Ukuran Buku / Book Size : 16,50 cm x 21,59 cm Jumlah Halaman / Page Number : x + 56 Halaman / Page

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ukuran Buku / Book Size : 16,50 cm x 21,59 cm Jumlah Halaman / Page Number : x + 56 Halaman / Page"

Transkripsi

1

2 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA Human Development Index Jayapura Municipality 2013 Nomor Katalog / Catalog Number : Nomor Publikasi / Publication Number : Ukuran Buku / Book Size : 16,50 cm x 21,59 cm Jumlah Halaman / Page Number : x + 56 Halaman / Page Naskah / Editor : Chairil Fadli, S.ST Wahyu Kusuma Wardani,S.ST Gambar Kulit / Art Disigner : Doni Hermawan, S.ST Diterbitkan Oleh / Published by : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Jayapura BPS-Statistics of Jayapura Municipality 2012 Dicetak Oleh / Printed by : CV. Sekar Wangi Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya Mey be cited with reference to the source

3 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA Human Development Index of Jayapura Municipality 2013

4 WALIKOTA JAYAPURA SAMBUTAN Seiring dengan semakin meningkatnya pembangunan yang sedang dilaksanakan di segala bidang, saya sambut dengan gembira terbitnya publikasi INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA (ASPM) KOTA JAYAPURA TAHUN Publikasi buku Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia (ASPM) Kota Jayapura Tahun 2012 dapat memberikan manfaat dalam membuat berbagai kebijakan dan menentukan arah pembangunan agar tepat sasaran, sehingga tujuan pembangunan yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dapat tercapai. Kepada masyarakat sebagai sumber data diharapkan agar dapat lebih berkooperatif untuk memberikan data yang dibutuhkan dan aparat Badan Pusat Statistik Kota Jayapura saya minta untuk lebih meningkatkan kualitas maupun kuantitas data yang disajikan, sehingga dapat menghasilkan data yang akurat, terpercaya dan tepat waktu. Akhirnya, saya mengharapkan kepada semua pihak untuk dapat menggunakan publikasi ini sebagai landasan dalam menyusun perencanaan program yang lebih baik, sistematik, menyeluruh, dan terpadu. Jayapura, Oktober 2013 WALIKOTA JAYAPURA/ MAYOR OF JAYAPURA Drs. Benhur Tomi Mano, MM iii

5 KATA PENGANTAR Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan dan Karunia-Nya Publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia (ASPM) Kota Jayapura Tahun 2012.dapat terselesaikan. IPM Kota Jayapura memuat ukuran-ukuran komposit, pada umumnya indeks-indeks tersebut memberikan petunjuk umum tentang kebutuhan kebutuhan dan prioritas-prioritas pembangunan manusia. Dengan adanya informasi ini diharapkan pemerintah daerah dapat membangun suatu consensus untuk memperbaharui komitmen bersama dan membuat kebijakan yang tepat terhadap pembangunan manusia di Kota Jayapura. Indikator-indikator yang dimuat dalam penyusunan IPM ini diharapkan berguna bagi para perencana dalampenyusunan program pembangunan manusia dan dipakai sebagai parameter untuk mengevaluasi tahapan-tahapan pembangunan yang dilaksanakan khususnya pembangunan manusia, Pada akhirnya kami menyadari sepenuhnya, dalam penerbitan ini masih saja terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik guna penyempurnaan penerbitan berikutnya. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu sehingga publikasi ini dapat ditertibkan diucapkan terima kasih. Semoga publikasi ini bermanfaat. Jayapura, Oktober 2013 KEPALA BPS KOTA JAYAPURA MUCHLIS MALIK SOTTING, B.St NIP iv

6 DAFTAR ISI Halaman KATA SAMBUTAN. iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GRAFIK... ix BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Ruang Lingkup Lingkup Materi Lingkup Wilayah Istilah Istilah Yang Digunakan (Terminologi).. 5 BAB II DATA DAN METODOLOGI Basis Data Pembangunan Manusia Sumber Data Data Indeks Pembangunan Manusia Pendekatan IPM sebagai Penunjang Pembangunan Manusia Pendekatan Pemanfaatan IPM dalam Pembangunan Manusia Konsep Perhitungan IPM v

7 Tahapan Perhitungan IPM Kategori Peringkat Pembangunan Manusia BAB III INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA JAYAPURA Situasi Indikator Indikator Utama IPM Kota Jayapura Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata Rata Lama Sekolah Pengeluaran Riil Yang Disesuaikan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Jayapura Reduksi Shortfall.. 34 BAB IV ANALISA SOSIAL DEMOGRAFI KOTA JAYAPURA Indikator Kependudukan Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Laju Pertumbuhan Penduduk Rasio Jenis Kelamin Rata-rata Anggota Rumah Tangga Indikator Pendidikan Angka Melek Huruf Tingkat Pendidikan Indikator Ketenagakerjaan Angkatan Kerja Penduduk Bekerja. 45 vi

8 4.4. Indikator Perumahan Kualitas Rumah Tinggal Fasilitas Rumah Indikator Konsumsi Pengeluaran Penduduk menurut Jenis Komoditi 53 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN vii

9 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Indikator Komponen IPM 19 Tabel 3.1 Perkembangan IPM Kota Jayapura Tahun Hal viii

10 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 3.7 Gambar 3.8 DAFTAR GAMBAR Data Indeks Pembangunan Manusia di Papua... Model Penggunaan Alat Hubung Input dan Output..... Pendekatan dari Atas ke Bawah... Pendekatan dari Bawah Ke Atas Pendekatan Kombinasi Top Down dan Bottom up Pertumbuhan Penduduk Kota Jayapura... Perkembangan Angka Harapan Hidup Kota Jayapura Tahun Angka Harapan Hidup Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi Papua Tahun Pencapaian Angka Harapan Hidup Penduduk Kota Jayapura Tahun Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Jayapura Tahun Angka Melek Huruf Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi Papua Tahun Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah Kota Jayapura Tahun Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Propinsi Papua Tahun Pencapaian Rata-Rata Lama Sekolah Kota Jyapaura Tahun Hal ix

11 Gambar 3.9 Gambar 3.10 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Perkembangan PPP Kota Jayapura Tahun Pencapaian PPP Kota Jayapura Tahun Piramida Penduduk Kota Jayapura Tahun Penduduk Kota Jayapura Menurut Distrik Tahun Angka Melek Huruf Penduduk Kota Jayapura Menurut Kelompok Umur Tahun Sebaran Penduduk Kota Jayapura Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Tahun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kota Jayapura Tahun 2012 Penduduk Bekerja Menurut Kelompok Umur di Kota Jayapura Tahun Sebaran Lapangan Usaha Pada Penduduk yang Bekerja di Kota Jayapura Tahun 2011 dan Proporsi Luas Lantai Perkapita Kota Jayapura Tahun Proporsi Jenis Lantai, Jenis Dinding, dan Jenis Atap Rumah di Kota Jayapura Tahun Fasilitas Perumahan Kota Jayapura Tahun Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga Kota Jayapura Tahun x

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rancangan pembangunan manusia yang sesungguhnya adalah menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, dan bukan sebagai alat bagi pembangunan. Hal ini berbeda dengan konsep pembangunan yang memberikan perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi, pembangunan manusia memperkenalkan konsep yang lebih luas dan lebih komprehensif yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia di semua golongan masyarakat pada semua tahapan pembangunan. Pembangunan manusia juga merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat, dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya dan tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini tampaknya merupakan suatu kenyataan yang sederhana, namun seringkali terlupakan oleh kesibukan jangka pendek yang berorientasi pada halhal yang bersifat materi. 1

