BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
|
|
- Deddy Hardja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persegi ajaib (magic square) secara umum merupakan suatu persegi dengan ukuran n n petak yang setiap petaknya tersusun atas bilangan-bilangan berbeda biasanya {1, 2, 3,, n 2 } dengan n adalah bilangan bulat positif. Normalnya, dikatakan persegi ajaib jika hasil penjumlahan elemen-elemen setiap baris, kolom maupun diagonal sama. Namun, pada kasus tertentu persegi ajaib dapat memiliki aturan-aturan yang berbeda berdasarkan klasifikasinya masingmasing. (Poole, 2006) Dalam susunan bilangan-bilangan pada baris dan kolom sebuah persegi ajaib dikenal istilah order. Sebuah persegi ajaib dikatakan berorder n jika memiliki n baris dan n kolom dengan elemen sebanyak n 2. Sebagai contoh untuk mempermudah pemahaman tersebut perhatikan persegi ajaib berikut Persegi ajaib di atas merupakan persegi ajaib berorder tiga sebab memiliki tiga baris dan tiga kolom yang tersusun dari bilangan-bilangan bulat positif berbeda yakni {1, 2, 3,, 9}. Jika kita perhatikan hasil penjumlahan elemenelemen setiap baris, kolom dan diagonalnya berjumlah 15. Sebagai contoh, baris pertama = 15, kolom pertama = 15 dan diagonal pertama berjumlah = 15. Jika salah satu saja dari baris, kolom maupun diagonal memiliki jumlah yang berbeda maka persegi tersebut tidak dapat dikatakan sebagai persegi ajaib. Persegi ajaib sudah dikenal sejak 650 tahun sebelum masehi oleh bangsa China. Selain itu, persegi ajaib juga terdapat dalam kebudayaan India, Mesir dan 1
2 Persia dimana secara tradisional persegi ajaib diyakini memiliki sifat magis dan mistis, serta sering diartikan sebagai astrologis. Bayer (2010) mengemukakan bahwa, keberadaan persegi ajaib sangat mempengaruhi kultur budaya dan pola berpikir masyarakat di masing-masing negara tempat munculnya angka-angka ajaib tersebut. Sebagaimana halnya, bangsa Cina yang menggunakan persegi ajaib berorder tiga sebagai dasar kepercayaan ilmu feng shui dan zodiak. Daya tarik persegi ajaib mengundang para matematikawan untuk terus mempelajari dan mengembangkannya. Sebagai contoh, Dürer tahun 1514 menemukan persegi ajaib berorder empat yang digambarkan dalam ukiran melencolia-i, Franklin tahun 1706 mengkonstruksi persegi ajaib berorder delapan yang menjadi dasar pemecahan simbol-simbol yang hilang pada bangunan bersejarah di Amerika dan masih banyak lagi tokoh-tokoh lainnya seperti Andrew (1917), Pickover (2002) dan Watkins (2004). Hingga kini, metode konstruksi persegi ajaib tetap terus dikembangkan. Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengkonstruksi sebuah persegi ajaib. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua persegi ajaib dapat dikonstruksi dengan sebuah metode yang sama. Secara umum metode konstruksi persegi ajaib dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu persegi ajaib berorder genap (2n) dan persegi ajaib berorder ganjil (2n + 1). Metode tersebut antara lain metode Franklin, dekomposisi persegi latin, dan metode Strachey untuk konstruksi persegi ajaib berorder genap. Sedangkan metode De La Loubére atau yang dikenal dengan metode Siemen, dan metode perkalian dapat digunakan untuk mengkonstruksi persegi ajaib berorder ganjil. (Wikipedia, 2010) Dalam tulisan ini akan mengkaji tentang generalisasi jumlah ajaib dari hasil konstruksi persegi ajaib berorder empat (n = 4). Langkah awal yang akan dilakukan yakni mengkonstruksi persegi ajaib order empat melalui metodemetode yang telah ada diantaranya metode Phillippe de la Hire s, diagonal Lozenge, diagram geometri dan metode knight s move. Persegi ajaib baku yang dihasilkan kemudian diubah dalam bentuk diagram alur persegi ajaib. Hasil konstruksi diagram alur inilah yang digunakan sebagai dasar pengkonstruksian dengan generalisasi pada jumlah ajaibnya. 2
3 Lebih lanjut, hasil konstruksi awal dikembangkan kembali sehingga memperoleh rumus jumlah ajaib dan bilangan ajaib dari setiap elemen persegi ajaib. Rumus inilah yang kemudian digunakan sebagai langkah awal penyusunan persegi ajaib dan penentuan jumlah ajaib pada generalisasi persegi ajaib order empat. Selanjutnya, melalui proses perluasan atau generalisasi maka dapat dikonstruksi persegi ajaib order-4 dengan jumlah ajaib pada generalisasinya μ G (4) 34. Berdasarkan pemahaman di atas penulis mencoba untuk mengembangkan hasil konstruksi persegi ajaib dalam pengaturan jumlah ajaibnya. Pada situasi ini, konstruksi dan generalisasi dilakukan hanya pada persegi ajaib dengan order empat. Untuk itu, penulis memberi judul tugas akhir yaitu generalisasi jumlah ajaib pada persegi ajaib order empat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasar pada latar belakang di atas telah dijelaskan bahwa terdapat banyak metode dalam konstruksi persegi ajaib. Setiap metode memiliki karakteristik yang berbeda dengan metode yang lain. Metode tersebut akan menghasilkan persegi ajaib sesuai dengan ketentuan yang ada dan tidak semua persegi ajaib dapat dikonstruksi dengan satu metode yang sama. Untuk itu, dalam tulisan ini diangkat rumusan masalah sebagai berikut. a. Bagaimana karakteristik struktural persegi ajaib yang dapat digunakan untuk generalisasi jumlah ajaib pada persegi ajaib order-4? b. Bagaimana mengkonstruksi persegi ajaib order-4 dengan jumlah ajaib tertentu μ G (4) 34? 1.3 Pembatasan Masalah Permasalahan konstruksi persegi ajaib merupakan persoalan yang luas, baik ditinjau dari order persegi ajaib maupun metode konstruksinya. Mengingat luasnya bahasan dan juga terbatasnya kemampuan penulis, maka kajian yang dilakukan akan dibatasi pada kondisi sebagai berikut. 3
