ISSN : INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GAYO LUES 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ISSN : INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GAYO LUES 2010"

Transkripsi

1

2 ISSN : INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GAYO LUES 2010

3 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GAYO LUES 2010 ISSN : Katalog BPS : UkuranBuku :21 cm x 15 cm JumlahHalaman :xi+118halaman Naskah :BPS kabupaten Gayo Lues Penyunting :BPS kabupaten Gayo Lues GambarKulit :BPS kabupaten Gayo Lues DiterbitkanOleh :BAPPEDA Kabupaten GayoLues dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Gayo Lues DicetakOleh :Badan Pusat Statistik Kabupaten Gayo Lues Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya ii IPM KabupatenGayoLues 2010

4 KATA SAMBUTAN Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Gayo Lues ini merupakan hasil kerjasama antara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten GayoLues. Pada masa lalu, saat ini, dan dimasa mendatang peran informasi statistik semakin penting dalam pembangunan. Penerbitan publikasi ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi pembangunan daerah, baik dari aspek perencanaan maupun evaluasi serta dapat memperkaya khasanah informasi statistik yang tersedia. Kepada segenap jajaran Badan Pusat Statistik Kabupaten Gayo Lues, kami ucapkan terimakasih atas peran sertanya hingga terwujud penerbitan ini. Semoga kerja sama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan lagi dimasa yang akan datang. Akhirnya kami berharap, semoga publikasi ini bermanfaat bagi semua pihak, kritik dan saran demi perbaikan dimasa datang sangat kami hargai. Blangkejeren, November 2011 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN GAYO LUES H. Abd. Manaf, SE Pembina Tk I (IV/b) NIP IPM KabupatenGayoLues 2010 iii

5 KATA PENGANTAR Publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Gayo Lues 2010 menyajikan informasi mengenai kinerja pembangunan manusia di Kabupaten Gayo Lues tahun 2010, dengan membandingkan perkembangan komponen IPM Kabupaten Gayo Lues selama kurun waktu dalam bentuk indikator komposit. Padaa publikasi ini disajikan juga kinerja pembangunan manusia diseluruh kabupaten/kota lain dalam Provinsi Aceh tahun 2010 sebagai pembanding. Kepada semua pihak, khususnya kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Gayo Lues dalam hal ini jajaran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Gayo Lues yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan publikasi ini kami ucapkan banyak terima kasih. Disadari masih terdapat kekurangan dalam publikasi ini, untuk itu kritik dan saran demi perbaikan dimasa mendatang senantiasa kami terima dengan tangann terbuka. Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan dan pengguna data lainnya. Blangkejeren,November 2011 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN GAYO LUES Ir. MAIMUN iv IPM KabupatenGayoLues 2010

6 DAFTAR ISI Hal KATA SAMBUTAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan dan Kegunaan Sistematika BAB II. TINJAUAN UMUM IPM 2.1 Konsep Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia Indonesia BAB III. METODOLOGI 3.1 Sumber Data Komponen IPM Penghitungan Indeks Kecepatan Pertumbuhan IPM (Shortfall) BAB IV. GAMBARAN UMUM 4.1 GambaranUmum Wilayah GambaranUmumKependudukan JumlahdanKomposisi Penduduk Persebarandan KepadatanPenduduk PendudukMenurutKecamatan FertilitasdanKeluarga Berencana PendudukMiskin IPM KabupatenGayoLues 2010 v

7 4.3 PotensiSosialEkonomi PotensiSosial PotensiEkonomi BAB V. IPM KABUPATEN GAYO LUES 5.1 KomponenPenghitungan IPM AngkaHarapanHidup Angka Melek Huruf & Rata-Rata Lama Bersekolah DayaBeli IPM Kabupaten Gayo Lues IPM Kabupaten Gayo Lues Tahun Perbandingan IPM Antarkabupaten/kota BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran-saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH PENTING vi IPM KabupatenGayoLues 2010

8 DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 4.1. Distribusi Luas Wilayah Kabupaten Gayo LuesMenurut PenggunaanLahan, Tahun Gambar 4.2. Distribusi Luas Wilayah KabupatenGayo LuesMenurut Kecamatan, Tahun Gambar 4.3. Jarak Ibukota Kecamatan ke Ibu Kota Kabupaten: Blangkejeren, Tahun Gambar 4.4. PiramidaPenduduk KabupatenGayo Lues, Tahun Gambar 4.5. Kepadatan Penduduk Kabupaten Gayo Lues Menurut Kecamatan, Tahun Gambar 4.6. Distribusi Penduduk Kabupaten Gayo Lues Menurut Kecamatan, Tahun Gambar 4.7. Penduduk Kabupaten Gayo Lues Menurut Kecamatan, Tahun Gambar 4.8. Persentase Perempuan Usia Reproduksi yang Berstatus Kawin Menurut Metode Kontrasepsi yang Digunakan, Tahun Gambar 4.9. Persentase penduduk Miskin,Tahun Gambar Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Jenis Kelamin, Tahun IPM KabupatenGayoLues 2010 vii

9 Gambar Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Aceh, Tahun Gambar Persentase penduduk usia 10 tahun keatasmenurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan,Tahun Gambar Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Usia SekolahMenurut Jenis Kelamin, Tahun Gambar4.14. PersentaseRumahTanggaMenurutSumber Air Minum, Tahun Gambar PersentaseRumah Gambar PersentasePenduduk yang MengalamiKeluhanKesehatandan Rata-rata Lama Sakit, Tahun Gambar Peranan Sektor Ekonomi dalam Pembentukan PDRB Kabupaten GayoLues,Tahun Gambar PertumbuhanEkonomi, Tahun Gambar 5.1. Angka Harapan Hidup, Tahun Gambar 5.2. Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh, Tahun Gambar 5.3. Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir, Tahun viii IPM KabupatenGayoLues 2010

10 Gambar 5.4. Persentase Balita Umur 2-4 Tahun Menurut Lama Disusui, Tahun Gambar 5.5. Persentase Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B, Tahun Gambar 5.6. Angka Melek Huruf Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh, Tahun Gambar 5.7. Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh, Tahun Gambar 5.8. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Usia Sekolah, Tahun Gambar 5.9. Pengeluaran Riil Perkapita Disesuaikan,Tahun Gambar Perkembangan IPM Kabupaten Gayo Lues dan Provinsi Aceh,Tahun Gambar Posisi IPM Kabupaten/Kota Dibandingkan dengan IPM Aceh, Tahun Gambar Urutan IPM Kabupaten/Kota Se- ProvinsiAceh, Tahun Gambar Pengelompokan IPM BerdasarkanNilai dan Perubahannya (Shortfall) Gambar IPM Kabupaten/Kota Tahun 2010 danperubahan (Shortfall), Tahun IPM KabupatenGayoLues 2010 ix

11 DAFTAR LAMPIRAN Hal Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Kabupaten Gayo Lues, Tahun Tabel 2. Luas Wilayah (Berdasarkan UU No.4 tahun 2002) dan Jumlah Desa Menurut Kecamatan di Kabupaten Gayo Lues, Tahun Tabel 3. Data Kondisi Ruas Jalan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten di Kabupaten Gayo Lues, Tahun Tabel 4. Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten dan Provinsi, Tahun Tabel 5. Jumlah Penduduk Kabupaten Gayo Lues Menurut Umur dan Jenis Kelamin, Tahun Tabel6. Jumlah Penduduk Kabupaten Gayo Lues Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, Tahun Tabel 7. Jumlah, Persentase dan Garis Kemiskinan, Tahun Tabel 8. Persentase Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka Provinsi Aceh, Tahun Tabel 9. Peranan Sektor Ekonomi dalam Pembentukan PDRB Kabupaten Gayo Lues, Tahun x IPM KabupatenGayoLues 2010

12 Tabel 10. Angka Harapan Hidup Kabupaten/kota di Provinsi Aceh, Tahun Tabel 11. Angka Melek Huruf Menurut Kabupaten/kota di Provinsi Aceh, Tahun Tabel 12. Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/kota di Provinsi Aceh, Tahun Tabel 13. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Usia Sekolah di Provinsi Aceh, Tahun Tabel 14. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut ijazah/sttb yang dimiliki, Tahun Tabel 15 Pengeluaran Riil Per Kapita Disesuaikan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh, Tahun Tabel 16. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Reduksi Shortfall Menurut Kabupaten/Kota, Tahun Tabel 17. IPM Menurut Kategori (Provinsi Aceh) dan Kabupaten/Kota, Tahun Tabel 18. IPM 2010, Perubahan ShortfallTahun , dan Letak Kuadran Tabel 19. Konversi Lama Sekolah dengan Jenjang Pendidikan Tabel 20. Tabel Komoditi Terpilih Untuk Menghitung Paritas Daya Beli (PPP) IPM KabupatenGayoLues 2010 xi

13 Tabel 21. IPM/Human Development Index Beberapa Negara, Tahun xii IPM KabupatenGayoLues 2010

14 1

15 2

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara sederhana pembangunan dapat dimaknai sebagai usaha atau proses untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam pelaksanaannya Pembangunan bersifat multidimensi dan memiliki berbagai kompleksitas masalah. Proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, baik aspek ekonomi, politik, sosial, maupun budaya. Pada awal pemikiran tentang pembangunan seringkali dijumpai pemahaman yang mengasosiasikan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan modernisasi, bahkan pembangunan dengan westernisasi. Secara historis, ahli-ahli ekonomi Barat telah memperkenalkan konsep pembangunan kepada negara-negara yang baru merdeka paska Perang Dunia II, yang bertujuan untuk melakukan modernisasi dengan berfokus pada 4 isu sentral, yaitu: (1) pertumbuhan, (2) akumulasi kapital, (3) transformasi struktural, dan (4) peran dominan pemerintah. Model pemikiran ini telah mengantarkan sejumlah negara sedang berkembang memasuki tahapan modernisasi dan industrialisasi sebagai titik lompatan menuju kehidupan yang maju dan sejahtera. Namun paradigma pembangunan tersebut banyak menuai kritik karena hasil dari pembangunan telah 3

17 Pendahuluan menciptakan pula ketimpangan dan kesenjangan, kerusakan ekologi, serta membelenggu kebebasan asasi manusia. Paradigma pembangunan yang bersifat materialistik ini mengukur pencapaian hasil pembangunan hanya dari aspek fisik yang dikuantifikasi dalam perhitungan matematik dan angka statistik, sehingga cenderung mengabaikan dimensi manusia sebagai subyek utama pembangunan dan menegasikan harkat dan martabat kemanusiaan. Pemikiran kontemporer mengenai pembangunan telah menempatkan kembali manusia sebagai subyek atau pusat dari proses pembangunan. Lembaga PBB yang dibentuk untuk menangani masalah pembangunan (United Nations Development Program/UNDP) telah membuat definisi khusus mengenai pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi manusia (a process of enlarging people s choices). Dalam konsep tersebut manusia ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimate end), sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan itu. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi penduduknya untuk menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif. Premis penting yang dikembangkan dalam pembangunan manusia adalah mengutamakan manusia sebagai pusat perhatian (bukan sebagai alat (instrument) dan memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia secara keseluruhan (tidak hanya terbatas pada peningkatan pendapatan atas aspek ekonomi semata). 4

18 Konsep pembangunan manusia yang diprakarsai dan ditunjang oleh UNDP ini mengembangkan suatu indikator yang dapat menggambarkan perkembangan pembangunan manusia secara terukur dan representatif, yang dinamakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI). IPM diperkenalkan pertama sekali pada tahun IPM mencakup tiga komponen yang dianggap mendasar bagi manusia dan secara operasional mudah dihitung untuk menghasilkan suatu ukuran yang merefleksikan upaya pembangunan manusia. Ketiga komponen tersebut adalah peluang hidup (longevity), pengetahuan (knowledge) dan hidup layak (decent living). Peluang hidup dihitung berdasarkan angka harapan hidup ketika lahir; pengetahuan diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk berusia 15 tahun keatas; dan hidup layak diukur dengan pengeluaran per kapita yang didasarkan pada paritas daya beli (purchasing power parity). Kedudukan dan peran IPM dalam konteks perencanaan daerah dinilai sangat penting. Bahkan, pemerintah telah menetapkan IPM sebagai salah satu variabel/indikator dalam pembagian Dana Alokasi Umum (DAU) untuk daerah. Dalam Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, khususnya Pasal 40 ayat (1) disebutkan bahwa DAU untuk suatu daerah dialokasikan berdasarkan formula yang terdiri atas celah fiskal dan alokasi dasar. Lebih lanjut, ayat (2) menyatakan bahwa celah fiskal sebagaimana 5

19 Pendahuluan dimaksud pada ayat (1) merupakan selisih antara kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal. Sementara ayat (3) menyebutkan, bahwa kebutuhan fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diukur dengan menggunakan variabel jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, Produk Domestik Regional Bruto per kapita, dan Indeks Pembangunan Manusia. Formula yang serupa juga diterapkan Pemerintah Provinsi Aceh dalam pengalokasian dana Otonomi Khusus (Otsus) bagi Pemerintah Kabupaten/kota. Hal ini tersirat dalam Qanun Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengalokasian Tambahan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus. Dalam Pasal 11 ayat (1), (2), dan (3) disebutkan sebagai berikut: (1) Pengalokasian Dana Otonomi Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dilakukan dengan perimbangan sebagai berikut : a. Paling banyak 40% (empat puluh persen) dialokasikan untuk program dan kegiatan pembangunan Aceh; b. Paling sedikit 60% (enam puluh persen) dialokasikan untuk program dan kegiatan pembangunan kabupaten/kota. (2) Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dibagi antar kabupaten/kota setiap tahun dengan menggunakan suatu formula yang memperhatikan 6

20 keseimbangan kemajuan pembangunan antar kabupaten/kota. (3) Formula perhitungan besaran alokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menggunakan beberapa indikator seperti jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) dan indikator lainnya yang relevan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) IPM mengukur pencapaian keseluruhan dari suatu wilayah dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu lamanya hidup, pengetahuan dan standar hidup yang layak. Ketiganya diukur dengan angka harapan hidup, pencapaian pendidikan dan pengeluaran per kapita yang didasarkan pada paritas daya beli. IPM adalah suatu ringkasan dan bukan suatu ukuran komprehensif dari pembangunan manusia (UNDP Human Development Report- HDR, 2001). Dengan kata lain, IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari indeks harapan hidup (e 0 ), indeks pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah), dan indeks standar hidup layak. Komponen dan Indikator IPM Komponen IPM adalah peluang hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). Peluang hidup diukur dengan angka harapan hidup atau e 0 yang dihitung menggunakan metode tidak langsung 7

21 Pendahuluan (metode Brass, varian Trussel) berdasarkan variabel ratarata anak lahir hidup dan rata-rata anak yang masih hidup. Komponen pengetahuan diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah yang dihitung berdasarkan data Survei Sosial dan Ekonomi Nasional Modul KOR (susenas KOR). Sebagai catatan, UNDP dalam publikasi tahunan HDR sejak 1995 menggunakan indikator partisipasi sekolah dasar, menengah, dan tinggi sebagai pengganti ratarata global. Indikator angka melek huruf diperoleh dari variabel kemampuan membaca dan menulis, sedangkan indikator rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan dua variabel secara simultan; yaitu, tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Komponen standar hidup layak diukur dengan indikator rata-rata konsumsi riil yang telah disesuaikan. Sebagai catatan, UNDP menggunakan indikator PDB per kapita riil yang telah disesuaikan (Adjusted Real GDP per Capita) sebagai ukuran komponen tersebut karena tidak tersedia indikator lain yang lebih baik untuk keperluan perbandingan antar negara. Indikator Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator penting yang dapat digunakan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan, baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat daerah. Indikator ini dipopulerkan oleh United Nations Development Program (UNDP) melalui Laporan Pembangunan Manusia (Human 8

22 Development Report-HDR) yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1990 (HDR, 1990). Sejak tahun 1990, UNDP mengadopsi suatu paradigma baru mengenai pembangunan, yang disebut Paradigma Pembangunan Manusia (PPM). Hal ini berbeda dengan paradigma pembangunan sebelumnya, yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi yang menempatkan pendapatan (diukur dengan GNP atau GDP per kapita) sebagai ukuran hasil pembangunan. Namun demikian konsep IPM dapat dianggap sebagai suatu konsep yang lebih komprehensif karena disamping memperhitungkan keberhasilan pembangunan manusia dari aspek non ekonomi, juga memperhitungkan keberhasilan pembangunan manusia dari aspek ekonomi. IPM merupakan indeks komposit yang digunakan untuk mengukur upaya program pembangunan dari aspek manusia. IPM mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang dianggap paling mendasar, yaitu usia hidup, pengetahuan, dan hidup layak. Publikasi ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan tentang konsep, komponen-komponen, metode penghitungan, dan peranan IPM untuk program pembangunan daerah, khususnya bagi pembangunan daerah di Kabupaten Gayo Lues Tujuan dan Kegunaan Penyusunan publikasi IPM ini diharapkan mampu menyajikan pencapaian dan perbandingan kinerja pembangunan manusia sesuai perspektif UNDP di Kabupaten 9