13 Paradigma pembangunan manusia mengandung 4 (empat) komponen utama : a. Produktifitas. Manusia harus berkemampuan untuk meningkatkan produktifitasnya dan berpatisipasi penuh dalam mencari penghasilan dan lapangan kerja. Oleh karena itu pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan manusia. b. Pemerataan. Setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapuskan. Sehingga semua orang dapat berpartisipasi dan mendapat keuntungan dari peluang yang sama. c. Keberlanjutan. Akses terhadap peluang/kesempatan harus tersedia bukan hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Semua sumber daya harus dapat diperbaharui. d. Pemberdayaan. Semua orang diharapkan berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan dalam proses aktifitasnya. Penyertaan konsep pembangunan manusia dalam kebijakan-kebijakan pembangunan sama sekali tidak berarti meninggalkan berbagai strategi pembangunan terdahulu, antara lain mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan dan mencegah perusakan lingkungan. Namun, perbedaannya adalah bahwa dari sudut pandang pembangunan manusia, semua tujuan tersebut diatas diletakkan dalam kerangka untuk memperluas pilihanpilihan bagi manusia. 2

14 Agar konsep pembangunan manusia dapat diterjemahkan ke dalam perumusan kebijakan, pembangunan manusia harus dapat dapat diukur dan dipantau dengan mudah. Human Development Report (HDR) global telah mengembangkan dan menyempurnakan pengukuran statistik dari pembangunan manusia yaitu berupa Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Adapun komponenkomponen dalam penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meliputi ; Lamanya Hidup (longevity), Pengetahuan/tingkat pendidikan (knowledge) dan Standar Hidup (decent living). Untuk memperoleh gambaran tentang pembangunan manusia di Kota Jayapura, maka disusunlah publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia (ASPM) Kota Jayapura tahun 2013, yang diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam penentuan kebijakan pembangunan di Kota Jayapura TUJUAN DAN SASARAN Tujuan dari penulisan ini adalah menyajikan data dan informasi tentang kondisi penduduk dan permasalahannya, sebagai dampak dari pembangunan yang telah dilaksanakan di Kota Jayapura. Selanjutnya diharapkan dapat menjadi masukan dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan pemberdayaan sumberdaya manusia di Kota Jayapura, termasuk penentuan sektor-sektor prioritas dalam pembangunan manusia. 3

15 Sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini meliputi : a. Teridentifikasinya kondisi beberapa variabel sektoral dalam pembangunan manusia, meliputi sektor-sektor: kesehatan, pendidikan dan ekonomi di Kota Jayapura. b. Memberikan gambaran permasalahan yang ada di bidang pembangunan manusia di Kota Jayapura. c. Diperolehnya gambaran tentang perkembangan ukuran pembangunan manusia (IPM) dan indikator-indikator sosial lainnya di Kota Jayapura. d. Terumuskannya implikasi masalah dan kebijakan untuk menangani berbagai masalah yang merupakan bagian dari perencanaan dan penanganan pembangunan manusia RUANG LINGKUP Lingkup Materi Ruang lingkup materi penulisan ini meliputi : Identifikasi kondisi variabel kunci dalam pengukuran besaran IPM yang meliputi ; lamanya hidup (longevity), pengetahuan (knowledge) dan standar hidup (decent living). Identifikasi permasalahan mendasar pada sektor-sektor kunci yang terkait dengan IPM, meliputi indikator kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Pengukuran besaran angka IPM Kota Jayapura. Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kota Jayapura. 4

16 Rumusan kebijakan dalam rangka pembangunan manusia berdasarkan besaran angka IPM yang diperoleh dan hasil analisis situasi pembangunan manusia di Kota Jayapura Lingkup Wilayah Lokasi penelitian mencakup wilayah di Kota Jayapura ISTILAH-ISTILAH YANG DIGUNAKAN (TERMINOLOGI) Indeks Pembangunan Manusia (IPM), indeks komposit yang disusun dari tiga indikator: lama hidup, pendidikan dan standar hidup. Indeks Harapan Hidup, salah satu dari komponen IPM. Nilai ini berkisar antara Indeks Pendidikan, Indeks ini didasarkan pada kombinasi antara angka melek huruf penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah. Indeks Daya Beli/Standar Hidup, didasarkan pada paritas daya beli (PPP) yang disesuaikan dengan rumus atkinson. Angka Harapan Hidup (eo), perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada pola mortalitas menurut umur. Angka Melek Huruf, proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. 5

17 Partisipasi Sekolah, proporsi dari keseluruhan penduduk dari berbagai kelompok usia tertentu (7-12, 13-15, dan 16-18) yang masih duduk di bangku sekolah) Rata-rata Lama Sekolah(RLS), menggambarkan lamanya penddidikan yang ditempuh, dapat disetarakan dengan jenjang pendidikan. Angka Partisipasi Murni(APM), adalah indicator yang digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk usia sekolah (PUS) yang bersekolah tepat waktu. Partisipasi Angkatan Kerja, menggambarkan persentase penduduk yang membutuhkan pekerjaan (aktif secara ekonomis) atau memberi gambaran seberapa besar keterlibatan penduduk dalam ekonomi produktif. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), adalah indicator yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengangguran terbuka di kalangan angkatan kerja Setengah Menganggur, menggambarkan tidak bekerja penuh yang dapat dilihat dari jam kerja, produktifitas dan pendapatan. Kontribusi Sektor perekonomian dalam Penyerapan Tenaga Kerja, adalah suatu indicator yang digunakan untuk mengetahui andil setiap sector dalam menyerap tenaga kerja. Persentase Penolong Persalinan, adalah suatu indicator yang digunakan untuk menggambarkan tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan tertutama berkaitan dengan pelayanan kesehatan reproduksi. Rata-rata Lama Sakit, adalah indikator yang menggambarkan tingkat intensitas penyakit yang diderita penduduk. Indikator ini juga menggambarkan 6

18 besarnya kerugian materiil yang dialami penduduk karena penyakit yang diderita. Semakin besar nilai indicator ini, semakin besar kerugian yang dialami. Angka Sakit, adalah indikator yang memberi gambaran prevalensi kesakitan (keluhan kesehatan) oleh masyarakat dan juga digunakan untuk melihat tingkat kesehatan penduduk suatu daerah. 7

19 BAB II DATA DAN METODOLOGI Perencanaan pada dasarnya merupakan suatu proses pengambilan keputusan, kualitas keputusan sangat tergantung kepada informasi yang mendasarinya. Oleh karena itu perencana pembangunan harus memberikan perhatian yang memadai terhadap masalah pengumpulan dan penyajian informasi untuk keperluan perencanaan. Walaupun demikian perlu diingat bahwa pengumpulan dan pengolahan data bukan merupakan tujuan akhir melainkan semata-mata sebagai sarana untuk menghasilkan keputusan yang lebih baik BASIS DATA PEMBANGUNAN MANUSIA Sumber Data Perencanaan pembangunan manusia perlu menyadari bahwa yang berguna bagi perencanaan dan pembuatan kebijakan hanyalah data atau informasi yang memberikan gambaran keadaan sebenarnya (represent reality). Oleh karena itu perlu dipahami secara memadai jenis pengumpulan data serta kualitas data yang dikumpulkan. Perencana pembangunan manusia juga harus dapat memanfaatkan secara optimal data yang relevan baik yang dikumpulkan melalui sensus dan survey maupun yang diperoleh dari instansi-instansi terkait terutama yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, angkatan kerja, keluarga berencana dan fertilitas, perumahan dan sanitasi, dan pengeluaran rumah tangga. 8

20 Informasi yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan manusia dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Perencana harus menyadari bahwa kedua jenis informasi tersebut saling melengkapi atau menunjang sehingga keduanya diperlukan untuk analisis, monitoring dan evaluasi yang lebih baik Data Indeks Pembangunan Manusia IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup (longetivity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). Sehingga untuk penyusunan IPM diperlukan data derajat kesehatan, pendidikan, dan daya beli masyarakat (gambar 2.1). Dalam penyusunan publikasi Indikator Pembangunan Manusia dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia di Kota Jayapura Tahun 2013 digunakan 9