4 a. Pembahasan dilakukan hanya pada persegi ajaib berorder empat (n = 4). b. Jenis persegi ajaib yang digeneralisasi dalam pembahasan hanyalah persegi ajaib baku. c. Bilangan ajaib/elemen penyusun persegi ajaib (a ij ) yang digunakan adalah a ij Z +. d. Jumlah ajaib (μ G ) yang akan dipakai dalam pembahasan ini terbatas pada μ G (4) Tujuan Kajian Beberapa topik dari persegi ajaib yang mengalami perkembangan cukup pesat adalah masalah konstruksi dan penentuan bilangan ajaib. Persegi ajaib dengan order-n memungkinkan dapat diperluas pada penentuan jumlah ajaibnya dengan pengaturan elemen-elemen penyusunnya. Namun, tidak semua persegi ajaib baku order-4 dapat digeneralisasi untuk semua μ G (4) 34 karena bentuk struktural dan karakteristik yang berbeda-beda. Berdasarkan persoalan tersebut, maka dapat ditentukan tujuan dari penulisan tugas akhir ini yaitu: a. Mengetahui karakteristik struktural dari persegi ajaib baku yang dapat berguna dalam generalisasi jumlah ajaib pada persegi ajaib order-4. b. Menemukan cara mengkonstruksi persegi ajaib order-4 dengan jumlah ajaib tertentu μ G (4) Manfaat Kajian Dengan adanya penelitian tentang konstruksi persegi ajaib berorder empat ini diharapkan mampu memberi masukan yang bermanfaat khususnya dalam bidang matematika. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan tugas akhir ini adalah: a. Secara teoritis, kajian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan tentang metode-metode konstruksi persegi ajaib order-4 dan generalisasi yang dapat dilakukan dari hasil konstruksinya. Selain itu, berdasarkan batasan masalah yang ada diharapkan pengetahuan ini dapat diperumum dan menjadi landasan pengembangan pada pengkajian terkait konstruksi persegi ajaib. 4
5 b. Secara praktis, kajian ini bermanfaat untuk mendapatkan rumus konstruksi dari persegi ajaib berorder empat dengan generalisasi pada jumlah ajaibnya. 1.6 Metode Kajian Dalam mengkaji permasalahan generalisasi jumlah ajaib pada persegi ajaib berorder empat penulis menggunakan metode kajian studi literatur (library research) atau studi kepustakaan, yaitu pembahasan yang dilakukan dengan mengkaji teori-teori atau literatur-literatur yang relevan untuk memecahkan masalah. a. Sumber Kajian Sumber penulisan kajian ini berdasarkan literatur berupa buku, jurnal, makalah, maupun data dari internet. Penulis mengelompakkan dan menyeleksi data tersebut berdasarkan kategori dan relevansi terhadap materi generalisasi pada konstruksi persegi ajaib berorder empat. b. Cara Kajian Dalam penulisan kajian ini hal yang dilakukan yaitu menetapkan masalah dan mencari sumber informasi dengan mengkaji materi yang mendukung dalam pembahasan. Adapun materi yang akan dipelajari yaitu definisi dan klasifikasi persegi ajaib, dekomposisi persegi latin, jumlah ajaib, residu terkecil, metode konstruksi dan teorema-teorema yang dapat digunakan dalam proses generalisasi persegi ajaib order-4. Kemudian, seluruh data diolah sehingga dapat menjawab bagaimana proses generalisasi jumlah ajaib pada persegi ajaib order-4 baik dalam bentuk definisi, teorema maupun pembuktian. c. Analisis Hasil Penganalisaan atau pengujian hasil pembahasan adalah dengan mereduksi liratur yang telah ada untuk kemudian menjadi landasan berpikir dalam mendeskripsikan karakteristik struktural dari persegi ajaib yang dapat digunakan untuk generalisasi jumlah ajaib dan cara mengkonstruksi persegi ajaib order-4 dengan jumlah ajaib tertentu μ G (4) 34. 5
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika adalah ilmu yang berhubungan dengan logika. Sehingga banyak aplikasi maupun permainan matematika yang bermanfaat untuk mencerdaskan serta meningkatkan daya
Lebih terperinciMATRIKS BUJUR SANGKAR AJAIB ORDE GENAP KELIPATAN EMPAT MENGGUNAKAN METODE DURER
MATRIKS BUJUR SANGKAR AJAIB ORDE GENAP KELIPATAN EMPAT MENGGUNAKAN METODE DURER Fitri Aryani, Lutfiatul Ikromah Jurusan Matematika Fakultas Sains Teknologi, UIN SUSKA Riau Email: baihaqi_fatimah78@yahoocom
Lebih terperinciMETODA PENGKONSTRUKSIAN PERSEGI AJAIB
METODA PENGKONSTRUKSIAN PERSEGI AJAIB Hendarto Cahyono Universitas Muhammadiyah Malang hendartochy@gmail.com Abstrak Sebuah persegi ajaib order n adalah n dengan n matriks dengan bilangan bulat non-negatif
Lebih terperinciPERSEGI PENGAMANAN UNIK KRISTAL. Mau belajar? Jangan hanya dibaca Kerjakan soalnya. disusun kembali oleh: Al. Krismanto, M.Sc
