VII. DAMPAK KEBIJAKAN KENAIKAN HARGA TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KEDELAI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VII. DAMPAK KEBIJAKAN KENAIKAN HARGA TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KEDELAI"

Transkripsi

1 VII. DAMPAK KEBIJAKAN KENAIKAN HARGA TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KEDELAI Salah satu ciri khas dari model ekonomi rumahtangga petani adalah adanya hubungan antara keputusan produksi dan keputusan konsumsi, demikian juga sebaliknya. Pada model persamaan simultan maka analisis dilakukan melalui simulasi, de ngan melakuka n peruba han harga input dan harga output. Simulasi kebijakan dapat dilakukan dengan beberapa peubah kebijakan secara bersamaan (simultan), yang akan berdampak pada rumahtangga petani. Keuntungan analisis simulasi ini adalah dapat mengatasi adanya persamaan non-linear dalam mode l, dimana rumahtangga petani mempunyai peubah eksogen yang berbeda, sehingga analisis elastisitas akan menghasilkan besaran beragam antar rumahtangga petani (Smith dan Strouss, 1986). Analisis dampak perubahan harga dapat juga dilakuka n de ngan ko mbinasi lebih da ri satu pe uba h kebijaka n. Perubahan harga pada komoditas pangan dilakukan melalui simulasi kebijakan kenaikan harga kedelai da n ko mbinasi de nganke naika n harga gaba h kering panen, upa h tenaga ke rja luar ke luarga, da n harga sarana prod uks i. Simulasi kebijakan melalui perubahan kenaikan harga sarana produksi dengan menaikka n harga komponen pupuk (Urea, SP36/TSP, dan KCL/ZA) da n pestisida (obat/pestisida, ZPT, dan rhizoplus). Besarnya perubahan harga dilakukan melalui skenario kenaikan harga output (kedelai) sebesar 25%, harga komoditas substitusi/komplemensebesar 15%, upah tenaga kerja luar keluarga 10%, dan harga sarana produksi sebesar 10%, agar mampu menut upi ke naikan harga-harga di Indo nesia yang berkisar sekitar 10% pertahun pada (2009). Dari sini akan terlihat dampak perubahan kenaika n harga pe ubah eksogen terhadap pe uba h endo ge n da lam persen %). ( 7.1. Kenaikan Harga Panga n Peruba ha n harga melalui komoditas pangan meliputi kenaikan harga kedelaisebesar 25% dan 37.5%, serta kombinasi kenaikan harga kedelai 25% dengan harga gaba h kering pa nen 15%.

2 Harga Kedelai (25% dan 37.5%) Pada Tabel 77 dan Tabel 78, simulasi kebijakan dilakukan melalui kenaikan harga kedelai sebesar 25% dan 37.5%, sehingga terlihat dampak perubahan pada peubah endogen dalam persen %). ( Dampak kenaikan harga kedelai adalah meningkatkan produksi kedelai 32.0% dan 155.7%, pendapatan rumahtangga 13.9% dan 58.8%, dan kedelai jual 33.6% dan 163.2%. Luas areal panen kedelai meningkat 25.4% dan 96.7%, sedangkan produktivitas kedelai naik sedikit sekitar 5.3% dan 30.3%. Penerimaan usahatani kedelai meningkat37.4% dan 199.0%, sedangkan pendapatan usahatani kedelai naik 75.8% dan 394.4%. Tenaga kerja dalam keluarga juga meningkat 10.6% dan 37.0%, serta tenaga kerja luar keluarga naik 10.4% dan 36.6%. Secara keseluruhan tenaga kerja naik 5.6% dan 18.8%, serta curah kerja naik sedikit sekitar 3.3% dan 11.0%. Sedangkan pengeluaran rumahtangga turun pada skenario pertama dan naik sedikit pada skenario kedua. Skenario pertama dan kedua adalahdengan meningkatkan harga kedelai 25% dan 37.5%, akan menguntungkan petani dalam meningkatkan produksi kedelai da n pendapatan rumahtangga, termasuk surplus pasar atau kedelai jual. Luas areal panen kedelai dan produktivitas kedelai meningkat, khususnya pada skenario kedua.bahka n produksi kedelai dan kedelai jual, serta penerimaan usahatani kedelai da n pendapatan usahatani kedelai naik diatas 100% untuk skenario kedua. Jadi, kenaikan harga kedelai sangat efektif dalam meningkatkan produksi kedelai, penerimaan usahatani kedelai, pendapatan usahatani kedelai, dan pendapatan rumahtangga, termasuk luas areal panen kedelai Harga Kedelai 25% dengan Harga GabahKP 15% Pada Tabel 79, simulasi kebijakan dilakukan dengan kenaikan harga kedelai 25% dengan harga gabahkp 15%, sehingga terlihat dampak perubahan peubah endo gen da lam persen %). ( Dampak kenaikan harga kedelai dengan harga gabahkp adalah meningkatkan produksi kedelai 38.1% dan pendapatan rumahtangga 17.7%, sedangkan kedelai jual naik 39.9%. Luas areal panen kedelai meningkat 29.2%, sedangkan produktivitas naik sedikit sekitar 6.9%.

3 161 Tabel 77. Dampak Kenaikan Harga Kedelai 25% Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai Kode Persamaan/Peubah Simulasi Harga Kedel ai 25% Dasar Nilai Prediksi % LAP Luas Areal Panen Kedelai (Ha) PRO Produksi Kedelai(Kg) JB JumlahBenihKedelai(Kg) JPU Jumlah Pupuk Urea (Kg) JPS JumlahPupukSp36/Tsp(Kg) JPK Jumlah PupukKcl/Za (Kg ) JO Jumlah Obat/Pestisida (Lt) JZ Jumlah ZPT/Ppc (Lt) JR Jumlah Rhizoplus (Sachet) TKDK TK DalamKlrg Kedelai (HOK) TKLK TK LuarKlrg Kedelai (HOK) TKDN TKDalamKlrg NonKdl(HOK) TKDL TKDalamKlrgNUtLain(HOK) PNK Pendapatan NonKedelai (Rp) PNL Pendapatan NonUt.Lain(Rp) KPT KonsumsiPanganTunai(Rp) KNP Konsumsi NonPangan(Rp) IE InvestasiPendidikan(Rp) IH InvestasiKesehatan(Rp) IP InvestasiProduksiPertanian(Rp) TAB Tabungan (Rp) KRE Kredit Pertanian(Rp) TKK TenagaKerja Kedelai (HOK) TKD TKDalamKeluarga(HOK) TKL TK LuarKeluarga(HOK) TK TenagaKerja Total(HOK) CK CurahKerjaTotal(HOK) BS Biaya SaranaProduksi (Rp) BTK BiayaTenagaKerja(Rp) BUK Biaya Usahatani Kedelai(Rp) PUK PenerimaanUt. Kedelai (Rp) PUKT PendapatanUt.KedelaiTotal(Rp) PRT PendapatanRT.Total(Rp) PD PendaptanDisposable(Rp) KT KonsumsiRT.Total(Rp) IS Investasi Sumberdaya (Rp) INV Investasi RT.Total(Rp) BRT PengeluaranRT. Total(Rp) KJ Kedelai Jual/SurplusPasar (Kg) PKp Produktivitas Kdl.Pngn(Kg/Ha)