21 tiga jenis data diatas diperoleh dari kegiatan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan setiap tahun oleh BPS. Survei tersebut merupakan kegiatan pengumpulan data yang mencakup berbagai aspek sosial dan ekonomi yang cukup kompleks. Susenas mengumpulkan berbagai informasi seperti kependudukan, kesehatan, fertilitas, pengeluaran rumah tangga, dan perumahan serta lingkungan PENDEKATAN IPM SEBAGAI PENUNJANG PEMBANGUNAN MANUSIA Salah satu alat ukur yang dianggap dapat merefleksikan status pembangunan manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). UNDP sejak tahun 1990 menggunakan IPM untuk mengukur laporan tahunan perkembangan pembangunan manusia Pendekatan Pemanfaatan IPM dalam Pembangunan Manusia Model sebagaimana pada gambar 2.2 dibawah menggambarkan mekanisme hubungan antara input-proses-output (IPO), dalam hal ini adalah kebijakan daerah berupa penetapan komposisi alokasi anggaran daerah per sektor / program dalam RAPBD. Sedangkan output dalam model ini diwujudkan dalam tiga parameter IPM. Dalam model ini, IPM sebagai index komposit, bukanlah berperan sebagai alat perencanaan (planning tools) tetapi merupakan outcome atau hasil dari suatu 10

22 proses perencanaan. Sekalipun IPM bukanlah sebagai alat perencanaan, namun dapat dimanfaatkan untuk menjadi arahan bagaimana anggaran pembangunan daerah seyogyanya dialokasikan agar mampu meningkatkan hasil pembangunan manusia yang tercermin dengan semakin tingginya IPM. Untuk menghubungkan antara faktor input (RAPBD) di satu sisi dan faktor output (tiga parameter IPM), dalam proses perencanaannya untuk model ini memerlukan sebuah alat dalam bentuk worksheet (lembar kerja) yang dengan mudah digunakan melalui pemanfaatan komputer dan perangkat lunaknya dalam bentuk program aplikasi. Gambar 2.2 Model Penggunaan Alat Penghubung Input dan Output 11

23 Implementasi model diatas dalam perencanaan pembangunan manusia, dapat diaplikasikan melalui tiga alternatif metode, yaitu : 1. Top down approach Pendekatan ini (lihat gambar 2.3), bertitik tolak dari target peningkatan IPM yang ditetapkan masing-masing daerah. Berangkat dari target tersebut kemudian disusunlah rancangan alokasi sektor-sektor APBD dengan menggunakan alat/instrument perencanaan dalam bentuk worksheet yang mudah digunakan dengan bantuan komputer. Dengan menggunakan worksheet ini rencana komposisi alokasi setiap sektor pembangunan dalam proses penyusunannya dapat diubah-ubah hingga angka IPM yang ditargetkan secara perhitungan dapat dicapai. Gambar 2.3 Pendekatan dari Atas ke Bawah (Top down approach) 12

24 2. Bottom up approach Pendekatan ini (gambar 2.4) berbanding terbalik dengan pendekatan yang pertama. Pemanfaatan IPM dalam perencanaan pembangunan daerah dengan pendekatan dari bawah (bottom up), berangkat dari target IPM yang ingin dicapai, tetapi dimulai dengan menetapkan komposisi rencana anggaran persektor/program sebagaimana yang selama ini dilakukan, kemudian baru dihitung berapa pengaruhnya terhadap kenaikan IPM. Gambar 2.4 Pendekatan dari Bawah ke Atas (Bottom-up approach) 3. Hybrid approach Pendekatan ini (gambar 2.5) merupakan kombinasi dari pendekatan pertama dan kedua, dimana dalam aplikasinya dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi IPM 13

25 yang ditargetkan dan sisi komposisi anggaran per sektor daerah yang dialokasikan. Keseimbangan antara dua sisi tersebut merupakan perencanaan yang realistis. Gambar 2.5 Pendekatan Kombinasi Top-down dan Bottom-up (Hybrid approach) Dalam proses pengembangan IPM dalam perencanaan pembangunan daerah, masih terbuka adanya berbagai masukan penyempurnaan. Upaya pemantapan model ini akan diteruskan melalui tahapan-tahapan rencana pengembangan, yang di pusat dilaksanakan Ditjen Bangda bekerjasama dengan BPS dan UNDP, sedangkan di daerah dikoordinasikan oleh BP3D. 14

26 Konsep Perhitungan IPM Salah satu alat ukur yang dianggap dapat merefleksikan status pembangunan manusia adalah index (HDI). IPM merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup (longetivity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). 1. Usia Hidup Pembangunan manusia harus lebih mengupayakan agar penduduk dapat mencapai usia hidup yang panjang dan sehat. Sebenarnya banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur usia hidup tetapi dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara global UNDP memilih indikator angka harapan hidup waktu lahir (life expectacy at birth) yang biasa dinotasikan dengan eo. Angka kematian bayi (MR) tidak digunakan untuk keperluan itu karena indikator itu dinilai tidak peka bagi negara-negara industri yang telah maju. Seperti halnya IMR, eo sebenarnya merefleksikan keseluruhan tingkat pembangunan dan bukan hanya bidang kesehatan. Di Indonesia eo dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup. Prosedur penghitungan eo yang diperoleh dengan metode tidak langsung merujuk pada keadaan 3-4 tahun dari tahun survei. 15

27 2. Pengetahuan Selain usia hidup, pengetahun juga diakui secara luas sebagai unsur mendasar dari pembangunan manusia. Dengan pertimbangan ketersediaan data, pengetahuan diukur dengan dua indikator yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Sebagai catatan UNDP dalam publikasi tahunan HDR sejak tahun 1995 mengganti rata-rata lama sekolah dengan partisipasi sekolah dasar, menengah dan tinggi sekalipun diakui bahwa indikator yang kedua diakui kurang sesuai sebagai indikator dampak. Penggantian dilakukan semata-mata karena sulitnya memperoleh data ratarata lama sekolah secara global, suatu kesulitan yang bagi keperluan internal Indonesia dapat diatasi dengan tersedianya data Susenas Kor atau data Instansional. Indikator angka melek huruf dapat diolah dari variabel kemampuan membaca dan menulis. Pengolahannya dapat dilakukan dengan menjumlahkan kasus berkode 1 (dapat membaca dan menulis) dan berkode 2 (dapat membaca dan menulis huruf lainnya). Kemudian membandingkannya dengan jumlah seluruh kasus Seperti halnya angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dihitung dengan pengolahan tabulasi data. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan dua variabel secara simultan, yaitu : tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani, dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Dari penghitungan dengan menggunakan pola hubungan antar variabel-variabel tersebut akan diperoleh data lama sekolah masing-masing ndividu yang kemudian digunakan sub 16

28 program MEANS dalam paket SPSS untuk menghitung rata-rata lama sekolah agregat. 3. Standar Hidup Layak Selain usia hidup, dan pengetahuan unsur dasar pembangunan manusia yang diakui secara luas adalah standar hidup layak. Banyak indikator alternatif yang dapat digunakan untuk mengukur unsur ini. Dengan mempertimbangkan ketersediaan data secara internasional UNDP, memilih GDP per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai indikator hidup layak. Berbeda dengan indikator untuk kedua unsur IPM lainnya, indikator standar hidup layak diakui sebagai indikator input, bukan indikator dampak, sehingga sebenarnya kurang sesuai sebagai unsur IPM. Walaupun demikian UNDP tetap mempertahankannya karena indikator lain yang sesuai tidak tersedia secara global. Selain itu, dipertahankannya indikator input juga merupakan argumen bahwa selain usia hidup dan pengetahuan masih banyak variabel input yang pantas diperhitungkan dalam perhitungan IPM. Dilemanya, memasukkan banyak variabel atau indikator akan menyebabkan indikator komposit menjadi tidak sederhana. Dengan alasan itu maka GDP riil perkapita yang telah disesuaikan dianggap mewakili indikator input IPM lainnya. Untuk keperluan perhitungan IPM data dasar PDRB perkapita tidak dapat digunakan untuk mengukur standar hidup layak karena bukan ukuran yang peka untuk mengukur daya beli penduduk (yang merupakan fokus IPM). Sebagai penggantinya digunakan konsumsi perkapita riil yang telah 17