PERSEGI PENGAMANAN UNIK KRISTAL Mau belajar? Jangan hanya dibaca Kerjakan soalnya disusun kembali oleh: Al. Krismanto, M.Sc 1. PERSEGI AJAIB Persegi ajaib atau bujursangkar ajaib merupakan susunan bilangan-bilangan
Lebih terperinciPELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA GRAF LENGKAP DENGAN METODE MODIFIKASI MATRIK BUJURSANGKAR AJAIB DENGAN n GANJIL, n 3
Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 1 Hal. 34 40 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA GRAF LENGKAP DENGAN METODE MODIFIKASI MATRIK BUJURSANGKAR AJAIB DENGAN
Lebih terperinciBILANGAN AJAIB MAKSIMUM DAN MINIMUM PADA GRAF SIKLUS GANJIL
Jurnal Matematika UNAND Vol. No. 3 Hal. 150 156 ISSN : 303 910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND BILANGAN AJAIB MAKSIMUM DAN MINIMUM PADA GRAF SIKLUS GANJIL ANNISAH ISKANDAR Program Studi Matematika, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Makalah pertama mengenai teori graf ditulis oleh ahli matematika dari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makalah pertama mengenai teori graf ditulis oleh ahli matematika dari Swiss, Leonhard Euler, pada tahun 1736. Euler mencoba memecahkan persoalan jembatan Konigsberg.
Lebih terperinciPELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA GRAF SIKLUS DENGAN BANYAK TITIK GENAP
Jurnal Matematika UNAND Vol. No. 3 Hal. 66 7 ISSN : 303 910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA GRAF SIKLUS DENGAN BANYAK TITIK GENAP RIRIN INDARWATI Program Studi Matematika,
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR. Topik Tugas Akhir: Kajian Matematika Murni
LAPORAN TUGAS AKHIR Topik Tugas Akhir: Kajian Matematika Murni GENERALISASI METODE PENGKONSTRUKSIAN PERSEGI AJAIB ORDER GENAP DENGAN ELEMEN PENYUSUN BILANGAN RASIONAL TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas
Lebih terperinciDEFISIENSI SISI-AJAIB SUPER DARI GRAF RANTAI
Jurnal Matematika UNAND Vol. No. 3 Hal. 6 0 ISSN : 303 90 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND DEFISIENSI SISI-AJAIB SUPER DARI GRAF RANTAI RARA RIZHKI GRACELIA Program Studi Matematika, Fakultas Matematika
Lebih terperinciNama Peserta : No Peserta : Asal Sekolah : Asal Daerah :
1. Terdapat sebuah fungsi H yang memetakan dari himpunan bilangan asli ke bilangan asli lainnya dengan ketentuan sebagai berikut. Misalkan akan dicari nilai fungsi H jika x=38. 38 terdiri dari 3 puluhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab I merupakan pendahuluan dari kajian yang akan dilakukan. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penulis dalam pemilihan judul kajian. Selain latar belakang, dijelaskan
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR. Topik Tugas Akhir: Kajian Matematika Murni GENERALISASI JUMLAH AJAIB PADA PERSEGI AJAIB ORDER EMPAT
LAPORAN TUGAS AKHIR Topik Tugas Akhir: Kajian Matematika Murni GENERALISASI JUMLAH AJAIB PADA PERSEGI AJAIB ORDER EMPAT TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciIV. MATRIKS PEMADANAN MAKSIMAL
{(1,),(2,4),(,1),(4,2)} yang berarti pada periode ke dua yaitu baris ke tiga pada kolom pertama, agen 1 dipasangkan dengan agen. Lalu pada kolom dua agen 2 dipasangkan dengan agen 4, pada kolom berikutnya
Lebih terperinciBAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf
BAB 2 GRAF PRIMITIF Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar seperti definisi dan teorema yang dijadikan landasan teori dalam penelitian ini. Konsep dasar tersebut berkaitan dengan definisi graf,
Lebih terperinciBAB 2 : DETERMINAN. 2. Tentukan banyaknya permutasi dari himpunan bilangan bulat {1, 2, 3, 4}
BAB 2 : DETERMINAN PERMUTASI Kita sudah cukup mengenal fungsi-fungsi sinus, fungsi kuadrat, juga fungsi konstant yang memetakan suatu bilangan riil ke bilangan riil. Pada bagian ini akan dipelajari mengenai
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teori graf merupakan pokok bahasan yang memiliki banyak terapan sampai saat ini. Graf di gunakan untuk merepresentasikan objek objek diskrit dan hubungan antara
Lebih terperinciA. Soal isian singkat 1. Temukan nilai A yang memenuhi operasi berikut ini: x : 5 20
A. Soal isian singkat 1. Temukan nilai A yang memenuhi operasi berikut ini: A x 4 + 8 : 5 20 2. Carilah nilai dari: (a) 83 + 60 : 5 9 x 4 =. (b) 105 + 21 : 7 4 x 8 =. (c) 16 x 630 : 70 : 72 + 3 =. (d)
Lebih terperinciPELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA COMPLETE GRAPH K DENGAN N GENAP
PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA COMPLETE GRAPH K DENGAN N GENAP Novi Irawati, Robertus Heri Jurusan Matematika FMIPA Universitas Diponegoro Semarang ABSTRACT Let G be a graph with vertex set and edge
Lebih terperinciMatematika Diskrit 1
Dr. Ahmad Sabri Universitas Gunadarma Pendahuluan Apakah Matematika Diskrit itu? Matematika diskrit adalah kajian terhadap objek/struktur matematis, di mana objek-objek tersebut diasosiasikan sebagai nilai-nilai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Graf merupakan pokok bahasan matematika yang banyak mendapat perhatian karena aplikasinya sangat berguna untuk menyelesaikan persoalan kehidupan manusia.