23 Pendahuluan Gayo Lues khususnya selama kurun waktu Selain itu IPM Kabupaten Gayo Lues juga diharapkan mampu memberikan opini kepada pemerintah daerah setempat sebagai decision maker dalam berbagai kebijakan program pembangunan Sistematika Analisis ini akan dikemas menjadi enam bab mulai dari Pendahuluan hingga Kesimpulan dengan susunan sebagai berikut: 1. Bab I. PENDAHULUAN, akan menguraikan mengenai latar belakang dan tujuan analisis serta pengertian Indeks Pembangunan Manusia secara umum. 2. Bab II. TINJAUAN UMUM IPM, membahas mengenai penghitungan IPM serta perkembangan studi ini terutama yang sudah dilakukan oleh UNDP yang bekerja sama dengan BPS dan Bappenas. 3. Bab III. METODOLOGI, membahas mengenai sumber data, konsep-konsep yang digunakan, serta metode penghitungan dan analisis. 4. Bab IV. GAMBARAN UMUM, yang membahas mengenai gambaran umum wilayah Kabupaten Gayo Lues serta potensi sosial ekonomi yang terdapat didalamnya. 5. Bab V. IPM KABUPATEN GAYO LUES, akan membahas mengenai komponen IPM dan perkembangan IPM 10

24 Kabupaten Gayo Lues selama serta perbandingannya dengan Provinsi Aceh serta kabupaten lain di Provinsi Aceh. 6. Bab VI. KESIMPULAN DAN SARAN, berisi kesimpulan dan berbagai saran kebijakan. Penyusunan analisis ini juga dilengkapi dengan lampiranlampiran untuk memperjelas pembahasan yang telah disajikan dalam bab-bab sebelumnya. 11

25 13

26 14

27 BAB II TINJAUAN UMUM IPM 2.1. Konsep Pembangunan Manusia Menurut UNDP (1990:1), pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia (a process of enlarging people s choices). Dari definisi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa fokus pembangunan suatu negara adalah penduduk karena penduduk adalah kekayaan nyata suatu negara. Konsep atau definisi pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas. Definisi ini lebih luas dari definisi pembangunan yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi. Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya. Sebagaimana dikutip dari UNDP (1995:118), sejumlah premis penting dalam pembangunan manusia diantaranya adalah: Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian; Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka; oleh karena itu, konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja; 15

28 Tinjauan Umum IPM Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga pada upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal; Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktivitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan; dan Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihanpilihan untuk mencapainya. Untuk itu diperlukan suatu indikator komposit yang dapat menggambarkan perkembangan pembangunan manusia secara berkelanjutan. IPM adalah suatu indikator pembangunan manusia yang mencakup tiga komponen yang dianggap mendasar bagi manusia. Ketiga aspek tersebut berkaitan dengan peluang hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan hidup layak (decent living). Peluang hidup dihitung berdasarkan angka harapan hidup ketika lahir; pengetahuan diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun keatas; dan hidup layak diukur dengan pengeluaran per kapita yang didasarkan pada Purchasing Power Parity (paritas daya beli dalam rupiah). Konsep IPM berhasil diterapkan untuk memeringkatkan negara-negara yang secara keseluruhan dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok besar. Kelompok pertama adalah negara-negara yang tingkat pembangunan 16

29 manusianya rendah (IPM = 0-0,5), menengah (IPM = 0,50-0,79), dan negara dengan tingkat pembangunan manusia yang tinggi (IPM = 0,8-1,0). Namun perlu dicatat bahwa IPM hanya mengukur tingkat pembangunan manusia relatif, bukan absolut, dan fokusnya adalah pada hasil akhir pembangunan (ketahanan hidup, pengetahuan dan kebebasan pilihan materi atau kualitas standar hidup) bukannya sarana (pendapatan atau GNP per kapita semata). Meskipun banyak kritik dan kelemahan yang dikemukakan oleh banyak pihak terhadap IPM, namun konsep IPM sesungguhnya masih dapat digunakan dan dimanfaatkan. Apalagi jika dibarengi dengan ukuran-ukuran ekonomi tradisional seperti pendapatan perkapita. Tiga kriteria IPM yakni ketahanan hidup, pendidikan, dan kualitas hidup fisik mampu membantu mengungkap pemahaman kita akan aspek-aspek penting dari pembangunan (Todaro, 2002). Indikator ini digunakan untuk mengukur peringkat kesejahteraan di sekitar 169 negara. Indeks Pembangunan Manusia juga bisa diartikan untuk mengukur kemajuan jangka panjang. Adapun hal-hal yang dipertimbangkan dalam mengkalkulasikan Indeks Pembangunan Manusia ada 4 faktor yaitu: angka harapan hidup, tingkat melek huruf, tingkat partisipasi penduduk dalam pendidikan dan pendapatan per kapita. Jadi, dalam Indeks Pembangunan Manusia, kalau kita melihat pada pendapatan per kapita saja, itu hanya melihat kemajuan atau status ekonomi negara 17

30 Tinjauan Umum IPM berdasarkan pendapatan per tahun. Kalau seperti berdasarkan besaran empat faktor tersebut, dimensinya jauh lebih beragam. Karena yang dipentingkan di sini ialah kualitas hidup (Suhartono, 2006) Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Kemiskinan telah membatasi hak rakyat untuk (1) memperoleh pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan; (2) Hak rakyat untuk memperoleh perlindungan hukum; (3) Hak rakyat untuk memperoleh rasa aman; (4) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan hidup (sandang, pangan, dan papan) yang terjangkau; (5) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pendidikan; (6) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan kesehatan; (7) Hak rakyat untuk memperoleh keadilan; (8) Hak rakyat untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan publik dan pemerintahan; (9) Hak rakyat untuk berinovasi; (10) Hak rakyat menjalankan hubungan spiritualnya dengan Tuhan; dan (11) Hak rakyat untuk berpartisipasi dalam menata dan mengelola pemerintahan dengan baik (Sahdan, 2005). Berdasarkan Laporan Pembangunan Manusia Global (LPM) tahun 2009 yang dikeluarkan oleh UNDP, IPM Indonesia berada pada peringkat ke-111 dari 182 negara. Sebenarnya, dari tahun ke tahun nilai IPM Indonesia selalu naik, tetapi kenaikan tersebut belum cukup mendongkrak secara signifikan posisi peringkat IPM Indonesia. Sejak

31 angka IPM Indonesia tercatat sebesar 0,714, kemudian naik menjadi 0,723 (2005), 0,729 (2006) dan 0,734 (2007). Mengikuti perkembangan dan kompleksitas pembangunan di banyak negara LPM Global tahun 2010 ini memperkenalkan IPM reformasi dengan indikator baru, yaitu lamanya kehidupan yang sehat, pendidikan dalam expected years of schooling (lama harapan sekolah) dikombinasikan dengan means years of schooling (lama rata-rata sekolah) serta kehidupan layak yang diukur lewat Gross National Income (GNI), bukan sekedar GDP yang menafikan banyaknya produksi domestik yang sebagian keuntungannya mengalir ke luar negeri serta menutupi kesenjangan antar individu. Menggunakan indikator dan metodologi baru ini, pada tahun 2010, Indonesia masuk dalam kelompok menengah dengan nilai IPM 0,600, dengan peringkat 108 dari 169 negara yang dinilai. Penilaian dalam rentang waktu karena dalam jangka pendek beberapa indikator IPM tidak berubah secara cepat dalam mengantisipasi perubahan kebijakan, terutama terkait lama pendidikan dan usia harapan hidup. Pada rentan waktu 30 tahun, nilai IPM Indonesia meningkat dari 0,390 menjadi 0,600, sebuah peningkatan sebesar 54 persen atau rata-rata 1,4 persen per tahun. Dalam kurun waktu tersebut, angka harapan hidup meningkat 19 persen, sementara GNI per kapita meningkat 180 persen. Penilaian jangka panjang, juga bermanfaat 19

32 Tinjauan Umum IPM ketika memperbandingkannya dengan negara-negara tetangga atau secara regional. Pada tahun 1980, untuk kawasan Asia dan Pasifik, Indonesia bersama China, Vietnam, India dan Thailand memiliki nilai IPM yang (hampir) sama. Namun setelah itu hingga 2010, negara-negara tersebut mengalami perkembangan yang berbeda. Nilai IPM Indonesia sebesar 0,600, masuk dalam kategori negaranegara berkembang kelompok menengah yang bernilai ratarata 0,592. Dari kawasan Asia dan Pasifik, negara yang nilai IPM-nya bertetangga dengan Indonesia, adalah Vietnam dan India masing-masing dengan peringkat 113 dan 119. Di ASEAN Indonesia berada pada posisi ke-6. Posisi Indonesia ini jauh dibawah Singapura yang menempati urutan ke 27, Brunei Darussalam (37), Malaysia (57), Thailand (92), dan Philipina (97). IPM Indonesia hanya 0,600, jauh dibawah Singapura (0,846), Brunei Darussalam (0,805), Malaysia (0,744), Thailand (0,654), dan Philipina (0,638). Sebaliknya Indonesia unggul atas beberapa negara ASEAN lain seperti: Vietnam (0,572), Laos (0,497), Kamboja (0,494), dan Myanmar (0,451). Posisi pertama IPM di dunia adalah Norwegia yang mempunyai IPM sebesar 0,938. Disusul Australia di peringkat kedua dengan IPM sebesar 0,937 dan Selandia Baru pada posisi berikutnya (0,907). Sebaliknya IPM terendah adalah negara Zimbabwe (0,140), Repubik Demokrasi Kongo (0,239) dan Nigeria (0,261). 20

33 21

34 22

35 BAB III METODOLOGI 3.1. Sumber Data Sumber data utama yang digunakan dalam penyusunan IPM ini adalah hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2009 dan Variabel yang diamati dari data tersebut adalah: 1. Rata-rata anak lahir hidup (RALH) dan rata-rata anak masih hidup (RAMH) untuk menghitung angka harapan hidup. 2. Jenjang pendidikan dan kelas tertinggi serta status sekolah dari penduduk dewasa (usia 25 tahun keatas). 3. Kemampuan baca tulis penduduk usia 15 tahun keatas. 4. Pengeluaran rata-rata per kapita per bulan. 5. Data-data lain sebagai pelengkap atau pembanding. Sedangkan standar yang dipakai sebagai acuan untuk menyusun indeks menggunakan standar yang telah dibuat BPS dengan pertimbangan supaya angka-angka Kabupaten Gayo Lues konsisten dengan angka Provinsi Aceh yang telah disusun oleh BPS Komponen IPM Komponen IPM terdiri dari usia harapan hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup 23

36 Metodologi layak (decent living). Komponen usia hidup diukur dengan Angka Harapan Hidup (e 0 ), komponen pengetahuan diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama bersekolah, sedangkan komponen standar hidup layak diukur dengan rata-rata konsumsi riil yang telah disesuaikan. Angka Harapan Hidup dihitung menggunakan metode tidak langsung menggunakan metode Brass Varian Trussel, dengan life table Coale-Demeney West Model. Data dasar yang digunakan adalah RALH dan RAMH menurut kelompok umur ibu (15-19, 20-24,.,45-49). Angka Melek Huruf penduduk usia 15 tahun keatas diolah dari hasil Susenas Kor pada variabel umur dan kemampuan baca tulis penduduk. Seseorang dikategorikan mampu baca tulis jika ia mampu membaca dan menulis sesuatu jenis huruf. Rata-rata lama bersekolah dihitung menggunakan 4 variabel secara simultan yaitu : 1. Status sekolah (tidak/belum pernah sekolah, masih sekolah, dan tidak bersekolah lagi). 2. Jenjang pendidikan yang pernah/sedang dijalani. 3. Kelas tertinggi yang pernah/sedang diduduki, dan 4. Jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Konversi yang digunakan untuk menentukan lama bersekolah bisa dilihat pada halaman lampiran. Penghitungan indikator konsumsi riil per kapita yang telah disesuaikan dilakukan melalui tahapan pekerjaan sebagai berikut: 24

37 Menghitung pengeluaran konsumsi per kapita dari susenas Modul (=A). Mendeflasikan nilai A dengan IHK ibukota provinsi yang sesuai (=B). Menghitung daya beli per unit (=PPP/unit). Metode penghitungan sama seperti metode yang digunakan International Comparison Project (ICP) dalam menstandarkan nilai 27 komoditi yang diperoleh dari Susenas Modul. Membagi nilai B dengan PPP/Unit (=C). Menyesuaikan nilai C dengan formula Atkinson sebagai upaya untuk memperkirakan nilai marginal utility dari C. Penghitungan PPP/unit dilakukan dengan rumus: j PPP/unit = j Ρ Ε ( i, j) ( i, j ) Q ( i, j ) Dimana : Ε ( i, j ) : pengeluaran untuk komoditi j di provinsi ke-i P : harga komoditi j di Kabupaten Gayo Lues ( i, j) 25

38 Metodologi q ( i, j) : jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di provinsi ke-i Unit kuantitas rumah dihitung berdasarkan indeks kualitas rumah yang dibentuk dari tujuh komponen kualitas tempat tinggal yang diperoleh dari Susenas KOR. Ketujuh komponen kualitas yang digunakan dalam penghitungan indeks kualitas rumah diberi skor sebagai berikut: Lantai : keramik, marmer, atau granit = 1, lainnya = 0 Luas lantai per kapita : 10 m 2 = 1, lainnya = 0 Dinding : tembok = 1, lainnya = 0 Atap : kayu/sirap, beton = 1, lainnya = 0 Fasilitas penerangan : listrik = 1, lainnya = 0 Fasilitas air minum : leding = 1, lainnya = 0 Jamban : milik sendiri = 1, lainnya = 0 Skor awal untuk setiap rumah = 1 Indeks kualitas rumah merupakan penjumlahan dari skor yang dimiliki oleh suatu rumah tinggal dan bernilai antara 1 sampai dengan 8. Kuantitas dari rumah yang dikonsumsi oleh suatu rumah tangga adalah indeks Kualitas dari rumah dibagi 8. Sebagai contoh, jika suatu rumah tangga menempati suatu rumah tinggal yang mempunyai Indeks Kualitas Rumah = 6, maka kuantitas rumah yang dikonsumsi oleh rumah tangga tersebut adalah 6/8 atau 0,75 unit. 26

39 Rumus Atkinson yang digunakan untuk penyesuaian rata-rata konsumsi riil secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut: C (1) = C (i) jika C (i) Z = Z + 2(C (i) - Z) (1/2) jika Z < C (i) 2Z = Z + 2(Z) (1/2) + 3(C (i) - 2Z) ) (1/3) jika 2Z < C (i) 3Z = Z + 2(Z) (1/2) + 3(Z) ) (1/3) +4 (C (1) - 3 Z) ) (1/4) jika 3Z < C (i) 4Z dimana : C (i) : Konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan dengan PPP/unit. Z : Threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai batas kecukupan. Rumus dan Ilustrasi Penghitungan IPM Rumus penghitungan IPM dapat disajikan sebagai berikut: IPM = 1/3 [X(1)+X(2)+X(3)] Dimana : X(1) : Indeks harapan hidup X(2) : Indeks pendidikan = 2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks rata-rata lama sekolah) X(3) : Indeks standar hidup layak. 27

40 Metodologi 3.3. Penghitungan Indeks Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara selisih nilai suatu indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut: Indeks X (i) = [ X (i) - X (i) min ]/[ X (i) maks - X (i)min ] Dimana : X (i) : Indikator ke-i (dimana i = 1,2,3) X (i) maks X (i) min : Nilai maksimum X (i) : Nilai minimum X (i) Tabel 3.1. Nilai maksimum dan nilai minimum indikator X (i) Indikator Komponen IPM (=X) Nilai Maksimum Nilai Minimum Catatan (1) (2) (3) (4) Angka Harapan Standar UNDP Hidup Angka Melek Huruf Standar UNDP Rata-rata lama 15 0 Standar UNDP sekolah Konsumsi per kapita yang disesuaikan a) (1996) b) (1999) UNDP menggunakan PDB/kapita riil yang disesuaikan 28

41 Catatan : a) Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk provinsi yang memiliki angka tertinggi (Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson.Proyeksi mengasumsikan kenaikan 6,5 persen pertahun selama kurun b) Penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru. Sebagai ilustrasi penghitungan dapat diambil kasus Provinsi D.I Yogyakarta Tahun 2005 yang memiliki indeks masingmasing komponen sebagai berikut: a. Indeks angka harapan hidup (X1) : 79,8 % b. Indeks tingkat pendidikan (X2) : 76,5 % d. Indeks Pendapatan (X3) : 64,2 % Akhirnya angka IPM dapat dihitung menggunakan persamaan awal: IPM = 1/3 (79,8 + 76,5 + 64,2) = 73,5 Juga secara menyeluruh angka IPM sangat baik digunakan sebagai angka pembanding antar daerah, karena IPM dapat mengukur tingkat pencapaian upaya pembangunan manusia dari perspektif agregatif atau secara keseluruhan Kecepatan Pertumbuhan IPM (Shortfall) Perbedaan perubahan kecepatan IPM dalam suatu periode untuk suatu wilayah dapat dilihat dari angka Shortfall. Angka tersebut mengukur rasio pencapaian kesenjangan antara jarak yang sudah ditempuh dengan yang belum ditempuh, untuk mencapai kondisi yang ideal 29

42 Metodologi (IPM = 100). Semakin tinggi angka Shortfall, semakin cepat kenaikan IPM. Cara penghitungan reduksi Shortfall dinyatakan dengan rumus: R = IPM IPM ( t1) ( ref ) IPM IPM ( t0) ( t0) x100 1/ n Dengan : R IPM (t0) IPM (t1) IPM (ref) = Reduksi Shortfall per tahun; = IPM tahun awal; = IPM tahun terakhir; dan = IPM acuan atau ideal yang dalam hal ini sama dengan

43 31

44 32

45 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Wilayah Daerah Kabupaten Gayo Lues yang berjuluk Negeri Seribu Bukit ini terletak pada posisi Lintang Utara dan Bujur Timur. Berada pada bagian tengah Provinsi Aceh dan memiliki batas wilayah administrasi yang meliputi sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Nagan Raya, dan Kabupaten Aceh Timur, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Aceh Barat Daya, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tamiang dan Kabupaten Langkat (Sumatera Utara), dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya. Luas daerah kabupaten Gayo Lues adalah ha. Sekitar 88 persen luas wilayahnya merupakan kawasan hutan yang meliputi Hutan Tanaman Industri (16,94 persen), Hutan Produksi Terbatas (36,88 persen), dan Hutan Lindung (34,21 persen). Sebagai penyangga kawasan Taman Nasional Gunung Leuser kabupaten ini harus berhati-hati dalam menggunakan lahan terutama untuk pemanfaatan pertanian dan pemukiman. Luas lahan pertanian di Kabupaten Gayo Lues hanya sekitar 7,95 persen sedangkan area pemukiman penduduk bahkan tidak mencapai 1 persen dari luas lahan keseluruhan di kabupaten ini. 33

46 Gambaran Umum Gambar 4.1 Distribusi Luas Wilayah Kabupaten Gayo Lues Menurut Penggunaan Lahan, Tahun 2009 Lahan kering dan Enclave (2,03 %) Pemukiman (0,22 %) Lahan Pertanian (7,95 %) Kawasan Hutan (88,04 %) Hutan Tanaman Industri (16,94 %) Hutan Produksi Terbatas (36,89 %) Hutan Lindung (34,21 %) Peternakan (1,77 %) Sumber: BPS Gayo Lues, Gayo Lues Dalam Angka 2010 Kabupaten Gayo Lues yang semula merupakan bagian dari Kabupaten Aceh Tenggara terdiri dari 11 kecamatan, 25 kemukiman, dan 144 desa/kampung. Luas wilayah antarkecamatan sangat bervariasi, ada yang hanya sekitar 3 persen dari total wilayah kabupaten, akan tetapi ada pula satu kecamatan yang mencakup hampir seperempat wilayah kabupaten. Kecamatan Putri Betung merupakan kecamatan terluas dengan luas wilayah sekitar ha atau 24,30 persen dari luas wilayah kabupaten. Kemudian Kecamatan Pining yang mempunyai wilayah seluas ha atau 17,77 persen dari luas kabupaten. Kecamatan dengan luas wilayah terkecil yaitu Kecamatan Blang Jerango dengan luas 34

47 sekitar ha atau 3,05 persen dari wilayah kabupaten. Sementara itu Kecamatan Blangkejeren yang menjadi pusat pemerintahan dan ekonomi kabupaten ini memiliki luas sekitar ha atau 3,74 persen dari wilayah kabupaten. Sedangkan 7 kecamatan lainnya mempunyai luas wilayah berkisar antara 3 s/d 12 persen dari total wilayah kabupaten. Gambar 4.2 Distribusi Luas Wilayah Kabupaten Gayo Lues Menurut Kecamatan, Tahun 2009 (persen) 17,77 8,04 4,78 4,80 3,08 12,08 7,28 11,07 3,05 3,74 24,30 Kuta Panjang Blang Jerango Blangkejeren Putri Betung Dabun Gelang Blang Pegayon Pining Rikit Gaib Pantan Cuaca Terangun Tripe Jaya Sumber: BPS Gayo Lues, Gayo Lues Dalam Angka 2010 Sebagai prasarana untuk menunjang mobilitas penduduk, pemerintah Kabupaten Gayo Lues sampai dengan tahun 2010 telah membangun ruas jalan kabupaten sepanjang 650,05 km yang terdiri dari 164,45 km jalan aspal, 148,86 km berupa kerikil, 173,11 km masih tanah dan selebihnya belum dirincikan. Sarana transportasi umum yang 35

48 Gambaran Umum tersedia meliputi angkutan antarkabupaten atau provinsi, angkutan antarkecamatan atau pedesaan, dan becak bermotor. Jarak tempuh dari ibukota kabupaten ke ibukota provinsi sekitar 474 km. Sementara itu jarak tempuh setiap ibukota kecamatan ke ibukota kabupaten relatif bervariasi, apalagi jika dilihat akses dalam wilayah desa. Enam ibukota kecamatan harus menempuh jarak sejauh 20 km atau kurang. Sementara 5 kecamatan lainnya harus menempuh paling sedikit 28 km untuk ke ibukota kabupaten, bahkan Pining (ibukota Kecamatan Pining) dan Rerebe (ibukota Kecamatan Tripe Jaya) harus menempuh jarak sekitar 55 km untuk sampai ke ibukota kabupaten. Gambar 4.3 Jarak Ibukota Kecamatan dengan Ibukota Kabupaten: Blangkejeren, Tahun 2010 (km) Tripe Jaya Kuta Panjang Blang Jerango Terangun Pantan Cuaca Blangkejeren Putri Betung Rikit Gaib Dabun Gelang Pining Blang Pegayon Sumber: BPS Gayo Lues, Gayo Lues Dalam Angka

49 4.2. Gambaran Umum Kependudukan Jumlah dan Komposisi Penduduk Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Gayo Lues sebanyak jiwa yang terdiri dari jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan. Dengan demikian perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan di kabupaten ini hampir berimbang dengan angka Rasio Jenis Kelamin sebesar 99,03. Gambar 4.4 Piramida Penduduk Kabupaten Gayo Lues, Tahun Laki-laki Sumber: BPS Gayo Lues, Gayo Lues Dalam Angka 2011 Perempuan Dasar Piramida penduduk yang melebar baik untuk laki-laki maupun perempuan menunjukkan angka kelahiran 37

50 Gambaran Umum di Kabupaten Gayo Lues cukup tinggi. Untuk kelompok umur anak-anak (0-4, 5-9, 10-14) jumlah penduduk perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki, hal sebaliknya terjadi untuk kelompok umur tua (60-64, 65-69, 70-74, 75+). Sedangkan bagi penduduk pada usia reproduksi atau Child Bearing Age (15-19) pada umumnya, ternyata jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah laki-laki. Secara umum, berdasarkan komposisi umur dan jenis kelamin maka karakteristik penduduk Kabupaten Gayo Lues berciri Expansive dimana sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda. Sedangkan Angka Beban Ketergantungan Hidup tercatat sebesar 60,88, ini berarti tiap 100 orang yang produktif harus menanggung 61 orang yang tidak produktif Persebaran dan Kepadatan Penduduk Persebaran dan kepadatan penduduk erat kaitannya dengan permasalahan perumahan, kesehatan, dan keamanan. Oleh karena itu, distribusi penduduk harus menjadi perhatian khusus pemerintah Kabupaten Gayo Lues dalam melaksanakan pembangunan. Kepadatan penduduk di kabupaten Gayo Lues mengalami sedikit peningkatan sejak kabupaten ini berdiri, yaitu dari 12 jiwa/km 2 pada tahun 2002 menjadi 14 jiwa/km 2 pada tahun Akan tetapi kepadatan penduduk antarkecamatan tampak masih sangat timpang dan tidak merata, ada kecamatan yang hanya 38

51 berkisar 4 s/d 5 jiwa/km 2, ada yang berkisar 11 s/d 19 jiwa/km 2, akan tetapi ada satu kecamatan dengan kepadatan sekitar 114 jiwa/km 2 (kepadatan pada tahun 2010 mengunakan luas wilayah yang sesuai dengan UU No.4 tahun 2002) Gambar 4.5. Kepadatan Penduduk Kabupaten Gayo Lues Menurut Kecamatan, Tahun 2010 (jiwa/km 2 ) Blangkejeren; Blang Jerango; 37 Kuta Panjang; 12 Dabun Gelang; 19 Rikit Gaib; 14 Pantan Cuaca; 20 Gayo Lues; 14 Blang Pegayon; 11 Putri Betung; 5 Pining; 4 Terangun; 12 Tripe Jaya; Sumber: BPS Gayo Lues, Gayo Lues Dalam Angka 2011 Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Blangkejeren sebagai representasi daerah perkotaan di Kabupaten Gayo Lues dengan angka kepadatan penduduk sekitar 114 jiwa/km 2. Sedangkan kecamatan yang paling jarang didiami penduduk adalah Kecamatan Pining, yaitu hanya 4 jiwa/km 2. 39

52 Gambaran Umum Penduduk Menurut Kecamatan Persebaran jumlah penduduk di Kabupaten Gayo Lues tergolong tidak merata untuk setiap kecamatan. Dari Gambar 4.6. dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Blangkejeren dengan dihuni oleh jiwa atau sekitar 30,71 persen dari keseluruhan jumlah penduduk pada tahun Sebaliknya Kecamatan Pantan Cuaca merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil, yaitu dihuni oleh jiwa atau hanya sekitar 4,38 persen dari total penduduk kabupaten ini. Gambar 4.6. Distribusi Penduduk Kabupaten Gayo Lues Menurut Kecamatan, Tahun 2010 (persen) 6,41 5,43 4,74 4,38 10,00 6,17 9,21 6,63 8,02 8,30 30,71 Kuta Panjang Blang Jerango Blangkejeren Putri Betung Dabun Gelang Blang Pegayon Pining Rikit Gaib Pantan Cuaca Terangun Tripe Jaya Sumber: BPS Gayo Lues, Gayo Lues Dalam Angka

53 Sebagian besar kecamatan memiliki jumlah penduduk perempuan yang lebih besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki, kecuali pada Kecamatan Putri Betung, Pining, dan Pantan Cuaca. Rasio jenis kelamin terbesar terdapat di Kecamatan Putri Betung (105,51) dan sebaliknya, rasio terkecil terjadi di Kecamatan Blang Jerango (95,79) Gambar 4.7. Penduduk Kabupaten Gayo Lues Menurut Kecamatan, Tahun , Perempuan Laki-laki ,42 51,07 49,58 48,93 49,61 48,66 50,56 50,03 49,91 51,59 48,78 51,34 49,44 49,97 50,09 48,41 51,22 50,42 50,18 49,58 49,82 Sumber: BPS Gayo Lues, Gayo Lues Dalam Angka 2011 Jika dilihat dari struktur umur penduduk (Tabel 5, halaman lampiran) maka dapat dilihat bahwa lebih dari 60 persen dari jumlah penduduk di Kabupaten Gayo Lues merupakan penduduk usia produktif yang berusia 15 s/d 65 tahun. Hal ini akan menjadi sebuah keuntungan bagi 41

54 Gambaran Umum Kabupaten Gayo Lues jika penduduk usia produktif ini dapat dibekali dengan berbagai ilmu dan ketrampilan sehingga mereka dapat memberikan sumbangsih yang maksimal bagi pembangunan di kabupaten ini Fertilitas dan Keluarga Berencana Penundaan usia perkawinan pertama pada perempuan dan program keluarga berencana merupakan dua faktor yang mempengaruhi fertilitas penduduk. Dari Tabel 4.1. terlihat bahwa 51,20 persen penduduk perempuan melakukan perkawinan pertamanya pada usia tahun. Ini merupakan salah satu indikasi kesadaran untuk menunda perkawinan hingga mencapai usia yang cukup matang dengan bekal pengetahuan dan ekonomi yang semakin baik. Akan tetapi penduduk perempuan yang menikah di usia yang relatif muda (16-18 tahun) masih menunjukkan persentase yang cukup besar, yaitu 29,77 persen dari seluruh perempuan pernah kawin di kabupaten ini. Kelompok Umur Tabel 4.1. Persentase Perempuan Menurut Usia Perkawinan Pertama, Tahun Tahun (1) (2) (3) 15 6,49 7, ,40 29, ,69 51, ,41 11,67 Sumber: BPS Gayo Lues, Susenas

55 Berdasarkan hasil Susenas, persentase perempuan usia subur (15-49 tahun) dan berstatus kawin pada tahun 2010 yang sedang memakai alat/cara KB (Current Used) sebanyak 52,49 persen, tidak menggunakan lagi alat/cara KB Ever Used) sebanyak 22,39 persen dan tidak pernah menggunakan alat/cara KB (Never Used) sebanyak 25,12 persen. Gambar 4.8. Persentase Perempuan Usia Reproduksi yang Berstatus Kawin Menurut Metode Kontrasepsi yang Digunakan, Tahun ,95 0,45 0,86 AKDR/IUD/spiral 0,45 Suntikan KB Pil KB Kondom/karet KB 80,74 Intervag/tisue/Kondom Wanita Sumber: BPS Gayo Lues, Susenas 2010 Sedangkan jika dilihat berdasarkan metode/alat KB yang digunakan, tampaknya metode suntik dan pil KB masih menjadi pilihan utama. Pada tahun 2010 suntik KB dan pil KB digunakan oleh sekitar 80,74 persen dan 15,95 persen pengguna. Alat/metode ini digunakan karena kepraktisan 43

56 Gambaran Umum dan kemudahannya dan kemungkinan masih dominan digunakan akseptor sampai beberapa waktu mendatang Penduduk Miskin Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui taraf kesejahteraan masyarakat di suatu daerah adalah dengan melihat tingkat kemiskinan di daerah tersebut. Gambar 4.9. Persentase penduduk Miskin, Tahun ,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 33,97 33,51 32,31 26,57 24,22 23,91 28,69 28,28 26,65 23,53 21,80 20, Gayo Lues Aceh Sumber: BPS Gayo Lues, Susenas Dari Gambar 4.9. terlihat bahwa persentase penduduk miskin di Kabupaten Gayo Lues sejak tahun 2005 terus menunjukkan penurunan. Akan tetapi secara umum angka kemiskinan Kabupaten Gayo Lues selalu lebih besar dari 44

57 angka kemiskinan Provinsi Aceh. Pada tahun 2010 persentase penduduk miskin di Kabupaten Gayo Lues sebesar 23,91 persen. Angka ini turun sebesar 1,28 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 24,22 persen. Meskipun mengalami penurunan, angka ini masih sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka kemiskinan Provinsi Aceh yang sebesar 20,98 persen Potensi Sosial Ekonomi Potensi Sosial a. Ketenagakerjaan Dari total penduduk usia kerja (15 tahun keatas) di tahun 2010, hampir tiga perempat (74,99 persen) penduduk Kabupaten Gayo Lues termasuk dalam angkatan kerja. Sebagian besar dari mereka (95,28 persen) telah bekerja dan sebagian kecil lainnya (4,72 persen) masih menganggur. Angka 74,99 persen menunjukkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di kabupaten ini, dimana TPAK merupakan proporsi penduduk yang bekerja dan menganggur terhadap penduduk usia kerja (15 tahun keatas). Sementara 4,72 persen menggambarkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) atau proporsi penduduk yang menganggur terhadap angkatan kerja. Menurut jenis kelamin, terlihat bahwa TPAK penduduk laki-laki lebih besar dari TPAK penduduk perempuan. TPAK penduduk laki-laki pada tahun 2010 sebesar 82,25 persen sedangkan TPAK penduduk perempuan sebesar 67,90 45