29 disesuaikan untuk keperluan yang sama. Untuk menghitung konsumsi perkapita riil yang disesuaikan pertama dihitung terlebih dahulu daya beli untuk tiap unit barang atau Purchasing Power arity (PPP/unit). Perhitungan PPP/unit dilakukan sesuai rumus: Dimana E(I,j) : Pengeluaran untuk komoditi j di kabupaten/kota ke-i P(9,j) : Harga komoditi j Q(I,j) : Total komoditi j (unit) yang dikonsumsi di kota/kabupaten ke-i Kemudian nilai PPP/unit disesuaikan dengan Rumus Atkinson yang digunakan untuk penyesuaian rata-rata konsumsi riil, secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut: Dimana : D Z = Konsumsi perkapita riil yang telah disesuaikan dengan PPP/unit = Threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai batas kecukupan (biasanya menggunakan garis kemiskinan) 18

30 Tahapan Perhitungan IPM Beberapa tahapan dalam penghitungan IPM dapat dijelaskan sebagai berikut : Tahap pertama penghitungan IPM adalah menghitung indeks masing-masing komponen IPM (Indeks Harapan Hidup = X1, Pengetahuan= X2 dan Standar Hidup Layak = X3) Indeks (Xi) = (Xi Xmin)/(Xmaks Xmin) Dimana : Xi : Indikator komponen pembangunan manusia ke-i, i= 1,2,3 Xmin : Nilai minimum Xi Xmaks : Nilai Maksimum Xi Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Indikator Komponen IPM INDIKATOR NILAI MAKSIMUM NILAI MINIMUM CATATAN Angka Harapan Hidup Sesuai standar global (UNDP) Angka Melek Huruf Sesuai standar global (UNDP) Rata-rata Lama Sekolah 15 0 Sesuai standar global (UNDP) Komsumsi per kapita (1996) UNDP menggunakan GDP per Yang disesuaikan (1999) kapita riil yang disesuaikan Sumber: Manual Teknis Operasional Pengembangan dan Pemanfaatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam Perencanaan Pembangunan Manusia (BPS, Bappenasn, UNDP) 19

31 Tahapan kedua perhitungan IPM adalah menghitung rata-rata sederhana dari masing-masing indeks Xi dengan rumus: Indeks Pembangunan Manusia = 1/3 Xi = 1/3 ((X(1) + X(2) + X(3)) dimana : X(1) : Indeks Angka Harapan Hidup X(2) : 2/3 (Indeks Melek Huruf) + 1/3 (Indeks Rata-rata Lama Sekolah) X(3) : Indeks Konsumsi perkapita yang disesuaikan Tahap ketiga adalah menghitung Reduksi Shortfall, yang digunakan untuk mengukur kecepatan perkembangan nilai IPM dalam suatu kurun waktu tertentu. r = { (IPM t+n IPM t)/(ipm ideal IPM t) x 100 } 1/n Dimana: IPMt : IPM pada tahun t IPM t+n : IPM pada tahun t+n IPM ideal :

32 Kategori Peringkat Pembangunan Manusia Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada skala 0,0 100,0 dengan kategori sebagai berikut : Tinggi : IPM lebih dari 80,0 Menengah Atas : IPM antara 66,0 79,9 Menengah Bawah : IPM antara 50,0 65,9 Rendah : IPM kurang dari 50,0 21

33 BAB III INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KOTA JAYAPURA 3.1 SITUASI INDIKATOR-INDIKATOR UTAMA IPM KOTA JAYAPURA Angka Harapan Hidup (e0) Salah satu komponen dalam penyusunan angka IPM adalah Angka Harapan Hidup. Semakin tinggi Angka Harapan Hidup, memberikan indikasi semakin tinggi kualitas fisik penduduk suatu daerah. Angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura pada tahun 2012 adalah sebesar 68,77 tahun. Artinya, secara rata-rata penduduk Kota Jayapura 22

34 diharapkan dapat hidup hingga usia 68 tahun 8 bulan. Diagram garis pada gambar 3.1 menunjukkan adanya peningkatan angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura dari tahun 2008 sampai dengan tahun Peningkatan tersebut menggambarkan bahwa kualitas fisik penduduk Kota Jayapura dari tahun ke tahun semakin meningkat. Angka harapan hidup erat kaitannya dengan keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan sehingga peningkatan angka harapan hidup merupakan indikasi yang positif bahwa pembangunan di sektor kesehatan di Kota Jayapura dari tahun ke tahun memberikan dampak yang positif bagi penduduk Kota Jayapura. Untuk lebih memacu upaya pemerintah Kota Jayapura dalam meningkatkan angka harapan hidup penduduknya, perlu diamati kedudukan Kota Jayapura dibanding dengan Kabupaten lainnya di Provinsi Papua dalam hal pencapaian angka harapan hidup. Pada gambar 3.2 terlihat bahwa angka harapan hidup penduduk Kabupaten Mimika sebesar 70,87 tahun lebih besar 2,1 tahun dari angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan di sektor kesehatan di Kota Jayapura tidak lebih baik daripada Kabupaten Mimika. Berdasarkan hal tersebut, terindikasi bahwa pemerintah Kota Jayapura perlu mengadakan kajian bersama atau studi banding ke Kabupaten/Kota lainnya yang telah berhasil mencapai angka harapan hidup yang lebih tinggi di banding Kota Jayapura. Upaya tersebut bertujuan agar penduduk Kota Jayapura dapat lebih mencapai usia hidup yang panjang dan sehat. 23

35 Untuk dapat melihat sejauh mana capaian angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura terhadap standar global menurut UNDP, dapat dilihat pada gambar 3.3. UNDP mematok Standar global untuk angka harapan hidup penduduk adalah 85 tahun. Artinya, UNDP memasang target kualitas fisik penduduk sehingga secara rata-rata dapat bertahan hidup sampai usia 85 tahun. Dengan angka harapan hidup penduduk Kota Jayapura tahun 2012 sebesar 68,77 berarti nilai indeks pencapaian terhadap standar global adalah sebesar 72,95 persen. Jika dilihat perkembangan indeks pencapaian angka harapan hidup terhadap standar global dari tahun 2008 hingga tahun 2012, terjadi peningkatan 24

36 secara rata-rata sebesar 0,22 persen per tahun. Hal ini berarti terjadi peningkatan kinerja yang positif bagi pemerintah daerah khususnya di bidang kesehatan. Sehingga, untuk dapat lebih cepat mencapai sumber daya manusia yang berkualitas dari segi kesehatan dirasa perlu adanya pemerataan pembangunan manusia di bidang kesehatan. Misalnya, dengan meningkatan kualitas fasilitas kesehatan di daerah-daerah yang fasilitas kesehatannya masih kurang memadai seperti di Distrik Muara Tami dan kampung-kampung yang jarak jangkauan terhadap fasilitas kesehatannya masih terbilang jauh. Namun, jika dibandingkan dengan indikator lain, pencapaian angka harapan hidup terhadap standar global UNDP dari tahun ke tahun merupakan pencapaian yang paling lambat. 25

37 3.1.2 Angka Melek Huruf Unsur utama IPM adalah indikator pendidikan yang terdiri dari angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Angka melek huruf dalam unsur IPM menunjukkan kemampuan membaca dan menulis penduduk usia 15 tahun keatas. Kemampuan ini dikaji karena kemampuan membaca dan menulis dipandang sebagai kemampuan dasar minimal yang harus dimiliki oleh setiap individu, agar paling tidak memiliki peluang untuk terlibat dan berpartisipasi dalam pembangunan. Capaian angka melek huruf di Kota Jayapura cukup tinggi, pada tahun 2012 angka melek huruf Kota Jayapura adalah sebesar 99,84 persen atau hanya 0,16 persen penduduk usia 15 tahun ke atas yang mengalami buta huruf. Tingginya angka melek huruf di Kota Jayapura adalah output dari keberhasilan pembangunan di sektor pendidikan. 26