4 162 Tabel 78. Dampak Kenaikan Harga Kedelai 37.5% Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai Kode Persamaan/Peubah Simulasi Harga Kedel ai 37.5% Dasar Nilai Prediksi % LAP Luas Areal Panen Kedelai (Ha) PRO Produksi Kedelai (Kg) JB Jumlah Benih Kedelai (Kg) JPU Jumlah Pupuk Urea (Kg) JPS Jumlah Pupuk Sp36/Tsp (Kg) JPK Jumlah Pupuk Kcl/Za (Kg) JO Jumlah Obat/Pestisida (Lt) JZ Jumlah ZPT/Ppc (Lt) JR Jumlah Rhizoplus (Sachet) TKDK TK DalamKlrg Kedelai (HOK) TKLK TK LuarKlrg Kedelai (HOK) TKDN TK DalamKlrg NonKdl (HOK) TKDL TK DalamKlrg NUtLain (HOK) PNK Pendapatan NonKedelai (Rp) PNL Pendapatan NonUt.Lain (Rp) KPT Konsumsi PanganTunai (Rp) KNP Konsumsi NonPangan (Rp) IE Investasi Pendidikan (Rp) IH Investasi Kesehatan (Rp) IP Investasi ProduksiPertanian(Rp) TAB Tabungan (Rp) KRE Kredit Pertanian (Rp) TKK Tenaga Kerja Kedelai (HOK) TKD TK Dalam Keluarga (HOK) TKL TK Luar Keluarga (HOK) TK Tenaga Kerja Total (HOK) CK Curah KerjaTotal (HOK) BS Biaya Sarana Produksi (Rp) BTK BiayaTenaga Kerja (Rp) BUK Biaya Usahatani Kedelai (Rp) PUK Penerimaan Ut. Kedelai (Rp) PUKT PendapatanUt.KedelaiTotal(Rp) PRT Pendapatan RT.Total (Rp) PD Pendaptan Disposable (Rp) KT Konsumsi RT.Total (Rp) IS Investasi Sumberdaya (Rp) INV Investasi RT. Total (Rp) BRT Pengeluaran RT. Total (Rp) KJ Kedelai Jual /Surplus Pasar (Kg) PKp Produktivitas Kdl.Pngn (Kg/Ha)

5 163 Tabel 79. Dampak Kenaikan Harga Kedelai 25% dengan Harga GabahKP 15% Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai Kode Persamaan/Peubah Simulasi HK25% +HG15% Dasar Nilai Prediksi % LAP Luas Areal Panen Kedelai (Ha) PRO Produksi Kedelai (Kg) JB Jumlah Benih Kedelai (Kg) JPU Jumlah Pupuk Urea (Kg) JPS Jumlah Pupuk Sp36/Tsp (Kg) JPK Jumlah Pupuk Kcl/Za (Kg) JO Jumlah Obat/Pestisida (Lt) JZ Jumlah ZPT/Ppc (Lt) JR Jumlah Rhizoplus (Sachet) TKDK TK DalamKlrg Kedelai (HOK) TKLK TK LuarKlrg Kedelai (HOK) TKDN TK DalamKlrg NonKdl (HOK) TKDL TK DalamKlrg NUtLain (HOK) PNK Pendapatan NonKedelai (Rp) PNL Pendapatan NonUt.Lain (Rp) KPT Konsumsi PanganTunai (Rp) KNP Konsumsi NonPangan (Rp) IE Investasi Pendidikan (Rp) IH Investasi Kesehatan (Rp) IP Investasi ProduksiPertanian(Rp) TAB Tabungan (Rp) KRE Kredit Pertanian (Rp) TKK Tenaga Kerja Kedelai (HOK) TKD TK Dalam Keluarga (HOK) TKL TK Luar Keluarga (HOK) TK Tenaga Kerja Total (HOK) CK Curah KerjaTotal (HOK) BS Biaya Sarana Produksi (Rp) BTK BiayaTenaga Kerja (Rp) BUK Biaya Usahatani Kedelai (Rp) PUK Penerimaan Ut. Kedelai (Rp) PUKT PendapatanUt.KedelaiTotal(Rp) PRT Pendapatan RT.Total (Rp) PD Pendaptan Disposable (Rp) KT Konsumsi RT.Total (Rp) IS Investasi Sumberdaya (Rp) INV Investasi RT. Total (Rp) BRT Pengeluaran RT. Total (Rp) KJ Kedelai Jual /Surplus Pasar (Kg) PKp Produktivitas Kdl.Pngn (Kg/Ha)

6 164 Bahkan penerimaan usahatani kedelai meningkat 43.6%, sedangkan pendapatan usahatani kedelai naik 87.3%. Tenaga kerja dalam keluarga juga meningkat 12.1%, sedangkan tenaga kerja luar keluarga naik 11.8%. Pengeluaran rumahtangga mengalami penurunan sedikit. Skenario ketiga tersebut sangat menguntungkan petani, karena produksi kedelai dan pendapatan rumahtangga meningkat, termasuk surplus pasar atau kedelai jual. Luas areal panen kedelai meningkat, walaupun produktivitas kedelai naik sedikit. Bahkan penerimaan usahatani kedelai dan pendapatan usahatani ke de lai meningkat cukup tinggi. Jadi ke naika n harga kede lai de ngan harga gabahkp sangat efektif dalam meningkatkan produksi kedelai, penerimaan usahatani kedelai, pendapatan usahatani kedelai, dan pendapatan rumahtangga Kenaikan Harga Kedelai 25% dengan Harga GabahKP 15% dan Upah Tenaga Kerja LuarKeluarga 10% Pada Tabel 80, simulasi kebijakan dilakukan melalui kenaikan harga kedelai 25% de ngan harga gaba hkp 15% da n upa h tenaga kerja luar ke luarga yang dibayarkan 10%, sehingga terlihat dampak perubahan pada peubah endogen dalam persen ( %). Dampak kenaikan harga kedelai, harga gabahkp, dan upah tenaga kerja luar ke luarga, adalahmeningkatkan produksi kedelai 36.8%, dan pendapatan rumahtangga 16.6%,sedangkan kedelai jual meningkat sebesar 38.6%.Luas areal panen kedelai meningkat 27.9%, sedangkan produktivitas kedelai naik sedikit sekitar 7.0%. Tenaga kerjadalam keluarga naik 10.8%, dan tenaga kerja luar keluarga naik 9.3%, sedangkan tenaga kerja total dan curah kerja total meningkat sedikit.bahka n penerimaan usahatani kedelai naik 42.1%, dan pendapatan usahatani kedelai naik 76.9%.Pengeluaran rumahtangga mengalami sedikit penurunan. Skenario keempat dengan meningkatkan harga kedelai dengan harga gaba hkp da n upa h tenaga ke rja luar keluarga, aka n menguntungkan petani, karena produksi kedelai, pendapatan rumahtangga, dan surplus pasar atau kedelai jua l meningkat. Luas areal panen kedelai dan produktivitas meningkat pula. Sedangkan penerimaan usahatani kedelai dan pendapatan usahatani kedelai juga meningkat.