58 Gambaran Umum persen. Sebaliknya TPT penduduk perempuan pada tahun 2010 menunjukkan angka yang lebih besar (7,24 persen) dibandingkan TPT penduduk laki-laki (2,59 persen). Gambar Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Jenis Kelamin, Tahun ,25 74,99 67,9 7,24 2,59 4,72 Laki-laki Perempuan Gayo Lues TPAK TPT Sumber: BPS Gayo Lues, Sakernas 2010 TPAK Kabupaten Gayo Lues jika dibandingkan dengan angka Provinsi Aceh menunjukkan angka yang lebih tinggi. Sedangkan angka TPT Provinsi Aceh secara umum lebih besar daripada angka serupa di kabupaten ini. Angka TPAK dan TPT Provinsi Aceh masing-masing 63,17 persen dan 8,37 persen. Hal ini menggambarkan bahwa peran serta penduduk usia kerja dalam kegiatan ekonomi sedikit lebih tinggi daripada rata-rata daerah lainnya di Provinsi Aceh. 46

59 Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Pidie Jaya Kota Banda Aceh Kota Sabang Kota Langsa Kota Lhokseumawe Kota Subulussalam A C E H Gambar Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Aceh, Tahun TPAK TPT Sumber: BPS Gayo Lues, Sakernas 2010 Dibandingkan dengan angka kabupaten/kota lain di Provinsi Aceh, TPAK Kabupaten Gayo Lues berada pada kelompok tinggi bersama dengan Kabupaten Aceh Tengah (79,06 persen) dan Bener Meriah (78,31 persen). TPAK Kota Banda Aceh merupakan yang terendah yaitu sebesar 53,65 persen. Hal sebaliknya terjadi untuk tingkat pengangguran terbuka dimana TPT Kabupaten Gayo Lues berada pada kelompok rendah. TPT tertinggi di Kota Langsa (12,95 persen) dan terendah di Kabupaten Bener Meriah (2,25 persen). 47

60 Gambaran Umum b. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Hal ini juga berpengaruh pada pembangunan dan pertumbuhan ekonomi serta semua segi kehidupan di kabupaten Gayo Lues. Pendidikan yang merupakan komponen strategis dan mendasar untuk mendukung dan mendorong setiap upaya pembangunan sektor lainnya adalah suatu investasi yang akan memberikan hasil yang sangat besar karena pembangunan tidak hanya mengandalkan sumber daya alam saja tetapi harus didukung oleh sumber daya manusia yang handal. Gambar Persentase penduduk usia 10 tahun keatas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan,Tahun ,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 34,77 43,74 39,36 26,51 25,27 23,97 18,39 17,68 16,90 15,48 13,76 10,01 5,18 4,26 4,71 Laki-laki Perempuan Total Belum/Tdk Tamat SD SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi Sumber: BPS Gayo Lues, Susenas

61 Dari Gambar dapat dilihat bahwa persentase penduduk usia 10 tahun keatas yang belum/tidak tamat SD di Kabupaten Gayo Lues masih merupakan persentase yang terbesar pada tahun 2010, yaitu sebesar 39,36 persen. Sedangkan mereka yang tamat SD sebesar 25,27 persen; tamat SLTP sebesar 16,90 persen; tamat SLTA sebesar 13,76 persen dan yang telah menamatkan pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi sebesar 4,71 persen. Bila dilihat dari jenis kelamin, terlihat bahwa persentase penduduk perempuan yang menamatkan pendidikan sampai dengan jenjang SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi cenderung lebih kecil dibanding penduduk laki-laki. Sementara untuk jenjang pendidikan SD dapat dikatakan berimbang antara penduduk laki-laki dan perempuan. Tetapi pada jenjang tidak tamat SD dan tidak pernah sekolah, persentase penduduk perempuan (43,74 persen) tercatat lebih banyak dari penduduk laki-laki (34,77 persen). Partisipasi penduduk dalam bersekolah dapat dilihat dari Angka Partisipasi Sekolah. Partisipasi sekolah kelompok umur 7-12 tahun (usia SD) dan kelompok umur tahun (usia SLTP) masing-masing mencapai 99,12 persen dan 93,47 persen, partisipasi sekolah kelompok umur tahun (usia SLTA) sebesar 73,94 persen dan partisipasi sekolah kelompok umur tahun hanya sebesar 13,14 persen. 49

62 Gambaran Umum Gambar Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Usia Sekolah Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 (Persen) 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 99,20 99,04 99,12 93,90 93,08 93,47 71,65 76,70 73,94 20,00 0,00 11,70 14,61 13,14 Laki-Laki Perempuan Total Sumber: BPS Gayo Lues, Susenas 2010 Jika dilihat menurut jenis kelamin, terlihat bahwa Angka partisipasi sekolah penduduk perempuan lebih tinggi daripada laki-laki untuk usia tahun dan tahun. Pada kelompok umur 7-12 tahun dan tahun, tidak berbeda nyata antara laki-laki dan perempuan. Kenyataan ini menunjukkan bukti bahwa perempuan kian maju dan berusaha mensejajarkan diri dengan mitranya kaum laki-laki. Keberhasilan pendidikan juga sangat ditentukan oleh ketersediaan fasilitas pendidikan. Sampai dengan tahun ajaran 2010/2011 telah dibangun sebanyak 99 unit bangunan SD/sederajat, 34 unit bangunan SLTP/sederajat, dan 19 unit bangunan SLTA/sederajat. 50

63 c. Kesehatan Salah satu modal dasar pembangunan adalah sumber daya manusia yang sehat jasmani dan rohani, karena dengan keberhasilan pembangunan SDM yang sehat akan menghasilkan masyarakat sehat yang akan menjadi pelaku dan sasaran pembangunan. Tabel 4.2. Jumlah Sarana dan Tenaga Kesehatan Tahun 2010 Sarana/Tenaga Kesehatan Jumlah (1) (2) Sarana Kesehatan (unit) Rumah Sakit 1 Puskesmas 12 Puskesmas Pembantu 41 Posyandu 151 Puskesmas Keliling 11 Tenaga Kesehatan (orang) Dokter Spesialis Penyakit Dalam 1 Dokter Umum 12 Dokter Gigi 2 Tenaga Kesehatan Lainnya 165 Sumber: BPS Gayo Lues, Gayo Lues Dalam Angka 2011 Dari tabel 4.2. diatas terlihat bahwa di Kabupaten Gayo Lues terdapat 1 unit rumah sakit umum (RSU), 12 unit pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), 41 unit puskesmas pembantu (Pustu), 151 pos pelayanan terpadu (posyandu) dan 11 unit puskesmas keliling (Pusling). Sedangkan untuk tenaga kesehatan di Kabupaten Gayo Lues 51

64 Gambaran Umum meliputi 1 dokter spesialis penyakit dalam, 12 dokter umum, 2 dokter gigi, dan 165 tenaga kesehatan lainnya. Gambar Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Tahun 2010 Air kemasan bermerk 15,04 24,35 10,94 2,85 9,31 18,88 12,93 3,47 0,25 1,98 Air isi ulang Leding meteran Leding eceran Sumur bor/pompa Sumur terlindung Sumur tak terlindung Mata air terlindung Mata air tak terlindung Air sungai Sumber: BPS Gayo Lues, Susenas 2010 Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan tidak akan terwujud tanpa suatu lingkungan yang baik, seperti tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat. Dari Gambar terlihat bahwa sumber air minum sebagian besar rumah tangga di kabupaten Gayo Lues masih bersumber dari mata air terlindung yang mencapai 24,35 persen dan sumur tak terlindung sebesar 18,88 persen, sedangkan yang menggunakan ledeng baru mencapai 3,72 persen. Rumah tangga yang mengandalkan air sungai dan mata air tak 52

65 terlindung sebagai sumber air minum juga masih terlihat besar, yaitu masing-masing sebesar 10,94 persen dan 15,04 persen. Gambar Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar Tahun ,83 25,19 15,78 28,21 Sendiri Bersama Umum Tidak ada Sumber: BPS Gayo Lues, Susenas 2010 Selain sarana air bersih, faktor lingkungan lainnya yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan derajat kesehatan adalah fasilitas fisik perumahan seperti fasilitas untuk buang air besar. Dari tabel terlihat bahwa rumah tangga yang tidak menggunakan fasilitas buang air besar menempati persentase terbesar, yaitu 30,83 persen, disusul rumah tangga yang menggunakan fasilitas umum sekitar 28,21 persen, fasilitas milik sendiri sekitar 25,19 persen dan yang menggunakan fasilitas buang air besar milik bersama sekitar 15,78 persen. 53

66 Gambaran Umum Gambar Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Rata-rata Lama Sakit, Tahun ,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 42,48 38,92 8,17 4,27 4, ,52 Memiliki Keluhan Kesehatan Tidak Memiliki Keluhan Kesehatan Sumber: BPS Gayo Lues, Susenas 2010 Informasi status kesehatan penduduk memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan penduduk yang antara lain dapat dilihat melalui persentase penduduk yang mengalami gangguan kesehatan dan rata-rata lama sakit. Berdasarkan data susenas tahun 2010 tercatat bahwa persentase penduduk Kabupaten Gayo Lues yang mempunyai keluhan kesehatan sebesar 42,48 persen. Dari keseluruhan penduduk yang mengalami keluhan kesehatan itu 43,76 persennya memiliki rata-rata lama sakit selama 3 hari/kurang, 38,92 persennya selama 4-7 hari, 8,17 persen 54

67 selama 8-14 hari, 4,27 persen selama hari, dan 4,88 persen memiliki rata-rata lama sakit selama hari Potensi Ekonomi Pada tahun 2010, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Gayo Lues atas dasar harga berlaku telah menunjukkan besaran 863,455 milyar rupiah. Jika dilihat berdasarkan peranan per sektor, maka sektor pertanian masih merupakan sektor terbesar yang menopang perekonomian di Kabupaten Gayo Lues, yaitu menyumbang sebesar 56,16 persen dari total PDRB. Kontribusi terbesar sektor pertanian diberikan oleh subsektor tanaman bahan makanan yang mencapai 23,57 persen, disusul subsektor perkebunan sebesar 15,41 persen. Subsektor peternakan dan kehutanan juga memberikan kontribusi yang tidak kecil, yaitu masing-masing sebesar 7,20 persen dan 6,23 persen. Sektor lain yang memberikan sumbangan cukup besar terhadap kinerja perekonomian daerah ini adalah sektor jasa-jasa, yaitu sebesar 14,49 persen. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan sumbangan cukup besar, yaitu sebesar 9,46 persen. Sedangkan sektor konstruksi memberikan sumbangan sebesar 9,21 persen terhadap total PDRB kabupaten ini. 55

68 Gambaran Umum Gambar Peranan Sektor Ekonomi dalam Pembentukan PDRB Kabupaten Gayo Lues Tahun (persen) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Jasa-jasa Listrik dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Industri Pengolahan Sumber: BPS Gayo Lues, PDRB Kabupaten Gayo Lues Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gayo Lues ditunjukkan oleh pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Dari Gambar terlihat bahwa secara umum pada periode pertumbuhan ekonomi kabupaten ini menunjukkan trend yang meningkat, meskipun sempat terjadi sedikit penurunan pada tahun 2009, yaitu dari 4,82 persen pada tahun 2008 menjadi 4,77 persen pada tahun Angka pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 sendiri sebesar 5,19 persen. Sektor dengan pertumbuhan tertinggi adalah sektor konstruksi sebesar 15,05 persen, disusul sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 13,03 persen, dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 12,80 persen. Sedangkan sektor jasa-jasa yang 56

69 memberikan konstribusi cukup besar merupakan sektor dengan pertumbuhan terkecil, yaitu sebesar 4,36 persen. Gambar Pertumbuhan Ekonomi, Tahun (persen) ,56 4,08 4,82 4,77 5, Sumber: BPS Gayo Lues, PDRB Kabupaten Gayo Lues

70 59

71 60

72 BAB V IPM KABUPATEN GAYO LUES 5.1. Komponen Penghitungan IPM Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk juga program pemberantasan kemiskinan. Gambar 5.1. Angka Harapan Hidup, Tahun (tahun) 67,5 67, ,96 66, Sumber: Badan Pusat Statistik 61

73 Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Pidie Jaya Kota Banda Aceh Kota Sabang Kota Langsa Kota Lhokseumawe Kota Subulussalam Aceh IPM Kabupaten Gayo Lues Angka Harapan Hidup masyarakat Kabupaten Gayo Lues pada tahun 2010 sebesar 67,08 tahun naik sedikit dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 66,96 tahun. Angka sebesar 67,08 menunjukkan bahwa seseorang yang lahir pada tahun 2010 mempunyai peluang rata-rata kelangsungan hidupnya hingga 67,08 tahun ke depan. Peningkatan Angka Harapan Hidup ini menunjukkan adanya peningkatan kualitas kehidupan masyarakat di bidang kesehatan selama periode Gambar 5.2. Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh, Tahun (tahun) Sumber: Badan Pusat Statistik Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota yang lain, Angka Harapan Hidup Kabupaten Gayo Lues pada tahun 2010 berada di posisi menengah dengan menempati 62

74 peringkat 17, naik satu peringkat dibandingkan tahun sebelumnya yang menduduki peringkat 18 untuk kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Angka Harapan Hidup terendah adalah 62,98 tahun untuk Kabupaten Simeulue. Sebaliknya, angka harapan hidup tertinggi adalah Kabupaten Bireuen yang mencapai 72,35 tahun disusul Kota Sabang sebesar 71,02 tahun. Untuk dapat mengidentifikasi sampai seberapa jauh keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan secara umum untuk Kabupaten Gayo Lues, perlu dilakukan keterbandingan dengan tingkat capaian rata-rata yang diperoleh Provinsi Aceh dari setiap kabupaten/kota. Dari Gambar 5.2 terlihat bahwa jika dibandingkan dengan Angka Harapan Hidup Provinsi Aceh yang sebesar 68,70 tahun maka Angka Harapan Hidup Kabupaten Gayo Lues masih lebih rendah. Hal ini mengindikasikan kondisi kesehatan penduduk Kabupaten Gayo Lues masih dibawah rata-rata kondisi kesehatan penduduk Provinsi Aceh. Angka Harapan Hidup erat kaitannya dengan angka kematian bayi. Semakin tinggi angka kematian bayi berarti akan semakin rendah usia harapan hidup. Sebaliknya semakin rendah angka kematian bayi maka semakin tinggi usia harapan hidup. Hal ini disebabkan karena angka kematian bayi sangat mencerminkan pola kematian penduduk secara umum. Secara jelas Todaro (2002) menyebutkan bahwa angka fertilitas yang tinggi cenderung 63

75 IPM Kabupaten Gayo Lues merugikan kesehatan ibu dan anak-anaknya yang pada akhirnya memperbesar kematian bayi dan anak. Kematian ibu dan bayi sangat tergantung pada kondisi kesehatan ibu dan bayi. Kesehatan ibu dan bayi terutama saat melahirkan akan lebih terjaga jika ditolong oleh tenaga profesional dalam hal ini dokter atau bidan. Meskipun tenaga dukun bayi sangat membantu masyarakat, namun pengetahuan dan keterampilan dukun harus ditingkatkan. Keberadaan dukun bayi masih diandalkan masyarakat mengingat keterbatasan tenaga medis terutama bagi daerah-daerah terpencil. Gambar 5.3. Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir, Tahun ,29 3,27 27,25 17,91 5,34 Dokter Bidan Tenaga paramedis lain 0,98 22,29 47,21 Dukun bersalin Famili/keluarga 7,25 67,21 Sumber: BPS Gayo Lues, Susenas Seperti di daerah lainnya, penolong kelahiran di Kabupaten Gayo Lues pada tahun 2010 mayoritas dilakukan oleh bidan (63,59 persen), angka ini naik dibandingkan 64

76 tahun sebelumnya yang sebesar 51,10 persen. Meskipun seperti itu, kelahiran yang ditolong dukun masih terlihat tinggi dengan menempati persentase tertinggi kedua setelah bidan yaitu sebesar 30,86 persen, bahkan angka ini naik dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 22,48 persen. Sedangkan persentase balita yang kelahirannya ditolong oleh dokter, selain menunjukkan persentase yang masih kecil juga menunjukkan penurunan dari 5,89 persen pada tahun 2009 menjadi 3,27 persen pada tahun Gambar 5.4. Persentase Balita Umur 2-4 Tahun Menurut Lama Disusui, Tahun 2010 (bulan) 23,46 9,93 11,61 <= ,21 29, >= 24 Sumber: BPS Gayo Lues, Susenas 2010 Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling penting bagi pertumbuhan dan kesehatan bayi karena selain mengandung nilai gizi yang cukup tinggi juga mengandung zat pembentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit. Oleh 65

77 IPM Kabupaten Gayo Lues karena itu, semakin lama anak disusui akan semakin baik tingkat pertumbuhan dan kesehatannya. Pada tahun 2010 persentase terbesar (29,79 persen) dari balita (usia 2-4 tahun) rata-rata disusui selama bulan atau selama 1-1,4 tahun. Sedangkan persentase balita dengan rata-rata lama disusui selama 2 tahun/lebih menunjukkan angka sebesar 23,46 persen. Gambar 5.5. Persentase Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B, Tahun 2010 Heptitis B Campak 47,63 44,83 74,25 79,92 Polio DPT BCG 63,00 60,75 87,67 82,97 84,70 87,12 Aceh Gayo Lues 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 Sumber: BPS Gayo Lues, Susenas 2010 Selain Program Pemberian ASI Eksklusif untuk mencegah balita dari terserangnya penyakit, pemerintah juga terus menggalakkan Program Lima Imunisasi Lengkap (LIL) untuk membentuk Kekebalan tubuh balita. Dari Gambar 5.5 terlihat bahwa dari 5 jenis imunisasi tersebut, prevalensi 66

78 imunisasi di Kabupaten Gayo Lues masih lebih rendah daripada Provinsi Aceh secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan pelaksanaan program imunisasi yang ada di Kabupaten Gayo Lues harus lebih ditingkatkan untuk mengejar ketertinggalan dari wilayah lain Angka Melek Huruf dan Rata-Rata Lama Bersekolah Keberhasilan pembangunan pendidikan dapat dilihat dari tinggi rendahnya derajat pendidikan masyarakat. Tingginya derajat pendidikan masyarakat dapat dilihat dari meningkatnya indikator-indikator pendidikan seperti tingginya angka melek huruf dan tingginya angka rata-rata lama sekolah. Angka melek huruf untuk keperluan ini adalah angka melek huruf penduduk 15 tahun keatas sehingga diharapkan tidak terjadi bias oleh penduduk usia anak-anak. Rata-rata lama bersekolah menggambarkan seberapa tinggi tingkat pendidikan rata-rata dalam tahun di suatu daerah oleh penduduk usia 25 tahun keatas. Pada usia ini dianggap penduduk sudah menyelesaikan seluruh pendidikannya sehingga tidak ada bias akibat penduduk muda. Kemampuan baca tulis penduduk di Provinsi Aceh tahun 2010 secara umum sudah baik, yaitu mencapai 96,88 persen. Sedangkan 3,12 persen penduduk provinsi di ujung Sumatera ini masih buta huruf dan kemungkinan besar 67

79 Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Pidie Jaya Kota Banda Aceh Kota Sabang Kota Langsa Kota Lhokseumawe Kota Subulussalam Aceh IPM Kabupaten Gayo Lues adalah penduduk usia lanjut atau penduduk yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Sementara itu angka literasi penduduk Kabupaten Gayo Lues sebesar 89,31 persen, merupakan yang paling rendah daripada kabupaten/kota lain di Provinsi Aceh. Ini menunjukkan bahwa komponen kualitas sumber daya manusia khususnya dilihat dari angka melek huruf paling buruk di Provinsi Aceh dan harus ditingkatkan. Gambar 5.6. Angka Melek Huruf Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh, Tahun (persen) Sumber: Badan Pusat Statistik Sementara itu angka literasi penduduk Kabupaten Gayo Lues sebesar 89,31 persen, merupakan yang paling rendah daripada kabupaten/kota lain di Provinsi Aceh. Ini menunjukkan bahwa komponen kualitas sumber daya 68

80 manusia khususnya dilihat dari angka melek huruf paling buruk di Provinsi Aceh dan harus ditingkatkan. Lain halnya dengan rata-rata lama bersekolah, salah satu komponen pembangunan manusia bidang pendidikan ini lebih baik daripada rata-rata angka Provinsi Aceh. Pada tahun 2009 dan 2010 rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Gayo Lues tidak mengalami perubahan, yaitu masih berada pada angka 8,71 tahun. Sementara rata-rata lama sekolah Provinsi Aceh mencapai 8,50 tahun dan 8,63 tahun pada tahun 2009 dan Waktu 8,71 tahun bersekolah berarti rata-rata penduduk belum menamatkan pendidikan 9 tahun atau tamat SLTP, jadi mereka hanya sempat menamatkan setara kelas 2 SLTP. Gambar 5.7. Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh, Tahun (tahun) Sumber: Badan Pusat Statistik 69

81 IPM Kabupaten Gayo Lues Pendidikan merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Hal ini juga berpengaruh pada pembangunan dan pertumbuhan ekonomi serta semua segi kehidupan di kabupaten Gayo Lues. Pendidikan yang merupakan komponen strategis dan mendasar untuk mendukung dan mendorong setiap upaya pembangunan sektor lainnya adalah suatu investasi yang akan memberikan hasil yang sangat besar karena pembangunan tidak hanya mengandalkan sumber daya alam saja tetapi harus didukung oleh sumber daya manusia yang handal. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 menegaskan bahwa (1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan bermutu, (2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus, (3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus, (4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus, (5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Dari ketentuan di atas maka setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan bahkan bagi masyarakat terpencil dan terbelakang sekalipun. Jadi dengan diwajibkannya pendidikan dasar 9 tahun, semestinya tidak 70

82 terdengar lagi adanya anak putus sekolah akibat ketiadaan biaya atau ketiadaan akses terhadap sarana pendidikan. Namun, jika dilihat dalam angka partisipasi sekolah seperti pada Gambar 5.8. terlihat bahwa partisipasi sekolah penduduk belum mencapai 100 persen, apalagi untuk mereka yang berusia tahun. Gambar 5.8. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Usia Sekolah, Tahun 2010 (persen) ,14 24, ,53 73,94 Aceh ,99 93,47 Gayo Lues ,19 99,12 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 Sumber: BPS Gayo Lues, Susenas 2010 Secara umum APS Provinsi Aceh dan Kabupaten Gayo Lues tidak jauh berbeda pada tahun 2010, kecuali pada kelompok usia tahun (Perguruan Tinggi). Pada kelompok usia pendidikan dasar 9 tahun (SD dan SLTP), APS di Kabupaten Gayo Lues cenderung lebih rendah tetapi pada jenjang SLTA (16-18 tahun) menunjukkan angka yang 71

83 IPM Kabupaten Gayo Lues cenderung lebih tinggi. Sedangkan angka partisipasi sekolah pada kelompok usia tahun (Perguruan Tinggi) di kabupaten Gayo Lues sebesar 13,14 persen berbeda jauh dari angka Provinsi Aceh yang sebesar 24,11 persen. Angka partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan dasar 9 tahun yang lebih rendah dari rata-rata angka provinsi Aceh mengindikasikan bahwa masyarakat kabupaten ini masih relatif terkendala dalam mengakses pendidikan. Keterbatasan ekonomi rumah tangga, keterbatasan sarana pendidikan dan budaya masyarakat yang belum menyadari akan pentingnya pendidikan biasanya menjadi penyebab utama rendahnya angka partisipasi sekolah ini. Oleh sebab itu, banyak aspek yang perlu dilibatkan dalam pembangunan pendidikan seperti pembangunan ekonomi, pembangunan sarana/prasarana dan pembangunan kesadaran masyarakat akan pendidikan Daya Beli Kemampuan daya beli masyarakat diharapkan dapat terwakili oleh variabel konsumsi riil per kapita, yaitu ratarata pengeluaran per kapita setahun yang sudah distandarkan dengan mendeflasikan dengan Indeks Harga Konsumen. Selanjutnya variabel ini disesuaikan dengan menggunakan Formula Atkinson. Secara umum kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Gayo Lues maupun di seluruh kabupaten/kota 72

84 dalam Provinsi Aceh mengalami peningkatan. Dapat dilihat pada Gambar 5.9. bahwa kecenderungan peningkatan daya beli penduduk di Kabupaten Gayo Lues lebih rendah daripada kecenderungan daya beli rata-rata penduduk di Provinsi Aceh. Gambar 5.9. Pengeluaran Riil Perkapita Disesuaikan, Tahun (ribu rupiah) Aceh Gayo Lues Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Pidie Jaya Kota Banda Aceh Kota Sabang Kota Langsa Kota Lhokseumawe Kota Subulussalam Aceh Sumber: BPS Gayo Lues, Susenas Pada tahun 2009, daya beli terendah Rp di Aceh Tenggara hingga tertinggi sebesar Rp di Kota Banda Aceh. Pada tahun 2010 konsumsi per kapita 73

85 IPM Kabupaten Gayo Lues berkisar antara Rp di Kabupaten Aceh Tenggara sampai dengan Rp di Kota Banda Aceh. Di Kabupaten Gayo Lues sendiri tercatat Rp pada tahun 2009 dan meningkat menjadi Rp pada tahun IPM Kabupaten Gayo Lues IPM Kabupaten Gayo Lues Tahun Pada tahun 2010 IPM Kabupaten Gayo Lues sebesar 67,86, sedikit meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 67,59. Angka tersebut merupakan yang terendah di Provinsi Aceh yang sebesar 71,70. Gambar Perkembangan IPM Kabupaten Gayo Lues dan Provinsi Aceh Tahun ,31 71,7 67,59 67,86 67 Gayo Lues Aceh Sumber: Badan Pusat Statistik 74

86 Rendahnya IPM Kabupaten Gayo Lues dapat terlihat dari komponen penyusunnya, misalnya dari sisi pendidikan, angka melek huruf di kabupaten ini hanya 87,27 persen, paling rendah di provinsi ini dan jauh lebih rendah dari ratarata angka provinsi (96,88 persen). Begitu juga jika dilihat dari indikator rata-rata lama sekolah, penduduk di Kabupaten Gayo Lues secara umum menduduki bangku sekolah rata-rata selama 8,71 tahun atau setingkat kelas 2 SLTP. Sedangkan penduduk Provinsi Aceh secara umum memiliki rata-rata lama sekolah selama 8,81 tahun. Artinya, dibandingkan daerah lain pembangunan dibidang pendidikan di kabupaten ini masih ketinggalan dan perlu lebih ditingkatkan. Sementara itu untuk komponen pengeluaran per kapita riil (yang disesuaikan) lebih rendah dari pengeluaran rata-rata provinsi. Pada tahun 2010 pengeluaran per kapita riil di Kabupaten Gayo Lues tercatat Rp , pengeluaran per kapita provinsi mencapai Rp Selama tahun IPM maupun komponen di dalamnya mengalami perubahan-perubahan, secara agregat perubahan IPM itu biasa disebut reduksi shortfall. Pada periode tersebut perubahannya lebih rendah daripada kenaikan rata-rata provinsi secara umum. Pada periode tersebut reduksi shortfall IPM Kabupaten Gayo Lues (0,84) lebih rendah daripada reduksi shortfall Provinsi Aceh (1,33). Hal ini mengindikasikan bahwa kemajuan pembangunan 75

87 Aceh Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Pidie Jaya Kota Banda Aceh Kota Sabang Kota Langsa Kota Lhokseumawe Kota Subulussalam IPM Kabupaten Gayo Lues manusia di Kabupaten Gayo Lues lebih lambat daripada di Provinsi Aceh secara umum Perbandingan IPM Antarkabupaten/kota Dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Aceh, posisi IPM Kabupaten Gayo Lues tahun merupakan yang terendah atau berada pada peringkat terakhir dari 23 daerah. Dua daerah yang terbawah adalah Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Aceh Singkil dengan nilai IPM masing-masing sebesar 67,86 dan 68,58 pada tahun Provinsi Aceh sendiri mempunyai capaian IPM sebesar 71,70 pada tahun yang sama. Gambar Posisi IPM Kabupaten/Kota Dibandingkan dengan IPM Aceh, Tahun Aceh, 2010: 71,70 Aceh, 2009: 71, Sumber: Badan Pusat Statistik 76

88 Aceh Gayo Lues Aceh Singkil Nagan Raya Kota Subulussalam Simeulue Aceh Jaya Aceh Selatan Aceh Barat Daya Aceh Timur Aceh Barat Aceh Tamiang Bener Meriah Aceh Tenggara Pidie Pidie Jaya Aceh Utara Bireuen Aceh Besar Aceh Tengah Kota Langsa Kota Sabang Kota Lhokseumawe Kota Banda Aceh Nilai IPM tertinggi diperoleh Kota Banda Aceh untuk periode yang sama, yaitu 77,00 pada tahun 2009 dan 77,45 pada tahun berikutnya. Untuk tahun 2010, empat posisi terbaik berikutnya adalah Kota Lhokseumawe (76,10), Kota Sabang (75,98), Kota Langsa (73,85) dan Kabupaten Aceh Tengah (73,69). Daerah lain yang mempunyai IPM di atas IPM provinsi (71,70) adalah Kabupaten Aceh Besar (73,32), Bireuen (73,07), Aceh Utara (72,46), Pidie Jaya (72,38), dan Kabupaten Pidie (71,92). Gambar Urutan IPM Kabupaten/Kota Se-Provinsi Aceh Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik Dibandingkan dengan kabupaten induknya Aceh Tenggara, ternyata Gayo Lues mempunyai kualitas sumberdaya manusia yang cukup berbeda. IPM kedua daerah yang dimekarkan dan daerah hasil pemekaran 77

89 IPM Kabupaten Gayo Lues tersebut masing-masing 71,60 dan 67,86 dengan peringkat masing-masing pada posisi 11 dan 23. Tiga daerah dengan IPM terbawah adalah Kabupaten Gayo Lues (67,86), Aceh Singkil (68,58), dan Kabupaten Nagan Raya (69,19). Sebaliknya, pencapaian IPM tertinggi masih diduduki oleh Kota Banda Aceh (77,45) dan Kota Lhokseumawe (76,10). Urutan berikutnya adalah Kota Sabang (75,98), Kota Langsa (73,85), dan Kabupaten Aceh Tengah (73,69). Gambar Pengelompokan IPM Berdasarkan Nilai dan Perubahannya (Shortfall) Perubahan rendah, IPM tinggi (Bireuen, Aceh Besar, Pidie, Aceh Jaya) KUADRAN II Perubahan tinggi, IPM tinggi (Kota Banda Aceh, Kota Sabang, Kota Lhokseumawe, Aceh Tengah, Kota Langsa, Aceh Utara, Pidie Jaya) KUADRAN I Perubahan IPM KUADRAN III Perubahan rendah, IPM rendah (Aceh Tenggara, Aceh Timur, Aceh Tamiang, Aceh Selatan, Kota Subulussalam, Simeulue, Gayo Lues, Aceh Singkil) KUADRAN IV Perubahan tinggi, IPM rendah (Aceh Barat, Aceh Barat Daya, Bener Meriah, Nagan Raya) 78 IPM 2010

90 Jika diperhatikan perubahan reduksi shortfall masingmasing daerah, ternyata Kota Langsa adalah yang tertinggi yaitu mencapai 2,43. Sebaliknya, Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Bireuen, merupakan yang terendah yakni masingmasing tercatat 0,75 dan 0,79. Sementara Kabupaten Gayo Lues sebesar 0,84 masih dibawah angka provinsi (1,33). Secara garis besar, daerah kabupaten/kota tersebut dapat dikelompokkan menjadi kategori IPM tinggi dan rendah, dimana kategori tinggi jika IPM kabupaten/kota sama dengan atau lebih tinggi dari IPM provinsi. Dengan mengambil IPM Provinsi sebagai patokan. Kabupaten/Kota yang termasuk dalam kelompok tinggi adalah Banda Aceh, Lhokseumawe, Sabang, Langsa, Aceh Tengah, Aceh Besar, Bireuen, Aceh utara, Pidie Jaya dan Pidie. Nilai IPM atau perubahan ( ) dikatakan tinggi bila besarnya sama dengan atau lebih tinggi dari provinsi. Bila pengamatan juga melibatkan variabel besarnya perubahan IPM, maka akan dapat dibuat suatu pengelompokan berdasarkan nilai IPM dan perubahannya (shortfall). Nilai yang dijadikan acuan adalah nilai IPM provinsi. Dengan membagi daerah plot menjadi empat kuadran, maka tiap-tiap kuadran dikatagorikan sebagai: Kuadran I : Nilai IPM tinggi, perubahan tinggi Kuadran II : Nilai IPM tinggi, perubahan rendah Kuadran III : Nilai IPM rendah, perubahan rendah Kuadran IV : Nilai IPM rendah, perubahan tinggi 79

91 IPM Kabupaten Gayo Lues Gambar IPM Kabupaten/Kota Tahun 2010 dan Perubahan (Shortfall) Tahun ,5 2 1,5 1 0, Aceh Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Pidie Jaya Kota Banda Aceh Kota Sabang Kota Langsa Kota Lhokseumawe Kota Subulussalam Sumber: Badan Pusat Statistik Dari keempat kondisi tersebut, maka tempat pada kuadran I merupakan hal yang diinginkan karena dengan pencapaian IPM yang sudah lebih tinggi dari provinsi juga laju perubahan IPM itu pun lebih tinggi atau lebih cepat daripada laju provinsi. Sebaliknya yang paling memprihatinkan adalah jika kenaikannya lebih rendah daripada laju IPM provinsi secara umum dan IPM-nya pun lebih rendah dari IPM provinsi (posisi pada kuadran III). Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan manusia dengan 80