38 Dari gambar 3.4 terlihat terjadi peningkatan angka melek huruf dari tahun ke tahun. Terjadi peningkatan sebanyak 0,76 persen dari tahun 2008 hingga tahun Dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,18 persen per tahun. terlihat bahwa angka melek huruf di Kota Jayapura menduduki posisi pertama diantara Kabupaten lainnya di Provinsi Papua. Dalam hal ini pemerintah Kota Jayapura cukup menjaga kesinambungan keberhasilan program pengentasan buta aksara dengan memberikan prioritas dan pemantauan secara terus menerus sehingga penduduk Kota Jayapura bebas buta huruf terutama untuk usia penduduk tahun. 27

39 3.1.3 Rata-Rata Lama Sekolah Unsur kedua indikator pendidikan dalam penghitungan IPM adalah ratarata lama sekolah. Unsur ini digunakan untuk mengidentifikasi jenjang kelulusan pendidikan penduduk suatu daerah. Pada tahun 2012 angka rata-rata lama sekolah di Kota Jayapura sebesar 11,06 tahun atau hanya naik sebesar 0.03 tahun dibanding tahun Angka rata-rata lama sekolah sebesar 11,06 diartikan bahwa rata-rata penduduk di Kota Jayapura telah mengenyam pendidikan hingga kelas 2 SMU/Sederajat. Angka ini juga mengindikasikan bahwa pemerintah Kota Jayapura telah berhasil menuntaskan program wajib belajar 9 Tahun. 28

40 Sama kondisinya dengan capaian angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah di Kota Jayapura menduduki peringkat pertama diantara Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Papua. Berdasarkan informasi pada gambar 3.7 dapat ditarik kesimpulan bahwa hanya terdapat 4 Kabupaten/Kota yang telah berhasil dalam program pendidikan wajib belajar 9 tahun. Kabupaten/Kota yang dimaksud antara lain Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Merauke, dan Biak Numfor. Untuk dapat melihat sejauh mana capaian angka rata-rata lama sekolah terhadap standar global yang telah ditetapkan oleh UNDP dapat dilihat pada gambar

41 Standar global yang ditetapkan oleh UNDP untuk rata-rata lama sekolah adalah 15 tahun atau setara dengan tingkat diploma 3 pada jenjang perguruan tinggi. Pada tahun 2012, pencapaian angka rata-rata lama sekolah Kota Jayapura terhadap standar global UNDP adalah sebesar 73,73 persen atau naik 0,2 persen dibanding tahun Secara rata-rata, selama 5 tahun terakhir peningkatan indeks pencapaian rata-rata lama sekolah sebesar 0,33 persen per tahun. Tingginya indikator pendidikan di Kota Jayapura dapat dipertahankan jika pemerintah tetap serius dalam menangani program pembangunan di sektor pendidikan, dan pembangunan di sektor penunjangnya yaitu sektor kesehatan dan ekonomi. 30

42 3.1.4 Pengeluaran Riil Yang disesuaikan Unsur ketiga dalam IPM adalah indikator standar hidup layak yang diwakili oleh Purchasing Power Parity (PPP) atau paritas daya beli masyarakat. Paritas daya beli dihitung dengan menggunaka rumus Atkinson. Pada tahun 2012 daya beli penduduk untuk memenuhi standar hidup yang layak sebesar Rp ,-. Kemampuan daya beli masyarakat Kota Jayapura mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Nilai perkembangan PPP 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar 3.9. Untuk memahami unsur daya beli ini sebagai indikator standar hidup layak, maka dibuatlah indeks dimana cara penghitungannya telah dijelaskan pada 31

43 bab sebelumnya. Hasil perhitungan indeks daya beli pada tahun 2012 adalah sebesar 65,82 persen. Hal ini berarti dari segi kemampuan daya beli, secara ratarata penduduk Kota Jayapura hanya mampu untuk mencukupi 65,82 persen kebutuhan hidup layak. Ilustrasi pencapaian kemampuan daya beli masyarakat Kota Jayapura terhadap standard hidup layak menurut UNDP dapat dilihat pada gambar Belum maksimalnya kemampuan penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan hal yang perlu direnungkan faktor-faktor penyebabnya yaitu apakah dari segi jumlah persediaan barang/jasa yang lebih kecil dari jumlah yang 32

44 dibutuhkan oleh para pengguna barang/jasa tersebut, dari segi rendahnya tingkat kemampuan penduduk untuk memproduksi barang/jasa yang dibutuhkannya, dari segi lambatnya peningkatan pendapatan penduduk, atau faktor lainnya. Sehingga, pemerintah perlu lebih memfokuskan terhadap program-program pembangunan khususnya program pembangunan yang mendukung peningkatan pembangunan ekonomi baik dari segi laju pertumbuhannya maupun pemerataan hasilnya khususnya di sektor usaha yang memberdayakan masyarakat. 3.2 INDEKS KOMPOSIT : INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA JAYAPURA Dari ketiga unsur utama setelah dihitung indeksnya dan digabungkan dengan rumus tertentu akan diperoleh angka IPM. Perkembangan angka IPM, memberikan indikasi peningkatan atau penurunan kinerja pembangunan manusia pada suatu daerah. Dari agregat ketiga indikator tunggal penyusun IPM Kota Jayapura yang telah dibahas sebelumnya diperoleh angka IPM Kota Jayapura pada tahun 2012 sebesar 76,64. IPM tahun 2012 terdiri dari indeks kesehatan (e0) yaitu sebesar 72,95; indeks pendidikan (gabungan angka melek huruf dan rata-rata pendidikan) sebesar 91,14 dan indeks decent living(ppp) sebesar 65,82. Dari ketiga indeks yang menyusun IPM terlihat bahwa indeks pendidikan adalah indeks yang paling menonjol, hal ini berarti untuk menaikkan angka IPM Kota Jayapura, pemerintah Kota Jayapura sebaiknya lebih memprioritaskan terhadap program kesehatan dan program di bidang ekonomi. 33

45 Pencapaian angka IPM pada tahun 2012 bila dibandingkan dengan capaian tahun 2011 yaitu sebesar 76,29 bertambah 0,35 point. Peningkatan tersebut menunjukkan keberhasilan pemerintah Kota Jayapura dalam perencanaan pembangunan pada tahun-tahun sebelumnya. Berikut tabel perkembangan IPM di Kota Jayapura dari tahun Tabel 3.1 Perkembangan IPM Kota Jayapura Tahun Komponen IPM (1) (3) (4) (5) 1. Angka Harapan Hidup (Tahun) 2. Melek Huruf (%) 3. Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 4. Pengeluaran Riil yang Disesuaikan 68,46 99, ,61 99,83 11, ,77 99,84 11, IPM 75,76 76,29 76,64 Dengan capaian IPM 76.64, maka Kota Jayapura menurut Konsep Pembangunan Manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan Bangsa- Bangsa(PBB) berkategori kinerja pembangunan manusia Menengah Atas yaitu capaian IPM di antara REDUKSI SHORTFALL Reduksi shortfall digunakan untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu. Reduksi shortfall per tahun (annual reduction in 34

46 shortfall) menunjukkan perbandingan antara pencapaian yang telah ditempuh dengan capaian yang masih harus ditempuh untuk mencapai titik ideal (IPM=100). Selama periode , reduksi shortfall menunjukkan angka 1,47. Hal ini berarti bahwa pembangunan manusia pada tahun 2012 telah memperpendek jarak tempuh IPM tahun lalu menuju IPM Ideal sebanyak 1,47 persen. 35