Lebih terperinciSOLUSI OSN MATEMATIKA SMP TINGKAT PROPINSI TAHUN 2004
SOLUSI OSN MATEMATIKA SMP TINGKAT PROPINSI TAHUN 004 A. ISIAN SINGKAT. Setiap muka sebuah kubus diberi bilangan seperti pada gambar. Kemudian setiap titik sudut diberi bilangan yang merupakan hasil penjumlahan
Lebih terperinciDrs. Slamin, M.Comp.Sc., Ph.D. Program Studi Sistem Informasi Universitas Jember
Penalaran Dalam Matematika Drs. Slamin, M.Comp.Sc., Ph.D Program Studi Sistem Informasi Universitas Jember Outline Berpikir Kritis 1 p 2 Penalaran Induktif 3 Bekerja dengan Pola Pola Bilangan Pola Geometri
Lebih terperinciDETERMINAN. Determinan matriks hanya didefinisikan pada matriks bujursangkar (matriks kuadrat). Notasi determinan matriks A: Jika diketahui matriks A:
DETERMINAN Definisi Determinan Matriks Determinan matriks adalah bilangan tunggal yang diperoleh dari semua permutasi elemen matriks bujur sangkar.jika subskrip permutasi elemen matriks adalah genap (inversi
Lebih terperinciBAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf
BAB 2 GRAF PRIMITIF Pada Bagian ini akan dijelaskan beberapa definisi dan teorema terkait graf, matriks adjency, terhubung, primitifitas, dan scrambling index sebagai landasan teori yang menjadi acuan
Lebih terperinciMinggu ke II. Dua isomer hidrokarbon dengan rumus molekul C 4 H 10 disajikan pada Gambar 2.1. H H H H C C C C H H H H H H H H. Gambar 2.
Minggu ke II Dua isomer hidrokarbon dengan rumus molekul C disajikan pada Gambar.. Gambar. Dalam bahasa teori graf kedua graf ini tidak isomorfik. Dengan perkataan lain bahasa teori graf bagi persoalan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diujikan. Bahkan, seleksi penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) pun,
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu dasar, dewasa ini sangat dirasakan interaksinya dengan bidang ilmu yang lain. Sejak Sekolah Dasar (SD) hingga bangku Sekolah Menengah Atas (SMA),
Lebih terperinciBAB V BILANGAN BULAT
BAB V BILANGAN BULAT PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibicarakan sistem bilangan bulat, yang akan dimulai dengan memperluas sistem bilangan cacah dengan menggunakan sifat-sifat baru tanpa menghilangkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan permasalahan, seperti definisi dan teorema yang dijadikan landasan dalam penelitian ini. 2.1 Graf Graf
Lebih terperinciPenerapan Algoritma Brute Force pada Teka-teki Magic Square 3 x 3
Penerapan Algoritma Brute Force pada Teka-teki Magic Square 3 x 3 Dzar Bela Hanifa 13515007 Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung Bandung, Indonesia 13515007@std.stei.itb.ac.id Abstract Teka-teki
Lebih terperinciSri Purwaningsih. Modul ke: Fakultas EKONOMI BISNIS. Program Studi Manajemen dan Akuntansi.