7 165 Tabel 80. Dampak Kenaikan Harga Kedelai 25% dengan HargaGabahKP 15% dan Upah Tenaga Kerja LuarKeluarga 10% Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai Kode Persamaan/Peubah Simulasi Dasar HK25%+HG15%+ UTKL10% Nilai Prediksi % LAP Luas Areal Panen Kedelai (Ha) PRO Produksi Kedelai (Kg) JB Jumlah Benih Kedelai (Kg) JPU Jumlah Pupuk Urea (Kg) JPS Jumlah Pupuk Sp36/Tsp (Kg) JPK Jumlah Pupuk Kcl/Za (Kg) JO Jumlah Obat/Pestisida (Lt) JZ Jumlah ZPT/Ppc (Lt) JR Jumlah Rhizoplus (Sachet) TKDK TK DalamKlrg Kedelai (HOK) TKLK TK LuarKlrg Kedelai (HOK) TKDN TK DalamKlrg NonKdl (HOK) TKDL TK DalamKlrg NUtLain (HOK) PNK Pendapatan NonKedelai (Rp) PNL Pendapatan NonUt.Lain (Rp) KPT Konsumsi PanganTunai (Rp) KNP Konsumsi NonPangan (Rp) IE Investasi Pendidikan (Rp) IH Investasi Kesehatan (Rp) IP Investasi ProduksiPertanian(Rp) TAB Tabungan (Rp) KRE Kredit Pertanian (Rp) TKK Tenaga Kerja Kedelai (HOK) TKD TK Dalam Keluarga (HOK) TKL TK Luar Keluarga (HOK) TK Tenaga Kerja Total (HOK) CK Curah KerjaTotal (HOK) BS Biaya Sarana Produksi (Rp) BTK BiayaTenaga Kerja (Rp) BUK Biaya Usahatani Kedelai (Rp) PUK Penerimaan Ut. Kedelai (Rp) PUKT PendapatanUt.KedelaiTotal(Rp) PRT Pendapatan RT.Total (Rp) PD Pendaptan Disposable (Rp) KT Konsumsi RT.Total (Rp) IS Investasi Sumberdaya (Rp) INV Investasi RT. Total (Rp) BRT Pengeluaran RT. Total (Rp) KJ Kedelai Jual /Surplus Pasar (Kg) PKp Produktivitas Kdl.Pngn (Kg/Ha)

8 166 Jadi skenario keempat tersebut sangat efektif dalam meningkatkan produksi kedelai, penerimaan usahatani kedelai, pendapatan usahatani kedelai, dan pendapatan rumahtangga Kenaikan Harga Kedelai 25% dengan Harga Sarana Produksi 10% Peruba ha n teknologi dapat dilakukan melalui perbaikan dalam penggunaan benih, baik benih unggul atau hibrida maupun benih lokal, pupuk urea, SP36/TSP, dan KCL/ZA, serta pestisida atau obat-obatan, zat perangsang tumbuh, dan rhizoplus. Dampak peruba han inovasi teknologi tersebut tercermin pada kenaikan harga benih kedelai, harga pupuk, dan harga obat/pestisida, masing-masing sebesar 10%. Pada Tabel 81, simulasi kebijakan dilakukan dengan kenaikan harga kedelai sebesar 25% dengan harga sarana produksi sebesar 10%, sehingga terlihat dampak perubahan peubah endogen dalam persen %). ( Dampak kenaikan harga kedelai dan harga sarana prod uks i ada lah menurunka n hampir semua komponen peubah endo gen. Produksi kedelai turun 40.5%, pendapatan rumahtangga turun 11.1%, dan kedelai jua l turun 42.5%. Luas areal panen turun 20.5%, dan produktivitas turun 25.4%. Demikian pula penerimaan usahatani kedelai turun 34.6%, dan pendapatan usahatani kedelai turun 57.7%. Tenaga kerja dalam dan luar keluarga turun sedikit, serta tenaga kerja dan curah kerja juga turun sedikit. Disamping itu, pengeluaran rumahtangga juga menurun. Skenario kelima dengan meningkatkan harga kedelai dengan harga sarana produksi, akan tidak menguntungkan petani, karena produksi kedelai dan pendapatan rumahtangga, termasuk surplus pasar atau kedelai jual akan menurun. Luas areal panen kedelai turun, bahkan produktivitas turun cukup besar. Penerimaan usahatani kedelai dan pendapatan usahatani kedelai juga menurun. Jadi skenario kelima tersebut tidak efektif dalam meningkatkan produksi kedelai, penerimaan usahatani kedelai, pendapatan usahatani kedelai, dan pendapatan rumahtangga. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dari para pemangku kebijakan, dalam usaha meningkatkan produksi kedelai dan pendapatan rumahtangga.

9 167 Tabel 81. Dampak Kenaikan Harga Kedelai 25% dengan Harga Sarana Produksi 10% Terhadap Ekonomi RumahtanggaPetaniKedelai Kode Persamaan/Peubah Simulasi HK25% + HSP 10% Dasar Nilai Prediksi % LAP Luas Areal Panen Kedelai (Ha) PRO Produksi Kedelai (Kg) JB Jumlah Benih Kedelai (Kg) JPU Jumlah Pupuk Urea (Kg) JPS Jumlah Pupuk Sp36/Tsp (Kg) JPK Jumlah Pupuk Kcl/Za (Kg) JO Jumlah Obat/Pestisida (Lt) JZ Jumlah ZPT/Ppc (Lt) JR Jumlah Rhizoplus (Sachet) TKDK TK DalamKlrg Kedelai (HOK) TKLK TK LuarKlrg Kedelai (HOK) TKDN TK DalamKlrg NonKdl (HOK) TKDL TK DalamKlrg NUtLain (HOK) PNK Pendapatan NonKedelai (Rp) PNL Pendapatan NonUt.Lain (Rp) KPT Konsumsi PanganTunai (Rp) KNP Konsumsi NonPangan (Rp) IE Investasi Pendidikan (Rp) IH Investasi Kesehatan (Rp) IP Investasi ProduksiPertanian(Rp) TAB Tabungan (Rp) KRE Kredit Pertanian (Rp) TKK Tenaga Kerja Kedelai (HOK) TKD TK Dalam Keluarga (HOK) TKL TK Luar Keluarga (HOK) TK Tenaga Kerja Total (HOK) CK Curah KerjaTotal (HOK) BS Biaya Sarana Produksi (Rp) BTK BiayaTenaga Kerja (Rp) BUK Biaya Usahatani Kedelai (Rp) PUK Penerimaan Ut. Kedelai (Rp) PUKT PendapatanUt.KedelaiTotal(Rp) PRT Pendapatan RT.Total (Rp) PD Pendaptan Disposable (Rp) KT Konsumsi RT.Total (Rp) IS Investasi Sumberdaya (Rp) INV Investasi RT. Total (Rp) BRT Pengeluaran RT. Total (Rp) KJ Kedelai Jual /Surplus Pasar (Kg) PKp Produktivitas Kdl.Pngn (Kg/Ha)

10 Kenaikan Harga Kedelai 25% denga n Harga GabahKP 15%, Upah Tenaga Kerja LuarKeluarga 10%, dan Harga Sarana Produksi 10% Kombinasi kenaikan harga kedelai 25% de ngan harga gaba hkp 15%, upah tenaga kerja luar keluarga 10%, dan harga sarana produksi 10%, dilakuka n untuk melihat dampak perubahan peubah endogen dalam persen %).Kenaika ( n harga sarana produksi terdiri dari harga benih kedelai, harga pupuk (Urea, SP36/TSP, KCL/ZA), dan harga pestisida (obat/pestisida, ZPT, rhizoplus). Pada Tabel 82, dampak kenaikan harga kedelai denganharga gaba hkp, upa h tenaga ke rja luar ke luarga, da n harga sarana produksi, adalah menurunkan hampir semua komponen peubah endogen. Produksi kedelai turun 35.3%, da n pendapatan rumahtangga turun 8.1%, sedangkan kedelai jual turun37.0%. Luas areal panen kedelai turun 17.8%, sedangkan produktivitas kedelai turun 22.1%. Bahkan penerimaan usahatani kedelai turun 29.4%, dan pendapatan usahatani kedelai turun cukup tinggi yaitu 54.1%. Tenaga kerja dalam dan luar keluarga turun 6.8% dan 7.1%, demikian pula tenaga kerja dan curah kerja total turun sedikit.pengeluaran rumahtanggaturun sekitar 5.5%. Skenario keenam dengan meningkatkan harga kedelai, harga gabahkp, upah tenaga kerja luar keluarga, dan harga sarana produksi, akan kurang menguntungkan petani, karena produksi kedelai dan pendapatan rumahtangga menurun, termasuk pula surplus pasar atau kedelai jual juga turun. Disamping itu, luas areal panen kedelai dan produktivitas menurun cukup besar.penerimaan usahatani kedelai dan pendapatan usahatani kedelai juga menurun. Jadi kenaikan harga kede lai de ngan harga gaba hkp, upa h tenaga kerja luar ke luarga, da n harga sarana produksi,tida k efektif dalam meningkatkan produksi kedelai, penerimaan usahatani kedelai, pendapatan usahatani kedelai, dan pendapatan rumahtangga. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari para pemangku kebijakan, dalam usaha meningkatkan produksi kedelai dan pendapatan rumahtangga Kenaikan Harga Kedelai 37.5% dengan Harga Sarana Produksi 10% Kombinasi kenaikan harga kedelai 37.5% dengan harga sarana produksi 10%, dilakukan untuk melihat dampak perubahan peubah endogen dalam persen ( %).