92 kualitas manusia dibawah rata-rata provinsi lebih rendah laju atau akselerasinya daripada laju pembangunan manusia provinsi secara keseluruhan. Padahal untuk daerah-daerah dengan IPM dibawah angka provinsi, seharusnya akselerasi pembangunan manusianya lebih tinggi atau dipercepat daripada laju pembangunan manusia provinsi untuk mengejar ketertinggalan daerah tersebut. 81

93 83

94 84

95 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari uraian pada bab-bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Selama kurun waktu , secara umum kinerja pembangunan manusia di Kabupaten Gayo Lues mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan naiknya IPM dari 67,59 menjadi 67, Kenaikan IPM disebabkan oleh naiknya komponen angka harapan hidup,angka melek huruf, dan paritas daya beli. Sedangkan komponen rata-rata lama sekolah menunjukkan angka sama dengan tahun sebelumnya. 3. Pencapaian nilai IPM sebesar 67,86 masih jauh dari harapan sehingga masih perlu kerja keras semua pihak untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya pemerataan fasilitas kesehatan, peningkatan mutu pelayanan kesehatan, dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat. Meningkatkan derajat pendidikan melalui upaya pemerataan kesempatan pendidikan dan peningkatan kualitas pendidikan. Serta peningkatan daya beli melalui menyediakan lapangan pekerjaan baru dan memberikan kemudahan bagi penduduk untuk mendapatkan penghasilan. 85

96 Kesimpulan dan Saran 4. Perbandingan dengan beberapa kabupaten/kota lainnya dalam Provinsi Aceh, Kabupaten Gayo Lues masih terletak dalam posisi terakhir, dari 23 kabupaten/kota sama seperti tahun Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan manusia di Kabupaten Gayo Lues masih tertinggal dari kabupaten/kota lainnya di Provinsi Aceh Saran-saran Berdasarkan analisa informasi yang ada, publikasi ini mendukung lima tujuan utama guna memajukan pembangunan manusia di Kabupaten Gayo Lues. 1. Memberdayakan Masyarakat Untuk Pembangunan Mungkin satu-satunya instrument yang paling efektif untuk meningkatkan pembangunan manusia adalah memberdayakan masyarakat untuk mengambil keputusan bersama secara mandiri tentang apa yang perlu dilakukan. Pemberdayaan ini tidak hanya berarti mempromosikan partisipasi dalam rapat umum untuk mendiskusikan berbagai prioritas dan rencana, tetapi juga mengalihkan sumber daya fiskal bagi kelompok-kelompok yang diakui dan mendelegasikan wewenang untuk menentukan cara bagaimana menggunakan sumber daya tersebut. 2. Memastikan Manfaat Bagi Setiap Orang Meskipun beberapa indikator menunjukkan kemajuan dalam pembangunan manusia di Kabupaten Gayo Lues, tetapi penting untuk memastikan bahwa semua orang 86

97 memperoleh manfaat dari kemajuan yang dicapai. Semua program pemerintah harus memberikan perhatian khusus terhadap penanganan kebutuhan kelompok-kelompok social tertentu yang mungkin telah diabaikan atau yang tidak mampu untuk mendapatkan bantuan yang mereka perlukan karena satu dan lain alasan. 3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik Pelayanan sosial dasar sekarang dapat diakses secara fisik oleh sebagian besar masyarakat diseluruh kecamatan. Tantangan utama di masa mendatang adalah peningkatan kualitas pelayanan ini, terutama di bidang kesehatan dan pendidikan. 4. Meningkatkan Kesempatan Bagi Pekerjaan Produktif Tujuan utama lainnya di Aceh meningkatkan pendapatan rumah tangga. Hal ini penting bukan hanya karena alasan ekonomi tetapi juga sebagai sarana untuk menggunakan investasi secara lebih baik dalam pendidikan dan sumber daya manusia, dan untuk meningkatkan martabat pribadi dan harga diri. Strategi yang efektif untuk mencapai tujuan ini memerlukan langkah-langkah saling melengkapi baik pada tingkat makro maupun mikro. Aksi-aksi untuk memperkuat ekonomi di tingkat desa akan membantu menciptakan pekerjaan baru dan memperluas kesempatan bagi mata pencaharian produktif di seluruh Kabupaten Gayo Lues. 87

98 Kesimpulan dan Saran 5. Menggunakan Sumber Daya Publik Secara Lebih Baik Semua pihak harus berperan aktif dalam mengawal Pembangunan di Kabupaten Gayo Lues. Konstitusi yang ada menekankan keharusan untuk meminimalkan penyalahgunaan dan memastikan sumber daya yang disalurkan untuk berbagai program dan pelayanan yang lebih efektif dalam memajukan pembangunan manusia. Untuk tujuan ini, dinas-dinas pemerintah didorong untuk mengadopsi prinsip-prinsip umum kinerja perencanaan dan penganggaran. 88

99 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gayo Lues Gayo Lues Dalam Angka Blangkejeren: BPS Kabupaten Gayo Lues. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gayo Lues Gayo Lues Dalam Angka Blangkejeren: BPS Kabupaten Gayo Lues. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gayo Lues Indeks Pembangunan Manusia Kota Batam Tahun Blangkejeren: BPS Kabupaten Gayo Lues. BPS Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Jakarta: BPS. BPS, UNDP Bappenas Indonesia Laporan Pembangunan Manusia Jakarta: BPS. BPS Kabupaten Gayo Lues Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Gayo Lues Tahun Blangkejeren: BPS Kabupaten Gayo Lues. BPS Kota Batam Indeks Pembangunan Manusia Kota Batam Tahun Kota Batam: BPS Kota Jambi Indeks Pembangunan Manusia Kota Jambi 1999, 2002 dan Kota Jambi: 2005 Hadar A, Ivan, Jakarta Global IPM 2010: Patutkah Si Miskin Berharap?. Suhartono, Gedsiri Indeks Pembangunan Manusia DE-WORLD.de. Tjiptoherijanto, Prijono dan Soesetyo Sumber Daya Manusia Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. 89

100 Daftar Pustaka Todaro, Michael P, Stephen C. Smith Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. (Jilid 1 dan 2, Terjemahan Haris Munandar). Jakarta: Erlangga. UNDP Human Development Report : The Human Development Index. UNDP Human Development Report 2009: The Human Development Index. UNDP Human Development Report 2010: The Human Development Index. 90

101 91

102 92

103 Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di Kabupaten Gayo Lues Tahun 2009 Penggunaan Lahan Luas (Ha) % Luas (1) (2) (3) 1. Pemukiman ,22 2. Sawah ,49 3. Tanaman Pertanian ,54 4. Lahan Kering ,62 5. Holtikulra ,38 6. Perkebunan ,54 7. Enclave ,41 8. Peternakan ,77 9. Hutan Tanaman Industri , Hutan Produksi Terbatas , Hutan Lindung ,21 Gayo Lues ,00 Sumber: BPS, Gayo Lues Dalam Angka

104 Lampiran Tabel 2. Luas Wilayah (berdasarkan UU No. 4 tahun 2002) dan Jumlah Desa Menurut Kecamatan di Kabupaten Gayo Lues Tahun 2009 Luas Wilayah % Luas Kecamatan Jumlah Desa (Ha) Wilayah (1) (2) (3) (4) 1. Kuta Panjang , Blang Jerango , Blangkejeren , Putri Betung , Dabun Gelang , Blang Pegayon , Pining , Rikit Gaib , Pantan Cuaca , Terangun , Tripe Jaya ,28 10 Gayo Lues , Sumber: BPS, Gayo Lues Dalam Angka 2010 Tabel 3. Data Kondisi Ruas Jalan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten di Kabupaten Gayo Lues Tahun 2010 Nama Ruas Panjang Ruas Lebar jalan Lapisan Permukaan (KM) (KM) (M) Aspal Kerikil tanah (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Jalan Nasional 124,5 4,5 124, Jalan Provinsi 168,7 4,5 105,8 60,9 13,9 3. Jalan Kabupaten 650,05 4,0 164,45 148,86 173,11 4. Jumlah 943,3 13,0 394,8 209,8 187,0 Sumber: BPS, Gayo Lues Dalam Angka

105 Tabel 4. Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten dan ke Ibukota Provinsi Tahun 2010 Kecamatan Nama Ibukota Kecamatan Ibukota Kabupaten Jarak Ke (Km) Ibukota Provinsi (1) (2) (3) (4) 1. Kuta Panjang Kuta Panjang Blang Jerango Buntul Gemulung Blangkejeren Blangkejeren Putri Betung Gumpang Dabun Gelang Badak Bur Jumpe Blang Pegayon Cinta Maju Pining Pining Rikit Gaib Ampa Kolak Pantan Cuaca Kenyaran Terangun Terangun Tripe Jaya Rerebe Sumber: BPS, Gayo Lues Dalam Angka

106 Lampiran Tabel 5. Jumlah Penduduk Kabupaten Gayo Lues Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Kelompok Umur Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) Jumlah Sumber: BPS, Gayo Lues Dalam Angka

107 Tabel 6. Jumlah Penduduk Kabupaten Gayo Lues Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Kecamatan Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) 1. Kuta Panjang Blang Jerango Blangkejeren Putri Betung Dabun Gelang Blang Pegayon Pining Rikit Gaib Pantan Cuaca Terangun Tripe Jaya Gayo Lues Sumber: BPS, Gayo Lues Dalam Angka 2011 Indikator Tabel 7. Jumlah, Persentase, dan Garis Kemiskinan Tahun Tahun (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Jumlah (000) 24,8 24,5 23,1 18,89 17,09 19,0 2. Persentase 33,97 33,51 32,31 26,57 24,22 23,91 3. Garis Kemiskinan (Rp/Kap/Bulan) Sumber: Badan Pusat Statistik 97

108 Lampiran Tabel 8. Persentase Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka Provinsi Aceh Tahun 2010 Kabupaten TPAK TPT (1) (2) (3) 01. Simeulue 63,72 12, Aceh Singkil 64,15 9, Aceh Selatan 58,87 11, Aceh Tenggara 63,76 9, Aceh Timur 64,20 6, Aceh Tengah 79,06 2, Aceh Barat 58,98 3, Aceh Besar 61,22 11, Pidie 64,89 7, Bireuen 67,34 7, Aceh Utara 59,94 12, Aceh Barat Daya 58,90 6, Gayo Lues 74,99 4, Aceh Tamiang 63,62 8, Nagan Raya 61,38 3, Aceh Jaya 66,49 7, Bener Meriah 78,31 2, Pidie Jaya 63,09 5, Banda Aceh 53,65 11, Sabang 67,81 10, Langsa 61,22 12, Lhokseumawe 57,73 11, Subulussalam 54,99 4,28 Provinsi Aceh 63,17 8,37 Sumber: BPS, Sakernas

109 Tabel 9. Peranan Sektor Ekonomi dalam Pembentukan PDRB Kabupaten Gayo Lues Tahun (Persen) Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian 60,54 60,39 59,04 57,57 56,16 2. Pertambangan & penggalian 0,07 0,08 0,08 0,08 0,09 3. Industri pengolahan 4,25 4,46 4,82 4,88 5,08 4. Listrik, gas & air bersih 0,61 0,64 0,71 0,70 0,70 5. Bangunan 5,94 6,49 7,34 8,34 9,21 6. Perdagangan, hotel & restoran 7. Pengangkutan & komunikasi 8. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan 9,34 9,26 9,39 9,52 9,46 1,83 1,84 1,92 2,02 2,15 2,23 2,12 2,32 2,50 2,66 9. Jasa-jasa 15,18 14,72 14,39 14,39 14,49 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS, PDRB Kabupaten Gayo Lues

110 Lampiran Tabel 10. Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun Angka Harapan Hidup Kabupaten (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Simeulue 62,7 62,75 62,84 62,91 62, Aceh Singkil 64,0 64,27 64,46 64,69 64, Aceh Selatan 66,5 66,61 66,71 66,82 66, Aceh Tenggara 69,1 69,11 69,16 69,19 69, Aceh Timur 69,3 69,41 69,52 69,63 69, Aceh Tengah 69,2 69,31 69,42 69,53 69, Aceh Barat 69,6 69,69 69,78 69,87 69, Aceh Besar 70,3 70,42 70,52 70,64 70, Pidie 68,7 68,94 69,11 69,32 69, Bireuen 72,2 72,22 72,28 72,32 72, Aceh Utara 69,3 69,41 69,52 69,32 69, Aceh Barat Daya 66,0 66,30 66,49 66,74 66, Gayo Lues 66,6 66,73 66,84 66,96 67, Aceh Tamiang 68,0 68,09 68,18 68,27 68, Nagan Raya 69,2 69,31 69,42 69,53 69, Aceh Jaya 67,8 67,84 67,91 67,97 68, Bener Meriah 67,2 67,31 67,41 67,52 67, Pidie Jaya 68,8 68,91 69,02 69,13 69, Banda Aceh 69,6 69,99 70,24 70,56 70, Sabang 69,7 70,10 70,36 70,69 71, Langsa 69,7 69,96 70,14 70,36 70, Lhokseumawe 69,2 69,70 70,00 70,41 70, Subulussalam 65,2 65,40 65,54 65,71 65,89 Provinsi Aceh 68,3 68,40 68,50 68,60 68,70 Sumber: Badan Pusat Statistik 100

111 Tabel 11. Angka Melek Huruf Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun Kabupaten/Kota Tahun (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Simeulue 98,3 98,30 98,30 98,58 98, Aceh Singkil 96,2 96,20 96,20 96,22 96, Aceh Selatan 96,4 96,42 96,42 96,47 96, Aceh Tenggara 96,9 96,94 96,94 97,10 97, Aceh Timur 97,2 97,24 97,35 97,51 98, Aceh Tengah 97,5 97,47 98,08 98,13 98, Aceh Barat 89,9 94,06 94,06 94,08 94, Aceh Besar 96,9 96,93 96,93 96,95 96, Pidie 94,5 94,53 95,51 95,56 95, Bireuen 98,3 98,34 98,34 98,37 98, Aceh Utara 96,0 96,04 96,04 96,42 97, Aceh Barat Daya 95,7 95,70 96,22 96,25 96, Gayo Lues 86,7 86,70 86,70 86,97 87, Aceh Tamiang 98,0 98,00 98,00 98,25 98, Nagan Raya 89,7 89,70 89,70 89,78 89, Aceh Jaya 91,1 91,78 93,73 93,78 93, Bener Meriah 96,4 97,19 97,19 97,45 98, Pidie Jaya 94,2 94,20 94,20 94,23 95, Banda Aceh 99,0 99,03 99,03 99,10 99, Sabang 98,2 98,26 98, , Langsa 98,5 98,75 98,75 99,10 99, Lhokseumawe 98,8 98,82 98,82 99,22 99, Subulussalam 96,5 96,50 96,50 96,53 96,54 Provinsi Aceh 96,2 96,20 96,20 96,39 96,88 Sumber: Badan Pusat Statistik 101

112 Lampiran Tabel 12. Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun (Tahun) Kabupaten/Kota Tahun (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Simeulue 6,1 7,60 8,00 8,51 8, Aceh Singkil 7,7 7,70 7,70 8,35 7, Aceh Selatan 8,2 8,20 8,20 8,23 8, Aceh Tenggara 9,3 9,30 9,30 9,45 9, Aceh Timur 8,4 8,40 8,40 8,46 8, Aceh Tengah 9,0 9,27 9,29 9,44 9, Aceh Barat 8,2 8,20 8,20 8,23 8, Aceh Besar 9,4 9,48 9,48 9,54 9, Pidie 8,6 8,60 8,60 8,69 8, Bireuen 9,2 9,20 9,20 9,25 9, Aceh Utara 9,1 9,10 9,10 9,19 9, Aceh Barat Daya 7,5 7,50 7,50 7,63 7, Gayo Lues 8,7 8,70 8,70 8,87 8, Aceh Tamiang 8,4 8,40 8,40 8,54 8, Nagan Raya 6,7 7,32 7,32 7,52 7, Aceh Jaya 8,7 8,70 8,70 8,72 8, Bener Meriah 8,1 8,49 8,49 8,53 8, Pidie Jaya 8,0 8,00 8,00 8,38 8, Banda Aceh 11,2 11,86 11,86 11,91 12, Sabang 9,6 10,13 10,23 10,36 10, Langsa 9,4 9,70 9,88 9,98 10, Lhokseumawe 9,7 9,70 9,70 9,73 9, Subulussalam 7,5 7,50 7,50 7,81 7,59 Provinsi Aceh 8,5 8,50 8,50 8,63 8,81 Sumber: Badan Pusat Statistik 102