Modul ke: Fakultas EKONOMI BISNIS MATEMATIKA BISNIS Sesi 2 ini akan membahasteori Deret Hiutung dan Deret Ukur pada Matematika Bisnis sehingga Mahasiswa mempunyai dasar yang kuat untuk melakukan pengukuran
Lebih terperinciII. M A T R I K S ... A... Contoh II.1 : Macam-macam ukuran matriks 2 A. 1 3 Matrik A berukuran 3 x 1. Matriks B berukuran 1 x 3
11 II. M A T R I K S Untuk mencari pemecahan sistem persamaan linier dapat digunakan beberapa cara. Salah satu yang paling mudah adalah dengan menggunakan matriks. Dalam matematika istilah matriks digunakan
Lebih terperinciI.1 Latar belakang masalah
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar belakang masalah Pelabelan graf pada suatu graf G adalah suatu fungsi satu-satu yang memetakan elemen-elemen graf G ke himpunan bilangan (biasanya himpunan bilangan bulat
Lebih terperinciAPOTEMA: Jurnal Pendidikan Matematika. Volume 2, Nomor 2 Juli 2016 p ISSN BILANGAN SEMPURNA GENAP DAN KEPRIMAAN BI LANGAN MERSENNE
APOTEMA: Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2 Nomor 2 Juli 2016 p 63-75 ISSN 2407-8840 BILANGAN SEMPURNA GENAP DAN KEPRIMAAN BI LANGAN MERSENNE Moh Affaf Prodi Pendidikan Matematika STKIP PGRI BANGKALAN
Lebih terperinciI.1 Latar Belakang Masalah
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah Teori Ramsey adalah suatu area penelitian dalam teori graf yang sedang berkembang pesat dan mempunyai banyak aplikasi. Dalam makalah Rosta (2004) disebutkan
Lebih terperinciPELABELAN TOTAL SISI-AJAIB SUPER PADA GRAF DAN GRAF
PELABELAN TOTAL SISI-AJAIB SUPER PADA GRAF DAN GRAF SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA Oleh: NURUL MUSTIKA SIREGAR 06134005 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS
Lebih terperinciPELABELAN TOTAL (a, d)-titik ANTIAJAIB SUPER PADA GRAF PETERSEN YANG DIPERUMUM P (n, 3) DENGAN n GANJIL, n 7
Jurnal Matematika UNAND Vol. No. Hal. 78 84 ISSN : 0 90 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PELABELAN TOTAL (a, d)-titik ANTIAJAIB SUPER PADA GRAF PETERSEN YANG DIPERUMUM P (n, ) DENGAN n GANJIL, n 7 IRANISA
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan sesuatu yang menentukan jawaban terhadap suatu permasalahan, mengembangkan dan menguji kebenaran dari suatu teori dengan menggunakan cara cara ilmiah. Dengan
Lebih terperinciJurnal Apotema Vol.2 No. 2 62
Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 62 Sudjana. 2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugianto, D. 2014). Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Sta Ditinjau Dari Kemampuan Penalaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas
BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai matriks (meliputi definisi matriks, operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas aljabar max-plus, dan penyelesaian
Lebih terperinciDEFISIENSI SISI-AJAIB SUPER DARI GRAF KIPAS
Jurnal Matematika UNAND Vol. No. 3 Hal. 5 ISSN : 303 90 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND DEFISIENSI SISI-AJAIB SUPER DARI GRAF KIPAS LIONI MASHITAH Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciPELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA COMPLETE GRAPH
PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA COMPLETE GRAPH SKRIPSI Oleh : Novi Irawati J2A 005 038 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB 2 GRAF PRIMITIF. Gambar 2.1. Contoh Graf
BAB 2 GRAF PRIMITIF Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai definisi graf, istilah-istilah dalam graf, matriks ketetanggaan, graf terhubung, primitivitas graf, dan scrambling index. 2.1 Definisi Graf
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu kajian menarik dalam analisis adalah teori himpunan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kajian menarik dalam analisis adalah teori himpunan. Himpunan merupakan konsep dasar dari semua cabang matematika bahkan sudah diperkenalkan dalam pendidikan
Lebih terperinciHIMPUNAN (Pengertian, Penyajian, Himpunan Universal, dan Himpunan Kosong) EvanRamdan
HIMPUNAN (Pengertian, Penyajian, Himpunan Universal, dan Himpunan Kosong) Pengertian Himpunan Himpunan adalah kumpulan dari benda atau objek yang berbeda dan didefiniskan secara jelas Objek di dalam himpunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini seiring kemajuan teknologi yang terus mengalami perkembangan pesat. Salah satunya adalah industri permainan animasi. Berangkat dari hal itu, antusiasme dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika
Lebih terperinciNama Mata Kuliah : Teori Bilangan Kode Mata Kuliah/SKS : MAT- / 2 SKS
Nama Mata Kuliah : Teori Bilangan Kode Mata Kuliah/SKS : MAT- / 2 SKS Program Studi : Pendidikan Matematika Semester : IV (Empat) Oleh : Nego Linuhung, M.Pd Aritmetika Modulo Misalkan a adalah bilangan
Lebih terperinciVERTEX ANTIMAGIC TOTAL LABELING PADA MULTICYCLE DAN MULTICOMPLETE BIPARTITE. Dominikus Arif Budi Prasetyo, Chairul Imron. ABSTRAK
VERTEX ANTIMAGIC TOTAL LABELING PADA MULTICYCLE DAN MULTICOMPLETE BIPARTITE Dominikus Arif Budi Prasetyo, Chairul Imron. ABSTRAK Labeling graph merupakan salah satu bidang dalam graph yang berkembang pesat
Lebih terperinciEDGE-MAGIC TOTAL LABELING PADA BEBERAPA JENIS GRAPH
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI EDGE-MAGIC TOTAL LABELING PADA BEBERAPA JENIS GRAPH Oleh Abdussakir, M.Pd UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI JURUSAN MATEMATIKA MEI 005 EDGE-MAGIC TOTAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Teori graf merupakan salah satu cabang matematika yang sangat penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teori graf merupakan salah satu cabang matematika yang sangat penting karena dapat diterapkan pada berbagai bidang ilmu; seperti fisika, kimia, biologi, ilmu komunikasi,
Lebih terperinciPertemuan 12. Teori Graf
Pertemuan 2 Teori Graf Derajat Definisi Misalkan adalah titik dalam suatu Graf G. Derajat titik (simbol d()) adalah jumlah garis yang berhubungan dengan titik dan garis suatu loop dihitung dua kali. Derajat
Lebih terperincig(x, y) = F 1 { f (u, v) F (u, v) k} dimana F 1 (F (u, v)) diselesaikan dengan: f (x, y) = 1 MN M + vy )} M 1 N 1
Fast Fourier Transform (FFT) Dalam rangka meningkatkan blok yang lebih spesifik menggunakan frekuensi dominan, akan dikalikan FFT dari blok jarak, dimana jarak asal adalah: FFT = abs (F (u, v)) = F (u,
Lebih terperinciMENGHITUNG DETERMINAN MATRIKS MENGGUNAKAN METODE SALIHU
MENGHITUNG DETERMINAN MATRIKS MENGGUNAKAN METODE SALIHU DENGAN Andi Bahota 1*, Aziskhan 2, Musraini M. 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen JurusanMatematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciPenggunaan Algoritma Runut-balik Pada Pencarian Solusi dalam Persoalan Magic Square
Penggunaan Algoritma Runut-balik Pada Pencarian Solusi dalam Persoalan Magic Square Tahir Arazi NIM : 1350505 Program Studi Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung
Lebih terperinciPELABELAN TOTAL TITIK AJAIB GRAF HASIL KALI KARTESIUS DARI GRAF SIKEL
PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB GRAF HASIL KALI KARTESIUS DARI GRAF SIKEL Maria Nita Kurniasari 1 Robertus Heri 2 12 Program Studi Matematika F.MIPA UNDIP Semarang Jl. Prof.Sudarto S.H Tembalang-Semarang Abstract.
Lebih terperinciPENYELESAIAN MAGIC SQUARE SEBAGAI PERMASALAHAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) RISMANTO FERNANDUS SIRINGO-RINGO
PENYELESAIAN MAGIC SQUARE SEBAGAI PERMASALAHAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) RISMANTO FERNANDUS SIRINGO-RINGO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciBAB III PELABELAN TOTAL SISI-AJAIB SUPER. 3.1 Pelabelan Total Sisi-Ajaib Super Pada Graf Lintasan
BAB III PELABELAN TOTAL SISI-AJAIB SUPER. Pelabelan Total Sisi-Ajaib Super Pada Graf Lintasan Sebuah graf lintasan P n dapat diperoleh dari sebuah graf lingkaran C n dengan cara menghilangkan satu buah
Lebih terperinciAljabar Linear. & Matriks. Evangs Mailoa. Pert. 5
Aljabar Linear & Matriks Pert. 5 Evangs Mailoa Pengantar Determinan Menurut teorema 1.4.3, matriks 2 x 2 dapat dibalik jika ad bc 0. Pernyataan ad bc disebut sebagai determinan (determinant) dari matriks
Lebih terperinciPEMECAHAN MASALAH UNTUK MENGAKTIFKANSISWA SLTP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENGAKTIFKANSISWA SLTP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Pengertian Semua pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode
6 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, dengan desain kelompok kontrol pretes-postes. Diagram
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari ketiadaan. Dialah Tuhan yang ilmunya meliputi segala sesuatu. Sungguh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Al Qur an adalah kalam Allah yang Maha Kuasa, pencipta segala sesuatu dari ketiadaan. Dialah Tuhan yang ilmunya meliputi segala sesuatu. Sungguh banyak hadits-hadits
Lebih terperinciBAB 3 RING ARMENDARIZ. bahwa jika ab = 0, maka ba = 0 (diketahui ab = 0, maka (ba) 2 = baba = b.0.a = 0
BAB 3 RING ARMENDARIZ 3.1 Ring Terreduksi Suatu ring R disebut ring terreduksi jika tidak mempunyai elemen nilpoten tak nol. Secara ekuivalen, suatu ring dikatakan terreduksi jika tidak mempunyai elemen
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan
Lebih terperincia 2 e. 7 p 7 q 7 r 7 3. a. 8p 3 c. (2 14 m 3 n 2 ) e. a 10 b c a. Uji Kompetensi a. a c. x 3. a. 29 c. 2
Kunci Jawaban Uji Kompetensi 1.1 1. a. {, 1,0,1,,3,4} BAB I Bilangan Riil Uji Kompetensi 1. 1. a. asosiatif b. memiliki elemen penting 3. 10 Uji Kompetensi 1.3 1. a. 1 4 e. 1 35 15 c. 1 8 1 1 c. 1 4 5.