11 169 Tabel 82. Dampak Kenaikan Harga Kedelai 25% dengan Harga GabahKP 15%, Upah Tenaga Kerja LuarKeluarga 10%,dan Harga Sarana Produksi10%,Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai Kode Persamaan/Peubah HK25% + HG15% + Simulasi UTKL10% + HSP10% Dasar Nilai Prediksi % LAP Luas Areal Panen Kedelai (Ha) PRO Produksi Kedelai (Kg) JB Jumlah Benih Kedelai (Kg) JPU Jumlah Pupuk Urea (Kg) JPS Jumlah Pupuk Sp36/Tsp (Kg) JPK Jumlah Pupuk Kcl/Za (Kg) JO Jumlah Obat/Pestisida (Lt) JZ Jumlah ZPT/Ppc (Lt) JR Jumlah Rhizoplus (Sachet) TKDK TK DalamKlrg Kedelai (HOK) TKLK TK LuarKlrg Kedelai (HOK) TKDN TK DalamKlrg NonKdl (HOK) TKDL TK DalamKlrg NUtLain (HOK) PNK Pendapatan NonKedelai (Rp) PNL Pendapatan NonUt.Lain (Rp) KPT Konsumsi PanganTunai (Rp) KNP Konsumsi NonPangan (Rp) IE Investasi Pendidikan (Rp) IH Investasi Kesehatan (Rp) IP Investasi ProduksiPertanian(Rp) TAB Tabungan (Rp) KRE Kredit Pertanian (Rp ) TKK Tenaga Kerja Kedelai (HOK) TKD TK Dalam Keluarga (HOK) TKL TK Luar Keluarga (HOK) TK Tenaga Kerja Total (HOK) CK Curah KerjaTotal (HOK) BS Biaya Sarana Produksi (Rp) BTK BiayaTenaga Kerja (Rp) BUK Biaya Usahatani Kedelai (Rp) PUK Penerimaan Ut. Kedelai (Rp) PUKT PendapatanUt.KedelaiTotal(Rp) PRT Pendapatan RT.Total (Rp) PD Pendaptan Disposable (Rp) KT Konsumsi RT.Total (Rp) IS Investasi Sumberdaya (Rp) INV Investasi RT. Total (Rp) BRT Pengeluaran RT. Total (Rp) KJ Kedelai Jual /Surplus Pasar (Kg) PKp Produktivitas Kdl.Pngn (Kg/Ha)

12 170 Pada Tabel 83, dampak kenaikanharga kedelai 37.5% dengan harga sarana produksi 10% adalah meningkatkan produksi kedelai 33.6%, dan pendapatan rumahtangga 16.1%, termasuk kedelai jual meningkat 35.3%.Luas areal panen kedelai naik23.7%, dan produktivitas kedelai meningkat 8.8%. Penerimaan usahatani kedelai naik cukup tinggi yaitu 61.3%, bahkan pendapatan usahatani kedelai meningkat tinggi sekali yaitu 128.4%. Tenaga kerja dalam dan luar keluarga meningkat 9.5% dan 10.3%. Tenaga kerja dan curah kerja total naik sedikit. Pengeluaran rumahtangga juga turun sedikit. Skenario ketujuh dengan meningkatkan harga kedelai 37.5% dan harga sarana produksi 10% akan menguntungkan petani, karena produksi kedelai dan pendapatan rumahtangga meningkat, termasuk surplus pasar atau kedelai jual juga naik. Disamping itu, luas areal panen kedelai dan produktivitas kedelai naik cukup tinggi. Penerimaan usahatani kedelai naik cukup tinggi, bahkan pendapatan usahatani kedelai meningkat diatas 100%. Jadi kenaikan harga kedelai 37.5% dengan harga sarana produksi 10%, sangat efektif dalam meningkatkan produksi kedelai, penerimaan usahatani kedelai, pendapatan usahatani kedelai, dan pendapatan rumahtangga Kenaikan Harga Kedelai 37.5% dengan Harga GabahKP 15%, Upah Tenaga Kerja LuarKeluarga 10%, dan Harga Sarana Produksi 10% Kombinasi kenaikan harga kedelai 37.5% dengan harga gabahkp 15%, upah tenaga kerja luar keluarga 10%, dan harga sarana produksi 10%, dilakukan untuk melihat dampak perubahan peubah endogen dalam persen %). ( Pada Tabel 84, dampak kenaikan harga kedelai 37.5% dengan harga gaba hkp, upah tenaga kerja luar keluarga, da n harga sarana prod uks i, adalah meningkatkan produksi kedelai 39.3%, da n pendapatan rumahtangga juga naik 19.1%, sedangkan kedelai jual naik cukup tinggi yaitu sebesar 41.21%. Luas areal panen ke de lai meningkat 26.7%, dan produktivitas kedelai naik cukup tinggi yaitu 41.2%. Penerimaan usahatani kedelai naik cukup tinggi yaitu 67.2%, bahkan pendapatan usahatani kedelai meningkat tinggi sekali yaitu 131.3%. Tenaga kerja dalam dan luar keluarga naik 9.9% dan 9.4%. Tenaga kerja dan curah kerja total naik sedikit. Pengeluaran rumahtangga mengalami penurunan sedikit.

13 171 Tabel 83.Dampak Kenaikan HargaKedelai 37.5% dengan HargaSarana Produksi 10% TerhadapEkonomiRumahtanggaPetaniKedelai Kode Persamaan/Peubah Simulasi HK37.5% + HSP10% Dasar Nilai Prediksi % LAP Luas Areal Panen Kedelai (Ha) PRO Produksi Kedelai (Kg) JB Jumlah Benih Kedelai (Kg) JPU Jumlah Pupuk Urea (Kg) JPS Jumlah Pupuk Sp36/Tsp (Kg) JPK Jumlah Pupuk Kcl/Za (Kg) JO Jumlah Obat/Pestisida (Lt) JZ Jumlah ZPT/Ppc (Lt) JR Jumlah Rhizoplus (Sachet) TKDK TK DalamKlrg Kedelai (HOK) TKLK TK LuarKlrg Kedelai (HOK) TKDN TK DalamKlrg NonKdl (HOK) TKDL TK DalamKlrg NUtLain (HOK) PNK Pendapatan NonKedelai (Rp) PNL Pendapatan NonUt.Lain (Rp) KPT Konsumsi PanganTunai (Rp) KNP Konsumsi NonPangan (Rp) IE Investasi Pendidikan (Rp) IH Investasi Kesehatan (Rp) IP Investasi ProduksiPertanian(Rp) TAB Tabungan (Rp) KRE Kredit Pertanian (Rp) TKK Tenaga Kerja Kedelai (HOK) TKD TK Dalam Keluarga (HOK) TKL TK Luar Keluarga (HOK) TK Tenaga Kerja Total (HOK) CK Curah KerjaTotal (HOK) BS Biaya Sarana Produksi (Rp) BTK BiayaTenaga Kerja (Rp) BUK Biaya Usahatani Kedelai (Rp) PUK Penerimaan Ut. Kedelai (Rp) PUKT PendapatanUt.KedelaiTotal(Rp) PRT Pendapatan RT.Total (Rp) PD Pendaptan Disposable (Rp) KT Konsumsi RT.Total (Rp) IS Investasi Sumberdaya (Rp) INV Investasi RT. Total (Rp) BRT Pengeluaran RT. Total (Rp) KJ Kedelai Jual /Surplus Pasar (Kg) PKp Produktivitas Kdl.Pngn (Kg/Ha)