47 BAB IV ANALISA SOSIAL DEMOGRAFI KOTA JAYAPURA 4.1 Indikator Kependudukan Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat dominan. Penduduk tidak saja berperan sebagai pelaksana pembangunan tetapi juga menjadi sasaran pembangunan. Oleh sebab itu, perkembangan penduduk harus diarahkan pada peningkatan kualitas, pengendalian kuantitas serta pengarahan mobilitasnya mempunyai ciri dan karakteristik yang menunjang tercapainya keberhasilan pembangunan yaitu meningkatkan kesejahteraan penduduk Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Jumlah penduduk Kota Jayapura tahun 2012 berdasarkan hasil proyeksi BPS Kota Jayapura sebanyak jiwa, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan total jumlah rumah tangga sebanyak rumah tangga. Pada gambar 4.1 terlihat bahwa sebaran penduduk paling banyak terdapat pada kelompok umur tahun sebanyak jiwa. Kelompok usia tahun merupakan kelompok usia produktif untuk bekerja dan sekolah, sehingga wajar sebagai ibukota propinsi Kota Jayapura memiliki daya tarik bagi kelompok usia ini untuk mencari pekerjaan dan melanjutkan sekolah di jenjang perguruan tinggi. Selain itu, dapat dianalisa pula angka ketergantungan (Dependency Ratio) Kota Jayapura yaitu sebesar 44,17 yang artinya, secara rata- 36

48 rata untuk setiap 100 penduduk usia tidak produktif (kurang dari 15 tahun dan lebih dari 65 tahun) terdapat 44 penduduk usia produktif ( tahun). Atau dengan kata lain, secara rata-rata 1 orang penduduk usia produktif menanggung 2 orang penduduk usia tidak produktif. Angka ini dapat memberikan informasi potensi penduduk secara kuantitatif bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Gambaran distribusi penduduk pada setiap distrik di Kota Jayapura dapat dilihat pada gambar 4.2. Jumlah penduduk terbanyak berada di Distrik Abepura ( jiwa) kemudian diikuti Distrik Jayapura Selatan ( jiwa). Sedangkan jumlah penduduk terkecil ada di Distrik Muara Tami ( jiwa). 37

49 4.1.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Laju pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk yang terjadi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang dinyatakan dengan persentase. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk adalah rata-rata besarnya perubahan jumla penduduk yang terjadi setiap tahunnya yang dinyatakan dengan persentase. Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk digunakan rumus sebagai berikut: 38

50 Dimana: Pn : Jumlah penduduk pada tahun ke-n Po : Jumlah penduduk pada tahun dasar n : Jumlah tahun antara tahun dasar dan tahun ke-n r : Laju pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun Laju pertumbuhan penduduk per tahun selama kurun waktu yaitu sebesar 2,98 persen. Artinya bahwa selama 5 tahun terakhir secara rata-rata penduduk Kota Jayapura bertambah sebesar 2,98 persen per tahun Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan jenis kelamin. Rasio ini merupakan perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan di suatu daerah dalam waktu tertentu. Rumus yang digunakan adalah : Sex Ratio = Jumlah Penduduk Laki-laki Jumlah Penduduk Perempuan X 100 Rasio jenis kelamin Kota Jayapura tahun 2012 yaitu 112,04 yang artinya pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat 112penduduk laki-laki atau pada setiap 10 perempuan terdapat 11 orang laki-laki. 39

51 4.1.4 Rata-rata Anggota Rumah Tangga Rata-rata anggota rumah tangga merupakan suatu indikator untuk menunjukkan rata-rata muatan suatu rumah tangga. Angka ini dapat digunakan sebagai acuan apakah keluarga di suatu daerah masih merupakan keluarga besar atau sudah merupakan keluarga kecil. Angka rata-rata anggota rumah tangga ini diperoleh dengan membandingkan jumlah penduduk dengan banyaknya rumah tangga. Rumus yang digunakan adalah: Rata-rata ART = Banyaknya Penduduk Banyaknya Rumah Tangga Jumlah rumah tangga di Kota Jayapura tahun 2012 sebanyak rumah tangga dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebesar 4,24 jiwa. Artinya, secara rata-rata terdapat 4 sampai dengan 5 anggota rumah tangga pada setiap rumah tangga di Kota Jayapura tahun

52 4.2. INDIKATOR PENDIDIKAN Angka Melek Huruf Salah satu keberhasilan pendidikan adalah bertambahnya angka melek huruf. Angka melek huruf merupakan bagian dari indikator kemampuan penduduk untuk berkomunikasi secara tertulis. Kemampuan baca tulis merupakan pengetahuan minimum yang dibutuhkan untuk mencapai hidup sejahtera. Bahasan pada sub bab ini merupakan materi yang memperkuat analisis indikator angka melek huruf. Dihubungkan pula dengan tujuan MDG s maka dalam sub bab ini akan membahas angka melek huruf pada penduduk berusia sepuluh tahun. Terkait dengan pencapaian pendidikan, angka melek huruf khususnya untuk penduduk berusia tahun merupakan salah satu indikator berhasil tidaknya program pendidikan. Pemerintah mematok angka pencapaian sebesar 95 persen 41

53 untuk angka melek huruf. Berdasarkan gambar 4.3 terlihat bahwa Angka melek huruf sudah lebih dari 95 persen pada semua kelompok usia. Bahkan, 100 persen penduduk pada kelompok umur tahun telah memiliki kemampuan baca dan tulis. Namun, pada kelompok umur tahun masih terdapat sekitar 0,9 persen penduduk yang belum memiliki kemampuan membaca dan menulis. Jika digabungkan, angka melek huruf penduduk Kota Jayapura pada kelompok umur tahun adalah sebesar 99,5 persen. Dapat disimpulkan bahwa target pemerintah untuk angka melek huruf di Kota jayapura telah tercapai mengingat target yang dipatok pemerintah adalah 95 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan di bidang pendidikan dirasa cukup berhasil. Namun, pemerintah daerah juga perlu meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan dengan harapan dapat tercapainya kualitas sumber daya manusia yang optimal di Kota Jayapura Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka seseorang akan dapat lebih mudah mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan menyerap kemajuan teknologi. Sebagai sumber daya manusia yang berkualitas, maka tamatan pendidikan tinggi diharapkan akan meningkatkan produktifitasnya sebagai tenaga kerja. Selanjutnya peningkatan produktifitas seseorang dalam bekerja dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Masih berhubungan dengan hasil rata-rata lama sekolah, indikator yang menunjukkan adanya peningkatan 42

54 rata-rata lama sekolah adalah persentase penduduk yang berijazah SMU ke atas. Persentase pemilikan ijazah tertinggi minimal SMU/sedarajat pada tahun 2012 adalah 61,94 persen. Gambaran mengenai distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan, dapat dilihat pada gambar INDIKATOR KETENAGAKERJAAN Angkatan Kerja Kajian mengenai ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting sebab bekerja tidak hanya berarti untuk mencapai kepuasan individu, tetapi juga untuk memenuhi perekonomian rumah tangga dan kesejahteraan seluruh masyarakat. Selain itu, ketenagakerjaan juga merupakan aspek mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Dimensi ekonomi menjelaskan kebutuhan manusia akan pekerjaan berkaitan dengan 43

55 pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan dimensi sosial dari pekerjaan berkaitan dengan pengakuan masyarakat terhadap kemampuan individu. Setiap upaya pembangunan kemudian selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan berusaha, sehingga penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan. Salah satu sasaran pembangunan adalah terciptanya lapangan kerja baru dan mengurangi jumlah pengangguran. Gambar 4.5 menunjukkan bahwa pada tahun 2012 jumlah penduduk yang sudah aktif dalam perekonomian (angkatan kerja) adalah 60,38% penduduk usia kerja. Persentase tersebut merupakan ukuran tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) yang menunjukkan bahwa penawaran tenaga kerja di pasar tenaga kerja Kota Jayapura cukup besar sehingga harus diimbangi dengan permintaan tenaga kerja yang besar pula agar angka pengangguran dapat lebih ditekan. Jika 44

56 dianalisa menurut jenis kelamin, TPAK laki-laki lebih besar dibandingkan dengan TPAK perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi kuantitas, Kota Jayapura memiliki potensi angkatan kerja laki-laki yang cukup banyak, sehingga diperlukan adanya peningkatan kualitas agar mampu lebih produktif dalam mengisi pasarpasar tenaga kerja Penduduk Bekerja Bila dibedakan menurut golongan umur pada tahun 2012, penduduk yang bekerja pada umumnya berumur tahun yang merupakan usia prima (prime age) yaitu sejumlah 83,7 persen dari penduduk bekerja. Pada tahun 2012, penduduk yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan, sosial, perorangan sebanyak 37,9 persen naik 6,4 persen jika dibandingkan 45

57 dengan tahun Sementara itu sebanyak 26,8 persen penduduk bekerja di sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi. Penduduk yang bekerja di sektor ini naik sekitar 1 persen jika dibandingkan perentasenya pada tahun Meningkatnya angka pekerja di beberapa sektor pada tahun 2012 dan menurunnya angka pengangguran dibanding kondisi tahun 2011 mengindikasikan bahwa sektor- sektor ini merupakan sektor yang dapat menjadi salah satu solusi untuk menurunkan angka pengangguran. Persentase pekerja ditinjau menurut lapangan pekerjaan seperti dilihat pada gambar 4.7 menunjukkan bahwa distribusi sektor penduduk bekerja di Kota Jayapura bertumpu pada kesempatan kerja di sektor jasa, perdagangan, angkutan dengan nilai proporsi lebih dari 75 persen. Mengingat Kota Jayapura 46

58 sebagai ibukota Propinsi Papua juga sebagai pusat pemerintahan dan kegiatan ekonomi, sektor-sektor tersebut memberikan peluang terbesar diantara sektorsektor yang ada untuk menyerap tenaga kerja baik laki-laki maupun perempuan. 4.4 INDIKATOR PERUMAHAN Menurut perencanaan program dan dampaknya, indikator kesehatan dapat dibagi menjadi tiga kelompok umum yaitu upaya perbaikan kesehatan, status kesehatan dan penunjang. Indikator penunjang diantaranya adalah perumahan dan lingkungan. Rumah dikategorikan sebagai bagian dari kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia selain sandang dan pangan. Pada saat ini rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung tetapi fungsinya sebagai tempat tinggal lebih menonjol. Bahkan menurut Jatman (1948:170) rumah sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan status simbol dan juga menunjukkan identitas pemiliknya. Secara umum kualitas rumah tinggal ditentukan oleh kualitas bahan bangunan yang digunakan, yang secara nyata mencerminkan tingkat kesejahteraan penghuninya. Karena itu, aspek kesehatan dan kenyamanan dan bahkan estetika bagi sekelompok masyarakat tertentu sangat menentukan dalam pemilihan rumah tinggal dan ini berkaitan dengan tingkat kesejahteraan bagi penghuninya. Selain kualitas rumah tinggal, tingkat kesejahteraan juga dapat digambarkan dari fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kualitas perumahan yang baik dan penggunaan fasilitas perumahan yang memadai akan memberikan kenyamanan bagi penghuninya. 47

59 4.4.1 Kualitas Rumah Tinggal Rumah yang sehat dan nyaman adalah rumah yang relatif luas. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan rumah tangga maka semakin luas rumah yang ditempati. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), salah satu kriteria rumah sehat adalah rumah yang memiliki luas lantai minimal 10 m 2 perkapita. Hal ini ditunjukkan dalam hasil Susenas 2012 dimana sebanyak 54,3 persen luas lantai perkapita rumah-rumah di Kota Jayapura telah memenuhi syarat rumah sehat. Sementara itu sebanyak 45,7 persen luas lantai perkapita rumah-rumah di Kota Jayapura belum memenuhi syarat rumah sehat yaitu luas lantai per kapitanya masih kurang dari 10 m 2. Sempitnya rumah yang didiami oleh sebagian besar penduduk Kota Jayapura dapat menimbulkan ketidaknyamanan maupun menurunkan derajat kesehatan penghuninya yang kemudian pada akhirnya dapat menurunkan tingkat kesejahteraan penduduk. 48

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA (ASPM) KOTA JAYAPURA 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA (ASPM) KOTA JAYAPURA 2014 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA (ASPM) KOTA JAYAPURA 2014 Nomor Katalog / Catalog Number : 1164.9471 Nomor Publikasi / Publication Number :9471.1303 Ukuran Buku

Lebih terperinci

jayapurakota.bps.go.id

jayapurakota.bps.go.id INDEKS PEMBANGUNGAN MANUSIA DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA TAHUN 2015/2016 ISSN: Nomor Katalog : 2303003.9471 Nomor Publikasi : 9471.1616 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah : : 16,5

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Informasi statistik merupakan salah satu bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan perencanaan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 Nomor ISBN : Ukuran Buku : 6,5 x 8,5 inchi Jumlah Halaman : vii + 38 Halaman Naskah Penanggung

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER IPM (INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA) KABUPATEN PASER TAHUN 2011 Pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Paser pada kurun 2007 2011 terus mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

IPM. dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Yahukimo Badan Pusat Statistik Kabupaten Yahukimo

IPM. dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Yahukimo Badan Pusat Statistik Kabupaten Yahukimo IPM dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Yahukimo 2013 Badan Pusat Statistik Kabupaten Yahukimo IPM dan Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Yahukimo Tahun 2013 Nomor Katalog / Catalog

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

2.1. Konsep dan Definisi

2.1. Konsep dan Definisi 2.1. Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir (0 tahun) yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Angka Kematian Bayi (AKB) Banyaknya kematian bayi

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.7 April 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERIODE 2007-2011 H. Syamsuddin. HM ABSTRACT

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia Kuliah Pengantar: Indeks Pembangunan Sub Bidang Pembangunan Perdesaan Di Program Studi Arsitektur, ITB Wiwik D Pratiwi, PhD Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan, khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 4103.1409 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA) KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 No. Katalog : 4103.1409 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah Gambar Kulit dan Setting Diterbitkan Oleh Kerjasama

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

Human Development Index ( HDI ) Salah Satu Indikator Yang Populer Untuk Mengukur Kinerja Pembangunan Manusia

Human Development Index ( HDI ) Salah Satu Indikator Yang Populer Untuk Mengukur Kinerja Pembangunan Manusia Human Development Index ( HDI ) Salah Satu Indikator Yang Populer Untuk Mengukur Kinerja Pembangunan Manusia M. Faqihudin Progdi Manajemen FE. UPS Tegal m.faqihudin@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang telah

BAB II STUDI PUSTAKA. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang telah BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pengertian Indeks Pembangunan manusia Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang telah dikembangkan oleh United Nations for Develpment Program

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

HUMAN DEVELOPMENT INDEX

HUMAN DEVELOPMENT INDEX HUMAN DEVELOPMENT INDEX Oleh : 1. ITRA MUSTIKA (135030201111117) 2. YUSRIN RIZQI FARADITA (135030201111119) 3. DINAR DWI PURNAMASARI (135030201111135) 4. ERVINGKA RAHMA Y.S (135030207111101) Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 No Publikasi : 76042.1202 Katalog BPS : 2302003.7604 Ukuran

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya beli masyarakat berkaitan erat dengan pendapatan perkapita, Sedangkan pendapatan perkapita dipengaruhi oleh penyediaan lapangan kerja dan distribusi pendapatan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN SORONG TAHUN 2010 Nomor Publikasi : 9107.11.03 Katalog BPS : 1413.9107 Ukuran Buku : 16,5 x 21,5 cm Jumlah Halaman : v rumawi + 111 halaman Naskah : Seksi Statistik

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013 BPS KABUPATEN WONOSBO Visi: Pelopor Data Statistik Terpercaya Untuk Semua Nilai-nilai Inti BPS: Profesional Integritas Amanah Pelopor Data Statistik

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN 4.1 Pendidikan di Banten Pemerintah Provinsi Banten sejauh ini berupaya melakukan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Regresi Hubungan antara variabel terikat Y dengan variabel bebas biasanya dilukiskan dalam sebuah garis, yang disebut dengan garis regresi. Garis regresi ada yang berbentuk

Lebih terperinci

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah BAB. 3 AKUNTABILITAS KINERJA A. PENGUATAN IMPLEMENTASI SAKIP PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai rencana strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara yang berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN RAJA AMPAT

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN RAJA AMPAT INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN RAJA AMPAT 2011 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN RAJA AMPAT 2011 Nomor Katalog / Catalog Number : 4102002.9108 Nomor Publikasi / Publication Numbe r : 91080.12.28