Lebih terperinciBATAS ATAS RAINBOW CONNECTION NUMBER PADA GRAF DENGAN KONEKTIVITAS 3
Jurnal Matematika UNAND Vol. No. 4 Hal. 4 3 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND BATAS ATAS RAINBOW CONNECTION NUMBER PADA GRAF DENGAN KONEKTIVITAS 3 PRIMA RESA PUTRI Program Studi Magister
Lebih terperinciPola dan Barisan Bilangan
Pola dan Barisan Bilangan Pola dan barisan bilangan meliputi pola bilangan dan barisan bilangan Pola bilangan yaitu susunan angka-angka yang mempunyai pola-pola tertentu Misalnya pada kalender terdapat
Lebih terperinciEdge-Magic Total Labeling pada Graph mp 2 (m bilangan asli ganjil) Oleh Abdussakir
Jurnal Saintika (ISSN 1693-640X) Edisis Khusus Dies Natalis UIN Malang, Juni 005. Halaman -7 Edge-Magic Total Labeling pada Graph mp (m bilangan asli ganjil) Oleh Abdussakir Abstrak Pelabelan total sisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori graf pertama kali diperkenalkan oleh Leonhard Euler pada tahun 1736. Saat itu dia memikirkan untuk menyeberangi semua jembatan di kota Kaliningrad, Rusia,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran bertempat di
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2011-2012 bertempat di Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Lebih terperinciMetode Simpleks Minimum
Metode Simpleks Minimum Perhatian Untuk menyelesaikan Persoalan Program Linier dengan Metode Simpleks untuk fungsi tujuan memaksimumkan dan meminimumkan caranya BERBEDA. Perhatian Model matematika dari
Lebih terperinciPenerapan Teorema Mesh dalam Penyederhanaan Arus Bolak Balik serta Penyelesaian Matriks (Minor, Kofaktordan Determinan)
RESUME RANGKAIAN LISTRIK II Penerapan Teorema Mesh dalam Penyederhanaan Arus Bolak Balik serta Penyelesaian Matriks (Minor, Kofaktordan Determinan) Tujuan 1. Mahasiswa dapat menyederhanakan rangkaian dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Analisis merupakan salah satu cabang matematika yang mempelajari antara lain barisan, limit, deret, kekontinuan, kekonvergenan, integral, dan yang lainnya.
Lebih terperinciDefinisi : det(a) Permutasi himpunan integer {1, 2, 3,, n}:
Definisi : Determinan dari matrik bujursangkar A berorde n adalah jumlah semua permutasi n (n!) hasil kali bertanda dari elemen-elemen matrik. Dituliskan : det(a) atau A (jr j r...j n ).a jr a j r...am
Lebih terperinciAplikasi Aljabar Lanjar pada Metode Numerik
Aplikasi Aljabar Lanjar pada Metode Numerik IF223 Aljabar Geometri Oleh: Rinaldi Munir Program Studi Informatika, STEI-ITB Rinaldi Munir - IF223 Aljabar Geometri Apa itu Metode Numerik? Numerik: berhubungan
Lebih terperinciMETODOLOGI A. Tujuan dan Manfaat Perancangan 1. Tujuan Perancangan 2. Manfaat Perancangan B. Relevansi dan Konsekuensi Studi 1.
II METODOLOGI A. Tujuan dan Manfaat Perancangan 1. Tujuan Perancangan Website yang akan dirancang untuk anak-anak ini dapat berfungsi sebagai kajian ilmu tentang suatu budaya dan dapat menampilkan sistem
Lebih terperinciTEOREMA CAYLEY DAN PEMBUKTIANNYA
TEOREMA CAYLEY DAN PEMBUKTIANNYA Eddy Djauhari Departemen Matematika Fmipa Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung-Sumedang km. 21, tlp./fax. : 022-7794696, Jatinangor, 45363 Email : eddy.djauhari@unpad.ac.id
Lebih terperinciBAB 5 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar
BAB 5 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar Untuk materi ini mempunyai 3 Kompetensi Dasar yaitu: Kompetensi Dasar : 1. Mengidentifikasi sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar 2. Melakukan operasi
Lebih terperinciFadly Ramadhan, Thresye, Akhmad Yusuf
ISSN: 978-44 Vol.0 No. (06) Hal.8-7 DETERMINAN MATRIKS DENGAN ELEMEN BILANGAN FIBONACCI ORDER- YANG DIGENERALISASI Fadly Ramadhan, Thresye, Akhmad Yusuf Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas
Lebih terperinciPembagi Persekutuan Terbesar dan Teorema Bezout
Latest Update: March 10, 2017 Pengantar Teori Bilangan (Bagian 3): Pembagi Persekutuan Terbesar dan Teorema Bezout M. Zaki Riyanto Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga
Lebih terperinciHimpunan Kritis Pada Graph Cycle
J. Math. and Its Appl. ISSN: -0X Vol., No., Nov 00, Himpunan Kritis Pada Graph Cycle Chairul Imron Jurusan Matematika FMIPA ITS Surabaya imron-its@matematika.its.ac.id Abstract Berawal dari bujursangkar
Lebih terperinciMUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR
MUHG3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR TIM DOSEN Determinan Matriks Determinan Matriks Sub Pokok Bahasan Permutasi dan Determinan Matriks Determinan dengan OBE Determinan dengan Ekspansi Kofaktor Beberapa Aplikasi
