditas Jagung Manis

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komoditas Jagung Manis II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komoditas Jagung Manis Jagung sudah sejak lama diperkenalkan di Indonesia. Menurut Sarono et al. (2001) jagung telah diperkenalkan di Indonesia pada abad ke 16 oleh

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK Analisis pendapatan usahatani paprika hidroponik meliputi analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan analisis R/C. Perhitungan usahatani

Lebih terperinci

Program Studi Magister Sains Agribisnis, Pascasarjana Institut Pertanian Bogor b

Program Studi Magister Sains Agribisnis, Pascasarjana Institut Pertanian Bogor b ARTIKEL Pendapatan Usahatani Ubi Jalar Tumpangsari dengan Jagung Manis di Desa Gunung Malang, Kabupaten Bogor Farm Income of the Intercropping System between Sweet Potato and Sweet Corn in Gunung Malang

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS Analisis risiko produksi jagung manis dilakukan dengan menggunakan metode risiko produksi yang telah dikembangkan oleh Just dan Pope. Pendekatan analisis risiko

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU 7.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya ubi kayu tidak terlalu sulit. Ubi kayu tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam. Karena itulah waktu

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Kondisi Geografi Desa Gunung Malang merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang 50 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR 6.1. Analisis Aspek Budidaya 6.1.1 Penyiapan Bahan Tanaman (Pembibitan) Petani ubi jalar di lokasi penelitian yang dijadikan responden adalah petani yang menanam

Lebih terperinci

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

VI. HASIL dan PEMBAHASAN VI. HASIL dan PEMBAHASAN 6.1 Penggunaan Input Usahatani 6.1.1 Benih Benih memiliki peran strategis sebagai sarana pembawa teknologi baru, berupa keunggulan yang dimiliki varietas dengan berbagai spesifikasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Padi Petani padi dalam menghadapi kelangkaan pupuk dibedakan berdasarkan pengaruh kelangkaan pupuk terhadap produktivitas dan pendapatan dalam usahatani padi. Pengaruh

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH Analisis pendapatan pada usaha budidaya udang galah akan menjelaskan apakah usaha yang dilakukan menguntungkan (profitable) atau tidak yaitu dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap perubahan iklim. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1 Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh dari total produksi usahatani sayuran per hektar yang dikelola oleh petani di Kelompok Tani

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Lokasi Penelitian Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, dengan perbatasan wilayah Desa sebagai berikut Batas

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Produksi Penelitian ini akan mengukur bagaimana dampak penggunaan faktorfaktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi hasil produksi.

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Agribisnis Faperta Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonagung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Petani 1) Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Komoditas pertanian erat kaitannya dengan tingkat produktivitas dan efisiensi yang rendah. Kedua ukuran tersebut dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . PENDAHULUAN. Latar Belakang Kesejahteraan dapat dilihat dari tersedianya dan terpenuhinya kebutuhan pangan. Apabila tidak tercukupinya ketersediaan pangan maka akan berdampak krisis pangan. Tanaman pangan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI 6.1. Keragaan Usahatani Jambu biji Usahatani jambu biji di Desa Cimanggis merupakan usaha yang dapat dikatakan masih baru. Hal ini dilihat dari pengalaman bertani jambu

Lebih terperinci

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG Moh. Saeri dan Suwono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Sampang merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi wilayah penelitian a. Letak dan batas wilayah Kabupaten Klaten adalah kabupaten yang berada di antara kota jogja dan kota solo. Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengembangan usahatani mina padi dengan sistem jajar legowo ini dilakukan di Desa Mrgodadi, Kecamatan sayegan, Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011 di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah dengan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG 7.1. Profitabilitas Privat dan Sosial Analisis finansial dan ekonomi usahatani jagung memberikan gambaran umum dan sederhana mengenai tingkat kelayakan usahatani

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Umur petani merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan usahatani. Umur berpengaruh terhadap kemampuan fisik petani dalam mengelola usahataninya.

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, dalam pembahasannya lebih ditekankan pada biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, input yang digunakan, penerimaan yang diperoleh

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No Pertanyaan Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Total Skor 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 28 3

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN (Studi Kasus di Desa Budi Mulia, Kabupaten Tapin) Oleh : Adreng Purwoto*) Abstrak Di masa mendatang dalam upaya mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012 KONTRIBUSI USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA UKIRSARI KECAMATAN GRABAG KABUPATEN PURWOREJO Hany Andewi Sundari, Zulfanita dan Dyah Panuntun Utami

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Keterangan : KV = risiko produksi padi σ y. = standar deviasi = rata rata produksi

2. TINJAUAN PUSTAKA. Keterangan : KV = risiko produksi padi σ y. = standar deviasi = rata rata produksi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Risiko Produktivitas Setiap aktivitas manusia selalu mengandung risiko karena ada keterbatasan dalam memprediksi hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kejadian yang memiliki

Lebih terperinci

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 1 POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus H. Adul Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Ach. Firman

Lebih terperinci

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA Penelitian ini membagi responden berdasarkan jenis lahan, yaitu lahan sawah irigasi dan tadah hujan, serta keikutsertaan petani dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL 7.1 Analisis Perbandingan Penerimaan Usaha Tani Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan dari perolehan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah selatan DI Yogyakarta merupakan bentangan pantai sepanjang lebih dari 113 km, meliputi wilayah Kabupaten Bantul, Kulon Progo, dan Gunung Kidul yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu. 37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia, 51 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Responden Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia, pengalaman bertani, tingkat pendidikan, penggunaan luas lahan, dan jumlah tanggungan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap pembangunan di Indonesia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertanian Organik Ada dua pemahaman umum tentang pertanian organik menurut Las,dkk (2006)

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terpadat keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Setiap tahunnya jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif karena dalam penelitian ini berupa angka-angka dan analisis. Dalam pembahasannyan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci