INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PIDIE JAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PIDIE JAYA"

Transkripsi

1

2 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PIDIE JAYA 2014

3 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PIDIE JAYA 2014 Katalog BPS : Ukuran Buku Book Size : 15 x 21 cm Jumlah Halaman : l Halaman Number of Pages Pages Naskah Manuscript Penyunting Editor Gambar Kulit Cover Design : BPS Kabupaten Pidie Jaya : Seksi Statistik Sosial : Seksi IPDS Diterbitkan oleh: BPS Kabupaten Pidie Jaya Published by Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya May be cited with reference to the source

4 KATA PENGANTAR Indeks Pembangunan Manusia merupakan indicator outcome dari proses pembangunan sehingga perubahannyasangat tergantung pada indicator output dan proses pembangunan. Untuk melihat bagaimana kondisi jalannya pembangunan didaerah tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie Jaya kerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pidie Jaya, mencoba menganalisa berbagai aspek pembangunan, khususnya terhadap pembangunan manusia Kabupaten Pidie Jaya dengan menyusun publikasi IPM sebagai salah satu indikatornya. Publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pidie Jaya 2014 adalah publikasi lanjutan dari sebelumnya yang menyajikan informasi mengenai kinerja pembangunan manusia di Kabupaten Pidie Jaya tahun 2013, dengan membandingkan perkembangan komponen IPM Kabupaten Pidie Jaya selama kurun waktu dalam bentuk indikator komposit. Kepada semua pihak, khususnya kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie Jaya dalam hal ini jajaran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Pidie Jaya yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan publikasi ini kami ucapkan banyak terima kasih. Meureudu, Oktober 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Pidie Jaya Drs. Anwar A. Wahab NIP i

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Hal i ii iv vi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian Index Pembangunan manusia (IPM) Komponen dan Indikator IPM Tujuan dan Kegunaan Sistematika... 7 BAB II. TINJAUAN UMUM IPM 2.1 Konsep Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia Indonesia BAB III. METODOLOGI 3.1 Sumber Data Komponen IPM Rumus IPM Penghitungan Indeks Kecepatan Pertumbuhan IPM (Shortfall) ii

6 BAB IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Wilayah Gambaran Umum Kependudukan Penduduk Menurut Kecamatan Kepadatan Penduduk Ketenagakerjaan Pendidikan Sektor Unggulan BAB V. IPM KABUPATEN PIDIE JAYA 5.1 Komponen Penghitungan IPM Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf & Rata-Rata Lama Sekolah Daya Beli IPM Kabupaten Pidie Jaya IPM Kabupaten Pidie Jaya Tahun Perbandingan IPM Antar Kabupaten/ Kota Index Perkembangan Komponen IPM BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH PENTING DAFTAR PUSTAKA iii

7 DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 4.1. Distribusi Luas Wilayah Menurut Kecamatan Gambar 4.2. Jarak Ibukota Kecamatan ke Meureudu Gambar4.3. Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Menurut Jenis Kelamin Tahun Gambar 4.4. Distribusi Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Menurut Kecamatan Tahun Gambar 4.5. Kepadatan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Menurut Kecamatan Tahun Gambar 4.6. Persentase Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka Tahun Gambar 4.7. TPAK dan TPT Kab. Pidie Jaya Tahun Gambar 4.8. Persentase Penduduk 5 Tahun keatas Menurut status pendidikan Kab. Pidie Jaya Tahun Gambar 4.9. Persentase Penduduk 5 Tahun Keatas Yang Masih Bersekolah Tahun Gambar Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Melek Huruf Baca Tulis Kab. Pidie Jaya Tahun Gambar Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut lapangan kerja Tahun Gambar Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut lapangan kerja Tahun 2013 (3 Sektor) iv

8 Gambar 5.1. Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun Gambar 5.2. Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir Tahun Gambar 5.3. Angka Melek Huruf Tahun Gambar 5.4. Rata-Rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Aceh Tahun Gambar 5.5. APS Kabupaten Pidie Jaya Tahun Gambar 5.6. Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Kabupaten Pidie Jaya (L, P, L+P) dan Provinsi Aceh (L+P) Tahun Gambar 5.7. Pengeluaran Riil Per Kapita Disesuaikan Tahun (Rp ribu) Gambar 5.8. Perkembangan IPM Kabupaten Pidie Jaya dan Provinsi Aceh Tahun Gambar 5.9. Posisi IPM Kabupaten Pidie Jaya Dibandingkan Dengan IPM Provinsi Aceh Tahun Gambar Index Perkembangan Komponen IPM di Pidie Jaya Tahun v

9 DAFTAR LAMPIRAN Hal Tabel 1. Luas Wilayah dan Jumlah Desa Menurut Kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya Tahun Tabel 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Tahun Tabel 3. Komposisi Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin dan Luas Wilayah Tahun Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Kecamatan Tahun Tabel 5. Angka Harapan Hidup Tahun Tabel 6. Angka Melek Huruf Menurut Kabupaten/Kota di Aceh Tahun Tabel 7. Pengeluaran Riil Per Kapita Disesuaikan Tahun Tabel 8. Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Menurut Kabupaten/Kota di Aceh Tahun Tabel 9. Index Perkembangan Komponen IPM Tahun Tabel 10. IPM dan Reduksi Shortfall Menurut Kabupaten/ Kota Tahun Tabel 11. IPM Menurut Kategori dan Kabupaten/Kota Tahun Tabel 12. IPM 2013, Perubahan (Shortfall) , dan Letak Kuadran Tabel 13. Angka Reduksi Shortfall Menurut Kabupaten/ Kota Tahun vi

10 Tabel 14. Angka Pertumbuhan IPM Kabupaten/Kota Tahun Tabel 15. Konversi Lama Sekolah dengan Jenjang Pendidikan Tabel 16. Daftar Komoditi Terpilih Untuk Menghitung Paritas Daya Beli Tabel 17. Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sub Kelompok Makanan Tahun 2013 Kab. Pidie Jaya Tabel 18. Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sub Kelompok Non Makanan Tahun 2013 Kab. Pidie Jaya vii

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan manusia (Human Development) berdasarkan sudut pandang atau perspektif dari United Nations Development Program (UNDP) dirumuskan sebagai suatu proses untuk membuat manusia mampu memiliki lebih banyak pilihan. Pendapatan (income) adalah salah satu dari pilihan yang dimiliki manusia, tetapi bukanlah suatu totalitas dari semua aspek kehidupan manusia. Selain itu aspek kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik yang baik dan kebebasan untuk bertindak juga merupakan hal-hal yang tidak kalah pentingnya (UNDP Human Development Report-HDR, 2001). Pembangunan Indonesia, dalam rangka meningkatkan mutu kehidupan dengan menciptakan individu manusia Indonesia seutuhnya yang dapat mengembangkan potensinya secara optimal perlu direncanakan. Dalam hal ini, keluarga sebagai masyarakat terkecil bertanggung jawab atas perkembangan optimal dari potensi individu. Sedangkan masyarakat perlu memberikan dukungan sosial dan ekonomi yang dibutuhkan untuk menjamin kebutuhan dasar keluarga yang selalu berubah sesuai dengan perubahan tahapan siklus kehidupan keluarga. Pada sisi lain pemerintah pada semua jenjang administrasi bertanggung jawab untuk mengembangkan kebijakan dan menyediakan pelayanan yang dapat menjamin mekanisme dukungan sosial budaya untuk melindungi keluarga dan individu. 1

12 Kedudukan dan peran IPM dalam konteks perencanaan daerah dinilai sangat penting. Bahkan, pemerintah telah menetapkan IPM sebagai salah satu variabel/indikator dalam pembagian Dana Alokasi Umum (DAU) untuk daerah. Dalam Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, khususnya Pasal 40 ayat (1) disebutkan bahwa DAU untuk suatu daerah dialokasikan berdasarkan formula yang terdiri atas celah fiskal dan alokasi dasar. Lebih lanjut, ayat (2) menyatakan bahwa celah fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan selisih antara kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal. Sementara ayat (3) menyebutkan, bahwa kebutuhan fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diukur dengan menggunakan variabel jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, Produk Domestik Regional Bruto per kapita, dan Indeks Pembangunan Manusia. Formula yang serupa juga diterapkan Pemerintah Provinsi Aceh dalam pengalokasian dana Otonomi Khusus (Otsus) bagi Pemerintah Kabupaten/kota. Hal ini tersirat dalam Qanun Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengalokasian Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus. Dalam Pasal 11 ayat (1), (2), dan (3) disebutkan sebagai berikut : (1) Pengalokasian Dana Otonomi Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dilakukan dengan perimbangan sebagai berikut : a. Paling banyak 40% (empat puluh persen) dialokasikan untuk program dan kegiatan pembangunan Aceh; b. Paling sedikit 60% (enam puluh persen) dialokasikan untuk program dan kegiatan pembangunan kabupaten/kota. 2

13 (2) Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dibagi antar kabupaten/kota setiap tahun dengan menggunakan suatu formula yang memperhatikan keseimbangan kemajuan pembangunan antar kabupaten/kota. (3) Formula perhitungan besaran alokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menggunakan beberapa indikator seperti jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) dan indikator lainnya yang relevan Pengertian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sejalan dengan ciri pembangunan nasional yang menempatkan manusia sebagai titik sentral, maka dalam kerangka pembangunan manusia, pembangunan ditujukan untuk meningkatkan partisipasi rakyat dalam semua proses pembangunan. Upaya untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan dengan jalan meningkatkan kualitas penduduk sebagai sumber daya yang multi aspek yaitu: 1. Aspek Fisik (kesehatan) 2. Aspek Intelektualitas (pendidikan) 3. Aspek Kesejahteraan Ekonomi (berdaya beli) 4. Aspek Moralitas (iman dan takwa). Disisi lain, perbaikan kualitas penduduk tersebut juga diiringi dengan pemanfaatan (utilization) kemampuan/ keterampilan mereka. Dilihat dari sisi pelaku atau sasaran yang ingin dicapai, pembangunan manusia juga merupakan sebuah model pembangunan tentang penduduk, untuk penduduk, dan oleh penduduk. Lebih rinci hal tersebut diuraikan menjadi: 3

14 1. Tentang penduduk, berupa investasi dibidang pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial lainnya. 2. Untuk penduduk, berupa penciptaan peluang kerja melalui pertumbuhan ekonomi. 3. Oleh penduduk, berupa upaya untuk memberdayakan (empowerment) penduduk dengan cara ikut serta berpartisipasi dalam proses politik dan pembangunan. Menurut UNDP, upaya kearah perluasan pilihan tersebut hanya dapat direalisasikan jika penduduk paling tidak memiliki peluang berumur panjang dan sehat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan peluang untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dalam kegiatan yang produktif. Untuk mengukur tingkat pemenuhan ketiga unsur diatas, UNDP menyusun suatu indeks komposit yang merangkum ketiga peluang diatas yang lebih dikenal dengan Indek Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI). IPM mengukur pencapaian keseluruhan dari suatu wilayah dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu bidang kesehatan, pendidikan dan standar hidup. Ketiganya diukur dengan angka harapan hidup, pencapaian pendidikan dan pendapatan per kapita yang telah disesuaikan menjadi paritas daya beli. IPM adalah suatu ringkasan dan bukan suatu ukuran komprehensif dari pembangunan manusia (UNDP Human Development Report-HDR, 2001). Dengan kata lain, IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari indeks harapan hidup (e 0 ), indeks pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah), dan indeks standar hidup layak. 4

15 1.3. Komponen dan Indikator IPM Komponen IPM adalah usia hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). Usia hidup diukur dengan angka harapan hidup atau e 0 yang dihitung menggunakan metode tidak langsung (metode Brass, varian Trussel) berdasarkan variabel rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak yang masih hidup. Komponen pengetahuan diukur dengan angka melek huruf dan ratarata lama sekolah yang dihitung berdasarkan data susenas KOR. Sebagai catatan, UNDP dalam publikasi tahunan HDR sejak 1995 menggunakan indikator partisipasi sekolah dasar, menengah, dan tinggi sebagai pengganti rata-rata global. Indikator angka melek huruf diperoleh dari variabel kemampuan membaca dan menulis, sedangkan indikator rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan dua variabel secara simultan; yaitu, tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Komponen standar hidup layak diukur dengan indikator rata-rata konsumsi riil yang telah disesuaikan. Sebagai catatan, UNDP menggunakan indikator PDB per kapita riil yang telah disesuaikan (Adjusted Real GDP per Capita) sebagai ukuran komponen tersebut karena tidak tersedia indikator lain yang lebih baik untuk keperluan perbandingan antar negara. Indikator Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator penting yang dapat digunakan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan, baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat regional. Indikator ini dipopulerkan oleh United Nations Development Program (UNDP) melalui Laporan Pembangunan Manusia (Human Development Report-HDR) yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1990 (HDR, 1990). 5

16 Sejak tahun 1990, UNDP mengadopsi suatu paradigma baru mengenai pembangunan, yang disebut Paradigma Pembangunan Manusia (PPM). Hal ini berbeda dengan paradigma pembangunan sebelumnya, yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi yang menempatkan pendapatan (diukur dengan GNP atau GDP per kapita) sebagai ukuran hasil pembangunan. Namun demikian konsep IPM dapat dianggap sebagai suatu konsep yang lebih komprehensif karena disamping memperhitungkan keberhasilan pembangunan manusia dari aspek non ekonomi, juga memperhitungkan keberhasilan pembangunan manusia dari aspek ekonomi. IPM merupakan indeks komposit yang digunakan untuk mengukur upaya program pembangunan dari aspek manusia. IPM mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap paling mendasar, yaitu usia hidup, pengetahuan, dan hidup layak. Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup yang layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu. Publikasi ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan tentang konsep, komponen-komponen, metode penghitungan, dan peranan IPM untuk program pembangunan daerah, khususnya bagi pembangunan daerah di Kabupaten PIDIE JAYA. 6

17 1.4. Tujuan dan Kegunaan Penyusunan IPM ini diharapkan mampu menyajikan pencapaian dan perbandingan kinerja pembangunan manusia sesuai perspektif UNDP di Kabupaten Pidie Jaya khususnya selama kurun waktu Selain itu IPM Kabupaten Pidie Jaya juga diharapkan mampu memberikan opini kepada pemerintah daerah setempat sebagai decision maker dalam berbagai kebijakan program pembangunan Sistematika Analisis ini akan dikemas menjadi enam bab mulai dari Pendahuluan hingga Kesimpulan dengan susunan sebagai berikut: 1. Bab I. PENDAHULUAN, akan menguraikan mengenai latar belakang dan tujuan analisis serta pengertian Indeks Pembangunan Manusia secara umum. 2. Bab II. TINJAUAN UMUM IPM, membahas mengenai penghitungan IPM serta perkembangan studi ini terutama yang sudah dilakukan oleh UNDP yang bekerja sama dengan BPS dan Bappenas. 3. Bab III. METODOLOGI, membahas mengenai sumber data, konsepkonsep yang digunakan, serta metode penghitungan dan analisis. 4. Bab IV. GAMBARAN UMUM, yang membahas mengenai gambaran umum wilayah Kabupaten PIDIE JAYA serta potensi sosial ekonomi yang terdapat didalamnya. 5. Bab V. IPM KABUPATEN PIDIE JAYA, akan membahas mengenai komponen IPM dan perkembangan IPM Kabupaten PIDIE JAYA tahun 2013 serta perbandingannya dengan Provinsi Aceh serta kabupaten lain di Provinsi Aceh. 7

18 6. Bab VI. KESIMPULAN DAN SARAN, berisi kesimpulan dan berbagai saran kebijakan. Penyusunan analisis ini juga dilengkapi dengan lampiran-lampiran untuk memperjelas pembahasan yang telah disajikan dalam bab-bab sebelumnya. 8

19 BAB II TINJAUAN UMUM IPM 2.1. Konsep Pembangunan Manusia Menurut UNDP (1990:1), pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia (a process of enlarging people s choices). Dari definisi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa fokus pembangunan suatu negara adalah penduduk karena penduduk adalah kekayaan nyata suatu negara. Konsep atau definisi pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas. Definisi ini lebih luas dari definisi pembangunan yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi. Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya. Sebagaimana dikutip dari UNDP (1995:118), sejumlah premis penting dalam pembangunan manusia diantaranya adalah: Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian; Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka; oleh karena itu, konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja; Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga pada 11

20 upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal; Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktivitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan; Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya. Untuk itu diperlukan suatu indikator komposit yang dapat menggambarkan perkembangan pembangunan manusia secara berkelanjutan. IPM adalah suatu indikator pembangunan manusia yang diperkenalkan UNDP pada tahun Pada dasarnya IPM mencakup tiga komponen yang dianggap mendasar bagi manusia dan secara operasional mudah dihitung untuk menghasilkan suatu ukuran yang merefleksikan upaya pembangunan manusia. Ketiga aspek tersebut berkaitan dengan peluang hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan hidup layak (decent living). Peluang hidup dihitung berdasarkan angka harapan hidup ketika lahir; pengetahuan diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun keatas; dan hidup layak diukur dengan pengeluaran per kapita yang didasarkan pada Purchasing Power Parity (paritas daya beli dalam rupiah). Konsep IPM berhasil diterapkan untuk memeringkatkan negaranegara yang secara keseluruhan dapat dikatagorikan ke dalam tiga kelompok besar. Kelompok pertama adalah negara-negara yang tingkat pembangunan manusianya rendah (IPM = 0-0,5), menengah (IPM = 0,50-0,79), dan negara dengan tingkat pembangunan manusia yang tinggi (IPM = 0,8-1,0). Namun perlu dicatat bahwa IPM hanya mengukur tingkat 12

21 pembangunan manusia relatif, bukan absolut, dan fokusnya adalah pada hasil akhir pembangunan (ketahanan hidup, pengetahuan dan kebebasan pilihan materi atau kualitas standar hidup) bukannya sarana (pendapatan atau GNP per kapita semata). Konsep pembangunan manusia seutuhnya merupakan konsep yang menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk baik secara fisik, mental maupun dilakukan menitikberatkan pada pembangunan sumber daya manusia secara fisik dan mental mengandung makna peningkatan kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan yang berkelanjutan. Meskipun banyak kritik dan kelemahan yang dikemukakan oleh banyak pihak terhadap IPM, namun konsep IPM sesungguhnya masih dapat digunakan dan dimanfaatkan. Apalagi jika dibarengi dengan ukuran-ukuran ekonomi tradisional seperti pendapatan perkapita. Tiga kriteria IPM yakni ketahanan hidup, pendidikan, dan kualitas hidup fisik mampu membantu mengungkap pemahaman kita akan aspek-aspek penting dari pembangunan (Todaro, 2002). Indikator ini digunakan untuk mengukur peringkat kesejahteraan di sekitar 177 negara. Indeks Pembangunan Manusia juga bisa diartikan untuk mengukur kemajuan jangka panjang. Adapun hal-hal yang dipertimbangkan dalam mengkalkulasikan Indeks Pembangunan Manusia ada 4 faktor yaitu: usia harapan hidup, tingkat melek huruf, tingkat partisipasi penduduk dalam pendidikan dan pendapatan perkapita. Jadi, dalam Indeks Pembangunan Manusia, kalau kita melihat pada pendapatan perkapita saja, itu hanya melihat kemajuan atau status ekonomi negara berdasarkan pendapatan per tahun. Kalau seperti berdasarkan besaran empat faktor tersebut, 13

22 dimensinya jauh lebih beragam. Karena yang dipentingkan di sini ialah kualitas hidup (Suhartono, 2006). Karena hanya mencakup tiga komponen, maka IPM harus dilihat sebagai penyederhanaan dari realitas yang kompleks dari luasnya dimensi pembangunan manusia. Oleh karena itu, pesan dasar IPM perlu dilengkapi dengan kajian dan analisis yang dapat mengungkapkan dimensi-dimensi pembangunan manusia yang penting lainnya ( yang tidak seluruhnya dapat diukur) seperti kebebasan politik, kesinambungan lingkungan, kemerataan antar generasi Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Kemiskinan telah membatasi hak rakyat untuk (1) memperoleh pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan; (2) Hak rakyat untuk memperoleh perlindungan hukum; (3) Hak rakyat untuk memperoleh rasa aman; (4) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan hidup (sandang, pangan, dan papan) yang terjangkau; (5) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pendidikan; (6) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan kesehatan; (7) Hak rakyat untuk memperoleh keadilan; (8) Hak rakyat untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan publik dan pemerintahan; (9) Hak rakyat untuk berinovasi; (10) Hak rakyat menjalankan hubungan spiritualnya dengan Tuhan; dan (11) Hak rakyat untuk berpartisipasi dalam menata dan mengelola pemerintahan dengan baik (Sahdan, 2005). Kemiskinan menjadi alasan yang sempurna rendahnya Human Development Index (HDI), Indeks Pembangunan Manusia Indonesia. Secara menyeluruh kualitas manusia Indonesia relatif masih rendah, dibandingkan 14

23 dengan kualitas manusia di negara-negara lain di dunia. Berdasarkan Human Development Report 2004 yang menggunakan data tahun 2002, angka Human Development Index (HDI) Indonesia adalah 69,2. Pada tahun 2005 HDI Indonesia sebesar 72,8 dan berada pada peringkat ke-107 dari 177 negara (UNDP, 2007). Angka indeks tersebut merupakan komposit dari angka harapan hidup saat lahir sebesar 69,7 tahun, angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 90,4 persen, kombinasi angka partisipasi kasar jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi sebesar 68,2 persen, dan Pendapatan Domestik Bruto per kapita yang dihitung berdasarkan paritas daya beli (purchasing power parity) sebesar US$ Di ASEAN Indonesia berada pada posisi ke-7. Posisi Indonesia ini jauh dibawah Singapura yang menempati urutan ke 25, Brunei Darussalam (33), Malaysia (63), Thailand (78) Philipina (90), dan Vietnam (105). IPM Indonesia hanya 69,2 persen, jauh dibawah Singapura (92,2), Brunei Darussalam (89,4), Malaysia (81,1), Thailand (78,1), Philipina (77,1), dan Vietnam (73,3). Negara Vietnam telah berhasil melampaui Indonesia setelah beberapa waktu sebelumnya masih dibawah Indonesia. Sehingga di ASEAN, Indonesia hanya unggul dari Laos (60,1), Kamboja (59,8), Myanmar (58,3) dan Timor-Leste (51,4). 15

24 Posisi pertama IPM di dunia adalah Islandia yang mempunyai IPM sebesar 96,8 sama dengan Norwegia di peringkat kedua, serta terendah Sierra Leone berada di urutan 177 dengan IPM 33,6 persen. Meskipun posisi Indonesia meningkat ke urutan 107 dengan IPM 72,8 namun pergerakan tersebut lebih lambat daripada Vietnam. Oleh karena itu pemerintah dan pihak-pihak terkait di negara ini harus melakukan upaya-upaya konkret untuk meningkatkan pembangunan manusia penduduknya. 16

25 BAB III METODOLOGI 3.1. Sumber Data Sumber data utama yang digunakan dalam penyusunan IPM ini adalah hasil Susenas Tahun 2012 dan Variabel yang diamati dari data tersebut adalah : 1. Rata-rata anak lahir hidup (RALH) dan rata-rata anak masih hidup (RAMH) untuk menghitung usia harapan hidup. 2. Jenjang pendidikan dan kelas tertinggi serta status sekolah dari penduduk dewasa (usia 25 keatas). 3. Kemampuan baca tulis penduduk usia 15 tahun keatas. 4. Pengeluaran rata-rata per kapita per bulan. 5. Data-data lain sebagai pelengkap atau pembanding. Sedangkan standar yang dipakai sebagai acuan untuk menyusun indeks menggunakan standar yang telah dibuat BPS dengan pertimbangan supaya angka-angka Kabupaten Pidie Jaya konsisten dengan angka Provinsi yang telah disusun oleh BPS Komponen IPM Komponen IPM terdiri dari usia harapan hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). Komponen usia hidup diukur dengan Angka Harapan Hidup (e 0 ), komponen pengetahuan diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama 19

26 bersekolah, sedangkan komponen standar hidup layak diukur dengan ratarata konsumsi riil yang telah disesuaikan. Angka Harapan Hidup dihitung menggunakan metode tidak langsung menggunakan metode Brass Varian Trussel, dengan life tabel Coale-Demeney West Model. Data dasar yang digunakan adalah RALH dan RAMH menurut kelompok umur ibu (15-19, 20-24,.,45-49). Angka Melek Huruf penduduk usia 15 tahun keatas diolah dari hasil Susenas Kor pada variabel umur dan kemampuan baca tulis penduduk. Seseorang dikatagorikan mampu baca tulis jika ia mampu membaca dan menulis sesuatu huruf. Rata-rata lama bersekolah dihitung menggunakan 4 variabel secara simultan yaitu: 1. Status sekolah (tidak/belum pernah sekolah, masih sekolah, dan tidak bersekolah lagi). 2. Jenjang pendidikan yang pernah/sedang dijalani. 3. Kelas tertinggi yang pernah/sedang diduduki, dan 4. Jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Konversi yang digunakan untuk menentukan lama bersekolah bisa dilihat pada lampiran. Penghitungan indikator konsumsi riil per kapita yang telah disesuaikan dilakukan melalui tahapan pekerjaan sebagai berikut : Menghitung pengeluaran konsumsi per kapita dari susenas Modul (=A). Mendeflasikan nilai A dengan IHK ibukota propinsi yang sesuai (=B). Menghitung daya beli per unit (=PPP/unit). Metode penghitungan sama seperti metode yang digunakan International Comparison 20

27 Project (ICP) dalam menstandarkan nilai 27 komoditi yang diperoleh dari Susenas Modul. Membagi nilai B dengan PPP/Unit (=C). Menyesuaikan nilai C dengan formula Atkinson sebagai upaya untuk memperkirakan nilai marginal utility dari C. Penghitungan PPP/unit dilakukan dengan rumus : j PPP/unit = j ( i, j) ( i, j ) Q ( i, j ) Dimana : ( i, j) : pengeluaran untuk komoditi j di propinsi ke-i P : harga komoditi j di Kabupaten Pidie Jaya q ( i, j) ( i, j) : jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di propinsi ke-i Unit kuantitas rumah dihitung berdasarkan indeks kualitas rumah yang dibentuk dari tujuh komponen kualitas tempat tinggal yang diperoleh dari Susenas KOR. Ketujuh komponen kualitas yang digunakan dalam penghitungan indeks kualitas rumah diberi skor sebagai berikut: Lantai : keramik, marmer, atau granit = 1, lainnya = 0 Luas lantai per kapita : 10 m 2 = 1, lainnya = 0 21

28 Dinding : tembok = 1, lainnya = 0 Atap : kayu/sirap, beton = 1, lainnya = 0 Fasilitas penerangan : listrik = 1, lainnya = 0 Fasilitas air minum : leding = 1, lainnya = 0 Jamban : milik sendiri = 1, lainnya = 0 Skor awal untuk setiap rumah = 1 Indeks kualitas rumah merupakan penjumlahan dari skor yang dimiliki oleh suatu rumah tinggal dan bernilai antara 1 sampai dengan 8. Kuantitas dari rumah yang dikonsumsi oleh suatu rumah tangga adalah indeks Kualitas dari rumah dibagi 8. Sebagai contoh, jika suatu rumah tangga menempati suatu rumah tinggal yang mempunyai Indeks Kualitas Rumah = 6, maka kuantitas rumah yang dikonsumsi oleh rumah tangga tersebut adalah 6/8 atau 0,75 unit. Rumus Atkinson yang digunakan untuk penyesuaian rata-rata konsumsi riil secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : C (1) = C (i) jika C (i) Z = Z + 2(C (i) - Z) (1/2) jika Z < C (i) 2Z = Z + 2(Z) (1/2) + 3(C (i) - 2Z) ) (1/3) jika 2Z < C (i) 3Z = Z + 2(Z) (1/2) + 3(Z) ) (1/3) +4 (C (1) - 3 Z) ) (1/4) jika 3Z < C (i) 4Z dimana : C (i) : Konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan dengan PPP/unit. Z : Threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai batas kecukupan yang dalam publikasi ini nilai Z ditetapkan secara arbiter sebesar Rp ,- per kapita setahun, atau Rp.1.500,- per kapita per hari. 22

29 3.3. Rumus dan Ilustrasi Penghitungan IPM Rumus penghitungan IPM dapat disajikan sebagai berikut: IPM = 1/3 [X(1)+X(2)+X(3)] Dimana : X(1) X(2) X(3) : Indeks harapan hidup : Indeks pendidikan = 2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks ratarata lama sekolah) : Indeks standar hidup layak Penghitungan Indeks Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara selisih nilai suatu indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut: Dimana : Indeks X (i) = [ X (i) - X (i) min ]/[ X (i) maks - X (i)min ] X (i) : Indikator ke-i (dimana i = 1,2,3) X (i) maks X (i) min : Nilai maksimum X (i) : Nilai minimum X (i) 23

30 Tabel 3.1. Nilai Maksimum Dan Nilai Minimum Indikator X (i) Indikator Komponen IPM (=X) Nilai Maksimum Nilai Minimum Catatan (1) (2) (3) (4) Angka Harapan Hidup Standar UNDP Angka Melek Huruf Standar UNDP Rata-rata lama sekolah 15 0 Standar UNDP Konsumsi per kapita yang disesuaikan a) (1996) b) (1999) UNDP menggunakan PDB/kapita riil yang disesuaikan Catatan : a) Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk provinsi yang memiliki angka tertinggi (Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson.Proyeksi mengasumsikan kenaikan 6,5 persen pertahun selama kurun b) Penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru. Sebagai ilustrasi penghitungan dapat diambil kasus Propinsi D.I Yogyakarta Tahun 2005 yang memiliki indeks masing-masing komponen sebagai berikut : a. Indeks angka harapan hidup (X1) : 79,8 % b. Indeks tingkat pendidikan (X2) : 76,5 % d. Indeks Pendapatan (X3) : 64,2 % Akhirnya angka IPM dapat dihitung menggunakan persamaan awal : IPM = 1/3 (79,8+76,5+64,2) = 73,5 24

31 Juga secara menyeluruh angka IPM sangat baik digunakan sebagai angka pembanding antar daerah, karena IPM dapat mengukur tingkat pencapaian upaya pembangunan manusia dari perspektif agregatif atau secara keseluruhan Kecepatan Pertumbuhan IPM (Shortfall) Perbedaan perubahan kecepatan IPM dalam suatu periode untuk suatu wilayah dapat dilihat dari angka Shortfall. Angka tersebut mengukur rasio pencapaian kesenjangan antara jarak yang sudah ditempuh dengan yang belum ditempuh, untuk mencapai kondisi yang ideal (IPM = 100). Semakin tinggi angka Shortfall, semakin cepat kenaikan IPM. Cara penghitungan reduksi Shortfall dinyatakan dengan rumus: R = IPM IPM ( t1) ( ref ) IPM IPM ( t0) ( t0) x100 1/ n Dengan : R IPM (t0) IPM (t1) IPM (ref) = Reduksi Shortfall per tahun; = IPM tahun awal; = IPM tahun terakhir; dan = IPM acuan atau ideal yang dalam hal ini sama dengan

32 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 26

33 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Wilayah Letak geografis Kabupaten Pidie Jaya berada pada posisi Lintang Utara/North Latitude dan Bujur Timur/East Longitude. Dengan total luas daerah 1.162,84 km 2, Kabupaten Pidie Jaya terbagi kedalam 8 wilayah kecamatan, 34 mukim, serta 222 desa. Kabupaten Pidie Jaya memiliki batas wilayah administrasi yang meliputi sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pidie, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bireuen, dan sebelah Barat berbatasan Kabupaten Pidie. Berdasarkan Data Pokok Pidie Jaya 2010, Luas daratan tercatat sekitar 952 km 2 atau sekitar 82 persen dan sisanya luas lautan sekitar 210,84 km 2 (18 persen). Dari luas wilayah kabupaten Pidie Jaya seluas 952 km 2 yang terbagi menjadi 8 kecamatan dan masing-masing kecamatan sangat bervariasi, kecamatan Jangka Buya hanya sekitar 9 km 2 atau 1 persen dari total wilayah kabupaten, akan tetapi ada kecamatan yang mencakup hampir 24 persen (224 km 2 ) wilayah kabupaten itu. Kecamatan Meurah Dua merupakan kecamatan terluas dengan luas wilayah sekitar 287 km 2 atau 30 persen diikuti Kecamatan Bandar Baru yaitu 224 km 2 atau 24 persen dari luas wilayah kabupaten. Sementara itu Kecamatan Jangka Buya mempunyai luas wilayah terkecil yaitu sekitar 9 km 2 atau 1 persen dari wilayah kabupaten. Sedangkan 5 kecamatan lainnya mempunyai luas wilayah yang hampir sama 29

34 yaitu berkisar antara 5 sampai dengan 15 persen dari total wilayah kabupaten. Gambar 4.1 Persebaran Luas Wilayah Kabupaten Pidie Jaya Menurut Kecamatan Panteraja 2% Bandar Baru 24% Meureudu 13% Trienggade ng 8% Meurah Dua 30% Ulim 4% Jangka Buya 1% Bandar Dua 18% Kabupaten Pidie Jaya yang semula merupakan bagian wilayah Kabupaten Pidie mempunyai potensi ekonomi dibidang pertanian, perdagangan dan industri pengolahan. Hal ini didukung oleh kondisi iklim wilayah Pidie Jayayang memiliki iklim tropis dan tanah yang subur, sehingga sangat cocok sebagai wilayah budidaya berbagai macam komoditi pertanian terutama tanaman pangan. Jarak tempuh masing-masing dari ibukota kecamatan ke ibukota kabupaten relatif dekat, kecuali dari Kecamatan Bandar Baru yang mesti ditempuh sejauh 26 kilometer dan Kecamatan Panteraja sejauh 21 kilometer. 30

35 Gambar 4.2. Jarak Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten: Meureudu (km) Bandar Baru Panteraja Meureudu Meurah Dua Bandar Dua Trienggadeng Jangka Buya Ulim Sumber: BPS Pidie Jaya, Dalam Angka Gambaran Umum Kependudukan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2013 adalah jiwa yang tersebar di delapan kecamatan. Penduduk laki-laki berjumlah jiwa dan perempuan jiwa. Dan tahun 2012 penduduk berjumlah jiwa yang tersebar di delapan kecamatan. Penduduk lakilaki berjumlah jiwa dan perempuan jiwa. Dari Gambar 4.3. dapat juga dilihat komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, dimana penduduk laki-laki lebih sedikit daripada penduduk perempuan. Besarnya rasio/ perbandingan jenis kelamin tahun 31

36 2012 adalah 95,42. Ini berarti untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat sebanyak 95 penduduk laki-laki. Gambar 4.3. Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Menurut Jenis Kelamin Tahun laki-laki perempuan Sumber: BPS Pidie Jaya 4.3. Penduduk Menurut Kecamatan Persebaran penduduk antar kecamatan terlihat masih belum merata. Kepadatan penduduk biasanya terkonsentrasi di pusat perekonomian yang umumnya memiliki fasilitas yeng lengkap yang dibutuhkan oleh penduduk. Masalah yang mengenai sering timbul akibat kepadatan penduduk adalah masalah perumahan, kesehatan, dan keamanan. Oleh karena itu, persebaran penduduk harus menjadi perhatian khusus pemerintah dalam melaksanakan pembangunan, dan harus menjadi 32

37 memprioritas utama dalam pembangunan yang dilaksanakan dan sebaiknya diarahkan ke daerah-daerah terpencil yang kekurangan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan dan aktivitas perekonomian masyarakat setempat. Hal ini sekaligus harus berkaitan dengan daya dukung lingkungan dan dapat menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya bagi penduduk setempat. Gambar 4.4. Distribusi Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Menurut Kecamatan Tahun 2013 Meureudu 6% 15% 23% 10% 14% 6% 8% 18% Meurah Dua Bandar Dua Jangkabuya Ulim Trienggadeng Panteraja Bandar Baru Sumber: BPS Pidie Jaya Persebaran penduduk di Kabupaten Pidie Jaya terkonsentrasi di Kecamatan Bandar Baru yang dihuni oleh 23 persen jumlah penduduk yaitu sebesar jiwa dari total penduduk Kabupaten Pidie Jaya sebesar jiwa. Sedangkan kecamatan yang paling sedikit penduduknya yaitu Kecamatan Panteraja yang dihuni oleh 6 persen jumlah penduduk atau sebesar jiwa. 33

38 4.4. Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk merupakan ukuran yang mengambarkan ideal tidaknya suatu wilayah yang dihuni oleh penduduknya diukur dari rata-rata jumlah penduduk pada setiap satu kilometer persegi luas wilayah sama dengan jumlah penduduk dibagi luas wilayah. Rata-rata kepadatan penduduk di kabupaten ini mencapai 148 orang per kilometer persegi. Kecamatan Jangka Buya merupakan kecamatan terpadat penduduknya dengan berpenghuni sekitar 1025 orang per km 2, disusul Kecamatan Panteraja sebanyak 443 orang per km 2. Sebaliknya, wilayah paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Meurah Dua yang hanya didiami oleh 37 orang per km 2 (gambar 4.5). Gambar 4.5. Kepadatan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Menurut Kecamatan Tahun 2013 (jiwa/km 2 ) kepadatan penduduk Sumber: BPS Pidie Jaya 34

39 4.5 Ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2012 tercatat 60,81 persen, sedangkan tahun 2012 TPAK tercatat sebesar 63,44 persen. TPAK menggambarkan besarnya penduduk usia kerja (15 tahun keatas) yang aktif secara ekonomi. Indiaktor ini didapat dari persentase jumlah angkatan kerja (bekerja dan pengangguran) terhadap penduduk usia kerja. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) memberikan indikasi tentang penduduk usia kerja yang termasuk dalam kelompok pengangguran. TPT diperoleh dari persentase pengangguran terhadap jumlah penduduk dalam angkatan kerja. TPT. TPT Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 tercatat 12,82 persen, hal tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 8,52 persen. TPAK dan TPT itu sendiri dapat juga ditinjau dari jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Untuk TPAK laki-laki dan perempuan tahun 2013 masing-masing 80,29 dan 43,02. Hal ini mencerminkan jenis kelamin laki-laki masih menjadi sumber dalam hal ketersediaan tenaga kerja produktif dibandingkan dengan perempuan. Sedangkan Nilai TPT untuk laki-laki dan perempuan masing-masing sebesar 11,8 dan 14,56. L TPAK dan TPT di tingkat provinsi sendiri masing-masing sebesar 62,07 dan 10,30 pada tahun Jadi tingkat pengangguran di Pidie Jaya sedikit lebih tinggi dari pada tingkat provinsi. Sedangkan TPAK dan TPT di kabupaten lainnya sangat bervariasi jika dibanding dengan daerah ini. Sebagai contoh di daeah tetangga yaitu Kabupaten Pidie dan Bireuen dapat dijadikan bahan perbandingan ketenagakerjaan. TPAK dan TPT Kabupaten 35

40 Pidie sebesar 65,46 dan 8,88 sedangkan untuk Kabupaten Bireuen masingmasing sebesar 62,18 dan 9,57. Kabupaten Aceh Utara, Aceh Tenggara dan Aceh Besar merupakan kabupaten dengan TPT paling tinggi masing-masing sebesar 17,97;16,82 dan 13,15 Sedangkan yang terendah tercatat di Kabupaten Bener Meriah (0,63), Gayo Lues (1,20) dan Aceh Tengah (2,42). 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 Gambar 4.6. Persentase Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka Tahun 2013 Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Piddie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Pidie Jaya Kota Sabang Kota Langsa TPAK TPT Kota Lhokseumawe Subulussalam Sumber: BPS Aceh 36

41 Gambar 4.7. TPAK dan TPT Kab. Pidie Jaya Menurut Jenis Kelamin Tahun ,29 TPAK 43,02 LAKI-LAKI PEREMPUAN 11,8 14,56 TPT Sumber: BPS Aceh 4.6 Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu indikator penting dalam mrnghitung indeks pembangunan manusia. Semakin banyak manusia sebagai subjek pembangunan mengenyam jenjang pendidikan yang semakin tinggi akan memegang peranan sangat penting pergerakan roda pembangunan. Seringkali tingkat pendidikan seseorang dijadikan dasar untuk menentukan kedudukan seseorang dalam bidang tugasnya, karena semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkan maka semakin tinggi derajad kehidupan dindang oleh manusia itu sendiri. Sebagian besar penduduk Pidie Jaya dilhat dari status pendidikan merupakan tidak bersekolah lagi. Tercatat 62 persen masuk dalam kategori tidak bersekolah lagi. Tidak bersekolah lagi merupakan status seseorang 37

42 yang pernah terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan disuatu jenjang pendidikan formal, tetapi pada saat sekarang sudah selesai/tidak lagi aktif. Sisanya sebanyak 30 persen masih bersekolah diberbagai jenjang dan 8 persen berstatus tidak/belum pernah sekolah. Tidak/belum pernah sekolah dikarenakan antaralain belum cukup umur untuk bersekolah dijenjang formal dan memang belum pernah sama sekali mengecap pendidikan formal, bisa dikarenakan biaya dan juga sarana dan prasarana yang tidak memadai. Pada status masih bersekolah, dapat diketahui persentase penduduk terbanyak berada pada jenjang SD sederajat sekitar 54 persen, diikuti oleh SMP sederajat 20 persen, kemudian SMA sederajat 13 persen. Sedangkan jenjang kuliah atau sarjana tercatat sebesar 12 persen, yang terdiri dari jenjang Diploma (3,74 persen) dan Sarjana (8,33 persen). Gambar 4.8 Persentase Penduduk Usia 5 Tahun keatas Menurut Status Pendidikan Kab. Pidie Jaya Tahun 2013 Tidak/belum pernah sekolah; 8,56 Tidak bersekolah lagi; 61,05 Masih sekolah; 30,40 Sumber: Badan Pusat Statistik, Susenas

43 Gambar 4.9 Persentase Penduduk Usia 5 Tahun keatas Yang Masih Sekolah Kab. Pidie Jaya Tahun ,21 7,45 9,89 2,86 0,93 3,60 9,70 13,35 8,82 39,53 Sekolah Dasar SLTP Umum SMA SMK Sumber: Badan Pusat Statistik, Susenas 2013 Madrasah Ibtidaiyah Madrasah Tsanawiyah Madrasah Aliyah Program D.III/Sarjana Muda Angka melek huruf tahun 2013 pada umumnya tidak ada perubahan secara signifikan dari periode sebelumnya. Tercatat 95,54 persen penduduk yang dapat baca-tulis huruf latin maupun lainnya. Yang termasuk huruf latin seperti aksara A,B,C, Y,Z sedangkan huruf lainnya seperti huruf/aksara jawa kuno, cina serta jepang. Jadi dengan kata lain penduduk yang mempunyai kemampuan baca-tulis sebesar 95,54 persen dari total penduduk usia 15 tahun keatas. Sisanya sebesar 4,46 persen penduduk usia 15 tahun keatas merupakan buta huruf. Data Angka Melek Huruf diperoleh dari data Susenas Kor setiap triwulanan dan survey lainnya sebagai penyempurnaan dari penghitungan Angka Melek Huruf untuk penghitungan indicator IPM. 39

44 Gambar 4.10 Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Baca Tulis di Pidie Jaya Tahun % 95% melek huruf buta huruf Sumber: Badan Pusat Statistik, Susenas 2013 dan Survey lainnya 4.7 Sektor Unggulan Partisipasi penduduk yang bekerja di sektor lapangan pekerjaan, biasanya dipengaruhi oleh faktor keterampilan, kondisi alam maupun situasi ekonomi di suatu daerah. Indonesia sampai saat ini masih merupakan Negara Agraris dimana sebahagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian, meskipun dari tahun ke tahun persentasenya semakin berkurang dan diserap oleh sektor-sektor lain seperti perdagangan dan industri. Begitu pula kabupaten Pidie Jaya yang merupakan salah satu bagian dari wilayah Indonesia tentu mengalami perlakuan yang sama seperti darah lain. Untuk dapat melihat sejauh mana setiap lapangan usaha menyerap tenaga kerja, maka lapangan usaha dapat dibagi atas sektor-sektor sebagai berikut: 40

45 1. Pertanian Pertanian Kehutanan Perburuan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Air dan Gas 5. Konstruksi/Bangunan 6. Perdagangan dan Jasa Perdagangan Besar Perdagangan Eceran Rumah Makan/Restoran Hotel 7. Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 8. Lmbg Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan & Jasa Perusahaan 9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Berdasarkan Gambar 4.9 persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja di Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2012 paling banyak terserap dalam lapangan usaha pertanian mencapai 45 persen. Dilanjutkan dengan perdagangan sekitar 15 persen. Dengan banyaknya penduduk usia 15 tahun ke atas yang terserap dalam sektor pertanian, menandakan bahwa potensi ekonomi yang mendukung pendapatan Kabupaten Pidie Jaya masih didominasi oleh sektor pertanian yang merupakan sektor unggulan. 41

46 Jika dikelompokkan menjadi 3 sektor lapangan kerja utama (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 2005), maka komposisi lapangan kerja sedikit berubah. Ketiga sektor tersebut adalah : Pertanian meliputi Pertanian. Manufaktur meliputi Industri Pengolahan. Jasa meliputi Pertambangan, Kontruksi, Perdagangan, Transportasi dan Jasa Kemasyarakatan. Gambar 4.11 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pidie Jaya Tahun ,25% 0,13% 12,37% 14,03% 48,77% 12,44% 8,35% 1,67% Pertanian Pertambangan Industri Konstruksi Perdagangan Transportasi Lembaga Keuangan Jasa Kemasyarakatan Sumber : BPS Provinsi Aceh (Sakernas 2013) 42

47 Gambar 4.12 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 (3 sektor) jasa 43% pertanian 49% manufaktur 8% Sumber : BPS Provinsi Aceh (Sakernas 2013) 43

48 HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 44

49 BAB V IPM KABUPATEN PIDIE JAYA 5.1. Komponen Penghitungan IPM Angka Harapan Hidup Angka harapan hidup adalah komponen yang mampu menggambarkan keadaan lama hidup sekaligus hidup sehat dari masyarakat. Angka harapan hidup yang tinggi akan mencerminkan kesejahteraan penduduk yang tinggi pula. Hal ini disebabkan karena harapan hidup merupakan resultan dari berbagai faktor lain dari derajat sosial ekonomi penduduk. Secara empiris angka harapan hidup dapat menggambarkan bahwa masyarakat yang tingkat ekonominya baik memiliki kecenderungan harapan hidupnya tinggi. Karena pada dasarnya masyarakat yang demikian, akses dari pelayanan terhadap kesehatan lebih memadai dibanding bila kondisi ekonominya tidak baik. Hubungan positif juga ditunjukkan oleh tingkat pendidikan, karena semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, berarti semakin tinggi pula kesadaran mereka akan pentingnya hidup sehat, dan pada akhirnya akan memperpanjang usia hidup mereka. Upaya mendidik kaum perempuan terbukti sebagai kunci untuk menghancurkan lingkaran setan kesehatan anak yang bergizi buruk, kinerja pendidikan yang rendah, pendapatan yang minim, serta tingkat fertilitas yang tinggi (Todaro, 2000). Selama kurun waktu angka harapan hidup penduduk Kabupaten Pidie Jaya mengalami kenaikan dari 69,24 tahun 2009 menjadi 69,76 tahun Angka 69,76 menunjukkan bahwa seseorang yang lahir 47

50 pada 2013 mempunyai peluang rata-rata kelangsungan hidupnya lebih kurang selama 69 tahun ke depan. Berarti kualitas hidupnya meningkat, sebagai akibat dari hal-hal seperti pemenuhan mutu makanan lebih baik, kesehatan terjaga, dan sebagainya sehingga membuat lama hidupnya bertambah. Dibandingkan dengan daerah kabupaten/kota lainnya, Pidie Jaya berada di peringkat yang cukup baik. Kabupaten Simeulue tercatat 63,32 tahun yang menempati urutan terendah dalam Provinsi Aceh, sedangkan Kabupaten Bireuen menempati posisi puncak dengan bilangan sekitar 72,63 tahun. Namun demikian, jika dibandingkan dengan angka harapan hidup Provinsi Aceh ternyata harapan hidup penduduk Kabupaten Pidie Jaya masih lebih tinggi. Angka harapan hidup Provinsi Aceh tercatat 69,40 tahun pada Gambaran tersebut mengindikasikan bahwa kondisi kesehatan penduduk Kabupaten Pidie Jaya tidak lebih buruk daripada kondisi penduduk di Provinsi Aceh pada umumnya. Karena gizi, kesehatan, pendidikan, keterampilan dan pengetahuan merupakan faktor yang menentukan kualitas sumberdaya manusia maka pembangunan faktor-faktor tersebut harus dilakukan. Hal ini disebut sebagai pembentukan modal insani, yaitu proses peningkatan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan seluruh penduduk negara (Jhingan, 1983). 48

51 Gambar 5.1. Angka Harapan Hidup Kabupaten Pidie Jaya Tahun Angka Harapan Hidup ,8 69,7 69,6 69,5 69,4 69,3 69,2 69, ,9 69,76 69,36 69,3 69, Sumber: Badan Pusat Statistik Angka harapan hidup bahwa terdapat kaitan yang erat dengan angka kematian bayi. Semakin tinggi angka kematian bayi berarti akan semakin rendah usia harapan hidup. Sebaliknya semakin rendah angka kematian bayi maka semakin tinggi usia harapan hidup. Hal ini disebabkan karena angka kematian bayi sangat mencerminkan pola kematian penduduk secara umum. Secara jelas Todaro (2002) menyebutkan bahwa angka fertilitas yang tinggi cenderung merugikan kesehatan ibu dan anak-anaknya yang pada akhirnya memperbesar kematian bayi dan anak. 49

52 Gambar 5.2. Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir Tahun ,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 21,99 75,59 79, ,16 0,61 1,44 0,00 2,03 Dokter Bidan Tenaga Dukun bersalin paramedis lain Sumber: Badan Pusat Statistik, Susenas 2012 Kematian ibu dan bayi sangat tergantung pada kondisi kesehatan ibu dan bayi. Kesehatan ibu dan bayi terutama saat melahirkan akan lebih terjaga jika ditolong oleh tenaga profesional dalam hal ini dokter atau bidan. Meskipun tenaga dukun bayi sangat membantu masyarakat, namun pengetahuan dan keterampilan dukun harus ditingkatkan. Keberadaan dukun bayi masih diandalkan masyarakat mengingat keterbatasan tenaga medis terutama bagi daerah-daerah terpencil. Peranan dukun bersalin mengalami penurunan persentase sebagai penolong kelahiran dari 2 persen tahun 2012 menjadi sekitar 1 persen pada tahun Seperti di daerah lainnya, penolong kelahiran di Pidie Jaya tahun 2013 mayoritas dilakukan oleh bidan 75 persen menurun sedikit dari tahun lalu sebesar 80 persen, sedangkan dokter memainkan perannya dalam menolong proses kelahiran 50

53 meningkat dari 18 persen pada tahun 2012 menjadi 22 persen di tahun Hal ini menunjukkan pembenahan kesehatan yang ada di Kabupaten Pidie Jaya sudah mulai menampakkan hasilnya baik tenaga kesehatan maupun sarananya. Akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga profesional juga semakin baik dari tahun ke tahun Angka Melek Huruf dan Rata-Rata Lama Bersekolah Kedua indikator ini diharapkan mampu mencerminkan tingkat pengetahuan dan keterampilan penduduk. Angka melek huruf untuk keperluan ini adalah angka melek huruf penduduk 15 tahun keatas sehingga diharapkan tidak terjadi bias oleh penduduk usia anak-anak. Kemampuan baca tulis dan menyerap informasi sangat penting, karena literasi merupakan komponen dasar pengembangan manusia (Todaro, 1997). Rata-rata lama bersekolah mencerminkan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan atau sedang dijalani oleh penduduk usia 25 tahun keatas. Pada usia ini dianggap penduduk sudah menyelesaikan seluruh pendidikannya sehingga tidak ada bias akibat penduduk muda. Kemampuan baca tulis penduduk di Provinsi Aceh secara umum sudah baik, yaitu mencapai 97,04 persen. Sedangkan sisanya sebesar 2,96 persen penduduk Provinsi Aceh masih buta huruf dan kemungkinan besar adalah penduduk usia lanjut atau penduduk yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Sementara itu angka melek penduduk Kabupaten Pidie Jaya sebesar 95,54 persen, lebih rendah daripada angka provinsi 97,04 persen. Ini menunjukkan bahwa komponen kualitas sumberdaya manusia khususnya dilihat dari angka melek huruf di Kabupaten Pidie Jaya masih harus ditingkatkan. 51

54 Gambar 5.3. Angka Melek Huruf Pidie Jaya Tahun Angka Melek Huruf ,56 95,54 95,52 95,5 95,48 95,46 95,44 95,42 95,4 95,54 95,48 95,48 95, Sumber: Badan Pusat Statistik Demikian pula halnya dengan rata-rata lama bersekolah, salah satu komponen pembangunan manusia bidang pendidikan ini masih dibawah angka Provinsi Aceh. Pada tahun 2013 penduduk Kabupaten Pidie Jaya menghabiskan waktunya untuk bersekolah sekitar 8,75 tahun, sedangkan tahun sebelumnya tercatat sekitar 8,69 tahun. Waktu 8 tahun bersekolah berarti rata-rata penduduk yang berusia 15 tahun keatas belum menamatkan pendidikan formal 9 tahun atau tamat SLTP, jadi mereka hanya sempat menamatkan setara kelas 2 SLTP. Rata-rata lama sekolah ditingkat provinsi sedikit lebih baik daripada Kab. Pidie Jaya. Rata-rata lama sekolah Provinsi Aceh Tahun 2013 sebesar 9,02 tahun dan 8,93 tahun pada tahun sebelumnya. Semakin lama rata-rata lama sekolah akan semakin baik karena diharapkan pendidikan yang cukup dan berkualitas dapat mempengaruhi kualitas hidup dan kehidupan seseorang kelak dikemudian hari. 52

55 Selain komponen-komponen yang langsung terlibat dalam penghitungan angka IPM juga perlu diperhatikan indikator-indikator pendukung lainnya yang juga secara langsung ataupun tidak langsung turut berpengaruh dalam pembentukan angka indeks dari komponen langsung IPM, karena dari indikator-indikator itu dapat pula terbaca gambaran sisi lain keadaan sosial dari aktivitas masyarakat suatu wilayah. Gambar 5.4. Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Pidie Jaya di Provinsi Aceh Tahun Rata-rata lama sekolah 8,76 8,74 8,72 8,7 8,68 8,66 8,64 8,62 8,6 8,58 8,75 8,69 8,68 8, Sumber: Badan Pusat Statistik Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian anak didik. Dalam periode tinggal landas, pendidikan diamati sebagai suatu gejala jangka panjang. Pengertian pendidikan dalam jangka panjang ini dapat dipahami sebagai suatu proses pendidikan yang mempunyai kaitan erat dengan ketenagakerjaan khususnya dan pembangunan ekonomi pada umumnya. 53

56 Dipandang dari sudut waktu, pendidikan mempunyai jangkauan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Perbedaan pandangan dari dimensi waktu itu akan mempengaruhi atau mengubah skala atau dimensi ruang dari pendidikan. Dari dimensi ruang, pendidikan dipandang sebagai suatu sistem yaitu sistem pendidikan. Perubahan dimensi ruang ini akan menggeser inti permasalahan pendidikan yang dihadapi. Pergeseran inti permasalahan itu pada gilirannya akan mempengaruhi usaha pemecahan permasalahannya. Pendidikan dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun atau dari hari ke hari), mencakup bagaimana permasalahan memperlancar proses belajar dan mengajar di dalam kelas. Pendidikan dalam jangka panjang (lebih dari dua puluh lima tahun), merupakan gejala kebudayaan dan permasalahannya terpusat pada bagaimana mentransformasikan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pendidikan dalam jangka menegah (sekitar lima atau sepuluh tahun), merupakan gejala ekonomi yaitu bagaimana menyiapkan lulusan atau putus pendidikan untuk memenuhi kebutuhan lapangan kerja. Output dari subsistem pendidikan yang berupa lulusan atau putus sekolah ini merupakan input kepada subsistem ketenagakerjaan. Di dalam subsistem ketenagakerjaan ini lulusan dikenal sebagai tenaga kerja. Tenaga kerja ini merupakan input yang diproses dalam lapangan kerja. Output dari proses yang berlangsung dalam lapangan kerja ini berupa produktivitas tenaga kerja. Dengan perkataan lain, permasalahan yang dihadapi dalam subsistem ketenagakerjaan tersebut adalah bagaimana meningkatkan produktivitas tenaga kerja. 54

57 Dengan kata lain, proses pendidikan apabila dilihat pada satu titik waktu mencakup tiga proses yang berjalan secara bersamaan yaitu berkaitan dengan proses belajar mengajar dalam lembaga pendidikan, berkaitan dengan penyiapan tenaga kerja, serta berkaitan dengan penerusan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam suatu sistem pembangunan nasional, peningkatan mutu sumberdaya manusia dapat dilihat sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk melalui suatu proses yang berlangsung di dalam subsistem pendidikan, subsistem ketenagakerjaan, dan subsistem ekonomi. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 menegaskan bahwa (1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan bermutu, (2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus, (3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus, (4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus, (5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Dari ketentuan di atas maka setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan bahkan bagi masyarakat terpencil dan terbelakang sekalipun. Jadi dengan diwajibkannya pendidikan dasar 9 tahun, semestinya tidak terdengar lagi adanya anak putus sekolah akibat ketiadaan biaya atau ketiadaan akses terhadap sarana pendidikan. Namun, jika dilihat dalam angka partisipasi sekolah kasar seperti pada gambar diatas terlihat bahwa 55

58 partisipasi sekolah penduduk belum mencapai 100 persen, apalagi untuk mereka yang berusia tahun. Gambar 5.5. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kabupaten Pidie Jaya Tahun ,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 Laki-laki APS berdasarkan jenis kelamin Perempuan 100,00 97,67 100,00 91,78 74,99 65,49 41,18 16, Sumber: Badan Pusat Statistik Secara umum APS Provinsi Aceh dan juga Kabupaten Pidie Jaya tidak jauh berbeda pada tahun Namun terlihat ada kesenjangan pada kelompok usia tahun (masa SLTA) dan kelompok usia tahun (sekolah tinggi), walaupun pada kelompok usia pendidikan dasar 9 tahun (SD dan SLTP), APS di Pidie Jaya cenderung lebih tinggi. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa nilai APS perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini terjadi pada tingkatan usia tahun 56

59 dan tahun, sedangkan pada tingkatan usia 7-12 dan nilai APS laki-laki lebih tinggi dari perempuan. Pada kelompok usia pendidikan tinggi atau setelah SMA/sederajat, APS laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan secara signifikan. Disini terlihat semakin tinggi jenjang pendidikan,maka semakin rendah nilai APS tiap jenjang pendidikan. Hal ini merupakan PR bagi kita semua agar antar jenjang pendidikan tersebut tidak terlalu jauh berbeda. Hal ini bisa dilakukan jika akses dan sarana/prasarana pendidikan cukup baik. Keadaan ini cukup memberikan informasi bagi kita, bahwa bekal pendidikan bagi generasi muda di daerah ini masih kurang maksimal, karena pendidikan dasar sebagai modal hidup kurang memadai. Hal ini dapat dikarenakan oleh rendahnya minat orangtua atau anak dalam melanjutkan pendidikan, karena keterbatasan ekonomi keluarga, atau mungkin karena sarana dan prasarana pendidikan yang sangat terbatas. Oleh sebab itu, dengan mengamati angka-angka tersebut, hendaknya pembangunan pendidikan harus lebih diperhatikan. Karena dari hal itu berarti ada hal yang tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan pada program pendidikan anak yang dapat mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia daerah di masa mendatang. Indikator lain yang erat kaitannya dengan kualitas pendidikan penduduk adalah tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Jika dilihat dari proporsi mereka yang tidak atau belum pernah sekolah, semakin kecil proporsinya berarti semakin baik, sebaliknya bila proporsinya semakin besar berarti proses pencerdasan bangsa tidak mencapai sasaran. Disisi lain, jika proporsi yang menamatkan pendidikan tinggi semakin besar maka kualitas sumberdaya manusianya semakin baik. 57

60 Sama halnya dengan nilai APS yang telah dijabarkan sebelumnya, persentase penduduk usia 10 tahun keatas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan yang bervariasi jika dilihat menurut jenjang pendidikan. Untuk persentase penduduk laki-laki yang tamat SD lebih tinggi dari penduduk perempuan yang tamat SD, sedangkan untuk persentase penduduk laki-laki yang tidak tamat SD lebih rendah dari perempuan yang tidak tamat SD. Gambar 5.6. Penduduk Usia 10 Tahun Ke atas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 Sumber: Badan Pusat Statistik, Susenas 2013 Dua puluh persen lebih penduduk usia 10 tahun keatas di Kabupaten Pidie Jaya belum atau tidak tamat sekolah dasar. Angka ini sedikit lebih besar dari proporsi angka provinsi secara umum yang tercatat 58

61 kurang dari 20 persen. Proporsi penduduk yang menamatkan sekolah dasar sama dengan angka propinsi secara umum, sedangkan proporsi penduduk yang menamatkan SLTP lebih besar di kabupaten ini. Sebaliknya, untuk yang menamatkan pendidikan SLTA dan pendidikan tinggi, angkanya lebih rendah. Untuk jenjang pendidikan tinggi (S1, S2 dan S3) terdapat 5,73 persen penduduk yang telah menamatkan jenjang pendidikan tersebut, dan pada jenjang yang sama pula, di tingkat provinsi tercatat 4,38 persen. Sehingga dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas pendidikan di Kabupaten Pidie Jaya lebih tinggi dari kualitas pendidikan provinsi umumnya dan ini berakibat pada semakin berkualitas sumberdaya manusianya Daya Beli Kemampuan daya beli masyarakat diharapkan dapat terwakili oleh variabel konsumsi per kapita, yaitu rata-rata pengeluaran per kapita setahun yang sudah distandarkan dengan mendeflasikan dengan Indeks Harga Konsumen. Selanjutnya variabel ini disesuaikan dengan menggunakan Formula Atkinson. Secara umum kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Pidie Jaya dalam Provinsi Aceh mengalami peningkatan. Dapat dilihat pada Gambar 5.7 bahwa kecenderungan peningkatan daya beli penduduk di Kabupaten Pidie Jaya lebih tinggi daripada kecenderungan daya beli ratarata penduduk di Provinsi Aceh. 59

62 Gambar 5.7. Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan Tahun (Rupiah) Pengeluaran per Kapita disesuaikan Sumber: Badan Pusat Statistik Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan (PPP) merupakan salah satu indikator IPM yang berhubungan dengan ekonomi. Atau dengan kata lain standar seseorang dapat hidup dengan layak pada suatu titik waktu dan daerah tertentu. Dari tahun ke tahun tercatat pengeluaran perkapita disesuaikan cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2013 tercatat sebesar Rp sedangkan tahun sebelumnya sebesar Rp Angka tersebut masih lebih tinggi dari angka PPP Provinsi Aceh sebesar Rp untuk tahun 2013 dan sebesar Rp untuk tahun

63 5.2. IPM Kabupaten Pidie Jaya IPM Kabupaten Pidie Jaya Tahun IPM Kabupaten Pidie Jaya tahun 2010 sebesar 72,38 dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 72,82. Tahun 2013 juga cenderung mengalami kenaikan menjadi 73,69. Peningkatan IPM Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2013 cukup signifikan dikarenakan jika dibandingkan dengan rata-rata IPM Provinsi Aceh, tahun ini IPM Kabupaten Pidie Jaya lebih tinggi dibandingkan IPM Provinsi Aceh. Pada tahun 2011 Kabupaten Pidie Jaya menempati peringkat 9 dalam Provinsi Aceh dan tahun 2012 dan 2013 berada di posisi 8 dalam peringkat IPM dalam Provinsi Aceh. Ditinjau dari komponen angka harapan hidup, Kabupaten Pidie Jaya mengalami peningkatan dari 69,36 tahun pada 2012 menjadi 69,76 tahun pada Jika dibandingkan dengan angka harapan hidup di Provinsi Aceh, maka angka harapan hidup di Kabupaten Pidie Jaya lebih tinggi dibandingkan angka harapan hidup Provinsi Aceh dimana pada tahun 2012 sebesar 68,94 tahun dan tahun 2013 sebesar 69,40 tahun. Berdasarkan komponen pendidikan, angka melek huruf di kabupaten ini sebesar 95,48 persen, lebih rendah dari angka provinsi (96,99 persen) di tahun Untuk tahun 2013 tidak terdapat perbedaan secara signifikan angka melek huruf, yaitu sebesar 95,54 persen (Kab. Pidie Jaya) dan 97,04 persen (Provinsi Aceh). Demikian halnya rata-rata lama sekolah, penduduk di Kabupaten Pidie Jaya lebih singkat dalam mengenyam pendidikan yaitu hanya 8,75 tahun. Sedangkan penduduk Provinsi Aceh secara umum menduduki bangku sekolah rata-rata selama 9,02 tahun. 61

64 Sementara itu untuk komponen pengeluaran per kapita riil (yang disesuaikan) lebih tinggi dari pengeluaran rata-rata provinsi. Pada tahun 2012 pengeluaran per kapita ril di Kabupaten Pidie Jaya tercatat Rp , dan meningkat di tahun 2013 sebesar Rp Sementara itu pengeluaran per kapita Provinsi Aceh sebesar Rp pada tahun Gambar 5.8. Perkembangan IPM Kabupaten Pidie Jaya dan Provinsi Aceh Tahun ,5 Indeks Pembangunan Manusia 73, , ,38 72,82 73,13 71, Sumber: Badan Pusat Statistik Dari grafik diketahui bahwa IPM Kabupaten Pidie Jaya semakin meningkat dari tahun ketahun. Pertumbuhan IPM Tahun tercatat 0,60 dan periode tahun sebesar 0,43 serta 0,77 pada periode Ada sedikit perlambatan pertumbuhan IPM Tahun 2012 dibanding Tahun Di tingkat provinsi juga terjadi hal yang sama, yaitu perlambatan pertumbuhan IPM dari tahun sebelumnya. Tahun

65 Provinsi Aceh mencatatkan pertumbuhan IPM sebesar 0,65 menjadi 0,49 pada periode Selama kurun waktu IPM maupun komponen penyusun di dalamnya mengalami perubahan-perubahan (secara agregat perubahan IPM itu biasa disebut reduksi shortfall). Pada periode perubahannya lebih rendah daripada kenaikan rata-rata provinsi secara umum. Pada periode tersebut reduksi shortfall IPM Kabupaten Pidie Jaya (2,10) lebih tinggi daripada reduksi shortfall Provinsi Aceh (1,95). Hal ini mengindikasikan bahwa kemajuan pembangunan manusia di Kabupaten Pidie Jaya secara umum lebih cepat daripada pembangunan manusia di Provinsi Aceh, pertanda bahwa kebijakan pembangunan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Pidie Jaya berjalan sebagaimana yang diharapkan, walaupun masih ada beberapa kekurangan/kendala yang harus diselesaikan. Keadaan Pada Tahun 2012 berbeda dengan tahun setelahnya, yaitu reduksi shortfall Pidie Jaya lebih rendah dari angka provinsi. Untuk dapat diketahui bahwa selama periode Reduksi Shortfall tercatat 1,14 sedangkan ditingkat provinsi sebesar 1, Perbandingan IPM Antar Kabupaten/Kota Dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Aceh, posisi IPM Kabupaten Pidie Jaya tahun 2013 masih berada di posisi menengah, tepatnya berada pada peringkat ke-8 dan pada tahun 2012 bertahan juga di peringkat 8 dari 23 daerah. Sedangkan daerah tetangga yaitu Kabupaten Pidie dan Kabupaten Bireuen masing-masing berada pada peringkat 10 dan 7. 63

66 Dua daerah yang terbawah adalah Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Gayo Lues dengan nilai IPM masing-masing sebesar 69,79 dan 69,09 pada tahun Sedangkan untuk level nasional, Provinsi Aceh sendiri berada di peringkat 20 dari 33 provinsi di Indonesia untuk tahun Sedangkan pada tahun 2012 menempati peringkat 19. Gambar 5.9. Posisi dan Angka IPM Kabupaten/Kota Tahun ,00 78,00 76,00 74,00 72,00 70,00 68,00 66,00 64,00 75,04 74,51 72,81 73,32 74,03 73,51 73,69 71,79 72,24 72,07 72,04 72,39 70,76 71,18 71,50 71,00 69,79 69,09 79,00 77,23 75,10 77,84 70,60 Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Piddie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Pidie Jaya Kota Banda Aceh Kota Sabang Kota Langsa Kota Lhokseumawe Subulussalam Sumber: Badan Pusat Statistik Nilai IPM tertinggi di Provinsi Aceh diperoleh Kota Banda Aceh untuk periode yang sama, yaitu 79,00 tahun 2013 dan 78,50 pada tahun sebelumnya. Disamping Kota Banda Aceh, posisi terbaik selanjutnya disusul Kota Lhokseumawe (77,84), Kota Sabang (77,23), Kota Langsa (75,10), dan Kabupaten Aceh Tengah (75,04). Selain Pidie Jaya, ada beberapa daerah lain 64

67 yang mempunyai IPM di atas IPM provinsi (72,51) antara lain Kabupaten Aceh Besar (74,51), Bireuen (74,03), Aceh Utara (73,51) dan Pidie (73,32). Sedangkan untuk pencapaian terendah yaitu daerah dengan IPM terbawah adalah Kabupaten Gayo Lues (69,09), Aceh Singkil (69,79), dan Kabupaten Subulussalam (70,60). Walaupun IPM Pidie Jaya bukan merupakan yang tertinggi, tetapi secara significant terjadi kenaikan, hal tersebut diperlihatkan oleh perubahan reduksi shortfall masing-masing daerah. Reduksi shortfall tercatat sebesar 2,10 untuk periode , sedangkan pada periode sebelumnya reduksi shortfall tercatat 1,14. Reduksi shortfall tertinggi dicapai oleh Kabupaten Nagan Raya (2,94) dan terendah di Kabupaten Bireuen (1,25) Indeks Perkembangan Komponen IPM Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Pidie Jaya dari waktu terjadi peningkatan dilihat dari perkembangan indeks komponen yang menjadi indikator dalam penghitungan IPM. Hal ini diperlihatkan pada gambar 5.10 berikut, yaitu semua komponen yang menjadi indikator untuk menunjang IPM kabuapten Pidie Jaya terjadi peningkatan. Hanya saja pada indikator Angka Melek Huruf tidak ada perubahan jika disbanding tahun sebelumnya. Hal ini menggambarkan bahwa semua sektor pembangunan yang dilaksanakan pemerintah setempat berjalan sebagaimana mestinya, artinya antara perencanaan sesuai dengan pelaksanaan. Walaupun masih banyak yang harus diperbaiki untuk peningkatan taraf hidup. 65

68 Gambar Index Perkembangan Komponen IPM Kabupaten Pidie Jaya Tahun ,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 69,76 69,36 Angka Harapan Hidup 95,54 Angka Melek Huruf 95,48 8,75 Rata-rata lama sekolah 8,69 63,40 PPP 63,03 73,69 IPM 73, Sumber : Badan Pusat Statistik 66

69 Perubahan rendah, IPM tinggi (Aceh Besar, Aceh Utara,Aceh Tengah, Bireuen, Pidie, Pidie Jaya dan Aceh Tenggara) KUADRAN II Perubahan IPM Perubahan tinggi, IPM tinggi (Banda Aceh, Lhokseumawe, Sabang dan Langsa) KUADRAN I Perubahan IPM KUADRAN III Perubahan rendah, IPM rendah (Aceh Timur, Subulussalam, Aceh Singkil, Gayo Lues, Aceh Jaya, Aceh Selatan dan Simeulue) KUADRAN IV Perubahan tinggi, IPM rendah (Bener Meriah, Aceh Barat, Aceh Tamiang, Aceh Barat Daya dan Nagan Raya) IPM 2013 Secara garis besar, daerah kabupaten/kota tersebut dapat dikelompokkan menjadi kategori IPM tinggi dan rendah, dimana katagori tinggi jika IPM kabupaten/kota sama dengan atau lebih tinggi dari IPM provinsi. Dengan mengambil IPM Provinsi sebagai patokan. Bila pengamatan juga melibatkan variabel besarnya perubahan IPM, maka akan dapat dibuat suatu pengelompokan berdasarkan nilai IPM dan perubahannya (shortfall). Nilai yang dijadikan acuan adalah nilai IPM provinsi. 67

70 Dengan membagi daerah plot menjadi empat kuadran, maka tiaptiap kuadran dikatagorikan sebagai: Kuadran I : Nilai IPM tinggi, perubahan tinggi Kuadran II : Nilai IPM tinggi, perubahan rendah Kuadran III : Nilai IPM rendah, perubahan rendah Kuadran IV : Nilai IPM rendah, perubahan tinggi Dari keempat kondisi tersebut, maka tempat pada kuadran I merupakan hal yang diinginkan karena dengan pencapaian IPM yang sudah lebih tinggi dari provinsi juga laju perubahan IPM itu pun lebih tinggi atau lebih cepat daripada laju provinsi. Sebaliknya yang paling memprihatinkan adalah jika kenaikannya lebih rendah daripada laju IPM provinsi secara umum dan IPM-nya pun lebih rendah dari IPM provinsi (posisi pada kuadran III). Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan manusia dengan kualitas manusia dibawah rata-rata provinsi lebih rendah laju atau akselerasinya daripada laju pembangunan manusia provinsi secara keseluruhan. Padahal untuk daerah-daerah dengan IPM dibawah angka provinsi, seharusnya akselerasi pembangunan manusianya lebih tinggi atau dipercepat daripada laju pembangunan manusia provinsi untuk mengejar ketertinggalan daerah tersebut. 68

71 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sudah menjadi barometer penting bagi setiap daerah, karena sangat urgen untuk mengukur gerak laju pembangunan suatu wilayah. Oleh sebab itu setiap kepala darah berusaha untuk meningkatkan angka IPM karena didalamnya mengandung aspek pembangunan menusia seutuhnya. Aspek dimaksud antara lain ; aspek kesehatan, pendidikan, aspek lingkungan fisik yang baik dan kebebasan untuk bertindak juga merupakan hal-hal yang dianggap penting. (UNDP Human Development Report-HDR, 2001). Disamping aspek-aspek yang telah disebut di atas juga tak kalah penting adalah aspek ekonomi. Sehingga dikembangkanlah konsep IPM yang dianggap sebagai suatu konsep yang lebih komprehensif karena disamping memperhitungkan keberhasilan pembangunan manusia dari aspek non-ekonomi, juga memperhitungkan keberhasilan pembangunan manusia dari aspek ekonomi. Dari uraian pada bab-bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Selama kurun waktu , Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Pidie Jaya mengalami peningkatan sejak tahun 2010 yaitu bertahan di peringkat 9 dari 23 kabupaten/kota tahun dan berada pada peringkat 8 periode dan Secara relatif diperlihatkan IPM dari 72,38 tahun 2010 menjadi 72,82 71

72 pada tahun 2011 dan menjadi 73,13 pada tahun Tahun 2013 tercatat 73, Kenaikan IPM disebabkan oleh naiknya komponen yaitu angka harapan hidup, paritas daya beli dan, rata-rata lama sekolah cenderung meningkat. Sedangkan komponen angka melek huruf konstan. 3. Secara umum, perbedaan antar daerah kabupaten/kota terjadi karena perbedaan karakteristik daerah. Akibatnya juga berimbas pada pembangunan manusia di daerah tersebut. 4. Perbandingan dengan beberapa kabupaten/kota lainnya dalam Provinsi Aceh, IPM Kabupaten Pidie Jaya masih terletak dalam peringkat menengah, namun peringkatnya naik dan tepatnya peringkat ke 9 dari 23 kabupaten/kota pada tahun 2011 dan naik 1 peringkat pada peringkat 8 pada tahun 2012 dan tahun Hal ini menunjukkan bahwa laju pembangunan manusia di Kabupaten Pidie Jaya sudah lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. 5. Meningkatnya IPM Kabupaten Pidie Jaya karena adanya dorongan yang sangat kuat oleh pemerintah Kabupaten Pidie Jaya beserta jajarannya dalam menerapkan kebijakan pembangunan yang telah direncanakan terutama dibidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi masyarakat dll. 72

73 6.2. Saran-saran IPM merupakan indikator penting dan juga sebagai barometer pembangunan yang dapat digunakan untuk melihat upaya dan kinerja program pembangunan secara menyeluruh di suatu wilayah. Dalam hal ini IPM dianggap sebagai fenomena dari hasil program pembangunan yang telah dilakukan beberapa tahun sebelumnya. Demikian juga kemajuan program pembangunan dalam suatu periode dapat diukur dan ditunjukkan oleh besaran IPM pada awal dan akhir periode tersebut. IPM merupakan ukuran untuk melihat dampak kinerja pembangunan wilayah yang mempunyai dimensi yang sangat luas, karena memperlihatkan kualitas penduduk suatu wilayah dalam hal ini harapan hidup, intelelektualitas, dan standar hidup layak. IPM tidak hanya mengukur pembangunan dari aspek ekonomi saja (diukur dengan kemampuan daya beli terhadap berbagai macam barang dan jasa yang diperlukan untuk mendukung kehidupan yang lebih baik), tetapi juga mengukur pembangunan dari aspek non ekonomi (diukur dengan tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi, pendidikan dan pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki yang semakin tinggi). Dalam perencanaan pembangunan, IPM juga berfungsi dalam memberikan tuntunan dalam menentukan prioritas dalam merumuskan kebijakan dan menentukan program. Hal ini juga merupakan tuntunan dalam mengalokasikan anggaran yang sesuai dengan kebijakan umum yang ditentukan oleh pembuat kebijakan dan pengambil keputusan. Namun demikian, karena IPM merupakan indeks komposit, dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan, indikator ini masih perlu didukung 73

74 oleh indikator-indikator lainnya, baik indikator sektoral maupun indikator lintas sektoral. Pembangunan manusia di Kabupaten Pidie Jaya sudah mengalami kemajuan sebagaimana yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari reduksi shortfall. Memang terjadi perlambatan terhadap reduksi shortfall jika dibanding tahun sebelumnya. Reduksi shortfall Kabupaten Pidie Jaya tahun 2013 sebesar 2,10. Sedangkan Reduksi shortfall Provinsi Aceh sekitar 1,95. Dengan demikian Kabupaten Pidie Jaya termasuk kedalam golongan daerah yang mengalami peningkatan nilai IPM dari tahun sebelumnya di Wilayah Aceh. Namun demikian pembangunan pendidikan masih harus ditingkatkan karena pada umumnya penduduk daerah ini belum menamatkan program belajar 9 tahun atau tamat SLTP. Peningkatan mutu kesehatan dan kebutuhan gizi masyarakat harus ditingkatkan untuk meningkatkan angka harapan hidup. Pembangunan sarana dan penyediaan prasarana kesehatan di seluruh pelosok (seperti puskesmas, dokter, bidan) mesti digalakkan. Demikian pula sosialisasi dan pendidikan hidup sehat serta sanitasi lingkungan, misalnya pembangunan saluran pembuangan air (selokan) atau saluran limbah yang sehat dan bersih. Dalam bidang pendidikan, angka partisipasi sekolah harus ditingkatkan untuk mendongkrak rata-rata lama sekolah. Hal ini dapat diwujudkan jika masyarakat dapat bersekolah hingga menamatkan sekolah tinggi atau paling tidak SLTA/sederajat. Pembangunan sekolah yang mudah diakses masyarakat banyak merupakan sesuatu yang mesti didahulukan. Sementara itu dalam bidang ekonomi, untuk meningkatkan daya beli masyarakat khususnya, peran serta masyarakat produktif dapat 74

75 ditingkatkan misalnya dengan memperluas lapangan kerja. Di daerah perdesaan kredit usaha lunak bagi petani atau nelayan dapat digalakkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi sehingga daya beli masyarakat meningkat. Peraturan yang mendukung investasi di daerah dan insentif bagi pengusaha juga hendaknya diberlakukan untuk mendorong investasi. Akhirnya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan manusia di Kabupaten Pidie Jaya, pembangunan kesehatan dan pendidikan harus ditingkatkan. Suatu hal yang tidak boleh dilupakan adalah menjaga kelestarian alam, terutama hutan dan lahan-lahan potensi bagi masyarakat yang ada di kawasan wilayah ini. Dengan demikian bekal dan modal untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dapat tercapai secara berkesinambungan untuk mewujudkan kemakmuran seluruh rakyat. 75

76 HALAMAN ISI SENGAJA DIKOSONGKAN 76

77 Tabel 1. Luas Wilayah dan Jumlah Desa Menurut Kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013 Kecamatan Luas WilayahDaratan % Luas Wilayah Jumlah Desa dan Laut (Km 2 ) (1) (2) (3) (4) 010. Meureudu 156, Meurah Dua 292, Bandar Dua 174, Jangka Buya 29, Ulim 60, Trieng Gadeng 127, Pante Raja 40, Bandar Baru 281, Jumlah 1.162,84 100, Sumber : BPS, Data Pokok Pidie Jaya 2010 Tabel 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Tahun Jenis Kelamin Tahun L P L+P (1) (2) (3) (4) Sumber: BPS Pidie Jaya (Data diolah) 79

78 Tabel 3. Komposisi Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin 2013 Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin Distribusi Penduduk Per Kecamatan (%) 010. Meureudu Meurah Dua Bandar Dua Jangka Buya Ulim Trieng Gadeng Pante Raja Bandar Baru Jumlah Sumber: BPS Pidie Jaya (data diolah) Tabel 4. Komposisi Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Menurut Kecamatan Tahun 2011 NO. KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH PERSENTASE (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Meureudu ,8 2 Meurah Dua ,6 3 Bandar Dua ,8 4 Jangkabuya ,6 5 Ulim ,0 6 Trienggadeng ,0 7 Panteraja ,7 8 Bandar Baru ,6 JUMLAH ,0 Sumber: Badan Pusat Statistik 80

79 Tabel 5. Angka Harapan Hidup Tahun Kode Provinsi/Kabupaten Angka Harapan Hidup (tahun) (1) (2) (3) (4) (5) 1100 Aceh , Simeulue , Aceh Singkil , Aceh Selatan , Aceh Tenggara , Aceh Timur , Aceh Tengah , Aceh Barat , Aceh Besar , Pidie , Bireuen , Aceh Utara , Aceh Barat Daya , Gayo Lues , Aceh Tamiang , Nagan Raya , Aceh Jaya , Bener Meriah , Pidie Jaya , Kota Banda Aceh , Kota Sabang , Kota Langsa , Kota Lhokseumawe , Subulussalam ,60 Sumber: Badan Pusat Statistik 81

80 Tabel 6. Angka Melek Huruf Menurut Kabupaten/Kota di NAD Tahun Kode Provinsi/Kabupaten (persen) (1) (2) (3) (4) (5) 82 Angka Melek Huruf 1100 Aceh , Simeulue , Aceh Singkil , Aceh Selatan , Aceh Tenggara , Aceh Timur , Aceh Tengah , Aceh Barat , Aceh Besar , Pidie , Bireuen , Aceh Utara , Aceh Barat Daya , Gayo Lues , Aceh Tamiang , Nagan Raya , Aceh Jaya , Bener Meriah , Pidie Jaya , Kota Banda Aceh , Kota Sabang , Kota Langsa , Kota Lhokseumawe , Subulussalam ,57 Sumber: Badan Pusat Statistik

81 Tabel 7. Pengeluaran Riil Per Kapita Disesuaikan Tahun (Rp ribu) Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Kode Provinsi/Kabupaten (ribu rupiah PPP) (1) (2) (3) (4) (5) 1100 Aceh , Simeulue , Aceh Singkil , Aceh Selatan , Aceh Tenggara , Aceh Timur , Aceh Tengah , Aceh Barat , Aceh Besar , Pidie , Bireuen , Aceh Utara , Aceh Barat Daya , Gayo Lues , Aceh Tamiang , Nagan Raya , Aceh Jaya , Bener Meriah , Pidie Jaya , Kota Banda Aceh , Kota Sabang , Kota Langsa , Kota Lhokseumawe , Subulussalam ,12 Sumber: Badan Pusat Statistik 83