113 Tabel 13. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Usia Sekolah di Provinsi Aceh Tahun 2010 Kelompok Usia Sekolah Kabupaten/Kota (1) (2) (3) (4) (5) 01. Simeulue 100,00 98,89 86,31 15, Aceh Singkil 99,76 94,72 78,73 15, Aceh Selatan 99,46 95,81 68,52 18, Aceh Tenggara 99,04 98,20 74,29 16, Aceh Timur 98,71 93,93 60,94 10, Aceh Tengah 98,56 95,58 70,92 22, Aceh Barat 98,57 96,90 82,89 32, Aceh Besar 99,71 96,32 74,60 29, Pidie 99,45 96,64 67,58 24, Bireuen 98,26 93,13 70,56 24, Aceh Utara 99,29 92,94 79,12 24, Aceh Barat Daya 100,00 91,30 73,62 24, Gayo Lues 99,12 93,47 73,94 13, Aceh Tamiang 98,68 93,89 63,34 13, Nagan Raya 99,38 94,27 75,63 20, Aceh Jaya 99,32 95,64 69,66 10, Bener Meriah 98,95 93,75 74,42 16, Pidie Jaya 99,82 97,60 74,73 24, Banda Aceh 99,39 96,39 84,96 50, Sabang 100,00 96,60 70,88 13, Langsa 99,84 97,72 80,05 30, Lhokseumawe 99,61 96,08 81,30 32, Subulussalam 99,30 92,67 83,58 16,20 Provinsi Aceh 99,19 94,99 73,53 24,11 Sumber: BPS, Susenas

114 Lampiran Tabel 14. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki Tahun 2010 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki dan Perempuan (1) (2) (3) (4) Belum Tamat SD 34,77 43,74 39,36 SD 23,97 26,51 25,27 SLTP 18,39 15,48 16,90 SLTA 17,68 10,01 13,76 DI/DII/DIII 2,85 2,88 2,86 DIV/S1 2,26 1,31 1,77 S2/S3 0,08 0,08 0,08 Total 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS, Susenas

115 Tabel 15. Pengeluaran Riil Per Kapita Disesuaikan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun (Rp ribu) Kabupaten/Kota (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Simeulue 606,7 613,41 617,07 617,10 618, Aceh Singkil 599,1 607,59 608,18 608,22 610, Aceh Selatan 591,8 596,92 600,21 604,59 606, Aceh Tenggara 589,1 593,99 594,03 596,01 597, Aceh Timur 572,9 579,33 580,16 586,29 588, Aceh Tengah 597,3 606,22 612,61 615,51 618, Aceh Barat 584,0 586,91 591,18 598,72 600, Aceh Besar 596,3 605,60 606,50 608,63 610, Pidie 598,0 606,32 608,11 611,05 612, Bireuen 584,7 587,78 589,40 592,06 593, Aceh Utara 590,3 601,82 602,19 605,69 607, Aceh Barat Daya 592,7 601,49 611,73 614,26 617, Gayo Lues 590,9 596,10 596,44 600,15 601, Aceh Tamiang 578,7 583,72 591,29 595,40 598, Nagan Raya 586,2 589,38 599,28 601,67 604, Aceh Jaya 584,7 588,36 591,47 596,69 598, Bener Meriah 584,0 587,03 597,84 603,78 605, Pidie Jaya 596,2 602,87 618,56 620,18 622, Banda Aceh 624,3 626,44 630,25 630,63 632, Sabang 618,4 620,65 623,14 625,82 627, Langsa 591,5 595,18 599,51 600,66 603, Lhokseumawe 621,5 628,30 630,77 631,63 634, Subulussalam 599,9 604,56 605,35 608,74 612,77 Provinsi Aceh 589,5 600,95 605,56 610,27 611,42 Sumber: Badan Pusat Statistik 105

116 Lampiran Tabel 16. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Reduksi Shortfall Menurut Kabupaten/Kota Tahun Kabupaten/Kota IPM Reduksi Shortfall Peringkat di Provinsi Aceh (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Simeulue 68,92 69,28 1, Aceh Singkil 68,29 68,58 0, Aceh Selatan 69,64 69,97 1, Aceh Tenggara 71,23 71,60 1, Aceh Timur 70,19 70,55 1, Aceh Tengah 73,22 73,69 1, Aceh Barat 70,32 70,79 1, Aceh Besar 73,10 73,32 0, Pidie 71,60 71,92 1, Bireuen 72,86 73,07 0, Aceh Utara 71,90 72,46 2, Aceh Barat Daya 69,81 70,29 1, Gayo Lues 67,59 67,86 0, Aceh Tamiang 70,50 70,79 0, Nagan Raya 68,74 69,18 1, Aceh Jaya 69,39 69,63 0, Bener Meriah 70,38 70,98 2, Pidie Jaya 71,71 72,38 2, Banda Aceh 77,00 77,45 1, Sabang 75,49 75,98 1, Langsa 73,20 73,85 2, Lhokseumawe 75,54 76,10 2, Subulussalam 68,85 69,26 1, Provinsi Aceh * 71,31 71,70 1, Catatan: * Peringkat provinsi se-indonesia Sumber: Badan Pusat Statistik 106

117 Tabel 17. IPM Menurut Kategori (Provinsi Aceh) dan Kabupaten/Kota Tahun Kabupaten/Kota Kategori IPM (1) (3) (4) 01. Simeulue Rendah Rendah 02. Aceh Singkil Rendah Rendah 03. Aceh Selatan Rendah Rendah 04. Aceh Tenggara Rendah Rendah 05. Aceh Timur Rendah Rendah 06. Aceh Tengah Tinggi Tinggi 07. Aceh Barat Rendah Rendah 08. Aceh Besar Tinggi Tinggi 09. Pidie Tinggi Tinggi 10. Bireuen Tinggi Tinggi 11. Aceh Utara Tinggi Tinggi 12. Aceh Barat Daya Rendah Rendah 13. Gayo Lues Rendah Rendah 14. Aceh Tamiang Rendah Rendah 15. Nagan Raya Rendah Rendah 16. Aceh Jaya Rendah Rendah 17. Bener Meriah Rendah Rendah 18. Pidie Jaya Tinggi Tinggi 71. Banda Aceh Tinggi Tinggi 72. Sabang Tinggi Tinggi 73. Langsa Tinggi Tinggi 74. Lhokseumawe Tinggi Tinggi 75. Subulussalam Rendah Rendah Sumber: Badan Pusat Statistik 107

118 Lampiran Tabel 18. IPM 2010, Perubahan (Shortfall) , dan Letak Kuadran Kabupaten/Kota Nilai IPM IPM 2010 Kategori Perubahan Letak Kuadran (1) (2) (3) (4) (5) 01. Simeulue 69,28 Rendah 1,15 III 02. Aceh Singkil 68,58 Rendah 0,92 III 03. Aceh Selatan 69,97 Rendah 1,08 III 04. Aceh Tenggara 71,60 Rendah 1,27 III 05. Aceh Timur 70,55 Rendah 1,21 III 06. Aceh Tengah 73,69 Tinggi 1,77 I 07. Aceh Barat 70,79 Rendah 1,57 IV 08. Aceh Besar 73,32 Tinggi 0,83 II 09. Pidie 71,92 Tinggi 1,13 II 10. Bireuen 73,07 Tinggi 0,79 II 11. Aceh Utara 72,46 Tinggi 2,00 I 12. Aceh Barat Daya 70,29 Rendah 1,57 IV 13. Gayo Lues 67,86 Rendah 0,84 III 14. Aceh Tamiang 70,79 Rendah 0,96 III 15. Nagan Raya 69,18 Rendah 1,40 IV 16. Aceh Jaya 69,63 Rendah 0,75 II 17. Bener Meriah 70,98 Rendah 2,03 IV 18. Pidie Jaya 72,38 Tinggi 2,38 I 71. Banda Aceh 77,45 Tinggi 1,96 I 72. Sabang 75,98 Tinggi 1,99 I 73. Langsa 73,85 Tinggi 2,43 I 74. Lhokseumawe 76,10 Tinggi 2,28 I 75. Subulussalam 69,26 Rendah 1,32 III Provinsi Aceh 71,70-1,33 - Sumber: Badan Pusat Statistik 108

119 Tabel 19. Konversi Lama Sekolah dengan Jenjang Pendidikan No Jenjang Pendidikan Lama Sekolah (tahun) (1) (2) (3) 1 Tidak/belum pernah sekolah 0 2 SD 6 3 SMP 9 4 SLTA/SMU 12 5 Diploma I 13 6 Diploma II 14 7 Akademi/Diploma III 15 8 Diploma IV/Sarjana 16 9 Magister (S2) Doktor (S3) 21 Sumber: Badan Pusat Statistik 109

120 Lampiran Tabel 20. Daftar Komoditi Terpilih Untuk Menghitung Paritas Daya Beli (PPP) No Komoditi Unit Sumbangan terhadap total konsumsi (%) (1) (2) (3) (4) 1 Beras Lokal Kg 7,25 2 Tepung terigu Kg 0,10 3 Ketela Pohon Kg 0,22 4 Ikan tongkol/tuna/cakalang Kg 0,50 5 Ikan teri Ons 0,32 6 Daging Sapi Kg 0,78 7 Daging ayam kampong Kg 0,65 8 Telur ayam Butir 1,48 9 Susu Kental Manis 395 gram 0,48 10 Bayam Kg 0,30 11 Kacang panjang Kg 0,32 12 Kacang tanah Kg 0,22 13 Tempe Kg 0,79 14 Jeruk Kg 0,39 15 Pepaya Kg 0,18 16 Kelapa Butir 0,56 17 Gula pasir Ons 1,61 18 Kopi bubuk Ons 0,60 19 Garam Ons 0,15 20 Merica/lada Ons 0,13 21 Mie instant 80 gram 0,79 22 Rokok kretek filter 10 batang 2,86 23 Listrik Kwh 2,06 24 Air minum M 3 0,46 25 Bensin Liter 1,02 26 Minyak tanah Liter 1,74 27 Sewa rumah Unit 11,56 Total 37,52 Sumber: Badan Pusat Statistik 110

121 Tabel 21. IPM/HDI (Human Development Index) Beberapa Negara Tahun 2010 Rank Country Value Rank Country Value (1) (2) (3) (1) (2) (3) VERY HIGH HUMAN DEVELOPMENT HIGH HUMAN DEVELOPMENT 1 Norway 0, Bahamas 0,784 2 Australia 0, Lithuania 0,783 3 New Zealand 0, Chile 0,783 4 United States 0, Argentina 0,775 5 Ireland 0, Kuwait 0,771 6 Liechtenstein 0, Latvia 0,769 7 Netherlands 0, Montenegro 0,769 8 Canada 0, Romania 0,767 9 Sweden 0, Croatia 0, Germany 0, Uruguay 0, Japan 0, Libyan Arab Jamahiriya 0, Korea, Republic 0, Panama 0, Switzerland 0, Saudi Arabia 0, France 0, Mexico 0, Israel 0, Malaysia 0, Finland 0, Bulgaria 0, Iceland 0, Trinidad and Tobago 0, Belgium 0, Serbia 0, Denmark 0, Belarus 0, Spain 0, Costa Rica 0, Hong Kong, China (SAR) 0, Peru 0, Greece 0, Albania 0, Italy 0, Russian Federation 0, Luxembourg 0, Kazakhstan 0, Austria 0, Azerbaijan 0, United Kingdom 0, Bosnia and Herzegovina 0, Singapore 0, Ukraine 0, Czech Republic 0, Iran, Islamic Republic of 0, Slovenia 0, The former Yugoslav Republic of Macedonia 0, Andorra 0, Mauritius 0, Slovakia 0, Brazil 0, United Arab Emirates 0, Georgia 0, Malta 0, Venezuela, Bolivarian Republic of 0, Estonia 0, Armenia 0, Cyprus 0, Ecuador 0, Hungary 0, Belize 0, Brunei Darussalam 0, Colombia 0, Qatar 0, Jamaica 0, Bahrain 0, Tunisia 0, Portugal 0, Jordan 0, Poland 0, Turkey 0, Barbados 0, Algeria 0, Tonga 0,

122 Lampiran Lanjutan Tabel 21. Rank Country Value Rank Country Value (1) (2) (3) (1) (2) (3) MEDIUM HUMAN DEVELOPMENT LOW HUMAN DEVELOPMENT 86 Fiji 0, Kenya 0, Turkmenistan 0, Bangladesh 0, Dominican Republic 0, Ghana 0, China 0, Cameroon 0, El Salvador 0, Myanmar 0, Sri Lanka 0, Yemen 0, Thailand 0, Benin 0, Gabon 0, Madagascar 0, Suriname 0, Mauritania 0, Bolivia, Plurinational State of 0, Papua New Guinea 0, Paraguay 0, Nepal 0, Philippines 0, Togo 0, Botswana 0, Comoros 0, Moldova, Republic of 0, Lesotho 0, Mongolia 0, Nigeria 0, Egypt 0, Uganda 0, Uzbekistan 0, Senegal 0, Micronesia, Federated States of 0, Haiti 0, Guyana 0, Angola 0, Namibia 0, Djibouti 0, Honduras 0, Tanzania, United Republic of 0, Maldives 0, Côte d Ivoire 0, Indonesia 0, Zambia 0, Kyrgyzstan 0, Gambia 0, South Africa 0, Rwanda 0, Syrian Arab Republic 0, Malawi 0, Tajikistan 0, Sudan 0, Viet Nam 0, Afghanistan 0, Morocco 0, Guinea 0, Nicaragua 0, Ethiopia 0, Guatemala 0, Sierra Leone 0, Equatorial Guinea 0, Central African Republic 0, Cape Verde 0, Mali 0, India 0, Burkina Faso 0, Timor-Leste 0, Liberia 0, Swaziland 0, Chad 0, Lao People s Democratic Republic 0, Guinea-Bissau 0, Solomon Islands 0, Mozambique 0, Cambodia 0, Burundi 0, Pakistan 0, Niger 0, Congo 0, Congo, Democratic Republic of the 0, São Tomé and Príncipe 0, Zimbabwe 0,140 Sumber: Human Development Report 2010, UNDP 112

123 DAFTAR ISTILAH PENTING Akses terhadap air bersih Persentase rumahtangga yang menggunakan air minum yang berasal dari air mineral, air leding/pam, pompa air, sumur atau mata air yang terlindung. Akses terhadap fasilitas kesehatan Persentase rumahtangga yang tinggal pada jarak kurang dari 5 kilometer dari fasilitas kesehatan (rumahsakit, klinik, puskesmas, dokter, juru rawat, bidan yang terlatih, paramedic, dan sebagainya). Akses terhadap sanitasi Persentase rumahtangga yang memiliki kamar mandi sendiri atau dapat menggunakan fasilitas kamar mandi umum. Angka buta huruf (dewasa) Proporsi penduduk berusia 15 tahun keatas yang tidak dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Dihitung dengan cara 100 dikurang dengan angka melek huruf (dewasa). Angka harapan hidup pada waktu lahir (e 0 ) Perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka melek huruf (dewasa) Proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Angka partisipasi sekolah Proporsi dari keseluruhan penduduk dari berbagai kelompok usia tertentu (7-12, 13-15, 16-18, 19-24) yang masih duduk di bangku sekolah. 113

124 Lampiran Angka putus sekolah Proporsi penduduk yang berusia antara 7 hingga 15 tahun yang tidak terdaftar pada berbagai tingkatan pendidikan dan tidak menyelesaikan sekolah dasar atau sekolah menengah tingkat pertama. Garis kemiskinan Nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non-pangan yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk hidup secara layak. Indeks daya beli Salah satu dari tiga komponen indeks pembangunan manusia yang didasarkan pada paritas daya beli (PPP) disesuaikan dengan rumus Atkinson. Nilai indeks berkisar antara Indeks harapan hidup Salah satu dari tiga komponen indeks pembangunan manusia. Nilai indeks ini berkisar antara Indeks harga konsumen (IHK) Indeks yang menunjukkan perbandingan relative antara tingkat harga pada saat bulan survey dan tingkat harga pada bulan sebelumnya, yang ditimbang dengan nilai konsumsi pada kedua bulan tersebut. IHK dihitung dengan formula Laspeyres yang dikembangkan. Indeks pembangunan manusia (IPM) Indeks komposit yang disusun dari tiga indikator: lama hidup yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir; pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas; dan standar hidup yang diukur dengan pengeluaran per kapita (PPP rupiah). Nilai indeks berkisar antara