14 172 Tabel 84. Dampak Kenaikan Harga Kedelai 37.5% dengan HargaGabahKP 15%, Upah Tenaga Kerja LuarKeluarga 10%, dan Harga Sarana Produksi 10%, Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai Kode Persamaan/Peubah HK37.5% + HG15% + Simulasi UTKL10% + HSP10% Dasar Nilai Prediksi % LAP Luas Areal Panen Kedelai (Ha) PRO Produksi Kedelai (Kg) JB Jumlah Benih Kedelai (Kg) JPU Jumlah Pupuk Urea (Kg) JPS Jumlah Pupuk Sp36/Tsp (Kg) JPK Jumlah Pupuk Kcl/Za (Kg) JO Jumlah Obat/Pestisida (Lt) JZ Jumlah ZPT/Ppc (Lt) JR Jumlah Rhizoplus (Sachet) TKDK TK DalamKlrg Kedelai (HOK) TKLK TK LuarKlrg Kedelai (HOK) TKDN TK DalamKlrg NonKdl (HOK) TKDL TK DalamKlrg NUt Lain (HOK) PNK Pendapatan NonKedelai (Rp) PNL Pendapatan NonUt.Lain (Rp) KPT Konsumsi PanganTunai (Rp) KNP Konsumsi NonPangan (Rp) IE Investasi Pendidikan (Rp) IH Investasi Kesehatan (Rp) IP Investasi ProduksiPertanian(Rp) TAB Tabungan (Rp) KRE Kredit Pertanian (Rp) TKK Tenaga Kerja Kedelai (HOK) TKD TK Dalam Keluarga (HOK) TKL TK Luar Keluarga (HOK) TK Tenaga Kerja Total (HOK) CK Curah KerjaTotal (HOK) BS Biaya Sarana Produksi (Rp) BTK BiayaTenaga Kerja (Rp) BUK Biaya Usahatani Kedelai (Rp) PUK Penerimaan Ut. Kedelai (Rp) PUKT PendapatanUt.KedelaiTotal(Rp) PRT Pendapatan RT.Total (Rp) PD Pendaptan Disposable (Rp) KT Konsumsi RT.Total (Rp) IS Investasi Sumberdaya (Rp) INV Investasi RT. Total (Rp) BRT Pengeluaran RT. Total (Rp) KJ Kedelai Jual /Surplus Pasar (Kg) PKp Produktivitas Kdl.Pngn (Kg/Ha)

15 173 Skenario kedelapan dengan meningkatkan harga kedelai 37.5%, harga gabahkp 15%, upah tenaga kerja luar keluarga 10%, dan harga sarana produksi 10%, aka n sangat menguntungkan petani, karena produksi kedelai dan pendapatan rumahtangga, termasuk surplus pasar atau kedelai jual akan meningkat. Disamping itu, luas areal panen kedelai dan produktivitas kedelai juga meningkat cukup tinggi. Penerimaan usahatani kedelai naik cukup tinggi, bahkan pendapatan usahatani kedelai meningkat diatas 100%. Jadi kenaikan harga kedelai 37.5% dengan harga gaba hkp, upa h tenaga kerja luar ke luarga, dan harga sarana produksi,sangat efektif dalam meningkatkan produksi kedelai, penerimaan usahatani kedelai, pendapatan usahatani kedelai, dan pendapatan rumahtangga Rekapitulasi Dampak Kenaikan Harga-harga Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai Secara keseluruhan maka dapat dibuat rekapitulasi dampak kenaikan hargaharga terhadap ekonomi rumahtangga petani kedelai di Indonesia, seperti disajikan pada Tabel 85, yaitu de ngan menggunakan skenario kenaikan harga output (kedelai) sebesar 25% dan 37.5%, harga komoditas substitusi/komplemen (gabahkp) sebesar 15%, serta harga input (upah dan sarana produksi) sebesar 10%. Pada Tabel 85, skenario-nya adalah kenaikan:harga kedelai 25% (S1) dan 37.5% (S2);harga kedelai 25% dengan harga gaba hkp 15% (S3); harga kedelai 25% denga n harga gaba hkp 15% dan upah tenaga kerja luar keluarga 10% (S4); harga kedelai 25% dengan harga sarana produksi 10% (S5); harga kedelai 25% dengan harga gaba hkp 15%, upah tenaga kerja luar ke luarga 10%, da n harga sarana produksi 10% (S6);harga kedelai 37.5% dengan harga gabahkp 15% (S7); dan harga kedelai 37.5% de ngan harga gaba hkp 15%, upa h tenaga ke rja luar keluarga 10%, dan harga sarana produksi 10% (S8).

16 174 Tabel 85. Rekapitulasi Dampak Kenaikan Harga-harga Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai Kode ActualM BaseM PredictM (Persen) S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 HK25 HK37.5 Hk25Hg15 Hk25Hg15 Hk25Hsp10 Hk25Hg15 Hk37.5 Hk37.5Hg15 U10 U10Hsp10 Hsp10 U10Hsp10 LAP PRO TKDK TKLK TK CK PUK PUKT PRT BRT KJ PKp Catatan: S1 = Harga Kedelai 25% S2 = Harga Kedelai 37.5% S3 = Harga Kedelai 25% dan Harga GabahKP 15% S4 = Harga Kedelai 25%, Harga Gabah 15%, dan Upah Tenaga Kerja Luar Keluarga 10% S5 = Harga Kedelai 25% dan Harga Sarana Produksi 10% S6 = Harga Kedelai 25%,Harga Gabah 15%,Upah TenagaKerja LuarKeluarga 10%,dan Harga Sarana Produksi 10% S7 = Harga Kedelai 37.5% dan Harga Sarana Produksi 10% S8 = Harga Kedelai 37.5%,Harga Gabah 15%,Upah TenagaKerja LuarKeluarga 10%,dan Harga Sarana Produksi 10% Skenario pertama dengan kenaikan harga kedelai 25% berdampak pada peningkatan produksi kedelai sebesar 32.0%,da n pendapatan rumahtangga meningkat13.9%, sertasurplus pasar atau kedelai jual naik33.6%.penerimaan usahatani kedelai naik 37.5%, dan pendapatan usahatani kedelai naikcukup tinggi yaitu 75.8%.Luas areal panen kedelai meningkat sebesar 25.1%, dan produktivitas kedelai naiksedikit.tenaga kerja dalam dan luar keluarga meningkat 10.6% dan 10.4%, sedangkan tenaga ke rja da n curah kerja naik sedikit. Pengeluaran rumahtangga mengalami penurunan sedikit.jadi skenario tersebut sangat menguntungkan petani, karena produksi kedelai dan pendapatan rumahtangga meningkat.

17 175 Skenario kedua dengan kenaikan harga kedelai 37.5% berdampak pada peningkatan produksi kedelai sangat tinggi yaitu sebesar 155.7%,dan pendapatan rumahtangga meningkatcukup tinggi yaitu 58.8%, bahkansurplus pasar atau kedelai jual naik sangat tinggi yaitu 163.2%. Penerimaan usahatani kedelai dan pendapatan usahatani kedelai meningkat sangat tinggi, yaitu 199.0% dan 394.4%.Luas areal panen kedelai meningkat cukup tinggi yaitu sebesar96.7%, bahkan produktivitas kedelai naik sangat tinggi yaitu 163.2%. Tenaga kerja dalam dan luar keluarga meningkat 37.0% dan 36.6%, sedangkan tenaga kerja dan curah kerja naik sedikit. Pengeluaran rumahtangga mengalami peningkatan sedikit.jadi skenario tersebut amat sangat menguntungkan petani, karena produksi kedelai dan pendapatan rumahtangga meningkat. Skenario ketiga dengan kenaikan harga kedelai 25% da n harga gaba hkp 15%, berdampak pada peningkatan produksi kedelai sebesar 38.0%,dan pendapatan rumahtangga meningkat17.7%, sertasurplus pasar atau kedelai jual naik 39.9%. Penerimaan usahatani kedelai naik 43.6%, dan pendapatan usahatani kedelai naik cukup tinggi yaitu 87.3%.Luas areal panen kedelai meningkat sebesar 29.2%, dan produktivitas kedelai naik sedikit. Tenaga kerja dalam dan luar keluarga meningkat 12.1% dan 11.8%, sedangkan tenaga kerja dan curah kerja naik sedikit. Pengeluaran rumahtangga mengalami penurunan sedikit.jadi skenario tersebut sangat menguntungkan petani, karena produksi kedelai dan pendapatan rumahtangga meningkat. Skenario keempat dengan kenaikan harga kedelai 25%, harga gabahkp 15%, dan upah tenaga kerja luar keluarga 10%, berdampak pada peningkatan produksi kedelai sebesar 36.8%,dan pendapatan rumahtangga meningkat16.6%, sertasurplus pasar atau kedelai jual naik 38.6%. Penerimaan usahatani kedelai naik 42.1%, dan pendapatan usahatani kedelai naik cukup tinggi yaitu 76.9%.Luas areal panen kedelai meningkat sebesar 27.9%, dan produktivitas kedelai naik sedikit. Tenaga kerja dalam keluarga meningkat 10.8%, dan tenaga kerja luar keluarga naik sedikit, demikian pula tenaga kerja dan curah kerja total naik sedikit. Pengeluaran rumahtangga mengalami penurunan sedikit.jadi skenario tersebut sangat menguntungkan petani, karena produksi kedelai dan pendapatan rumahtangga meningkat.

18 176 Skenario kelima dengan kenaikan harga kedelai 25% dan harga sarana produksi 10%, berdampak pada penurunan produksi kedelai sebesar 40.5%,dan pendapatan rumahtangga menurun11.1%, sertasurplus pasar atau kedelai jual turun 42.5%. Penerimaan usahatani kedelai menurun 34.6%, dan pendapatan usahatani kedelai turun cukup tinggi yaitu 57.7%.Luas areal panen kedelai menurun sebesar 20.5%, dan produktivitas kedelai turun 25.4%. Tenaga kerja dalam dan luar keluarga menurun sedikit, demikian pula tenaga kerja dan curah kerja total turun sedikit. Pengeluaran rumahtangga mengalami penurunan sedikit.jadi skenario tersebut sangat merugikan petani, karena produksi kedelai dan pendapatan rumahtangga menurun.hal ini perlu mendapatkan prioritas perhatian pemerintah sebagai pemangku kepentingan, dalam rangka meningkatkan produksi kedelai dan pendapatan rumahtangga, menuju swasembada pangan khususnya kedelai. Skenario keenam dengan kenaikan harga kedelai 25%,harga gabahkp 15%, upah tenaga kerja luar keluarga 10%, dan harga sarana produksi 10%, berdampa k pada penurunan produksi kedelai sebesar 35.3%,d an pendapatan rumahtangga menurunsedikit, sertasurplus pasar atau kede lai jual turun 37.0%. Penerimaan usahatani kedelai menurun29.4%, dan pendapatan usahatani kedelai turun cukup tinggi yaitu 54.1%.Luas areal panen kedelai menurun sebesar 17.8%, dan produktivitas kedelai turun 22.1%. Tenaga kerja dalam dan luar keluarga menurun sedikit, demikian pula tenaga kerja dan curah kerja total turun sedikit. Pengeluaran rumahtangga mengalami penurunan sedikit.jadi skenario tersebut sangat merugikan petani, karena produksi kedelai dan pendapatan rumahtangga menurun.hal ini perlu mendapatkan prioritas perhatian pemerintah sebagai pemangku kepentingan, dalam rangka meningkatkan produksi kedelai dan pendapatan rumahtangga, menuju swasembada pangan khususnya kedelai. Skenario ketujuh dengan kenaikan harga kedelai 37.5% dan harga sarana produksi 10%, berdampak pada peningkatan produksi kedelai sebesar 33.6%,dan pendapatan rumahtangga meningkat16.1%, sertasurplus pasar atau kedelai jual naik 35.3%. Penerimaan usahatani kedelai meningkat cukup tinggi yaitu 61.3%, bahkan pendapatan usahatani kedelai naik sangat tinggi yaitu 128.4%. Luas areal panen kedelai meningkat sebesar 23.7%, dan produktivitas kedelai naik

19 177 sedikit.tenaga kerja dalam keluarga meningkat sedikit, dan tenaga kerja luar ke luarga naik 10.3%, sedangkan tenaga kerja dan curah kerja total naik sedikit. Pengeluaran rumahtangga mengalami penurunan sedikit.jadi skenario tersebut sangat menguntungkan petani, karena produksi kedelai dan pendapatan rumahtangga meningkat. Skenario kedelapan dengan kenaikan harga kedelai 37.5%, harga gaba hkp 15%, upah tenaga kerja luar ke luarga 10%, da n harga sarana prod uksi 10%, berdampak pada peningkatanproduksi kedelai sebesar 39.3%,dan pendapatan rumahtangga meningkat19.1%, sertasurplus pasar atau kedelai jual naik41.2%. Penerimaan usahatani kedelai meningkat cukup tinggi yaitu67.2%, bahkan pendapatan usahatani kedelai naik sangat tinggi yaitu 131.3%.Luas areal panen kedelai meningkat sebesar 26.7%, dan produktivitas kedelai naik 10.1%. Tenaga kerja dalam dan luar keluarga meningkat sedikit, demikian pula tenaga kerja dan curah kerja total naik sedikit. Pengeluaran rumahtangga mengalami penurunan sedikit.jadi skenario tersebut sangat menguntungkan petani, karena produksi kedelai dan pendapatan rumahtangga meningkat.

VI. HASIL ESTIMASI DAN VALIDASI MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KEDELAI

VI. HASIL ESTIMASI DAN VALIDASI MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KEDELAI VI. HASIL ESTIMASI DAN VALIDASI MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KEDELAI Dari hasil penelitian lapang, hasil estimasi model ekonomi rumahtangga petani kedelai di Indo nesia dapat dilihat pada Lampiran

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian, Sumber Data, dan Sampel Data 4.1.1. Lokasi Penelitian dan Sumber Data Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2000 sampai dengan bulan Maret 2001,

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK BIAYA TRANSAKSI, HARGA DAN UPAH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN

VIII. DAMPAK BIAYA TRANSAKSI, HARGA DAN UPAH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN 312 VIII. DAMPAK BIAYA TRANSAKSI, HARGA DAN UPAH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN Berdasarkan teori, keputusan rumahtangga berkaitan dengan keputusan curahan kerja, produksi

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

Ekonomi rumah tangga petani tanaman pangan

Ekonomi rumah tangga petani tanaman pangan JURNAL PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 27 NO. 2 2008 Model Ekonomi Rumah Tangga Petani Kedelai: Analisis Dampak Kebijakan terhadap Tenaga Kerja, Pendapatan, dan Pengeluaran Susetyanto 1, B.M.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang

I. PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang I. PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan standar hidup masyarakat, dengan cara meningkatkan produksi nasional lebih cepat dari pertumbuhan penduduk, disertai usaha

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM 7.1 Penerimaan Usahatani Caisim Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh petani dari jumlah produksi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA

DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA 233 IX. DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA Secara teoritis kinerja ekonomi rumahtangga petani dipengaruhi oleh perilaku rumahtangga dalam kegiatan produksi,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Program Estimasi Model EkonomiRumahtangga PetaniKedelaiMetode 2SLS

LAMPIRAN 1. Program Estimasi Model EkonomiRumahtangga PetaniKedelaiMetode 2SLS LAMPIRAN 1. Program Estimasi EkonomiRumahtangga PetaniKedelaiMetode 2SLS /*Program SAS913 13022012 UjianTerbuka 31012012*/ Title01 ProSAS 13022012 UT31012012 By: RMS; Data Satu; Input NO LAT LAP PRO PKpPKt

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No Pertanyaan Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Total Skor 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 28 3

Lebih terperinci

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN 7.1. Hasil Validasi Model Simulasi model dilakukan untuk menganalisis dampak perubahan berbagai faktor ekonomi

Lebih terperinci

DAMPAK PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK TERHADAP PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PETANI: ANALISIS SIMULASI EKONOMI RUMAH TANGGA 1)

DAMPAK PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK TERHADAP PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PETANI: ANALISIS SIMULASI EKONOMI RUMAH TANGGA 1) Dampak Program Sistem Integrasi TanamanTernak (A. Priyanti et al.) DAMPAK PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMANTERNAK TERHADAP PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PETANI: ANALISIS SIMULASI EKONOMI RUMAH TANGGA 1) (Impact

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI 84 VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI 7.1. Hasil Validasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sebelum melakukan simulasi untuk menangkap

Lebih terperinci

PERAMALAN DAMPAK KEBIJAKAN TARIF DAN KUOTA IMPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI TEPUNG TERIGU INDONESIA TAHUN

PERAMALAN DAMPAK KEBIJAKAN TARIF DAN KUOTA IMPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI TEPUNG TERIGU INDONESIA TAHUN 138 VI. PERAMALAN DAMPAK KEBIJAKAN TARIF DAN KUOTA IMPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI TEPUNG TERIGU INDONESIA TAHUN 2011-2015 6.1. Hasil Validasi Model Root Mean Squares Percent Error (RMSPE) atau nilai kedekatan

Lebih terperinci

VIII. EFEK PERUBAHAN HARGA INPUT DAN HARGA OUTPUT PADA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Pada bab sebelumnya telah ditunjukkan hasil pendugaan model ekonomi

VIII. EFEK PERUBAHAN HARGA INPUT DAN HARGA OUTPUT PADA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Pada bab sebelumnya telah ditunjukkan hasil pendugaan model ekonomi 243 VIII. EFEK PERUBAHAN HARGA INPUT DAN HARGA OUTPUT PADA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Pada bab sebelumnya telah ditunjukkan hasil pendugaan model ekonomi rumahtangga petani tanaman pangan menggunakan model

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI Prof. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Pertanian sebagai industri dapat dilihat dalam tiga sisi, yaitu teknologi produksi pertanian, unit ekonomi rumahtangga petani (farm household), dan komoditas produk pertanian, seperti

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

V1. ANALISIS USAHATANI PETANI PESERTA DAN NON-PESERTA PRIMA TAN

V1. ANALISIS USAHATANI PETANI PESERTA DAN NON-PESERTA PRIMA TAN V1. ANALISIS USAHATANI PETANI PESERTA DAN NON-PESERTA PRIMA TAN Sumber pendapatan usahatani rumahtangga berasal dari usahatani padi, usahatani kebun dan usahatani temak. Pendapatan adalah selisih antara

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

VII. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN. rumahtangga petani peternak sapi di Sulawesi Utara dengan menggunakan

VII. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN. rumahtangga petani peternak sapi di Sulawesi Utara dengan menggunakan VII. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN Untuk menjawab tujuan penelitian ini telah dilakukan analisis perilaku rumahtangga petani peternak sapi di Sulawesi Utara

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Ketahanan pangan rumahtangga pada hakekatnya merupakan kondisi terpenuhinya pangan yang tercennin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011 di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah dengan

Lebih terperinci

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani I. Pendahuluan Setiap kegiatan pada proses produksi dalam usahatani menimbulkan pengorbanan hasil yg diperoleh Korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Provinsi Lampung. Sektor pertanian terdiri dari. penting diantara subsektor lainnya karena mampu menghasilkan bahan

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Provinsi Lampung. Sektor pertanian terdiri dari. penting diantara subsektor lainnya karena mampu menghasilkan bahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam perekonomian di vinsi Lampung. Sektor pertanian terdiri dari beberapa subsektor. Tanaman pangan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI 69 VI. HASIL PENDUGAAN MODEL PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI 6.1. Kinerja Umum Model Hal yang perlu diperhatikan di dalam model adalah terpenuhinya kriteria ekonomi, kriteria statistik dan kriteria

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa kesimpulan: 1. Model ekonomi tanaman pangan Indonesia yang dibangun dengan pendekatan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi 153 V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi rumahtangga pertanian yang menjadi objek penelitian ini. Variabel-variabel yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel Strata I dan II pada Usahatani Jeruk di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Strata I II No. Sampel Luas Lahan (ha) Umur Petani (tahun) Pengalaman Bertani

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KEDELAI DI INDONESIA: ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP TENAGA KERJA, PENDAPATAN, DAN PENGELUARAN

MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KEDELAI DI INDONESIA: ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP TENAGA KERJA, PENDAPATAN, DAN PENGELUARAN MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KEDELAI DI INDONESIA: ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP TENAGA KERJA, PENDAPATAN, DAN PENGELUARAN DISERTASI OLEH: SUSETYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Padi Petani padi dalam menghadapi kelangkaan pupuk dibedakan berdasarkan pengaruh kelangkaan pupuk terhadap produktivitas dan pendapatan dalam usahatani padi. Pengaruh

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU 7.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya ubi kayu tidak terlalu sulit. Ubi kayu tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam. Karena itulah waktu

Lebih terperinci

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada 47 Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada Abstrak Berdasarkan data resmi BPS, produksi beras tahun 2005 sebesar 31.669.630 ton dan permintaan sebesar 31.653.336 ton, sehingga tahun 2005 terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Beberapa faktor produksi yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produksi meliputi: (1) luas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008)

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teorotis 3.1.1 Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008) mengungkapkan bahwa perlu tiga dimensi dalam

Lebih terperinci

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA Penelitian ini membagi responden berdasarkan jenis lahan, yaitu lahan sawah irigasi dan tadah hujan, serta keikutsertaan petani dalam

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK Analisis pendapatan usahatani paprika hidroponik meliputi analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan analisis R/C. Perhitungan usahatani

Lebih terperinci

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : 1829-9946 ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO UMI BAROKAH Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO Bentuk analisis pendapatan ini mengacu kepada konsep pendapatan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tunai dan biaya

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Petani 1) Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

Lebih terperinci

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT Oleh: Memed Gunawan dan Ikin Sadikin Abstrak Belakangan ini struktur perekonomian masyarakat pedesaan Jawa Barat telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN. peningkatan produksi pangan dan menjaga ketersediaan pangan yang cukup dan

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN. peningkatan produksi pangan dan menjaga ketersediaan pangan yang cukup dan BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN Program ketahanan pangan diarahkan pada kemandirian masyarakat/petani yang berbasis sumberdaya lokal yang secara operasional dilakukan melalui program peningkatan produksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

There is nothing more important than agriculture in governing people and serving the Heaven. Lao Tze Taode Jing (Abad 6 BC)

There is nothing more important than agriculture in governing people and serving the Heaven. Lao Tze Taode Jing (Abad 6 BC) There is nothing more important than agriculture in governing people and serving the Heaven Lao Tze Taode Jing (Abad 6 BC) PERANAN PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN Harianto KARAKTERISTIK PERTANIAN A. Petani

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Produktivitas, Pendapatan, Keberlanjutan

Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Produktivitas, Pendapatan, Keberlanjutan Judul : Analisis Keberlanjutan Usahatani Kedelai melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Kabupaten Jember Peneliti : Titin Agustina 1 Mahasiswa Terlibat : Dewina Widyaningtyas 2 Sumberdana :

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI..... DAFTAR TABEL..... DAFTAR LAMPIRAN..... ABSTRAK... Halaman BAB I. PENDAHULUAN..... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah. 3 1.3 Tujuan Penelitian.....

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permalan mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan, untuk perlunya dilakukan tindakan atau tidak, karena peramalan adalah prakiraan atau memprediksi peristiwa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, dalam pembahasannya lebih ditekankan pada biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, input yang digunakan, penerimaan yang diperoleh

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 26 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis Penelitian 3.1.1 Model Ekonomi Rumahtangga Pertanian Pada umumnya rumahtangga pertanian di pedesaan mempunyai ciri semi komersial karena penguasaan skala

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang 50 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TERHADAP PRODUKSI, PENDAPATAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

DAMPAK PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TERHADAP PRODUKSI, PENDAPATAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN 2004 Dwi Haryono Makalah Falsafah Sains (PPs-702) Sekolah Pascasarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Nopember 2004 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (Penanggung Jawab) Prof. Dr. Ir. Zahrial Coto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitin ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase

Lebih terperinci

Losses_kedelai LOSSES_kedelai_1. RAMP_LOSSES surplus. kebutuhan_kedelai. inisial_luas_tanam produski_kedelai Rekomendasi_pupuk

Losses_kedelai LOSSES_kedelai_1. RAMP_LOSSES surplus. kebutuhan_kedelai. inisial_luas_tanam produski_kedelai Rekomendasi_pupuk . Harga_Treser Coverage_area Biaya_Treser Unit_Treser Losses_kedelai LOSSES_kedelai_1 RAMP_LOSSES surplus Harga_Rhi konsumsi_kedelai_per_kapita Biaya_Rhizoplus jumlah_penduduk pertambahan_penduduk RekomendasiR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif.

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan masih menjadi usaha sebagian besar petani. Di Indonesia sendiri, masih banyak petani tanaman pangan yang menanam tanaman pangan untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM 2007-2015 Pendahuluan 1. Target utama Kementerian Pertanian adalah mencapai swasembada

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI Pendahuluan 1. Situasi perberasan yang terjadi akhir-akhir ini (mulai Maret 2008) dicirikan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN (Studi Kasus di Desa Budi Mulia, Kabupaten Tapin) Oleh : Adreng Purwoto*) Abstrak Di masa mendatang dalam upaya mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA 5.1. Hasil Estimasi Model Hasil estimasi model dalam penelitian ini ditunjukkan secara lengkap pada Lampiran 4 sampai Lampiran

Lebih terperinci

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 No. 70/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 TOTAL BIAYA PER MUSIM TANAM UNTUK SATU HEKTAR LUAS PANEN PADI SAWAH PADA TAHUN 2014 SEBESAR Rp

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif II. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data yang tidak hanya

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 EFISIENSI PRODUKSI USAHATANI JAGUNG (Zea mays L.) DI LAHAN PASIR DESA KERTOJAYAN KECAMATAN GRABAG KABUPATEN PURWOREJO Diah Setyorini, Uswatun Hasanah dan Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman kopi rakyat sebagian besar merupakan tanaman tua, tanaman semaian dari bibit tanaman lokal

Lebih terperinci

Faktor Produksi Tenaga Kerja dalam Usahatani

Faktor Produksi Tenaga Kerja dalam Usahatani Faktor Produksi Tenaga Kerja dalam Usahatani Tenaga Kerja Merupakan daya manusia untuk melakukan serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk berbagai macam keperluan Tenaga kerja adalah salah satu unsur

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian Februari 2011 ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

KAJIAN MANFAAT IRIGASI WADUK PELAPARADO DI KABUPATEN BIMA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DAN KESEMPATAN KERJA

KAJIAN MANFAAT IRIGASI WADUK PELAPARADO DI KABUPATEN BIMA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DAN KESEMPATAN KERJA KAJIAN MANFAAT IRIGASI WADUK PELAPARADO DI KABUPATEN BIMA TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DAN KESEMPATAN KERJA Abiyadun dan Ni Putu Sutami Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali ABSTRAK Dalam panca

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka pencapaian ketahanan pangan nasional, Pemerintah terus berupaya

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka pencapaian ketahanan pangan nasional, Pemerintah terus berupaya I. PENDAHULUAN Formatted: Indent: Left: 0,63 cm, Hanging: 0,62 cm, Tab stops: 1,25 cm, List tab + Not at 1,9 cm A. Latar Belakang dan Identifikasi Masalah 1. Latar Belakang Dalam rangka pencapaian ketahanan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/12/32/Th.XVI, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 TOTAL BIAYA PER MUSIM TANAM UNTUK SATU HEKTAR LUAS

Lebih terperinci

KELAYAKAN PAKET TEKNOLOGI USAHATANI TANAMAN PANGAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) OESAO KABUPATEN KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR

KELAYAKAN PAKET TEKNOLOGI USAHATANI TANAMAN PANGAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) OESAO KABUPATEN KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR KELAYAKAN PAKET TEKNOLOGI USAHATANI TANAMAN PANGAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) OESAO KABUPATEN KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR Nelson H. Kario, B. Murdolelono, Yusuf Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap pembangunan di Indonesia,

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 66 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan bawang merah dalam penelitian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA

V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA V. GAMBARAN UMUM RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGARA 5.1. Karakteristik Petani Padi Padi masih merupakan komoditas utama yang diusahakan oleh petani tanaman pangan di Kabupaten Konawe dan Konawe

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil pendugaan harga bayangan menunjukkan bahwa semakin luas lahan yang

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil pendugaan harga bayangan menunjukkan bahwa semakin luas lahan yang 302 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Hasil pendugaan harga bayangan menunjukkan bahwa semakin luas lahan yang dikuasai rumahtangga petani, harga bayangan pupuk, tenaga kerja dalam keluarga dan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Letak Geografis Desa Beji Lor Desa Beji Lor merupakan salah satu desa di Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Desa ini terletak

Lebih terperinci

Mungkur dan Gading Jaya. kebun Limau. PT Selapan Jaya, OKI ha ha, Musi Banyuasin. PT Hindoli, 2, kebun Belida dan Mesuji

Mungkur dan Gading Jaya. kebun Limau. PT Selapan Jaya, OKI ha ha, Musi Banyuasin. PT Hindoli, 2, kebun Belida dan Mesuji Tabel 13 Perbandingan Karakteristik Kebun Kelapa Sawit Inti dan Plasma Contoh di Sumatera Selatan Tahun 2002 No Karakteristik Betung Barat 1 Nama lain IV Betung Talang Sawit Sungai Lengi II B Sule PT Aek

Lebih terperinci

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur selama bulan Juni 2011 dengan melihat hasil produksi

Lebih terperinci