82 Tabel 8. Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Menurut Kabupaten/Kota di Prov. Aceh Tahun Rata-rata Lama Sekolah Kode Provinsi/Kabupaten (tahun) (1) (2) (3) (4) (5) 1100 Aceh , Simeulue , Aceh Singkil , Aceh Selatan , Aceh Tenggara , Aceh Timur , Aceh Tengah , Aceh Barat , Aceh Besar , Pidie , Bireuen , Aceh Utara , Aceh Barat Daya , Gayo Lues , Aceh Tamiang , Nagan Raya , Aceh Jaya , Bener Meriah , Pidie Jaya , Kota Banda Aceh , Kota Sabang , Kota Langsa , Kota Lhokseumawe , Subulussalam ,66 Sumber: Badan Pusat Statistik 84

83 Tabel 9. INDEKS PERKEMBANGAN KOMPONEN IPM PIDIE JAYA PERKEMBANGAN NO. KOMPONEN (1) (2) (3) (4) (5) 1 ANGKA HARAPAN HIDUP ANGKA MELEK HURUF RATA-RATA LAMA SEKOLAH PENDAPATAN PER KAPITA IPM Sumber: Badan Pusat Statistik 85

84 Kode 86 Tabel 10. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Reduksi Shortfall Menurut Kabupaten/Kota Tahun Provinsi IPM Peringkat IPM Reduksi Shortfall (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1100 Aceh * , , Simeulue , , Aceh Singkil , , Aceh Selatan , , Aceh Tenggara , , Aceh Timur , , Aceh Tengah , , Aceh Barat , , Aceh Besar , , Pidie , , Bireuen , , Aceh Utara , , Aceh Barat Daya , , Gayo Lues , , Aceh Tamiang , , Nagan Raya , , Aceh Jaya , , Bener Meriah , , Pidie Jaya , , Kota Banda Aceh , , Kota Sabang , , Kota Langsa , , Kota Lhokseumawe , , Subulussalam , ,82 Catatan: * Peringkat provinsi se-indonesia Sumber: Badan Pusat Statistik

85 Tabel 11. IPM Menurut Kategori dan Kabupaten/Kota Tahun Kabupaten/Kota Kategori IPM (1) (2) (3) 01. Simeulue Rendah Rendah 02. Aceh Singkil Rendah Rendah 03. Aceh Selatan Rendah Rendah 04. Aceh Tenggara Rendah Rendah 05. Aceh Timur Rendah Rendah 06. Aceh Tengah Tinggi Tinggi 07. Aceh Barat Rendah Rendah 08. Aceh Besar Tinggi Tinggi 09. Pidie Tinggi Tinggi 10. Bireuen Tinggi Tinggi 11. Aceh Utara Tinggi Tinggi 12. Aceh Barat Daya Rendah Rendah 13. Gayo Lues Rendah Rendah 14. Aceh Tamiang Rendah Rendah 15. Nagan Raya Rendah Rendah 16. Aceh Jaya Rendah Rendah 17. Bener Meriah Rendah Rendah 18. Pidie Jaya Tinggi Tinggi 71. Banda Aceh Tinggi Tinggi 72. Sabang Tinggi Tinggi 73. Langsa Tinggi Tinggi 74. Lhokseumawe Tinggi Tinggi 75. Subulussalam Rendah Rendah Sumber: Badan Pusat Statistik 87

86 Tabel 12. IPM 2013, Perubahan (Shortfall) , dan Letak Kuadran Kabupaten/Kota Nilai IPM IPM 2012 Katagori Perubahan Letak Kuadran (1) (2) (3) (4) (5) 01. Simeulue 70,76 Rendah 1,95 III 02. Aceh Singkil 69,79 Rendah 2,24 III 03. Aceh Selatan 71,18 Rendah 1,39 III 04. Aceh Tenggara 72,81 Rendah 1,60 II 05. Aceh Timur 71,79 Rendah 2,02 III 06. Aceh Tengah 75,04 Tinggi 2,14 I 07. Aceh Barat 72,24 Rendah 2,41 IV 08. Aceh Besar 74,51 Tinggi 1,82 II 09. Pidie 73,32 Tinggi 1,46 II 10. Bireuen 74,03 Tinggi 1,86 II 11. Aceh Utara 73,51 Tinggi 1,25 II 12. Aceh Barat Daya 72,07 Rendah 1,65 IV 13. Gayo Lues 69,09 Rendah 1,93 III 14. Aceh Tamiang 72,04 Rendah 1,76 IV 15. Nagan Raya 71,50 Rendah 1,35 IV 16. Aceh Jaya 71,00 Rendah 2,94 III 17. Bener Meriah 72,39 Rendah 2,18 IV 18. Pidie Jaya 73,69 Tinggi 1,86 I 71. Banda Aceh 79,00 Tinggi 2,10 I 72. Sabang 77,23 Tinggi 2,35 I 73. Langsa 75,10 Tinggi 1,51 I 74. Lhokseumawe 77,84 Tinggi 1,42 I 75. Subulussalam 70,60 Rendah 2,69 III Provinsi Aceh 73, Sumber: Badan Pusat Statistik 88

87 Tabel 13. Angka Reduksi Shortfall Tahun Kode Kabupaten/Kota Angka Reduksi Shortfall (1) (2) (3) (4) (5) 1100 Aceh , Simeulue , Aceh Singkil , Aceh Selatan , Aceh Tenggara , Aceh Timur , Aceh Tengah , Aceh Barat , Aceh Besar , Pidie , Bireuen , Aceh Utara , Aceh Barat Daya , Gayo Lues , Aceh Tamiang , Nagan Raya , Aceh Jaya , Bener Meriah , Pidie Jaya , Kota Banda Aceh , Kota Sabang , Kota Langsa , Kota Lhokseumawe , Subulussalam Sumber: Badan Pusat Statistik 89

88 Tabel 14. Angka Pertumbuhan IPM Tahun Kode Kabupaten/Kota Angka Pertumbuhan IPM (1) (2) (3) (4) (5) 1100 Aceh Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Pidie Jaya Kota Banda Aceh Kota Sabang Kota Langsa Kota Lhokseumawe Subulussalam Sumber: Badan Pusat Statistik 90

89 Tabel 15. Konversi Lama Sekolah Dengan Jenjang Pendidikan No Jenjang Pendidikan Lama Sekolah (tahun) (1) (2) (3) 1 Tidak/belum pernah sekolah 0 2 SD 6 3 SMP 9 4 SLTA/SMU 12 5 Diploma I 13 6 Diploma II 14 7 Akademi/Diploma III 15 8 Diploma IV/Sarjana 16 9 Magister (S2) Doktor (S3) 21 Sumber: Badan Pusat Statistik 91

90 Tabel 16. Daftar Komoditi Terpilih Untuk Menghitung Paritas Daya Beli (PPP) Sumbangan No Komoditi Unit terhadap total konsumsi (%) (1) (2) (3) (4) 1 Beras Lokal Kg 7,25 2 Tepung terigu Kg 0,10 3 Ketela Pohon Kg 0,22 4 Ikan tongkol/tuna/cakalang Kg 0,50 5 Ikan teri Ons 0,32 6 Daging Sapi Kg 0,78 7 Daging ayam kampong Kg 0,65 8 Telur ayam Butir 1,48 9 Susu Kental Manis 395 gram 0,48 10 Bayam Kg 0,30 11 Kacang panjang Kg 0,32 12 Kacang tanah Kg 0,22 13 Tempe Kg 0,79 14 Jeruk Kg 0,39 15 Pepaya Kg 0,18 16 Kelapa Butir 0,56 17 Gula pasir Ons 1,61 18 Kopi bubuk Ons 0,60 19 Garam Ons 0,15 20 Merica/lada Ons 0,13 21 Mie instant 80 gram 0,79 22 Rokok kretek filter 10 batang 2,86 23 Listrik Kwh 2,06 24 Air minum M 3 0,46 25 Bensin Liter 1,02 26 Minyak tanah Liter 1,74 27 Sewa rumah Unit 11,56 92 Total 37,52 Sumber: Badan Pusat Statistik

91 Tabel 17. Rata-rata Pengeluaran Perkapita Sub Kelompok Makanan Pidie Jaya Tahun No Komoditi (1) (2) (3) (4) (5) 1 PADI-PADIAN 69,710 76,060 81,456 2 UMBI-UMBIAN 1,887 1,712 1,590 3 I K A N 55,636 56,784 60,933 4 D A G I N G 3,535 3,490 4,699 5 TELUR DAN SUSU 12,558 13,445 15,087 6 SAYUR-SAYURAN 29,397 26,746 31,787 7 KACANG-KACANGAN 3,122 3,486 3,291 8 BUAH-BUAHAN 19,872 17,955 15,377 9 MINYAK DAN LEMAK 12,820 13,182 12, BAHAN MINUMAN 8,934 9,721 8, BUMBU-BUMBUAN 9,657 8,594 5, KONSUMSI LAINNYA 3,177 2,839 2, MAKANAN DAN MINUMAN JADI 79,836 98,733 90, TEMBAKAU DAN SIRIH 48,908 58,929 55,288 Total Sumber : Badan Pusat Statistik 93

92 Tabel 18. Rata-rata Pengeluaran Perkapita Sub Kelompok Non-Makanan Pidie Jaya Tahun No Komoditi (1) (2) (3) (4) (5) 1 2 PERUMAHAN DAN FASILITAS RUMAH TANGGA ANEKA BARANG DAN JASA 87,460 87, ,043 83, PAKAIAN, ALAS KAKI, DAN TUTUP KEPALA 28,661 30, BARANG TAHAN LAMA 8,870 10, PAJAK, PUNGUTAN, DAN ASURANSI KEPERLUAN PESTA DAN UPACARA 4,226 4, Sumber : Badan Pusat Statistik Total 199, , ,592 94

93 DAFTAR ISTILAH PENTING Akses terhadap air bersih Persentase rumahtangga yang menggunakan air minum yang berasal dari air mineral, air leding/pam, pompa air, sumur atau mata air yang terlindung. Akses terhadap fasilitas kesehatan Persentase rumahtangga yang tinggal pada jarak kurang dari 5 kilometer dari fasilitas kesehatan (rumahsakit, klinik, puskesmas, dokter, juru rawat, bidan yang terlatih, paramedic, dan sebagainya). Akses terhadap sanitasi Persentase rumahtangga yang memiliki kamar mandi sendiri atau dapat menggunakan fasilitas kamar mandi umum. Angka buta huruf (dewasa) Proporsi penduduk berusia 15 tahun keatas yang tidak dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Dihitung dengan cara 100 dikurang dengan angka melek huruf (dewasa). Angka harapan hidup pada waktu lahir (e 0 ) Perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka melek huruf (dewasa) Proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Angka partisipasi sekolah Proporsi dari keseluruhan penduduk dari berbagai kelompok usia tertentu (7-12, 13-15, 16-18, 19-24) yang masih duduk di bangku sekolah. 95

94 Angka putus sekolah Proporsi penduduk yang berusia antara 7 hingga 15 tahun yang tidak terdaftar pada berbagai tingkatan pendidikan dan tidak menyelesaikan sekolah dasar atau sekolah menengah tingkat pertama. Garis kemiskinan Nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non-pangan yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk hidup secara layak. Indeks daya beli Salah satu dari tiga komponen indeks pembangunan manusia yang didasarkan pada paritas daya beli (PPP) disesuaikan dengan rumus Atkinson. Nilai indeks berkisar antara Indeks harapan hidup Salah satu dari tiga komponen indeks pembangunan manusia. Nilai indeks ini berkisar antara Indeks harga konsumen (IHK) Indeks yang menunjukkan perbandingan relative antara tingkat harga pada saat bulan survey dan tingkat harga pada bulan sebelumnya, yang ditimbang dengan nilai konsumsi pada kedua bulan tersebut. IHK dihitung dengan formula Laspeyres yang dikembangkan. Indeks pembangunan manusia (IPM) Indeks komposit yang disusun dari tiga indikator: lama hidup yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir; pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas; dan standar hidup yang diukur dengan pengeluaran per kapita (PPP rupiah). Nilai indeks berkisar antara

95 Indeks pendidikan Salah satu dari tiga komponen indeks pembangunan manusia. Indeks ini didasarkan pada kombinasi antara angka melek huruf dikalangan penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah. Nilai indeks tersebut berkisar antara Konsumsi rumahtangga Dibedakan atas konsumsi makanan dan bukan makanan, mencakup semua barang dan jasa yang dikonsumsi tanpa memperhatikan asalnya tetapi terbatas hanya pada barang/jasa untuk kebutuhan rumahtangga saja, artinya tidak termasuk konsumsi/pengeluaran untuk keperluan usaha atau yang diberikan kepada pihak lain. Konsumsi total Konsumsi barang-barang dan jasa-jasa dengan mengabaikan asal barang dan dan jasa tersebut. Konsumsi total juga mencakup pemberian dan barang/jasa yang diproduksi sendiri oleh rumahtangga yang bersangkutan. Dalam laporan ini, konsumsi total merujuk pada konsumsi bulanan. Paritas daya beli (purchasing power parity PPP) PPP memungkinkan dilakukannya perbandingan harga-harga riil antar propinsi dan antar kabupaten, mengingat nilai tukar yang biasa digunakan dapat menurunkan atau menaikan nilai daya beli yang terukur dari konsumsi perkapita yang telah disesuaikan. Dalam konteks PPP untuk Indonesia, satu rupiah di satu propinsi memiliki daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta. PPP dihitung berdasarkan pengeluaran riil per kapita setelah disesuaikan dengan indeks harga konsumen dan penurunan utilitas marginal yang dihitung dengan rumus Atkinson. Pengeluaran untuk makanan Proporsi pengeluaran yang dipergunakan untuk mengkonsumsi makanan dibandingkan dengan total pengeluaran (makanan dan bukan makanan). 97