125 Indeks pendidikan Salah satu dari tiga komponen indeks pembangunan manusia. Indeks ini didasarkan pada kombinasi antara angka melek huruf dikalangan penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah. Nilai indeks tersebut berkisar antara Konsumsi rumahtangga Dibedakan atas konsumsi makanan dan bukan makanan, mencakup semua barang dan jasa yang dikonsumsi tanpa memperhatikan asalnya tetapi terbatas hanya pada barang/jasa untuk kebutuhan rumahtangga saja, artinya tidak termasuk konsumsi/pengeluaran untuk keperluan usaha atau yang diberikan kepada pihak lain. Konsumsi total Konsumsi barang-barang dan jasa-jasa dengan mengabaikan asal barang dan dan jasa tersebut. Konsumsi total juga mencakup pemberian dan barang/jasa yang diproduksi sendiri oleh rumahtangga yang bersangkutan. Dalam laporan ini, konsumsi total merujuk pada konsumsi bulanan. Paritas daya beli (purchasing power parity PPP) PPP memungkinkan dilakukannya perbandingan harga-harga riil antar propinsi dan antar kabupaten, mengingat nilai tukar yang biasa digunakan dapat menurunkan atau menaikan nilai daya beli yang terukur dari konsumsi perkapita yang telah disesuaikan. Dalam konteks PPP untuk Indinesia, satu rupiah di satu propinsi memiliki daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta. PPP dihitung berdasarkan pengeluaran riil per kapita setelah disesuaikan dengan indeks harga konsumen dan penurunan utilitas marginal yang dihitung dengan rumus Atkinson. 115

126 Lampiran Pendidikan tertinggi yang ditamatkan a. Tidak/belum pernah sekolah Mereka yang tidak atau belum pernah sekolah. Termasuk mereka yang tamat/belum tamat Taman Kanak-kanak yang tidak melanjutkan ke Sekolah Dasar. b. Tidak/belum tamat Sekolah Dasar Mereka yang pernah sekolah tetapi tidak/belum tamat di Sekolah Dasar 5/6/7 tahun. c. Tamat Sekolah Dasar Mereka yang tamat Sekolah Dasar 5/6/7 tahun. d. Tamat Sekolah Menengah Tingkat Pertama Umum/Kejuruan Mereka yang tamat sekolah Menengah Tingkat Pertama Umum/Kejuruan. e. Tamat Sekolah Menegah Tingkat Atas Umum/Kejuruan Mereka yang tamat Sekolah Menegah Tingkat Atas Umum/Kejuruan f. Tamat Akademi Mereka yang tamat pendidikan Sarjana Muda dan DIII. g. Tamat Universitas Mereka yang tamat program pendidikan Sarjana, Pasca Sarjana, Doktor, Diploma IV, dan seterusnya. Penduduk yang masih bersekolah Mereka yang sedang mengikuti pendidikan di tingkat pendidikan tertentu. Penduduk putus sekolah Mereka yang tidak dapat menamatkan suatu jenjang pendidikan. Pengeluaran untuk makanan Proporsi pengeluaran yang dipergunakan untuk mengkonsumsi makanan dibandingkan dengan total pengeluaran (makanan dan bukan makanan). 116

127 Pertumbuhan ekonomi Perubahan relative nilai riil produk domestik bruto dalam suatu periode tertentu. Produk domestik bruto Jumlah nilai tambah bruto (total output dari barang dan jasa) yang diproduksi oleh semua sektor ekonomi disuatu negara selama periode waktu tertentu. Produk domestik bruto atas harga berlaku Merujuk pada nilai produk domestik bruto berdasarkan nilai uang yang berlaku pada tahun tertentu Produk domestik bruto atas harga konstan Merujuk pada nilai produk domestik bruto berdasarkan nilai uang pada tahun yang dipergunakan sebagai tahun dasar. Produk domestik bruto per kapita Nilai dari produk domestik bruto dibagi dengan jumlah penduduk pada tengah tahun. Penduduk usia sekolah Mereka yang pada usia sekolah normal sesuai dengan tingkat pendidikan. Misalnya: penduduk usia SD adalah 7 12 tahun, penduduk usia SMTP adalah tahun dan penduduk usia SMTA adalah tahun. Pengeluaran rumahtangga sebulan Semua biaya yang dikeluarkan rumahtangga selama sebulan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumahtangga. 117

128 Lampiran Rata-rata lama sekolah Rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Tamat sekolah Mereka yang menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan tanda tamat/ijazah. Seseorang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi, tetapi jika ia mengikuti ujian akhir dan lulus maka dianggap tamat sekolah. 118

129

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2009 BAPPEDA BEKERJASAMA DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN GAYO LUES

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2009 BAPPEDA BEKERJASAMA DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN GAYO LUES INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2009 BAPPEDA BEKERJASAMA DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN GAYO LUES IPM Kabupaten Gayo Lues 2009 i INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GAYO LUES

Lebih terperinci

KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2012

KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2012 pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie jaya pidie

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 4102002.1118 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PIDIE JAYA KATA SAMBUTAN Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pidie Jaya ini disusun

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN. IPM Kabupaten Pidie Jaya 2013

KATA SAMBUTAN. IPM Kabupaten Pidie Jaya 2013 KATA SAMBUTAN Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Pidie Jaya adalah suatu indikator penting dalam suatu perencanaan pembangunan disuatu wilayah. Publikasi disusun oleh pemerintah setempat merupakan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PIDIE JAYA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PIDIE JAYA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PIDIE JAYA 2014 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN PIDIE JAYA 2014 Katalog BPS : 4102002.1118 Ukuran Buku Book Size : 15 x 21 cm Jumlah Halaman : l + 332 Halaman

Lebih terperinci

Publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Gayo Lues menyajikan informasi mengenai kinerja pembangunan manusia di Kabupaten Gayo

Publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Gayo Lues menyajikan informasi mengenai kinerja pembangunan manusia di Kabupaten Gayo KATA PENGANTAR Publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Gayo Lues 2014 menyajikan informasi mengenai kinerja pembangunan manusia di Kabupaten Gayo Lues tahun 2014 dalam bentuk indikator komposit.

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

2.1. Konsep dan Definisi

2.1. Konsep dan Definisi 2.1. Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir (0 tahun) yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Angka Kematian Bayi (AKB) Banyaknya kematian bayi

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Informasi statistik merupakan salah satu bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan perencanaan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 23/05/Th.XX, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Provinsi Aceh Tahun 2016 Pembangunan manusia di Provinsi Aceh pada tahun 2016 terus mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 28/07/Th.XIX, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Provinsi Aceh Tahun 2015 Pembangunan manusia di Provinsi Aceh pada tahun 2015 terus mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang yang dilakukan pemerintah bersama

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang yang dilakukan pemerintah bersama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di segala bidang yang dilakukan pemerintah bersama masyarakat melalui tahapan pelita demi pelita telah banyak membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia. Namun

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2008

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2008 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2008 HUMAN DEVELOPMENT INDEX OF GAYO LUES REGION TAHUN 2008 Katalog BPS / BPS Catalogue : 1413.1113 Ukuran Buku / Book Size : 21 cm x 29.7 cm Jumlah

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MOBILITAS PENDUDUK Senin, 19 Oktober 2009

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MOBILITAS PENDUDUK Senin, 19 Oktober 2009 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MOBILITAS PENDUDUK Senin, 19 Oktober 2009 Secara sederhana pembangunan dapat dimaknai sebagai usaha atau proses untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manusia merupakan harta atau aset yang sangat berharga bagi kelanjutan ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu negara, pengembangan kualitas akan

Lebih terperinci

Jumlah penduduk Kabupaten Gayo Lues berdasarka hasil SP2010 sebanyak orang, dengan laju pertumbuhan sebesar 2,13 persen per tahun

Jumlah penduduk Kabupaten Gayo Lues berdasarka hasil SP2010 sebanyak orang, dengan laju pertumbuhan sebesar 2,13 persen per tahun Jumlah penduduk Kabupaten Gayo Lues berdasarka hasil SP2010 sebanyak 79.592 orang, dengan laju pertumbuhan sebesar 2,13 persen per tahun Batil Petangas Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 53/11/TH XVI, 6 November 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 10,3 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH MW\DATAWAHED\2014\PER.GUB.

GUBERNUR ACEH MW\DATAWAHED\2014\PER.GUB. GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PAGU DEFINITIF TAMBAHAN DANA BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI DAN DANA OTONOMI KHUSUS TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BANJAR TAHUN 2012 Nomor Publikasi : 3279.1103 Katalog BPS : 4102002.3279 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 16,5 cm x 21,5 cm : ix rumawi + 117 halaman Naskah : Seksi Statistik

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN SORONG TAHUN 2010 Nomor Publikasi : 9107.11.03 Katalog BPS : 1413.9107 Ukuran Buku : 16,5 x 21,5 cm Jumlah Halaman : v rumawi + 111 halaman Naskah : Seksi Statistik

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.7 April 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERIODE 2007-2011 H. Syamsuddin. HM ABSTRACT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk dapat merupakan potensi yang besar untuk peningkatan produksi nasional. Produksi nasional bisa meningkat jika penduduk merupakan tenaga kerja yang produktif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi Ketenagakerjaan Aceh kembali membaik, terlihat dari TPAK yang menunjukkan peningkatan dari 61,77% pada Agustus 2012 menjadi 65,56% per Februari

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI Konsep dan Definisi. Angka Harapan Hidup 0 [AHHo]

BAB II METODOLOGI Konsep dan Definisi. Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] BAB II METODOLOGI 2.1. Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir (0 tahun) yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Angka Kematian Bayi (AKB) Banyaknya

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 46/11/11/Th.V, 5 November 2012 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2012 AGUSTUS 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,10 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN MANOKWARI TAHUN 2013 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 9105.1104 No. Katalog BPS/Catalogue Number: 1101001.9105 Ukuran Buku/Book Size : 16,5 cm x 21,5 cm Jumlah

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU UMUR PANJANG DAN HIDUP SEHAT PENGETAHUAN STANDAR HIDUP LAYAK BADAN PUSAT STATISTIK DAFTAR ISI Pembangunan Manusia Perubahan Metodologi IPM Implementasi IPM Metode

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB IV Analisis isu-isu srategis Permasalahan Pembangunan Isu Strategis... 77

DAFTAR ISI. BAB IV Analisis isu-isu srategis Permasalahan Pembangunan Isu Strategis... 77 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I Pendahuluan... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 6 1.4. Sistematika Penulisan... 9 1.5. Maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana suatu negara dapat meningkatkan pendapatannya guna mencapai target pertumbuhan. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan, khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan dasar dari pembangunan. Manusia dapat menikmati hidup dengan nyaman apabila sehat dan untuk dapat hidup yang layak dibutuhkan

Lebih terperinci

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0) Lampiran 1. Penjelasan Singkat Mengenai IPM dan MDGs I. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 1 Sejak 1990, Indeks Pembangunan Manusia -IPM (Human Development Index - HDI) mengartikan definisi kesejahteraan secara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. provinsi NTB mencapai ,15 km 2.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. provinsi NTB mencapai ,15 km 2. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat 1. Georgrafis Secara astronomis Provinsi Nusa Tenggara Barat terletak antara 8 o 10-9 o 5 Lintang Selatan dan 115 o 46-119 o 5 Bujur Timur.

Lebih terperinci

HUMAN DEVELOPMENT INDEX

HUMAN DEVELOPMENT INDEX HUMAN DEVELOPMENT INDEX Oleh : 1. ITRA MUSTIKA (135030201111117) 2. YUSRIN RIZQI FARADITA (135030201111119) 3. DINAR DWI PURNAMASARI (135030201111135) 4. ERVINGKA RAHMA Y.S (135030207111101) Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

Ukuran Buku / Book Size : 16,50 cm x 21,59 cm Jumlah Halaman / Page Number : x + 56 Halaman / Page

Ukuran Buku / Book Size : 16,50 cm x 21,59 cm Jumlah Halaman / Page Number : x + 56 Halaman / Page INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA Human Development Index Jayapura Municipality 2013 Nomor Katalog / Catalog Number : 1164.9471 Nomor Publikasi / Publication Number :9471.1303 Ukuran Buku / Book

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang telah

BAB II STUDI PUSTAKA. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang telah BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pengertian Indeks Pembangunan manusia Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang telah dikembangkan oleh United Nations for Develpment Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi. Kemiskinan merupakan persoalan kompleks yang terkait dengan berbagai dimensi yakni sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

BAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata baik materil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kekayaan suatu negara yang dijadikan sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan lingkungan

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 4103.1409 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA) KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 No. Katalog : 4103.1409 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah Gambar Kulit dan Setting Diterbitkan Oleh Kerjasama

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2007-2008 ISBN : Nomor Publikasi : Katalog : Ukuran buku Jumlah halaman : 17.6 x 25 cm : x + 100 halaman Naskah : Sub Direktorat Konsistensi Statistik Diterbitkan oleh : Badan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 4102002.3523 Katalog BPS: 4102002.3523 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN TAHUN 2011 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TUBAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2011 No. Publikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan.

I. PENDAHULUAN. Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan. Masyarakat yang berada di wilayah tertinggal pada umumnya masih belum banyak tersentuh oleh program-program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BAB 4 Kondisi Ketenagakerjaan Aceh kembali memburuk, terlihat dari TPAK yang menunjukkan penurunan cukup dalam dari 65,85 per Februari 212 menjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR

KATA SAMBUTAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR KATA SAMBUTAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas perkenan dan rahmat-nya, kita telah diberi kesempatan untuk mencurahkan segenap kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan definisi dan teori pembangunan manusia, pengukuran pembangunan manusia, kajian infrastruktur yang berhubungan dengan pembangunan manusia, dan kajian empiris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.52 /11/TH.XVII, 5 November 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,02 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis Pembangunan Manusia Kota Bandung Tahun 2014 ini dapat terselesaikan.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan agar

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014 (Oleh Endah Saftarina Khairiyani, S.ST) 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan era globalisasi menuntut setiap insan untuk menjadi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2012 Nomor ISSN : 2089-1660 Nomor Publikasi : 91300.13.04 Katalog BPS : 4102002.91 Ukuran Buku : 16,5 x 21,5 cm Jumlah Halaman : xviii + 109 Naskah

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Katalog BPS: 4102002.7604 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Human Development Index of Mamuju Regency 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Mamuju

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

jayapurakota.bps.go.id

jayapurakota.bps.go.id INDEKS PEMBANGUNGAN MANUSIA DAN ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAYAPURA TAHUN 2015/2016 ISSN: Nomor Katalog : 2303003.9471 Nomor Publikasi : 9471.1616 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah : : 16,5

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN KESEIMBANGAN PEMBANGUNAN ACEH

EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN KESEIMBANGAN PEMBANGUNAN ACEH EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN KESEIMBANGAN PEMBANGUNAN ACEH i Kebijakan otonomi memberikan peluang bagi daerah provinsi, kabupaten dan kota untuk mengaktualisasi kewenangan dan kemandiriannya dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

Indikator Pembangunan. Pengantar Ekonomi Pembangunan

Indikator Pembangunan. Pengantar Ekonomi Pembangunan Indikator Pembangunan Pengantar Ekonomi Pembangunan Sub Pokok bahasan pertemuan ke-2 Perlunya Indikator Pembangunan Indikator Moneter Indikator Sosial Kelemahan Indikator pendapatan per kapita Indikator

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017 Nomor ISBN : Ukuran Buku : 6,5 x 8,5 inchi Jumlah Halaman : vii + 38 Halaman Naskah Penanggung

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Aceh. UNITED NATIONS POPULATION FUND JAKARTA 2015 BADAN PUSAT STATISTIK

Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Aceh.  UNITED NATIONS POPULATION FUND JAKARTA 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 2010-2020 BADAN PUSAT STATISTIK UNITED NATIONS POPULATION FUND JAKARTA 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Aceh ht t p: //w

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU UMUR PANJANG DAN HIDUP SEHAT PENGETAHUAN STANDAR HIDUP LAYAK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DAFTAR ISI Pembangunan Manusia Perubahan Metodologi

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia Kuliah Pengantar: Indeks Pembangunan Sub Bidang Pembangunan Perdesaan Di Program Studi Arsitektur, ITB Wiwik D Pratiwi, PhD Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1404 Katalog BPS : 4102004.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm :

Lebih terperinci

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2005-2013 KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2005-2013 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii i DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika Penulisan... 5 BAB II Metodologi...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara yang berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 ISBN Nomor Publikasi Nomor Katalog Ukuran Buku Jumlah Halaman : 979.486.6199 : 3204.1137 : 4716 3204 : 25,7 Cm x 18,2 Cm : 70 + vi Naskah :

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BOGOR Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kota Bogor Tahun Anggaran 2014 Indeks Pembangunan Manusia Kota Bogor Tahun Anggaran 2014 i Penyusunan

Lebih terperinci