Lebih terperinci5.3 RECURSIVE DEFINITIONS AND STRUCTURAL INDUCTION
5.3 RECURSIVE DEFINITIONS AND STRUCTURAL INDUCTION Rekursif Ada kalanya kita mengalami kesulitan untuk mendefinisikan suatu obyek secara eksplisit. Mungkin lebih mudah untuk mendefinisikan obyek tersebut
Lebih terperinciBARISAN DAN DERET 1. A. Barisan dan Deret Aritmatika 11/13/2015. Peta Konsep. A. Barisan dan Deret Aritmatika
Jurnal Peta Konsep Daftar Hadir MateriA SoalLatihan Materi Umum BARISAN DAN DERET 1 Kelas X, Semester A. Barisan dan Deret Aritmatika Barisan dan Deret Aritmatika Barisan dan Deret Soal Aplikasi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Integral merupakan salah satu konsep penting dalam matematika dan banyak aplikasinya. Dalam kehidupan sehari-hari integral dapat diaplikasikan dalam berbagai
Lebih terperincimagic square bagian 1 Kutak-Katik Magic Square 3x3
magic square bagian 1 Kutak-Katik Magic Square 3x3 rioseto.wordpress.com juli 2011 1 MAGIC SQUARE 3x3 Disebut magic square atau persegi ajaib karena angka-angka dalam sel kalau dijumlahkan arah horisontal
Lebih terperinciPenggunaan Perwarnaan Graf dalam Mencari Solusi Sudoku
Penggunaan Perwarnaan Graf dalam Mencari Solusi Sudoku Mahdan Ahmad Fauzi Al-Hasan - 13510104 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha
Lebih terperinciKONSTRUKSI PERSEGI-PANJANG-AJAIB SKRIPSI
UNIVERSITAS INDONESIA KONSTRUKSI PERSEGI-PANJANG-AJAIB SKRIPSI BILLY BIONDI 0606067313 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI SARJANA MATEMATIKA DEPOK JULI 2011 UNIVERSITAS INDONESIA
Lebih terperinciSUPER EDGE-MAGIC LABELING PADA GRAPH ULAT DENGAN HIMPUNAN DERAJAT {1, 4} DAN n TITIK BERDERAJAT 4
SUPER EDGE-MAGIC LABELING PADA GRAPH ULAT DENGAN HIMPUNAN DERAJAT {1, 4} DAN n TITIK BERDERAJAT 4 Abdussakir Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Lebih terperinciMATEMATIKA DISKRIT RELASI
MATEMATIKA DISKRIT RELASI Relasi Relasi biner R antara himpunan A dan B adalah himpunan bagian dari A B. Notasi: R (A B). a R b adalah notasi untuk (a, b) R, yang artinya a dihubungankan dengan b oleh
Lebih terperinciPEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA Oleh: Kusnandi A. Pengantar Masalah dalam matematika adalah suatu persoalan yang siswa sendiri mampu menyelesaikannya tanpa menggunakan cara atau algoritma yang rutin. Maksudnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ujian adalah pertanyaan pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk lisan, tulisan, atau perbuatan (Nana Sudjana, 2008).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dianggap mendekati normal dengan mean μ = μ dan variansi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang melambangkan kemajuan zaman. Oleh karena itu matematika banyak digunakan oleh cabang ilmu lain
Lebih terperinciTeorema Cayley pada Pohon Berlabel dan Pembuktiannya
Teorema Cayley pada Pohon Berlabel dan Pembuktiannya Fakhri NIM : 13506102 Program Studi Teknik Informatik ITB, Bandung, e-mail : if16102@students.if.itb.ac.id Abstrak Makalah ini membahas tentang teorema
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Teori graf pertama kali diperkenalkan oleh seorang matematikawan. Swiss, Leonhard Euler ( ). Saat itu graf digunakan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori graf pertama kali diperkenalkan oleh seorang matematikawan Swiss, Leonhard Euler (1707-1783). Saat itu graf digunakan untuk menyelesaikan masalah jembatan Konigsberg.
Lebih terperinciMatriks. Contoh matriks simetri. Matriks zero-one (0/1) adalah matriks yang setiap elemennya hanya bernilai 0 atau 1. Contoh matriks 0/1:
MATRIKS & RELASI Matriks Matriks adalah adalah susunan skalar elemenelemen dalam bentuk baris dan kolom. Matriks A yang berukuran dari m baris dan n kolom (m n) adalah: A = a a M a 2 m a a a 2 22 M m 2
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian kualitatif. Pengumpulan data pada penelitian kualitatif dilakukan melalui studi
Lebih terperinciPelabelan Total (a, d)-simpul Antimagic pada Digraf Matahari
Pelabelan Total (a, d)-simpul Antimagic pada Digraf Matahari Yuni Listiana, Darmaji Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab 1 merupakan pendahuluan dari kajian yang akan dilakukan. Pada bab ini akan dibahas latar belakang penulis dalam pemilihan judul kajian. Selain latar belakang, dijelaskan pula tentang
Lebih terperinciMateri W6b BARISAN DAN DERET. Kelas X, Semester 2. B. Barisan dan Deret Aritmatika.
Materi W6b BARISAN DAN DERET Kelas X, Semester 2 B. Barisan dan Deret Aritmatika www.yudarwi.com B. Barisan dan Deret Aritmatika Barisan adalah kumpulan objek-objek yang disusun menurut pola tertentu U
Lebih terperinci