96 Pengeluaran untuk non makanan Proporsi pengeluaran yang dipergunakan untuk mengkonsumsi yang bukan makanan dibandingkan dengan total pengeluaran (makanan dan bukan makanan). Pengeluaran rumah tangga sebulan Semua biaya yang dikeluarkan rumahtangga selama sebulan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumahtangga. Rata-rata pengeluaran perkapita Rata-rata pengeluaran rumah tangga didapat dengan membagi jumlah seluruh pengeluaran rumah tangga baik makanan maupun non makanan. Dengan jumlah rumah tangga keseluruhan. Pengeluaran untuk makanan seperti : beras, ikan, telur, makanan jadi, aneka minuman dan lain-lain. Termasuk juga rokok, tembakau dan sirih. Sedangkan pengeluaran non makanan seperti : fasilitas rumah tangga, aneka barang dan jasa, pakaian, bahan tahan lama. Juga termasuk perumahan, kesehatan, pendidikan dan pajak. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan a. Tidak/belum pernah sekolah Mereka yang tidak atau belum pernah sekolah. Termasuk mereka yang tamat/belum tamat Taman Kanak-kanak yang tidak melanjutkan ke Sekolah Dasar. b. Tidak/belum tamat Sekolah Dasar Mereka yang pernah sekolah tetapi tidak/belum tamat di Sekolah Dasar 5/6/7 tahun. c. Tamat Sekolah Dasar Mereka yang tamat Sekolah Dasar 5/6/7 tahun. d. Tamat Sekolah Menengah Tingkat Pertama Umum/Kejuruan Mereka yang tamat sekolah Menengah Tingkat Pertama Umum/Kejuruan. 98

97 e. Tamat Sekolah Menegah Tingkat Atas Umum/Kejuruan Mereka yang tamat Sekolah Menegah Tingkat Atas Umum/Kejuruan f. Tamat Akademi Mereka yang tamat pendidikan Sarjana Muda dan DIII. g. Tamat Universitas Mereka yang tamat program pendidikan Sarjana, Pasca Sarjana, Doktor, Diploma IV, dan seterusnya. Penduduk yang masih bersekolah Mereka yang sedang mengikuti pendidikan di tingkat pendidikan tertentu. Penduduk putus sekolah Mereka yang tidak dapat menamatkan suatu jenjang pendidikan. Lapangan Pekerjaan Bidang kegiatan dari pekerjaan/usaha/perusahaan tempat kerja seseorang, Klasifikasi lapangan usaha menggunakan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2005 yang mengacu pada The International Standard of Industrial Clasification (ISIC). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja (bekerja dan pengangguran) terhadap usia kerja. Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja yang tersedia untuk produksi barang-barang dan jasa. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) TPT memberikan indikasi tentang penduduk usia kerja yang termasuk dalam kelompok penganggur. TPT diukur sebagai persentase pengangguran terhadap pengangguran terhadap jumlah penduduk yang termasuk dalam Angkatan Kerja. 99

98 Bekerja Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam berturut-turt dan tidak terputus selama seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk kegiatan pekerja tidak dibayar/keluarga. Pengangguran Pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, atau sedang mempersiapkan usaha baru, atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena putus asa/merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan(discourage worker) atau penduduk yang tidakmencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja tapi belum mulai bekerja(future starts). Mencari pekerjaan Mencari pekerjaan merupakan kegiatan sesorang yang tidak bekerjadan pada saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan, baik mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan atau mereka yang sudah pernah bekerja, tetapi karena suatu hal diberhentikan dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. Pertumbuhan penduduk Keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi banyaknya penduduk. Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu kelahiran, kematian dan migrasi. Laju pertumbuhan alamiah Laju pertumbuhan yang hanya dipengaruhi oleh faktor alamiah, yaitu kelahiran dan kematian. 100

99 Penduduk usia sekolah Mereka yang pada usia sekolah normal sesuai dengan tingkat pendidikan. Misalnya: penduduk usia SD adalah 7 12 tahun, penduduk usia SMTP adalah tahun dan penduduk usia SMTA adalah tahun.. Rata-rata lama sekolah Rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Tamat sekolah Mereka yang menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan tanda tamat/ijazah. Seseorang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi, tetapi jika ia mengikuti ujian akhir dan lulus maka dianggap tamat sekolah. 101

100 102

101 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pidie Jaya Pidie Jaya Dalam Angka Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pidie Jaya Pidie Jaya Dalam Angka Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pidie Jaya. Indeks Pembangunan Manusia Kab. Pidie Jaya Tahun Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pidie Jaya. Indeks Pembangunan Manusia Kab. Pidie Jaya Tahun Badan Pusat Statistik Kabupaten Pidie Jaya. Pidie Jaya Dalam Angka BPS Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Jakarta: BPS. BPS, UNDP Bappenas Indonesia Laporan Pembangunan Manusia Jakarta: BPS. BPS, UNFPA Bappenas Penduduk Kabupaten Pidie Jaya, Hasil SPAN Jakarta: BPS. BPS Provinsi Aceh. Indikator Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Aceh BPS Provinsi Aceh. Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Aceh Agustus BPS Provinsi Aceh. Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Aceh BPS Provinsi Aceh. Indikator Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Aceh BPS Provinsi Aceh. Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Aceh Agustus BPS Provinsi Aceh. Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Aceh BPS Kota Batam Indeks Pembangunan Manusia Kota Batam Tahun Kota Batam:

102 BPS Kota Jambi Indeks Pembangunan Manusia Kota Jambi 1999, 2002 dan Kota Jambi: 2005 Sahdan, Gregorius Menanggulangi Kemiskinan Desa. Jurnal Ekonomi Rakyat. Suhartono, Gedsiri Indeks Pembangunan Manusia DE- WORLD.de. Tjiptoherijanto, Prijono dan Soesetyo Sumber Daya Manusia Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Todaro, Michael P, Stephen C. Smith Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. (Jilid 1 dan 2, Terjemahan Haris Munandar). Jakarta: Erlangga. UNDP Human Development Report : The Human Development Index. 104

103

KATA SAMBUTAN. IPM Kabupaten Pidie Jaya 2013

KATA SAMBUTAN. IPM Kabupaten Pidie Jaya 2013 KATA SAMBUTAN Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pidie Jaya adalah suatu indikator penting dalam suatu perencanaan pembangunan disuatu wilayah. Publikasi disusun oleh pemerintah setempat merupakan

Lebih terperinci

KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2012

KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2012 pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 4102002.1118 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PIDIE JAYA KATA SAMBUTAN Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pidie Jaya ini disusun

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2009 BAPPEDA BEKERJASAMA DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN GAYO LUES

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2009 BAPPEDA BEKERJASAMA DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN GAYO LUES INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2009 BAPPEDA BEKERJASAMA DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN GAYO LUES IPM Kabupaten Gayo Lues 2009 i INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GAYO LUES

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

2.1. Konsep dan Definisi

2.1. Konsep dan Definisi 2.1. Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir (0 tahun) yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Angka Kematian Bayi (AKB) Banyaknya kematian bayi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 23/05/Th.XX, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Provinsi Aceh Tahun 2016 Pembangunan manusia di Provinsi Aceh pada tahun 2016 terus mengalami

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 28/07/Th.XIX, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Provinsi Aceh Tahun 2015 Pembangunan manusia di Provinsi Aceh pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

ISSN : INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GAYO LUES 2010

ISSN : INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GAYO LUES 2010 ISSN : 2089-3760 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GAYO LUES 2010 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GAYO LUES 2010 ISSN :2089-3760 Katalog BPS :4102002.1113 UkuranBuku :21 cm x 15 cm JumlahHalaman

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 53/11/TH XVI, 6 November 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 10,3 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Informasi statistik merupakan salah satu bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang yang dilakukan pemerintah bersama

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang yang dilakukan pemerintah bersama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di segala bidang yang dilakukan pemerintah bersama masyarakat melalui tahapan pelita demi pelita telah banyak membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia. Namun

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi Ketenagakerjaan Aceh kembali membaik, terlihat dari TPAK yang menunjukkan peningkatan dari 61,77% pada Agustus 2012 menjadi 65,56% per Februari

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 46/11/11/Th.V, 5 November 2012 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2012 AGUSTUS 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,10 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012 Nomor Publikasi : 3279.1103 Katalog BPS : 4102002.3279 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 16,5 cm x 21,5 cm : ix rumawi + 117 halaman Naskah : Seksi Statistik

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis Pembangunan Manusia Kota Bandung Tahun 2014 ini dapat terselesaikan.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang telah

BAB II STUDI PUSTAKA. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang telah BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pengertian Indeks Pembangunan manusia Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang telah dikembangkan oleh United Nations for Develpment Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.52 /11/TH.XVII, 5 November 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,02 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi

Lebih terperinci

HUMAN DEVELOPMENT INDEX

HUMAN DEVELOPMENT INDEX HUMAN DEVELOPMENT INDEX Oleh : 1. ITRA MUSTIKA (135030201111117) 2. YUSRIN RIZQI FARADITA (135030201111119) 3. DINAR DWI PURNAMASARI (135030201111135) 4. ERVINGKA RAHMA Y.S (135030207111101) Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.7 April 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERIODE 2007-2011 H. Syamsuddin. HM ABSTRACT

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii i DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika Penulisan... 5 BAB II Metodologi...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

BAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata baik materil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BAB 4 Kondisi Ketenagakerjaan Aceh kembali memburuk, terlihat dari TPAK yang menunjukkan penurunan cukup dalam dari 65,85 per Februari 212 menjadi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 25/05/32/Th. XVI, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,66 PERSEN Tingkat partisipasi angkatan kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk dapat merupakan potensi yang besar untuk peningkatan produksi nasional. Produksi nasional bisa meningkat jika penduduk merupakan tenaga kerja yang produktif,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN 4.1 Pendidikan di Banten Pemerintah Provinsi Banten sejauh ini berupaya melakukan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat salah satunya

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI Konsep dan Definisi. Angka Harapan Hidup 0 [AHHo]

BAB II METODOLOGI Konsep dan Definisi. Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] BAB II METODOLOGI 2.1. Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir (0 tahun) yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Angka Kematian Bayi (AKB) Banyaknya

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR

KATA SAMBUTAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR KATA SAMBUTAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas perkenan dan rahmat-nya, kita telah diberi kesempatan untuk mencurahkan segenap kemampuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia Kuliah Pengantar: Indeks Pembangunan Sub Bidang Pembangunan Perdesaan Di Program Studi Arsitektur, ITB Wiwik D Pratiwi, PhD Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 4103.1409 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA) KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 No. Katalog : 4103.1409 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah Gambar Kulit dan Setting Diterbitkan Oleh Kerjasama

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sumbangan Sektor Pertanian terhadap PDRB, Penyerapan Tenaga Kerja, dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Aceh 5.1.1. Sumbangan Sektor Pertanian terhadap PDRB, dan Penyerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MANOKWARI TAHUN 2013 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 9105.1104 No. Katalog BPS/Catalogue Number: 1101001.9105 Ukuran Buku/Book Size : 16,5 cm x 21,5 cm Jumlah

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 4102002.3523 Katalog BPS: 4102002.3523 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN TAHUN 2011 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TUBAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2011 No. Publikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Indeks Pembangunan Manusia Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat

Lebih terperinci

Ukuran Buku / Book Size : 16,50 cm x 21,59 cm Jumlah Halaman / Page Number : x + 56 Halaman / Page

Ukuran Buku / Book Size : 16,50 cm x 21,59 cm Jumlah Halaman / Page Number : x + 56 Halaman / Page INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA Human Development Index Jayapura Municipality 2013 Nomor Katalog / Catalog Number : 1164.9471 Nomor Publikasi / Publication Number :9471.1303 Ukuran Buku / Book

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2007-2008 ISBN : Nomor Publikasi : Katalog : Ukuran buku Jumlah halaman : 17.6 x 25 cm : x + 100 halaman Naskah : Sub Direktorat Konsistensi Statistik Diterbitkan oleh : Badan

Lebih terperinci

Publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Gayo Lues menyajikan informasi mengenai kinerja pembangunan manusia di Kabupaten Gayo

Publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Gayo Lues menyajikan informasi mengenai kinerja pembangunan manusia di Kabupaten Gayo KATA PENGANTAR Publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Gayo Lues 2014 menyajikan informasi mengenai kinerja pembangunan manusia di Kabupaten Gayo Lues tahun 2014 dalam bentuk indikator komposit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural, dengan tujuan

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH MW\DATAWAHED\2014\PER.GUB.

GUBERNUR ACEH MW\DATAWAHED\2014\PER.GUB. GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PAGU DEFINITIF TAMBAHAN DANA BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI DAN DANA OTONOMI KHUSUS TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015 No.08/05/62/Th.IX, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015 Februari 2015 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,14 persen Jumlah angkatan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan dasar dari pembangunan. Manusia dapat menikmati hidup dengan nyaman apabila sehat dan untuk dapat hidup yang layak dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

A. Keadaan Geografis Dan Topografi BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, maka secara administratif sudah terpisah dari Provinsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manusia merupakan harta atau aset yang sangat berharga bagi kelanjutan ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu negara, pengembangan kualitas akan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN SORONG TAHUN 2010 Nomor Publikasi : 9107.11.03 Katalog BPS : 1413.9107 Ukuran Buku : 16,5 x 21,5 cm Jumlah Halaman : v rumawi + 111 halaman Naskah : Seksi Statistik

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Katalog BPS: 4102002.7604 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Human Development Index of Mamuju Regency 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Mamuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh UNDP (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan tahunan yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014

DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014 DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014 ISSN : No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iii + 20 halaman Naskah: Penanggung Jawab Umum : Sindai M.O Sea, SE Penulis

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG 1. Metodologi No. 03/6474/Th. VI, 07 Desember 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA BONTANG Tahun 2015 Secara nasional Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 berdasarkan metode baru Tahun 2010

Lebih terperinci

Katalog BPS : KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN

Katalog BPS : KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Katalog BPS : 4102002.1404 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Tahun 2008 ISBN : 979 484 930 8

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii SAMBUTAN i DAFTAR ISI HALAMAN SAMBUTAN... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika Penulisan... 5 BAB II Metodologi...

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH 5.1. Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi Daerah Aceh terletak di kawasan paling ujung dari bagian utara Pulau Sumatera dengan luas areal 58.357.63 km 2. Letak geografis

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 AGUSTUS 2017 TINGKAT PENGANGGUR- AN TERBUKA SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 berkurang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *) BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.32/05/64/Th.XVIII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *) Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada 2015 mencapai 1,65 juta orang yang

Lebih terperinci