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2012 Nomor ISSN : 2089-1660 Nomor Publikasi : 91300.13.04 Katalog BPS : 4102002.91 Ukuran Buku : 16,5 x 21,5 cm Jumlah Halaman : xviii + 109 Naskah

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG. I n d e k s P e m b a n g u n a n M a n u s i a K a b u p a t e n B a n y u w a n g i

1.1 LATAR BELAKANG. I n d e k s P e m b a n g u n a n M a n u s i a K a b u p a t e n B a n y u w a n g i BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dari berbagai indikator makro ekonomi dan sosial yang kerap digunakan sebagai alat ukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan di suatu daerah, implementasinya terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis Pembangunan Manusia Kota Bandung Tahun 2014 ini dapat terselesaikan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Indeks Pembangunan Manusia Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDG s), yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDG s), yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di negara berkembang seperti Indonesia, peranan sumber daya manusia mengambil tempat yang sentral, khususnya dalam setiap pencapaian pembangunan ekonomi, di

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012 Nomor Publikasi : 3279.1103 Katalog BPS : 4102002.3279 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 16,5 cm x 21,5 cm : ix rumawi + 117 halaman Naskah : Seksi Statistik

Lebih terperinci

KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2012

KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2012 pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 4102002.1118 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PIDIE JAYA KATA SAMBUTAN Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pidie Jaya ini disusun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas Latar belakang Kabupaten Gunung Mas merupakan salah satu

Lebih terperinci

Kata Sambutan. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kata Sambutan. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bupati Bandung Kata Sambutan Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ungkapan syukur kehadirat Illahi Rabbi, atas limpahan rahmat dan hidayah-nya kita masih diberi kesempatan untuk membangun Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MANOKWARI TAHUN 2013 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 9105.1104 No. Katalog BPS/Catalogue Number: 1101001.9105 Ukuran Buku/Book Size : 16,5 cm x 21,5 cm Jumlah

Lebih terperinci

Lokasi: Dermaga Desa Kota Batu, Kec.Warkuk Ranau Selatan. suatu paradigma yang menempatkan manusia sebagai titik

Lokasi: Dermaga Desa Kota Batu, Kec.Warkuk Ranau Selatan. suatu paradigma yang menempatkan manusia sebagai titik LATAR BELAKANG Pembangunan manusia merupakan perwujudan jangka panjang dari masyarakat itu sendiri, yaitu meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan 1 Lokasi:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2007-2008 ISBN : Nomor Publikasi : Katalog : Ukuran buku Jumlah halaman : 17.6 x 25 cm : x + 100 halaman Naskah : Sub Direktorat Konsistensi Statistik Diterbitkan oleh : Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara sederhana pembangunan dapat dimaknai sebagai usaha atau proses untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam pelaksanaannya, pembangunan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor penentu maju tidaknya suatu bangsa, bagaimana tingkat pendidikan suatu generasi akan sangat menentukan untuk kemajuan suatu bangsa kedepannya.

Lebih terperinci

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah BADAN PUSAT STATISTIK Kabupaten Bandung Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Soreang, 1 Oktober 2015 Ir. R. Basworo Wahyu Utomo Kepala BPS Kabupaten Bandung Data adalah informasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Jalur Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi. Kemiskinan merupakan persoalan kompleks yang terkait dengan berbagai dimensi yakni sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang dinamis dalam mengubah dan meningkatkan kesehjateraan masyarakat. Ada tiga indikator keberhasilan suatu pembangunan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu proses prioritas pembangunan nasional sebagaimana dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) 2005-2009 yakni di bidang sumber daya

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Jayapura, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Jayapura. Mukhlis M. Sotting, B.St

Sekapur Sirih. Jayapura, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Jayapura. Mukhlis M. Sotting, B.St Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam V. GAMBARAN UMUM Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam penelitian ini dimaksudkan agar diketahui kondisi awal dan pola prilaku masingmasing variabel di provinsi yang berbeda maupun

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG PENGELUARAN PEMERINTAH DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

KAJIAN TENTANG PENGELUARAN PEMERINTAH DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR KAJIAN TENTANG PENGELUARAN PEMERINTAH DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR Baiq Kisnawati 1), Irianto 2) 1,2) Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii v viii I. PENDAHULUAN 1 7 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rasional 4 1.3. Perumusan Masalah 5 1.4. Tujuan dan Manfaat Studi 5 1.4.1.

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Katalog BPS: 4102002.7604 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Human Development Index of Mamuju Regency 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Mamuju

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI Konsep dan Definisi. Angka Harapan Hidup 0 [AHHo]

BAB II METODOLOGI Konsep dan Definisi. Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] BAB II METODOLOGI 2.1. Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir (0 tahun) yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Angka Kematian Bayi (AKB) Banyaknya

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJARMASIN (Analisis Deskriptif) Human Development Index Of Banjarmasin

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJARMASIN (Analisis Deskriptif) Human Development Index Of Banjarmasin Lampiran INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJARMASIN (Analisis Deskriptif) Human Development Index Of Banjarmasin 2013 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJARMASIN 2013 (Analisis Deskriptif) Human Development

Lebih terperinci

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014 GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN 2013 Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014 Statistik Dasar UU NO. 16 TAHUN 1997 (TENTANG STATISTIK) Statistik yang pemanfaatannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjuan Penelitian Terdahulu Suliswanto (2010), Melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDRB) Dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Angka Kemiskinan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014

DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014 DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014 ISSN : No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iii + 20 halaman Naskah: Penanggung Jawab Umum : Sindai M.O Sea, SE Penulis

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau pencapaian visi dan misi walikota dan wakil walikota pada akhir periode masa jabatan, maka ditetapkanlah beberapa indikator

Lebih terperinci

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0) Lampiran 1. Penjelasan Singkat Mengenai IPM dan MDGs I. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 1 Sejak 1990, Indeks Pembangunan Manusia -IPM (Human Development Index - HDI) mengartikan definisi kesejahteraan secara

Lebih terperinci

Indikator Pembangunan. Pengantar Ekonomi Pembangunan

Indikator Pembangunan. Pengantar Ekonomi Pembangunan Indikator Pembangunan Pengantar Ekonomi Pembangunan Sub Pokok bahasan pertemuan ke-2 Perlunya Indikator Pembangunan Indikator Moneter Indikator Sosial Kelemahan Indikator pendapatan per kapita Indikator

Lebih terperinci

Beberapa prinsip dasar dalam penyusunan Indeks Pembanguan Manusia Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 yaitu:

Beberapa prinsip dasar dalam penyusunan Indeks Pembanguan Manusia Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 yaitu: BAB II METODOLOGI 2. 1 PRINSIP DASAR PENYUSUNAN Prinsip dasar penyusunan publikasi ini masih merupakan kelanjutan dari tahun sebelumnya, yaitu tetap melakukan pengukuran terhadap kinerja pembanguan manusia

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Katalog BPS : 2301003.34 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Statistik BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kota Bogor Tahun Anggaran 2014 Indeks Pembangunan Manusia Kota Bogor Tahun Anggaran 2014 i Penyusunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang terintegrasi dan komprehensif dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang tidak terpisahkan. Di samping mengandalkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Konsep Pembanguanan Manusia dan Pengukurannya UNDP mendefenisikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 ISBN Nomor Publikasi Nomor Katalog Ukuran Buku Jumlah Halaman : 979.486.6199 : 3204.1137 : 4716 3204 : 25,7 Cm x 18,2 Cm : 70 + vi Naskah :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah membantu menyusun publikasi ini kami sampaikan terima kasih. Temanggung, November 2016

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah membantu menyusun publikasi ini kami sampaikan terima kasih. Temanggung, November 2016 KATA PENGANTAR Semangat otonomi daerah yang digulirkan dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 dan telah direvisi dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014 i ii INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014 Katalog BPS/ BPS Catalogue : 1413.9107 ISSN : 2302-1535 Nomor Publikasi/ Publication Number : 9107.15.03 Ukuran Buku/ Book size :

Lebih terperinci